Identifikasi Sistem Kasta Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dalam Pembagian Sumber Daya...
-
Upload
muhammad-anand-ardhiansyah -
Category
Documents
-
view
373 -
download
7
Transcript of Identifikasi Sistem Kasta Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dalam Pembagian Sumber Daya...
LAPORAN ETOLOGI
Identifikasi Sistem Kasta Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
dalam Pembagian Sumber Daya Makanan di Dua Lokasi Bukit Tidar Kota
Magelang
Disusun oleh :
Muhammad Anand Ardhiansyah 10317244003
Violita Bella Sandya 10317244016
Na’afi Aisya 10317244027
Bina Rahayu Setyasih 10317244030
Pendidikan Biologi Internasional
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
.
A. Latar belakang Masalah
Monyet Ekor Panjang adalah salah satu satwa liar yang ada di
Indonesia. Monyet ekor panjang memiliki termasuk satwa liar yang statusnya
diatur berdasarkan undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan PP No. 7 Tahun 1999
Macaca fascicularis merupakan jenis satwa yang tidak dilindungi, serta masuk
kategori satwa dalam Apendiks II CITES (Convention on International Trade
in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan
internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam.
Belum banyak yang mengetahui adanya populasi kera ekor panjang
(Macaca fascicularis) yang menghuni Gunung Tidar, Magelang. Kera ini
ditemukan pada pagi hari hingga menjelang siang hari. Saat siang hari populasi
kera tersebut tidak dapat diketahui keberadaannya. Habibat Gunung Tidar
ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi dan rerumputan yang lebat. Pohon-
pohon yang sering ditemukan merupakan pohon-pohon yang memiliki akar
nafas, dimana populasi kera ekor panjang sering bergelayutan di pohon
tersebut.
Gunung Tidar merupakan objek ziarah yang terkenal di wilayah
Jawa Tengah dan sekitarnya, namun dengan adanya populasi kera ekor panjang
tersebut dapat meningkatkan nilai pariwisata pada Gunung Tidar. Perlunya
konservasi dan pemeliharaan populasi kera ekor panjang tersebut dapat
menjaga populasi kera ekor panjang yang sekarang sudah masuk kategori
satwa dalam Apendiks II CITES.
Oleh karena itu diperlukan adanya konservasi dengan
memperhatikan dan mempelajari pola perilaku hewan tersebut yang hidup di
habitat Gunung Tidar. Baik perilaku sosial maupun perilaku makannya.
Diketahui adanya pola perilaku yang mengindikasikan adanya sistem kasta
pada hewan tersebut, dimana kera dewasa yang ditunjukkan dengan tubuh yang
lebih besar serta bulu yang lebat akan mendapatkan banyak makanan, dan kera
lainnya tidak berani mendekati sumber makanan atau hanya mendapatkan sisa
makanan kera dewas. Ini menunjukkan adanya sistem kasta pada populasi
Macaca fascicularis yang menghuni Gunung Tidar, Magelang.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah sistem kasta dalam pembagian sumber daya makanan di dalam
kelompok Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di Bukit Tidar Kota
Magelang?
C. Tujuan
Mengetahui dan mempelajari pola perilaku kera ekor panjang
(Macaca fascicularis) berkaitan dengan kasta yang berlaku dalam pola
pembagian sumber daya makanan di dalam kelompok.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
Mengaplikasikan ilmu akademis yang didapatkan selama kuliah etologi ke
dalam bentuk penelitian ilmiah mengenai perilaku maupun sistem kasta
pada Macaca fascicularis.
b. Bidang Penelitian
Sebagai data pendukung penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini.
c. Bagi Masyarakat Umum
Setelah mengetahui mengenai perilaku sistem kasta pada Macaca
fascicularis, diharapkan masyarakat mampu memahami perilaku kasta
tersebut dan membantu melestarikan keberadaannya di Bukit Tidar. Serta
masyarakat diharapkan mengetahui pentingnya Biodiversitas organisme dan
perilakunya di dalam kelompok.
d. Bagi Pemerintah
Supaya lebih memperhatikan potensi alam yang berada di bukit Tidar.
Penelitian ini dapat dijadikan modal awal pemerintah dalam mengambil
kebijakan dalam rangka melindungi kelestarian Bukit Tidar dan organisme
yang hidup di sana.
BAB II
ISI
A. Dasar Teori
1. Deskripsi teori
a. Klasifikasi Kera Ekor Panjang
Taksonomi Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) merupakan hewan
mamalia.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis (É. Geoffroy, 1812)
b. Deskripsi Macaca fascicularis
Macaca fascicularis is a social animal that lives in troops from 5 to
60+ animals. These troops are multi-male groups, normally containing 2-
5 males and 2-3 times as many females in strict dominance hierarchy.
