Diagnosis Ditegakkan Bila Ditemukan 2 Atau Lebih Gejala Mayor Atau 1 Gejala Mayor Dan 2 Gejala Minor
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GEJALA...
Transcript of HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GEJALA...
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN GEJALA
GANGGUAN PENCERNAAN PADA SANTRIWATI
PONDOK PESANTREN SIROJUL MUKHLASIN II
PAYAMAN MAGELANG TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Disusun Oleh:
MUSTAFIQOTUN NIKMAH1111104000050
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCESCHOOL OF NURSINGSYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OFJAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Mustafiqotun Nikmah, NIM: 1111104000050
The Relationship between The Level of Stressed and Indigestion on FemaleStudent (Santriwati) in Sirojul Mukhlasin II Islamic Boarding SchoolPayaman Magelang in 2015
xix + 102 pages + 16 tables + 2 charts + 1 illustration + 15 attachments
ABSTRAC
Indigestion is one of the health problems that exist in society. In the world, it isincluded in the top 10 deadliest diseases, in 2012 approximately of 1.5 millionpeople died due to indigestion, and in Indonesia, causing 30% of deaths. Thesymptoms of indigestion may be caused by the stress. This research aims todiscover the relationship of stress levels with symptoms of indigestion. Thisresearch implemented on female student of Sirojul Mukhlasin II Islamic BoardingSchool Payaman Magelang. It is designed with analytical correlative quantitativestudy with cross-sectional study (α = 0,05). The respondence is amounted by 157students and were taken using propotionate stratified random sampling technic.The instrument used was a questionnaire. Analysis of data using univariate andbivariate analysis (Spearman Rank Correlation test). The results showed that forthe level of stress, 12.7% belong to the category of severe stress levels, 73.2%medium stress level category, and 14.0% mild stress level category. As for thesymptoms of indigestion, 23.6% belong to the category of severe gastrointestinalsymptoms, 52.9% medium category, and 23.6% mild category. There is a strongrelationship between stress levels with symptoms of gastrointestinal disorders infemale student in Sirojul Mukhlasin II Islamic Boarding School PayamanMagelang (p = 0.000, r = 0.68). The results of this study are expected to increaseself-awareness female student to be able to use good stress management and mayalso be a consideration for the boarding school and health professionals to be ableto work towards the promotion of health in boarding school environment.
Keywords : Female Students (Santriwati), Islamic Boarding School, StressLevels, Symptoms Indigestion
Reference: 117 (1984-2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Mustafiqotun Nikmah, NIM: 1111104000050
Hubungan Tingkat Stres Dengan Gejala Gangguan Pencernaan PadaSantriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman MagelangTahun 2015
xix + 102 halaman + 16 tabel + 2 bagan + 1 gambar + 15 lampiran
ABSTRAK
Gangguan pencernaan merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada dimasyarakat. Di dunia termasuk dalam 10 besar penyakit mematikan, tahun 2012sekitar 1,5 juta orang meninggal disebabkan oleh penyakit terkait saluranpencernaan dan di Indonesia menyebabkan sekitar 30% kematian. Gejalagangguan pencernaan dapat disebabkan salah satunya oleh adanya stres.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan gejalagangguan pencernaan. Penelitian ini dilaksanakan pada santriwai di PondokPesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang. Merupakan penelitian dengandesain analitik kuantitatif correlative study dengan pendekatan cross-sectionalstudy (α = 0,05). Responden berjumlah 157 orang yang diambil menggunakanteknik propotionate stratified random sampling. Instrumen yang digunakanadalah kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat (ujiKorelasi Spearman Rank). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tingkatstres, 12,7% termasuk ke dalam kategori tingkat stres berat, 73,2% kategoritingkat stres sedang, dan 14,0% kategori tingkat stres ringan. Sedangkan untukgejala gangguan pencernaan, 23,6% termasuk ke dalam gejala pencernaankategori berat, 52,9% kategori sedang, dan 23,6% kategori ringan. Ada hubunganyang kuat antara tingkat stres dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwatidi Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang (p = 0.000, r =0.685). Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dirisantriwati untuk dapat menggunakan manajemen stres yang baik dan juga dapatmenjadi pertimbangan bagi pihak pondok pesantren maupun tenaga kesehatanuntuk dapat bekerjasama melakukan promosi kesehatan di lingkungan pondokpesantren.
Kata kunci: Santriwati, Pondok Pesantren, Tingkat Stres, Gejala GangguanPencernaan
Referensi: 117 (1984-2015)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi / Personal Details
Nama / Name : Mustafiqotun Nikmah
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Magelang, 08 Agustus 1993
Jenis Kelamin / Gender : Perempuan
Status Marital / Marital Status : Belum Menikah
Agama / Religion : Islam
Warga Negara / Nationality : Indonesia
Alamat / Address : Pabelan IV RT/RW 001/009, Pabelan, Mungkid,
Magelang, Jawa Tengah
Nomor Telepon / Phone : 0856 9791 3110/0821 3499 8549
Email : [email protected]
Jenjang Pendidikan/Education Information
Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jenjang
2011 - Sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
S1 Program Studi
Ilmu
Keperawatan
2008 - 2011Yajri Payaman, Secang, Magelang,
Jawa TengahMA
2005 - 2008Yajri Payaman, Secang, Magelang,
Jawa TengahMTs
1999 - 2005SDN Pabelan III, Pabelan,
Mungkid, Magelang, Jawa TengahSD
1998 - 1999TK PGRI Pabelan III, Pabelan,
Mungkid, Magelang, Jawa TengahTK
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tiada ungkapan yang indah dari makhluk yang lemah selain untaian kata
alhamdulillah atas segala karunia, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Sang Pembimbing umat Al Musthofa Sayyidina Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Berawal dari niat, beranjak untuk bergerak meskipun langkah terseok-
seok, keraguan yang selalu menghantui, kurangnya pengalaman dan pengetahuan
yang serba terbatas, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
sangat berterima kasih kepada Allah swt yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama nikmat ilmu selama prosesnya
karena penulis sepenuhnya menyadari bahwa pada hakikatnya seluruh ilmu yang
dimiliki manusia hanyalah pemberian Allah semata. Selain itu, dalam hal ini
tentunya tidak lepas dari bantuan, motivasi dan do’a restu orang-orang tercinta.
Ungkapan terima kasih penulis haturkan kepada segenap pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini, utamanya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc selaku pembimbing 1 dan Bapak
Karyadi, PhD selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta meluangkan tenaga
dan waktu yang sangat bernilai dari awal hingga akhir dengan sabar.
x
4. Ibu Ns. Nuraini Agustini, S.Kep, M. Sc selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberi arahan dan motivasi dari awal masuk kuliah hingga saat
ini .
5. Pihak Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa secara penuh
melalui PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) kepada penulis untuk
melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
6. Sahabat-sahabati dalam naungan rumah CSS MoRA (Community of Santri
Scholars of Ministry of Religious Affairs), baik CSS MoRA Nasional maupun
CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia) sebagai keluarga yang memberikan semangat,
inspirasi dan ilmu yang tak henti-hentinya.
7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah
memberi masukan dan motivasi serta membantu proses pembuatan proposal
skripsi ini.
8. Pihak Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang yang
mengizinkan penulis melakukan penelitian tempat tersebut serta santriwati-
santriwati yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Abah KH. Minanurrohman Anshori serta Ibu Nyai Hj. Dikriyah yang selalu
memberi nasehat, do’a serta arahan sejak sebelum kuliah hingga saat ini.
10. Teristimewa untuk Ayahanda Muhlas dan Ibunda Thofingah yang senantiasa
mendoakan dan menyemangati penulis, serta keempat saudara-saudaraku
tercinta yang selalu memotivasi, membantu dan mendo’akan penulis untuk
dapat menyelesaikan tepat waktu.
11. Sahabat-sahabat satu kos yang telah menemani, menghibur, mengingatkan,
dan menasehati penulis selama di perantauan ini.
12. Kawan-kawan seperjuangan PSIK angkatan 2011 yang bersama-sama
berjuang, terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman dan kenangan yang
luar biasa.
Atas bantuan dan segala amal baiknya, semoga Allah SWT membalas
pahala yang setimpal. Besar harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
xi
“Tiada gading yang tak retak” karena penulis hanyalah insan biasa yang
tak luput dari kesalahan dan kekurangan, maka dari itu sangat mengharap saran
kritik yang bersifat membantu dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi
ini.
Teriring do’a Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Achsanal Jaza’.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, Juli 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
ABSTRACT.......................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................... v
PERNYATAAN PENGESAHAN....................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 7
1.4. Tujuan Penelitian...................................................................................... 7
1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................... 7
1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 7
1.5. Manfaat Penelitian.................................................................................... 8
1.5.1. Bagi Santri......................................................................................... 8
1.5.2. Bagi Pondok Pesantren ..................................................................... 8
1.5.3. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan ................................. 9
1.5.4. Bagi Peneliti ...................................................................................... 9
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 11
2.1. Konsep Stres........................................................................................... 11
2.1.1. Pengertian........................................................................................ 11
2.1.2. Proses .............................................................................................. 11
2.1.3. Penyebab Stres ................................................................................ 13
2.1.4. Jenis Stres........................................................................................ 15
xiii
2.1.5. Tahapan dan Tingkatan Stres .......................................................... 15
2.1.6. Respon dan Manifestasi Fisiologis Tubuh Terhadap Stres ............. 17
2.1.7. Respon dan Manifestasi Psikologi Terhadap Stres ......................... 19
2.1.8. Dampak Stres pada Berbagai Sistem .............................................. 19
2.1.9. Cara Mengatasi Stres....................................................................... 22
2.1.10. Pengukuran Stres............................................................................. 23
2.2. Konsep Gangguan Pencernaan ............................................................... 24
2.2.1. Gangguan Pencernaan..................................................................... 24
2.2.2. Gambaran Klinis ............................................................................. 25
2.2.3. Faktor Penyebab.............................................................................. 25
2.2.4. Patofisiologi Gangguan Pencernaan Terkait Stres .......................... 26
2.2.5. Komplikasi ...................................................................................... 30
2.2.6. Pengukuran Gejala Gangguan Pencernaan ..................................... 30
2.3. Pondok Pesantren ................................................................................... 32
2.3.1. Pengertian........................................................................................ 32
2.3.2. Kategori Pondok Pesantren ............................................................. 32
2.3.3. Gambaran Umum Pondok Pesantren .............................................. 33
2.4. Penelitian Terkait ................................................................................... 35
2.5. Kerangka Teori ....................................................................................... 37
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DANHIPOTESIS PENELITIAN ................................................................. 38
3.1. Kerangka Konsep ................................................................................... 38
3.2. Definisi Operasional............................................................................... 38
3.3. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 43
4.1. Desain Penelitian .................................................................................... 43
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................. 43
4.2.1. Waktu Penelitian ............................................................................. 43
4.2.2. Lokasi Penelitian............................................................................. 43
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 44
4.3.1. Populasi Penelitian .......................................................................... 44
4.3.2. Sampel Penelitian............................................................................ 45
4.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 49
4.4.1. Jenis Data ........................................................................................ 49
xiv
4.4.2. Instrument Penelitian ...................................................................... 49
4.4.3. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 53
4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 54
4.5.1. Uji Validitas .................................................................................... 54
4.5.2. Uji Reliabilitas ................................................................................ 55
4.6. Pengolahan Data..................................................................................... 57
4.7. Analisa Data ........................................................................................... 58
4.8. Etika Penelitian....................................................................................... 61
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 62
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian................................................................... 62
5.1.1. Sejarah Pondok Pesantren ............................................................... 62
5.1.2. Profil Pondok Pesantren.................................................................. 63
5.2. Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 66
5.2.1. Gambaran Demografi Santriwati di Pondok Pesantren SirojulMukhlasin II Payaman Magelang .................................................... 66
5.2.2. Gambaran Tingkat Stres Santriwati di Pondok Pesantren SirojulMukhlasin II Payaman Magelang .................................................... 68
5.2.3. Gambaran Gejala Gangguan Pencernaan Santriwati di PondokPesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang........................ 72
5.3. Hasil Analisis Bivariat............................................................................ 73
5.3.1. Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala Gangguan Pencernaan padaSantriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasi II Payaman Magelang...........................................................................................................73
5.3.2. Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Demografi Santriwati (usia,tingkat pendidikan dan lama mukim) Pondok Pesantren SirojulMukhlasin II Payaman Magelang .................................................... 74
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 77
6.1. Pembahasan Univariat ............................................................................ 77
6.1.1. Gambaran Demografi Santriwati di Pondok Pesantren SirojulMukhlasin II Payaman Magelang .................................................... 77
6.1.2. Gambaran Tingkat Stres Santriwati di Pondok Pesantren SirojulMukhlasin II Payaman Magelang .................................................... 82
6.1.3. Gambaran Gejala Gangguan Pencernaan Santriwati di PondokPesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang........................ 89
6.2. Pembahasan Bivariat .............................................................................. 91
xv
6.2.1. Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala Gangguan Pencernaan padaSantriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasi II Payaman Magelang...........................................................................................................91
6.2.2. Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Demografi Santriwati (usia,tingkat pendidikan dan lama mukim) Pondok Pesantren SirojulMukhlasin II Payaman Magelang .................................................... 94
6.3. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 98
BAB VII PENUTUP............................................................................................ 99
7.1. Kesimpulan............................................................................................. 99
7.2. Saran ..................................................................................................... 101
7.2.1. Bagi Santri..................................................................................... 101
7.2.2. Bagi Pondok Pesantren ................................................................. 101
7.2.3. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan ............................. 103
7.2.4. Bagi Peneliti .................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................................ 39
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang Tahun Ajaran 2014-2015 ..................................... 45
Tabel 4.2 Perhitungan Sampel Berdasarkan Strata/Tingkatan............................. 48
Tabel 5.1 Kegiatan Pokok di Asrama Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang............................................................................... 64
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan Usia di
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015
.............................................................................................................. 67
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang Tahun 2015 .......................................................................... 67
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan Lama Mukim
di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun
2015 ...................................................................................................... 68
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan Tingkat Stres
di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun
2015 ...................................................................................................... 69
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden Santriwati Berdasarkan
Usia di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Tahun 2015........................................................................................... 69
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden Santriwati Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang Tahun 2015 .......................................................................... 70
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden Santriwati Berdasarkan
Lama Mukim di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang Tahun 2015 .......................................................................... 71
xvii
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan Gejala
Gangguan Pencernaan di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang Tahun 2015 .......................................................... 72
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala Gangguan
Pencernaan pada Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang Tahun 2015 ....................................................... 73
Tabel 5.11 Hasil Uji Mann-Whitney Tingkat Stres Responden Santriwati Usia
Remaja Awal dan Remaja Akhir di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015 .................................. 74
Tabel 5.12 Hasil Uji Mann-Whitney Tingkat Stres Responden Santriwati
Pendidikan Diniyah Fomal Wustha dan Pendidikan Diniyah Formal
Ulya di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Tahun 2015......................................................................................... 75
Tabel 5.13 Hasil Uji Kruskal-Wallis Tingkat Stres Responden Santriwati Lama
Mukim < 1 Tahun, 1 hingga < 3 Tahun, dan ≥ 3 Tahun di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015...... 75
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informed Consent
Lampiran 2. Kuesioner Identitas Responden
Lampiran 3. Kuesioner Stres
Lampiran 4. Kuesioner Gejala Gangguan Pencernaan
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Tingkat Stres
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Gejala Gangguan
Pencernaan
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Data Tingkat Stres dan Gejala Gangguan
Pencernaan
Lampiran 8. Hasil Olah Data Analisis Univariat
Lampiran 9. Hasil Olah Data Analisis Bivariat
Lampiran 10. Nilai Mean, Standar Deviasi pada Data Tingkat Stres serta Kuartil
pada Data Gejala Gangguan Pencernaan
Lampiran 11. Izin Penggunaan Kuesioner Stres
Lampiran 12. Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
Lampiran 14. Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner Tingkat Stres
Lampiran 15. Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner Gejala
Gangguan Pencernaan
xix
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adreno-Corticotropic HormoneBAB : Buang Air BesarCRF : Corticotropin Releasing FactorENS : Enteric Nervous SystemFGID : Functional Gastrointestinal DisorderFKM : Fakultas Kesehatan MasyarakatGAS : General Adaptation SyndromeHPA : Hipotalamus-Pituitari-AdrenalIBS : Irritable Bowel SindromeISID : Institud Study Islam DarussalamK : KuartilIPB : Institut Pertanian BogorLAS : Local Adaptation SyndromeMA : Madrasah AliyahMAK : Madrasah Aliyah KejuruanMI : Madrasah IbtidaiyahMTs : Madrasah TsanawiyahPOSKESTREN : Pos Kesehatan PesantrenPTSD : Post-Traumatic Stress DisorderRI : Republik IndonesiaSD : Sekolah DasarSD : Standar DeviasiSDM : Sumber Daya ManusiaSKB : Surat Keputusan BersamaSLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat AtasSLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat PertamaSMA : Sekolah Menengah AtasSMK : Sekolah Menengah KejuruanSMP : Sekolah Menengah PertamaSMU : Sekolah Menengah UmumSSP : Susunan Saraf PusatTD : Tekanan DarahWHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesantren secara teknis merupakan tempat tinggal para santri,
sebagai laboratorium kehidupan, berada dengan suatu kondisi totalitas,
belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspek (Wahid,
2001). Selain itu, menurut K.H. Imam Zarkasyi, pondok pesantren
merupakan lembaga pendidikan islam dengan sistem asrama (boarding
school), kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang
menjiwai (Suismanto, 2004).
Berdasarkan pendataan pondok pesantren tahun 2011-2012, terdata
27.230 pondok pesantren yang tersebar di Indonesia. Populasi terbesar
berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten yang
berjumlah 78,60% dari jumlah seluruh pondok pesantren di Indonesia.
Berdasarkan tipologi pondok pesantren, bahwa pondok pesantren yang ada
di Indonesia terdapat 5.044 (18,52%) sebagai pondok pesantren
kombinasi, yang pembelajarannya telah mengkombinaskan pembelajaran
kitab kuning dan ilmu science dan iptek. Sedangkan jumlah santri secara
keseluruhan adalah 3.759.198 orang santri, terdiri dari 1.886.748 orang
santri laki-laki (50,19%), dan 1.872.450 orang santri perempuan (49,81%)
(Analisis Statistik Pendidikan Islam 2011/2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 350 siswa yang dipilih
dari berbagai sekolah asrama atau boarding school (Malaysia, China, India
dan lainnya) menunjukkan bahwa 44,9% mengalami stress, dimana yang
2
menjadi stressor tertinggi adalah terkait akademik (Wahab dkk., 2013).
Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan di Al-Furqon Boarding
School, hal yang membuat siswa stres ialah terkait tuntutan akademik,
relasi sosial dan peraturan (Sulaeman, Ratri F. & Joefiani, P., 2014).
Setiap orang mengalami sesuatu yang disebut stres sepanjang
kehidupannya. Stres dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan
pertumbuhan, dan dalam hal ini suatu stres adalah positif dan bahkan
diperlukan. Namun demikian, terlalu banyak stres dapat mengakibatkan
penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk
mengatasi atau koping terhadap masalah (Potter & Perry, 2005). Stres erat
kaitannya dengan berbagai rangkaian reaksi tubuh yang merugikan
kesehatan. Berbagai gangguan mekanisme hormonal (penurunan serotonin
dan katekolamin), peningkatan asetilkolin akan menimbulkan
hipersimtomatik sistem gastrointestinal yang akan meningkatkan
peristaltik dan sekresi asam lambung (Tarigan, 2003 dalam Susanti dkk.,
2011).
Stres dapat mempengaruhi fungsi beberapa sistem dan proses
dalam tubuh (Corwin, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
beberapa veteran Amerika dan Inggris yang kembali dari Afghanistan dan
Irak yang mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD),
sehubungan dengan penyakit yang dilaporkan menunjukkan bahwa
penyakit yang paling umum adalah penyakit sistem pencernaan (Osorio
dkk., 2012).
3
Stress adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan
atau tekanan (stimulus stressor). Pada sistem pencernaan, dapat berakibat
iskemia mukosa lambung dan sekresi asam lambung. Akibat lain adalah
konstipasi, diare, kolitis ulserativa, dan penyakit Crohn. Pengaruh stressor
terhadap tubuh bersifat perorangan (atau tergantung kepribadian orang
itu), kemampuan koping, kondisi lingkungan, sifat stressor, durasi
stressor, lamanya stressor dan tergantung beberapa faktor (Hartono,
2007;Praag dkk., 2004). Stres dapat meningkatkan motilitas pada
esofagus, lambung, usus kecil, usus besar dan kolon. Abnormal dari
motilitas dapat menghasilkan berbagai gejala gastrointestinal mencakup
muntah, diare, sembelit, sakit perut akut, dan inkontinensia tinja
(Drossman & Swantkowski, 2006).
Gangguan pencernaan adalah gejala yang sangat sering dijumpai
namun memiliki arti berbeda bagi orang yang berbeda, bisa berupa nyeri
abdomen, sulit menelan, refluks asam, nyeri retrostenal, dan lain-lain.
Selain itu, bisa juga merupakan gejala dari banyak penyakit penting,
termasuk ulkus peptikum, kanker lambung, dan refluks esofagus (Gleadle,
2007). Hal tersebut seringkali menunjukkan gejala-gejala yang cukup
mengganggu, sehingga jika tidak mendapatkan penanganan dapat menjadi
gangguan kronis dan menyebabkan penyakit (Aksono & Aksono,2009).
Di dunia, penyakit terkait saluran pencernaan termasuk dalam 10
besar penyakit mematikan. Data WHO (World Health Organization) pada
tahun 2012 menunjukkan bahwa sekitar 1,5 juta orang meninggal
disebabkan oleh penyakit terkait saluran pencernaan, salah satunya adalah
4
diare (WHO, 2014). Sedangkan di Indonesia sendiri, penyakit pencernaan
dan penyakit tidak menular yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar
30% kematian (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan survey yang dilakukan pada 40 sekolah yang terdapat
di Gunma Jepang, dari 3.976 siswa terdapat 552 siswa (13,9%) memenuhi
kriteria gangguan fungsional pencernaan berdasarkan ROME III
Diagnostic Questionnaire. Prevalensi secara signifikan lebih tinggi pada
siswa perempuan (Sagawa dkk., 2013). Begitu pula di Indonesia, menurut
penelitian Makmun dkk. (2014), bahwa perempuan paling rentan terkena
penyakit gangguan pencernaan, yang mana penderita kanker usus di
Indonesia meningkat pada perempuan.
Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal yang membahayakan fungsi sistem pencernaan: stres, kebiasaan
makan yang buruk, pengobatan yang menyebabkan iritasi, infeksi kronis,
dan hadirnya bakteri dalam sistem pencernaan. Gejalanya bisa berupa sakit
perut, mual-mual, sembelit, rasa tidak nyaman pada usus, diare, radang
usus, dan rasa panas pada perut (Aksono & Aksono, 2009). Sebuah
penelitian yang menunjang, yang telah dilakukan di Jepang pada seseorang
yang memenuhi kriteria gangguan pencernaan berdasarkan ROME III
Diagnostic Questionnaire, menunjukkan bahwa hal tersebut dipengaruhi
oleh kebiasaan tidur dan makan yang buruk, diet, olahraga, dan faktor
gaya hidup lainnya, serta stres yang berlebihan (Miwa, 2012).
Berkaitan dengan stres dan gangguan pencernaan, hasil penelitian
yang dilakukan pada mahasiswa IPB (Institut Pertanian Bogor)
5
menunjukkan bahwa tingkat stres berhubungan nyata dengan gejala
dispepsia, yaitu semakin tinggi tingkat stres akan berhubungan dengan
sering munculnya gejala dispepsia (Susanti dkk., 2011). Adapun hasil
penelitian yang dilakukan di Korea menunjukkan bahwa rata-rata total
score stres kehidupan (stres terkait hubungan intrpersonal seperti dengan
teman dan keluarga, dan terkait tugas sehari-hari seperti tugas akademik
dan ekonomi) pada pasien konstipasi secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol yang sehat tanpa konstipasi (You dkk.,
2009).
Stres dan gangguan pencernaan jika tidak ditangani sejak dini akan
berdampak pada kualitas hidup seseorang, kehidupan sosial, dan akademik
terutama untuk yang masih di bangku sekolah. Stres yang parah juga akan
memperburuk kesehatan fisik secara keseluruhan dan akan meningkatkan
beban ekonomi untuk pengobatan (Khan & Chaudary, 2014; Talley,
2008). Selain itu hasil penelitian berbasis survey populasi di Korea Selatan
pada 2014 subyek menunjukkan bahwa stres menempati peringkat
tertinggi (73,5%) sebagai faktor resiko terjadinya kanker lambung (Oh
dkk., 2009).
Peran perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan
kesehatan dan mencegah penyakit. Aktivitas keperawatan yang dapat
dilakukan diantaranya dengan pendidikan dan konseling kesehatan
(Asmadi, 2008). Salah satu pendidikan dan konseling kesehatan yang
dapat dilakukan pada santri antara lain terkait manajemen stres agar tidak
berdampak pada kesehatan lainnya. Selain itu peran perawat juga sebagai
6
advokasi, yang mana salah satu prinsip advokasi adalah realistis, salah
satunya dari hasil sebuah penelitian (Efendi & Makhfudli, 2009).
Advokasi yang dapat dilakukan bagi santri diantaranya adalah
menyampaikan kebutuhan santri ke pihak pondok pesantren.
1.2. Rumusan Masalah
Tingginya kasus keluhan gejala gangguan pencernaan yang dialami
oleh santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang, yang mana hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tahun
2014 dengan menggunakan kuesioner gejala gangguan pencernaan yang
dimodifikasi dari ROME III Diagnostic Questionnaire dan Metagenics
Health Appraisal Questionnaire dari Health World Limited (2014), dari
30 santriwati, 4 diantaranya masuk ke dalam keluhan gejala gangguan
pencernaan kategori berat, 22 santriwati kategori sedang, dan 4 santriwati
lagi dalam kategori ringan. Selain itu, didapatkan juga data yang sama
terkait tingkat stres yang menggunakan alat ukur stres modifikasi dari
Stress Indicators Questionnaire dari The Counseling Team International.
Melihat dua fenomena tersebut, yaitu tingginya kasus yang
mengalami gejala gangguan pencernaan dan juga tingkat stres, maka
peneliti tertarik ingin melihat apakah ada hubungan antara tingkat stres
dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang.
7
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.3.1. Bagaimana gambaran demografi santriwati (usia, tingkat
pendidikan dan lama mukim) Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin
II Payaman Magelang?
1.3.2. Bagaimana gambaran tingkat stres santriwati Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang?
1.3.3. Bagaimana gambaran gejala gangguan pencernaan santriwati
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang?
1.3.4. Bagaimana hubungan tingkat stres dengan gejala gangguan
pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang?
1.3.5. Bagaimana perbedaan tingkat stres berdasarkan demografi
santriwati (usia, tingkat pendidikan dan lama mukim) Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat stres dengan gejala gangguan
pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran demografi santriwati (usia, tingkat
pendidikan dan lama mukim) Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang.
