HUTANG, KREDIT, DAN RIBA DALAM ISLAM filetersebut sesuai dengan yang ia kehendaki. Baik ......
Transcript of HUTANG, KREDIT, DAN RIBA DALAM ISLAM filetersebut sesuai dengan yang ia kehendaki. Baik ......
HUTANG, KREDIT, DAN RIBA
DALAM ISLAM
Narasumber:
Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri
Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi
Ustadz Said Ya’I Ardiansyah, Lc, MA
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc
Sumber:
www.yufid.com
www.pengusahamuslim.com
www.muslim.or.id
www.rumaysho.com
www.konsultasisyariah.com
www.almanhaj.or.id
KULTUM SUBUH
by: MGP – LIBO TEAM
Islam telah mengatur seluruh permasalahan di dalam
kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalamnya adalah
permasalahan hutang-piutang. Islam tidak hanya
membolehkan seseorang berhutang kepada orang lain,
tetapi Islam juga mengatur adab-adab dan aturan-aturan
dalam berhutang.
Hukum asal dari berhutang adalah boleh (jaa-iz). Allah
subhaanahu wa ta’aala menyebutkan sebagian adab
berhutang di dalam Al-Qur’an. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
ها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسم ى فاكتبوه } {يا أي
“Hai orang-orang yang beriman! Apabila kalian ber-mu’aamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian menuliskannya.” (QS Al-
Baqarah: 282)
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaahu’anhaa, bahwasanya
dia berkata:
بي ) ا من يهودي إلى أجل فرهنه –صلى هللا عليه وسلم–أن الن اشترى طعام
(درعه “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tidak tunai, kemudian beliau menggadaikan baju besinya” (HR Al-Bukhari no. 2200)
Pelajaran:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berhutang karena
sangat membutuhkan hal tersebut yaitu untuk membeli
bahan makanan
Beliau menggadaikan baju besinya sebagai jaminan.
Apabila beliau tidak mampu membayarnya, maka baju besi
itulah yang menjadi pembayarannya.
Kredit Syariah oleh Lembaga Keuangan (di
Indonesia) – Bank/ Finance/ BMT Syariah
Mudharabah: ialah akad perjanjian (kerja sama usaha)
antara kedua belah pihak, yang salah satu dari keduanya
memberi modal kepada yang lain supaya dikembangkan,
sedangkan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai
dengan ketentuan yang disepakati.
Islam mensyariatkan akad kerja sama Mudharabah untuk
memudahkan orang, karena sebagian mereka memiliki
harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada
juga orang yang tidak memiliki harta namun memiliki
kemampuan untuk mengelola dan mengembangkannya.
Kondisi Akad Mudharabah –Syar’i: Uang/modal sepenuhnya adalah milik pemodal. Pengusaha
berkewajiban untuk menjaganya dan menggunakannya dalam
usaha yang telah disepakati. Ia tidak dibenarkan untuk
menghibahkan, menghutangkan atau membekukan
(menabungkan) uang itu. Dengan demikian, perusahaan (atau
saham perusahaan) milik pemodal, sedangkan pelaku usaha
hanya berhak mendapatkan bagian dari keuntungan saja.
Pemilik modal adalah para pemilik saham perusahaan/bank Bila dari modal, pengusaha mendapatkan keuntungan, maka
keuntungan menjadi milik bersama; pemodal dan pengusaha
sesuai dengan perjanjian. Bila pengusaha merugi dalam usahanya, maka pemodal
harus ikut menanggung kerugian tersebut. Pemodal
menanggung seluruh kerugian finansial, sedangkan
pengusaha menanggung kerugian tenaga dan seluruh jerih
payahnya (non-finansial).
Perbedaannya dengan Utang Piutang – Riba
Uang sepenuhnya menjadi milik penghutang (debitur),
sehingga ia memiliki hak penuh untuk menggunakan uang
tersebut sesuai dengan yang ia kehendaki. Baik
dibelanjakan, dihibahkan, dihutangkan atau ditabungkan
(dibekukan). Kreditur bukan sebagai pemilik saham, hal ini
sebagaimana yang kita dapatkan diberbagai perbankan
yang ada di masyarakat
Bila debitur menggunakan uang itu untuk usaha dan ia
beruntung, maka keuntungan sepenuhnya menjadi milik
debitur
Bila debitur menggunakan uang piutangnya untuk usaha
kemudian terjadi kerugian, maka seluruh kerugian
sepenuhnya menjadi tanggung jawab debitur. Adapun
kreditur tidak berkewajiban untuk ikut menanggung
kerugian sedikitpun dan dalam bentuk apapun.
