Identifikasi Aspek Dan Elemen Spiritual Perkotaan

download Identifikasi Aspek Dan Elemen Spiritual Perkotaan

of 19

description

Tugas Mata Kuliah Wisata Budaya Program Keahlian Ekowisata Diploma IPB

Transcript of Identifikasi Aspek Dan Elemen Spiritual Perkotaan

Laporan Praktikum III

15 September 2015Wisata Budaya dan Spiritual2

IDENTIFIKASI ASPEK DAN ELEMEN SPIRITUAL

PADA MASYARAKAT ISLAM DI KOTA JAKARTAOleh

Kelompok 2/P1 :Angga Saputra Oktavian

(J3B114005)

Nur Ardi Samra

(J3B114046)

Dhanty Ardini Cahyati Lubis

(J3B114056)

Kadek Sukasari

(J3B214072)

Dosen :

Bedi Mulyana S.Hut, M.Par, M.oTAsisten Dosen :

Rima Pratiwi Batubara, S.Hut

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2015DAFTAR ISI2DAFTAR ISI

3I.PENDAHULUAN

3A.Latar Belakang

4B.Tujuan

5II.TINJAUAN PUSTAKA

5A.Identifikasi

5B.Spiritual

8C.Masyarakat Kota

9III.KONDISI UMUM

9A.Geografis

9B.Pemerintahan

9C.Penduduk

Error! Bookmark not defined.D.Budaya dan Nilai

11IV.METODE PRAKTIKUM

11A.Lokasi dan Waktu

11B.Alat dan Objek

11C.Jenis dan Metode Pengambilan Data

11D.Tahapan Pengerjaan

12V.PEMBAHASAN

12A.Hasil

13B.Pembahasan

131.Aspek Spiritual

142.Elemen Spiritual

18VI.KESIMPULAN

Error! Bookmark not defined.DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangTischler (2002) mengatakan bahwa spiritualitas mirip atau dengan suatu cara, berhubungan dengan emosi atau perilaku dan sikap tertentu dari seorang individu. Menjadi seorang yang spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi, dan penuh kasih. Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu memiliki berbagai spiritual dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Spiritual erat kaitannya dengan sistem kepercayaan dan kespiritualan. Sistem kepercayaan antara manusia dengan Sang Pencipta biasanya menjadi spiritualitas yang utama. Selain itu, bermula dari kebudayaan yang merupakan hasil cipta, rasa, karsa yang di dalamnya terdapat nilai-nilai spiritualitas yang tinggi. Kebudayaan dikatakan memiliki nilai spiritualitas yang tinggi dikarenakan dalam setiap kebudayaan yang berlaku di masyarakat terdapat nilai-nilai maupun filosofi tertentu. Sehingga hal tersebut dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk memiliki kesadaran spiritual yang tinggi.

Spiritual memiliki aspek dan elemen yang berbeda. Aspek spiritual diantaranya adalah merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna, memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam setiap aspek kehidupan, dan meyakini bahwa berhubungan dengan dimensi transendensi adalah menguntungkan. Sedangkan, elemen spiritual meliputi kapasitas transendensi, kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi, kemampuan untuk menyadari akan merasakan hal-hal suci, kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan, dan kemampuan untuk bertingkah laku baik.

Kota Jakarta merupakan kota yang masyarakatnya memiliki kondisi spiritual yang tinggi. Salah satu pemicu spiritual yang ada di masyarakat adalah agama. Kota Jakarta merupakan kota yang religius dan berspiritual. Maka dari itu, kerukunan antar umat beragaman sangat jelas terlihat di Kota Jakarta. Kerukunan tersebut bahkan terlihat pada saat perayaan hari-hari besar agama. Masyarakat yang memiliki perbedaan keyakinan tetap memiliki spirit yang sama untuk menjalin hubungan baik. Kota Jakarta dihuni oleh beberapa agama, diantaranya adalah Hindu. Agama Hindu yang berkembang pada masyarakat Jakarta dipengaruhi oleh masyarakat yang berasal dari Bali. Bahkan hingga saat ini, perayaan hari besar Agama Hindu di Kota Jakarta tidak terlepas dari kespiritualan Bali.

Masyarakat Kota Jakarta memiliki aspek dan elemen spiritual yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perayaan-perayaan hari besar yang hingga saat ini masih dijaga keasliannya. Berbagai ritual agama yang hingga saat ini masih dilaksanakan memberi pengaruh kepada masyarakat terutama dari segi spiritualitas. Agama Hindu yang merupakan agama mayoritas kedua di Kota Jakarta turut membangun jiwa spiritualitas masing-masing masyarakat yang mmeluk agama tersebut maupun masyarakat agama lain untuk memiliki kesadaran spiritual. B. Tujuan

Praktikum dilaksanakan dengan beberapa tujuan. Tujuan berkaitan dengan spiritual masyarakat perkotaan yang telah ditentukan lokasinya. Adapun secara lengkap mengenai spiritual dari segi aspek dan elemen akan ditampilkan pada bagian hasil dan pembahasan. Tujuan praktikum identifikasi aspek dan elemen spiritual pada masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut.

