Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

23
Tugas Kelompok Selasa, 10 September 2013 Mata Kuliah : Wisata Budaya dan Spiritual IDENTIFIKASI ASPEK DAN ELEMEN BUDAYA PADA MASYARAKAT NON PERKOTAAN (Studi Kasus: Kabupaten Jayapura) Oleh Kelompok VI/P1 TRM Habib Arrasyid J3B112004 Tia Choerunnisa J3B112022 Rully Ahmad Awalludin J3B112023 Dosen Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si Rini Utari, S.Hut, M.Si Helianthi Dewi, S.Hut, M.Si Asisten Dosen Rima Pratiwi Batubara, S.Hut PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

description

Mata Kuliah : Wisata Budaya dan SpiritualEkowisataInstitut Pertanian BogorBogor 2013

Transcript of Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

Page 1: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

Tugas Kelompok Selasa, 10 September 2013

Mata Kuliah : Wisata Budaya dan Spiritual

IDENTIFIKASI ASPEK DAN ELEMEN BUDAYA PADA MASYARAKAT NON PERKOTAAN

(Studi Kasus: Kabupaten Jayapura)

Oleh

Kelompok VI/P1

TRM Habib Arrasyid J3B112004

Tia Choerunnisa J3B112022

Rully Ahmad Awalludin J3B112023

Dosen

Dr. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si

Rini Utari, S.Hut, M.Si

Helianthi Dewi, S.Hut, M.Si

Asisten DosenRima Pratiwi Batubara, S.Hut

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura
Page 3: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

Daftar IsiI. PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang..........................................................................................3

B. Tujuan Pratikum........................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

IV. METODE PRATIKUM..............................................................................7

A. Lokasi dan Waktu......................................................................................7

B. Alat dan Bahan..........................................................................................7

C. Tahapan Kerja...........................................................................................7

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................8

A. Hasil...........................................................................................................8

B. Pembahasan................................................................................................9

VI. PENUTUP..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

2

Page 4: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBudaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam lingkungannya sehingga kebudayaan yang dipunyainya itu juga dipunyai oleh para warga masyarakat di mana dia hidup. Karena, dalam kehidupan sosialnya dan dalam kehidupan sosial warga masyarakat tersebut, selalu mewujudkan berbagai kelakuan dan hasil kelakuan yang harus saling mereka pahami agar keteraturan sosial dan kelangsungan hidup mereka sebagai makhluk sosial dapat tetap mereka pertahankan.

B. Tujuan PratikumTujuan dari praktikum Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada

Masyarakat Non Perkotaan adalah :1. Mengenali, mengetahui, dan memahami serta melakukan identifikasi

aspek dan elemen budaya pada masyarakat non perkotaan2. Mampu melakukan identifikasi masyarakat non perkotaan khususnya

mengenai kehidupan berbudaya.

Page 5: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

II. TINJAUAN PUSTAKA

Adapun tinjaun pustaka dalam Identifikasi Aspek dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan yang terdiri dari materi yan terpisah. Materi tersebut diantaranya mencakup kebudayaan dan masyarakat non perkotaan.

A. Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilhat sebagai "mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973a), atau sebagai "pola-pola bagi kelakuan manusia" (Keesing & Keesing, 1971). Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia.

B. Masyarakat & Masyarakat Non Perkotaan

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak yang berarti suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).

Masyarakat non perkotaan adalah suatu kesatuan masyarakat yang ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesame warga desa yaitu perasaan setiap warga yang amat kuat yang hakikatnya adalah seseorang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dan rela berkorban satu sama lain (Gunadarma, 159).

4

Page 6: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :

1. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

2. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.

3. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).

4. Keakraban (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.

Page 7: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

III. KONDISI UMUM

Kabupaten Jayapura terletak diantara 129°00’16”-141°01’47” Bujur Timur dan 2°23’10”Lintang Utara dan 9°15’00” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :

- Sebelah Utara  Samudera Pasifik dan Kabupaten Sarmi;- Sebelah Selatan Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo - Sebelah Timur  dengan Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom;- Sebelah Barat  dengan Kabupaten Sarmi.

Gambar 1. Kabupaten Jayapura

Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Di desa nelayan yang telah dicanangkan  sebagai desa wisata seperti wisata hutan, wisata pantai, wisata danau, wisata sejarah, dan wisata budaya.