Penyimpangan Mudharabah di Indonesia
Tatkala masyarakat di negeri kita telah banyak yang
menyadari akan keharaman riba, dan bahwa dosanya
ditanggung oleh penerima dan pemberi secara
bersamaan, sebagian pemakan riba berusaha mengelabui
mereka dengan cara mengubah nama bunga menjadi
bagi hasil (mudharabah). Sehingga yang terjadi bila dari
usaha berhasil diperoleh keuntungan, maka pemodal
berhak menerima modal secara utuh ditambah bagi hasil
(baca: bunga). Akan tetapi bila terjadi kerugian, maka
pemodal berhak menerima modal yang telah ia berikan
secara utuh, tanpa disertai dengan bagian hasil (bunga)
Murabahah: pada dasarnya adalah sebagaimana akad
jual beli biasa. Dimana penjual memberitahukan harga
barang pada si pembeli dan ia mengambil untung dari
penjualan barang tersebut dengan jalan pembayaran
kredit.
Si Penjual bisa saja diminta sebelumnya oleh Pembeli yang
mendatanginya untuk mendapatkan barang yang
diinginkannya dari orang lain.
Biasa juga disebut dengan jual beli segitiga.
Transaksi ini mensyaratkan terjadi dua akad jual beli yang
harus dilakukan secara penuh. Dimana akad pertama dari
pemilik barang ke Penjual, dan yang kedua dari Penjual ke
Pembeli.
Ilustrasi Murabahah – Syar’i
Si A melihat ada suatu barang yang membuat ia tertarik. Ia
lalu berkata pada si C, “Tolong belikan barang ini dan
engkau boleh mengambil untung dariku jika aku
membelinya.” Lalu si A membeli barang tersebut dari si C.
Jual beli dengan bentuk seperti ini boleh dengan
keuntungan sesuai yang diinginkan.
Ilustrasi Kredit Riba
Si A melihat ada suatu barang yang membuat ia tertarik. Ia
lalu berkata pada si penjual (B) bahwa Si A akan membeli
dengan cara kredit. Lalu si B menghubungi Si C (bank/
pembiayaan) perihal tsb. Si C setuju (dengan sejumlah syarat
dokumen dari Si A), dan C mentransfer dana langsung ke si B.
Berikutnya si A melakukan pencicilan kepada Si C
Realita Murabahah Saat Ini – Riba
Lembaga Keuangan tidak melakukan akad jual beli secara
penuh. Seandainya transaksi dengan pihak bank adalah jual
beli, maka mobil tersebut harus ada di kantor bank. Karena
syarat jual beli, si penjual harus memegang barang tersebut
secara sempurna sebelum dijual pada pihak lain. Simak hadits
berikut.
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ا فال يبعه حتى يستوفيه من ابتاع طعام
“Barangsiapa yang membeli bahan makanan, maka janganlah ia menjualnya kembali hingga ia selesai menerimanya.” Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Aku berpendapat
bahwa segala sesuatu hukumnya sama dengan bahan
makanan.” (HR. Bukhari no. 2136 dan Muslim no. 1525)
Realita Murabahah Saat Ini – Riba
Lembaga Keuangan mempersyaratkan ikatan terlebih
dahulu dengan pemohon (uang muka/ DP). Padahal barang
yang dijual belum ada padanya.
Murabahah syar’I idaklah bersifat mengikat. Jika si A
memutuskan ingin membeli dari si B, maka terjadilah jual
beli. Jika si A tidak mau setelah menimbang-nimbang atau
melihat kualitas barang yang dibeli si B tidak sesuai
keinginan, maka ia boleh membatalkannya.
Pemilik barang (penjual) boleh meminta DP/ Uang Muka
hanya jika barang telah ada di tangannya.
Definisi Riba
Kata Riba berasal dari bahasa Arab yang menunjukkan
pengertian “tambahan atau pertumbuhan”
Yang dimaksud dengan ‘tambahan’ secara definitif:
Tambahan dalam hutang yang harus dibayar karena
tertunda pembayarannya, seperti bunga hutang
Tambahan yang ditentukan dalam waktu penyerahan
barang berkaitan dengan penjualan aset yang diharuskan
adanya serah-terima langsung.
