IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan...
Transcript of IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN … · adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan...
IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN
INSTRUMEN SAFETY GAME DI TPK TRADISONAL
RINI KURNIAWATI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Tingkat
Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety Game di TPK Tradisional adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Rini Kurniawati
NIM E14090062
ABSTRAK
RINI KURNIAWATI. E14090062. Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan
Instrumen Safety Game di TPK Tradisional. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.
Risiko gangguan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada kegiatan
pemanenan kayu sangat tinggi. Salah satu kegiatan pemanenan kayu adalah
kegiatan di tempat penjualan kayu. Hal ini terjadi karena kondisi lingkungan kerja
yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta
kompetensi dasar (pengetahuan) yang dimiliki oleh pekerja dan pengurus
(pemberi kerja) rendah. Sehingga perlu adanya strategi untuk meningkatkan
pengetahuan pekerja dan pengurus dengan syarat biaya yang murah, menarik, dan
dapat digunakan kapan saja mengingat kondisi tempat penjualan kayu tradisional
yang ada di Jepara tergolong unit usaha kecil. Salah satu solusi yang dapat
digunakan adalah safety game yang merupakan instrumen untuk meningkatkan
pengetahuan yang dimiliki pekerja dan pengurus yang dibuat oleh Dr. Efi Yuliati
Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc. Peningkatan pengetahuan tentang K3 yang terjadi
pada pekerja dan pengurus setelah menggunakan safety game pada 1 ulangan
sebesar 14% dalam waktu ±45 menit dan 3 ulangan sebesar 33% dalam waktu
±140 menit.
Kata kunci: pekerja dan pengurus, pengetahuan K3, safety game, tempat penjualan
kayu.
ABSTRACT
RINI KURNIAWATI. E14090062. Identification of the Level of Knowledge
OSH with the Instrument Safety Games in Traditional TPK. Supervised by EFI
YULIATI YOVI.
Occupational safety and health (OSH) disruption risk in timber harvesting
activities is very high. One of the timber harvesting activities is activities in the
lumberyard. This is occurs because the work environment condition are not in
accordance with government regulations, and basic competence (knowledge) of
workers and administrators (the employer) is still relatively low. So it requires a
strategy to increase their knowledge with low cost, interesting, and usefull
everytime, so it can use in traditional activities in the lumberyard condition in
Jepara which is small business units. One of solution is using safety game which
is an instrument that used to increase workers and administrators knowledge that
created by Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc. The enhancement of their
knowledge about OSH after use the safety game at 1 replications were 14% during
±45 minutes and 3 replications were 33% during ±140 minutes.
Keywords: activities in the lumberyard, knowledge about OSH, safety game,
workers and administrators.
IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN
INSTRUMEN SAFETY GAME DI TPK TRADISONAL
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
RINI KURNIAWATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
Judul Skripsi :Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety
Game di TPK Tradisional
Nama :Rini Kurniawati
NIM :E14090062
Disetujui oleh
Dr Efi Yuliati Yovi, S Hut, M Life. Env.Sc
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F. Trop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi :ldentifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety
Game di TPK Tradisional
Nama :Rini Kumiawati
NIM :E14090062
Disetujui oleh
Dr Etl Yuliati Yo vi, SHut, M Life. Env.Sc Pembimbing I
Tanggal Lulus: 19 MAR 201~
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai September 2013 ini
adalah Identifikasi Tingkat Pengetahuan K3 dengan Instrumen Safety Game di
TPK Tradisional.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Efi Yuliati Yovi, S Hut, M.
Life.Env.Sc selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan untuk kegiatan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada orang tua atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Bogor, Maret 2014
Rini Kurniawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pikir 2
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Alat dan Bahan Penelitian 3
Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden 3
Jenis Data yang Dikumpulkan 4
Data Primer 4
Data Sekunder 4
Pengolahan dan Analisis Data 5
Pengolahan Data 5
Analisis Deskriptif 6
Uji Wilcoxon 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil Pengamatan Kondisi Lingkungan Kerja 7
Perubahan Peningkatan Pengetahuan K3 8
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL
1 Penilaian terhadap pilihan jawaban responden (self assessment) 5
2 Tingkat kompetensi responden berdasarkan rataan nilai skala Likert’s 6
3 Hasil pengamatan kondisi lingkungan kerja 7
4 Pengetahuan kondisi awal 9
5 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal 10
6 Hasil uji Wilcoxon responden kondisi awal 11
7 Pengetahuan tiap topik 1 ulangan 11
8 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan safety game 12
9 Pengetahuan tiap topik 3 ulangan 12
10 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan sefety game 13
11 Pengetahuan tiap topik 13
DAFTAR GAMBAR
1 Alur kerangka pikir 2
2 Kondisi awal pekerja dan pengurus 10
3 Pengetahuan pekerja tiap topik 14
4 Pengetahuan pengurus tiap topik 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner SA dan CBA 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan di bidang kehutanan yang memiliki risiko gangguan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) adalah kegiatan pemanenan kayu. Salah satu kegiatan
pemanenan kayu yang berisiko cukup tinggi adalah kegiatan di tempat penjualan
kayu (TPK). Hal ini disebabkan karakteristik kerja yang dapat menimbulkan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berpengaruh pada kondisi fisik
pekerja dalam jangka panjang. Pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis
pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja
yang sulit, pekerjaan fisik yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas
pekerja hutan), dan risiko kecelakaan kerja yang tinggi (Yovi 2007).
Istilah keselamatan mencakup kedua istilah risiko keselamatan dan risiko
kesehatan kerja. Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan dan kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Risiko keselamatan
merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan
dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas
kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja
menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, metal, emosi atau rasa
sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-
faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang
ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik
(Mangkunegara 2001).
