ilmu Faraidh

25
ILMU MAWARIS (Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok pada mata kuliah fiqh) Disusun Oleh ARIF RAHMAN 0821019 DWI TRISNO 08210 QOMARUDDIN Dosen Pembimbing: 1

Transcript of ilmu Faraidh

Page 1: ilmu Faraidh

ILMU MAWARIS

(Makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok pada mata kuliah fiqh)

Disusun Oleh

ARIF RAHMAN 0821019

DWI TRISNO 08210

QOMARUDDIN

Dosen Pembimbing:

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2009

1

Page 2: ilmu Faraidh

A. PENDAHULUAN

Nabi Muhammad saw. Bersabda yang artinya sebagai berikut:

“ Pelajarilah Faraid dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya ia

merupakan separoh ilmu, kemudian ia akan dilupakan dan ia ilmu pertama kali yang

tercabut dari umatku. (H.R. Ibnu Majah dan Dar-Alquthni)

Berdasarkan hadis diatas kita selaku seorang hamba Rasullullah telah

memerintahkan kepada kita untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh, karena

ilmu yang pertama kali akan diangkat oleh Allah dari hamba-hambanya, dan kini

terbukti dengan sedikitnya dari kita yang mendalami dan memamahi ilmu tersebut,

padahal dengan jalan inilah perselisihan dalam pembagian harta waris dapat diatasi

dan tercapainya keadilan yang sesuai dengan syari’at Islam1. Dengan dipandangnya

sangat penting untuk dipelajari, maka hukum dalam mempelajarinya ialah fardhu

kifayah.

Sebenarnya ilmu mawaris yang diajarkan Rasul kepada kita untuk

kemaslahatan umat manusia dan menghilangkan perselisihan yang mengakibatkan

bencana dalam keluarga dan menyampaikan hak-hak mereka sesuai dengan perintah

Allah yang tertuang dalam Alquran dan Hadits.

Sedikit lebih jelas, di makalah ini akan kami jelaskan secara ringkas tapi jelas

yang berkenaan dengan ilmu mawaris atau faraidh dengan pointer-pointer yang

mudah untuk dipahami.

1A.Hassan, Alfara’id, (Pustaka Progressif: Surabaya, 1977), cet.ke-8, hlm.3

2

Page 3: ilmu Faraidh

B. Pengertian

Ilmu mawaris merupakan sebuah ilmu yang dipergunakan dalam pembagian

harta warisan kepada ahli waris yang sesuai dengan bagian-bagian yang telah tertuang

dalam hadits maupun Quran.

Nama lain dari mawaris ialah faraidh yang artinya bagian atau ukuran yang

merupakan sebuah ungkapan dari kaidah fiqhiyyah dan hisabiyah (perhitungan) yang

mana dengan ilmu ini seseorang dapat mengetahui pembagian yang didapat oleh

setiap ahli waris dari harta atau warisan yang ditinggalkan oleh si mayit (pewaris)

sesuai dengan syari’at yang telah ditentukan Allah SWT.2

Kalimat faraidh sebagai jamak dari lafadz faridhah diartikan juga oleh para

ulama yaitu bagian yang telah dipastikan kadarnya. Menurut bahasa kata tersebut

mempunyai beberapa arti.Antara lain3:

1.Taqdir, yakni suatu ketentuan, seperti firman Allah

فرضتم ما فنصف فريضة لهن فرضتم وقد

“….Padahal kamu telah menentukan bagi mereka suatu ketentuan (mas kawin), maka

karena itu bayarlah separoh dari (jumlah) yang telah kamu tentukan (al-

Baqarah:237)

2.Qath’u, yakni ketetapan yang pasti, seperti firman Allah:

او منه قل مما واالقربون الوالدان ترك مما نصيب وللنساء

' كثر ' نصيبا مفروضا“…dan bagi wanita ada bagian dari apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tua dan

kerabat-kerabat baik sedikit atau banyak, sebagai suatu bagian yang telah

ditetapkan” (al-An’am: 7)

3. Inzal, yakni menurunkan, seperti firman Allah:

معاد الى لرآد*ك القرآن عليك فرض الذي ان*

2Diambil dari kitab Ilmu Faraidh cet.pondok pensantren Assalam sei.lilin t.t t.p 3Fatchur Rahman, Ilmu Waris,(PT.Al-Ma’arif: Bandung, 1975), hlm. 31-32.

