IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …
Transcript of IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI …
IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO
DI DESA KETULUNGAN KECAMATAN SUKAMAJU
KABUPATEN LUWU UTARA
JUMITA SARI
1602405029
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
i
IDENTIFIKASI PENYEBAB KETIDAKSTABILAN HARGA KAKAO DI
DESA KETULUNGAN KECAMATAN SUKAMAJU
KABUPATEN LUWU UTARA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo
JUMITA SARI
1602405029
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Jumita Sari. 2020. Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara (dibimbing oleh Suaedi
dan Erni Firdamayanti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan
ketidakstabilan harga kakao . Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ketulungan
Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Responden dalam penelitian ini
adalah petani yang berusaha tani kakao sebanyak 20 orang, pedagang kakao 5
0rang, dinas terkait 2 orang dan dosen pertanian 3 orang. . Pengambilan sampel
yang dilakukan secara acak (purposive sampling), adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian yaitu dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis
dekriptif unruk meceritankan apa saja yang menyebabkan ketidakstabilan kakao.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketidakstabilan harga kakao disebabkan
oleh nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, kadar air, perlakuan pascapanen,
permintaan, kualitas kakao, pemasaran, produksi dan cuaca faktor kualitas kakao
menjadi hal yang paling di perhatikan guna meningkatkan pendapatan usaha tani
kakao dikalangan petani.
Kata kunci: Identifikasi, Harga, Kakao
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang
Maha Esa, karenaberkat rahmat dan hidayah-Nyasehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan
Harga Kakako di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara”.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tak luput dari kehilafan
serta keterbatasan sehingga dalam proses penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritikan yang positif demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kendala dan kesulitan, namun
karena keinginan dan usaha yang kerasserta bantuan dan dorongan semangat dari
berbagai pihak sehingga segala kendala dan kesulitan tersebut dapat terselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak mungkin
terwujud tanpa bantuan, dorongan, semangat, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis patut dan wajar menyampaikan
ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Bapak Jumail dan Ibu
Aaruani yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan, materi, serta
motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselaisaikan. Selain itu
penulis juga menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Prof. Drs. H. Hanife Mahtika., M.S., selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Rahman Hairuddin, SP., M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto palopo.
3. Abd. Rais, S.Si., M.Ling., selaku Ketua Program Studi Agribisnis.
4. Dr. Suaedi, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan
dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Dharma Fidyansari, S.P., M.M., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf dan Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Cokroaminoto
Palopo.
vi
7. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakaan skripsi selanjutnya.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Palopo, Juni 2020
Jumita Sari
vii
RIWAYAT HIDUP
Jumita Sari, Lahir di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju
tanggal 20 juli 1998., anakke tiga dari 4 bersaudara, buah hati
dari pasangan Jumail (Ayah) dan Asriani (Ibu). Penulis
menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 169
Ketulungan tahun 2004 sampai dengan 2010. Kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 4 Sukamaju pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2012. Penulis
melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Sukamaju pada tahun 2013 dan tamat pada
tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian di Universitas Cokroaminoto Palopo. Diakhir studi
penulis menyusun skripsi dengan judul “Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan
Harga Kakao di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara”.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori .............................................................................................. 5
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 13
2.3 Kerangka Pikir ........................................................................................ 15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 16
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 16
3.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 17
3.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 17
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 18
3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 19
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 30
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 35
5.2 Saran ...................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37
LAMPIRAN ........................................................................................................... 39
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jumlah produksi Kakao Kabupaten Luwu Utara ............................................ 1
2. Persyaratan Umum Biji Kakao ........................................................................ 18
3. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok Jenis Kelamin di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara ............................ 19
4. Jumlah penduduk berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara ............................ 20
5. Jumlah penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara ........................... 21
6. Pemanfaatan Lahan di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju
Luwu Utara ..................................................................................................... 22
7. Karakteristik responden menurut Umur ................................................ 23
8. Karakteristik responden menurut Tingkat Pendidikan Terakhir ........... 23
9. Perbedaan Harga Kakao Kering dan Kakao Basah ......................................... 24
10. Petani yang Melakukan Fermentasi dan Tidak Fermentasi ............................. 25
11. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar....................................... 25
12. Mutu dan Kualitas Biji Kakao ......................................................................... 26
13. Jumlah Produksi Kakao Kabupaten Luwu Utara ............................................ 26
xi
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pikir .................................................................................................. 15
2. Saluran Pemasaran .......................................................................................... 28
3. Dokumentasi Penelitian.................................................................................... 48
xii
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Panduan wawancara .......................................................................................... 40
2. Identitas responden ............................................................................................ 46
3. Dokumentasi penelitian ..................................................................................... 47
xiii
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu tanaman
perkebunan yang peting karena merupakan sumber bahan baku industri yang
dapat meningkatkan devisa negara. Pendapatan petani kakao indonesia secara
signifikan terus meningkat namun mutu yang dihasilkan masih rendah dan
beragam diantaranya tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, cita rasa yang
beragam, sehingga kakao Indonesia masih rendah dipasar internasional (Doume,
dkk. 2013.
Sentra produksi kakao terbesar di Indonesia tersebar di Sulawesi sebesar
63.8% meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Sulawesi Selatan merupakan pemasok produsen utama kakao Indonesia,diikuti
Sulawesi Tenggah, Sulawesi Tenggaradan Sulawesi Barat. Dari keempat Propinsi
tersebut, Sulawesi Selatan merupakan Provinsi dengan pertumbuhan tertinggi
mencapai 8.6%. Khusus di Sulawesi Selatan sentra kakao terdapat di Luwu Raya,
dengan total produksi 63.259,21 ton dari total luas areal 133.469,70 Ha yang
terdiri dari tiga Kabupaten (Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur,
Kabupaten Luwu Timur), dan satu Kota (Kota Palopo), ini berarti Luwu Raya
memasok sekitar 54% dari total produksi kakao di Sulawesi Selatan sebanyak
117.118,52 ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2013).
Salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu sentra perkebunan rakyat yang
berada di Propinsi Sulawesi Selatan Data Badan Pusat Statistik (2014-2018).
Tabel 1. Luas Lahan dan Hasil Produksi Kakao Kabupaten Luwu Utara pada Tahun 2014-2018.
No. Tahun LuasLahan (ha) HasilProduksiKakao (ton)
1. 2014 34.252.40 ha 21.236.48 ton
2. 2015 36.212.67 ha 22.296.45 ton
3. 2016 38.127.60 ha 26.120.85 ton
4. 2017 39.410.27 ha 26.274.91 ton
5. 2018 39.482.04 ha 26.613.28 ton
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Utara (2014-2018).
2
2
Pada tahun 2014-2018 produksi kakao di Kabupaten Luwu Utara
mengalami kenaikan setiap tahun yaitu dari tahun 2014 hasil produksi kakao
mencapai 21.236,48.dengan luas lahan 34.252,40 dan tahun 2015 hasil produksi
kakao sebanyak 22.296,45 ton dengan luas lahan36.212,67. Kemudian tahun
2016 hasil produksi kakao 26.120,85 ton dengan luas lahan 38.127,60 dan pada
tahun 2017 sebanyak 26.274,91 dengan luas lahan 39.410,27 dan pada tahun
2018 hasil produksi kakao mencapai 26.613,28 dengan luas lahan 39.482,04.
Jadi produksi kakao Kabupaten Luwu Utara mengalamai kenaikan dari tahun
2014-2018. (BPS LuwuSecara keseluruhan, produktifitas kakao Kabupaten Luwu
Utara yaitu 0.70 ton/haberada di atas produktifitas Nasional 0.54 ton/ha namun
sedikit berada di bawah produktifitasPropinsi Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0.71
ton/ha.
Luwu Utara adalah salah satu penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan
produksi kakao kering di Luwu Utara mencapai 22.296 ton yang setiap tahunnya
mengalami pasang surut, peningkatan luas lahan tidak seiring dengan peningkatan
produksi yang dihasilkan petani. Harga kakao di Kabupaten Luwu Utara tidak
menentu karena disebabkan kualitas kakao yang masih rendah dan tidak
tersedianya pabrik skala besar yang mengolah langsung kakao mentah menjadi
produk yang sudah jadi sehingga pedagang membeli dengan harga yang murah
karena akan dijual kembali ke pengepul sehingga dapat berpengaruh
kependapatan petani di Kabupaten Luwu Utara.
Masalah kakao di Sulawesi Selatan yaitu: 1) Tanaman yang sudah tua, 2)
Kurangnyapengetahuan petani, 3) Pertaniannya bermodalkan pengalaman saja
namun tidak berpacu pada prosedur- prosedur yang benar, 4) Kebanyakan petani
hanya kalangan petani yang latar belakangya hanya lulusan SD, SMP, SMA
bahkan ada petani yang tidak merasakan jenjang persekolahan, dan 5). Gangguan
hama sehingga petani mengalami penurunan harga dari pedagang yang akan
berdampak pada pendapatan petani sehingga perlu adanya penanganan lebih lanjut
dari dinas terkait (BPS, 2016).
