HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan...
Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB
AKTIF DENGAN KEMANDIRIAN KB DI KECAMATAN SUKOHARJO
KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Mustafa Mahmud Al Jufri
G0009142
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, segala puji hanya milik Allah SWT karena atas rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Akseptor KB Aktif dengan Kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo”. Shalawat dan salam terkirim kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di FK UNS Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR.FINASIM selaku Dekan FK UNS Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS Surakarta. 3. H. Endang Sutisna Sulaiman, dr, M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 4. Prof. Dr. H.A.A. Subijanto, dr, MS., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 5. Suparman, dr, M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan
masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. H. Rifai Hartanto, dr, M.Kes., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan
saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Seluruh dosen dan staf Laboratorium IKM dan Bagian Skripsi FK UNS Surakarta. 8. Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian skripsi ini. 9. Umi dan Abi tercinta, serta adik-adikku Arinil Husna Kamila, Muhammad Fahmi
Tamami, Irfan Jauhari yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman mentoring yang selalu menginspirasi dan memotivasiku. 11. Sahabatku Fiqih Faruz yang telah menemani perjalanan dalam penyelesaian skripsi ini 12. Adik-adik AAI-ku yang luar biasa: Riyan, Diva, Desvian, Miftah, Mantas, Natsir,
Rosi, Farkhan, Yasin, Les Yasin, Yasfie, Bayu, Ariadi. 13. Keluarga besar BIRO AAI UNS, BIRO AAI FK UNS, SKI FK UNS, dan Asisten
Laboratorium Farmakologi 2009 14. Keluarga besar kosbin Al Fikr : Angga, Darma, Agil, Ilham, Farkhan, Agung.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran membangun
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Surakarta, 09 Januari 2013
Mustafa Mahmud Al Jufri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Mustafa Mahmud Al Jufri, G0009142, 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal
Akseptor KB Aktif dengan Kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Latar Belakang : Tingkat pendidikan formal seorang akseptor KB aktif merupakan faktor
yang mungkin mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk menggunakan KB mandiri.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian KB seseorang maka akan
dapat meningkatkan cakupan KB semakin luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif dengan
kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
Metode : Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan case control yang
dilakukan pada bulan Oktober-November 2012 pada 100 sampel akseptor KB aktif di
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Teknik sampling pada penelitian ini
menggunakana Simple Random Sampling. Pengambilan data dari sampel penelitian
menggunakan kuesioner yang berisi variabel tingkat pendidikan dan kemandirian KB.
Analisis data menggunakan Odd ratio test dengan analisis univariat dan bivariat.
Hasil Penelitian : Hasil uji statistik nilai uji odd ratio adalah OR = 10,120, 95% CI = 3,062 –
33,450, p = 0,000 . Nilai p <0,05 berarti bahwa tingkat signifikansi 5% atau 95% tingkat
kepercayaan adalah hubungan yang signifikan antara kedua variabel.
Simpulan penelitian : Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan formal seorang akseptor KB aktif maka semakin besar kecenderungannya
untuk melaksanakan KB secara mandiri.
Kata kunci: Keluarga berencana mandiri, pendidikan formal, akseptor KB aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Mustafa Mahmud Al Jufri, G0009142, 2012. The Relationship of Formal Education Level
on the Active Independent Acceptors KB in Subdistric Sukoharjo Distric Sukoharjo. Faculty
of Medicine Sebelas Maret Univercity.
Background : The level of formal education an active family planning acceptors are factors
that may influence the attitudes and behavior of people to use an independence KB. By
knowing the factors that affect a person's use of family planning will be able to improve the
coverage of family planning more widely. This study aimed to determine whether there is a
relationship between the level of formal education with self-reliance active family planning
acceptors of family planning in Subdistrict Sukoharjo District Sukoharjo.
Methods : This study is observational with case control conducted in October-November
2012 on 100 samples of family planning acceptors active in Subdistrict Sukoharjo District
Sukoharjo. Sampling technique in this study using current Simple Random Sampling. Taking
data from the sample using a questionnaire containing variable levels of education and
independence KB. Data analysis using Odd ratio test with univariate and bivariate analyzes.
