IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR
Transcript of IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR
1
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 2 MEI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 738
IDENTIFIKASI RAGAM HIAS TRADISIONAL ACEH BESAR
Rina Raehana1, Fitriana
2, Novita
2
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan keluarga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
Email: [email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Ragam hias Aceh Besar merupakan motif peninggalan di masa peradabannya. Seiring
perkembangan zaman, banyak motif yang sudah jarang diterapkan dan sangat sedikit yang
mengetahui dan memahami makna motif. Adanya pengelompokkan motif menjadi lebih
mudah dalam mengenal simbol pada motif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ragam
hias tradisional Aceh Besar dan menjelaskan makna simbolis dari ragam hias tradisional
Aceh Besar. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian
empat responden, dua orang yang mengetahui filosofi dari motif Aceh Besar, satu orang yang
mengetahui motif pada tenun songket dan satu orang yang mengetahui motif pada rumah
Aceh. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara
dan dokumentasi. Pengolahan data berupa lembar pedoman wawancara yang disesuaikan
dengan kepentingan dari tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan identifikasi ragam
hias motif Aceh Besar yaitu motif flora terdiri dari, motif Pucok Reubong, Bungong Keupula,
Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga, Bungong Meulu, Oun Ranub, Oun Labu, Oun
Muroung, Oun Ubi, Oun Paku, Boh Aneuh. Motif fauna yaitu motif Gigo Darut, Sisik Naga,
Sisik Uleu, Bungong Aneuk Abiek, Bungong Ek Leuek. Motif cosmos/alam yaitu motif Awan
Meucanek, Bulan Bintang. Makna simbolis motif mengandung arti yang dapat diterapkan
dalam kehidupan, seperti motif Pinto Aceh memiliki makna keterbukaan masyarakat Aceh
dalam menerima pendatang yang berkunjung ke Aceh.
Kata kunci: Ragam Hias, Aceh Besar, Songket, Rumah Aceh.
ABSTRACK
Aceh Besar decorative variety is a motif of relics in the time of civilization. With the
development of the times, many motifs have been rarely applied and very few know and
understand the meaning of motives. The grouping of motifs becomes easier in knowing the
symbols on the motif. Therefore, this study aims to identify the variety of traditional Aceh
Besar ornaments and explain the symbolic meaning of the traditional decorative variety of
1 Alumni Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FKIP Universitas Syiah Kuala
2 Dosen Program Studi Pendidikan Kesehjahteraan Keluarga FKIP Universitas Syiah Kuala
2
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 2 MEI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 738
Aceh Besar. The research used qualitative descriptive method with the research subject of
four respondents, two people who knew the philosophy of Aceh Besar motif, one person who
knew the motive on songket weaving and one person who knew the motive in Aceh Besar
house. Data collection techniques are obtained through literature studies, observations,
interviews and documentation. Data processing in the form of interview guidelines are
tailored to the interests of research objectives. The results showed the identification of
various ornamental motifs of Aceh Besar, namely flora motifs consisting of, Pucok Reubong
motif, Bungong Keupula, Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga, Bungong Meulu, Oun Ranub,
Oun Labu, Oun Muroung, Oun Ubi, Oun Paku, Boh Aneuh. Fauna motifs are Gigo Darut
motif, Sisik Naga, Sisik Uleu, Bungong Aneuk Abiek, Bungong Ek Leuek. Cosmos motif is the
motif of Awan Meucanek, Bulan Bintang. The symbolic meaning of the motif contains
meanings that can be applied in life, such as Pinto Aceh motif has the meaning of openness of
Acehnese people in accepting migrants visiting Aceh.
Keywords: Decorative, Aceh Besar, Songket, Aceh House.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki kekayaan budaya
yang beraneka ragam. Salah satu
budayanya yaitu motif hias. Menurut
Hasuria Che Omar dkk. (Lydia, 2015:128)
bahwa, hiasan dan ragam hias merupakan
keperluan untuk mengindahkan,
melengkapkan seni fungsi berkenaan,
menyenangkan pembuat dan pengguna
serta menyebabkan sesuatu artifak
mengikat antaranya dengan artifak
berkenaan. Kutipan tersebut juga
menjelaskan bahwa motif memiliki corak,
warna serta bentuk yang beragam yang
mengandung makna dan falsafah tertentu
kepada masyarakat pembuatnya.
Motif di Indonesia terdiri dari
beberapa jenis motif hias dari masing-
masing daerah dengan budaya adat lokal.
Salah satu yang dapat dilihat pada motif
tradisional Aceh Besar. Aceh Besar
merupakan daerah pesisir sebagai satu
kabupaten di Provinsi Aceh. Salah satu
budayanya dapat dilihat melalui motif.
