III.1.Daerah Penelitian dilihat pada gambar III.1 sebagai...
Transcript of III.1.Daerah Penelitian dilihat pada gambar III.1 sebagai...
BAB III Pelaksanaan Penelitian
III.1.Daerah Penelitian
Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah tanah HPL PT. PELINDO II
Cabang Panjang yang meliputi wilayah administrasi Kelurahan Pidada, Panjang
Selatan dan Karang Maritim Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik
Kecamatan Telukbetung Selatan Kelurah Kota Bandar Lampung yang dapat
dilihat pada gambar III.1 sebagai berikut :
Gambar III.1 Lokasi penelitian
III.2. Daerah Kajian Penelitian
Daerah kajian penelitian dibatasi terhadap tanah HPL PT. PELINDO II Cabang
Panjang yang terletak di wilayah administrasi Kelurahan Way Lunik Kecamatan
Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang Kota Bandar
Lampung dengan luas ± 9,013 Ha yang dapat dilihat pada lampiran 1 tesis ini.
Daerah kajian penelitian tersebut dipilih dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Dengan pembatasan daerah penelitian, diharapkan penelitian bisa dilaksana-
kan secara lebih terfokus.
2. Warga masyarakat pada lebih aktif dalam upaya penyelesaian konflik
tanahnya jika dibandingkan dengan warga masyarakat lainnya.
Lokasi penelitian
41
3. Lokasi yang dipilih sebagai daerah penelitian pernah dilakukan inventarisasi
oleh Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung.
4. Hasil penelitian terhadap permasalahan yang sama dapat diterapkan di lokasi
lain sepanjang permasalahannya sejenis.
III.3.Alat Penelitian
1. Perangkat keras (hardware) pengolah data, terdiri dari 1 (satu) set laptop
Compaq Presario dengan spesifikasi teknis : processor Intel Celeron M, RAM
512 MB, harddisk 60 GB, Mouse dan Printer HP deskjet 3920.
2. Perangkat lunak (software), terdiri dari Ms.Office 2003 untuk penulisan
laporan penelitian dan pembuatan slide presentasi dan Autodesk Map untuk
pengolahan digitasi Citra Ikonos yang sudah terkoreksi
III.4. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada diagram
alir penelitian seperti pada gambar III.2 berikut ini :
Gambar III.2 Diagram alir penelitian
42
III.4.1. Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan kegiatan identifikasi dan perumusan masalah
yang dilakukan dengan identifikasi permasalahan yang ada, menentukan tujuan
penelitian, melakukan kajian pustaka tentang teori dan prosedur pemberian hak
atas tanah, teori konflik dan resolusi konflik serta mempelajari penelitian-
penelitian sejenis yang terdahulu.
III.4.2. Pengumpulan Data
III.4.2.1. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. data primer, diperoleh secara langsung dengan cara penelitian lapangan (field
research) melalui wawancara dengan para narasumber dari PT. PELINDO II
Cabang Panjang, tokoh masyarakat, Badan Pertanahan Nasional dan pihak-
pihak terkait. Data yang dibutuhkan adalah data mengenai :
a. riwayat penguasaan tanah oleh PT.PELINDO II Cabang Panjang dan
warga masyarakat;
b. pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang;
c. kepentingan PT.PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat atas
tanah HPL yang menjadi obyek konflik;
d. bentuk penyelesian konflik yang telah dilakukan oleh para pihak.
2. data sekunder, diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan (library
research) baik di Kantor Badan Pertanahan Nasional maupun di Kantor PT.
PELINDO II Cabang Panjang. Data yang dibutuhkan adalah data mengenai :
a. riwayat penguasaan tanah oleh PT.PELINDO II Cabang Panjang dan
warga masyarakat;
b. pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang;
c. kepentingan PT.PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat atas
tanah HPL yang menjadi obyek konflik;
d. bentuk penyelesian konflik yang telah dilakukan oleh para pihak;
e. kondisi eksisting penguasaan fisik bidang tanah HPL
f. Citra Ikonos terkoreksi yang telah di-overlay dengan peta pendaftaran
tanah
43
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Observasi, dilakukan dengan merekam apa yang terjadi di lapangan berupa
fenomena atau gejala dari pihak-pihak yang berkonflik dan perilaku aparat
pemerintah, BPN dan tokoh masyarakat dalam melakukan upaya penyelesaian
konflik
2. wawancara, merupakan alat untuk merekam persepsi dan opini dari
narasumber melalui kegiatan tanya jawab yang berlangsung secara lisan
tentang obyek yang diteliti
3. studi kepustakaan, merupakan kegiatan untuk mengumpulkan dan
mempelajari literatur ilmiah dan peraturan serta arsip yang mengandung
konsep dan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian.
III.4.2.2. Hasil Pengumpulan Data
III.4.2.2.1. Data Riwayat Penguasaan dan Pemilikan Tanah PT. PELINDO
II Cabang Panjang
Tanah pelabuhan Panjang dikuasai oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang sejak
jaman Hindia Belanda berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.
35 tanggal 5 Juni 1928 yang dimuat dalam Staatsblad Nomor 195 Tahun 1928.
Tanah pelabuhan menurut PP Nomor 1 Tahun 1969 tentang Susunan dan Tata
Kerja Kepelabuhanan dan Daerah Pelayaran, terdiri dari 2 (dua) daerah yaitu
DLKR dan DLKP Pelabuhan yang batas-batasnya akan ditetapkan oleh Menteri
setelah mendengar Menteri Dalam Negeri dan Gubernur/Kepala Daerah.
Batas-batas DLKR dan DLKP tersebut kemudian ditetapkan dengan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun
1987 - Nomor KM.154/AL/106/PHB-87 tanggal 23 Juli 1987 tentang Batas-batas
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
Panjang.
PT. PELINDO II Cabang Panjang mengajukan permohonan hak pengelolaan atas
tanah DLKR kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor
Pertanahan Kota Bandar Lampung. Atas permohonan tersebut Kepala BPN
menerbitkan SK Pemberian Hak Pengelolaan (HPL) Nomor 16/ HPL/BPN/89
44
tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. Nomor 16/HPL/BPN/89/A/29 tanggal 3 Mei 1989.
Berdasarkan keputusan pemberian HPL tersebut, oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kota Bandar Lampung diterbitkan Sertipikat HPL Nomor 01/Way Lunik tanggal
3 Nopember 1989 seluas 1.050.000 M2 atas nama Perum Pelabuhan II Jakarta
(sekarang PT. PELINDO II Cabang Panjang).
PT. PELINDO II Cabang Panjang, berdasarkan PP Nomor 1 Tahun 1969
mempunyai kewenangan untuk mengelola DLKR dan DLKP, karena menurut
peraturan tersebut DLKP meliputi juga daratan disekeliling DLKR Pelabuhan
(pasal 3 ayat 3). Tetapi dengan dikeluarkannya UU Nomor 21 Tahun 1992 tentang
Pelayaran Jo. PP Nomor 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan, DLKP
Pelabuhan berubah dari wilayah daratan menjadi wilayah perairan. Selanjutnya PP
Nomor 70 tahun 1996 tersebut diganti dengan PP Nomor 69 tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan. Dan berdasarkan PP tersebut batas-batas DLKR dan DLKP
Pelabuhan Panjang ditetapkan oleh Gubernur Lampung dengan Surat Keputusan
No. 57 tahun 2001 tanggal 12 Nopember 2001.
Tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang pada awalnya secara administratif
meliputi 3 (tiga) kelurahan yaitu Way Lunik, Panjang Utara dan Panjang Selatan
Kecamatan Panjang. Berdasarkan PP Nomor 4 Tahun 2001, tentang
Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kecamatan dan Kelurahan dalam
Kota Bandar Lampung, terjadi pemekaran wilayah di lokasi tanah HPL tersebut
sehingga pada saat ini tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang masuk dalam
wilayah administrasi Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan
Kelurahan Pidada, Panjang Utara, Panjang Selatan dan Karang Maritim
Kecamatan Panjang.