Results : Statistical test result value of odd ratio test are OR = 10,120, 95% CI = 3,062 –
33,450, p = 0,000. Value of p <0.05 means that the significance level of 5% or 95% level of
confidence is significant relationship between the two variables.
Conclusion : From this study it was concluded that the higher levels of formal education an
active family planning acceptors, the greater the tendency to carry out family planning
independently.
Key words: Independence KB, formal education, active KB acceptor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI........................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. TinjauanPustaka ................................................................................. 4
1. Kemandirian KB ......................................................................... 4
2. Tingkat Pendidikan Formal ........................................................ 6
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 11
C. Hipotesis ............................................................................................. 11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 12
B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 12
C. Subjek Penelitian............................................................................. 12
D. Teknik Sampling ............................................................................ 12
E. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................... 13
F. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 13
G. Instrumen Penelitian ....................................................................... 14
H. Rancangan Penelitian ...................................................................15
I. Cara Kerja ....................................................................................16
J. Teknik dan Analisis Data ............................................................... 16
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat ........................................................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
B. Analisis Bivariat .............................................................................. 19
BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 20
BAB VI KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kemandirian KB
Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Kemandirian KB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Univariat
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Bivariat
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Tim Skripsi FK UNS kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan Negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk,
setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia menurut hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 (SP, 2010) berjumlah 237,6 juta orang dengan jumlah kelahiran 4,5
juta bayi per tahun. Dibanding hasil sensus penduduk tahun 2000 terdapat pertambahan
jumlah penduduk sebanyak 32,5 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per
tahun. Distribusi penduduk juga tidak merata dan lebih terfokus di perkotaan, yaitu 120 juta
orang (50,5%). Jumlah ini naik 550-600 persen sejak tahun 1976. Bila dilihat pada tingkat
provinsi, laju pertumbuhan penduduk sangat bervariasi, tertinggi terjadi di Provinsi Papua
yakni 5,45 persen dan terendah di Provinsi Jawa Tengah yakni 0,37 persen (Badan Pusat
Statistik, 2010).
Permasalahan yang sangat menonjol dalam kependudukan adalah tingginya angka
kelahiran. Salah satu usaha untuk menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan
pengendalian angka kelahiran melalui Program Gerakan Keluarga Berancana Nasional.
Menurut Undang-Undang Nomor: 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Menurut analisis hasil program gerakan KB Nasional, Jawa Tengah merupakan provinsi
dengan program pelaksana KB terbaik. Pada tahun 2005-2010 angka pertumbuhan penduduk
di Jawa Tengah adalah sebesar 0,36% sedangkan pada tingkat nasional menunjukkan angka
0,6%. Sebelumnya angka kelahiran di Jawa Tengah dari tahun 1961 hingga 1971 mencapai
1,46%, sedangkan antara tahun 2000 hingga 2005 turun menjadi 0,6% (BKKBN, 2011).
Sejak tahun 1987 program KB lebih diarahkan pada pelaksanaan KB mandiri yaitu
seorang akseptor KB mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan biaya sendiri. Pelaksanaan
KB secara mandiri lebih ditekankan pada kesadaran masyarakat tentang KB dan juga adanya
kesanggupan membayar untuk pelayanan kontrasepsi (BKKBN, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada tahun 2012, kabupaten Sukoharjo telah berhasil mendapatkan penghargaan sebagai
kabupaten dengan pelaksana program KB terbaik di Jawa Tengah. Hal ini didasarkan pada
ketercapaian kuantitatif program KB di kabupaten tersebut. Beberapa hal yang menjadi tolak
ukur antara lain tingkat kepesertaan KB yakni Current User per PUS (CU per PUS), jumlah
peserta KB aktif, jumlah peserta KB mandiri. Serta kemungkinan juga didukung dengan
pendidikan formal akseptor KB aktif yang cukup baik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo (2011), kecamatan yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak berturut-turut adalah kecamatan Grogol dengan
penduduk 105.016 jiwa (12,33%), Kartasura 92.922 jiwa (10,92%), dan Sukoharjo 85.636
jiwa (10,06%). Sedangkan yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kabupaten Gatak
dengan jumlah penduduk 49.184 jiwa (5,78%)
Sementara itu, berdasarkan data terakhir sampai dengan bulan Juni 2012, sasaran PUS di
wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo adalah sebesar 16.364, dan jumlah pencapaian peserta
KB aktif adalah sebesar 13.117. Dengan demikian tingkat pemakaian KB berdasarkan rasio
CU (Current User) per PUS (Pasangan Usia Subur) adalah sebesar 80% dengan jumlah
peserta KB mandiri sebesar 7.701 atau sebesar 59%.