Motif Aceh Besar memiliki simbul-simbul
yang dimodifikasi sehingga menampilkan
kekhasan dan ciri budaya masyarakatnya
yang menampilkan keindahan. Namun
simbul yang ditampilkan tidak hanya
mencerminkan keindahan, tetapi juga
memiliki makna atau pesan dari setiap
motif-motif yang digunakan. Salah satu
simbol yang dapat dijadikan sebagai
3
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
contoh yaitu lambang Pinto Aceh Motif
Pinto Aceh maknanya yaitu terbuka bagi
masyarakat luas (Zakiati, 2018:232).
Motif Aceh Besar pada dasarnya
merupakan motif peninggalan yang
diwarisi dari orang terdahulu di masa
peradabannya. Seiring perkembangan
zaman, mengikuti perubahan-perubahan
yang ada sehingga banyak motif Aceh
yang sudah jarang diterapkan dan sangat
sedikit yang mengetahui dan memahami
makna motif khas Aceh Besar.
Dikhawatirkan salah satu budaya tersebut
akan hilang terlupakan dengan sendirinya
terutama bagi kaum muda, karena tidak
dilestarikan (Tia Ulfa, 2017:61). Selain
masyarakat luas, bahkan ada sebagian
pengrajin di daerah ditemukan kurang
mengetahui tentang makna dan filosofi
motif Aceh.
Berdasarkan uraian permasalahan
tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi ragam hias tradisional
Kabupaten Aceh Besar dan mengetahui
makna filosofi dari ragam hias tradisional
Kabupaten Aceh Besar.
KAJIAN TEORI
Motif/Ragam Hias
Motif dapat berupa gambar,
perpaduan antara garis dan bentuk sebagai
terwujudnya keindahan. Mulyadi
(Ismawan, 2017:35) mengemukakan
bahwa motif adalah bentuk dasar sebagai
titik tolak dalam menyusun sebuah
ornamen. Motif dapat berupa gambar,
perpaduan antara garis, bentuk dan aksen
menjadi satu kesatuan yang membentuk
suatu keindahan. Motif atau ragam hias
merupakan dasar berupa bentuk yang
dibuat dari perwujudan yang biasanya
terinspirasi daripada kehidupan sehari-hari
dimasa itu.
Motif ialah bentuk atau corak. Tim
Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002:179) menjabarkan bahwa, bentuk
adalah wujud yang ditampilkan (tampak).
Jadi bentuk adalah suatu dari wujud yang
dapat dilihat. Wisdiarman (2014:1-2) telah
membagi kelompok ragam hias kedalam
bentuk motif ragam hias flora (tumbuh-
tumbuhan), motif hias fauna (binatang),
motif hias geometris, motif hias figurative,
dan motif hias cosmos (alam). Pada
umumnya motif terwujud dari susunan
pola yang diulang-ulang. Menurut Koko
Purnomo dkk (2014:8) bahwa bentuk
ragam hias umumnya memiliki pola atau
susunan yang diulang-ulang.
Fungsi Motif
4
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Fungsi diartikan sebagai yang
bermaksud memiliki peran pada nilai
guna/pakai dengan tujuan agar penggunaan
yang ada dapat memberi manfaat bagi
yang menggunakan. Fungsi motif pada
umumnya digunakan sebagai penghias.
Disamping itu, motif memiliki fungsi
yakni fungsi suci, fungsi simbolik dan
fungsi sosial. Guntur (Lydia, 2015:128)
mengatakan bahwa ragam hias dalam
kehidupan masyarakat tidak hanya
berfungsi sebagai elemen penghias benda-
benda seperti perkakas, peralatan, perabot
dan binaan, tetapi juga memiliki fungsi
lain seperti fungsi suci, simbolik dan
fungsi sosial. Pada dasarnya motif
digunakan untuk menghias sebuah
benda/objek atau mengisi bagian kosong
pada suatu wadah maupun ruang.
Motif Tradisional Aceh Besar
Aceh memiliki beragam motif yang
tentunya memiliki karakteristik atau khas
dari setiap daerah. Hal ini dapat dilihat dari
karya-karya hasil kerajinan tangan
masyarakat di setiap daerah dengan motif
yang berbeda-beda.
Pada motif Aceh Besar dapat dilihat
dari penerapan motif terhadap beberapa
peninggalan orang terdahulu seperti salah
satu yang pernah ditekuni masyarakat
Aceh Besar dulu yaitu kerajinan tangan
berupa sulaman. Contoh penerapan motif
hias sulaman pada alat dan barang
peninggalan zaman dahulu dapat dilihat
pada buku Seni Rupa Aceh (1996) antara
lain, Tiree (Tirai), Rangkok (Alas Dalong),
Lapek Duk (Alas Duduk), dan Hiasan
Dinding. Tidak hanya sulaman pada
benda, Aceh juga memproduksi songket.
