Hujan Bukan Faktor Utama

40
Hujan Bukan Faktor Utama BMKG, Radar Terpercaya Pendeteksi Datangnya Bencana (Dongeng) Masa Depan Iklim dan Cuaca Kita MEDIA KOMUNIKASI & DOKUMENTASI Apa Kabar MG Band? EDISI 01/2013 www.bmkg.go.id BANJIR Remunerasi, Tingkatkan Kedisiplinan Pegawai BMKG

Transcript of Hujan Bukan Faktor Utama

Page 1: Hujan Bukan Faktor Utama

Hujan Bukan Faktor Utama

BMKG, Radar Terpercaya Pendeteksi Datangnya Bencana

(Dongeng) Masa DepanIklim dan Cuaca Kita

MEDIA KOMUNIKASI & DOKUMENTASI

Apa Kabar MG Band?

EDISI 01/2013

www.bmkg.go.id

BANJIR

Remunerasi, Tingkatkan Kedisiplinan Pegawai BMKG

Page 2: Hujan Bukan Faktor Utama

DITERBITK AN OLEHBagian Hubungan Masyarakat

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Jl. Angkasa I, No.2 KemayoranJakarta Pusat 10720

Telp. 021 4246321, Fax. 021 4246703P.O. Box 3540 JKT

PELINDUNGDr. Ir. Sri Woro B. Harijono, M.Sc.

PENGARAHDr. Andi Eka Sakya, M.Eng.Darwahyuniati, SH., MH.

PENANGGUNG JAWAB Drs. Eko Suryanto

PEMIMPIN REDAKSIIr. Yanuar Firdausi, MM.

Akhmad Taufan Maulana, S.Ikom.

REDAKTUR PELAKSANATaufiq Kurniawan H., S.Sos.

Dwi Rini Endra Sari

REDAKSIRozar Putratama, S.Sos.

Judith Maris Siregar, S.Ikom.Arief Akhir Wijaya

Ajat Sudrajat

FOTOGRAFERRachmat Hidayat

Bima Endaryono, S.Sos.

ARTISTIK & TATA LETAKArif Haryanto

SIRKULASISarmili, S.Sos.

YunusSapto Sukoco, SE.

Sri Harningsih

Pembaca yang berbahagia,

Tidak dapat dipungkiri bahwa semua informasi tentang kegiatan yang dilakukan BMKG, aktivitas pegawai BMKG, dan kebijakan pemerintah sangat penting untuk disosialisasikan kepada seluruh insan pegawai baik di lingkungan pusat, maupun daerah sehingga kita dapat mengetahui perkembangan dan pencapaian keberhasilan BMKG. Dengan adanya informasi tersebut diharapakan dapat menjadi tolok ukur bagi arah perkembangan dan sasaran BMKG.

Menyadari akan pentingnya kebutuhan informasi tersebut, maka BMKG perlu menerbitkan suatu media dalam bentuk majalah guna mengemas dan menyajikan informasi yang nantinya akan disebarkan ke seluruh lapisan BMKG. Maka lahirlah Majalah InfoBMKG ini. Salah satu tujuan dari lahirnya media ini adalah sebagai sarana pemersatu seluruh elemen BMKG melalui isi dan karakter dalam setiap edisi InfoBMKG.

Harapan kami dengan diterbitkannya InfoBMKG ini adalah dapat memberikan pencerahan dalam meningkatkan pemahaman dan pengertian insan BMKG akan berbagai kebijakan, kegiatan, dan perkembangan yang terjadi. Selai itu, InfoBMKG dapat dijadikan sebagai media hiburan bagi pembaca sehingga InfoBMKG dapat dinikmati oleh semua kalangan. Tak lupa, dalam upaya mendukung kesinambungan penerbitan media ini, kami sangat mengharapkan kerjasama dan koordinasi semua jajaran BMKG.

Dalam mendukung kelengkapan informasi media ini, kami mengambil langkah proaktif untuk mewawancarai para pejabat pembuat kebijakan. Kami pun memberikan kesempatan kepada para pembaca yang ingin mengirimkan buah pkirannya berupa artikel, foto, dan lainnya yang relevan dengan tujuan penerbitan media ini.

Dalam penyusunan Majalah InfoBMKG ini, kami menyadari masih terdapat kekurangan. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, bahwa dalam setiap upaya yang dilakukan tentu masih membutuhkan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritik demi penyempurnaan media ini ke depannya. Selamat Membaca.

Salam,

Redaksi

Dari Redaksi

Page 3: Hujan Bukan Faktor Utama

Profil | BMKG, Radar Terpercaya Pendeteksi Bencana........................................................................................................ 06

Snapshot........................................................................................................ 09

Kaleidoskop........................................................................................................ 10

Kliping Pilihan........................................................................................................ 20

Jakarta harus menangis karena dilanda banjir. Beberapa sungai meluap dan banyak rumah warga yang terendam banjir. Curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi pada Januari hingga pertengahan Maret bukanlah merupakan faktor utama penyebab banjir. Terdapat beberapa faktor lain yang jadi penyebab banjir.

HUJAN BUKAN FAKTOR UTAMA BANJIRBERITA UTAMA

Daftar Isi

Antar Kita | Remunerasi, Tingkatkan Kedisiplinan Pegawai........................................................................................................ 26

Ragam | Mapiptek Rambah Dunia Cuaca dan Gempa........................................................................................................ 28

Opini | Wisata Banjir Jakarta........................................................................................................ 30

Resensi ........................................................................................................ 32

4

Yogyakarta merupakan sebuah kota yang tak lepas dari pusat perhatian wisatawan. Suasana budaya, wisata dan keramahan pun hadir menyambut kedatangan mereka.

MENJELAJAHI KEKAYAAN BUDAYA YOGYAKARTA

WISATA

Awal tahun 2000 hingga 2003, boleh dibilang adalah masa keemasan MG Band. Pada periode tersebut MG Band yang awalnya hanya sebuah band internal kantor, bermetamorfosis menjadi public band.

APA KABAR MG BAND?KILAS BALIK

Sebagai warga BMKG, istilah pemanasan global dan perubahan iklim bukanlah sesuatu yang asing. BMKG sudah sepantasnya menjadi lembaga terdepan yang memiliki perhatian dan pemahaman lebih baik dan lebih maju terhadap masalah dunia yang paling populer itu.

(DONGENG) MASA DEPAN IKLIM DAN CUACA KITA

OPINI

18

24 31

| EDISI 01/2013

3

Page 4: Hujan Bukan Faktor Utama

Berita Utama

Hujan yang mengguyur beberapa kota di Pulau Jawa, khususnya di Jabodetabek telah membuat

was-was warga Jakarta. Dibandingkan data tahun 2007, tahun ini curah hujan sebenrnya lebih rendah. Hal ini terlihat dari data BMKG yang mencatat curah hujan saat kejadian 2 Februari 2007 adalah 340 mm/hari di daerah Pondok Betung dan pada tanggal 2 Februari

2007 di wilayah Pasar Minggu curah hujann mencapai 325 mm/hari.

Sedangkan saat kejadian banjir tanggal 17 Januari 2013 lalu, curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Kemayoran, yaitu 193 mm/hari. Di Tanjung Priok tercatat 118 mm/hari, dan Citeko-Cisarua (98 mm/hari), serta Depok (60mm/hari), seperti yang diutarakan

Deputi Bidang Meteorologi, Soperiyo, S. Si, Dipl. AIT sehari setelah banjir besar Jakarta itu Jumat (18/1).

BMKG memperkirakan bahwa pada Januari 2013 terjadi curah hujan menengah di seluruh wilayah DKI Jakarta, yaitu 200 mm/bulan, Pada Februari 2013 pun demikian.

17 Januari 2013, Jakarta harus menangis karena dilanda banjir. Beberapa sungai meluap dan ba-nyak rumah warga yang terendam banjir. Bahkan, kejadian ini telah memakan korban jiwa akibat terjangan aliran sungai yang deras. Curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi pada Januari hingga pertengahan Maret bukanlah merupakan faktor utama penyebab banjir. Terdapat beberapa faktor lain yang jadi penyebab banjir.

HUJAN BUKAN FAKTOR UTAMA

BANJIR

| EDISI 01/2013

4

Page 5: Hujan Bukan Faktor Utama

Pergerakan udara dari Asia ke Australia akan memberi efek terjadinya musim hujan di Indonesia dan sebaliknya pergerakkan udara dari Australia ke Asia memberi efek musim kemarau” Saat ini yang terjadi adalah adanya pergerakan udara dari Asia ke Australia,” ujar Kepala Pusat Meteorologi Publik Mulyono Rahadi Prabowo , M. Sc.

Lebih lanjut Soepriyo menambahkan bahwa faktor yang menyebabkan banjir di Jakarta selain curah hujan adalah penyimpangan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW), tersumbatnya saluran air sungai oleh tumpukan sampah, sistem drainase yang tidak memenuhi persyaratan, alih fungsi kawasan penampungan air (setu, waduk, rawa, dan lainnya), serta bersamaan terjadinya rob (pasang surut air laut).

Faktor ManusiaKetika musim penghujan datang, berita-berita terkait banjir dan kerugiannya menghiasi headline media massa cetak, elektronik, dan online. Banyak dampak yang ditimbulkan dari banjir, seperti terhambatnya interaksi sosial, terhentinya roda perekonomian. Bahkan, yang lebih mengiris hati, jika banjir dapat memakan korban jiwa.

Tingkah laku manusia merupakan salah satu faktor yang andil dalam bencana banjir. Kita sering melihat sikap masyarakat yang tidak sadar

terhadap lingkungan. Setidaknya Walhi mencatat bahwa pada tahun 2000, Jakarta menghasilkan 25.700 m3 sampah per hari. Volume sampah selama tahun 2000 itu artinya mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (volume Candi Borobudur adalah 55.000 m3).

Keegoisan tingkah laku manusia dalam menebangi hutan secara serampangan dan melupakan upaya penanaman kembali juga merupakan salah faktor yang menimbulkan banjir. Jadi sebenarnya penyebab kerusakan di bumi adalah ulah manusia dan yang akan merasakan dampaknya adalah manusia juga.

Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia dapat mengupayakan sesuatu yang lebih besar lagi bagi kehidupan yang lebih baik. Manusia pun mampu untuk merencanakan sebuah sistem pengendalian banjir yang lebih terpadu dan memperhatikan keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam. Kita pun dapat berupaya untuk menghasilkan generasi yang ramah terhadap alam.

Tak sedikit masyarakat yang menuding bahwa hujan merupakan penyebab terjadinya banjir. Hujan yang seharusnya menjadi berkah bagi umat manusia, justru menjadi kekhawatiran warga masyarakat sebagai sumber kejadian bencana banjir. Sadarkah kita akan sikap keegoisan dan keserakahan kita yang justru menyebabkan banjir dengan merubah lahan hijau menjadi pusat bisnis? Sudahkah kita memulai dengan hal terkecil yang membuat alam ini ramah terhadap kita? O O (rn)

Pada tahun 2000, Jakarta menghasilkan 25.700 m3 sampah per hari atau mencapai 170 kali

besar Candi Borobudur.

““

| EDISI 01/2013

5

Page 6: Hujan Bukan Faktor Utama

P r o f i l

| EDISI 01/2013

6

Page 7: Hujan Bukan Faktor Utama

BMKG

Jika berbicara mengenai bencana seperti gempa bumi atau cuaca buruk, pasti asosiasi kita langsung

tertuju kepada BMKG atau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Informasi terjadinya gempa atau cuaca buruk ini biasanya akan muncul pada running text (teks berjalan) di televisi atau berita dari radio. Bagi mereka yang menggunakan ponsel cerdas (smartphone), informasi penting ini bisa didapat salah satunya lewat aplikasi bernama Gempaloka, yang memberikan notifikasi berupa getaran dan ikon merah saat baru saja terjadi gempa.

Lalu, siapakah sumber informasi bagi stasiun televisi, radio, atau aplikasi ponsel tadi?Tentu saja tak lain adalah BMKG. Ya, BMKG bekerja layaknya radar yang senantiasa mendeteksi bencana yang diperkirakan akan muncul. Karena secara geologis, Indonesia berada pada batas pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia (Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik), yang menyebabkan beberapa wilayah negeri ini rawan aktivitas gempa dan vulkanisme yang aktif. Bahkan, ada pula kemungkinan sampai terjadi tsunami jika pusat gempa ada di laut.

BMKG memiliki fungsi melakukan pengamatan, pengolahan, serta analisis aktivitas alam, cuaca, dan iklim. Cuaca didefinisikan sebagai keadaan rata-rata udara pada batas waktu tertentu dan tempat tertentu. Sedangkan iklim berasal dari bahasa Yunani ”klima”, diartikan sebagai kecenderungan (inclination). Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas dalam jangka waktu yang cukup lama. Jadi menjelaskan sistem iklim bumi ke depan, apalagi memprediksikannya bukanlah pekerjaan yang gampang, karena banyak faktor dan variabel yang mempengaruhinya. Sebagaimana diketahui, unsur

iklim seperti temperatur dan curah hujan, sangat bergantung kepada keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Secara rata-rata jumlah radiasi matahari yang diserap bumi

akan sama dengan jumlah radiasi yang dilepaskan ke atmosfer, sehingga radiasi yang dilepas ini menyebabkan atmosfer bumi kita menghangat. Radiasi matahari dan atmosfer merupakan determinan utama dari sistem iklim bumi.

Untuk memantau, menganalisis, hingga menyajikannya menjadi sebuah informasi mengenai perubahan cuaca dan iklim tersebut adalah tugas BMKG. BMKG dengan peralatan yang telah dimodernisasi dan didukung oleh sumber daya manusia yang terlatih, menyajikan data-data prakiraan yang akurat tentang cuaca dan kondisi lainnya.

