HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP...

49
HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP PUTUSAN HUKUM LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA DENGAN MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH) SKRIPSI DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH: SILMI FITROTUNNISA 14360023 PEMBIMBING: 1. Prof. Dr. H. SUSIKNAN AZHARI, M.A. 2. FUAD MUSTAFID, M.Ag. PRODI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

Transcript of HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP...

Page 1: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP

PUTUSAN HUKUM LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL

ULAMA DENGAN MAJELIS TARJIH DAN TAJDID

MUHAMMADIYAH)

SKRIPSI

DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN

HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU

HUKUM ISLAM

OLEH:

SILMI FITROTUNNISA

14360023

PEMBIMBING:

1. Prof. Dr. H. SUSIKNAN AZHARI, M.A.

2. FUAD MUSTAFID, M.Ag.

PRODI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

Page 2: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

i

HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP

PUTUSAN HUKUM LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL

ULAMA DENGAN MAJELIS TARJIH DAN TAJDID

MUHAMMADIYAH)

SKRIPSI

DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN

HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU

HUKUM ISLAM

OLEH:

SILMI FITROTUNNISA

14360023

PEMBIMBING:

1. Prof. Dr. H. SUSIKNAN AZHARI, M.A.

2. FUAD MUSTAFID, M.Ag.

PRODI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

Page 3: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

ii

ABSTRAK

Cadar merupakan suatu problematika di Indonesia yang ramai

diperbincangkan oleh antar masyarakat. Terjadi perbedaan pendapat dalam hukum

memakai cadar ini, ada kelompok yang membolehkan pemakaiannya, dan adapula

yang menolak pemakaian cadar itu sendiri. Perbedaan itu terjadi karena terdapat

perbedaan pandangan dalam memahami dan menggunakan suatu nash. Di

kalangan fuqaha sendiri sudah ada perdebatan mengenai batas aurat perempuan,

perdebatan tersebut berkisar antara wajah dan telapak tangan apakah termasuk

aurat atau bukan. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua lembaga

terbesar di Indonesia yang pengikutnya cukup banyak dan putusan hukumnya

dapat diikuti oleh masyarakat Indonesia, dalam hal ini Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah berbeda pendapat dalam mengeluarkan suatu putusan tentang

hukum memakai cadar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan pendekatan

masalah hukum normatif. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah

deskriptif analisis komparatif. Dalam metode pengumpulan data penyusun

melakukan pengumpulan datanya secara literer dengan meneliti buku-buku dan

sumber-sumber yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah menggunakan metode dan penggunaan dalil yang berbeda dalam

mengeluarkan fatwa hukum memakai cadar. Nahdlatul Ulama menggunakan

metode qauliy, yaitu mengikuti pendapat-pendapat ulama mazhab dengan

merujuk kepada kitab Maraqil Falah Syarh Nurul Idhah dan kitab Bajuri

Hasyiyah Fathul Qarib yang akhirnya memutuskan dua pendapat mengenai

hukum memakai cadar yakni mewajibkan dan tidak mewajibkan memakai cadar,

sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode ijtihad bayani, yang mana

ijtihad ini berdasarkan kepada dalil yang ditafsirkan oleh akal manusia

berdasarkan dalil al-Qur’an dan Hadis, sehingga memutusakan bahwa tidak ada

suatu nash yang menyebutkan tentang hukum memakai cadar, maka hukum

memakai cadar menjadi tidak wajib.

Kata kunci: cadar, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, istinbath hukum.

Page 4: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

iii

Page 5: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

iv

Page 6: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan
Page 7: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan
Page 8: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

vii

MOTTO

Jangan memandang sesuatu dengan kacamatamu sendiri, coba

lepas dan pakailah kacamata dari sudut yang lain.

Page 9: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penyusun persembahkan kepada:

Ayah Didin Kurniadin Maskar dan Umi Nelly Maryani yang tak

pernah berhenti memberikan nasehat dan bimbingan, Abang

Muhammad Sayid Sabiq dan Adik Silvy Ima Khumaeroh

Jurusan Perbandingan Mazhab UIN Sunan Kalijaga serta teman-

teman seperjuangan di manapun berada

Page 10: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi adalah pengalihan tulisan dari satu bahasa ke dalam tulisan

bahasa lain. Dalam skripsi ini transliterasi yang dimaksud adalah pengalihan

tulisan Bahasa Arab ke Bahasa Latin. Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam

skripsi ini menggunakan transliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama

Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987. Secara

garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

Alif

Ba>’

Ta>’

Sa>’

Jim

Ha>’

Kha>’

Da>l

Za>l

Ra>’

Zai

Sin

Syin

Sa>d

Da>d

Ta>’

Za>’

‘Ain

tidak dilambangkan

b

t

s\

j

h}

kh

d

z\

r

z

s

sy

s}

d}

t}

z}

tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

Page 11: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

x

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

Gain

Fa>’

Qa>f

Ka>f

La>m

Mi>m

Nu>n

Wa>wu>

Ha>’

Hamzah

Ya>’

g

f

q

k

l

m

n

w

h

y

ge

ef

qi

ka

el

em

en

w

ha

apostrof

ye

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah

متعددة

عدة

ditulis

ditulis

muta’addidah

‘iddah

C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan tulis h

حكمة

علة

ditulis

ditulis

hikmah

‘illah

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap

dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila

dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang al serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis dengan h.

<ditulis Kara>mah al-Auliya كرامة األولياء

Page 12: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xi

3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan

dammah ditulis t atau h.

ditulis Zaka>h al-Fit}ri زكاة الفطر

D. Vokal Pendek

فعل

ذكر

يذهب

fathah

kasrah

dammah

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a

fa’ala

i

z\ukira

u

yaz\habu

E. Vokal Panjang

1.

2.

3.

4.

Fathah + alif

جاهلية

Fathah + ya’ mati

تنسى

Kasrah + ya’ mati

كريم

Dammah + wawu mati

فروض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a>

ja>hiliyah

a>

tansa>

i>

kari>m

u>

furu>d}

F. Vokal Rangkap

1.

2.

Fathah + ya’ mati

بينكم

Fathah + wawu mati

قول

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

Page 13: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xii

G. Vokal Pendek Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan

Apostrof

أأنتم

لئن شكرتم

ditulis

ditulis

a’antum

la’in syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam

Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال, namun

dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang

diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti huruf

qamariyah.

1. Bila diikuti Huruf Qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh Huruf Qamariyah ditransliterasi sesuai

dengan bunyinya.

القرآن

القياس

ditulis

ditulis

al-Qur’a>n

al-Qiya>s

2. Bila diikuti Huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan Huruf

Syamsiyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el)

nya.

السماء

الشمس

ditulis

ditulis

as-Sama>’

asy-Syams

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

ذوي الفروض

أهل السنة

ditulis

ditulis

Z}awi> al-Furu>d}

Ahl as-Sunnah

J. Huruf Kapital

Page 14: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xiii

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf

kapital seperti yang berlaku dalam EYD, di antaranya, huruf kapital

digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat.

Nama diri yang didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan

huruf kapital adalah huruf awal nama diri bukan huruf awal kata

sandangnya. Contoh:

Syahru Ramad}a>n al-laz}i> unzila fi>h al-Qur’a>n شهر رمضان الذى أنزل فيه القران

K. Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

a. Konsonan kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat

dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya hadis, lafaz, shalat,

zakat dan sebagainya.

b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah di-Latin-kan

oleh penerbit, seperti judul buku Al-Hijab, Fiqh Mawaris, Fiqh Jinayah

dan sebagainya.

c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tetapi berasal dari

negara yang menggunakan huruf Latin, misalnya Quraish Shihab,

Ahmad Syukri Soleh dan sebagainya.

Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Mizan,

Hidayah, Taufiq, Al-Ma’arif dan sebagainya

Page 15: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xiv

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرمحن الرحمي

ن امحلد هلل حنمده ونس تعينه ونس تغفره ونعوذ ابهلل من رشور انفس نا ومن س يأ ت أ معلنا من ا

ال هللا وحده الرشيك هل و هل ا هيده هللا فال مضل هل ومن يضلل فال هادي هل أ شهد أ ن ال ا

أدأ أ ما دعدعىل س يدان محمد وعىل أ هل س يدان محم د أ ن محمدا عبده ورسوهل اللهم صلأ شه

Atas rahmat Allah dan seluruh pihak yang membantu dan mendoakan,

akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul, “HUKUM

MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP PUTUSAN

HUKUM LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA DENGAN

MAJELIS TARJIH & TAJDID MUHAMMADIYAH)”, sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S-1) pada program studi

Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, secara

langsung atau tidak langsung, materil atau non-materil, maka izinkanlah penyusun

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr. KH.

Yudian Wahyudi, Ph.D.

2. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta Dr. H. Agus Moh. Najib, M.Ag. beserta staf dan

jajarannya.

3. Ketua Prodi Perbandingan Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Bapak H. Wawan

Gunawan, S.Ag, M.Ag. beserta staf dan jajarannya.

4. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Dr. H. Fuad, M.A.

5. Pembimbing Skripsi Bapak Prof. Dr. H. Susiknan Azhari, M.Ag. dan Bapak

Fuad Mustafid, M.Ag. (semoga Allah menjaga keduanya) yang telah sabar

membimbing, memberi saran dan kritik kepada penyusun.

6. Seluruh dosen di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan ilmu kepada penyusun.

Page 16: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xv

7. Orang tua penyusun ayah Didin Kurniadin Maskar dan umi Nelly Maryani

yang telah susah payah mendidik dan membesarkan penyusun hingga

sampai saat ini, kepada abang tersayang Muhammad Sayid Sabiq dan adik

tercinta Silvy Ima Khumaeroh dan seluruh keluarga besar penyusun.

8. Para guru yang dengan sabar mendidik dan mengajar penyusun baik di SDN

Karang Anyar I Indramayu, SMPN 2 Sindang Indramayu, dan MA Husnul

Khotimah Kuningan, khususnya kepada Ust. Fahmi Mubarak yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun.

9. Kepada sahabat dan teman-teman alumni Husnul Khotimah, Iffah, Gendys,

Arkani, Sumayyah dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tak bisa

disebutkan satu-persatu yang telah memberikan semangat dan doa-doa

terbaiknya demi kelancaran penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman KKN angkatan 93 Dusun Jambean Utara, Shofa, Rahma,

Hani, Salsa, Rinata, Ira, Mas Riza, Mas Kiki dan Qorib yang pernah

membersamai dalam suka dan duka selama KKN.

11. Teman-teman perantauan yang selalu menemani canda dan tawa ketika di

tempat peristirahatan Kos Elite, Rima, Uni Aria, Ka Ajeng, Asyis, dan

Marta semoga Allah mudahkan segala urusannya. Kepada teman-teman

Perbandingan Mazhab 2014 yang menjadi tempat bercerita dan membantu

proses penulisan ini khususnya, Fikri Maulana, Humaira, Atika, Iis, Hanik,

Yeni, Darti, Nurma, Yuga, Nasih, Melyssa dan teman-teman yang tidak bisa

penyusun sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas bantuan dan

semangatnya.

Yogyakarta, 19 April 2018 M

3 Sya’ban 1439 H.

Penyusun,

Silmi Fitrotunnisa

14360023

Page 17: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... vi

MOTTO .......................................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................ ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... xiv

DAFTAR ISI ................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pokok Masalah ............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ................................. 7

D. Telaah Pustaka .............................................................................. 8

E. Kerangka Teoritik ........................................................................ 12

F. Metode Penelitian ......................................................................... 16

1. Jenis Penelitian ........................................................................ 16

2. Sifat Penelitian ......................................................................... 17

3. Objek Penelitian ...................................................................... 18

4. Pendekatan Masalah ................................................................ 18

5. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 19

G. Sistematika Pembahasan .............................................................. 20

Page 18: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xvii

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG CADAR ................................. 22

A. Pengertian Cadar .......................................................................... 22

B. Sejarah Cadar Pra Islam dan Setelah Kedatangan Islam .............. 23

C. Dalil-dalil yang Berkaitan dengan Cadar ..................................... 29

1. Ayat al-Qur’an yang Berkaitan dengan Pemakaian Cadar ...... 29

2. Hadis Nabi yang Berkaitan dengan Pemakaian Cadar ............ 37

D. Pendapat Empat Mazhab tentang Cadar ....................................... 42

1. Mazhab Hanafi ........................................................................ 42

2. Mazhab Maliki ......................................................................... 43

3. Mazhab Syafi’i ........................................................................ 44

4. Mazhab Hanbali ....................................................................... 45

BAB III PANDANGAN LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL

ULAMA DAN MAJELIS TARJIH & TAJDID

MUHAMMADIYAH TENTANG HUKUM MEMAKAI CADAR

........................................................................................................ 47

A. Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama ................................ 47

1. Sejarah Terbentuknya Nahdlatul Ulama ............................. 47

2. Sejarah Terbentuknya Lajnah Bahstul Masail .................... 52

3. Metode Istinbath Hukum Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul

Ulama ................................................................................... 57

4. Fatwa Memakai Cadar Menurut Lajnah Bahtsul Masail

Nahdlatul Ulama ................................................................. 62

B. Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah ............................. 64

1. Sejarah Terbentuknya Muhammadiyah .............................. 64

2. Sejarah Terbentuknya Majelis Tarjih dan Tajdid ............... 67

3. Metode Istinbath Hukum Majelis Tarjih dan Tajdid .......... 70

4. Fatwa Memakai Cadar Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah .................................................................. 83

Page 19: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

xviii

BAB IV ANALISIS HUKUM MEMAKAI CADAR DALAM PUTUSAN

HUKUM LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA

DAN MAJELIS TARJIH & TAJDID MUHAMMADIYAH ... 85

A. Penggunaan Metode atau Istinbath Hukum yang Digunakan . 85

B. Perbedaan Dalil yang Digunakan ............................................ 91

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 97

A. Kesimpulan ................................................................................... 97

B. Saran ............................................................................................. 98

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 106

Lampiran I Terjemahan al-Qur’an, Hadis dan Istilah Asing ............... 106

Lampiran II Biografi Ulama ................................................................ 110

1. Abu Hanifah .................................................................................. 110

2. Malik bin Anas .............................................................................. 110

3. Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi’i ......................................... 111

4. Ahmad bin Hanbal ........................................................................ 113

5. Wahbah az-Zuhaili ........................................................................ 114

Lampiran III Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-8 di Jakarta pada

tanggal 12 Muharram 1352 H./7 Mei 1933 M. tentang hukum keluarnya

wanita dengan wajah terbuka dan kedua tangannya ........................... 115

Lampiran IV Putusan Muhammadiyah yang disidangkan pada hari Jum’at

10 Rajab 1430 H./3 Juli 2009 M. tentang hukum memakai cadar ...... 116

CURRICULUM VITAE ............................................................................... 117

Page 20: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam mengajarkan agar kaum wanita menjaga martabatnya dengan

sebaik-baiknya, salah satu caranya yaitu dengan berpakaian sebaik mungkin.

Islam telah mewajibkan kepada wanita muslimah untuk menutup aurat, sesuai

dengan firman Allah dalam surat al-Ahza>b (33): 59.