Salah satu kain yang berasal dari daerah
Aceh yaitu kain sarung songket yang
disebut Ija Kroeng, sedangkan kain
panjang atau selendang panjang disebut Ija
Dua Blah Hah (Silvia, 2015:21). Pada
songket hampir motif-motif yang
diterapkan memenuhi bidang kain.
Motif tradisional Aceh dapat
diterapkan juga pada rumah Aceh selain
pada kain dan tenunan. Rumah tradisional
merupakan salah satu cagar budaya yang
masih dapat dilihat hingga kini. Rumah
tradisional ialah bangunan yang digunakan
sebagai tempat tinggal. Selanjutnya hasil
penelitian Maulin, S (2019:78)
mengungkapkan bahwa, salah satu budaya
yang kerap bersama masyarakat saat ini
adalah bangunan yang dijadikan tempat
hunian yaitu rumah adat tradisional.
Warna-warna Motif Aceh
5
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Selain motif, warna juga merupakan
salah satu unsur seni dan desain. Prawira,
S (1989:4) mengatakan bahwa warna
termasuk salah satu unsur keindahan
dalam seni dan desain selain unsur-unsur
visual yang lain. Selanjutnya Verra Zahara
(2018:89) bahwa unsur warna menjadi
salah satu faktor utama yang membuat
suatu produk menjadi menarik perhatian
seseorang. Warna pada umumnya
diketahui terdiri dari 3 (tiga) kelompok
yaitu, warna primer, warna sekunder dan
warna tersier. Warna merupakan salah satu
lambang identitas kehidupan sosial
masyarakat Aceh. Pada motif Aceh Besar
dalam pemilihan warnanya, Aceh Besar
menerapkan warna khas daerah Aceh yaitu
merah, kuning, hijau dan hitam. (Verra
Zahara, 2018:89). Selain itu, warna
tersebut merupakan hasil dari pada
modifikasi antar daerah lain.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Lokasi penelitian di empat tempat yaitu di
kediaman rumah Aceh Desa Wisata Lubok
Sukon, Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten
Aceh Besar, lokasi Tenun Songket Aceh
Nyak Mu, Desa Siem Aceh Besar,
kediaman salah satu pengurus Dekranasda
Provinsi Aceh, Beurawe, Banda Aceh dan
di Darussalam Kecamatan Syiah Kuala
Banda Aceh, kediaman Dosen FKIP
Unsyiah PKK Jurusan Tata Busana.
Subjek berjumlah 4 orang yang terdiri dari
satu responden sebagai pemilik Rumah
Aceh dengan penerapan motif Aceh Besar
pada rumah, dua responden memahami
filosofi dan makna dari motif-motif Aceh
Besar dan satu responden dengan
penerapan motif Aceh Besar pada Songket.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Identifikasi ragam hias tradisional
Aceh Besar
Berdasarkan hasil penelitian,
responden MK menyangkut motif
tradisional Aceh Besar bahwa, awal mula
adanya motif Aceh Besar diawali dengan
bagaimana masyarakat Aceh Besar
mengenal motif. Hingga saat ini belum ada
sumber yang menjelaskan hal tersebut.
Responden MK mengatakan bahwa
mengenai awal mula Aceh Besar mengenal
motif secara konkrit hingga saat ini belum
ditemukan literatur yang akurat. Namun
awal perkembangan motif Aceh secara
umum dimulai pada masa kerajaan
Samudera Pasai pada abad ke 13 M, pada
awal mulai penyebaran agama Islam.
6
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Menurut Akbar, dkk (2017:13) bahwa
penyebaran ajaran Islam sudah dimulai
pada abad ke-7 dan mengalami
perkembangan yang pesat pada masa
Kesultanan Samudera Pasai pada abad ke-
13 Masehi.
Menurut Mukhirah (2019:3) pada
lokakarya yang berjudul Jenis Motif Aceh
dan Filosofinya bahwa pengaruh Islam
yang sangat kental dalam masyarakat Aceh
telah memberikan karakteristik pada
kekayaan motif tradisional Aceh, seperti
stilasi tumbuh-tumbuhan yang beraneka
ragam dan bentuk kaligrafi. Berdasarkan
penjelasan di atas, motif Aceh secara
bersamaan dengan perjalanan Aceh mulai
mengenal Islam dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, tentu motif Aceh
Besar terwujud dan didasari dari bentuk-
bentuk alam yang ada disekitarnya seperti
tumbuhan, hewan (flora, fauna, geometris).
Namun motif hewan tidak berlaku dalam
Islam dan kaligrafi.
