II Tinjauan Pustaka Fix

16
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) 2.1.1 Klasifikasi Kerapu macan merupakan salah satu dari genus Epinephelus yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Setianto (2012) mengatakan bahwa ikan kerapu macan memiliki klasifikasi sebagai berikut : Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Filum : Chordata Class : Osteichtyes Ordo : Percomorphi Family : Serranidae Genus : Epinephelus Spesies : Epinephelus fucoguttatus Gambar 1. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) (sumber : www.budidayanews.blogspot.com, 2012)

Transcript of II Tinjauan Pustaka Fix

Page 1: II Tinjauan Pustaka Fix

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

2.1.1 Klasifikasi

Kerapu macan merupakan salah satu dari genus Epinephelus yang

memiliki nilai ekonomis tinggi. Setianto (2012) mengatakan bahwa ikan kerapu

macan memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Phylum : ChordataSub phylum : VertebrataFilum : ChordataClass : OsteichtyesOrdo : Percomorphi Family : SerranidaeGenus : EpinephelusSpesies : Epinephelus fucoguttatus

Gambar 1. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

(sumber : www.budidayanews.blogspot.com, 2012)

2.1.2 Morfologi

Ikan kerapu macan (Epinephelus fucoguttatus) memiliki ciri-ciri bentuk

tubuhnya agak rendah, moncong panjang pipih dan tajam, terdapat bintik putih

coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior.

Page 2: II Tinjauan Pustaka Fix

5

Disebut kerapu macan (E. fuscoguttatus) karena tubuhnya memiliki totol yang

mirip macan. Bentuk badan kerapu macan memanjang dan gepeng (compressed),

tetapi kadang-kadang ada juga yang agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan

bibir bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi

geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung

luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi-gigi yang besar. Kepala, badan,

dan sirip memiliki totol yang rapat dan berwarna agak gelap. Garis rusuk (linea

lateralis) bersisik sebanyak 110-114 buah. E. fuscoguttatus memiliki warna

kecoklatan dengan tubuh bagian vertical agak putih. Pada permukaan tubuh

terdapat 4-6 garis vertical berwarna gelap (Yudha dan Gumay, 2003).

Retnaningdyah (2000) mengemukakan ciri-ciri ikan kerapu macan secara

morfometri yaitu sirip dorsal/ punggung dengan 11 jari keras dan 14-15 jari lunak

(D-xs, 14-15). Sirip anal/ dubur dengan 3 jari keras dengan 8-9 jari lunak (A-III,

8-9); sirip pectoral/ dada dengan 1 jari keras dan 5 jari lunak (V-I, 5); sirip caudal/

ekor dengan 15 jari lunak (C-15). Selain itu juga dikemukakan bahwa kerapu

macan memiliki kepala agak cembung, bersisik seluruhnya termasuk bagian

rahang bawah dengan tipe sisik cycloid, warna tubuhnya coklat terang sampai

gelap dengan kumpulan bercak coklat tua atau hitam pada kepala, badan, ekor dan

sirip.

2.1.3 Siklus Reproduksi dan Perkembangan Gonad

Ikan kerapu mulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina, kemudian

akan berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi masa interseks dan terakhir

masa jantan. Ketika ikan kerapu masih muda (juvenile), gonadnya mempunyai

Page 3: II Tinjauan Pustaka Fix

6

daerah ovarium dan daerah testis. Jaringan ovari kemudian mengisi sebagian

gonad dan setelah jaringan ovari berfungsi mampu menghasilkan telur, kemudian

akan terjadi transisi dimana testisnya akan membesar dan ovarinya mengurut. Ikan

kerapu macan yang sudah tua umumnya sudah teroduksi sekali sehingga sebagian

besar dari gonad terisi jaringan lain. Fase produksi pada induk betina dicapai pada

panjang tubuh antara 45 - 50 cm dengan berat 3 - 10 kg dan umur kurang lebih 5

tahun, selanjutnya menjadi jantan yang matang gonad pada ukuran minimal 74 cm

dengan berat kurang lebih 11 kg (Setianto, 2012).

