HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS...

67
i HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS MENELAN OBAT DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Disusun oleh : NOVITA PUTRI PERMATASARI NIM : ST13052 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

i

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS MENELAN OBAT

DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Disusun oleh :

NOVITA PUTRI PERMATASARI

NIM : ST13052

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS MENELAN OBAT

DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA

Oleh :

NOVITA PUTRI PERMATASARI

NIM. ST13052

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 13 Agustus 2015 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Wahyu Rima Agustin S.Kep.,Ns.,M.Kep. Sunardi, SKM, M.Kes

NIK. 201279102 NIK. 201073060

Penguji,

Wahyuningsih Safitri, S.Kep,.Ns., M.Kep

NIK. 200679022

Surakarta, 5 Agustus 2015

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan

Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIK. 201279102

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Novita Putri Permatasari

NIM : ST13052

Dengan ini saya menyarakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (Sarjana), baik di Stikes Kusuma Husada Surakarta maupun

perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain , kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, Agustus 2015

Yang membuat pernyataan,

(Novita Putri Permatasari)

NIM ST13052

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat mengerjakan proposal skripsi dengan judul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap

Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura ”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi kesempurnaan penelitian ini,

Selama penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapka

terima kasih kepada

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada

Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin S.Kep Ns. M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang

telah memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

3. Sunardi SKM. M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

4. Wahyuningsih Safitri S.Kep Ns.M.Kep, Selaku Penguji yang telah

memberikan masukan dalam penelitian ini.

5. Drg Anik Arifah, selaku PLT Kepala Puskesmas Kartasura yang telah

memberikan ijin waktu dan tempat kepeda peneliti untuk melakukan

penelitian

iv

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

v

6. Civitas Akademik Program Studi S-1 Keperawatan yang telah membantu

dalam proses penelitian ini

7. Orang tuaku tercinta, yang telah memberikan dukungan baik materiil

maupun spirituil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah

kaki penulis.

8. Suami dan anakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi , serta

kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Penulis

senatiasa mengharapkan atas saran dan masukan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Agustus 2015

Penulis

v

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii

SURAT PERNYATAAN............................................................................... .iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ..iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. . vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ..x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ..xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

ABSTRAK.......................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ................................................................................... 6

2.1.1 Pengetahuan ........................................................................... 6

2.1.2 Penyakit Tuberkulosis............................................................. 9

2.1.2.1 Definisi Tuberkulosis ...................................................... 9

2.1.2.2 Etiologi Tuberkulosis........................................................ 11

vi

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

vii

2.1.2.3 Cara Penularan....................................................................11

2.1.2.4 Gejala dan Tanda Tuberkulosis......................................... 13

2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis .......................................................14

2.1.2.6 Pengobatan Tuberkulosis.....................................................15

2.1.2.7 Evaluasi Pengobatan............................................................16

2.1.2.8 Kriteria Keberhasilan............................................................18

2.1.2.9 Program DOTS......................................................................18

2.1.2.10 Pengawas Menelan Obat.................................................... 20

2.2 Keaslian Penelitian ................................................................................ 23

2.3 Kerangka Teori ......................................................................................24

2.4 Kerangka Konsep.................................................................................... 25

2.5 Hipotesis Penelitian................................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 26

3.2 Populasi dan Sampel.......................................................................... 27

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 28

3.4 Variabel Penelitian,Definisi Operasional dan Skala Pengukuran......... 28

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data........................................ 30

3.6 Uji Validitas Reabilitas......................................................................... 31

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data.................................................... 33

3.8 Etika penelitian...................................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 38

vii

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

viii

4.2 Karakteristik Responden...........................................................................39

4.3 Hasil Penelitian..........................................................................................40

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden………………………………………………….43

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian......................................................................44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….50

6.2 Saran ………………………………………………………………………51

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

viii

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 24

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 25

ix

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Sejenis yang Berhubungan ......................................... 23

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............... 29

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Jawaban Instrumen untuk Mengukur Tingkat

Pengetahuan PMO ....................................................................... 30

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin PMO .................................. 39

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia PMO ................................................. 39

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan PMO ......................... 40

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan PMO ........................................................ 40

Tabel 4.5 Tingkat Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis ......................... 41

Tabel 4.6 Tabulasi silang antara Tingkat Pengetahuan PMO dengan

Keberhasilan Pengobatan TBC............................................................42

x

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 3 Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Reabilitas

Lampiran 7 Hasil Uji Univariat dan Uji Bivariat

Lampiran 8 Jadwal Penelitian

xi

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

xii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Novita Putri Permatasari

Hubungan Tingkat Pengetahuan Pengawas Menelan Obat

dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis

di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura

Abstrak

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat

bervariasi. Berdasarkan laporan tahunan program pengendalian tuberkulosis

Puskesmas Kartasura tahun 2013, angka penderita tuberkulosis 30 orang, yang

terdiri dari 18 pasien tuberkulosis BTA (Batang Tahan Asam) positif, 7 pasien

tuberkulosis BTA (Batang Tahan Asam) negatif pemeriksaan rontgen positif, 3

pasien tuberkulosis ekstra paru, 1 pasien tuberkulosis kasus kambuh

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

pengawas menelan obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan tuberkulosis di

wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Jenis Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan

studi retrospektif Sampel dalam penelitian penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Jumlah sampel 30 orang.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil karakteristik jenis kelamin

pengawas menelan obat di Wilayah kerja Puskesmas Kartasura paling banyak

adalah pendidikan SMA sebanyak 18 responden (66%). Peranan pengawas

menelan obat (PMO) di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura paling banyak

adalah baik yaitu sebanyak 22 responden (73%). Tingkat keberhasilan

pengobatan tuberkulosis di Wilayah kerja Puskesmas Kartasura paling banyak

adalah berhasil yaitu sebanyak 27 responden (90%). Hasil uji Chi-square

diperoleh nilai X2 hitung = 10,566 dengan nilai p = 0,005 (p< 0,05) yang berarti ada

hubungan tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat

(PMO) dengan tingkat kesembuhan pasien tuberkulosis di wilayah puskesmas

Kartasura.

Penelitian ini menyimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan pengawas

menelan obat (PMO) dengan tingkat kesembuhan pasien tuberkulosis di wilayah

puskesmas Kartasura.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan PMO- Keberhasilan Pengobatan TBC

xii

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

xiii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Novita Putri Permatasari

Correlation between Drug Consumption Controllers’ Knowledge and the TB

Recovery Successfullness at the Working Region of Community Health

Center of Kartasura

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is a transmittable infectious disease caused by

Mycobacterium tuberculosis with very diverse symptoms. Based on the annual

report of the tuberculosis control program by Community Health Center of

Kartasura, the number of TB bearers was 30 persons: 18 positive acid-resistant

basil TB patients, 7 negative acid-resistant basil TB patients with positive X-ray

examination, 3 extra-pulmonary TB patients, and 1 TB patient with recurrence

case.

The objective of this research is to investigate the correlation between the

drug consumption controllers’ knowledge level and the TB recovery

successfulness at the working region of Community Health Center of Kartasura.

This research used the analytical survey method with the retrospective

approach. The samples of research were taken by using the purposive sampling

technique. They consisted of 30 persons.

The result of research shows 18 respondents (66%) had the latest

education of Senior Secondary School, 22 respondents (73%) had the good role in

the drug consumption control, and 27 respondents (90%) had the TB medication.

The result of the Chi-square Test was the value of X2 count = 10.566 with the p-

value = 0.005 which was less than 0.05, meaning that there was a correlation

between the drug consumption controllers’ knowledge level and the recovery rate

of the TB patients at the working region of Community Health Center of

Kartasura.

