IDENTIFIKASI GREEN COMMUNITY UNTUK MEWUJUDKAN … · Berdasarkan pada Program Pengembangan Kota...
Transcript of IDENTIFIKASI GREEN COMMUNITY UNTUK MEWUJUDKAN … · Berdasarkan pada Program Pengembangan Kota...
IDENTIFIKASI GREEN COMMUNITY UNTUK
MEWUJUDKAN GREEN CITY DI KOTA BOGOR
LUCKY GILANG MAULIDAN
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Green
Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Lucky Gilang Mulidan
NIM A44110037
ABSTRAK
LUCKY GILANG MAULIDAN. Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di Kota Bogor. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.
Berdasarkan pada Program Pengembangan Kota Hijau, komunitas hijau adalah satu dari delapan atribut dalam penerapan metode kota hijau. Komunitas hijau adalah individu-individu, komunitas, atau kelompok yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial-budaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta masyarakat. Namun hingga saat ini, belum terdapat sumber mengenai berapa banyak jumlah komunitas hijau dan aktivitas apa yang mereka lakukan dalam merubah perilaku. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi komunitas hijau, struktur organisasi mereka, penggunaan taman, dan apa yang mereka lakukan dalam merubah perilaku. Penelitian ini juga melakukan analisi terhadap apa yang komunitas hijau dapat lakukan, menggunakan analisis kesenjangan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat lima komunitas hijau di Kota Bogor. Penelitian ini menunjukan bahwa satu dari lima komunitas hijau memiliki penilaian sesuai dan yang lainnya hanya baik dan cukup. Untuk mengisi kesenjangan antara penerapan aktivitas ideal dan aktual, komunitas hijau dapat melakukan aktivitas lain untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran, dan peran serta masyarakat Kota Bogor dalam rangka membangun sebuah kota berkelanjutan menggunakan metode kota hijau. Diketahui juga bahwa tiga dari lima komunitas hijau telah menggunakan taman untuk aktivitas mereka. Kata kunci: analisis kesenjangan, komuntias hijau, Kota Bogor, kota hijau
ABSTRACT LUCKY GILANG MAULIDAN. Identification of Green Community to Realise Green City in Bogor City. Supervised by ALINDA FM ZAIN.
In green city program (P2KH), green community is one of eight atribut in implementing the green city method. Green coummunity are peoples, community, or group who care about environmental awarness and socio-culture. The study in conducted to detect community sensitivity, awareness, and participation. But until now, there is no source about how many green community and what activites they do to chang behavior. This study takes place in Bogor City, East Java Province, Indonesia. The purpose of this study is to identify green community, they organizational structure, use of park, and what they do to chang behavior. This study also analyzed what green community can do to chang behavior, using gap analysis. The study found five green communites in Bogor City. The study showed that one of five green community has suitable value and the other just good and less. Further, to fill the gap between the ideal and actual activity, green community can do more activites to improve sensitivity, awarness, and participation of people in Bogor City in order to develop a sustainable city using green city program. The study also found that three of five green community has using park for they activity.
Key words : Bogor City, gap analysis, green city, green community
Judul Skripsi : Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan Green City di
Kota Bogor
Nama : Lucky Gilang Maulidan
NIM : A44110037
Disetujui oleh
Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr.
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai Desember 2015
ini ialah green city, dengan judul Identifikasi Green Community untuk Mewujudkan
Green City di Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSi
selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada pihak pegawai kantor DKP, BAPPEDA, BPLH, tim swaklola P2KH Kota
Bogor, FKH, komunitas-komunitas, dan komunitas-komunitas hijau yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan teman-taman atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2015
Lucky Gilang Maulidan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Kota 4
Kota Hijau 5
Komunitas Hijau 5
Aktivitas Komunitas Hijau 7
Analisis Kesenjangan 9
Taman 9
METODE 10
Lokasi dan Waktu 10
Alat dan Bahan 11
Metode Penelitian 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Kondisi Umum Kota Bogor 15
Komunitas Hijau 17
Analisis Kesenjangan 26
Strategi Dalam Peningkatan Perubahan Lingkungan Dan Perilaku Manusia
Menjadi Lebih Baik Yang Dapat Dilakukan Komunitas Hijau 32
Penggunaan Taman 39
SIMPULAN DAN SARAN 40
Simpulan 40
Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 43
DAFTAR TABEL
1 Alat yang digunakan dalam penelitian 11
2 Hal, data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan 12
3 Batasan nilai penerapan aktivitas komunitas hijau 14
4 Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Bogor 16
5 Daftar taman Kota Bogor 16
6 Identifikasi komunitas hijau 18
7 Penilaian Bike To Work Bogor 27
8 Penilaian Bogor Berkebun 28
9 Penilaian Earth Hour Bogor 29
10 Penilaian Koalisi Pejakan Kaki Bogor 30
11 Penilaian Komunitas Peduli Ciliwung 31
12 Penilaian penerapan dari seluruh komunitas hijau di Kota Bogor 33
13 Penggunaan taman oleh komunitas hijau 40
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 3
2 Lokasi penelitian 11
3 Struktur organisasi Bike To Work Bogor 19
4 Dokumentasi aktivitas Bike To Work Bogor 20
5 Struktur organisasi Bogor Berkebun 21
6 Dokumentasi aktivitas Bogor Berkebun 21
7 Struktur organisasi Earth Hour Bogor 22
8 Dokumentasi aktivitas Earth Hour Bogor 23
9 Struktur organisasi Koalisi Pejalan Kaki Bogor 24
10 Dokumentasi aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor 24
11 Struktur organisasi Komunitas Peduli Ciliwung 25
12 Dokumentasi aktivitas Komunitas Peduli Ciliwung 25
13 Contoh media lini atas, media lini bawah, dan ambient media 34
14 Contoh penerapan bike-share 38
DAFTAR LAMPIRAN
1 Panduan pertanyaan 43
2 Daftar narasumber 44
3 Daftar komunitas di Kota Bogor 45
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam pembangunan suatu
kota pada umumnya cenderung memberikan dampak negatif kepada lingkungan
alam. Pembangunan yang tidak teratur, kurangnya ruang terbuka hijau, pemakaian
energi yang tidak efisien, kurangnya penerapan energi ramah lingkungan,
kurangnya pengelolaan pada limbah, sistem transportasi yang tidak berkelanjutan,
dan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan alam menjadi masalah yang
kerap terjadi pada suatu kota, terutama kota-kota pada negara berkembang, seperti
pada kota-kota di Indonesia. Perencanaan suatu kota dengan menerapkan prinsip
kota hijau merupakan salah satu solusi yang tepat dalam menghadapai masalah-
masalah yang terjadi pada suatu kota. Perencanaan dan pembangunan kota menjadi
kota hijau dapat menurunkan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan alam.
Suatu kota akan tercipta keberlanjutannya apa bila lanskapnya lebih tertata dari
aspek sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan legalnya. Hal ini juga akan memberikan
dampak positif pada kondisi fisik dan psikologis masyarakat yang tinggal dalam
kota tersebut. Sesuai dengan tujuan dari Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH), terdapat 8 karakteristik atau atribut kota hijau, yaitu 1) perencanaan dan
perancangan hijau (green planning and design), 2) ruang terbuka hijau (green open
space), 3) bangunan hijau (green building), 4) sampah hijau (green waste), 5)
transportasi hijau (green transportation), 6) air hijau (green water), 7) energi hijau
(green energy), dan 8) komunitas hijau (green community).
Komunitas hijau dapat diartikan sebagai sebuah komunitas atau kelompok
warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Komunitas
hijau diperlukan untuk meningkatkan kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif
masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan sosialisasi dan pelibatan masyarakat dalam program
peningkatan kualitas lingkungan, menjalin kerja sama dengan pemerintah, swasta,
dan lainnya, sehingga masyarakat menjadi lini terdepan dalam mewujudkan
pembangunan sebuah kota yang menerapkan perinsip kota hijau.
Kurangnya kesadaran sebagian besar masyarakat Kota Bogor terhadap
kondisi lingkungannya merupakan suatu tanda bahwa diperlukan peran komunitas
hijau dalam mengatasi masalah yang terjadi pada lingkungan. Namun hingga saat
ini masih belum ada data otentik mengenai jumlah komunitas hijau di Kota Bogor
dan aktivitas hijau apa yang komunitas tersebut lakukan dalam upaya menciptakan
lingkungan yang bersih, sehat dan aman sesuai dengan 8 atribut kota hijau.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
a. belum ada data otentik mengenai jumlah dan aktivitas komunitas hijau di Kota
Bogor;
b. sejauh apa penerapan aktivitas komunitas hijau telah dilakukan; dan
c. belum diketahui penggunaan taman oleh komunitas hijau.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
a. mengidentifikasi jumlah dan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor;
b. menganalisis penerapan aktivitas komunitas hijau di Kota Bogor menggunakan
analisis kesenjangan; dan
c. mengidentifikasi penggunaan taman oleh komunitas hijau di Kota Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan baru bagi peneliti, serta dapat dijadikan alternatif dan rekomendasi
bagi pihak komunitas hijau di Kota Bogor dalam mencapai peningkatan kepekaan,
kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat Kota Bogor terhadap lingkungan
untuk menjadikan Kota Bogor sebagai kota hijau.
Kerangka Pikir Penelitian
Studi dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa belum diketahui jumlah
komunitas hijau yang aktif, aktivitas-aktivitas yang dilakukan, dan penggunaan
taman di Kota Bogor pada saat ini. Untuk mencari hal tersebut, dilakukan
inventarisasi awal untuk mencari komunitas hjiau yang aktif beraktivitas di Kota
Bogor. Setelah jumlah komunitas hijau didapat, dilakukan inventarisasi lebih lanjut
untuk mengetahui latar belakang terbentuknya komunitas hijau, jumlah anggota
aktif, struktur organisasi, lokasi sekretariat, aktivitas, lokasi aktivitas, frekuensi
aktivitas, lokasi taman yang digunakan, aktivitas komunitas di taman, frekuensi
penggunaan taman, dan alasan menggunakan taman. Aktivitas komunitas hijau
dapat berupa aktivitas rutin atau pun non-rutin. Data aktivitas komunitas hijau pada
saat ini kemudian dianalisis sesuai dengan penerapan aktivitas komunitas hijau
yang mengacu pada tiga penerapan yang dibuat oleh GCC (2008), yaitu changing
behavior, community-based social marketing, dan community transformation.
Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis kesenjangan untuk mengetahui
kesenjangan antara penerapa aktivitas komunitas hijau yang aktual dan ideal. Hasil
dari analisis tersebut akan menggambarkan sejauh mana penerapan aktivitas
komunitas hijau telah dilakukan oleh komunitas hijau di Kota Bogor, dan strategi
apa yang dapat dilakukan komunitas hijau dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai
kota hijau. Dari keseluruhan data, akan didapatkan inventarisasi komunitas hijau di
Kota Bogor (Gambar 1).
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
1. Bentuk aktivitas
2. Lokasi aktivitas
3. Frekuensi aktivitas
1. Latar belakang
2. Lokasi sekretariat
3. Struktur organisasi
4. Jumlah anggota
Komunitas
Aktivitas
Inventarisasi komunitas hijau
di Kota Bogor
1. Lokasi taman
yang digunakan
komunitas hijau
2. Aktivitas
komunitas hijau di
taman
3. Frekuensi
4. Alasan
penggunaan
Pemanfaatan
RTH
Identifikasi
komunitas hijau
Kota Bogor
Analisis
kesenjangan
Taman
TINJAUAN PUSTAKA
Kota
Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja,
tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Kota berasal
dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan
menyakut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam arti fisikal, sosial, ekonomi,
budaya. Perkotaan mengacu pada area yang memiliki suasana penghidupan dan
kehidupan modern dan mejadi wewenang pemerintah kota (Mirsa 2012).
Menurut Jayadinata (1999), pengertian kota dapat bermacam-macam.
Dalam pengertian geografis, kota itu adalah suatu tempat yang pendudukanya rapat,
rumah-rumahnya berkelompok kompak, dan mata pencaharian penduduknya bukan
pertanian. Dalam pengertian hukum di Indonesia terdapat 4 macam kota; 1) Kota
sebagai ibukota nasional, Jakarta; 2) Ibukota propinsi, ada 27 kota; 3) Ibukota
kabupaten dan kotamadya; dan 4) Kota administratif. Dalam pengertian teknis, kota
itu mempunyai jumlah penduduk tertentu, misalnya, di Indonesia (untuk keperluan
statistik) yang disebut kota adalah tempat dengan 20 000 penduduk atau lebih, di
Jepang dengan 30 000 penduduk, di Malaysia 5 000 penduduk, dan di Amerika
Serikat dengan 2 500 penduduk. Dalam pengertian umum, kota itu adalah tempat
yang mempunyai prasarana kota, yaitu: bangunan besar-besar, banyak bangunan
perkantoran, jalan yang lebar-lebar, dan pasar yang luas-luas.
Kota adalah suatu entitas yang utuh. Ada relasi fungsi sosial ekonomi,
politik, budaya, dan lainnya, yang prosesnya bukan serta merta, ada begitu saja, ada
suatu proses kultural panjang (Mirsa 2012). Sedangkan Branch (1995) berpendapat
bahwa kota merupakan tempat yang dipandang dan dirasakan dari barbagai sudut
pandang, yang menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya.
Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu: bangunan-bangunan dan kegiatan
yang berada di atas atau dekat dengan muka tanah, instalasi-instalasi di bawah
tanah, dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan “kosong” di angkasa.
Pembangunan perkotaan secara nyata memberikan dampak lingkungan
terhadap lingkungan alam dan wilayah-wilayah disekitarnya. Berdasarkan UU
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dampak lingkungan hidup adalah pengaruh
perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan. Salah satu dampak lingkungan yang terjadi akibat pembangunan yang
terjadi di Kota Bogor seperti penurunan kapasitas sumber mata air dari 8 liter per
detik pada tahun 2011 menjadi 1-1.5 liter per detik pada tahun 2012 dan penurunan
kapasitas air tanah dalam dari 16 liter per detik pada tahun 2011 menjadi 1-2 liter
per detik di tahun 2012 (BAPPEDA 2013). Hal ini menunjukan semakin
berkurangnya resapan air karena semakin bertambahnya daerah pemukiman di
wilayah Kota Bogor. Masalah lainnya terlihat pada pola tata ruang yang tidak
terarah. Lyon dan Driskell (2012) mengatakan seperti halnya semakin dominan
sebuah spesies terhadap spesies lain dalam lingkungan alam, komunitas manusia
akan memberikan dampak pada pola tata guna lahan sebagai suatu area yang
“terinvasi” oleh kompetitor dominan yang dapat mengguakan lahan lebih efisien.
Kota Hijau
Kota hijau dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi
limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,
mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan
perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Richard (1987) dalam DPU (2011) mengatakan, kota hijau juga dapat diartikan
sebagai kota yang didesain dengan mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan, dihuni oleh orang-orang yang memiliki kesadaran untuk
meminimalisir (penghematan) penggunaan energi, air dan makanan, serta
meminimalisir buangan limbah, percemaran udara dan pencemaran air. Kota hijau
adalah kota yang dibangun dengan menjaga dan memupuk aset-aset kota-wilayah,
seperti aset manusia dan warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun,
keunikan, dan kehidupan budaya, kreativitas dan intelektual, karunia sumber daya
alam, serta lingkungan dan kualitas prasarana kota.