3

Page 4: ilmu Faraidh

“Sungguh Zat yang menurunkan alquran kepadamu, benar-benar akan

menge,balikan kamu ke tempat pengembalian (al-Qashash: 85)

4.Tabyin, yakni penjelasan, seperti firman Allah:

ايمانكم تحلة لكم الله فرض قد“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu tebusan sumpah-sumpahnya”

(at-Tahrim: 2)

5. Ihlal, yakni menghalalkan, seperti firman Allah:

*بى* على كان ما الله فرض فيما حرج7 من الن“Tak ada suatu dosapun atas Nabi tentang apa yang telah dihalalkan Allah padanya

(al-Ahzab: 38)

6. Atha’, yakni pemberian, seperti semboyan bangsa Arab yang berbunyi:

' منه صبت: ال ' فوضا والقرضا“Sungguhaku telah memperoleh dari padanya suatu pemberian dan bukan

pinjaman”

C. Rukun Mawaris

Dalam waris mewarisi itu mempunyai tiga rukun, yakni:

1. Mauruts

Yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh oleh si mayit yang bakal diwarisi

oleh ahli waris

2. Muwarits

Yaitu orang yang meninggalkan dunia

3. Warits

Yaitu orang yang akan mewarisi harta peninggalan si mawarits dengan syarat-

syarat tertentu

D. Hak-hak yang bersangkutan dengan harta peninggalan

1) Biaya perawatan Mayit

4

Page 5: ilmu Faraidh

2) Membayar hutang si mayit

3) Melaksanakan wasiyat muwarits

4) Hak-hak ahli waris

E. Hukum dan Faedah Mempelajarinya

Dalam mempelajari ilmu Faraidh hukumnya ialah fardhu kifayah

sebagaimana Rasul Saw bersabda:

وعلموهBBا الفBBرائض الناس,وتعلموا وعلموها القرآن تعلموا اثنBBان يختلف أن ويوشك مرفوع والعلم مقبوض امرؤ فإني

والنسائي( الترمذى و أحمد )رواه يخبرهما أحدا يجدان فالArtinya : Pelajarilah Quran dan ajarkanlah kepada manusia, dan pelajarilah Faraid dan ajarkanlah dia, karena sesungguhnya aku seorang yang akan mati, dan ilmu akan terangkat, dan bisa jadi akan ada dua orang yang berselisih, tetapi mereka tidak dapat menemukan seorang yang dapat memberitahukan kepada mereka (hukumnya). (H.R. Ahmad, Tarmizi, dan Nasai)

Rasul Saw bersabda yang artinya

“ Pelajarilah Faraid dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya ia merupakan separoh ilmu, kemudian ia akan dilupakan dan ia ilmu pertama kali yang tercabut dari umatku. (H.R. Ibnu Majah dan Dar-Alquthni)

Rasullullah telah memerintahkan kepada kita untuk mempelajari dan

mengajarkan ilmu faraidh, karena ilmu yang pertama kali akan diangkat oleh Allah

dari hamba-hambanya, dan kini terbukti dengan sedikitnya dari kita yang mendalami

dan memamahi ilmu tersebut, padahal dengan jalan inilah perselisihan dalam

pembagian harta waris dapat diatasi dan tercapainya keadilan yang sesuai dengan

syari’at Islam4. Dengan dipandangnya sangat penting untuk dipelajari, maka hukum

dalam mempelajarinya ialah fardhu kifayah.