Keywords: drug consumption controllers’ knowledge level – TB recovery

successfulness

xiii

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang

sangat bervariasi (Mansjoer, 2010). Data yang diperoleh dari World

Health Organization (WHO) penyakit tuberkulosis merupakan masalah

utama kesehatan masyarakat karena jumlah penderita terus bertambah

seiring munculnya epidemi Human Immunodeficiency Virus ( HIV) dan

Accuired Immune Deficiency Sydrome (AIDS) di dunia. Dari laporan

penyakit tuberkulosis dunia, masih menempatkan Indonesia sebagai

penyumbang terbesar tuberkulosis nomor 3 di dunia setelah India dan

China yaitu 294.731 kasus pada tahun 2009 (Firdaus, 2012). Menurut

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menempatkan tuberkulosis

sebagai penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan

penyakit saluran pernafasan yaitu 9,4%. Pada hasil survey yang sama ,

angka kesakitan tuberkulosis pada saat itu adalah 800 per 100.000

penduduk (Depkes RI (2007) dalam Firdaus (2012)).

Data keberhasilan pengobatan tuberkulosis setiap tahun

mengalami peningkatan mulai pada tahun 2003 sampai pada tahun 2008.

Pada tahun 2003 keberhasilan pengobatan mencapai 87 % sampai pada

tahun 2008 keberhasilan sudah mencapai 91% (WHO (2010) dalam

1

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

2

Firdaus (2012)). Penyakit tuberkulosis dapat disembuhkan dengan

pengobatan secara rutin dan teratur. Keberhasilan pengobatan tuberkulosis

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor status gizi, faktor

imunitas, faktor lingkungan, faktor sarana dan prasarana. Pengobatan

tuberkulosis yang memerlukan waktu yang lama sehingga menyebabkan

kejenuhan dan kebosanan dari penderita. Untuk menjamin keteraturan

pengobatan diperlukan pengawas menelan obat (PMO) yang akan

membantu penderita selama dalam pengobatan tuberkulosis (Achmadi,

2005).

Pada tahun 1994 pemerintah mencanangkan program

pemberantasan tuberkulosis dengan strategi DOTS (Directly Observed

Treathment Shortcourse). Dalam strategi ini tiga hal yaitu mendeteksi

pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung.

Pengawasan penderita tuberkulosis sangat mempengaruhi tingkat

kesembuhan pasien. Pemilihan pengawas menelan obat (PMO)

disesuaikan dengan keadaan tempat pasien. Pengawas menelan obat

berasal dari dari keluarga, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan. Selain

bertugas sebagai pengawas menelan obat, PMO juga membantu dalam

pengambilan obat bagi penderita dan menepati jadwal kunjungan berobat

(Kemenkes, 2012).

Hasil penelitian pengetahuan, sikap dan perilaku yang merupakan

bagian dari survei prevalensi TB 2004 menemukan bahwa 96% keluarga

merawat anggota keluarganya yang menderita TB dan hanya 13% yang

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

3

menyembunyikan anggota keluarganya tersebut. 76% keluarga sudah

pernah mendengar tentang penyakit TBC, 26 dapat menyebutkan dua

tanda dan gejala utama, 51% mengetahui cara penularan, dan 19%

memahami bahwa program pengelolaan TB menyediakan obat TB gratis.

Hal tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya pengetahuan

masyarakat tentang gejala, cara penularan dan pengobatan penyakit TBC.

Masih banyak masyarakat yang tahu bahwa TB dapat disembuhkan dan

obat TB OAT dapat diperoleh secara gratis. Perilaku masyarakat dalam

keteraturan berobat masih rendah seperti tidak meneruskan berobat

sebelum selesai masa pengobatan karena merasa sembuh atau sudah jenuh.

Pengawas Menelan Obat (PMO) masih belum melaksanakan tugasnya

dengan baik serta keterlibatan keluarga masih belum optimal (Kemenkes,

2012).

Berdasarkan laporan tahunan program pengendalian tuberkulosis

Puskesmas Kartasura tahun 2013, angka penderita tuberkulosis 31 orang,

yang terdiri dari 18 pasien tuberkulosis BTA (Batang Tahan Asam) positif,

7 pasien tuberkulosis BTA (Batang Tahan Asam) negatif pemeriksaan

rontgen positif, 3 pasien tuberkulosis ekstra paru, 1 pasien tuberkulosis

kasus kambuh, dan 1 pasien tuberkulosis anak. Hasil pengamatan petugas

program pengendalian program tuberkulosis ditemukan masih adanya

pasien yang mengambil obat tidak teratur. Selain itu masih ada pasien

yang terlambat dalam memeriksakan sputumnya pada bulan kedua, satu

bulan setelah akhir pengobatan dan pada saat akhir pengobatan.

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka

rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan Tingkat

Pengetahuan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Keberhasilan

Pengobatan Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura ?“

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat

(PMO) dengan keberhasilan pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja

Puskesmas Kartasura.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendiskripsikan karakteristik pengawas menelan obat di wilayah

kerja Puskesmas Kartasura

2. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat

(PMO) pada penderita tuberkulosis.

3. Mendiskripsikan keberhasilan pengobatan pada penderita

tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kartasura.

4. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan

obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan tuberkulosis di

wilayah kerja Puskesmas Kartasura.

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

5

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Bagi Puskesmas Kartasura

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang

tuberkulosis bagi puskesmas untuk meningkatkan kualitas program

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan penyakit tuberkulosis

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna

dalam menambah wawasan dan pengetahuan pengaruh peranan

pengawas menelan obat (PMO) terhadap keberhasilan pengobatan

tuberkulosis.

1.4.3 Bagi Masyarakat (penderita tuberkulosis)

Menambah pengetahuan masyarakat (penderita tuberkulosis) tentang

penyakit tuberkulosis, cara menangani penyakit tuberkulosis, dan

memotivasi penderita dalam pengobatan tuberkulosis.

1.4.4 Bagi Pengawas Menelan Obat (PMO)

Untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang lebih kooperatif dalam

mengawasi penderita tuberkulosis selama masa pengobatan.

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), disebutkan bahwa pengetahuan

merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, dan

sebagainya). Pada waktu pengindraan menghasilkan pengetahuan

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran dan, indera penglihatan. Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2001)pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu

yang dicakup dalam domain kognitif. Dengan melihat kedua pendapat

tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan

hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek

melalui indra yang dimilikinya yang dicakup dalam domain kognitif.

1. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi tiga kategori.

Adapun tiga kategori tersebut adalah:

a. Pengetahuan baik jika skor 76 %-100%

b. Pengetahuan cukup jika skor 56%-75%

6

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

7

c. Pengetahuan kurang jika skor <56% (Arikunto (2006) dalam

Wawan dan Dewi (2011)).

Ketiga kategori tingkat pengetahuan menurut Arikunto dalam

Wawan dan Dewi tersebut digunakan untuk menganalisis hasil

tingkat pengetahuan responden. Sebagai acuan dalam penyusunan

kuisioner tentang pengetahuan pengawas menelan obat (PMO)

pasien TB, peneliti menggunakan6tingkat pengetahuan Notoatmodjo

(2010). Adapun 6 tingkat pengetahuan tersebut adalah :

a. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan

yang paling rendah karena tingkatan ini hanya mengingat

kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c.Aplikasi ( Aplication )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

8

d. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e.Sintesis ( Synthesis )

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kamampuan untuk malakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek,

penilaian itu berdasarkan suatu kriteriayang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Bakti (2010), disebutkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

terdapat 5 faktor. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan

Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi

perubahan.

b. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal.

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

9

c. Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber

informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media

masa.

d. Lingkungan budaya

Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik

sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam

berfikir selama jenjang hidupnya.

e. Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan

biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun

rendah.