Menurut DPU (2011), kota hijau merupakan kota yang dibangun dengan
tidak mengikis atau mengorbankan aset kota-wilayah (city-region), melainkan terus
memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun sumber
daya alam, lingkungan dan kualitas perkotaan dimana konsep kota hijau dapat
merespon untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan
mitigasi. Kota hijau adalah kota yang ramah lingkungan yang dibangun berdasarkan
keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta dimensi tata
kelolanya, termasuk kepemimpinan dan kelembagaan kota yang mantap (DPU
2013).
Menurut DPU (2013), kota hijau dapat diwujudkan dengan menerapkan
delapan atribut. Delapan atribut itu meliputi 1) perencanaan dan perancangan yang
sensitif terhadap agenda hijau (green planning and design), 2) pewujudan kualitas,
kuantitas dan jejaring RTH perkotaan (green open space), 3) penerapan bangunan
ramah lingkungan (green building), 4) penerapan prinsip untuk mengurangi sampah
limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah (green
waste), 5) pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan (green
transportation), 6) peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
air (green water), 7) pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan
(green energy), serta 8) peningkatan kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif
masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau (green community).
Komunitas Hijau
Perencanaan suatu kota menimbulkan kerusakan tidak hanya pada
lingkungan alam tetapi juga pada manusia. Dengan adanya dampak seperti itu,
perlahan-lahan muncul individu-individu yang sadar akan pentinya menjaga
lingkungan alam. Berlandaskan kesamaan tujuan untuk membuat lingkungan
menjadi lebih baik, individu-individu tersebut kemudian membuat sebuah
kelompok. Menurut Reitz (1977) dalam Thoha (2001), karakteristik yang menonjol
dari suatu kelompok, yaitu adanya dua orang atau lebih, adanya interaksi satu sama
lainnya, saling berbagi beberapa tujuan yang sama, dan melihat dirinya sebagai
suatu kelompok.
Komunitas hijau adalah sebutan untuk kelompok yang muncul akibat
terjadinya perubahan sosial lingkungan. Komunitas hijau merupakan atribut
penting dalam mewujudkan kota hijau, karena masyarakat dapat menjadi lini
terdepan dalam pergerakan suatu pembangunan lanskap kota ke arah pembangunan
kota hijau. Menurut DPU (2013), komunitas hijau adalah sebutan bagi kumpulan
individu, komunitas, atau kelompok-kelompok warga yang peduli terhadap
masalah lingkungan dan sosial budaya. Komunitas hijau tumbuh disebabkan oleh
semakin meningkatnya tingkat kepedulian dan kesadaran bahwa tanggung jawab
untuk menjaga lingkungan dan alam bukan semata berada di tangan pemerintah dan
institusi besar, namun juga terletak pada individu dan komunitas masyarakat.
Menurut GCC (2008), komunitas hijau adalah organisasi lingkungan swadaya
berbasis komunitas untuk memperoleh pencapaian dibidang lingkungan dengan
mengarahkan pada kerjasama masyarakat dan menciptakan aktivitas baik berupa
saran dan jasa. Komunitas sendiri memiliki definisi yang beragam. Komunitas atau
community berasal dari kata Latin cum yang memiliki arti kebersamaan dan munus
yang memiliki arti memberi antara satu sama lain. Komunitas dapat memiliki arti
sebagai sekumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu. Hillery (1955) dalam
Lyon dan Driskell (2012) bahkan menemukan 94 definisi komunitas, yaitu bahwa
komunitas adalah sebuah kelompok, sebuah proses, sebuah sistem sosial, sebuah
tempat geografis, sebuah gaya hidup umum, sebuah kecukupan pribadi, dan
lainnya. Komunitas juga dapat memiliki arti yakni kelompok sosial yang terdiri atas
beberapa orang yang menyatukan diri kerena mempunyai kesamaan seperti dalam
hal kebutuhan, kepercayaan, maksud, minat, bakat, hobi, dan lainnya.
Menurut GCC (2008), komunitas hijau memiliki tiga karakteristik, yaitu 1)
berbasis komunitas, 2) dibangun atas kemitraan, dan 3) bisnis swadaya. Yang
dimaskud dengan berbasis komunitas adalah bahwa komunitas hijau harus bergerak
untuk masyarakat lokal pada wilayah mereka. Setiap komunitas hijau terencana dan
terkelola secara lokal, dengan kepengurusan, sekretaria, dana dan jajaran direktur
yang dikelola sendiri. Komunitas hijau tergabung secara bebas dan menamai
dirinya sendiri serta menetapkan identitasnya sendiri. Komunitas hijau juga harus
dibangun atas kemitraan, maksudnya adalah bahwa kemitraan meliputi semua
kegiatan mulai dari dukungan moral hingga hubungan kontraktual. Kemitraan dapat
membantu dalam hal dana dan/atau kontribusi barang dan jasa, pemasaran,
koordinasi dan jasa yang terintegrasi, saran, dukungan, dan koneksi kepada mitra
lain. Kemitraan dilakukan diantara bermacam-macam sektor mulai dari pemerintah,
kalangan bisnis, organisasi masyarakat, dan lainnya, untuk mencapai tujuan. Selain
itu, komunitas hijau juga bersifat swadaya dan pencapaian tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka komunitas hijau harus fleksibel, responsif, inovatif, dan
konstan dalam menciptakan jasa dan program baru untuk misi lingkungannya.
Tujuan dari dibentuknya komunitas hijau adalah untuk meningkatkan
kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan
atribut-atribut kota hijau. Dengan kata lain, komunitas hijau bukan hanya
melakukan kegiatan dibidang lingkungan melainkan juga harus dapat
mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat akan pentingnya menjaga
lingkungan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunitas hijau
memiliki karakteristik, yaitu
a. memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan;
b. aktivitas bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan;
c. aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal;
d. dibagun atas kemitraan; dan
e. dilakukan secara swadaya.
Adapula keunggulan dari komunitas hijau adalah sangat fleksibel secara
administrasi dan politik, dapat bergerak lebih cepat dalam proyek yang
berpotensial, dan netral terhadap masyarakat. Komunitas hijau juga memiliki
keuntungan untuk menghindari konflik yang dapat terjadi antara berbagai
pemerintahan dan perantara (Beatley 2000).
Aktivitas Komunitas Hijau
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kegiatan atau
keaktifan. Aktifitas memiliki arti yaitu segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-
kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. Menurut frekuensinya, aktivitas
dibagi menjadi dua, yaitu aktivitas rutin dan aktivitas non-rutin. Aktivitas rutin
adalah aktivitas yang dilakukan secara rutin atau teratur dan tidak berubah-ubah.
Sedangkan aktivitas non-rutin adalah aktivitas yang dilakukan secara tidak tentu,
tidak teratur, atau berubah-ubah. Komunitas hijau dapat melakukan aktivitas-
aktivitas dalam menjaga keberlangsungan lingkungan serta mengubah perilaku
masyarakat agar turut dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Dalam menjaga
keberlangsungan lingkungan, komunitas hijau dapat bergerak langsung seperti
mengurangi emisi kendaraan bermotor, konservasi air, pengurangan limbah, dan
lainnya. Selain itu, komunitas hijau juga dapat berpartisipasi dalam pembuatan
kebijakan, melakukan advokasi, ikut serta dalam pembangunan infrastruktur,
pengadaan fasilitas, dan lainnya. Komunitas hijau juga berperan dalam mengubah
perilaku masyarakat agar masyarakat lebih peka, peduli, dan aktif menjaga
lingkungan.
Menurut GCC (2008), komunitas hijau melakukan tiga penerapan penting
untuk mencapai tujuannya, yaitu changing behavior, community-based social
marketing, dan community transformation. Penerapan changing behavior
dilakukan dengan memberikan program-program dan jasa untuk lingkungan dalam
menghadapi hambatan yang terjadi dan memberikan insentif kepada perubahan
perilaku dan aksi. Hal ini berarti dalam melakukan aktivitasnya, komunitas hijau
harus dapat mengubah kulitas lingkungan alam dan perilaku manusia, atau dengan
kata lain lingkungan hidup, menjadi lebih baik. Beratha (1991) dalam Suhendar
(2004) mengatakan bahwa, lingkungan atau lingkungan hidup meliputi segala apa
saja, baik berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di sekitar kita, baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hidup dan kehidupan.
Untuk mengubah lingkungan (perkotaan) tersebut, komunitas hijau dapat membuat
program dan jasa seperti memberikan sosialisasi atau jasa lingkungan terkait
dengan kampanye yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Kampanye kesadaran
adalah salah satu strategi penting yang telah digunakan di banyak kota untuk
menyemangati aksi dan perilaku yang berkelanjutan dalam bidang bisnis dan
masyarakat (Beatley 2000). Menurut Mitchell (2000) dalam Santoso (2013),
perubahan sikap manusia yang kita harapkan tergantung pada kampanye yang luas
melalui pendidikan, diskusi dan partisipasi publik. Perubahan sikap tersebut
didorong oleh adanya pencapaian tujuan bersama untuk kepentingan lingkungan
dan masyarakat. NCFSE (2005) dalam Santoso (2013) menyebutkan bahwa
kampanye dapat didefinisikan sebagai upaya terkoordinasi komunikasi yang
dilakukan melalui media massa, komunikasi interpersonal atau beberapa
kombinasi, dimana komunikasi tersebut dapat membuat perubahan perilaku secara
langsung berkaitan dengan efektivitas sebuah komunikasi. Komunikasi dipahami
sebagai proses pengiriman, penerimaan dan pemahaman gagasan atau perasaan
dalam bentuk pesan verbal atau nonverbal secara sengaja atau tidak sengaja dengan
tujuan mencapai kesamaan makna. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur,
yaitu 1) komunikator yang menyatakan gagasan atau perasaan, 2) gagasan atau
perasaan yang diubah menjadi pesan, 3) pesan yang disampaikan, 4) komunikan
yang menerima pesan, dan 5) reaksi dan umpan balik yang disampaikan oleh
komunikan kepada komunikator. Sedangkan untuk menanamkan budaya atau gaya
hidup hijau, komunitas hijau dapat melakukannya melalui proses sosialisasi.
Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Selain
itu sosialisasi merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan dan pewarisan
kebudayaan serta tingkah laku dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
Proses sosialisasi ini dialami individu sejak lahir hingga meninggal dunia dan dalam
proses tersebut si individu belajar mengenali nilai, sikap, keahlian dan berbagai
peranan yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dari keluarga maupun lingkungannya (Adiwijaya dkk
dikutip dalam Margaretha 2008).
Penerapan community-based social marketing memiliki arti bahwa dalam
mencapai perubahan perilaku, komunitas hijau tidak dapat bergantung hanya pada
pemberian edukasi atau informasi saja melainkan harus memahami apa yang
menjadi kendala dan insentif yang dapat mempengaruhi apa yang masyarakat
lakukan. Untuk dapat mengetahui hal tersebut, diperlukan pendekatan dengan
melakukan kemitraan dengan masyarakat yang mampu melakukan pendekatan
langsung kepada masyarakat. Kemitraan didefinisikan sebagai sebuah hubungan
dimana dua atau lebih kelompok, yang memiliki tujuan bersama, setuju untuk
bekerjasama untuk alasan khusus dan/atau untuk periode waktu tertentu.
Pendekatan ini dilakukan melalui interaksi personal dalam sebuah kelompok kecil
atau satu persatu agar komunitas hijau mengerti apa yang menjadi kendala
masyarakat, menghindari kesalah pahan dalam penyampaian pesan, mengetahui hal
apa yang mampu menggerakan masyarakat untuk bergaya hidup hijau, dan dapat
merekomendasi serta membantu masyarakat menghadapi hambatan yang terjadi.
Penerapan community transformation memiliki arti bahwa komunitas hijau
dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang tujuannya adalah untuk memudahkan
masyarakat dalam melakukan pola hidup hijau seperti pengadaan fasilitas
pendukunga, advokasi, pembuatan kebijakan, dan pelatihan. Green (1980) dalam
Linggasari (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mengubah
perilaku manusia adalah adanya faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor
pemungkin mencakup lingkungan fisik seperti tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana yang mampu mempermudah masyarakat dalam melakukan perilaku.
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat atau
para petugas. Termasuk juga disini undang-undang dan peraturan-peraturan.
Analisis Kesenjangan
Kesenjangan diartikan sebagai suatu “hal” yang berada diantara dan
memisahkan sesuatu. Analisis kesenjangan digunakan untuk menganalisis
kesenjangan antara kondisi ideal atau harapan dengan kondisi aktual sehingga dapat
dicari strategi yang tepat untuk mengisi kesenjangan tersebut. Dalam penelitian ini,
analisis kesenjangan dilakukan untuk mencari cara mengisi kesenjangan antara
kondisi aktual dan kondisi ideal aktivitas komunitas hijau dengan membandingkan
kondisi aktual dengan kondisi ideal aktivitas yang dapat dilakukan komunitas hijau.
Cara untuk mengisi kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan membuat strategi
sehingga kondisi aktivitas komunitas hijau dapat ditingkatkan. Menurut
Parasuraman, Zeithamet, dan Barry (1985), analisis kesenjangan dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja dalam suatu jasa.
Taman
Laurie (1994) dalam Hariyono (2011) mengatakan bahwa secara etimologi,
taman (garden, Inggris) berasal dari bahasa Ibrani gan yang berarti melindungi atau
mempertahankan: menyatakan secara tak langsung hal pemagaran atau lahan
berpagar atau lahan dengan batas-batas tertentu; dan oden atau eden yang berarti
kesenangan atau kegembiraan. Jadi, dalam bahasa Inggris perkataan garden
memiliki hubungan dari kedua kata-kata tersebut yang berarti sebidang lahan yang
memiliki batas tertentu yang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan.
Menurut Mulyani (2000) dalam Hariyono (2011), ruang publik antara lain meliputi
taman yang dapat dimanfaatkan oleh publik. Menurut Tibbalds (2001) dalam
Hariyono (2011), bidang publik dalam ruang perkotaan adalah semua bagian
jaringan perkotaan yang dapat diakses secara fisik dan visual oleh masyarakat
umum, termasuk jalan, taman, dan lapangan/alun-alun. Dari pengertian diatas dapat
dikatakan bahwa taman merupakan ruang publik yang memiliki batasan tertentu
yang digunakan untuk kesenangan dan dapat diakses oleh publik.
Taman kota merupakan ruang terbuka hijau yang berada di kawasan
perkotaan, terletak dilokasi strategis yang dapat dikunjungi dan digunakan secara
bebas, aman, dan nyaman oleh warga untuk berekreasi, berolahraga, berinteraksi
sosial maupun kegiatan warga di ruang luar lainnya. Taman kota mutlak dibutuhkan
bagi warga kota untuk rekreasi aktif dan pasif, agar terjadinya keseimbangan mental
(psikologis) dan fisik manusia, sebagai habitat burung dan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem (DPU 2012). Menurut Peraturan MPU (2008), taman kota
adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
rekreatif, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota sedangkat taman lingkungan
adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan.
Rustam Hakim (2003) dalam Hariyono (2011) mengatakan bahwa fungsi
sosial taman kota sebagai ruang terbuka, meliputi tempat bermain dan olahraga,
tempat bermain dan sarana olahraga, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan
dan menunggu, tempat untuk mendapat udara segar, sarana penghubung atara satu
tempat dengan tempat yang lain, pembatas diantara massa bangunan, sarana
penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk
kesadaran lingkungan, dan sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan,
keserasian, dan keindahan lingkungan.