After a gestation period of 167-193 days, the female normally gives birth
to one infant. Males reach sexual maturity at approximately 5-6 years of
age and are likely to emmigrate at or near that time to find and to settle
down in another troop, whereas females mature at about 4 years of age
and mostly choose to stay in their birth group. Crab-eating macaques are
primarily frugivory but have an omnivory diet, and exploit many
different food types, such as fruits, crabs, flowers, insects, leaves, fungi,
grasses and clay, reflecting the diversity of habitats the macaque utilizes
(Groves, 2005).
Panjang tubuh kera dewasa sekitar 40-50 cm belum termasuk ekor
dengan berat 3 -7 kg. Sementara panjang ekor 1 hingga 1,5 kali panjang
tubuh berikut kepala dengan warna coklat keabu-abuan atau kemerah-
merahan. Bulunya berwarna coklat abu-abu hingga coklat kemerahan
sedangkan wajahnya berwarna abu-abu kecoklatan dengan jambang di
pipi berwarna abu-abu, terkadang terdapat jambul di atas kepala.
Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. Kera ini memiliki
gigi seri berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah
makanan.
c. Habitat
Macaca fascicularis is "ecologically diverse." Some of the habitats
in which they have been found are primary forests, disturbed and
secondary forests, and riverine and coastal forests of nipa palm and
mangrove. However, Macaca fascicularis lives most successfully in
disturbed habitats and on the periphery of forests (Groves, 2005).
Macaca fascicularis dapat beradaptasi dengan berbagai habitat
termasuk dari habitat pesisir, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah,
sampai ke hutan pegunungan, dan dari 0 - 1.800 meter diatas permukaan
laut (Wheatley, 2001). Spesies ini juga sering ditemukan pada daerah
perkebunan/pertanian yang dekat dengan permukiman warga.
Mereka adalah jenis yang sangat “gelisah” (agile spesies), sebagian
besar waktunya tinggal dan beraktivitas di atas pohon (arboreal), dan
dapat memanjat tebing yang hampir vertikal.
M. fascicularis khususnya lebih menyukai habitat yang telah
diganggu oleh aktifitas manusia (Wheatley, 1999; Anon, 200a; Bonadio,
no date), akan tetapi mereka dapat bertahan hidup dengan baik di hutan
primer juga.
d. Makanan
M. fascicularis merupakan jenis diurnal yaitu mereka aktif dari
subuh sampai dengan matahari terbenam. Mereka biasanya mencari
makanan pada pagi hari beristirahat/tidur pada siang hari dan aktif
kembali pada sore hari. Kadang-kadang M. fascicularis ini makan
sepunuhnya diatas pohon (arboreal) (Wheatley, 1980), atau secara teratur
turun ke tanah untuk makan di saat-saat lain (Fittinghoff and Lindberg,
1980). Beragaman tingkahlaku makan ini barangkali bergantung pada
ketersediaan makanan di dalam daerah jelajah mereka maupun
kesukaannya pada musim tertentu.
Walaupun makanan pokoknya berupa buah-buahan, M. fascicularis
juga adalah opportunistic omnivore (berarti memakan daging, buah-
buahan dan tumbuh-tumbuhan bila kesempatan muncul) (Poirier and
Smith, 1974) dan dapat mengkonsumsi berbagai jenis bahan makanan.
Tidak seperti mamalia asli, kera ini mempunyai tangan yang dapat di
pakai untuk mengupas buah-buahan dan biji, maka dapat mengeksploitasi
lebih banyak macam makanan, Ini berarti bahwa Kera Ekor Panjang
merupakan saingan yang hebat bagi jenis-jenis asli.
Perilaku umum ini sangat berguna bagi suatu jenis ketika mereka
hendak memperluas daerah jelajahnya (baik dalam daerah aslinya
maupun dalam habitat baru) karena mereka tidak terbatas pada kebutuhan
makanan tertentu. Perilaku umum merupakan suatu bentuk keuntungan
ekologis serta memungkinkan jenis tersebut mengisi relung yang dulunya
kosong, dan perilaku ini meningkatkan kemampuan M. fascicularis untuk
menjadi invasif.
e. Perilaku
Keluarga M.fascicularis merupakan binatang sosial yang hidup
berkelompok dengan jumlah antara 6-100 ekor (Nowaks, 1995).
Sementara Bercovitch de Huffman (1999) menggambarkan pada
umumnya kelompok berjumlah antara 20-50 ekor.
