identitas peternak

7
Keadaan Umum Kecamatan Pati Luas wilayah Kabupaten Pati seluas 150.368 ha yang terdiri 58.782 lahansawah dan 91.585 lahan bukan sawah. Kecamatan Pati merupakan salah satukecamatan yang ada di Kabupaten Pati, dan merupakan Kota Kabupaten bagiKabupaten Pati. Kecamatan Pati yang terletak di pusat Kabupaten Pati, dan tepatnyaterletak di 0 Km dari kota Pati menjadikan Kecamatan Pati sebagai  pusat kegiatandari Kabupaten Pati, sebab pusat pemerintahan Kabupaten Pati berada di KecamatanPati. Secara administratif Kecamatan Pati berbatasan dengan:Sebelah utara : Kecamatan WedarijaksaSebelah timur : Kecamatan JuwanaSebelah selatan : Kecamatan GabusSebelah barat : Kecamatan MargorejoKecamatan Pati merupakan Kecamatan yang berada dilingkup KabupatenPati. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha sampingan yang dilakukan olehkebanyakan penduduk di daerah tersebut selain bertani. Jenis ternak yang dipeliharadi samping rumah adalah ruminansia besar seperti sapi. Luas wilayah kecamatan pati adalah seluas 1.249 ha (pembulatan atau kurang lebih 42,49 km2 yang terdiri dari 2.588 ha lahan sawah dan 1.691 ha lahan bukan sawah. Kepadatan penduduk 25.417 jiwa/km2, dengan ketinggian wilayah 5-23 m dpl dan mempunyai iklim tropika basah. Kecamatan pati memiliki 29 desa, presentase terbesar yaitu di desa ngepungrojo dengan presentase 7,84 % dari luas keseluruhan kec pati atau seluas 333,187 ha, yang terluas berikutnya yaitu desa sidokerto dengan luas 301,8 ha atau sebesar 7,1 % dari luas kecamatan pati. Sedangkan desa yang paling sempit adalah desa pati wetan yang hanya memiliki luas 26,667 ha atau sekitar 0,63% dari luas keseluruhan kec pati, desa pati wetan ini berada dibawah desa parenggan yang luasnya mempunyai selisis yang sedikit dg desa pati wetan yang luasnya 0,68% dari luas kec pati atau seluas 26,85 ha. Penggunaan lahan Suatu wilayah akan mempergunakan lahan yang dimilikinya dg sebaik-baiknya, agar setiap lahan yg ada pada wilayah tsb dpt dimanfaatkan dg optinal utk kesejahteraan masy.nya. penggunaan lahan yg sesuai kebutuhan akan memberikan manfaat dan tata ruang yg nyaman bg masy, sebaliknya apabila penggunaan lahan tidak berimbang maka akan menjadi tata ruang yg tidak teratur. Lahan merupakan sumberdaya alam fisik yg mempunyai peranan penting dlm kehidupan manusia diantaranya digunakan sbg tempat tinggal, melakukan keg pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan dan sebaginya. Akan tetapi fungsi lahan terus mengalami pergeseran dr lahan pertanian menjadi non pertanian shg sumber ketersediaan hijauan pakan ternak mjd semakin menipis. Berdasarkan table 2 tdk ada lahan perkebunan dan hutan tetapi hmt sbg sumber hijauan pakan dpt ditanam di tepi jalan dan tegalan. Kekurangan dan ketidakkontinyuan penyediaan pakan menurut nitis (1993) dpt diatasi dg meningkatkan penggunaan tanah-tanah kosong dibatas pekarangan, tepi jalan, pematang sawah dan tegalan.

description

sapi

Transcript of identitas peternak

Keadaan Umum Kecamatan PatiLuas wilayah Kabupaten Pati seluas 150.368 ha yang terdiri 58.782 lahansawah dan 91.585 lahan bukan sawah. Kecamatan Pati merupakan salah satukecamatan yang ada di Kabupaten Pati, dan merupakan Kota Kabupaten bagiKabupaten Pati. Kecamatan Pati yang terletak di pusat Kabupaten Pati, dan tepatnyaterletak di 0 Km dari kota Pati menjadikan Kecamatan Pati sebagai pusat kegiatandari Kabupaten Pati, sebab pusat pemerintahan Kabupaten Pati berada di KecamatanPati. Secara administratif Kecamatan Pati berbatasan dengan:Sebelah utara : Kecamatan WedarijaksaSebelah timur : Kecamatan JuwanaSebelah selatan : Kecamatan GabusSebelah barat : Kecamatan MargorejoKecamatan Pati merupakan Kecamatan yang berada dilingkup KabupatenPati. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha sampingan yang dilakukan olehkebanyakan penduduk di daerah tersebut selain bertani. Jenis ternak yang dipeliharadi samping rumah adalah ruminansia besar seperti sapi.