Sebagai ruang beraktifitas dan berinteraksi antar manusia, taman kota
merupakan alternatif ruang yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas hijau dalam
menjalankan kegiatannya. Komunitas hijau dapat menjadikan taman kota sebagai
tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan hijau dan juga dapat menjadi tempat
untuk mensosialisasikan kegiatannya kepada masyarakat. Taman kota juga dapat
dijadikan sebagai lokasi berkumpul dan berdiskusi sesama anggota komunitas atau
dengan komunitas lain. Komunitas hijau sebagai masyarakat yang peduli terhadap
lingkungan seharusnya dapat memanfaatkan taman-taman kota sebagai lokasi
kegiatan mereka. Namun dalam hal tersebut, aktivitas komunitas hijau di taman
harus sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan di taman tersebut dan sesuai
dengan fungsi taman kota semestinya.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia
(Gambar 2). Kota Bogor berada pada koordinat 106˚48’ BT dan 6˚36’ LS dengan
luas 11 850 ha dan terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Waktu pelaksanaan
penelitian berlangsung selama dua belas bulan, yaitu dari bulan Desember 2014
hingga Desember 2015. Jadwal penelitian meliputi kegiatan persiapan dan
pengenalan tapak, inventarisasi, identifikasi dan analisis, penyusunan laporan, dan
perbaikan laporan akhir.
Gambar 1 Lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat keras (hardware)
maupun perangkat lunak (software). Bahan yang digunakan berupa data primer,
yaitu data yang didapatkan secara langsung di lapang, dan data sekunder, yaitu data
pendukung lain yang sesuai dan valid. (Tabel 1).
Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian
Alat dan bahan Fungsi
Alat
Kamera digital Melakukan survei pengambilan gambar
Laptop Mengolah data
Bahan
Bahan pustaka Studi literatur
Software pendukung
Microsoft Office Word Membuat laporan
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan inventarisasi mengenai jumlah
komunitas hijau di Kota Bogor, latar belakang terbentuknya komunitas hijau,
struktur organisasi, jumlah anggota aktif, dan aktivitas yang mereka lakukan untuk
mengkampanyekan perilaku hijau. Setelah data inventarisasi didapat, dilakukan
analisis kuantitatif menggunakan analisis kesenjangan. Teknik pengambilan data
menggunakan teknik survei lapang, wawancara, dan studi literatur. Survei lapang
dilakukan untuk melihat langsung kondisi aktual dan mengambil foto kegiatan-
kegiatan komunitas hijau. Tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini
diawali dengan melakukan tahapan persiapan, tahap inventarisasi, dan tahap
analisis.
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan pembuatan perizinan yang nantinya akan
ditujukan kepada narasumber sebelum melakukan wawancara serta merancang
daftar pertanyaan kepada narasumber sebelum melakukan wawancara. Pada tahap
ini pula dilakukan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan
penelitian ini.
Tahap Inventarisasi
Pada tahap inventarisasi dilakukan pengumpulan data yang dibutuhan baik
data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung
dengan teknik survei lapang dan wawancara. Data sekunder adalah data yang
didapat dari sumber-sumber literatur yang membantu peneliti, dimana data tersebut
diperoleh dengan melakukan studi pustaka dari skripsi, tesis, disertasi, laporan
penelitian, artikel, maupun jurnal (Tabel 2).
Tabel 2 Hal, data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan
Hal Data Bentuk data Sumber data Cara
pengambilan
Kondisi
umum Kota
Bogor
1) Letak, luas,
dan populasi
1) Sekunder 1) Bappeda
Kota Bogor
1) Studi pustaka
Komunitas
hijau
1) Komunitas
hijau di Kota
Bogor
2) Latar
belakang
terbentuknya
komunitas
lokasi
sekretariat,
struktur
organisasi,
jumlah
anggota
1) Primer
dan
sekunder
2) Primer
1) Tim
Swakelola
P2KH,
DKP, PU,
BPLH,
Komunitas
Hijau,
Forum
Komunita
Hijau, dan
komunitas
2) Komunitas
Hijau
1) Wawancara
dan studi
pustaka
2) Wawancara
aktif, dan
aktivitas
Penggunaan
Taman
1) Jumlah,
lokasi
2) Lokasi taman
dan
penggunaan
taman
1) Sekunder
2) Primer
1) DKP Kota
Bogor
2) Komunitas
Hijau
1) Studi
Pustaka
2) Wawancara
Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data atau informasi dengan
cara bertanya langsung kepada responden. Pada penelitian ini, metode wawancara
digunakan untuk mencari data mengenai komunitas hijau dan penggunaan taman
oleh komunitas hijau. Pihak-pihak yang menjadi responden adalah pihak yang
memiliki keterkaitan dengan komunitas hijau seperti, tim swakelola P2KH Kota
Bogor, FKH, BPLH, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan komunitas yang
berada di Kota Bogor. Setelah mendapatkan data mengenai komunitas tersebut,
dilakukan identifikasi komunitas mana yang termasuk kedalam komunitas hijau
melalui kriteria komunitas hijau. Pemilihan narasumber dilakukan menggunakan
teknik bola salju. Teknik bola salju adalah teknik memilih narasumber berdasarkan
rekomendasi dari narasumber sebelumnya.
Data yang telah diambil melalui hasil wawancara kemudian divalidasi
menggunakan teknik trianggulasi. Prinsip teknik trianggulasi adalah narasumber
dicari dan dikumpulkan atau dicari dari sumber-sumber yang berbeda agar tidak
bias sebuah kelompok. Dengan kata lain, trianggulasi berarti adanya narasumber-
narasumber yang berbeda atau adanya sumber data yang berbeda mengenai sesuatu.
Trianggulasi dilakukan untuk memperkuat data, untuk membuat penelitian yakin
terhadap kebenaran dan kelengkapan data.
Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder. Pengumpulan
data sekunder ini didapat dari skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel,
maupun jurnal yang terkait dengan komunitas hijau. Dilakukan pula
pemilihan/penyaringan data sesuai dengan batasan kajian, yakni mengenai
Komunitas Hijau di Kota Bogor.
Komunitas Hijau
Komunitas hijau memiliki lima karakteristik, yaitu memiliki aktivitas dalam
menjaga lingkungan, aktivitasnya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
terhadap lingkungan, aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal, dibagun atas
kemitraan, dan dilakukan secara swadaya. Untuk mencari komuntias hijau yang
aktif melakukan kegiatan di Kota Bogor, data komunias yang didapat dari hasil
wawancara dan studi literatur diidentifikasi dengan mengacu pada karakteristik
komunitas hijau tersebut. Komunitas yang memenuhi kelima karakteristik
komunitas hijau tersebut diidentifikasi sebagai komunitas hijau.
Tahap Analisis
Setelah data didapat maka data dianalisis menggunakan metode analisis
kesenjangan. Analisis kesenjangan digunakan untuk menganalisis kesenjangan
antara kondisi ideal atau harapan dengan kondisi aktual sehingga dapat dicari
strategi yang tepat untuk mengisi kesenjangan tersebut. Analisis kesenjangan
digunakan untuk mencari kesenjangan antara penerapan aktivitas komunitas hijau
yang ideal dengan aktual. Aktivitas komunitas hijau yang ideal didapat dengan
melakukan studi pustaka sedangkan aktivitas komunitas hijau yang aktual didapat
dari hasil wawancara kepada beberapa narasumber dari komunitas hijau yang
terdapat di Kota Bogor. Aktivitas komunitas hijau yang ideal kemudian dibuat
batasan-batasan kemudian diberikan nilai 1,2,3,4, atau 5 pada setiap batasan
tersebut (Tabel 3).
Tabel 3 Batasan nilai penerapan aktivitas komunitas hijau
Penerapan Batasan Kondisu Ideal Nilai
Changing
behavior
1. Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota, melakukan
kampanye lingkungan, melakukan kegiatan dalam
menjaga lingkungan bersama masyarakat, dan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat
2. Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota dan
melakukan kampanye lingkungan serta melakukan
kegiatan dalam menjaga lingkungan bersama
masyarakat atau melakukan sosialisasi kepada
masyarakat
3. Aktivitas hijau dilakukan oleh anggota dan
melakukan kampanye lingkungan
4. Aktivitas hijau dilakukan hanya pada anggota saja
5. Tidak melakukan
5
4
3
2
1
Community-
based social
marketing
1. Melakukan ajakan secara langsung/tatap muka dan
melalui media massa serta sudah bermitra dengan
pihak yang dekat dengan masyarakat sehingga
mampu malakukan pendekatan kepada masyarakat
2. Melakukan ajakan langsung/tatap muka dan
melalui media massa serta mencari mitra dengan
pihak yang dekat dengan masyarakat
3. Melakukan ajakan secara langsung/tatap muka dan
melalui media massa
4. Melakukan ajakan malalui media massa
5. Tidak melakukan
5
4
3
2
1
Community
transformation
1. Menyediakan sarana prasarana, membantu
menyusun kebijakan, serta ikut dalam
pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat
membantu masyarakat melakukan gaya hidup
5
hijau, dan melakukan evaluasi atau pengawasan
terhadap semuanya
2. Menyediakan sarana prasarana, membantu
menyusun kebijakan, serta ikut dalam
pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat
membantu masyarakat melakukan gaya hidup hijau
3. Menyediakan sarana prasarana dan membantu
menyusun kebijakan yang membantu masyarakat
bergaya hidup hijau
4. Menyediakan sarana prasarana atau membantu
menyusun kebijakan yang membantu masyarakat
bergaya hidup hijau
5. Tidak melakukan
4
3
2
1
Sumber: GCC (2008) dimodifikasi sesuai tujuan
Identifikasi aktivitas dari setiap komunitas hijau yang didapat dari hasil
wawancara kemudian diberi nilai sesuai dengan batasan setiap penerapan. Setelah
dilakukan penilaian terhadap setiap penerapan aktivitas komunitas hijau yang
aktual, selanjutnya nilai dijumlah kemudian diklasifikasi sesuai dengan interval
yang telah dibuat.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3
Dimana: X1 = nilai penerapan perubahan perilaku
X2 = nilai penerapan pemasaran berbasis masyarakat
X3 = nilai penerapan perubahan masyarakat
Xt = nilai penerapan total
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
Jumlah kelas yang digunakan berjumlah lima sehingga didapat interval
sangat kurang (3-5), kurang (6-8), cukup (9-11), sesuai (12-14), sangat sesuai (15-
17). Nilai penerapan kegiatan komunitas hijau yang aktual dikelasifikasikan, maka
akan dikatahui bagaimana kondisi aktual penerapan aktivitas setiap komunitas hijau
di Kota Bogor. Setelah diketahui kesenjangan antara kondisi aktual dan kondisi
ideal, akan disusun strategi untuk meningkatkan peran komunitas hijau untuk
mencapai tujuan dari setiap komunitas hijau yaitu untuk mengkampanyekan
gerakan hijau kepada masyarakat agar tercipta masyarakat yang peka terhadap
lingkungan serta berperan aktif sehingga penerapan prinsip Kota Hijau di Kota
Bogor dapat berjalan dengan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kota Bogor
Kota Bogor secara geografis terletak di antara 106o 48’ BT dan 6o 26’ LS.
Wilayah administratif Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan dengan
luas wilayah sebesar 11 850 ha dan memiliki total penduduk pada tahun 2013
sebanyak 1 013 019 orang yang terdiri atas 514 797 orang laki-laki dan 498 222
orang perempuan (BAPPEDA 2013). Secara administratif Kota Bogor dikelilingi
oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec.
Sukaraja Kabupaten Bogor.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten
Bogor.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten
Bogor.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten
Bogor.
Berikut ini adalah tabel luas wilayah Kota Bogor menurut kecamatan pada
tahun 2013 (Tabel 4).
Tabel 1 Luas wilayah menurut kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan Luas (ha)
1
2
3
4
5
6
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sareal
3 081
1 015
1 772
813
3 285
1 884
Jumlah 11850
Sumber: BAPPEDA (2013)
Taman Kota Bogor
RTH sebagai fasilitas sosial dan umum adalah taman baik taman kota
maupun taman lingkungan. Taman kota umumnya dikelola oleh pemerintah Kota
Bogor, melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang sub bidang Pertamanan. Taman
tersebut berupa taman sudut, taman kota, dan taman lingkungan. Walaupun
demikian sebagian taman lingkungan terutama yang berada di komplek perumahan
pemeliharaannya tidak semua di bawah dinas namun masih di bawah pengelolaan
pengembang/masyarakat sekitar taman tersebut. Keberadaan taman ini menjadi
salah satu komponen RTH yang potensial dikembangkan di Kota Bogor
sebagaimana diamanatkan oleh UU Penataan Ruang (Tabel 5).
Tabel 2 Daftar taman Kota Bogor
No Nama RTH Kecamatan Kelurahan Luas (m2)
1 Taman Sudut Di Jl. Bina
Marga
Kec. Bogor Timur Kel. Baranangsiang 420.420
2 Taman Lereng Jl. Riau Kec. Bogor Timur Kel. Baranangsiang 1 306.800
3 Taman Jl. Riau Kec. Bogor Timur Kel. Baranangsiang 1 472.400
4 Taman Segitiga Sukasari Iii Kec. Bogor Timur Kel. Sukasari 164.650
5 Taman Malabar Kec. Bogor Tengah Kel. Tegalega 5 517.850
6 Taman Sudut Ciawi Kec. Bogor Selatan Kel. Harjasari 53.630
7 Taman Sudut Kota Cibalek
Pertigaan Jl. Lawang Gintung
Kec. Bogor Selatan Kel. Batu Tulis 88.200
8 Taman Lereng Mbah Dalem
Cipaku
Kec. Bogor Selatan Kel. Lawang
Gintung
823.980
9 Taman Sudut Jl. Mawar Kec. Bogor Barat Kel. Menteng 124.000
10 Taman Sudut Kota Pertigaan
Yasmin
Kec. Bogor Barat Kel. Curug 52.960
11 Taman Sudut Pangrango
(Kanan)
Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 1 879.540
12 Taman Sudut Pangrango (Kiri) Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 1 820.260
13 Taman Lereng CPM Jl. Jalak
Harupat S/D Jembatan
Ciliwung
Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 2 833.960
14 Taman Lereng Istana Jl. Jalak
Harupat Sebelah Kanan
Kec. Bogor Tengah Kel. Paledang 1 489.940
15 Taman Sudut Kota Belakang
RRI
Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 900.360
Sumber : BAPPEDA (2013)
Tabel 5 Daftar taman Kota Bogor (lanjutan)
No Nama RTH Kecamatan Kelurahan Luas (m2)
16 Taman Sudut Kota Kanan
Pangrango
Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 41.080
17 Taman Sudut Kota Kiri
Pangrango
Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 159.120
18 Taman Sudut Kota Jl. Salak Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 97.960
19 Taman Kencana Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 4 795.560
20 Taman Sudut Kota Lapangan
Sempur
Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 1 307.000
21 Taman Lereng Lapangan
Sempur
Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 1 098.130
22 Taman Depan Balitbang
Perikanan
Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 127.000
23 Taman Sudut Depan Bakorwil
Jl. Ir. H. Juanda
Kec. Bogor Tengah Kel. Pabaton 14.960
24 Taman Depan Istana Jl. Ir. H.
Juanda
Kec. Bogor Tengah Kel. Paledang 70.560
25 Taman Blumbak Depan Taman
Topi Jl. Kapt. Muslihat
Kec. Bogor Tengah Kel. Pabaton 77.280
26 Taman Sudut Kota Katedral
Belakang Pos Polisi Kapt.