Effendi (1997) menyebutkan bahwa untuk menelaah perkembangan gonad

ikan hermaprodit protogini ini tanda morfologi petunjuk ciri seksual tidak

didapatkan kecuali ukuran besarnya ikan. Pada saat ikan kerapu menjadi betina,

kelas 1 adalah gonad yang tidak masak. Kelas 2, 3, 4 merupakan kelas yang

mewakili tahap-tahap perkembangan di dalam ikan betina yang masak gonad.

Kelas 7, 8, 9 dan 10 merupakan kelas tahap perkembangan pada ikan jantan.

Pemeriksaan tingkat kematangan gonad merupakan salah satu kegiatan

dari seleksi induk. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad induk ikan

kerapu macan dapat dilakukan dengan cara stripping dan kanulasi. Stripping yang

dilakukan untuk mengetahui kematangan gonad ikan kerapu jantan dengan

mengurut secara perlahan perut ikan ke arah anus, jika terlihat cairan kental

berwarna putih susu merupakan sperma ikan dan kekentalan cairan tersebut

menunjukkan jumlah sperma yang terkandung di dalamnya dan tingkat

kematangan gonadnya. Kanulasi yang dilakukan untuk mengetahui sel telur

kerapu macan dengan cara memasukkan selang kecil dengan diameter 0,8-2 mm

Page 4: II Tinjauan Pustaka Fix

7

ke dalam lubang kelamin ikan sedalam kurang lebih 10 cm dan kemudian ujung

yang lain dihisap, sel telur yang terambil akan tampak berupa butiran-butiran

kecil. Kematangan sel telur ini bisa diamati secara mikroskopis dan apabila telur

telah mencapai diameter lebih dari 500 mikron maka telur tersebut telah matang

(Anonimous, 1996).

2.1.4 Siklus Hidup

Effendi (2002) menyatakan bahwa ikan kerapu merupakan jenis ikan

bertipe hermaprodit protogini, dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari

fase betina ke fase jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai

ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. Pada ikan kerapu jenis

Epinephelus diacantus kecenderungan perubahan kelamin terjadi selama tidak

bereproduksi yaitu antara dua sampai enam tahun, tetapi perubahan terbaik terjadi

antara dua sampai tiga tahun.

Dalam siklus hidupnya, pada umumnya ikan kerapu muda hidup di

perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 m, selanjutnya menginjak dewasa

beruaya ke perairan yang lebih dalam antara tujuh sampai 40 m. Telur dan

larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal.

Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar

pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun (Setianto, 2012).

2.1.5 Tingkah Laku Makan ( feeding behaviour)

Ikan kerapu macan merupakan hewan karnifora yang memangsa ikan-ikan

kecil, kepiting, dan udang-udangan. Kerapu macan bersifat karnifora dan

Page 5: II Tinjauan Pustaka Fix

8

cenderung menangkap/ memangsa yang aktif bergerak di dalam kolam air

(Setianto, 2012).

Ikan kerapu macan yang dipelihara dalam keramba/ bak beton mempunyai

kebiasaan makan dengan menyergap pakan yang diberikan satu persatu sebelum

pakan itu sampai ke dasar. Kerapu dalam keadaan lapar terlihat siaga dan selalu

menghadap ke permukaan air dengan mata bergerak-gerak siap memangsa pakan.

Pakan yang paling disukai kerapu macan adalah jenis crustacean seperti rebon,

dogol dan krosok, juga jenis ikan tembang, teri, dan belanak (Anonimous, 1996).

Ikan kerapu macan juga bersifat kanibal. Biasanya mulai terjadi saat larva

kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu

tempat dengan kepadatan tinggi. Ikan kerapu macan mencari makan hingga

menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya (Setianto, 2012).

2.1.6 Habitat dan Penyebaran

Menurut Setianto (2012), Ikan kerapu macan merupakan kelompok yang

hidup di dasar perairan berbatu dengan kedalaman 60 m dan daerah dangkal yang

mengandung koral. Selama siklus hidupnya memiliki habitat yang berbeda-beda

pada setiap fasenya. Ikan kerapu macan mampu hidup di daerah dengan

kedalaman 0.5–3 m pada area padang lamun, selanjutnya menginjak dewasa akan

berpindah ke tempat yang lebih dalam lagi, dan perpindahan ikan berlangsung

pada pagi hari atau menjelang senja.

Ikan kerapu macan terdapat hampir di semua perairan pulau tropis Hindia

dan samudra pasifik barat dari pantai timur Afrika sampai dengan Mozambika,

selain itu juga ditemukan di Madagaskar (Kordi, 2001).