Potensi pengembangan pemasaran kakao di Desa Ketulungan cukup
memungkinkan, namun belum kualitas kakao yang masih rendah menyebabkan
ketidakstabilan harga. Ada banyak pedagang, lembaga pemasaran maupun
3
3
pemerintah, dengan kepentingannya masing-masing ikut berperan dalam
pemasran biji kakao. Sementara kualitas biji kakao yang dihasilkan petani belum
memiliki standar yang jelas. Hal ini akan mempengaruhi proses pemasaran karena
mekanisme pembentukan harga biji kakao dipasar akan berdampak langsung pada
perilaku partisipan yang terlibat dalam perdagangan komoditas ini. Eksportir
pedagang lokal, pedagang pengumpul, dan petani sendiri di Desa Ketulungan
tersebut, adalah pihak yang terkena dampak harga yang dihadapi oleh petani.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis kemudian merasa perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan
Harga Kakao di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu untuk Mengidentifikasi
Faktor apa yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao di Desa Ketulungan
Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka Tujuan Penelitian ini
yaitu Mengidentifikasi Faktor yang Menyebabkan Ketidakstabilan Harga Kakao
di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitan ini diharapkan menjadi referensi bagi petanimaupun dinas
terkait Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara agar memahami berbagai
persoalan yang dihadapi dalam ketidakstabilan harga kakao.
2. Sebagai bahan studi bagi mahasiswa yang berhubungan yang berhubungan
dengan penelitian ini khususnya mahasiswa agribisnis pertanian.
4
4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Kakao
Tanaman kakao merupakan satu satunya diantara 22 jenis marga
Theobroma, suku Sterciliacea eyang diusahakan secara komersial. Habitat asli
tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi,
curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi
yang relatif tetap. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinnya mempunyai dua
bentuk dua tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut tunas
ortotropatau tunas air (wiliam atau cupon), sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya kesamping disebut dengan plagiotrop(cabang kipas atau fan)
(Pusat kopi dan Cacao, 2004).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas
perkebunanyang mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional
khususnya sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber pendapatan, dan devisa
negara. Selain itu kakao juga berperan dalam pengembangan wilayah dan
pengembangan agroindustri.
Tahun 2010 Indonesia merupakan pengekspor biji kakao terbesar ketiga
dunia dengan produksi biji kering 550.000 tonsetelah Negara Pantai Gading
(1.242.000 ton) dan Ghana dengan produksi 662.000 ton (ICCO,2011). Pada
tahun tersebut, dari 1.651.539 ha real kakao Indonesia, sekitar 1.555.596 ha
atau94% adalah kakao rakyat (Ditjenbun, 2010). Halini mengindikasikan peran
penting kakao baiksebagai sumber lapangan kerja maupun pendapatanbagi petani.
Areal dan produksi kakao Indonesiajuga terus meningkat pesat pada dekade
terakhir,dengan laju 5.99% per tahun (Ditjenbun, 2009).
Volume dan nilai ekspor kakao Indonesia pada periode 1999-2009
meningkat pesat masing-masingdengan laju 12% dan 10.84% per tahun.Hasil
penelitian juga mendukung bahwa industrikakao patut dikembangkan sebagai
salah satuan dalam karena mempunyai koefisien keterkaitan kedepan dan ke
belakang yang lebih besar dari satu,efek penggandaan, dan lapangan kerja yang
5
5
relatifbesar, serta efek distribusionalnya cukup baik(tersebar) (Zainudin et al.,
2004).
Sejalan dengan peran penting tersebut, peluang pasar kakao Indonesia
masih cukup terbuka. Potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah
satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka dan sangat
menjanjikan. Permintaan biji kakao terus meningkat, terutama dari Amerika
Serikat dan negara-negara Eropa Barat. Berbagai negara tersebut dikenal sebagai
produsen makanan yang menggunakan kakao sebagai komponen utamanya.
Kualitas biji kakao yang diekspor Indonesia dikenal sangat rendah hal ini
desebabkan oleh pengelolaan produk kakao yang masih tradisional (85% Biji
kakao produksi Nasional tidak di fermentasi) sehingga kualitas kakao
Indonesiamenjadi rendah. Kualitas rendah menyebabkan harga kakao dan produk
kakao Indonesia di pasar internasional dikenai diskon USD 300/ton (Departemen
Perindustrian, 2009). Selain itu, kurangnya ketertarikan serta minat para petani
untuk menghasilkan kakao fermentasi disebabkan kurangnya insentif yang
diberikan oleh pembeli terhadap biji kakao fermentasi (Suryani, 2007).
Buah kakao umumnya dapat dipanen hampir sepanjang tahu, biasanya
akan terdapat satu atau dua puncak panen yang terjadi 5-6 bulan setelah musim
hujan. Buah kakao hendaknya dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai
dengan adanya perubahan pada warna kulit buah. Buah yang sewaktu belum
masak berwarna hijau, pada waktu masak akan berubah menjadi kuning,
sedangkan buah yang sewaktu belum masak berwarna merah, sewaktu masak
akan berubah menjadi jingga (Wahyudi, 2013).
Biji kakao yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1.0-1.2 gram atau
sekitar 83-100 biji tiap 100 gram. Berat biji sangat berkaitan dengan kandungan
lemak dan kulit biji. Bila berat biji kurang dari 1 garam maka kandungan
lemaknya turun dan kadar kulitnya naik. Kadar kulit biji 11-12% dinyatakan
sebagai batas optimum, yaitu kadar kematangan dari buah kakao yang bewarna
hijau kekuning-kuningan atau hijau kemerah-merahan yang berarti kakao matang
sempurna. Kadar kulit biji sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman dan penanganan
pasca panen. Biji kakao dari Ghana mengandung kulit 11-13%, dari Papua Nugini
16-17%. Buah yang berasal dari Indonesia yang dicuci mengandung 8-10% kulit
6
6
dan yang tidak dicuci kandungan kulitnya 12-16%. Kekerasan lemak ditentukan
oleh panjang atom dan derajat kejenuhan asam lemak dan juga merupakan faktor
penting dalam menentukan mutu. Standar titik cair lemak kakao adalah 31-35ºC
(Syam, 2006).
Bagi industri makanan dan minuman cokelat, mutu biji kakao merupakan
persyaratan mutlak. Bagi peodusen kakao sebaiknya mutu biji kakao lebih
menjadi perhatian agar posisi bersaing (barganing position) menjadi lebih baik,
keuntungan dari harga jual menjadi optimal dan memberikan kepuasan kepada
pelanggan tanpa banyak memerlukan biaya yang tinggi (Hayati, dkk, 2012).
2. Panen dan Pasca Panen
Panen dan pasca panen kakao merupakan kegiatan yang penting karena
berpengaruh pada mutu biji kakao yang dihasilkan. Produktifitas yang tinggi
tanpa diikuti panen dan pascapanen yang benar tidak akan menjamin pendapatan
yang tinggi. Pada saat panen buah kakao harus diperhatikan tingkat kemasakan
buah dan cara panennya. Penanganan pasca panen buah kakao adalah fermentasi,
pengeringan atau penjemuran dan penyimpanan (Wahyudi, 2007).
a. Panen
Buah kakao yang sudah masak harus segera dipetik agar bijinya tidak
tumbuh. Tanda-tanda buah masak antara lain terjadinnya perubahan warna. Buah
yang berwarna hijau berubah menjadi bewarna kuning, sedangkan buah muda
yang bewarna merah akan berubah menjadi jingga. Selain itu, biji-biji terlepas
dari kulit buahnya sehingga akan berbunyi bila digoyang-goyang. Tingkat
kemasakan buah berpengaruh terhadap hasil fermentasi.
Panen yang terlalu awal menyebabkan mutu biji yang dihasilkan gepeng
dan keriput. Sebaliknya, panen yang terlambat akan menyebabkan biji tumbuh di
dalam buah (Susanto, 2005). Buah kakao dipanen menggunakan gunting potong,
pisau tajam atau sabit. Buah yang letaknya terlalu tinggi dapat dipanen dengan
sabit bergalah. Pengambilan buah dengan menggunakan tangan sebaiknya
dihindari karena dapat merusak bantalan buah sehingga bunga tidak bisa tumbuh.
b. Pascapanen
Proses pengolahan menentukan produk akhir kakao dan pengurangan cita
rasa yang tidak dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. Pada proses
7
7
pengolahan khususnya fermentasi senyawa-senyawa tersebut akan mengalami
perubahan. Biji kakao yang tidak diolah dengan baik tidak akan diterima di
pasaran atau rendah harganya, karena tidak memeiliki sifat khas tersebut (Lukito,
2007).
c. Fermentasi
Fermentasi merupakan tahap paling menentukan dalam proses pengolahan
biji kakao. Tujuan utama fermentasi adalah melepaskan kakao dari pulp. Proses
fermentasi merupakan tahapan biji kakao yang sangat penting untuk menjamin
dihasilkannya cita rasa maupun aroma cokelat yang baik, dapat mengurangi rasa
pahit dan sepat serta memperbaiki kenampakan biji. Fermentasi yang sempurna
menciptakan citarasa biji kakao dan produk olahannya, termasuk juga karena buah
yang masak serta pengeringan yang baik. Jika hasil fermentasi yang dihasilkan
kurang sempurna, dihasilkan citarasa yang khas cokelat yang pahit dan akan
timbul biji slaty, yaitu biji yang memiliki tekstur sepeti keju (Elisabeth, 2007).