Motif dasar Aceh biasanya
diwujudkan sebagaimana dasar dari bentuk
yang sudah ada. Responden MK
mengatakan bahwa biasanya motif-motif
dasar itu diberi nama yang menyerupai
bentuk motif tersebut, contohnya Bungong
Meulu, Bungong Seulanga karena motif
tersebut berbentuk seperti itu. Ada yang
lain seperti Bungong Ek Leuek dan
Bungong Aneuk Abik karena bentuk
menyerupai itu. Menurut Mukhirah
(2019:3) motif dasar Aceh Besar yaitu
Pucok Reubong, Bungong Keupula,
Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga,
Bungong Meulu, Talo Ie, Awan Meucanek,
Bungong Aneuk Abiek.
Salah satu motif Aceh yang
memiliki makna yakni motif Pinto Aceh
yakni sifat keterbukaan masyarakat Aceh
yang dapat menyatu dengan berbagai
bangsa-bangsa di dunia, asalkan tidak
diganggu akidahnya. Selanjutnya Sahputra
(2018:11) mengungkapkan bahwa motif
Awan Meucanek mempunyai bentuk
lengkungan-lengkungan atau
bergelombang yang tidak beraturan yang
menggambarkan suasana mendung. Ragam
hias ini memiliki makna simbolis yang
melambangkan setiap nikmat yang
diberikan Allah harus selalu disyukuri.
Berikut jenis motif dasar Aceh
Besar bersumber Flora (Gambar 1 sd 12).
Gambar 1. Pucok Reubong
Sumber: Mukhirah (2019)
7
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Gambar 2. Bungong Keupula
Sumber: Mukhirah (2019)
Gambar 3. Bungong Jeumpa
Sumber: Mukhirah (2019)
Gambar 4. Bungong Seulanga
Sumber: Mukhirah (2019)
Gambar 5. Bungong Meulu
Sumber: Mukhirah (2019)
Gambar 6. Oun Ranub
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Gambar 7. Oun Labu
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Gambar 8. Oun Muroung
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Gambar 9. Oun Ubi
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Gambar 10. Boh Aneueh
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
8
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Gambar 11. Sisik Meuria
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Gambar 12. Oun Paku
Sumber: Desain Peneliti (diadopsi dari
Seni Rupa Aceh)
Selanjutnya jenis motif Fauna.
Motif ini jarang diterapkan pada
masyarakat Aceh terutama di Aceh Besar.
Hal tersebut terjadi karena ada larangan
untuk menerapkan motif dari makhluk
yang bernyawa. Motif Fauna dapat dilihat
pada gambar 14 s/d 18.
Gambar 14. Gigo Darut
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Gambar 15. Sisik Naga
Sumber: Desain Peneliti (diadopsi dari
Seni Rupa Aceh)
Gambar 16. Sisik Uleu
Sumber: Desain Peneliti (diadopsi dari
Seni Rupa Aceh)
Gambar 17. Bungong Aneuk Abiek
Sumber: Mukhirah (2019)
Gambar 18. Bungong Ek Leuek
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
9
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Selain itu terdapat motif Geometris
dengan bentuk yang bervariasi. Motif ini
juga terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut contoh motif Geometris yang
dapat dilihat pada gambar 19 s/d 21.
Gambar 19. Talo Ie
Sumber: Mukhirah (2019)
Gambar 20. Talo Meuputa
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Gambar 21. Rantee
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Jenis motif terakhir yaitu motif
Cosmos (Aam). Jenis motif ini merupakan
motif yang terinspirasi dari fenomena-
fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut contoh motif cosmos
(Gambar 22 dan 23).
Gambar 22. Awan Meucanek
Sumber: Mukhirah (2019)
Gambar 23. Bulan Bintang
Sumber: Desain Peneliti
(diadopsi dari Seni Rupa Aceh)
Motif memiliki fungsi. Selain
memiliki nilai estetika dan makna,
kegunaan motif berpengaruh pada
penerapan motif. Responden MK
mengatakan bahwa fungsi dari motif-motif
Aceh Besar sangat tergantung pada benda
apa motif itu diterapkan. Contohnya motif
Pinto Aceh, jika ditempatkan pada pintu
gerbang masuk Aceh, berarti awal dari
perjalanan masuk ke Aceh. Jika motif-
motif itu ditempatkan pada benda busana
berarti pengaplikasiannya pada kekhasan
daerah Aceh yang diaplikasikan pada
keindahan busana Pinto Aceh sebagai
lambang keterbukaan masyarakat Aceh
dalam menerima pendatang yang
berkunjung ke Aceh. Menurut Annisa
10
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
(2016:184) bahwa Motif Pinto Aceh
merupakan motif yang berbentuk seperti
pintu. Pintu Aceh merupakan salah satu
bentuk bangunan peninggalan Raja Sultan
Iskandar Muda yang diberi nama pinto
khop. Namun demikian motif tradisional
Aceh tidak semuanya memiliki makna
yang jelas. Mukhirah (2019:3) mengatakan
bahwa namun tidak semua motif-motif
hias tradisional Aceh memiliki makna
yang jelas pada setiap bagian-bagiannya.