Cuaca (hujan, panas, angin kencang, dan sebagainya) adalah sesuatu hal yang bisa diperkirakan tapi tidak bisa dicegah kedatangannya. Maka yang terpenting adalah bagaimana mengantisipasi kondisi cuaca iklim dan iklim yang diperkirakan muncul tadi agar tidak berdampak menjadi bencana yang merugikan manusia. Apalagi, pada masa-masa rawan bencana alam yang erat kaitannya dengan cuaca dan iklim, BMKG tak pelak menjadi salah satu rujukan dan referensi penting sebagai penyampai informasi yang akurat dan dapat dipercaya. O O (tk/rh/yn)

Radar Terpercaya Pendeteksi Datangnya Bencana

Untuk memantau, menganalisis, hingga menyajikannya menjadi

sebuah informasi mengenai perubahan cuaca dan iklim

tersebut adalah tugas BMKG.

| EDISI 01/2013

7

Page 8: Hujan Bukan Faktor Utama

Pengamatan di bidang meteorologi dan geofisika di tanah air sebenarnya sudah

dimulai sejak tahun 1841, diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh dr. Onnen, seorang kepala rumah sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.

Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda saat itu mulai diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium (Observatorium Magnetik dan Meteorologi), dan dipimpin oleh dr. Bergsma.

Pada masa pendudukan Jepang di tahun 1942 sampai 1945, nama Observatorium Magnetik dan Meteorologi tersebut diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua, yaitu Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia di Yogyakarta, yang khusus untuk

melayani kepentingan Angkatan Udara, serta Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang berada di Jakarta dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Pada tanggal 21 Juli 1947, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang berkedudukan di Jalan Gondangdia, Jakarta.

Setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda tahun 1949, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.Tahun 1950, Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.

Pada tahun 1955, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan. Lima tahun kemudian, namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Tahun 1970, diubah lagi menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika.

Pada 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan. Tahun 1980, statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), dengan kedudukan tetap berada dibawah Departemen Perhubungan.

Melalui Keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasi BMG diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Terakhir, lewat Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, BMG berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika(BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen. Kemudian status itu diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang RI Nomor 31 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada tahun 2009. O O (tk/rh/yn)

Sejarah Panjang BMKG Tahun 1866, kegiatan

pengamatan perorangan oleh Pemerintah Hindia Belanda mulai

diresmikan menjadi instansi pemerintah.

P r o f i l

| EDISI 01/2013

8

Page 9: Hujan Bukan Faktor Utama

Bukan hanya pegawai Dinas Kebersihan yang mempunyai helm

berwarna kuning. Di BMKG kami juga punya

rombongan pegawai yang dalam pekerjaannya dibekali helm berwarna kuning.

Otoritas perlengkapan helm kuning ini ada di operasional

Pusat Gempa Nasional BMKG, Jakarta.

hg

hg

Snapshot

| EDISI 01/2013

9

Page 10: Hujan Bukan Faktor Utama

“Bagi Pemerintah Jerman, bukan saja bantuan saat bencana terjadi yang harus dilakukan, melainkan juga pendampingan dalam proses alih teknologi sistem peringatan dini bencana kepada Pemerintah Indonesia,” ujar Kanselir Jerman Dr. Angela Merkel saat melakukan kunjungan ke BMKG pada 11 Juli 2012. Angela dalam kesempatan tersebut juga dan melihat cara kerja secara langsung Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System – InaTEWS).

Kunjungan Kanselir Jerman ke BMKG11 Juli 2012

Kaleidoskop

Kunjungan Angela itu dilakukan juga dalam rangka memperingati 33 tahun kerja sama antara Indonesia dan Jerman di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada kunjungan tersebut, Kanselir Jerman diterima oleh Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu, serta Kepala BMKG Sri Woro B Harijono.

Menteri Perhubungan mengapresiasi pemerintah dan rakyat Jerman yang telah memberikan bantuan dalam pembangunan InaTEWS. InaTEWS sangat bermanfaat bagi penduduk yang rawan tsunami dan hidup di daerah pantai – terutama di negara-negara yang berada di sekitar Samudera India. Kehandalan operasi sistem tersebut telah mendorong IOTWS (Indian Ocean Tsunami Warning System) menetapkan InaTEWS sebagai Regional Tsunami Service Provider (RTSP) bersama-sama dengan Australia dan India. Lebih lanjut, Menteri Perhubungan menyebutkan bahwa Jerman juga telah membantu peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan-pelatihan untuk menjaga kelangsungan InaTEWS baik dari sisi pemeliharaan maupun operasinya.

Sementara Kepala BMKG mengemukakan bahwa kerjasama dengan Pemerintah Jerman juga dilakukan dalam hal pengembangan sistem basis data perubahan iklim melalui Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). []

| EDISI 01/2013

10

Page 11: Hujan Bukan Faktor Utama

Pusdiklat BMKG menyelenggarakan Diklat Training Needs Analysis bertempat di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, 14 hingga 26 Januari 2013. Turut hadir Kapusdiklat BMKG, pejabat eselon III-IV di lingkungan BMKG, tamu undangan dari Lembaga Administrasi Negara, dan diikuti 20 orang peserta pegawai dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG.

Ketua Penyelenggara Diklat Ir. Sindhu Nugroho, M.Si mengatakan, untuk meningkatan kualitas SDM di lingkungan BMKG dan memberikan kontribusi kepada masyarakat pengguna layanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui diklat serta peningkatan kualitas widyaiswara. Diharapkan peserta dapat memahami kebijakan perencanaan diklat aparatur, memahami dasar-dasar organisasi, memahami diklat bersistem, memahami konsep dasar analisis kebutuhan diklat, memahami analisis kinerja aparatur, dan memahami pendekatan analisis kebutuhan diklat.

Diklat Training Needs Analysis Tahun 201314 Januari 2013

Dalam sambutan Kepala Badan Meteorologi Klimatalogi dan Geofisika yang diwakili oleh Kapusdiklat BMKG Drs. Hendar Gunawan, M.Sc berharap Diklat Training Needs Analysis ini dapat menambah dan meningkatkan pemahaman tentang proses pengumpulan informasi tentang skill, knowledge, dan feeling aparatur, mengumpulkan informasi tentang job content dan job context sebagai analisis permasalahan, analisis pradiklat, analisis kebutuhan atau analisis pendahuluan, mampu memberikan data dalam keperluan perencanaan, serta mengidentifikasi dan mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan dengan kinerja aktual individu khususnya dalam lingkungan BMKG.

Sasaran diklat ini adalah tersedianya analis kebutuhan diklat yang cerdas, tanggap, dan terampil dalam mendukung kinerja yang dilandasi semangat profesionalisme dan kompetensi. []

“Badai siklon tropis Narelle yang terjadi di Samudera Hindia sebelah Barat Australia telah menghilang sejak tanggal 15 Januari 2013,“ terang Deputi Bidang Meteorologi Soepriyo, Dipl AIT, S. Si saat acara jumpa pers di Ruang Rapat Utama BMKG didampingi

Januari sampai Maret Peluang Curah Hujan Tinggi16 Januari 2013

Kepala Pusat Meteorologi Publik Drs.Mulyono Rahadi Prabowo dan Kepala Pusat Meteorologi Maritim dan Penerbangan Drs. Syamsul Huda, M. Si., Rabu (16/1). Menurut Soepriyo, pada saat ini kondisi cuaca secara umum dipengaruhi oleh adanya daerah pertemuan angin yang memanjang mulai dari Sumatera bagian selatan, Jawa, hingga Nusa Tenggara, menyebabkan intensitas curah hujan menjadi berkurang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Demikian juga dengan kondisi tinggi gelombang laut cenderung menurun.

Prospek cuaca Jabodetabek untuk satu hingga dua hari ke depan cenderung mengalami peningkatan curah hujan sekitar akhir pekan mendatang, khususnya di wilayah Depok dan Bogor. “Diperkirakan puncak musim hujan terjadi pada Januari-Maret 2013. Peluang terjadinya curah hujan dengan intensitas tertinggi terjadi pada rentang waktu antara pertengahan Januari hingga pertengahan Februari 2013,” jelas Soepriyo. Pada 17 Januari 2013 diprediksi prakiraan angin mengalami konvergensi, yaitu terjadi pertemuan angin sehingga terjadi pembentukan awan di Sumatera bagian selatan, Jawa, dan Papua. []

| EDISI 01/2013

11

Page 12: Hujan Bukan Faktor Utama

Pada tanggal 18 Januari 2013, dilaksanakan jumpa pers terkait updating dan prospek cuaca saat ini dan mendatang di Ruang Crisis Centre BMKG. Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Meteorologi Soepriyo, , Dipl AIT, S.Si mengatakan, curah hujan pada saat kejadian banjir tanggal 17 Januari 2013 tertinggi berada di Kemayoran sebesar 193 mm. Sedangkan Kota Depok pada 17 Januari memiliki curah hujan 60 mm, dan Citeko, Bogor memiliki curah hujan 98 mm.

Sementara Kepala Pusat Meteorologi Publik Mulyono Rahadi Prabowo , M. Sc, mengatakan bahwa aktivitas Monson Asia diprediksi masih akan berlangsung, yang ditandai dengan meluasnya pertumbuhan awan hujan di wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Selain peningkatan curah hujan sebagai dampak dari aktivitas monsoon Asia adalah meningkatnya kecepatan angin dan tinggi gelombang di Laut Cina Selatan, Selatan Karimata, Laut Flores, Laut Timor, Laut Sawu, dan Laut Banda.

“Pergerakan udara dari Asia ke Australia akan memberi efek terjadinya musim hujan di Indonesia, dan sebaliknya pergerakan udara dari Australia ke Asia memberi efek musim kemarau. Saat ini yang terjadi adalah pergerakan udara dari

Aktivitas Monsoon Asia Masih Akan Berlangsung18 Januari 2013

Asia ke Australia,” imbuh Prabowo kepada media massa.

Dalam kesempatan itu Prabowo juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hujan ringan adalah hujan yang tercurah 10-20 mm per hari, hujan sedang memiliki curah hujan 20-50 mm per hari, hujan lebat 50 sampai 100 mm per hari, dan hujan sangat lebat lebih dari 100 mm per hari. “Tiga hari ke depan curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya cukup tinggi,” kata Prabowo. []

Pada tanggal 28 Januari hingga 1 Februari 2013 diadakan kegiatan yang bertaraf internasional di lingkungan Deputi Geofisika, bertempat di Gedung Operasional baru lantai 3. Pelatihan yang di prakarsai oleh Project for Training, Education

Decision Support System & Regional Tsunami Service Provider Operator Training

28 Januari 2013

and Consulting for Tsunami Early Warning System (PROTECS) ini diikuti oleh tujuh orang peserta yang sebagian besar merupakan petugas operasional di Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami.

Pelatihan tersebut memang secara khusus di peruntukkan untuk para petugas operasional yang mengoperasikan sistem (Decision Support System) DSS dan Regional Tsunami Service Provider (RTSP), sehingga dapat memberikan informasi atau warning secara cepat dan akurat.

Pengajar pelatihan tersebut didatangkan langsung dari Jerman, yaitu Thorsten Schoeckel dan Martin Moehlbauer. Fadli Yusuf sebagai koordinator training mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan proyek peningkatan kapasitas SDM bagi petugas operasional di lingkungan Deputi Geofisika. []

| EDISI 01/2013

12

Page 13: Hujan Bukan Faktor Utama

Tim JAMSTEC Lakukan Maintenance Tahunan di Stasiun Geofisika Jayapura

01 Februari 2013

Tim Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (JAMSTEC) dari Jepang melaksanakan kunjungan ke Stasiun Geofisika Kelas I Angkasapura Jayapura dalam rangka melakukan maintenance peralatan seismic STS1 Very-very Broadband Seismometer. Tim yang dipimpin oleh Ishihara dan beranggotakan

Immamura dan Takaho Kita selaku engineering geology ini melaksanakan kegiatannya sejak 1 Februari hingga 5 Februari 2013. Kepala Stasiun Petrus Demon Sili, M.Si, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Tim JAMSTEC atas kepedulian mereka untuk melakukan maintenance secara berkala setiap tahun. []

Seminar Ilmiah Bulanan BMKG kembali di gelar oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan, Kamis (7/2). Tema yang diangkat adalah seputar fenomena banjir di Jakarta. Acara ini dibuka oleh Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi, Drs. Sunarjo, M. Si, dihadiri para pejabat eselon II, II, III, IV serta para peneliti dan perekayasa BMKG dan beberapa instansi terkait seperti LIPI, PU, dan Badan SAR.

“Pada 17 Januari 2013 di wilayah Jakarta terjadi sebaran hujan yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi, yaitu di atas 100 mm per hari dan 50-100 mm per hari,” ujar Forecaster BMKG Agie Wandala Putra. Menurunya, banjir 17 Januari merupakan akibat hujan yang jatuh pada hari tersebut dan akumulasi hujan sejak awal bulan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo menjelaskan tentang Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mitigasi bencana banjir.

Fenomena Banjir Jakarta7 Februari 2013

“TMC merupakan suatu usaha campur tangan manusia dalam pengendalian sumber daya air di atmosfer untuk menambah curah hujan dan mengurangi intensitas curah hujan dengan memanfaatkan parameter cuaca guna meminimalkan bencana alam yang disebabkan cuaca dan iklim,” tutur Heru.

Pada sesi pertama yang dimoderatori oleh Kabid Litbang Meteorologi Drs. Suratno, M.Si. ini diakhiri paparan dari Perekayasa Madya BMKG Achmad Sasmito. Dia mengatakan banjir yang cukup besar di wilayah Jakarta terjadi pada 1918, 1932, dan 2007.

“Jakarta memiliki tipografi yang merupakan faktor yang menyebabkan banjir, antara lain bahwa 75% merupakan daerah resapan, 40% wilayah berada di bawah permukaan air, dilintasi 13 anak sungai, dan merupakan daerah pertemuan angin dan wind sear,” terang Sasmita.