Risiko gangguan K3 yang tinggi disebabkan oleh rendahnya kompetensi
yang meliputi aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
(attitude) yang dimiliki oleh pekerja dan pengurus TPK. Namun yang menjadi
dasar timbulnya berbagai gangguan dalam melakukan kerja adalah kurangnya
pengetahuan tentang K3.
Pada umumnya, untuk meningkatkan kompetensi ini dilakukan dengan
metode penyuluhan konvensional. Akan tetapi dalam dekade terakhir ini metode
penyuluhan konvensional sebagai bagian strategi dalam proses pembangunan
mulai dipertanyakan relevansinya dan bahkan dibeberapa tempat muncul
keinginan untuk beralih ke metode lainnya. Hal ini terjadi karena penyuluhan
konvensional memerlukan biaya yang besar, tidak efisien waktu, serta kurang
diminati oleh masyarakat. Oleh sebab itu perlu adanya strategi untuk
meningkatkan kompetensi dasar mengenai K3 pekerja dan pengurus. Salah satu
alternatif yang dapat digunakan adalah dengan safety game. Safety game adalah
instrumen pengetahuan tentang K3 yang dibuat oleh Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut,
M.Life.Env.Sc. Dalam pengaplikasian instrumen ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan K3 pekerja dan pengurus sehingga risiko gangguan
K3 dapat dihindari. Dengan karakteristik dari safety game ini yang dapat
digunakan kapan saja, biaya yang murah serta menarik menjadikan instrumen
safety game dipilih sebagai strategi peningkatan pengetahuan K3 bila
dibandingkan dengan metode penyuluhan konvensional. Mengingat kondisi
2
lingkungan kerja di TPK yang tergolong tradisional dengan waktu kerja yang
tidak menentu, upah yang relatif kecil, dan tidak tersedia alat pelindung diri.
Kerangka Pikir
Risiko gangguan K3 di TPK cukup tinggi, hal ini terjadi karena kompetensi
dasar (pengetahuan) yang dimiliki oleh pekerja dan pengurus rendah serta kondisi
lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan standar. Oleh sebab itu perlu adanya
strategi untuk meningkatkan pengetahuan tentang dasar-dasar K3 dengan strategi
safety game. Safety game dapat digunakan sebagai alternatif strategi perlindungan
K3 di TPK untuk menggantikan penyuluhan konvensional. Alur kerangka pikir
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Alur kerangka pikir
Perumusan Masalah
Berdasarkan kerangka pikir dapat dilihat beberapa permasalahan yang
terjadi, yaitu:
1 Adanya risiko gangguan K3 di TPK yang tinggi,
2 Kondisi lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan standar NAB,
3 Rendahnya kompetensi (pengetahuan) pekerja dan pengurus TPK,
4 Strategi peningkatan pengetahuan.
Risiko gangguan K3 di TPK cukup tinggi
ttinggi
Kompetensi pekerja dan pengurus
Pengetahuan pekerja dan
pengurus rendah
Strategi untuk meningkatkan
pengetahuan
Aplikasi safety game
Pengolahan data dengan
SPSS dan uji Wilcoxon
Analisis peningkatan pengetahuan
K3
Alternatif strategi perlindungan K3 di TPK tradisional
Kondisi lingkungan kerja
Hasil pengukuran
dilapangan
3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, dapat dilihat tujuan penelitian ini, yaitu:
1 Meningkatkan kompetensi (pengetahuan) pekerja dan pengurus yang rendah
tentang dasar-dasar K3 agar terhindar dari risiko kecelakaan kerja,
2 Memberikan informasi untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja di TPK
yang sesuai dengan standar,
3 Merumuskan alternatif strategi perlindungan K3.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan penggunaan
strategi safety game untuk meningkatkan aspek pengetahuan K3 menggantikan
strategi penyuluhan. Penggunaan safety game lebih efektif dibandingkan dengan
cara penyuluhan konvensional yang memerlukan waktu yang banyak dan biaya
yang besar.
METODE
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1 Satu set perangkat permainan safety game,
2 Kuisioner,
3 Perlengkapan tulis,
4 Kamera,
5 Alat pengukur kadar debu menggunakan HAZ-DUST (Particulate Air
Monitoring Equipment) Model EPAM-5000,
6 Alat pengukur kebisingan menggunakan Sound Level Meter dengan Model
Center 321-RS 232,
7 Alat pengukuran iklim kerja menggunakan QUESTemp ’34,
8 Termometer,
9 Alat perekam,
10 Stopwatch,
11 Perangkat software komputer Microsoft Office 2007,
12 Perangkat software komputer Microsoft Excel 2007,
13 Perangkat software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences).
14 Objek yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah para pekerja
dan pengurus di tempat penjualan kayu (TPK) di Jepara.
Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan
September 2013. Lokasi pengambilan data untuk penelitian ini adalah di Desa
Demaan Kota Jepara yang merupakan salah satu lokasi penjualan kayu. Dalam
memilih responden, peneliti menggunakan metode Purposive Sampling. Metode
4
ini hanya dilakukan dengan memilih unit contoh tertentu yang sesuai dengan
tujuan penelitian. Unit contoh dalam survei ini adalah pekerja dan pemilik
perusahaan atau pengurus. Terdapat 953 TPK tradisional di Jepara yang terdiri
dari 763 unit kecil, 133 unit menengah, dan 57 unit besar serta 269 tempat
pengergajian kayu yang terdiri dari 158 unit kecil, 74 unit menengah, dan 37 unit
besar (Roda et al. 2007). Pedoman penentuan jumlah contoh sebaiknya 30 sampai
dengan 500 contoh. Ada bermacam-macam cara untuk menentukan ukuran contoh
dari suatu populasi, baik untuk ukuran populasi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui atau terlalu besar (Sekaran 1992). Semakin tidak seragam sifat atau
karakter setiap elemen populasi, maka semakin banyak contoh yang harus diambil
(Singarimbun dan Effendy 1982). Populasi TPK di Jepara sebesar 1222 unit yang
bersifat homogen maka contoh yang digunakan 30 orang untuk pekerja dan 10
orang pemilik perusahaan sudah dapat mewakili dari keseluruhan populasi yang
ada.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang diambil untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki
oleh pekerja dan pengurus terdiri dari:
Data Primer
Data primer yang digunakan antara lain observasi dan kuisioner yang
bersifat wawancara. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan.
Data observasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan,
dan keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa
interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam
berorganisasi (Raco 2010). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
instrument kuisioner yang bersifat setengah terbuka positif. Kuisioner dilakukan
dengan cara wawancara langsung dengan responden. Hal ini dilakukan agar lebih
memudahkan dalam berkomunikasi antara peneliti dengan responden. Data yang
diambil sebelum aplikasi instrument safety game disebut pre test. Sedangkan data
yang diambil setelah aplikasi instrument safety game dilakukan disebut sebagai
post test.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia pada instansi-instansi
yang terkait dalam penelitian. Data sekunder digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan instrument safety game. Data sekunder juga digunakan dalam
pembuatan buku panduan. Buku panduan digunakan untuk mengetahui lebih
terperinci serta dasar-dasar acuan yang digunakan dalam permaian safety game
berdasarkan standar yang digunakan oleh peneliti mengacu pada:
1 Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan Tahun
1998,
2 UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
3 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
4 UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
5 Per.01/Men/1978 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Penebangan dan Pengangkutan Kayu,
5
6 Per.02/Men/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja,
7 Per.01/Men/1981 Tentang Kewajjiban Melapor Penyakit Akibat Kerja,
8 Lampiran Per.01/Men/1981 Tentang Daftar-Daftar Penyakit Akibat Kerja
yang Harus Dilaporkan,
9 Lampiran Per.05/Men/1996 Tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
10 Kep.13/Men/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
Pengolahan Data
Dalam pengolahan data pre test dan post test menggunakan Skala Likert’s.
Skala Likert’s digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang fenomena sosial. Dalam penyusunan skala Likert’s terdapat beberapa
langkah yang harus dilakukan yaitu menetapkan peubah yang akan diteliti,
menentukan indikator-indikator yang dapat mengukur variabel yang diteliti, dan
menurunkan indikator tersebut menjadi daftar pertanyaan atau kuisioner
(Suliyanto 2005). Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert’s
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Apabila item
positif maka angka terbesar diletakan pada sangat setuju, sedangkan jika item
negatif maka angka terbesar diletakan pada sangat tidak setuju. Setiap item diberi
pilihan respon yang sifatnya tertutup. Penilaian responden dengan menggunakan
skala Likert’s yang telah ditentukan bobotnya. Penilaian terhadap sikap serta
pengetahuan dengan interval nilai 1–5 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Penilaian terhadap pilihan jawaban responden (self assessment)
Nilai Pengetahuan (knowledge)
5 Sangat mengetahui
4 Mengetahui
3 Cukup mengetahui
2 Tidak mengetahui
1 Sangat tidak tahu
Dalam memahami tingkat pengetahuan yang dimiliki setiap responden
dilakukan pengelompokan nilai rataan terhadap jawaban dari pertanyaan pre test
dan post test. Pengelompokan nilai rataan berdasarkan skala Likert’s ditentukan
intervalnya terlebih dahulu dengan rumus:
Interval = bobot nilai tertinggi - bobot nilai terendah
= 5 - 1
= 0,8 banyaknya kelas 5
6
Berdasarkan interval, ditetapkan nilai kompetensi resonden terhadap
penerapan K3 yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Tingkat kompetensi responden berdasarkan rataan nilai skala Likert’s
Interval nilai Tingkat kompetensi
4,20 ≤ x ≤ 5,00 Sangat baik
3,40 ≤ x < 4,20 Baik
2,60 ≤ x < 3,40 Cukup
1,80 ≤ x < 2,60 Buruk
1,00 ≤ x < 1,80 Sangat buruk
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah
menjadi bentuk yang mudah dipahami dan bentuk yang lebih ringkas. Analisis
deskriptif nilai dapat diwakili dengan mean, median, modus, tabel frekuensi,
presentasi, dan berbagai diagram (Santosa 2011). Analisi deskriptif digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki responden terhadap
pertanyaan pre pest dan post test melalui self assessment (SA) dan control based
assessment (CBA). SA merupakan penilaian terhadap diri sendiri dan CBA
merupakan penilaian objektif yang dilakukan berdasarkan standar yang telah ada.
Penilaian antara persepsi responden (SA) dengan kompetensi penerapan K3
(CBA) dapat menunjukan overestimate atau underestimate berdasarkan perbedaan
selisih yang dihasilkan. Overestimate menunjukan selisih negatif yang berarti
bahwa responden terlalu percaya diri dalam menilai pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan underestimate menunjukan selisih positif yang berarti bahwa
responden menilai kemampuan dirinya lebih rendah.