Page 6: II Tinjauan Pustaka Fix

9

Ikan kerapu tersebar dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di

Indonesia, kerapu macan banyak ditemukan pada perairan di Pulau Sumatra,

Jawa, Sulawesi, Bali, Papua, Ambon, Buru, Bacan dan Kayoa (Gusrina, 2008).

Penyebaran ikan kerapu di Indonesia dapat ditemukan di perairan Pulau

Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Busu dan Pulau Ambon dengan indikator ikan

tersebut banyak terdapat di perairan karang-karang , disebutkan pula bahwa dalam

siklus hidup ikan kerapu macan pada umumnya kerapu muda hidup di perairan

karang pantai dengan kedalaman 0,5-3 m, setelah dewasa akan melakukan

perpindahan ke perairan yang lebih dalam yaitu pada kedalaman antara 7-40 m,

perpindahan ini umumnya berlangsung pada siang atau malam hari (Muslim,

1999).

2.2 Pemeliharaan Induk Kerapu Macan

2.2.1 Seleksi Induk

Induk kerapu macan dapat dikatakan memiliki kondisi yang baik apabila

berada dalam kondisi prima (sehat) dan tidak terdapat cacat, baik cacat karena

luka atau serangan parasit. Kriteria lain induk yang baik ialah memiliki berat

optimal, menurut Mayunar dkk. (1993) tingkat kematangan gonad induk ikan

kerapu macan tidak dapat dilihat berdasarkan umur, melainkan berdasarkan

ukuran. Betina matang gonad, berat tubuhnya berkisar antara 2,5–5 kg dengan

panjang tubuh 50-55 cm, sedangkan untuk ikan jantan matang gonad, beratnya

berkisar antara 5-6 kg dengan panjang total 60-68 cm (Mayunar dkk., 1993)

Page 7: II Tinjauan Pustaka Fix

10

Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan cara

mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warna

putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya.

Kematangan kelamin induk ikan betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu

memasukkan selang plastik kedalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap.

Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis

tengah (diameter) telur diatas 450 mikron (Kordi, 2001).

2.2.2 Manajemen Pakan

Menurut Setiadharma (2008) yang telah melakukan penelitian terhadap

manajemen pakan untuk induk ikan kerapu macan, didapatkan hasil bahwa induk

ikan kerapu macan yang diberikan pakan berupa ikan dan cumi-cumi segar dan

ditambahkan dengan vitamin E dan vitamin C yang telah dicampur lebih banyak

melakukan pemijahan daripada hanya diberikan pakan berupa ikan dan cumi-cumi

segar saja. Pengamatan tersebut dilakukan selama 8 bulan dan didapatkan hasil

pada perlakuan pakan yang ditambahkan dengan vitamin E dan C melakukan

pemijahan sebanyak 11 kali sementara pada perlakuan pakan biasa tanpa

ditambahkan vitamin apapun hanya melakukan pemijahan sebanyak 7 kali.

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam suatu proses

reproduksi secara buatan dan terkontrol sangat penting. Selain perlakuan dengan

cara hormonal, yaitu penyuntikan hormon methyltestosteron, penambahan vitamin

juga dapat mempercepat perkembangan sel telur dan sperma induk jantan

(Setiadharma, 2008).

Page 8: II Tinjauan Pustaka Fix

11

Fungsi dari vitamin C pada kandungan pakan adalah untuk meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap stres, di samping itu vitamin C dapat berperan dalam

pembentukan kolagen, dan dapat mencegah terjadinya metabolisme lemak yang

abnormal, seperti berkurangnya kadar asam lemak dan terganggunya penggunaan

lemak tubuh selama tidak makan. Sementara fungsi dari vitamin E pada

kandungan pakan adalah untuk meningkatkan fungsi membran sel (Setiadharma,

2008).

2.2.3 Karantina dan Pengendalian Penyakit

Menurut Sigit dan Yayan (1993) sumber induk bisa dari alam atau dari

budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di laut. Jika dari alam, penangkapan

harus dilakukan dengan alat tangkap seperti jaring dan pancing. Induk yang

terserang penyakit dan terdapat luka pada saat penangkapan akan ditreatment

terlebih dahulu sebelum dilepas ke dalam bak pemeliharaan induk. Karantina

bertujuan mencegah dan mengobati induk kerapu macan yang terserang penyakit

dan terdapat luka, sehingga ketika induk dilepas pada bak pemeliharaan, induk

dalam kondisi prima.