Literatur tentang makna simbolis pada
motif-motif Aceh sangat sulit ditemukan.
Keterbatasan informasi mengenai sejarah,
makna dan bentuk jelas dari macam-
macam motif Aceh dikhawatirkan dapat
membuat motif terancam hilang.
Selanjutnya, Responden HR
mengatakan bahwa motif Aceh Besar
terdiri dari motif alam, bunga dan
dedaunan. Karena menurut agama Islam,
motif berbentuk binatang tidak boleh, jadi
Aceh Besar memegang syari’at dengan
tidak melibatkan binatang atau yang
bernyawa. Dalam artian bahwa bentuk
hewan dan manusia tidak diperbolehkan
untuk dibuat dalam bentuk benda mati
seperti motif atau tiruan lainnya. Menurut
Sofyan (2014:34) bahwa, disamping itu
sebagai masyarakat yang islami,
pengadopsian ornamen dari unsur fauna
sedapat mungkin memang sengaja
dihindari karena bertentangan dengan
Islam.
Responden HR mengungkapkan
nilai-nilai yang terkandung dalam motif
Aceh Besar tidak begitu jelas, berbeda
dengan daerah lain. Motif Aceh Besar
tidak terlalu nampak atau menonjol.
Sedangkan motif Aceh Besar terinspirasi
dari kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini
Lindawati (2017:21) menjelaskan bahwa
kehadiran ornamen ditengah-tengah
kehidupan masyarakat Aceh adalah
sebagai media ekspresi yang diwujudkan
dalam bentuk visual, ditujukan sebagai
pelengkap rasa estetik. Proses
penciptaannya tidak terlepas dari
pengaruh-pengaruh budaya dan alam
sekitar. Pelengkap rasa estetik mengartikan
adanya kebutuhan keindahan. Dibalik
adanya keindahan, terdapat nilai-nilai yang
terkandung pada motif Aceh Besar yakni
memiliki pesan yang ingin disampaikan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Zakiati
(2018:231) bahwa motif yang diciptakan
oleh manusia pada dasarnya mempunyai
filosofi dan tujuan tertentu, dan terdapat
pula pesan-pesan yang ingin disampaikan
kepada masyarakat
Responden HR mengatakan bahwa
nilai-nilai tersebut masih diterapkan seperti
11
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
hal yang sakral yang tidak diubah yaitu
motif kaligrafi. Motif kaligrafi yang
diangkat dari ayat-ayat suci Al-qur’an
seperti surat yasin atau biasanya dari
sebutan “Allah” atau “Muhammad”
merupakan salah satu ucapan sakral yang
hanya dapat diposisikan pada tempat-
tempat tertentu. Kaligrafi adalah berupa
tulisan Arab dapat distilirkan dengan motif
tumbuh-tumbuhan sebagai pengaruh ajaran
Islam yang melarang penggambaran
makhluk hidup (Achmad, 2017:229).
Sama halnya dengan daerah lain,
motif Aceh Besar memiliki ciri khas
tertentu. Responden HR mengatakan
bahwa ciri khas motif Aceh Besar
berukuran kecil-kecil, tidak menonjol
seperti Awan Meucanek. Motif memiliki
bentuk yang beragam, namun ada juga
yang memiliki kesamaan. Responden
mengatakan bahwa motif itu berbeda
dengan daerah lain, seperti Pucok
Reubong, di Aceh Besar motif ini benar-
benar diambil dari bentuk tunas bambu.
Menurut penuturan dari responden “SY”
bahwa motif Pucok Reubong memiliki
makna jika bakal semakin besar semakin
kuat, filosofinya ialah manusia yang
tumbuh dari kecil hingga besar dan
menjadi kuat seiring bertambahnya umur
dan perubahan fisik. Selanjutnya Loenaldy
(2015:2) menjelaskan bahwa motif Pucuk
Rebung yang berarti tunas rebung (tunas
muda yang tumbuh dari akar bambu).
Berbentuk meruncing ke atas, bagian
pangkalnya besar dan semakin ke atas
semakin mengecil. Makna yang
terkandung dalam motif ini adalah bahwa
agar hidup selalu terus berupaya maju,
senantiasa berfikir lurus dan tidak boleh
sombong dan angkuh diri ketika mencapai
puncak tertinggi seperti sifat tanaman
Pucuk Rebung”.