لك أدنى أن هن ذمن جالبيب يهنقل ألزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عل يها النبييا أ

1.يعرفن فال يؤذين وكان للاه غفورا رحيما

Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir al-Wasith menjelaskan bahwa Allah

memerintahkan Nabi saw. menyampaikan kepada istri-istri, anak-anak perempuan

dan istri-istri kaum mukminin agar menggunakan penutup dengan hijab syar’i,

yaitu jilbab. Maksudnya pakaian yang menutup seluruh badan kecuali wajah dan

kedua telapak tangan.2

Dalam konsep berpakaian bagi wanita para ulama sepakat bahwa wanita

wajib menutup seluruh auratnya. Hanya saja, ada perbedaan pendapat tentang

hukum menutup wajah dan telapak tangan.3

1 Al-Ah}za>b (33): 59.

2 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith (Al-Qashash-An-Naas), alih bahasa Muhtadi,

(Jakarta: Gema Insani, 2013), III: 152-153.

3 Abdul Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah untuk Wanita, alih bahasa Asep

Sobari, (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2007), hlm. 527.

Page 21: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

2

Wahbah az-Zuhaili menjelaskan batasan aurat dalam shalat yang sesuai

dengan tuntutan syara’ sebagaimana kalangan ulama Hanafi dan para fuqaha lain,

yang dituntut adalah menutup sekeliling aurat. Maka, tidak wajib menutup di

sebelah bawah atau bagian atas baju. Jika ada sesuatu yang hanya dapat menutup

sebagian aurat saja, maka wajib menggunakannya untuk menutup aurat, sekalipun

dengan tangan sebagaimana pendapat yang asha>h di kalangan ulama Syafi’i.

Karena dengan cara itu tercapailah tujuan menutup aurat.4

Syaikh Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa diperintahkannya kaum wanita

mengenakan jilbab, tujuannya agar mereka tidak dikenali. Yaitu menutup wajah

atau menutup wajah dengan cadar. Jadi ketika itu kedudukan wajah dan tangan

termasuk zi}nah (perhiasan) yang diperintahkan supaya tidak diperlihatkan kepada

lelaki lain (aja>nib). Dengan begitu, maka tidak ada bagian lain yang tertinggal,

yang dihalalkan bagi kaum lelaki lain untuk memandangnya kecuali pakaian yang

tampak di luar.5

Ibnu Abbas mengatakan, Allah memerintahkan wanita-wanita mukmin

jika keluar rumah karena suatu keperluan, hendaknya menutup wajah dengan

jilbab dari bagian ujung kepala terus ke bawah. Tafsir para sahabat dapat menjadi

hujjah, bahkan di antara ulama mengatakan bahwa persoalan itu berada dalam

hukum yang dimarfu’kan kepada Nabi saw. Ibnu Abbas juga berpendapat bahwa

yang tampak hanya bagian mata sebelah, sesungguhnya lebih memahamkan pada

4 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, alih bahasa Abdul Hayyie al-Kattani,

(Jakarta: Darul Fikir, 2010), I: 615-616.

5 Ibnu Taimiyah, dkk, Jilbab dan Cadar dalam al-Quran dan as-Sunnah, alih bahasa Abu

Said al-Anshori, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), hlm. 5.

Page 22: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

3

bentuk keringanan dalam masalah itu, karena darurat dan adanya kebutuhan untuk

melihat jalan. Jika tidak ada kebutuhan maka tidak berkewajiban membuka mata.6

Dalam hal ini, cadar telah menjadi isu yang sangat kontroversial dalam

Islam. Sebagian umat Islam menganggapnya sebagai perintah Allah yang terdapat

di dalam al-Qur’an, sementara sebagian muslim yang lain dan juga umat non-

muslim, khususnya orang-orang Barat, menganggapnya sebagai praktik yang

aneh, kalau tidak malah dikatakan barbar. Belakangan ini di Indonesia cadar

diidentikkan sebagai pakaian yang berasal dari budaya Arab, banyak orang

beranggapan bahwa pemakaian cadar dinilai sebagai pakaian yang berlebihan dan

orang yang memakainya dianggap menutup diri dari pergaulan sosial, serta

dikhawatirkan adanya penyalahgunaan cadar untuk kepentingan-kepentingan yang

tidak baik. Banyak umat Islam berpendapat bahwa apa pun justifikasi terhadap

purdah (yakni, cadar) di masa lalu, hal itu tidak mempunyai relevansi sama sekali

dengan zaman modern. Kalangan umat Islam ortodoks, khususnya ulama, di sisi

yang lain menganggap cadar bagi perempuan sebagai kebutuhan yang absolut,

dengan penggunaannya menjadi kebiasaan yang biasa dilakukan.7

Secara umum, hukum memakai cadar terjadi perbedaan di kalangan ulama,

terdapat dua pendapat ulama, yaitu ulama yang membolehkan terbukanya wajah

dan ulama yang tidak memperbolehkan terbukanya wajah. Ulama yang

membolehkan terbukanya wajah adalah Yusuf al-Qaradhawi dan Nasiruddin al-

Albani yang menyatakan bahwa aurat wanita tidak mencakup wajah dan telapak

6 Ibid., hlm. 84.

7 Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, alih bahasa Agus Nuryanto,

(Yogyakarta: LKiS, 2003), hlm. 83.

Page 23: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

4

tangan maka pemakaian cadar menjadi tidak wajib dan ulama yang tidak

memperbolehkan terbukanya wajah adalah Sa’id Ramadhan al-Buti, Abdul Aziz

bin Abdullah bin Baz dan Abu al-A’la al-Maududi.

Problematika cadar di Indonesia pun sudah menjadi sesuatu yang

diperdebatkan antar masyarakat. Banyak masyarakat yang masih memandang

negatif terhadap orang yang memakai cadar. Mereka beranggapan bahwa orang

yang bercadar termasuk anggota teroris, pengikut Wahhabi, Syiah, maupun ISIS.

Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa orang yang bercadar cenderung

fanatik dalam urusan agama, seperti mudah mengharamkan suatu perbuatan.

Dipandang dari segi sosialnya, masyarakat cenderung menilai bahwa orang yang

bercadar sulit bersosialisasi cenderung menutup diri dari orang-orang yang bukan

kelompoknya, mereka juga merupakan orang yang egois karena mereka dapat

melihat wajah orang lain namun orang yang tidak memakai cadar tidak dapat

melihat wajah orang yang memakai cadar serta sulit untuk mengenalinya.

Sementara itu, jika dipandang dari segi budaya, cadar bukan budaya masyarakat

Indonesia, namun cadar merupakan budaya yang berasal dari bangsa Arab yang

kemudian masuk ke Indonesia dan diikuti oleh masyarakat Indonesia. Perdebatan

dan perbedaan hukum dalam memakai cadar juga terjadi antar dua organisasi

besar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama8 dan Muhammadiyah9.

8 NU atau Nahdlatul Ulama didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 31 Januari 1926.

NU itu sendiri berarti kebangkitan para ulama, kelahirannya berkaitan erat dengan sejarah

masuknya Islam dan perkembangannya yang khas, berbaur dengan kebudayaan pra Islam,

sembilan bintang pada lambang NU melambangkan Wali Sanga. Lihat Einar M. Sitompul,

Nahdlatul Ulama dan Pancasila, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989), hlm. 64-67.

9 Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan,

diberi nama Muhammadiyah diharapkan setiap anggota Muhammadiyah dalam kehidupan

Page 24: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

5

Sebagai sebuah ormas agama yang sama-sama memiliki lembaga fatwa,

baik NU maupun Muhammadiyah sering kali berbeda dalam memutuskan suatu

permasalahan. Hal tersebut disebabkan karena pemahaman masing-masing

berkaitan dengan banyak faktor yang mungkin berbeda antara kedua organisasi

ini. Salah satu perbedaan tersebut adalah penetapan fatwa pada hukum memakai

cadar.

Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama memiliki dua pendapat terhadap

hukum memakai cadar atau terbukanya wajah dan telapak tangannya, yaitu

pendapat yang mengharamkan terbukanya wajah dan telapak tangan dan pendapat

yang membolehkan terbukanya wajah dan telapak tangan dengan keterangan yang

diambil dari kitab Maraqil Falah Syarh Nurul Idhah dan kitab Bajuri Hasyiyah

Fathul Qarib.10 Lain halnya dengan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah

yang menyebutkan bahwa wanita diperbolehkan memperlihatkan wajah dan kedua

tangannya, menurut Muhammadiyah tidak ada dalil yang menyebutkan wanita

harus menutup wajah dan kedua tangannya, yang ada adalah perintah memakai

jilbab sebagaimana dalam firman Allah surat al-Ahza>b (33): 59, yang berbunyi:11

beragama dan bermasyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pribadi Nabi saw. dan

Muhammadiyah menjadi organisasi akhir zaman. Lihat Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan

Pengembangan Bekerja Ssama dengan Lembaga Informasi PP Muhammadiyah, 1 Abad

Muhammadiyah, (Jakarta: Penerbit Kompas, 2010), hlm. 26.

10 Imam Ghazali Said dan A. Ma’ruf Asrori (ed.), Ahkamul Fuqaha; Solusi Problematika

Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-1999),

alih bahasa M. Djamaluddin Miri, (Surabaya: Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur,

2004), hlm. 129-130.

11 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-fatwa Tarjih:

Tanya-Jawab Agama 4 cet. VII, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2013), hlm. 238-239.

Page 25: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

6

لمؤمنين يدنين عليهن من جالبيبهن ذلك أدنى أن بي قل ألزواجك وبناتك ونساء ايا أيها الن

12 .يؤذين وكان للاه غفورا رحيمايعرفن فال

Kemudian firman Allah yang lain menjelaskan dalam surat an-Nu>r (24):

31.

13.امنه رن إال ما ظههال يبدين زينتو

Perbedaan pendapat antara kedua lembaga besar di Indonesia ini cukup

menarik untuk diteliti, karena kedua lembaga ini menetapkan hukum yang

berbeda dalam masalah yang sama dikarenakan berbeda dalam metode dan

penggunaan dalil yang digunakan sehingga menghasilkan putusan hukum yang

berbeda dan keduanya memiliki jumlah masa yang banyak serta memiliki

pengaruh yang kuat bagi para pengikutnya yang fanatik, oleh karenanya setiap

putusan hukum yang dikeluarkan dijadikan sebagai rujukan oleh warganya.

Sehingga jika dikatakan haram maka pengikutnya akan mengikutinya, begitupula

sebaliknya.

B. Pokok Masalah

Dari latar belakang yang telah penyusun kemukakan di atas, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana metode istinbath hukum yang digunakan oleh Lajnah Bahtsul

Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dalam

menentukan fatwa hukum memakai cadar?

12 Al-Ahza>b (33): 59.

13 An-Nu>r (24): 31.

Page 26: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

7

2. Mengapa Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih &

Tajdid berbeda dalam penggunaan dalil hukum memakai cadar?

C. Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode istinbath hukum apa yang yang digunakan oleh

Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid

Muhammadiyah dalam menentukan fatwa hukum memakai cadar.

2. Untuk mengetahui perbedaan dalil yang digunakan oleh Lajnah Bahtsul

Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dalam

hukum memakai cadar.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang metodologi hukum yang

digunakan oleh Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih &

Tajdid Muhammadiyah dalam mengeluarkan fatwa tentang hukum mamakai

cadar.

2. Memberikan sumbangan wawasan dan keilmuan baik dalam dunia akademik

maupun dalam praktik kehidupan.

3. Memperluas khazanah keilmuan dalam memetakan pemikiran dua organisasi

besar Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dengan harapan hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai titik tolok untuk dikembangkan lebih jauh dan

mendalam untuk penelitian yang lain.

Page 27: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

8

D. Telaah Pustaka

Tema yang membahas tentang pemakaian cadar bukanlah pembahasan

yang baru, setidaknya penyusun menemukan skripsi, jurnal dan beberapa buku

yang berkaitan dengan penggunaan cadar, sebagai berikut:

Skripsi yang ditulis oleh Lutfiyah Azizah, yang berjudul “Perempuan

Bercadar: Antara Ideologi dan Tradisi (Studi Kasus Pada Mahasiswi UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta).”14 Skripsi ini membahas kegiatan dan peranan mahasiswi

yang bercadar serta pengaruh mahasiswi bagi lingkungan masyarakat dalam

pengembangan ideologi dan tradisi bagi mahasiswi bercadar. Skripsi ini

menjelaskan bahwa mahasiswi memakai cadar karena keinginannya sendiri dan

tidak ada paksaan dari pihak manapun, serta mereka meyakini bahwa wajah

merupakan bagian dari aurat wanita. Selain itu, yang menjadi tolok ukur mereka

dalam memakai cadar adalah lingkungan keluarga mereka sendiri, mahasiswi

tersebut lahir dan dibesarkan dari keluarga Islami dan memakai cadar. Adapun

perbedaan dengan penelitian yang akan disusun ini adalah lebih fokus kepada

penetapan hukum memakai cadar menurut fatwa Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah.

Selanjutnya, skripsi yang ditulis oleh Isnaining Wahyuni yang berjudul

“Jilbab dan Cadar Muslimah Menurut al-Qur’an dan Sunnah (Studi Perbandingan

14 Lutfiyah Azizah, “Pandangan Perempuan Bercadar: Antara Ideologi dan Tradisi (Studi

Kasus pada Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)”, Skripsi Fakultas Adab dan Ilmu

Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

Page 28: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

9

atas Pemikiran al-Baniy dan al-Usaimin).”15 Skripsi ini membahas tentang syariat

jilbab dan cadar muslimah menurut al-Qur’an dan Sunnah, serta mengkaji

perbandingan pendapat dari al-Baniy dan al-Usaimin yang memperdebatkan

hukum penggunaan jilbab dan cadar bagi muslimah. Skripsi ini menjelaskan

pendapat dari al-Baniy yang dengan tegas menyatakan bahwa hukum cadar dan

menutup wajah bagi wanita adalah sunnah dan mustahab, sedangkan al-Usaimin

berpendapat bahwa hukum menutup wajah bagi wanita adalah wajib, karena

menurut al-Usaimin syari’at cadar tidak dapat dilepaskan dari syari’at jilbab itu

sendiri. Walaupun memiliki kesamaan dari subjek penelitian dengan apa yang

ditulis oleh penyusun, setidaknya memiliki perbedaan seperti, dalam penelitian

yang dilakukan oleh Isnaining Wahyuni yang memaparkan konsep jilbab dan

cadar muslimah atas pemikiran al-Baniy dan al-Usaimin. Adapun perbedaan

dengan penelitian ini adalah lebih spesifik pada hukum penggunaan cadar

menurut fatwa Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Skripsi yang ditulis oleh Heriyanti yang berjudul “Aspek Hukum

Penggunaan Jilbab dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pemikiran Wahdah

Islamiyah).”16 Skripsi ini membahas tentang konsep penggunaan jilbab model

cadar menurut Wahdah Islamiyah yang lebih menjelaskan kepada bagaimana

seorang wanita menggunakan jilbab dalam keadaan nyaman dan lebih ditekankan

15 Isnaining Wahyuni, “Jilbab dan Cadar Muslimah Menurut Al-Qur’an dan Sunnah

(Studi Perbandingan atas Pemikiran al-Abaniy dan al-Usaimin)”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.