Ukuran kelompok kera mencerminkan ketersediaan makanan,
tekanan pemangsa serta mudah tidaknya terpengaruh oleh penyakit
(Bercovitch and Huffman, 1999). Umumnya M. Fascicularis memiliki
ukuran kelompok yang lebih besar didalam habitat-habitat yang
terganggu aktivitas manusia daripada hutan primer (Bonadio; Sussman
and Tattersall 1986). Hal ini dapat menandakan adanya kelimpahan
makanan yang lebih tinggi (biji, buah, dll) di habitat-habitat yang
terganggu serta akses mudah ke kebun/ladang pertanian yang terletak
disepanjang pinggir hutan.
2. Deskripsi Bukit Tidar
a. Deskripsi
Bukit Tidar adalah Bukit yang terletak di Bagian Magelang Selatan dan
terletak di dalam kompleks Akademi Militer, dan terkenal sebagai Paku
pulau jawa, di sini juga terdapat beberapa makam dan petilasan leluhur
masyarakat Magelang; salah satunya adalah petilasan penyebar agama
Islam di Jawa Tengah yakni petilasan Syekh Subakir dari persia. Bukit
Tidar memang tidak terlalu tinggi, tapi pohon-pohonan di sini berfungsi
sebagai paru-paru kota sehingga udara Kota Magelang selalu segar,dari
sini juga anda dapat menikmati pemandangan Kota Magelang dari atas
Tugu Akademi Militer. Letak Bukit Tidar tepatnya di Kelurahan
Magersari, kecamatan Magelang Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. Kamera Digital
2. Alat tulis
3. Kacang kulit
4. Jambu biji
B. METODE
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi di Bukit Tidar, Magelang. Pada lokasi
pertama dilakukan di sebelah pasar Magesari, sedangkan lokasi kedua
dilakukan pada sebelah belakang Akademi Militer Magelang.
Lokasi 2 Lokasi 1
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian di Bukit Tidar
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi. Penelitian di lokasi pertama
dilakukan pada tanggal 27 April 2012 pukul 08.00. Sedangkan penelitian di
lokasi kedua dilakukan pada tanggal 27 Mei 2012 pukul 08.00.
3. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif eksploratif di mana penelitian
ini, dilalukan dengan metode exploratif yang kemudian dideskripsikan di
dalam sebuah laporan.
4. Obyek penelitian
a. Objek penelitian
Merupakan kelompok Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di dua
lokasi di Bukit Tidar, Magelang.
b. Teknik Sampling
Teknik sampling penelitian ini meliputi All occurrence sampling yang
digunakan untuk menentukan indikator pengamatan perilaku dalam
kelompok Kera Ekor Panjang dan Scan Sampling dimana pengamatan
dilakukan dengan interval waktu tertentu, kemudian dikelompokkan
perilaku yang dominasi muncul pada masing-masing kelompok Kera
Ekor Panjang.
5. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian ini adalah perilaku sistem kasta pada Kera Ekor Panjang
meliputi pada saat mendapat makanan (jumlah makanan yang diperoleh).
6. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Tempat pengambilan data dilakukan di satu lokasi di wilayah Bukit
Tidar, Magelang yang memiliki populasi Kera Ekor Panjang.
b. Metode observasi perilaku ini menggunakan kombinasi All occurrence
sampling dan Scan sampling serta Interview sebagai informasi tambahan
tentang sistem kasta pada Kera Ekor Panjang (Macaca fasciculris).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Keterangan:
Jumlah kera kelompok Tidar I
27 ekor
Jumlah kera kelompoj Tidar II
A : Kera Tua
B: Kera Muda dan Tua
C: Kera Anak
D: Kera Dominan
A
B
C
D
31 ekor
B. PEMBAHASAN
Pengamatan mengenai Kera Ekor Panjang (Macaca Fascicularis)
dilakukan di dua lokasi di Bukit Tidar, Magelang memiliki tujuan untuk
mengetahui pola perilaku kera ekor panjang (Macaca fascicularis) berkaitan
dengan kasta yang berlaku dalam pembagian makanan. Pengambilan data
dilakukan menggunakan kamera, yang hasilnya berupa foto dan video.
Pengamatan pertama pada tanggal 27 April 2012 dan pengamatan kedua pada
tanggal 27 Mei 2012, kedua pengamatan dimulai pada pukul 08.00 WIB,
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pukul 08.00 WIB
tersebut, diperoleh data bahwa sistem kasta pada kera ekor panjang (Macaca
Fascicularis) kedua kelompok sangat jelas terlihat dalam pembagian makanan.