Perintah Allah terhadap Riba
Riba diharamkan dalam keadaan apapun dan dalam bentuk
apapun. Diharamkan atas pemberi piutang dan juga atas
orang yang berhutang darinya dengan memberikan bunga,
baik yang berhutang itu adalah orang miskin atau orang
kaya. Masing-masing dari keduanya menanggung dosa,
bahkan keduanya dilaknati (dikutuk). Dan setiap orang
yang ikut membantu keduanya, dari penulisnya, saksinya
juga dilaknati
Dan telah tetap dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu bahwasannya ia menuturkan,
(. هم سواء: )لعن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم آكل الربا وموكله وكاتبه وشاهديه، وقال
رواه مسلم
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknati pemakan riba (rentenir), orang yang memberikan / membayar riba (nasabah), penulisnya (sekretarisnya), dan juga dua orang saksinya. Dan beliau juga bersabda, ‘Mereka itu sama dalam hal dosanya’.” (HR. Muslim).
Dengan sebab itulah, hendaknya setiap orang muslim
untuk mencukupkan diri dengan hal-hal yang dihalalkan
dan menjauhkan dirinya dari segala yang diharamkan Allah
‘Azza wa Jalla. Dan Allah sungguh telah memberikan
kelapangan kepada umat Islam dalam hal pekerjaan di
dunia ini guna mengais rezeki. Sehingga, bisa saja orang
yang fakir bekerja sebagai tenaga kerja (kuli) atau pelaku
usaha dengan menggunakan modal orang lain dengan
sistem mudharabah dengan perjanjian bagi hasil, misalnya
fifty-fifty atau yang semisalnya dari keuntungan, dan bukan
dari modal, tidak juga dengan jumlah / nominal uang
tertentu dari keuntungan. Tidak boleh bagi seorang
muslim, baik kaya atau fakir untuk berhutang kepada bank
atau lainnya dengan bunga 5 % atau 15 % atau lebih atau
kurang dari itu. Karena itu adalah riba, dan termasuk dosa
besar. Dan Allah telah mencukupkan baginya dengan jalan-
jalan mengais rezeki yang dihalalkan
QS. AL BAQARAH
يطان من المس ذلك بأن با ال يقومون إال كما يقوم الذي يتخبطه الش ه الذين يأكلون الر با وأحل هللا ل الر م ما البي م قالوا إن
وم ه فانتهى فله ما سلف وأمره إلى هللا با فمن جاءه موعظة من رب م الر وحر ار هم فيها ن البي عاد فأولئك أصحاب الن
خالدون
275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
يم ال يحب كل كفار أ دقات وهللا با ويربي الص الر يمحق هللا
276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
هم كاة لهم أجرهم عند رب الة وآتوا الز الحات وأقاموا الص ال خوف عليهم وال هم يحزنون و إن الذين آمنوا وعملوا الص
277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di
sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.
QS. AL BAQARAH
با إن كنتم مؤمنين وذروا ما بقي من الر قوا هللا ها الذين آمنوا ات يا أي
278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
ورسوله وإن تبتم فلكم رءوس أموالكم ال تظلم وال تظلمون ون فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من هللا
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
قوا خير لكم إن كنتم تعلمون وإن كان ذو عسرة فنظرة إلى ميسرة وأن تصد
280. Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang)
itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
م توفى كل نفس ما كسبت وهم ال يظلمون ا ترجعون فيه إلى هللا قوا يوم وات
281. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu
itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri
diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang
mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).