Sementara pada sesi kedua yang dimoderatori Kepala Bidang Litbang Klimatologi dan KU Dr. Dodo Gunawan diawali paparan dari Prof. Dr. Edi Prasetyo Utomo, APU (LIPI). Menurut Edi, adanya penerapan teknologi simpanan dan limbuhan buatan untuk air tanah (SIMBAT) dapat meningkatkan potensi air tanah dan memperbaiki kualitas air tanah.

Sedangkan Erwin Eka Ayaputra (BMKG) memaparkan tentang tinjauan klimatologi banjir Jakarta. Dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 2007, 2002, 1996, dan 1989, kejadian banjir pada Januari 2013 bukan merupakan kejadian hujan yang tertinggi tetapi tetap dikategorikan ekstrim. Terakhir, Pustlitbang Sumber Daya Air Kementerian PU Dr. Agung Bagiawan, M. Eng memaparkan tentang Konsep Penanggulangan Banjir di Jakarta. []

| EDISI 01/2013

13

Page 14: Hujan Bukan Faktor Utama

BMKG sebagai lembaga pemerintah dalam melakukan proses pengadaan barang/jasa tunduk dan taat kepada Perpes No. 70 Tahun 2012. Dengan 183 satuan kerja yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan masing-masing satuan kerja telah melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang mengerti dan memahami kegiatan pengadaan barang/jasa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, BMKG menyelenggarakan workshop Peningkatan Pemahaman dan Sertifikasi Ahli Pengadaan Barang/Jasa Perpres No. 70 Tahun 2012 di Hotel Mercure Ancol Jakarta, Senin (11/2). Kegiatan ini diikuti 60 peserta dari Unit Pelaksana Teknis Daerah dan Kantor Pusat .

Workshop ini diadakan untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam melaksanakan pengadaan barang jasa pemerintah. Sasarannya adalah ingin mencapai pelaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan BMKG yang sesuai dengan Perpres No. 70 Tahun 2012.

Dalam sambutannya, Sekretaris Utama BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng yang diwakili Kepala Biro Umum Pesoth Daniel, S.Si mengharapkan, prestasi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang telah diraih oleh BMKG selama 4 tahun berturut-turut, bahkan dua tahun terakhir meraih predikat “WTP Murni”,

Workshop Pengadaaan Barang/Jasa 11 Februari 2013

merupakan keberhasilan bersama yang harus dipertahankan. Sehingga dalam penyusunan laporan keuangan dan aset yang dimiliki BMKG hendaknya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.

Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Biro Umum BMKG Daniel Pesoth, S.Si, didampingi Kepala Bagian Perlengkapan Hj. Endang Suprapti, S.Si, Ketua Unit Layanan Pengadaan Wahyu Adjie, SH. DESS, serta Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran dan Perbendaharaan Kementerian Keuangan Drs. Agus Hermanto, MM. []

Rapat Pembahasan Prakiraan Musim Kemarau 2013 Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG diselenggarakan di Hotel Swissbell Jakarta, Senin (11/2). Kegiatan ini dihadiri 62 peserta yang terdiri dari Kepala Balai Besar Wilayah I-V serta para Kepala Stasiun Meteorologi dan Klimatologi BMKG.

Acara dibuka oleh Deputi Bidang Klimatologi Dr. Widada Sulistya, DEA, didampingi kepala Pusat Iklim, Agroklimat dan Iklim Maritim Dra. Nurhayati, M.Sc, Kepala Pusat Iklim dan Kualitas Udara Dr. Edvin Aldrian. Widada berharap agar dalam rapat pembahasan

Pembahasan Prakiraan Musim Kemarau 2013

ini antara Kepala Balai dan Kepala Stasiun bisa membahas apa yang sudah menjadi agenda rapat dengan baik, dan nantinya hasil pembahasan merupakan kesepakatan bersama yang disetujui dan nantinya bisa di delegasikan kepada para stafnya.

Lebih lanjut Widada juga mengatakan bahwa dalam Kedeputian Klimatologi diharapkan kerjasama yang baik antara Kepala Balai dan para Kepala Stasiun, sehingga tercipta komunikasi yang lancar dan tercipta suasana dan semangat kerja yang kondusif. []

11 Februari 2013

| EDISI 01/2013

14

Page 15: Hujan Bukan Faktor Utama

Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kekayaan Negara dan Pertimbangan Keuangan menyelenggarakan kegiatan Diklat Teknis Substantif Spesialis Pengelolaan Kekayaan Negara di Pusast Pengembangan SDM Aparatur Kementerian Perhubungan, Selasa (12/2). Kegiatan ini diikuti sebanyak 30 peserta yang berasal dari pegawai Unit Pelaksana Teknis dan Kantor Pusat BMKG.

Diklat Teknis Substantif Spesialis Pengelolaan Kekayaan Negara 2013

Dalam sambutannya Kepala Pusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan, M,Sc menjelaskan bahwa tujuan diadakannya kegiatan diklat ini adalah peserta mampu mengelola barang milik negara untuk mengatasi persoalan dalam pengelolaan aset negara di unit kerjanya.

Lebih lanjut Hendar Gunawan mengungkapkan bahwa dari tujuan yang ada diharapkan bisa mencapai sasaran yakni terwujudnya PNS yang mampu bertugas mengolah, mengelola, dan memproses penetapan status, pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusanbarang untuk keperluan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga.

Kegiatan ini berlangsung selama 11 hari dan dibuka oleh Kapusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan, M,Sc dengan di dampingi Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga BMKG Puspita, S.Si serta Kepala Pusat Pengembangan SDM Aparatur Perhubungan. []

12 Februari 2013

Agar dapat memenuhi kompetensi seorang perencana yang andal, maka pegawai perencana di BMKG perlu menduduki jabatan fungsional perencana sehingga akan meningkatkan kinerja individu dan organisasi.

Pusdiklat BMKG menyelenggarakan Diklat Fungsional Penjenjangan Pertama Angkatan XXVII di Gedung LPEM Universitas Indonesia Jakarta, Senin (11/2). Kegiatan ini dihadiri oleh Kapusdiklat BMKG Drs. Hendar Gunawan M.Sc, Kepala Biro Perencanaan BMKG Drs. Untung Merdijanto M.Si, Wakil Kepala LPEM FEUI Bidang Penelitian dan Pelatihan Thia Jasmina, SE., M.Sc, Kapusbinddiklatren BAPPENAS yang diwakili oleh Drs. Hari Nasiri Mochtar M.Com, dan Pejabat Eselon III-IV di lingkungan BMKG serta diikuti 20 orang peserta dari biro perencanaan, pusdiklat, inspektorat, dan staf di kedeputian BMKG.

Tujuan diklat fungsional perencana penjenjangan pertama ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan fungsional perencana, menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persaturan dan kesatuan bangsa, memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat, dan menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.

Dalam sambutan Kapusdiklat BMKG Drs. Hendar Gunawan M.Sc

Diklat Fungsional Penjenjangan Perencana Pertama Angkatan XXVII Tahun 2013

11 Februari 2013

mengharap kepada para peserta diklat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sehingga setelah lulus mengikuti diklat fungsional penjenjangan perencana ini dapat diangkat atau diusulkan sebagai Pejabat Fungsional Perencana.

Acara dibuka oleh Kapusbindiklatren yang diwakili oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan JFP-Bappenas Drs. Hari Nasiri Mochtar M.Com. Hari berharap kepada para peserta agar bersungguh-sungguh dalam mengikuti diklat yang nantinya akan diuji kompetensi untuk menghasilkan perencana yang berkualitas serta diangkat ke dalam jabatan fungsional perencana. []

| EDISI 01/2013

15

Page 16: Hujan Bukan Faktor Utama

Sistem peringatan dini tsunami yang didukung oleh berbagai instrumen berupa jaringan komunikasi, peralatan, dan power system, meliputi sistem pemantauan, pengolahan, dan analisa tentunya saling terintegrasi dengan baik, tak lepas peran pegawai BMKG dalam rantai proses InaTEWS. Untuk itu diperlukan SDM yang mempunyai kompetensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Pusdiklat BMKG menyelenggarakan Diklat Teknis Analisis Seismogram dan Diklat Teknis Tsunami di Hotel Ria Diani Bogor Senin (18/2) yang dihadiri oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dr. Ir. Sri Woro B.Harijono, M.Sc, Deputi Bidang Geofisika Dr. PJ Prih Harjadi, pejabat Eselon II-IV di lingkungan BMKG serta diikuti 60 peserta pegawai dari BBMKG Wilayah I-V, Stasiun Geofisika, Stasiun Meteorologi, Pusat Meteorologi Publik, Puslitbang, Pusat Gempa Bumi dan Tsunami serta Akademi Meteorologi Geofisika.

Kapusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan M.Sc mengatakan bahwa tujuan diklat adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan sikap pegawai dalam mendukung operasional InaTEWS, meningkatkan kualitas pemahaman di bidang gempa bumi dan tsunami, dan menciptakan kesamaan visi dan persepsi pegawai BMKG khususnya terhadap operasional InaTEWS. Sehingga diharapkan dapat terwujud pegawai BMKG yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan operasional InaTEWS.

Diklat Teknis Analisis Seismogram dan Diklat Teknis Tsunami Tahun 2013

18 Februari 2013

Acara dibuka oleh Kepala BMKG Dr. Ir. Sri Woro B.Harijono MSc. Sri Woro berharap kepada peserta diklat agar berupaya untuk proaktif memberi masukan perbaikan atas mekanisme prosedur pelaporan terjadinya kerusakan, kelalaian dan kegagalan sistem sesuai dengan tanggung jawabnya. Sri Woro menambahkan bahwa pelatihan ini bekerjasama antara BMKG dengan PROTECTS GFZ Jerman dengan tujuan alih pengetahuan dari para ahli seismologi Jerman kepada para karyawan/karyawati BMKG yang terlibat dalam operasional dan pemeliharaan atas stasiun seismik InaTEWS yang ada di Indonesia. []

Kegiatan Diklat Teknis Substantif Spesialis Bendahara Pengeluaran Tahun 2013 diadakan di Hotel Sulanjana, Cipayung, Bogor, Selasa (12/2). Peserta diklat ini sebanyak 30 orang, yang berasal dari Balai Besar Wilayah I-V, Stasiun MKG dari seluruh wilayah Indonesia, Inspektorat dan AMG.

Diklat Teknis Substantif Spesialis Bendahara Pengeluaran 2013

12 Februari 2013

Tujuan diselenggarakan diklat ini seperti disampaikan Kepala Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pusdiklat Girwanto, SE. MT adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan kemampuan pegawai BMKG dalam pengelolaan keuangan negara, serta memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang pengelolaan keuangan negara dan permasalahannya. Selain itu sasaran dari diklat ini adalah untuk menyiapkan SDM yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis dalam menerima, menyimpan, membayar, dan mempertanggungjawabkan uang persediaan untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/lembaga. Dalam kaitannya dengan tujuan dan sasaran yang disampaikan Girwanto, Kepala Pusdiklat BMKG Dr. Hendar Gunawan, M.Sc menyampaikan bahwa dengan adanya kebutuhan BMKG dalam remunerasi dan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), maka diklat DTSS ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan bagi para karyawan untuk bisa bekerja dengan baik untuk mempertahankan predikat WTP BMKG. []

| EDISI 01/2013

16

Page 17: Hujan Bukan Faktor Utama

Biro Perencanaan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyelenggarakan kegiatan Rapat Perencanaan Nasional (Rapernas) Tahun 2014 yang bertempat di Hotel Mercure, Jakarta, Selasa (19-20/02).

Rapernas ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan sistem perencanaan BMKG yang rutin setiap tahun dilaksananka. Sebelumnya Rapernas ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali dengan Rapat Evaluasi Kegiatan pada bulan Januari dan nantinya akan berlanjut pada kegiatan Rapat Kerja Teknis yang akan diselenggarakan pada masing-masing Balai Besar Wilayah I-V. Puncaknya adalan pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional yang akan diselenggarakan pada 23 hingga 25 April 2013.

Kepala Biro Perencanaan Drs. Untung Merdijanto, M. Si dalam sambutannya menyampaikan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah bahwa dengan adanya Rapernas dapat tercipta koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi program antara pusat dengan daerah dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Anggaran tahun 2014.

Selain itu juga melakukan monitoring dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 dan mengidentifikasi permasalahan untuk menentukan langkah-langkah dalam rangka kinerja lembaga melalui implementasi reformasi birokrasi.

Rapat Perencanaan Nasional Tahun 2014Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala BMKG Dr. Ir. Sri Woro B. Harijono, M, Sc. Sri Woro mengatakan bahwa melalui Rapernas ini harus menghasilkan suatu perencanaan lebih mantap dan terukur, yang merujuk kepada Renstra BMKG 2010-2014.

“Untuk mencapai semua itu kita harus menyadari akan pentingnya penerapan fungsi manajemen secara baik dan lengkap dalam suatu kegiatan organisasi sekecil apapun. Fungsi manajemen itu dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan (monitoring). Implementasinya harus ada pada setiap lini organisasi dari tingkat pusat hingga unit terkecil di daerah,” ujar Sri Woro.

Rapat yang bersifat nasional ini dihadiri 105 peserta yang terdiri dari Pejabat Eselon I-III kantor pusat, para Kepala Balai Wilayah I-V, Koordinator Propinsi, Direktur AMKG, serta narasumber dari Direktorat Jenderal Anggaran dan Badan Pemeriksa Keuangan RI.