Faedah yang utama dalam mempelajari ilmu faraid ialah agar tidak terjadi

perselisihan-perselisihan dalam membagi harta waris dan juga terpenuhinya hak-hak

ahli waris dari peninggalan yang ditinggalkan oleh simayit

4Op.Cit., A. Hasan, hlm.3

5

Page 6: ilmu Faraidh

F. Sebab-sebab waris-mewarisi ( اإلرث أسباب )

Yang menjadi sebab terjadinya waris mewarisi adalah salah satu dari sebab-

sebab berikut di bawah ini:

a) Nikah :Dengan adanya jalan nikah yang sah maka seseorang suami atau istri

bisa menerima waris dari harta yang ditinggal oleh simayit baik istri

maupun suami.5

b) Nasab : Atau kekerabatan yaitu hubungan pertalian nasab atau sedarah

dengan simayit, seperti ayah, ibu, anak, cucu, dll.

c) Wala’ : Hubungan antara seorang majikan dengan budaknya yang telah

merdeka. Maka seorang majikan itu berhak menerima harta warisan

budak tersebut ketika meninggal dunia dan ia tidak memiliki ahli

waris.6 Sabda Rasul saw:

) ومسلم ) البخارى رواه أعتق لمن الوالء إنما“Sesungguhnya hak untuk orang yang memerdekakan”. (HR.Bukhoridan

Muslim)

d) Seagama : Jika seorang yang meninggal dunia, sedang ia sama sekali tidak

mempunyai ahli waris maka harta peninggalannya diserahkan kepada

baitul maal guna untuk kepentingan agama. Sabda Rasul:

داود( وأبو )رواهأحمد له الوارث من الوارث أنا

“Saya menjadi ahli waris dari orang yang tidak mempunyai ahli waris”

(HR.Ahmad dan Abu Daud)7

G. Penghalang-penghalang mawaris ( اإلرث موانع )Maksudnya ialah tindakan atau hal-hal yang dapat menggugurkan hak

seseorang untuk mewarisi beserta adanya sebab-sebab dan syarat-syarat mewarisi

harta waris. Para ahli waris yang kehilangan hak-hak waris disebabkan adanya

5Wiryono, Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia (Van Hoeve: Bandung, 1990), hlm. 23

6Op.Cit., Fatchur Rahman, hlm.113, 1167 Mustafa Kamal, Fikih Islam, (Yogyakarta: Persatuan Yogyakarta, 1985), hlm.161

6

Page 7: ilmu Faraidh

mawani’ul irtsi disebut dengan mahrum dan halangannya disebut dengan hirman.

Adapun macam-macam penghalang dalam mawaris:

a) Perbudakan

b) Pembunuhan

c) Berlainan Agama

H. Ahli Waris

Yang dimaksud dengan ahli waris ialah orang yang karena telah ditetapkan

dalam nash maka berhak mendapatkan harta warisan. Ahli waris ini secara garis

besarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu8 :

Ahli waris laki-laki

1. Anak laki-laki2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus kebawah, asal pertaliannya masih

terus laki-laki3. Bapak4. Kakek dari bapak dan terus ke atas5. Saudara laki-laki sekandung6. Saudara laki-laki seayah7. Saudara laki-laki seibu8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung (kemenakan)9. Anak laki-laki saudara seayah

10. Paman yang sekandung dengan ayah11. Paman yang sebapak dengan ayah12. Anak lelaki paman yang sekandung dengan ayah13. Anak lelaki paman yang sebapak dengan ayah 14. Suami

Bila ahli waris yang tersebt di atas ada semua, maka yang berhak mendapat warisan hanya tiga golongan saja, yaitu : 1. Anak laki-laki2. Bapak3. Suami

Ahli waris perempuan1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus kebawah3. Ibu4. Nenek (Ibu dari Ibu) terus ke atas

8Ibid.,hlm. 161-162

7

Page 8: ilmu Faraidh

5. Nenek (Ibu dari ayah) 6. Saudara perempuan kandung7. Saudara perempuan seayah8. Saudara perempuan seibu9. Istri

Dalam hal ini apabila ahli waris sebagaimana tersebut di atas ada semua, maka yang berhak mendapatkan harta warisan hanya lima golongan saja, ialah :1. Anak perempuan2. Cucu perempuan dari anak laki-laki3. Ibu4. Saudara perempuan kandung5. Istri