3. Standar Mutu Biji Kakao
Standar mutu biji kakao Indonesia terbagi atas dua persyaratan yaitu,
persyaratan umum dan persyaratan khusus yang diatur dalam standar nasional biji
kakao indonesia sebagaimana tertera pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 2. Persyaratan Umum Mutu Biji Kakao
No. Jenis uji Satuan Persyaratan
1. Serangga hidup - Tidak ada
2. Kadar air % fraksi Massa Maks. 7,5
3. Biji berbau asap atau hummy dan atau berbau asing
-
Tidak ada
4. Kadar benda asing - Tidak ada
Sumber SNI 2323:2008 (2008).
Agar mendapatkan mutu biji kakao yang memenuhi standar, maka setiap
tahapan proses pengawasan dan kontrol mutu biji kakao harus diawasi secara
teratur agar pada saat terjadi penyimpangan terhadap mutu biji kakao, suatu
tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat segera dilakukan (Hatmi, 2012).
4. Harga
Menurut Kotler dan Armstrong ( 2013), harga adalah sejumlah uang yang
dibebankan atas suatu barang dan jasa dengan jumlah dari nilai uang yang ditukar
konsumen atas manfaaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau
8
8
jasa tersebut. Menurut philip Kotler (2012), harga adalah sejumlah uang yang
dibayar untuk suatu produk.
Menurut defenisi diatas kebijakan mengenai harga mengikuti
perkembangan harga dipasar, dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam
situasi pasar secara keseluruhan.Sebagai salah satu elemen bauran pemasaran,
harga membutuhkan pertimbangan cermat sehubungan dengan sejumlah dimensi
strategi harga.
a. Harga merupakan pertanyaan nilai dari suatu produk (a statment of value)
Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat
(perceived benefits) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
produk.
b. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli.. tidak
jarang harga dijadikan semacam indikator kualitas jasa.
c. Harga adalah determinan untuk permintaan (the law of demand) besar
kecilnya harga dipengaruhi kualitas produk yang dibeli oleh konsumen.
d. Harga berkaitan langsung dengan dengan pendapatan dan lab. Harga adalah
suatu unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi
perusahaan, yang pada gilirannnya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan
pangsa pasar yang diperoleh.
e. Harga bersifat fleksibel, artinya bisa disesuaikan dengan cepat. Dari empat
bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah diubah
dan diadaptasikan dengan dinamika pasar.
f. Harga merupakan masalah nomor satu yang dihadpi para manager. Sebaliknya
ini ditunujkan denagn empat level konflik potensial menyangkut aspek harga.
(a) konflik internal perusahaan, (b) konflik dalam saluran distribusi, (c)
konflik dengan pesaing dan (d) konflik dengan lembaga pemerintahan dan
kebijakan publik.
Harga memiliki peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
a. Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam mambantu para pembeli
untuk memmutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggiyang
diharapkan berdasarkan daya belinnya.
9
9
b. Peranan informasi dan harga yaitu fungsi harga dalm manjaring konsumen
mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi dimana pembeli mengalamai kesulitan untuk menilai faktor
produk atau manfatnya secara obyekti. Presepsi yang sering berlaku adalah
bahwa harga yang mahal mecerminkan kualitas yang tinggi.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Kakao
Thantawi (2005) mengemukakan bahwa pada umunnya pertimbangan
petani dalam memilih usaha tani dipengaruhi oleh faktor intrn, ekstern dan motif
keuntunggan. Faktor intern adalah faktor-fakto yang bersumber dari diri petani
atau keluargannya misalnya faktor kemampuan, keahlian atau keadaan keluarga
untuk dapat melaksanakan suatu jenis usaha tani. Faktor ekstern meliputi faktor
insensitas penyuluhan, iklim,dan jenis tanah. Berbicara mengenai motif
keuntunggan secara subsistem ataupun keuntungan secara komersial.
Beberapa faktor-faktoryang mempengaruhi harga kakao yaitu:
a. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap US dollar dari tahun 2010 hingga
tahun 2013 cenderung mengalami fluktuasi. Dilihat dari rata-rata per tahun, nilai
tukar rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2010 sebesar Rp9095.19/US$ dan
pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp8755.22/US$ dan kembali
meningkat pada tahun 2012 dengan rata-rata sebesar Rp9384.24/US$, kemudian
meningkat lagi pada tahun 2013 dengan rata-rata sebesar Rp10459.09/US$.
Nilai tukar rupiah mencapai nilai titik terendah pada bulan Juni 2011
sebesar Rp8532/US$ dan titik tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar
Rp12087.1/US$. Pada periode awal tahun 2010 nilai tukar rupiah terhadap US
Dollar mencapai nilai Rp9275.45/US$ namun terus mengalami apresiasi hingga
akhir tahun bahkan berkelanjutan hingga di awal tahun 2010. Penguatan nilai
tukar pada tahun 2011 yang mencapai nilai rata-rata sebesar Rp8755.22/US$ per
tahun.
Pada tahun 2012-2013 nilai tukar mengalami apresiasi dengan rata-rata
Rp9384.24/US$ pada tahun 2012 dan Rp10459.09/US$ pada tahun 2013, apabila
nilai tukar rupiah terhadap US$ Dollar mengalami peningkatan 1 satuan, maka
volume ekspor kakao di Indonesia akan menurun sebesar -0.188dengan asumsi
10
10
variabel produksi kakao domestik dan harga kakao internasional dianggap
konstan. Berlaku pula sebaliknya apabila nilai tukar rupiah terhadap US$ Dollar
mengalami penurunan 1 satuan maka akan menyebabkan volume ekspor di
Indonesia juga meningkat sebesar 0,188 satuan (Gaza Nickyta dkk, 2015).
b. Faktor Permintaan
Kondisi permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
peningkatan daya saing industri kakao olahan, semakin besar permintaan
konsumen terhadap kakao olahan regional tentunya dapat meningkatkan daya
saing kakao olahan di pasar nasional. Harga ekspor dan volume ekspor
menggambarkan permintaan hasil olahan kakao Perdagangan kakao olahan Jawa
Timur di pasar nasional maupun internasional mengalamii pertumbuhan yang
positif. (Harya, 2014).
Volume ekspor kakao olahan sebesar 8.801.364 Kg dan menurun terus
setiap tahunnya hingga pada tahun 2012 volume ekspor kakao olahan sebesar
3.382.093 Kg. Hal ini menandakan bahwa kakao Olahan terus menurun padahal
permintaan kakao olahan terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi
konsumsi tingkat daerah, tingkat nasional maupun dunia. Jenis komoditi yang
banyak diminati oleh pasar dalam negeri adalah mentega, lemak, serta minyak
kakao (HS 1804.00), dan bubuk kakao tidak mengandung tambahan gula atau
pemanis lainnya (HS 1805.00). Dua jenis komoditi kakao olahan tersebut banyak
digunakan sebagai bahan baku penunjang industri-industri makanan dan minuman
nasional. (Harya, 2014).
c. Pengolahan biji kakao dalam negeri
Salah satu permasalahan dalam komoditas kakao adalah sebagian besar
(78,5%) diekspor dalam bentuk biji kering tanpa pengolahan lebih lanjut (produk
primer) sehingga harga jualnya menjadi lebih rendah dibanding bila diolah dulu
melalui proses fermentasi (Goenadi et al., 2005).Hal ini terjadi karena petani
menghendaki pembayaran yang lebih cepat tanpa harus menunggu proses
fermentasi. Dampak langsung dari kondisi ini adalah pendapatan petani menjadi
berkurang serta industri pengolahan kakao dalamnegeri kurang berkembang
karena kurang pasokan bahan baku sehingga dampak lebih lanjut adalah
penyerapan tenaga kerja menjadi rendah.
11
11
d. Kualitas kakao
Memperoleh kualitas kakao yang baik merupakan aspek penting dalam
mengembangkan produksi kakao secara berkelanjutan dan faktor utama dalam
pemuasan konsumen. Agar berhasil, parapetani hendaknya memahami kualitas
sejakawal keberadaan kakao pada rantai nilai. Hal pertama yang menentukan
harga adalah kualitas biji yang dihasilkan.
Untuk mendapatkan biji yang baik sejalan dengan penerapan budidaya
tanaman yang baik pula, merehabilitasi pohon tua serta mengendalikan hama dan
penyakit. Dan sejalan dengan kegiatan yang dilakukan itu akan menghasilkan
keuntungan yang lebih baik meskipun harga tidak meningkat.
Setelah buah kakao masak, kualitas akan dipengaruhi oleh penanganan
kakao itu sendiri sejak dari pohon hingga pembeli, termasuk penanganan pasca
produksi sejak buah dipetik hingga biji dijual kepada pembeli yang
mempengaruhi kualitas. Kadar air, jumlah kotoran dan ukuran, akan turut
menentukan harga dan hendaknya petaniwas pada jika menghendaki keuntungan.
Petani berada pada posisi mengendalikan kualitas melalui peningkatan budidaya
tanaman (Yasa 2008).
e. Pemasaran
Menurut Hasyim (2012), pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan
untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen kekonsumen secara
paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Pada
pemsaran terjadi suatu aliran barang dari produsen kekonsumen dengan
melibatkan lembaga perantara pemasaran. Seluruh lembaga perantara pemasaran
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan saluran pemasaran,
karena jika terdiri dari rantai pemasaran yang panjang maka biaya pemasaran
yang dikeluarkan menjadi lebih besar.