Penyelenggaraan Rapernas selama dua hari ini menghasilkan dua point kesepakatan yakni pelaksanaan kegiatan tahun 2013 yang mencakup proses monitoring kegiatan prioritas nasional yang dipantau UKP 4, serta perencanaan tahun 2014 yang mencakup beberapa kebijakan teknis kedeputian dan kesekretariatan. []

19 Februari 2013

www.bmkg.go.idKunjungi:

website resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

| EDISI 01/2013

17

Page 18: Hujan Bukan Faktor Utama

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui namun lebih bertujuan menyegarkan kembali

pemahaman kita terhadap hal-hal yang erat kaitannya dengan hidup ke-BMKG-an kita, misalnya global warming dan climate change yang sedang naik daun itu.

Sistem Iklim Bumi Kita: Faktor KunciIklim berasal dari bahasa Yunani “klima”, diartikan sebagai kecenderungan (inclination). Orang sering bilang sebagai rata-rata dari cuaca pada kurun waktu tertentu. WMO (World Meteorological Organization) mendefinisikan Iklim sebagai total seluruh elemen atmosfer seperti penyinaran matahari (lama dan

intensitasnya), kelembaban, awan, hujan, dan angin (arah dan kecepatan) dalam jangka waktu 30 tahun. Idiom baru dalam climate sciences: “Climate is what you expect, weather is what you get”.

Thus, menjelaskan sistim iklim bumi ke depan, apalagi memprediksikannya bukanlah pekerjaan yang gampang. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut umumnya dikategorikan ke dalam tiga grup. Pertama, faktor utama meliputi semua unsur pembawa secara langsung dan tidak langsung sistim iklim itu sendiri, misalnya dinamika glacier, lautan, dan pola-pola alami iklim permukaan bumi (siklus air, sirkulasi atmosfer, es dan

salju, uap air dan awan).

Faktor kedua adalah gaya-gaya yang berpengaruh selain faktor utama tersebut misalnya pemanasan global yang disebabkan emisi gas rumah kaca, pergeseran lempeng tektonik, dan radiasi matahari, termasuk pula aktifitas vulkanik dan perubahan orbit bumi. Faktor ketiga adalah aktifitas manusia misalnya penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil, aerosol, industri semen dan perubahan tata guna lahan.

Sebagaimana kita tahu, unsur iklim seperti temperatur dan curah hujan, sangat bergantung kepada keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Secara rata-ratanya, jumlah radiasi matahari yang diserap bumi akan sama dengan jumlah radiasi yang dilepaskan ke atmosfer, sehingga radiasi yang dilepas ini menyebabkan atmosfer bumi kita menghangat. Radiasi matahari dan atmosfer merupakan determinan utama dari sistim iklim kita.

Menurut IPCC, energi radiasi matahari yang diterima atmosfer terluar bumi mencapai 1.370 watt per meter persegi per detik. 30 persennya diradiasikan kembali ke angkasa luar karena pemantulan dari samudera awan dan partikel ‘aerosol’ di atmosfer. Eksistensi udara, salju, dan bukit pasir turut mengembalikan sepertiga dari energi radiasi matahari tersebut. Sementara jumlah energi yang diterus-serapkan ke

(DONGENG) MASA DEPAN IKLIM DAN CUACA KITA

Sebagai warga BMKG, tentu saja istilah pemanasan global dan perubahan iklim bukanlah sesuatu yang asing lagi. BMKG, sebagai institusi yang memiliki concern, responsibility, dan otoritas dalam hal cuaca dan iklim, sudah sepan-tasnya menjadi lembaga terdepan yang memiliki perhatian dan pemahaman lebih baik dan lebih maju terhadap masalah dunia yang paling populer itu. Semenjak digelar COP 13 UNFCCC di Denpasar di penghujung 2007 lalu, warganya pun sepatutnya menjadi insan ilmiah yang tanggap dan terus meng–update wawasan ke-MKG-annya. Sehingga eksistensinya sebagai lembaga maupun personal dalam kancah keilmuan dipandang dan diperhitungkan khalayak.

W a c a n a

Oleh: Siswanto S.Si (Staf Bidang Informasi Meteorologi-BMKG Jakarta)

| EDISI 01/2013

18

Page 19: Hujan Bukan Faktor Utama

permukaan bumi mencapai 240 watt permeter persegi.

Untuk menjaga keseimbangan, permukaan bumi memantul-balikkan panas tersebut dalam bentuk gelombang radiasi. Sehingga seluruh benda dipermukaan bumi pada dasarnya mengeluarkan emisi gelombang panjang secara berkesinambungan. Pancaran radiasi balik gelombang panjang ini di refleksikan kembali oleh partikel-partikel atmosferik berupa gas-gas alami yang lazim disebut gas rumah kaca (GRK). GRK terdiri dari karbon dioksida CO2, dinitro oksida N2O, metana CH4, sulfur hexaflorida SF6, dan perfluorokarbon PFCs. Keberadaan gas-gas alami inilah yang menjadikan permukaan bumi hangat dan cocok bagi kehidupan. Dari sinilah kemudian para ilmuwan, dengan memperhitungkan semua komponen, membangun model-model yang unik dari sistim iklim bumi kita dengan berbagai area spesifiknya.

Bumi Memanas dan Iklim Pun BerubahKeseimbangan alam sistem iklim sangat dipengaruhi oleh proses-proses yang berlangsung di alam dan aktifitas manusia. Salah satunya, sebagai bentuk proses alam, adalah aerosol di atmosfer. Efek dari aerosol sangat nyata misalnya pada saat terjadi erupsi gunung berapi yang menyemburkan debu-debu (volcanic ash), batu serta gas ke ruang atmosfer.

Normalnya, hujanlah yang akan menghapus debu-debu dan partikel kecil lainnya di atmosfer, meski sebagian besar aerosol mengapung jauh di atas awan. Partikel aerosol bisa bertahan selama 2 – 3 tahun di atmosfer yang kemudian secara bertahap jatuh kembali ke permukaan bumi dengan mekanisme hujan. Para ahli menyatakan, erupsi gunung berapi mampu menurunkan suhu permukaan bumi rata-rata 0.5oC perbulannya. Aktifitas manusia, misalnya pembakaran energi fosil dan sampah, bisa menciptakan polusi aerosol di atmosfer, bahkan lebih besar daripada proses alami di atas. Hasilnya adalah gas rumah kaca menjadi lebih tebal, dan

terjadilah apa yang kemudian disebut sebagai pemanasan global.

Alasan ilmiah paling utama dari peningkatan konsentrasi GRK adalah meningkatnya jumlah CO2 di atmosfer kita akibat pembakaran bahan bakar fosil dan industri semen sebagai aktifitas manusia selain natural gas di alam. Masih menurut IPCC, hampir 400.000 tahun kandungan CO di atmosfer cenderung stabil, lalu semenjak Revolusi Industri 1850-an, jumlahnya meningkat dari 280 ppm hingga 380 ppm sekarang ini. Jika hal ini terus berlangsung, diprediksikan pada abad ke 21, jumlah gas karbon akan mencapai 560 ppm, bumi kita akan mati lemas oleh cekikan gas CO2 dan menghadiahi bumi dengan temperatur yang tinggi hingga 800.000 tahun!

Kenaikan CO2 diikuti pula kenaikan gas metana yang akan turut meningkatkan pemanasan global 1.4 – 5.6oC pada tahun 1990 hingga 2100. Jadi pada 50 tahun terakhir, sebagaimana dilaporkan IPCC, telah terjadi kenaikan 2 kali lipat dibandingkan 100 tahun yang lalu. Meski kenaikan temperatur pada kurun masa sekarang masih terlihat remeh, lapisan laut es abadi di arctic telah menyusut dengan laju 2.7% perdekade dan hal ini menyebabkan es di pegunungan Greenland meleleh lebih cepat semenjak 1992–2005. Masih ditambah lagi oleh deforestasi dan perubahan tata guna lahan, dua faktor yang signifikan pada perubahan iklim. Pembabatan hutan yang menggila menyebabkan hilangnya hutan yang mampu menyerap gas karbon dan

merefleksikan sinar matahari, tata guna lahan yang berubah lebih buruk akan mengurangi kapasitas tanah pada fungsi absorbsi air.

Perubahan iklim akibat pemanasan global akan membuat manusia di belahan bumi selatan tertikam sinar ultraviolet lebih banyak dan dosis yang lebih tinggi. Kisaran temperatur dari pusat kutub menuju ekuator adalah -40oC sampai +40oC. Daerah dengan temperatur yang tinggi memiliki limpahan uap air dan kelembaban

yang lebih tinggi. Pada daerah +40oC, kandungan uap airnya 470 kali lipat daripada daerah dengan -40oC. Sedangkan kelembaban dan panas yang tinggi akan memicu banyak persoalan bagi kehidupan manusia, meningkatkan sirkulasi laut dan atmosfir yang akan merubah secara cepat pola-pola iklim, serta meluasnya daerah tropis (muncul daerah tropis baru) dan akibat peningkatan sirkulasi menandai akan kuatnya pola frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim yang bakal terjadi (gelombang panas, hujan lebat, storm, dan lainnya).

Jika keseimbangan alam terganggu maka efeknya pun begitu nyata. Climate is what you affect, weather is what affects you. O O

Diprediksi pada abad ke-21, jumlah gas karbon akan

mencapai 560 ppm. Bumi akan mati lemas oleh cekikan gas CO2

dan menghadiahi bumi dengan temperatur yang tinggi hingga

800.000 tahun!

““

| EDISI 01/2013

19

Page 20: Hujan Bukan Faktor Utama

Jurnal Nasional, 14 Januari 2013

Akibat cuaca buruk, tiga pesawat milik tiga maskapai penerbangan nasional batal mendarat di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang. Cuaca buruk dipicu oleh hujan deras disertai angin kencang terjadi pada Selasa(15/1) pagi.

General manager Bandara Internasional Ahmad yani Semarang Priyo Jatmiko menyatakan, ketiga pesawat itu milik maskapai penerbangan Wings Air, Lion Air, dan Kalstar. “Untuk jadwal kedatangan maskapai lainnya dan semua jadwal keberangkatan di Bandara Ahmad Yani tidak terganggu,” kata Priyo kepada wartawan, kemarin.

Dijelaskan Priyo, maskapai Wings Air dengan rute Surabaya-Semarang kembali ke Bandara Juanda Surabaya pada pukul 09.35 WIB, Lion Air rute Jakarta-Semarang kembali ke Bandara Soekarno-Hatta, pukul 09.40 WIB, dan Kalstar rute Pangkalan Bun-Semarang terpaksa mendarat di Juanda Surabaya pukul 10.10 WIB.

Menurut dia, cuaca buruk di bandara setempat berpangaruh pada saat sebuah pesawat hendak melakukan pendaratan. “Apabila hendak mendarat di suatu bandara tapi cuaca buruk maka pilot tidak mau ambil risiko dan akan mencari bandara terdekat untuk mendarat atau kembali ke bandara saat berangkat (return to base),” ujarnya.

Saat ini, lanjut Priyo, pihaknya telah menyiapkan 29 pompa air untuk mengantisipasi adanya genangan air di landasan pacu Bandara Ahmad Yani yang dapat mengganggu jadwal penerbangan. “Mudah-mudahan cuaca di Kota Semarang kembali cerah sehingga tidak mengganggu jadwal kedatangan sejumlah maskapai penerbangan,” katanya berharap.

Sementara itu, hujan yang terjadi sejak pagi hingga siang hari ini mengakibatkan beberapa ruas jalan protokol seperti Jalan Pahlawan, kawasan Simpang Lima, serta Jalan Gajah Mada tergenang air dan membuat arus lalu lintas tersendat. O O

Cuaca Buruk, Tiga Pesawat Batalkan Pendaratan

Media Indonesia, 26 Januari 2013

Warga DKI Jakarta diimbau tidak resah dengan adanya prediksi akan terjadinya banjiir besar lagi di Ibu Kota pada 27 Januari.

Hal itu disampaikan pakar hidrologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya kemarin. Menurutnya secara ilmiah tidak ada faktor yang bisa menimbulkan banjir besar seperti pada 2007.

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan lebat disertai angin kencang dan petir akan terjadi di Jakarta besok, terutama di utara dan barat. Pada saat yang bersamaan terjadi pasang air laut maksimal. Karena itu, air dari luapan

sungai dan hujan tidak bisa mengalir ke laut sehingga akan menggenangi sebagian besar wilayah Jakarta.

Sutopo menjelaskan, memang pada 27 Januari air laut akan pasang 1 meter dari normal, mulai pukul 05.00 WIB hingga mencapai puncak pukul 08.00-10.00. “Namun, banjir besar akan terjadi jika Jakarta diguyur hujan berintensitas tinggi dan lama,”katanya.

Padahal, lanjutnya, berdasarkan kajiannya pada hari-hari ini tidak akan ada hujan lebat dalam waktu lama. Dia memprediksi hujan yang akan turun berintensitas rendah hingga sedang dan dalam waktu tidak lama.

“Jika terjadi banjir, itu hanya pengaruh dari rob atau

Peluang Banjir Besar di Jakarta pada 27 Januari Kecil

Kliping Pilihan

| EDISI 01/2013

20

Page 21: Hujan Bukan Faktor Utama

genangan. Namun, masyarakat harus tetap waspada dan siap siaga,” ujar Sutopo yang juga Kepala Humas dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Untuk mengatisipasi ancaman banjir itu, Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (24/1) lalu memerintahkan jajarannya unuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Terkait dengan perintah itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur mengaku siap menghadapi banjir lagi. “Kami sudah siapkan segala aspek,” tukas Husein Murrad, kemarin. Husein menjelaskan beberapa hal yang dipersiapkan

diantaranya logsitik, alat evakuasi, lokasi pengungsian, dan penyedia air bersih. Sejak darurat banjir, lanjutnya ada piket siaga banjir 24 jam di Kantor Wali Kota Jakarta Timur.