1. Mengidenfikasi aspek spiritual di Kota Jakarta.2. Mengidentifikasi elemen spiritual di Kota Jakarta.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. IdentifikasiJ.P Chaplin yang diterjemahkan Kartini Kartono yang dikutip oleh Uttoro 2008 identifikasi adalah penentuan atau penetapan identits seseorang atau benda sedangkan menurut psikoanalis identifikasi adalah suatu proses yang dilakuakan seseorang secara tidak sadar, atas dasar ikatan emosional dengan tokoh tertentu, sehingga ia berprilaku atau membayangkan dirinya seakan-akan ia adalah tokoh tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu. B. SpiritualSpiritualitas adalah kebutuhan bawaan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri manusia itu. Istilah sesuatu yang lebih besar dari manusiaadalah sesuatu yang diluar diri manusia dan menarik perasaan akan diri orang tersebut. Pengertian spiritualitas oleh Wigglesworth ini memiliki dua komponen, yaitu vertikal dan horizontal:

- Komponen vertikal, yaitu sesuatu yang suci, tidak berbatas tempat dan waktu, sebuah kekuatan yang tinggi, sumber, kesadaran yang luar biasa. Keinginan untuk berhubungan dengan dan diberi petunjuk oleh sumber ini.

- Komponen horizontal, yaitu melayani teman-teman manusia dan planet secara keseluruhan.

Komponen vertikal dari Wigglesworth sejalan dengan pengertian spiritualitas dari Schreurs (2002) yang memberikan pengertian spiritualitas sebagai hubungan personal terhadap sosok transenden. Spiritualitas mencakup inner life individu, idealisme, sikap, pemikiran, perasaaan dan pengharapannya terhadap Yang Mutlak. Spiritualitas juga mencakup bagaimana individu mengekspresikan hubungannya dengan sosok transenden tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga sejalan dengan pendapat Elkins et al. (1988) yang mengartikan spiritualitas sebagai suatu cara menjadi dan mengalami sesuatu yang datang melalui kesadaran akan dimensi transenden dan memiliki karakteristik beberapa nilai yang dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri, kehidupan, dan apapun yang dipertimbangkan seseorang sebagai Yang Kuasa. Sedangkan komponen horizontal dari Wigglesworth sejalan dengan pengertian spiritualitas dari Fernando (2006) yang mengatakan bahwa spiritualitas juga bisa tentang perasaan akan tujuan, makna, dan perasaan terhubung dengan orang lain. Pendapat ini tidak memasukkan agama dalam mendefinisikan spiritualitas dan spiritualitas.

Spiritualitas dapat diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari termasuk juga di tempat kerja. Ashmos (2000) mendefinisikan spiritualitas di tempat kerja sebagai suatu pengenalan bahwa karyawan memiliki kehidupan dalam yang memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan yang bermakna yang mengambil tempat dalam konteks komunitas. Pengertian spiritualitas di tempat kerja dari Ashmos memiliki tiga komponen, yaitu kehidupan dalam (inner life), pekerjaan yang bermakna, dan komunitas. Ashmos ingin menekankan bahwa spiritualitas di tempat kerja bukan tentang agama, walaupun orang terkadang mengekspresikan kepercayaan agama mereka di tempat kerja. Spiritualitas yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada definisi dari Tischler (2002) yaitu spiritualitas sebagai suatu hal yang berhubungan dengan perilaku atau sikap tertentu dari seorang individu, menjadi seorang yang spiritual berarti menjadi seorang yang terbuka, memberi, dan penuh kasih.

Elkins et al. (1988) melakukan penelitian dengan melibatkan beberapa orang yang mereka anggap memiliki spiritualitas yang berkembang (highly spiritual). Partisipan dalam penelitian ini diberikan pertanyaan menyangkut berbagai komponen spiritualitas (yang didapat dari studi teoritis berbagai literatur humanistik, fenomenologis dan eksistensialisme yang telah dilakukan sebelumnya) dan diminta untuk menilai komponen-komponen tersebut berdasarkan pengalaman dan pengertian pribadi mereka mengenai spiritualitas itu sendiri. Hasil dari penelitian ini mengarahkan Elkins et al. untuk sampai pada sembilan komponen dari spiritualitas, yaitu:

1. Dimensi transenden

Individu spiritual percaya akan adanya dimensi transenden dari kehidupan. Inti yang mendasar dari komponen ini bisa berupa kepercayaan terhadap tuhan atau apapun yang dipersepsikan oleh individu sebagai sosok transenden. Individu bisa jadi menggambarkannya dengan menggunakan istilah yang berbeda, model pemahaman tertentu atau bahkan metafora. Pada intinya penggambaran tersebut akan menerangkan kepercayaannya akan adanya sesuatu yang lebih dari sekedar hal-hal yang kasat mata. Kepercayaan ini akan diiringi dengan rasa perlunya menyesuaikan diri dan menjaga hubungan dengan realitas transenden tersebut. Individu yang spiritual memiliki pengalaman bersentuhan dengan dimensi transenden. Komponen ini sama dengan komponen kesatuan dengan yang transenden dari LaPierre dalam Hill (2000). 2. Makna dan tujuan dalam hidup