Uji Wilcoxon
Uji peringkat bertanda Wilcoxon merupakan salah satu metode statistik non-
parametrik yaitu statistik bebas sebaran (tidak mensyaratkan bentuk sebaran
populasi baik normal atau tidak). Uji statistik non-parametrik digunakan karena
skala pengukuran data ordinal (ada urutan yang menunjukan tingkatan) dan
jumlah contoh yang digunakan kecil. Uji Wilcoxon bertujuan untuk melihat
besarnya perbedaan dari sepasang data dan selanjutnya memerhatikan arah atau
tandanya. Hal ini berbeda dengan uji tanda yang dimaksudkan untuk melihat
adanya perbedaan dan bukan besarnya perbedaan (Suharyadi dan Purwanto 2009).
Uji peringkat bertanda Wilcoxon dilakukan dengan menggunakan dua contoh yang
saling berhubungan dan menguji hubungan diantara keduanya atau menguji
perbedaan yang signifikan antara dua contoh yang berhubungan berdasarkan taraf
nyata α yang digunakan (Santosa 2011). Uji Wilcoxon dipakai dalam penelitian ini
karena data yang digunakan adalah data ordinal (berperingkat berdasarkan nilai
skala Likert’s).
Langkah-langkah uji Wilcoxon adalah sebagai berikut:
1 Formulasi hipotesis,
a. H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara SA dan CBA,
b. H1: Terdapat perbedaan antara SA dan CBA,
2 Menentukan taraf nyata sebesar 0,01,
7
3 Menyusun pasangan data dan menetukan besar tanda perbedaan (positif dan
negatif),
4 Menyusun peringkat menurut besarnya perbedaan tanpa melihat tanda,
5 Memberikan tanda (positif dan negatif) bagi tiap peringkat,
6 Menjumlahkan semua peringkat positif dan kemudian menjumlahkan semua
peringkat negatif. Nilai terkecil dari kedua hasil penjumlahan ditetapkan
sebagai Thitung,
7 Menetapkan nilai Ttabel dengan taraf nyata 0,01,
8 Menarik kesimpulan hipotesis:
a. H0 diterima apabila nilai Thitung > Ttabel,
b. H0 ditolak apabila nilai Thitung ≤ Ttabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Kondisi Lingkungan Kerja
Pengamatan kondisi lingkungan kerja yang dapat mewakili seluruh TPK di
Jepara dilakukan di TPK Sumber Jati dan TPK Sahabat Jati. Pengamatan
dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2013 pada Instansi HIPERKES (Higiene
Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan) Semarang. Pengukuran yang dilakukan
yaitu iklim kerja, kebisingan, dan debu. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara
suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaanya.
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Debu adalah zat padat dengan ukuran
berkisar dari 0,1 hingga 100 mikron yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.
Pengukuran iklim kerja menggunakan QUESTemp ’34 diletakan pada
ketinggian 1,2 m dan waktu pengukuran dilakukan pada kondisi ideal yaitu pukul
10.00–12.00 WIB. Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter
dengan Model Center 321-RS 232 dilakukan dengan pengambilan data sebanyak
6 kali selama 1–2 menit. Pengukuran debu menggunakan HAZ-DUST
(Particulate Air Monitoring Equipment) Model EPAM-5000 dilakukan selama
±60 menit. Hasil pengamatan kondisi lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengamatan kondisi lingkungan kerja
Kondisi lingkungan
kerja NAB
Hasil pengamatan
Sumber Jati Sahabat Jati
Iklim kerja (°C) 28 29,4 28,3
Kebisingan (dBA) 85 99,3 99,4
Debu (mg/m³) 1 4,780 1,572 Keterangan: NAB iklim kerja, kebisingan dan debu sesuai dengan Permenaker Nomor Per-
13/MEN/X/2011
8
Nilai Ambang Batas (NAB) merupakan standar faktor bahaya ditempat
kerja sebagai kadar atau intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted
average) yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan. Dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi
8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Kepmen No.13 Tahun 2011). Kondisi kerja
yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stress
psikologi dan menurunkan produktivitas kerja. Komitmen yang kuat dari semua
pihak diperlukan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan dalam
meningkatkan kompetensi. Namun strategi yang dilakukan berdasarkan atas
budaya lokal dan kebutuhan yang sebenarnya (Yovi et al. 2012).
Berhadapan dengan ketidakleluasaan seperti lingkungan pekerjaan yang
sulit, pekerjaan yang berat, dan risiko yang tinggi dari kecelakaan kerja. Pekerjaan
hutan merupakan bisnis yang berbahaya. Pada beberapa tempat, pekerja hutan
bekerja secara intensif yang mengharuskan mereka mengeluarkan tenaga yang
besar dan upah yang relatif kecil. Perhatian serius harus diberikan disektor ini
terutama pekerja dengan latar belakang pendidikan yang rendah dan kemampuan
serta pengetahuan yang kurang dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Aspek
lain yang perlu diberikan perhatian adalah produktivitas kerja didasarkan pada
sistem pembayaran (Yovi 2009).
Kondisi di lapang menunjukan bahwa beban pekerja dalam mengangkut
kayu untuk ukuran sortimen A-II dengan diameter 21–30 cm dan panjang 2 m
memiliki berat kayu 43–89 kg, sedangkan berat beban dalam mengakut kayu
sebesar 23 kg (NIOSH 1994). Sumber kebisingan yang ada di TPK terutama
ditimbulkan oleh mesin potong dan gergaji serut di perusahaan kayu. Sumber
kebisingan yang disebabkan oleh gergaji mesin biasanya 110–115 dBA. Apabila
hal ini dilakukan secara terus-menerus, risiko kecelakaan kerja akan semakin
besar dan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja adalah
setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permen
No.1 Tahun 1981). Penyakit akibat kerja yang ditimbulkan dari kondisi
lingkungan kerja yang ada di TPK antara lain sakit pada tulang belakang, cedera
punggung, gangguan pendengaran, gangguan pernapasan dan lain-lain.