Muslihat
Kec. Bogor Tengah Kel. Paledang 465.140
27 Taman Bantaran Kali Ciliwung
Jembatan Gantung Sempur
Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 4 512.000
28 Taman Angin-Angin Jl.
Sudirman
Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 1 699.440
29 Taman Depan Hotel Mirah Jl.
Pangrango
Kec. Bogor Tengah Kel. Babakan 1 655.260
30 Taman Lereng Ciremai Dari
SMP 3 S/D Tanjakan Sempur
Kec. Bogor Tengah Kel. Sempur 9 681.000
31 Taman Sudut Kota Warung
Jambu
Kec. Bogor Utara Kel. Bantarjati 142.780
32 Taman Kota Sudut Cibuluh Kec. Bogor Utara Kel. Cibuluh 719.960
33 Taman Sudut Kota Jembatan
Situ Duit Jl. Jend. A. Yani
Kec. Tanah Sareal Kel. Tanah Sareal 88.910
34 Taman Sudut Kota Belakang
Air Mancur
Kec. Tanah Sareal Kel. Tanah Sareal 186.180
35 Taman Air Mancur Jl. Jend.
Sudirman
Kec. Tanah Sareal Kel. Tanah Sareal 3 036.750
Sumber : BAPPEDA (2013)
Komunitas Hijau
Komunitas hijau adalah sebutan bagi kumpulan individu, komunitas atau
kelompok-kelompok warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial
budaya. Keberadaan komunitas hijau sangatlah penting karena dapat menjadi lini
terdepan dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai kota hijau. Kesadaran publik
mengenai kota hijau dapat ditingkatkan dengan adanya aksi-aksi nyata serta
sosialisasi yang dilakukan oleh komunitas hijau, sehingga nantinya diharapkan
akan terbentuk masyarakat yang pamah dan peka terhadap lingkungan.
Komunitas hijau yang ada di Kota Bogor diidentifikasi dari data komunitas
yang pernah melakukan kegiatan dibidang lingkungan di Kota Bogor yang
didapatkan selama tahap inventarisasi. Komunitas hijau memiliki karakteristik,
yaitu memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan, aktivitasnya bertujuan untuk
mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan, aktivitasnya dilakukan untuk
masyarakat lokal, dibagun atas kemitraan, dan dilakukan secara swadaya.
Komunitas yang memiliki kelima karakteristik komunitas hijau diidentifikasi
sebagai komunitas hijau. Dari hasil inventarisasi, didapat data komunitas beserta
karakteristiknya seperti tertera pada tabel 6.
Tabel 3 Identifikasi komunitas hijau
Komunitas Karakteristik
Keterangan A B C D E
Bike To Work Bogor Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau
Bogor Berkebun Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau
Burung Indonesia Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Earth Hour Bogor Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau
Forum Komunitas
Kehutanan Masyarakat
Sesuai Tidak Tidak Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Grak Bogor Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Indorunners Bogor Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Kampoeng Bogor Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Koalisi Pejalan Kaki
Bogor
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau
Komunitas Kampung
Halaman
Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Komunitas Peduli
Ciliwung
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Komunitas hijau
Konsorsium Peduli
Bogor
Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Persatuan Mahasiswa
Kota Bogor
Tidak Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Waste Bank For
Education
Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Bukan komunitas
hijau
Keterangan:
A = Memiliki aktivitas dalam menjaga lingkungan
B = Aktivitas bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap lingkungan
C = Aktivitasnya dilakukan untuk masyarakat lokal
D = Dibagun atas kemitraan
E = Dilakukan secara swadaya
Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan lima komunitas yang memenuhi
karakteristik komunitas hijau. Kelima komunitas hijau tersebut adalah Bike To
Work Bogor, Bogor Berkebun, Earth Hour Bogor, Koalisi Pejalan Kaki Bogor, dan
Komunitas Peduli Ciliwung. Setiap komunitas hijau memiliki kampanye, struktur
organisasi, dan jumlah anggota yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tersebut
membuat aktivitas yang dilakukan setiap komunitas hijau berbeda-beda, baik
dilakukan secara rutin maupun non-rutin, menyesuaikan dengan kampanyenya.
Bike To Work Bogor
Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat pembangunan suatu kota
adalah pada masalah transportasi. Dampak negatif yang terjadi pada masalah
transportasi seperti penurunan efektifitas waktu berkendara, penurunan kualitas
lanskap secara visual, dan penurunan kualitas lingkungan akibat emisi yang
dikeluarkan. Salah satu masalah transportasi yang terdapat di Indonesia, terjadi di
Ibukota, Jakarta. Menyadari kondisi transportasi Ibukota yang selalu macet,
munculah pemikiran untuk menjadikan pekerja bersepeda menjadi sebuah tren di
tengah masyarakat. Tren pekerja bersepeda sendiri sebenarnya sudah umum di
negara maju. Untuk di Indonesia, terdapat komunitas yang mengkampanyekan
gerakan pekerja bersepeda yang diberi nama Bike To Work Indonesia. Komunitas
ini terbentuk oleh kumpulan pekerja yang memiliki hobi sama, yakni bermain
sepeda. Komunitas Bike To Work memiliki tujuan untuk mengurangi serta
meningkatkan kesadaran publik terhadap kemacetan dan emisi kendaraan bermotor
melalui cara yang sederhana sekaligus melakukan hobinya, yaitu bersepeda menuju
tempat bekerja. Komunitas ini pertama kali berdiri di Jakarta pada tanggal 27
Agustus 2005 dan samapai saat ini sudah ada sebanyak 170 komunitas Bike To
Work yang tersebar di seluruh Indonesia.
Profil Bike To Work Bogor
Komunitas Bike To Work Bogor terbentuk pada tanggal 20 Januari 2006 dan
digagas oleh Ramadhani Achdiawan. Saat ini, komunitas Bike To Work Bogor yang
masih aktif mencapai kurang lebih 60 orang. Lokasi sekretariatnya saat ini berada
di kediaman salah satu penggiatnya, yaitu di kediaman Bapak Ramadhani, di Jalan
Tambakan Nomor 3A, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Komuntias Bike To Work Bogor memiliki struktur organisasi sebagaimana tertera
pada gambar 3.
Gambar 1 Struktur organisasi Bike To Work Bogor
Aktivitas
Dalam rangka mengajak masyarakat untuk mengurangi kendaraan pribadi
dan menggunakan transportasi alternaitif lain seperti sepeda, Bike To Work Bogor
memiliki kegiatan, seperti; 1) Menyelengarakan acara Bike To Work Day yaitu,
kegiatan bersepeda yang salah satunya pernah dilakukan dari Balaikota hingga
Danau Situ Gede dan rutin dilakukan 1 kali dalam setahun pada bulan Agustus atau
September; 2) Mengajak masyarakat secara langsung dengan membagi-bagikan
selembaran yang berisi ajakan untuk menjadi pekerja bersepeda sambil membagi-
bagikan biketag. Kampanye ini dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor seperti
pernah dilakukan di Taman Kencana. Namun karena keterbatasan dana maka
frekuensi kegiatan ini menjadi tidak tentu; 3) Melakukan sosialisasi manfaat
bersepeda kepada pelajar yang dilakukan lebih dari 1 kali dalam setahun; 4)
Melakukan sosialisasi pada berbagai kesempatan misalnya pada saat membuat
acara sendiri, acara pemerintah atau komunitas lain; 5) Menjalin mitra dengan
sekolah dan pemerintah Kota Bogor untuk menggunakan sepeda ke sekolah atau
tempat kerja. Saat ini mitra yang sudah melakukannya barulah Sekolah Alam dan
mereka sudah mengkampanyekan gerakan Bike to School. Sedangkan untuk
pemerintah Kota Bogor, Bike To Work Bogor beserta Walikota telah merencanakan
bahwa pegawai pemerintah tidak boleh menggunakan kendaraan motor pribadi
pada hari yang telah ditetapkan; dan 6) Mengupayakan pengadaan parkir sepeda
bagi pihak yang menginginkannya. Pengadaan parkir sepeda ini pernah dilakukan
di salah satu pusat perbelanjaan dan sekolah-sekolah yang ingin memiliki parkir
sepeda (Gambar 4).
Gambar 2 Dokumentasi aktivitas Bike To Work Bogor
Koordinator
Sekretaris Bendahara
Hubungan masyarakat
Ketua
Anggota
Bogor Berkebun
Bogor Berkebun bermula dari komunitas Indonesia Berkebun yang pada
awalnya digagas oleh Ridwan Kamil, dibantu dengan Sigit Kusumawijaya, Achmad
Marendes, Safiq Pontoh serta co-inisiator lain. Terbentuk pada bulan Oktober 2010,
komunitas ini memiliki tujuan untuk membuat lahan kosong menjadi lebih
bermanfaat dengan menanam tumbuhan yang bisa dikonsumsi serta berguna untuk
lingkungan sekitar. Saat ini komunitas Indonesia Berkebun sudah ada di 30 kota
dan 8 kampus.
Profil Bogor Berkebun
Komunitas Bogor Berkebun sendiri terbentuk pada tanggal 26 Maret 2011,
dimana pada saat itu dilakukan aksi menanam padi, singkong, kangkung, dan
bayam di Cijeruk, Bogor. Komunitas Bogor Berkebun memiliki anggota aktif
sebanyak kurang lebih 10 orang. Komunitas Bogor Berkebun saat ini tidak
memiliki lokasi sekretariat, namun masih memiliki kebun komunitas yang berlokasi
di Dramaga Hijau. Komunitas Bogor Berkebun sendiri memiliki struktur organisasi
seperti yang tertera pada gambar 5.
Aktivitas
Aktivitas Bogor Berkebun dalam melakukan perubahan lingkungan, yaitu;
1) Melakukan penanaman bersama masyarakat sambil memberikan edukasi
mengenai cara berkebun kepada peserta. Kegiatan ini sudah dilakukan untuk pelajar
di sekolah-sekolah, PKK, serta warga perumahan. Namun kegiatan ini belum
dilakukan atas inisiatif Bogor Berkebun sehingga frekuensi kegiatan dan lokasinya
sendiri tidak tentu. Dalam setahun, Bogor Berkebun dapat membantu masyarakat
melakukan penanaman sebanyak kurang lebih 7 kali dengan tempat yang berbeda-
beda tergantung permintaan dari pihak-pihak yang membutuhkan jasa Bogor
Berkebun; 2) Melakukan penanaman di kebun komunitas di Dramaga Hijau yang
dilakukan 1 kali dalam sebulan; dan 3) Kampanye urban farming melalui beberapa
media massa seperti siaran radio, televisi, blog dan melalui media sosial. Frekuensi
aktivitas kampanye tersebut tidak tentu (Gambar 6).
Gambar 3 Struktur organisasi Bogor Berkebun
Ketua
Sekretaris Bendahara
Edukasi Bisnis Media Sosial
Ketua Ketua
Ketua
Anggota Anggota
Anggota
Gambar 4 Dokumentasi aktivitas Bogor Berkebun
Sumber: Bogor Berkebun
Earth Hour Bogor
Earth Hour merupakan sebuah komunitas yang dibentuk oleh WWF dan
berada dibawah naungan PBB. Bergerak dalam menanggulangi isu pemanasan
global, komunitas ini pertama kali dibentuk di Sidney, Australia, pada tahun 2007.
Dengan semakin bertambahnya kesadaran masyarakat akan isu pemanasan global
dan krisis energi, hingga saat ini komunitas Earth Hour sudah ada di 147 negara.
Pada tahun 2009, Earth Hour Indonesia resmi terbentuk dan hingga saat ini 30 kota
di Indonesia sudah ikut berpartisipasi dengan membentuk komunitas Earth Hour
sendiri di kotanya. Masyarakat Kota Bogor yang mulai ingin ikut berpartisipasi
dalam mengkampanyekan isu pemanasan global, kemudian membentuk komunitas
Earth Hour Bogor pada tahun 2011.
Profil Komunitas Earth Hour Bogor
Adanya komuntias Earth Hour Bogor merukan suatu bukti bahwa
masyarakat Kota Bogor mulai sadar bahwa telah terjadi penurunan kualitas
lingkungan secara global dan ingin turut berpartisipasi untuk mengatasi masalah
tersebut. Earth Hour Bogor memiliki visi untuk mencegah terjadinya perubahan
iklim dan memiliki misi dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat melakukan
gaya hidup hijau dengan menggunakan transportasi umum, hemat energi, hemat
kertas, dan melakukan daur ulang sampah. Digagas oleh Danil, komunitas Earth
Hour Bogor terbentuk pada bulan November 2011. Jumlah anggota komunitas yang
aktif saat ini mencapai kurang lebih 40 orang dan memiliki sekretariat di rumah
koordinatornya saat ini yang berlokasi di Gang Menteng di Belakang Hotel Semeru.
Komunitas Earth Hour Bogor sendiri memiliki struktur organisasi seperti pada
gambar 7 .
Koordinator
Secretary Treasurer
Event Organizer Public Relation Digital
Communication
Human Resource
Development
Gambar 5 Struktur organisasi Earth Hour Bogor
Aktifitas
Earth Hour Bogor memiliki visi dan misi dalam menghemat energi untuk
mengurangi perubahan lingkungan dengan mengajak masyarakat merubah gaya
hidupnya menjadi gaya hidup hijau. Untuk menjalankan visi dan misinya tersebut,
Earth Hour Bogor membuat program kerja selama setahun. Aktivitas Earth Hour
Bogor untuk melakukan perubahan lingkungan, yaitu; 1) Aksi Switch Off yaitu
melakukan pemadaman listrik pada jam 20.30-21.30 yang dilakukan setiap setahun
sekali setiap tanggal 3 Maret dan dilakukan di Balaikota. Seremonial ini bertujuan
untuk mengajak masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga
dan lebih menghargai lingkungan dengan cara menghemat pemakaian energi. Tidak
hanya itu, dengan bersama-sama mematikan lampu selama 1 jam, maka
penggunaan listrik dalam suatu wilayah akan berkurang dan hal ini memberikan
dampak pada penurunan emisi CO2; 2) Aksi Go Go Goes yang pernah dilakukan
dua tahun yang lalu dan tahun ini, dimana kegiatannya adalah bersepeda bersama
komunitas sepeda di Kota Bogor dan pemerintah dalam memperingati hari bebas
kendaraan yang dilakukan tanggal 27 September. Aksi ini bertujuan untuk
mengkampanyekan penggunaan alternatif transportasi lain yaitu sepeda; 3) Aksi
Beli yang baik, yaitu kegiatan yang bekerjasama dengan Indonesia Diet Kantong
Plastik untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik dengan
melakukan pelarangan penggunaan plastik saat berbelanja dimana kegiatannya
dilakukan di pusat perbelanjaan; 4) Earth Hour Goes to School, yaitu melakukan
sosialisasi kepada siswa mengenai perubahan lingkungan yang dilakukan di sekolah
dan dilakukan 1 kali dalam sebulan. Pada sosialisasi ini dibentuk juga duta untuk
mengelola sampah di sekolah tersebut; 5) Earth Hour Goes to Media, yaitu
melakukan sosialisasi melalui siaran radio yang dilakukan 1 kali dalam sebulan;
dan 6) Melakukan kampanye lingkungan yang dilakukan di beberapa tempat di
Kota Bogor seperti pada acara Car Free Day. Kampanye ini rutin dilakukan 1 kail
dalam sebulan (Gambar 8).