Konon, nenek moyang masyarakat didaerah tersebut telah pindah sebanyak dua kali. Pertama, mereka mendiami dua pulau di teluk yang tidak jauh letaknya dari tempat tinggal mereka sekarang. karena tsunami yang menyapu daerah tersebut, mereka yang selamat kemudian mengungsi ke tempat yang lebih aman. perkampungan baru tersebut mereka namakan Kampung Tua. Ketika mendiami Kampung Tua ini, mereka sebagai peladang, dengan umbi-umbian dan pisang sebagai tanaman andalan. Karena jumlah penduduk yang terus bertambah, sementara lahan untuk berladang kian terbatas, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah lagi.

Secara adat Kabupaten Jayapura terbagi ke dalam sepuluh suku, yaitu Suku Sumile, Danya, Suwae, Apaserai, Serantow, Wambena, Semisu, Selli, Yufuwai, dan Yakurimlen. Sambutan masyarakat yang bersahabat dengan orang asing.

IV. METODE PRATIKUM

6

Page 8: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

Metode pratikum Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan, mencakup tiga hal yang meliputi lokasi dan waktu, alat dan bahan dan tahapan kerja.

A. Lokasi dan WaktuPenugasan praktikum Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan, diberikan Pada hari Selasa, 10 September 2013, pukul 10.30 WIB.

B. Alat dan BahanAlat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum Identifikasi Aspek Dan Elemen

Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan terdiri dari Modem, dan laptop untuk

mencari bahan membuat laporan pratikum.

C. Tahapan KerjaMetode yang dilakukan dalam praktikum Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan adalah menggunakan identifikasi dan analisa data. Langkah-langkah dalam mengerjakan praktikum adalah sebagai berikut :

a. Menentukan lokasi yang akan menjadi sasaran kajian per-kelompok pratikum (masing-masing kelompok tidak boleh sama).

b. Melakukan studi literatur terkait dengan kawasan yang dijadikan sasaran kajian pratikum.

c. Mengidentifikasi aspek dan elemen budaya yang terjadi pada studi literatur yang telah dijadikan sasaran kajian praktikum.

d. Menginventarisasi setiap aspek dan elemen budayae. Mendiskusikan materi bersama dengan kelompok, kemudian

mendeskripsikan masing-masing pembahasan berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya.

f. Membagi materi yang dibahas menjadi su-bab yang kemudian dibahas secara perorangan setiap anggota kelompok.

g. Membuat laporan hasil praktik.h. Mempersentasikan hasil laporan dengan Power Point.i. Mengumpulkan laporan.

Page 9: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No. Aspek dan Elemen Budaya Jenis Kebudayaan DeskripsiMaterial Immaterial

1 Aspek BudayaIde dan Gagasan Upacara khas untuk memperingati

hari masuknya injil ke desa yang diperingati saban tahun.

Aktifitas / Kegiatan Perkawinan merupakan kebutuhandi daerah pantai maupun daerah pegunungan menetapkan peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan yang tidak diinginkan.

Benda-benda Hasil Karya Ada Salah satu nama alat musik tradisional yang paling terkenal yang berasal dari Papua yaitu Tifa. Alat musik Tifa merupakan alat musik tradisional yang berasal dari daerah maluku serta papua.

2 Elemen BudayaBahasa Pada umumnya bahasa yang

digunakan adalah bahasa Sentani.Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan konservasi

tradisional adalah dengan melarang masyarakat untuk mengambil hasil hutan atau hasil laut pada suatu tempat tertentu yang telah disepakati selama beberapa waktu. Sistem pelarangan ini dalam bahasa local disebut Takayeti atau Tiatiki

Organisasi Sosial Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga, yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.

Sistem perlengkapan dan teknologi

Sistem perlengkapan dan teknologi sudah mulai maju karena telah masuk aliran listrik.

Sistem Mata Pencaharian Sistem mata pencaharian disesuaikan dengan lingkungan pemukiman.

Sistem Religi Mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun demikian sejalan dengan semakin lancarnya transportasi dari dan ke Papua, jumlah orang dengan agama lain termasuk Islam juga semakin berkembang.

Kesenian Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.