Perubahan Peningkatan Pengetahuan K3
Perubahan peningkatan pengetahuan tentang K3 pada pekerja dan pengurus
TPK dilakukan pengujian untuk kondisi awal, 1 ulangan safety game, dan 3
ulangan safety game. Pengetahuan kondisi awal dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 untuk pengetahuan pada kondisi awal (tanpa safety game)
menunjukan bahwa 60% (18 pekerja) termasuk kategori sangat buruk, 33,3% (10
pekerja) kategori buruk, dan 6,6% (2 pekerja) kategori cukup. Tidak terdapat
pekerja yang termasuk dalam kategori penilaian baik dan sangat baik. Pada
pengurus 40% (4 pengurus) termasuk kategori sangat buruk dan 60% (6 pengurus)
kategori buruk. Tidak terdapat pengurus yang termasuk dalam kategori penilaian
cukup, baik, dan sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan yang
dimiliki oleh pekerja dan pengurus sangat rendah mengenai dasar-dasar K3 pada
kondisi awal.
9
Tabel 4 Pengetahuan kondisi awal
Responden Nilai SA Nilai CBA Selisih CBA
dan SA
Kategori penilaian
berdasarkan CBA
1 3,5 2,4 1,1 Buruk
2 2,7 1,5 1,2 Sangat buruk
3 3,2 1,7 1,5 Sangat buruk
4 2,8 1,6 1,4 Sangat buruk
5 2,8 1,5 1,3 Sangat buruk
6 3,4 1,6 1,8 Sangat buruk
7 3,5 2,0 1,5 Buruk
8 3,8 3,1 0,7 Cukup
9 2,9 1,8 1,1 Buruk
10 3,0 1,7 1,3 Sangat buruk
11 3,2 2,1 1,1 Buruk
12 2,8 1,6 1,2 Sangat buruk
13 3,1 2,8 0,3 Cukup
14 3,1 1,3 1,8 Sangat buruk
15 2,8 1,5 1,3 Sangat buruk
16 2,9 1,4 1,5 Sangat buruk
17 3,2 1,8 1,4 Buruk
18 3,8 2,1 1,7 Buruk
19 3,2 1,6 1,6 Sangat buruk
20 3,0 1,1 1,9 Sangat buruk
21 3,7 1,9 1,8 Buruk
22 3,2 1,8 1,4 Buruk
23 3,3 1,6 1,7 Sangat buruk
24 3,2 1,3 1,9 Sangat buruk
25 3,1 1,8 1,3 Buruk
26 3,6 1,8 1,8 Buruk
27 3,1 1,7 1,4 Sangat buruk
28 3,8 1,7 2,1 Sangat buruk
29 3,3 1,5 1,8 Sangat buruk
30 3,5 1,6 1,9 Sangat buruk
31 2,1 2,0 0,1 Buruk
32 2,3 2,0 0,3 Buruk
33 2,3 2,0 0,3 Buruk
34 2,5 1,8 0,7 Buruk
35 2,1 1,7 0,4 Sangat buruk
36 2,3 1,8 0,5 Buruk
37 2,7 1,5 1,2 Sangat buruk
38 2,4 1,8 0,6 Buruk
39 3,0 1,7 1,3 Sangat buruk
40 2,8 1,6 1,2 Sangat buruk Keterangan: responden 1–30 adalah pekerja, responden 31–40 adalah pengurus.
Responden yang memiliki sifat underestimate atau overestimate dapat
dilihat pada Gambar 2.
10
1=Sangat tidak tahu, 2=Tidak tahu, 3=Cukup mengetahui, 4=Mengetahui, 5=Sangat mengetahui.
Gambar 2 Kondisi awal pekerja dan pengurus
Gambar 2 menunjukan responden memiliki nilai SA yang lebih tinggi dari
pada nilai CBA. Hal ini menunjukan bahwa responden bersifat overestimate yang
berarti bahwa responden terlalu percaya diri dalam menilai pengetahuan yang
dimiliki dan tidak ada responden yang bersifat underestimate. Sifat Overestimate
yang dimiliki oleh pekerja rata-rata sebesar 1,46. Sedangkan pengurus memiliki
sifat overestimate rata-rata sebesar 0,66. Oversetimate yang dimiliki pekerja lebih
tinggi bila dibandingkan dengan pengurus. Hal ini terjadi karena pekerja kurang
memahami tentang dasar-dasar K3 serta tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
pekerja rendah sedangkan pengurus lebih berhati-hati dalam menjawab kuisioner
SA dan CBA. Dilakukan uji Wilcoxon untuk mengetahui terdapat perbedaan yang
nyata antara SA dan CBA pada kondisi awal. Hasil uji Wilcoxon pada kondisi
awal dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal
Nilai SA dan CBA
Z -4,783
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
α 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel 5 untuk uji Wilcoxon perlu diperhatikan adalah tingkat signifikasinya.