Dari data di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan
tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif dengan kemandirian KB di wilayah kerja
Puskesmas Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, mengingat kecamatan
Sukoharjo memiliki penduduk dengan tingkat pemakaian KB sangat menonjol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah sebagai berikut :
“Apakah Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Akseptor KB Aktif dengan
Kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan formal akseptor KB aktif dengan kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan
kemandirian KB pada akseptor KB aktif.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat, petugas kesehatan, dan
pihak terkait dalam meningkatkan jumlah akseptor KB aktif mandiri.
3. Pada penelitian berikutnya, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi bahan
studi pustaka bagi dunia pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kemandirian KB
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1970, program KB
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati,
2011).
Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan
dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian,
membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua
orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan
pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan
meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006).
Program KB di Indonesia dimulai sejak tahun 1969 hingga saat ini mempunyai tujuan
ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera), tujuan lainnya yaitu secara dermografis
untuk menurunkan dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mencapai tujuan
tersebut, pelaksanaan program KB diarahkan pada dua sasaran, yaitu sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung. Sasaran langsung dimaksudkan agar pasangan usia subur secara
bertahap menjadi peserta KB aktif dan lestari, sehingga dapat memberikan efek langsung
terhadap penurunan fertilitas. Sasaran tidak langsung dimaksudkan agar organisasi-organisasi
atau lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, dan tokoh-tokoh
masyarakat diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses pembentukan sistem
nilai di lingkungan masyarakat yang dapat mendukung usaha pelembagaan Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera. (Handayani, 2010)
Saifuddin (2006) mengatakan bahwa paradigma baru KB Nasional (KBN) telah diubah
visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan
ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Program KB di Indonesia sebelum dan sesudah dilaksanakannya International
Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994 mengalami
perubahan orientasi. Pada tahun 70-an sampai 90-an awal, pelayanan KB sangat menekankan
pada aspek demografis, yaitu pengendalian angka kelahiran dengan salah satu aspek
utamanya adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Perbaikan kualitas pelayanan akan
memperbesar jumlah peserta KB yang puas dan akan meningkatkan prevalensi dan
menurunkan tingkat kelahiran (BKKBN, 2005).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mentargetkan
contraceptive prevalence rate (CPR) atau angka pemakaian kontrasepsi menjadi sebesar 62,5
persen pada tahun 2012. Oleh karenanya, akses dan kualitas pelayanan KB bagi peserta KB
baru sebesar 7,3 juta harus ditingkatkan. Metoda kontrasepsi juga perlu diarahkan agar
akseptor menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) minimal sebesar 12,9%
dan mendorong para pria ber-KB hingga menjadi 4,3%. Dengan target dalam RKP (Rencana
Kerja Pemerintah) itu, maka akan meningkatkan jumlah peserta KB aktif sebanyak 28,2 juta
dengan MKJP sebesar 25,9 persen (BKKBN, 2012).