Motif tidak hanya diwujudkan
hanya pada bentuk namun dapat
ditambahkan dengan warna. Warna pada
motif akan membantu menonjolkan bentuk
pada suatu motif menjadi lebih jelas. Motif
daerah pun demikian. Menurut responden
HR warna khas Aceh Besar ialah kuning
artinya raja (tempat penginapan kerajaan,
ibukota), hijau artinya ulama, merah
artinya panglima dan hitam artinya rakyat.
Mengenai pandangannya akan motif Aceh
Besar, responden HR menyatakann
umumnya motif yang ada saat ini dilihat
sebagai motif Aceh, tidak ada yang
khusus. Dulu ada motif yang biasanya
diterapkan di rumah Aceh.
Rumah Aceh merupakan salah satu
rumah tradisional yang bangunan tersebut
dijadikan tempat tinggal hingga saat ini.
12
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Menurut Siti (2019:78) bahwa rumah Aceh
merupakan rumah yang memiliki struktur
bangunan dengan arsitektur yang unik
dengan penerapan ragam hias daerah. Dari
segi ukiran, motif ragam hias rumah
tradisional Aceh di tiap-tiap Kabupaten di
Provinsi Aceh tidak sama. Masing-masing
mempunyai ragam ukiran yang berbeda,
serta penerapan dan makna yang berbeda
pula..
B. Makna simbolis dari ragam hias
tradisional Aceh Besar
Penerapan motif paling dasar yang
dapat dijumpai biasanya adalah Rumoh
Aceh. Bangunan rumah Aceh dapat dilihat
dari situs wisata yang ada di Aceh atau
pemilik rumah panggung yang hingga kini
masih ditinggali. Responden SY
merupakan salah satu pemilik rumah
panggung yang menerapkan motif Aceh
Besar. Pada rumah tersebut terdapat
beberapa motif Aceh Besar yang
diterapkan diantaranya motif Bungong
Jeumpa Pucok Reubong dan Bulan
Bintang. Responden SY mengatakan
bahwa Bungong Jeumpa artinya sesuai
dengan maskot Aceh, karena disamping
ada ornamen, ada lagu Bungong Jeumpa.
Pucok Reubong artinya jika bakal semakin
besar semakin kuat, filosofinya ialah
manusia yang tumbuh dari kecil hingga
besar dan menjadi kuat seiring
bertambahnya umur dan perubahan fisik.
Bintang Bulan artinya keresahan dan
pencahayaan bintang bulan. Filosofinya
adalah Allah dan Muhammad rahmah bagi
seluruh alam semesta.
Rumah Aceh yang menerapkan
motif Aceh Besar tentu tidak hanya motif
dan maknanya, tetapi menerapkan pula
nilai-nilai yang terkandung dalam motif
tersebut. Responden SY mengatakan
bahwa diterapkan langsung, nilai-nilai
kebersamaan, nilai-nilai gotong royong,
nilai persatuan dan kesatuan, nilai-nilai
yang menghargai sesama. Masyarakat desa
Lubok Sukon mulai mengenal motif dari
setiap rumah yang diterapkan motif.
Berdasarkan penuturan dari
responden SY, motif-motif yang telah
diaplikasikan di rumah kediaman beliau
ialah Pucok Reubong, Bungong Jeumpa,
Bunga Tasbih, Bulan Bintang, Bungong
Seurumpet Pageu, yang pada umumnya
didominasi oleh Rumah Aceh Besar.
Penerapan motif Bungong Seurumpet
Pageu pada Rumoh Aceh dapat dilihat
pada gambar 24.
13
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Gambar 24. Penerapan motif Bungong
Seurumpet Pageu pada Rumoh Aceh
Sumber: Dokumentasi Penelitian
Penerapan motif Bungong
Seurumpet Pageu pada Rumoh Aceh ini
merupakan jenis bunga yang menjalar
dengan bunga berbentuk terompet
terpotong dan meruncing serong.
Responden mengatakan bahwa motif
Bungong Seurumpet Pageu memiliki
makna yaitu menjaga/memagari nilai-nilai
keutuhan adat dan budaya serta reusam.
Reusam ialah perilaku baik dalam
masyarakat yang tidak bertentangan
dengan nilai adat dan budaya. Penerapan
motif Bulan Bintang pada Rumoh Aceh
dapat dilihat pada gambar 25.