Dan manakalah semua ahli waris yang tersantum sebagaimana di atas, baik dari ahli waris laki-laki maupun ahli waris perempuan ada semua maka yang berhak mendapatkan harta warisan hanyalah enam golongan saja, yaitu :1. Anak laki-laki2. Anak perempuan 3. Ibu4. Bapak5. Suami 6. Istri

I. Ahli waris dzawil furud

Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil furud ialah ahli waris yang

mempunyai bagian-bagian tertentu sebagaimana telah digariskan secara pasti dalam

Alquran atau al-hadits. Ketentuan bagian tersebut ada yang mendapat dua pertiga

(2/3), setengah (1/2), sepertiga (1/3), seperempat (1/4), seperenam (1/6), seperdelapan

(1/8).9

Yang mendapat dua pertiga (2/3)

1. Dua orang anak perempuan atau lebih (jika tidak ada anak lk)2. Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih, atau yang seayah

Yang mendapat setengah (1/2)

1. Seorang anak perempuan2. Seorang saudara perempuan sekandung atau seayah3. Suami (bila mayit tidak memiliki anak)

9 Op.Cit.,Fatchur Rahman, hlm. 197

8

Page 9: ilmu Faraidh

4. Cucu perempuan dari anak laki-laki (jika tidak ada anak lk atau cucu lk dari anak lk)

Yang mendapat sepertiga (1/3)

1. Ibu (bila mayit tidak meninggalkan anak atau cucu dari anak laki-laki, atau tidak mempunyai saudara kandung atau yang seayah atau seibu

2. Dua orang saudara atau lebih yang seibu

Yang mendapat seperempat (1/4)

1. Suami (bila istri mempunyai anak)2. Istri (bila suami tidak mempunyai anak)

Yang mendapat seperenam (1/6)

1. Ibu (bila mayit mempunyai anak, atau cucu dari anak laki-laki atau saudara baik laki-laki ataupun perempuan yang sekandung, seayah ataupun seibu).

2. Bapak (bila simayit mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki)3. Nenek (Bila ibunya simayit tidak ada)4. Kakek dari bapak (bila simayit tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki)5. Cucu perempuan dari anak laki-laki (jika ada anak perempuan tunggal) 6. Saudara laki-laki atau perempuan yang seibu7. Saudara perempuan yang seayah (bila si mayit ada 1 saudara kandung)

Yang mendapat seperdelapan (1/8)1. Istri (bila suami mempunyai anak)

J. Ahli Waris ‘Ashabah

Yang dimaksud dengan ahli waris ‘Ashabah ialah ahli waris yang tidak ditetapkan bagian pendapatannya, tetapi akan menerima semua harta warisan itu apabila tidak ada ahli waris dzawil furud sama sekali. Dan manakala ada ahli waris dzawil furud, maka ahli waris ‘Ashabah berhak atas sisanya. 10

Adapun ahli waris ‘Ashabah yang berhak mendapatkan semua harta atau mendapat semua sisanya, diatur menurut urutan yang berikut di bawah ini:

1. Anak laki-laki2. Anak laki-laki dari anak lakil-laki3. Bapak4. Bapak dari bapak5. Saudara laki-laki sekandung6. Saudara laki-laki seayah7. Anak saudara laki-laki sekandung8. Anak saudara laki-laki seayah9. Paman yang sekandung dengan ayah

10. Paman yang sebapak dengan ayah

10 Ibid. hlm. 94

9

Page 10: ilmu Faraidh

11. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah12. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan ayah

Apabila ashabah sebagaimana yang tersebut dalam daftar di atas ada semua, maka tidak berarti mereka semua akan mendapatkan bagian, akan tetapi harus didahulukan yang lebih dekat hubungan atau pertaliannya dengan si mayit. Dan untuk hal itu urutan di atas telah disusun secara hirarkis, artinya disusun secara bertingkat, sehingga nomor satu harus di dahulukan dari pada nomor dua dan seterusnya.