III.4.2.2.2. Data Riwayat Penguasaan Tanah Oleh Warga Masyarakat
Riwayat penguasaan tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh warga
masyarakat dapat diperoleh berdasarkan keterangan dari para narasumber yaitu
mantan Lurah Way Lunik, tokoh masyarakat Kelurahan Way Lunik dan
Kelurahan Pidada serta dari PT. PELINDO II Cabang Panjang melalui
wawancara mendalam (depth interview).
45
Hi. Kamaluddin Lubis, 78 tahun, tokoh masyarakat Kelurahan Way Lunik dalam
wawancara tanggal 25 Maret 2008, menerangkan bahwa narasumber dan warga
masyarakat mulai menguasai tanah pelabuhan sejak tahun 1968. Tanah tersebut
semula rawa-rawa yang mereka timbun untuk didirikan rumah semi permanen.
Tahun 1977, sebagian rumah warga masyarakat dibayar ganti rugi karena pada
lokasi tersebut dibangun PT. Semen Baturaja. Selanjutnya warga masyarakat
mendirikan rumah di lokasi lain tetapi masih didalam tanah pelabuhan Panjang.
Dalam perkembangannya penguasaan tanah tersebut semakin luas dan menjadi
pemukiman penduduk.
Narasumber Endang Suherman, 64 tahun, dalam wawancara tanggal 25 Maret
2008, menerangkan bahwa narasumber adalah mantan Lurah Way Lunik yang
menjabat dari tahun 1985-2001. Narasumber tidak mengetahi pasti kapan warga
masyarakat menguasai tanah pelabuhan, akan tetapi pada saat narasumber mulai
menjabat sebagai Lurah Way Lunik tahun 1985, tanah tersebut telah dikuasai oleh
warga masyarakat untuk pemukiman penduduk.
Narasumber Edyson Hutabarat, 68 tahun, tokoh masyarakat Kelurahan Pidada
dalam wawancara tanggal 15 Maret 2008 menerangkan bahwa narasumber sudah
menguasai tanah pelabuhan Panjang sejak tahun 1975. Pada sekitar tahun itu juga
warga masyarakat mulai menguasai tanah pelabuhan yang semula rawa untuk
diurug dan dibangun rumah semi permanen.
Hi.Sardi, 65 tahun, tokoh masyarakat Kelurahan Pidada dalam wawancara tanggal
16 Maret 2008 menerangkan bahwa narasumber telah menguasai tanah pelabuhan
Panjang sejak tahun 1970. Pada saat itu dilokasi tanah yang dikuasainya masih
sepi, namun tidak lama kemudian warga masyarakat mulai menguasai tanah yang
semula rawa tersebut untuk dibangun rumah hingga menjadi pemukiman sampai
sekarang ini.
Data pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, menunjukkan bahwa
sebagian besar warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung
46
Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang tidak memiliki bukti awal
kepemilikan tanah. Sedangkan sebagian kecil lainnnya memiliki Surat Keterangan
Hak Milik Bangunan Rumah Tempat Tinggal yang pada umumnya dikeluarkan
antara tahun 1983 sampai dengan tahun 1986 oleh Lurah Way Lunik dan
Kelurahan Panjang Utara. Substansi dari bukti awal kepemilikan tersebut pada
intinya menerangkan bahwa yang bersangkutan mempunyai rumah diatas tanah
pelabuhan. Disamping bukti awal tersebut, sebagian kecil warga masyarakat juga
mempunyai surat bukti pembayaran pajak Iuran Pendapatan Daerah (IPEDA)
yang dikeluarkan antara tahun 1983 sampai dengan 1986.
III.4.2.2.3.Data Proses Pemberian HPL Kepada PT. PELINDO II Cabang
Panjang
Proses penerbitan HPL atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang , berdasarkan
data-data yang ada pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung adalah
sebagai berikut :
1. PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan surat tanggal 19 Oktober 1988
mengajukan permohonan hak kepada Kepala BPN melalui Kantor Pertanahan
Kota Bandar Lampung dengan melampirkan SK Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1987-Nomor KM.154/AL/106/PHB-
87 tanggal 23 Juli 1987 dan Peta Situasi tanggal 3 Oktober 1988;
2. Setelah kegiatan yang menjadi kewenangannya dilaksanakan, Kepala Kantor
Pertanahan Kota Bandar Lampung menyampaikan permohonan tersebut
kepada Kepala Direktorat Agraria Propinsi Lampung dengan Daftar Pengantar
Nomor AG.100/KAB.117/PHL/1988 tanggal 1 Nopember 1988;
3. Selanjutnya, Kepala Direktorat Agraria Propinsi Lampung menyampaikan
berkas permohonan tersebut kepada Kepala BPN dengan Daftar Pengantar
Nomor AG.110/DA.3606/PH/1988 tanggal 15 Nopember 1988;
4. Oleh Kepala BPN kemudian diterbitkan Surat Keputusan No. 16/HPL/
BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 tentang Pemberian Hak Pengelolaan atas
nama Perum Pelabuhan II Jakarta seluas 1.050.000 M2 yang terletak di
Kelurahan Way Lunik, Panjang Utara dan Panjang Selatan Kecamatan
Panjang Kotamadya Bandar Lampung, Propinsi Lampung Jo. Nomor
47
16/HPL/BPN/89/A/29 tanggal 3 Mei 1989 tentang Ralat Atas Surat keputusan
Kepala BPN tanggal 4 Pebruari 1989 Nomor 16/HPL/ BPN/89.
5. Setelah semua kewajiban sebagaimana tertuang pada Surat Keputusan
Pemberian HPL tersebut dipenuhi oleh pemohon, selanjutnya oleh Kepala
Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung diterbitkan sertipikat HPL Nomor
01/Way Lunik tanggal 3 Nopember 1989 (SU Nomor 2/1989 tanggal 3
Oktober 1988) atas tanah seluas 1.050.000 M2 yang terletak di kelurahan Way
Lunik, Panjang Utara dan Panjang Selatan Kecamatan Panjang Kotamadya
Bandar Lampung Propinsi Lampung atas nama Perum Pelabuhan II Jakarta
(sekarang PT.PELINDO II Cabang Panjang).
Warkah permohonan penerbitan hak pengelolaan atas nama PT. PELINDO II
Cabang Panjang, dari hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kota
Bandar Lampung dan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi
Lampung hingga saat ini belum diketemukan. Tetapi surat keputusan Kepala BPN
Nomor 16/HPL/BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. SK Nomor 16/ HPL/BPN/
89/A/29 tanggal 3 Mei 1989 mengenai pemberian hak pengelolaan kepada PT.
PELINDO II Cabang Panjang bisa diperoleh.
Menurut ketentuan PMDN Nomor 5 Tahun 1973 yang telah diganti dengan
PMNA/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, ditentukan bahwa sebelum hak atas
tanah diberikan kepada pemohon, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan
tanah oleh petugas Panitia Pemeriksaan Tanah. Panitia tersebut bertugas untuk
memeriksa dan meneliti data fisik dan data yuridis bidang tanah yang diajukan
permohonan haknya yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara yang
selanjutnya dipakai sebagai salah satu dasar pertimbangan BPN dalam
menerbitkan hak atas tanahnya.
Warkah permohonan pemberiam hak pengelolaan atas nama PT. PELINDO II
Cabang Panjang yang sampai saat ini belum diketemukan setidaknya mempersulit
peneliti dalam menggali informasi mengenai pertimbangan apakah yang
dijadikan dasar bagi Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk menerbitkan surat
keputusan hak pengelolaan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang atas
48
tanah yang sebagian telah dikuasai oleh warga masyarakat untuk pemukiman
penduduk. Terlebih lagi dalam keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional
tersebut sama sekali tidak disebutkan adanya BA Panitia Penelitian Tanah
maupun informasi mengenai penguasaan tanah oleh warrga masyarakat tersebut.
Tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang pada saat ini sebagian dikuasai
oleh warga masyarakat untuk pemukiman. Untuk itu, terkait dengan pemberian
HPL tersebut kiranya penting untuk mengkaji apakah penguasaan tanah oleh
warga masyarakat dilakukan sebelum atau sesudah HPL tersebut diberikan kepada
PT. PELINDO II Cabang Panjang.
Kegiatan awal dalam rangka penerbitan suatu hak atas tanah adalah pelaksanaan
pengukuran. Data mengenai pelaksanaan pengukuran seharusnya bisa diperoleh
dari Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Kanwil BPN Propinsi
Lampung. Tetapi data tersebut tidak bisa diperoleh karena data yang ada hanyalah
hasil pengukuran tanah PT. PELINDO II Cabang Panjang berupa Peta Situasi
Nomor 3 Oktober 1988. Sedangkan vieldwerk maupun data pendukung lainnya
juga belum diketemukan.
Informasi mengenai penguasaan tanah oleh warga masyarakat dapat diperoleh
melalui wawancara dengan petugas ukur yang ditunjuk untuk mengukur tanah PT.
PELINDO II Cabang Panjang. Sakah satu petugas ukur, Joko Siswoyo, dalam
wawancara tanggal tanggal 8 Maret 2008, menerangkan bahwa pelaksanaan
pengukuran bidang tanah tersebut dilakukan dengan didampingi oleh pegawai PT.
PELINDO II Cabang Panjang sebagai petunjuk batas. Pada saat dilakukan
pengukuran, didalam lokasi tanah yang diukur telah ada pemukiman penduduk
yang padat. Demikian juga petugas ukur Suparman, dalam wawancara tanggal 8
Maret 2008 yang menyatakan bahwa pada saat dilakukan pengukuran, pada lokasi
tanah PT. Pelindo II Cabang Panjang tersebut telah terdapat rumah-rumah
masyarakat yang tersebar di berbagai kelurahan.
Informasi mengenai keberadaan warga masyarakat diatas HLP PT. PELINDO II
Cabang Panjang juga diperoleh dari narasumber Endang Suherman, mantan Lurah
49
Way Lunik dalam wawancara tanggal 25 Maret 2008 yang menyatakan bahwa
penguasaan tanah oleh warga masyarakat telah dilakukan jauh sebelum sertipikat
hak pengelolaan atas nama Perum Pelabuhan II Panjang diterbitkan pada
tahun 1989. Demikian juga narasumber Hi. Kamaluddin Lubis, tokoh masyarakat
Kelurahan Way Lunik dalam wawancara tanggal 25 Maret 2008 dan narasumber
Edyson Hutabarat dalam wawancara tanggal 15 Maret 2008 serta Hi. Sardi
dalam wawancara tanggal 16 Maret 2008, keduanya tokoh masyarakat Kelurahan
Pidada bahwa penguasaan tanah oleh warga masyarakat diatas tanah PT.
PELINDO II Cabang Panjang telah dilakukan jauh sebelum terbitnya HPL.
Narasumber Agus Fazri, 38 tahun, Asisten Manager Hukum, Pengamanan dan
Pelayanan Pelanggan PT. PELINDO II Cabang Panjang dalam wawancara
tanggal 13 Maret 2008 juga menerangkan bahwa pemukiman penduduk sudah
ada saat dilakukan pengukuran bidang tanah PT. PELINDO II Cabang Panjang.
Keterangan para narasumber tersebut diatas menunjukkan bahwa penguasaan
tanah oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung
Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang diatas tanah HPL PT.
PELINDO II Cabang Panjang telah dilakukan sebelum diberikannya hak
pengelolaan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan SK Kepala BPN
Nomor 16/HPL/ BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. SK Nomor 16/HPL/BPN/
89/A/29 tanggal 3 Mei 1989.
Keterangan para narasumber mengenai penguasaan tanah oleh warga masyarakat
sebelum HPL diberikan kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang tersebut
selanjutnya oleh peneliti dilakukan crosscheck dengan narasumber di lingkungan
Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Kantor Wilayah BPN Propinsi
Lampung sebagai instansi yang berwenang memberikan hak atas tanah.
Sudiarto, Kepala Seksi Hak Atas Tanah dan Pendaftaran Tanah pada Kantor
Pertanahan Kota Bandar Lampung dalam wawancara tanggal 17 Maret 2008,
menerangkan bahwa sulit bagi narasumber untuk memberikan penjelasan
50
mengenai penerbitan HPL tersebut tanpa mempelajari warkah penerbitan haknya,
namun demikian narasumber berpendapat bahwa dalam proses permohonan hak
atas tanah, ada kegiatan pemeriksaan tanah yang dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk untuk memeriksa data fisik dan yuridis bidang tanah yang dimohon,
sehingga apabila pada saat diajukannya permohonan haknya tanah tersebut
ternyata sebagian telah dikuasai warga masyarakat seharusnya keberadaan warga
masyarakat menjadi pertimbangan BPN dalam penerbitan hak atas tanahnya.
Pendapat yang berbeda disampaikan oleh narasumber Radja Awal Harahap,
Kepala Bidang Penyelesaian Sengketa, Konflik dan Perkara pada Kanwil BPN
Propinsi Lampung dalam wawancara tanggal 26 Maret 2008 yang menyatakan
bahwa pemberian HPL atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh BPN
telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keberadaan warga
masyarakat sudah pasti dipertimbangkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional.
Menurut narasumber, meskipun sebagian tanah tersebut telah dikuasai warga
masyarakat untuk pemukiman namun HPL tersebut tetap diberikan kepada
PT.PELINDO II Cabang Panjang karena tanah tersebut merupakan aset
PT.PELINDO II Cabang Panjang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Perbendaharaan Negara (ICW).
III.4.2.2.4. Data Penguasaan Fisik Bidang Tanah oleh PT. PELINDO II
Cabang Panjang
Hak Pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang seluas 105 Ha sesuai
Sertipikat Nomor 01/WayLunik/1989 adalah sebagaimana terlihat pada lampiran
1 tesis ini.
Berdasarkan hasil inventarisasi dan penelitian petugas Kantor Pertanahan Kota
Bandar Lampung tahun 2002 menunjukkan bahwa pada saat ini, tanah HPL PT.
PELINDO II Cabang Panjang dikuasai oleh :
a. PT. PELINDO II Cabang Panjang seluas lebih kurang : ± 62,21 Ha;
b. Dikuasai warga masyarakat seluas lebih kurang : ± 36,19 Ha;
c. Untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial seluas lebih kurang : ± 6,60 Ha;
51
Tanah yang dikuasai PT. PELINDO II Cabang Panjang seluas ± 62,21 Ha
tersebut, secara fisik tidak semuanya dipergunakan oleh PT. PELINDO II Cabang
Panjang, tetapi sebagian diantaranya seluas 11,3958 Ha dikuasai oleh pihak ketiga
dengan HGB diatas HPL. HGB diatas HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang
tersebut sebagaimana terlihat pada tabel III.1 berikut ini :
Tabel III.1. HGB diatas HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang
No. Nama Pemegang HGB No.Sertipikat Tgl.Sertipikat Luas (M2)
1. PT. Paramitra Langgeng Raya 447/WLK 29-11-1994 23.500
2. PT. Inti Sentosa Alam Bahtera 05/Pi 08-05-1996 53.559
3. CV. Bumi Waras 454/WLK 13-01-1999 1.528
4. PT. Inti Sentosa Alam Bahtera 473/WLK 17-07-2007 20.499
5. PT. Inti Sentosa Alam Bahtera 474/WLK 07-08-2007 14.872
Jumlah 113.958
Sumber : Kantor Pertanahan Kota bandar Lampung tahun 2002
Tanah HPL PT. PELINDO Cabang Panjang secara fisik juga dikuasai oleh pihak
ketiga, namun kepada pihak ketiga tersebut belum diterbitkan sertipikat HGB.