Hal yang sama juga disampaikan jajaran Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan. “Kami terus sosialisasi ke warga agar waspada, “kata Lurah Kebon Baru, Bambang Sunada.

Sebagai bagian antisipasi, tanggul Kanal Banjir Barat (KBB) di Jalan Latuharhary Jakarta Pusat yang sebelumnya jebol telah diperkuat, Menurut rencana tanggul ini akan dibeton pada Februari . O O

Koran Tempo, 27 Januari 2013

JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan ekstrem tidak akan terjadi dijakarta, Bogor,Depok, Tanggerang, dan Bekasi hari ini, Prediksi ini membantah berbagai spekulasi sebelumnya bahwa hari ini Jakarta kembali dihajar banjir besar akibat hujan lebat.

Kepala Sub-Bidang Informasi Meteorologi, BMKG, Hary tirto, menyebutkan tidak ada faktor dominan penyebab peningkatan curah hujan secara ekstrem, yakni lebih dari 150 milimeter per hari.”Tapi peluang hujan dengan intensitas ringan hingga sedang (20-50 milimeter per sehari) masih terjadi secara sporadis pada siang dan sore,”kata dia kemarin.

Curah hujan ekstrem tak akan terjadi karena aktivitas sabuk awan akibat angin Monsun Asia Lemah. Hal ini, Kata Hary, membuat sistem tekanan rendah di australia bagian utara dan barat laut dapat bertahan untuk jangka waktu tujuh hari ke depan.Bahkan,dengan keadaan ini, Hary memprediksi tidak ada potensi curah hujan ekstrem sampai satu pekan ke depan.

Kemarin siang pukul 14:00, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana menguji coba teknologi modifikasi cuaca di Jakarta dan sekitarnya. Dengan cara ini, curah hujan dikurangi sehingga resiko banjir besar Jakarta seperti pekan lalu tak terjadi.

Satu pesawat Hercules yang mengangkut 5 Ton garam

semai diterbangkan dari Bandar Udara Halim Perdana Kusuma ke arah barat daya. Pesawat ini menyebarkan garam di udara untuk mempercepat proses awan menjadi (junping process) sehingga tidak masuk Jakarta. Pada ketinggian 10-12 ribu meter, pesawat akan menembus awan pekat dan menaburkan garam di sana.

Menurut Kepala Bidang Pengajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BBPT Tri Handoko Seto, dengan memodifikasi ini, awan yang tumbuh dari barat daya menuju Jakarta harus segera dijadikan hujan pada pukul 11 siang.”Teknologi modifikasi cuaca ini bisa mengurangi curah hujan 15-30 persen di wilayah Jakarta dan sekitarnya,” kata dia kemarin. Menurut Tri Handoko, selain pencegahan banjir lewat udara, cara di darat juga di tempuh. Metode ini dilakukan jika awan sudah masuk daerah aliran sungai (DAS) di Jakarta. Awan akan “diganggu” proses pertumbuhannya dan disingkirkan dari DAS yang hilirnya ke Jakarta. Metode ini dilakukan dengan peralatan darat,yakni menara yang disebut ground-based generator .”Fungsinya, membangkitkan partikel halus pencipta efek agar awan sulit berkembang.” Ujarnya. Sebanyak 25 menara disimpan di lereng gunung Gede,Sukabumi. Sisanya disebar di wilayah Jabodetabek.

Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Syamsul Ma’arif mengatakan. Modifikasi cuaca ini akan dilakukan hingga 25 maret mendatang. BNPB menganggarkan Rp 13 milliar untuk merekayasa cuaca guna mencegah Jakarta tenggelam. O O

Jakarta Tak Akan Tenggelam

| EDISI 01/2013

21

Page 22: Hujan Bukan Faktor Utama

Kompas, 30 Januari 2013

Banjir besar Jakarta, Januari 2013, telah melampaui rekor berdasarkan sejarah banjir besar sebelumnya yang menimbulkan bencana di ibu kota negara ini. Betapa besar curah hujan saat itu, ketinggian paras muka air di kawasan Bendungan Manggarai melampaui 1.000 sentimeter.

Banjir besar pada tahun 1996 terjadi pada 9 Februari. Pusat curah hujan di Pasar Minggu saat itu 350 milimeter. Kawasan Jabodetabek lainnya 100-200 milimeter. Keesokan harinya, curah hujan terpusat di Citeko/Puncak sebesar 150 milimeter. Itulah dampak banjir besar yang pertama, yang hampir menenggelamkan permukaan Jakarta, tetapi tak sampai ke bilangan Thamrin-Sudirman.

Tahun 2002, banjir besar terjadi lagi. Curah hujan 50-150 milimeter terjadi hampir tiap hari dari tanggal 1 sampai dengan 20 Februari. Banjir di Jakarta meluas, tetapi volume air dan debitnya tidak sampai membuat paras muka air di Bendungan Manggarai mendekati 1.000 cm. Pada banjir saat itu tercatat curah hujan cukup besar dan menyeluruh, lebih dari 1.000 milimeter dan merambah Bekasi, Depok, dan Tangerang.

Banjir tahun 2007 terjadi sekitar awal Februari dengan curah hujan di kawasan Jabodetabek 100-200 milimeter. Kejadian banjir itu lebih sempit dibandingkan dengan tahun 1996 dan 2002.

Banjir atau genangan air yang terjadi sekitar awal Februari 2012 juga lebih sempit dibandingkan banjir 1996 dan 2002. Waktu itu didesas-desuskan banjir terjadi dalam siklus lima tahunan. Gugurlah desas-desus itu dengan terjadinya banjir besar pada 1996, 2002, 2007, dan 2013.

Curah hujan yang terjadi di awal 2013 (Januari) mungkin berguna bagi kita melakukan evaluasi menyeluruh untuk, misalnya, menetapkan tanggap darurat banjir di Jakarta. Analisis berikut ini dilakukan berdasarkan data hasil pengamatan curah hujan pada 15-20 Januari 2013 yang dilakukan stasiun penakart hujan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng; Kantor BMKG; Pelabuhan Tanjung Priok; dan Citeko-Cisarua (Bogor) berdasarkan pengamatan pada pukul 19.00. Data tersebut tersua di www.ogimet.org.

Curah hujan lebat terjadi secara merata mulai 15 Januari di kawasan Jabodetabek dengan kawasan Puncak menyumbang curah hujan yang cukup tinggi (63 milimeter) dan berlanjut pada 16 Januari (63 milimeter).

Pada hari kedua itu, menurut kriteria BMKG, kawasan Jakarta tergolong sedang.

Pada hari ketiga, seluruh kawasan Jakarta diguyur hujan sangat lebat 130 milimeter (Cengkareng), 238 milimeter (Kantor BMKG), 181 milimeter (Pelabuhan Tanjung Priok), dan ini berlanjut hingga hari keempat 107 milimeter (Cengkareng), 37 milimeter (BMKG), 31 milimeter (Pelabuhan Tanjung Priok). Di Puncak, pada hari ketiga tercatat 37 milimeter dan pada hari keempat 98 milimeter. Pada hari kelima dan keenam berangsur-angsur curah hujan berkurang.

Maju PeriodeJadi, periode kritis kejadian hujan lebat hingga sangat lebat terjadi mulai 15 hingga 18 Januari 2013. Dibandingkan dengan kejadian curah hujan lebat (tinggi) yang berdampak pada banjir (genangan) untuk kawasan Jabodetabek tahun-tahun sebelumnya, kejadian pada tahun 2013 menunjukkan “maju periode”.

Berdasarkan catatan dan pengalaman penulis sebagai prakirawan cuaca sejak 1991 di kawasan Jabodetabek, curah hujan tinggi/lebat yang berdampak pada lingkungan berupa banjir umumnya terjadi dan berlangsung sekitar Februari (1996, 2002, 2007, dan 2012). Mengapa terjadi pergeseran di tahun 2013?

Pergeseran curah hujan ini sempat diperbincangkan para ahli cuaca dunia dari India, China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, dan penulis sendiri dalam mailing list monsoon. Dari pandangan sementara dalam milis tersebut dapat diketengahkan bahwa para ahli meteorologi/cuaca bingung. Mereka mengatakan, curah hujan yang tinggi pada pertengahan Januari 2013 tersebut akibat dorongan udara dari daratan Asia (seruakan dingin) yang mengerucut akibat topografi Jabodetabek yang berpegunungan.

Lain lagi anggapan para ahli cuaca dari Universitas Miami, Amerika Serikat. Berdasarkan model gambar angin yang rinci, curah hujan yang tinggi pada pertengahan Januari 2013 itu akibat dari penjalaran seruakan dingin atau dorongan udara dari Laut China Selatan hingga mencapai bagian barat wilayah Jawa Barat.

Dalam istilah teknis dapat disebut bahwa dua jenis (massa) udara bertemu, udara yang dingin dari belahan bumi utara (Laut China Selatan) dan udara dari belahan bumi selatan, tepatnya dari Samudra India di barat daya Jawa Barat. Kondisi ini dalam meteorologi disebut sebagai

Prospek Hujan 2013 Jabodetabek

| EDISI 01/2013

22

Page 23: Hujan Bukan Faktor Utama

daerah konvergensi antar-tropis (DKAT).

Penulis, berdasarkan pengalaman sebagai prakirawan cuaca di Indonesia sejak 1977, berpendapat hingga kini pandangan tentang giatnya DKAT dapat diterima. Dari berbagai pengalaman dan berdasarkan teori sirkulasi umum udara global, kawasan tropis merupakan tempat pertemuan dua massa udara dari peredaran udara Hadley. DKAT umumnya berada di wilayah Indonesia selatan khatulistiwa dalam kurun Januari-Februari. DKAT umumnya memicu hujan lebat yang diikuti dengan hadirnya puncak curah hujan di suatu kawasan.

Dri tinjaun curah hujan dasarian kawasan Jabodetabek (1960-1990), variasi kejadian puncak hujan umumnya berkisar mulai dasarian II Januari sampai dengan dasarian III Januari untuk setiap tahun (dasarian I tanggal 1-10, dasarian II 11-20, dan dasarian III 21-akhir bulan).

Awal hingga tengah Februari Curah hujan lebat hingga sangat lebat pada pertengahan Januari 2013 itu telah membingungkan kalangan ahli cuaca dunia. Namun, bila kita kaji jumlah curah hujan terhitung dari Februari 2012 di Jakarta berdasarkan observasi yang tersua di www.cpc.ncep.noaa.gov, hingga pertengahan Januari 2013 secara kuantitas dan kualitas curah hujan di kawasan Jakarta masih defisit. Nilainya

kian mendekati normal. Atmosfer berupaya agar kuantitas hujan tahunan di kawasan Jakarta 2.000 milimeter tercapai.

Di akhir Desember 2012, defisit curah hujan masih berkisar 300 milimeter yang telah diupayakan oleh atmosfer dengan giatnya DKAT lebih awal. Kini kita tunggu kondisi defisit akan diupayakan terjadi pada sisa puncaknya curah hujan hingga akhir Februari 2013.

Berdasarkan pengalaman, hujan akan turun bersamaan dengan periode pasang maksimum, entah saat bulan purnama entah saat bulan mati. Hujan tinggi pada pertengahan Januari 2013 terjadi saat pasang maksimum Bulan mati. Mulai Senin, 21 Januari hingga Senin, 28 Januari merupakan pasang naik bulan purnama. Bila terjadi peningkatan curah hujan yang cukup tinggi dalam kurun waktu itu, hal tersebut akan menambah kuota curah hujan yang masih defisit. Bila tidak, curah hujan yang cukup tinggi kemungkinan terjadi saat periode pasang maksimum bulan mati di sekitar awal hingga pertengahan Februari 2013. Kita dapat mempersiapkan kondisi alam yang masih utang curah hujan di akhir Januari atau awal Februari 2013. O O

PAULUS AGUS WINARSO | Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Meteorologi dan Geofisika

SAVEOUR

EARTH

| EDISI 01/2013

23

Page 24: Hujan Bukan Faktor Utama

Banyak tempat wisata yang dapat dijadikan alternatif wisatawan ketika berada di

Yogyakarta. Wisata alam dan budaya adalah andalan kota yang pernah jadi ibukota RI ini selain wisata belanja, wisata kreasi, dan wisata kuliner. Berikut beberapa obyek wisata budaya yang wajib Anda kunjungi:

Candi Prambanan nan indah Candi Prambanan adalah salah satu yang wajib didatangi ketika menginjakkan kaki di Yogyakarta, meski obyek wisata ini secara

administratif masuk ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta.

Candi ini mengingatkan kita akan legenda Roro Jonggrang. Candi ini memiliki tiga candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi yang menghadap ke timur tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini

untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat dua candi apit, empat candi kelir, dan empat candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Prambanan memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian

Menjelajahi Kekayaan Budaya

Yogyakarta merupakan sebuah kota yang tak lepas dari pusat perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Suasana budaya, wisata dan keramahan pun hadir menyambut kedatangan mereka. Ketika mereka menginjakkan kaki di kota ini, terlihat kepolosan, keramahan, dan keluguan warga Yogyakarta. Itulah yang menyebabkan sebutan “istimewa”tidak hanya untuk kota Yogyakarta, tetapi juga penduduknya.

W i s a t a

Yogyakarta

| EDISI 01/2013

24

Page 25: Hujan Bukan Faktor Utama

dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Candi Plaosan, candi kembar yang unikCandi Plaosan dapat dijadikan objek wisata alternatif. Lokasinya tidak jauh dari Candi Prambanan. Hanya berjarak 1 km ke arah utara, wisatawan dapat menemui candi ini.

Candi ini terletak di Dusun Bugisan, Kecamatan Prambanan. Arsitektur candi ini merupakan perpaduan Hindu dan Budha. Selain itu, seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwa.

Komplek Plaosan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat semedi berbentuk gardu di bagian barat, serta stupa di sisi lainnya. Penampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut candi kembar.

