Identitas Pemrakarsa
-
Upload
sondang-simamora -
Category
Documents
-
view
534 -
download
45
description
Transcript of Identitas Pemrakarsa
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
A. Identitas Pemrakarsa
1. Nama Perusahaan : PT. BINTANG MAKMUR WIRATAMA
2. Alamat Perusahaan : Medan
3. Telepon : -
4. Fax : -
5. Status Perusahaan : -
6. Jenis Perusahaan : Perseroan Terbatas
7. Penanggungjawab : Ir. Sumarsono dan Lim Jong Tek
8. Jabatan : Direktur dan Komisaris
B. Rencana Usaha dan Atau Kegiatan
1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Rencana Kegiatan adalah membangun 1(satu) gedung kantor yang terdiri dari
1 lantai basement dan 8 (delapan) lantai kantor dengan ketinggian atap
bangunan 37.9 m dari permukaan tanah. Rencana kegiatan ini dilakukan di
Jalan KH. Wahid Hasyim Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru yang
terletak di sekitar daerah permukiman dengan tingkat aktivitas yang cukup
tinggi. Rencana kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
konsumen akan perkantoran. Lokasi rencana kegiatan memiliki akses
transportasi umum yang cukup memadai sehingga memudahkan mobilitas
dari staf dan pegawai kantor. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan tingkat pertumbuhan perekonomian di kota Medan khususnya
Kecamatan Medan Baru.
2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
a. Letak Administratif
b. Letak Geografis
UKL dan UPL Hal-1
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
c. Tata Guna Lahan
Tata guna bangunan gedung Sei Wampu adalah sebagaimana tertera pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tata guna lahan gedung Sei Wampu
No Peruntukan Lahan Luas (m2) Persentase (%)
1 Tapak Bangunan
2 Lahan Parkir
3 Ruang Terbuka Hijau
Total
3. Skala Besaran Usaha dan/atau Kegiatan
Pendirian bangunan usaha dan/atau Kegiatan Gedung Sei Wampu
menggunakan lahan seluas ± 828 m2 yang telah dibebaskan. Oleh karena luas
usaha dan/atau kegiatan kurang dari 5 ha dan luas bangunan kurang dari
10.000 m2, maka pemrakarsa diwajibkan membuat dokumen UKL-UPL.
Adapun fasilitas gedung terdiri dari:
a. Area parkir di luar gedung dan di dalam gedung yaitu di basement dengan
luas ± 320 m2 dan kapasitas parkir sebanyak 18 unit mobil.
b. Hall di lantai satu (1) dengan luas ± 162 m2
c. Kantor di tiap lantai mulai dari lantai dua (2) hingga lantai delapan (8)
dengan luas ± masing-masing 162 m2
d. Jaringan air bersih yang diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtanadi Medan
e. Instalasi Pengolahan Air Limbah domestik
4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
a. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Tata Ruang
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun
2011-2031 peruntukan tanah pada lokasi kegiatan adalah perumahan
UKL dan UPL Hal-2
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
kepadatan sedang dengan KDB maksimal 60% dan KLB maksimal 2 lantai.
Di sekitar lokasi kegiatan telah berkembang juga rumah tempat tinggal
berlantai 1 (satu). Penanggung jawab kegiatan kemudian memohon
perubahan peruntukan dari Perumahan menjadi Bangunan Umum atau
kantor dan KLB bisa dibangun 8 (delapan) lantai sehingga rencana
kegiatan ini telah sesuai dengan RTRW Kota Medan.
Peta lokasi kegiatan.
b. Persetujuan Prinsip Atas Rencana Kegiatan
Berdasarkan keputusan Walikota Medan Nomor : 593/859.K/2013
Tentang Perubahan Peruntukan Tanah dari Tipe C menjadi Bangunan
Umum Seluas ± 828 m2 yang terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim
Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru Atas Nama Ir. Sumarsono dan
Lim Jong Tek, maka secara prinsip kegiatan ini dapat dilakukan oleh
pemrakarsa.
c. Uraian Mengenai Komponen Rencana kegiatan Yang Dapat
Menimbulkan Dampak Lingkungan
Pra Konstruksi
1. Penyediaan Lahan
Lahan sebagai tempat pembangunan gedung Sei Wampu berstatus
sebagai hak milik pemrakarsa setelah dilakukan pelepasan hak dengan
ganti rugi. Namun kegiatan ini dapat menimbulkan keresahan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
2. Perizinan
Izin-izin yang dibutuhkan akan diurus sebelum kegiatan konstruksi
dilaksanakan. Pengurusan izin akan berkoordinasi dengan instansi
terkait di Kotamadya Medan.