16 Heriyanti, ”Aspek Hukum Penggunaan Jilbab dalam Perspektif Hukum Islam (Studi

Pemikiran Wahdah Islamiyah)”, Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar,

2017.

Page 29: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

10

dalam penggunaan yang tertutup, tidak teransparan, tidak membentuk lekuk

tubuh, tidak menyerupai orang kafir, bukan untuk berbangga dan tidak

menyerupai laki-laki. Walaupun memiliki persamaan dalam subjek penelitian

dengan apa yang ditulis oleh penyusun, dalam penelitian yang dilakukan oleh

Heriyanti hanya berfokus kepada aspek penggunaan jilbab studi pemikiran

Wahdah Islamiyah.

Jurnal yang ditulis oleh Mutiara Sukma Novri yang berjudul “Konstruksi

Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah Pengajian Masjid Umar Bin Khattab

Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru.”17 Jurnal ini membahas

tentang pemaknaan wanita bercadar di pengajian masjid Umar bin Khattab

Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru dan pengalaman komunikasi

yang dialami oleh wanita bercadar dengan lingkungan tempat tinggalnya. Jurnal

ini menjelaskan bahwa menurut anggota pengajian di masjid Umar bin Khattab

cadar adalah sebagai perintah agama yang hukumnya boleh dimaknai sebagai hal

yang wajib dan juga sunnah, tergantung pada keyakinan dari individu yang

memakainya dan interaksi yang dilakukan oleh wanita bercadar di dalam

kelompoknya terdapat dua respon, yaitu positif dan negatif, dalam hal ini ada

sebagian masyarakat yang menerima dan mendukung wanita bercadar dan ada

juga masyarakat yang belum menerima wanita yang bercadar dikarenakan adanya

tanggapan-tanggapan negatif terhadap wanita yang bercadar. Penelitian ini

17 Mutiara Sukma Novri, “Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah

Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru,” Jom

Fisip, Vol. 3 Nomor 1 Februari 2016.

Page 30: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

11

menghasilkan temuan bahwa masih adanya perbedaan pandangan dari masyarakat

tentang pemaknaan cadar dan cara menyikapi wanita yang bercadar.

Buku karya Syaikh Ibnu Taimiyah dkk, Jilbab dan Cadar dalam al-

Qur’an dan as-Sunnah yang diterjemahkan oleh Abu Said al-Anshori. Ibnu

Taimiyah berpandangan bahwa kaum wanita berkewajiban menjaga dan

memelihara auratnya dengan mengenakan busana seperti yang dikenakan sewaktu

shalat yang tidak diwajibkan penggunaannya terhadap laki-laki, dalam hal ini

khususnya mengenai jilbab dan cadar. Hal ini menurutnya, semua bagian aurat

perempuan menjadi pemicu timbulnya fitnah yang besar.18 Penyusun merujuk

pada buku tersebut karena terdapat persamaan dalam penelitian ini mengenai

hukum memakai cadar.

Dari beberapa skripsi jurnal dan buku yang telah disebutkan di atas yang

telah dijadikan telaah pustaka dan dapat menjadikan sebuah rujukan bagi

penyusun. Memang telah banyak yang membahas permasalahan cadar akan tetapi

objek penelitian yang berbeda, begitu juga skripsi yang disusun oleh penyusun

juga memunyai objek yang berbeda, dalam skripsi ini penyusun menitik tekankan

penelitian pada fatwa yang dikeluarkan oleh Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul

Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah. Dalam pandangan penyusun

terhadap putusan hukum yang dikeluarkan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul

Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah itulah salah satu

pemasalahan dalam penelitian ini.

18 Ibnu Taimiyah dkk, Jilbab dan Cadar dalam Al-Quran dan As-Sunnah, alih bahasa

Abu Said al-Anshori, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994.

Page 31: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

12

E. Kerangka Teoritik

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah selanjutnya dalam

proses penelitian adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-

generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk

pelaksanaan penelitian. Teori itu sendiri adalah seperangkat konstruk, definisi,

dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui

spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan

dan meramalkan fenomena.19

Dalam usul fikih untuk mengetahui hukum-hukum Allah (hukum

perbuatan mukallaf) adalah dengan menggunakan dalil-dalil dan isyarat yang

disyari’atkan untuk istinbath hukum. Dari sinilah para ulama menyusun pola

penalaran, baik berupa kaidah-kaidah penafsiran maupun metode istinbath

hukum. Secara umum pola penalaran tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu penalaran

bayany (berdasarkan aspek kebahasaan), ta’lily (berdasarkan ‘illat hukum), dan

istislahy (berdasarkan kemaslahatan yang terkandung dalam hukum).20

Penalaran bayany adalah metode penalaran (penafsiran) yang bertumpu

pada arti kata (dilalat) dan kaidah kebahasaan. Dalam pola ini dibahas kapan

suatu kata (lafaz) dianggap ‘am (universal), khas (partikular), atau musytarak

19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabet,

2011), hlm. 52.

20 Ali Sodiqin, Fiqh Ushul Fiqh; Sejarah, Metodologi dan Implemtasinya di Indonesia,

(Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012), hlm. 133-134.

Page 32: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

13

(ambiguitas). Kapan suatu lafaz dianggap wad}ih (jelas artinya), serta berbagai

persoalan lainnya.

Penalaran ta’lily adalah pola penafsiran yang dilakukan dengan cara

menemukan ‘illat (alasan penetapan hukum, kausa efektif, ratio legis/tambatan

hukum) yang terkandung dalam nash, tetapi terkadang ditemukan oleh mujtahid

melalui ijtihadnya. Penalaran jenis ini dilakukan oleh para ulama ketika penalaran

yang pertama (bayany) tidak dapat dilakukan, dalam arti tidak dapat dipahami

hanya berdasar arti bahasannya. Termasuk dalam pola penalaran ta’lily adalah

metode qiyas dan istihsan. Kedua metode istinbath hukum tersebut bertumpu

pada kekuatan ‘illat sebagai dasar penetapan sebuah hukum.

Penalaran istislahy adalah pola penalaran yang bertumpu pada

kemaslahatan yang terkandung dalam nash. Pola ini dilakukan dengan cara

menghimpun berbagai ayat dan hadis-hadis yang saling berkaitan kemudian

ditarik sebuah prinsip umum. Prinsip umum ini didedukasikan kepada kasus-kasus

yang tidak bisa diselesaikan melalui nash spesifik. Penalaran jenis ini digunakan

setelah penalaran bayany dan ta’lily tidak mungkin dilakukan. Dalam beberapa

kasus baru, para ulama sering menetapkan hukum suatu persoalan berdasarkan

pertimbangan kemaslahatan. Termasuk dalam penalaran ini adalah metode

istislah, ‘urf, dan saddudz dzari’ah.21

Di kalangan ulama NU, istinbath hukum diartikan bukan mengambil

hukum secara langsung dari sumber hukum yang asli, yakin al-Qur’an dan Hadis,

21 Ibid., hlm. 134-135.

Page 33: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

14

tetapi dilakukan dengan mentabi’kan secara dinamis nash-nash yang telah diteliti

oleh para fuqaha kepada persoalan (waqi’yah) yang dicari hukumnya.

Lajnah Bahtsul Masail menggunakan tiga macam metode istinbath hukum

yang diterapkan secara berjenjang, yaitu:

1. Metode Qauliy adalah suatu cara istinbath hukum yang digunakan oleh

ulama NU dalam Lajnah Bahtsul Masail dengan mempelajari masalah

yang dihadapi, kemudian mencari jawabannya pada kitab-kitab fiqh

empat mazhab dengan mengacu dan merujuk secara langsung pada

nash teksnya, atau dengan kata lain, mengikuti pendapat-pendapat

yang sudah ada dalam lingkup mazhab tertentu.