2.1.2 Penyakit Tuberkulosis (TBC)

2.1.2.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkanolehbasil Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang

sangat bervariasi (Mansjoer,2010). Penyakit tuberkulosis sudah ada

sejak ribuan tahun sebelum masehi. Penyakit tuberkulosis sudah ada

sejak zaman Mesir Kuno yang dibuktikan dengan penemuan pada mumi

dan penyakit ini sudah ada kitab pengobatan Cina “ pen tsao” sekitar

5000 tahun yang lalu. Pada tahun 1882 ilmuwan Robert Koch berhasil

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

10

menemukan kuman tuberkulosis yang merupakan penyebab penyakit

tuberkulosis. Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan

nama mycobacterium tuberculosis (Widoyono, 2008).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru(TB paru), tetapi

dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh. Tuberkulosis

paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting.

Meningkatnya kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun diperkirakan kasus

TBC menjadi bertambah (remeerging disease) (Widoyono, 2008).

Mycobacterium tuberculosis menyebabkan penyakit TBC dan

merupakan patogen manusia yang sangat penting (Jawets et al., 2008).

Kuman ini non motil, non spora, dan tidak berkapsul (Palomina et al.,

2007). Berbentuk batang, bersifat aerob, mudah mati pada air mendidih

(5 menit pada suhu 80oC, dan 20 menit pada suhu 60

o C), dan mudah

mati apabila terkena sinar ultraviolet (Alsagaf dan Mukti, 2008).

Sebagian besar dinding kuman terdiri atas lipid, kemudian

peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman

lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri

tahan asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan

kimia dan fisis (Sudoyo, 2006). Dapat tahan hidup di udara kering

maupun dalam keadaan dingin, atau dapat hidup bertahun-tahun dalam

lemari es. Ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant

(tidur). Sifat dormant ini kuman tuberkulosis suatu saat dimana keadaan

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

11

memungkinkan untuk berkembang, kuman ini dapat bangkit kembali

(Hiswani (2004) dalam Firdaus (2012)).

2.1.2.2 Etiologi

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah mycobacterium

tuberculosisdan mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai

ukuran 0.5-4 mikron x 0.3-0.6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus

atau agak bengkok, bergranuler atau tidak mempunyai selubung, tetapi

mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam

mikolat). Bakteri TBC mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan

terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut

basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.

Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin,

bersifat dorman dan anaerob. Bakteri TBC mati pada pemanasan 1000C

selama 5-10 menit atau pemanasan 600C selama 30 menit, dan dengan

alkohol 70-95% selama 15-24 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di

udara terutama ditempat yang gelap dan lembab (dapat berbulan-bulan),

tetapi tidak tahan tahan terhadap sinar dan aliran udara (Widoyono,

2008).

2.1.2.3 Cara Penularan

TBC ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak penderita

TBC). Ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara atau

meludah, mereka memercikkan kumanTBCataubacillikeudara. Pada

Umumnya droplet yang infeksius dapat bertahan dalam beberapa jam

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

12

sampai beberapa hari sampai akhirnya ditiup angin. Infeksi terjadi bila

jika seseorang menghirup droplet yang mengandung kumanTBCdan

akhirnya sampai di alveoli. Respon imun terbentuk 2-10 minggu setelah

terinfeksi. Sejumlah kuman akan tetap dorman bertahun-tahun yang

disebut infeksi laten (Kemenkes, 2012). Ketika penderita batuk,bersin,

atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain , basil tuberkulosis

tersembur dan dan terhisap dan terhisap pada paru orang sehat masa

inkubasinya selama 3-6 bulan (Widoyono, 2008). Setelah kuman

TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC

tersebut dapat menyebar dari paru kebagiantubuh lainnya, melalui

sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas,

atau penyebaran langsungkebagian-bagiantubuhlainnya(Kemenkes,

2012).

Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas

paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor

genetik dan faktor penjamu lainnya. Resiko tertinggi berkembangnya

penyakit pada yaitu pada anak berusia di bawah 3 tahun, resiko rendah

pada masa kanak-kanak dan meningkat lagi pada masa ramaja,dewasa

muda dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui

saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui

peredaran darah, pembuluh limfe atau langsung menyebar ke organ

terdekatnya. Setiap satu BTA (Basil Tahan Asam) positif dapat

menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain, sehingga

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

13

kemungkinan setiap kontak untuk menularkan TBC adalah 17%. Hasil

studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misal keluarga

serumah) akan dua kali lebih beresiko dibanding kontak biasa (tidak

serumah) (Widoyono, 2008).

Seorang penderita dengan BTA positif yang derajat positinya

tinggi berpotensi menularkan penyakit ini . Sebaliknya penderita

dengan BTA negatif dianggap tidak menularkan. Angka resiko

penularan infeksiTBC di Amerika Serikatadalah 10/10.000 populasi. Di

Indonesia angka ini ini sebesar 1-3% yang berarti diantara 100

penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari

mereka BTA-nya akan positif (0,5%) (Widoyono, 2008).

2.1.2.4 Gejala dan tanda tuberculosis

Untuk mengetahui tentang penderita tuberkulosis dapat dikenali

melalui tanda dan gejala. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka

penderita tuberkulosis paru apabila ditemukan gejala klinis utama

(cardinal simptom) pada diri si penderita. Adapun gejala utama pada

tersangka TBC adalah batuk berdahak selama 2- 3 minggu atau lebih,

batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas,nyeri dada, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam

hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu

bulan (Widoyono, 2008). Dengan strategi yang baru directlyobserved

treatment shortcourse (DOT) gejala utamanya adalah batuk berdahak

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

14

dan atau terus menerus selama tiga minggu atau lebih. Berdasar keluhan

tersebut, seseorang dapat ditetapkan sebagai tersangka. Gejala lainnya

adalah gejala tambahan. Dahak penderita harus diperiksa dengan

pemeriksaan mikroskopis (Widoyono, 2008).

2.1.2.5 Diagnosis Tuberculosis (TBC)

Untuk menegakkan diagnosa penyakit tuberkulosis dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk menemukan BTA positif. Pemeriksaan

lainnya dilakukan dengan pemeriksaan kultur bakteri, tetapi hasilnya

lama dan biya mahal. Metode pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-

sewaktu (SPS) dengan pemeriksaan mikroskopis mebutuhkan kurang

lebih 5 ml dahak dan biasanya menggunakan pewarnaan panas dengan

metode Ziehl Neelsen (ZN) atau pewarnaan dingin Kinyoun-Gabbet

menurut Tan Thiam Hok. Apabila dari dua pemeriksaan didapatkan

BTA positif, maka pasien dinyatakan positif mengidap tuberkulosis

paru (Widoyono, 2008).

Pada program TB nasional,penemuan BTA melalui pemeriksaan

dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain

seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

Tidak dibenarkan mendiagnosisTBChanya berdasarkan pemeriksaan

foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran

yang khas pada TB paru,sehinggasering terjadi overdiagnosis.

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

15

Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas

penyakit (Kemenkes, 2012).

2.1.2.6 Pengobatan tuberculosis

Setelah diagnosa ditegakkan, petugas pengelola TB segera

menyiapkan 1 paket OAT (Obat Anti Tuberkulosis) untuk 1 pasien

sesuai dengan kategori pengobatan. Pengobatan pada penderita

tuberkulosis dewasa dibagi menjadi beberapa kategori:

1. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R),

Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan

setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan

tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R),

diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat

ini diberikan untuk :

a. Penderita baru TB Paru BTA positif

b. Penderita TB Paru BTA negatif Rontgen Positif yang

“sakit berat”.

c. Penderita TB Ekstra Paru Berat

2. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan. Dua bulan pertama dengan

Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Ethambutol (E)

dan suntikan streptomisin setiap hari di unit pelayanan kesehatan

dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R),

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

16

Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) setiap hari, setelah itu

diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang

diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa

suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai minum

obat. Obat ini diberikan untuk :

a. Penderita kambuh (relaps)

b. Penderita gagal (failure )

c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

3. OAT Sisipan

Akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan

kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan

kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan

obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 28 hari.