Pada Tabel 5 nilai Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima
H1), sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian CBA dan SA
pada kondisi awal. Hasil uji Wilcoxon responden kondisi awal dapat dilihat pada
Tabel 6.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Nil
ai
Responden
Nilai SA Nilai CBA Selisih Nilai CBA dan SA
11
Tabel 6 Hasil uji Wilcoxon responden kondisi awal
Nilai Pekerja dan pengurus
Z -3,883
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
α 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel 6 untuk uji Wilcoxon nilai Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata
(tolak H0 atau terima H1), sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara
pekerja dan pengurus pada kondisi awal. Pengetahuan tiap topik 1 ulangan dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Pengetahuan tiap topik 1 ulangan
No. Topik
Pekerja Pengurus
CBA Post
test 1
Kategori
penilaian
CBA Post
test 1
Kategori
penilaian
1 Informasi dasar
K3 1,9 Buruk 1,4
Sangat
buruk
2 Alasan dan
manfaat K3 2,1 Buruk 1,8
Sangat
buruk
3 Hak dan
kewajiban 2,0 Buruk 1,8
Sangat
buruk
4 Persiapan dasar
tenaga kerja 2,3 Buruk 1,9 Buruk
5 Risiko dalam
bekerja 2,5 Buruk 2,2 Buruk
6 Informasi sumber
bahaya 2,3 Buruk 2,1 Buruk
7 Informasi APD 3,1 Cukup 3,2 Cukup
8 Bahaya dalam
mengangkut
kayu
3,3 Cukup 3,3 Cukup
9 Informasi dasar
NAB 2,1 Buruk 1,6
Sangat
buruk
10 Informasi dasar
kebisingan 3,0 Cukup 3,0 Cukup
11 Informasi dasar
debu 2,8 Cukup 2,6 Buruk
Keterangan: pengambilan data dilakukan pada 1 ulangan safety game.
Tabel 7 menunjukan pekerja kategori penilaian buruk sebesar 63,63% (7
topik) dan 36,36% (4 topik) termasuk kategori cukup. Tidak terdapat pekerja yang
termasuk dalam kategori penilaian sangat buruk, baik, dan sangat baik. Pada
pengurus sebanyak 36,36% (4 topik) termasuk kategori sangat buruk, 36,36% (4
topik) kategori buruk, dan 27,27% (3 topik) termasuk kategori cukup. Tidak
terdapat pengurus yang termasuk dalam kategori penilaian baik dan sangat baik.
Pengetahuan pekerja termasuk cukup baik karena tidak ada pekerja yang masuk
12
kategori penilaian sangat buruk setelah safety game dilakukan dengan 1 ulangan.
Waktu yang diperlukan dalam aplikasi safety game untuk 1 ulangan ±45 menit
dan peningkatan pengetahuan tantang K3 untuk 1 ulangan adalah sebesar 14%.
Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan safety game untuk responden
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan safety game
Nilai Pekerja Pengurus
Z -4,783 -2,821
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,005
α 0,01 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel 8 untuk uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan untuk pekerja
nilai Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga
terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi awal dan 1 ulangan pada
pekerja. Uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 1 ulangan untuk pengurus nilai
Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga
terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi awal dan 1 ulangan pada
pengurus. Pengetahuan tiap topik 3 ulangan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Pengetahuan tiap topik 3 ulangan
No. Topik
Pekerja Pengurus
CBA Post
test 2
Kategori
penilaian
CBA Post
test 2
Kategori
penilaian
1 Informasi dasar K3 2,8 Cukup 2,8 Cukup
2 Alasan dan manfaat K3 3,0 Cukup 3,1 Cukup
3 Hak dan kewajiban 3,1 Cukup 3,3 Cukup
4 Persiapan dasar tenaga
kerja 3,4 Cukup 3,1 Cukup
5 Risiko dalam bekerja 3,4 Cukup 3,4 Cukup
6 Informasi sumber bahaya 3,4 Cukup 3,1 Cukup
7 Informasi APD 3,8 Baik 4,1 Baik
8 Bahaya dalam
mengangkut kayu 3,9 Baik 3,6 Baik
9 Informasi dasar NAB 3,1 Cukup 2,7 Cukup
10 Informasi dasar
kebisingan 3,8 Baik 3,8 Baik
11 Informasi dasar debu 3,7 Baik 3,8 Baik Keterangan: pengambilan data dilakukan pada 3 ulangan safety game.
Tabel 9 menunjukan 63,63% (7 topik) pekerja termasuk kategori cukup dan
36,36% (4 topik) kategori baik. Tidak terdapat pekerja yang termasuk dalam
kategori penilaian sangat buruk, buruk, dan sangat baik. Pada pengurus sebanyak
63,63% (7 topik) kategori cukup dan 36,36% (4 topik) kategori baik. Tidak
terdapat pengurus yang termasuk dalam kategori penilaian sangat buruk, buruk,
dan sangat baik. Dalam 3 ulangan safety game dibutuhkan waktu ±140 menit dan
peningkatan pengetahuan yang terjadi setelah responden mengaplikasikan safety
13
game ini sebesar 33%. Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan safety
game dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan safety game
Nilai Pekerja Pengurus
Z -4,784 -2,803
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,005
α 0,01 0,01 Keterangan: pengujian menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel 10 untuk uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan pekerja nilai
Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga
terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi awal dan 3 ulangan safety game
untuk pekerja. Uji Wilcoxon pada kondisi awal dan 3 ulangan pengurus nilai
Asymp. Sig. < 0,01 maka berbeda nyata (tolak H0 atau terima H1), sehingga
terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi awal dan 3 ulangan safety game
untuk pengurus. Pengetahuan tiap topik dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Pengetahuan tiap topik
No. Topik Pekerja Pengurus
0 1 3 0 1 3
1 Informasi dasar K3 1,3 1,9 2,8 1,2 1,4 2,8
2 Alasan dan
manfaat K3 1,4 2,1 3,0 1,4 1,8 3,1
3 Hak dan kewajiban 1,4 2,0 3,1 1,4 1,8 3,3
4 Persiapan dasar tenaga
kerja 1,6 2,3 3,4 1,4 1,9 3,1
5 Risiko dalam bekerja 1,8 2,5 3,4 1,6 2,2 3,4
6 Informasi sumber bahaya 1,8 2,3 3,4 1,7 2,1 3,1
7 Informasi APD 2,1 3,1 3,8 2,5 3,2 4,1
8 Bahaya dalam mengakut
kayu 1,8 3,3 3,9 2,1 3,3 3,6
9 Informasi dasar NAB 1,5 2,1 3,1 1,5 1,6 2,7
10 Informasi dasar
kebisingan 2,0 3,0 3,8 2,4 3,0 3,8
11 Informasi dasar debu 2,3 2,8 3,7 2,1 2,6 3,8
Keterangan: 0 untuk kondisi awal, 1 untuk 1 ulangan safety game, dan 3 untuk 3 ulangan safety
game.