8
b. Mengetahui gambaran tingkat stres santriwati Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang.
c. Mengetahui gambaran gejala gangguan pencernaan santriwati
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang.
d. Mengetahui hubungan tingkat stres dengan gejala gangguan
pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin
II Payaman Magelang.
e. Mengetahui perbedaan tingkat stres berdasarkan demografi
santriwati (usia, tingkat pendidikan dan lama mukim) Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Santri
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran santri
untuk dapat menggunakan manajemen stres yang baik dengan
dilakukannya pendidikan kesehatan, sehingga dapat mengurangi
timbulnya gangguan atau masalah pencernaan dan dampak pada kesehatan
lainnya
1.5.2. Bagi Pondok Pesantren
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi salah satu
pengelolaan Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) dalam upaya
promotif dan preventif kesehatan bagi santri, yang mana POSKESTREN
di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II ini masih dalam proses dirintis
dari awal. Sesuai yang disebut oleh Soeparmanto, dkk. Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (2007)
9
bahwa kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan POSKESTREN, lebih
diutamakan dalam hal pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) dan
preventif (pencegahan).
1.5.3. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian keperawatan
selanjutnya. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih rinci
mengenai masalah yang sama di wilayah/pondok yang sama atau di
wilayah/pondok lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
rujukan tambahan untuk melakukan pengabdian ke masyarakat, khususnya
Keperawatan Anak terkait kesehatan di lingkungan pondok pesantren.
1.5.4. Bagi Peneliti
Diantaranya dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di
bangku perkuliahan, mewujudkan salah satu bentuk kontribusi atau
pengabdian terhadap pondok pesantren dalam meningkatkan kesehatan
para santri, menjadi bahan proses belajar, menambah pengalaman,
pengetahuan serta wawasan bagi peneliti, mengetahui secara langsung
masalah kesehatan yang ada di pondok pesantren, dan juga sebagai bahan
untuk pengabdian peneliti di pondok pesantren tersebut.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres
dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang. Merupakan penelitian dengan
desain analitik kuantitatif correlative study dengan pendekatan cross-
10
sectional study. Pengumpulan data primer menggunakan instrumen
kuesioner gejala gangguan pencernaan yang dimodifikasi dari ROME III
Diagnostic Questionnaire dan Metagnics Health Appraisal Questionnaire
dari Health World Limited (2014) dan kuesioner stres yang diadopsi dari
kuesioner stres yang telah dibuat untuk mengukur tingkat stres santri pada
penelitian sebelumnya di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kebon Jeruk
Jakarta Barat, serta data demografi yang disebarkan langsung kepada
responden. Subjek yang diteliti adalah santriwati di Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Kabupaten Magelang. Waktu penelitian
dari bulan Maret sampai April 2015.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Konsep Stres
2.1.1. Pengertian
Hans Selye, seorang pakar stres mendefinisikan stres sebagai
respon nonspesifik dari tubuh karena banyaknya tuntutan (Morrison-
Valfre, 2001). Stres merupakan keadaan yang dialami ketika ada sebuah
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan untuk mengatasinya
(Lazarus & Folkman, 1984). Sedangkan di dalam Al-Qur’an, untuk stres
telah menggunakan pemisalan yang memakai prinsip mekanika beban
untuk menggambarkan masalah yang dihadapi manusia. Secara
keseluruhan surat Al-Qur’an yang membahas konsep beban dalam
masalah manusia terdapat dalam surat Al-Insyirah ayat 1-8 (Hasan, 2008).
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa stres adalah respon
nonspesifik dari tubuh atas tuntutan yang dialami selama hidup ketika ada
perbedaan antara tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk
mengatasinya.
2.1.2. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah
dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan
lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang
kontinue, yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia
dengan lingkungan, yang di dalamnya termasuk perasaan yang dialami dan
12
bagaimana orang lain merasakannya. Dengan demikian setidaknya
terdapat tiga macam pendekatan (Hasan, 2008), yaitu:
a. Stres Sebagai Stimulus
Pendekatan stres sebagai stimulus terfokus pada lingkungan,
yakni bila individu yang bersangkutan mengidentifikasikan sumber
atau penyebab stres yang dialaminya adalah karena kejadian-kejadian
atau peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Kejadian atau peristiwa yang
dianggap mengancam atau merugikan, dengan sendirinya akan ada
perasaan tertekan yang disebut stressor.
b. Stres Sebagai Respon atau Tanggapan
Fokus pendekatan stres sebagai respon atau tanggapan, adalah
pada reaksi individu terhadap stressor. Ketika seseorang
menggunakan kata stres, maka yang dimaksudnya adalah keadaan
tegangnya itu sendiri. Respon atau reaksi individu tersebut
mengandung dua komponen yang saling berhubungan, yaitu
psikologis dan fisiologis. Kedua jenis respon tersebut juga disebut
ketegangan.
c. Stres Sebagai Interaksi antara Keduanya
Stres dapat dilihat sebagai proses yang mencakup stresor dan
ketegangan dengan ditambah dimensi penting lain, yaitu hubungan di
antara individu dan lingkungannya. Proses ini mencakup interaksi dan
penyesuaian yang terus menerus di antara individu dan lingkungannya
yang saling memengaruhi yang disebut transaksi. Menurut pendekatan
13
ini, stres bukan hanya merupakan stimulus atau respon, tetapi lebih
merupakan suatu proses dimana seseorang adalah agen yang aktif
yang dapat memengaruhi dampak stressor melalui strategi perilaku,
kognitif dan emosional yang dimilikinya. Oleh sebab itu, setiap
individu akan memberikan reaksi stres yang berbeda terhadap stressor
yang sama karena dipengaruhi oleh berbagai perbedaan yang dimiliki
masing-masing individu, baik dari aspek biologi, mental, spiritual,
maupun sosial.
2.1.3. Penyebab Stres
Menurut Grand (2000) dalam Sunaryo (2004), stres ditinjau dari
penyebabnya hanya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Penyebab Makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,
seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin dan kebangkrutan.
b. Penyebab Mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan
dimakan, dan antrian.
Taylor merinci beberapa karakteristik kejadian yang berpotensi
dan dinilai dapat menciptakan stressor (Taylor, 1991 dalam Nasir &
Muhith, 2011), yaitu:
a. Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stres daripada
kejadian positif.
14
b. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat
stres daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi.
c. Kejadian “ambigu” seringkali dipandang lebih mengakibatkan stres
daripada kejadian yang jelas.
d. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas (overload) lebih mudah
mengalami stres daripada orang yang memiliki tugas lebih sedikit.
Selain itu, menurut Yosep (2007), sumber stres yang lain pada
umumnya meliputi beberapa hal, diantaranya:
a. Hubungan Interpersonal
Dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami
konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan dengan bawahan dan
lain sebagainya.
b. Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi
kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat tinggal,
penggusuran dan lain-lain:
c. Keuangan
Masalah keuangan, misalnya pendapatan jauh lebih rendah
dari pengeluaran, terlibat utang, kebangrutan usaha dan lain
sebagainya.
d. Perkembangan
Masalah-masalah selama fase-fase perkembangan, misalnya
perubahan fisik saat masa remaja.
15
e. Lain-lain
Stressor kehidupan lainnya, misalnya faktor keluarga, bencana
alam, kebakaran, dan lain-lain.
2.1.4. Jenis Stres
Seorang pelopor besar dalam bidang stres, Selye dalam Lazarus
(2006) menunjukkan bahwa ada dua jenis stres, yaitu:
a. Distress, merupakan jenis yang destruktif, digambarkan dengan
kemarahan, agresi dan merusak kesehatan.
b. Eustress, merupakan jenis yang konstruktif, menghasilkan sesuatu
yang positif.
2.1.5. Tahapan dan Tingkatan Stres
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, maka Amberg
(psikiater) mengemukakan petunjuk tahapan stres sebagai berikut (Yosep,
2007), meliputi:
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai
perasaan semangat besar, penglihatan tajam, dan kemampuan
menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Pada tahap ini tanpa
disadari sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun
pagi merasa letih, lekas lelah menjelang sore dan sesudah makan,
tidak bisa santai, terkadang gangguan sistem pencernaan, jantung
berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena
cadangan tenaga tidak memadai.
16
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahap stres dengan keluhan keletihan
semakin nampak disertai gejala, seperti gangguan pencernaan lebih
terasa, otot semakin tegang, emosional, gangguan tidur, koordinasi
tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keadaan yang lebih
buruk yang ditandai, seperti untuk bisa bertahan sepanjang hari
terasa sulit, aktivitas jadi terasa sulit, respon tidak adekuat, dan
kegiatan rutin terganggu, gangguan tidur, konsentrasi menurun, serta
timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan
keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion),
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana,
gangguan pencernaan lebih sering, meningkatnya rasa takut dan
mirip panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres puncak,
seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin,
dan banyak keluar keringat, pingsan atau collaps.
Sementara itu, Potter & Perry (2005) menjelaskan perbedaan
tingkatan stres antara ringan, sedang dan berat. Stres ringan adalah stres
yang dihadapi oleh setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur,
kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan, biasanya berlangsung beberapa
menit atau jam. Stres sedang adalah stres yang berlangsung lebih lama,
dari beberapa jam sampai beberapa hari, misalnya perselisihan yang tidak
terselesaikan dengan rekan kerja, anak sakit, atau ketidakhadiran anggota
17
keluarga. Sedangkan stres berat adalah situasi kronis yang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan
perkawinan terus menerus, kesulitan finansial berkepanjangan dan
penyakit fisik jangka panjang.
2.1.5. Respon dan Manifestasi Fisiologis Tubuh Terhadap Stres
Selye (1946) dalam Nasir & Muhith (2011), telah melakukan riset
terhadap dua respon fisiologis tubuh terhadap stres, yaitu Local Adaptation
Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
a. Local Adaptation Syndrome (LAS)
Berikut ini adalah karakteristik LAS:
1) Respons yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua
sistem. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan
penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan
sebagainya.
2) Respons bersifat adaptif, diperlukan stressor untuk
menstimulasikannya.
3) Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4) Respons bersifat restoratif.
b. General Adaptation Syndrome (GAS)
Teori adaptasi stres Selye atau disebut juga sindrom adaptasi
umum, merupakan respon fisiologis tubuh terhadap stres yang terdiri
dari tiga tahap reaksi (Videbeck, 2008; Morrison-Valfre, 2001), yaitu:
18
1) Tahap Reaksi Alarm
Ketika stres pertama kali diterima, hipotalamus akan
terstimulus untuk mengeluarkan hormon dari kelenjar (misalnya,
kelenjar adrenal untuk mengirim adrenalin dan norepinefrin
sebagai pembangkit emosi) dan organ-organ (misalnya, hati untuk
mengubah kembali simpanan glikogen menjadi glukosa sebagai
makanan) untuk mempersiapkan kebutuhan pertahanan potensial.
2) Tahap Resistensi
Ketika stres terus berlanjut, sistem pencernaan mengurangi
kerjanya dengan mengalirkan darah ke area yang dibutuhkan untuk
pertahanan, paru-paru memasukkan lebih banyak udara, dan
jantung berdenyut lebih cepat dan keras sehingga dapat
mengalirkan darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot untuk
mempertahankan tubuh melalui perilaku fight, flight, atau freeze.
Apabila individu beradaptasi terhadap stres, tubuh berespon dengan
rileks dan kelenjar, organ, serta respons sistemik menurun.
3) Tahap Kelelahan
Terjadi ketika individu berespon negatif terhadap stres,
cadangan tubuh berkurang atau komponen emosional berubah
sehingga timbul respon fisiologis yang kontinue dan kapasitas
cadangan menjadi sedikit.
Manifestasi fisiologis dari stres antara lain, pupil dilatasi, kenaikan
tekanan darah, peningkatan pernapasaan dan denyut nadi, kulit pucat,
19
perubahan frekuensi berkemih, mulut kering, keletihan, gangguan
lambung, dan ketegangan otot (Potter & Perry, 2005; Kozier dkk., 1998).
2.1.6. Respon dan Manifestasi Psikologi Terhadap Stres
Pemajanan terhadap stressor selain mengakibatkan respon adaptif
fisiologis, juga mengakibatkan respon adaptif psikologis. Perilaku adaptif
psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini dapat
berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan
masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman. Selain itu, dapat
juga dengan mekanisme ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur
distres emosional. Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping
terhadap stres secara tidak langsung, seperti menyangkal dan kompensasi
(Potter & Perry, 2005).
Manifestasi psikologis dari stres meliputi ansietas, ketakutan,
marah, depresi, perilaku kognitif (misal: penyelesaian masalah, menyusun
strategi, mengontrol diri sendiri, sholat), respon gerak dan verbal (misal:
menangis, tertawa, menjerit, dan memukul), dan mekanisme pertahanan
ego secara tidak sadar (misal: penyangkalan, regresi, dan penekan) (Kozier
dkk., 1998).
2.1.7. Dampak Stres pada Berbagai Sistem
Stres dapat mempengaruhi fungsi beberapa sistem dan proses
dalam tubuh (Corwin, 2009), diantaranya:
20
a. Sistem Kardiovaskuler
Jantung dalam keadaan normal berdetak untuk memompakan
darahnya. Otak bekerjasama dengan jantung untuk menjaga kestabilan
detak dan TD (Tekanan Darah). Ketika seseorang mengantisipasi
sebuah situasi negatif (takut, khawatir, cemas) atau memasuki situasi
penyebab stres yang negatif, zat-zat hormon mempercepat detak
jantung, dan TD secara otomatis akan naik. Jantung memompakan
lebih banyak darah ke organ-organ vital tubuh dalam rangka
mempersiapkan pertahanan atau pelarian. Ketika TD terus naik karena
mengalami stres untuk waktu yang lama, maka akan menimbulkan
hipertensi (Losyk, 2007).
Stres dapat meningkatkan TD, yang pada gilirannya
melemahkan dan merusak lapisan pembuluh darah, menyediakan
tempat bagi mengendapnya lipid sehingga terbentuk plak kolesterol
(Jan, 2000). Bila hal itu terjadi berulang-ulang, pembuluh-pembuluh
darah lama-lama akan tersumbat. Jika penyumbatannya terjadi pada
pembuluh darah jantung, hal itu mengakibatkan terjadinya serangan
jantung. Penyumbatan juga dapat terjadi di organ-organ lain, seperti
otak dan ginjal (Losyk, 2007).
b. Sistem Pencernaan
Ketika seseorang sedang dilanda stres berat, maka kelenjar air
liur dapat menghentikan aliran air liur atau mengalirkannya
berlebihan. Lambung meningkatkan sekresi asamnya sehinggga
menimbulkan zat asam, rasa mual, dan luka. Akibat lain dari stres, dan
21
mungkin yang paling umum adalah diare. Banyak juga orang yang
mengeluhkan tentang kekejangan otot atau kram di daerah perut
(Losyk, 2007). Stres dapat berakibat iskemia mukosa lambung dan
sekresi asam lambung. Akibat lain adalah konstipasi, kolitis
ulserativa, dan penyakit Crohn (Hartono, 2007).
c. Sistem Imun
Sinyal stres dirambatkan mulai dari sel di otak (hipotalamus
dan pituitari), sel di adrenal (korteks dan medula), yang akhirnya
disampaikan ke sel imun (Kurniawati & Nursalam, 2007).
Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPA) axis menghubungkan sistem
saraf dan hormon-hormon stres. Salah satu hormon stres yang dilepas
adalah kortisol, yang mana mencegah pelepasan senyawa-senyawa
kimia yang menguatkan sistem imun. Kadar tinggi kortisol akan
menekan sistem imun dan menurunkan kemampuan tubuh melawan
infeksi (Roizen & Oz, 2009). Selain itu, penurunan respon imun
akibat stres juga disebabkan oleh peningkatan glukokortikoid oleh
korteks adrenal. Efek utamanya ditujukan pada limfosit-T, yang pada
gilirannya menurunkan respon imun seluler, karena terjadi limfopenia
(Jan, 2000).
d. Otot dan Tulang
Dengan adanya reaksi ‘fight or flight’ stres menjadikan otot-
otot menegang ketika tubuh bersiap-siap melakukan aksi. Otot-otot
secara kronis menegang akan berkontraksi dan mengerut. Ketika ini
terjadi, otot-otot tersebut menarik ligamen (jaringan ikat), tendon, dan
22
urat sendi, menyebabkan rasa sakit (Losyk, 2007). Dalam kasus yang
parah, hal ini dapat menyebabkan kejanggalan dan kelainan postur
tubuh, selain kelabilan sendi. Seiring dengan rangsangan stres yang
berulang, ketegangan otot dapat muncul dalam bentuk sakit kepala
akibat tegang, kaku leher, nyeri pungggung bawah dan kram perut
(National Safety Council, 2004).
e. Sistem Lain
Kulit adalah organ sasaran terhadap reaktivasi stres, dan bila
stres terjadi, pembuluh darah konstriksi dan aliran darah perifer
menurun. Gangguan lain yang dihubungkan dengan stres meliputi
ekzem, urtikaria, psoriasis dan jerawat (Jan, 2000).
Sistem pernapasan berpartisipasi dalam reaksi stres akut
melalui hiperventilasi. Stres dapat ditunjukkan juga dengan sinusistis
alergis yang diperberat dan episode asma bronkial. Awitan serangan
asma akut dapat terjadi pada kekurangan tidur, kekhawatiran, dan
berkabung (Jan, 2000).
2.1.8. Cara Mengatasi Stres
Menurut Selye bahwa untuk mengatasi stres dapat dilakukan
dengan berbagai cara (Azhari, 2004), diantaranya:
a. Lakukan sesuatu yang membutuhkan kekuatan fisik dan membantu
timbul suatu semangat yang positif.
b. Lakukan latihan-latihan jasmani atau olahraga yang sesuai dengan
keadaan fisik, bertujuan untuk meregangkan ketegangan dalam otak.
23
c. Keluarkan perasaan secara positif, misal: membicarakan perasaan
kepada orang lain yang dapat dipercaya atau melalui tulisan di buku
harian.
d. Beri batas waktu untuk bersedih (misal: dengan menangis sepuasnya).
e. Musik dan bacaan. Mendengarkan musik-musik yang menjadi
kegemaran atau membaca bacaan ringan yang menggembirakan.
f. Meditasi dan berbicara kepada diri sendiri.
g. Mengendalikan kondisi yang menyebabkan stres.
h. Hindari pelampiasan yang negatif seperti agresif, regresif, proyektif
dan bentuk pelampiasan lainnya yang dapat merusak diri sendiri dan
orang lain.
2.1.9. Pengukuran Stres
Penilaian terhadap stres merupakan perkiraan terhadap berbagai
tingkatan stres yang dialami seseorang (Hancock & Szalma, 2008).
Penilaian stres ini bisa diukur dengan berbagai skala, diantaranya adalah
dengan menggunakan Stresss Indicators Questionnaire dari The
Counseling Team International. Stress Indicators Questionnaire ini terdiri
dari beberapa indikator stres, yaitu indikator fisik (21 item pernyataan),
indikator tidur (5 item pernyataan), indikator perilaku (17 item
pernyataan), indikator emosi (21 item pernyataan), dan indikator kebiasaan
personal (9 item pernyataan).
Penilaian tingkat stres berdasarkan masing-masing indikator
setelah dijumlahkan. Penilaian tingkat stres dibagi menjadi 5 tingkatan,
24
yaitu tingkat stres sangat rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi dan tingkat
stres bahaya.
2.2. Konsep Gangguan Pencernaan
2.2.1. Gangguan Pencernaan
Berbagai gangguan dapat timbul dalam saluran pencernaan yang
berhubungan dengan proses pencernaan, dan penyerapan makanan.
Gangguan peristaltik yang dapat mengakibatkan buang air besar terlampau
jarang (sembelit) atau terlampau sering (diare) (Tan & Rahadja, 2010).
Gangguan pencernaan bisa berupa nyeri abdomen, sulit menelan, refluks
asam, nyeri retrostenal, dan lain-lain (Gleadle, 2007). Selain itu, bisa
meliputi rasa tidak nyaman sehabis makan, irritable bowel syndrome
(penyakit noninflamasi kronis yang ditandai dengan diare atau konstipasi),
gastritis (radang lambung), diverticular dysbiosis (keadaan flora bakteri
lambung yang berubah) dan konstipasi (Vitahealth, 2006).
Fungsi utama sistem pencernaan adalah menguraikan makanan dan
menyerap nutrisi. Jika fungsi tersebut terganggu, penyerapan nutrisi
penting akan terganggu begitu pula kesehatan tubuh. Selain itu, alat
pencernaan merupakan sistem yang saling berkaitan. Jika salah satu bagian
terganggu, secara keseluruhan sistem juga terganggu. Misalnya jika liver
yang memproduksi empedu (yang penting untuk mengabsorpsi lemak,
minyak, dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak) terganggu sehingga
tidak mampu memproduksi cukup empedu, maka BAB (Buang Air Besar)
akan keras dan sulit lewat (Vitahealth, 2006).
25
2.2.2. Gambaran Klinis
Gejala dari gangguan pencernaan sangat beragam, namun terdapat
beberapa pola dominan (Davey, 2005), yaitu:
a. Kembung
b. Refleks gastrokolik yang jelas (merasa perlu defekasi segera setelah
makan)
c. Identifikasi makanan pemicu: makanan tertentu bisa menyebabkan
timbulnya gejala, misalnya produk susu, makanan berlemak atau
pedas, dan alkohol
d. Nyeri berkurang bila defekasi
e. Kebiasaan buang air besar kacau
Sedangkan menurut Muttaqin & Sari (2011), tanda gejala
gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain: nyeri, mual,
muntah, diare, pembesaran abdomen, kembung dan sendawa,
ketidaknyamanan abdomen, gas usus, hematemesis, perubahan pada
kebiasaan defekasi, serta karakteristik feses, malaise dan sebagainya.
2.2.3. Faktor Penyebab
International Foundation for Functional Gastrointestinal
Disorders (2009) mengembangkan beberapa penemuan terkait mekanisme
dari terjadinya gangguan pencernaan, yang mana gangguan pencernaan
berhubungan dengan keadaan tidak teratur dari komunikasi otak-usus,
faktor genetik, infeksi, berubahnya bakteri flora normal di saluran
pencernaan dan radang usus.
26
Selain itu, International Foundation for Functional
Gastrointestinal Disorders (2009) dan Kumar & Clark (2012) juga
mengembangkan patogenesis dari gangguan pencernaan menggunakan
konsep biopsikososial (lihat Gambar 2.1.). Gejala-gejala gangguan
pencernaan yang muncul merupakan hasil kombinasi dari faktor-faktor
yang mungkin melibatkan perubahan motilitas, sensifitas saraf dalam usus
yang meningkat dan disregulasi dari interaksi otak-usus. Faktor-faktor ini
dapat dipengaruhi oleh pengaruh pikologis dan sosial. Interaksi pada
tingkat seluler, jaringan, interpersonal dan tingkat lingkungan dapat
mempengaruhi sifat dan keparahan gejala gangguan pencernaan.
Model biopsikososial pada gangguan pencernaan ini pertama kali
diperkenalkan oleh George Engel pada tahun 1977. Model biopsikososial
adalah sebuah konsep yang memberikan kerangka untuk memahami,
mengkategorikan dan mengobati gangguan pencernaan (Drossman &
Swantkowski, 2006).
Faktor penyebab lainnya dari gangguan pencernaan adalah pola
makan, mikrooganisme (seperti Helicobacter pylori), obat-obatan (seperti
aspirin), trauma, faktor lain (seperti radiasi), dan prosedur endoskopi
(Williams & Hopper, 2015).
2.2.4. Patofisiologi Gangguan Pencernaan Terkait Stres
Dalam respon stres, impuls aferen akan ditangkap oleh organ
pengindra (mata, telinga, hidung dan kulit), pengindra internal
(baroreseptor, kemoreseptor) ke pusat saraf di otak. Dua daerah otak
27
primer yang terlibat dalam reaktivitas stres adalah hipotalamus dan locus
ceruleus. Aktivitas hipotalamus oleh stres kemungkinan dimediasi
sebagian oleh otak limbik (khususnya amigdala dan hipocampus) dan
sebagian oleh locus ceruleus di batang otak. Jalur neural dan
neuroendokrin di bawah kontrol hipotalamus akan diaktifkan. Pertama,
akan terjadi sekresi sistem saraf simpatis kemudian diikuti oleh sekresi
simpatis-adrenal-moduler, dan akhirnya bila stres masih tetap ada, sistem
hipotalamus-pituitari akan diaktifkan (Smeltzer, 2001 ;Mertz, 2006).
Respon sistem saraf simpatis bersifat cepat dan singkat kerjanya.
Norepinefrin dikeluarkan pada ujung saraf yang berhubungan langsung
dengan ujung organ yang dituju, mengakibatkan peningkatan fungsi organ
vital dan perangsangan tubuh secara umum. Peningkatan curah jantung
dan ventilasi serta pengalihan aliran darah dari bagian yang aktivitasnya
ditekan dan mengalami vasokonstriksi, misalnya saluran cerna dan ginjal
ke otot rangka dan jantung yang lebih aktif, yang mempersiapkan tubuh
melakukan respon lawan atau lari. Secara bersamaan, sistem simpatis
mengaktifkan hormon penguat dalam bentuk pengeluaran epinfrin dari
medula adrenal untuk melakukan fungsi lain, misalnya mobilisasi
simpanan karbohidrat dan lemak (Smeltzer, 2001 ;Sherwood, 2011).
Bila stres masih tetap ada, sistem hipotalamus-pituitari akan
diaktifkan memicu pelepasan CRF (Corticotropin Releasing Factor),
ACTH (Adreno-Corticotropic Hormone) dan kortisol yang
mempengaruhi fungsi usus, komposisi dan pertumbuhan microbiota, dan
juga merangsang sistem saraf simpatik. Stres mengubah jumlah sel mast,
28
EC sel, limfosit serta neurotransmitter yang diproduksi, yang semuanya
terlibat dalam aktivasi kekebalan mukosa dan selanjutnya berinteraksi
dengan gut microbiota dan gut function (Qin, dkk., 2014).
Stres yang parah atau jangka panjang dapat mengakibatkan
perubahan jangka panjang dalam respon stres (plasticity), yang
menyebabkan peningkatan sintesis CRF. CRF adalah mediator kunci dari
respon pusat stres yang merangang usus secara langsung melalui reseptor
CRF-1 dan CRF-2. Reseptor CRF-1 merangsang kontraksi kolon,
sedangkan reseptor CRF-2 mengurangi aktivitas usus bagian atas (Bathia
& Tandon, 2005;Mertz, 2006).
Enteric Nervous System (ENS) terhubung secara dua arah ke otak
membentuk ‘brain-gut axis’. Secara umum, sumbu ini terdiri dari reseptor,
dan serat aferen yang memproyeksikan ke integratif daerah pusat dan serat
eferen memproyeksikan ke otot polos dan kelenjar saluran cerna untuk
secara langsung mempengaruhi motilitas saluran cerna, sekresi getah
pencernaan dan hormon pencernaan. ENS merupakan pleksus saraf
instrinsik yaitu dua anyaman utama serat saraf pleksus submukosa dan
pleksus mienterikus yang seluruhnya berada di dalam dinding saluran
cerna dan berjalan di sepanjang saluran cerna (Bathia & Tandon, 2005;
Sherwood, 2011).