Gambar 6 Dokumentasi aktivitas Earth Hour Bogor Sumber: Earth Hour Bogor
Ketua Ketua Ketua Ketua
Sekretaris Bendahara Sekretaris Bendahara Sekretaris Bendahara Sekretaris Bendahara
Anggota Anggota Anggota Anggota
Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
dan memilih untuk berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum,
maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang aktivitas tersebut. Koalisi
Pejalan Kaki Bogor bermula ketika Kota Bogor mendapatkan bantuan untuk
pembangunan pejalan kaki yaitu pada proyek Jalan Nyi Raja Paremas. Proyek ini,
di konsultani oleh GIZ SUTIP dimana pengembangannya ingin melibatkan
masyarakat untuk memelihara fasilitas pejalan kaki.
Profil Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Koalisi Pejalan Kaki Bogor terbentuk pada tanggal 12 Desember 2012. Pada
saat ini, Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki anggota aktif sebanyak kurang lebih
15 orang. Lokasi sekretariatnya sendiri saat ini berada di Gedung BAPPEDA Lantai
2 ruang GIZ. Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki struktur organisasi seperti
terterapada gambar 9.
Aktifitas
Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki aktivitas yang sudah terjadwal baik
aktivitas rutin maupun non-rutin. Aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor dalam
melakukan perubahan lingkungan, yaitu: 1) Mapping atau menelusuri jalan-jalan di
Kota Bogor untuk melihat kondisinya lalu memberikan hasilnya kepada pemerintah
untuk ditindaklanjuti. Kegiatan ini dilakukan 1 kali dalam sebulan; 2) Melakukan
advokasi untuk menciptakan pedestrian yang aman dan nyaman kepada pemeritah;
dan 3) Melakukan pendampingan pada proyek pedestrian Kota Bogor mulai dari
tahap perencanaan hingga evaluasi; 4) Public hearing, yaitu melakukan sosialisasi
mengenai jalur pedestrian dan pesepeda yang dilakukan pada acara minggon
kecamatan dan dilakukan 1 kali dalam sebulan; 5) Memberikan sosialisasi kepada
siswa di sekolah yang dilakukan 1 kali dalam sebulan; 6) Melakukan kampanye
untuk mengajak masyarakat menggunakan pedestrian yaitu dengan melakukan aksi
jalan di pedestiran. Kampanye dilakukan di beberapa tempat di Kota Bogor dan
dilakukan satu kali dalam sebulan, biasanya kampanye dilakukan bertepatan dalam
memperingati acara tertentu untuk menarik massa. Kampanye biasanya dilakukan
1 kali dalam sebulan; dan 7) Melakukan kampanye melalui media sosial (Gambar
10).
Dewa Penasehat Ketua
Wakil ketua
Sekretaris 1 Bendahara 1
Sekretaris 2 Bendahara 2
Public Relation Sosial dan Edukasi Litbang
Sponsorship dan
dana usaha
Gambar 7 Struktur organisasi Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Gambar 8 Dokumentasi aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor Sumber: Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Komunitas Peduli Ciliwung
Sungai merupaka suatu kekayaan alam yang mampu memberikan jasa
lingkungan untuk manusia. Namun kesadaran akan menjaga kebersihan sungai
masih belum tercermin dengan baik pada perilaku manusia salah satunya adalah
pencemaran limbah yang terjadi pada Sungai Ciliwung. Berawal dari keprihatinan
melihat kondisi sungai Ciliwung yang kotor, keruh, dan penuh limbah, maka
beberapa orang yang peduli akan kebersihan Sungai Ciliwung menyatukan diri dan
membentuklan Komunitas Peduli Ciliwung.
Profil Komunitas Peduli Ciliwung
Komunitas Peduli Ciliwung terbentuk pada bulan Maret 2009 dan digagas
oleh Een Irawan Putra beserta kawan-kawan KPC lainnya. Saat ini, jumlah anggota
aktif KPC mencapai kurang lebih 10 orang. Komunitas Peduli Ciliwung sendiri
memiliki lokasi sekretariat di Sempur Kaler dan juga memiliki struktur organisasi
seperti yang tertera pada gambar 11.
Gambar 9 Struktur organisasi Komunitas Peduli Ciliwung
Aktifitas
Ketua Bidang Ketua Bidang Ketua Bidang
Wakil Ketua Bidang Wakil Ketua Bidang Wakil Ketua Bidang
Anggota Anggota Anggota
Koordinator
Bendahara
Anggota
Dalam melakukan perubahan lingkungan, Komunitas Peduli Ciliwung
memiliki acara rutin yaitu; 1) Melakukan bersih-bersih sungai dari sampah yang
rutin dilakukan setiap hari sabtu di bantaran sungai Ciliwung di Sempur, Sukasari,
atau Harupat. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja yang peduli terhadap
kebersihan Sungai Ciliwung; 2) Komunitas Peduli Ciliwung rutin membuat acara
lomba mulung sampah setiap satu tahun sekali. Acara ini dilakukan di 13 kelurahan
yang dilalui oleh Sungai Ciliwung; 3) Komunitas Peduli Ciliwung juga rutin
mengikuti diskusi dalam penyusunan kebijakan dengan frekuensi 1 kali dalam
sebulan; dan 4) Melakukan kampanye melalui media sosial. Kegiatan sosialisasi
pernah dilakukan oleh Komunitas Peduli Ciliwung pada awal pembentukan dengan
cara membuat diskusi juga bertemu dengan warga satu per satu (Gambar 12).
Gambar 10 Dokumentasi aktivitas Komunitas Peduli Ciliwung
Analisis Kesenjangan
Terdapat tiga penerapan aktivitas komunitas hijau yang ideal, yaitu;
changing behavior, community-based social marketing, dan community
transformation. Penerapan changing behavior memiliki arti bahwa komunitas hijau
berperan dalam memberikan program dan jasa untuk membentuk perubahan
perilaku. Penerapan community-based social marketing memiliki arti bahwa dalam
upaya mengubah perilaku masyarakat, komunitas hijau harus dapat mengetahui apa
kendala masyarakat dalam melakukan grakan hijau. Dalam melakukan pendakatan
tersebut, komunitas hijau dapat melakukannya dengan menjalin mitra, memberikan
informasi yang akurat kepada masyarakat dan melakukan pendekatan. Sedangkan
penerapan community transformation memiliki arti bahwa komunitas hijau harus
dapat membantu masyarakat dalam melakukan gerakan hijau agar masyarakat dapat
melakukan gerakan hijau dengan mudah, aman, dan nyaman.
Bike To Work Bogor
Bike To Work Bogor telah melakukan beberapa aktivitas dalam perubahan
lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan yaitu dengan
menggunakan sepeda sebagai alternatif transportasi. Dalam usahanya tersebut, Bike
To Work Bogor sudah melakukan aktivitas komunitas hijau dengan cukup.
Berdasarkan hasil analisis kesenjangan terhadap penerapan changing behavior, aksi
bersepeda ke tempat kerja sudah tertanam dan rutin dilakukan oleh beberapa
anggotanya. Bike To Work Bogor juga sudah mengajak pelajar dan pemerintah
untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dengan menjadwalkan hari
tanpa kendaraan berotor untuk pegawai pemerintah setiap seminggu sekali, dan
sudah memiliki acara rutin dalam melakukan sosialisasi dan kampanye kepada
masyarakat mengenai masalah transportasi dan dampaknya terhadap lingkungan
serta penggunaan kendaraan alternatif yang ramah lingkungan seperti membagi-
bagikan selembaran, berkampanye pada setiap kesempatan, dan memberikan
edukasi kepada siswa-siswa. Dalam penerapan community-based social marketing,
Bike To Work Bogor sudah mengajak dengan melakukan kampanye melalui media
massa seperti melalui media sosial dan selembaran sambil membagikan bike tag
dan sudah mengajak langsung kepada pelajar, polisis, serta pemerintah kota serta
mensosialisasikan gerakannya dalam beberapa kesempatan atau acara-acara di Kota
Bogor. Bike To Work Bogor juga sudah menjalin mitra dengan sekolah alam untuk
mengkampanyekan gerakan Bike to School untuk menarik minat siswa sekolah
menggunakan sepeda ke sekolah. Namun kemitraan tersebut belum disertai dengan
pendekatan untuk mengetahui alasan atau kendala pelajar menggunakan sepeda ke
sekolah sehingga belum dihasilkan perencanaan atau program yang dapat
mendukung pelajar menggunakan sepeda ke sekolah. Bike To Work juga pernah
menjalin mitra dengan mahasiswa untuk mengkampanyekan gerakan Bike to
Campus, namun pada saat ini gerakan tersebut sudah tidak aktif. Dalam penerapan
community transformation, Bike To Work Bogor tidak banyak beraktivitas dalam
mempermudah masyarakat dalam menggunakan sepeda ke tempat tujuan. Aktivitas
yang telah dilakukan baru pengadaan parkir sepeda. Pengadaan parkir sepeda ini
pun tidak dari inisiatif Bike To Work Bogor melainkan dari inisiatif pihak yang
menginginkan pengadaan parkir sepeda dan Bike To Work hanya bertindak sebagai
pencari sponsor untuk pengadaan tersebut. Bike To Work Bogor juga masih belum
melakukan aktivitas dalam penyusunan kebijakan atau melakukan advokasi yang
mampu mendorong masyarakat menggunakan transportasi bebas emisi seperti
penggunaan sepeda. Aktivitas seperti pembuatan fasilitas bersepeda juga tdak
dilakukan pada saat ini dan Bike To Work Bogor belum melakukan aktivitas dalam
mengevaluasi atau pengawasan terhadap fasilitas yang telah ada (Tabel 7).
Tabel 4 Penilaian Bike To Work Bogor
Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)
Changing behavior Kegiatan bersepeda ketempat kerja telah
dilakukan oleh anggota Bike To Work dan Bike
To Work sendiri telah melakukan sosialisasi
kepada masyarakat serta pelajar juga mengajak
pelajar dan pemerintah untuk menggunakan
sepeda ke sekolah atau tempat kerja
5
Community-based
social marketing
Melakukan ajakan melalui media massa seperti
media sosial dan media cetak berupa penyebaran
selembaran serta telah membentuk mitra dengan
sekolah alam untuk mengkampanyekan gerakan
Bike to School
4
Community
transformation
Memberikan sarana seperti membuat parkiran
sepeda
2
Total 11(b)
Penilaian Cukup(c) a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b[𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3]
c[𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠]
Bogor Berkebun
Dalam mengkampanyekan gerakan urban farming kepada masyarakat Kota
Bogor, aktivitas yang dilakukan Bogor Berkebun masih kurang. Hal ini
dikarenakan aktivitas Bogor Berkebun masih sangat pasif dan menunggu pihak
yang ingin belajar mengenai urban farming. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan
pada penerapan changing behavior, aktivitas berkebun sudah dilakukan oleh
anggotanya di rumah atau di kebun komunitas dan mengkampanyekan gerakannya
melalui media sosial dan juga radio. Bogor Berkebun juga sudah melakukan
penanaman dan pemberian edukasi kepada masyarakat di beberapa perumahan serta
sekolah-sekolah yang ada di Kota Bogor. Namun dari pihak Bogor Berkebun
sendiri belum ada kegiatan langsung yang dicanangkan oleh Bogor Berkebun untuk
mengunjungi masyarakat dalam mengedukasi atau bersama-sama melakukan
penanaman. Kegiatan penanaman dan pemberian edukasi masih baru dilakukan
apabila diundang oleh pihak yang menginginkannya. Dalam penerapan community-
based social marketing, Bogor Berkebun baru mengajak masyarakat untuk
melakukan urban farming melalui media massa seperti melalui radio, televisi, dan
media internet. Bogor Berkebun belum mencoba untuk mendatangi masyarakat
untuk mengajak secara langsung melakukan urban farming, belum menjalin mitra
yang mampu berkomunikasi langsung dengan masyarakat, dan belum melakukan
pendekatan kepada masyarakat untuk mengetahui apa yang dapat mendorong
masyarakat dalam melakukan urban farming. Dan dalam penerapan community
transformation, Bogor Berkebun belum melakukan aktivitas apapun dalam
penerapan ini. Bogor Berkebun belum belum mencoba untuk melakukan upaya-
upaya yang diharapkan mampu mendorong minat masyarakat Kota Bogor untuk
melakukan urban farming sehingga masyarakat akan lebih termotivasi melakukan
kegiatan tersebut (Tabel 8).
Tabel 5 Penilaian Bogor Berkebun
Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)
Changing behavior Aktivitas berkebun sudah dilakukan oleh
anggota Bogor Berkebun, melakukan
kampanye mengenai urban farming yang di
lakukan melalui media soisal dan juga radio,
namun pemberian edukasi dan melakukan
penanaman bersama dengan dan kepada
masyarakat belum atas inisiatif komunitas
3
Community-based
social marketing
Aktivitas dalam mengajak masyarakat
melakukan urban farming baru dilakukan
melalui media massa
2
Community
transformation
Tidak melakukan 1
Total 6(b)
Penilaian Kurang(c) a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13]
b[𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] c[𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠]
Earth Hour Bogor
Earth Hour Bogor mengkampanyekan gerakan lingkungan dalam
mencegah terjadinya perubahan iklim yang terjadi di seluruh belahan dunia.
Aktivitas Earth Hour Bogor dikatakan cukup karena aktivitasnya masih terpusat
pada kegiatan pemberitahuan atau penyadaran masyarakat akan perubahan iklim
melalui aksi dan sosialisasi. Berdasarkan analisis kesenjangan pada penerapan
changing behavior, Earth Hour Bogor rutin melakukan kampanye, sosialisasi, serta
aksi-aksi dengan tujuan agar masyarakat sadar akan bahaya perubahan iklim dan
dapat menjaga lingkungan. Earth Hour Bogor juga memiliki aksi rutin yaitu
seremonial Switch Off dimana pada kegiatan tersebut dilakukan kampanye
mengenai penghematan energi serta mengajak masyarakat, khususnya masyarakat
Kota Bogor, untuk mematikan penggunaan energi listrik selama 1 jam. Pada
penerapan community-based social marketing, Earth Hour Bogor melakukan
kampanye melalui media massa seperti melalui siaran radio dan media sosial, serta
secara langsung melalui kampanye di ruang publik dan pada acara Earth Hour Goes
to School. Earth Hour Bogor sendiri sudah menjalin mitra namun belum melakukan
pendekatan kepada masyarakat. Mitra yang dimaksud adalah dengan membentuk
duta sampah di sekolah-sekolah. Namun Earth Hour Bogor belum membentuk
mitra untuk kampanye perubahan iklim secara luas. Hal ini sangat disayangkan
mengingat dalam melakukan kampanye perubahan iklim, Earth Hour Bogor dapat
menjalin mitra dengan banyak lapisan, mulai dari masyarakat, swasta, hingga
pemerintah. Langkah untuk mengurangi perubahan iklim sendiri tidak terbatas
hanya pada mematikan penggunaan listrik yang tidak terpakai atau mendaur ulang
sampah, tetapi juga dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor pribadi atau mendukung program-program penghijauan. Sedangkan pada
penerapan community transformation, Earth Hour Bogor masih belum melakukan
aktivitas terkait penerapan tersebut. Hal ini pula sangat disayangkan karena masih
banyak hal yang dapat dilakukan Earth Hour Bogor dalam mengubah perilaku
masyarakat yaitu dengan mengusulkan fasilitas-fasilitas penunjang dalam
mengurangi penggunaan energi, melakukan advokasi, dan lainnya (Tabel 9).
