Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

20
Identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik Definisi Semua aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait dalam suatu penyidikan dalam memperoleh data postmortem, berguna untuk menentukan otentitas dan identitas korban maupun pelaku demi kepentingan hukum dalam suatu proses peradilan dan menegakkan kebenaran. Macam 1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi ragawi 2. Identifikasi sex atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang rahang serta antropologi ragawi 3. Identifikasi umur korban ( janin ) melalui benih gigi 4. Identifikasi umur korban melalui gigi deciduous 5. Identifikasi umur korban melalui gigi campuran 6. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap 7. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi 8. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi 9. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur 10. Identifikasi golongan darah melalui pulpa gigi 11. Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam rongga mulut 12. Identifikasi korban melalui gigi palsu yang digunakannya 13. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang facial

Transcript of Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

Page 1: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

Identifikasi ilmu kedokteran gigi forensikDefinisiSemua aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait dalam suatu

penyidikan dalam memperoleh data postmortem, berguna untuk

menentukan otentitas dan identitas korban maupun pelaku demi

kepentingan hukum dalam suatu proses peradilan dan menegakkan

kebenaran.

Macam1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi

ragawi

2. Identifikasi sex atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang

rahang serta antropologi ragawi

3. Identifikasi umur korban ( janin ) melalui benih gigi

4. Identifikasi umur korban melalui gigi deciduous

5. Identifikasi umur korban melalui gigi campuran

6. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap

7. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi

8. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi

9. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur

10. Identifikasi golongan darah melalui pulpa gigi

11. Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam

rongga mulut

12. Identifikasi korban melalui gigi palsu yang digunakannya

13. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang

facial

14. Identifikasi wajah korban

15. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku

16. Identifikasi korban melalui eksklusi pada korban massal

17.Radiologi ilmu kedokteran gigi forensik

18.Fotografi ilmu kedokteran gigi forensik

19.Victim identification form

TujuanMengumpulkan bukti/petunjuk mengenai identifikasi korban/ jenazah.

Page 2: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

2.2.4 Cara mengidentifikasi dalam kedokteran gigi forensik

Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi ragawia) Dari ciri-ciri gigi

1) Ras Caucasoid, ciri:

- Permukaan lingual rata

- Sering gigi geligi crowded

- Gigi molar pertama bawah (3.6, 4.6), lebih panjang, tapered

- Dalberg (1956) : Buko palatal < (P2, 1.5, 2.5), mesio distal

- Lengkung rahang sempit

2) Ras mongoloid, ciri:

- Menurut Herdlica (1921) bahwa gigi incisive mempunyai

perkembangan penuh pada permukaan palatal bahkan lingual,

sehingga shovel shaped incicor cungulum jelas dominan ( pada

gigi 1.1, 1.2, 2.1, 2.2 )

- Fissure-fissure gigi molar- Bentuk gigi molar segiempat dominan

3) Ras negroid, ciri:- Menurut R. Biggerstaf bahwa premolar akar premolar (1.4, 1.5, 2.4,

2.5) cenderung membelah atau trdapat 3 akar (trifurkasi)- Bahwa cenderung bimaxilari protrusion (monyong)- Molar ke-4 sering ditemukan- Premolar pertama (1.4, 2.4) terdapat 2 atau 3 cusp- Gigi molar berbentuk segiempat membulat

4) Ras austroloid, ciri:

Page 3: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

5) Ras khusus, ciri:

b) Dari lengkung gigi

Page 4: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

c) Dari antropologi ragawi1) Identifikasi melalui foramen orbitalis

- Ras CaucasoidForamen orbitalisnya simetris seperti kaca mata, lengkung kemedial lebih sempit

- Ras mongoloidForamen orbitalisnya kiri dan kanan agak bulat

- Ras negroid Foramen orbitalisnya seperti kaca mata, lengkung distal lebih kecil

2) Identifikasi melalui os. Chonchae- Ras Caucasoid

os. Chonchae seperti biji mete dan agak kecil- Ras mongoloid

os. Chonchae sangat besar, bundar, dibagi 2 dengan septa- Ras negroid

os. Chonchae seperti buah jambu, dibagi 2 dengan septa3) Identifikasi melalui os. Mastoideus