Luas wilayah kecamatan pati adalah seluas 1.249 ha (pembulatan atau kurang lebih 42,49 km2 yang terdiri dari 2.588 ha lahan sawah dan 1.691 ha lahan bukan sawah. Kepadatan penduduk 25.417 jiwa/km2, dengan ketinggian wilayah 5-23 m dpl dan mempunyai iklim tropika basah. Kecamatan pati memiliki 29 desa, presentase terbesar yaitu di desa ngepungrojo dengan presentase 7,84 % dari luas keseluruhan kec pati atau seluas 333,187 ha, yang terluas berikutnya yaitu desa sidokerto dengan luas 301,8 ha atau sebesar 7,1 % dari luas kecamatan pati. Sedangkan desa yang paling sempit adalah desa pati wetan yang hanya memiliki luas 26,667 ha atau sekitar 0,63% dari luas keseluruhan kec pati, desa pati wetan ini berada dibawah desa parenggan yang luasnya mempunyai selisis yang sedikit dg desa pati wetan yang luasnya 0,68% dari luas kec pati atau seluas 26,85 ha.

Penggunaan lahanSuatu wilayah akan mempergunakan lahan yang dimilikinya dg sebaik-baiknya, agar setiap lahan yg ada pada wilayah tsb dpt dimanfaatkan dg optinal utk kesejahteraan masy.nya. penggunaan lahan yg sesuai kebutuhan akan memberikan manfaat dan tata ruang yg nyaman bg masy, sebaliknya apabila penggunaan lahan tidak berimbang maka akan menjadi tata ruang yg tidak teratur. Lahan merupakan sumberdaya alam fisik yg mempunyai peranan penting dlm kehidupan manusia diantaranya digunakan sbg tempat tinggal, melakukan keg pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan dan sebaginya. Akan tetapi fungsi lahan terus mengalami pergeseran dr lahan pertanian menjadi non pertanian shg sumber ketersediaan hijauan pakan ternak mjd semakin menipis. Berdasarkan table 2 tdk ada lahan perkebunan dan hutan tetapi hmt sbg sumber hijauan pakan dpt ditanam di tepi jalan dan tegalan. Kekurangan dan ketidakkontinyuan penyediaan pakan menurut nitis (1993) dpt diatasi dg meningkatkan penggunaan tanah-tanah kosong dibatas pekarangan, tepi jalan, pematang sawah dan tegalan.Penggunaan lahan di kec pati th 2010 dibagi menjadi 2 yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah. Luas wilayah kec pati scr keseluruhan adalah seluas 4.249 ha. Lahan sawah di kec pati seluas 2.558 ha sedangkan sisanya adalah lahan bukan sawah seluas 1.691 ha. Lahan sawah di kec pati lebih luas drpd lahan bukan saahnya, hal ini dikarenakan pertanian mrpkn penggunaan lahan yang utama di kec pati.