8

Page 10: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

ASPEK DAN ELEMEN BUDAYA PADA MASYARAKAT NON PERKOTAAN DI KABUPATEN JAYAPURA

Page 11: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

B. Pembahasan

A. Aspek Budaya

1. Ide atau gagasan

Upacara khas masyarakat Kabupaten Jayapura, khususnya, Desa Wisata Tablanusu. Misalnya, peringatan hari masuknya Injil ke desa tersebut yang diperingati saban tahun. Pada saat itu, masyarakat setempat akan berpawai mengelilingi desa yang diakhiri dengan menggelar Misa di gereja kecil mereka. Selain itu, beberapa lokasi di perairan, terutama yang banyak terdapat terumbu karangnya, diruwat setahun atau setiap dua tahun sekali. Untuk memperoleh berkah laut dan sekaligus untuk melestarikan laut, masyarakat yang mendiami pantai utara Kabupaten Jayapura ini menggelar dua ritual, yaitu ritual Sasi dan ritual Tiyatiki.

(a) (b) Gambar.1. a. Ritual Sasib. b.Ritual Tiyakiti

Ritual Sasi adalah menancapkan dahan pohon kayu besi pantai (suang teko) di tempat-tempat yang banyak ikannya, terutama di kawasan terumbu karang yang merupakan sarang ikan. Sedangkan ritual Tiyatiki bertujuan melarang menangkap ikan selama beberapa waktu yang telah disepakati.

2. Aktivitas manusia

Perkawinan merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi semua orang. dengan demikian masyarakat Papua baik yang di daerah pantai maupun daerah

10

Page 12: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

pegunungan menetapkan peraturan itu dalam peraturan adat yang intinya agar masyarakat tidak melanggar dan tidak terjadi berbagai keributan yang tidak diinginkan. Dalam pertukaran perkawinan yang di tetapkan orangtua dari pihak laki-laki berhak membayar mas kawin seebagai tanda pembelian terhadap perempuan atau wanita tersebut. Adapun untuk masyarakat pantai berbagai macam mas kawin yang harus dibayar seperti: membayar piring gantung atau piring belah, gelang, kain timur (khusus untuk orang di daerah Selatan Papua) dan masih banyak lagi.

Gambar 2. Ritual Perkawinan Adat

Berbeda dengan permintaan yang diminta oleh masyarakat pegunungan diantaranya seperti: kulit bia (sejenis uang yang telah beredar di masyarakat pegunugan sejak beberapa abad lalu), babi peliharaan, dan lain sebagainya. Dalam pembayaran mas kawin akan terjadi kata sepakat apabila orangtua dari pihak laki-laki memenuhi seluruh permintaan yang diminta oleh orangtua daripada pihak perempuan.

3. Benda – benda hasil karya

Ada Salah satu nama alat musik tradisional yang paling terkenal yang berasal dari Papua yaitu Tifa. Alat musik Tifa merupakan alat musik tradisional yang berasal dari daerah maluku serta papua. Bentuknya alat musik Tifa mirip gendang dan cara memainkannya Tifa adalah dengan cara dipukul.

Gambar 3. Alat Musik Tifa

Page 13: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

Alat musik Tifa terbuat dari bahan sebatang kayu yang isinya sudah dikosongkan serta pada salah satu ujungnya ditutup dengan menggunakan kulit hewan rusa yang terlebih dulu dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Alat musik ini sering di mainkan sebagai istrumen musik tradisional dan sering juga dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi.

B. Elemen Budaya

1. Bahasa

Kelompok suku asli di Papua terdiri dari 225 suku, dengan bahasa yang masing – masing berbeda. Suku – suku tersebut antara lain : Ansus ,Amungme, Asmat, Ayamaru (mendiami daerah Sorong), Bauzi, Biak, Dani, Empur (mendiami daerah Kebar dan Amberbaken), Hatam( mendiami daerah Ransiki dan Oransbari), Iha, Kamoro, Mandobo/Wambon, Mee( mendiami daerah pegunungan Paniai, Meyakh, mendiami Kota Manokwari) ,Moskona( mendiami daerah Merdei), Nafri,Sentani( mendiami sekitar danau Sentani), Souk( mendiami daerah Anggi dan Menyambouw) Waropen, Wamesa, Muyu, Tobati, Enggros, Korowai, dan Fuyu. Namun pada umumnya bahasa yang digunakan adalah bahasa Sentani.