Tabel 6 Penilaian Earth Hour Bogor
Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)
Changing behavior Earth Hour dalam satu tahun memeiliki
beberapa acara tahunan yang diikuti oleh
masyarakat umum sebagai bentuk kampanye
lingkungan dan memberikan edukasi mengenai
lingkungan
5
Community-based
social marketing
Dalam mengajak masyarakat melakukan
gerakan hijau, Earth Hour melakukannya
melalui media massa dan juga secara lansung
seperti dalam acara Earth Hour Goes To School
dan membuat duta untuk penanganan sampah di
sekolah
4
Community
transformation
Belum melakukan 1
Total 10(b)
Penilaian Cukup(c) a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b[𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] c[𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠]
Koalisi Pejalan Kaki Bogor
Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki struktur kegiatan yang sudah tersusun
rapi dan beragam. Hal ini membuat aktivitas Koalisi Pejalan Kaki Bogor sudah
sesuai dengan aktivitas komunitas hijau dalam meningkatkan kesadaran dan
partisipasi aktif masyarakat. Berdasarkan analisis kesenjangan pada penerapan
changing behavior, Koalisi Pejalan Kaki Bogor memiliki aktivitas dalam
penyampaian edukasi mengenai penggunaan pedestrian dan jalur pesepeda melalui
sosialisasi yang dilakukan di kecamatan dan kelurahan pada acara minggon dan
juga melakukan sosialisasi kepada siswa. Terdapat juga aktivitas dalam
mengkampanyekan penggunaan pedestrian melalui program-program yang telah
dibuat, dimana kegiatan tersebut biasanya dilakukan sekaligus memperingati hari-
hari tertentu untuk mendatangkan lebih banyak masyarakat. Koalisi Pejalan Kaki
Bogor juga pernah mengajak siswa sekolah dasar untuk menggunakan pedestrian
sambil memberikan edukasi mengenai fasilitas-fasilitas pejalan kaki. Namun dalam
penerapan ini, Koalisi Pejalan Kaki Bogor belum melakukan kegiatan-kegiatan
langsung yang dapat memperbaiki lingkungan seperti pengurangan kendaraan
bermotor pribadi. Dalam penerapan community-based social marketing, Koalisi
Pejalan Kaki Bogor baru melakukannya melalui kampanye langsung dan melalui
media sosial. Pendekatan kepada masyarakat dan bermitra masih belum dilakukan
walaupun hal ini sudah diinginkan oleh Koalisi Pejalan Kaki Bogor dengan
menciptakan mitra-mitra disetiap kecamatan di Kota Bogor. Dalam penerapan
community transformation, Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah mengupayakan
fasilitas pedestrian yang nyaman seperti merevitalisasi underpass di Baranangsiang
menjadi Galery Underpass untuk meningkatkan penggunaan fasilitas pedestiran
tersebut. Koalisi Pejalan Kaki Bogor juga pernah melakukan advokasi kepada
pemerintah dalam menciptakan fasilitas pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan
nyaman serta membantu dalam pembuatan fasilitas pejalan kaki mulai dari tahap
perencanaan hingga mensosialisasikannya kepada masyarakat. Dalam menjaga
kondisi pedestrian yang aman dan nyaman, Koalisi Pejalan Kaki Bogor selalu
memantau kondisi pedestrian di Kota Bogor agar terbebas dari pedagang kaki lima
atau parkir kendaraan. Berbagai cara telah dilakukan seperti menasihati para
pelanggar dengan baik, memfoto untuk diserahkan kepada pihak yang berwenang,
hingga berbicara pada petugas keamanan yang berada disekitar lokasi (Tabel 10).
Tabel 7 Penilaian Koalisi Pejakan Kaki Bogor
Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)
Changing behavior Koalisi Pejalan Kaki Bogor sudah memberikan
sosialisasi melalui public hearing dan kepada
4
pelajar serta kampanye untuk mengajak
masyarakat menggunakan fasilitas pedestrian
Community-based
social marketing
Melakukan ajakan melalui media sosial,
kampanye di pedestrian, dan secara langsung
seperti mendatangi sekolah
3
Community
transformation
Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah melakukan
revitalisasi terhadap underpass yang berada di
Baranangsiang, melakukan advokasi dalam
kebijakan mengenai pejalan dan pesepeda, ikut
membantu dalam perencanaan pedestrian, serta
melakukan evaluasi atau pemantauan terhadap
kondisi pedestrian
5
Total 12(b)
Penilaian Sesuai(c) a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b[𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] c[𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠]
Komunitas Peduli Ciliwung
Komunitas Peduli Ciliwung beraktivitas dalam mengkampanyekan sungai
bebas sampah. Pada saat ini, tidak banyak aktivitas yang dilakukan oleh Komunitas
Peduli Ciliwung untuk mencapai tujuannya tersebut sehingga aktivitasnya dapat
dikatakan masih kurang. Berdasarkan analisis kesenjangan terhadap penerapan
changing behavior, Komunitas Peduli Ciliwung telah melakukan kampanye untuk
mengajak masyarakat menjaga kebersihan sungai melalui media massa baik berupa
siaran radio, televisi, atau mengkampanyekannya melalui media sosial. Kampanye
juga dilakukan pada acara yang dibuat Komunitas Peduli Ciliwung yaitu pada saat
mengadakan lomba memulung sungai yang dilakukan satu kali dalam setahun dan
diikuti oleh 13 kelurahan yang dialiri oleh Sungai Ciliwung. Dalam upaya membuat
sungai menjadi bersih, selain dengan membuat lomba memuling sampah
Komunitas Peduli Ciliwung juga melakukan bersih-bersih sungai setiap akir pekan
walaupun yang ikut berpartisipasi tidak banyak. Pada penerapan community-based
social marketing, pada saat ini Komunitas Peduli Ciliwung hanya melakukannya
melalui media massa. Ajakan kepada masyarakat secara langsung hanya dilakukan
pada awal-awal tahun terbentuknya komuntias ini dengan beberapa cara.
Komunitas Peduli Ciliwung juga belum menjalin mitra yang secara khusus
mengajak masyarakat secara langsung untuk menjaga kebersihan Sungai Ciliwung
melalui pihak-pihak yang dekat dengan masyarakat dan belum melakukan
pendekatan untuk mengetahui alasan-alasan masyarakat masih membuang sampah
ke sungai. Penerapan community transformation yang dilakukan Komunitas Peduli
Ciliwung masih sangat sedikit. Komunitas Peduli Ciliwung baru hadir dalam
diskusi-diskusi bersama BPLH dan lainnya. Belum ada aktivitas lain pada
penerapan ini seperti memberikan fasilitas-fasilitas atau sarana yang mampu
mengatasi masalah masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai (Tabel 11).
Tabel 8 Penilaian Komunitas Peduli Ciliwung
Penerapan Kondisi aktual Nilai(a)
Changing behavior Komunitas Peduli Ciliwung telah melakukan
kampanye walapun pada saat ini hanya melalui
media massa dan melakukan kegiatan bersih-
bersih sungai
4
Community-based
social marketing
Ajakan untuk menjaga sungai baru dilakukan
sebatas melalui media massa
2
Community
transformation
Komunitas Peduli Ciliwung telah ikut serta
dalam diskusi-diskusi penyusunan kebijakan
2
Total 8(b)
Penilaian Kurang(c) a[Keterangan nilai lihat tabel 3 halaman 13] b[𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑋𝑡) = 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3] c[𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠]
Strategi Dalam Peningkatan Perubahan Lingkungan Dan Perilaku Manusia
Menjadi Lebih Baik Yang Dapat Dilakukan Komunitas Hijau
Dalam pengembangan konsep kota hijau, kehadiran komunitas hijau dalam
menciptakan program-program dengan tujuan untuk memperbaiki perubahan yang
terjadi akibat pembangunan sangatlah dibutuhkan. Program-program yang
dilakukan komunitas hijau dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan tidak
sebatas hanya terfokus pada kegiatan untuk memperbaiki lingkungan secara fisik
saja. Komunitas hijau dapat juga melakukan aktivitas yang tujuannya untuk
merubah perilaku penduduk kotanya, mulai dari masyarakat umum, swasta, hingga
pemerintah, sehingga akan tercipta suatu kota hijau dengan masyarakat yang
berkelanjutan serta peduli terhadap lingkungan. Sesuai dengan penerapan aktivitas
hijau yang telah dibuat oleh GCC (2008), komunitas hijau dapat melakukan 3
penerapan aktivitas untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan, yaitu
changing behavior, community-based social marketing, dan community
transformation.
Namun pada kenyataanya, tidak semua komunitas hijau melakukan aktivitas
sesuai dengan ketiga penerapan tersebut. Hal ini dikarenakan kendala-kendala yang
didapatkan oleh setiap komunitas hijau seperti kendala kurangnya waktu, sumber
daya manusia, dan dana. Kendala ini seharusnya bisa teratasi bila komunitas
tersebut menjalin mitra yang mampu meluangkan waktu dan tenaganya serta
memberikan bantuan baik barang, jasa, atau dana yang mampu meningkatkan
program-program dari komunitas itu sendiri. Terlepas dari kendala tersebut,
program-program yang dilakukan oleh seluruh komunitas hijau di Kota Bogor
masih tergolong cukup. Didapatkan penilaian melalui analisis kesenjangan dimana
hanya Koalisi Pejalan Kaki Bogor saja yang mendapatkan penilaian sesuai,
sedangkan empat komunitas hijau yang lain hanya mendapatkan penilaian cukup
dan kurang. Pada penerapan changing behavior, hampir semua komuntias hijau
mendapatkan nilai yang baik. Komunitas hijau seperti Bike To Work Bogor dan
Earth Hour Bogor mendapatkan nilai 5 dan sisanya mendapatkan niai 4 atau 3.
Hampir kelima komunitas hijau telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat,
membuat aktivitas yang mampu memperbaiki lingkungan, dan/atau telah
melakukan kampanye untuk mengajak masyarakat melakukan perilaku hijau.
Dalam rangka mengajak masyarakat atau memberikan informasi mengenai perilaku
hijau, semua komunitas hijau menggunakan media massa sebagai alat
berkomunikasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan kehidupan masyarakat
kota, pada umumnya, satu sama lain tidak saling mengenal dan interaksi-interaksi
mereka didasari oleh kepentingan dan kebutuhan yang dilandaskan pada hubungan
sekunder, sehingga secara real media massa telah menjadi salah satu kebutuhan
dalam berinteraksi di dalam masyarakat perkotaan satu dengan lainnya (Bungin
2008). Pada penerapan community-based social marketing, terdapat dua komunitas
hijau yang telah menjalin mitra yaitu Bike To Work Bogor dan Earth Hour Bogor
sehingga mendapatkan nilai 4. Namun mitra yang dibentuk belum melakukan
pendekatan kepada masyarakat di lingkungannya. Pada penerapan community
transformation, komunitas hijau yang telah melakukan penerpana ini dengan baik
dan mendapatkan nilai 5 hanyala Koalisi Pejalan Kaki Bogor sedangkan komunitas
hijau lainnya hanya mendapatkan nilai 1 atau 2. Koalisi Pejalan Kaki Bogor telah
dan masih berupaya agar menciptakan suatu kondisi yang mampu mendorong
masyarakat untuk memanfaatkan menggunakan pedestrian, dengan membuat
kondisi dimana berjalan kaki atau bersepeda menjadi aman dan nyaman. Dua
komunitas hijau seperti Bike To Work Bogor dan Komunitas Pecinta Ciliwung baru
melakukan aktivitas seperti pengadaan fasilitas atau membantu dalam membuat
kebijakan, sedangkan Bogor Berkebun dan Earth Hour Bogor belum melakukan
aktivitas dalam mendorong perubahan perilakuk masyarakat. Menurut Green
(1980) dalam Linggasari (2008), dua faktor yang dapat merubah perilaku manusia
adalah adanya faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor pemungkin seperti
pengadaan fasilitas-fasilitas yang membantu terciptanya perilaku tersebut dan
faktor penguat yaitu terdapatnya kebijakan-kebijakan. Dari hasil identifikasi
tersebut diketahui juga bahwa kelima komunitas hijau di Kota Bogor lebih banyak
melakukan aktivitas pada penerapan changing behavior, dibandingkan penerapan
community-based social marketing dan community transformation Berikut adalah
tabel penilaian penerapan dari seluruh komunitas hijau di Kota Bogor (Tabel 12).
Tabel 9 Penilaian penerapan dari seluruh komunitas hijau di Kota Bogor
Komunitas Penerapan Nilai Penilaian
Bike To Work Bogor Changing behavior
Community-based social marketing
Community transformation
5
4
2 Cukup
Bogor Berkebun Changing behavior
Community-based social marketing
Community transformation
3
2
1 Kurang
Earth Hour Bogor Changing behavior
Community-based social marketing
5
4 Cukup
Community transformation 1
Koalisi Pejalan Kaki
Bogor
Changing behavior
Community-based social marketing
Community transformation
4
3
5 Sesuai
Komunitas Pecinta
Ciliwung
Changing behavior
Community-based social marketing
Community transformation
4
2
2 Kurang
Berdasarkan hasil dari analisis kesenjangan pada penerapan aktivitas
komunitas hijau tersebut, diketahui bahwa masih terdapat aktivitas yang dapat
dilakukan oleh seluruh komunitas hijau di Kota Bogor untuk meningkatkan kualitas
lingkungan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat Kota Bogor dalam
pengembangan kota hijau di Kota Bogor. Setiap komunitas hijau masih dapat
melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan dari kampanyenya masing-masing
dengan membuat inovasi-inovasi menarik yang mampu menarik minat masyarakat
serta harus fleksibel mengikuti kendala dan peluang yang terdapat di Kota Bogor.
Kelima komunitas hijau juga dapat saling bekerjasama dan bermitra dengan
organisasi dan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah untuk membuat
program-program dalam perubahan lingkungan.
Memperbanyak aktivitas dalam meningkatkan kualitas lingkungan
Dalam merubah perilaku masyarakat Kota Bogor, kelima komunitas hijau
di Kota Bogor sudah melakukannya dengan baik. Namun, beberapa komunitas
masih belum melakukan aktivitas kampanye dengan optimal. Dalam membuat
aktivitas-aktivitasnya, komunitas hijau harus mempertimbangkan atau
memperhatikan prinsip 5W+1H. Perinsip ini mencakup what (apa), who (siapa),
when (bilamana), where (di mana), why (mengapa), dan how (bagaimana cara
menyampaikannya). Komunitas hijau dapat melakukan aktivitas dalam
meningkatkan kualitas lingkungan melalui tiga tahapanan, mulai dari tahap
pengenalan, tahap pemahaman, dan tahap tindakan.
Tahap pengenalan
Dalam tahap pengenalan, komunitas hijau dapat melakukan kampanye
menggunakan media iklan. Terdapat 2 tipe media, yaitu media lini atas (above the
line) dan media lini bawah (below the line). Media lini atas terdiri atas iklan-iklan
yang dimuat dalam media cetak (surat kabar, majalah, brosur, dan sebagainya),
media elektronik (radio, televisi, internet) dan media luar ruang (papan reklame dan
angkutan). Media lini bawah terdiri dari seluruh media yang tidak menggunakan
pembayaran komisi, seperti pameran, point of sale display material, dan tanda mata.