Pada kedua pengamatan yang dilakukan, terlihat ada jantan yang lebih
dominan diantara kera ekor panjang yang lainnya. Jantan ini yang berperan
dalam pembagian makanan. Menurut IPCA, Kelompok M.fascicularis adalah
multi-jantan dan multi-betina dengan seekor jantan yang dominan (alpha male)
dan beberapa ekor betina yang dominan. Individu-individu yang lain
merupakan sub-kelompok yang belum dewasa. Kera betina memiliki suatu
‘’hierarchymatrineal’’ - yakni individu-individu betina yang menduduki
ranking lebih tinggi dapat memperoleh makanan yang lebih banyak.
Pada pengamatan di lokasi pertama yang dilakukan pada tanggal
27 April 2012 pukul 08.00. Kami memberi makanan kepada kera berupa
kacang kulit dan buah jambu. Pada saat memberi kacang kulit banyak macaca
yang berdatangan, namun di dominasi oleh kera-kera kecil dan mereka
mengambil kacang kulit yang kami berikan. Ketika kera jantan yang berukuran
besar yang kami beri nama “Sebastian” datang menghampiri ke sumber
makanan yaitu kacang kulit yang kami berikan. Tiba-tiba kera-kera yang
sedang mengambil makanan tersebut langsung bubar. Selanjutnya kera jantan
yang dominan di kelompok tersebut mengambil hampir semua kacang kulit
yang kami berikan. Kacang tersebut dikumpulkan dan disimpan di dalam mulut
kemudian baru dimakan di atas pohon. Sedangkan kera-kera yang lain hanya
melihat kera yang berukuran besar dominan tadi makan di atas pohon.
Pada pemberian makanan yang kedua masih pada lokasi pertama
kami meletakkan buah jambu kepada macaca tersebut. Sebastian langsung
mengambil jambu tersebut dan macaca lain tidak berani mengambil jambu
tersebut karena Sebastian memiliki kekuasaan yang tinggi mengenai
pembagian sumber daya makanan. Kera-kera lain hanya menonton, namun
kera jantan besar tersebut seperti membagikan makanan yang berupa jambu
terssebut kepada kera-kera lain dengan menjatuhkan sebagian jambu tersebut
ke tanah. Kemudian kera-kera yang lain yang hanya menonton Sebastian yang
sedang makan langsung berebut makanan yang dijatuhkan oleh Sebastian. Hal
ini mengindikasikan bahwa Sebastian memiliki kasta dan kekuasaan yang
tinggi dalam hal pembagian sumber daya makanan pada lokasi pertama
Masih pada lokasi pertama, di dalam kelompok kera tersebut
terdapat berbagai macam umur. Mulai dari kera bayi, kera muda, kera dewasa,
dan kera tua. Sebagian besar kera tua memposisikan diri pada daerah terluar
dari daerah kekuasaan kelompok tersebut. Ada dua kera tua yang kami beri
nama Marco dan John yang ikut serta berjaga di daerah itu. Kera-kera tua itu
dalam pembagian makanan (sumber daya) mendapat bagian yang paling
sedikit. Ketika makanan tersedia di dalam wilayah kelompok, kera-kera tua ini
tidak segera mengambil makanan seperti kera lainnya, akan tetapi tetap berjaga
di tempat itu sejak awal kedatangan hingga kami selesai melakukan
pengamatan.
Elena, nama salah satu monyet betina menyusui yang kami
berikan, menggendong kemana-mana Eleni anaknya. Elena menggendong
Eleni ke tempat dimana tidak terdapat banyak kera ekor pamjang lainnya,
namun masih di dalam wilayah kelompok tersebut. Dalam pembagian
makanan, kera menyusui mendapat bagian makanan terbanyak setelah kera
dominan (Sebastian). Ini dibuktikan, ketika Sebastian mendapat makanan, sisa
makanannya dibagikan juga pada kera menyusui. Ini menunjukkan bahwa
Elena merupakan betina dominan dalam kelompok tersebut.
Kera-kera muda dan anak-anak dalam pembagian makanan di
dalam kelompok mendapat bagian setelah kera jantan dominan (Sebastian) dan
kera betina dominan (Elena). Kera-kera muda menunggu sisa makanan kera
dominan untuk dimakan. Sisa dari makanan yang kami berikan (jambu) adalah
kulit buah dan sebagian daging buah yang mengandung biji. Kera-kera muda
biasanya saling berebut untuk memperoleh sisa makanan tersebut.
Pengamatan kedua dilakukan pada tanggal 27 Mei 2012 yang
bertempat di lokasi yang berbeda masih di daerah Bukit Tidar Magelang.