2.2.4 Kualitas Air

Agar kualitas air dalam bak induk tetap terjamin, maka dilakukan sistem

sirkulasi air sebesar + 200-300 % per hari dan berlangsung selama 24 jam. Sistem

sirkulasi ini dilakukan dengan penggunaan pipa 4 inci pada pipa inlet dan 4 inci

pada pipa outlet (pipa pembuangan tengah). Pembuangan air bak induk dilakukan

sekali dalam sehari yaitu pada waktu pagi hari, khususnya setiap kali selesai

Page 9: II Tinjauan Pustaka Fix

12

pemberian pakan yakni dengan melepas kran pipa pembuangan tengah (berukuran

4 inci) dan membuka penuh pipa pembuangan samping yang berukuran 12 inci.

Jangka waktu penurunan air bak berlangsung selama + 3 jam (Subyakto dan

Cahyaningsih, 2003).

2.2.5 Pemijahan

Pemijahan dilakukan apabila induk telah siap memijah dengan salah satu

indikator yaitu secara visual bagian abdomen (perut) induk kerapu macan betina

sudah tampak membesar (membuncit) atau dengan perantaraan selang kanulasi.

Sedangkan untuk induk jantan matang gonad memiliki sperma cukup kental serta

berwarna putih susu ketika distripping. Teknik pemijahan dilakukan dengan

sistem manipulasi lingkungan yang dilakukan dengan cara penurunan air hingga

kedalaman air hanya mencapai 50 cm dari dasar bak. Pada sore hingga menjelang

malam hari permukaan air dinaikkan kembali sampai mencapai batas ketinggian

air maksimum (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003).

2.2.6 Perkembangan Embrio

Menurut Muslim (1999) telur mulai dibuahi hingga menetas memerlukan

waktu antara 18-20 jam, setelah telur dibuahi 40 menit kemudian terjadi

perkembangan embrio yang mulai dari stadium 1 sel kemudian berturut-turut

menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, banyak sel, morula, blastula, gastrula neurola dan

kemudian meningkat menjadi embrio yang sudah berkepala serta jantung tetapi

belum berfungsi memiliki tunas ekor. Beberapa menit kemudian jantungnya mulai

berfungsi ekornya tumbuh dan badannya mulai bergerak-gerak sampai akhirnya

Page 10: II Tinjauan Pustaka Fix

13

telur itu menetas. Penetasan sangat mempengaruhi/ dipengaruhi oleh temperatur

dan salinitas.

Effendi (1997) menjelaskan lebih lanjut tentang perkembangan embriologi

ikan teleost (termasuk ikan kerapu macan) sebagai berikut :

1. Morula adalah perkembangan embrional setelah sel membelah menjadi fase

banyak sel, sinkronisasi, pembelahan mitosis sudah hilang.

2. Blastula merupakan pembelahan satu lapis, dimana setelah fase morula

blastodermnya (bakal sel yang akan kelak akan menjadi bagian depan embrio

yang memiliki lapisan tebal) berbentuk seperti mangkuk terbalik. Lapisan ini

dinamakan periblast atau tropoblast yang erat hubungannya dengan substansi

kuning telur. Rongga yang ada diantara blastoderm dan periblast dinamakan

blastocoels. Stadium ini dinamakan juga stadium blastula awal. Pada stadium

ini terdapat 2 macam sel yaitu sel formatif dan sel non formatif.

3. Gastrula sebagai kelanjutan dari stadium blastula, merupakan perkembangan

embrio dari 1 lapis menjadi 2 lapis dengan pergerakan dalam proses

pembelahan lebih cepat daripada stadium blastula.

4. Neurola terjadi bersamaan dengan selesainya proses gastrula, ditandai dengan

dimulainya awal pembentukan organ oleh jaringan-jaringan epidermis, neural,

mesoderm, endoderm. Organ yang dibentuk dari jaringan neural antara lain

otak, ganglion dan mata. Organ yang berasal dari endoderm ialah lapisan

bagian dalam pencernaan makanan dengan kelenjarnya juga sebagian dari

kelenjar endokrin.