Gambar 25. Penerapan motif Bulan
Bintang pada Rumoh Aceh
Sumber: Dokumentasi Penelitian
Motif-motif yang diterapkanpun
tidak semuanya motif Aceh Besar, tetapi
ada motif gabungan. Responden
mengatakan bahwa Pidie dan Aceh Besar
hampir sama motifnya, sedangkan di Aceh
Barat, Aceh Singkil, Aceh Tenggara
berbeda lagi motifnya. Motif gabungan
tersebut juga dapat diterapkan baik sesuai
selera maupun maknanya. Hal ini
sebagaimana dikemukakan T.Junaidi
(2018:282) bahwa motif dasar Aceh Besar
merupakan motif dasar yang banyak
dimanfaatkan di beberapa daerah lainnya
meliputi wilayah Pidie, Aceh Utara dan
Aceh Timur. Sedangkan Aceh Tengah,
Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh
Tenggara memiliki motif dasar tersendiri,
meskipun beberapa memiliki motif dasar
14
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
sama dengan penamaan yang berbeda atau
nama yang sama dengan bentuk yang
berbeda. Selanjutnya Responden SY
mengatakan bahwa biasa motif gabungan
disesuaikan dengan makna dengan bentuk
bangunan rumah, tergantung tempat
diterapkannya dimana.
Selain penerapan motif pada rumah
Aceh, objek lain yang diteliti adalah
penerapan pada songket, yang dibuat oleh
salah seorang pemilik Usaha Tenun
Songket Nyak Mu. Songket tersebut
dijadikan bahan yang mendukung untuk
memperoleh informasi mengenai
penerapan songketnya terhadap motif
Aceh Besar. Menurut responden DH
sebagai penerus usaha Songket Nyak Mu,
bahwa rmotif yang biasanya dierapkan
berupa motif umum maupun khusus
seperti motif daerah.
Untuk penerapan motif pada
songket, responden DH menerapkan motif
yang dikembangkan sendiri yakni motif
dari hasil karya Ibunya yaitu Alm. Nyak
Mu. Sekiranya ada 50 motif yang terdapat
pada buku yang diketahui sudah
diterbitkan dengan jumlah 3 jilid. Pada
motif songket yang dimuat menggunakan
motif dari khas usaha tersebut. Penerapan
motif khas Songket Tenun Nyak Mu yaitu
Pucok Meureya pada Tenun, yang dapat
dilihat pada gambar 26.
Gambar 26. Penerapan motif khas Songket
Tenun Nyak Mu yaitu Pucok Meureya
Sumber: Dokumentasi Penelitian
Selanjutnya responden DH juga
menerapkan langsung motif Aceh Besar
dalam tenunannya. Salah satu motif Aceh
Besar yang dipakai yaitu motif Bungong
Meulu. Warna untuk kain songket
biasanya menggunakan warna khas khas
Aceh Besar. Aceh Besar hanya
menggunakan 3 warna saja yaitu warna
merah, kuning dan hijau. Bila dilihat dari
penggolongan warna, Aceh Besar
menggunakan 2 warna primer dan 1 warna
sekunder yakni warna primer terdiri dari
merah dan kuning sedangkan hijau
merupakan warna sekunder. Selain itu,
warna khas Aceh Besar memiliki makna
tertentu. Pada warna merah melambangkan
keberanian rakyat Aceh, kuning
melambangkan keagungan atau kemuliaan
dan hijau melambangkan keta’atan
beragama rakyat Aceh. Walaupun warna
15
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
khas Aceh Besar terdiri dari 3 warna saja.
Namun bukan berarti mereka hanya
memakai warna tersebut untuk segala hal.
Pemakaian warna juga tergantung pada
permintaan pemesan songket.Gambar
motif Bungong Meulu disajikan pada
Gambar 27.
Gambar 27. Penerapan motif Bungong
Meulu pada Songket Tenun Nyak Mu
Sumber: Dokumentasi Penelitian
KESIMPULAN
1) Motif-motif Aceh Besar cukup
beragam, namun motif tersebut masih
memiliki ikatan dengan motif lainnya,
dikarenakan adanya kedekatan jarak
antara daerah satu dengan lainnya.
baik berasal dari sesama daerah
pesisir maupun daerah pedalaman.
Identifikasi ragam hias motif Aceh
Besar yaitu motif flora terdiri dari,
motif Pucok Reubong, Bungong
Keupula, Bungong Jeumpa, Bungong
Seulanga, Bungong Meulu, Oun
Ranub, Oun Labu, Oun Muroung,
Oun Ubi, Oun Paku, Boh Aneuh.
Motif fauna yaitu motif Gigo Darut,
Sisik Naga, Sisik Uleu, Bungong
Aneuk Abiek, Bungong Ek Leuek.
Motif cosmos/alam yaitu motif Awan
Meucanek, Bulan Bintang.
2) Makna simbolis yaitu mengandung arti
yang dapat diterapkan dalam
kehidupan, seperti motif Pinto Aceh
memiliki makna terbuka bagi
masyarakat luas. Tidak semua motif
memiliki makna dan motif diwujudkan
berdasarkan pada apa yang ada
dilingkungan sekitarnya. Nilai-nilai
yang terkandung dalam motif-motif
Aceh terutama motif Aceh Besar
didasari oleh nilai-nilai akan
kepercayaannya kepada keagamaan.