Media iklan lainnya adalah ambnient media, yaitu media non-tradisional yang
digunakan untuk mengantarkan pesan iklan dengan memanfaatkan tempat-tempat
atau benda-benda yang tidak biasa menjadi media iklan, seperti tempat sampah,
tembok, jalan, dan lainnya (Gambar 13).
Pada tahap pengenalan, komunitas hijau dapat memanfaatkan berbagai
media massa untuk mengiklankan kampanyenya. Seperti Bike To Work yang telah
menyebarkan selembaran, surat kabar, dan membagikan bike tag, atau seperti Earth
Hour Bogor yang menggunakan radio dan media sosial. Selain menggunakan media
yang sudah dilakukan, komunitas hijau dapat membagikan poster yang nantinya
dapat dilihat pada mading sekolah ,perpustakaan, pusat kegiatan belajar masyarakat
(PKBM) atau di setiap RT, mengiklankannya menggunakan surat kabar atau radio
lokal, membagikan selembaran atau cendra mata saat acara-acara kota seperti car
free day, menggunakan ambient media, dan lainnya. Untuk memangkas dana yang
perlu dikeluarkan untuk berkampanye, komunitas hijau juga dapat menjalin mitra
dengan berbagai pihak.
Gambar 11 Contoh media lini atas, media lini bawah, dan ambient media Sumber: Earth Hour Bogor, dokumentasi pribadi, dan djbrandinfo.blogspot.co.id
Tahap pemahaman
Pada tahap pemahaman, komuntias hijau dapat memberikan edukasi
mengenai kampanyenya dengan melakukan sosialisasi. Tiga dari lima komunitas
hijau telah memiliki aktivitas rutin dalam melakukan sosialisasi seperti komunitas
Bike To Work Bogor, Earth Hour Bogor, dan Koalisi Pejalan Kaki Bogor.
Sosialisasi dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai
kampanyenya, dampak negatif yang dapat terjadi pada lingkungan, keuntungan
yang didapat dengan melakukan perubahan, dan langkah-langkah inovatif yang
dapat dilakukan masyarakat. Target masyarakat yang akan disosialisasipun
beragam. Komunitas hijau dapat melakukan sosialsiasi kepada pelajar di sekolah,
acara minggon di kelurahan, menyediakan jasa edukasi bagi pihak yang
menginginkan, dan lainnya. Komunitas hijau juga harus dapat menciptakan model
pembelajaran yang inovatif dan fleksibel sesuai dengan pihak yang ingin diberi
pembelajaran. Udin (1996) dalam Mulyatiningsih (2010) mengatakan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam merencanakan
kegiatan belajar mengajar.
Pada umumnya komunitas hijau hanya menggunakan metode ceramah
dalam melakukan sosialisasi. Komunitas hijau dapat juga menggunakan metode
lain, misalnya menggunakan metode role playing kepada peserta didik berusia 12
tahun ke bawah, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengarahkan
peserta didik untuk menirukan aktivitas di luar atau mendramatisasi situasi, ide,
karakter khusus. Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa
metode untuk membuat strategi pembelajaran seperti strategi Studen Team
Achievement Devision (STAD), yaitu strategi pembelajaran kooperatif dengan
memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. Metode ini
dapat dilakukan pada peserta didik berusia 12 tahun ke atas.
Tahap tindakan
Tahap tindakan adalah tahap dimana komuntias hijau membuat suatu
program atau aktivitas yang mampu melibatkan masyarakat secara langsung
melakukan kegiatan hijau. Pada tahap ini, masyarakat diajak untuk ikut serta dalam
melakukan aktivitas-aktivitas hijau. Sebagai contoh Bogor Berkebun melakukan
aktivitas menanam bersama dengan masyarakat. Dengan program yang intensif,
diharapkan perilaku masyarakat terhadap lingkungan akan berubah menjadi lebih
baik. Dewey dalam Mustafa (2011) mengatakan bahwa perilaku tidak sekedar
muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus
berubah atau diubah oleh lingkungan termasuk tentunya orang lain. James dalam
Mustafa (2011) mengatakan bahwa perilaku sosial cenderung terjadi karena
kebiasaan, yaitu pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan-pengulangan
sepanjang kehidupan seseorang. Perubahan ini didorong juga melalui faktor
manfaat atau keuntungan yang akan didapat langsung oleh masyarakat melalui
perubahan perilakunya. Sebagai contoh apabila masyarakat setuju untuk mengganti
lampunya menjadi lampu hemat energi, masyarakat akan mendapatkan keuntungan
berupa pengurangan tagihan listriknya. Dengan keuntungan tersebut, masyarakat
tidak akan ragu untuk menggunakan lampu hemat energi. Contoh lainnya apabila
masyarakat rutin mengikuti program membersihkan sungai dari sampah setiap
minggu sekali, masyarakat akan merasakan lanskap sungai yang indah dan bersih
sehingga akan timbul rasa kepemilikan yang akan berdampak pada rasa
tanggungjawab untuk menjaga sungai.
Menjalin mitra dengan masyarakat
Hampir semua komuntias hijau mengatakan bahwa kendala dalam
melakukan aktivitas terletak pada keterbatasan sumberdaya manusia, waktu, dan
dana. Padahal komunitas hijau sendiri harus mampu meningkatkan kepekaan,
kesadaran, dan peran serta aktif seluruh masyarakat di Kota Bogor. Dengan adanya
keterbatasan tersebut, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan setiap komunitas
hijau adalah dengan menjalin mitra dengan masyarakat. Mitra yang dimaksud
dalam hal ini adalah seseorang yang dapat berkomunikasi langsung dengan orang-
orang di sekitarnya, rekan, atau sejawat (peers) sehingga tujuan komunikasi atau
ajakan untuk berperilaku hijau dapat tercapai, sebagai contoh pelajar dapat
berkomunikasi langsung dengan pelajar. Dengan adanya kesamaan derajat seperti
ini maka akan menghindari kesan menceramahi kepada masyarakat, dapat
dilakukan dengan santai, dan meningkatkan usaha positif. Rudi (2005) mengatakan
bahwa komunikasi kepada rekan atau sejawat memiliki tujuan khusus, seperti
bertukar pikiran ke arah pencapaian kemajuan, untuk melakukan koordinasi dan
menyelaraskan kegiatan, untuk menanyakan kalau-kalau ada bantuan yang dapat
diberikan, dan berusaha mengenal atau mengetahui pribadi masing-masing.
Pada tahap awal, komunitas hijau mencari mitra dari berbagai lapisan
masyarakat yang juga tertarik atau memang melakukan perilaku hijau yang dituju.
Misalnya Bogor Berkebun dapat mencari masyarakat yang juga melakukan urban
farming. Penjalinan mitra ini dilakukan secara sukarela. Komunitas hijau berperan
dalam memberikan informasi-informasi yang dapat membantu mitra saat
berkomunikasi dengan masyarakat. Mitra kemudian dapat berkomunikasi dengan
masyarakat dalam kelompok kecil atau satu per satu sambil melakukan pendekatan.
Mitra juga dapat mengunjungi rumah masyarakat untuk mengetahui bagaimana
situasi pemakaian listrik dirumahnya (untuk kampanye green building), melihat
pengelolaan sampahnya (untuk kampanye green waste), atau lainnya. Mitra juga
dapat menanyakan apa yang menjadi kendala bagi masyarakat dalam melakukan
perilaku hijau, apa yang diinginkan oleh masyarakat untuk memotivasi mereka
dalam melakukan perilaku hijau, kemudian diikuti dengan pemberian solusi baik
berupa barang maupun jasa.
Mengupayakan pembangunan lanskap kota yang mendukung aktivitas hijau
Green (1980) dalam Linggasari (2008) mengatakan bahwa salah satu faktor
yang dapat mengubah perilaku manusia adalah adanya faktor pemungkin dan faktor
penguat. Faktor pemungkin mencakup lingkungan fisik seperti tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana yang mampu mempermudah masyarakat dalam
melakukan perilaku. Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan
perilaku tokoh masyarakat atau para petugas. Termasuk juga disini undang-undang
dan peraturan-peraturan. Penerapan perinsip kota hijau, sebagai faktor pemungkin
dan penguat, dapat mendorong masyarakat dalam melakukan perilaku hijau. Karena
itu, komunitas hijau dapat membantu perencanaan kota hijau, sehingga tercipta
sebuah lanskap kota yang mendukung perilaku hijau penduduknya. Komunitas
hijau dapat melakukan aktivitas-aktivitas seperti; 1) mengupayakan sarana
prasarana transportasi masal yang nyaman; 2) mengupayakan sarana prasarana
pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan nyaman; 3) mempromosikan sarana
transportasi alternatif; 4) mengupayakan sarana dan pelatihan bagi masyarakat
untuk ber-urban farming; 5) mengupayakan ketersediaan energi alternatif terutama
yang bersumber dari energi ramah lingkungan; 6) mengupayakan dalam pengadaan
sarana-sarana dan jasa; 7) turut andil dalam penyusunan kebijakan; serta 8)
melakukan evaluasi terhadap sarana, prasarana, atau kebijakan yang telah dibuat
atau pada saat telah dibuat.
Mengupayakan sarana prasarana transportasi masal yang nyaman
Komunitas hijau dapat mengupayakan sarana prasarana transportasi umum
atau masal yang nyaman. Nyaman yang dimaksud adalah masyarakat dapat
berpindah ke suatu lokasi dengan tepat waktu dan dengan biaya yang lebih murah
dari pada menggunakan kendaraan pribadi. Komunitas hijau dapat melakukan
advokasi kepada pemerintah atau dinas terkait untuk menciptakan transportasi
masal yang nyaman. Transportasi masal yang nyaman dapat terlaksana dengan
adanya penambahan jumlah armada bus trans pakuan, penambahan rute, penertiban
lalu lintas, dan sistem yang baik sehingga biaya yang dikeluarkan penumpang dapat
berkurang. DLLAJ sendiri sebenarnya telah memiliki program untuk meningkatkan
hal tersebut seperti pengadaan program Dartiblantas (Sadar untuk Tertib Berlalu
Lintas) dan menempatkan petugas Gatur (penjagaan dan pengaturan). Komuntias
hijau dapat berperan dalam membantu DLLAJ dalam program Dartiblantas atau
mengusulkan dalam memperbanyak penempatan Gatur sehingga tidak ada lagi
angkutan umum yang menaiki dan menuruni penumpang di tempat yang tidak
seharusnya, penertiban kendaraan yang parkir ditempat yang tidak diizinkan, dan
kondisi lalu lintas akan menjadi lancar.
Mengupayakan sarana prasarana pejalan kaki dan pesepeda yang aman dan nyaman
Komunitas hijau dapat mengupayakan sarana prasarana pejalan kaki dan
pesepeda yang aman dan nyaman. Untuk mewujudkannya, komunitas hijau dapat
melakukan advokasi kepada pemerintah dan turut andil dalam perencanaan
pembuatan pedestrian dan pesepeda yang aman dan nyaman. Aman memiliki arti
terhindar dari kriminalitas dan kecelakaan sedangkan nyaman dapat diwujudkan
dengan tidak adanya PKL, kondisi jalan yang rusak, dan terdapat fasilitas
penunjang terutama untuk kaum disable. Komunitas hijau dapat juga memberitahu
jalur pedestrian yang kondisinya sudah rusak, terdapat PKL, atau tidak memiliki
kelengkapan fisilitas termasuk untuk kaum disable, merancang rute pesepeda, dan
membantu dalam pelaksanaan perencanaan yang telah disusun pemerintah.
Mempromosikan sarana transportasi alternatif
Banyak kota-kota besar sudah memiliki moda transportasi alternatif seperti
car-share yang menggunakan energi listrik atau bike-share (Gambar 14).
Perinsipnya adalah masyarakat dapat menggunakan mobil atau sepeda dari lokasi
A ke lokasi B. Komunitas hijau dapat mengupayakan dalam pengadaan sarana
transportasi alternatif seperti bike-share di Kota Bogor. Komunitas hijau dapat
mengusulkan pengadaan transportasi ini kepada pemerintah atau mencari pihak
swasta yang mau melakukan investasi dalam pengadaan transportasi ini.
Gambar 12 Contoh penerapan bike-share Sumber: wikipedia.org di unggah oleh Nate Taber
Mengupayakan sarana dan pelatihan bagi masyarakat untuk ber-urban farming
Dalam mengajak masyarakat untuk melakukan urban farming, komunitas
hijau dapat memberikan sarana seperti pemberian bibit geratis. Komunitas hijau
juga dapat memberikan pelatihan, bukan sekedar cara bertanam, melainkan juga
pemberian pelatihan mengenai mengatasi hama, memanfaatkan sampah rumah
tangga menjadi kompos, dan lainnya. Komunitas hijau juga dapat membuat sistem
dimana masyarakat dapat saling bertukar hasil kebun dalam komunitasnya.
Mengupayakan ketersediaan energi terutama yang bersumber dari energi ramah
lingkungan
Ketersediaan energi sangat dibutuhkan bilamana kita hendak mengajak
masyarakat melakukan perilaku hijau. Contohnya, kita tidak dapat menyuruh
masyarakat membeli atau mengganti kendaraannya dengan kendaraan bertenaga
listrik apabila ketersediaan energi listrik masih kurang, atau menggunakan
peralatan listrik seperti kompor listrik bila pemadaman listrik masih sering terjadi.
Sumber energi listrik pun tentunya harus bersumber dari pembangkit ramah
lingkungan seperti tenaga matahari, angin, dan lainnya. Untuk meningkatkan
ketersediaan energi, komunitas hijau dapat melakukan advokasi kepada
pemerintah.
Mengupayakan dalam pengadaan sarana-sarana dan jasa
Komunitas hijau juga dapat mengupayakan dalam pengadaan sarana-sarana
penunjang lainnya. Contoh seperti yang telah dilakukan Bike To Work Bogor dalam
pengadaan parkir sepeda. Komunitas hijau dapat mengupayakan sarana-sarana lain
sesuai dengan kampanyenya seperti, Komunitas Peduli Ciliwung dapat berupaya
dalam pengadaan tempat pembuangan sampah di dekat sungai dan di tempat-tempat
lain di Kota Bogor. Dalam pengadaan sarana-sarana tersebut, komunitas hijau dapat
mencari sponsor atau bantuan dari pemerintah atau swasta untuk mengatasi
keterbatasan dana yang selalu menjadi kendala komunitas hijau. Komunitas hijau
juga dapat menyediakan jasa untuk mempermudah masyarakat melakukan perilaku
hijau. Contohnya dalam penggunaan energi efisien dalam rumah, komuntias hijau
dapat menyediakan jasa konsultasi dengan memanggil konsultan profesional secara
geratis. Program bantuan swadaya, yang didukung oleh kelompok dan konsultan
profesional dengan berbagai cara, telah terbukti menjadi sangat efektif dalam
memperbaiki lingkungan tempat banyak orang perkotaan tinggal di kota-kota Asia
Tenggara (Inoguchi et al. 2003).