2. Sistem pengetahuan

Sistem pengetahuan konservasi tradisional adalah dengan melarang masyarakat untuk mengambil hasil hutan atau hasil laut pada suatu tempat tertentu yang telah disepakati selama beberapa waktu. Larangan-larangan ini dimaksudkan agar memberikan peluang bagi jenis-jenis biota laut untuk berkembang tanpa diganggu selama jangka waktu tertentu. Hal ini penting agar ikan dan biota laut yang akan dipanen bisa memberikan hasil yang banyak. Sistem pelarangan ini banyak dikenal oleh suku-suku di Tanah Papua. Misalnya saja Suku Tepera di Distrik Depapre Kabupaten Jayapura mengenal sistem pelarangan ini dalam bahasa lokal disebut Takayeti atau Tiatiki.

Selain pengetahuan local tentang tiaitiki masyarakat Suku Dani di pedalaman tanah Papua juga telah mengenal prinsip keseimbangan lingkungan sejak dulu. Mereka membuat parit-parit mengelilingi bedeng-bedeng agar terhindar dari pengrusakan babi. Parit-parit juga sangat berguna karena mengeluarkan airbekas tanah dari akar-akar petatas (Ipomea batatas/ipere) Fungsi parit parit memberikan kesuburan bagi bedeng-bedeng petatas (ipere) dan menya-lurkan air kalau musim kemarau tiba. Atau sistem pengairan ini sangat berguna bagi kesuburan tanah dan juga mencegah terjadinya banjir.

3. Organisasi sosial

Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, di mana bapak, ibu, dan anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung

12

Page 14: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya, dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili. Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga, yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.

Gambar 4. Organisasi Masyarakat Suku di Papua

Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima).

Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen besar).

Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).

4. Sistem perlengkapan dan teknologi

Penyediaan fasilitas dari pemerintah bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang jauh dari perkotaan sebut saja pedalaman, menuju taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik. Fasilitas yang memberikan dukungan terhadap kehidupan mereka sekarang dan akan datang. Masyarakat juga memerlukan informasi dan komunitas, disamping pendidikan kalau memang berbicara untuk membebaskan manusia Papua dari keterbelakangan. Yang fasilitas yang benar-benar berfungsi dalam segala bidang kehidupan masyarakat. Misalnya, dengan yang namanya ‘listrik masuk desa’ atau listrik masuk pedalaman, maka masyarakat dengan cepat akan mengalami perkembangan, baik melalui radio maupun televisi. Karena fungsi radio dan televis itu tidak hanya sekedar informasi dan hiburan tetapi juga mengandung nilain pendidikan,

Page 15: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

penerangan dan sebagainya. Kalau itu semua dapat diserap oleh sebagian dari mereka maka sangat beruntung bagi yang lain. Maka secara otomatis sedikit demi sedikit akan berkembang.

5. Sistem mata pencaarian

a. Penduduk Pesisir Pantai; Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai nelayan disamping berkebun dan meramu sagu yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota dan masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.

b. Penduduk Pedalaman yang Mendiami Dataran Rendah; Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menagkap ikan di sungai, berburu di hutan di sekeliling lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok kecil. Mereka ada yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan payau serta sepanjang aliran sungai. Adat istiadat mereka ketat dan selalu mencurigai pendatang baru.

c. Penduduk Pegunungan Yang Mendiami Lembah; Mereka bercocok tanam, dan memelihara babgi sebagai ternak utama, kadangkala mereka berburu dan memetik hasil dari hutan. Pola pemukimannya tetap secara berkelompok, dengan penampilan yang ramah bila dibandingkan dengan penduduk tipe kedua. Adat istiadat dijalankan secara ketat dengan ‘’Pesta Babi’’ sebagai simbolnya. Ketat dalam memegang dan menepati janji. Pembalasan dendam merupakan suatu tindakan heroism dalam mencari keseimbangan sosial melalui ‘’Perang Suku’’ yang dapat diibaratkan sebagai pertandingan atau kompetisi. Sifat curiga terhadap orang asing ada tetapi tidak seketat penduduk tipe kedua.