2. Metode Ilhaqiy, apabila metode qauliy tidak dapat dilaksanakan karena

tidak ditemukan jawaban tekstual dari suatu kitab mu’tabarah, maka

untuk menyelesaikan persoalan akan dilakukan dengan menyamakan

hukum suatu kasus atau masalah yang belum dijawab oleh kitab

(belum ada ketetapan hukumnya) dengan kasus atau masalah serupa

yang telah dijawab oleh kitab (yang telah ada ketetapan hukumnya),

atau dengan kata lain menyamakan dengan pendapat yang sudah ada.

3. Metode Manhajiy adalah suatu cara menyelesaikan masalah

keagamaan yang ditempuh Lajnah Bahtsul Masail dengan mengikuti

jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun Imam

Mazhab.22

22 Soeleiman Fadeli, M. Subhan, Antologi NU; Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah, cet. Ke-

1, (Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 127.

Page 34: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

15

Dalam melaksanakan ijtihad-nya Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah juga menggunakan beberapa pendekatan:

1. Ijtihad bayani, yaitu usaha penggalian hukum dan nash dzanni dengan

mencari dasar-dasar interpretasi atau tafsir.

2. Ijtihad qiyasi, yaitu upaya yang sungguh-sungguh untuk memberikan

solusi hukum bagi suatu masalah yang tidak ada ketentuan nashnya

berdasarkan kesamaan ‘illat.

3. Ijtihad istishlahi, yaitu mencari solusi hukum bagi suatu masalah yang

tidak ditemukan ketentuan hukumnya dalam nash al-Quran ataupun Hadis,

dengan mendasarkan kemashlahatan yang akan dicapai.23

Perbedaan dalam ranah fikih adalah hal yang lumrah terjadi. Kesemuanya

merupakan tanda betapa luwes dan fleksibelnya ajaran Islam, serta menunjukkan

bahwa Islam adalah agama yang tidak kolot dengan perubahan kondisi disetiap

zamannya. Ulama-ulama berbeda perpendapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Perbedaan fikih mereka terjadi karena empat sebab secara umum yaitu:

1. Perbedaan pengertian fikih.

2. Hukum perbedaan dalam masalah fikih, dalil-dalil, dan apa yang

menyebabkan perbedaan itu ada.

3. Jenis-jenis perbedaan dalam fikih.

23 M. Mukhsin Jamil, Musahadi, Choirul Anwar, Abdul Kholiq, Nalar Islam Nusantara;

Studi Islam ala Muhammadiyah, al-Irsyad, Persis, dan NU, (Cirebon: FahminaInstitue, 2008),

hlm. 98-99.

Page 35: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

16

4. Faedah mempelajari perbedaan-perbedaan fikih dan adab dalam perbedaan

di antara para ulama.

Adapun sebab-sebab mengapa para ulama berbeda pendapat, terdapat

empat sebab:

1. Perbedaan dalam kaidah ushul dan sebagian sumber pengambilan hukum.

2. Perbedaan memaknai suatu lafadz yang berakibat pada perbedaan

memahami suatu nash yang terdapat di dalamnya lafadz tersebut.

3. Perbedaan dalam ijtihad di ulumul hadis Nabi saw.

4. Perbedaan cara dalam menggabungkan dan mentarjihkan antara dua dalil

yang dzohirnya terlihat bertentangan.

Adapun perbedaan mazhab fikih, terdapat dua sebab:

1. Rentetan dalam urutan mujtahid mazhabnya.

2. Perbuatan fuqaha dalam mazhab ulama-ulama mereka.24

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penyusun menggunakan metode penelitian:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah library research atau penelitian kepustakaan,

dilakukan dengan melakukan kajian terhadap literatur, penelitian sebelumnya,

jurnal dan sumber-sumber lainnya yang ada.25 Adapun objek penelitiannya

24 Mahmu>d Isma>’i>l Muhammad, As\aru al-Khila>fu al-Fiqhi> fi> al-Qawa>’idi al-Mukhtalif

fi>ha> wa mada> tat}bi>qiha> fi> al-furu>’i al-Mu’a>s}irah, (Kairo: Dar al-Salam, 2007), hlm. 22-23.

25 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2006), hlm. 18.

Page 36: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

17

adalah mengenai hukum menggunakan cadar menurut Lajnah Bahtsul Masail

Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analisis-komparatif. Deskriptif

adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang

diselidiki.26 Analisis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang

diteliti dengan jalan memilih-milih antara pengertian satu dengan pengertian

yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai objeknya.27 Sedangkan

komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab

secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor

penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.28 Dalam

hal ini penyusun menggambarkan secara rinci serta menguraikan dan

mengkomparasikan metodologi hukum yang digunakan oleh Lajnah Bahtsul

Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah dalam

26 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 54.

27 Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 59.

28 Moh. Nazir, Metode Penelitian, hlm. 54.

Page 37: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

18

mengeluarkan fatwa serta menganalisis dalil yang digunakan dalam

mengeluarkan fatwa hukum memakai cadar.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, akan

tetapi yang menjadi bidikan penyusun bukan pada Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah secara kelembagaan, tetapi pada kultural keilmuan yang

dikaji oleh Lajnah Bahtsul Masail sebagai lembaga Nahdlatul Ulama dan

Majelis Tarjih & Tajdid sebagai lembaga Muhammadiyah dalam

mengeluarkan fatwa mengenai hukum memakai cadar.

4. Pendekatan Masalah

Dalam menjelaskan permasalahan ini, dibutuhkan pendekatan masalah

dengan menggunakan pendekatan hukum normatif, yaitu dengan

menggunakan sistem kaidah atau aturan. Maka, penelitan hukum normatif

adalah penelitian yang mempunyai objek kajian tentang kaidah atau aturan

hukum. Penelitian normatif meneliti kaidah atau aturan hukum sebagai suatu

bangunan sistem yang terkait dengan suatu peristiwa hukum. Penelitian ini

dilakukan dengan maksud untuk memberikan argumentasi hukum sebagai

dasar penentu apakah sesuatu peristiwa sudah benar atau salah serta

bagaimana sebaiknya peristiwa itu menurut hukum,29 dalam hal ini untuk

mengetahui metodologi hukum Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam

29 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif

& Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 36.

Page 38: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

19

penetapan hukum dan mengkaji hasil keputusannya menggunakan

pendekatan hukum normatif.

5. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian library research, maka

pengumpulan datanya dilakukan secara literer, yakni dengan meneliti buku-

buku dan sumber-sumber yang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Adapun

pengumpulan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:

a. Bahan Primer

Sumber ini memuat segala hal yang berkaitan dengan penelitian

ini. Adapun data-data yang dijadikan sebagai rujukan utama penyusun

antara lain: Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-8 nomor 135 yang

diterbitkan oleh Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur dan

buku Tanya Jawab Jilid 4 Tim PP Muhammadiyah Majelis Tarjih yang

diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah, keduanya adalah hasil dari fatwa

tentang hukum memakai cadar yang telah dibukukan.

b. Bahan Sekunder

Sumber bahan sekunder diantaranya diambil dari kitab-kitab fikih,

karya ilmiah berupa jurnal, buku-buku, dan karya lain yang membahas

tentang cadar dan metode istinbath Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan, yaitu dengan mengkaji dan menelaah berbagai referensi

yang mempunyai relevansi dengan pokok pembahasan.

Page 39: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

20

G. Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pemahaman isi dan esensi dari skripsi ini,

penyusun membaginya menjadi beberapa bab dengan bahasan sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan, sebagai pengantar umum kepada isi

tulisan, yang mencangkup latar belakang, pokok masalah, telaah pustaka,

kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Pada bab kedua diuraikan pandangan umum tentang cadar. Bab ini

mencangkup pengertian cadar, dalil-dalil yang berkaitan dengan pemakaian cadar,

pendapat ulama mengenai hukum memakai cadar.