Pihak-pihak tersebut dapat dilihat dari tabel III.2 berikut ini :
Tabel III.2. Penguasaan HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh Pihak Ketiga
yang Belum Bersertipikat
No. Nama Pihak Ketiga Luas Tanah (M2)
1. PT. Semen Baturaja 32.000
2. Angkatan Laut 35.000
3. Kantor BNI 1946 3.200
Jumlah 70.200
Sumber : Kantor Pertanahan Kota bandar Lampung tahun 2002
Data diatas menunjukkan bahwa dari tanah hak pengelolaan seluas ± 62,21 Ha
yang dikuasai PT. PELINDO II Cabang Panjang, secara fisik tanah tersebut
seluas ± 18,4158 Ha telah dipergunakan oleh pihak ketiga, sehingga tanah HPL
yang benar-benar dikuasai secara fisik dan dipergunakan untuk kepentingan
operasional PT. PELINDO II Cabang Panjang adalah seluas ± 43,7942 Ha.
52
Di lapangan, tanah tersebut dipergunakan untuk dermaga umum, gudang,
lapangan penumpukan, workshop, perkantoran, dermaga curah kering, gudang
dan lain-lain.
III.4.2.2.5. Data Penguasaan Fisik Bidang Tanah Oleh Warga Masyarakat
Hasil inventarisasi yang dilakukan oleh petugas Kantor Pertanahan Kota Bandar
Lampung tahun 2002, menunjukkan bahwa penguasaan tanah oleh warga
masyarakat diatas HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang sebagaimana terlihat
pada tabel III.3 berikut ini :
Tabel III. 3 HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dikuasai masyarakat
No. Kelurahan Kecamatan Luas (Ha) Jumlah
Persil 1. Way Lunik Tlb. Selatan 3,429 281 2. Pidada Panjang 13,950 1.295 3. Panjang Selatan Panjang 13,831 1.053 4. Karang Maritim Panjang 4,980 280
JUMLAH 36,190 2.909 Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, tahun 2002
Tanah hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dikuasai warga
masyarakat pada daerah yang menjadi wilayah kajian penelitian yaitu Kelurahan
Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan
Panjang Kota bandar Lampung adalah sebagaimana terlihat pada tabel III.4
berikut ini :
Tabel III.4 HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang yang Dikuasai Masyarakat
pada Wilayah Kajian Penelitian
No. Kelurahan Kecamatan Jml.Bidang Luas (M2) Jml.Pddk
1. Way Lunik Telb.Selatan 281 34.290 1.202
2. Lk.III Pidada Panjang 537 55.840 2.846
Jumlah 818 90.130 4.048
Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, tahun 2004
53
Penggunaan tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang yang dikuasai oleh
warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan
Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang dapat dilihat pada lampiran 2 tesis ini.
Penggunaan tanah HPL oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan
Telukbetung Selatan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah bidang yang dikuasai : 281 bidang
2. Luas tanah secara keseluruhan : 34.290 M2
3. Jumlah penduduk : 1.020 jiwa
4. Tahun penguasaan : 1968-sekarang
5. Pengggunaan dan pemanfaatan tanah
a. perumahan : 278 bidang
b. lapangan olah raga : 1 bidang
c. balai pertemuan : 1 bidang
d. masjid/mushollah : 1 bidang
e. warung (menyatu dengan rumah tinggal : 41 bidang.
Sedangkan penggunaan tanah hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang
yang dikuasai warga masyarakat Lingkungan III Kelurahan Pidada Kecamatan
Panjang Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :
1. Jumlah bidang yang dikuasai : 537 bidang
2. Luas tanah secara keseluruhan : 55.084 M2
3. Jumlah penduduk : 2.846 jiwa
4. Tahun penguasaan : 1952-sekarang
5. Pengggunaan dan pemanfaatan tanah
a. perumahan : 534 bidang
b. kantor Kelurahan : 1 bidang
c. masjid/mushollah : 2 bidang
d. warung : 78 bidang.
e. bengkel : 4 bidang
f. pasar : 1 bidang
g. salon : 6 bidang
54
III.4.2.2.6. Data Legalisasi Pemerintah Kepada Warga Masyarakat
Keberadaan warga masyarakat yang menguasai tanah hak pengelolaan PT.
PELINDO II Cabang Panjang juga telah memperoleh legalisasi dari pemerintah.
Untuk mengetahui bentuk dari legalisasi dari pemerintah terhadap keberadaan
warga masyarakat di lokasi hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang
dapat dilihat dari keterangan yang diberikan oleh narasumber Kusman,S.E., Lurah
Kelurahan Way Lunik dalam wawancara tanggal 26 Maret 2008 yang menyatakan
bahwa semua warga masyrakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung
Selatan yang dewasa telah mempunyai Kartu Tanda Penduduk.
Bentuk pengakuan yang lain dari pemerintah adalah dengan diberikannya fasilitas
jaringan Listrik dan telephone serta fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam
lokasi pemukiman tersebut. Selain hak-hak yang telah diperoleh warga
masyarakat dari pemerintah, warga masyarakat juga telah memenuhi kewajiban-
nya sebagai warga negara yaitu membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas
tanah dan bangunan yang mereka tempati. Keterangan yang sama juga diberikan
oleh Sutomo, S.Sos, Lurah Pidada Kecamatan Panjang dalam wawancara
tanggal 27 Maret 2008.
Keberadaan warga masyarakat di lokasi tersebut juga di dukung dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2015, yang
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), menunjukkan bahwa pada
lokasi tanah yang menjadi obyek konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang
dengan warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan
dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang rencana penggunaan tanahnya untuk
penataan kawasan pemukiman.
Fakta tersebut telah dikonfirmasikan kepada narasumber Nunuk Tri Murni,
Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Badan Perencanaan Daerah Kota Bandar
Lampung dalam wawancara tanggal 25 maret 2008 yang menyatakan bahwa pada
lokasi tanah yang menjadi obyek konflik antara PT. PELINDO II Cabang Panjang
dengan warga masyarakat menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar
Lampung memang diperuntukkan untuk penataan kawasan pemukiman.
55
Adapun penggunaan tanah di lokasi obyek konflik sesuai dengan Rencana Detail
Tata Ruang Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada gambar III.3 sebagai
berikut :
Gambar III.3 RTRW pada lokasi konflik untuk kawasan pemukiman
III.4.2.2.7. Data Kepentingan Warga Masyarakat Terhadap Tanah HPL PT.
PELINDO II Cabang Panjang
Warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan
warga masyarakat Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang, sebagai pihak yang
secara fisik menguasai sebagian tanah HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang,
mempunyai kepentingan terhadap tanah HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang.
Kepentingan tersebut adalah kepentingan untuk memperoleh hak milik atas tanah
yang dirasakan sangat mendesak, karena kebutuhan akan perumahan merupakan
kebutuhan dasar bagi manusia, apalagi tanah yang mereka kuasai tersebut
merupakan satu-satunya tempat tinggal yang mereka miliki, sehingga
ketergantungan warga masyarakat akan tanah tersebut sangat tinggi.
56
Alasan-alasan yang dijadikan dasar bagi warga masyarakat untuk memperoleh hak
atas tanah yang dikuasainya antara lain adalah :
1. berdasarkan hasil penelitian dari data-data sekunder yang dikuatkan dengan
kesaksian para narasumber, warga masyarakat telah menguasai tanah
pelabuhan Panjang lebih dari 30 tahun.
2. penguasaan tanah oleh warga masyarakat tersebut sudah dilakukan jauh
sebelum dikeluarkannya SKB Mendagri dan Menhub Nomor 63 Tahun 1987 -
No. KM.154/AL.106/PHB-87 tanggal 23 Juli 1987 tentang Batas-Batas
DLKR dan DLKP Pelabuhan Panjang yang menjadi salah satu dasar penerbit-
an sertipikat HPL Nomor 01/Way Lunik tanggal 3 Nopember 1989 atas nama
Perum Pelabuhan II Jakarta (sekarang PT.PELINDO II Cabang Panjang).
3. ketentuan PP Nomor 70 Tahun 1996 pasal 1 butir 9 yang menyatakan bahwa
DLKR Pelabuhan adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan umum
yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Sedangkan
fakta di lapangan PT. PELINDO II Cabang Panjang tidak pernah mengguna-
kan tanah yang dikuasai warga masyarakat untuk kegiatan pelabuhan.