ENS dapat berfungsi secara independen pada SSP (Susunan Saraf
Pusat), sebuah komunikasi dua arah antara dua organ ini memungkinkan
sinyal dari saluran gastrointestinal (misalnya sensasi visceral) untuk
mempengaruhi otak berkaitan dengan refleks regulasi dan suasana hati.
29
Masukan ini pada gilirannya dapat memberi efek fisiologis di saluran
gastrointestinal, mengakibatkan perubahan motilitas, sekresi dan fungsi
kekebalan tubuh (O’Mahonydkk., 2011).
Aktivitas saraf instrinsik selanjutnya dapat dipengaruhi oleh saraf
ekstrinsik. Saraf ekstrinsik yaitu serat-serat saraf dari kedua cabang sistem
saraf otonom yang berasal dari luar saluran cerna dan menyarafi berbagai
organ pencernaan. Saraf otonom mempengaruhi motilitas dan sekresi
saluran cerna dengan memodifikasi aktivitas yang sedang berlangsung di
pleksus instrinsik, mengubah tingkat sekresi hormon pecernaan atau pada
beberapa kasus bekerja langsung pada otot polos dan kelenjar. Sistem
simpatis, yang mendominasi pada situasi “lawan atau lari”, cenderung
menghambat atau memperlambat kontraksi dan sekresi saluran cerna,
sedangkan sistem saraf parasimpatis sebaliknya (Sherwood, 2011).
Gambar 2.1 Konsep Biopsikososial dari Patogenesis Gangguan FungsionalPencernaan, Modifikasi dari Drossman (2006) dalam Kumar & Clark (2012)
30
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan pencernaan diantaranya adalah:
a. Malnutrisi, seseorang dengan gangguan pencernaan mempunyai
asupan makanan yang kurang, mengalami stres metabolik,
malabsorpsi, dan peningkatan kebutuhan nutrisi, sehingga lebih
beresiko mengalami malnutrisi (Alberda dkk., 2006).
b. Usofagitis atau peradangan usofagus, dapat merupakan komplikasi
pada hernia heatus usofagus (Pearce, 2009).
c. Ulkus dan Kolitis, sekresi cairan pencernaan yang berlebihan dapat
menyebabkan radang dan menghancurkan lapisan bagian dalam
lambung. Kolon yang terletak di bagian bawah lambung juga rentan
terhadap terjadinya ulkus, yang menyebabkan kolitis (peradangan
pada lapisan bagian dalam kolon) (National Safety Council, 2004).
d. Irritable Bowel Sindrome (IBS),ditandai dengan serangan nyeri atau
nyeri tekan pada daerah perut, kram, diare, mual, konstipasi, dan
buang angin yang berulang kali (National Safety Council, 2004).
2.2.6. Pengukuran Gejala Gangguan Pencernaan
Instrument penilaian terhadap gejala gangguan pencernaan antara
lain menggunakan ROME III Diagnostic Questionnaire dan Metagenics
Health Appraisal Questionnaire. ROME III Diagnostic Questionnaire
merupakan penilaian diagnosis gangguan pencernaan yang mana sistem
pengklasifikasiannya berdasarkan kelompok gejala. Sedangkan
Metagenics Health Appraisal Questionnaire merupakan kuesioner
31
screening yang membantu para praktisi kesehatan dalam menentukan
treatment yang sesuai (Jung, 2011;Health World Limited, 2014).
Prinsip pengklasifikasian kriteria diagnostik ROME III Diagnostic
Questionnaire adalah berdasarkan gejala-gejala yang muncul dari
gangguan saluran pencernaan. Terdapat dua jenis, yaitu untuk dewasa dan
anak/remaja, dalam penelitian ini khusus menggunakan yang untuk anak/
remaja yaitu ROME III Diagnostic Questionnaire for Pediatric Functional
GI Disorders. Pembagiannya terdapat 6 domain, yaitu daerah esofagus
(kategori A), saluran cerna (kategori B), usus (kategori C), sindrom nyeri
perut fungsional (kategori D), empedu (kategori E), dan anorektal
(kategori F).
Setiap kategori berisi beberapa diagnostik gangguan pencernaan,
misalnya pada usus (kategori C) termasuk Irritable Bowel Sindrome (C1),
kembung fungsional (C2), sembelit fungsional (C3) dan seterusnya
(Drossman & Dumitrascu, 2006).
Sedangkan Metagenics Health Appraisal Questionnaire
merupakan alat screening berbagai gangguan pada tubuh, salah satunya
pada sistem pencernaan. Prinsip pengkategoriannya sama seperti pada
ROME III Diagnostic Questionnaire, perbedaannya adalah hasil klasifikasi
akhir bukan berupa diagnostik, melainkan seberapa parah atau tidaknya
gangguan pada setiap kategori. Hal itu bertujuan supaya tenaga medis
mudah untuk menentukan prioritas tindakan (Health World Limited,
2014).
32
2.3. Pondok Pesantren
2.3.1. Pengertian
Pondok pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian
yang sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk menyiapkan
para santri sebagai kader dakwah Islamiah, yang menguasai ilmu Agama
Islam dan siap menyebarkannya di berbagai lapisan masyarakat
(Soeparmanto dkk., 2007). Selain itu, menurut K.H. Imam Zarkasyi,
pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam dengan sistem
asrama (boarding school), kyai sebagai sentral figurnya dan masjid
sebagai titik pusat yang menjiwai (Suismanto, 2004).
Pesantren sebagai sebuah sistem mempunyai empat unsur penting
yang saling terkait, yaitu : Kiai, sebagai pengasuh, pemilik, dan pengendali
pesantren. Santri, yaitu murid yang belajar pengetahuan keislaman kepada
kiai. Pondok, yaitu sebuah sistem asrama, termasuk di dalamnya masjid,
yang disediakan oleh kiai untuk mengakomodasi para santri. Kitab, yang
berisi macam-macam mata pelajaran yang diajarkan oleh kiai kepada para
santri dan masyarakat (Moesa, 2007).
2.3.2. Kategori Pondok Pesantren
Secara garis besar pondok pesantren terbagi dalam tiga kategori
(Soeparmanto dkk., 2007), yaitu:
a. Pondok Pesantren Salafi/Salafiah (Tradisional)
Pondok Pesantren Salafiah merupakan pondok pesantren yang
hanya menyelenggarakan kitab klasik dan pengajaran Agama Islam.
Umumnya, lebih mendahulukan dan mempertahankan hal-hal yang
33
bersifat tradisional dalam sistem pendidikan maupun perilaku
kehidupannya, serta sangat selektif terhadap segala bentuk
pembaharuan, termasuk kurikulum pengajarannya.
b. Pondok Pesantren Khalafi/ Khalafiah (Modern)
Pondok Pesantren Khalafi/Khalafiah adalah pondok pesantren
yang selain menyelenggarakan kegiatan tersebut di atas, juga
menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah atau formal, baik sekolah
umum (SD, SMP, SMA, dan SMK) maupun berciri khas Agama Islam
(MI, MTs, MA atau MAK). Dalam implementasi proses belajar
mengajar, akomodatif terhadap perkembangan modern, metodologi
penerapan kurikulum melibatkan perangkat modern, mengajarkan
sejumlah keterampilan pengetahuan umum lainnya, termasuk
kesehatan.
c. Pondok Pesantren Salafi-Khalafi (Perpaduan Tradisional dan Modern)
Pondok Pesantren Salafi-Khalafi merupakan perpaduan
pondok pesantren, yang dalam kegiatannya memadukan metode salafi
dan khalafi, memelihara nilai tradisional yang baik dan akomodatif
terhadap perkembangan yang bersifat modern.
2.3.3. Gambaran Umum Di Pondok Pesantren
Sebuah pesantren biasanya dijalankan oleh seorang kiai yang
dibantu oleh sejumlah santri seniornya atau anggota keluarga yang lainnya
(Turmudi, 2004). Sistem pendidikan yang diterapkan adalah menggunakan
metode yang ditetapkan oleh para pembina pondok, disertai dengan
peraturan yang ketat dan juga disiplin yang tinggi agar karakteristik siswa
34
yang diharapkan melalui hasil pembinaan bisa tercapai. Terdapat tiga
tuntutan yang harus dipenuhi oleh para santri, yaitu: tuntutan akademik,
relasi sosial, dan peraturan. (Sulaeman& Joefiani, 2014).
Sebagai pemilik pondok, kiai adalah pemegang kekuasaan
tertingggi dalam lingkungan pesantren. Disamping itu kiai juga sebagai
pengasuh, pembimbing santri, sebagai penyaring dan asimilator aspek-
aspek kebudayaan dari luar yang masuk ke pesantren. Sebagai pimpinan
manajer pondok, kiai sangat menentukan kebijakan-kebijakan yang perlu
diterapkan pada lembaga yang dipimpinnya. Salah satu wujud dari
kebijakan kiai tertuang dalam tata terti pondok (Tim Pengembangan Ilmu
Pendidikan, 2007).
Selain tujuan utamanya mengajarkan pendidikan Agama Islam,
juga untuk menghasilkan santri yang mandiri, mampu membina diri tanpa
menggantungkan ke orang lain. Maka dari itu, selama di pondok pesantren
para santri tinggal jauh dari orang tua, dituntut untuk menyelesaikan
masalahnya secara mandiri, dan kemandirian dalam belajar maupun
melakukan segala hal (Sanusi, 2012).
Jika mereka mempunyai masalah, mereka hanya memiliki ustadz
atau ustadzah serta teman sebaya untuk meminta bantuan. Tetapi teman-
teman sebayalah yang memiliki peranan lebih besar dikarenakan interaksi
mereka lebih banyak dilakukan dengan teman sebaya tersebut, sejak
bangun tidur hingga tidur kembali (Sholiha, 2013).
35
2.4. Penelitian Terkait
2.4.1. Penelitian case control study yang dilakukan oleh Susanti, Briawan
dan Uripi (2011), mengenai faktor risiko dispepsia pada Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu didasarkan pada kelompok
kasus (mahasiswa yang memiliki riwayat gangguan lambung
berupa gastritis atau tukak peptik) dan kelompok kontrol (yang
tanpa menderita gangguan lambung). Sampel adalah mahasiswa
tingkat satu tahun ajaran 2010/2011 di kampus IPB Darmaga yang
tinggal di asrama, terdiri dari 60 orang kasus dan 60 orang kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres berhubungan
nyata dengan gejala dispepsia, yaitu semakin tinggi tingkat stres
akan berhubugan dengan sering munculnya gejala dispepsia (OR=
7.03; CI 95%: 0.87 hingga 56.89).
2.4.2. Penelitian yang dilakukan oleh You, Park dan Chang (2009),
berupa case control study pada pasien konstipasi fungsional dari
mahasiswa laki-laki yang ada di Korea mengenai diet, status gizi
dan stres kehidupan yang terdiri dari 52 kelompok kasus dan 52
kelompok kontrol. Yang mana hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata total score stres kehidupan (stres terkait hubungan
interpersonal seperti dengan teman dan keluarga, dan terkait tugas
sehari-hari seperti tugas akademik dan ekonomi) pada pasien
konstipasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol yang sehat tanpa konstipasi dengan p <0,01.
36
2.4.3. Penelitian yang dilakukan Wahyuni dkk. (2012), berupa penelitian
observasional analitik dengan rancangan case control study dengan
variabel dependen adalah gastritis dan variabel independen adalah
waktu makan, asupan kafein, protein dan tingkat stres pada 260
mahasiswa strata 1 FKM Universitas Hasannuddin Makasar. Yang
mana hasilnya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat stres yang tinggi dengan dengan kejadian
gejala gastritis (p=0,025).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
selain tempat, populasi, dan desain penelitian yang berbeda, yaitu dalam
penelitian ini menggunakan correlative study dengan pendekatan cross-
sectional studi, juga pada penelitian ini tidak hanya fokus pada salah satu
jenis gangguan pencernaan melainkan gangguan pencernaan secara umum
atau gejala dari gangguan pencernaan.
37
2.5. Kerangka Teori
Kerangka teori ini merupakan modifikasi dari konsep respon fisiologis
stres sebagai mekanisme mediasi (Cannon, 1914; Selye, 1956; Everly&
Sobelman, 1987 dalam Everly & Lating, 2002).
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Stress Respons (Physiological mechanism ofmediation)
Respon fisiologis tubuh terhadap stres:
1. Local Adaptation Syndrome (LAS)2. General Adaptation Syndrome (GAS)
(Slye, 1946 dalam Nasir & Muhith, 2011;Videbeck, 2008; Morrison-Valfre, 2001)
Stressor (Stimulus)
Penyebab stres:
1. Penyebab makro2. Penyebab mikro
(Grand, 2000 dalam Sunaryo, 2004)
Sumber stres lain, diantaranya:
1. Hubungan interpersonal2. Lingkungan hidup3. Keuangan4. Perkembangan5. Lain-lain
(Yosep, 2007)
Karakteristik kejadian yangberpotensi dan dinilai dapatmenciptakan stressor:
1. Kejadian negatif2. Kejadian yang tidak terkontrol
dan tidak terprediksi3. Kejadian “ambigu”4. Tugas yang melebihi kapasitas
(overload)
(Taylor, 1991 dalam Nasir &Muhith, 2011)
Target organ sign/symtomps (Pathologicaleffect)
Dampak stres pada berbagai sistem:
1. Sistem Kardiovaskuler TD (TekananDarah) meningkat, mempercepat detakjantung, dll.
2. Sistem Pencernaan Gangguanpencernaan
3. Sistem Imun Penurunan respon imun4. Otot dan Tulang Ketegangan otot, kaku
leher, dll.5. Sistem lain (kulit, pernapasan) Ekzem,
urtikaria, hiperventilasi, dll.
(Corwin, 2009 ; Losyk, 2007 ; Jan, 2000 ;Kurniawati & Nursalam, 2007 ; Roizen & Oz,
2009 ; National Safety Counil, 2004)
38
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESISPENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model
pendahuluan dari sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari
hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swarjana, 2012). Kerangka
konsep penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas
(independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel bebas
(independen) yang ingin diketahui yaitu tingkat stres, sedangkan variabel
terikat (dependen) yang ingin diteliti yaitu gejala gangguan pencernaan.
Hubungan antara variabel digambarkan dalam bentuk konstelasi seperti
pada gambar berikut:
Bagan 3.1 Konstelasi antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Berdasarkan kerangka konsep di atas, ingin mengetahui apakah ada
hubungan antara tingkat stres dengan gejala gangguan pencernaan pada
santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Magelang.
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel
penelitian menjadi bersifat operasional. Definisi dari operasional
menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang
memudahkan pengukuran variabel tersebut (Wasis, 2008).
Tingkat Stres Gejala Gangguan Pencernaan
39
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
A. Demografi
1. Usia Usia responden yang
dihitung sejak dilahirkan
hingga ulang tahun
terakhir.
Satu item pertanyaan
tentang usia responden.
Kuesioner 0 = Remaja awal (12 – 15
tahun).
1 = Remaja akhir (16 – 19
tahun).
(Seiffge-Krenke dkk.,
2009).
Ordinal
2. Tingkat
pendidikan
Jenjang pendidikan yang
sedang ditempuh di
pondok oleh responden
pada saat dilakukan
penelitian
Satu item pertanyaan
tentang tingkat
pendidikan responden.
Kuesioner 0 = Pendidikan diniyah
fomal wustha ( I, II,
dan III MTs).
1 = Pendidikan diniyah
formal ulya ( I, II, dan
III MA).
(Kemenag, 2014).
Ordinal
40
3. Lama
mukim
Panjangnya waktu
responden bertempat
tinggal di Pondok
Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman
Magelang pada saat
dilakukan penelitian.
Satu item pertanyaan
lama mukim di pondok.
Kuesioner 0 = < 1 tahun.
1 = 1 tahun hingga < 3
tahun.
2 = ≥ 3 tahun.
Ordinal
B. Variabel Independen
4. Tingkat
stres
Tingkat stres santriwati
adalah suatu kondisi stres
yang menggambarkan
stres pada tahap ringan,
sedang atau berat.
Pernyataan-pernyataan
indikator stres yang
terdiri dari 34 item
pernyataan , dengan
kategori :
5 = sangat sering
4 = sering
3 = kadang-kadang
2 = jarang
1 = tidak pernah
(Sholiha, 2013).
Kuesioner 0 = Berat, jika X > Mean +
SD.
1 = Sedang, jika Mean –
SD ≤ X ≥ Mean + SD.
2 = Ringan, jika X <
Mean – SD.
(Hastono, 2007;Sujarweni,
2014).
Ordinal
41
C. Variabel Dependen
5. Gejala
Gangguan
Pencernaan
Gejala-gejala dari
gangguan pencernaan
yang dialami oleh
responden.
Item-item pernyataan
gejala gangguan
pencernaan yang terdiri
dari 29 item pernyataan,
dengan kategori :
5 = sangat sering
4 = sering
3 = kadang-kadang
2 = jarang
1 = tidak pernah
Kuesioner 0 = Berat, jika X > K3.
1 = Sedang, jika K1 ≤ X ≤
K3.
2 = Ringan, jika X < K1.
(Hastono, 2007;Sujarweni,
2014).
Ordinal
42
3.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi
dari sebuah penelitian (Thomas et al., 2010 dalam Swarjana, 2012).
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.3.1. H0 = tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan gejala
gangguan pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang.
3.3.2. H1 = ada hubungan antara tingkat stres dengan gejala gangguan
pencernaan pada santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang.
43
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik kuantitatif
correlative study dengan pendekatan cross-sectional study. Penelitian
correlative study adalah penelitian yang menghubungkan variabel yang
satu dengan yang lainnya, selanjutnya mengujinya secara statistik (uji
hipotesis) yang menghasilkan koefisien korelasi. Cross-sectional study
merupakan desain penelitian yang pengumpulan datanya dalam satu waktu
dan fenomena yang diteliti adalah selama satu periode pengumpulan data
(Swarjana, 2012).
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah dari bulan
Maret sampai April 2015.
4.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah dan alasan peneliti memilih
lokasi tersebut antara lain:
a. Tingginya fenomena gejala gangguan pencernaan dan stres yang
dialami santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang.
44
b. Peneliti merupakan alumni pondok pesantren tersebut, yang mana
pernah merasakan fenomena tersebut, sehingga tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan tingkat stres dan gejala
gangguan pencernaan. Selain itu, dari pihak alumni sangat dianjurkan
supaya memberikan kontribusi untuk meningkatkan derajat kesehatan
santri. Peneliti merupakan salah satu yang diberi tanggung jawab
untuk mengembangkan POSKESTREN (Pos Kesehatan Pesantren) di
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang yang baru
mulai dirintis pada tahun 2014 dan masih dalam proses pembentukan
hingga saat ini, sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan bisa
dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan POSKESTREN
tersebut dan dapat disampaikan ke pihak pondok sebagai masukan.
c. Pondok pesantren tersebut merupakan pondok pesantren yang
ditunjuk oleh Puskesmas setempat sebagai contoh bagaimana
pengembangan POSKESTRENnya.
d. Sebagai langkah awal peneliti melakukan pengabdian di pondok.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis,
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santriwati yang mukim
di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang yang
berjumlah 356 santriwati, terbagi dalam 6 tingkatan pendidikan.
45
Tabel 4.1 Daftar Jumlah Santriwati Pondok Pesantren Sirojul MukhlasinII Payaman Magelang Tahun Ajaran 2014-2015
No. Tingkatan Pendidikan Jumlah Santriwati1. Tingkat I/ Kelas I MTs 102 Orang2. Tingkat II/ Kelas II MTs 67 Orang3. Tingkat III/ Kelas III MTs 40 Orang4. Tingkat IV/ Kelas I MA 64 Orang5. Tingkat V/ Kelas II MA 46 Orang6. Tingkat VI/ Kelas III MA 37 Orang
Jumlah 356 OrangSumber: Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel secara harfiah adalah contoh, yang dalam penelitian
diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian
(Imron & Munif, 2010). Penelitian ini menggunakan propotionate
stratified random sampling dikarenakan anggota populasi terdiri dari 6
tingkatan pendidikan. Propotionate stratified random sampling adalah
suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasinya
tidak homogen yang terdiri atas kelompok yang homogen atau berstrata
secara proporsional dan pengambilan sampel pada setiap strata dengan
proporsi yang sama (Hidayat, 2008).
Pengambilan sampel berpedoman pada kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi yang telah ditentukan peneliti. Penentuan kriteria sampel sangat
membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria inklusi
adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan kriteria eksklusi adalah
menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi
46
dari studi karena berbagai sebab, misalnya terdapat keadaan atau penyakit
yang menganggu pengukuran maupun interpretasi hasil (Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah:
a. Santriwati yang mukim di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang.
b. Santriwati yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
c. Santriwati pada tingkat pendidikan I sampai VI di Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang.
Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah:
a. Santriwati yang sedang pulang kampung.
b. Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
yang menjadi responden uji validitas.
Cara menentukan besar sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan cara yang apabila jumlah populasi sudah diketahui, yaitu
cara dari Surakhmad (1994) dalam Imron & Munif (2010), apabila jumlah
populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel
sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran sama
dengan atau lebih 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya
15% dari ukuran populasi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Rumus:= 15% + (50% − 15%)
47
Keterangan:
S : jumlah sampel yang diambilN : jumlah anggota populasi
Perhitungan:
Dalam penelitian ini diketahui jumlah anggota populasi sebanyak
356 orang, sehingga perhitungannya:
= 15% + 1000 −1000 − 100 (50% − 15%)= 15% + 1000 − 3561000 − 100 (50% − 15%) = 15% + 644900 (35%)= 15% + 0,716 (35%) = 15% + 25,06% = 40,06%
Jadi jumlah sampel yang ditarik adalah 40,06% × 356 = 142,61 =
143 orang, akan tetapi untuk mengantipasi responden yang drop out atau
kesalahan dalam pengambilan data, maka peneliti menambah cadangan
sampel sebesar 10% dari jumlah sampel yang ada, yaitu 10% × 143 = 14,3
= 14 orang. Sehingga total keseluruhan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ada sebanyak 143 + 14 = 157 orang.
Kemudian, untuk menentukan sampel sesuai strata maka
menggunakan rumus dibawah ini (Imron & Munif, 2010) :
Rumus:= .Keterangan:
ni : jumlah sampel menurut strata Ni : jumlah populasi menurut strataN : jumlah sampel seluruhnya n : jumlah populasi seluruhnya
48
Perhitungan:
Tabel 4.2 Perhitungan Sampel Berdasarkan Strata/Tingkatan
Tingkatan Pendidikan Perhitungan Hasil sampel perstrata
Tingkat I/ Kelas I MTs . 157 = 44,98 45 Orang
Tingkat II/ Kelas II MTs67356 . 157 = 29,55 30 Orang
Tingkat III/ Kelas IIIMTs
40356 . 157 = 17,64 18 Orang
Tingkat IV/ Kelas I MA64356 . 157 = 28,22 28 Orang
Tingkat V/ Kelas II MA46356 . 157 = 20,29 20 Orang
Tingkat VI/ Kelas IIIMA
37356 . 157 = 16,32 16 Orang
Total sampel keseluruhan 157 Orang
Cara pengambilan sampel menggunakan tabel bilangan random
sampling, dengan cara sebagai berikut:
a. Tentukan besar populasi.
b. Buat daftar unit sampling (sampling frame).
c. Semua sampling unit diberi nomor urut agar muda mencocokkan.
d. Pengambilan sampel pertama, tentukan sembarang angka yang
terdapat pada tabel bilangan random kemudian ambil kolom
sebelahnya yang sesuai dengan banyaknya digit populasi.
e. Bila diperoleh angka yang lebih besar dari populasi maka angka
tersebut tidak digunakan. Demikian pula bila memperoleh dua angka
yang sama maka satu agka tidak dipergunakan.
(Swarjana, 2012).
49
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Jenis Data
Data berasal dari datum yang diartikan sebagai materi atau
kumpulan fakta yang digunakan untuk keperluan suatu analisa, diskusi,
persentasi ilmiah ataupun tes statistik (Imron & Munif, 2010). Jenis data
yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan langsung dari responden melalui pengisian kuesioner,
sedangkan data sekunder diperoleh dari Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II, berupa jumlah santriwati, pembagian tingkatan pendidikan
dan informasi lainnya terkait pondok pesantren.
4.4.2. Instrumen Penelitian
Akuratnya data yang dikumpulkan dalam penelitian sangat
mempengaruhi hasil penelitian, maka dari itu diperlukan alat pengumpulan
data yang disebut instrument penelitian (Swarjana, 2012). Instrument
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur berbentuk daftar
pertanyaan yang disusun secara sistematis sebagai panduan pengumpulan
data yang sesuai dengan tujuan penelitian (Budiharto, 2008). Kuesioner
yang digunakan merupakan jenis kuesioner tertutup yaitu terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai
pilihan (Nasution, 2009).
Sesuai dengan tujuan penelitian, kuesioner dalam penelitian ini
terdiri dari tiga bagian, yaitu:
50
a. Kuesioner I, kuesioner tentang data demografi yang berisi tentang
inisial responden, usia, tingkat pendidikan dan lama mukim dengan
rincian:
1) Inisial responden, untuk menjaga kerahasian identitas responden
maka bagian ini tidak diisi dengan nama lengkap responden tetapi
cukup dengan menuliskan inisial.
2) Usia, dalam penelitian ini usia responden dibagi menjadi 2
kategori, yaitu 0 = Remaja awal (12-15 tahun) dan 1 = Remaja
akhir (16-19 tahun), yang mana berdasarkan penelitian Seiffge-
Krenke dkk. (2009) menunjukkan bahwa tingkat stres meningkat
pada masa remaja awal dan menurun pada masa remaja akhir.
3) Tingkat pendidikan, dalam penelitian ini adalah berdasarkan
tingkat pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II dan dikategorikan menjadi 2 kategori berdasarkan
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam pasal 24 bagian
jenjang pendidikan, yaitu 0 = Pendidikan diniyah fomal wustha ( I,
II, dan III MTs) dan 1 = Pendidikan diniyah formal ulya ( I, II, dan
III MA) (Kemenag, 2014).
4) Lama mukim, didasarkan bahwa siswa yang tinggal di asrama
dibutuhkan suatu penyesuaian diri, siswa yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan akan merasa
mendapat tekanan yang menyebabkan stres (Zakiyah dkk., 2010).
Penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu 0 = jika lama
51
mukim < 1 tahun, yang mana berdasarkan penelitian Nurhadi
(2013) bahwa lama mukim < 1 tahun menunjukkan penyesuaian
diri buruk, berbeda dengan penelitian Zakiyah dkk. (2010) yang
menunjukkan bahwa siswa yang tinggal di asrama < 1 tahun telah
memiliki kemampuan penyesuain diri yang baik, 1 = jika lama
mukim 1 tahun hingga < 3 tahun, yang mana berdasarkan
penelitian Wonombong (2005) menunjukkan bahwa para siswa
yang tinggal di asrama memasuki tahun pertama ( lama mukim < 1
tahun) yang mengalami kesulitan penyesuaian diri tinggi tidak
lebih banyak daripada para siswa yang tinggal di asrama
memasuki tahun ketiga (lama mukim < 3 tahun), dan 2 = jika lama
mukim ≥ 3 tahun.
b. Kuesioner II, kuesioner terkait tingkat stres yang terdiri dari 34 item
pernyataan. Kuesioner ini adalah kuesioner stres yang diadopsi dari
kuesioner yang telah dibuat untuk mengukur tigkat stres santri pada
penelitian sebelumnya di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kebon
Jeruk Jakarta Barat.
c. Kuesioner III, kuesioner terkait gejala gangguan pencernaan yang
terdiri dari 29 item pernyataan. Kuesioner ini adalah kuesioner gejala
gangguan pencernaan yang dimodifikasi dari ROME III Diagnostic
Questionnaire dan Metagnics Health Appraisal Questionnaire dari
Health World Limited (2014).
Penilaian kuesioner II dan III adalah menggunakan skala likert,
yang mana skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
52
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu
(Sujarweni, 2014), yaitu dalam penelitian ini berupa fenomena stres dan
gejala gangguan pencernaan yang dialami santriwati yang ada di Pondok
Pesantren Sirojul Mukahlasin II Magelang. Dengan skala likert, variabel
yang akan diukur yaitu tingkat stres dan gejala gangguan pencernaan
dijabarkan menjadi indikator variabel, berupa indikator stres dan gejala
gangguan pencernaan. Pemberian skoringnya dengan sangat sering = 5,
sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, dan tidak pernah = 1.
Untuk analisis selanjutnya data dikategorikan menjadi 3 kategori,
apabila data yang terkumpul terdistribusi normal, maka perhitungan nilai
mean (rata-rata) dan standar deviasi (simpangan baku) merupakan cara
yang tepat. Sehingga pengkategorian 3 kategori berdasarkan nilai mean
dan standar deviasi (SD) yaitu, kategori berat jika X > mean + SD,
kategori sedang jika mean – SD ≤ X ≤ mean + SD dan kategori ringan jika
X < mean – SD. Sedangkan jika data yang terkumpul tidak terdistribusi
normal, maka nilai median (nilai yang membagi distribusi menjadi 2
bagian yang sama) dan inter quartil range (K1= nilai di bawah 25%,
K2= nilai di bawah 50%, dan K3= nilai di bawah 75%) yang lebih tepat
dibandingkan nilai mean, sehingga dalam pengkategoriannya menjadi 3
kategori yaitu, berat jika X > K3, sedang jika K1 ≤ X ≤ K3 dan ringan jika
X < K1 (Hastono, 2007; Sujarweni, 2014).
53
4.4.3. Prosedur Pengumpulan Data
Proses–proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui
beberapa tahap, yaitu:
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji dan pembimbing,
peneliti meminta izin langsung kepada pihak pondok pesantren.
b. Menyelesaikan kelengkapan administrasi, seperti surat izin penelitian
yang diberikan ke pihak pondok pesantren.
c. Mengukur validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
d. Meminta data terbaru seluruh santriwati di pondok pesantren. Data
tersebut digunakan untuk menentukan calon responden penelitian.
e. Datang ke pondok pesantren dan koordinasi dengan pengurus pondok
dan penanggung jawab setiap angkatan untuk mengumpulkan calon
responden.
f. Menjelaskan kepada calon responden terkait penelitian, kemudian
memberikan lembar persetujuan (informed consent) dan kuesioner dan
menjelaskan prosedur pengisian kuesioner.
g. Memberikan waktu pengisian kuesioner kepada responden ± 20 menit.
h. Kemudian responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi
untuk diperiksa dan selanjutnya kuesioner diolah serta dianalisa oleh
peneliti.
54
4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Alat ukur atau instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data (Hidayat,
2011).
4.5.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk
mengetahui validitas suatu instrument (dalam hal ini kuesioner) dilakukan
dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel
dengan skor totalnya. Suatu variabel dikatakan valid bila skor variabel
tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya (Riyanto,
2011). Uji validitas dapat menggunakan rumus Korelasi Pearson Product
Moment, setelah diketahui rhitung yang dibaca pada pearson correlation,
maka nilai tersebut dibandingkan dengan rtabel, sehinggan jika rhitung > rtabel
maka butir tersebut adalah valid atau sahih karena menyatakan adanya
korelasi antara skor item dengan jumla skor total (Riwidikdo, 2009).
Uji validitas kuesioner gejala gangguan pencernaan dilakukan di
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang. Jumlah
responden yang digunakan dalam uji validitas adalah 30 responden
(Umar, 2005). Lokasi tersebut sama dengan lokasi penelitian, sehingga
responden yang telah diteliti dalam uji coba instrumen tidak termasuk
responden dalam penelitian. Metode yang digunakan adalah dengan
pendekatan Korelasi Pearson Product Moment, dengan ketentuan
kevalidan instrument apabila nilai rhitung > rtabel (0,361) pada N=30 atau
55
nilai signifikansi 5%. Hasil pernyataan yang tidak valid adalah point
nomor 23, dikarenakan pada point tersebut rhitung < rtabel, sehingga tidak
digunakan dalam penelitian. Maka jumlah pernyataan yang valid dan
digunakan dalam kuesioner gejala pencernaan adalah 29 item.
Sedangkan untuk kuesioner stres telah digunakan dan dinilai
validitasnya oleh peneliti sebelumnya (Sholiha, 2013), yang dilakukan di
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, yang mana lokasi dan respondennya
mempunyai kriteria yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan.
Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai Pearson Correlation yang
dibandingkan dengan rtabel dengan ketentuan kevalidan instrument apabila
nilai rhitung > rtabel (0,312) pada N=40 atau nilai signifikansi 5%.
4.5.2. Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas
data. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010).
Dalam mengukur reliabilitas dapat digunakan beberapa rumus,
diantaranya: rumus belah dua dan Spearman Brown, (jika untuk
mengetahui reliabilitas seluruh tes) Kuder Richardson-20, Anova Hoyt,
dan Alpha (Hidayat, 2011).
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap
seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel. Namun sebaiknya
uji reliabilitas dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja
yang berbeda sehingga diketahui konstruk variabel mana yang tidak
56
reliabel. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Cronbrach’s Alpha > 0,6. (Gumilar, 2007).
Uji reliabilitas kuesioner gejala gangguan pencernaan dilakukan di
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang. Jumlah
responden yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah 30 responden
(Umar, 2005). Lokasi tersebut sama dengan lokasi penelitian, sehingga
responden yang telah diteliti dalam uji coba instrumen tidak termasuk
responden dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas sebelum item pernyataan
yang tidak valid dihilangkan didapatkan Cronbrach’s Alpha (0,939),
sedangkan setelah item yang tidak valid dihilangkan didapatkan
Cronbrach’s Alpha (0,941). Berdasarkan hasil tersebut maka konstruk
pernyataan yang merupakan dimensi variabel gejala gangguan pencernaan
dinyatakan reliabel karena Cronbrach’s Alpha > 0,6.
Sedangkan untuk kuesioner stres telah digunakan dan dinilai
reliabilitasnya oleh peneliti sebelumnya (Sholiha, 2013), yang dilakukan di
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, yang mana lokasi dan respondennya
mempunyai kriteria yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan
dengan hasil pengolahan data menunjukkan Cronbrach’s Alpha > 0,6 yaitu
nilai Cronbrach’s Alpha (0,880). Maka dapat disimpulkan konstruk
pernyataan yang merupakan dimensi variabel stres adalah reliabel.
4.6. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh tidak akan banyak manfaatnya apabila
tidak diolah dan dianalisis. Sebuah data akan dapat banyak bercerita,
57
apabila telah dilakukan pengolahan dan analisa, sehingga dapat dengan
mudah dipahami untuk kemudian disimpulkan. Proses kegiatan
pengolahan data (data processing) ini terdiri dari tiga jenis kegiatan
(Imron & Munif, 2010), yaitu:
4.6.1. Memeriksa Data (Editing)
Proses editing adalah memeriksa data hasil pengumpulan data yang
berupa pertanyaan, buku register dan lain-lain. Dalam melakukan kegiatan
memeriksa data, meliputi perhitungan dan penjumlahan serta koreksi.
Kegiatan perhitungan dan penjumlahan adalah menghitung banyaknya
lembaran-lembaran kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah diisi dan
kembali, dimaksudkan untuk mengetahui apakah jumlahnya telah sesuai
dengan jumlah yang disebarkan atau ditentukan. Sedangkan yang
termasuk di dalam kegiatan koreksi adalah memeriksa kelengkapan,
kesinambungan, dan keseragaman data.
4.6.2. Memberi Kode (Coding)
Supaya memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau
data hasil penelitian sangat perlu untuk disederhanakan agar pada saat
pengolahan data dilakukan dengan mudah, yaitu dengan memberikan
simbol-simbol tertentu, biasanya dalam bentuk angka untuk masing-
masing data atau pertanyaan yang telah diklasifikasikan. Setelah
pemberian kode selesai, maka data yang sudah diberi kode dipindahkan ke
dalam suatu media untuk pengolahan data selanjutnya.
58
4.6.3. Tabulasi Data (Tabulating)
Kegiatan tabulasi data yaitu menyusun dan mengorganisir data
sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun
dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
4.7. Analisa Data
Setelah kegiatan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisa data. Dilakukannya analisa data adalah untuk mencari
suatu kebenaran yang hakiki dari penelitian yang dilakukan (Imron & Munif,
2010). Adapun analisa data dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
4.7.1. Analisa Univariat
Teknik ini dilakukan terhadap setiap variabel hasil dari penelitian,
sehingga dapat dilihat gambaran secara rinci untuk kemudian disiapkan
kembali dalam analisis berikutnya. Analisis univariat pada penelitian ini
dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel distribusi frekuensi
gejala gangguan pencernaan dan tingkat stres serta data demografi usia,
tingkat pendidikan dan lama mukim di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang.
4.7.2. Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antar
variabel. Pada penelitian ini, analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, yaitu
hubungan tingkat stres dengan gejala gangguan pencernaan dan untuk
melihat apakah ada perbedaan secara signifikan atau tidak tingkat stres
berdasarkan demografi (usia, tingkat pendidikan dan lama mukim) pada
59
santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang.
Analisa hubungan tingkat stres dengan gejala gangguan pencernaan
dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Spearman Rank (Rho), yaitu
uji yang digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara
dua variabel yang berskala ordinal (Hidayat, 2011).
Langkah selanjutnya setelah menentukan hipotesis nol dan
hipotesis alternatif adalah menentukan kriteria/batasan yang digunakan
untuk memutuskan hipotesis nol ditolak atau gagal ditolak yang disebut
dengan tingkat kemaknaan (level of significance). Tingkat kemaknaan,
atau yang disebut dengan nilai α, merupakan nilai yang menunjukkan
besarnya peluang salah dalam menolak hipotesis nol, dengan kata lain
nilai α merupakan batas toleransi peluang salah dalam menolak hipotesis
nol (Hastono & Sabri, 2010).
Pada uji Korelasi Spearman Rank (Rho) ini tingkat kemaknaan
yang digunakan adalah α = 5% (Pradeka dkk., 2012). Untuk mengetahui
terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari nilai signifikan, yaitu jika
Sig > 0,05 maka Ho diterima, dan jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar hubungannya dapat dilihat
dengan nilai koefisien korelasi atau nilai r. Koefisien korelasi memiliki
sifat antara -1 hingga +1 dan sifat nilai koefisien korelasi antara plus (+)
atau minus (-), yang mana jika korelasi positif (+) berarti jika variabel 1
mengalami kenaikan maka variabel 2 juga akan mengalami kenaikan,
begitu sebaliknya dan jika korelasi negatif (-) berarti jika variabel 1
60
mengalami penurunan maka variabel 2 akan mengalami kenaikan, begitu
sebaliknya (Sujarweni, 2014).
Selain itu, sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi.
Keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut (Sujarweni,
2014):
a. 0,00 sampai 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.
b. 0,21 sampai 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.
c. 0,41 sampai 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.
d. 0,71 sampai 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
e. 0,91 sampai 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan kuat sekali.
f. 1 berarti korelasi sempurna.
Selanjutnya untuk melihat apakah ada perbedaan secara signifikan
atau tidak tingkat stres berdasarkan demografi (usia, tingkat pendidikan
dan lama mukim), maka dilakukan uji beda pada statistik non parametrik
karena tidak memenuhi untuk uji statistik parametrik yaitu menggunakan
uji Mann-Whitney untuk tingkat stres berdasarkan usia dan tingkat
pendidikan, dan menggunakan uji Kruskal-Wallis tingkat stres berdasarkan
lama mukim. Uji Mann-Whitney adalah uji dua sampel bebas pada statistik
non parametrik, untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari suatu
parameter dari dua sampel independen (Riwidikdo, 2009;Santoso, 2010).
Uji Kruskal-Wallis adalah uji statistik non parametrik yang digunakan
untuk menguji tiga sampel atau lebih yang independen (Nawangsari, 2013)
61
4.8. Etika Penelitian
Peneliti yang bekerja bersama manusia harus selalu ingat bahwa
subjek mereka adalah manusia nyata yang memiliki kebutuhan dan
keinginannya sendiri, maka dari itu diperlukan suatu kode etik untuk
memastikan adanya perlindungan martabat dan keselamatan subjek serta
kelayakan riset yang melibatkan manusia sebagai subjek (Dempsey, 2002).
Menurut Hidayat (2011), masalah etika penelitian yang harus peneliti
perhatikan meliputi:
4.8.1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian agar subjek mengerti maksud dan tujuan, serta dampak dari
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan informed consent
sebelum penelitian dilakukan.
4.8.2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
adalah dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
4.8.3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua informasi yang telah dikumpulkan, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian
5.1.1. Sejarah Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II beralamat di Jalan
Kalibening No. 64 Payaman Secang Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Awalnya, pada tahun 1966 berdiri Lembaga Mu’alimin-Mu’alimat 6
Tahun dibawah Yayasan Amal Jariyah, pendiri KH. Siradj Abdurrohman
yang sekarang berubah menjadi Yayasan Bakti Yajri sesuai Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: Ahu-
1669.Ah.01.04. Tahun 2011 Tanggal 4 April. Pada perjalanannya, tahun
1976 setelah adanya SKB 3 Menteri RI, Madrasah yang semula Mu’alimin
Mu’alimat 6 Tahun berubah menjadi dua lembaga yaitu Madrasah
Tsanawiyah (setingkat dengan SLTP) dan Madrasah Aliyah (setingkat
SLTA).
Disaat transisi yayasan dan dua lembaga dibawahnya, KH.
Minanurrohman Anshori setelah selesai dari pesantren Al Anwar Sarang
Rembang, membuat suatu trobosan setelah mendapat restu dari beberapa
keluarga dan tokoh Payaman. Beliau pada tahun 1992 ikut terlibat dalam
kepengurusan yayasan. Beliau mendirikan satu lembaga non-formal di
bawah Yayasan Amal Jariyah yaitu Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin
II, yang kemudian dibuka pertamanya pada tahun 1993
63
Berdirinya pesantren tersebut membuat lembaga formal MTs dan
MA Yajri yang sedianya mengalami penurunan, jumlah siswa mengalami
peningkatan, bukan hanya siswa/santri yang datang dari lokal Magelang
namun dari beberapa kota, bahkan provinsi luar jawa.
5.1.2. Profil Pondok Pesantren
a. Visi dan Misi
1) VisiMenjalankan pendidikan dan pembelajaran dengan miliu
pesantren ala Ahlusunnah Wal Jama’ah untuk memantapkan aqidah.
Meluruskan keyakinan dan ketakwaan serta penguasan ilmu
pengetahuan nondikotomik antar ilmu agama dan ilmu umum dalam
membina akhlak mulia untuk kesejahteraan umat.
2) Misi
a) Memberikan pelayanan terbaik dalam menghantarkan para
santri/siswa memiliki kemantapan akidah, penguasaan ilmu dan
keluhuran akhlak untuk kesejahteraan umat.
b) Membentuk santri-siswa yang unggul dalam pemahaman kitab-
kitab salaf, ilmu pengetahuan dan lifeskill/ketrampilan.
c) Membentuk santri-siswa menjadi generasi islam yang
mempunyai wawasan luas.
d) Menciptakan semua komponen madrasah dan pesantren
menjadi mu’min yang ta’at, jujur, ikhlas, berdisiplin, percaya
diri, kreatif dan inofatif.
64
b. Asrama
Pondok pesantren menyediakan asrama bagi santri/siswa, dimana
terdapat asrama putra dan asrama putri yang terpisah dan terdapat dalam
lingkup pondok itu sendiri. Untuk asrama dilengkapi dengan kamar, aula
untuk asrama putri dan mushola untuk asrama putra yang digunakan untuk
berkumpul para santri dalam berbagai kegiatan (diantaranya untuk sholat
jama’ah, ngaji, tempat belajar, berbagai kegiatan peringatan hari besar
islam, dan lain-lain), kamar mandi, dapur, jemuran, koperasi dan kamar
ustadz/ustadzah. Selain itu, khusus asrama putri berdekatan dengan rumah
pengasuh dan juga asrama dalam kondisi tertutup. Sedangkan untuk
asrama putra terletak berdekatan dengan ruang kelas dan mushola.
Penghuni setiap kamar di dalam asrama bervariasi, tergantung ukuran
kamarnya.
Kegiatan pokok di asrama meliputi:
Tabel 5.1 Kegiatan Pokok di Asrama Pondok Pesantren Sirojul MukhlasinII Payaman Magelang
No. Waktu (WIB) Kegiatan1 03.00 Bangun tidur/persiapan jama’ah shubuh2 05.00 Tadarus Al-Qur’an3 06.00 Makan pagi dan persiapan sekolah4 07.00 Kegiatan belajar mengajar5 12.45 Usai kegiatan belajar mengajar dan jama’ah dhuhur6 13.15 Tadarus Al-qur’an7 13.30 Makan siang dan istirahat8 15.00 Persiapan jama’ah ashar9 16.00 Kegiatan ngaji10 17.30 Persiapan jama’ah maghrib11 18.30 Tadarus Al- qur’an12 18.45 Makan malam dan persiapan jama’ah isya’13 19.30 Kegiatan ngaji14 20.30 Kegiatan belajar bersama15 22.00 Santri istirahat
65
Diluar kegiatan pokok tersebut, para santri mendapat kegiatan
tambahan berupa latihan khitobah, sholawat al-barzanji dan lain
sebagainya.
c. Pengajian Kitab Kuning
Pengajian kitab kuning pokok dilakukan pada waktu kegiatan
fomal, setiap setelah asyar dan setelah isya’ dengan jadwal kitab dan
ustadz/ustadzah menyesuaikan jadwal yang telah ditentukan. Selain itu,
ada juga berbagai pengajian kitab tambahan yang dilakukan selain pada
jadwal tersebut. Khusus untuk hari libur (hari jum’at), setiap selesai
dhuhur dilakukan pengajian kitab Ta’limul Muta’alim yang diikuti oleh
semua santri yang disampaikan langsung oleh pengasuh pondok.
Metode pengajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode klassikal, yaitu dengan ustadz/ustadzah membacakan dan
menjelaskan isi dari kitab sementara para santri mencatat dan
mendengarkan. Selain metode tersebut, juga menerapkan metode sorogan,
yaitu dengan setiap santri/sekompok santri bergantian menyetorkan
hapalan/ngajinya kepada para ustad/ustadzah. Dan untuk ngajinya, antara
santri putra dengan santri putri dipisah.
d. Aktivitas Pendidikan
Di dalam kompleks Pondok Pesantren terdapat tiga jenis lembaga
pendidikan, yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA)
dan Pondok Pesantren dan dalam kenyataannya ketiga jenis lembaga
pendidikan ini tidak terpisah-pisah dalam kurikulum, pengelolaan dan
66
sistem pembelajarannya. Yang membedakan ketiganya hanyalah dalam
urusan administratif dengan pemerintah.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional madrasah
dengan mengkombinasikan kurikulum pesantren, yaitu dengan sistem
belajar sorogan dan klassikal. Kurikulum Nasional dipakai dalam bidang
studi sains seperti Matematika, Fisika, Biologi, Kimia dan Pengetahuan
Sosial. Sementara untuk bidang studi yang bersifat keagamaan, seperti
Fiqh, Hadits, Al Qur’an, Aqidah, Akhlak dan Bahasa Arab, madrasah ini
mengambil referensi kurikulum yang ada di lingkungan pesantren,
beberapa di antaranya memakai kitab kuning sebagai buku wajib.
Aktivitas pendidikan dilakukan di Gedung Belajar MTs-MA (small class
dengan pemisahan putra dan putri).
5.2. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif,
yaitu menampilkan tabel distribusi frekuensi data demografi yang meliputi
usia, tingkat pendidikan dan lama mukim serta tingkat stres dan gejala
gangguan pencernaan santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang.
5.2.1. Gambaran Demografi Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang
Pada penelitian ini, demografi yang dianalisi adalah sebagai
berikut:
67
a. Usia
Berikut ini, distribusi data demografi usia responden pada
penelitian:
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan Usiadi Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015
No. Usia Frekuensi Persentase (%)1. Remaja Awal (12-15 tahun) 109 69,42. Remaja Akhir (16-19 tahun) 48 30,6
Total 157 100,0
Tabel 5.2 di atas menunjukkan hasil bahwa responden pada rentang
usia remaja awal (12-15 tahun) sebanyak 109 orang (69,4%) dan
responden yang berada pada rentang usia remaja akhir (16-19 tahun)
sebanyak 48 orang (30,6%).
b. Tingkat Pendidikan
Berikut ini, distribusi data demografi tingkat pendidikan responden
pada penelitian:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati BerdasarkanTingkat Pendidikan di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang Tahun 2015
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)1. Pendidikan Diniyah Formal
Wustha (I, II, dan III MTs)93 59,2
2. Pendidikan Diniyah FormalUlya (I, II, dan III MA)
64 40,8
Total 157 100,0
Tabel 5.3 di atas menunjukkan hasil bahwa responden yang berada
pada tingkat pendidikan diniyah formal wustha (I, II, dan III MTs)
sebanyak 93 orang (59,2%) dan responden yang berada pada tingkat
68
pendidikan diniyah formal ulya (I, II, dan III MA) sebanyak 64 orang
(40,8%).
c. Lama Mukim
Berikut ini, distribusi data demografi lama mukim responden di
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang pada
penelitian:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan LamaMukim di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Tahun 2015
No. Lama Mukim Frekuensi Persentase (%)1. < 1 tahun 48 30,62. 1 tahun hingga < 3 tahun 58 36,93. ≥ 3 tahun 51 32,5
Total 157 100,0
Tabel 5.4 di atas menunjukkan hasil bahwa dari 157 orang
sebanyak 48 orang (30,6%) telah bermukim di pondok selama < 1 tahun,
58 orang (36,9%) telah bermukim di pondok selama rentang 1 tahun
hingga < 3 tahun, dan 51 orang (32,5%) telah bermukim di pondok selama
≥ 3 tahun.
5.2.2. Gambaran Tingkat Stres Santriwati di Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasi II Payaman Magelang
Pengkategorian tingkat stres responden menggunakan nilai mean
dan standar deviasi (SD) dikarenakan data terdistribusi normal (p > 0,05)
yaitu (0,200), dimana nilai mean adalah 84,16 dan nilai standar deviasi
(SD) adalah 15,97. Responden yang dikategorikan memiliki tingkat stres
berat adalah yang mempunyai skor > mean + SD atau yang mempunyai
skor > 100,13 , yang dikategorikan memiliki tingkat stres sedang adalah
69
yang mempunyai skor mean – SD ≤ X ≤ mean + SD atau yang mempunyai
skor 68,19 ≤ X ≤ 100,13, dan yang dikategorikan memiliki tingkat stres
ringan adalah yang mempunyai skor < mean – SD atau yang mempunyai
skor < 68,19. Berdasarkan kategori tersebut maka hasil penelitian terhadap
distribusi tingkat stres responden diperoleh sebagai berikut:
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan TingkatStres di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Tahun 2015
No. Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)1. Berat 20 12,72. Sedang 115 73,23. Ringan 22 14,0
Total 157 100,0
Tabel 5.5 di atas menunjukkan hasil bahwa dari keseluruhan
responden, sebanyak 20 orang (12,7%) termasuk ke dalam kategori tingkat
stres berat, 115 orang (73,2%) termasuk ke dalam kategori tingkat stres
sedang, dan sebanyak 22 orang (14,0%) termasuk ke dalam kategori
tingkat stres ringan.
Sedangkan distribusi tingkat stres responden berdasarkan usia
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden SantriwatiBerdasarkan Usia di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang Tahun 2015
No. TingkatStres
Remaja Awal (12-15 tahun)
Remaja Akhir(16-19 tahun) Total/(%)
Frek. (%) Frek. (%)1. Berat 14 70,00 6 30,00 20/1002. Sedang 77 67,00 38 33,00 115/1003. Ringan 18 81,80 4 18,20 22/100Total/(%) 109 69,4 48 30,6 157/100
70
Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan hasil bahwa proporsi
tingkat stres pada usia remaja awal (12-15 tahun) yaitu sebesar 70% (14
orang) yang memiliki tingkat stres berat, 67% (77 orang) yang memiliki
tingkat stres sedang, dan 81,8% (18 orang) yang memiliki tingkat stres
ringan. Sedangkan pada usia remaja akhir yaitu sebesar 30% (6 orang)
yang memiliki tingkat stres berat, 33% (38 orang) yang memiliki tingkat
stres sedang, dan 18,2% (4 orang) yang memiliki tingkat stres ringan.
Adapun distribusi tingkat stres responden berdasarkan tingkat
pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden SantriwatiBerdasarkan Tingkat Pendidikan di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin
II Payaman Magelang Tahun 2015
No.Tingkat
Stres
Pendidikan DiniyahFormal Wustha
Pendidikan DiniyahFormal Ulya Total/(%)
Frek. (%) Frek. (%)1. Berat 11 55,0 9 45,0 20/1002. Sedang 64 55,7 51 44,3 115/1003. Ringan 18 81,8 4 18,2 22/100
Total/(%) 93 59,2 64 40,8 157/100
Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan hasil bahwa proporsi
tingkat stres responden yang berada pada tingkat pendidikan diniyah
formal wustha yaitu, sebesar 55% (11 orang) yang memiliki tingkat stres
berat, 55,7% (64 orang) yang memiliki tingkat stres sedang, dan 81,8%
(18 orang) yang memiliki tingkat stres ringan. Sedangkan yang berada
pada tingkat pendidikan diniyah formal ulya yang memiliki tingkat stres
berat sebesar 45% (9 orang), yang memiliki tingkat stres sedang sebesar
71
44,3% (51 orang), dan yang memiliki tingkat stres ringan sebesar 18,2%
(4 orang).