- Ras CaucasoidTonjolan sudut hamper tegak lurus

- Ras mongoloidTonjolan sudut lebih kemedialis

- Ras negroidTonjolan sudut hamper sejajar dengan tulang tengkorak

4) Identifikasi melalui outline tulang tengkorakOutline masing-masing ras berbeda

Page 5: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

Identifikasi sex atau jenis kelamin dari gigi geligi, tulang rahang, dan antropologi ragawia) Melalui gigi geligi

Gigi geligi Wanita Pria Outline bentuk gigi Relative lebih kecil Relative lebih

besarLapisan email dan dentin Relative lebih besar Relative lebih kecilBentuk lengkung gigi Cenderung oval TaperedUkuran cerviko incical mesio distal caninus bawah

Lebih kecil Lebih besar

Outline incicive pertama atas

Lebih bulat Lebih persegi

Lengkung gigi Relative lebih besar Relative lebih besar

Page 6: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

b) Melalui tulang rahang1. Melalui lengkung rahang atas, pria lebih besar dari pada wanita2. Melalui lengkung rahang bawah, pria lebih besar daripada wanita

c) Melalui antropologi ragawi

Tulang facial dan tulang tengkorak

Pria Wanita

Ukuran keseluruhan Lebih besar Lebih kecilSupra orbital ridge Agak rata Menonjol < ke

sedangProc. Mastoideus Sedang ke besar Kecil ke sedangRegion dan foramen occipitalis

Kasar dan sedikit besar

Lebih halus dan kecil

Eminentia frontalis Lebih kecil Lebih besarEminentia parientalis Lebih kecil Lebih besarTulang orbita Segiempat dengan

tepi bulatBundar dengan tepi tajam

Tulang ubun-ubun Landai, sedikit bulat Bentuk verticalTulang pipi Tebal, lengkung

kelateralHalus, cekung

Identifikasi umur korban atau janin dari benih gigi Kemungkinan usia janin:

- Dalam arti janin pada umurnya

Sejak usia 2,3,4 – 40 minggu

- Dalam arti embrio murni

Sejak pembuahan sampai akhir minggu ke-8

- Dalam arti embrio lanjutan

Sejak 9-16 minggu

- Dalam arti fetus murni

Saat janin berusia 16 mingguIdentifikasi janin harus berdasar :

- Periode proliferasi

- Periode formasi

- Periode kalsifikasi

Identifikasi umur korban melalui gigi sementara(decidui)Identifikasi umur korban melalui gigi sementara dengan intepretasi

roentgenogram yang berdasarkan atas peride-periode pertumbuhan gigi

antara lain poliferasi, kalsifikasi, formasi, dan erupsi gigi.

Page 7: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

Periode proliferasi sementara (decidui) dimulai dari formasi gigi janin yang

berakhir sampai dengan post natal, balita, anak anak hingga berumur 2,5-3

tahun. Begitupun dengan periode kalsifikasi dari gigi janin berakhir sampai

dengan umur 2,5/3,5 tahun oleh karena proses tersebut berakhir dengan

formasi gigi kaninus seorang anak yang berusia 3,5 tahun. Sedangkan

molar smentara berakhir sampai umur 3 tahun.

Identifikasi umur korban melalui geligi tetap

Dilakukan dengan identifikasi umur melalui gigi tetap menurut periode

erupsi, dengan penelusuran interpertasi roentgenogram mengenai formasi,

kalsifikasi, erupsi serta penutupan foramen apikal gigi.

Metode Gusstafson

Identifikasi umur ari gigi tetap terdapat kriteria yang disebut sebagai “Six

Changes if the Physiological Age Process in Teeth” (6 kriteria dari

perubahan jaringan gigi akibat penggunaan gigi sesuai dengan usia), yaitu

1. The Degrees of Attrition (derajat/ keparahan dari atrisi permukaan

kunyah gigi baik incisal maupun oklusal sesuai dengan penggunaannya.