4. Adanya legalisasi dari pemerintah terhadap keberadaan warga masyarakat
dalam bentuk kemudahan untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk, adanya
jaringan listrik, jaringan telephone, jaringan air dan fasilitas sosial lainnya
berupa masjid, mushola, lapangan olah raga dan lain-lain.
5. warga masyarakat telah memenhi kewajiban sebagai warga negara yaitu
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
6. alasan eksternal, yaitu masa reformasi tahun 1998 dan diberikannya sertipikat
hak atas tanah kepada warga masyarakat yang menempati tanah DLKP
Pelabuhan yang hingga tahun 2002 berjumlah 2033 sertipikat hak atas tanah,
sehingga memicu kecemburuan masyarakat yang merasa diperlakukan tidak
adil oleh pemerintah.
III.4.2.2.8. Data Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang Terhadap
Tanah HPL
PT. PELINDO II Cabang Panjang selaku pemegang hak atas tanah mempunyai
kepentingan untuk dapat menggunakan tanahnya yang menurut master plan PT.
57
PELINDO II Cabang Panjang, tanah yang dikuasai masyarakat untuk pemukiman
tersebut merupakan bagian dari HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang yang akan
dipergunakan untuk perluasan operasional kegiatan pelabuhan.
Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang terhadap tanah HPL tersebut
dapat dilihat dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandar Lampung
yang disusun Badan Perencanaan Kota (Bapekot) Kota Bandar Lampung
Tahun 2005 yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana
Pelabuhan Panjang baik laut maupun darat sampai dengan tahun 2030 yaitu
pengembangan dermaga, perluasan lapangan penumpukan dan pembangunan
gudang.
Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang dapat dilihat dari Pengembangan
Pelabuhan Panjang hingga tahun 2030 terdiri dari tahapan pembangunan
pelabuhan Panjang yang dibagi menjadi 3 (tiga) termin yaitu :
1. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (2005-2010)
Rencana pembangunan jangka pendek, lebih merupakan realisasi dari hal-hal
yang direncanakan dalam master plan lama pelabuhan Panjang. Namun
demikian, rencana pembangunan jangka pendek ini merupakan langkah awal yang
strategis untuk melaksanakan skenario penataan pelabuhan Panjang selanjutnya.
Oleh karena itu skenario ini merupakan bagian dari mata rantai rencana
pembuatan master plan pelabuhan Panjang sampai 25 tahun mendatang.
Langkah-langkah penataan yang diambil dalam skenario rencana pembangunan
jangka pendek pelabuhan Panjang adalah penambahan lapangan peti kemas,
renovasi terhadap gudang yang lama, penghijauan kawasan pelabuhan,
penambahan kantor peti kemas, pembangunan reception facilities dan perluasan
lahan pelabuhan Panjang.
Skenario perluasan perluasan lahan pelabuhan Panjang menjadi perhatian dalam
rencana pembangunan jangka pendek. Perluasan tersebut dimaksudkan untuk
mengantisipasi pengembangan fasilitas perusahaan-perusahaan yang ada di dalam
58
pelabuhan Panjang. Adapun langkah yang diambil dalam usaha memperluas lahan
pelabuhan ini adalah dengan mengadakan reklamasi untuk mencegah adanya
penggusuran terhadap penduduk yang berada di lahan PT.PELINDO II Cabang
Panjang.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (2010-2020)
Rencana pembangunan jangka menengah disusun berdasarkan prediksi
perkembangan dan kebutuhan yang akan diperlukan oleh Pelabuhan Panjang
dalam menuju sebagai pelabuhan internasional. Adapun langkah-langkah yang
akan diambil dalam pembangunan jangka menengah ini adalah bangunan
perkantoran baru, penambahan terminal petikemas dan lapangan penumpukan,
pemindahan gudang curah cair, penambahan gudang baru, pembangunan pusat
pengolahan limbah dan perluasan dermaga.
Pembangunan gudang-gudang baru yang akan banyak dibangun pada lahan
perluasan pelabuhan hasil reklamasi menjadi perhatian dalam rencana
pembangunan jangka menengah, akan tetapi dalam rencana pembangunan jangka
menengah ini pun belum mengarah pada tanah yang dikuasai oleh warga
masyrarakat.
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2016-2030)
Rencana jangka panjang ini merupakan rencana yang disusun berdasarkan visi
Kota Bandar Lampung menjasi kota berkelas dunia. Rencana ini adalah rencana
yang paling optimistik dengan cita-cita menjadikan pelabuhan Panjang sebagai
Pelabuhan Bertaraf Internasional.
Agenda penting dalam pembangunan jangka panjang sampai sekitar 25 tahun
mendatang antara lain menyatukan lahan PT. PELINDO II Cabang Panjang,
bolevard sebagai orientasi tapak, gerbang pelabuhan, penambahan dermaga, pusat
orientasi pelabuhan, pembuatan lapangan penumpukan peti kemas dan gudang,
membuat jalan inspeksi sekeliling lokasi pelabuhan, konsep penghijauan,
waterfront belt, terminal petikemas baru dan studi 3 dimensi kawasan pelabuhan.
59
Rencana penyatuan lahan PT. PELINDO II Cabang Panjang menjadi perhatian
dalam tahap ini, karena dalam perkembangan Kota Bandar Lampung, tanah
pelabuhan menjadi terpecah-pecah. Dibeberapa lokasi, tanah pelabuhan belum
digunakan dan tidak terkontrol secara baik telah dimanfaatkan oleh warga sebagai
pemukiman dan apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat secepatnya, maka
kemungkinan untuk mengembalikan menjadi tanah pelabuhan akan sangat sulit.
Selain itu ada hal-hal yang menyebabkan tanah pelabuhan menjadi terpecah dan
sulit untuk dikontrol, yaitu pembangunan jalan umum ditengah-tengah tanah
pelabuhan. Dengan adanya jalan umum di tengah tanah pelabuhan, maka banyak
muncul fasilitas umum yang dimiliki masyarakat yang dibangun di jalan tersebut
dan pada akhirnya juga memicu pertumbuhan pemukiman baru disekitar jalan
tersebut.
Pemukiman liar yang sebelumnya menempati tanah pelabuhan harus segera
direlokasi di tempat lain. Selanjutnya tanah tersebut harus segera diolah untuk
pengembangan fasilitas pelabuhan agar tanah tersebut tidak kembali ditempati
secara liar.
PT. PELINDO II Cabang Panjang, berdasarkan kepentingan tersebut diatas tetap
berupaya untuk dapat menguasai dan menggunakan tanah HPL yang pada saat
ini dikuasai oleh warga masyarakat, sebagaimana dikatakan oleh Agus Fazri,
Asisten Manager Hukum, Pengamanan dan Pelayanan Pelanggan PT. PELINDO
II Cabang Panjang dalam wawancara tanggal 13 Maret 2008, bahwa untuk jangka
pendek PT. PELINDO II Cabang Panjang belum mempunyai rencana untuk
menggunakan tanah HPL yang dikuasai warga masyarakat, sehingga sejauh ini
keberadaan pemukiman penduduk tersebut belum mengganggu operasional PT.
PELINDO II Cabang Panjang, namun untuk jangka panjang tanah tersebut tetap
akan dipergunakan untuk perluasan kegiatan operasional pelabuhan.
Alasan-alasan PT. PELINDO II Cabang Panjang untuk tidak melepaskan tanah
HPL yang dikuasai warga masyarakat adalah :
60
a. tanah tersebut telah diterbitkan sertipikat HPL Nomor 01/Way Lunik atas
nama PT. PELINDO II Cabang Panjang, sehingga pihak PT. PELINDO II
Cabang Panjang lebih berhak atas tanah tersebut daripada masyarakat;
b. tanah HPL tersebut sudah tercatat sebagai tanah aset pemerintah yang sesuai
UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Akte Pendirian
Perusahaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Nomor 3 Tahun 1992 Jo.