Gambar 5. Salah Satu Matapencaharian masyarakat suku di Papua

d. Penduduk Pegunungan yang Mendiami Lereng-Lereng Gunung; Melihat kepada tempat pemukimannya yang tetap di lereng-lereng gunung, member eksan bahwa mereka ini menempati tempat yang strategis terhadap jangkauan musuh dimana sedini mungkin selalu mendeteksi setiap makhluk hidup yang mendekati pemukimannya. Adat istiadat mereka sangat ketat, sebagian masih ‘’KANIBAL’’ hingga kini, dan bunuh diri merupakan tindakan terpuji bila melanggar adat karena akan menghindarkan bencana dari seluruh kelompok masyarakatnya. Perang suku merupakan aktivitas

14

Page 16: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

untuk pencari keseimbangan sosial, dan curiga pada orang asing cukup tinggi juga.

6. Sistem religi

Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Papua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi daerah lain, mayoritas penduduknya beraga Kristen, namun demikian sejalan dengan semakin lancarnya transportasi dari dan ke Papua, jumlah orang dengan agama lain termasuk Islam juga semakin berkembang. Banyak misionaris yang melakukan misi keagamaan di pedalaman-pedalaman Papua.

Mereka memainkan peran penting dalam membantu masyarakat, baik melalui sekolah misionaris, balai pengobatan maupun pendidikan langsung dalam bidang pertanian, pengajaran bahasa Indonesia maupun pengetahuan praktis lainnya. Misionaris juga merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum terjangkau oleh penerbangan reguler.

Gambar 6. Kegiatan Keagamaan Masyarakat Papua

Dalam konteks demikian agama muncul dan mempunyai peran ganda, yaitu untuk individu dan untuk masyarakat. Terhadap seorang individu, agama adalah jalan penyucian diri, sarana penyucian jiwa yang akan memberi berbagai pegangan dan pedoman untuk mencapai kesempurnaan hidup. Terhadap masyarakat, agama menjadi suatu sarana penting dalam tertib sosial dan norma-normanya yang sering amat efektif untuk membentuk suatu sistem sosial.

7. Kesenian

Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.

Page 17: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

Gambar 7. Rumah Adat Honai

Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pengikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege.

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Di desa nelayan yang telah dicanangkan  sebagai desa wisata seperti wisata hutan, wisata pantai, wisata danau, wisata sejarah, dan wisata budaya. Secara adat Kabupaten Jayapura terbagi ke dalam sepuluh suku, yaitu Suku Sumile, Danya, Suwae, Apaserai, Serantow, Wambena, Semisu, Selli, Yufuwai, dan Yakurimlen. Sambutan masyarakat yang bersahabat dengan orang asing.

Kabupaten Jayapura merupakan kabupaten yang kaya akan potensi wisata, dan kebudayaan yang masih kental akan ketradisionalan masyarakatnya. Masyarakat Kabupaten jayapura masih memegang erat adat istiadat yang telah turun-temurun dari nenek moyang nya, contoh yang masih ada sampai sekarang adalah pola hidup masyarakat Suku Dani yang masih memiliki tradisi-tradisi khusus yang masih bersifat Animisme (pemujaan terhadap leluhur).

B. Saran- Kebudayaan harus dilestarikan sehingga kebudayan yang kita miliki terus

berkembang karena kebudayaan adalah aset suatu negara yang sangat penting, anak cucu sebagai penerus kebudayaan harus belajar mencintai kebudayaan sehingga kebudayan tersebut tetap tumbuh dan ada ditengah – tengah masyarakat Indonesia.

16

Page 18: Identifikasi Aspek Dan Elemen Budaya Pada Masyarakat Non Perkotaan  Studi Kasus : Kabupaten Jayapura

- Letak dan posisi geografis Kabupaten Jayapura yang berada di posisi

kabupaten paling timur Indonesia, menjadikan kabupaten ini sedikit kurang tereksplorasi oleh pemerintah pusat, sehingga dari segi kebudayaannya kabupaten ini kurang mendapat sorotan dari khalayak masyarakat.

- Pemerintah daerah bersama pemerintah pusat seharusnya lebih

mempromosikan potensi pariwisata yang tersimpan di suatu daerah khususnya Kabupaten Jayapura, sehingga daerah tersebut lebih mendapat sorotan dari masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

http://wisatapapua.wordpress.com/wisata-provinsi-papua.html (diakses pada 14 September 2013, pukul 17.00 WIB)

http://kabjayapura.go.id (diakses pada 14 September 2013, pukul 18.34 WIB)

http://www.wikipedia.org/kebudayaan (diakses pada 14 September 2013, pukul 19.00 WIB)