Pasca panen yang dilakukan oleh petani pada saat pengeringan belum
dilakukan secara maksimal. Proses pengeringan berpengaruh pada harga jual biji
kakao. Semakin lama proses pengeringan maka harga jual semakin tinggi
begitupun sebaliknya. Petani lebih memilih mengeringkan kakao dalam waktu
singkat, para petani berasumsi bahwa pengeringan dalam waktu singkat akan
memberikan keuntunggan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan petani tidak
12
12
mengeluarkan biaya kembali pada proses pengeringan yang akan berdampak
kepada rendahnya harga kakao tersebut.
f. Produksi
Teori produksi yangsederhana menggambarkan tentang hubungan diantara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu
modal dan tanah jumlahnya tidak mengalami perubahan. Juga teknologi tidak
mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
adalah tenaga kerja Sukirno (dalam Fachmi, 2014).Produksi merupakan hasil
akhir dari proses atau aktifitas ekomnomi dengan memanfaatkan beberapa
masukan/input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan suatu barang.
Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat lebih dari
bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan
mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang
minimum Joesron (dalam Pachmi, 2014).
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relefan dengan penelitian ini membuat hasil-hasil
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain
dengan maksud untuk menghindari duplikasi yakni anggapan bahwa mahasiswa
yang sedang melakukan penelitian hanya meniru atau mencopy hasil penelitian
dari orang lain yang pasti akan sangat merugikan baik bagi mahasiswa maupun
peneliti yang bersangkutan.
1. Muhammad Firdaus dan Ariyoso (2010). Keterpaduan Pasar dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Harga Kakao Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki integrasi pasar antara harga
kakao di Sulawesi Selatan, Indonesia dan harga kakao di NYBOT, dan untuk
menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi harga kakao di Indonesia mode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mode analisis keterpaduan pasar spot
Makassar dengan bursa berjangka NYBOT, dan analisis regresi untuk melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi harga kakao di indonesia.
13
13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat keterpaduan harga
yang kuat baik dalam jangka panjang dan jangka pendek antara pasar kakao spot
di Makassar dengan bursa berjangka di NYBOT. Pergerakan harga kakao di
Indonesia dipengaruhi oleh harga di NYBOT, konsumsi kakao di dunia serta kurs
Rp terhadap US$.
2. Sahara, D dkk.2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keuntunggan
Usaha Tani Kakao di Sulawesi Tenggara
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat keuntungan usahatani kakao dan mengetahui pendapatan
maksimal yang diperoleh petani. Metode analisis yang digunakan yaitu untuk
melihat hubungan antara keuntunggan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dipergunakan model fungsi keuntunggan cobb-douglas.
Berdasarkan analisisnya menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
tingkat keuntunggan usaha tani kakao secara nyata adalah luas areal dan harga
pupuk. Pendapatan maksimal akan diperoleh petani dengan memperluas areal
pertanaman dan peningkatan penggunaan pupuk sampai batas rekomendasi dosis
pemupukan.
3. Inspinimiartini dan Elvianti. 2005. Analisis Tingkat Produksi dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kakao di Kabupaten Lima
Puluh Kota
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pendapatan
petani kakao dan mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan petani kakao. Berdasarkan analisis penelitiannya menyimpulkan
bahwa produksi petani kakao 463.4 kg,ha/bulan biji kering, adalah tingkat
pendapatan petani kakao sebesar Rp20.000-Rp24.000/kg biji kering dan variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani kakao adalah
produksi, harga jual, usia dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan
petani kakao. Sedangkan umur tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan petani kakao. Metode penelitian ini untuk melihat tingkat pendapatan
petani kakao menggunakan data primer dan sekunder.
14
14
Usaha tani
kakao
Harga kakao
Faktor yang mempengaruhi harga 1. Nilai tukar rupiah
2. Pemasaran 3. Permintaan
4. Pengolahan biji kakao 5. Kualitas kakao
6. Produksi
Ketidkstabikan Harga kakao
4. Ratna Puspita dan Kadrisman Hidayat. 2013.
Pengaruh Produksi Kakao Domestik, Harga Kakao Internasional dan Nilai
Tukar Terhadap Ekspor Kakao Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan industri kakao indonesia pada tahun 2010sampai
dengan tahun 2013 . Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
sekunder yang diperoleh dari badan pusat statistik (BPS).
2.3 Kerangka Pikir
Kecamatan Sukamaju Merupakan salah satu daerah yangmengembangkan
usaha tani kakao salah satu desa yang memiliki potensi untuk pengembangan
kakao yaitu Desa Ketulungan. Tetapi petani memiliki kendala yaitu terjadinya
ketidakstabilan harga yang disebabkan oleh adanya faktor yang menyebabkan hal
tersebut antara lain nilai tukar rupiah terhadap dollar dimana jika dollar naik
maka rupiah melemah selain itu fakttor lainnya adalah permintaan ketika
permintaan naik maka harga kakao naik begitupun sebaliknya, kualitas kakao juga
dapat menjadi faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga karena pembeli
mempunyai standar kakao jika akan menentukan harga selain itu pemasaran juga
menjadi salah satu penyebabnya. Pengolahan biji kakao juga menjadi masalahnya
karena sebagian besar kakao diekspordalam bentuk biji kering tanpa pengolahan
lebihlanjut (produk primer) sehingga harga jualnyamenjadi lebih rendah
dibanding bila diolah duhulumelalui proses sehingga akan berdampak pada harga
kakao itu sendiri.
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
15
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
Jenis data uang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah tipe
penelitian yang berusaha memberikan gambaran dan pemaknaan terhadap
identifikasi penyebab ketidakstabilan harga kakao yang ada di Desa Ketulungan
Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Alasan
penentuan lokasi penelitian dikarenakan Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju
merupakan daerah penghasil kakao di Kabupaten Luwu Utara, namun rata-rata
produktifitas kakao masih mengalami ketidakstabilan harga yang berdampak
terhadap pendapatan petani kakao di daerah tersebut. Ruang lingkup penelitian ini
hanya terbatas pada identifikasi yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao.
Penelitian ini di rencanakan berlangsung selama 3 bulan, mulai bulan desember
2019 sampai dengan februari 2020. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara. Penentuan Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju dilakukan secara sengaja (Purposive sampling)
dengan pertimbangan bahwa petani Desa Ketulungan memproduksi tanaman
kakao.
3.3 Populasi dan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) dengan melihat ciri-ciri informan mudah ditemui dan
merupakan petani kakao serta melakukan wawanca secara langsung dengan
informan, yaitu orang yang memiliki usaha tani kakao. Pengambilan sampel pada
lokasi penelitian yaitu 20 orang petani kakao, 3 orang dosen pertanian, 5 orang
pedagang kakao, 2 orang dinas terkait. Sehingga diperoleh sampel sebanyak 30
orang.. Penarikan sampel ini dilakukan dengan pertimbangan apabila subjek
kurang dari 100, lebih baik populasi di ambil semua sebagai sampel tetapi jika
16
16
lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,
2013).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani kakao yang
menjadi sample penelitian
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti kantor
Desa/Lurah penyuluh pertanian dan lain-lain.
Menurut Sulistiono (2015), metode pengumpulan data adalah teknik atau
cara-cara yang dapat digunakan meneliti untuk mengumpulkan data yang
biasannya dilakukan oleh peneliti. Penelitian dapatmenggunakan salah satu atau
gabungan dari metode yang ada tergantung masalah yang dihadapi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antar lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oeh dua orang yaitu
pewawancara dan naraseumber yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan oleh pewawancara secara langsung. Dalam penelitian ini proses
wawancara dilakukan kepada petani, dosen, pedagang, dan dinas terkait yang ada
di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara yang menjadi
sampel penelitian.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengambilan data dokumentasi
yang diperlukan. Dengan adanya dokumentasi ini peneliti dapat mengambil data
secara mudah dan dapat membuktikan keaslian dari data yang diperoleh agar tidak
terjadi pemalsuan data.
3.5 Teknik Analisis Data
Data adalah bagian terpenting dari suatu penelitian, karena dari data
penelitian dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif untuk
mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengambarkan faktor penyebab
17
17
ketidakstabilan harga kakao yang ada di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju
Kabupaten Luwu Utara.
3.6 Definisi Operasional
1. Petani adalah masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani kakao
untuk memenuhui kebutuhannya.
2. Harga adalah uang yang diterima oleh petani atas penjualan hasil panen
berdasarkan yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram Kg.
3. Kualitas biji kakao merupakan persyaratan mutlak. Standar mutu ditentukan
sebagai tolak ukur untuk pengawasan pengendalian mutu. Setiap bagian biji
kakao yang akan dijual oleh petani kakao harus memenuhi standar mutu oleh
pembeli biji kakao.
4. Pemasaran merupakan sebuah sistem meliputi sebuah aliran produk dan jasa
yanga ada, mulai dari titik awal produksi pertanian sampai semua produk dan
jasa tersebut ditangan konsumen.
5. Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktifitas ekomnomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan/input.
6. Permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan
daya saing industri kakao olahan, semakin besar permintaan konsumen
terhadap kakao olahan regional tentunya dapat meningkatkan daya saing kakao
olahan di pasar nasional.
7. Pengolahan merupakan proses yang dilakukan pasca panen dimana proses
pengolahan akan sangat menentukan kualitas kakao dan harga kakao.
18
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
a. Letak dan Batas Wilayah
Desa ketulungan terletak di Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara
yang memiliki luas wilayah 1.578 Ha, yang dalam pemanfaatan lahan terdiri dari
lahan persawahan 420.00 Ha, lahan penduduk 327.36 Ha, lahan basah 6.92 Ha,
lahan perkebunan 70.00 Hadan memiliki batas-batas wilayah yang dibatasi
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tamboke.