Individu yang spiritual memahami proses pencarian akan makna dan tujuan hidup. Dari proses pencarian ini, individu mengembangkan pandangan bahwa hidup memiliki makna dan bahwa setiap eksistensi memiliki tujuannya masingmasing. Dasar dan inti dari komponen ini bervariasi namun memiliki kesamaan yaitu bahwa hidup memiliki makna yang dalam dan bahwa eksistensi individu di dunia memiliki tujuan. Komponen ini sama dengan komponen pencarian akan makna hidup dari LaPierre dalam Hill (2000). 3. Misi hidup

Individu merasakan adanya panggilan yang harus dipenuhi, rasa tanggung jawab pada kehidupan secara umum. Pada beberapa orang bahkan mungkin merasa akan adanya takdir yang harus dipenuhi. Pada komponen makna dan tujuan hidup, individu mengembangkan pandangan akan hidup yang didasari akan pemahaman adanya proses pencarian makna dan tujuan. Sementara dalam komponen misi hidup, individu memiliki metamotivasi yang berarti mereka dapat memecah misi hidupnya dalam target-target konkrit dan tergerak untuk memenuhi misi tersebut.4. Kesakralan hidup

Individu yang spiritual mempunyai kemampuan untuk melihat kesakralan dalam semua hal hidup. Pandangan akan hidup mereka tidak lagi dikotomi seperti pemisahan antara yang sakral dan yang sekuler, atau yang suci dan yang duniawi, namun justru percaya bahwa semua aspek kehidupan suci sifatnya dan bahwa yang sakral dapat juga ditemui dalam hal-hal keduniaan. 5. Nilai-nilai material

Individu yang spiritual menyadari akan banyaknya sumber kebahagiaan manusia, termasuk pula kebahagiaan yang bersumber dari kepemilikan material. Oleh karena itu, individu yang spiritual menghargai materi seperti kebendaan atau uang namun tidak mencari kepuasaan sejati dari hal-hal material tersebut. Mereka menyadari bahwa kepuasaan dalam hidup semestinya datang bukan dari seberapa banyak kekayaan atau kebendaan yang dimiliki. 6. Altruisme

Individu yang spiritual menyadari akan adanya tanggung jawab bersama dari masing-masing orang untuk saling menjaga sesamanya (our brothers keepers). Mereka meyakini bahwa tidak ada manusia yang dapat berdiri sendiri, bahwa umat manusia terikat satu sama lain sehingga bertanggung jawab atas sesamanya. Keyakinan ini sering dipicu oleh kesadaran mereka akan penderitaan orang lain. Nilai humanisme ini diikuti oleh adanya komitmen untuk melakukan tindakan nyata sebagai perwujudan cinta altruistiknya pada sesama.7. IdealismeIndividu yang spiritual memiliki kepercayaan kuat pada potensi baik manusia yang dapat diaktualisasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Memiliki keyakinan bukan saja pada apa yang terlihat sekarang namun juga pada hal baik yang dimungkinkan dari hal itu, pada kondisi ideal yang mungkin dicapai. Mereka percaya bahwa kondisi ideal adalah sesuatu yang sebenarnya mungkin untuk diwujudkan. Kepercayaan ini membuat mereka memiliki komitmen untuk menjadikan dunia tempat yang lebih baik, setidaknya dalam kapasitasnya masingmasing.8. Kesadaran akan peristiwa tragis

Individu yang spiritual menyadari akan perlu terjadinya tragedi dalam hidup seperti rasa sakit, penderitaan atau kematian. Tragedi dirasa perlu terjadi agar mereka dapat lebih menghargai hidup itu sendiri dan juga dalam rangka meninjau kembali arah hidup yang ingin dituju. Peristiwa tragis dalam hidup diyakininya sebagai alat yang akan membuat mereka semakin memiliki kesadaran akan eksistensinya dalam hidup.

9. Buah dari spiritualitas

Komponen terakhir merupakan cerminan atas kedelapan komponen sebelumnya dimana individu mengolah manfaat yang dia peroleh dari pandangan, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianutnya. Pada komponen ini individu menilai efek dari spiritualitasnya, dan biasanya dikaitkan dengan hubungannya terhadap diri sendiri, orang lain, alam, kehidupan, dan apapun yang dipersepsikannya sebagai aspek transenden.

Schreurs (2002) menyatakan spiritualitas terdiri dari tiga aspek yaitu aspek eksistensial, aspek kognitif, dan aspek relasional:

1. Aspek eksistensial, seseorang belajar untuk mematikan bagian dari dirinya yang bersifat egosentrik dan defensif. Aktivitas yang dilakukan seseorang pada aspek ini dicirikan oleh proses pencarian jati diri (true self).

2. Aspek kognitif, yaitu saat seseorang mencoba untuk menjadi lebih reseptif terhadap realitas transenden. Biasanya dilakukan dengan cara menelaah literatur atau melakukan refleksi atas suatu bacaan spiritual tertentu, melatih kemampuan untuk konsentrasi, juga dengan melepas pola pemikiran kategorikal yang telah terbentuk sebelumnya agar dapat mempersepsi secara lebih jernih pengalaman yang terjadi serta melakukan refleksi atas pengalaman tersebut, disebut aspek kognitif karena aktivitas yang dilakukan pada aspek ini merupakan kegiatan pencarian pengetahuan spiritual.