Karakteristik peternakMenurut simamora (2004) karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana mengintrepretasikan informasi tersebut. Hasil pengukuran karakteristik peternak di kec pati dibedakan berdasarkan umur, pengalaman beternak, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan kepemilikan ternak.Umur peternakBerdasarkan table tersebut umur para peternak di kec pati sebagian besar berusia produktif (15-64) yaitu 93,33%, sedangkan peternak yang berusia nonproduktif yaitu 6,675. Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja di kec pati memiliki potensial dalam pengembangan sector pertanian terutama subsector peternakan karena sebagian besar peternaknya dalam usia produktif. Usia produktif menunjukkan kemampuan dan kemauan yang lebih dibandingkan dengan peternak yang berusia nonproduktif dalam hal penyediaan hijauan makanan ternak dengan jangkauan lebih luas, merawat, dan menjaga kebutuhan harian ternak.Menurut padmowiharjo (1994), makin muda usia peternak biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang makin besar terhadap hal-hal yang baru sehingga kesan mereka lebih cepat atau responsive dalam pembaharuan. Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi adalah apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.Pengalaman beternakPengalaman beternak ruminansia di kec pati sebagian besar lebih dari 10 tahun yaitu 58,33%. Menurut soehardjo dan patong (1973), pengalaman beternak mempengaruhi pengolahan usaha tani dimana petani yang ebih tua memiliki banyak pengalaman dan kapasitas pengolahan usaha tani yang lebih matang.Umumnya para peternak di Kecamatan Pati telah mengetahui tentang carabeternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun. Pengalaman beternakyang lama menandakan peternak sudah memiliki pengalaman yang cukup baiksehingga dapat dijadikan modal untuk mengelola ternak sapi potong dengan baik, seperti menanam hijauan pakan di lahan sendiri, mempergunakan pakan tambahan,dan menjaga kesehatan ternak.Jenis PekerjaanUsaha ternak ruminansia besar di Kecamatan Pati merupakan usahasampingan. Berdasarkan Gambar 4. sebagian besar 46,67 % responden memilikipekerjaan sebagai petani selain beternak sapi potong di rumah. Jumlah paling sedikitialah pedagang dan pensiunan dengan 1,67 % dan yang menjadi PNS sebesar 3,33 %.Lainnya merupakan presentase terbesar kedua, tetapi yang termasuk dalam lainnyaseperti tukang becak, kuli bangunan, tukang tambal ban, penjahit, dan sebagainyayang terdapat pada data yang diperoleh. Pengelompokan jenis pekerjaan lainnyadidasarkan karena jenis pekerjaan tersebut tidak termasuk dalam jenis pekerjaanyang terdapat pada Gambar 4.Sebagian besar pekerjaan peternak sebagai petani, menunjukkan bahwa parapeternak memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam hijauan pakan dan limbahpertanian untuk pakan ternak sapi potong. Beternak di Kecamatan Pati merupakanusaha sampingan yang dilakukan peternak untuk membantu menambah biaya hidupyang sebagian besar merupakan peternakan rakyat dengan modal kecil.

Tingkat pendidikanTingkat pendidikan di kec pati sebagian besar tingkat SD dengan 48,3 % dikuti oleh SMA dengan 20 %, SMP sebesar 16,7 %, dan tidaksekolah dengan 15 %, sedangkan untuk perguruan tinggi tidak ada. Hal inimenunjukkan bahwa pendidikan peternak di Kecamatan Pati masih kurang. Tingkatketerampilan dan pengetahuan peternak dalam hal penyediaan hijauan pakan masihrendah seperti halnya mengenai penyimpanan hijauan pakan yang hanya dimasukkandalam karung dan disimpan di samping kandang. Hal ini dapat disebabkan karenamasih rendahnya tingkat pendidikan peternak dan jarang adanya penyuluhpeternakan di Kecamatan Pati.Keterampilan dan pengetahuan dapat diperoleh peternak melalui pendidikanformal dan non-formal. Pendidikan formal merupakan ilmu yang diperoleh daribangku sekolahan (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Adapun pendidikan non-formal dapat dilakukan oleh peternak sebagai usaha untuk menambah wawasan,pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan yaitu dengan seminar-seminar, kursus,dan pelatihan.Kepemilikan ternakJumlah ternak yang dimiliki oleh peternak yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST). Pemilikan ternak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu skala kecil danskala besar. Menurut Karyadi (2008), menunjukkan bahwa peternak memiliki jumlahternak sedikit karena usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil dan hanyabersifat sampingan. Usaha peternakan sapi potong di Kecamatan Pati masih bersifatsampingan karena termasuk dalam peternakan rakyat dengan tiap peternak memilikirata-rata ternak 3 ekor. Presentase peternak yang memliki 3 ekor sebesar 85 %, yang memiliki 4-6 ekor sebesar 10% dan yang paling sedikit memiliki lebih dari 6 ekorsebesar 5 %. Peternak yang memiliki lebih dari 6 ekor ialah peternak yang berasaldari Desa Panjunan yang memiliki 34 ekor karena peternak tersebut memiliki limbahagroindustri sendiri, kebun rumput sendiri yang lebih banyak daripada peternak yang lain. Tenaga kerjaTenaga kerja peternak di Kecamatan Pati hampir semuanya menggunakantenaga kerja keluarga yang sebagian besar laki-laki (93,33%) dan sisanya tenagakerja perempuan (6.67%). Setiap tenaga kerja asal keluarga memiliki tanggungjawab masing-masing yaitu membersihkan kandang, menyediakan hijauan, danmemberikan pakan dan minum pada ternak. Tenaga kerja perempuan hanya sebatasdalam pemberian pakan, sedangkan pengadaan pakan setiap harinya danpembersihan kandangnya dilakukan oleh anak laki-laki dan laki-laki dewasa, hal inisesuai dengan pernyataan Soewardi dan Suryahadi (1988), bahwa di Indonesiatenaga kerja keluarga merupakan andalan utama pemenuhan tenaga kerja dalampemeliharaan ternak yang sifatnya tradisional, dan tidak dinilai dengan uang,meskipun usaha tani dapat sekali-kali membayar tenaga kerja tambahan untukpemeliharaan ternak. Anggota keluarga yang aktif bekerja pada usaha tani tergantungdari banyaknya anggota keluarga yang sudah dewasa dan banyaknya laki-laki dalamkeluarga tersebut.