Makin lanjut usia maka derajat atrisinya makin parah)

2. Altertion in the level of the gingival attachment (perubahan fisiologis

akibat penggunaan gigi dari epitel attachment ditandai dengan turunnya

atau dalamnya sulkus gingiva yang melebihi 2 milimeter bahkan makin

usia lanjut, gingival attachment turun ke arah akar gigi sehingga terlihat

seakan-akan mahkota lebih panjang)

3. The amount of Secondary Dentine (pembentukan sekunder dentin

karena penggunaan gigi atay atrisi dari permukaan oklusi biasanya

terbentuk di atas atap pulpa sehingga makin usia lanjut secara

roentgenografis terlihat seakan-akan pulpa jadi sempit karena sekunder

dentinya makin tebal)

4. The Thickness of Cementum Around the root (dengan bertambahnya

usia maka akan bertambah tebal jaringan sementum pada akar gigi)

5. Transluecency of The Root (bertambahnya usia terjadilah proses

kristalisasi dari bahan mineral akar gigi hingga jaringan dentin pada akar

Page 8: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

gigi berangsur-angsur mulai dari akar ke arah cervical menjadi

transparan. Translusensi dentin ini dimulai pada dekade ketiga dari

tebal tubular dentin 5 milimikron)

6. Root resorption (menurut Gusstaffson, resopsi akar gigi tetap akibat

tekanan fisiologis dengan bertambahnya umur)

Metode Johanson

Johanson membuat diagram pada tahun 1971 yang disimpulkan sebagai

Triangle One yaitu empat landmark dari formasi gigi, stadium mineralisasi

gigi, tahap formasi akar dan penutupan foramen apikal gigi.

Penelusuran secara kronologis tumbuh dan perkembangan gigi tetap

Gigi Klasifikasi

Awal

Mahkota

Lengkap (tahun)

Erupsi

(tahun)

Akar Lengkap

(tahun)

I1 atas 3-4 bulan 4-5 7-8 10

I1 bawah 3-4 bulan 4-5 6-7 9

I2 atas 10-12 bulan 4-5 8-9 11

I2 bawah 3-4 bulan 4-5 7-8 10

C atas 4-5 bulan 6-7 11-12 13-15

C bawah 4-5 bulan 6-7 9-10 12-14

P1 atas 1,5-1,8

tahun

5-6 10-11 12-13

P1 bawah 1,75-2

tahun

5-6 10-12 12-13

P2 atas 2-2,5 tahun 6-7 10-12 12-14

P2 bawah 2,25-2,5 6-7 11-12 13-14

Page 9: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

tahun

M1 atas Saat lahir/

sebelumnya

2,5-3 6-7 9-10

M1 bawah Saat lahir/

sebelumnya

2,5-3 6-7 9-10

M2 atas 2,5-3 tahun 7-8 12-13 14-16

M2 bawah 2,5-3 tahun 7-8 12-13 14-15

M3 atas 7-9 tahun 12-16 17-21 18-25

M3 bawah 8-10 tahun 12-16 17-21 18-25

Identifikasi korban melalui gigi berdasarkan kebiasaan menggunakan gigi

Bagi para perokok yang menggunakan pipa, maka akan mengakibatkan

ausnya gigi yang digunakan untuk menggigit pipa biasanya gigitan pipa ini

atau yang disebut cangklong letaknya di daerah caninus sampai dengan

premolar 2. dengan demikian bertahun-tahun kemudian akan terlihat suatu

open bite diantara gigi tersebut sesuai dengan pipa yang digunakan.

Bagi yang memiliki kebiasaan Brezim (menggerakan oklusi aktif pada waktu

tidur) maka akan terlihat atrisi di sekitar gigi atas dan bawah sesuai

interdigitasi antara gigi atas dan gigi bawah, juga terjadi pada gigi molar.

Bagi yang mempunyai gigitan open bite satu maupun beberapa gigi maka

gigi tersebut tidak akan terlihat adanya atrisi sedangkan gigi yang

mempunyai kontak oklusi gigi atas dengan gigi bawah makan akan terjadi

atrisi sesuai dengan derajat keparahannya.

Identifikasi korban melalui gigi berdasarkan pekerjaan menggunakan gigi

Page 10: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

Misalnya tukang jahit akan menggigit jarum baik diameter kecil sampai

diameter besar, sehingga atrisi incisal berongga sesuai dengan diameter

jarum.

Penata rambut/capster akan terlihat pada gigi incisive central khusunya,

suatu atrisi pada gigi atas dan bawah yang berbentuk rongga sesuai

dengan jepit rambut karena sebelum menata rambut tamunya ia menggigit

jepit rambut beberapa buah pada gigi incisivenya.

Pekerja bengunan khususnya yang dianggap sebagai tukang kayu maka ia

dalam melakukan pekerjannya sebelum memaku kayu/papan ia menggigit

paku pada gigi depannya. Maka gigi depannya akan atrisi berbentuk bulat

sesuai dengan paku yang digunakan, derajat atrisi bisa kecil sampai

dengan besar sesuai diameter paku.