3. Aspek relasional, merupakan tahap kesatuan dimana seseorang merasa bersatu dengan Tuhan (dan atau bersatu dengan cintaNya). Pada aspek ini seseorang membangun, mempertahankan, dan memperdalam hubungan personalnya dengan Tuhan.

C. Masyarakat KotaMasyarakat kota adalah sekumpulan orang yang hidup dan bersosialisasi di daerah yang mungkin bisa dikatakan lebih maju dan lebih modern dan mudah untuk suatu hal yang dicita-citakan. Karena masyarakat kota memiliki gengsi yang tinggi sehingga sulit menemukan rasa solideritas yang tinggi maka dari itu masyarakat kota lebih cederung individualis. Menurut Talcott Persons mengenai beberapa tipe masyarakat kota yang dibagi pada empat macam diantaranya: Netral Afektif, Orietasi diri, Universalisme, Heterogenitas.

Netral Efektif adalah masyarakat kota yang lebih mementingkat rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.

Orientasi diri adalah masyarakat dengan kekuatannya sendiri dan harus dapat memepertahankan dirinya sendiri, pada umumnnya didalam kota tetangga bukanlah orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan. Oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada oranglain, mereka cenderung untuk individualistik.

Universalisme adalah berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk universalisme. Heterogenitas adalah masyarajat kota yang ebi memikirkan sifat heterogen artinya trdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan produksinya. Heterogenitas masyarakat kota yang harus mempertahankan diri sendiri dikarenakan tetangga yang biasanya menjadi kerabat dekat dikota bukanlah sebagai salah satu yang bisa diandalkan sebagai seseorang yang bisa membantu dikala susah, mereka cenderung bersifat sendiri-sendiri untuk bertahan hidup (individualistik). III. KONDISI UMUMA. Geografis

Kota Secara geografis Provinsi DKI Jakarta terletak antara 51912 sampai 62354Lintang Selatan dan 1062242 sampai 1065818 Bujur Timur dengan ketinggian 7 mdpl. Batas-batas wilayah provinsi DKI Jakarta, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.B. PemerintahanPemerintahan Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia diatur dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Undang-undang ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Negara Republik Indonesia Jakarta, serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlaku lagi. Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang Gubernur. Berbeda dengan provinsi lainnya, pembagian pemerintahan Provinsi DKI Jakarta hanya terdiri atas kota administratif dan Kabupaten administratif, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri. Dengan demikian, Provinsi DKI Jakarta hanya memiliki DPRD Provinsi dan tidak memiliki DPRD Kabupaten/ Kota.

C. Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta sebanyak 9.607.787 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerahperkotaan sebanyak 9.607.787 jiwa (100,00 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 0 jiwa (0,00 persen). Penduduk laki-laki Provinsi DKI Jakarta sebanyak 4.870.938 jiwa dan perempuan sebanyak 4.736.849 jiwa. Seks Rasio adalah 103, berarti terdapat 103 laki-laki untuk setiap 100 perempuan.

D. Budaya dan NilaiBudaya Jakarta merupakan budaya mestizo atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak Zaman Belanda, Jakartamerupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain Betawi, Jawa, Sunda, Minang, Batak, Dan Bugis. Selain budaya Arab, Tiongkok, India dan Portugis. Suku Betawi yang diyakini sebagai penduduk asli Jakarta sebenarnya berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa dimasa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, Seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Bugiis, Makassar, Ambon, Melayu, dan Tionghoa. Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb , Fauzi Bowo mantan Gubernur Jakarta. Ada beberapa hal yang positif dari betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi. Walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang beragama islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang masih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang medernisasi tersebut.

IV. METODE PRAKTIKUMMetode yang digunakan dalam praktikum ini meliputi tempat dan waktu penelitian, alat dan obyek, serta jenis dan teknik pengambilan. Metode-metode tersebut ditempuh guna memperlancar kegiatan praktikum. Adapun metode praktikum adalah sebagai berikut.

A. Lokasi dan Waktu

Kegiatan praktikum dilaksanakan di Kampus Cilibende Gedung A Kelas CA K08. Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 17 September 2013. Praktikum dilaksanakan pada pukul 07.00-10.20 WIB. Praktikum dilaksanakan dengan studi literatur dengan studi kasus adalah Kota Jakarta. Fokus literatur pencarian meliputi aspek dan elemen spiritual pada mayarakat Islam di Kota Jakarta.