Alhamdulillaa hirabbilaalamiin. Segala puji dan syukur penulis panjatkankepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karenapertolongan dan kemudahan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawatserta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.Terimakasih penulis ucapkan kepada Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr., selakupembimbing utama skripsi dan Ir. M. Agus Setiana, MS., selaku pembimbinganggota skripsi sekaligus pembimbing akademik atas bimbingan, saran, dan nasihatyang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. IdatGalih Permana, M.Sc. Agr., atas nasihat dan dukungan semangatnya. Terimakasihkepada Nur Rochma Kumalasari, S.Pt. M.Si., selaku dosen pembahas seminar yangtelah memberi banyak masukan untuk penulisan skripsi. Terimakasih kepada Ir. LidyHerawati, MS. dan Ir. Dwi Joko Setyono, MS., selaku dosen penguji sidang yangtelah memberi banyak masukan untuk penulisan skripsi. Terimakasih kepada Ir.Widya Hermana, M.Si., selaku dosen panitia sidang yang telah memberi banyakmasukan untuk penulisan skripsi yang sempurna.Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Edi Triono dan IbuSisilia Dwi Yuningtyas selaku orang tua penulis yang selalu mencurahkan kasihsayang tiada hentinya, doa, dukungan moril dan materiil yang diberikan kepadapenulis. Terimakasih kepada Ella Rosita selaku adik penulis yang selalu memberidukungan semangat dalam penulisan skripsi.Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kusen dan keluarga yangtelah memberikan tempat dan nasihat tentang kehidupan selama penelitian. Penulisjuga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Parno, para peternak, aparat kelurahanPanjunan, Sidokerto, Ngepungrojo, dan Kutoharjo, serta Ibu Niken, Bapak Rom, danBapak Gunawan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati, yang telahbanyak membantu dalam penelitian. Terimakasih pada pihak-pihak Kecamatan Patidan Kabupaten Pati yang telah banyak membantu dalam penelitian yang tidak bisadisebutkan satu persatu.Terimakasih kepada kakak-kakak kelas di Lab. Agrostologi, yaitu Mas Iwan,Mas Agus, Mas Dani yang telah memberi nasihat dan membantu dalam penyelesaianpenulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman satu tim penelitian sekaligus sahabat karib penulis yaitu Ainol atas kerjasama, pengertian, dankesabarannya dalam membantu penulis selama proses penelitian dan penulisanskripsi. Terimakasih banyak kepada AlumniAnak Panti Nutrisi43, yaituMusmulyadi, Rolis, H. Krisna, Lukman, Indra, Aseb, Ana, Tyas, Izzah, Legis, Danu,dan Tika selama kuliah. Kepada Ibu Nunu dan calon istri Lusia N. Herawatidiucapkan terimakasih atas waktu dan dukungan semangatnya selama penulisanskripsi. Terimakasih kepada teman-teman Nutrisi43, dan Kost Pondok Salman A2yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaan dan persahabatan selamaini.Pelajaran dan pengalaman yang penulis dapat dalam penelitian ini banyaksekali. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yangmembutuhkan.Daftar pustaka