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tulung Sari.
3) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kaluku.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tulung Indah.
Desa yang terletak di lokasi pertengahan Kecamatan Sukamaju ini
mempunyai jarak tempuh 6 Km dari Ibu Kota Kecamatan. Secara administratif
Desa Ketulungan terdiri dari 10 rukun tetangga (RT) yang dihuni oleh tiga Etnis
yakni Etnis jawa, Etnis bugis dan Etnis Rongkong dimana masyarakatnya
mayoritas agama islam. Secara topografi wilayah Desa Ketulungan merupakan
daerah datar dan tidak ada daerah yang tergolong berbukit-buki dan memiliki
iklim tropis yang menjadi 3 (tiga) bagian yaitu musim pancaraoba, musim
penghujan dan musim kemarau. Musim pancaroba biasa terjadi pada Bulan Mei
sampai Bulan Juli. Pada kondisi normal musim kemarau terjadi pada Bulan
Agustus Sampai dengan bulan November sedangkan musim penghujan terjadi
pada Bulan Desember sampai dengan Bulan April.
b. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan sekelompok orang yang menetap dalam suatu
wilayah dalam jangka waktu yang lama penduduk juga merupakan sumber daya
manusia yang sangat besar potensi dan peranannya dalam pembangunan
pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah juga sebagai pengola sumber daya
alam yang ada. Penduduk juga dapat diartikan sebagai sejumlah orang atau
kelompok yang mendiami suatu daerah tertentu. Potensi ini dapat dimanfaatkan
19
19
sesuai dengan dengan kemampuan dan pengetahuannya. Penduduk merupakan
semua orang yang berdomisili di wilayah Geografis selama 6 Bulan atau lebih dan
mereka yang berdomisili kurang dar 6 Bulan dengan tujuan untuk menetap (BPS,
2014). Jumlah penduduk di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju pada tahun
2019 sebanyak 1.394 orang laki laki dan 1.295 orang perempuan dengan jumlah
total 2.689 penduduk dengan jumlah kepala keluarga (KK) 779 kepala keluarga.
Jumlah penduduk pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Ketulungan Kecamatan
Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.
No Jenis kelamin Jumlah Jiwa Presentase(%)
1 Laki-laki 1394 51.85 2 Perempuan 1295 48.16
Jumlah 2689 100.00
Sumber: Kantor Desa Ketulungan (2020).
Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa jumlah penduduk yang ada di Desa
Ketulungan dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih besar dengan
jumlah 1394 jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan sebesar
1295 jiwa.
c. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencarian
Ada banyak mata percarian yang terdapat pada Desa Katulungan namun
pada umumnya mata pencarian penduduk Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju
Kabupaten Luwu Utara bermata pencarian sebagai petani yang sebagian besar
menanam tanaman seperti padi, jagung manis, kakao dan sayuran, namun ada juga
yang bermata percarian pada sektor ekonomi lain seperti, buruh tani, buruh
migran, pegawai negri sipil, pedagang barang kelontong, peternak, montir,
perawat swasta, bidan swasta, TNI, POLRI, pengusaha kecil, menengah dan
besar, guru swasta, seniman/artis, pedagang keliling, tukang kayu, tukang batu,
pembantu rumah tangga, dan lain sebagainya. Agar lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4 berikut.
20
20
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian Desa Ketulungan
Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.
No Jenis mata pencaharian Jumlah
(Jiwa) Presentase (%)
1 Petani 625 23.29
2 Buruh tani 12 0.45
3 Buruh migran 3 0.11
4 PNS 13 0.45
5 Pedagang barang kelontong 32 1.19
6 Peternak 5 019.
7 Montir 8 0.20
8 Perawat 7 0.21
9 TNI 5 0,19
10 POLRI 3 0.11
11 Pengusaha kecil, menengah dan besar
5 0.19
12 Seniman/artis 1 0.04
13 Tukang kayu 1 0.04
14 Tukang batu 19 0.80 15 Pembantu rumah tangga 2 0.07
16 Karyawan perusahaan swasta 22 0.82
17 Wiraswasta 71 2.64
18 Tidak mempunyai pekerjaan tetap 166 6.18
19 Belum bekerja 281 10.45
20 Pelajar 653 24.33
21 Ibu rumah tangga 689 25.67
22 Buruh harian lepas 2 0.07
23 Pengusaha perdagangan hasil bumi 1 0.04
24 Sopir 2 0.07
25 Karyawan honorer 6 0.22 26 Tukang las 1 0.04
27 Anggota legislatif 2 0.07
28 Bidan 4 0,15
29 Guru swasta 11 0,45
30 Pedagang keliling 27 1,0 Jumlah 2.689 100.00
Sumber: Kantor Desa Ketulungan (2020).
Berdasarkan tabel 4 di atas bahwa jumlah penduduk yang bekerja sebagai
petani sebanyak 625 jiwa atau sekitar 23.29%, penduduk yang
bermatapencaharian sebagai buruh tani sebanyak 10 jiwa atau sekitar 0.45%,
penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh migran sebanyak 3 jiwa atau
sekitar 0.11, penduduk yang bermatapencaharian sebagai PNS sebanyak 21 jiwa
atau 0.45, penduduk yang bermatapencaharian sebagai pedagang 1 jiwa
21
21
d. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk di Desa Ketulungan Berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 TK 73 4,01
2 Tidak Tamat SD 131 7,29 3 SD 1060 58,27
4 SMP 310 17,04
5 SMA 277 15,22
6 Diploma 1-2-3 36 1,97 7 Sarjana (S1) 31 1,70
Jumlah 1819 100.00
Sumber: Kantor Desa Ketulungan, 2020.
Tabel 5 di atas menejaskan bahwa menunjukkan bahwa sebagaian besar
masyarakat di Desa Ketulungan hanya menyelasaikan pendidikan sampai tingkat
sekolah dasar (SD) dan sangat jarang dari penduduk Desa penduduk di Desa
Ketulungan yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal tersebut
dikarenakan setelah melanjutkan pendidikan di tingkat sekolah Dasar (SD) para
penduduk yang masih tergolong dalam umur yang produktif tersebut disibukan
dengan rutinitas mencari pekerjaan dalam rangka meningkatkan kualitas
perekonomian mereka. Di samping itu, secara umum penduduk di Desa
Ketulungan telah memiliki kesadaran akan pentinggnya pendidikan, hal itu
terlihat bahwa responden mempunyai tingkat pendidikan yang cukup baik yaitu
tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), walaupun sarana dan prasarana pendidikan
formal khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak tersedia di Desa
Ketulungan.
d. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan
Desa Ketulungan memiliki lahan yang ratadan tidak berbukit-bukitdan
beberapa faktor pemanfaatan, akan tetapi yang terluas adalah untuk areal
persawahan dan sebagian dipergunakan untuk lahan perkebunan serta lahan
lainnya. Agar lebih jelasnya mengenai pemanfaatan lahan di Desa Ketulungan
dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
22
22
Tabel 6. Pemanfaatan lahan di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju
No Jenis lahan Luas (Ha)
1 Lahan Sawah 420,00
2 Lahan Perkebunan 327,36 3 Lahan Lainnya 6,92
Total 754,28
Sumber: Kantor Desa Ketulungan, (2020).
Tabel 6 menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan lebih banayk
ditunjukan untuk areal persawahan yakni sebesar 420.00 hetar, ini menandakan
pendapatan utama penduduknya diperoleh dari sektor persawahan seperti pada
data mata pencaharian penduduk yang berprofesi sebagai petani adalah sebanyak
625 orang.
2. Karakteristik Responden
Identitas responden yaitu menguraikan deskripsi identitas reponden
menurut sample penelitian yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan deskripsi
karakteristik responden adalah memberikan gambaran menjadi yang menjadi
sampel dalam penelitian ini. Data deskripsi tentang identitas responden diperoleh
dengan malakukan wawancara kepada petani, dinas terkait, pedagang dan dosen
pertanian yang menjadi sample dalam penelitian ini. Identitas responden
mengenai umur jenis kelamin dan pendidikan.
a. Umur Responden
Umur merupakan suatu tolak ukur dalam kehidupan sesorang yang diukur
setiaptahun sejak dari tahun lahir sampai dengan sekarang, maka dengan itu umur
sangat mempengaruhi kemampuan seseorang baik baik dari segi kemampuan fisik
maupun cara berfikir. Semakin muda umur seseorang petani, maka dengan sangat
muda petani tersebut menerima informasi serta penggunaaan teknologi dalam
bidang pertanian dibandingkan dengan petani yang berumur tua yang nyatannya
sulit berinteraksi baik dari segi pendengaran, penglihatan dan lebih mengandalkan
pengalaman dari orang terdahulu sehingga dapat memepengaruhi cara berfikir dan
kemampuan untuk bekerja.
23
23
Tabel 7. Umur Responden yang Berkaitan.
No Umur (Tahun) Jumlah Responden (orang) Presentase (%)
1 40-49 17 56,66
2 50-59 11 36,66
3 60-69 2 6,67
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer setelah diolah (2020).