B. Alat dan Objek

Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum adalah buku tulis untuk mencatat segala informasi yang didapat. Lembar panduan praktikum yang dipergunakan untuk acuan dalam pengerjaan laporan. Sedangkan, objek dalam kegiatan praktikum adalah Kota Jakarta sebagai fokus utama.C. Jenis dan Metode Pengambilan Data

Jenis data dalam kegiatan praktikum adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi aspek spiritual yang terdapat di Kota Jakarta. Selanjutnya adalah elemen-elemen spiritual yang terdapat di Kota Jakarta. Sedangkan, data sekunder dalam kegiatan praktikum adalah teori-teori kepustakaan mengenai spiritual, aspek spiritual, elemen spiritual, dan masyarakat kota yang didapatkan dari studi literatur. Metode pengambilan data dalam kegiatan praktikum adalah menggunakan studi literatur. Studi literatur meliputi pengambilan data dengan berbagai sumber yang berkaitan dengan judul praktikum. Sumber literatur tersebut diantaranya adalah melalui arikel di internet, buku elektronik, dan lember panduan praktikum. D. Tahapan Pengerjaan

Kegiatan praktikum ini dilakukan dengan beberapa tahapan pengerjaan. Tahapan pengerjaan dilakukan dengan urutan sesuai panduan pengerjaan. Adapun tahapan dalam kegiatan praktikum adalah sebagai berikut.

1. Pencarian pengertian mengenai tinjauan pustaka sesuai dengan judul praktikum.2. Pengumpulan berbagai informasi mengenai aspek-aspek spiritual yang ada di Kota Jakarta.3. Pengumpulan berbagai informasi mengenai elemen-elemen spiritual yang berada di Kota Jakarta.4. Penulisan hasil informasi di tallysheet sesuai dengan poin-poin yang dimaksud. 5. Pembahasan mengenai hasil yang ditampilkan dalam tallysheet.V. PEMBAHASANKegiatan praktikum mengenai spiritual di Kota Jakarta disajikan dalam bentuk hasil dan pembahasan. Hasil merupakan tallysheet mengenai aspek dan elemen spiritual di Kota Jakarta. Sedangkan, pembahasan adalah ulasan mengenai hasil yang dibandingkan dengan teori mengenai spiritual dan kespiritualan, khususnya masyarakat kota. Berikut adalah hasil dan pembahasan menganai aspek dan elemen spiritual pada Masyarakat Kota Jakarta. A. Hasil

Hasil disajikan dalam bentuk tallysheet berupa tabel inventarisasi sesuai dengan aspek maupun elemen spiritual (Tabel 1). Dalam tabel hasil juga disajikan mengenai jenis Hasil juga menyajikan secara ringkas mengenai deskripsi dari masing-masing poin.

Tabel 1. Tallysheet Inventarisasi Aspek dan Elemen Spiritual di Masyarakat Perkotaan

NoAspek dan Elemen SpiritualJenis SpiritualDeskripsi

AdaTidak Ada

1.Aspek Spiritual

a. Merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna Masyarakat perkotaan Jakarta mempercayai agama Islam sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan

b. Memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam setiap aspek kehidupan Masyarakat penganut agama islam tidak memakan Babi, karena merupakan larangan yang telah ditetapkan oleh yang maha kuasa

c. Menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan

Islam menjadi agama dominan dan bertoleransi terhadap agama lain

d. Meyakini bahwa berhubungan dengan dimensi tansendensi adalah menguntungkan Mendekatkan diri kepada sang pencipta melalui beberapa kegiatan

2.Elemen Spiritual

a. Kapasitas Transendensi Kegiatan kerohanian Islam di kalangan siswa pelajar di kota Jakarta.

b. Kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi Proses berdzikir.

c. Kemampuan untuk menyadari akan kemampuan merasakan hal-hal suci Seseorang melakukan ritual Akekah dan Sunatan

d. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permsalahan dalam kehidupan Ulama sebagai sarana meminta solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan

e. Kemampuan untuk bertingkah laku yang baik Mengikuti prosesi akad nikah

B. Pembahasan

Pembahasan merupakan ulasan dari hasil secara lebih terperinci dan dibandingkan dengan teori yang ada. Pembahasan pada kegiatan praktikum ini dibagi menjadi dua garis besar. Pembahasan mengenai aspek spiritual dan elemen spiritual. Aspek spiritual diantaranya adalah merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna, memiliki sebuah komitmen terhadap aktualisasi potensi-potensi positif dalam setiap aspek kehidupan, dan meyakini bahwa berhubungan dengan dimensi transendensi adalah menguntungkan. Sedangkan, elemen spiritual meliputi kapasitas transendensi, kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi, kemampuan untuk menyadari akan merasakan hal-hal suci, kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan, dan kemampuan untuk bertingkah laku baik.