Selain itu distribusi tingkat stres responden berdasarkan lama
mukim adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Responden SantriwatiBerdasarkan Lama Mukim di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang Tahun 2015
No.Tingkat
Stres< 1 Tahun 1 Hingga < 3
Tahun≥ 3 Tahun
Total/(%)Frek. (%) Frek. (%) Frek. (%)
1. Berat 9 45,0 4 20,0 7 35,0 20/1002. Sedang 33 28,7 40 34,8 42 36,5 1151003. Ringan 6 27,3 14 63,6 2 9,1 22/100Total/(%) 48 30,6 58 36,9 51 32,5 157/100
Berdasarkan tabel 5.8 di atas menunjukkan hasil bahwa yang
memiliki tingkat stres berat pada responden yang lama mukim < 1 tahun
yaitu sebesar 45% (9 orang), sedangkan yang lama mukim berkisar 1
hingga < 3 tahun sebesar 20% (4 orang), dan yang lama mukim ≥ 3 tahun
sebesar 35% (7 orang). Selanjutnya yang memiliki tingkat stres sedang
pada responden yang lama mukim < 1 tahun sebesar 28,7% (33 orang),
kemudian yang lama mukim 1 hingga < 3 tahun sebesar 34,8% (40 orang)
dan yang lama mukim ≥ 3 tahun yaitu sebesar 36,5% (42 orang).
Sedangkan pada tingkat stres ringan pada responden yang lama mukim < 1
tahun sebesar 27,3% (6 orang), untuk yang lama mukim 1 hingga < 3
tahun yaitu sebesar 63,6% (14 orang) dan yang lama mukim ≥ 3 tahun
sebesar 9,1% (2 orang).
72
5.2.3. Gambaran Gejala Gangguan Pencernaan Santriwati di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Pengkategorian gejala gangguan pencernaan responden
menggunakan nilai inter quartil range dikarenakan data tidak terdistribusi
normal (p < 0,05) yaitu (0,047), dimana nilai K1 (kuartil 1) adalah 47,
nilai K2 adalah 57 dan nilai K3 adalah 64. Responden yang dikategorikan
memiliki gejala gangguan pencernaan berat adalah yang mempunyai skor
> K3 atau > 64, yang dikategorikan memiliki gejala gangguan pencernaan
sedang adalah yang mempunyai skor K1 ≤ X ≤ K3 atau 47 ≤ X ≤ 64, dan
yang dikategorikan memiliki gejala gangguan pencernaan ringan adalah
yang mempunyai skor < K1 atau < 47. Berdasarkan kategori tersebut maka
hasil penelitian terhadap gejala gangguan pencernaan responden diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Santriwati Berdasarkan GejalaGangguan Pencernaan di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang Tahun 2015
No. Gejala-Gejala GangguanPencernaan
Frekuensi Persentase (%)
1. Berat 37 23,62. Sedang 83 52,93. Ringan 37 23,6
Total 157 100,0
Tabel 5.9 di atas menunjukkan hasil bahwa dari keseluruhan
responden, sebanyak 37 orang (23,6%) termasuk ke dalam gejala
pencernaan kategori berat, 83 orang (52,9%) termasuk ke dalam gejala
73
pencernaan kategori sedang, dan sebanyak 37 orang (23,6%) termasuk ke
dalam gejala pencernaan kategori ringan.
5.3. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Korelasi
Spearman Rank (Rho) untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat
stres dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwati Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015.
5.3.1. Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala Gangguan Pencernaan
pada Santriwati Pondok Pesantre Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang
Berikut ini, analisis hubungan antara tingkat stres dengan gejala
gangguan pencernaan pada penelitian:
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala GangguanPencernaan pada Santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang Tahun 2015
No. TingkatStres
Gejala GangguanPencernaan Total p-
valuer
Berat Sedang RinganN % N % N % N %
1. Berat 15 75 4 20 1 5 20 100
0,000 0,6852. Sedang 22 19,1 74 64,3 19 16,5 115 1003. Ringan 0 0 5 22,7 17 77,3 22 100
Total 37 23,6 83 52,9 37 23,6 157 100
Berdasarkan tabel 5.10 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai
p-value = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara
variabel tingkat stres dengan gejala gangguan pencernaan (p < 0,05).
Sedangkan dari hasil koefisien korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi
atau nilai (r = 0,685). Hal itu berarti hubungan antara variabel tingkat stres
74
dengan gejala gangguan pencernaan merupakan hubungan yang kuat
karena berada pada rentang koefisien korelasi antara (0,41 – 0,70).
Sementara itu, koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai positif (+),
yang artinya bahwa hubungan antara variabel tingkat stres dengan gejala
gangguan pencernaan merupakan hubungan yang sebanding, dimana jika
variabel tingkat stres mengalami kenaikan maka variabel gejala gangguan
pencernaan juga akan mengalami kenaikan, begitu sebaliknya.
5.3.2. Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Demografi Santriwati
(usia, tingkat pendidikan dan lama mukim) Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Berikut ini, hasil uji beda tingkat stres berdasarkan usia pada
penelitian:
Tabel 5.11 Hasil Uji Mann-Whitney Tingkat Stres RespondenSantriwati Usia Remaja Awal dan Remaja Akhir di Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015
Variabel Usia NMeanRank
Mann-Whitney TestZ Sig(2-tail)
TingkatStres
1.Remaja Awal(12-15 tahun)
109 75,07
-1,631 0,1032.Remaja Akhir
(16-19 tahun)48 87,92
Berdasarkan tabel 5.11 di atas, hasilnya nilai p-value 0,103 ( p >
0,05), yang menunjukkan bahwa pada penelitian ini tidak terdapat
perbedaan yang signifikan tingkat stres antara remaja awal dan remaja
akhir pada α = 0,05.
Adapun berikut ini, hasil uji beda tingkat stres berdasarkan tingkat
pendidikan pada penelitian:
75
Tabel 5.12 Hasil Uji Mann-Whitney Tingkat Stres RespondenSantriwati Pendidikan Diniyah Fomal Wustha dan Pendidikan Diniyah
Formal Ulya di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II PayamanMagelang Tahun 2015
Variabel Tigkat Pendidikan NMeanRank
Mann-Whitney TestZ Sig(2-tail)
TingkatStres
1.Pendidikan DiniyaFomal Wustha
93 71,33
-2,550 0,0112.PendidikanDiniyah FormalUlya
64 90,15
Berdasarkan tabel 5.12 di atas, hasilnya nilai p-value 0,011
(p < 0,05), yang menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat
perbedaan yang signifikan tingkat stres antara santriwati pada tingkat
pendidikan diniyah formal wustha dan santriwati pada tingkat pendidikan
diniyah formal ulya pada α = 0,05.
Selain itu berikut ini, hasil uji beda tingkat stres berdasarkan lama
mukim pada penelitian:
Tabel 5.13 Hasil Uji Kruskal-Wallis Tingkat Stres RespondenSantriwati Lama Mukim < 1 Tahun, 1 hingga < 3 Tahun, dan ≥ 3
Tahun di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman MagelangTahun 2015
Variabel Lama Mukim N MeanRank
Kruskal-Wallis TestChi-
Square Sig(2-tail)
TingkatStres
1. < 1 tahun 48 84,83
6,955 0,0312. 1 hingga < 3
tahun58 66,59
3. ≥ 3 tahun 51 87,63
Berdasarkan tabel 5.13 di atas, hasilnya nilai p-value 0,031
(p < 0,05), yang menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat
perbedaan yang signifikan tingkat stres antara santriwati yang lama mukim
76
< 1 tahun, 1 hingga < 3 tahun, dan ≥ 3 tahun pada α = 0,05. Hasil mean
rank tingkat stres yang lama mukim < 1 tahun dan ≥ 3 tahun lebih besar
dari pada tingkat stres yang lama mukim 1 hingga < 3 tahun
(87,63 > 84,83 > 66,59), maka dapat dikatakan rata-rata santriwati yang
lama mukim < 1 tahun dan ≥ 3 tahun memiliki tingkat stres yang lebih
tinggi dibandingkan santriwati yang lama mukim 1 hingga < 3 tahun.
77
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan dari hasil penelitian yang meliputi
interprestasi dan diskusi hasil yang membahas kesenjangan maupun kesesuaian
antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian terkait disertai teori
yang mendasarinya. Selain itu, juga dibahas tentang keterbatasan yang ada dalam
penelitian ini.
6.1. Pembahasan Univariat
6.1.1. Gambaran Demografi Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang
a. Usia
Usia merupakan faktor yang sangat independen karena tidak dapat
diubah oleh manusia. Usia akan bertambah hari demi hari secara otomatis.
Oleh karena itu, usia merupakan faktor biologis sebagai pembeda dalam
hubungannya dengan dimensi kelompok (Soeroso, 2008). Responden pada
pada penelitian ini adalah santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang yang merupakan kelompok usia remaja,
yang mana dikategorikan ke dalam usia remaja awal (12-15 tahun) dan
remaja akhir (16-19 tahun). Kelompok periode remaja merupakan tahapan
dimana ia berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi&
Makhfudli, 2009).
Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berada pada rentang usia remaja awal (12-15 tahun), yaitu
78
sebesar 69,4%. Sedangkan responden yang berada pada rentang usia
remaja akhir hanya sebesar 30,6%. Periode remaja awal adalah dimana
seseorang berada pada tahap pencarian identitas dan lawannya adalah
kebingungan identitas. Fokusnya adalah bagaimana mereka mencari
identitas dirinya baik di lingkungan rumah ataupun sekolah. Pada periode
ini mereka menjadi lebih dekat dengan teman-temannya. Dalam proses
pencarian identitas dirinya, remaja menjadi lebih sensitif, menjadi serba
salah, serta masih ditandai dengan egosentrisme (cara berpikirnya masih
terbatas pada sudut pandang diri sendiri). Sedangkan remaja akhir tidak
berbeda jauh dengan periode remaja awal, hanya saja pada periode ini
remaja diharapkan sudah sampai pada satu pencapaian identitas tertentu
(Nihayah dkk., 2006).
Remaja sering dianggap sebagai kelompok yang sehat, namun
demikian banyak remaja yang meninggal karena bunuh diri, kecelakaan,
kekerasan dan penyakit lainnya yang lebih baik dicegah atau diobati. Data
WHO menunjukkan sekitar 1,3 juta remaja meninggal pada tahun 2012,
sebagian besar penyebabnya adalah yang dapat dicegah atau diobati.
Banyak juga di kalangan remaja yang menderita gangguan kesehatan
kronis dan kecacatan, dimana penyebab utamanya adalah terkait kesehatan
mental (seperti, depresi dll). Selain itu, hampir 35% beban global penyakit
adalah berakar pada masa remaja (WHO, 2015a; WHO, 2015b; WHO,
2015c).
Maka dari itu, perhatian terkait kesehatan bagi para santri di
lingkungan pondok pesantren, yang mana semua penghuninya adalah
79
kelompok remaja merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan remaja di Indonesia, terutama pada
beberapa penyakit yang dapat dicegah atau diobati sehingga tidak
berdampak pada kesehatan yang lebih buruk lagi di masa mendatang. Hal
itu sesuai yang dianjurkan oleh WHO (2015b), yang mana
mempromosikan praktek kesehatan selama masa remaja, dan mengambil
langkah-langkah untuk melindungi kaum remaja dari resiko kesehatan
sangat penting untuk pencegahan masalah kesehatan di masa dewasa,
untuk masa depan negara dan infrastruktur sosial. Salah satunya bisa
dilakukan di sekolah-sekolah atau setting komunitas lain, yang mana jika
masalah muncul pada remaja, mereka harus dideteksi dan dikelola oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dan peduli.
b. Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan formal yang ada di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II meliputi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah
(MA). Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, bahwa
Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang
terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan
dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan Madrasah Aliyah
(MA) adalah satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum dengan kekhasan agama islam pada jenjang pendidikan
80
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat (Kemenag, 2013).
Selanjutnnya berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam
pasal 24 bagian jenjang pendidikan, pada pondok pesantren jenjang
pendidian MTs termasuk ke dalam pendidikan diniyah formal wustha,
sedangkan jenjang pendidian MA termasuk ke dalam pendidikan diniyah
formal ulya (Kemenag, 2014). Mayoritas yang menjadi responden pada
penelitian ini adalah yang berada pada tingkat pendidikan diniyah formal
wustha yaitu sebesar 59,2% (93 orang), sedangkan yang berada pada
tingkat pendidikan diniyah formal ulya sebesar 40,8% (64 orang).
Dominasi pada santriwati yang berada pada tingkat pendidikan
diniyah formal wustha dikarenakan teknik pengambilan sampel adalah
propotionate stratified random sampling dan kuota terbesar yang menjadi
santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II adalah yang sedang
menempuh jenjang pendidikan diniyah formal wustha. Hal itu sesuai
dengan data terbaru dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa
di Indonesia jumlah peserta didik lebih tinggi pada tingkat MTs/SMP
dengan jumlah 8.287.730 siswa, sedangkan yang berada pada tingkat
MA/SMA/SMK hanya berjumlah 6.979.382 siswa (Kemdikbud, 2015).
Muatan pelajaran yang diterima oleh santri/siswa di pondok
pesantren adalah berjenjang dan berkelanjutan dari tingkat MTs sampai
tingkat MA yang menggunakan kurikulum nasional madrasah dengan
81
mengkombinasikan kurikulum pesantren. Sebagaimana pada Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam pasal 26 dan 27, bahwa kurikulum
pendidikan diniyah fomal terdiri atas kurikulum pendidikan agama islam
dan pendidikan umum. Kurikulum Pendidikan Keagamaan Islam pada
tingkat pendidikan diniyah formal wustha paling sedikit memuat Al-
Qur’an, Ilmu Tafsir, Hadist, Tauhid, Fiqih, Akhlak-Tasawuf, Tarikh,
Bahasa Arab, Nahwu-Sharf, Balaghah dan Ilmu Kalam. Sedangkan pada
tingkat pendidikan diniyah formal ulya paling sedikit memuat
sebagaimana di atas ditambah Ilmu Arudh, Mantiq dan Ilmu Falak
(Kemenag, 2014).
Menurut Gunarsa (2008), keterlibatan seseorang di dalam proses
pendidikan atau tingkat pendidikan yang dicapainya akan mempengaruhi
dan membentuk cara, pola dan kerangka berpikir, persepsi, pemahaman,
dan kepribadiannya. Hal tersebut sesuai juga dengan misi dari Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang, diantaranya adalah
untuk menghantarkan para santri/siswa memiliki kemantapan akidah,
penguasaan ilmu, keluhuran akhlak, unggul dalam pemahaman kitab-kitab
salaf, ilmu pengetahuan, lifeskill/ketrampilan, serta menjadi generasi islam
yang mempunyai wawasan luas. Dengan demikian, bagaimana cara, pola,
dan kerangka berpikir maupun kepribadian santriwati di Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang, akan tergantung dengan
pendidikan yang diajarkan di pondok pesantren tersebut.
82
c. Lama Mukim
Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam pasal 7, santri adalah
peserta didik dan wajib bermukim di pondok atau asrama pesantren, hal
tersebut untuk lebih mengintensifkan proses pendidikan baik yang
menyangkut pengamalan ibadah, pemahaman keagamaan, penguasaan
bahasa asing, internalisasi nilai-nilai keagaman dan akhlak karimah, serta
peningkatan keterampilan (Kemenag, 2014). Begitu halnya di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II yang seluruh santriwatinya mukim di
asrama pesantren dan bisa keluar pondok hanya setiap 2 bulan sekali atau
apabila ada keperluan tertentu dengan izin pengasuh pondok.
Apabila dilihat dari lama mukimnya, hasil statistik pada penelitian
ini menunjukkan bahwa sebanyak 48 orang (30,6%) telah bermukim di
pondok selama < 1 tahun, 58 orang (36,9%) telah bermukim di pondok
selama rentang 1 tahun hingga < 3 tahun, dan 51 orang (32,5%) telah
bermukim di pondok selama ≥ 3 tahun. Hasilnya sangat bervariasi
dikarenakan teknik pengambilan sampel adalah stratified random
sampling berdasarkan tingkat pendidikan bukan lamanya, sedangkan
lamanya mukim di pondok adalah sesuai awal mereka masuk dan
keluarnya, yang mana ada yang mulai masuk pondok tersebut pada tingkat
MTs dan adapula yang baru masuk pada tingkat MA, sehingga ada yang
hanya 3 tahun dan adapula yang 6 tahun lamanya menetap di pondok
hingga lulus nantinya.
83
6.1.2. Gambaran Tingkat Stres Santriwati di Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama
(boarding school). Kehidupan di boarding school (biasa disebut pondok
pesantren) memberikan banyak tantangan bagi siswa yang belajar di sana.
Berbagai kondisi telah ditetapkan oleh sekolah selama 24 jam sebagai
permintaan yang harus dipenuhi setiap harinya. Maka tidak jarang kondisi
tersebut bisa menjadi sumber tekanan (stressor) sehingga dapat
menyebabkan stres (Haris dkk., 2013). Namun, pondok pesantren adalah
salah satu institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat yang
mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM). Pendidikan pesantren tidak saja memberikan
pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi yang jauh lebih penting adalah
menanamkan nilai-nilai moral dan agama (Ahmad dkk., 2005).
Berdasarkan tabulasi data dari tabel 5.5 didapatkan sebagian besar
(73,2%) santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang adalah stres sedang dan sebagian kecil (12,7%) adalah stres
berat, serta (14%) adalah stres ringan. Namun, dari jumlah keseluruhan
antara jumlah responden yang mengalami stres sedang dan berat, maka
kejadian stres pada santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang cukup tinggi (86%). Dimana stres merupakan keadaan
yang dialami ketika ada sebuah ketidakseimbanganantara tuntutan dan
kemampuan untuk mengatasinya (Lazarus & Folkman, 1984).
84
Hal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya dapat
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan santriwati yang masih masa
remaja. Menurut WHO (2015c) batasan usia seseorang dikatakan remaja
adalah diantara usia 10-19 tahun. Dan hasil dari data umum responden
didapatkan bahwa (69,4%) adalah remaja awal (12-15 tahun) dan (30,6%)
adalah remaja akhir (16-19 tahun).Masa remaja adalah sebagai periode
“badai dan tekanan” atau “ storm & stress” suatu masa dimana ketegangan
emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar,
perspektif yang diperkenalkan oleh Hall (1904) dan didukung oleh teori
psikoanalitik Freud (1958) dan Erikson (1968) bahwa remaja adalah
sebagai masa krisis identitas (dalam Beeck, 2009).
Apabila dilihat tingkat stres santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang berdasarkan usianya, didapatkan
ditribusi frekuensi bahwa yang memiliki tingkat stres berat, sedang dan
ringan cenderung lebih tinggi pada usia remaja awal yaitu sebesar (70%)
yang memiliki tingkat stres berat, (67%) yang memiliki tingkat stres
sedang, dan (81,8%) yang memiliki tingkat stres ringan. Sedangkan pada
usia remaja akhir tingkat stres cenderung menurun dibandingkan pada
remaja awal, yaitu sebesar (30%) yang memiliki tingkat stres berat, (33%)
yang memiliki tingkat stres sedang, dan (18,2%) yang memiliki tingkat
stres ringan.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Stuart dan Laraia (2005)
yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan pengalaman seseorang
dalam menghadapi berbagai macam stressor, kemampuan memanfaatkan
85
sumber dukungan dan keterampilan mekanisme koping. Sehingga semakin
bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan seseorang
dalam pengelolaan stres. Selain itu penelitian longitudinal yang dilakukan
oleh Seiffge-Krenke dkk. (2009) tentang perubahan perkembangan stres
dan koping selama awal dan akhir masa remajapada 200 remaja, juga
didapatkan hasil bahwa tingkat stres meningkat pada masa remaja awal
dan menurun pada masa remaja akhir.
Menurut Nihayah dkk. (2006), periode remaja awal adalah dimana
seseorang berada pada tahap pencarian identitas. Fokusnya adalah
bagaimana mereka mencari identitas dirinya baik di lingkungan rumah
ataupun sekolah. Mereka menjadi lebih dekat dengan teman-temannya.
Dalam proses pencarian identitas dirinya, remaja menjadi lebih sensitif,
serba salah, serta masih ditandai dengan egosentrisme. Sedangkan remaja
akhir tidak berbeda jauh dengan periode remaja awal, hanya saja pada
periode ini remaja diharapkan sudah sampai pada satu pencapaian identitas
tertentu.
Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman
Magelang merupakan santriwati yang sedang menempuh pendidikan
diniyah formal wustha (I, II, dan III MTs) dan pendidikan diniyah formal
ulya (I, II, dan III MA). Apabila dilihat proporsi tingkat stresnya
berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan hasil bahwa yang berada pada
tingkat pendidikan diniyah formal wustha tingkat stres baik berat, sedang
maupun ringan lebih tinggi daripada yang berada pada tingkat pendidikan
diniyah formal ulya, yaitu (55%) yang memiliki tingkat stres berat,
86
(55,7%) tingkat stres sedang, dan (81,8%) tingkat stres ringan. Sedangkan
yang berada pada tingkat pendidikan diniyah formal ulya, (45%) yang
memiliki tingkat stres berat, (44,3%) tingkat stres sedang dan (18,2%)
yang memiliki tingkat stres ringan.
Hasil tersebut didukung pernyataan bahwa tingkat pendidikan
seseorang mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi stres, makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi keberhasilannya
melawan stres (Wulur dkk., 2013). Yang mana salah satunya dipengaruhi
oleh self-efficacy (keyakinan diri bahwa dapat menguasai situasi), bahwa
individu yang memiliki jenjang pendidikan tinggi biasanya memiliki self-
efficacy yang tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar
dan menerima pendidikan formal dan lebih banyak mendapat kesempatan
untuk belajar dan mengatasi suatu persoalan (Agung & Budiani, 2013).
Selain itu juga, menurut Gunarsa (2008), keterlibatan seseorang di dalam
proses pendidikan atau tingkat pendidikan yang dicapainya akan
mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka berpikir, persepsi,
pemahaman, dan kepribadiannya.
Stres pada santriwati Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
Payaman Magelang juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar pondok
pesantren yang tidak sesuai dengan harapan penghuninya atau keadaan
dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau beresiko yang akan
menghasilkan perasaan tegang. Hal inilah yang disebut stressor. Menurut
Yosep (2007) beberapa hal yang dapat menjadi sumber stres (stressor)
87
diantaranya adalah hubungan interpersonal, lingkungan hidup, faktor
keluarga, keuangan dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Alphen
(2014) pada 12 responden usia remaja dari berbagai negara (Amerika,
Eropa dan Timur Tengah) yang tinggal di asrama sekolah (boarding
school), didapatkan hasil bahwa faktor yang menjadi stressor siswa yang
tinggal di asrama sekolah adalah meliputi faktor di asrama (meliputi:
homesickness atau kerinduan, teman sekamar yang berisik dll, manajemen
waktu, makanan, kurangya privasi, kurang tidur, culture shock atau
perubahan nilai budaya, kurang olahraga, dan biaya sekolah), faktor teman
sebaya (meliputi: gosip, membanding-bandingkan teman, pencurian,
teman yang mendominasi, teman yang memandang negatif budaya
seseorang, teman yang mengejek, dan mempunyai masalah hubungan
dengan teman) dan faktor sekolah (meliputi: tugas yang banyak, salah
paham dengan guru, dan kesulitan terkait akademik).
Perpindahan dari lingkungan lama, yaitu rumah menuju lingkungan
baru yaitu pondok pesantren, tentunya membutuhkan penyesuain diri
(adaptasi). Kegiatan-kegiatan di dalam pesantren pun sangat berbeda
dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat pada umumnya (Wahid, 2001
dalam Said, 2015). Handoko (2013) menyatakan bahwa seseorang yang
sudah lama berada pada suatu lingkungan akan terbiasa dengan norma-
norma, aturan-aturan dan kebiasaan yang ada di lingkungannya. Melalui
interaksi yang sudah lama dan cukup intens ini akan membuat seseorang
lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Siswa yang tidak
88
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan akan merasa
mendapat tekanan yang menyebabkan stres (Zakiyah dkk., 2010).
Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan terungkap dalam respon
dan simtom mental yang jelas, namun kriteria tersebut tidak mutlak, tetapi
merupakan cara yang baik untuk memberikan penilaian yang cepat
terhadap tingkat penyesuaian diri (Semiun, 2006). Pada penelitian ini
proporsi tingkat stres santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
apabila dilihat berdasarkan lamanya tinggal (mukim), maka didapatkan
hasil bahwa yang memiliki tingkat stres berat lebih tinggi terjadi pada
responden yang lama mukim < 1 tahun (45%), tingkat stres sedang lebih
tinggi terjadi pada responden yang lama mukim ≥ 3 tahun (36,5%), dan
tingkat stres ringan lebih tinggi terjadi pada responden yang lama mukim
1 hingga < 3 tahun (63,6%).
Perlu diketahui bahwa pengaruh stessor terhadap tubuh adalah
bersifat perorangan (tergantung kepribadian orang itu), kemampuan
koping, kondisi lingkungan, sifat stressor, durasi stressor, dan lamanya
stressor itu (Praag dkk., 2004). Selain itu, stres merupakan suatu proses
dimana seseorang adalah agen yang aktif yang dapat memengaruhi
dampak stressor melalui strategi perilaku, kognitif dan emosional yang
dimilikinya. Oleh sebab itu, setiap individu akan memberikan reaksi stres
yang berbeda terhadap stressor yang sama karena dipengaruhi oleh
berbagai perbedaan yang dimiliki masing-masing individu, baik dari aspek
biologi, mental, spiritual, maupun sosial (Hasan, 2008).
89
Stres dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan
pertumbuhan, dan dalam hal ini suatu stres adalah positif dan bahkan
diperlukan (Potter & Perry, 2005). Namun, stres kronis secara konsisten
dikaitkan dengan dampak negatif, seperti penyakit fisik, kecemasan,
depresi, penurunan akademik, penarikan sosial, dan penggunaan obat-
obatan (Chen, 2014).
6.1.3. Gambaran Gejala Gangguan Pencernaan Santriwati di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Gangguan pencernaan adalah gejala yang sangat sering dijumpai
namun memiliki arti berbeda bagi orang yang berbeda, bisa berupa nyeri
abdomen, sulit menelan, refluks asam, nyeri retrostenal, dan lain-lain.
Selain itu, bisa juga merupakan gejala dari banyak penyakit penting,
termasuk ulkus peptikum, kanker lambung, dan refluks esofagus (Gleadle,
2007). Hal tersebut seringkali menunjukkan gejala-gejala yang cukup
mengganggu, sehingga jika tidak mendapatkan penanganan dapat menjadi
gangguan kronis dan menyebabkan penyakit (Aksono & Aksono,2009).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada santriwati di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang sebagian besar
(52,9%) mempunyai gejala gangguan pencernaan kategori sedang, 23,6%
diantaranya mempunyai gejala gangguan pencernaan kategori berat, dan
23,6% lain mempunyai gejala gangguan pencernaan kategori ringan.
Gejala gangguan pencernaan yang muncul merupakan hasil kombinasi dari
faktor-faktor yang mungkin melibatkan perubahan motilitas, sensitifitas
saraf dalam usus yang meningkat dan disregulasi dari interaksi otak-usus.
90
Faktor-faktor ini dapat dipengaruhi oleh pengaruh pikologis dan sosial
(International Foundation for Functional Gastrointestinal Disorders,
2009; Kumar & Clark, 2012).