Data diatas menunjukkan bahwa kelompok umur terbesar adalah
kelompok umur 15-64 tahun dengan jumlah 28 responden atau sebanyak 93,33%
termaksuk dalam kelompok usia produktif, sedangkan kelompok umur terendah
yaitu ≥65 tahun dengan jumlah 2 responden atau sebanyak 6,67% termasuk dalam
kelompok usia yang tidak produktif.
b. Pendidikan Responden
Ilmu pengetahuan sebagian besar di pengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Pendidikan yang relatif lebih tinggi menyebabkan petani lebih mudah untuk
berpikir serta mampu untuk mengimplementasikan teori secara langsung
kelapangan. Tingkat pendidikan yang diperoleh petani berasal dari dua sumber
yaitu: Pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang
pernah ditempu oleh petani sampel mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.
Pendidikan informal adalah pengetahuan yang diperolah oleh petani
tanpa melalui sekolah seperti pengalaman, informsi dari tetangga, petani lain,
pamong desa, petugas penyuluh dan lain-lain. Pendidikan juga mampu
membentuk watak, cara berfikir, serta pola tanam terutama dalam pengambilan
keputusan dalam pemakaian sarana produksi penentuan harga komoditi kakao.
Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki petani, maka diharapkan semakin
rasional cara berfikirnya dalam pengolalaan usaha taninya. Pendidikan bukan lagi
sebagai sarana penunjang tetapi merupakan faktor utama dalam meningkatkan
hasil pertanian, karena didasari atau tidak tanpa pendidikan maka mereka tidak
akan dapat mengadopsi secara maksimal kemajuan-kemajuan teknologi dibidang
pertanian.Gambaran mengenai tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada
tabel 8 berikut:
24
24
Tabel 8. Pendidikan Responden yang ada di Desa Ketulungan Kecamatan
Sukamaju Kabupaten Luwu Utara.
No Tingkat pendidikan Jumlah responden Presentase(%)
1 SD 15 50,00
2 SMP 6 20,00
3 SMA 4 13,30
4 S1 2 6,67
5 S2 3 10,00 Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer setelah diolah (2020).
Data diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi adalah SD
dengan jumlah 15 responden atau sebanyak 50%, selanjutnya tingkat
pendidikanSMP dengan jumlah 6 responden atau sebanyak 20%, tingkat
pendidikan SMA dengan jumlah 4 responden atau sebanyak 13,3%, tingkat S2
dengan jumlah 3 responden atau sebanyak 10 %, serta tingkat pendidikan S1
sebanyak 2 responden atau sebanyak 6,67%.
3. Faktor- faktor yang Menyebabkan Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara
a. Kadar Air
Kadar air dalam biji kako merupakan penentu yang harus diperhatikan
dalam menentukan harga kakao, kadar air dapat membedakan kualitas dan harga
kakao baik di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedanag besar adapun
perbedaan harga dapat dilihat pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Perbedaan Harga Kakao Kering dan Harga Kakao Basah.
No Lembaga pemasaran Harga kakao kering (Kg)
Harga kakao basah (Kg)
1 Petani Kakao 20.000,00 12.000,00
2 Pedagang Pengumpul 36.500,00 15.000,00
3 Pedagang Besar 55.000,00 -
Sumber: Data Penelitian setelah diolah (2020).
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa harga jual kakao di tingkat petani
yaitu Rp20.000,00/Kg jika dalam keadaan kering karena proses penjemurannya
hanya menghilangkan sebagian kadar air kakao saja dan jika dalam keadaan basah
yaitu Rp12.000,00/Kg. Sedangkan harga jual di tingkat pedagang pengumpul
yaitu Rp36.500,00/Kg, jika dalam keadaan basah diberikah harga sebesar
Rp15.000,00/Kg. tingkat harga jual di pedagang besar lebih tinggi karena
25
25
sebelumnya sudah di lakukan pengeringan secara manual di tingkat pedagang
pengumpul sehingga lebih memiliki harga yang tinggi dengan harga
Rp55.000,00/Kg.
b. Perlakuan Panen dan PascaPanen
Panen dan pasca panen merupakan langkah akhir yang dilakukan dalam
proses pembudidayaan kakao seperti fermentasi, kegiatan ini dilakukan sebelum
penjualan atau pemasaran. Sebanyak 20 petani di Desa Ketulungan Kecamatan
Sukamaju tidak melakukan fermentasi terhadap kakao yang mereka hasilkan dan
lebih memilih menjual hasil panen dalam keadaan basah atau dikeringkan terlebih
dahulu dalam jangka waktu satu hari dengan alasan mudah dan cepat
mendapatkan keuntunggan tanpa memerhatikan kualitas kakao yang dihasilkan.
c. Faktor Permintaan
Kondisi permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menentukan harga kakao. Semakin besar permintaan konsumen terhadap kakao
olahan tentunya dapat meningkatkan harga dan daya saing di pasar nasional yang
akan mempengaruhi harga kakao di setiap daerah. Permintaan kakao di dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Data Permintaan Kakao Sulawesi Selatan 2012-2017.
Tahun Nilai (Juta US Dollar) Berat (000 Ton)
2012 171.98 66.58
2013 241.66 92.07
2014 250.14 66.13 2015 199.18 57.08
2016 159.56 41.00
2017 53.41 17.23
Sumber: Data BPS Sulawesi Selatan (2020).
Data di atas menunjukkan dari rentang tahun 2012 – 2017jumlah besaran
nilai tertinggi ekspor kakao Sulsel ada pada tahun2014 yaitu sebesar US$ 250.14
juta, Sedangkan nilai eksporterendah ada pada tahun 2017. Berbeda dengan
jumlah besaranberat, jumlah terbesar ada pada tahun 2013 yaitu 92.07 ribu ton
danjumlah terendah ada pada tahun 2017 yaitu sebanyak 17.23 ton.Dari gambaran
tersebut dapat diambil kesimpulan. Harga ekspor dan volume ekspor
mengambarkan hasil olahan kakao itu sendiri. Semakin tinggi permintaan jumlah
kakao dunia harga kakao akan mengalami peningkatan tetapi harus sejalan dengan
26
26
Petani Pengumpul
kadar air serta kualitas kakao yang dihasilkan agar dapat bersaing di pasar
internasioal dan lolos dalam tahap seleksi untuk dikelola oleh perusahaan karena
perusahaan dalam skala besar memiliki standar kakao yang telah ditentukan.
d. Kualitas Kakao
Dalam penelitian ini kebanyakan responden mengatakan bahwa kualitas
kakao mempengaruhi harga dengan alasan semakin bagus kualitas kakao yang
dimiliki petani maka pedagang akan mudah dalam menentukan harga karena
perusahaan memiliki kriteria kualitas kakao yang akan diolah menjadi suatu
produk sedangkan ada sebagian responden yang tidak setuju kualitas kakao
mempengaruhi harga responden dengan alasan ketika kualitas kakao mereka
rendah tidak menjadi masalah karena pasca panen mereka akan memisahkan
kakao yang memiliki kualitas tidak bagus dengan kakao yang berkualitas sebelum
melakukan proses penjemuran.
e. Saluran Pemasaran
Pemasaran disini berperan sangat penting dalam kestabilan harga kakao
karena merupakan suatu proses dan kegiatan utama yang dilaksanakan dalam
menentukan harga. Ada beberapa pihak yang dilibatkan dalam proses pemasaran
mulai dari petani, pengumpul, kemudian kepedagang adapun Struktur rantai pasok
kakao yang berbentuk jaringan dapat pada Gambar 2.
Gambar 2: Pola aliran dalam rantai pasokan kakao
Dapat dilihat pada gambar diatas pola aliran dalam rantai pasokan
komoditi kakao yang dilalui petani dimulai dari petani sebegai penyedia bahan
baku utama yang selanjutnya akan dibeli oleh pengumpul selanjutnya akan di stor
kepedagang besar dan pedagang besar akan meneruskannya ke perusahaan pola
aliran rantai pasokan yang dilalui petani begitu panjang sehingga harga yang
ditentukan dari pedagang sangatlah rendah. Sedangkan menurut dinas terkait dan
dosen seharusnya petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih jika menjual
hasil kakao langsung kepedagang besar ataupun keperusahaan sehingga tidak
mengalami potongan harga yang dapat merugikan petani.
Perusahaan Pedagang
Besar
27
27
f. Produksi
Faktor produksi juga dapat menyebabkan ketidakstabilan harga kakao
disetiap daerah karena saat ini produksi kebun kakao semakin rendah. Petani juga
tidak menganggap komiditas ini menguntungkan. Salah satu penyebabnya adalah
perawatan pohon kakao yang lebih rumit dibandingkan komoditas yang lain.
Adapun hasil produksi kakao di Kabupaten Luwu Utara dapat di lihat pada tabel
berikut:
Tabel 13: Hasil Produksi Kakao Kecamatan Sukamaju tahun 2018-2019.
No Tahun Produksi (Ton) Produktifitas
1 2017 1.548,97 964
2 2018 1.634,85 983
3 2019 1.425,53 942
Sumber : Kantor Kecamatan Sukamaju (2020).
Pada tabel diatas dapat dilihat produksi kakao pada tahun 2017 mencapai
1.548,97 dengan produktifitas sebanyak 964 sedangkan pada tahun 2018
mencapai 1.634,85 ton dengan produktifitas sebanyak 983 sedangkan pada tahun
2019 produksi kakao mencapai 1.425,53 dengan jumlah produktifitas sebanyak
942. Jika dilihat pada tabel diatas produktifitas kakao mengalami penurunan
diakibatkan serangan hama penyakit dan alih fungsi lahan.