3. Sosialisasi Kegiatan
UKL dan UPL Hal-3
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
Sebelum kegiatan konstruksi dilaksanakan maka akan dilakukan
sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat. Proses sosialiasi akan
melibatkan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan pihak lain yang
berkepentingan. Sosialisasi dilakukan secara formal dan informal guna
memberikan penjelasan tentang rencana, tujuan dan manfaat kegiatan
pembangunan Gedung Sei Wampu.
Gambar 4. Ilustrasi pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat
4. Persiapan Tenaga Kerja
a. Kesempatan Kerja
Kebutuhan tenaga kerja disiapkan secara baik untuk mendapatkan
kinerja yang handal, aman dan efisien sehingga dapat menjamin
pelaksanaan kegiatan konstruksi berjalan sesuai dengan rencana.
Peluang kerja bagi masyarakat sekitar akan dibuka dengan
mempertimbangkan kualifikasi dan kebutuhan di dalam kegiatan
konstruksi ini.
Adanya penerimaan tenaga kerja untuk pembangunan Gedung Sei
Wampu akan membuka kesempatan bagi masyarakat Kelurahan
Babura. Tahap konstruksi membutuhkan tenaga kerja sekitar 47
orang dan 40 orang diantaranya adalah tenaga kerja non skill
sehingga dapat dibuka kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk
memenuhi kebutuhan pada tahap konstruksi.
UKL dan UPL Hal-4
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
Prakiraan kebutuhan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan
pembangunan gedung kantor Sei Wampu adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi Gedung SEI WAMPU MedanNo Jabatan Jumlah (orang) Pendidikan1 Manager 1 S-12 Enginer 2 S-13 Mandor 3 SLTA/SMK4 Tukang 20 SMP5 Pembantu Tukang 20 SMP/SD
Jumlah 47Sumber : PT. BINTANG MAKMUR WIRATAMA, 2013
b. Persepsi Masyarakat
Terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi
kegiatan akan menimbulkan persepsi dari masyarakat. Pada tahap
perekrutan tenaga kerja sebanyak 40 orang dari Kelurahan Babura,
maka masyarakat pekerja yang direkrut akan memberi persepsi
positif dan yang tidak direkrut akan memberi persepsi negatif.
Konstruksi
1. Mobilisasi Peralatan Kerja
a. Kebisingan
Penggunaan kendaraan roda empat dalam mobilisasi peralatan
kerja pada tahap konstruksi akan berpotensi menimbulkan
kebisingan khususnya bagi permukiman di sekitar Jl KH Wahid
Hasyim dan Jl Sei Mencirim yang penduduknya cukup padat.
b. Kerusakan Jalan
Mobilisasi peralatan kerja khususnya alat berat selama masa
konstruksi berlangsung berpotensi menimbulkan kerusakan jalan
berupa terkelupasnya aspal dan turunnya badan jalan khususnya di
Jl KH Wahid Hasyim dan Jl Sei Mencirim.
c. Gangguan Lalu Lintas
Mobilisasi peralatan kerja yang diangkut menggunakan kendaraan
berat/trailer dengan kecepatan rendah yang melintas di sepanjang
jalan kota akan menyebabkan gangguan lalu lintas khususnya di Jl
UKL dan UPL Hal-5
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
KH Wahid Hasyim dan simpang Jl Sei Mencirim karena volume
kendaraan yang melintas di jalan tersebut cukup tinggi.
d. Persepsi Masyarakat
Mobilisasi peralatan kerja yang berpotensi menyebabkan
kerusakan jalan dan gangguan lalu lintas akan menimbulkan
dampak turunan berupa timbulnya persepsi negatif dari
masyarakat yang langsung terkena dampak. Jumlah manusia yang
terkena dampak cukup besar yaitu pengguna jalan KH Wahid
Hasyim dan Sei Mencirim, namum persebaran dampaknya tidak
luas. Dampak bersifat kumulatif dan dapat berbalik.
2. Penyediaan Energi Listrik
Energi listrik yang dibutuhkan selama konstruksi diperoleh dari
mesin genset. Operasional mesin genset akan diperlukan hingga
masa konstruksi selesai. Pengoperasian ini berpotensi menimbulkan
kebisingan bagi pekerja di lokasi kegiatan juga bagi penduduk yang
tinggal di sekitar lokasi kegiatan.