KARENA PERBUATAN RIBA
1. HARTANYA TIDAK DIBERKAHI DAN AKAN DIMUSNAHKAN ALLAH
Allah SWT berfirman:
يمحق با هللا دقات ويربي الر الص
“Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al-Baqarah: 276)
Rasulullah SAW bersabda,
“Jangan membuatmu takjub, kepada seseorang yang memperoleh harta dari cara yang
haram (salah satunya dengan jalan Riba). Jika dikembangkan maka tidak diberkahi.” (HR
Thabrani dan Baihaqi)
2. DIBANGKITKAN DALAM KEADAAN GILA
Allah SWT berfirman:
با يأكلون الذين طه الذي يقوم كما إال يقومون ال الر يطان يتخب هم ذلك المس من الش ما قالوا بأن إن ل البي با م وأحل الر هللا م البي با وحر الر
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba..” (QS. Al-Baqarah : 275)
Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhkan dirimu dari dosa-dosa yang tidak diampuni (salah satunya adalah) memakan
riba. Maka barangsiapa memakan riba, kelak akan dibangkitkan pada hari Kiamat dalam
keadaan gila dan terhuyung-huyung.” (HR Thabrani)
KARENA PERBUATAN RIBA
3. DIMASUKKAN KE DALAM NERAKA SELAMA-LAMANYA
Allah SWT berfirman:
ار أصحاب فأولئك عاد ومن هللا إلى وأمره سلف ما فله فانتهى ربه من موعظة جاءه فمن خالدون فيها هم الن
“Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari transaksi riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali mengulangi
(bertransaksi riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)
4. BERENANG DI SUNGAI DARAH DAN MULUTNYA DILEMPARI BATU
Diriwayatkan dari Samuroh bin Jundub ra, ia berkata :
Rasulullah SAW menceritakan tentang siksaan Allah kepada para pemakan riba, bahwa
“Ia akan berenang di sungai darah, sedangkan di tepi sungai ada malaikat yang di
hadapannya terdapat bebatuan, setiap kali orang yang berenang dalam sungai darah
hendak keluar darinya, lelaki (Malaikat) yang berada di pinggir sungai tersebut segera
melemparkan bebatuan ke dalam mulut orang tersebut, sehingga ia terdorong kembali
ke tengah sungai, dan demikian itu seterusnya.” (HR. Bukhari).
5. TIDAK AKAN DITERIMA ZAKAT DAN SEDEKAHNYA.
Rasulullah SAW bersabda :
ها إن الناس أي ا إال يقبل ال طيب هللا ب طي
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu
kecuali yang baik.” (HR. Muslim.)
“Jangan membuatmu takjub, seseorang memperoleh harta dengan cara yang haram. Jika
dia infakkan atau sedekahkan maka tidak akan diterima.” (HR Thabrani dan Baihaqi)
KARENA PERBUATAN RIBA
6. DOANYA TIDAK DIKABULKAN ALLAH.
DAGING YANG TUMBUH DARI RIBA, NERAKA LEBIH LAYAK UNTUKNYA.
Rasullullah SAW bersabda,
جل ذكر م فر يطيل الر ماء إلى يديه يمد أغبر أشعث الس فأنى بالحرام وغذى حرام وملبسه حرام ومشربه حرام ومطعمه رب يا رب يا الس
.« لذلك يستجاب
“Bahwa ada seseorang yang melakukan safar, kemudian menengadahkan kedua
tangannya ke langit seraya berdo’a, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku!” Akan tetapi
makanan dan minumannya berasal dari yang haram, pakaiannya haram dan
dikenyangkan oleh barang yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya akan
dikabulkan (oleh Allah) ?”. (HR. Muslim.)
ه عجرة بن كعب يا ار كانت إال سحت من نبت لحم يربو ال إن به أولى الن
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging yang tumbuh dari harta yang haram,
akan dibakar dalam api neraka.” (HR. At-Tirmidzi.)
7. DILAKNAT ALLAH DAN RASULNYA.
Rasulullah SAW bersabda :
- هللا رسول لعن : قال جابر عن وسلم عليه هللا صلى با آكل - سواء هم وقال وشاهديه وكاتبه وموكله الر
Dari Jabir ra, ia berkata: “Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, pemberi riba, dua
saksinya dan penulisnya.” Dan Beliau bersabda, “Mereka semua sama (derajat dosanya).
(HR Muslim.)
KARENA PERBUATAN RIBA
8. DIPERANGI ALLAH DAN RASULNYA
Allah SWT berfirman,
ن بحرب فأذنوا تفعلوا لم فإن تظلمون وال تظلمون ال أموالكم رؤوس فلكم تبتم وإن ورسوله هللا م
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa transaksi riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya.” (QS Al Baqarah : 279)
9. DOSANYA LEBIH BESAR DARIPADA ZINA DENGAN IBU KANDUNGNYA SENDIRI.
Rasulullah SAW bersabda :
ا درهم جل يأكله رب ة من أشد يعلم وهو الر ين ست ال زنية و
“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia
mengetahui, dosanya lebih besar daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.”
(HR. Ahmad dan Al Baihaqi.)
ة الربا ال ا وسبعون ل أيسرها باب جل ينكح أن م ه الر با أربى وإن أم جل عرض الر المسلم الر
“Dosa Riba itu ada 73 pintu. Yang paling ringan adalah seperti dosa seseorang yang
menzinai ibu kandungnya sendiri.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi.)
—-
Masih mau main-main dengan dosa Riba..?
Masih menganggap biasa dan sepele dosa Riba..?
-TERIMAKASIH-
LIBO, 29 MAY 2017