Pada bab ketiga dibahas tentang bagaimana Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah mengeluarkan fatwa tentang penggunaan cadar. Bab ini dimulai

dari sejarah singkat lembaga yang membuat fatwa dalam kedua organiasasi

tersebut, dalam hal ini Lajnah Bathsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih

& Tajdid Muhammadiyah, bagaimana kedua organisasi terbesar di Indonesia itu

dalam mengeluarkan fatwa mengenai cadar.

Dalam bab keempat, dipaparkan lebih rinci analisis komparatif antara

Lajnah Bathsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah dalam mengeluarkan fatwa hukum memakai cadar yang

diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis ini maka akan menimbulkan

pemahaman secara lebih jelas dan gamblang serta dapat melihat apa yang

melatarbelakangi timbulnya perbedaan antara hukum memakai cadar yang

dikeluarkan oleh Lajnah Bathsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih dan

Tajdid Muhammadiyah. Dengan begitu akan membukakan pemahaman

Page 40: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

21

masyarakat bahwa perbedaan itu bukan merupakan sesuatu yang salah dan dapat

memicu konflik.

Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan-

pembahasan sebelumnya, juga berisi tentang saran-saran dan kritikan terkait

tentang kajian di dalamnya, sehingga ada jalan keluar yang nantinya perlu untuk

diteruskan oleh para peneliti berikutnya.

Page 41: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dibahas dan dianalisis dari bab-bab sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid

Muhammadiyah berbeda pendapat terhadap masalah hukum memakai

cadar. Lajnah Bahtsul Masail dalam Keputusan Muktamar Nahdlatul

Ulama ke-8 di Jakarta pada tanggal 12 Muharram 1352 H./7 Mei 1933

M., tentang hukum memakai cadar yang menganjurkan wanita

muslimah yang hendak keluar rumah untuk menutup wajah dan telapak

tangannya, pendapat pertama menyatakan bahwa kewajiban untuk

memakai cadar adalah kewajiban syari’at dan pendapat kedua bahwa

memakai cadar tidak diwajibkan kepada wanita muslimah, yang

menjadi rujukan dalam keputusan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul

Ulama ialah kitab Maraqil Falah Syarh Nurul Idhah dan kitab Bajuri

Hasyiyah Fathul Qarib. Dalam keputusannya, dengan menggunakan

metode qauliy, yaitu mengikuti pendapat-pendapat ulama dalam

lingkup empat mazhab, sehingga kedua pendapat tersebut boleh

dipegangi oleh masyarakat Nahdlatul Ulama. Berbeda dengan Majelis

Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah sebagaimana dengan putusan

Muhammadiyah yang disidangkan pada hari Jum’at 10 Rajab 1430

H./3 Juli 2009 M., bahwa pemakaian cadar tidak disyaria’atkan dan

Page 42: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

98

2. tidak diperintahkan untuk memakainya karena tidak ada dalil atau

nash yang menyebutkan hukumnya.

3. Dalam hal ini, perbedaan yang terjadi di dalam penggunaan dalil antara

Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah dalam mengeluarkan hukum memakai cadar karena

perbedaan dalam pengambilan sumber hukumnya. Lajnah Bahtsul

Masail Nahdlatul Ulama yang lebih mengutamakan pengambilan

hukum kepada pendapat ulama dengan pernyataan dari kitab Maraqil

Falah Syarh Nurul Idhah dan kitab Bajuri Hasyiyah Fathul Qarib

sebagai kitab yang mu’tabarah, sedangkan Majelis Tarjih dan Tajdid

Muhammadiyah yang lebih mengutamakan al-Qur’an dan Sunnah

sebagai sumber hukumnya tanpa merujuk kepada kitab manapun.

Dalam hal ini Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama masih

menggunakan pendapat yang memperbolehkan menggunakan cadar,

sedangkan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah menggunakan

nash al-Qur’an dan Sunnah dengan tidak menganjurkan pemakaian

cadar, karena dalam nashnya tidak disebutkan secara langsung

penggunaan cadarnya sendiri.

B. Saran

1. Hendaknya masyarakat Indonesia dapat memahami dengan baik dan

benar terhadap hukum memakai cadar, agar tidak adanya lagi

perdebatan yang terjadi antar kelompok maupun antar individual, dan

dapat melihat dari sisi yang berbeda terhadap orang yang memakai

Page 43: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

99

cadar, cadar pula bukan merupakan suatu hal yang buruk meskipun

tidak ada nash atau dalil yang menyebutkan kewajiban untuk

menggunakannya.

2. Masyarakat diharapkan tidak menilai cadar merupakan suatu hal yang

buruk, isu yang terjadi di Indonesia mengenai orang yang bercadar

adalah teroris penyusun harapkan agar tidak menilai dari cadarnya,

karena wanita muslimah yang memakai cadar tidak bisa dihukumi

sebagai pelaku teroris, melainkan yang harus dipertanyakan adalah

individunya masing-masing.

3. Dalam hal penetapan hukum cadar perlu adanya pengkajian ulang

terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah untuk memberikan pemahaman yang sama kepada

masyarakat sehingga tidak adanya perdebatan dan saling menyalahkan

satu dengan yang lainnya.

4. Penyusun berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi awal

pergerakan semangat untuk melakukan kajian-kajian perbandingan

hukum. Sebagai mahasiswa yang masih banyak dengan kekurangan

dan keterbatasan dengan harapan penelitian ini tidak hanya berhenti

disini dengan adanya penelitian lanjutan tentang istinbath hukum

memakai cadar yang digunakan oleh Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatu

Ulama dan Majelis Tarjih & Tajdid Muhammadiyah.

Page 44: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

100

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an/Tafsir Al-Qur’an

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya,

Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur'an,

2009.

Jawi, Muhammad Nawawi Al-, Tafsir Al-Muni>r (Mara>h Labi>d) Al-Kahf

75 s.d. Al-‘Ankabu>t 44, jilid 4, alih bahasa Bahrun Abu Bakar,

Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo Bandung, 2016.

Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3, alih

bahasa Syihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 2012.

Shabuni, Muhammad Ali Ash-, Shafwatut Tafa>sir; Tafsir-Tafsir Pilihan

(Ar-Ra’d-An-Naml), jilid 3, alih bahasa KH. Yasin, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2011.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Volume 10, Jakarta: Lentera Hati,

2002.

Zuhaili, Wahbah Az-, Tafsir al-Wasith (Al-Qashash-An-Naas), jilid 3, alih

bahasa Muhtadi, Jakarta: Gema Insani, 2013.

2. Hadis/Syarah Hadis/Ulumul Hadis

Asqalani, Ibnu Hajar Al-, Fath}ul Baari: Penjelasan Kitab Shahih Bukhari

buku 10, alih bahasa Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

‘Asqala>ni, Ibn H{ajar al-, Fath} al-Ba>ri: sarh} sah}i>h} al-Buha>ri, jilid 1, Beirut:

Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2009.

Qazwiniy, Abi Abdullah Muhammad ibn Yazi}d al-, Shabuddin al-Busayri,

al-Sunan ibn Majah; Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah,

Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1998.

Rahman, Fatchur, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif,

1981.

Sajasta>ni, Abi} Da>ud Sulaima>n ibn al-Asy’as al-, Sunan Abi> Da>ud, jilid 1,

Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2011.

Page 45: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

101

----------------------------------------------------------, Sunan Abi> Da>ud, jilid 3,

Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2011.

Thahhan, Mahmud, Ulumul Hadis; Studi Kompleksitas Hadis Nabi, alih

bahasa Zainul Muttaqin, Yogyakarta: Titian Ilahi Press & LP2KI,

1997.