Keraton, Istana Raja YogyaTak lengkap liburan di Yogyakarta jika tak mengunjungi istana raja Yogya. Wisatawan dapat mencium aroma budaya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat ketika memasuki di

sini. Wisatawan akan dapat menjumpai benda-benda peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono I sampai Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Selain itu, terkadang wisatawan dapat berkesempatan menikmati dan menyaksikan pertunjukan tari gambyong.

Wisatawan juga dapat melihat keindahan bentuk arsitektur bangunan keraton yang merupakan hasil karya dari Sultan Hamengkubuwono I. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuan kebangsaan Belanda, Dr. Pigeund dan Dr. Adam.

Taman Sari, Istana PemandianSalah satu objek wisata budaya yang selalu menjadi pusat perhatian

wisatawan adalah istana pemandian putri raja tempo dulu. Konon, tempat ini merupakan hasil arsitek kebangsaan Portugis dan Bupati Madiun yang membangun istana di umbul yang terletak 500 meter selatan keraton. Istana ini dikelilingi segaran (danau buatan) dengan wewangian bunga-bunga yang sengaja ditanam sehingga dikenal dengan nama Taman Sari.

Dari atas Gapura Panggung ini Sultan Hamengku Buwono I biasa menyaksikan tari-tarian. Bangunan-

bangunan di sampingnya merupakan tempat para penabuh dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung tempat para penari menunjukkan kepiawaian dan keluwesan mereka. O O (rn)

| EDISI 01/2013

25

Page 26: Hujan Bukan Faktor Utama

Antar Kita

Hiruk-pikuk terlihat di Lingkungan BMKG Pusat pada Rabu pagi, 2 Januari 2013, sebelum pukul 7.30 WIB. Para pejabat dan pegawai bersemangat untuk memulai aktivitas. Mereka telah berjejer dan baris di depan mesin absen elektronik. Hari itu merupakan awal penerapan kebijakan pemerintah terkait ketentuan kerja pegawai.

“Sekarang sebelum pukul 07.30 pegawai sudah datang, biasanya tidak seperti ini,”cetus salah seorang pegawai. “Berarti sekarang harus dari rumah jam 5.30 untuk mengejar kereta,” lanjutnya.

Mereka menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap kebijakan pemerintah terkait ketentuan jam kerja pegawai yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 dengan jumlah jam kerja pegawai sebanyak 37, 5 jam dalam seminggu dan 150 jam dalam sebulan.

Peraturan ini berdasarkan Keputusan Presiden No. 68 Tahun 1995 tentang

Hari Kerja di Lingkungan Lembaga Pemerintah dan dalam rangka pengimplementasian reformasi birokrasi di Lingkungan BMKG serta pelaksanaan pemberian tunjungan kinerja.

Selain Keppres No. 68 tahun 1995, terdapat Peraturan Menpan No. 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja PNS yang melatarbelakangi adanya tunjangan kinerja, seperti yang diutarakan Kepala Sub Bagian Administrasi dan Kesejahteraan SDM BMKG, Achmad Supandi, S.Kom. “Progres reformasi birokrasi di BMKG meliputi job grading, evaluasi jabatan, dan tunjangan kinerja juga merupakan faktor yang mendukung sistem ini,” ujarnya.

Terpilihnya BMKG sebagai salah satu lembaga yang dipercaya oleh pemerintah untuk mendapatkan tunjangan kinerja sebagai salah satu wujud dari reformasi birokrasi tak lepas dari penilaian pemerintah

terhadap beberapa faktor, yaitu:

1. Quick Win yang telah dilakukan pada tahun 2011, hal ini meliputi:• Peningkatan kualitas informasi

dan jasa BMKG-an• Peningkatan kemudahan akses

masyarakat untuk informasi dan jasa BMKG-an didasarkan pada sarana sosiaisasi kepada masyarakat.

• Pemberian layanan informasi peringatan dini langsung kepada masyarakat.

• Pembangunan fasilitas pelayanan informasi publik MKG satu pintu.

• Peningkatan profesionalisme SDM BMKG.

2. Road Map dan Dokumen Pendukung

Menurut Supandi, pada tanggal 13 September 2012 telah dilakukan verifikasi lapangan oleh Komite Pengawas Reformasi Birokrasi Nasional. Dokumen reformasi yang diusulkan oleh BMKG sebesar 70%. Dari verifikasi lapangan tersebut, BMKG memperoleh nilai 51% dan mendapat nilai akhir sebesar 47%.

”Nilai presentase ini cukup baik dan BMKG dapat memperoleh tunjangan kinerja antara 40-45% dari benchmarking tunjangan kinerja Kementerian Keuangan yang nantinya akan diberikan setelah disahkannya Peraturan Presiden mengenai tunjangan kinerja BMKG secara kolektif dari 23 kementeriam atau lembaga lainnya, tergantung kemampuan negara dan sumbangsih dari APBN BMKG,” ujar Supandi.

Selanjutnya, 18 September 2012 dilakukan serah terima berita acara job grading. Sementara penilaian kesiapan

RemunerasiTingkatkan Kedisiplinan Pegawai BMKG

| EDISI 01/2013

26

Page 27: Hujan Bukan Faktor Utama

Tingkatkan Kedisiplinan Pegawai BMKG

reformasi birokrasi dan tunjangan kerja untuk mengetahui apakah BMKG layak atau tidak dilakukan pada 16 Oktober 2012.

Menurut peraturan Menpan No. 63 tahun 2011 bahwa bagi pegawai yang datang telat akan dikenakan potongan 3% dari jadwal yang ditentukan (Senin-Kamis, pukul 07.30-16.00 dan Jumat (07.30-16.30). Lebih rinci, Supandi mengutarakan besarnya potongan tunjangan remunerasi yang dihitung secara akumulasi:1. Untuk setiap kali terlambat

datang dan pulang 1 (satu) menit sampai dengan 30 (tiga puluh) menit, dikenakan pengurangan pembayaran tunjangan kinerja sebesar 0,5% (nol koma lima per seratus) dari jumlah tunjangan

kinerja;2. Untuk setiap kali terlambat datang

dan pulang cepat 31 (tiga puluh satu) menit sampai dengan 60 (enam puluh) menit, dikenakan pengurangan pembayaran tunjangan kinerja sebesar 1% (satu per seratus) dari jumlah tunjangan kinerja;

3. Untuk setiap kali terlambat datang dan pulang cepat 61 (enam puluh satu) menit sampai dengan 90 (sembilan puluh) menit, dikenakan pengurangan pembayaran tunjangan kinerja sebesar 1,25% (satu koma dua puluh lima per seratus) dari jumlah tunjangan kinerja;

4. Untuk setiap kali terlambat datang lebih dan pulang dari 91 (sembilan puluh satu) menit, dikenakan pengurangan pembayaran tunjangan kinerja sebesar 1,5%

(satu koma lima per seratus) dari jumlah tunjangan kinerja;

5. Untuk setiap 1 (satu) hari tidak masuk kerja tanpa keterangan apapun dikenakan pengurangan pembayaran tunjangan kinerja sebesar 3% (tiga per seratus) dari jumlah tunjangan kinerja.

Tunjungan kinerja ini diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan pegawai dalam mentaati ketentuan jam kerja pegawai. Peningkatan kedisplinan SDM ini hanya merupakan salah satu proses reformasi birokrasi dari sembilan arah perubahan. Bagi pegawai yang telat dan tidak hadir akan mengalami pemotongan tunjangan.

“Dengan adanya tunjangan remunerasi dapat mengurangi kesenjangan dan kecemburuan sosial diantara pegawai,” kata salah seorang pegawai.

Achmad Supandi mengharapkan dengan adanya reformasi birokrasi dapat menjadikan BMKG sebagai lembaga pemerintahan di Indonesia yang berstandar world class. Ia juga mengajak agar seluruh pegawai untuk dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi terhadap layanan informasi MKG.

Remunerasi pemerintahan adalah merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari kebijakan reformasi birokrasi. Dilatarbelakangi oleh kesadaran sekaligus komitmen pemerintah untuk mewujudkan clean and good governance.

Namun pada tataran pelaksanaannya, perubahan dan pembaharuan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa tersebut tidak mungkin akan dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif tanpa kesejahteraan yang layak dari pegawai yang mengawakinya.

Perubahan dan pembaharuan tersebut dilaksanakan untuk menghapus kesan pemerintahan yang selama ini dinilai buruk, yang antara lain ditandai oleh indikator: • Buruknya kualitas pelayanan

publik (lambat, tidak ada kepastian aturan/hukum, berbelit-belit, arogan, dan minta dilayani).

• Sarat dengan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

• Rendahnya kualitas disiplin dan etos kerja aparatur negara

• Kualitas manajemen pemerintah yang tidak produktif, tidak efektif, dan tidak efisien.

• Kualitas pelayanan publik yang tidak akuntabel dan tidak transparan. O O (rn)

Dengan adanya tunjangan remunerasi dapat mengurangi kesenjangan dan kecemburuan

sosial diantara pegawai.

““

| EDISI 01/2013

27

Page 28: Hujan Bukan Faktor Utama

R a g a m

Matahari mulai bersinar terik. Di halaman Kantor BMKG terlihat rombongan Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek) menuju ke sebuah ruangan yang luas dan nyaman. Mereka dengan antusias memasuki ruangan dan menempati bangku yang disediakan.

Mereka datang ke BMKG untuk melakukan kegiatan “Press and Student Gathering 2013” yang melibatkan peserta pelajar dan mahasiswa. Kegiatan ini berlangsung dari 31 Januari hingga 2 Februari.

Mapiptek melibatkan beberapa institusi dan kementerian dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan guna meningkatkan pengalaman bagi generasi muda

untuk menjadi duta lingkungan, seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup, dan BNPB.

Acara dibuka oleh Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Drs. Eko Suryanto di Ruang Auditorium BMKG. Sebelum mereka melihat bagaimana proses pengamatan cuaca dan gempa bumi di lokasi, mereka berkumpul guna mendengarkan penjelasan terkait meteorologi, klimatologi, dan geofisika dari beberapa narasumber, yaitu Kepala Pusat Meteorologi Publik Mulyono Rahadi Prabowo, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Dr. Edvin Aldrian, B. Eng, M. Sc., dan Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami Dr. Wandono.

Pada kesempatan itu, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BNPB Ir. Sugeng Tri Utomo memaparkan tentang kesiapsiagaan bencana. Ia menjelaskan bagaimana kiat menghadapi bencana dan penanggulanganya. Usai mendengarkan beberapa penjelasan, rombongan keluar dari ruangan tuk menuju ke lokasi pengamatan.

Setiba di lokasi, mata mereka tak lepas dari berbagai bentuk atau benda yang ada. Mereka dengan wajah ketidaktahuan dan penasaran memberikan pertanyaan yang menggelitik. Saat mereka menuju ke Simulator Gempa Bumi, muncul pertanyaan: ”Kok bangunan itu bergerak? Kok bisa ya?”

Mapiptek Merambah Dunia Cuaca dan Gempa

| EDISI 01/2013

28

Page 29: Hujan Bukan Faktor Utama

Kegaduhan dan keramaian terdengar saat mereka mencoba alat simulasi itu. Tawa lepas terlihat di wajah mereka. Seakan-akan mereka menemukan dunianya.

Langkah mereka tak henti di lokasi tersebut. Mereka tak menghiraukan teriknya matahari, mereka menuju ke Taman Alat, Stasiun Meteorologi 745 Jakarta. Di sana, mereka dengan kamera nya memotret alat-alat pengamatan cuaca sembari memegang alat yang dilihatnya.

Wajah mereka sangat takjub melihat alat yang belum mereka lihat sebelumnya. Celoteh pun keluar dari mulut mereka,”Itu apa? sangkar burung ya?” saat menunjuk sangkar termometer. Mereka dengan polosnya mendengarkan berbagai penjelasan tentang alat-alat pengamatan cuaca secara manual yang ada di lokasi tersebut.

“Bu, itu apa kok bisa terbakar kertasnya?”tanya mereka, saat menunjuk kertas bias pada alat Camble Stock (alat mengukur lamanya penyinaran matahari).

Kemudian setibanya di Stasiun Geofisika Jakarta, stasiun pengamatan

gempa bumi. Terdengar cetus seorang peserta, “Wah kita diajak ke

museum!” Mereka terheran-heran melihat beberapa jenis alat pencatat gempa bumi (seismograf) dari tahun 1908 hingga sekarang.

Ruangan yang juga menjadi pusat perhatian adalah Ruang Operasional Meteorologi. Di sana mereka terkagum memandangi monitor pencitraan satelit cuaca. “Oh itu yang sering muncul di TV itu ya?”tutur salah seorang pengunjung.

***

Merekapun berjalan menuju ke pintu keluar, sambil mengucapkan terima kasih dengan nada riang. Kami sangat senang dan puas melihat tawa dan senyum di wajah mereka. O O (rn)

| EDISI 01/2013

29

Page 30: Hujan Bukan Faktor Utama

Opini

Sebagai bangsa Indonesia, kita wajib menghormati nenek moyang yang mencintai dunia

bahari. Seperti kita ketahui, Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang indah dan eksotik. Kita patut bersyukur bahwa wilayah Indonesia juga mempunyai harta kekayaan yang melimpah dari laut, baik itu migas ataupun produk dari laut.

Kita juga tidak dapat mengingkari bahwa sebagian besar kota yang mempunyai pelabuhan laut, cenderung lebih maju dibandingkan kota tanpa pelabuhan laut. Atas dasar kecintaan kita pada dunia bahari, banjir pun dianggap biasa oleh sebagian orang. Hal tersebut tentu saja sangat tidak dibenarkan karena melanggar etika kesetiakawanan sosial. Mengingat banjir yang merupakan kategori bencana dapat menyesengsarakan para korbannya.