Tabel 11 dapat dilihat bahwa safety game dapat digunakan sebagai alternatif
untuk meningkatkan pengetahuan. Hal ini terbukti dari kenaikan yang terjadi pada
kondisi awal, 1 ulangan, dan 3 ulangan safety game. Tabel 10 juga membuktikan
bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada pekerja dan
pengurus setelah pengaplikasian safety game. Peningkatan pengetahuan terlihat
jalas pada kondisi awal (tanpa safety game) dan kondisi 3 ulangan safety game.
Pengetahuan pekerja tiap topik dapat dilihat pada Gambar 3.
14
1=Sangat tidak tahu, 2=Tidak tahu, 3=Cukup mengetahui, 4=Mengetahui, 5=Sangat mengetahui.
Gambar 3 Pengetahuan pekerja tiap topik
Gambar 3 pada kondisi awal pekerja menunjukan bahwa informasi dasar K3
merupakan topik yang memiliki nilai terkecil sebesar 1,3. Hal ini menunjukan
bahwa pengetahuan yang dimiliki pekerja rendah pada topik tersebut dan
peningkatan pengetahuan yang terjadi setelah aplikasi safety game dilakukan juga
tidak terlalu maksimal sebesar 2,8. Informasi dasar debu adalah topik yang
memiliki nilai tertinggi pada kondisi awal sebesar 2,3 dan peningkatan pada 3
ulangan sebesar 3,7. Namun pada kondisi 3 ulangan topik yang memiliki nilai
tertinggi adalah bahaya dalam mengangkut kayu sebesar 3,9. Pengetahuan
pengurus tiap topik dapat dilihat pada Gambar 4.
1=Sangat tidak tahu, 2=Tidak tahu, 3=Cukup mengetahui, 4=Mengetahui, 5=Sangat mengetahui.
Gambar 4 Pengetahuan pengurus tiap topik
0
1
2
3
4
5Informasi dasar K3
Alasan dan manfaat
K3
Hak dan kewajiban
Persiapan dasar
tenaga kerja
Risiko dalam
bekerja
Informasi sumber
bahayaInformasi APD
Bahaya dalam
mengangkut kayu
Informasi dasar
NAB
Informasi dasar
kebisingan
Informasi dasar debu
Kondisi awal 1 kali ulangan 3 kali ulangan
0
1
2
3
4
5Informasi dasar K3
Alasan dan manfaat
K3
Hak dan kewajiban
Persiapan dasar
tenaga kerja
Risiko dalam
bekerja
Informasi sumber
bahayaInformasi APD
Bahaya dalam
mengangkut kayu
Informasi dasar
NAB
Informasi dasar
kebisingan
Informasi dasar debu
Kondisi awal 1 kali ulangan 3 kali ulangan
15
Gambar 4 pada kondisi awal pengurus menunjukan bahwa informasi dasar
K3 merupakan topik yang memiliki nilai terendah sebesar 1,2 dan peningkatan
pengetahuan yang terjadi pada 3 ulangan safety game sebesar 2,8. Informasi APD
merupakan topik yang memiliki nilai paling tinggi pada kondisi awal sebesar 2,5
dan peningkatan pada 3 ulangan sebesar 4,1. Berdasarkan peningkatan
pengetahuan tiap topik pada responden menunjukan bahwa peningkatan yang
terjadi pada pekerja menunjukan kenaikan lebih baik bila dibandingkan dengan
pengurus, hal ini terlihat pada kondisi 3 pengulangan safety game.
Hasil CBA tiap topik mengindikasikan bahwa pekerja dan pengurus
memahami bahwa menjaga K3 penting. Salah satu cara untuk menjaga K3 adalah
menggunakan alat pelindung diri (APD). Namun untuk pekerja dirasakan kurang
nyaman saat menggunakan APD dan untuk pengurus merupakan penambahan
biaya. Padahal tidak memakai APD sebagai peralatan yang membuat tidak
nyaman berpotensi menempatkan pekerja pada situasi yang lebih berbahaya (Yovi
et al. 2012).
Pengamatan langsung di lapang menunjukan bahwa penyebab kecelakaan
kerja yang berhasil digali tidak semata merupakan akibat dari praktik-praktik
unsafe human acts, tetapi juga oleh unsafe conditions (Yovi 2013). Oleh karena
itu perlu adanya keterlibatan dari pemangku kepentingan untuk memperbaiki
kondisi tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan tingkat pengetahuan responden telah mengalami peningkatan
pengetahuan K3 yang dilihat dari sebelum dan sesudah menggunakan safety game.
Hal ini menunjukan kinerja yang dimiliki oleh safety game sangat baik dan dapat
menjadi alternatif untuk menggantikan metode penyuluhan konvensional dalam
aspek meningkatkan pengetahuan, sehingga pekerja dan pengurus dapat
menciptakan kondisi lingkungan kerja di TPK yang sesuai dengan standar.