3. Persiapan Lahan
Kebisingan
Di atas lahan yang dipersiapkan untuk lokasi kegiatan telah berdiri
bangunan rumah satu lantai. Maka sebelum pembangunan gedung
kantor dilakukan, bangunan rumah tersebut harus dirobohkan
terlebih dahulu dengan menggunakan alat berat yang berpotensi
menimbulkan kebisingan.
4. Desain Tapak Bangunan
a. Kebisingan
Kegiatan ini akan berpotensi menimbulkan kebisingan karena
operasional alat berat dalam mengeruk tanah material.
b. Kerusakan Jalan
Dump truck yang keluar masuk lokasi proyek untuk mengangkut
tanah material dapat menimbulkan kerusakan jalan berupa
pengelupasan aspal dan penurunan badan jalan
c. Gangguan Lalu Lintas
UKL dan UPL Hal-6
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
Dump truck yang keluar masuk lokasi proyek untuk mengangkut
tanah material dapat menimbulkan gangguan lalu lintas khususnya
di Jl KH Wahid Hasyim dan simpang Jl Sei Mencirim.
d. Run off
Lokasi tapak proyek sebelumnya adalah rumah berlantai satu
dengan pekarangan. Pengerukan tanah dalam mempersipakan
tapak bangunan dengan pondasi seluruhnya semen akan
meningkatkan air larian apabila hari hujan.
e. Penurunan Kualitas Udara
Mobilisasi tanah material dengan dump truck akan menimbulkan
emisi gas pencemar yang menurunkan kualitas udara sekitar lokasi
proyek.
5. Mobilisasi Bahan Bangunan
a. Kebisingan
Aktifitas kendaraan dalam mobilisasi bahan bangunan selama masa
konstruksi dengan menggunakan dump truck akan menimbulkan
kebisingan bagi pengguna jalan di sepanjang jalan yang dilintasi
kendaraan pengangkut
b. Gangguan Lalu Lintas
Dump truck dengan kecepatan rendah dalam menggangkut material
bahan bangunan akan mengganggu arus lalu lintas kota khususnya
Jl KH Wahid Hasyim dan Jl Sei Mencirim yang cukup padat lalu
lintasnya.
c. Penurunan Kualitas Udara
Dengan adanya kegiatan mobilisasi bahan serta lalu lintas
kendaraan pengangkut, secara langsung akan meningkatkan
kandungan gas buang dan peningkatan kadar debu, sehingga
menimbulkan penurunan kualitas udara di sepanjang lokasi
kegiatan dan menyebar ke lingkungan pemukiman penduduk
sekitar lokasi proyek.
Secara langsung, penurunan kualitas udara terutama kandungan
debu akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat. Penyebaran
UKL dan UPL Hal-7
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
gas buang dan debu ini akan meningkat dan meluas bila kegiatan
dilakukan pada musim kering/kemarau.
6. Pembangunan Gedung dan Sarana Penunjang
a. Kebisingan
Aktifitas lalu lintas dalam pengangkutan alat dan bahan material
pembangunan gedung kantor beserta sarana penunjangnya akan
berpotensi menimbulkan kebisingan baik bagi pekerja dalam lokasi
kegiatan maupun bagi masyarakat sekitar lokasi proyek.
Menurut Zeans (1976), tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh
alat-alat berat sebagai berikut:
Tabel 2. Tingkat Kebisingan yang Ditimbulkan Kendaraan Alat-Alat Berat
Sumber Sumber : Zeans, 1976
b. Run Off
Perubahan tapak bangunan dari perumahan individual menjadi
daerah pemukiman multi-unit akan menimbulkan air larian yang
jika tidak dikelola akan menimbulkan banjir di sekitar Jl KH Wahid
Hasyim dan Jl Sei Wampu Medan
c. Penurunan Kualitas Udara
Masa konstruksi gedung dan sarana penunjangnya berpotensi
menimbulkan penurunan kualitas udara secara mikro. Keluar
masuknya kendaraan selama masa konstruksi ini secara tidak
langsung akan mempengaruhi kualitas udara di sekitar lokasi
proyek
Tabel 3. Emisi Polutan Udara dari Pemakaian Alat Berat
UKL dan UPL Hal-8
No Alat Berat Tingkat Kebisingan pada Jarak (dB)
10 m 20 m 30 m 40 m 50 m
1 Generator Yanmar 5 KVA 68 62 58 50 452 Truck Isuzu 78 74 71 68 643 Buldozer 78 74 71 68 644 Loader 80 70 69 65 60
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
No Alat BeratFostur Emisi lb/jam
CO NO2 SO2 Partikel Debu
1 Buldozer 0,793 5,050 0,304 0,165
2 Motor Grader 4,215 1,050 0,086 0,061
3 Dump Truck 1,340 7,630 0,454 0,256
4 Tractor 2,150 0,994 0,690 0,165
Sumber : Environmental Data Book, 1992
d. Kecelakaan Kerja
Selama masa konstruksi gedung akan ada potensi timbulnya
kecelakaan kerja di lokasi kegiatan khususnya dari tenaga kerja non
skill.
7. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan
a. Timbulnya Limbah Padat
Aktivitas para pekerja di lokasi kegiatan menghasilkan limbah
padat yang berasal dari sisa bungkus makanan dan minuman,
wadah material, dan sampah padat lainnya. Perkiraan produksi
limbah padat di daerah berkembang adalah 0,68 kg/orang/hari.
(WHO, 1982). Sehingga besarnya limbah padat yang dihasilkan
pada masa konstruksi per hari adalah 47 orang x 0,68
kg/orang/hari = 31,96 kg/hari.
b. Timbulnya Limbah Cair
Kebutuhan air pada masa konstruksi Gedung Sei Wampu
diperkirakan cukup besar. Air dipergunakan untuk pembersihan
material bangunan, pencucian armada angkutan yang keluar masuk
lokasi kegiatan sehingga ketika keluar dari areal proyek, roda
kendaraan bebas dari tanah dan lumpur yang berpotensi mengotori
badan jalan.
Kebutuhan air diperoleh dari air bawah tanah. Perkiraan kebutuhan
air untuk setiap tenaga konstruksi setiap harinya adalah 100 L per
hari. (Panduan penyusunan dan pemeriksaan dokumen UKL/UPL
Bangunan Komersial, 2007)
UKL dan UPL Hal-9
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
Bila diasumsikan semua air yang dipakai menjadi limbah cair maka
volume limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas para pekerja
adalah 47 orang x 100 L/hari = 4.700 L/hari.
Tahap Pasca Konstruksi (Operasional)
1. Operasional Gedung Kantor
a. Gangguan Lalu Lintas
Pada tahap operasional, ada potensi timbulnya gangguan lalu lintas
berupa kemacetan karena lokasi kegiatan berada di jalan besar
antara Jl KH Wahid Hasyim dan simpang Jl Sei Mencirim. Lokasi ini
dilewati oleh kendaraan umum dan kendaraan pribadi dengan
volume yang cukup padat karena merupakan jalan lintas menuju Jl
Gajah Mada dan Jl Gatot Subroto.
b. Kesempatan Kerja
Operasional gedung Sei Wampu akan membuka kesempatan
bekerja bagi masyarakat sekitar lokasi kegiatan sebagai tenaga
keamanan, cleaning service, petugas parkir. Masyarakat sekitar
juga berpotensi membuka usaha di sekitar gedung Sei Wampu.
Tabel 4. Kebutuhan Tenaga Kerja saat Operasional Gedung Sei Wampu
No Kebutuhan Jumlah (orang) Pendidikan1 Cleaning Service 8 SMP/SD2 Tenaga Keamanan 3 SMA3 Tukang Parkir 3 SMP/SD
Jumlah 16 Sumber : Analisa Konsultan, 2013
c. Penurunan Kualitas Air Permukaan
Limbah domestik yang dihasilkan dari operasional gedung Sei
Wampu akan dibuang ke parit besar di depan gedung yang
merupakan saluran drainase. Bila limbah ini tidak dikelola terlebih
dahulu sebelum dibuang ke saluran drainase, maka akan dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas air permukaan.
UKL dan UPL Hal-10
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
2. Penanganan Limbah
a. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan pada tahap operasional bersumber
dari toilet/kamar mandi. Limbah dari kamar mandi berupa tinja
dari setiap lantai disalurkan melalui pipa ke dalam septic tank. Air
limbah non tinja disalurkan melalui pipa menuju IPAL yang
dibangun di bagian Utara Gedung Sei Wampu. Proses pengolahan
limbah cair non tinja yang dihasilkan dari limbah kamar mandi
adalah berupa proses koagulasi dan flokulasi serta filtrasi. Setelah
limbah cair mengalami pengolahan yaitu mulai dari proses
koagulasi, flokulasi hingga filtrasi dimana limbah cair tersebut
telah memenuhi baku mutu limbah cair domestic untuk dibuang ke
lingkungan maka selanjutnya limbah cair tersebut dialirkan ke
drainase kota.