4. Kategori-Anak (2HRZ/4(HR)

Panduan OAT ini diberikan untuk pasien TB anak . Pengobatan TB

anak dalam waktu 6 bulan yang diberikan setiap hari, baik pada

tahap awal maupun lanjutan , dosis obat harus disesuaikan dengan

berat badan anak (Kemenkes, 2012).

2.1.2.7 Evaluasi Pengobatan

Evaluasi pengobatan ada 5 macam evaluasi yaitu

1. Evaluasi Klinis

a. Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama,

pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan.

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

17

b. Evaluasi: respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping

obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit.

c. Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan

fisik.

2. Evaluasi Bakteriologis (0-2-6/9 bulan pengobatan)

a. Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak.

b. Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis yaitu

Sebelum pengobatan dimulai, setelah 2 bulan pengobatan

(setelah fase intensif) dan pada akhir pengobatan .

c. Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji

resistensi.

3. Evaluasi radiologi (0-2-6/9 bulan pengobatan)

Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada :

a. Sebelum pengobatan

b. Setelah2bulanpengobatan (kecuali pada kasus yang juga

dipikirkankemungkinankeganasandapatdilakukan1bulan

pengobatan) .

c. Pada akhir pengobatan.

4. Evaluasi efek samping secara klinis

Bila pada evaluasi klinis dicurigai terdapat efek samping,

maka dilakukanpemeriksaanlaboratoriumuntukmemastikannya dan

penanganan efek samping obat sesuai pedoman.

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

18

5. Evaluasi keteraturan berobat

Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan

berobat dan diminum/tidaknya obat tersebut. Ketidakteraturan

berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.

(PDPI(2006) dalam Puri 2012).

2.1.2.8 Kriteria Keberhasilan

Seorang penderita TBC dikatakan sembuh apabila dalam

pemeriksaan laboratorium dengan menunjukkan spesimen sputum

negatif dan rontgen dada menunjukan hasil gambaran

tuberkulosis pasif . Selain dari hasil pemeriksaan laboratoium,

penderita tuberkulosis dikatakan sembuh jika tanda dan gejala

tuberkulosis lokal dan sistemik seperti batuk jangka lama dan

berdarah, sesak nafas , nyari dada, keringat dingin tidak muncul

kembali setelah masa pengobatan tuntas selama 6-8 bulan

(Muttaqien (2008) dalam Firdaus (2012)).

2.1.2.9 Program DOTS di Indonesia

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah mycobacterium

tuberculosis dan mycobacterium bovis. Kuman tersebut

mempunyai ukuran 0.5-4 mikron x 0.3-0.6 mikron dengan bentuk

batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranuler atau tidak

mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang

terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri TBC

mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

19

warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut basil tahan asam

(BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman

tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat

dorman dan anaerob (Widoyono, 2008).

DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah

untuk strategi yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan dasar

di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB. Strategi

ini terdiri dari lima komponen, yaitu :

1. Komitmen politis

Komitmen politis adalah suatu komitmen mulai dari pengambil

keputusan termasuk dalam hal keberlangsungan pendanaan,

para pelaksana di fasilitas pelayanan kesehatan dalam

pengendalian program TB serta komitmen pasien dalam

menyelesaikan pengobatan TB sampai sembuh.

2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya

Pemeriksaan dahak dilaksanakan dengan mikroskopis

langsung. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan

dengan ditemukannya dengan ditemukan kuman TB

(BTA/Basil Tahan Asam).

3. Pemberian OAT dengan Pengawas Menelan Obat (PMO)

Pengobatan OAT jangan pendek yang tersandar bagi semua

kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, dengan

pengawasan langsung menelan obat.

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

20

4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang disediakan pemerintah

untuk pengendalian TB diberikan secara cuma-cuma dan

dikelola dengan manajemen logistik yang efektif demi

menjamin ketersediaannya.

5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan

penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja

program secara keseluruhan (Kemenkes, 2012).

Mulai tahun 1995 program pengendalian TB mengadopsi

strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)

yang direkomendasikan oleh WHO. Strategi DOTS telah

dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat

memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Bank dunia

menyatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang

paling cost effektive. Satu studi cost benefit yang dilakukan

WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap satu dolar

yang digunakan untuk membiayai program nasional

pengendalian TB, akan menghemat sebesar 55 dollar selama

20 tahun (Kemenkes, 2012).

Sejak DOTS diterapkan secara intensif terjadi

penurunan angka kesakitan TB menular yaitu pada tahun

2001 sebesar 122 per 100.000 penduduk dan pada tahun

2005 menjadi 107 per 100.000 penduduk. Hasil yang dicapai

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

21

Indonesia dalam menanggulangi TB hingga saat ini telah

meningkat. Angka penemuan kasus TB menular

ditemukan pada tahun 2004 sebesar 128.981 orang (54%)

meningkat menjadi 156.508 orang (67%) pada tahun 2005.

Keberhasilan pengobatan TB dari 86,7% pada kelompok

penderita yang ditemukan pada tahun 2003 meningkat menjadi

88,8% pada tahun 2004 (DepKes, 2004). Penguatan strategi

DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan

mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan

pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan

dan mencegah terjadinya MDR-TB (DepKes, 2007).

2.1.2.10 Pengawas Menelan Obat

Pengawas menelan obat (PMO) adalah seseorang yang

membantu pemantauan pasien selama masa pengobatan hingga

sembuh. Pasien memerlukan pemantauan secara ketat dan rutin

untuk melihat reaksi terhadap obat yang diberikan dan untuk

mengetahui efek samping pengobatan. Untuk mendapatkan

kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan diperlukan seorang

PMO untuk memantau pengobatan dan mengingatkan

pemeriksaan yang dilakukan (Kemenkes, 2012). Pengawas

menelan obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan

dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita dalam

meminum obat secara teratur dan tutas, PMO bisa berasal dari

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

22

keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau petugas

kesehatan (Krisnawati (2010) dalam Novita (2012)). Melihat

kedua pendapat tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa

pengawas menelan obat (PMO) adalah seseorang yang

membantu pemantauan pasien selama masa pengobatan hingga

sembuh, PMO bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh

masyarakat atau petugas kesehatan. Adapun peran PMO adalah

sebagai berikut:

1. Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal

hingga sembuh

2. Mendampingi pasien pada saat kunjungan ke puskesmas

dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat

menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur.

3. Mengingatkan pasien datang ke puskesmas untuk

mendapatkan pengobatan.

4. Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping obat

dan menghubungi unit pelayanan kesehatan,

5. Memberikan penyuluhan kepada pasien atau orang yang

tinggal serumah tentang penyakit kusta (Kemenkes, 2012).

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

23

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian penelitian

No Nama

Peneliti

(th)

Judul

Penelitian

Metode

Penelitian

Sampel Hasil

1 Wahyudi

,Eko

(2010)

Hubungan

Pengetahua

n, Sikap dan

Motivasi

Kader

dengan

Penemuan

Suspek

Tuberkulosi

s Paru di

Puskesmas

Sanankulon

Metode penelitian

ini menggunakan

korelasional

dengan

menggunakan

pendekatan cross

sectional

Teknik

proportional

random

sampling.

Hasil penelitian

terdapat hubungan

yang positif dan

signifikan antara

pengetahuan, sikap

dan motivasi kader

dengan penemuan

suspek Tuberkulosis

Paru di Puskesmas

Sanankulon, baik

secara simultan

maupun parsial.

2 Puri,

Nomi

Anindita

(2010)

Hubungan

Kinerja

Pengawas

Minum

Obat

(PMO)

dengan

Kesembuha

n Pasien TB

Paru Kasus

Baru

Strategi

DOTS

Deskriptif analitik

dengan

pendekatan Cross

Sectional

Teknik

purposive

sampling

Data yang terkumpul

dianalisa dengan

rumus chi square.