4.2 Pembahasan
Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara antara lain kadar air
yang terlalau tinggi, perlakuan pascapanen, nilai tukar rupiah dll untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.
1. Kadar air
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Ketulungan
Kecamatan Sukamajuharga jual dapat ditentukan oleh kadar air dikarenakan
petani menjual kakao dalam keadaan basah maka pedagang membeli dengan
harga yang rendah seperti yang terdapat pada tabel 9 padahal jika petani
melakukan proses pengeringan terlebih dahulu harga kakao dapat dibeli diatas
harga kakao yang masih mengandung kadar air yang tinggi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melia
Ariyanti (2008), yang menyatakan bahwa kadar air yang terlalu tinggi pada kakao
28
28
dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan merusak kualitas kakao
sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap keputusan pembelian.
2. Perlakuan Panen dan Pasca Panen
Berdasarkan hasil penelitian diatas perlakuan panen dan pascapanen yang
baik akan berdampak pada kualias jika proses penanganan pada saat panen dan
pascapanen dilakukan secara asal-asalan maka akan menghasilkan kualitas kakao
yang rendah jika dilihat pada tabel 10 diatas. Petani kakao yang terdapat di daerah
penelitian tidak mengalakukan fermentasi biji kakao terlebih dahulu sebelum
melakukan penjualan akibatnya mutu kakao rendah dan harga jual rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Yusuf
Samad (2006), yang menyatakan bahwa penanganan pascapanen kakao yang baik
sangat berperan dalam mengamankan dari sisi kehilangan jumlah, maupun mutu
sehingga hasil yang diperoleh memenuhi SNI yang bertujuan untuk menekan
kehilangan hasil, memperpanjang daya simpan, meningkatkan nilai tambah serta
meningkatkan daya saing.
3. Faktor Permintaan
Berdasarkan hasil penelitian diatas jika permintaan biji kakao Sulawesi
Selatan mengalami peningkatan akan menciptakan pasar yang lebih seimbang
bagi petani yang ada di daerah dan memudahkan para pedagang dalam
menentukan harga sehingga petani mulai mendapatkan keuntungan dari dampak
kenaikan harga tetapi jika permintaan kakao dunia mengalami penurunan petani
akan lebih sulit mendapatkan keuntunggan karena para pengepul menumpuk hasil
kakao petani dan menjualnya dengan harga yang murah
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida Millias
Tuty (2011). Yang menyatakan bahwa kakao indonesia mengalami banyak
hambatan dan permasalahan dalam negeri antara lain kualitas biji kakao
indonesia yang belum memenuhi persyaratan nasional yang sebagian besar
disebabkan oleh serangan hama yang mengakibatkan permintaan pasar kakao
dunia mengalami penurunan harga.
4. Kualitas Kakao
Berdasarkan hasil penelitian diatas dari semua faktor yang menyebabkan
ketidakstabilan harga kualitas kakao menjadi faktor utama yang paling
29
29
mempengaruhi harga, penurunan kualitas kakao disebabkan berbagai hal di
antaranya serangan hama, perlakuan pasca panen yang kurang baik. Memperoleh
kualitas kakao yang baik merupakan aspek penting dalam mengembangkan
produksi kakao secara berkelanjutan dan menjadi faktor utama dalam pemuasan
konsumen agar dapat mempertahankan harga sesuai dengan apa yang diinginkan
petani.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gyska Indah
Harya (2018) yang mengatakan kualitas kakao yang diekspor oleh Indonesia
dikenal sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh pengolahan biji kakao masih
tradisional kualitas rendah menyebabkan harga biji kakao dan produk kakao
Indonesia dikenai diskon USD200/ton atau 10%-20% dari harga pasar.
5. Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian diatas pemasaran merupakan kegiatan yang
melibatkan peranan dari lembaga pemasaran untuk memperlancar proses
pemasaran suatu produk. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh produk, lembaga pemasaran bertugas menjalankan
fungsi-fungsi pemasaran dan memenuhi apa yang diinginkan konsumen secara
maksimal mulai dari petani sebagai penyedia bahan baku sampai ketangan
konsumen, dimana semakin tinggi harga kakao dipasaran maka tingkat
pendapatan petani meningkat serta apabila jalur distribusi pemasaran mengalami
proses yang sangat panjang maka akan berdampak pada harga yang diinginkan
petani.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Azizah
Febryanti (2016) yang menyatakan bahwa harga kakao petani dipengaruhi oleh
jalur distribusi atau jumlah mata rantai nilai pemasaran dimana semakin pendek
jalur distribusi maka semakin baik harga yang diterima petani.
6. Produksi
Berdasarkan hasil penelitian diatas kelebihan hasil produktifitas kakao
atau dikatakan produksi kakao yang melimpah juga berdampak terjadinnya
ketidakstabilan harga kakao dikarenakan kurangnya kapasitas penyimpanan
gudang perusahaan yang akan menampung hasil panen para petani sehingga
terjadi penumpukan hasil panen yang akan merusak kualitas kakao begitupun
30
30
sebaliknya jika produksi kakao mengalami penurunan pengepul akan membeli
dengan harga yang lebih tinggi karena harus terus menyediakan pasokan untuk
perusahaan terus berproduksi.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ahmad Syarif (2018)
yang mengatakan prubahan harga yang diakbibatkan faktor produksi akan
mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, jika harga produksi
naik sesuai asumsi, maka keuntungan perusahaan berkurag sehingga perusahaan
akan menurunkan jumlah produksinya dan jumlah yang ditawarkan.
Dalam penelitian ini yang berjudul identifikasi penyebab ketidakstabilan
harga kakao di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara,
memiliki kelebihan dalam penelitian ini informasi yang didapatkan lebih akurat di
karenakan bersumber dari beberapa informan yang lebih paham terkait harga
kakao serta dapat menjadi referensi selanjutnya. Adapun kekurangan dalam
penelitian ini beberapa informan khususnya petani kakao itu sendiri acuh tak acuh
terkait masalah harga kakao beberpa dari mereka masih ada yang hanya
memikirkan uang dalam artian yang penting mereka mendapatkan uang tanpa
memikirkan modal yang mereka telah keluarkan serta proses wawancara yang
memiliki kendala pada saat harus mewawancarai petani yang lanjut usia dimana
tidak memahami apa yang peneliti bahasakan sehingga membutuhkan waktu
wawancara yang lama.
31
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penulisan skripsi diatas faktor yang
menyebabkan ketidakstabilan harga kakao antara lain. Kadar air kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara masih terbilang tinggi
karena proses perlakuan pascapanen tidak dilakukan fermentasi dan kualitas
kakao terbilang masih rendah dan jalur distribusi pemasaran mengalami proses
yang sangat panjang berdampak pada harga yang diinginkan petani.Pemasaran
bertugas memenuhi apa yang diinginkan konsumen secara maksimal mulai dari
petani sebagai penyedia bahan baku sampai ketangan perusahaan, adapun
produksi kakao dikecamatan sukamaju mengalami penurunan karena adanya alih
fungsi lahandan serangan hama sehingga akan berdampak pada harga kakao.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada petani agar lebih memerhatikan kualitas kakao yang
dihasilkan agar dapat bersaing dengan kakao diluar daerah karena kita ketahui
produksi kakao merupakan salah satu hasil pertanian yang bernilai cukup
tinggi dan merupakan salah satu produk yang dapat dengan mudah menembus
pasar ekspor.
2. Perkembangan teknologi kini sangat pesat, dengan berbagai inovasi pasti
akan lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kakao. Dari itu
peneliti mengharapkan agar petani tidak pernah berhenti mencoba hal baru
dalam berusaha tani kakao agar hasil usaha tani kakao dapat meningkatkan
kesejahteraan petani kakao.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syarif. 2018. Pengaruh Jumlah Produksi, Harga, dan Kurs Terhadap
Nilai Ekspor Kakao Indonesia. Universitas Islam Negri Alauddin
Makassar.
Angusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Management: Pedoman Penelitian
untuk skripsi, tesis dan Disertai Ilmu Management. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Arikunto, S., 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014-2018. Data Produksi Kakao. Kabupaten Luwu
Utara.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Data Produksi Kakao. Sulawesi Selatan.
Departemen Perindustrian. 2009. Membangun Daya Saing Industri Daerah
Dengan Pendekatan Kompetisi Inti IndustriDaerah. Departemen Perindustrian. Jakarta
Direktorat Jendral Perkebunan. 2003.Kebijakan Perkebunan dan Pengolahan
Perkebunan yang Lestari, Berpotensi Ekonomi dan Berkontribusi Pada
Redd (Komoditi Non Kelapa Sawit). Jakarta.
Doume, Z, S. Y., Rostianti dan Hutomo, G. S, 2013. Karakteristik Kimia dan
Sensoris Biji Kakao Hasil Fermentasi Pada Tingkat Petani dan Skala
Laboratorium, e- Journal Agrotegbis.http// diglib.unila.ac.id.pdf. Diakses
30 januari 2018.
Elisabeth, D. A, A, dan L, E Setrojini, 2007. Keragaman Mutu Biji Kakao Kering
dan Produk Setengah Jadi Cokelat Pada Berbagai Tingkat Fermentasi
Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi. Diakses 9 Agustus 2018
Farida Millias Tuty. 2009. Analisis Permintaan Ekspor Biji Kakao Sulawesi
Tengah Oleh Malaysia. Universitas Diponegoro Semarang.