Secara garis besarnya ahli waris ‘ashabah ada tiga yaitu :

1. ‘Ashabah bin -nafsi

Yang dimaksud dengan ‘ashabah bin-nafsi yaitu waris ‘ashabah dengan sendirinya, tidak ditarik oleh waris ‘ashabah lainnya atau tidak lantaran bersama-sama dengan waris lainnya.

2. ‘Ashabah bil-ghairi

Yang dimaksud dengan ‘ashabah bil-gahiri ialah waris ‘ashabah karena ditarik oleh ‘ashabah lainnya, seperti anak perempuan ditarik menjadi ‘ashabah oleh anak laki-laki, cucu perempuan ditarik menjadi waris ‘ashabah oleh cucu laki-laki, saudara perempuan sekandung atau seayah ditarik menjadi waris ‘asahabah oleh saudara laki-laki sekandung atau seayah ditarik menjadi waris ‘ashabah. 3. ‘Ashabah ma’al-ghairi

Yang dimaksud dengan ‘ashabah ma’al-ghairi ialah waris ‘ashabah karena bersama-sama dengan waris lainnya, seperti saudara perempuan sekandung atau seayah menjadi waris ‘ashabah karena bersama-sama dengan anak perempuan. Dengan demikian ‘ashabah ma’al-ghairi ada dua macam, yaitu:1. Saudara perempuan sekandung

Bilamana ahli warisnya saudara perempuan sekandung, baik seorang atau lebih dan anak perempuan, baik seorang atau lebih, atau saudara perempuan sekandung dan cucu perempuan, baik seorang atau lebih, maka saudara perempuan menjadi ‘ashabah ma’al ghairi. Dengan demikian setelah ahli waris yang lain mengambil bagiannya masing-masing, maka sisanya menjadi bagian saudara perempuan tersebut.

2. Saudara perempuan seayahBilamana ahli warisnya saudara perempuan seayah, baik seorang atau lebih dan

anak perempuan, baik seorang atau lebih, atau saudara perempuan seayah dan cucu perempuan, baik seorang atau lebih, maka saudara perempuan menjadi ahli waris ‘ashabah ma’al-ghairi.

K. Ahli Waris Dzawil Arham

10

Page 11: ilmu Faraidh

Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil arham ialah mereka yang mempunyai

hubungan kekerabatan (famili) dengan meninggal dunia, akan tetapi mereka tidak

termasuk golongan ahli waris dzawil furud dan juga bukan termasuk golongan ahli

waris ‘ashabah. Ahli waris dzawil arham ini tidak mendapatkan warisan selama

masih ada ahli waris yang termasuk dalam dua golongan di atas.

Ahli waris dzawil arham meliputi:

1. Cucu laki-laki atau perempuan dari anak perempuan. Kedudukan cucu ibi

disamakan dengan anak perempuan.

2. Kakek atau bapak dari ibu. Kedudukannya disamakan dengan ibu

3. Nenek buyut atau ibu kake. Kedudukannya disamakan dengan ibu.

4. Kemenakan laki-laki atau perempuan dari saudara perempuan sekandung, atau

seayah atau seibu. Kedudukannya sama dengan saudara perempuan.

5. Kemenakan perempuan dari saudara laki-laki sekandung atau seayah.

Kedudukannya disamakan dengan saudara laki-laki

6. Paman atau saudara laki-laki ayah yang seibu. Kedudukannya disamakan dengan

bapak.

7. Paman atau saudara laki-laki ibu. Kedudukannya disamakan denga ibu

8. Bibi atau saudara perempuan dari ayah dan saudara perempuan dari kakek

Kedudukannya disamakan dengan bapak

9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu. Kedudukannya disamakan dengan

saudara laki-laki seibu

10. Anak perempuan paman. Kedudukannya sama dengan paman.

11. Anak laki-laki dan perempuan dari cucu perempuan. Kedudukannya disamakan

dengan cucu perempuan.