Ibukota RI, Jakarta, tak luput dari bencana banjir. Bahkan Jakarta sebagai pusat barometer kehidupan di Indonesia tergolong parah terkena bencana banjir. Beberapa sekolah, gedung perkantoran, ataupun sentra bisnis di Jakarta lumpuh total. Dari kejadian ini, seharusnya kita sudah dapat mengira-ngira kerugian yang ditimbulkan bencana banjir.

Pemerintah dalam hal ini khususnya Pemprov DKI Jakarta hendaknya sudah dapat mengantisipasi datangnya banjir tahun ini karena Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) jauh hari sudah memprakirakan cuaca ekstrem yang akan melanda wilayah Indonesia.

Belum hilang dari ingatan kita bencana banjir yang pernah terjadi di awal tahun 2002 dan 2007 di Jakarta. Seharusnya peristiwa seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah informasi dari BMKG, sehingga kedepannya masyarakat dapat mempersiapkan diri menghadapi bencana banjir.

Tanpa kita sadari, ternyata dalam lubuk hati dan pikiran masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, khususnya Jakarta, sebenarnya mereka telah sadar dan paham bahwa ada bahaya banjir yang sewaktu-waktu dapat mengancam. Hal ini terbukti ketika banyaknya pengusaha properti yang memperdagangkan produknya dengan memakai label “Bebas Banjir.” Alangkah tidak nyamannya kita dalam hal memilih tempat tinggal atau membuka tempat usaha dengan dikontrol oleh pihak pengembang. Salah satu kerugiannya adalah kita kehilangan kesempatan untuk

menentukan sendiri lokasi yang nyaman untuk kita tempati, atau tempat berdagang yang kita anggap sangat strategis.

Siapapun yang tinggal di Indonesia seharusnya wajib mendapatkan penghidupan yang layak, termasuk terhindar dari bencana banjir. Baik yang bermukim di perkotaan maupun pedesaan. Untuk memenuhi keinginan tersebut, perlu kerjasama yang erat antara pemerintah dan masyarakat. Tanpa peran serta masyarakat dan usaha yang dilakukan oleh pemerintah, maka hal tersebut akan sia-sia.

Bencana banjir yang melanda Jakarta bukan tidak mungkin dapat terdengar di seluruh dunia melalui media massa. Kemungkinan besar hal ini mengakibatkan kerugian bangsa Indonesia, sebab wisatawan atau pelaku bisnis yang ingin berkunjung ke Indonesia khususnya Jakarta, berpeluang membatalkan perjalanannya.

Terakhir, semoga bencana banjir tahun 2013 ini dapat dinamakan sebagai “Obyek Wisata Banjir Kota Jakarta”, karena dapat menarik perhatian bangsa-bangsa di dunia untuk berkunjung ke Indonesia dan tidak menutup kemungkinan akan memberikan manfaat. O O

WISATA BANJIR JAKARTAOleh: Arief Akhir Wijaya

| EDISI 01/2013

30

Page 31: Hujan Bukan Faktor Utama

Kilas Balik

Kwitang, depan patung Tugu Tani awal tahun 1985. Suwandi, Sri Puji Rahayu, Urip, Lukman, Bambang, dan Zaenal berkumpul di suatu ruangan pada sebuah kantor yang pada kala itu sering disebut ‘kantor angin’. Mereka mencoba mengharmonisasikan antara nada dan lirik lagu yang lagi tren pada masa itu.

Kala itu peralatan musik yang dipergunakan masih sederhana dan berstatus milik pribadi. Namun ditengah keterbatasannya mereka tetap asyik menyalurkan jiwa seni musik yang nampaknya sudah melekat di benak sanubari. Seminggu sekali tiap hari jumat mereka rutin berkumpul untuk saling mengasah keterampilan dari bakat musik yang telah dimiliki. Setelah itu nama MG Band dengan sendirinya telah mereka lahirkan.

Pertengahan tahun 1989, melalui Sekretaris Badan yang waktu itu di jabat oleh Bapak Soetarjo, memberikan sumbangan sebuah organ, dengan harapan dapat menambah semangat dan merupakan dukungan institusional demi kemajuan MG Band.

Periode tahun 1990 hingga 1999,

peralatan musik yang dimiliki MG Band semakin lengkap. Pada periode tersebut juga banyak bermunculan peminat dan bakat-bakat baru dalam bermusik, hingga MG Band menjadi semakin semarak dan kaya warna musik. Diantaranya Robert Owen, Farid, dan Rika.

Awal tahun 2000 hingga 2003, boleh dibilang adalah masa keemasan MG Band. Pada periode tersebut MG Band yang awalnya hanya sebuah band internal kantor, bermetamorphosis menjadi public band. Diawali dengan tampilnya MG Band di berbagai event di luar kantor, baik acara formal maupun informal.

Masing-masing personil MG Band kala itu memiliki kemampuan dan bakat yang cukup bagus dalam bermusik. Mereka adalah Suwandi pada bass, Deden pada keyboard, David Royhan pada drum, Yudi Riamon pada gitar, Novi Nelwan dan Joyce pada vokal.

Bahkan prestasi yang membanggakan yaitu dikontraknya MG Band sebagai pengisi acara live musik setiap rabu malam di salah satu café di bilangan Gatot Subroto. Namun akhir tahun 2003, MG Band vakum karena ditinggal beberapa personilnya yang

memilih untuk berkarir di bidang yang lain.

Diawali dari perubahan struktur organisasi di BMKG yang semakin berkembang, sehingga di iringi penerimaan pegawai yang cukup banyak. Hasilnya, MG Band kedatangan beberapa personil yang mempunyai kemampuan dan bakat bermusik yang lebih variatif dan modern. Diantaranya Haryo Seno, Andi Supandi, Addip, Tika dan Reza. Kehadiran mereka menambah gairah MG Band untuk terus aktif berpartisipasi mengisi acara internal BMKG.

Kini, MG Band memiliki ruang studio yang layak dan representative, serta didukung peralatan musik yang semakin modern, tepatnya di lantai 2 gedung utama BMKG. Koordinator MG Band Haryo Seno, mengungkapkan harapannya supaya insan BMKG yang memiliki bakat bermusik untuk dapat bergabung demi kemajuan MG Band yang kita cintai.

Januari 2013, penulis mendokumentasikan dengan gambar dan suasana latihan MG Band yang penuh dengan kebersamaan. O O (aw)

APA KABAR MG BAND?

| EDISI 01/2013

31

Page 32: Hujan Bukan Faktor Utama

Posisi, letak, dan keadaan tektonik Indonesia yang berada dibatas tiga lempeng tektonik utama memberikan dampak positif dan dampak negatif. Segi positif yaitu berupa tanah yang subur di sekitar daerah gunung api, terdapatnya mineral bahan tambang serta cekungan minyak dan gas bumi, serta panas bumi. Negatifnya, banyaknya bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Buku ini mengajak kita untuk memanfaatkan segi positif sebaik mungkin dan menekan segi negatifnya.

Secara umum Pulau Sumatera mempunyai tiga sistem tektonik yaitu (1) subduksi miring, (2) Sesar Sumatera, dan (3) Sesar Mentawai. Dampak positisf dari keadaan tektonik ini adalah terbentuknya topografi yang beragam, zona cekungan yang prospek terhadap migas, terdapat berbagai mineral bahan tambang, serta aktivitas vulkanik yang menyebabkan kesuburan tanah dan panas bumi.

Sedangkan dampak negatifnya adalah permukaan sebagian besar berbentuk perbukitan atau lereng sehingga rentan terhadap bahaya longsor, terutama di musim penghujan dimana Sumatera mempunyai curah hujan tinggi. Begitu juga gempa bumi dan tsunami menjadi ancaman Sumatera, seperti mega-tsunami Aceh 2004.

Keadaan tektonik pulau Jawa berbeda dengan di Sumatera. Zona konvergen di Jawa berupa penunjaman lempeng Indo-Australia dengan arah tegak lurus dari utara ke selatan terdapat lempeng Eurasia. Kondisi ini menyebabkan Pulau Jawa banyak ditemui mineral bahan tambang dan panas bumi. Khusus dibagian utara terdapat cekungan yang prospek terhadap migas. Sama halnya dengan di Sumatera, Jawa merupakan daerah seismik aktif dan banyak gunung api serta tempat-tempat yang rawan longsor.

Kalimantan merupakan satu-satunya pulau besar di Indonesia yang relatif aman terhadap bahaya gempa bumi, karena berada cukup jauh dari batas lempeng tektonik. Hanya daerah Kalimantan Timur saja yang memiliki potensi terjadinya bencana gempa baik oleh proses tektonik maupun vulkanik. Di daerah inilah banyak ditemukan minyak dan gas bumi. Sedangkan Kalimantan secara umum mempunyai banyak cebakan mineral.

Sulawesi terbentuk dari gabungan tiga segmen yang berbeda sehingga keadaan tektoniknya sangat hete-rogen membentuk pola tektonik yang unit. Akibatnya, di sini ditemui banyak sesar yang besar dan aktif. Dampak langsung dari keadaan ini adalah banyak gempa yang merusak di Sulawesi. Namun kondisi tektonik inilah yang menyebabkan terbentuknya mineralisasi, dan khususnya di Pulau Buton di ujung tenggara Sulawesi, terdapat banyak aspal alam.

Zona tumbukan Maluku merupakan daerah pertemuan tiga lempeng mikro, yaitu lempeng Halmahera, lempeng Laut Maluku, dan

lempengan Sangihe. Kondisi ini mengakibatkan lempeng Laut Maluku menujam ke dua arah dan terbentuk central ridge. Akibatnya laut Maluku merupakan daerah yang mempunyai aktifitas kegempaan tinggi. Berbeda dengan Busur Banda yang menghujam dari arah selatan, timur, dan utara sehingga terjadi pola sendok terpotong yang cekungan bertambah dalam pada pusat lingkaran. Kondisi Busur Banda mengakibatkan daerah sismik aktif, seperti gempa tahun 1965 dengan magnitudo 7,5 yang menimbulkan tsunami di Seram.

Sedang di Papua terdapat zona tektonik aktif akibat pertemuan lempeng Australia ke utara dan lempeng Pasifik ke barat, berdampak pada terdapatnya sumber daya alam, mineral, emas epitermal, dan tembaga. Kompresi dan lipatan menjadi tempat terkumpulnya materi karbonat dan mineral lainnya. Kemudian terdapat jalur ofiolit sepanjang Papua, pengumpulan mineral seperti endapan batu gamping sepanjang pegunungan tengah Papua Nugini, dan logam mulia seperti emas dan tembaga di daerah Tembagapura. Sedangkan hidrokarbon ditemui sekitar Kepala Burung. Namun sebaliknya, Papua rawan gempa tektonik yang merusak dan menimbulkan tsunami.

Buku ini terasa mudah dicerna pembaca dari kalangan awam akan ilmu kebumian. Tampaknya penulis membuatnya demikian agar banyak masyarakat yang mengerti dampak positif dan negatif kondisi geologi Indonesia, sehingga semakin banyak masyrakat yang menyadari akan kekayaan mineral yang dimiliki, serta mampu memanfatkannya untuk kesejahteraan, dan juga mampu meminimalisir dampak bencana alam. O O (tk)

Kekayaan Mineral di Balik Bencana Alam

Judul: Tektonik dan Mineral di IndonesiaPenulis: Gunawan Ibrahim, Subardjo,

dan Purnama SendjadjaPenerbit: Pusat Penelitian dan

Pengembangan BMKG

Tahun Terbit: 2010ISBN: 978-979-1241-27-4

Resensi

| EDISI 01/2013

32

Page 33: Hujan Bukan Faktor Utama

Judul: Natural DisastersPengarang:Andi Eka SakyaPenerbit: NAM S & T CentreTahun Terbit:2011Jumlah Halaman: xiv + 229 hal.

Judul: F isika dan Struktur Interior BumiPengarang:Prof. DR. Sri WidiyantoroPenerbit:Badan Meterologi & GeofisikaTahun Terbit: 2007Jumlah Halaman: vi + 187 hal.

Judul Buku: Coding and Decoding: Seismic DataPengarang: Luc IkellePenerbit: ELSEVIERTahun Terbit: 2010Jumlah Halaman: viii + 604 hal.

Judul Buku: Gempa BumiPengarang: Sunarjo, M.Taufik Gunawan, Sugeng PribadiPenerbit: BMKGTahun: 2010Jumlah Halaman: v + 228 hal.

Judul Buku: Introduction to Geophysical Fluid DynamicsPengarang: Benoit Cushman Roisin dan Jean Merie BeckersPenerbit: AP (ELSEVIER)Tahun Terbit: 2011Jumlah Halaman: vxi + 828 hal

Judul Buku: TsunamiitesPengarang: T. Shiki, Y. Tsuji, T. Yamazaki, dan K. MinouraPenerbit: ELSEVIERTahun: 2008Jumlah Halaman: x + 411 hal

Info Pustaka

Kekayaan Mineral di Balik Bencana Alam

| EDISI 01/2013

33

Page 34: Hujan Bukan Faktor Utama

Levitasi atau foto melayang ini dapat dilakukan dengan kamera profesional (DSLR) ataupun

kamera non-profesional (kamera saku, kamera ponsel, dan lainnya). Hanya perlu trik yang disesuiakan (lihat boks Tips).

Sebelum kita mulai, siapkan kamera, lalu pilih model dan tempat pengambilan gambar. Alangkah baiknya Anda juga mempersiapkan kamera dan teman sebagai model untuk mencobanya. Kami memilih Ruang Koleksi Perpustakaan BMKG yang nyaman dan memiliki pencahayaan yang cukup. Ingat! Fotografi adalah seni menggambar

dengan cahaya. Jadi kita harus pahami cahaya untuk mendapatkan foto yang bagus.