35DAFTAR PUSTAKAAksi Agraris Kanisius. 1983. Hijauan Makanan Ternak: Potong, Kerja dan Perah.Kanisius. Yogyakarta.Aksi Agraris Kanisius. 2005. Hijauan Makanan Ternak: Potong, Kerja dan Perah.Kanisius. Yogyakarta.Ahmad, S.N, D.D Siswansyah & D.K.S Swastika. 2004. Kajian sistem usaha ternaksapi potong di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian 7 (2): 155-170.Andrews, F.M. 1984. Construct validity and error components of survey measures.Public Opin Q: 409442.Aziz, M.A. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Prospek Pengembangan pada PJPT II.PT. Insan Mitra Satya. Jakarta.BPS (Badan Pusat Statistik). 2009. Pati Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik,Pati.Dasman, R.F. 1964. Wildslife Biology. J. Wiley and Son. Inc. New York.Dasman, R.F, J.P Milton & H. Freeman. 1977. Prinsip Ekologi untuk PembangunanEkonomi. PT. Gramedia. Jakarta.Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pati. 2009. ProfilPeternakan Kabupaten Pati. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan KabupatenPati, Pati.Djaenudin, D, M. Hendrisman, Subagjo & A. Hidayat. 2003. Petunjuk TeknisEvaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah,Puslitbangtanak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework for Land Evaluation.International Institute for Land Reclamation and Improvement. Wageningen.Hardjowigeno, S. & Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan TataGuna Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.Karyadi, D. 2008. Strategi pengembangan usaha peternakan domba rakyat DesaCigudeg Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan.Institut Peternakan Bogor. Bogor.Masum, M. 1999. Kemungkinan Penggunaan Data Satelit untuk MengestimasiProduksi Pakan Ruminansia. Wartazoa, Buletin Ilmu Peternakan Indonesia 8(1): 15-19. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Deptan. Bogor.Manurung, T. 1996. Penggunaan hijauan leguminosa pohon sebagai sumber proteinransum sapi potong. J. Ilmu Ternak dan Veteriner 1 (3): 143-147.Natasasmita, A. & K. Murdikdjo. 1980. Beternak Sapi Pedaging, Dalam RangkaPenataran Rural Credit Project- BRI Angkatan II. Jakarta: Unit Penataran RuralCredit Project-BRI.Nasrullah R. Salam, Chalidjah. 1996. Pemberian Daun Leguminosa sebagai SubtitusiKonsentrat dalam Ransum Penggemukan Sapi Bali. Prosiding SeminarNasional Peternakan dan Veteriner.Bogor. 7-8 Nopember 1995. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 627-630. Bogor.Nitis, I.M. 1993. Forage Production System in Marginal Land. Proc. Seminar onRuminant Nutrition in the Topics, Cipanas.Nitis, I.M. 1995. Sistem Penyediaan Pakan Hijauan Menunjang Industri Peternakanyang Berkesinambungan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan danVeteriner, Cisarua Bogor 7-8 Nopember 1995, Jilid I hlm 203-211Puslitbangnak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. Bogor.Padmowiharjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Materi Pokok Mata KuliahUniversitas Terbuka. Jakarta.Prasetyastuti, T.E. 1985. Pendugaan kapasitas peningkatan populasi ternakruminansia potong berdasarkan sumberdaya lahan di Propinsi Jawa Barat.Karya Ilmiah Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.Preston, T.R. & W.B Willis. 1974. Intensive Beef Production. J. Anim. Sci.43 (2):418-425.Rakhmat, J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.Reksohadiprojo, S. 1984. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik. FakultasEkonomi UGM. Yogyakarta.Riady, M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong menuju2020. Di dalam Setiadi Bet al. Editor. Prosiding Lokakarya Nasional SapiPotong. Yogyakarta. 8-9 Oktober 2004. Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan. hlm 3-6. Bogor.Saefulhakim, R.S. & L. I. Nasoetion. 1995. Prospek Pengembangan KambingDomba Bagi Petani Kecil dan Perlunya Pendekatan Keilmuan Terpadu. Dalam: Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Pusat Penelitian dan PengembanganPeternakan. Bogor.Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.Singarimbun, M. & S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.