Faktor penyebab lainnya dari gangguan pencernaan adalah pola
makan, mikrooganisme (seperti Helicobacter pylori), obat-obatan (seperti
aspirin), trauma, faktor lain (seperti radiasi), dan prosedur endoskopi
(Williams & Hopper, 2015). Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Jepang pada seseorang yang memenuhi kriteria gangguan
pencernaan berdasarkan ROME III Diagnostic Questionnaire,
menunjukkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan tidur dan
makan yang buruk, diet, olahraga, dan faktor gaya hidup lainnya, serta
stres yang berlebihan (Miwa, 2012).
Gangguan pencernaan seringkali menunjukkan gejala-gejala yang
cukup mengganggu, sehingga jika tidak mendapatkan penanganan dapat
menjadi gangguan kronis dan menyebabkan penyakit (Aksono &
Aksono,2009). Diantaranya, menurut Alberda dkk. (2006) bahwa
seseorang dengan gangguan pencernaan mempunyai asupan makanan
yang kurang, mengalami stres metabolik, malabsorpsi, dan peningkatan
kebutuhan nutrisi, sehingga lebih beresiko mengalami malnutrisi. Selain
itu dapat pula menyebabkan Irritable Bowel Sindrome (IBS),ditandai
dengan serangan nyeri atau nyeri tekan pada daerah perut, kram, diare,
mual, konstipasi, dan buang angin yang berulang kali (National Safety
Council, 2004).
91
6.2. Pembahasan Bivariat
6.2.1. Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala Gangguan Pencernaan
pada Santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasi II
Payaman Magelang
Hasil uji statistik memperlihatkan nilai (p-value = 0,000, r = 0,685)
yang membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat stres
dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwati di Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang. Sementara itu, koefisien korelasi
dalam penelitian ini bernilai positif (+), yang artinya bahwa hubungan
antara tingkat stres dengan gejala gangguan pencernaan merupakan
hubungan yang sebanding, dimana jika variabel tingkat stres mengalami
kenaikan maka variabel gejala gangguan pencernaan juga akan mengalami
kenaikan, begitu sebaliknya.
Gejala gangguan pencernaan dapat disebabkan salah satunya oleh
adanya stres, sebagaimana diungkapkan oleh Aksono & Aksono (2009),
Drossman & Swantkowski (2006), dan Hartono (2007) bahwa pada sistem
pencernaan, stres mengakibatkan beberapa gejala, diantaranya adalah
iskemia mukosa lambung, sekresi asam lambung, mual-mual, radang usus,
rasa panas pada perut, meningkatkan motilitas pada esofagus, lambung,
usus kecil, usus besar dan kolon. Abnormal dari motilitas dapat
menghasilkan berbagai gejala gastrointestinal mencakup muntah, diare,
sembelit, sakit perut akut, dan lain-lain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susanti dkk. (2011) yang menggunakan desain penelitian case control
92
study, mengenai faktor risiko dispepsia pada mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB) yang tinggal di asrama,. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat stres berhubungan nyata dengan gejala dispepsia, yaitu semakin
tinggi tingkat stres akan berhubugan dengan sering munculnya gejala
dispepsia (OR= 7.03; CI 95%: 0.87 hingga 56.89). Juga pada penelitian
Wahyuni dkk. (2012), pada 260 mahasiswa strata 1 FKM Universitas
Hasanuddin Makasar menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat stres yang tinggi dengan dengan kejadian gejala
gastritis (p=0,025).
Dalam respon stres, impuls aferen akan ditangkap oleh organ
pengindra (mata, telinga, hidung dan kulit), pengindra internal
(baroreseptor, kemoreseptor) ke pusat saraf di otak. Pertama, akan terjadi
sekresi sistem saraf simpatis kemudian diikuti oleh sekresi simpatis-
adrenal-moduler, dan akhirnya bila stres masih tetap ada (Smeltzer, 2001 ;
Mertz, 2006). Bila stres masih tetap ada, sistem hipotalamus-pituitari akan
diaktifkan memicu pelepasan CRF (Corticotropin Releasing Factor),
ACTH (Adreno-Corticotropic Hormone) dan kortisol yang mempengaruhi
fungsi usus, komposisi dan pertumbuhan microbiota, dan juga merangsang
sistem saraf simpatik. Stres mengubah jumlah sel mast, EC sel, limfosit
serta neurotransmitter yang diproduksi, yang semuanya terlibat dalam
aktivasi kekebalan mukosa dan selanjutnya berinteraksi dengan gut
microbiota dan gut function (Qin, dkk., 2014).
Selanjutnya, stres yang parah atau jangka panjang dapat
mengakibatkan perubahan jangka panjang dalam respon stres (plasticity),
93
yang menyebabkan peningkatan sintesis CRF. CRF adalah mediator kunci
dari respon pusat stres yang merangang usus secara langsung melalui
reseptor CRF-1 dan CRF-2. Reseptor CRF-1 merangsang kontraksi kolon,
sedangkan reseptor CRF-2 mengurangi aktivitas usus bagian atas (Bathia
& Tandon, 2005;Mertz, 2006).
Enteric Nervous System (ENS) terhubung secara dua arah ke otak
membentuk ‘brain-gut axis’. ENS dapat berfungsi secara independen pada
SSP (Susunan Saraf Pusat), sebuah komunikasi dua arah antara dua organ
ini memungkinkan sinyal dari saluran gastrointestinal (misalnya sensasi
visceral) untuk mempengaruhi otak berkaitan dengan refleks regulasi dan
suasana hati. Masukan ini pada gilirannya dapat memberi efek fisiologis di
saluran gastrointestinal, mengakibatkan perubahan motilitas, sekresi dan
fungsi kekebalan tubuh (Bathia & Tandon, 2005; O’Mahony dkk., 2011).
Stres dan gangguan pencernaan jika tidak ditangani sejak dini akan
berdampak pada kualitas hidup seseorang, kehidupan sosial, dan akademik
terutama untuk yang masih di bangku sekolah. Stres yang parah juga akan
memperburuk kesehatan fisik secara keseluruhan dan akan meningkatkan
beban ekonomi untuk pengobatan (Khan & Chaudary, 2014; Talley,
2008). Selain itu hasil penelitian berbasis survey populasi di Korea Selatan
pada 2014 subyek menunjukkan bahwa stres menempati peringkat
tertinggi (73,5%) sebagai faktor resiko terjadinya kanker lambung (Oh
dkk., 2009).
94
Dari pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pihak
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang perlu
melakukan upaya promosi kesehatan, salah satunya terkait keterampilan
manajemen stres supaya tidak berdampak pada kesehatan sistem
pencernaan dan kesehatan lainnya, selain itu pihak pondok pesantren juga
diharapkan senantiasa menyediakan fasilitas yang dapat membantu
mengurangi stres santriwati. Hal tersebut juga sebagai salah satu bentuk
pelaksanaan dari Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam pasal 8 bagian pondok
pesantren, bahwa pondok pesantren wajib memenuhi persyaratan
kenyamanan dan kesehatan (Kemenag, 2014).
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Haris dkk. (2013) pada mahasiswa di ISID (Institut Study Islam
Darussalam) Boarding School Gontor Ponorogo, bahwa keterampilan
manajemen stres secara positif dapat mempengaruhi perilaku akademik.
Yang mana dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa sangat penting
bagi siswa untuk belajar manajemen stres sehingga dapat mengatasi
lingkungan akademik boarding school yang menegangkan di ISID
(Institud Study Islam Darussalam) Boarding School Gontor Ponorogo.
6.2.2. Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Demografi Santriwati
(usia, tingkat pendidikan dan lama mukim) Pondok Pesantren
Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang
Meskipun secara proporsi tingkat stres santriwati di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang berdasarkan usianya,
95
didapatkan ditribusi frekuensi bahwa yang memiliki tingkat stres berat,
sedang dan ringan cenderung lebih tinggi pada usia remaja awal
dibandingkan pada usia remaja akhir. Namun, berdasarkan uji beda
didapatkan hasil nilai p-value 0,103 ( p > 0,05), yang menunjukkan bahwa
pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat stres
antara remaja awal dan remaja akhir. Dengan kata lain, tingkat stres
santriwati di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang,
baik yang remaja awal ataupun remaja akhir adalah sama.
Hal tersebut berbeda dengan pendapat Persike & Seiffge-Krenke
(2011) dan Sontag dkk. (2011) dalam Raturs (2014) yang menyatakan
bahwa pada remaja awal relatif mempunyai tingkat stres yang tinggi dan
kemampuan koping yang kurang, sedangkan pada remaja akhir tingkat
stres biasanya turun dan biasanya mempunyai kemampuan koping yang
lebih baik dibandingkan dengan remaja awal. Perbedaan ini mungkin
dikarenakan pembagian kamar di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II
adalah dengan menggunakan sistem acak, sehingga gabung antara
santriwati remaja awal dan remaja akhir. Yang mana menurut Santrock
(2003) bahwa remaja awal yang berinteraksi dengan remaja yang lebih tua
lebih sering menunjukkan tingkah laku dan pola pikir yang sama.
Sedangkan tingkat stres santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang berdasarkan tingkat pendidikan, setelah
dilakukan uji beda didapatkan hasil nilai p-value 0,011 (p < 0,05), yang
menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat perbedaan yang
signifikan tingkat stres antara santriwati pada tingkat pendidikan diniyah
96
formal wustha dan santriwati pada tingkat pendidikan diniyah formal ulya.
Dimana tingkat stres santriwati pada tingkat pendidikan diniyah formal
ulya lebih tinggi dibandingkan tingkat stres santriwati pada tingkat
pendidikan diniyah formal wustha (mean rank 90,15 >71,33).
Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Scot (2009) dan
Baldwin (2002) dalam Sinaga (2011), bahwa dunia pendidikan saat ini
memiliki tuntutan yang tinggi terhadap prestasi siswanya. Tuntutan yang
tinggi itu kadangkala menjadi penyebab munculnya stres pada siswa yang
memang tidak memiliki kesiapan dan kedisiplinan dalam belajar.
Terutama bagi remaja high school (SMA sederajat), karena pada saat ini
remaja pada umumnya mengalami tekanan untuk mendapatkan nilai yang
baik dan bisa masuk universitas favorit. Dimana tingkat pendidikan
diniyah formal ulya dalam penelitian ini adalah setingkat dengan jenjang
pendidikan SMA sederajat, dan tingkat pendidikan diniyah formal wustha
dalam penelitian ini adalah setingkat dengan jenjang pendidikan SMP
sederajat.
Begitu pula tingkat stres santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang berdasarkan lama mukim, setelah
dilakukan uji beda didapatkan hasil nilai p-value 0,031 (p < 0,05), yang
menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat perbedaan yang
signifikan tingkat stres antara santriwati yang lama mukim < 1 tahun, 1
hingga < 3 tahun, dan ≥ 3 tahun. Dimana rata-rata santriwati yang lama
mukim ≥ 3tahun dan < 1 tahun memiliki tingkat stres yang lebih tinggi
97
dibandingkan santriwati yang lama mukim 1 hingga < 3 tahun (mean rank
87,63 >84,83 >66,59).
Para santri baru di pondok pesantren akan menghadapi berbagai
macam tantangan. Perpindahan dari lingkungan lama, yaitu rumah menuju
lingkungan baru yaitu pondok pesantren, tentunya membutuhkan
penyesuain diri (adaptasi).Dalam proses adaptasi ini, ada banyak stres
yang muncul (Said, 2015). Sedangkan seseorang yang sudah lama berada
pada suatu lingkungan akan terbiasa dengan norma-norma, aturan-aturan
dan kebiasaan yang ada di lingkungannya. Melalui interaksi yang sudah
lama dan cukup intens ini akan membuat seseorang lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Handoko, 2013). Hal tersebut
sebagaimana terlihat dalam penelitian ini, bahwa santriwati yang lama
mukim < 1 tahun memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan
santriwati yang lama mukim 1 hingga < 3 tahun.
Selain itu, pada penelitian ini santriwati yang lama mukim ≥ 3
tahun memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan santriwati yang
lama mukim < 1 tahun ataupun yang lama mukim 1 hingga < 3 tahun.
Salah satu yang menjadi penyebabnya, dari hasil penelitian Noviari (2013)
bahwa pada dua tahun terakhir di lingkungan sekolah, tekanan dalam
masalah akademik cenderung lebih tinggi sebagai hal yang menyebabkan
stres, seperti keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi atau keberhasilan
dalam bidang ektrakurikuler, dimana remaja selalu berusaha untuk tidak
gagal.
98
6.3. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan
penelitian ini. Keterbatasan peneliti tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
6.3.1. Instrument gejala gangguan pencernaan yang digunakan oleh
peneliti adalah hasil dari modifikasi ROME III Diagnostic
Questionnaire dan Metagnics Health Appraisal Questionnaire dari
Health World Limited (2014). Modifikasi dilakukan sendiri oleh
peneliti berdasarkan studi teori dan literatur yang ada dan proses
bimbingan, sehingga kemungkinan masih banyak informasi yang
belum tergambar dalam kuesioner yang digunakan.
6.3.2. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat stres menggunakan
indikator gejala-gejala stres, kemungkinan akan lebih baik jika
dikembangkan juga berdasarkan indikator stressor stres,
diantaranya sifat stressor, durasi stressor, dan lamanya stressor.
6.3.3. Pada penelitian ini hanya meneliti hubungan antara tingkat stres
dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwati saja tanpa
meneliti dari segi faktor lain yang mempengaruhi gejala gangguan
pencernaan ataupun yang dipengaruhi dan mempengaruhi tingkat
stres.
6.3.4. Responden yang mengetahui topik penelitian serta mengetahui
bahwa dirinya sedang diteliti dapat mempengaruhi jawaban
responden.
99
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
dan dijabarkan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
7.1.1. Gambaran demografi santriwati di Pondok Pesantren Sirojul
Mukhhlasin II Payaman Magelang yang menjadi responden dalam
penelitian ini, yaitu terdiri dari usia remaja awal (12-15 tahun)
69,4% dan usia remaja akhir (16-19 tahun) 30,6%. Untuk tingkat
pendidikan, 59,2% berada pada tingkat pendidikan diniyah formal
wustha dan 40,8% pada tingkat pendidikan diniyah formal ulya.
Dan untuk lama mukim, 30,6% telah bermukim di pondok selama
< 1 tahun, 36,9% telah bermukim di pondok selama rentang
1 tahun hingga < 3 tahun, dan 32,5% telah bermukim di pondok
selama ≥ 3 tahun.
7.1.2. Gambaran tingkat stres santriwati di Pondok Pesantresn Sirojul
Mukhlasin II Payaman Magelang yaitu, sebanyak 12,7% termasuk
ke dalam kategori tingkat stres berat, 73,2% termasuk ke dalam
kategori tingkat stres sedang, dan 14,0% termasuk ke dalam
kategori tingkat stres ringan. Berdasarkan usia, tingkat pendidikan
dan lama mukim, proporsi tingkat stres tertinggi terdapat pada usia
100
remaja awal (12-15 tahun), tingkat pendidikan diniyah formal
wustha dan lama mukim < 1 tahun.
7.1.3. Gambaran gejala gangguan pencernaan pada santriwati di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang yaitu,
sebanyak 23,6% termasuk ke dalam gejala pencernaan kategori
berat, 52,9% termasuk ke dalam gejala pencernaan kategori sedang,
dan 23,6% termasuk ke dalam gejala pencernaan kategori ringan.
7.1.4. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai (p = 0,000, r = 0,685) yang
membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara tingkat stres
dengan gejala gangguan pencernaan pada santriwati di Pondok
Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang. Sementara itu,
koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai positif (+), yang
artinya bahwa hubungan antara tingkat stres dengan gejala
gangguan pencernaan merupakan hubungan yang sebanding,
dimana jika variabel tingkat stres mengalami kenaikan maka
variabel gejala gangguan pencernaan juga akan mengalami
kenaikan, begitu sebaliknya.
7.1.5. Hasil uji beda tingkat stres berdasarkan data demografi, didapatkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat stres antara
remaja awal dan remaja (p = 0,103), terdapat perbedaan yang
signifikan tingkat stres antara pada tingkat pendidikan diniyah
formal wustha dan remaja pada tingkat pendidikan diniyah formal
ulya (p =0,011), dan terdapat perbedaan yang signifikan tingkat
101
stres antara santriwati yang lama mukim < 1 tahun, 1 hingga < 3
tahun, dan ≥ 3 tahun (p =0,031).
7.2. Saran
7.2.1. Bagi Santri
Perlu adanya kesadaran diri untuk dapat menggunakan manajemen
stres yang baik, serta menyampaikan masalah-masalah kesehatan lainnya
kepada pihak pondok pesantren ataupun tenaga kesehatan yang ada,
sehingga dapat segera ditindak lanjuti dan tidak berdampak lebi buruk.
7.2.2. Bagi Pondok Pesantren
Perlu dilakukan upaya promosi kesehatan, salah satunya terkait
keterampilan manajemen stres supaya tidak berdampak pada kesehatan
sistem pencernaan dan kesehatan lainnya, selain itu pihak pondok
pesantren juga diharapkan senantiasa menyediakan fasilitas yang dapat
membantu mengurangi stres santriwati.
7.2.3. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan
Perawat perlu meningkatkan perannya sebagai pendidik dan
advokasi bagi santri dengan dapat ikut terlibat langsung dalam bimbingan
konseling, mengkaji masalah-masalah kesehatan yang ada di lingkungan
pondok pesantren secara menyeluruh, serta memberikan intervensi yang
tepat.
102
7.2.4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggali lebih dalam
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stres dan gejala gangguan
pencernaan pada santriwati dan bagaimana perubahan siklus terjadinya,
sehingga akan lebih mudah dan tepat ketika akan mencari solusi untuk
menguranginya. Selain itu juga diharapkan dilakukan penelitian terkait
masalah-masalah kesehatan lainnya di pondok pesantren yang sama dan
pondok pesantren lain, sehingga derajat kesehatan santri-santri yang ada di
pondok pesantren di Indonesia akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, G. & Budiani, Meita S. (2013). Hubungan Kecerdasan Emosi dan SelfEfficacy dengan Tingkat Stres Mahasiswa yang Sedang MengerjakanSkripsi. Jurnal Online Universitas Surabaya. Vol 01, No 02.
Ahmad, R., dkk. (2005). Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian danProfesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan.Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara.
Aksono, B. T., & Aksono, G.H. (2009). Bebas Masalah Pencernaan. Yogyakarta:Kanasius.
Alberda, C., dkk. (2006). Malnutrition: Etiology, Consequences, and Assessmentof a Patient at Risk. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology20, 3, 419-439.
Alphen, Nienke V. (2014). Steps Towards Sustainable Student Support: StressorsAmong International High School Student Living in a Boarding House.Maastricht Student Journal of Psychology and Neuroscience, Vol. 3, 53-65.
Analisis Statistik Pendidikan Islam 2011/2012. Analisis dan Interpretasi Datapada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman PendidikanQur’an (TPQ) Tahun Pelajaran 2011-2012.(www.pontrenalis.com,dikutip pada 24 Oktober 2014 jam 08.58 WIB).
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bathia, V. & Tandon, Rakesh K. (2005). Stres and the Gastrointestinal Tract.Journal of Gastroenterology and Hepatology 20, 332-339.
Budiharto. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Beeck, Hanne Op D. (2009). Adolescent Times of Storm and Stress Revised.Leuven Institute of Criminology (LINC).
Chen, C. (2014). Impact of Nature Window View on High School Students StressRecovery. Thesis. Urbana, Illionis.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Editor edisi bahasaIndonesia oleh Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Alih bahasa oleh Annisa Rahmalia danCut Novianti; editor oleh Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga.
Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan.Jakarta: EGC.
Drossman, Douglas A., & Dumitrascu, Dan L. (2006). Rome III: New Standardfor Functional Gastrointestinal Disorders. J Gastrointestin Liver Dis, 15,3, 237-241.
Drossman, Douglas A., & Swantkowski, Melissa. (2006). History of FunctionalDisorder. UNC Center for Functional GI & Motility Disorder.
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teoridan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Everly, G.S & Lating, J.M, (2002). A Clinical Guide to the Treatment of TheHuman Stress Response. 2nd edition. New York: Kluwer AcademicPublishing.
Gleadle, J. (2007). At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Alih bahasaoleh Annisa Rahmalia; editor oleh Amalia Safitri.Jakarta: Erlangga.
Gondosari, Aleysius H. (2010). The Secret of 5 Elemants Terapi Sehat Bahagiayang Murah dan Praktis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gumilar, I. (2007). Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen. Bandung:Universitas Wdyatama.
Gunarsa, Singgi D. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga.Jakarta: Gunung Mulia.
Hancock, Peter A. & Szalma, James L. (2008). Performance under Stress. USA:Ashgate Publishing Company.
Handoko, Oki T. (2013). Hubunga antara Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosialterhadap Stres Lingkungan pada Santri Baru. EMPHATY Jurnal FakultasPsikologi, Vol. 2 No. 1, 1-16.
Haris, R., dkk. (2013). Stress Management Skills and University Students’Academic Behaviour: A Case Study. 3rd International Conference OnIslamic Education 2013.6th – 7th April 2013, EPF Institute, Kajang,Selangor, Malaysia.
Hasan, Aliah B. P. (2008). Pengantar Psikologi Kesehatan Islam. Jakarta:Rajawali Pers.
Hartono, L. (2007). Stress dan Stroke. Yogyakarta:Kanasius.
Hastono, Sutanto P. (2007). Basic Data Analysis for Health Research Training:Analisis Data Kesehatan. Depok: UI.
Hastono, Sutanto P. & Sabri, Luknis. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta:Rajawali Pers.
Health World Limited. (2014). Metagnics Health Appraisal Questionnaire. HealthWorld Limited. ([email protected], dikutip pada 11 November2014 jam 12.48 WIB).
Hidayat, A. Aziz A. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta: Salemba Medika.
Imron , Moch. & Munif, Amrul. (2010). Metodologi Penelitian Bidang KesehatanBahan Ajar untuk Mahasiswa. Jakarta: Sagung Seto.
International Foundation for Functional Gastrointestinal Disorder. (2009).Reporter’s Guide to Functional Gastrointestinal Disorders. Milwaukee:Medtronic Foundation.
International Stress Management Association UK (ISMAUK). (2009). StressQuestionnaire. (www.isma.org.uk,dikutip pada 11 November 2014jam10.21 WIB)
Jan, Tambayong. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Jung, Hye-Kyung. (2011). Rome III Criteria for Functional GastrointestinalDisoders: Is There a Need for a Better Definition?. JournalNeurogastroenterol Motil 17, 3, 211-212.
Kemdikbud. (2015). Jumlah Data Peserta Didik Per Provinsi BerdasarkanSeluruh Bentuk Pendidikan. Data Referensi Kementrian Pendidikan danKebudayaan.(http://referensi.data.kemdikbud.go.id/pd_index.php, dikutippada 15 April 2015 jam 02.58 WIB).
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Gambaran Penyakit Tidak Menular di RumahSakit Di Indonesia Tahun 2009 dan 2010. Jakarta: Pusat Data danInformasi Kementerian Kesehatan RI.
Khan, Ayaz M. & Chaudary, Ali M. (2014). Impact of Stress among Students of aPublic Sector University. Journal of Researh and Reflections inEducation, 8, 1, 48-54.
Kozier, Barbara, dkk. (1998). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, andPractice. California: Addison Wesley Longman.
Kumar, P. & Clark, Michael L. (2012). Clinical Medicine Eighth Edition.Spanyol: Sounder Elsevier.
Kurniawati, Ninuk D. & Nursalam.(2007). Asuhan Keperawatan pada PasienTerinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Lazarus, Richard S. (2006). Stress and Emotions: a New Synthesis. New York:Springer Publishing Company.
Lazarus, R. S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York:Springer Publishing Company.
Losyk, Bob. (2007). Kendalikan Stres Anda! Cara Mengatasi Stres dan Sukses diTempat Kerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Makmun, D., dkk. (2014). Changing Trends in Gastrointestinal Malignancy inIndonesia: The Jakarta Experience. Journal of Cancer Research &Therapy, 2 (9), 160-168.
Mertz, Howard. (2006). Stres and Gut. UNC Center for Functional GI & MotilityDisorder
Miwa, H. (2012). Life Style in Persons with Functional Gastrointestinal Disorders– Large-Scale Internet Survey of Lifestyle in Japan. NeurogastronterolMotil 24, 464-e217.
Moesa, Ali M. (2007). Nasionalisme Kiai; Konstruksi Sosial Berbasis Agama.Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Morrison-Valfre, Michele. (2001). Foundations of Mental Health Care. UnitedStates of America: Elsevier Mosby.
Muttaqin, A. & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi AsuhanKeperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Nasir, Abdul &Muhith, Abdul.(2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa:Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Nasutiona, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
National Safety Council. (2004) . Manajemen Stress. Jakarta: EGC.
Nawangsari, T. (2013). Perbandingan Berganda Sesudah Uji Kruskal-Wallis.Prosiding. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.
Nihayah, Zahrotun, dkk. (2006). Psikologi Perkembangan: Tinjauan PsikologiBarata dan Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Renika Cipta.
Noviari, Veronica Kurnia N. (2013). Identifikasi Faktor Penyebab StresAkademik pada Siswa RSBI Kelas VIII di SMPN Yogyakarta. Skripsi.Psikologi Universitas Negri Yogyakarta.
Nurhadi, Rizka A. (2013). Hubungan Antara Konsep Diri dan Penyesuaian Diripada Remaja di Islamic Boarding School SMPIT Daarul HikmahBontang. Artikel Penelitian. Universitas Negeri Malang FakultasPendidikan Psikologi.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Oh, Do-Youn, dkk. (2009). Public Awareness of Gastric Cancer Risk Factors andDisesase Screening in a High Risk Region: A Population-Based Study.Cancer Res Treat 41 (2),59-66.
Osorio, Sergeant C. dkk., (2012). Prevalence of Post-Traumatic Stress Disorderand Physical Health Complaint Among Portuguese Army SpecialOperation Forces Deployed in Afghanistan. Military Medicine 177, 957-962.
O’Mahony, Siobhain M., dkk. (2011). Maternal Separation as a Model of Brain-Gut Axis Dysfunction. Psychopharmacology 214, 71-88.
Pearce, Evelyn C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Alih bahasaoleh Sri Yuliani Handoyo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Peraturan Menteri Agama Repulik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 TentangPendidikan Keagamaan Islam. Jakarta: Kemenag.
Peraturan Menteri Agama Repulik Indonesia Nomor90 Tahun 2013 tentangPenyelenggaraan Pendidikan Madrasah. Jakarta: Kemenag.
Potter, Patricia A.& Perry, Anne G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Ed. 4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih;editor edisi bahasa Indonesia oleh Devi Yulianti dan MonicaEster.Jakarta: EGC.
Praag, Herman M. V. dkk. (2004). Stres, the Brain and Depression. UnitedKingdom: Cambridge University Press.
Pradeka, Rangga, dkk. (2012). Uji Koefisien Spearman dan KendallMenggunakan Metode Bootstrap, Prosiding Seminar NasionalMatematika 2012, 403-413.
Qin, Hong-Yan, dkk. (2014). Impact of PsychologicalStress onIrritableBowelSyndrome.World Journal of Gastroenterology,20 (39),14126-14131.