Gaza Nickyta, Rizal Alifsyahr. 2015. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Harga Kakao Internasinal dan Produksi Kakako Domestik Terhadap
Total Volume Ekspor Kakao Indonesia. Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang.
Gyska Indah Harya. 2014. Analisis Potensi Dan Saing Kakao Jawa Timur.
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.
33
33
Hayati, R., Yusminizar, Mustafril, Fauzi, H. 2012. Kajian Fermentasi dan Suhu
Pengeringan Pada Mutu Kakao (Theobroma Cacao L). Jurnal Keteknikan
Pertanian.http://Scholar.unand.ac.id/.pdf. Diakses 15 April 2019
Hasyim, A. I. 2012. Tata Niaga Pertanian.Universitas Lampung. Bandar
Lampung. Diakses 08 Januari 2018
Ikhsan Kurniawan. 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Biji Kakao. Tidak di terbitkan. Palopo: Program Strata 1 UNCP.
Kotler, 2005, Management Pemasaran, Jilid 1 dan 2, PT Indeks, Jakarta.
Lukito, 2007 Budidaya Kakao Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Jakarta
M. Yusuf Samad 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komiditas Hortikultura. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Agroindustri, Jln. MH. Thamrin 8 Jakarta.
Melia Ariyanti, 2008.Karakteristik Mutu Biji Kakao (Theobroma Cacao L)
dengan perlakuan waktu fermentasi berdasar SNI. Balai Besar Industri
Hasil Perkebunan Makassar.
Rubiyo, Siswanto. 2012. Pengaruh Iklim Terhadap Produksi dan Mutu Biji Kakao. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Jln. Raya Pakuon
Km 2 Parungkuda. Sukabumi.
Suryani, Dinie, dan Zul Febriansyah, 2007. Komoditas kako: Potret dan peluang
pembiayaan, Economic Review.http://repositori.ipb.ac.id.pdf. Diakses 25
juni 2018
Syam, 2006. Pendidikan Nilai Moral dan Dimensi. Bandung Lab.FPIPS-UPI.
Siregar, Tumpal H.S., Slamet, R ., Leli, N. 2010. Pembudidayaan, Pengolahan dan
Pemasaran Cokelat. Cetakan ke 13. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Sugiyono. 2011. Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung
Susanto, 2005. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisus
Yogyakarta. http//scholar.unand.ac.id/pdf. Diakses 03 April 2019.
Wahyudi T., T. R., Pangabean dan Pujianto. 2013 Panduan Lengkap Kakao
Management Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. PT. Penebar Swadaya,
Yogyakarta. http://scholar.unan.ac.id/,pdf. Diakses 25 November 2013
Jendral Perkebunan. 2013.
34
34
L A M P I R A N
34
34
35
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id
Lampiran 1. Koesioner Penelitian
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara
Nama Peneliti : Jumita Sari
NIM 1602405029
No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. No.HP :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
B. Daftar Pertanyaan
Petani
1. Apakah kadar air menjadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?
Jawab:..............................................................................................................
........................................................................................................................
2. Apakah Bapak/Ibu melakukan fermentasi setelah panen?
Jawab: .............................................................................................................
........................................................................................................................
3. Jika permintaan kakao dipasaran meningkat apakah dapat mempengaruhi
harga?
Jawab :...................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Kemana anda menjual hasil panen kakao tersebut?
Jawab:....................................................................................................................
........................................................................................................................
5. Berapa harga jual biji kakao bapak/ibu per kilo gram?
a. Basah: Rp...................................................................................................
b. Kering:Rp ..................................................................................................
6. Apakah kualitas kakao dapat mempengaruhi harga?
Jawab:..............................................................................................................
........................................................................................................................
7. Jika jalur pemasaran/distribusi panjang bagaimana keadaan harga dikalangan
petani?
Jawab:..............................................................................................................
........................................................................................................................
8. Apakah ada hal lain yang dapat mempengaruhi harga kakao selain pertanyaan
diatas?
Jawab:..............................................................................................................
........................................................................................................................
37
37
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara
Nama Peneliti : Jumita Sari
NIM 1602405029
No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. No.HP :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
B. Daftar Pertanyaan
Pedagang
1. Sejak kapan anda melakukan pekerjaan ini?
Jawab:..............................................................................................................
........................................................................................................................
2. Apakah pekerjaan ini sudah menjadi pekerjaan tetap atau sampingan?
Jawab:..............................................................................................................
.......................................................................................................................
3. Darimana anda memperoleh kakao?
Jawab:....................................................................................................................
.......................................................................................................................
4. Setelah anda membeli kakao dari petani, selanjutnya kemana bapak
mendistribusikan kakao tersebut atau kemana kakao tersebut akan diteruskan?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
38
38
5. Apakah kadar air menjadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
6. Jika produksi kakao melimpah apakah dapat menurunkan harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
7. Apakah kualitas kakao dapat mempengaruhi harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
8. Kemana anda menjual hasil panen kakao tersebut?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
9. Jika jalur pemasaran/distribusi panjang bagaimana keadaan harga dikalangan
petani?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
10. Apa yang menyebabkan harga kakao kering dan kakao basah berbeda?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
39
39
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara
Nama Peneliti : Jumita Sari
NIM 1602405029
No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. No.HP :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
B. Daftar Pertanyaan
Dinas Terkait
1. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap ketidakstabilan harga kakao?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
2. Apa peranan pemerintah pada ketidakstabilan harga kakao yang terjadi?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
3. Apa yang menyebabkan ketidakstabilan harga kakao itu terjadi?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
4. Mengapa harga kakao mengalami ketidakstabilan harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
5. Apakah kadar air mejadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
40
40
6. Apakah permintaan terhadap biji kakao dapat mempengaruhi ketidakstabilan
harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
7. Jika jumlah produksi kakao melimpah apakah dapat mempengaruhi harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
8. Apakah kualitas kakao dapat mempengaruhi harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
9. Jika jalur pemasaran/distribusi panjang bagaimana keadaan harga dikalangan
petani?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
10. Apakah ada solusi yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada petani?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
41
41
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Jln. Latamacelling No. 19 Kota Palopo, Sulawesi Selatan Tlp. 0471-22111, Fax. 0471-325055 Webside: www.uncp.ac.id
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Identifikasi Penyebab Ketidakstabilan Harga Kakao di Desa
Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara
Nama Peneliti : Jumita Sari
NIM 1602405029
No. HP 081240398844 Alamat : Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu
Utara
A, Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. No.HP :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
Dosen
1. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap ketidakstabilan harga kakao?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
2. Apa saja yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan harga kakao?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
3. Apakah kualitas biji kakao dapat mempengaruhi harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
4. Apakah kadar air menjadi penentu dalam ketidakstabilan harga kakao?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
42
42
5. Jika jalur distribusi pemasaran panjang apakah akan mempengaruhi harga
kakao?
Jawab:....................................................................................................................
.......................................................................................................................
6. Jika produksi kakao melimpah apakah dapat menurunkan harga?
Jawab:.............................................................................................................
.......................................................................................................................
7. Apakah ada solusi bagi dinas terkait mengenai ketidakstabilan harga kakao
yang terjadi?
Jawab:.............................................................................................................
...................................................................................................................
43
43
Lampiran 2. Identitas Responden
Tabel 14. Petani Kakao
No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan
1 Sanggi 55 Laki-Laki SD
2 Rahman 45 Laki-Laki SMP
3 Rabbang 66 Laki-Laki SD 4 Mase 65 Laki-Laki SD
5 Mariati 50 Perempuan SD
6 Madi 40 Laki-Laki SMP
7 Usman 47 Laki-Laki SD
8 Rifai 47 Laki-Laki SD
9 Duarniati 55 Perempuan SD 10 Sinami 49 Laki-Laki SMP
11 Sinapi 47 Laki-Laki SMP
12 Sudirman 44 Laki-Laki SD
13 Baso 57 Laki-Laki SD
14 Sugeng 51 Laki-Laki SD
15 Suparman 46 Laki-Laki SD
16 Kapeda 56 Laki-Laki SD
17 Sanggi 43 Laki-Laki SD
18 Sumardin 48 Laki-Laki SD
19 Accing 56 Laki-Laki SD
20 Hendra 52 Laki-Laki SD
Tabel 15. Pedagang Kakao
No Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan
1 Wayan Sukamti 40 Perempuan SMP
2 Hj. Samsu 45 Laki-Laki SMP
3 Sriayu 50 Perempuan SD
4 Jina 47 Perempuan SMP
5 Tumpi 49 Laki-Laki SD
Tabel 16. Dinas Terkait dan Akademisi (Dosen)
No Nama Umur (Tahun)
Jenis Kelamin Pendidikan
1 Syafaruddin, S.P.,M.Si 52 Laki-Laki S2
2. Iswanu Priharswanto, S.P.,M.Si 45 Laki-Laki S2
3 Sanimuddin, S.P.,M.Si 50 Laki-Laki S2
4 Taufik, S.P 48 Laki-Laki S1 5 Syamsuddin S.P 44 Laki-Laki S1
44
44
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pegambilan Data di Kantor Desa
Gambar 2. Dokumentasi wawancara dengan petani
45
45
Gambar 3. Dokumentasi dengan petani
Gambar 4. Dokumentasi dengan pedagang Kakao
46
46
Gambar 5. Dokumentasi wawancara dengan dinas perkebunan
Gambar 6. Dokumentasi wawancara dengan dosen