L. Penghapusan hak waris (hijab)

Hijab ialah tabir atau dinding yang menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan bagian warisan dikarenakan masih terdapat ahli waris yang lebih dekat tali perhubungannya deng simayit. Adapun orang-orang yang terhalang mendapatkan bagian warisan dua macam:1. Hijab Nuqshan

11

Page 12: ilmu Faraidh

Yang dimaksud dengan hijab nuqshan ialah dinding yang hanya mengurangi bagian yang didapatkan ahli waris disebabkan adanya ahli waris yang lain yang bersama-sama dengan dia. Sebagai contoh umpama bagian yang didapatkan oleh ibu mestinya sepertiga (1/3) Tetapi lantaran si mayit meninggalkan anak atau cucu atau meninggalkan beberapa saudara, maka akhirya ibu hanya menerima warisan seperenam (1/6).2. Hijab Hirman

Yang dimaksud dengan hijab hirman ialah dinding yang menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan bagian warisan lantaran masih ada ahli waris yang lebih dekat hubungannya dengan si mayit. Atau dengan kata lain hijab hirman ialah dinding yang menghalangi atau menutup rapat seseorang ahli waris sehingga sama sekali tidak akan mendapat bagian warisan karena ada ahli waris yang lebih dekat dengan si mayit Contohnya cucu laki-laki terhalang mendapat warisan karena ada anak laki-laki.

Ahli Waris yang terhalang (hijab)

Ahli waris yang terhalang atau tersekat sama sekali (hijab hirman) oleh ahli waris lainnya adalah sebagai berikut:

1. Kakek, ia tidak mendapat bagian sama sekali selama ada bapakNenek, ia tidak mendapat kan selagi ada ibu

2. Cucu (lk) dari anak (lk), ia tidak mendapat selama ada anak (lk)3. Saudara kandung laki-laki atau perempuan, ia tidak mendapat selagi ada ahli

waris berikut:- Bapak - Anak Laki-laki- Cucu laki-laki dari anak laki-laki

4. Saudara seayah baik laki-laki atau perempuan , ia tidak mendapat bagian selama ada:

- Bapak- Anak laki-laki- Cucu (lk) dari anak (lk)- Saudara laki-laki sekandung

5. Saudara seibu (laki-laki atau perempuan), ia tidak akan mendapat bagian selama ada:

- Kakek - Bapak- Anak (laki-laki atau peremuan)- Cucu (laki-laki atau perempuan

6. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung tidakn mendapat bagian warisan selama ada:

- Kakek- Bapak

12

Page 13: ilmu Faraidh

- Anak laki-laki- Cucu laki-lakidari anak laki-laki- Saudara laki-laki sekandung- Saudara laki-laki seayah

7. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah, tidak mendapat selama ada:- Kakek- Bapak- Anak laki-laki- Cucu (lk) dari anak (lk)- Saudara laki-laki sekandung- Saudara laki-laki seayah- Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung

8. Paman sekandung dengan ayah, tidak mendapat bagian selama ada:- Kakek- Bapak- Anak laki-laki- Cucu (lk) dari anak (lk)- Saudara laki-laki sekandung- Saudara laki-laki seayah- Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung- Anak laki-laki saudara laki-laki seayah

9. Paman seayah dengan bapak, tidak mendapatkan bagian warisan selama ada:- Kakek- Bapak- Anak laki-laki- Cucu (lk) dari anak (lk)- Saudara laki-laki sekandung- Saudara laki-laki seayah- Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung- Paman yang sekandung dengan bapak

10. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah, tidak mendapatkan bagian harta waris selama ada:

- Kakek- Bapak- Anak laki-laki- Cucu (lk) dari anak (lk)- Saudara laki-laki sekandung- Saudara laki-laki seayah- Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung- Paman yang sekandung dengan bapak- Paman yang seayah dengan bapak

13

Page 14: ilmu Faraidh

11. Anak laki-laki paman yang seayah dengan bapak, tidak mendapat selama ada:

- Kakek- Bapak- Anak laki-laki- Cucu (lk) dari anak (lk)- Saudara laki-laki sekandung- Saudara laki-laki seayah- Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung- Paman yang sekandung dengan bapak- Anak laki-lakisaudara laki-laki seayah- Paman yang seayah dengan bapak- Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak

12. Cucu perempuan dari anak laki-laki, tidak mendapatkan bagian waris selama ada:

- Anak laki-laki- Dua orang anak perempuan atau lebih

M. Contoh masalah

1. Harta peninggalan si mayit sejumlah Rp. 40.000. Ahli warisnya terdiri dari suami dan saudari kandung, maka pembagiannya :

KPK 2

Suami ½ 1 1 x 40.000 = Rp. 20.000 2

Saudari kandung ½ 1 1 x 40.000 = Rp. 20.000 2

2

2. Seorang meninggal dunia meninggalkan harta 120.00 dan ahli warisnya terdiri dari Ayah, dua anak perempuan, dan ibu, maka pembagiannya :

KPK 6

Ayah 1/6 1 1 x 120.000 = Rp. 20.000 6

Ibu 1/6 1 1 x 120.000 = Rp. 20.000 6

2 anak perempuan 2/3 4 4 x 120.000 = Rp. 80.000 6

6

14

Page 15: ilmu Faraidh

3. Seorang mati meninggalkan harta Rp.480.000 dan ahli warisnya ialah istri, bapak, ibu, 5b anak laki-laki, dan 3 anak perempuan

KPK 24

Istri 1/8 3 3 x 480.000 = Rp. 60.000 24

Bapak 1/6 4 4 x 480.000 = Rp. 80.000 24

Ibu 1/6 4 4 x 480.000 = Rp. 80.000 24

5 anak (lk) ‘asobah binnafsi

3 anak (pr) ‘asobah bilghoiri 1313 x 480.000 = Rp. 260.000 24

24Bagian anak (lk) dua kali lipat dari bagian anak perempuan:5 anak (lk) : 5x 2 = 10 3 anak (pr) : 3x1 = 3

Total 13

5 anak (lk) = 10 x 260.000 = Rp. 200.000, berarti setiap anak (lk) menerima = 200.000 = Rp. 40.000 13 53 anak (pr) = 3 x 260.000 = Rp. 60.000, berarti setiap anak (pr) menerima = 60.000 = Rp. 20.000 13 3

KESIMPULAN

Ilmu mawaris merupakan sebuah ilmu yang dipergunakan dalam pembagian

harta warisan kepada ahli waris yang sesuai dengan bagian-bagian yang telah tertuang

dalam hadits maupun Quran.

Rukun Mawaris

1. Mauruts

2. Muwarits

3. Warits

15

Page 16: ilmu Faraidh

Ahli waris dzawil furud

Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil furud ialah ahli waris yang

mempunyai bagian-bagian tertentu sebagaimana telah digariskan secara pasti dalam

Alquran atau al-hadits. Ketentuan bagian tersebut ada yang mendapat dua pertiga

(2/3), setengah (1/2), sepertiga (1/3), seperempat (1/4), seperenam (1/6), seperdelapan

(1/8).

Ahli waris ‘ashabahYang dimaksud dengan ahli waris ‘Ashabah ialah ahli waris yang tidak

ditetapkan bagian pendapatannya, tetapi akan menerima semua harta warisan itu apabila tidak ada ahli waris dzawil furud sama sekali. Dan manakala ada ahli waris dzawil furud, maka ahli waris ‘Ashabah berhak atas sisanya. Ashabah ada 3 macam :

1. ‘Ashabah bin-nafsi2. ‘ashabah bilghairi3. ‘Ashabah ma’al-ghairi

REFERENSI

Alquranulkarim dan terjemahannya

Hassan, Ahamad., Alfara’id, (Pustaka Progressif: Surabaya, 1977), cet.ke-8,

Kamal, Mustafa, Fikih Islam, (Yogyakarta: Persatuan Yogyakarta, 1985),

kitab Ilmu Faraidh cet.pondok pensantren Assalam sei.lilin t.t t.p

Rahman, Fatchur, Ilmu Waris,(PT.Al-Ma’arif: Bandung, 1975),

Wiryono, Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia (Van Hoeve: Bandung, 199

16

Page 17: ilmu Faraidh

17