Pengamatan kedua ini menghasilkan data pola perilaku yang sama dengan yang
ada pada lokasi pertama.
Pada bagian terluar gerombolan monyet terdapat beberapa kera
yang berukuran tubuh lebih besar dari yang lain namun pada rambut yang
terdapat di mukanya sudah berwarna putih dan terlihat sudah tua, sehingga
kami menamakannya kera tua. Kera ini hanya memakan sisa makanan yang
terdapat di sekitarnya. Kera ini tidak beranjak dari tempatnya, hanya duduk di
atas ranting pohon. Kera tua seperti ini di dapati hanya berjumlah sekitar 5 ekor
pada lokasi tidar dua.
Bagian lebih dalam dari gerombolan kera dua tersebut setelah kera
tua terdapat kera-kera muda yang kami namai Rico. Rico berukuran tubuh
kurus dan memiliki rambut tubuh berwarna coklat muda. Saat diberi perlakuan
dengan memberikan makanan berupa buah jambu dan kacang, Rico tidak
langsung mengambil makanan tersebut. Rico hanya melihat dan mengendus
makanan tersebut. Rico berani mendekat setelah kera dominan yang berukuran
besar dan terlihat gemuk mengambil makanan tersebut.
Kera besar tersebut merupakan kera dominan yang menguasai
wilayah dan memimpin gerombolan kera ekor panjang pada lokasi tidar dua.
Kera tersebut kami namai Polo. Kera ini berukuran tubuh sangat besar
dibanding kera yang lain. Kera jantan ini merupakan kera pertama yang berani
mendekati sumber daya makanan dan menghalangi kera lain untuk mendekat.
Selain menguasai sumberdaya makanan, pada pengamatan yang kami lakukan
terlihat perilaku Polo yang berkelahi dengan monyet yang akan memasuki
wilayahnya. Bila ada monyet yang mendekati wilayah kekuasaannya maupun
mendekati sumber daya makanannya Polo akan memekikkan suaranya.
Apabila kera tersebut tetap mendekat makan suara yang dikeluarkan Polo akan
semakin nyaring dan frekuensinya berulang. Bila hal tersebut terjadi maka Polo
siap untuk bberkelahi dengan kera yang akan mendekati wilayah kekuasaannya
tersebut. Wilayah kekuasaan Polo berada di tengah atau pusat dan bisa
mencapai luar bila terjadi hal-hal yang mengganggunya.
Selain itu terdapat pola perilaku ibu kera yang kami namai Helen.
Helen selalu menggendong anaknya, saat memanjat pohon maupun berlarian.
Saat mendapatkan makanan Helen sesegera mungkin memanjat pohon
kemudian membagi makanan tersebut pada anaknnya. Kera betina ini selalu
menunggu dan mengawasi anaknya saat belajar memanjat maupun belajar
bergelantungan.
Berbagai perilaku gerombolan kera pada lokasi tidar dua ini
memperlihatkan perilaku dalam mendapatkan dan mempertahankan sumber
daya makanan yang sama dengan yang terdapat pada lokasi tidar satu. Ini
menunjukkan gerombolan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang
terdapat pada kedua lokasi di Gunung Tidar memiliki pola dalam mendapatkan
sumberdaya makanan yang sama yaitu dengan sistem kasta dan memiliki batas
wilayah kekuasaannya masing-masing.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kelompok
kera ekor panjang (Macaca fascicularis) pada lokasi Tidar I dan Tidar II
memiliki ciri yang sama yaitu adanya sistem kasta, dalam hal ini saat
pembagian makanan (berhubungan dengan ketersediaan sumber daya) . Pada
kedua kelompok tersebut memiliki jantan yang lebih dominan dibanding jantan
yang lain, jantan yang dominan tersebut mendapat makanan lebih banyak
dibanding jantan muda maupun jantan tua. Disamping memiliki jantan
dominan kelompok kera ini juga memiliki betina dominan. Betina dominan ini
juga mendapat jatah makanan yang lebih banyak dari yang lain. Namun kera
ekor panjang lain, tetap mematuhi sistem kasta ini dengan hanya melihat dan
menunggu jantan dominan membagi makanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bonadio, C. 2000. Macaca fascicularis. Animal Diversity Web. Accessed July 30, 2008 at http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Macaca_fascicularis.html
Groves, C. 2005. Primates, in Wilson, D. E., and Reeder, D. M. (eds): Mammal Species of the World. 3rd edition. Johns Hopkins University Press. Pp.161-162.
http://www.conabio.gob.mx/institucion/cooperacion_internacional/TallerNDF/Links-Documentos/Casos%20de%20Estudio/Mammals/WG5%20CS5.pdf