Akta Nomor 4 Tahun 1998 tanggal 5 Mei 1998, bahwa setiap tindakan untuk
pelepasan/penghapusan asset (dalam hal ini tanah) harus mendapatkan
persetujuan dari pemegang saham/kementerian BUMN.
III.4.2.2.9. Data Kepentingan Pemerintah Kota Bandar Lampung terhadap
HPL PT. PELINDO II Cabang Panjang
Pemerintah Kota Bandar Lampung mempunyai kepentingan terhadap HPL PT.
PELINDO II Cabang Panjang. Kepentingan tersebut adalah adanya kontribusi PT.
PELINDO II Cabang Panjang terhadap pemasukan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Rencana Detail Tata Ruang Kota Bandar Lampung yang dibuat oleh Badan
Perencanaan Kota (Bapekot) Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2005
menunjukkan bahwa, Pemerintah Kota Bandar Lampung berencana
mengembangkan kegiatan yang mampu menyediakan dan mengoperasikan jasa
kepelabuhan dengan mutu yang terbaik yang mampu memberikan kepuasan
pelanggan secara maksimal dan mampu menampilkan perusahaan sehat.
Pemerintah Kota Bandar Lampung menetapkan rencana fungsi kegiatan
pelabuhan Panjang sebagai berikut :
1. Fungsi Interface, yang menjadikan Pelabuhan Panjang sebagai terminal point
barang dari dua atau lebih moda transportasi yang berbeda, yaitu moda
transportasi darat (roadways, inland waterways, railways transportation
system) ke moda transportasi laut dan sebaliknya.
2. Fungsi Link, yang menjadikan Pelabuhan Panjang dapat dipandang sebagai
salah satu mata rantai dalam proses transportasi mulai dari tempat asal barang
61
(original port) samai ke tempat tujuan (destination port) atau dari wilayah
produksi ke wilayah distribusi.
3. Fungsi Gateway, yang menjadikan Pelabuhan Panjang berfungsi sebagai pintu
gerbang perekonomian daerah (regional), nasional dan internasional serta
berfungsi sebagai pintu gerbang suatu negara, karena dilatarbelakangi oleh
peraturan dan prosedur internasional yang harus diikuti bagi setiap kapal yang
berkunjung.
4. Fungsi Industrial Zone Entity, yang menjadikan Pelabuhan Panjang sebagai
tempat distribusi, konsolidasi barang (cargo consolidation and cargo
distribution centre) dan merupakan bagian kegiatan industri dan perdagangan
dalam upaya optmalisasi, efisiensi produksi dan biaya.
III.4.2.2.10. Data Kepentingan Badan Pertanahan Nasional Terhadap Tanah
HPL PT.PELINDO II Cabang Panjang
Badan Pertanahan Nasional adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan di bidang pertanahan yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada UUPA yang didalamnya terdapat amanat dan misi
untuk mewujudkan pengaturan tanah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Untuk melaksanakan amanat UUPA tersebut ditetapkan sasaran bidang
pertanahan berdasarkan Ketetapan MPR Nomor II Tahun 1983, yang meliputi
tertib hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah
dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup.
Kepentingan Badan Pertanahan Nasional terhadap tanah HPL PT. PELINDO II
Cabang Panjang adalah karena keterlibatan BPN dalam mengabulkan permohonan
pemberian HPL dari PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan bukti hak atas
tanah berupa setipikat hak pengelolaan Nomor 01/Way Lunik/1989 kepada PT.
PELINDO II Cabang Panjang.
Data yang ada menunjukkan bahwa pada saat HPL tersebut diajukan
pernohonannya oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang, sebagian dari tanah
62
yang diajukan permohonan haknya telah dikuasai oleh warga masyarakat
untuk pemukiman penduduk, sehingga dibelakang hari menimbulkan
konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT. PELINDO II Cabang
Panjang dengan warga masyarakat. Padahal saah satu tujuan diberikannya HPL
kepada pemegang hak adalah untuk menjamin kepastian hukum bagi pemegang
hak atas tanahnya dan mewujudkan tertibnya administrasi pertanahan. Untuk itu,
peran aktif BPN dalam upaya penanganan konflik tersebut sangat dibutuhkan.
III.4.2.2.11. Data Bentuk Penyelesaian Konflik Antara PT. PELINDO II
Cabang Panjang Dengan Warga Masyarakat
Upaya penyelesaian konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT.
PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Way Lunik
Kecamatan Telukbetung Selatan dan warga masyarakat Kelurahan Pidada
Kecamatan Panjang ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut :
1. Penyelesaian konflik melalui pengaduan formal
Konflik penguasaan dan pemilikan tanah tersebut, pada awalnya diselesaikan oleh
warga masyarakat dengan cara menyampaikan pengaduan secara formal yang
ditujukan kepada berbagai instansi, antara lain :
a. Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung;
b. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Propinsi Lampung;
c. Pemerintah Kota Bandar Lampung;
d. Pemerintah Propinsi Lampung;
e. DPRD Kota Bandar Lampung, dan
f. DPRD Propinsi Lampung
Warga masyarakat Kelurahan Way Lunik dan Kelurahan Pidada, melalui surat
tanggal 8 Agustus 1998 dan 31 Agustus 1998, mengajukan permohonan sertipikat
hak milik melalui Prona Swadaya kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar
Lampung atas tanah yang terletak diatas hak pengelolaan PT. PELINDO Cabang
II Panjang. Petugas Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung melakukan
identifikasi lapangan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara tanggal 12
Oktober 1998.
63
Surat-surat tersebut ditanggapi oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar
Lampung dengan surat Nomor KPBL.1060/500/1998 tanggal 20 Oktober 1998
yang pada intinya menjelaskan bahwa tanah yang dimohon berada pada hak
pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang, sehingga untuk dapat diajukan
permohonan haknya terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
pemegang hak atas tanah.
Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, melalui surat Nomor 500-4697
tanggal 14 Juli 2000, minta konfirmasi penggunaan tanah kepada PT. PELINDO
II Cabang Panjang. Surat tersebut ditanggapi oleh General Manager PT.
PELINDO II Cabang Panjang melalui surat Nomor FP.012/1/1/C.PJG.2000
tanggal 9 Agustus 2000 yang pada intinya tanah yang dikuasai masyarakat
tersebut termasuk dalam master plan/Rencana Induk Pengembangan Pelabuhan
Panjang sehingga tetap akan dikelola oleh pelabuhan Panjang.
Koordinasi antar instansi dengan salah satu pihak yang berkonflik juga
dilakukan pada tanggal 30 Juli 1999 yang dihadiri oleh Asisten I Pemerintah
Kota bandar Lampung, perwakilan dari Kantor Pertanahan Kota bandar
Lampung, Camat Panjang dan perwakilan dari PT. PELINDO II Cabang Panjang
yang pada intinya bahwa tanah yang dikuasai warga masyarakat berada
diatas hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang sehingga dilokasi
tersebut tidak bisa dimasukkan program pensertipikatanmelalui Prona Swadaya.
Koordinasi antara Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dengan
General Manager PT. PELINDO II Cabang Panjang juga dilaksanakan tanggal 18
Oktober 2001 yang membahas kemungkinan pihak pelabuhan Panjang untuk
merespon keinginan warga masyarakat untuk mengajukan permohonan hak atas
tanah, akan tetapi PT. PELINDO II Cabang Panjang tidak mempunyai
kewenangan untuk itu sehingga hal tersebut akan disampaikan kepada yang
berwenang yaitu PT. PELINDO II Jakarta.
Warga masyarakat, melalui surat tanggal 30 Oktober 2001 mengajukan
permohonan bantuan untuk memperoleh sertipikat hak milik atas tanah yang
64
dikuasainya kepada Walikota dan DPRD Kota Bandar Lampung. Kepala Kantor
Pertanahan Kota Bandar Lampung melalui nota dinas Nomor 570-2335 tanggal 13
Nopember 2001 kepada Walikota Bandar Lampung mengusulkan agar dilakukan
inventarisasi subyek dan obyek tanah yang dikuasai warga masyarakat.