Rathurs, Spencer A. (2014). Childhood and Adolescence Voyages in Development.New Zealand: Wadsworth Cengage Learning.
Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:Nuha Medika.
Rome Foundation. (2006). ROME III Diagnostic Questionnaire. RomeFoundation. (http://www.romecriteria.org/questionnaires/, dikutip pada11 November 2014 jam 09.19 WIB).
Roizen, Michael F., O, Mehmetz C. (2009). Staying Young: Jurus MenyiasatiKerja Gen agar Muda Sepanjang Hidup. Bandung: Qonita.
Sagawa, T., dkk. (2013). Functional Gastrointestinal Disorders in Adolescent andQuality of School Life. Jurnal Gastroenterology & Hepatology, 285-290.
Said, M. (2015). Strategi Coping Santri Baru: Studi Kasus di Ponpes Al-AminMojokerto. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. Psychology ForumUMM.
Santoso, S. (2010). Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT. Elex MediaKompuntindo.
Santrock, John W. (2003). Adolescence Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Sanusi, Uci. (2012). Pendidikan Kemandirian di Pondok Pesantren. JurnalPendidikan Agama Islam-Ta’lim, 10, 2, 123-139.
Seiffge-Krenke, I., dkk. (2009). Changes in Stress Perception and Coping DuringAdolescence: The Role of Situational and Personal Factor. JournalCompilation, Society for Research in Child Development, Vol. 80, No. 1,259-279.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Ed. 6. Alih bahasaoleh Brahm U. Pendit; editor edisi bahasa Indonesia oleh Nella Yesdelita.Jakarta: EGC.
Sholiha, Marathu. (2013). Gambaran Stress dan Coping Stress pada Santri Aliyahyang Tinggal di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kebon Jeruk JakartaBarat. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul.
Sinaga, C. (2011). Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antaraRemaja Laki-Laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang RayaKabupaten Simalungun. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddart. Editor oleh Suzanne C. Smeltzer, & Brenda G. Bare. Jakarta:EGC.
Soeparmanto, Sri A., dkk. (2007). Pedoman Penyelenggaraan dan PembinaanPos Kesehatan Pesantren. Jakarta: Departemen Kesehatan RI DirektoratJenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Soeroso, Adreas. (2008). Sosiologi 2. Bogor: Quadra.
Stuart, G. W. & Laraia. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.Philadelphia: Elsevier Mosby.
Suismanto. (2004). Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alif Press.
Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Panduan Penelitian Keperawatan dengan SPSS.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sulaeman, Ratri F. & Joefiani P. (2014). Dreajat Stres dan Strategi Koping StresSiswa Tsanawiyyah Al-Furqon Islamic Boarding School. Tugas Akhir,Fakultas Psikologi, Universitas Padjadjaran.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Susanti, A., dkk. (2011). Faktor Risiko Dispepsia pada Mahasiswa InstitutPetanian Bogor (IPB). Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol. 2, No. 1, 80-91.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: ANDI.
Talley, N. J. (2008). Functional Gastrointestinal Disorders as a Public HealthProblem. Neuogastroenterol Motil, 20, 1, 121-129.
Tan, H. T. & Rahardja, K. (2010). Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari. Jakarta: Elex Media Komputindo.
The Counseling Team International. (2014). Stresss Indicators Questionnaire.Business Center Drive. (http://www.thecounselingteam.com, dikutippada 03 Desember 2014 jam 01.46 WIB).
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Bandung: Imperial Bhakti Utama.
Turmudi, Endang. (2004). Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan. Yogyakarta:LkiS.
Umar, Husain. (2005). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Vitahealth. (2006). Diet VCO. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wahab, S., dkk. (2013). Stressors in Secondary Boarding School Student:Association with Stress, Anxiety and Depressive Symptoms. Asia-PacificPsychiatry 5, 82-89.
Wahid, Aburrahman. (2001). Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren.Yogyakarta: LKIS.
Wahyuni, F., dkk. (2012). Ketepatan Waktu Makan, Asupan Kafein, Protein danTingkat Stres terhadap Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Strata 1 FKMUniversitas Hasanuddin. Skripsi. Repository Unhas.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Williams, Linda S. & Hopper, Paula D. (2015). Understanding Medical SurgicalNursing. Philadelphia: Davis Company.
Wonombong, Deby I. (2005). Tingkat Kesulitan Penyesuaian Diri Para SiswiTerhadap Tata Tertib Akademik di Asrama Putri Santa Maria YogyakartaTahun Ajaran 2004/2005. Skripsi. Program Studi Bimbingan danKonseling Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas SanataDharma Yogyakarta.
WHO. (2014). The Top 10 Causes of Death. World Health Organization.(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/#, dikutip pada 14Desember 2014 jam 04.22 WIB).
______ (2015a). Adolescent Health Epidemiology. World Health Organization.(http://www.who.int/maternal_child_adolescent/epidemiology/adolescence/en/#, dikutip pada 14 April 2015 jam 13.37 WIB).
______ (2015b). Adolescent: Health Risks and Solutions. World HealthOrganization.(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs345/en/#,dikutip pada 14 April 2015 jam 13.41 WIB).
______ (2015c). Adolescent Health. World HealthOrganization.(http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/, dikutippada 14 April 2015 jam 13.47 WIB).
Wulur, Winda I. P., dkk. (2013). Hubungan Kecerdasa Emosional denganKemampuan Manajemen Stres pada Narapidana di LembagaPemasyarakatan di Kelas IIA Manado. Ejournal Keperawaan, Vol. 1 No.1, 1-7.
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
You, Jeong-Soon, dkk. (2010). A Case-control Study on the Dietary TaurineIntake, Nutrient Status and Life Stress of Functional Constipation Patientin Korean Malee College Student. Journal of Biomedical Science 17, 1-5.
Zakiyah, N., dkk. (2010). Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan ProkrastinasiAkademik Siswa Sekolah Berasrama SMP N 3 Peterongan Jombang.Jurnal Psikologi Undip, Vol. 8, No. 2, 156-167.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Informed Consent
Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Assalamu’alalikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mustafiqotun Nikmah
NIM : 1111104000050
Alamat : Jl. Jambu I No. 23 RT/RW 001/011 Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan
Banten . 15419
adalah mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian
tentang “Hubungan Tingkat Stres dengan Gejala Gangguan Pencernaan pada Santriwati
Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman Magelang Tahun 2015”. Penelitian ini
dilakukan dalam rangka untuk menyelesaikan tugas skripsi, sehingga untuk keperluan
tersebut saya memohon kesediaan saudari untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan secara
jujur dan apa adanya. Semua identitas dan jawaban yang saudari berikan, akan saya jaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.
Demikian lembar persetujuan ini saya buat. Atas perhatian dan kerjasama saudari,
kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini saya bersedia untuk mengisi lembar kuesioner dan mengikuti penelitian
ini dengan sadar tanpa paksaan.
Magelang, 2015
(........................................................ )
Lampiran 2
Kuesioner Identitas Responden
I. Bagian I
A. Petunjuk Pengisian
Isilah titik-titik pada bagian inisial nama dan usia.
Beri tanda ceklist (√) pada bagian tingkat pendidikan dan lama mukim.
B. Identitas Responden
1. Nomor Responden: *diisi oleh peneliti
2. Inisial Nama : ....................................................................
3. Usia: ..................................................................................
4. Tingkat Pendidikan:
I MTs I MA
II MTs II MA
III MTs III MA
5. Lama mukim/tinggal di pondok:
< 1 Tahun
1 Tahun hingga < 3 Tahun
≥ 3 Tahun
Lampiran 3
Kuesioner Stres
II. Bagian II
A. Petunjuk Pengisian:
Beri tanda ceklist (√) yang dialami dalam 1 minggu terakhir pada kotak
jawaban:
Sangat sering : lima hari dalam seminggu
Sering : tiga hari dalam seminggu
Kadang-kadang : satu atau satu setengah hari dalam seminggu
Jarang : kurang dari dua jam dalam seminggu
Tidak pernah : tidak pernah mengalami
B. Kuesioner
No. Pernyataan
Jawaban
Sang
atse
ring
Seri
ng
Kad
ang-
kada
ng
Jara
ng
Tid
ak p
erna
h
1. Cepat merasa lelah
2. Makan terlalu banyak
3. Sedikitnya empat malam dalam seminggu saya tidur 7-8jam
4. Mengalami nyeri lambung
5. Menderita diare
6. Mengalami sakit kepala
7. Muncul jerawat yang berlebihan
8. Merasa tegang
9. Sering marah-marah sepanjang waktu
10. Mengalami sedih yang berlarut-larut
11. Mengalami ketakutan
12. Mudah tersinggung
13. Merasa gugup
14. Mengeluh berlebihan
15. Merasa khawatir
16. Kehilangan rasa humor yang sehat
17. Merasa tidak dapat berkonsentrasi
18. Badan terasa pegal-pegal
19. Kehilangan selera makan
20. Sulit membuang air besar
21. Mengalami gangguan pernafasan
22. Berkeringat berlebihan
23. Kulit terasa gatal-gatal
24. Banyak melakukan kekeliruan
25. Mengalami kerontokan rambut
26. Mudah menangis
27. Tidak bisa menahan amarah
28. Merasa tidak berguna
29. Merasa takut jika sendiri
30. Mudah bermusuhan
31. Ragu mengambil keputusan
32. Merasa khawatir memandang masa depan
33. Malas bergaul
34. Mudah lupa
Lampiran 4
Kuesioner Gejala Gangguan Pencernaan
III. Bagian III
A. Petunjuk Pengisian:
Beri tanda ceklist (√) yang dialami dalam 1 bulan terakhir pada kotak
jawaban:
Sangat sering : gejala muncul 4 kali atau lebih dalam seminggu atau Anda
menyadari gejalanya muncul setiap hari, atau teratur setiap bulannya
Sering : gejala terjadi 2-3 x dalam satu minggu atau dengan frekuensi yang cukup
mengganggau Anda ketika akan melakukan sesuatu
Kadang-kadang : jika gejala tersebut datang dan pergi yang mana berhubungan
dengan ketika pikiran Anda sedang stres, diet/makanan, atau kelelahan
Jarang : gejala tersebut akrab bagi Anda, tetapi Anda merasa gejala tersebut
tidak signifikan setiap bulannya
Tidak pernah: jika tidak pernah mengalami gejala tersebut.
B. Kuesioner
No. Pernyataan
Jawaban
Sang
at s
erin
g
Seri
ng
Kad
ang-
kada
ng
Jara
ng
Tid
ak p
erna
h
1. Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada
perut bagian atas (di atas pusar atau di
bawah tulang rusuk).
2. Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada
perut bagian bawah membaik setelah Anda
BAB atau kentut.
3. Diare (BAB lebih lembut/lembek/berair dari biasanya).
Lampiran 4
Kuesioner Gejala Gangguan Pencernaan
III. Bagian III
A. Petunjuk Pengisian:
Beri tanda ceklist (√) yang dialami dalam 1 bulan terakhir pada kotak
jawaban:
Sangat sering : gejala muncul 4 kali atau lebih dalam seminggu atau Anda
menyadari gejalanya muncul setiap hari, atau teratur setiap bulannya
Sering : gejala terjadi 2-3 x dalam satu minggu atau dengan frekuensi yang cukup
mengganggau Anda ketika akan melakukan sesuatu
Kadang-kadang : jika gejala tersebut datang dan pergi yang mana berhubungan
dengan ketika pikiran Anda sedang stres, diet/makanan, atau kelelahan
Jarang : gejala tersebut akrab bagi Anda, tetapi Anda merasa gejala tersebut
tidak signifikan setiap bulannya
Tidak pernah: jika tidak pernah mengalami gejala tersebut.
B. Kuesioner
No. Pernyataan
Jawaban
Sang
at s
erin
g
Seri
ng
Kad
ang-
kada
ng
Jara
ng
Tid
ak p
erna
h
1. Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada
perut bagian atas (di atas pusar atau di
bawah tulang rusuk).
2. Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada
perut bagian bawah membaik setelah Anda
BAB atau kentut.
3. Diare (BAB lebih lembut/lembek/berair dari biasanya).
Lampiran 4
Kuesioner Gejala Gangguan Pencernaan
III. Bagian III
A. Petunjuk Pengisian:
Beri tanda ceklist (√) yang dialami dalam 1 bulan terakhir pada kotak
jawaban:
Sangat sering : gejala muncul 4 kali atau lebih dalam seminggu atau Anda
menyadari gejalanya muncul setiap hari, atau teratur setiap bulannya
Sering : gejala terjadi 2-3 x dalam satu minggu atau dengan frekuensi yang cukup
mengganggau Anda ketika akan melakukan sesuatu
Kadang-kadang : jika gejala tersebut datang dan pergi yang mana berhubungan
dengan ketika pikiran Anda sedang stres, diet/makanan, atau kelelahan
Jarang : gejala tersebut akrab bagi Anda, tetapi Anda merasa gejala tersebut
tidak signifikan setiap bulannya
Tidak pernah: jika tidak pernah mengalami gejala tersebut.
B. Kuesioner
No. Pernyataan
Jawaban
Sang
at s
erin
g
Seri
ng
Kad
ang-
kada
ng
Jara
ng
Tid
ak p
erna
h
1. Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada
perut bagian atas (di atas pusar atau di
bawah tulang rusuk).
2. Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada
perut bagian bawah membaik setelah Anda
BAB atau kentut.
3. Diare (BAB lebih lembut/lembek/berair dari biasanya).
4. Sembelit/susah buang air besar (mengejan saat buang air
besar).
5. Perut terasa kembung/gas yang berlebihan.
6.
Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau
kram pada perut bagian bawah di bawah
pusar.
7. Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau
kram pada daerah perut.
8. Tidak nafsu makan.
9. Mual dan/ atau muntah.
10. Terdapat mukus atau lendir pada tinja saat BAB.
11. Perasaan atau sensasi pengosongan tidak lengkap setelah
BAB (seperti ada lagi yang tidak bisa keluar).
12. Bersendawa berlebihan atau berulang kali bersendawa.
13. Bau mulut.
14. Bergantian antara sembelit/susah BAB dan diare.
15. Terdapat makanan yang tidak tercerna alam feses/tinja saat
BAB.
16. Sakit perut atau sensasi panas pada perut selama 1-4 jam
setelah makan.
17. Merasa lapar kembali satu atau dua jam setelah makan.
18. Ketika emosi/stres/memikirkan sesuatu/ merasa sumpek/
bau makanan membuat perut Anda terasa sakit atau tidak
nyaman.
19. Sensasi panas pada perut bertambah terutama ketika
berbaring atau membungkuk ke depan.
20. Kesulitan atau nyeri saat menelan makanan atau minuman.
21. Terasa nyeri atau tidak nyaman pada area dubur/anus.
22 Terasa gatal pada area dubur/anus.
23. Sensasi bahwa makanan hanya masuk dalam perut Anda
4. Sembelit/susah buang air besar (mengejan saat buang air
besar).
5. Perut terasa kembung/gas yang berlebihan.
6.
Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau
kram pada perut bagian bawah di bawah
pusar.
7. Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau
kram pada daerah perut.
8. Tidak nafsu makan.
9. Mual dan/ atau muntah.
10. Terdapat mukus atau lendir pada tinja saat BAB.
11. Perasaan atau sensasi pengosongan tidak lengkap setelah
BAB (seperti ada lagi yang tidak bisa keluar).
12. Bersendawa berlebihan atau berulang kali bersendawa.
13. Bau mulut.
14. Bergantian antara sembelit/susah BAB dan diare.
15. Terdapat makanan yang tidak tercerna alam feses/tinja saat
BAB.
16. Sakit perut atau sensasi panas pada perut selama 1-4 jam
setelah makan.
17. Merasa lapar kembali satu atau dua jam setelah makan.
18. Ketika emosi/stres/memikirkan sesuatu/ merasa sumpek/
bau makanan membuat perut Anda terasa sakit atau tidak
nyaman.
19. Sensasi panas pada perut bertambah terutama ketika
berbaring atau membungkuk ke depan.
20. Kesulitan atau nyeri saat menelan makanan atau minuman.
21. Terasa nyeri atau tidak nyaman pada area dubur/anus.
22 Terasa gatal pada area dubur/anus.
23. Sensasi bahwa makanan hanya masuk dalam perut Anda
4. Sembelit/susah buang air besar (mengejan saat buang air
besar).
5. Perut terasa kembung/gas yang berlebihan.
6.
Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau
kram pada perut bagian bawah di bawah
pusar.
7. Nyeri atau perasaan tidak nyaman atau
kram pada daerah perut.
8. Tidak nafsu makan.
9. Mual dan/ atau muntah.
10. Terdapat mukus atau lendir pada tinja saat BAB.
11. Perasaan atau sensasi pengosongan tidak lengkap setelah
BAB (seperti ada lagi yang tidak bisa keluar).
12. Bersendawa berlebihan atau berulang kali bersendawa.
13. Bau mulut.
14. Bergantian antara sembelit/susah BAB dan diare.
15. Terdapat makanan yang tidak tercerna alam feses/tinja saat
BAB.
16. Sakit perut atau sensasi panas pada perut selama 1-4 jam
setelah makan.
17. Merasa lapar kembali satu atau dua jam setelah makan.
18. Ketika emosi/stres/memikirkan sesuatu/ merasa sumpek/
bau makanan membuat perut Anda terasa sakit atau tidak
nyaman.
19. Sensasi panas pada perut bertambah terutama ketika
berbaring atau membungkuk ke depan.
20. Kesulitan atau nyeri saat menelan makanan atau minuman.
21. Terasa nyeri atau tidak nyaman pada area dubur/anus.
22 Terasa gatal pada area dubur/anus.
23. Sensasi bahwa makanan hanya masuk dalam perut Anda
dan menciptakan kepenuhan tidak nyaman dalam waktu
yang lama setelah makan.
24. Feses berwarna hitam saat BAB.
25. Feses berwarna pucat saat BAB.
26. Antacid (obat maag), minuman bersoda, susu, atau krim
mengurangi gejala-gejala ketidaknyaman pada saluran
pencernaan (misal, sakit perut dll).
27. Merasa sakit atau tidak nyaman setelah BAB.
28. Kesulitan memperoleh atau menaikkan berat badan.
29. Tidak masuk sekolah saat mempunyai gejala-gejala
masalah pencernaan (misal sakit perut).
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Tingkat Stres
Hasil Uji Validitas
No. Item Mean Std. Deviation Pearson Correlation
1. 2,60 ,621 ,533
2. 2,27 ,691 ,424
3. 2,00 ,871 ,536
4. 2,53 ,937 ,441
5. 2,30 ,915 ,478
6. 2,93 ,640 ,576
7. 1,77 ,774 ,475
8. 2,50 ,777 ,703
9. 2,13 ,819 ,378
10. 1,93 ,785 ,765
11. 2,30 ,596 ,473
12. 2,37 ,615 ,516
13. 2,27 ,785 ,474
14. 2,23 ,817 ,579
15. 2,30 ,794 ,392
16. 2,00 ,643 ,315
17. 2,37 ,809 ,507
18. 2,63 ,809 ,476
19. 2,53 ,776 ,449
20. 2,13 ,571 ,459
21. 1,80 ,761 ,638
22. 2,27 ,907 ,475
23. 2,10 ,803 ,562
24. 2,23 ,568 ,565
25. 2.53 ,860 ,320
26. 2,27 ,944 ,448
27. 2,10 ,845 ,510
28. 2,13 ,776 ,697
29. 2,50 ,861 ,373
30. 1,90 ,803 ,537
31. 2,70 ,794 ,394
32. 2,63 ,999 ,524
33. 2,17 1,020 ,413
34. 2,20 ,714 ,451
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach'sAlpha N of Items
,880 40
Lampiran 6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Gejala Gangguan Pencernaan
Hasil Uji Reliabilitas - All Variables
Hasil Uji Reliabilitas - Setelah point 23 dihilangkan
Hasil Uji Validitas – Output SPSS
Lampiran 7
Hasil Uji Hasil Uji Normalitas Data Tingkat Stres dan Gejala Gangguan Pencernaan
Lampiran 8
Hasil Olah Data Analisis Univariat
Lampiran 9
Hasil Olah Data Analisis Bivariat
Lampiran 10
Nilai Mean, Standar Deviasi pada Data Tingkat Stres serta Kuartil pada Data Gejala
Gangguan Pencernaan
Lampiran 11
Izin Penggunaan Kuesioner Stres
[LINE] Obrolan dengan Marathus Sholiha
Waktu disimpan:2015/01/24 09:14
2015/01/23(Jumat)
6:00 Mustafiqotun Ni'mah Assalamu'alaikum Mbk,
Boleh tanya sesuatu?
6:32 Marathus Sholiha wassalam
6:32 Marathus Sholiha knp?
6:44 Mustafiqotun Ni'mah Begini, saya Mustafiqotun Nikmah dr UIN Jkt jur Keperawatan & sedang proses pembuatan skripsi terkaitstres & gangguan pencernaan di pondok, lalu sy melihat penelitian Anda ttg stres di pondok jg, sy tertarik ingin mengadopsi kuesioner stresyg Anda gunakan. Bagaimana?
6:47 Marathus Sholiha hanya sebatas quesionernya?
6:48 Mustafiqotun Ni'mah Iya mbak, sya sudah menemukan lampiran kuesioner Anda & uji validitas & reliabilitasnya jg, yg totalpertanyaannya ada 34 bukan?
6:48 Mustafiqotun Ni'mah Itu yg setelah diuji
7:02 Mustafiqotun Ni'mah Dan mau tanya jg bgmn Anda membuat kuesioner itu, sembernya dr mana aja
11:03 Marathus Sholiha banyak sumber si...
11:04 Marathus Sholiha kampus yai salemba
11:08 Marathus Sholihakalo km mau adopsi quesioner ya monggo....
11:09 Marathus Sholiha dulu aq ada proses wawancara
11:09 Marathus Sholiha sebelum bikin item quesionernya
11:09 Marathus Sholiha wawancara k santrinya
11:13 Marathus Sholiha aq pk metode deskripsi
11:15 Marathus Sholiha sekitar 150 x yah... sorry lupa(grin)
11:15 Marathus Sholiha bbrp x dateng
11:15 Marathus Sholiha u/ awal wwcr hnya bbrp ajah
11:16 Marathus Sholiha d ambil brdasarkan level kls & jns klamin
11:16 Marathus Sholiha trus ... sebar angket gitu...