Identifikasi Golongan darah korban dan Pelaku Melalui Air Liur / Saliva

Identifikasi golongan darah korban melalui air liur haruslah dibuat sediaan

ulas pada TKP maupun pada korban yang masih terdapat air liur baik

masih basah maupun sudah kering. Lalu harus di cross check dengan

keluarga yang sedarah semenda. Identifikasi ini disebut pula sebagai

pembuktian dari tracing air liur / salivary trace evidence. Bila air liur

tersebut telah dikirim ke laboratorium serologis dan merupakan sekretor,

maka dapat diketahui golongan darah dari air liur tersebut. Perlu diingat

juga teori paternalis yaitu teori yang menentukan garis keturunan.

Bahan yang dibutuhkan untuk memperoleh saliva dalam membuat sediaan

ulas, menururt Michael Bower dan Gary Bell (1955) : kapas/papir, pinset,

botol kecil + 10cc, saline solution, kuas, sikat halus, sarung tangan,

masker, obat tetes mata, cairan pembersih alat kerja, freezer, cairan buffer,

cairan pembilas/aqua, fissure burs+ table engine, chisel, pipet, disk

plaat/cawan gelas.

Cara membuat sediaan ulas dari saliva

Page 11: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

1. kapas steril kering dibasahi dengan aqua destilata

2. kapas yang telah basah dicelupkan dalam saline solution

3. saline solution yang digunakan NaCl 0,9% yang digunakan untuk infus

atau larutan isotonik

4. membuat sediaan ulas kapas tersebut diulas setengah rotasi bolak balik

di sekitar gigitan atau saliva yang terdapat di TKP setelah dilakukan

pembersihan dengan kuas halus dari debu yang melekat

5. sediaan ulas ini dibuat 2 kali sehingga terdapat 2 sediaan ulas yang

masing-masing 2-3 kali diputar di sekitar saliva

6. masukkan sediaan tersebut ke dalam test tube dengan di tengah

penutup tabung tanpa kontaminasi dengan dinding tabung

7. tangkai sediaan ulas tersebut dicekatkan pada penutup tabung

kemudian dimasukkan ke dalam kotak kardus kecil atau yang disebut

amplop khusus

8. lalu dikirim ke laboratorium serologis yang terdekat

9. kemudian pada kotak amplop tersebut dituliskan data-data berikut

a. tanggal pembuatan sediaan ulas

b. tempat pembuatan sediaan ulas atau TKP

c. kode sediaan ulas dengan urutan tim identifikasi

d. nama anggota tim identifikasi yang membuat sediaan ulas

10.komunikasi dengan lab serologis untuk memperoleh hasilnya

11.maka akan diketahui golongan darah dari analisa air liur tersebut.

Apabila hasil analisa air liur dalam identifikasi golongan darah diperoleh

hasil yang tidak diharapkan maka terdapat beberapa kemungkinan yaitu :

1. saliva dari pelaku bukan golongan sekretor

2. apabila saliva telah mengering mungkin sediaan ulas kurang

mengandung liur

3. saliva tervemar oleh cairan lain sebelum dibuat sediaan ulas

4. sediaan ulas atau cotton swab terkontaminasi sebelum dilakukan

analisa laboratoris

5. kegagalan dari proses serologis di lab kemungkinan reagennya sudah

rusak atau kadaluarsa atau konsentrasinya berubah

Page 12: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

6. kemungkinan kegagalan semua prosedur laboratoris.

Menurut Michael Bowers dan Gary Bell tahun 1955, saliva mengandung

protein dan antibode dan bila proses pengambilan sediaan ulas dari seitar

bibir, lidah, mukosa mulut, maka kemungkinan sediaan ulas tersebut

mengandung sel epitel dari jaringan tersebut, leukosit bahkan cairan

gingiva.

Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa

Analisa golongan darah dari pulpa gigi merupakan identifikasi golongan

darah untuk pelaku maupun korban adalah dengan cara Absorpsi-Ellusi

a. Sejarah Absorpsi – Ellusi dari jaringan pulpa gigi

Analisa laboratoris dengan metode absorpsi – ellusi dari jaringan pulpa

gigi dibuat sebagai berikut :

1. Gigi yang masih terdapat jaringan pulpa di ambil sebagai bahan

2. Gigi tersebut ditumbuk dalam lubang besi sehingga hancur

menjadi bubuk

3. Bubuk gigi tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang

terbagi menjadi 3 tabung.