KB Mandiri adalah seorang akseptor KB mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan
biaya sendiri. Tujuan KB mandiri secara umum adalah meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, peran, dan tanggung jawab masyarakat untuk menjadi peserta KB, yang
dicerminkan dalam sikap dan tingkah laku, termasuk dalam menyediakan dan memenuhi
kebutuhan pelayanan program KB masing-masing, sedangkan tujuan khusus adalah, 1)
meningkatkan jumlah peserta KB secara merata, 2) meningkatkan jaringan pelayanan KB
bermutu secara mandiri, 3) terwujudnya pemenuhan kebutuhan pelayanan KB yang
memenuhi persyaratan dan memuaskan untuk semua pihak, 4) menumbuhkan sikap
kemandirian, dan 5) memudahkan dalam pelayanan. Pada tahun 2011, sasaran peserta KB
baru mandiri di Indonesia adalah sebanyak 3.409.310 peserta, dan telah dicapai sebanyak
3.615.632 peserta atau sebesar 106,1 persen. (BKKBN, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Tingkat Pendidikan Formal
Dalam undang-undang pendidikan Nomor 4 tahun 1950, tentang dasar-dasar dan
pengajaran sekolah pada Bab III pasal 4 tercantum bahwa landasan ideal pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I ayat 8, tingkat pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas tingkat
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk
memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan
prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru
merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam
keluarga dengan sekolah. (Andriezens, 2008)
a. Tingkat Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan
untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh warga
negara untuk memperoleh pendidikan yang bersifat dasar yang berbentuk Sekolah Dasar
(SD) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk
lain yang sederajat. UU RI No. 20 Tahun 2003 menyatakan dasar dan wajib belajar pada
Pasal 6 Ayat 1 bahwa, “Setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. (Depdiknas, 2003)
b. Tingkat Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar, di
selenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang
sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
perluasan pendidikan dasar, dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. (Depdiknas, 2003)
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 18 Ayat 1-3, pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan
menengah luar biasa, pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.
c. Tingkat Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yang diselenggarakan
untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut lembaga pendidikan tinggi melaksanakan misi “Tridharma” pendidikan tinggi
yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam ruang
lingkup tanah air Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional.
Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan
kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. Untuk itu dengan tujuan
kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti perkembangan
kebudayaan yang terjadi di luar Indonesia untuk di ambil manfaatnya bagi pengembangan
bangsa dan kebudayaan nasional. Untuk dapat mencapai dalam pelaksanaan misinya, pada
lembaga pendidikan tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan dan
otonomi dalam pengolaan lembaganya. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi di sebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut, dan universitas.
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI,
2000). Sedangkan menurut beberapa ahli, salah satunya adalah Ihsan (2005), pendidikan
adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang
dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial
dan kemampuan individu yang optimum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Akseptor KB Aktif dengan Kemandirian KB
Menurut Soedijarto (2000), pendidikan formal mempunyai sumbangan yang sangat
signifikan bagi perubahan masyarakat, dapat memajukan masyarakat dan pembangunan.
Kaitan proses pendidikan dengan pembangunan khususnya pembangunan manusia,
dijelaskan bahwa pendidikan dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan yaitu pendidikan
pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga diharapkan makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Dapat diartikan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan
demikian pendidikan membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan seperti mengenai program KB, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin bertambah pula kecakapannya,
baik secara intelektual maupun emosional serta semakin berkembang pula pola pikir yang
dimilikinya. Selain itu, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pola pikir
dan kemampuannya menerima informasi baru, sehingga semakin banyak pengetahuan yang
diperolehnya. (Djumransjah, 2004). Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan formal
seseorang akan semakin meningkatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah kesehatan,
diantaranya tentang dicanangkannya program Keluarga Berencara. Seseorang yang memiliki
pendidikan formal yang lebih tinggi akan memiliki cara pandang yang berbeda mengenai
masalah KB dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
rendah.
4. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi
a. Agama
Agama-agama di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu memandang
bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu kelahiran harus diatur jaraknya
dengan berKB. Agama Buddha, yang memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak
melarang umatnya berKB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak
melarang umatnya berKB. Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik yang memandang
kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kehendak Tuhan. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan
menaati moral Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang
memanfaatkan masa tidak subur. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB karena penting
untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan kependudukan
lainnya dan menjadi bagian dari hak asasi manusia. Program KB di Indonesia, seperti halnya
negara Islam lain, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya
dan agama bukan penghambat untuk mencapai cita-cita ini. Mengingat peran penting tokoh
agama dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN di semua tingkat hendaknya
memperkuat kemitraannya dengan mereka. Tokoh-tokoh agama melalui lembaga masing-
masing atau bersama-sama agar diberdayakan dan diajak serta dalam mendukung program
KB Nasional (Samekto, 2008).