Tim dari Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung Pada tanggal 21 sampai
dengan 26 Januari 2002 melakukan inventarisasi dan penelitian lapangan
dengan hasil bahwa tanah hak pengelolaan yang dikuasai warga masyarakat seluas
lebih kurang 36,19 Ha yang terdiri dari 2.953 bidang dan berdasarkan hasil
penelitian tersebut, melalui surat Nomor 590/501/10/2002 tanggal 24 April 2002,
Walikota Bandar Lampung minta kepada Direktur Utama PT. PELINDO II Pusat
untuk melepaskan tanah HPL yang telah dikuasai warga masyarakat
karena keberadaan pemukiman penduduk telah ada sebelum Surat Keputusan
Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun
1987, sedangkan untuk perluasan pelabuhan agar dilakukan dengan cara reklamasi
sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor 57
Tahun 2001.
Surat Walikota Bandar Lampung tersebut oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang
ditanggapi dengan surat Nomor FP.015/1/9/C.PJG-04 tanggal 9 Agustus 2004
yang pada intinya menjelaskan bahwa tanah HPL PT.PELINDO II Cabang
Panjang telah tercatat sebagai asset dan berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas dan Akta Pendirian Perusahaan PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia II Nomor 3 tahun 1992 jo. Akta Nomor 4 tahun 1998 tanggal
5 Mei 1998, bahwa setiap tindakan untuk pelepasan/penghapusan asset harus
mendapat persetujuan dari pemegang saham/ Kementerian Badan Usaha Milik
Negara.
Upaya penyelesaian tersebut oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang, telah
dilaporkan kepada Menteri BUMN selaku pemegang saham PT. PELINDO II
Pusat di Jakarta melalui surat Nomor FP.015/6/13/P/ II.05 tanggal 29 Agustus
2005.
65
2. Penyelesaian konflik melalui negosiasi
Negosiasi tanggal 23 Desember 2002 diadakan di Kantor PT. PELINDO II
Cabang Panjang yang dihadiri wakil dari kedua pihak untuk membahas tuntututan
masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan
Kelurahan Pidada agar tanah HPL yang telah dikuasai masyarakat dilepaskan oleh
PT. PELINDO II Cabang Panjang. Dalam pertemuan tersebut disepakati untuk
membentuk Tim Penyelesaian Masalah untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Negosiasi dilanjutkan pada tanggal 3 Pebruari 2003 yang bertempat di Kantor
PT.PELINDO II Cabang Panjang yang dihadiri wakil dari kedua pihak. Hasil dari
pertemuan tersebut adalah penunjukan nama-nama anggota Tim Penyelesaian
Masalah serta penyusunan rencana kerja tim tersebut.
PT. PELINDO II Cabang Panjang melalui Surat Keputusan General Manager
Nomor UM.338/2/1/C.PJG.2004 tanggal 3 Mei 2004, dibentuklah Tim Terpadu
Inventarisasi Permasalahan Tanah hak pengelolaan Pelabuhan Panjang di
Kelurahan Way Lunik dan Kelurahan Pidada Panjang. Tim tersebut beranggota-
kan perwakilan dari PT.PELINDO II Cabang Panjang, warga masyarakat dan
instansi pemerintah yang terkait antara lain Kantor Pertanahan Kota Bandar
Lampung, Camat dan Lurah setempat. Tim tersebut bertugas melakukan
inventarisasi tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat kelurahan Way Lunik
Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang.
Hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Tim Penyelesaian Masalah tersebut
dituangkan dalam Berita Acara Nomor UM.339/2/13/C.PJG.2004 tanggal 9 Juni
2004 berupa rekapitulasi inventarisasi tanah HPL Pelabuhan Panjang yang dihuni
oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan
dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang yaitu seluas 9,0874 Ha dengan jumlah
739 Kepala Keluarga.
Hasil Tim tersebut oleh warga masyarakat ditindaklanjuti dengan melakukan
negosiasi penyelesaian konflik kepada PT. PELINDO II Kantor Pusat di Jakarta
66
pada tanggal 2 Agustus 2004 yang dihadiri para wakil dari kedua pihak. Dalam
negosiasi tersebut PT.PELINDO II Pusat menawarkan kepada masyarakat untuk
membuat Surat Perjanjian Penggunaan Bagian Tanah HPL Pelabuhan dengan tarif
sewa Rp. 0,- (nol rupiah), namun warga masyarakat menginginkan agar PT.
PELINDO II Cabang Panjang melepaskan tanah HPL yang telah dikuasai
masyarakat tersebut untuk bisa dimohonkan haknya.
3. Penyelesaian konflik melalui Pengadilan
PT. PELINDO II Cabang Panjang dan warga masyarakat hingga saat ini belum
berniat untuk menyelesaikan konflik tersebut melalui jalur hukum (litigasi), tetapi
narasumber Agus Fazri, Asisten Manager Hukum, Pengamanan dan Pelayanan
Pelanggan PT. PELINDO II Cabang Panjang dalam wawancara tanggal 13 Maret
2008 menyatakan bahwa pihaknya berniat untuk menyelesaikan konflik tersebut
melalui jalur hukum jika upaya penyelesaian konflik melalui alternatif
penyelesaian sengketa tidak berhasil.
III.4.3. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan diatas kemudian diolah. Pengolahan data tersebut
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. editing, yaitu data diperiksa kembali kelengkapannya, kejelasan dan
relevasinya dengan penulisan yang dilakukan. Terhadap data yang belum
lengkap dan kurang jelas, maka data tersebut diupayakan untuk
kelengkapannya dengan melakukan konfirmasi ulang ke sumber data yang
bersangkutan.
b. coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban yang merupakan hasil wawancara
dengan memberikan kode-kode tertentu pada jawaban agar mudah untuk
dianalisis;
c. penyusunan dan pengelompokan data (informasi) yang diperoleh sesuai
dengan kerangka yang menjadi pokok bahasan yang telah ditetapkan secara
sistematis dan rinci.
d. pengujian keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu check,
recheck dan cross check terhadap data yang diperoleh. Data tersebut
67
dibandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan cara antara lain
sebagai berikut :
- membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara;
- membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
III.4.3.1. Riwayat Penguasaan Tanah Oleh Warga Mayarakat dan Pemberian
HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang
Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan para narasumber
kemudian dilakukan cross check dengan data yang ada pada Kantor Pertanahan
Kota Bandar Lampung yang hasilnya menunjukkan bahwa penguasaan tanah HPL
PT. PELINDO II Cabang Panjang oleh warga masyarakat Kelurahan Way Lunik
Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang telah
dilakukan sejak 30 tahun yang lalu.
PT. PELINDO II Cabang Panjang baru memperoleh hak atas tanah pada tahun
1989 yaitu berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
16/HPL/BPN/89 tanggal 4 Pebruari 1989 Jo. Nomor 16/HPL/BPN/89/A/29
tanggal 3 Mei 1989 yang kemudian didaftarkan di Kantor Pertanahan Kota
Bandar Lampung dengan sertipikat Nomor 01/Way Lunik tanggal 3 Nopember
1989. Dengan demikian penguasaan tanah oleh masyarakat telah dilakukan jauh
sebelum hak pengelolaan tersebut diberikan kepada PT. PELINDO II Cabang
Panjang.
III.4.3.2. Kondisi Eksisting Penguasaan Tanah HPL Oleh PT. PELINDO II
Cabang Panjang dan Warga Mayarakat
Data mengenai kondisi eksisting penguasaan tanah hak pengelolaan baik oleh
PT.PELINDO II Cabang Panjang maupun warga masyarakat selanjutnya dipakai
sebagai dasar untuk melakukan deliniasi pada citra satelit Ikonos yang terkoreksi
dan yang di-overlay dengan peta pendaftaran untuk memperoleh batas-batas
tanah HPL yang secara fisik dikuasai oleh PT. PELINDO II Cabang Panjang
maupun oleh warga masyarakat berdasarkan kondisi lapangan yang ada pada saat
ini.