Dari penelitan

didapatkan OR =

4.2, χ2 hitung 4.6,

dan p = 0.029. Taraf

signifikansi 0,05 dan

derajat kebebasan 1.

Secara statistik dapat

disimpulkan bahwa

terdapat hubungan

yang kuat dan

bermakna antara

kinerja PMO dengan

kesembuhan TB

paru kasus baru

strategi DOTS.

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

24

2.3 Kerangka Teori

Gambar1.Kerangka Teori menurut Kemenkes (2012)

Tuberkulosis

Pengobatan Obat Anti

Tuberkulosis

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan PMO:

1. Pendidikan

2. Pengalaman

3. Informasi

4. Lingkungan Budaya

5. Sosial ekonomi

Karakter Penderita:

Jenis kelamin, Umur ,

Suku/etnik, Pendidikan,

Pekerjaan, Status

perkawinan

Tingkat Keberhasilan

Kesembuhan Penderita

Tuberkulosis

1. Berhasil

2. Tidak Berhasil

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

25

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO)

dengankeberhasilan pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas

Kartasura.

Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat

(PMO) dengankeberhasilan pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Tingkat

pengetahuan

pengawas

menelan obat

(PMO) tentang

penyakit

tuberkulosis

Keberhasilan

pengobatan tuberkulosis

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan

studi retrospektif. Penelitian analitik adalah penelitian yang menganalisis

hubungan antara faktor resiko (faktor yang mempengaruhi efek) dengan

faktor efek (faktor yang dipengaruhi oleh resiko) (Priyanto, 2011). Studi

retrospektif yaitu peneliti mengobservasi keadaan pada saat ini dan menilai

faktor resiko masa lalu untuk mengetahui ada tidaknya faktor resiko yang

dialami (Saryono, 2010). Pada penelitian ini menganalisis hubungan antar

variabel yaitu tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO) tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) dengan tingkat keberhasilan pengobatan

tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Menurut

Riyanto (2010), disebutkan bahwa penelitian cross sectional adalah suatu

penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen)

dengan faktor efek (dependen) dimana melakukan observasi/pengukuran

variabel sekali dan sekaliguspada waktu yang sama. Arti dari “sekali dan

sekaligus” tidak berarti semua responden di ukur dan diamati pada saat yang

bersamaan, tetapi artinya dalam penelitian cross sectional setiap responden

hanya hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran variabel responden

dilakukan pada saat pengamatan/pengukuran tersebut, kemudian peneliti

26

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

27

tidak melakukan tindak lanjut. Pada penelitian ini, dalam sekali waktu

peneliti menyebarkan kuisioner pada pengawas menelan obat (PMO) pasien

TB di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2010). Jumlah pasien TB di wilayah puskesmas Kartasura tahun 2014 adalah

31 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengawas menelan

obat (PMO) pasien TB di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki dari

populasi. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Menurut Sugiono (2003) dalam Saryono dan Setiawan (2010),

disebutkan bahwa teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang

telah ditentukan. Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus penelitian ini,

maka peneliti menentukan sampel penelitian dengan kriteria inklusi sebagai

berikut:

a. Pasien TB sudah melakukan pengobatan selama 6 bulan.

b. Setiap pasien diambil 1 PMO yang bisa membaca dan menulis.

c. PMO berada pada wilayah kerja puskesmas Kartasura saat dilakukan

penelitian.

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

28

Adapun kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:

a. PMO TB yang tidak bersedia menjadi responden.

b. Pasien berada diluar wilayah kerja puskesmas Kartasura saat dilakukan

penelitian.

Jumlah yang sesuai dengan kriteria inklusi adalah 31 responden.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Kartasura

pada bulan Desember 2014 - Mei 2015.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

pengawas menelan obat tentang penyakit tuberkulosis. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah keberhasilan pengobatan tuberculosis di wilayah

kerja puskesmas Kartasura.

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

29

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Skala Parameter

1.

Tingkat

pengetahuan

pengawas

menelan

obat

Hasil

pengetahuan

seseorang

pengawas

menelan obat

terhadap

penyakit

TBC dicakup

dalam

domain

kognitif

Kuisioner

Ordinal

Pengetahuan baik

jika skor 76 %-

100%.

Pengetahuan cukup

jika skor 56%-75%.

Pengetahuan kurang

jika skor <56%

(Arikunto (2006)

dalam Wawan dan

Dewi (2011).

2. Tingkat

keberhasilan

pengobatan

tuberkulosis

Ketercapaian

proses

pengobatan

tuberkulosis

yang ditandai

dengan tidak

munculnya

tanda dan

gejala

tuberkulosis

dan

pemeriksaan

laboratorium

Dokumen

TB 01

Nominal Berhasil: jika data

puskesmas

menunjukkan

pengobatan tuntas

Tidak berhasil: jika

data puskesmas

menunjukkan hasil

yang tidak tuntas

dalam pengobatan

(Kemenkes, 2012)

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Menurut Arikunto (2010), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya

lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan,

sistematis sehingga lebih mudah diolah. Alat pengumpulan data yang

digunakan pada saat penelitian adalah sebagai berikut:

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

30

1. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tentang tingkat pengetahuan

pengawas menelan obat tentang penyakit TBC adalah kuisioner. Adapun

kisi-kisinya adalah sebagai berikut:

No Sub variabel No Item Jumlah

item Favorauble Unfavorable

1. Definisi TBC 1 2 2

2. Etiologi TBC 3,4 5,6 4

3. Cara penularan TBC 7,8 9,10 4

4. Gejala dan diagnosis

TBC

11,13,15,16 12,14 6

5. Peran PMO 17,18,19 20 4

Jumlah 12 8 20

2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan

pengobatan tuberkulosis peranan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura adalah Dokumen TB 01.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

membagikan kuesioner dalam bentuk angket tertutup yang sifatnya

terstruktur dan terpimpin, sehingga pertanyaan yang diajukan pada

responden sama dan terarah dan tidak terjadi bias pada responden. Pada

penelitian ini kuesioner dibagikan pada pengetahuan petugas kesehatan

dengan menjelaskan maksud pertanyaan dan memberi kesempatan pada

pengetahuan petugas kesehatan untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak

dimengerti.

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

31

Pengumpulan data yang lain dilakukan dengan cara pengumpulan

data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada di tempat

penelitian berupa jumlah suspek yang ditemukan (Dokumen TB 06) oleh

petugas kesehatan dan data lain yang menunjang penelitian.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk pengumpulan data

terlebih dahulu dilakukukan uji coba kuisioner di puskesmas Baki terhadap

20 responden kemudian di uji validitas dan reliabilitas. Adapun uji validitas

dan realiabilitasnya adalah sebagai berikut:

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2010), disebutkan bahwa validitas adalah

derajad ketepatan antara data yang terjadi pada penelitian dengan daya

yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dalam penentuan valid atau

tidaknya suatu item yang digunakan, peneliti menggunakan uji validitas

item yaitu Pearson Product Moment.

Adapun rumus Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :

r( )( )

( ){ } ( ){ }2222 yynxxn

yxxynix

S-SS-S

SS-S=

Keterangan:

r = koefisien korelasi

x = skor obyek pada item

y = skor total

xy = skor pertanyaan

n = banyaknya subyek

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

32

Item pernyataan dikatakan valid apabila:

a. Jika r hitung lebih besar sama dengan r tabel (uji 2 sisi dengan sig.

0,05) maka butir pertanyaan dinyatakan valid.

b.Jika r hitung kurang dari r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka

butir pertanyaan dinyatakan tidak valid.

r tabel dalam penelitian ini adalah 0, 444.