Saran
Perlu adanya penyederhanaan dalam pemilihan kata dan kalimat agar mudah
dipahami oleh responden (pekerja dan pengurus) agar safety game dapat berfungsi
dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep.13/Men/2011 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Mangkunegara AA. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
16
NIOSH. 1994. Application Manual for the Revised NIOSH Lifting Equation.
Cincinnati, Ohio: NIOSH Publication.
Raco JR. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.
Roda JM, Cadène P, Guizol P, Santosa L, Fauzan AU. 2007. Atlas Industri Mebel
Kayu di Jepara, Indonesia. Bogor: CIFOR.
Santosa S. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sekaran U. 1992. Research Methods for Business: A Skill Building Approach,
Secon Edition. New York (US): John Willey & Sons, Inc.
Singarimbun M, Effendi S. 1982. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Suharyadi, Purwanto SK. 2009. Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Peraturan Menteri Nomor: Per.01/Men/1981 Tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja Pasal 1.
Yovi EY. 2007. %VdotO2max as physical lpad indicator unit in forest work
operation. Jurnal manajemen Hutan Tropika. XIII(3):140–145.
Yovi EY. 2009. Assessing occupational safety and health (OSH) protection on
foresrty work through competency approach. Majalah Ilmu Faal Indonesia.
XVIII(2):94–98.
Yovi EY. 2013. Naskah Akademi Arah Kebijakan Perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bagi Pelaku Industri Mebel dan TPK Skala Kecil dan Rumah
Tangga di Kabupaten Jepara. Bogor: Cifor.
Yovi EY, Gandaseca S, Adiputra IN. 2012. Worker’s competency and preception
toward safety and health on forest harvesting operation in Indonesian long
rotation plantation forest. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. XVII(3):198–205.
17
Lampiran 1Kuisioner SA dan CBA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Wawancara ini dilakukan hanya untuk kepentingan penelitian sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Jawaban dari hasil wawancara akan dirahasiakan. Terima
kasih atas perhatian dan waktu yang telah anda berikan untuk menjawab
pertanyaan dari wawancara ini. Semoga apa yang anda berikan dapat bermanfaat.
I. Data Responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Lama bekerja di TPK :
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu point dalam kolom
yang tersedia.
Tabel penilaian SA
Nilai Pengetahuan (Knowledge)
5 Sangat mengetahui
4 Mengetahui
3 Cukup mengetahui
2 Tidak mengetahui
1 Sangat tidak tahu
No. Pertanyaan Jawaban
5 4 3 2 1
1 Apakah Anda mengetahui apa yang dimaksud dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
2 Apakah anda mengetahui tentang syarat-syarat
keselamatan kerja?
3 Apakah anda mengetahui tentang penyuluhan K3?
4 Apakah anda mengetahui alasan pentingnya
perlindungan K3?
5 Apakah anda mengetahui manfaat dari pelaksanaan
perlindungan K3?
18
6 Apakah anda mengetahui dasar-dasar hukum yang
terkait dengan K3?
7 Apakah anda mengetahui kewajiban anda dalam
konteks K3?
8 Apakah anda mengetahui hak anda dalam konteks k3?
9 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
pelatihan kerja?
10 Apakah anda mengetaui yang dimaksud dengan
perjanjian kerja?
11 Apakah anda mengetahui cara yang benar dalam
mengangkat kayu?
12 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
penyakit akibat kerja?
13 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja?
14 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
kecelakaan kerja?
15 Apakah anda mengetahui penyebab terjadinya
kecelakaan kerja?
16 Apakah anda mengetahui kerugian akibat kecelakaan
kerja?
17 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
sumber bahaya?
18 Apakah anda mengetahui sumber bahaya yang ada di
TPK?
19 Apakah anda mengetahui cara untuk mengontrol
sumber bahaya yang ada di TPK?
20 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan alat
pelindung diri?
21 Apakah anda mengetahui fungsi dari alat pelindungi
diri?
22 Apakah anda mengetahui bahaya yang terjadi apabila
tidak memakai alat pelindung diri?
23 Apakah anda mengetahui alat pelindung diri apa saja
yang perlu digunakan?
24 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
tempat kerja?
25 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
tenaga kerja?
26 Apakah anda mengetahui batas maksimum beban kerja
yang diperbolehkan dalam mengangkat kayu?
27 Apakah anda mengetahui bahaya yeng terjadi apabila
mengangkat kayu melebihi batas maksimum?
28 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)?
29 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan nilai
ambang batas?
30 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan
19
kebisingan?
31 Apakah anda mengetahui sumber kebisingan yang ada
di TPK?
32 Apakah anda mengetahui nilai ambang batas
kebisingan di TPK?
33 Apakah anda mengetahui gangguan kesehatan yang
ditimbulkan dari kebisingan?
34 Apakah anda mengetahui upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan faktor kebisingan?
35 Apakah anda mengetahui yang dimaksud dengan debu?
36 Apakah anda mengetahui nilai ambang batas debu di
TPK?
37
Apakah anda mengetahui gangguan kesehatan yang
akan terjadi apabila debu masuk kedalam mulut atau
hidung anda?
38 Apakah anda mengetahui upaya untuk mencegah debu
masuk ke dalam hidung atau mulut anda?
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli
1991 dari ayah Sunardi dan ibu Sopiah. Penulis adalah putri
tunggal. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA N 109 Jakarta
dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah
menjadi anggota BEM E pada tahun 2010–2011, dan
pengurus FMSC pada tahun 2012. Selain itu penulis juga
pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Sancang Timur–Gunung Papandayan, Praktek Pengelolaan Hutan
(PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.
Hutanindo Lestari Raya Timber di Kalimantan Tengah, dan penelitian di Desa
Demaan Kota Jepara.