68
Hasil dari kegiatan deliniasi Citra Ikonos yang telah di-overlay dengan peta
pendaftaran tanah tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 yang meliputi deliniasi
terhadap :
1. Tanah HPL yang secara fisik di lapangan dikuasai oleh PT. PELINDO II
Cabang Panjang.
2. Tanah HPL yang secara fisik di lapangan dikuasai okeh warga masyarakat
Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada,
Panjang Selatan dan Karang Maritim Kecamatan Panjang.
3. Tanah HPL di daerah kajian penelitian yang dikuasai oleh warga masyarakat
Kelurahan Way Lunik Kecamatan Telukbetung Selatan dan Kelurahan Pidada
Kecamatan Panjang
Dari data-data diatas, menunjukkan bahwa meskipun PT. PELINDO II Cabang
Panjang telah memegang sertipikat hak pengelolaan Nomor 1/Way Lunik atas
tanah seluas 105 Ha, akan tetapi secara fisik tanah hak pengelolaan tersebut tidak
semuanya bisa dikuasi PT. PELINDO II Cabang Panjang, melainkan sebagian
dari hak pengelolaan tersebut secara fisik dikuasai oleh warga masyarakat untuk
pemukiman penduduk.
III.4.3.3. Bentuk Konflik Antara PT. PELINDO II Cabang Panjang Dengan
Warga Mayarakat
Hasil pengumpulan data mengenai bentuk konflik yang terjadi antara PT.
PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Way Lunik
Kecamatan Pidada dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang, menunjukkan
bahwa kepentingan warga masyarakat untuk memperoleh hak atas tanah HPL
yang dikuasainya karena untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu perumahan,
sehingga warga masyarakat menuntut agar tanah HPL tersebut dilepaskan oleh
PT. PELINDO II Cabang Panjang.
Kepentingan PT. PELINDO II Cabang Panjang untuk menguasai tanah HPL
tersebut karena dalam jangka panjang, tanah tersebut akan dipergunakan untuk
perluasan operasional pelabuhan, sehingga PT. PELINDO II Cabang Panjang
tetap ingin menguasai tanah HPL tersebut.
69
III.4.3.4. Bentuk Penyelesaian Konflik Antara PT. PELINDO II Cabang
Panjang Dengan Warga Mayarakat
Hasil pengumpulan data mengenai bentuk penyelesaian konflik antara PT.
PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Way Lunik
Kecamatan Pidada dan Kelurahan Pidada Kecamatan Panjang, menunjukkan
bahwa konflik tersebut diselesesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa
dalam bentuk pengaduan secara formal kepada instansi terkait dan negosiasi
antara para pihak yang berkonflik. Upaya penyelesaian konflik melalui negosiasi
tersebut gagal karena masing-masing pihak masih tetap bertahan pada keinginan
untuk sama-sama memperoleh tanah HPL tersebut. Warga masyarakat cenderung
melakukan upaya penyelesaian seperti semula yaitu melalui pengaduan kepada
instansi terkait. Dengan demikian para pihak belum pernah menempuh upaya
penyelesaian sengketa dengan jalan mediasi, konsiliasi, pencarian fakta maupun
mediasi. Sedangkan upaya litigasi (jalur hukum) memang dihindari oleh para
pihak yang berkonflik.
Banyaknya surat pengaduan yang disampaikan oleh warga masyarakat ternyata
tidak dapat menyelesaikan konflik tersebut. Apalagi PT. PELINDO II Cabang
Panjang juga berupaya untuk menolak permohonan warga masyarakat tersebut
dengan alasan bahwa tanah yang dikuasai warga masyarakat tersebut termasuk
dalam HPL Nomor 01/Way Lunik atas nama PT. PELINDO II Cabang Panjang
dan telah dimasukkan dalam Rencana Induk Pengembangan Pelabuhan Panjang.
Disamping itu tanah hak pengelolaan PT. PELINDO II Cabang Panjang tersebut
sudah tercatat sebagai asset yang untuk pelepasannya harus mendapat persetujuan
dari pemegang saham/Kementerian BUMN.
Melihat perbedaan kepentingan dari dua pihak tersebut, instansi terkait juga
berupaya untuk memberikan masukan dan alternatif penyelesaian, namun
demikian pembahasan kearah penyelesaian konflik yang dilakukan instansi terkait
juga masih bersifat koordinatif dan masih dalam tataran untuk menggali informasi
dan keingingan dari salah satu pihak saja tanpa melibatkan pihak lainnya.
70
Misalnya, pertemuan tanggal 30 Juli 1999 dan tanggal 18 Oktober 2001 yang
dihadiri pihak PT. PELINDO Cabang Panjang.
Yang menarik dalam upaya penyelesaian konflik tersebut adalah sikap dari
Kepala Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan Walikota Bandar Lampung
yang melalui surat nomor 590/501/10/2002 tanggal 24 April 2002 kepada PT.
PELINDO II Jakarta minta kepada PT. PELINDO II untuk melepaskan HPL yang
dikuasai warga masyarakat dengan alasan warga masyarakat telah menguasai
tanah tersebut sebelum HPL diterbitkan. Padahal di awal konflik tersebut sikap
BPN tegas tidak mengabulkan permohonan masyarakat tanpa seijin pemegang
HPL. Sikap tersebut juga tidak sejalan dengan keputusan BPN yang mengabulkan
permohonan pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang pada
tahun 1989. Jika warga masyarakat sudah menguasai tanah sebelum pemberian
HPL, seharusnya hal itu dijadikan pertimbangan dalam pemberian haknya.
III.4.4. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan kategori yang telah diterapkan yaitu
analisis deskriptif kualitatif. Data yang telah dikumpulkan diolah dan dikaitkan
dengan kategori-kategori tersebut, kemudian dihubungkan dengan konsep atau
teori yang ada sehingga dapat diintepretasikan secara kualitatif untuk menjawab
masalah penelitian sekunder.
a. Data mengenai proses pemberian HPL atas nama PT. PELINDO II Cabang
Panjang yang telah diolah, kemudian dianalisis dengan teori pemberian hak
atas tanah untuk menghasilkan kesimpulan apakah pemberian HPL kepada
PT. PELINDO II Cabang Panjang tersebut telah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Data mengenai kondisi eksisting penguasaan tanah HPL oleh PT. PELINDO II
Cabang Panjang dan warga masyarakat yag telah diolah, kemudian dianalisis
dengan teori pemberian hak atas tanah. Untuk mengetahui penguasaan dan
penggunaan dan batas-batas tanah dilakukan identifikasi dengan menggunakan
Citra Ikonos untuk memperoleh gambaran kondisi eksisting yang sebenarnya.
Disamping itu analisis juga dilakukan dari sudut pandang administrasi
71
pertanahan untuk menghasilkan kesimpulan apakah penguasaan tanah HPL
PT. PELINDO II Cabang Panjang tersebut telah sesuai dengan tujuan
diberikannya HPL.
c. Data mengenai bentuk konflik yang terjadi antara PT. PELINDO II Cabang
Panjang dan warga masyarakat yang telah diolah, kemudian dianalisis dengan
teori pemberian konflik untuk menghasilkan kesimpulan mengenai sumber,
bentuk dan kompleksitas serta intensitas konflik penguasaan dan pemilikan
tanah antara PT. PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat.
d. Data mengenai bentuk penyelesaian konflik antara PT. PELINDO II Cabang
Panjang dan warga masyarakat diolah, kemudian dianalisis dengan teori
penyelesaian konflik menghasilkan kesimpulan mengenai bentuk penyelesaian
konflik yang telah ditempuh dan penyebab kegagalan upaya tersebut.
e. Setelah pertanyaan penelitian sekunder terjawab, maka dari analisis tersebut
dipergunakan untuk menjawab pertanyaan utama penelitian yaitu bagaimana-
kah rumusan penyelesaian konflik penguasaan dan pemilikan tanah antara PT.
PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat Kelurahan Pidada
Kecamatan Panjang dan Kelurahan Way Lunik Kecamatan Teluk-betung
Selatan.