1. Aspek SpiritualAspek spiritual yang mancakup kehidupan dan kegiatan yang berhubungan dengan spiritual. Aspek spiritual yang ada di Kota Jakarta berhubungan ajaran-ajaran Agama Islam dalam kehidupan masyarakat. Agama Islam yang memiliki berbagai ajaran yang berhubungan dengan pencipta maupun dengan sesama makhluk hidup dapat menjadi aspek spiritual yang dapat menjadikan pemeluknya memiliki spiritual yang lebih. Berikut adalah aspek spiritual yang berhubungan dengan ajaran Agama Islam di Kota Jakartaa. Merasa Yakin Bahwa Hidup Sangat Bermakna (Nur Ardi Samra J3B114046)Manusia dalam menjalani hidup, membutuhkan pedoman agar dapat menjalani hidup dengan baik. Masyarakat Jakarta meyakini bahwa kepercayaan dan agama merupakan salah satu bentuk dari pedoman untuk menjalani hidup. Dalam menghargai hidup, manusia harus selalu menjalani kehidupan dengan sebaik baiknya. Agama merupakan bentuk dari kepercayaan manusia untuk menuntun kehidupan yang lebih baik.b. Memiliki Sebuah Komitmen Terhadap Aktualisasi Potensi-Potensi Positif dalam Setiap Aspek Kehidupan (Nur Ardi Samra J3B114046)Penganut agama Islam tidak boleh memakan babi, hal ini yang telah ditentukan dalam ajaran agama Islam. Sebagai penganut yang berkomitmen, masyarakat mengikuti ketentuan agama tersebut. komitmen ini dipegang teguh oleh masyarakat muslim, karena mereka meyakini bahwa dengan mengikuti ketentuan agama mereka, mereka akan mendapatkan kehidupan yang positif. Mentaati perintah yang mahakuasa merupakan salah satu cara bagi masyarakat kota Jakarta yang beragama islam agar selalu dapat diberi keberkahan oleh Tuhan mereka.2. Elemen Spiritual

Elemen spiritual secara teori hampir sama dengan aspek spiritual. Elemen spiritual berkaitan dengan kapasitas transendensi, kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi, kemampuan untuk menyadari akan kemampuan merasakan hal-hal suci, kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan, kemampuan untuk bertingkah laku yang baik. Pemeluk Agama Hindu di Kota Jakarta selain melakukan ritual agama yang sakral, juga dilakukan festival dalam rangka penyambutan hari besar. Berbagai festival dan perayaan tersebut masing-masing memiliki nilai-nilai yang terkadung dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga berpotensi untuk membawa masyarakat pada kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Berikut adalah elemen spiritual penganut Agama Hindu di Kota Jakarta.a. Kapasitas Transendensi (Angga Saputra Oktavian - J3B114005)Banyaknya kenakalan pelajar (siswa) tampak jelas bahwa pada mereka yang sedang tumbuh jiwanya. Terutama mereka yang hidup dikota-kota besar seperti di Kota Jakarta yang mencoba mengembangkan diri kearah kehidupan yang lebih maju dan modern sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana beraneka ragam kebudayaan asing yang merusak seolah-olah tanpa seleksi. Mereka dihadapkan pada aneka ragam pengalaman yang menyebabkan mereka bingung memilih mana yang baik mana yang buruk. Nilai-nilai moral yang akan diambilnya menjadi pegangan terasa kabur, terutama peranan pendidikan keluarga yang kurang mengindahkan ajaran agama bagi anak-anaknya. Sebelum memasuki SMA, kehidupan terarah dan teratur serta mengikuti tata cara tertentu, tetapi setelah memasuki SMA terasa seolah-olah kehilangan kemudi dan arah.

Para pendidik termasuk orang tua mempunyai tanggung jawab yang bersama dalam membentuk karakter serta tingkah laku yang baik bagi siswa terutama dalam hal mengatasi kenakalannya dilingkungan sekolah. Mental merupakan faktor penting dalam menentukan akhlak yang baik bagi manusia untuk berakhak mulia. Oleh karena itu dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak didik (siswa), maka disekolah tersebut dibentuklah kegiatan ekstrakurikuler Seksi Kerohanian Islam, yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran tatap muka yang bertujuan untuk menunjang serta mendukung program kulikuler Pendidikan Agama Islam yang bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamatan dan pengamalan ajaran Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta bermental mulia. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dipakai dua cara pendekatan yaitu pendekatan teoritis dengan melakukan studi kepustakaan dan pendekatan studi lapangan dengan mengadakan penelitian langsung di SMAN khususnya yang ada di Kota Jakarta sebagai obyek penelitian.b. Kemampuan untuk Memasuki Kondisi Kesadaran Spiritual yang Lebih Tinggi (Angga Saputra Oktavian - J3B114005)Pawai Perubahan gelombang otak selama proses dzikir. Efek yang paling sering dialami oleh peserta dzikir metodenya adalah munculnya kondisi tenang, pernapasan berjalan dengan lebih lambat, badan menjadi rileks dan beberapa dari mereka dapat merasakan keheningan yang sangat dalam sehingga mereka menuturkan ketika kondisi tersebut berlangsung mereka tidak mampu berkata-kata seperti orang melamun tapi tetap sadar. Fenomena peserta ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hirai (dalam, Subandi 2002) yang menemukan bahwa adanya perubahan gelombang otak selama proses meditasi berlangsung. Dari hasil penelitiannya Hirai membagi menjadi empat tahap : pertama, dalam lima puluh menit gelombang otak berubah dari betha ke alpha. Kedua, gelombang otak makin halus sekitar 50% gelombang alpha muncul ketika subjek menutup mata, ketiga, gelombang otak semakin lambat dan halus, dan keempat, gelombang otak menjadi gelombang tetha yaitu gelombang yang pada umumnya muncul pada saat tidur atau mimpi. Terakhir perubahan makin halus dan menjadi gelombang deltha yang sangat lambat. Ditemukan juga bahwa makin lama seorang berlatih meditasi, makin halus gelombang otaknya. Jadi dari kegiatan dzikir tersebut dengan tidak langsung dapat mengubah kesadaran kita jauh lebih baik dari sebelumnya contoh nya adalah apabila kita sedang emosi dan ingin meredakan dengan lebih baik dan membuat kita jauh lebih tenang adalah dengan cara berdzikir. Banyak di lakukan ulama dan ustadz yang ada di masjid-masjid di Kota Jakarta yaitu dengan menggelar suatu acara dzikir malam setiap malam jumat. Apa lagi di masjid Istiqlal Jakarta yang banyak umat atau ulama sedang melakukan suatu dzikir untuk mengkondisikan kesadaran mengenai pikiran yang ada di otak dan hati kita.c. Kemampuan untuk Menyadari Akan Kemampuan Merasakan Hal-Hal Suci (Kadek Sukasari J3B214072)Pawai Masyarakat Indonesia dikenal memiliki banyak ritual, tak terkecuali masyarakat Betawi, ritual ini merupakan suatu kebiasaan turun-temurun yang diajarkan oleh orang tua dahulu dan dilestarikan oleh generasi berikutnya. Ada beberapa ritual yang dilakukan oleh masyarakat Betawi. Masing-masing ritual memiliki tujuan dan symbol tersendiri. Berikut ini beberapa dari ritual hidup masyarakat Betawi.