4. Kemudian ke dalam masing-masing tabung dimasukkan Antisera α ke tabung I

β ke tabung II

γ ke tabung III

5. Ketiga tabung tersebut dimasukkan/disimpan dalam lemari

pendingin dengan suhu 5 derajat celcius selama 24 jam sehari –

semalam.

6. Kemudian dicuci dengan Saline Solution sebnyak 7 kali

7. Larutan Saline dibuang dari tabung tetapi endapan tidak terbuang

8. Ketiga tabung diteteskan aquades sebanyak 2 tetes dengan pipet

9. Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan dengan suhu 56

derajat celcius selama 12 menit

10.Tabung-tabung tersebut kemudian diangkat daru tungku

pemanasan

Page 13: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

11.Kamudian ke dalam ketiga tabung tersebut dimasukkan sel indicator A,B dam O dengan konsentrasi 3%-5%

12.Kemudian ketiga tabung tersebut disentrifuge dengan alat pemutar

agar terjadi pengumpulan (aglutinasi)

13.Dan akhirnya dilihat pada tabung mana yang menjadi

penggumpalan (aglutinasi)

Pada tabung yang terlihat penggumpalan merupakan identifikasi

golongan darah hasil analisa laboratories tersebut. Apabila hasil

tersebut sebagai berikut :

1. Dikatakan positif adalah jelas terlihat dengan visual terjadinya

aglutinasi

2. Apabila hasilnya meragukan maka penggumpalan tidak jelas

3. Hasilnya dikatakan negative bila tidak terjadi aglutinasi

b. Reaksi Negatif

Reaksi negatif atau tidak terjadi aglutinasi dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu :

1. Tidak cukupnya Antisera yang diberikan ke dalam tabung

dibandingkan dengan antigen yang adal dalam bubuk gigi pada

tabung

2. Pengaruh suhu atau pemanasan yang tidak tepat baik waktu

maupun derajat kepanasannya

3. Pengaruh kelembapan udara dalam reaksi Antigen dengan Antisera

selama penyimpanan

4. Pengenceran yang salah di dalam tiap tabung

5. Kurang tepat atau kurang teliti secara visual adanya aglutinasi

6. Apabila bubuk gigi terdapat anti H atau anti H-nya negative maka

gig tersebut tidak terdapat antigen dengan demikian tidak terjadi

reaksi antara antigen dengan antisera

7. Eritrosit dapat diperiksa atau diketahui dengan sediaan pulpa gigi

hanya 131 hari sejak kematian

Page 14: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

Seseorang diakatakan secretor ialah mereka di dalam sediaan jaringan

tubuhnya terdapat antigen dan antibody maka dapat diketahui

identifikasi golongan darahnya

Apabila mereka atau orang tersebut non secretor (tidak terdapat

antigen pada pulpa gigi atau sediaan tubuhnya lainnya) maka dalam

analisa laberatorius sangat sulit ter-identifikasi golongan darahnya

karena tidak terdapat reksi antara antigen dan antisera. Kemungkinan

hasilnya sangat subyektif dan sangat banyak kemungkinannya

Identifikasi DNA korban dari analisa air liur

Analisa sediaan dalam identifikasi DNA yang berguna antara lain untuk :

1. Melakukan identifikasi korban

2. Melakukan identifikasi pelaku

3. Menentukan sebab + korban

4. Menjelaskan DNA sebagai bukti tindak pidana

DNAProfilling

Proses analisa sample

1. Isolasi

Mengeluarkan DNA dan memurnikan DNA dari dalam inti sel

2. Restriksi

Memotong DNA yang telah di murnikan

3. Elektroforesa

Mengelompokkan hasil potongan DNA menurut panjang potongan

tersebut

4. Pelacakan

Menandai area yang khas yang dicari

a. Pelacakan tunggal = single locus probe

Hanya untuk mencari lokasi inden pada suatu lokasi di seluruh DNA

sehingga pada akhir proses hanya diperoleh 2 pita

b. Pelacakan ganda = multi locus probe

Page 15: Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

Akan cari lokasi yang jumlahnya lebih dari satu untai DNA pada

setiap orang posisi lokasi berbeda sehingga dengan cari panjang

potongan dapat membedakan identitas seseorang