SARAN
1. Disarankan kepada generasi penerus
yang akan menggantikan generasi yang
lalu untuk coba lebih berinisiatif dalam
meningkatkan wawasan akan budaya
didaerahnya dengan mencoba
mempelajari dan mengenali budaya
daerah.
2. Kepada pemerintah Aceh dan pihak
berwewenang dapat memajukan
budaya maupun adat istiadat agar tidak
16
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
hilang dan dapat dirasakan hingga pada
generasi-generasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Haldani Destiarmand. 2017.
Karakteristik Bentuk dan Fungsi
Ragam Hias pada Arsitektur
Masjid Agung Kota Bandung.
Program Studi Kriya, Fakultas
Seni Rupa dan Desain, Institut
Teknologi Bandung. Volume 16,
Nomor 3.
Akbar, dkk. 2017. Mushaf Kuno
Nusantara Pulau Sumatera.
Jakarta: Lajnah Pentasbihan
Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama
RI.
Annisa. 2016. Perkembangan Bentuk dan
Motif pada Kerajinan Tas di
Gampong Dayah Daboh
Kecamatan Montasik Aceh Besar.
Program Studi Pendidikan Seni
Drama, Tari dan Musik. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unsyiah. Vol 1 Nomor 3 Agustus,
hal. 181-19.
Ismawan. 2017. Pola Komposisi Motif
Kupiah Riman di Desa Adan
Meunasah Dayah Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
Jurnal Seni Budaya Volume IV.
No. 1
Leonaldy. 2015. Motif Dayak. Program
Studi Pendidikan Seni Drama,
Tari dan Musik. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Untan, Pontianak.
Lindawati, 2017. Ornamen Batee Ranub di
Museum Aceh. Program Studi
Pendidikan Seni Drama, Tari dan
Musik. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Unsyiah. Volume
2, Nomor 1. Februari 2017.
Lydia Patrick Padri, Intan Khasumarlina
Mohm Khalid & Harozila Ramli.
2015. Jurnal Motif Ragam Hias
Kalong, Sarawak. 3 (1): 127-140
Moliono, A. M. 1990. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Cetakan Ke-3.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Balai
Pustaka
Mukhirah. 2019. Jenis Motif Aceh dan
Filosofinya. Makalah disajikan
dalam Lokakarya Pelestarian Nilai
Budaya Aceh di Banda Aceh, 20
November 2019
Musa A., Sujiman dkk. (Eds.). 1996. Seni
Rupa Aceh. 2. Banda Aceh:
Taman Budaya Provinsi Daerah
Istimewa Aceh
Prawira, Sulasmi Darma (1989). Warna
Sebagai Salah Satu Unsur Seni dan
Desain. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Sahputra, M. Andika, Fitriana, Novita.
2018. Ragam Hias Tradisional
pada Rumah Adat Kabupaten Aceh
Selatan di PKA Ratu Safiatuddin.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga. Volume 3. No. 3.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/a
rticle/view/11937
Silvia Devi (2015). Sejarah dan Nilai
Songket Pandai Sikek. Jurnal Ilmu
Sosial Mamangan. 2 (1)
17
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME: 5 NOMOR : 1 FEBRUARI 2021 hal : 1-17
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 689
Siti Maulin, Cut Zuriana, Lindawati.
2019. Makna Motif Ragam Hias
pada Rumah Tradisional Aceh di
Museum Aceh. Jurnal 4 (1)
Sofyan, 2014. Ornaments of Flora and
Fauna on Traditional Acehnese
House. Jurnal Natural vol. 14. No.
2:34.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (Eds).
2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
T. Junaidi, Mufti Riyani. 2017. Ragam
Hias Aceh: Corak Identitas dan
Pemaknaannya dalam Masyarakat
Nelayan dan Peladang. Jurnal
Seuneubok Lada, Vol.4, No. 1.
Tia Ulfa, Mukhirah, Fitriana. 2017.
Pendapat Mahasiswa Tata Busana
FKIP Unsyiah Terhadap Adat
Perkawinan di Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga. Volume 2.
No.3.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/a
rticle/view/15694.
Verra Zahara, 2018. Daya Tarik
Wisatawan pada Produk Kerajinan
Bordir Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga. Volume 3.
No.1.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/a
rticle/view/15693
Wisdiarman. 2014. Menggambar Ragam
Hias. Padang
Zakiati Am, Ismawan, Lindawati, 2018.
Ragam Motif dan Makna yang
terdapat pada Kupiah Riman di
Desa Adan Meunasah Dayah
Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Seni Drama, Tari dan
Musik. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Syiah
Kuala. Volume III No. 2.