Akekah atau biasa masyarakat Betawi menyebut Akeke adalah upacara selamatan pemberian nama dan mencukur rambut bayi. Pada upacara itu dipotong kambing sesuai dengan jenis kelamin si bayi. Apabila laki-laki dipotong kambing sebanyak 2 ekor untuk perempuan cukup 1 ekor. Ketika acara akekah rambut si bayi dipotong sambil di doa-doakan oleh masyarakat yang hadir dalam upacara akekah. Selanjutnya, rambut yang tadi dicukur dikumpulkan kemudian ditimbang yang selanjutnya untuk dibelikan emas sesuai dengan rambut bayi yang dicukur untuk disumbankan kepada anak yatim-piatu. Akekah juga dimeriahkan dengan pembacaan mauled Al-Barjanzi dan pembagian berekat (Besek) untuk para hadirin.Sunatan bagi masyarakat Betawi adalah upacara memotong kulit ujung penis bagi anak laki-laki sesuai dengan ajaran agama Islam. Biasanya sebelum hari H si anak mulai diarak keliling kampong dengan menggunakan delman. Tujuannya adalah untuk member kegembiraan serta semangat kepada si anak. Perlengkapan dan pendukung acara ini antara lain; 1. Pakaian pengantin sunat, 2. Pembacaan shalawat dustur, 3. Grup rebana ketimpring sebagai pengarak dan pembaca shalawat badar, 4. Kuda hias, dan 5. Grup ondel-ondel. Perlengkapan tersebut tidaklah wajib digunakan saat acara sunatan, hanya orang-orang yang berkeinginan saja yang melengkapinya dengan tujuan agar suasana sunatan lebih meriah.d. Kemampuan untuk Memanfaatkan Sumber-Sumber Spiritual Untuk Memecahkan Permasalahan dalam Kehidupan (Kadek Sukasari J3B214072)Ulama memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai peristiwa sejarah penting, terutama sejarah perubahan masyarakat (social engineering). Bahkan nyaris tidak ada satu pun perubahan masyarakat di dunia ini yang tidak melibatkan peran ulama. Mereka jugalah orang pertama yang menyebarkan kesadaran ini di tengah-tengah masyarakat hingga masyarakat memiliki kesadaran kolektif untuk melakukan perubahan. Jika kesadaran terhadap kerusakan masyarakat belum tumbuh di tengah-tengah masyarakat, niscaya tidak akan tumbuh pula keinginan untuk berubah, apalagi upaya untuk melakukan perubahan. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa ulama merupakan sumber dan inspirasi perubahan.Peran dan fungsi strategis ulama dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, pewaris para nabi. Tentu, yang dimaksud dengan pewaris nabi adalah pemelihara dan menjaga warisan para nabi, yakni wahyu/risalah, dalam konteks ini adalah al-Quran dan Sunnah. Kedua, pembimbing, pembina dan penjaga umat. Pada dasarnya, ulama bertugas membimbing umat agar selalu berjalan di atas jalan lurus. Ketiga, pengontrol penguasa. Peran dan fungsi ini hanya bisa berjalan jika ulama mampu memahami konstelasi politik global dan regional. Keempat, sumber ilmu. Ulama adalah orang yang fakih dalam masalah halal-haram. Ia adalah rujukan dan tempat menimba ilmu sekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu berjalan di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya.Begitu pula dengan masyarakat kota Jakarta yang mempercayai kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan. Seperti yang telah diketahui, kota Jakarta disebut dengan kota metropolitan yang tentunya banyak sekali sumber-sumber pekerjaan. Banyaknya tempat bekerja inilah yang membuat masyaraktnya dikhawatirkan menimbulkan permasalahan, karena pastinya akan banyak sekali terdapat godaan. Disinilah peran ulama dalam membantu masyarakat menyelesikan permasalahan agar tetap berada di jalan Tuhan.e. Kemampuan untuk Bertingkah Laku yang Baik (Kadek Sukasari J3B214072)Suku Betawi sangat mencintai kesenian, salah satu ciri khas kesenian mereka yaitu Tanjidor yang dilatar belakangi dari budaya Belanda, selain itu betawi memiliki kesenian keroncong tugu yang dilatar belakangi dari budaya Portugis-Arab, kesenian gambang kromong yang dilatar belakangi dari budaya Cina. Selain kesenian yang selalu ditampilkan dengan penuh kemeriahan, tata cara pernikahan budaya Betawi juga sangat meriah.Untuk adat prosesi pernikahan betawi, ada banyak serangkaian prosesi. Didahului masa perkenalan melalui Mak Comblang. Dilanjutkan lamaran, pingitan, upacara siraman. Prosesi potong cuntung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Kemudian dilanjutkan dengan malam pacar, malam dimana mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya dengan pacar. Puncak adat betawi adalah Akad nikah.