Para pemuka agama menyadari bahwa dalam membangun bangsa, pengaturan masalah
kependudukan merupakan masalah utama yang perlu ditangani dengan cermat. Mereka
memahami bahwa KB tidak bertentangan dengan agama dan merupakan salah satu upaya
untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidak pedulian masyarakat
(Samekto, 2008).
b. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) KB
Menurut Arjoso (2005), konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi
positif antara klien dengan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih
solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi. Konseling bertujuan untuk mengenali kebutuhan klien, membantu klien membuat
pilihan yang sesuai, dan memahai tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih.
Dalam hal yang lebih sempit, konseling KB bertujuan membantu klien dalam berbagai
hal, diantaranya, a) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi, b) Memilih
metode KB yang diyakini, c) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif,
d) Memulai dan melanjutkan KB, e) Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang
metode KB yang tersedia. Konseling KB sendiri memiliki beberapa keuntungan, baik
terhadap pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB, antara lain, a) Klien dapat
memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya, b) Puas terhadap pilihannya
dan mengurangi keluhan atau pengesalan, c) cara dan lama penggunaan yang sesuai serta
efektif, d) Membangun rasa saling percara, e) Menghormati hak klien dan petugas, f)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menambah dukungan terhadap pelayanan KB, dan g) Menghilangkan rumor dan konsep yang
salah. (BKKBN, 2006)
Semakin sering dilakukannya konseling KIE KB pada masyarakat, tentunya akan
semakin banyak informasi mengenai KB yang didapat oleh masyarakat berupa manfaat
penggunaan KB, metode KB yang aman dan sesuai, dan lain-lain. Sehingga masyakarat akan
mampu mengolah berbagai informasi tersebut sebagai pertimbangan dalam pemakaian KB.
c. Kualitas Pelayanan Tenaga Kesehatan
Menurut Saifuddin (2006), pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan masyarakat, oleh karena itu KB yang bermutu yang dapat diukur
dan dapat ditentukan standar pelayanannya dan dapat tercapai serta menambah frekuensinya
meliputi : kondisi alat atau obat kontrasepsi yaitu ketersediaan alat kontrasepsi dan sarana
prasarana pelayanan kontrasepsi, pelayanan dan kompetensi teknik pelayanan kontrasepsi dan
komunikasi, standar pelayanan kontrasepsi terdiri dari pemilihan kontrasepsi, informasi yang
diberikan dan interaksi petugas dengan klien, kemampuan teknis, kesinambungan pelayanan
dan rangkaian program dan pendokumentasian pelayanan.
d. Tingkat Ekonomi
Menurut Azhar (2000), perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh latar belakang
ekonomi. Bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan semakin mudah dalam memilih pelayanan
kesehatan begitu juga sebaliknya, semakin rendah status ekonomi seseorang maka akan
semakin sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Kerangka Pemikiran
Dari landasan teori di atas disusunlah kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :
Keterangan : Faktor berpengaruh yang diteliti
: Faktor berpengaruh yang tidak diteliti
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka diajukan rumusan hipotesis sebagai
berikut : “Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang akseptor KB aktif maka akan
semakin baik pula tingkat kemandirian KB.”
Pendidikan Formal
- KIE KB
- Kualitas Pelayanan Tenaga Kesehatan
- Agama
- Status Ekonomi
Kemandirian KB KB tidak Mandiri
KB Mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode case control, yaitu
suatu rancangan survei analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan
menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efeknya diidentifikasi pada saat
ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. (Soekidjo,
2010)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di praktik pelayanan KB di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Sukoharjo. Penelitian ini dilakukan selama delapan pekan terhitung sejak proposal penelitian
diterima.
C. Subjek Penelitian
Peserta KB aktif pada saat diadakan penelitian bertempat tinggal di Kecamatan Sukoharjo,
Kabupaten Sukoharjo.
D. Teknik Sampling
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling, yaitu setiap
unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.
(Budiarto, 2002)
Sampel didapatkan dengan metode random sederhana (simple random sampling) dan besar
sampel dihitung dengan rumus :
n = 2怒难.女难嫩怒囊.女囊邹试柠前呛α/潜嫩柠前呛β守潜(怒囊能怒难)潜
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Keterangan :
n : jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kontrol
Z1 - α/ 2 : nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan (untuk =
0,05 adalah 1,96)
Z1 - ß : nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar
diinginkan (untuk ß=0,10 adalah 1,28)
p0 : proporsi paparan pada kelompok kontrol
p1 : proporsi paparan pada kelompok kasus
qo = 1 – p0
q1 = 1 – p1
Dengan menggunakan rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak
84 sampel KB mandiri dan 16 sampel KB tidak mandiri dari sejumlah populasi yang ada.
E. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Variabel Bebas : Tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif
2. Variabel Terikat : Kemandirian KB
F. Definisi Operasional Variabel
1. Tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif
a. Definisi : adalah pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh
seorang akseptor KB aktif berdasarkan ijazah sampai
penelitian dilakukan.
b. Alat Pengukuran : kuesioner
c. Kategori :
- rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, SLTP)
- tinggi (SLTA, PT/Akademi/Institut)
d. Skala Pengukuran : nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Kemandirian KB
a. Definisi : akseptor KB mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan
biaya sendiri
b. Alat Pengukuran : kuesioner
c. Kategori : KB mandiri dan KB tidak mandiri
d. Skala Pengukuran : nominal
G. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk
memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti (Wasis, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
H. Rancangan Penelitian
Sampel KB Mandiri
Teknik sampling : Simple Random
Sampling
Pemberian Kuesioner
Sampel : akseptor KB aktif di Kec. Sukoharjo,
Kab. Sukoharjo
Analisis Tingkat Pendidikan Formal
Sampel
Pendidikan Formal Rendah
Pendidikan Formal Tinggi
Odd Ratio
Populasi penelitian : Peserta KB aktif di
Kecamatan Sukoharjo, Kab. Sukoharjo
Sampel KB TidakMandiri
Pemberian Kuesioner
Analisis Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan Formal Tinggi
Pendidikan Formal Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
I. Cara Kerja
1. Penelitian pendahuluan
a. Peneliti membawa surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
dan memohon ijin untuk melakukan penelitian di berbagai pelayanan KB di
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.
b. Meminta data jumlah peserta aktif KB pada bulan Maret - Juni 2012 di Puskesmas
Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.
2. Penelitian lanjutan
a. Meminta data pengguna KB aktif mandiri dan tidak mandiri di berbagai pelayanan
KB di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.
b. Mendatangi dari rumah ke rumah seluruh sampel responden untuk melakukan
penelitian secara langsung.
c. Mengumpulkan data kuesioner yang didapat dari semua responden.
d. Mengolah data hasil penelitian.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif menjelaskan
karakter sampel sedangkan analisis analitik terdiri dari analisis univariat dan bivariat.
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel
bebas maupun variabel terikat. Melalui prosentasi dan frekuensinya. Analisis univariat untuk
menganalisis tingkat pendidikan dengan kemandirian KB.
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menjelaskan hipotesis hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat. Analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas tingkat
pendidikan dengan variabel terikat kemandirian KB dengan menggunakan odd ratio.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dari data statistik tersebut dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut :
1) Hipotesis penelitian Ha diterima dan Ho ditolak jika dengan p value lebih kecil dari alpha
0,05
2) Hipotesis penelitian Ha ditolak dan Ho diterima jika dengan p value lebih besar dari alpha
0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian dilakukan analisis univariat dan bivariat.
A. Analisis Univariat
Variabel yang diteliti adalah tingkat pendidikan formal dan
kemandirian KB.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Rendah 26 26 Tinggi 74 74 Total 100 100
(Sumber : Data Primer, 2012)
Tabel 4.1 memperlihatkan distribusi atau pembagian responden
berdasarkan tingkat pendidikan formal. Dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 74 akseptor
(74%). Selebihnya memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 26
akseptor (26%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan akseptor KB aktif di Kecamatan Sukoharjo sudah termasuk baik.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kemandirian KB Kemandirian KB Frekuensi Persentase (%)
KB mandiri 84 84 KB tidak mandiri 16 16
Total 100 100
(Sumber : Data Primer, 2012)
Tabel 4.2 memperlihatkan distribusi atau pembagian responden
berdasarkan kemandirian KB. Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
yaitu sebanyak 84 akseptor (84%) dikategorikan akseptor KB mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan biaya sendiri). Selebihnya yaitu
sebanyak 16 akseptor (16%) dikategorikan akseptor KB tidak mandiri.
B. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan
formal akseptor KB dengan kemandirian KB dilakukan dengan analisis
bivariat.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Kemandirian KB
Tingkat Pendidikan
Formal
KB Mandiri (n = 84)
KB Non Mandiri (n = 16) OR 95% CI p
f % f % Tinggi 69 82,1 5 31,2
10,120 3,062 – 33,450 0,000
Rendah 15 17,9 11 68,8
Pada tabel 4.3 disajikan berbagai angka hasil perhitungan analisis
bivariat tingkat pendidikan formal dan kemandirian KB. Distribusi silang
memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan formal pada akseptor KB mandiri
dan non mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB V
PEMBAHASAN
Variabel yang diteliti adalah tingkat pendidikan formal dan
kemandirian KB. Tingkat pendidikan formal didefinisikan sebagai jenjang
pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh akseptor berdasarkan ijazah
hingga penelitian dilakukan, sedangkan Kemandirian KB didefinisikan
sebagai kondisi dimana akseptor mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan
biaya sendiri atau tidak. Keduanya diukur dengan menggunakan kuesioner dan
dinyatakan dalam skala nominal.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan masing-masing variabel
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan
yang dapat dikatakan baik dan ternyata memang sebagian besar responden
merupakan aksepor KB mandiri. Meskipun begitu ada tidaknya hubungan
antara kedua variabel baru dapat diketahui secara pasti dengan analisis bivariat
dalam bentuk tabel contingency (tabel 4.3).
Distribusi silang memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan formal
pada akseptor KB mandiri dan non mandiri. Dari 84 akseptor KB mandiri, 69
akseptor (82,1%) memiliki tingkat pendidikan tinggi sedangkan 15 akseptor
(17,9%) memiliki tingkat pendidikan rendah. Dari 16 akseptor KB non
mandiri, 5 akseptor (31,2%) memiliki tingkat pendidikan tinggi sedangkan 11
akseptor (68,8%) memiliki tingkat pendidikan rendah. Dengan demikian
diketahui bahwa proporsi yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dari
akseptor KB mandiri lebih besar dibandingkan dari akseptor KB non mandiri.
Sebaliknya proporsi yang memiliki tingkat pendidikan rendah dari akseptor
KB mandiri lebih kecil dibandingkan dari akseptor KB non mandiri.
Besarnya perbandingan peluang atau kemungkinan melaksanakan KB
mandiri berdasarkan tingkat pendidikan formal ditunjukkan dengan nilai odds
ratio (OR). Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa nilai OR adalah sebesar
10,120 artinya peluang atau kemungkinan akseptor yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi untuk melaksanakan KB mandiri adalah 10,120 kali lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
besar dibandingkan akseptor yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
Toleransi nilai OR dengan tingkat kepercayaan 95% (95% CI, CI =
Confidence Interval) adalah antara 3,062 hingga 33,450. Dari batas toleransi
terendah hingga tertinggi nilai OR selalu lebih dari 1, artinya peluang atau
kemungkinan akseptor yang memiliki tingkat pendidikan tinggi untuk
melaksanakan KB mandiri selalu lebih besar dibandingkan akseptor yang
memiliki tingkat pendidikan rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
memang tingkat pendidikan formal berhubungan dengan kemandirian KB
(pengujian statistik menghasilkan p = 0,000, p < 0,05 menunjukkan bahwa
hubungan signifikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada para akseptor KB aktif di
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, dapat diambil beberapa simpulan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal tinggi (74%) dan
sebagian besar juga merupakan akseptor KB mandiri (84%).
2. Tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif berhubungan signifikan dengan
kemandirian KB. Kemungkinan akseptor yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
untuk melaksanakan KB mandiri lebih besar dibandingkan akseptor yang memiliki
tingkat pendidikan rendah (OR = 10,120; 95% CI = 3,062 - 33,450).
B. Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan terkait dengan penelitian
yang telah dilakukan.
1. Perlu dimaksimalkan tingkat kepesertaan KB mandiri untuk akseptor dengan
pendidikan formal baik.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan variabel tingkat pendidikan formal
askeptor KB aktif dengan tingkat kemandirian KB.