11:16 Mustafiqotun Ni'mah Ow begitu, trimakasih :)
11:17 Mustafiqotun Ni'mah Mungkin nanti kalau ada yg tidak paham, sya tanyakan kembali
11:17 Marathus Sholiha dr angket br deeh bikin item2 berdasarkan teori
11:17 Marathus Sholiha item2 di sesuaikan dgn kriteria subyek
11:24 Mustafiqotun Ni'mah Trimakasih banget mbak,
Lampiran 12
Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 13
Surat Izin Penelitian
Lampiran 14
Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner Tingkat Stres
Responden
Skor item pernyataan dalam kuesioner Skortotal1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1. 4 2 2 3 2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 4 3 2 2 2 4 3 4 4 2 2 2 2 3 1 2 2 842. 4 3 3 2 1 3 1 3 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2 3 2 3 4 4 3 3 2 2 3 833. 3 2 3 2 1 1 1 3 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 4 3 2 3 1 2 1 1 2 3 1 3 634. 4 3 1 3 1 4 1 2 1 1 1 3 1 5 3 1 3 4 3 2 3 3 3 2 4 1 1 2 3 2 3 3 1 3 815. 3 3 3 3 2 3 1 3 2 4 3 4 1 3 5 2 3 4 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 4 1 2 3 1 2 906. 3 1 1 3 2 3 1 1 1 1 1 3 2 1 2 5 2 3 3 2 1 1 2 1 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 707. 4 2 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 4 3 2 2 2 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 1 2 838. 4 5 3 1 3 3 3 2 2 3 2 2 1 4 4 1 2 4 3 2 1 2 5 1 4 3 2 1 1 1 2 1 1 2 819. 3 3 3 2 2 4 2 2 3 3 2 4 3 3 2 4 4 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 4 2 3 3 9410. 4 5 1 2 1 4 2 2 3 4 2 5 2 1 2 2 3 4 3 1 2 4 4 3 3 5 4 3 2 1 2 1 1 2 9011. 4 3 2 2 1 2 1 3 1 2 2 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 1 2 8012. 4 3 3 1 1 3 2 3 4 1 1 4 3 2 4 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 2 3 1 1 3 7113. 3 2 2 1 3 4 4 3 1 2 3 3 4 3 4 5 2 4 4 2 1 3 4 3 3 2 4 1 4 4 2 1 1 2 9414. 4 3 2 1 2 4 4 2 4 2 3 4 2 2 4 2 4 3 3 2 1 4 4 3 1 3 4 4 3 3 4 5 1 4 10115. 4 3 3 1 1 5 4 4 4 5 3 5 4 3 3 3 3 4 4 2 3 1 3 2 1 3 3 2 4 3 3 3 1 3 10316. 4 3 2 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 4 2 3 3 3 1 1 1 4 2 2 3 3 2 2 1 2 1 2 2 7817. 3 3 2 3 1 2 1 3 2 3 3 4 1 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 2 2 3 8618. 2 3 3 2 1 2 1 2 2 1 1 4 1 1 3 1 2 2 2 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 1 3 1 3 2 6219. 4 5 4 1 1 3 2 3 3 5 3 3 2 2 4 2 4 1 3 4 4 2 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 2 2 10320. 3 4 2 4 2 5 1 2 2 3 1 4 3 3 2 4 2 5 4 2 2 1 4 2 1 2 1 4 3 1 2 1 1 2 8521. 4 5 3 2 2 3 4 3 4 5 3 5 2 4 4 4 3 5 3 2 1 1 4 2 5 3 4 4 5 4 2 1 1 1 10822. 2 3 1 3 2 2 1 2 3 1 2 1 1 1 3 1 2 3 3 2 2 1 4 2 1 1 2 1 4 3 2 1 1 1 6523. 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 3 1 2 1 1 3 2 2 3 2 1 4 2 3 2 2 2 6924. 2 3 2 5 1 3 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 6125. 4 2 2 3 1 3 3 2 1 3 2 3 2 3 2 1 3 3 4 2 1 2 3 3 2 4 2 1 2 2 3 3 2 3 8226. 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 5627. 3 3 2 1 2 3 1 2 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 1 2 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 9128. 4 2 1 2 1 3 1 3 2 2 3 3 3 1 2 2 4 4 3 1 1 1 3 2 2 4 2 1 1 2 4 3 1 3 7729. 4 3 1 1 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 4 2 3 4 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 9530. 2 2 1 2 3 3 2 3 4 4 2 4 3 3 4 1 2 2 4 1 1 2 2 2 2 4 3 4 1 1 3 3 1 3 8431. 3 3 3 1 1 4 2 2 2 2 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 4 2 3 2 2 4 3 1 4 3 3 4 9032. 3 4 2 3 2 4 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 3 2 1 3 2 4 2 3 4 4 4 3 1 4 9333. 5 3 1 3 2 4 4 3 4 5 4 4 3 3 3 3 4 5 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 11534. 5 4 4 5 4 4 2 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 2 5 5 3 2 5 4 4 2 5 2 5 2 2 2 12935. 5 5 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 3 3 2 1 2 3 2 2 1 2 3 2 3 1 2 1 1 2 6736. 4 2 1 1 1 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 1 1 4 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 79
37. 3 3 2 1 1 3 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 2 2 3 4 2 2 3 1 2 8038. 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 1 4 4 3 2 4 2 2 1 2 2 3 1 2 2 1 4 1 3 2 1 3 7839. 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 4 2 3 3 4 2 1 1 3 3 2 3 3 2 4 3 4 2 2 3 9340. 3 3 2 1 1 3 1 4 3 2 3 4 3 2 3 1 3 2 2 1 1 2 4 3 4 3 3 2 4 1 3 1 3 3 8441. 4 2 4 3 3 2 1 2 2 2 1 2 1 2 4 2 2 4 3 3 1 2 4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 8442. 3 3 1 3 1 2 1 2 2 2 3 2 4 2 4 1 2 4 3 2 1 2 3 4 4 4 2 2 4 2 2 2 1 3 8343. 3 2 3 2 2 4 1 2 2 3 2 3 2 2 3 1 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 3 2 4 2 3 2 2 3 8344. 3 4 4 1 2 2 1 4 4 2 4 4 2 3 4 1 3 3 4 3 1 3 2 4 2 5 5 3 4 3 4 1 3 4 10245. 4 2 1 5 2 4 2 3 3 5 3 4 3 4 4 2 3 4 5 4 3 2 4 3 2 5 4 3 4 3 3 2 2 3 11046. 2 3 2 1 3 2 2 4 4 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 2 1 3 2 1 2 4 4 2 5 2 3 2 2 3 8847. 3 2 4 4 2 3 1 1 3 4 4 4 3 3 3 2 2 2 4 1 1 1 4 3 1 4 4 3 4 2 2 3 1 4 9248. 3 4 4 3 2 5 4 2 4 4 1 3 1 3 3 1 3 2 1 3 1 1 3 3 1 1 3 2 1 1 1 1 1 4 8049. 2 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 2 1 3 1 1 3 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 5550. 3 4 1 2 1 2 1 3 2 2 3 2 1 1 3 1 2 2 2 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 1 2 1 3 4 6551. 3 2 4 2 4 2 1 1 5 3 1 5 1 2 3 1 3 4 2 3 2 1 2 4 1 5 5 4 2 1 1 1 1 3 8552. 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 4953. 1 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 3 2 2 1 1 2 4 3 2 1 1 5 1 2 3 1 1 4 6854. 4 3 3 1 5 1 1 1 2 1 1 2 3 1 4 2 3 2 2 1 2 1 1 1 4 2 2 1 1 1 3 1 1 1 6555. 4 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 1 1 3 3 2 4 2 2 2 3 1 3 2 1 3 8156. 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 3 3 1 1 1 3 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 1 5557. 5 4 1 1 1 3 1 2 3 1 1 3 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 3 3 2 3 2 3 2 1 3 2 1 4 7058. 3 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 8059. 4 2 3 4 2 4 4 3 4 2 2 2 2 1 3 1 4 4 3 2 1 3 1 3 2 4 3 1 2 1 2 1 1 2 8360. 5 4 2 1 1 4 1 1 4 4 1 2 1 1 2 1 1 4 4 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 6361. 3 2 4 3 2 4 1 3 2 2 2 3 3 2 2 1 4 4 3 2 4 3 3 4 4 2 2 3 3 1 3 1 2 4 9162. 2 2 3 3 2 3 1 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 4 2 1 2 3 1 3 2 1 2 7063. 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 4 1 2 1 1 1 4764. 2 4 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 4865. 2 3 2 1 1 2 3 3 4 2 2 3 2 2 4 3 3 2 1 2 1 2 3 2 2 2 3 2 4 3 3 2 3 2 8166. 2 4 2 2 2 2 2 2 1 1 2 4 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 7467. 5 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 5 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 3 4 3 2 2 3 1 4 2 10068. 3 4 4 2 1 2 1 1 3 2 3 4 1 1 3 2 2 3 3 2 2 1 4 4 2 3 3 1 5 2 3 2 1 4 8469. 4 2 2 1 2 4 1 3 3 1 2 2 2 3 4 1 3 4 2 3 4 4 3 3 2 3 4 2 3 1 2 1 1 4 8670. 3 4 2 5 3 4 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 4 4 3 1 3 1 3 2 3 2 3 3 3 2 3 1 1 3 9171. 3 3 2 2 4 3 1 2 2 3 3 4 4 3 4 2 4 4 4 5 1 1 3 4 4 3 3 2 5 2 4 1 2 3 10072. 1 3 3 1 3 3 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 4 4 4 1 2 1 3 2 1 1 3 1 2 1 1 1 1 2 6373. 4 4 4 3 2 3 2 5 5 5 4 5 5 5 5 2 5 5 4 4 4 5 3 4 3 5 5 5 4 5 5 5 4 5 14374. 3 5 2 3 1 3 2 4 1 1 3 2 3 3 5 4 4 4 4 4 1 4 3 5 4 4 5 4 4 1 3 1 1 4 10575. 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 4 1 1 1 4676. 3 3 4 3 1 1 1 2 1 3 3 2 2 5 4 3 1 3 4 4 1 1 1 4 2 1 3 1 3 1 1 3 1 3 7977. 5 2 2 2 2 3 2 3 2 2 4 4 3 2 3 2 4 5 4 5 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 3 3 4 9778. 4 3 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 3 2 3 3 3 4 2 5 3 2 2 4 4 4 2 3 2 1 4 3 3 5 10179. 4 4 2 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 4 2 3 1 1 2 2 4 2 3 2 2 1 3 3 1 3 79
80. 4 2 2 3 4 4 1 3 4 4 2 4 3 3 4 1 5 4 3 4 2 3 2 3 3 5 4 3 3 2 4 4 3 4 10981. 4 4 2 2 2 4 2 2 3 2 2 3 3 2 3 1 2 4 2 3 2 4 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 8982. 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 9683. 3 4 2 3 2 3 1 2 2 2 3 4 3 3 2 1 4 4 2 3 2 2 1 3 4 2 2 2 3 1 3 3 2 3 8684. 5 3 3 3 2 4 2 4 3 4 3 3 3 2 2 1 5 5 4 4 2 2 1 2 5 2 1 3 1 3 4 3 3 3 10085. 4 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 3 1 3 4 3 3 2 2 1 4 2 4 3 3 4 2 3 3 3 4 8986. 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 5 4 4 4 1 3 3 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 9587. 5 3 4 5 2 5 1 4 2 3 2 2 2 2 4 4 4 5 3 4 5 5 5 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 4 9988. 4 1 2 1 3 3 2 3 1 1 2 1 1 1 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 4 1 1 1 2 1 3 3 3 3 7389. 4 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 4990. 4 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 8491. 4 3 1 3 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 3 3 2 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 6192. 5 2 2 5 3 2 1 4 3 2 3 2 4 2 5 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 4 2 1 5 1 4 2 1 3 8293. 3 4 1 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 4 1 4 1 1 2 3 3 2 2 1 2 1 3 3 2 3 7794. 5 4 2 2 3 3 1 2 3 2 2 3 3 2 4 2 3 3 2 3 1 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 1 3 9095. 3 5 2 3 2 4 1 2 3 2 4 4 2 3 3 2 3 3 1 2 4 3 3 3 4 5 2 2 5 2 3 1 1 2 9496. 4 3 3 4 2 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 1 3 4 3 2 2 1 2 2 2 2 3 3 4 1 4 2 2 2 8897. 4 2 1 2 3 3 1 1 2 1 1 4 1 1 2 1 3 3 2 3 1 2 2 1 1 3 4 1 5 1 2 2 3 1 7098. 4 3 2 3 1 5 1 3 3 3 2 4 2 3 3 1 3 4 2 1 1 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 1 3 8399. 4 3 4 2 2 1 2 4 3 2 3 4 2 4 4 2 2 3 3 2 1 2 2 3 4 3 4 2 4 2 4 3 2 3 95100. 3 3 4 2 2 1 2 1 3 2 2 3 2 3 4 2 3 2 1 2 1 3 1 3 2 3 3 2 1 2 4 4 1 2 79101. 4 3 2 1 1 4 4 1 1 3 1 1 3 1 1 3 3 4 3 3 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 64102. 3 2 2 1 1 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 2 1 4 4 3 2 5 1 5 3 5 5 3 4 108103. 3 4 4 1 2 3 4 3 4 2 1 3 2 1 2 3 3 4 3 2 1 4 3 2 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 78104. 5 2 2 3 3 4 1 5 5 3 4 3 5 4 5 1 3 4 4 4 2 3 1 2 5 5 5 2 5 1 5 1 3 5 115105. 2 4 4 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 3 3 4 2 3 4 3 5 3 3 2 4 1 3 3 1 2 84106. 4 2 2 4 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 1 2 3 4 2 2 2 3 2 3 1 2 2 84107. 4 3 2 4 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 4 1 4 4 2 3 1 3 3 3 3 4 4 2 3 1 3 3 1 3 97108. 3 2 2 4 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4 3 4 4 4 2 4 2 2 3 2 2 2 1 1 3 88109. 3 4 2 3 1 2 1 3 1 1 3 3 3 1 5 5 3 4 4 3 1 3 1 3 1 3 3 3 2 2 3 1 3 1 85110. 5 3 2 4 2 4 3 5 3 1 2 2 3 2 3 2 4 4 2 3 4 5 3 2 5 2 2 3 2 1 4 4 3 2 101111. 2 3 3 5 3 3 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 2 1 3 59112. 3 4 2 1 1 4 2 1 5 5 2 5 2 5 3 1 3 4 2 3 1 1 2 4 2 2 4 4 2 4 4 5 3 2 98113. 3 3 4 2 2 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 1 3 2 2 3 1 3 92114. 3 3 3 1 2 3 2 3 3 2 2 4 2 3 4 2 4 3 2 2 1 1 3 2 2 2 4 3 4 2 4 4 1 3 89115. 3 4 3 3 1 4 1 2 3 5 1 2 1 1 2 1 3 4 4 4 4 4 1 2 4 2 2 3 1 2 4 2 1 3 87116. 4 4 3 4 2 5 2 3 2 2 3 3 4 3 3 2 4 5 3 3 3 3 4 5 5 3 2 4 3 2 4 5 2 5 114117. 5 4 2 1 3 3 1 1 4 5 2 3 2 5 4 5 3 4 1 2 2 3 3 5 1 5 4 5 5 5 5 4 2 3 112118. 4 2 4 3 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 3 1 2 4 3 3 4 1 1 1 5 3 3 1 3 1 3 1 1 2 74119. 5 1 4 3 1 5 1 4 3 1 2 4 1 1 1 4 5 5 4 1 2 1 4 1 5 2 2 1 1 1 1 3 3 3 86120. 3 4 1 3 3 2 2 4 2 1 3 3 3 3 4 2 3 4 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 2 4 2 2 4 92121. 3 2 4 1 2 3 3 1 1 3 2 2 3 1 2 1 2 3 2 5 3 1 3 3 4 2 3 1 1 1 2 5 1 3 79122. 4 3 4 4 1 4 2 3 2 1 1 2 3 2 3 1 2 3 2 2 3 1 3 3 4 2 2 1 1 1 2 2 1 2 77
123. 3 4 3 3 2 3 1 3 3 2 2 2 3 3 2 1 4 4 2 3 1 2 2 3 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 87124. 3 4 4 2 1 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 70125. 5 4 3 5 3 5 3 4 3 4 5 4 4 3 3 3 4 5 4 5 5 5 2 3 5 4 5 4 3 1 4 5 1 4 130126. 3 2 3 2 1 2 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 4 4 1 1 2 1 2 2 4 1 2 2 3 1 3 4 3 2 79127. 3 3 2 5 1 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 4 3 3 2 2 2 2 2 4 3 5 5 3 3 3 2 2 3 98128. 4 4 3 3 2 2 1 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 1 3 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 95129. 2 4 3 2 2 4 1 2 2 3 2 4 2 2 2 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 4 2 3 2 1 2 1 2 2 82130. 2 2 4 3 1 4 1 4 1 1 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 1 2 73131. 3 3 4 2 2 1 2 3 1 1 2 2 3 2 2 3 2 4 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 1 3 1 70132. 4 3 4 2 2 4 2 3 4 3 2 4 2 2 3 1 3 4 4 1 1 3 1 1 4 4 3 1 1 1 2 1 1 1 82133. 3 4 2 2 1 3 2 3 2 3 4 4 3 2 3 2 4 4 2 4 2 2 1 2 5 3 2 3 5 1 4 4 2 5 98134. 4 4 3 4 2 5 2 3 4 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 2 3 3 4 3 4 106135. 2 3 2 3 2 3 4 3 1 1 1 1 3 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 2 2 1 1 2 3 1 3 3 1 3 75136. 3 4 4 2 2 3 1 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 4 2 3 2 2 2 3 3 3 2 4 5 4 1 2 92137. 5 1 4 3 4 5 2 3 4 4 3 2 2 2 2 1 4 4 2 1 1 4 3 3 1 2 4 1 2 1 2 3 1 4 90138. 2 3 3 2 2 2 1 3 2 1 2 4 4 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 5 5 3 2 2 1 3 3 1 3 83139. 2 3 4 3 1 5 1 1 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 1 1 2 2 5 3 3 2 5 2 4 4 4 4 93140. 4 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 4 2 1 4 1 3 4 1 1 3 1 3 2 4 2 2 1 1 1 3 1 1 3 71141. 4 4 3 1 1 3 1 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 76142. 3 4 3 1 1 3 1 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 74143. 4 4 3 2 1 5 1 5 4 2 2 1 2 4 4 1 4 4 2 3 2 4 3 3 2 4 1 3 4 1 2 2 1 4 94144. 5 3 3 1 3 2 1 2 3 2 4 2 2 1 2 1 4 4 2 1 1 4 2 2 2 2 3 3 4 1 4 2 1 1 80145. 5 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 1 2 1 2 4 2 3 1 4 2 2 2 2 3 1 4 1 2 3 1 1 81146. 4 4 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 3 3 1 1 3 5 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 60147. 5 3 1 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 1 2 4 2 3 1 4 2 2 4 2 2 1 2 1 2 1 1 4 78148. 5 3 2 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 1 1 1 3 1 3 2 1 3 1 4 1 1 3 86149. 3 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 1 1 3 2 3 1 3 3 3 3 3 1 1 3 70150. 5 3 2 2 2 3 2 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 88151. 3 3 4 4 3 3 1 2 2 1 3 4 3 3 3 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 4 2 1 1 1 3 2 1 3 76152. 5 4 4 2 3 3 2 4 4 3 2 3 4 2 4 2 3 5 3 3 4 2 3 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 109153. 3 2 4 4 3 3 1 2 2 1 2 4 3 2 3 1 2 3 2 1 3 1 2 2 2 3 3 1 1 1 2 2 1 2 74154. 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 87155. 4 3 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 2 4 2 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 93156. 4 3 2 3 1 3 1 2 2 2 1 3 3 2 2 1 2 4 3 3 2 4 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 73157. 5 3 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 85
Lampiran 15
Rekapitulasi Jawaban Responden pada Kuesioner Gejala Gangguan Pencernaan
Responden
Skor Item Pernyataan dalam Kuesioner Skortotal1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1. 2 4 2 2 3 1 3 3 2 2 1 2 2 1 1 2 1 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 3 572. 2 1 2 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 583. 1 4 1 2 3 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 3 3 1 1 3 4 1 2 1 2 3 2 2 544. 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 2 1 2 2 1 1 1 3 1 4 1 1 3 1 1 2 2 1 3 475. 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 666. 4 2 1 2 3 1 1 3 2 1 3 1 1 2 3 2 1 4 3 2 1 2 1 1 2 2 4 2 2 597. 2 1 2 3 3 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 538. 1 1 3 1 4 2 4 1 2 1 3 4 1 2 1 3 4 2 1 1 2 1 1 3 1 2 4 1 1 589. 4 3 2 3 3 4 4 4 3 1 2 3 2 1 3 1 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 1 8910. 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 3 1 1 2 2 4 2 4511. 2 1 2 3 3 1 3 3 1 1 1 2 2 1 2 3 3 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 5212. 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 3713. 1 3 2 1 3 2 2 2 2 1 1 4 2 2 1 1 4 2 2 1 1 1 2 1 1 2 4 5 1 5714. 1 2 1 1 3 1 2 3 1 1 2 3 2 1 2 3 1 1 4 2 1 2 3 1 1 1 4 2 3 5515. 3 4 3 3 4 1 1 5 3 1 2 4 3 1 2 1 2 5 2 1 1 2 3 1 1 1 2 3 4 6916. 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 5517. 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 6518. 1 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 5119. 1 1 1 2 1 1 1 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 4 1 2 4 4620. 5 2 3 2 4 2 2 5 2 2 2 1 1 1 1 4 1 2 2 2 1 3 3 1 1 2 3 2 1 6321. 3 4 2 3 3 4 3 2 1 1 2 1 3 3 3 4 3 3 2 2 2 4 4 1 1 5 4 1 4 7822. 2 3 2 2 3 1 1 3 2 1 3 2 2 2 1 1 3 3 1 2 1 1 2 1 1 3 3 4 1 5723. 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 3924. 2 1 2 2 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 4 1 4525. 2 2 2 3 4 2 3 3 1 1 1 2 3 2 4 2 4 2 1 2 3 3 2 2 1 2 3 2 3 6726. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3927. 2 2 2 2 1 2 2 3 1 1 1 1 3 1 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 5428. 3 2 1 1 3 2 3 3 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 4629. 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 3 1 1 1 3 2 1 2 2 3 2 1 1 2 2 4 2 5930. 1 3 2 2 3 1 1 4 1 1 3 1 3 2 1 1 2 4 2 1 3 1 2 1 1 1 1 2 1 5231. 3 1 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 49
32. 2 3 5 2 4 2 2 3 2 3 4 4 1 2 2 2 4 2 2 2 1 4 2 3 3 2 4 2 1 7533. 4 4 3 4 3 2 2 3 3 2 3 1 2 4 3 4 3 4 1 2 2 3 3 1 1 3 3 4 3 8034. 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 2 2 4 1 4 5 4 4 2 5 4 1 2 5 3 9835. 2 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 1 4736. 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 3 1 3937. 2 2 1 3 3 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 5938. 3 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 1 2 1 1 3 2 4 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 6039. 3 3 2 2 2 1 1 4 2 1 3 2 3 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 6240. 2 4 1 3 3 1 1 3 2 3 3 3 2 1 1 2 4 2 1 3 4 4 1 1 1 3 2 2 1 6441. 3 2 1 3 2 2 2 3 4 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 1 1 3 1 1 1 3 4 3 1 6142. 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 3 3 1 3 5443. 4 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 1 1 1 2 2 1 2 6144. 2 2 3 2 2 1 2 4 2 2 4 2 2 3 3 1 3 1 1 2 2 3 2 2 2 3 2 3 1 6445. 4 4 3 3 3 2 2 5 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 2 5 3 4 2 2 9046. 2 1 3 2 2 1 2 3 2 1 1 1 2 1 2 1 3 4 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 5247. 2 1 4 2 3 3 1 4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4248. 3 3 1 1 3 3 2 3 2 1 2 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 5149. 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 4050. 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3751. 2 1 3 5 2 1 1 2 3 2 3 1 1 2 1 1 3 4 1 1 2 2 1 1 1 4 4 3 1 5952. 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3853. 2 4 2 1 4 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 4554. 4 1 4 2 4 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 4655. 1 2 3 3 3 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 4 1 3 1 3 1 3 3 3 3 1 3 5856. 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 3757. 1 1 2 1 3 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 4358. 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 6359. 4 3 2 1 3 4 3 2 2 1 1 2 2 2 1 4 2 2 3 2 3 4 2 1 2 2 1 1 2 6460. 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3861. 3 1 1 1 4 3 2 4 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 3 5162. 2 2 1 2 1 3 2 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 4363. 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3164. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3065. 3 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 4466. 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3967. 3 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 6468. 4 2 2 2 2 1 1 4 2 1 2 1 3 2 2 2 3 4 2 1 2 3 2 1 1 3 3 2 3 63
69. 3 2 2 2 3 1 1 3 1 1 2 4 2 3 1 1 3 2 3 3 2 2 4 1 1 1 3 1 2 6070. 3 2 4 2 3 1 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 4 2 3 2 1 1 4 3 2 3 7071. 1 3 3 4 3 1 1 3 2 1 4 1 2 4 1 1 4 3 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 6272. 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3573. 4 5 2 1 5 1 1 3 2 1 4 1 1 2 1 4 4 2 1 5 2 3 2 2 1 1 5 1 2 6974. 3 5 2 4 2 1 2 3 2 1 4 1 5 1 1 3 4 2 1 2 3 5 1 4 3 2 1 1 1 7075. 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4476. 5 5 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 3 3 3 1 3 3 3 1 1 3 1 3 1 6077. 3 4 3 4 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 1 3 5 1 1 4 4 1 1 1 1 4 2 4 6978. 3 2 2 4 4 3 2 2 1 2 4 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 5 3 2 1 7879. 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 1 4 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 2 1 2 7180. 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 4 1 3 3 1 4 4 3 3 2 3 2 3 2 1 2 4 2 3 7581. 4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 4 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 7182. 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 4 1 7483. 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 3 2 2 6584. 2 2 2 4 2 2 2 2 1 1 4 2 2 2 1 1 3 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 5485. 2 2 2 2 3 2 2 3 1 1 1 2 3 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 5586. 4 2 2 3 5 2 2 2 2 1 5 2 5 4 4 3 4 2 2 2 4 2 4 2 3 3 4 3 2 8587. 5 5 3 5 2 4 2 2 4 1 5 2 2 3 3 2 2 3 3 4 4 3 4 1 1 5 5 5 5 9588. 1 1 3 2 4 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3989. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2990. 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3891. 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3492. 5 3 4 3 1 1 1 1 1 1 4 1 1 2 2 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 5193. 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 6594. 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 2 3 2 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 5395. 2 1 3 1 1 2 2 1 2 1 1 4 2 1 2 1 3 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 2 2 5296. 4 2 1 1 1 2 2 3 2 1 4 1 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 3 2 3 6397. 4 1 2 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 5298. 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3999. 3 3 4 3 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 1 1 3 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2 3 3 61
100. 2 4 3 2 3 3 3 1 2 1 2 2 1 1 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 1 1 57101. 3 1 2 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 3 1 1 1 42102. 1 1 1 2 3 2 2 2 1 4 5 4 3 2 2 2 1 4 1 1 1 1 2 2 1 2 1 4 2 60103. 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2 2 4 3 2 2 2 2 2 1 1 2 3 1 2 55104. 5 1 5 5 5 2 2 5 2 3 5 2 1 3 3 2 4 5 2 3 4 5 2 1 1 1 5 1 1 86105. 3 3 2 3 1 3 3 2 1 2 3 1 2 2 2 1 4 2 2 1 3 4 3 3 3 2 3 2 1 67
106. 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 4 3 1 1 1 1 3 2 2 59107. 3 3 2 2 3 3 2 3 2 1 3 3 2 1 1 3 3 4 2 3 2 3 2 1 1 3 3 3 3 70108. 3 1 2 2 4 1 1 4 3 1 4 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 3 1 59109. 1 1 1 3 3 3 1 3 3 1 3 1 1 1 1 3 3 4 1 3 1 1 3 1 1 1 3 4 1 57110. 5 5 2 3 5 2 2 2 2 2 4 2 2 3 2 3 3 1 3 3 4 1 4 2 2 2 3 1 2 77111. 3 2 2 1 1 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 5 4 1 1 1 2 1 1 4 2 1 1 53112. 4 2 3 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 46113. 3 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 2 1 3 1 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 1 3 2 3 61114. 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 57115. 3 1 1 4 2 1 1 2 1 1 4 1 1 2 1 1 2 1 2 1 5 3 1 1 1 2 5 2 1 54116. 3 3 2 2 3 3 4 2 3 2 4 2 3 2 3 3 2 4 5 3 3 3 3 1 1 3 3 1 5 81117. 1 3 4 4 4 1 2 1 1 1 4 2 1 5 2 1 3 1 1 1 2 2 1 4 4 2 3 1 1 63118. 3 3 1 2 2 1 1 3 1 1 2 3 2 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 46119. 1 3 1 1 2 4 1 4 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 4 4 5 1 53120. 4 1 2 2 2 4 1 2 2 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 57121. 4 2 1 5 3 1 1 3 1 1 5 1 1 4 5 2 1 2 1 3 3 1 5 2 3 1 3 4 1 70122. 3 2 1 2 1 3 3 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 48123. 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 3 1 1 57124. 2 3 4 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 3 3 4 3 53125. 5 4 4 4 3 5 4 3 4 4 5 3 4 5 2 3 1 4 1 2 5 1 4 3 4 4 5 3 5 104126. 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 38127. 5 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 1 4 3 3 2 3 4 4 2 3 2 3 2 4 4 71128. 4 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 4 3 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 2 3 2 3 3 65129. 2 1 2 2 2 1 2 4 2 1 2 3 2 1 1 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 55130. 2 1 2 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 2 2 2 5 1 47131. 1 3 2 2 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 46132. 3 2 1 1 1 1 1 4 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 3 1 2 3 1 1 2 1 3 4 55133. 3 2 1 5 2 2 2 2 2 1 3 1 4 1 3 3 4 5 5 2 2 3 3 1 1 4 4 3 1 75134. 4 3 2 2 2 3 4 2 2 1 3 3 3 1 1 1 1 3 2 2 1 4 2 1 2 5 3 1 2 66135. 4 2 3 1 3 4 4 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 2 4 1 4 4 62136. 2 3 3 4 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 1 2 4 3 2 2 2 2 3 1 1 2 2 1 1 58137. 4 2 3 1 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 46138. 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 5 3 1 1 2 1 2 4 54139. 3 1 1 4 4 1 1 3 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 2 1 1 50140. 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 39141. 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 1 1 1 3 3 2 2 2 1 2 2 2 52142. 1 2 1 2 3 1 1 3 2 1 3 1 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 1 1 3 2 2 2 57
143. 3 4 2 2 4 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 4 1 1 2 4 1 1 3 1 1 1 2 53144. 1 3 3 3 4 1 1 2 1 1 3 2 1 3 1 1 3 2 1 3 3 1 2 1 1 1 2 1 1 53145. 1 3 3 3 4 1 1 2 3 1 3 2 1 3 1 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2 1 1 54146. 1 3 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 35147. 1 3 3 3 4 1 1 2 1 1 3 2 1 3 1 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2 1 1 52148. 3 2 2 2 3 2 2 3 2 1 3 2 3 2 1 2 3 1 5 3 2 2 3 1 1 3 3 4 3 69149. 1 3 2 1 3 2 3 2 1 1 1 2 2 1 1 3 1 2 1 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 51150. 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 2 65151. 2 2 3 2 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 61152. 3 3 2 4 2 2 2 3 1 2 3 4 2 3 1 2 4 2 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 72153. 2 2 3 2 3 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 55154. 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 60155. 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 59156. 3 3 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1 1 1 2 2 2 1 2 1 60157. 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 62