Tradisi Meriah dan penuh warna-warni, demikian gambaran dari tradisi pernikahan adat Betawi. Diiringi suara petasan, rombongan keluarga mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman mempelai wanita sambil diiringi oleh ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain rebana menggunakan bahasa arab). Mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing yang merupakan ciri khas keluarga betawi dari Tanah Abang.

Sesampainya didepan rumah terlebih dulu diadakan prosesi Buka Palang Pintu, berupa berbalas pantun dan Adu Silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga wanita. Prosesi tersebut dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima sebagai calon suami yang akan menjadi pelindung bagi mempelai wanita sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria.

Pada saat prosesi akad nikah, rombongan mempelai pria memberikan hantaran berupa Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang artinya segala pahit, getir, dan manisnya kehidupan rumah tangga harus dijalani bersama antara suami dan istri. Maket Mesjid, maksudnya adalah agar mempelai wanita tidak lupa akan kewajibannya kepada agama dan harus menjalani shalat serta mengaji. Kekudung, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet, jamblang, dan sebagainya. Mahar atau mas kawin dari pihak pria untuk diberikan kepada mempelai wanita. Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik, kosmetik, sepasang roti buaya. Buaya merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan bersama-sama. Petise yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misal wortel, kentang, bihun, buncis dan sebagainya.

Acara berlanjut dengan pelaksanaan akad nikah. Yang kemudian dilanjutkan dengan penjemputan pengantin wanita. Selanjutnya, kedua pengantin dinaikkan ke dalam sebuah delman yang sudah dihias dengan masing-masing seorang pengiring. Delman tersebut ditutupi dengan kain pelekat hitam sehingga tidak kelihatan dari luar. Akan tetapi, dengan kain pelekat hitam yang ditempelkan pada delman, maka orang-orang mengetahui bahwa ada pengantin yang akan pergi ke penghulu.

Pada hari pesta pernikahan, baik pengantin pria maupun pengantin wanita, mengenakan pakaian kebesaran pengantin dan dihias. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan.

KESIMPULANKesimpulan dari kegiatan praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Spiritual pada Masyarakat Pekotaan adalah sebagai berikut.1. Aspek spiritual merasa yakin bahwa hidup sangat bermakna dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat dalam memeluk agama islam. Memiliki sebuah komitmen teradap aktualisasi potensi-potensi positif dalam setiap aspek kehidupan dapat dilihat pada komitmen untuk tidak mengkonsumsi daging babi. Menyadari akan keterkaitan dalam kehidupan berupa toleransi terhadap agama lain. Meyakini bahwa berhubungan dengan dimensi tansendensi adalah menguntungkan berupa mendekatkan diri kepada sang pencipta melalui beberapa kegiatan rohani. 2. Elemen spiritual mengenai Kapasitas Transendensi adalah kegiatan kerohanian islam di kalangan siswa pelajar di Jakarta, Kemampuan untuk memasuki kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi dengan cara berdzikir kepada yang maha kuasa, Kemampuan untuk menyadari akan kemampuan merasakan hal-hal suci berupa melakukan ritual Akekah dan Sunatan. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan permsalahan dalam kehidupan berupa Ulama sebagai sarana meminta solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan, Kemampuan untuk bertingkah laku yang baik berupa mengikuti prosesi akad nikahDaftarPustakamonitorday. 2015. jadwal-kegiatan-masjid-istiqlal-selama-ramadhan.http://www.monitorday.com .[diunduhpada 17 september 2015]wordpress. 2015. itikaf-di-masjid-masjid-jami-jakarta.https://koestoer.wordpress.com.[ diunduhpada17 september 2015]kementrianagama. 2015. DKI Jakarta JuaraUmum STQ XXIII. Kemenag.go.id.[diunduhpada 17 september 2015]suaraislam. 2015. Itikaf di Masjid Istiqlal. www.suara-islam.com. .[diunduhpada 17 september 2015]