Menurut Kriteria PerencanaanDitjen Cipta Karya Dinas PU, 1996
bahawa kebutuhan air per orang dalam kantor adalah 10
l/pegawai/hari. Maka jika diasumsikan jumlah pegawai dan staf
pendukung untuk aktifitas gedung adalah 154 orang, akan
membutuhkan air sebanyak 1540 l/hari.
Jika diasumsikan seluruh pemakaian air menjadi limbah, maka
jumlah limbah cair maksimum yang dihasilkan gedung tersebut
adalah 1.540 dm3/hari.
b. Limbah padat menghasilkan 2 (dua) macam limbah yaitu sampah
dan sludge:
Sampah
Sampah terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu sampah kering dan
sampah basah. Sampah kering berasal dari sisa-sisa kertas,
kemasan, puntung rokok, tissue dan lainnya. Menurut
Widyatmoko (2002) sampah kering ini dikategorikan sebagai
sampah komersil karena dapat diolah lagi dan dimanfaatkan.
Sedangkan sampah basah berasal dari sisa-sisa makanan.
UKL dan UPL Hal-11
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
Sampah padat tersebut ditampung pada TPS (Tempat
Pembuangan Sementara) yang terletak di basement dan sehari
dua kali sampah yang terdapat pada TPS tersebut akan
dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang dikelola
Dinas Kebersihan Kota Medan, baik yang berada di Namo
Bintang atau Terjun. Untuk pengangkutannya akan bekerja
sama dengan Dinas Kebersihan Kota Medan.
Perkiraan produksi limbah padat di daerah berkembang adalah
0,68 kg/orang/hari. (WHO, 1982). Sehingga besarnya limbah padat
yang dihasilkan pada masa operasional gedung per hari adalah 154
orang x 0,68 kg/orang/hari = 104,72 kg/hari.
Sludge
Limbah ini khususnya yang dari closet berisi feases sebelum
dibuang ke resapan, disalurkan dan diolah terlebih dahulu
didalam septic tank. Dalam jangka waktu tertentu jika septic
tank telah penuh maka lumpur yang mengendap harus di
kuras dan dibuang dari lokasi.
UKL dan UPL Hal-12
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
C. Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup
Tabel 3. Matriks Dampak Yang Akan Terjadi dan langkah Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL dan UPL Hal-13
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
D. Jumlah Dan Jenis Izin-Izin Yang Dibutuhkan
Izin yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Izin Lingkungan
2. Izin Ketinggian Bangunan
3. Izin Dampak Lalu Lintas
UKL dan UPL Hal-14
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
E. Surat Pernyataan
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan :
Nama Usaha :
Alamat Usaha :
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. UKL dan UPL dari kegiatan tersebut di atas telah disusun dengan benar dan sesuai
peraturan yang berlaku.
2. Kami berjanji dan bersedia melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan Hidup
sesuai yang tercantum dalam UKL dan UPL ini, serta bersedia dipantau dampaknya oleh
instansi/pihak yang berwenang selama kegiatan berlangsung sesuai peraturan yang
berlaku.
3. Bila kami tidak melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud di
atas, kami bersedia menghentikan kegiatan usaha dan bersedia menanggung semua
kerugian serta segala resiko yang ditimbulkannya oleh kegiatan proyek.
4. Kami bersedia memperbaharui UKL dan UPL ini apabila terjadi penambahan luas area
dan/atau kapasitas kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
F. Daftar Pustaka
UKL dan UPL Hal-15
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
bennysyah.edublogs.org/files/.../jurnal-amdal-1.doc
Davis, M.L. and Cornwell, D.A. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second edition. Mc-Graw-Hill, Inc. New York.822p.
Emil Salim; Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta, 1986.
F.Gunawan Suratmo; Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1984.
Jazanul Anwar, et al. Ekologi Ekosistem Sumatera, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1984.
Juli Soemirat Slamet; Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.
Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996
McNelly, R.N., Nelmanis, V.P. and Dwyer, L. 1979. Water Quality Source Book, A Guide to Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch. Otawa, Canada. 89 p.
Moore, JW 1991. Inorganic Contaminant of Surface Water. Springer-Verlag. New York. 334 p.
Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Bandung, 1995.
S.S Dara, A textbook of Environtmental Chemistry and Pollution Control, First Edition, Ram Nagar, New Delhi, 2007
UKL dan UPL Hal-16
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
GEDUNG SEI WAMPU
G. Lampiran
UKL dan UPL Hal-17