Uji validitas pada item pertanyaan kuisioner dilakukan pada

responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel

penelitian. Uji validitas dilakukan di Puskesmas Baki pada bulan April.

Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan

pengawas menelan obat (PMO) didapatkan hasil bahwa item soal no. 13

dan 20 dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung lebih kecil dari nilai r

tabel dengan taraf signifikansi 5% (0,444). Selanjutnya item pertanyaan

yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam item pertanyaan dalam

kuesioner karena indikator sudah terwakili pada item pertanyaan yang

telah valid. Sehingga dalam penyusunan kuesioner penelitian

menggunakan kisi-kisi untuk mengukur peranan pengawas menelan

obat (PMO dengan jumlah pertanyaan sebanyak 18 item pertanyaan.

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

33

3.6.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk derajad konsistensi

dan stabilitas data. Penguji reliabilitas ini menggunakan Alfa Cronbach

(Sugiyono, 2012).

Rumus Alfa Cronbach adalah sebagai berikut:

( ) ïþ

ïýü

ïî

ïíì

-= å

2

2

i -1 1

rt

i

S

S

k

k

Keterangan :

k = Means kudrat subjek

å 2

iS = Means kuadrat kesalahan

2

tS = Varians total

Setelah diperoleh harga hitungr , selanjutnya untuk dapat

diputuskan instrumen reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan

dengan harga tabelr (Sugiyono, 2010). r tabel dalam penelitian ini adalah

0,6. Semakin tinggi koefisien korelasi berarti konsistensi antara dua tes

tersebut dikatakan semakin reliabel. Sebaliknya apabila dua tes dianggap

paralel menghasilkan skor yang satu sama lain berkorelasi rendah, maka

dikatakan hasil tes tersebut tidak tinggi. Uji reabilitas di Puskesmas Baki.

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner tentang hubungan

tingkat pengethuan pengawas menelan obat (PMO) dengan keberhasilan

pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kartsura terhadap

20 item pertanyaan didapatkan hasil bahwa item soal no 13 dan 20

dinyatakan tidak reliabel karena nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

34

dengan taraf signifikasi 5% (0,6). Dari hasil uji reliabilitas menunjukkan

kuesioner hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO)

terhadap keberhasilan pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja

Puskesmas Kartasura dinyatakan reliabel. Hasil uji validitas dan

reliabilitas dapat dilihat pada lampiran.

3.7 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan data

Sebelum melakukan analisis data, data diolah untuk memudahkan dalam

analisis data sehingga data tersebut menjadi sumber informasi. Data-data

hasil jawaban dalam penelitian ini diolah dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Editing

Memastikan kembali bahwa tiap-tiap kuesioner apakah sudah dijawab

lengkap.

b. Coding

Memberikan kode-kode angka pada alat penelitian untuk

memudahkan dalam analisa data.

c. Tabulating

Setelah semua data selesai diedit dan dilakukan pengkodean,

selanjutnya dilakukan tabulasi data (memasukkan data) agar dapat

dianalisis. Tabulasi data dilakukan dengan memasukkan data ke dalam

program komputer.

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

35

3.7.2 Analisis Data

Adapun analisis yang digunakan adalah:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

melihat distribusi frekuensi baik dari varibael independen maupun

variabel dependen. Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel

dalam penelitian. Analisa ini hanya menyederhanakan atau

meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa

sehingga kumpulan data menjadi informasi yang berguna

(Notoatmojo, 2010). Adapun analisis univariat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi. Dari hasil observasi

dilakukan analisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi

yang akan disajikan dalam bentuk diagram dan grafik. Adapun rumus

distribusi frekuensi menurut Machfoedz (2009) adalah sebagai

berikut:

P = n

x × 100 %

Keterangan :

P = prosentase

x = jumlah seluruh jawaban yang benar dari seluruh responden

n = jumlah item pertanyaan × jumlah responden

b. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis

bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

36

hubungan antara dua variabel. Pada penelitian ini dianalisis dengan

uji uji Chi Kuadrat menggunakan software SPSS 16. Uji Chi Kuadrat

yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri

atas dua variabel atau lebih dan data berbentuk nominal dan ordinal.

h

2

h02

f

)f(fX

-=å

Keterangan:

X : Chi-Square

fo : Frekuensi yang diteliti

fh : Frekuensi yang diharapkan

Dalam melakukan uji Chi Square, harus memenuhi syarat:

a. Tidak boleh ada nilai 0 pada setiap sel

b. Setiap sel, nilai kurang dari 5 maksimal 20%

Interpretasi hasil uji :

Jika P value > nilai alpha (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak

yang berarti tidak pengaruh peranan pengawas menelan obat (PMO)

terhadap keberhasilan pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja

Puskesmas Kartasura.

Jika P value ≤ nilai alpha (0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak

yang berarti ada pengaruh peranan pengawas menelan obat (PMO)

terhadap keberhasilan pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja

Puskesmas Kartasura.

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

37

3.9 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah etika yang mencakup norma untuk

berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang

seharusnya tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan

dalam penelitian ini berkaitan dengan etika keperawatan

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

diberikan sebelum penelitian penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

agar subjek mengerti maksud, tujuan dan mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil yang akan

disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Pengawas Menelan Obat dengan Tingkat Kesembuhan Pasien Tuberkulosis

di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura” dilaksanakan di wilayah Kerja

Puskesmas Kartasura pada Desember 2014 - Juli 2015. Puskesmas

Kartasura beralamat di jalan Jendral Sudirman, Pucangan, Kartasura,

Sukoharjo. Puskesmas Kartasura mempunyai unit rawat inap dan rawat

jalan. Puskesmas Kartasura adalah penggabungan antara Puskesmas

Kartasura I dengan Kartasura II. Pelayanan kesehatan di puskesmas

Kartasura terdiri dari pelayanan di Puskesmas Induk Kartasura serta

pelayanan di Puskesmas Pembantu. Puskesmas pembantu antara lain Pustu

Pabelan, Pustu Makamhaji, Pustu Wirogunan dan Pustu Ngemplak.

Karyawan di puskesmas Kartasura terdiri dari petugas kesehatan dan

petugas non kesehatan. Petugas kesehatan terdiri dari dokter berjumlah 7

orang, perawat berjumlah 20 orang serta bidan berjumlah 23 orang.

Wilayah kerja puskesmas Kartasura membawahi 10 desa dan 2

kalurahan. Wilayah desa antara lain: Ngempak, Pucangan, Kertonatan,

Wirogunan, Ngabeyan, Singopuran, Gonilan, Pabelan, Gumpang dan

Makamhaji. Wilayah kelurahan antara lain : kelurahan Kartasura dan

Ngadirejo.

38

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

39

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cross

sectional. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 30

responden.

4.2 Karakteristik Responden.

Karakteristik pengawas menelan obat (PMO) pada penderita

tuberkulosis dari 30 responden dapat lihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4.1 Jenis kelamin pengawas menelan obat (PMO) kusta.

No Jenis Kelamin PMO Jumlah responden Presentase

(%)

1 Laki-laki 9 30

2 Perempuan 21 70

Total 30 100

Sumber data primer bulan April 2015

Tabel 4.1 menunjukkan jenis kelamin pengawas menelan obat

(PMO) pada penderita tuberkulosis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa jenis kelamin pengawas menelan obat (PMO) paling banyak adalah

perempuan yaitu sebanyak 21 responden (70%).

Tabel 4.2 Usia pengawas menelan obat (PMO) tuberkulosis.

No Usia PMO Jumlah responden Presentase

(%)

1 21-30 11 37

2

3

4

5

31-40

41-50

51-60

>60

4

9

6

0

13

30

20

0

Total 30 100

Sumber data primer bulan April 2015

Tabel 4.2 menunjukkan usia pengawas menelan obat (PMO) pada

penderita tuberkulosis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

40

kelamin pengawas menelan obat (PMO) paling banyak adalah usia 21-30

tahun yaitu sebanyak 11 responden (37%).