Turut andil dalam penyusunan kebijakan
Komunitas hijau dapat turut serta dalam pembuatan kebijakan-kebijakan
baik itu untuk lokal, provinsi, atau nasional. Kehadiran komunitas hijau sebagai
perwakilan masyarakat dapat mempengaruhi hasil dari kebijakan yang telah dibuat
sehingga kebijakan tersebut akan seimbang atau tidak berpihak pada oknum
tertentu. Komunitas hijau dapat mengerti apa keluhan-keluhan atau kendala
masyarakat dalam melakukan perilaku hijau dan dapat mengeluarkan solusi yang
baik.
Melakukan evaluasi terhadap sarana, prasarana, atau kebijakan yang telah dibuat
atau pada saat telah dibuat
Setelah semua infrasturktur perkotaan dapat membantu meringankan
masyarakat dalam melakukan perilaku hijau, komunitas hijau masih dapat berperan
dalam melakukan evaluasi terhadap keseluruhannya. Hal ini dilakukan untuk
melihat apakah sarana, prasarana, atau kebijakan yang telah dibuat berpengaruh
terhadap perubahan perilaku masyarakat atau tidak. Bila tidak, artinya sarana,
prasarana, atau kebijakan tersebut tidak tepat sasaran atau memiliki kelemahan
sehingga perubahan perilaku tersebut tidak terjadi. Pada akhirnya, komunitas hijau
perlu melakukan perencanaan ulang terhadap keseluruhannya dengan mencari
solusi pada kendala-kendala yang terjadi hingga tercipta perilaku hijau pada
masyarakat Kota Bogor dan tercipta suatu lanskap kota yang menerapkan perinsip
kota hijau.
Penggunaan Taman
Menurut Peraturan MPU (2008), taman kota adalah lahan terbuka yang
berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan
lain pada tingkat kota sedangkat taman lingkungan adalah lahan terbuka yang
berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan
lain pada tingkat lingkungan. Adapun fungsi sosial taman kota sebagai ruang
terbuka menurut Rustam Hakim (2003) dalam Hariyono (2011), meliputi tempat
bermain dan olahraga, tempat bermain dan sarana olahraga, tempat komunikasi
sosial, tempat peralihan dan menunggu, tempat untuk mendapat udara segar, sarana
penghubung atara satu tempat dengan tempat yang lain, pembatas diantara massa
bangunan, sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat
untuk membentuk kesadaran lingkungan, dan sarana untuk menciptakan
kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.
Komunitas hijau sebagai masyarakat yang sadar terhadap lingkungan
seharusnya dapat memanfaatkan taman dalam melakukan kegiatannya dan menjadi
contoh agar masyarakat umum juga memanfaatkan taman. Namun menurut hasil
inventarisasi mengenai penggunaan taman oleh komunitas hijau yang didapat
melalui hasil wawancara, didapat hasil bahwa hanya tiga dari lima komunitas hijau
yang memanfaatkan taman untuk membantu aktivitasnya. Komunitas yang
memanfaatkan taman adalah Bike To Work Bogor, Earth Hour Bogor, dan Koalisi
Pejalan Kaki Bogor. Dua dari tiga komunitas hijau memanfaatkan taman sebagai
lokasi aktivitasnya karena mereka mendapatkan kenyamanan saat menggunakan
taman. Untuk taman yang digunakan komunitas hijau sendiri, hanya tiga taman dari
tiga puluh lima taman di Kota Bogor, menurut BAPPEDA 2013, yang rutin
digunakan komunitas hijau, yaitu Taman Kencana, Taman Peranginan, dan Taman
Malabar. Frekuensi komunitas hijau menggunakan taman yaitu 1 kali dalam
seminggu atau 1 kali dalam sebulan. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa
dua dari tiga komunitas hijau menggunakan taman sebagai lokasi untuk berkumpul
dan berdiskusi dengan anggota (Tabel 13). Komunitas hijau yang tidak
memanfaatkan taman dalam melakukan kegiatannya adalah Bogor Berkebun dan
Komunitas Peduli Ciliwung. Berdasarkan hasil wawancara, kedua komunitas hijau
tersebut tidak menggunakan taman karena tidak memiliki aktivitas yang perlu
dilakukan di taman.
Tabel 10 Penggunaan taman oleh komunitas hijau
Komunitas Taman Penggunaan Frekuensi Alasan
Bike To Work
Bogor
Taman Kencana Titik temu
dengan
anggota
1 kali
dalam
seminggu
Lokasi strategis
Earth Hour
Bogor
Taman Kencana
Tamn Peranginan
Taman Malabar
Berdiskusi
dengan
anggota
1 kali
dalam
seminggu
Ingin
mengembalikan
fungsi taman
dan tempat
yang nyaman
Koalisi
Pejalan Kaki
Bogor
Taman Kencana
Taman Malabar
Berkumpul
dengan
anggota
1 kali
dalam
sebulan
Nyaman dan
bebas dari
polusi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil inventarisasi mengenai jumlah komunitas hijau di Kota
Bogor, ditemukan lima komunitas hijau yang aktif melakukan aktivitas-aktivitas
dalam meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan peran serta aktif masyarakat Kota
Bogor. Komunitas hijau tersebut adalah Bike To Work Bogor yang
mengkampanyekan gerakan bersepeda ke tempat tujuan, Bogor Berkebun yang
mengkampanyekan gerakan urban farming, Earth Hour Bogor yang
mengkampanyekan mengenai perubahan iklim, Koalisi Pejalan Kaki Bogor yang
mengkampanyekan penggunaan pedestrian, dan Komunitas Peduli Ciliwung yang
mengkampanyekan kebersihan sungai. Dalam mengkampanyekan gerakannya,
komunitas-komunitas hijau memiliki aktivitas yang berbeda-beda yang terdiri dari
aktivitas rutin dan non-rutin. Tiga dari lima komunitas hijau sudah memiliki
aktivitas dalam mengedukasi masyarakat agar sadar mengenai kondisi
lingkungannya. Tiga dari lima komunitas hijau juga memiliki aktivitas langsung
dalam upaya memperbaiki lingkungan. Dari hasil analisis kesenjangan terhadap
kondisi aktivitas ideal dan aktual yang dapat dilakukan komunitas hijau, didapat
hasil bahwa hanya satu komunitas yang mendapatkan penilaian sesuai, yaitu Koalisi
Pejalan Kaki Bogor, sedangkan sisanya hanya mendapatkan penilaian cukup dan
kurang. Didapat pula hasil bahwa kelima komunitas hijau di Kota Bogor tersebut
lebih banyak melakukan aktivitas pada penerapan changing behavior yang
mengacu pada GCC (2008). Dalam penggunaan taman, didapatkan hasil bahwa tiga
dari lima komunitas hijau menggunakan taman sebagai lokasi aktivitasnya.
Komunitas yang menggunakan taman tersebut adalah Bike To Work Bogor, Earth
Hour Bogor, dan Koalisi Pejalan Kaki Bogor. Dari hasil wawancara juga diketahui
bahwa dua dari tiga komunitas hijau menggunakan taman sebagai lokasi untuk
berkumpul dan berdiskusi dengan anggota.
Saran
Dalam mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan
peran serta aktif masyarakat Kota Bogor dalam mewujudkan lanskap kota berbasis
green city, komunitas hijau masih dapat melakukan beberapa aktivitas tambahan.
Komuntias hijau dapat memperbanyak aktivitas dalam meningkatkan kualitas
lingkungan, menjalin mitra dengan masyarakat, dan mengupayakan pembangunan
lanskap kota yang mendukung aktivitas hijau. Dalam penggunaan taman,
komunitas hijau dapat memanfaatkan taman-taman lain yang terdapat di Kota
Bogor selain taman-taman yang sudah rutin digunakan. Namun dalam hal ini
kembali lagi kepada keperluan atau kegiatan dari komunitas hijau itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Beatley T. 2000. Green Urbanism: Learning from European City. Canada (US):
Island Press.
Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta (ID): Kencana.
Branch MC. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan Penjelasan.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Catanese J, Snyder JC. 1988. Perencanaan Kota. Jakarta (ID): Erlangga.
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2011. Program Pengembangan Kota Hijau.
[Internet]. Diunduh pada 17 Oktober 2014. Tersedia dalam
http://penataanruang.pu.go.id/
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2012. Kota Hijau sebagai Solusi
Pengembangan Kota di Indonesia. Bogor (ID): DPU Kota Bogor.
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2013. Kota Hijau Saatnya Beraksi. Bogor
(ID): DPU Kota Bogor.
[GCC] Green Community Canada. 2008. How To Grow A Green Community
[Internet]. [Diunduh pada 23 Oktober 2015]
[BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2013.
Kota Bogor Dalam Angka 2013. Bogor (ID): BAPPEDA Kota Bogor.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2013.
Master Plan RTH Up Scaling. Bogor (ID): BAPPEDA Kota Bogor.
Hariyono P. 2011. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Inoguchi T, Newman E, Paoletto G. 2003. Kota dan Lingkungan: Pendekatan Baru
Masyarakat Berwawasan Ekologis. Suryadani R, penerjemah; widjanarko
S, Ansis K, editor. Jakarta (ID): LP3ES. Terjemahan dari: Cities and
Environment: New Approaches for Eco-Societies. Ed ke-1.
Jayadinata TJ. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan,
dan Wilayah. Bandung (ID): ITB.
Linggasari. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Departemen Engineering PT Indah
Hiat Pulp & Paper Tbk Tanggrang [Skripsi]. Depok (ID): Universitas
Indonesia.
Lyon L, Driskell R. 2012. The Community in Urban Society. Illinois (US):
Waveland Press, Inc.
Margaretha C. 2008. Sosialisasi Dalihan Tolu pada Generasi Muda Batak di
Perkotaan [Sekripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Martono N. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta (ID): Rajawali Pers.
Mirsa R. 2012. Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mulyatiningsih E. 2010. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan
Menyenangkan. [Internet]. [Diunduh pada 23 November 2015] Tersedia
pada: http://staff.uny.ac.id/
Mustafa H. 2011. Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi Sosial [Jurnal].
Bandung (ID): Universitas Katolik Parahyangan. 7(2):143-156.
Narwoko JD, Suyanto B. 2011. Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. Jakarta (ID):
Kencana.
Parasuraman A, Zaithaml VA, Berry LL. 1985. A Conceptual Model of Service
Quality and Its Implications for Future Research. Journal of Marketing,
Fall. Pp. 41-50. [Internet]. [Diunduh pada 10 November 2015]
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Tentang
Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan
Perkotaan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hiidup Nomor 32. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Rudi TM. 2005. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung
(ID): PT Refika Aditama.
Santoso B. 2013. Strategi Kampanye Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Merbabu [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suhendar. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Warga Peduli
Lingkungan (WPL): Satu Model Penguatan Kapasitas WPL di RW 05
Desa Rancamanyar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Thoha M. 2001. Prilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta (ID):
PT RajaGrafindo Persada.
1
Lampiran 1 Panduan pertanyaan
1. Sebutkan nama lengkap saudara?
2. Apa jabatan anda di komunitas?
3. Apa nama komunitas ini?
4. Apa latar belakang terbentuknya komunitas ini?
5. Apakah komunitas ini memiliki visi dan misi? Bila ada tolong jelaskan!
6. Pada tanggal berapa komunitas ini terbentuk?
7. Berapa jumlah anggota komunitas yang aktif pada saat ini?
8. Apakah komunitas ini memiliki lokasi sekretariat? Bila ada, dimana lokasi
sekretariat dari komunitas ini?
9. Bagaimana struktur organisasi dalam komunitas ini?
10. Apa saja kegiatan-kegiatan komunitas ini?
11. Apakah terdapat kesulitan dalam melakukan kegiatan kegiatannya?
12. Apakah komunitas anda bekerjasama dengan komunitas lain dalam
menjalankan kegiatannya?
13. Apakah ada kegiatan yang bekerjasama dengan institusi pemerintah?
14. Seberapa sering kegiatan-kegiatan dari komunitas ini dilakukan?
15. Dimana saja lokasi aktivitasnya?
16. Apakah ada kegiatan rutin yang bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan
komunitas kepada masyarakat?
17. Seberapa sering sosialisasi dilakukan?
18. Dimana sosialisasi dilakukan?
19. Apakah ada kegiatan yang menggunakan taman sebagai tempat kegiatan atau
sosialisai?
20. Tolong sebutkan taman yang rutin digunakan dalam melakukan kegiatan!
21. Apa yang dilakukan komunitas ini ketika menggunakan taman?
22. Seberapa sering taman kota digunakan oleh komunitas?
23. Apa alasan menggunakan taman tersebut?
24. Tolong sebutkan komunitas komunitas yang pernah melakukan kegiatan
dibidang lingkungan yang saudara ketahui?
2
Lampiran 2 Daftar narasumber
No Komunitas hijau Nama
1 Bike To Work Bogor Ramadhani Achdiawan
Tutun M. Subhan
Firsyario
2 Bogor Berkebun Warid
Retno Wulandari
3 Earth Hour Bogor Aru Prayogi
Renny Widyanty
Rani Marini
4 Koalisi Pejalan Kaki Bogor Dayan
Irna
Vivi
5 Komunitas Peduli Ciliwung Een Irawan Putra
M. Muslic
Faizal Abdul Aziz
3
Lampiran 3 Daftar komunitas di Kota Bogor
1. Agreemovement
2. Backpaker Bogor
3. Bobscoot
4. Bogor Berkebun
5. Bogor Historia
6. Bogor Riot City
7. Brotherhood 51
8. Burung Indonesia
9. Candevip
10. Chapter Bogor
11. Corner Kick Art
12. Dompet Dhuafa Volunteer
13. Earth Hour Bogor
14. Fakta Bahasa Bogor
15. Forum for Indonesia
16. Gerakan Seribu Cinta Untuk Senyum Sesama (Gebu Cinta)
17. Grak Bogor
18. IAAS LC IPB
19. Indorunners Bogor
20. Inovasia
21. IPB Social and Health Care (I-Share)
22. Junior Chamber International Chapter Bogor
23. Kampoeng Bogor
24. Koalisi Pejalan Kaki
25. Komunitas Anti Rokok
26. Komunitas BMX Bogor
27. Komunitas Gambar Kota Bogor
28. Komunitas Graffiti
29. Komunitas Kalbu
30. Komunitas Peduli Ciliwung
31. Komunitas Plat F
32. Komunitas Soundcloud Bogor
33. Komunitas Taman Kencana
34. Komunitas Turun Tangan
35. Komunitas Skateboard
36. Konsorsium Peduli Bogor
37. Kontra
38. Paguyuban Mojang Jajaka Kota Bogor
39. Parkour Bogor
40. Pelaksana Program Beasiswa Yatim Dhuafa
41. Persatuan Mahasiswa Kota Bogor (PMKB)
42. Public Relation Community
43. Rumah Harapan
4
44. Rumah Merah Putih
45. Sanggar Juara
46. StandUpIndo_BGR
47. Terminal Bikers Indonesia
48. Terminal Hujan
49. Waste Bank For Education
5
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 September 1992 dari Ayah A
Moenandar (alm) dan Ibu Yuyun Y. Penulis adalah putra ketiga dari empat
bersaudara. Tahun 2011, penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum
Penanaman Lanskap pada tahun ajaran 2014/2015 dan menjadi asisten praktikum
Analisis Tapak pada tahun ajaran 2015/2016. Penulis juga pernah mengikuti lomba
cipta poster dan video dengan prestasi menjadi juara I untuk lomba SSC2014:
Karya Penyelamat Napas Bangsa.