Kemudian kami menggunakan tiga kamera profesional (DSLR) Canon EOS 5 D, Canon EOS 30D, dan Nikon D3000. Maksudnya sama sekali bukan untuk membandingkan kemampuan kamera, karena foto levitasi dapat dilakukan dengan bermacam kamera. Hanya kami ingin mendapatkan foto yang lebih tajam.

Siapkan model. Kebetulan di Bagian Humas BMKG ada siswa/mahasiswa PKL yang bersedia menjadi model dan backup fotografer. Kami

pilih model yang memiliki tubuh ramping supaya dapat melakukan gerakan yang baik. Perhatikan juga bahwa untuk menghasilkan levitasi yang baik, model harus meloncat berulangkali. Jadi cukup melelahkan. Untuk itu pilihlah model yang memiliki fisik yang baik. Untuk menghidari gerakan rambut kepala saat melompat, model menggunakan penutup kepala. Bila Anda ingin rambut model kelihatan, kami sarankan gunakan gel pada rambut. Selanjutnya perhatikan juga pakaian model yang mudah bergerak saat meloncat, dasi misalnya. Bila model mengunakan dasi sebaiknya gunakan peniti untuk mengikatnya agar tidak

UNIKNYA FOTO LEVITASITerinspirasi dari karya karya fotografi Natsumi Hayashi di blognya http://yowayowacamera.com, kami Tim Bengkel Fotografi Humas BMKG tertarik untuk mencoba mempraktekannya dan berbagi pengalaman kepada Anda.

R a g a m

| EDISI 01/2013

34

Page 35: Hujan Bukan Faktor Utama

terlihat bergerak. Buatlah model terlihat seperti melayang, bukan meloncat.

Siapkan kamera dengan shutter speed tinggi untuk menangkap model melayang agar lebih fokus. Kemudian manfaatkan Burst Mode (Continuous Shooting). Kami menggunakan Shutter Speed 250 dengan diafragma 3,5. Untuk pencahayaan cukup dengan mebuka tirai jendela perpustakaan dan menyalakan lampu ruangan, tanpa menggunakan blitz.

Kemudian fotografer memilih posisi low angle (ambil dari sudut bawah) agar model terlihat tinggi melayang. Merunduk, jongkok, dan tiduran adalah posisi yang baik untuk foto lavitasi. Kami melakukannya juga dari beberapa sisi model untuk mendapatkan efek melayang yang sangat kuat.

Semua telah siap. Satu.. dua.. tiga! Model melompat, dan saat itulah jepretan kamera dimulai. Model tampak rileks, melayang sambil membaca buku dengan posisi bersila. Kami dapatkan foto melayang seolah-olah model duduk bersila tanpa menempel di lantai, melawan gravitasi. Ekspresi model rileks, layaknya seorang yang sedang membaca buku. Kemudian model pendukung memperhatikan gerakan melayang dari sudut berbeda.

Jepreet…Jepreet… Jadilah foto seorang pembaca buku dengan posisi melayang. Menarik bukan? Sampai ketemu lagi dan salam fotografi. O O (tk/rz/rh)

Tips Membuat Foto Levitasi Tanpa Editing

• Fotografi levitasi berbeda dengan jump shot. Levitasi harus memperlihatkan model yang seakan melayang alami tanpa terlalu banyak ekspresi wajah.

• Foto levitasi tanpa editing dapat dilakukan dengan kamera professional (DSLR) maupun kamera biasa (kamera ponsel, kamera saku)

• Foto levitasi dengan kamera DSLR, bisa memanfaatkan Burst Mode (Continuous Shooting). Dengan sekali menekan tombol shutter, langsung menghasilkan beberapa jepretan sekaligus. Foto-foto hasil jepretan dengan Burst Mode dari kamera DSLR dapat dipilih mana yang paling pas mendapatkan momen “melayang”

• Foto levitasi dapat dilakukan dengan kamera non-profesional, namun lebih tricky karena mengandalkan ketepatan menekan tombol rana saat model melompat.

• Pastikan cahaya cukup, agar bayangan terbentuk sehingga efek model sedang melayang lebih terlihat.• Gunakan shutter speed tinggi untuk menangkap model yang melayang dengan lebih fokus (freeze motion). Cahaya yang

cukup sangat berperan untuk mendapatkan shutter speed tinggi.• Gunakan low angle, agar model terlihat tinggi melayang.

| EDISI 01/2013

35

Page 36: Hujan Bukan Faktor Utama

Opini

Bencana alam telah menjadi “tamu akrab” yang sering datang ke wilayah Indonesia,

seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, puting beliung, dan angin kencang. Kita menjadi perihatin ketika melihat siaran media massa tentang dampak yang ditimbulkan dari bencana alam. Banyak saudara kita yang telah menjadi korban amukan bencana alam.

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Suatu bencana tidak dapat dicegah tetapi jumlah korban dapat diminimalisir. Maka, kita perlu membekali diri dengan sebuah kesiapan dan kesadaran terhadap kebencanaan. Sikap ini dapat kita pelajari dari negara Jepang yang notabene negara rawan terjadi bencana gempa bumi dan tsunami. Masyarakat Jepang telah “bersahabat” dengan bencana, mereka tak memiliki ketakutan tuk menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami. Justru,

Mereka telah menyiapkan diri tuk menghadapi bencana alam.

Sikap keluwesan mereka dalam menghadapi bencana dapat mengurangi jumlah korban jiwa. Hal ini dapat dilihat dari kejadian gempa bumi dan tsunami waktu itu. Meskipun gempa yang terjadi berkekuatan besar, tetapi tidak memakan jumlah korban yang besar.

Sebuah pertanyaan yang harus dijawab saat ini, mengapa kita perlu belajar dari negara Jepang? Saat ini, masyarakat Indonesia masih kurang mendapatkan pendidikan tentang kebencanaan. Masyarakat

Indonesia merupakan salah satu negara di Benua Asia yang rentan terhadap bencana. Tak jarang bencana yang terjadi sering memakan jumlah korban jiwa serta menghancurkan harta benda. Bencana alam dapat datang sewaktu-waktu dan tidak memandang lokasi yang ditujunya. Kita sebagai manusia tak kuasa menolak datangnya bencana, tapi kita dapat meminimalisir jumlah korban dan harta benda. Kesiapsiagaan terhadap kebencanaan dapat diperoleh dari pendidikan sadar bencana melalui media massa. Lantas, apakah media massa saat ini telah memberikan edukasi kebencanaan?

Oleh: Dwi Rini Endra Sari

MEDIA BANGUN PENDIDIKAN KEBENCANAAN

| EDISI 01/2013

36

Page 37: Hujan Bukan Faktor Utama

Indonesia masih mengandalkan peran pemerintah dalam mengatasi bencana. Akibatnya, masih banyak jumlah korban akibat bencana alam dan masalah baru bermunculan karena ketidaksiapan kita menghadapinya.

Media Massa Mengedukasi KebencanaanMedia massa tak hanya menyebarkan informasi saat bencana terjadi, tetapi media diharapkan dapat memberikan informasi sebelum bencana terjadi, tentang bagaimana cara menyelematkan diri dari bencana alam dan informasi tentang karakteristik kebencanaan. Selain itu, media juga harus mampu memberikan informasi tentang langkah-langkah yang ditempuh setelah bencana terjadi.

Komunikasi menjadi kunci pelaksanaan pendidikan kebencanaan yang menggunakan bermacam-macam media baik berupa audio (siaran radio), visual (poster, leaflet, booklet, buku saku, berita surat kabar ataupun audiovisual (siaran televisi).

Implementasi program pendidikan kebencanaan dilakukan kepada seluruh lapisan adat. Selain itu, perlu adanya jalinan dukungan dan kesepahaman untuk peduli pada pendidikan kebencanaan dari berbagai pihak dan para pemangku kepentingan. Peningkatan dan pembangunan kemampuan dalam menghadapi bencana perlu dilakukan.

Keberhasilan dari proses pembelajaran tentang kebencanaan akan membentuk sikap sadar bencana dengan ciri-ciri sebagai berikut: • Masyarakat tanggap dalam

mengambil sikap secara mandiri dan spontan.

• Mayarakat memiliki keterampilan

dalam berfikir dan dapat hidup di daerah atau wilayah yang rawan bencana.

• Terbentuknya sistem kemitraan dan kelompok kerja dalam melakukan penanggulangan bencana.

• Masyarakat dapat melakukan pemecahan masalah kebencanaan di daerahnya (problem solving).

• Masyarakat mampu melakukan pengambilan keputusan secara tepat untuk mengatasi bencana di daerahnya.

Media massa harus lebih cerdas dalam memberikan informasi kepada masyarakat, terutama informasi yang mengandung pendidikan mitigasi bencana agar terbentuk masyarakat yang mandiri dan mawas diri terhadap bencana. O O

| EDISI 01/2013

37

Page 38: Hujan Bukan Faktor Utama

Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana alam. Kita tak dapat

menduga secara pasti kapan dan dimana datangnya bencana alam, kita hanya dapat memprakirakan dan memprediksinya. Inilah yang mendorong manusia agar bersikap waspada dan mengatisipasi timbulnya korban jiwa dan kerugian harta benda.

Pemahaman dan pengetahuan akan perilaku alam dan apa saja yang dilakukan sebelum, saat, dan sesudah bencana dapat diperoleh dari berbagai informasi. Saat ini, masyarakat lebih cenderung dan sering mengandalkan media massa cetak, elektronik, dan online sebagai wacana informasi.

Peristiwa dan kejadian alam mendorong berbagai Instansi pemerintah dan kementerian yang memiliki lingkup kerja pada kebencanaan lebih mencanangkan dan memikirkan strategi serta langkah-langkah yang akan diambi secara cepat, tepat, dan akurat.

BMKG merupakan salah satu lembaga non kementerian yang bertugas memberikan pelayanan dan penyajian data informasi meteorologi, klimatologi, kualitas, dan geofisika yang akurat, tepat guna, cepat, lengap dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Dari tahun ke tahun, BMKG terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik akan kebutuhan informasi. Salah satu langkah yang diambil untuk mempercepat penyebaran data dan informasi cuaca, gempa bumi dan tsunami kepada masyarakat adalah

menggandeng media massa sebagai mata rantai penyebaran informasi kepada masyarakat.

Media massa memiliki kebutuhan akan informasi yang akurat dan cepat untuk diinformasikan kepada masyarakat. Tentunya, Media massa terus menggali informasi yang memiliki nilai berita cukup tinggi kepada masyarakat, salah satunya, informasi akan kebencanaan.

Mengelola Hubungan Media, Meluaskan Informasi MKG kepada Masyarakat Menjaga hubungan baik dengan media massa suatu keharusan bagi suatu lembaga, kementerian, dan instansi pemerintah, maupun swasta apabila ingin membumikan dan mempercepat penyebaran informasi. Inilah, yang nantinya akan menciptakan publikasi yang positif sehingga dapat menciptakan persepsi publik yang baik dan pada akhirnya akan menciptakan citra positif.

Media massa merupakan suatu lembaga yang memiliki kebebasan dan otoritas yang tidak dapat dikontrol oleh lembaga negara, kontrol tersebut datang dari hati nurani para pekerja media massa selain itu, juga dari publik ataupun konsumennya. Media massa yang merupakan suatu media sebagai “lidah” informasi kepada masyarakat tak dapat dipisahkan dari suat instansi atau kelembagaan, oleh karena itu perlu adanya hubungan yang harmonis. Pendekatan yang harmonis dengan media massa tak hanya diukur dengan suatu materi, tetapi dari rasa kemanusiaan.

Pengakuan martabat media massa

merupakan salah satu contoh dari menjalin kekerabatan yang poistif dan harmonis. Kekerabatan yang terjalin dengan baik menjadikan suatu hubungan terhindar dari salah pengertian dan rasa curiga.

Saat bencana alam terjadi, seperti banjir, angin kencang, cuaca ekstrim, gempa bumi dan tsunami, kantor BMKG penuh didatangi beberapa puluhan media massa cetak dan elektronik, mereka mencari informasi terkait kejadian bencana alam.

Tak heran jika di Kantor BMKG Pusat bersileweran para pekerja media massa, kondisi ini tampak saat kejadian banjir 17 Januari 2013 ketika ibu kota dilanda banjir dan diguyur hujan. BMKG pun terus mengupdate informasi yang nantinya akan disebarluaskan kepada masyarakat.

“Wah, sudah berapa media massa yang datang ke kantor BMKG Pusat,?”celoteh salah satu reporter media massa. “Pastinya sudah banyak yah, bu?” lanjutnya.

“BMKG telah cepat dalam memberikan informasi yang akurat terkait kejadian bencana alam,”tutur DW Global TV. DW mengutarakan nara sumber BMKG selalu bersedia ketika diminta untuk wawancara.

Sadarkah kita akan pentingnya media massa dalam menyebarkan informasi?Media massa sebagai penyambung informasi kepada masyarakat yang memiliki jangkauan yang luas. Keberadaan media massa tak dapat diabaikan dan tak dapat dihindari, media massa merupakan mata rantai informasi. O O (rn)

Media Massa Lidah Informasi

Antar Kita

| EDISI 01/2013

38

Page 39: Hujan Bukan Faktor Utama

“Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of

changing himself.”Leo Tolstoy

Page 40: Hujan Bukan Faktor Utama

SAVE OUR EARTH

Selamat Hari Meteorologi Dunia Ke-6323 Maret 2013

Segenap pimpinan dan staf BMKG mengucapkan:

Informasi Meteorologi:Telp.: +62-21-6546315

email: [email protected]

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA (BMKG)

Informasi Klimatologi:email : [email protected]

Informasi Geofisika:Telp.: +62-21-6546316

email: [email protected]

Hubungan Masyarakat:Email: [email protected]

“Cermati Cuaca untuk Perlindungan Jiwa dan Harta “