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan pengawas menelan obat (PMO)

tuberkulosis

No Tingkat Pendidikan

PMO

Jumlah responden Presentase

(%)

1 SD 0 0

2

3

4

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

7

18

5

23

60

17

Total 30 100

Sumber data primer bulan April 2015

Tabel 4.3 menunjukkan tingkat pendidikan pengawas menelan obat

(PMO) pada penderita tuberkulosis Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa tingkat pendidikan pengawas menelan obat (PMO) paling banyak

adalah SMA yaitu sebanyak 18 responden (60%).

4.3 Tingkat pengetahuan pengawas menelan obat tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Tingkat pengetahuan pengawas menelan obat tentang penyakit

tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura dari 30 responden

dapat lihat pada tabel 7 di bawah ini.

Tabel 4.4 Pengetahuan pengawas menelan obat tentang

penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

No Pengetahuan Jumlah responden Presentase

(%)

1 Baik 22 74

2 Cukup 4 13

3 Kurang 4 13

Total 30 100

Sumber data primer bulan April 2015

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

41

Tabel 4.4 menunjukkan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat

tentang penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan petugas

kesehatan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas

Kartasura paling banyak adalah tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 24

responden (80%).

4.4 Tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Peranan petugas kesehatan dalam penemuan suspek TBC di

wilayah kerja puskesmas Kartasura dari 30 responden dapat lihat pada tabel

4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TBC)

di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

No Tingkat Keberhasilan

Pengobatan

Jumlah responden Presentase (%)

1 Berhasil 27 90

2 Tidak Berhasil 3 10

Total 30 100

Sumber data primer bulan April 2015

Tabel 4.5 menunjukkan tingkat keberhasilan pengobatan

tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas Kartasura. Dari hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis di

wilayah kerja puskesmas Kartasura paling banyak adalah berhasil yaitu

sebanyak 27 responden (90%).

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

42

4.5 Hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO) dengan

tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas

Kartasura.

Analisa yang dilakukan untuk mengetahui jawaban dari hipotesa

penelitian yang diajukan adalah analisis chi-square yaitu hubungan tingkat

pengetahuan pengawas menelan obat (PMO) dengan tingkat keberhasilan

pengobatan tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas Kartasura.

Hasil analisis data adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6 Analisa hubungan tingkat pengetahuan pengawas

menelan obat (PMO) dengan keberhasilan

pengobatan tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Variabel Tingkat Kesembuhan X

2 Kesimpulan

Berhasil

n %

Tidak Berhasil

n %

Tingkat

pengeta-

huan

Baik 22 82 0 0 0,005 Signifikan

Cukup 3 11 1 33

Kurang 2 7 2 67

Total 27 100 3 100

Sumber data primer bulan April 2015

Hasil uji chi square nilai p value 0.005 (nilai p<0.05) maka berdasar nilai

statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi

ada hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO) dengan

tingkat kesembuhan pasien tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas

Kartasura.

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

43

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Tingkat Keberhasilan

Pengobatan Tuberkulosis (TBC) di wilayah Kerja Puskesmas Kartasura”

dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas Kartasura pada November 2014 -

Juli 2015 didapatkan hasil:

5.1 Karakteristik Responden.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan petugas kesehatan di wilayah kerja

puskesmas Kartasura. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Puskesmas Kartasura didapatkan hasil bahwa prosentase paling banyak

adalah umur 21-30 tahun sebanyak 11 responden (37%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas

Kartasura dengan 30 responden didapatkan hasil bahwa prosentase paling

banyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden (70%).

Hasil penelitian Puri (2010) menunjukkah bahwa tidak ada hubungan

antara jenis kelamin responden dengan tingkat kesembuhan pasien

tuberkulosis. Hasil penelitian Puri tidak sesuai dengan teori Green (1991),

dimana jenis kelamin termasuk faktor predisposing terjadinya perubahan

perilaku seseorang. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun jumlah

43

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

44

pengawas menelan obat laki-laki lebih sedikit dari pada perempuan, akan

tetapi dalam peran mengawasi pasien TBC tidak jauh berbeda.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas

Kartasura dengan 30 responden didapatkan hasil bahwa bahwa prosentase

tingkat pendidikan paling banyak adalah pendidikan SMA sebanyak 18

responden (60%). Menurut Notoatmojo (2010), disebutkan bahwa tingkat

pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pendidikan merupakan

upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan.

Semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin tinggi pula tingkat

pengetahuannya.

5.2 Tingkat pengetahuan pengawas menelan obat tentang di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

pengawas menelan obat (PMO) di wilayah kerja puskesmas Kartasura

paling banyak adalah tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 22

responden (73%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Puri (2010)

dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum

Obat (PMO) dengan Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi

DOTS” bahwa kinerja pengawas menelan obat paling banyak kategori

baik yaitu 37 orang (74%). Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa

tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman,

sumber informasi, lingkungan budaya dan, sosial ekonomi.

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

45

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan pengawas

menelan obat sangat penting. Tingkat pendidikan pengawas menelan obat

dengan pendidikan SMA 18 responden (60%). Hal tersebut menunjukkan

faktor tingkat pendidikan pengawas menelan obat mempengaruhi peranan

pengawas menelan obat dalam mendampingi pengobatan tuberkulosis

pasien sampai sembuh.

Peran pengawas menelan obat meliputi sebagai berikut:

memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal hingga sembuh,

mendampingi pasien pada saat kunjungan ke puskesmas dan memberikan

dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan secara

lengkap dan teratur, mengingatkan pasien datang ke puskesmas untuk

mendapatkan pengobatan, menemukan dan mengenali gejala-gejala efek

samping obat dan menghubungi unit pelayanan kesehatan, memberikan

penyuluhan kepada pasien atau orang yang tinggal serumah tentang

penyakit tuberkulosis.

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

46

5.3 Tingkat Kesembuhan penderita tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja

puskesmas Kartasura.

Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tingkat kesembuhan pasien

tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas Kartasura paling banyak adalah

kategori berhasil yaitu sebanyak 27 responden (90%). Hal ini dapat

dibuktikan dengan hasil laporan pengamatan data TB 01. Seorang

penderita TBC dikatakan sembuh apabila dalam pemeriksaan laboratorium

dengan menunjukkan spesimen sputum negatif dan rontgen dada

menunjukan hasil gambaran tuberkulosis pasif. Selain dari hasil

pemeriksaan laboratorium, penderita tuberkulosis dikatakan sembuh jika

tanda dan gejala tuberkulosis lokal dan sistemik seperti batuk jangka lama

dan berdarah, sesak nafas, nyeri dada, keringat dingin tidak muncul

kembali setelah masa pengobatan tuntas selama 6-8 bulan.

Menurut Puri (2010) menyebutkan bahwa faktor mempengaruhi

kesembuhan TB paru tidak hanya dari kinerja PMO saja melainkan dari

faktor pasien dan faktor lingkungan. Kasus penyakit TB sangat terkait

dengan faktor perilaku pasien dan lingkungan. Faktor lingkungan, sanitasi

dan higiene terutama sangat terkait dengan keberadaan kuman, dan proses

timbul serta penularannya. Faktor perilaku sangat berpengaruh pada

kesembuhan yang dimulai dari perilaku hidup sehat (makan makanan yang

bergizi dan seimbang, istirahat cukup, olahraga teratur, hindari rokok,

alkohol, hindari stress), kepatuhan untuk minum obat dan pemeriksaan

rutin untuk memantau perkembangan.