3. Fiqh/Usul Fiqh

‘Ali>, Hasan ibn Uma>r ibn, Maraqi> al-Fala>h bi is}da>di al-Fatta>h, Beirut: Dar

al-Kotob al-Ilmiyah, 2004.

Djazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam

Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, 2006.

Ghazzi>, Ibn al-Qa>sim al-, Ha>syiyah: as-Syaikh Ibra>hi>m al-Bajuri>, Beirut:

Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1999

Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh: Metode Istinbath dan Istidlal,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Khoir, Alim, Fiqih Busana; Telaah Kritis Pemikiran Muhammad Syahrur,

Yogyakarta: Kalimedia, 2016.

Mahfudh, Sahal, Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LKiS, 1994.

Muhammad, Mahmu>d Isma>’i>l, As\aru al-Khila>fu al-Fiqhi> fi> al-Qawa>’idi al-Mukhtalif fi>ha> wa mada> tat}bi>qiha> fi> al-furu>’i al-Mu’a>s}irah,

Kairo: Dar al-Salam, 2007.

Sadat, Anwar, ‘Ikhtilaf di Kalangan Ulama al-Mujtahidin,’ ar-Risalah,

Volume 15 Nomor 2. Nopember 2015.

Salim, Abdul Malik Kamal bin Sayyid, Fiqih Sunah Untuk Wanita, alih

bahasa Asep Sobari, Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2007.

Sodiqin, Ali, Fiqh Ushul Fiqh; Sejarah, Metodologi dan Implemtasinya di

Indonesia, Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012.

Zuhaili, Wahbah Az-, Fiqih Islam wa Adillatuhu, jilid 1, alih bahasa Abdul

Hayyie al-Kattani, Damaskus: Darul Fikir, 2010.

Page 46: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

102

4. Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah

Abdurrahman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Metodologi dan

Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Anwar, Ali, Avonturisme NU: Menjejaki Akar Konflik-Kepentingan Politik

Kaum Nahdhiyyin, Bandung: Humaniora, 2004.

Amin, M. Masyhur, NU & Ijtihad Politik Kenegaraannya, Yogyakarta: al-

Amin, 1996.

Asmani, Jamal Ma’mur, Menatap Masa Depan NU; Membangkitkan Spirit

Taswirul Afkar Nahdlatul Wathan dan Nahdlatut Tujjar,

Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016.

Bruinessen, Martin van, NU; Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian

Wacana Baru, Yogyakarta: LKiS, 1994.

Djamil, Fathurrahman, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah,

Jakarta: Logos Publishing House, 1995.

Fadeli, Soeleiman, M. Subhan, Antologi NU; Sejarah, Istilah, Amaliah,

Uswah, cet. Ke-1, Surabaya: Khalista, 2007.

Haidar, M. Ali, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan

Fikih dalam Politik, Jakarta: Gramedia, 1998.

Halim, Abdul, Aswaja Politisi Nahdlatul Ulama: Prespektif Hermeneutika

Gadamer, Jakarta: Pustaka LP3ES, 2014.

Ida, Laode, NU Muda: Kaum Progresif dan Sekularisme Baru, Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2004.

Jamil, M. Mukhsin, Musahadi, Choirul Anwar, Abdul Kholiq, Nalar Islam

Nusantara; Studi Islam ala Muhammadiyah, al-Irsyad, Persis,

dan NU, Cirebon: Fahmina Institue, 2008.

Jurdi, Syarifuddin, dkk, 1 Abad Muhammadiyah, Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2010.

Karim, Rusli (ed.), Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, Jakarta:

Rajawali, 1986.

Misrawi, Zuhairi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari: Moderasi, Keumatan,

dan Kebangsaan, Jakarta: Buku Kompas, 2010.

Page 47: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

103

Mu’arif, Meruwat Muhammadiyah; Kritik Seabad Gerakan Pembaruan

Islam di Indonesia, Yogyakarta: Pilar Religia, 2005.

Pasha, Musthafa Kamal, Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai

Gerakan Islam (dalam Prespektif Historis dan Ideologis),

Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI),

2000.

Ridwan, Nur Khalik, NU dan Neoliberalisme; Tantangan dan Harapan

Menjelang Satu Abad, Yogyakarta: LKiS, 2008.

Said, Imam Ghazali dan A. Ma’ruf Asrori (ed.), Ahkamul Fuqaha; Solusi

Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas

dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-1999), alih bahasa M.

Djamaluddin Miri, Surabaya: Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU

Jawa Timur, 2004.

Sairin, Weinata, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 1995.

Syamsuddin, Din (ed.), Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Penerbit

Pustaka Panjimas, 1990.

Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-

fatwa Tarjih: Tanya-Jawab Agama 4 cet. VII, Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2013.

Zahro, Ahmad, Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masa’il 1926-

1999, Yogyakarta: LKiS, 2004.

5. Hijab dan Perempuan

Azizah, Lutfiyah, “Pandangan Perempuan Bercadar: Antara Ideologi dan

Tradisi (Studi Kasus pada Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta)”, Skripsi Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

Bahtiar, Deni Sutan, Berjilbab dan Tren Buka Aurat, Yogyakarta: Mitra

Pustaka, 2009.

Engineer, Asghar Ali, Pembebasan Perempuan, alih bahasa Agus

Nuryanto, Yogyakarta: LKiS, 2003.

Hamdani, Amamur Rohman, “Pandangan Dosen UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta Terhadap Penggunaan Cadar (Studi Komparatif

Dosen di Lingkungan Pusat Studi Wanita dan Pusat

Page 48: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

104

Pengembangan Bahasa”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018.

Heriyanti, ”Aspek Hukum Penggunaan Jilbab dalam Perspektif Hukum

Islam (Studi Pemikiran Wahdah Islamiyah)”, Skripsi Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2017.

Hidayatullah, Syarif, Teologi Feminisme Islam, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

Khotimah, Siti Nur, “Analisis Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan

Pusat Muhammadiyah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Fatwa

Hukum Bunga Bank”, Skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang (2010).

Novri, Mutiara Sukma, “Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar

Jamaah Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima

Kecamatan Tampan Pekanbaru,” Jom Fisip, Vol 3 No. 1 Februari

2016.

Mut}ahhari, Murtad}a, Hijab Gaya Hidup Wanita Islam, alih bahasa Agus

Efendi, Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Mizan, 1994.

Shahab, Husein, Jilbab Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, Bandung:

Penerbit Mizan, 1992.

Shihab, M. Quraish, Jilbab, pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama

Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer, Jakarta: Lentera Hati,

2004.

Syuqqah, Abdul Halim Abu, Kebebasan Wanita, Jakarta: Gema Insani

Press, 1997.

Taimiyah, Ibnu, dkk, Jilbab dan Cadar dalam Al-Quran dan As-Sunnah,

alih bahasa Abu Said al-Anshori, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1994.

Wahyuni, Isnaining, “Jilbab dan Cadar Muslimah Menurut Al-Qur’an dan

Sunnah (Studi Perbandingan atas Pemikiran al-Abaniy dan al-

Usaimin), Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2004.

Zaqzu>q, Mahmu>d Hamdi>, An-Niqa>b ‘a>dah wa Laisa ‘iba>dah, al-Qa>hirah:

Da>r al-Kutub al-Mas}riyyah, 2008.

Page 49: HUKUM MEMAKAI CADAR (STUDI KOMPARATIF TERHADAP …digilib.uin-suka.ac.id/32192/1/14360023_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Kata sandang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan

105

6. Kamus dan Bahasa

Makluf, Lois, Al-Munjid Fi al-Lughah wa Al-A’lam, Beirut: Matbaa’ah

Kasulikiyah, 1973.

7. Lain-lain

Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian

Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011.

Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabet, 2011.