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

47

Peranan petugas kesehatan juga mempengaruhi tingkat

keberhasilan pengobatan tuberkulosis. Peranan petugas kesehatan dalam

program pemberantasan tuberkulosis adalah mendeteksi pasien,

melakukan pengobatan, melakukan pengawasan langsung dan mencegah

orang lain terinfeksi (Kemenkes, 2012). Petugas kesehatan merupakan

ujung tombak dalam penemuan, pengobatan dan evaluasi penderita

maupun pelaksana administrasi program di puskesmas. Keberhasilan

dalam pengobatan tuberkulosis dipengaruhi oleh motivasi pasien untuk

sembuh, peran pengawas menelan obat dalam mengawasi pasien menelan

obat serta peran petugas kesehatan yang memberikan pengobatan

tuberkulosis secara berkesinambungan.

Program tuberkulosis yang terpadu memudahkan pasien dapat

mengakses pelayanan penyakit tuberkulosis di puskesmas. DOTS

(Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah untuk strategi yang

dilaksanakan pada pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi

dan menyembuhkan pasien TB.Strategi ini terdiri dari lima komponen,

yaitu : Komitmen politis adalah suatu komitmen mulai dari pengambil

keputusan termasuk dalam hal keberlangsungan pendanaan, para

pelaksana di fasilitas pelayanan kesehatan dalam pengendalian program

TB serta komitmen pasien dalam menyelesaikan pengobatan TB sampai

sembuh. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya,

dilaksanakan dengan mikroskopis langsung. Diagnosis TB Paru pada

orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya dengan ditemukan kuman

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

48

TB (BTA/Basil Tahan Asam). Pemberian OAT dengan Pengawas

Menelan Obat (PMO). Pengobatan OAT jangan pendek yang tersandar

bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, dengan

pengawasan langsung menelan obat. Jaminan ketersediaan OAT yang

bermutu. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang disediakan pemerintah

untuk pengendalian TB diberikan secara cuma-cuma dan dikelola dengan

manajemen logistik yang efektif demi menjamin ketersediaannya. Sistem

pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap

hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan

(Kemenkes, 2012).

5.4 Analisa hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO)

dengan tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TBC) di wilayah

kerja puskesmas Kartasura.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat

pengetahuan pengawas menelan obat (PMO) dengan tingkat keberhasilan

pengobatan tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja puskesmas Kartasura,

yang dibuktikan dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p value 0.005

(nilai p<0.05).

Hasil analisis tersebut sesuai dengan penelitian Puri (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat

(PMO) dengan Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi DOTS”

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan pengawas

menelan obat dengan tingkat kesembuhan pasien tuberkulosis.

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

49

Menurut Notoatmojo (2010) pengaruh pengetahuan terhadap

praktik/peran dapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap.

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk praktik. Agar terwujudnya sikap

agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik/peran) diperlukan faktor

pendukung atau kondisi yang memungkinkan.

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

50

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas

Kartasura yang dilaksanakan pada bulan November 2014 - Juli 2015 tentang

pengaruh peranan pengawas menelan obat (PMO) dengan tingkat

kesembuhan pasien tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas Kartasura dapat

ditarik kesimpulan bahwa :

6.1.2 Karakteristik jenis kelamin pengawas menelan obat di Kecamatan

Kartasura paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 21

responden (70%), umur paling banyak adalah umur 21-30 tahun

sebanyak 11 responden (37%), tingkat pendidikan paling banyak adalah

pendidikan SMA sebanyak 18 responden (60%).

6.1.2 Tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO) di Puskesmas

Kartasura paling banyak adalah baik yaitu sebanyak 22 responden

(73%).

6.1.3 Tingkat kesembuhan pasien tuberkulosis di Puskesmas Kartasura paling

banyak adalah berhasil yaitu sebanyak 27 responden (90%) .

6.1.4 Ada hubungan tingkat pengetahuan pengawas menelan obat (PMO)

dengan tingkat keberhasilan pasien tuberkulosis di wilayah puskesmas

Kartasura.

50

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

51

6.2 Saran

Dalam penelitian mengenai tingkat pengetahuan pengawas menelan

obat (PMO) dengan tingkat kesembuhan pasien tuberkulosis, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

6.2.1 Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan harus meningkatan kemampuannya dalam

menangani masalah tuberkulosis dengan cara melanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi atau mengikuti pelatihan tuberkulosis.

6.2.2 Bagi Puskesmas Kartasura

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo mengadakan supervisi

petugas tuberkulosis secara periodik dan memberikan reward kepada

petugas program tuberkulosis agar petugas mempunyai motivasi

memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita tuberkulosis dan

pengawas menelan obat (PMO).

6.2.3 Bagi Pengawas Menelan Obat

Pengawas menelan obat hendaknya melakukan perannya secara

maksimal dalam mendampingi pasien tuberkulosis dalam pengobatan

tuberkulosis mulai dari mendampingi pasien dalam pengobatan

sampai memberikan penyuluhan kusta pada keluarga terdekat.

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

52

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Jakarta: Kompas

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka.

Jakarta.

Bakti, Martinda. 2009. “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa-siswi SMAN 1

Sukoharjo”. Karya Tulis Ilmiah. Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Darwis dan Sudarwan, D., 2003. Metodelogi Penelitian Kebidanan. EGC. Jakarta.

Dewi dan Wawan. 2014 . Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.

Dewi, P. 2010 . Virologi mengenal virus, Penyakit dan Pencegahannya. Nuha

Medika. Yogyakarta.

Firdaus, K. 2012. “Pengaruh Peranan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap

Keberhasilan pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Baki

Sukoharjo ”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data.

Salemba Medika. Jakarta.

Kemenkes R.I. 2012 (a), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

Jakarta.

Kemenkes R.I. 2012(b). Jejaring Program Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat

Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Kemenkes R.I. 2012(c). Komunikasi, Informasi dan Edukasi Tuberkulosis.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

Jakarta.

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

53

Kemenkes R.I. 2012 (c). Monitoring dan Evaluasi Program Pengendalian

Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, Jakarta.

Kemenkes R.I. 2012 (d). Program Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jendral

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Machfoed, I. 2009. Metodelogi Penelitian. Fitramaya. Yogyakarta.

Mansjoer, Arif. et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III. Media.

Aesculapius,Jakarta.

Maryun, Yayun. 2007. “ Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja

Petugas Program TB Paru terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru

BTA (+) di kota Tasik Malaya Tahun 2006”. Tesis. Program Magister

Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro.

Mifbakhudin, dkk. 2013. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan

Penyakit Tuberkulosis (TBC) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang

Semarang Barat”. Artikel Ilmiah,

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98549&val=5089

diakses tanggal 7 Januari 2014

Notoatmodjo, S. 2010 (a). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010 (b). Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi).

Jakarta: Rineka Cipta.

Priyanto, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Yogyakarta.

Puri, N. 2010. “Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan

Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi DOTS”. Skripsi. Tidak

diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Rahmawati, E. & Atikah, P., 2011. Perlaku Hidup Bersih dan Sehat. Nuha

Medika. Yogyakarta.

Salamah dan Suyanto. 2008. Riset Kebidanan Metodelogi dan Aplikasi. Mitra

Cendikia press. Yogyakarta.

Saryono dan Setiawan, A. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S1

dan S2. Muhamedika. Yogyakarta.

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-novitaputr... · 2.1.2.5 Diagnosa Tuberkulosis ... pasien tuberkulosis ekstra paru,

54

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Alfabeta.

Bandung.

Suwandi, dkk. 2014. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Angka

Kesembuhan dan Angka Penemuan Kasus Tuberkulosis di Kota

Semarang Tahun 2014”. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

http://eprints.dinus.ac.id/6659/1/jurnal_13746.pdf. Diakses tanggal 7

Januari 2014.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Alfabeta.

Bandung.

Wahyudi, E. 2010. “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Kader dengan

Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sanankulon”. Tesis.

Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasan.Erlangga. Semarang.

Zulkani, Akhsin. 2008. Parasitologi. Muhamedika. Yogyakarta