HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan...

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB AKTIF DENGAN KEMANDIRIAN KB DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Mustafa Mahmud Al Jufri G0009142 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Transcript of HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan...

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB

AKTIF DENGAN KEMANDIRIAN KB DI KECAMATAN SUKOHARJO

KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Mustafa Mahmud Al Jufri

G0009142

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, segala puji hanya milik Allah SWT karena atas rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Akseptor KB Aktif dengan Kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo”. Shalawat dan salam terkirim kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di FK UNS Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR.FINASIM selaku Dekan FK UNS Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS Surakarta. 3. H. Endang Sutisna Sulaiman, dr, M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 4. Prof. Dr. H.A.A. Subijanto, dr, MS., selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 5. Suparman, dr, M.Kes., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan

masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. H. Rifai Hartanto, dr, M.Kes., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan

saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Seluruh dosen dan staf Laboratorium IKM dan Bagian Skripsi FK UNS Surakarta. 8. Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian skripsi ini. 9. Umi dan Abi tercinta, serta adik-adikku Arinil Husna Kamila, Muhammad Fahmi

Tamami, Irfan Jauhari yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman mentoring yang selalu menginspirasi dan memotivasiku. 11. Sahabatku Fiqih Faruz yang telah menemani perjalanan dalam penyelesaian skripsi ini 12. Adik-adik AAI-ku yang luar biasa: Riyan, Diva, Desvian, Miftah, Mantas, Natsir,

Rosi, Farkhan, Yasin, Les Yasin, Yasfie, Bayu, Ariadi. 13. Keluarga besar BIRO AAI UNS, BIRO AAI FK UNS, SKI FK UNS, dan Asisten

Laboratorium Farmakologi 2009 14. Keluarga besar kosbin Al Fikr : Angga, Darma, Agil, Ilham, Farkhan, Agung.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran membangun

sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Surakarta, 09 Januari 2013

Mustafa Mahmud Al Jufri

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Mustafa Mahmud Al Jufri, G0009142, 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal

Akseptor KB Aktif dengan Kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Latar Belakang : Tingkat pendidikan formal seorang akseptor KB aktif merupakan faktor

yang mungkin mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk menggunakan KB mandiri.

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian KB seseorang maka akan

dapat meningkatkan cakupan KB semakin luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif dengan

kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

Metode : Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan case control yang

dilakukan pada bulan Oktober-November 2012 pada 100 sampel akseptor KB aktif di

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Teknik sampling pada penelitian ini

menggunakana Simple Random Sampling. Pengambilan data dari sampel penelitian

menggunakan kuesioner yang berisi variabel tingkat pendidikan dan kemandirian KB.

Analisis data menggunakan Odd ratio test dengan analisis univariat dan bivariat.

Hasil Penelitian : Hasil uji statistik nilai uji odd ratio adalah OR = 10,120, 95% CI = 3,062 –

33,450, p = 0,000 . Nilai p <0,05 berarti bahwa tingkat signifikansi 5% atau 95% tingkat

kepercayaan adalah hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Simpulan penelitian : Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan formal seorang akseptor KB aktif maka semakin besar kecenderungannya

untuk melaksanakan KB secara mandiri.

Kata kunci: Keluarga berencana mandiri, pendidikan formal, akseptor KB aktif

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT Mustafa Mahmud Al Jufri, G0009142, 2012. The Relationship of Formal Education Level

on the Active Independent Acceptors KB in Subdistric Sukoharjo Distric Sukoharjo. Faculty

of Medicine Sebelas Maret Univercity.

Background : The level of formal education an active family planning acceptors are factors

that may influence the attitudes and behavior of people to use an independence KB. By

knowing the factors that affect a person's use of family planning will be able to improve the

coverage of family planning more widely. This study aimed to determine whether there is a

relationship between the level of formal education with self-reliance active family planning

acceptors of family planning in Subdistrict Sukoharjo District Sukoharjo.

Methods : This study is observational with case control conducted in October-November

2012 on 100 samples of family planning acceptors active in Subdistrict Sukoharjo District

Sukoharjo. Sampling technique in this study using current Simple Random Sampling. Taking

data from the sample using a questionnaire containing variable levels of education and

independence KB. Data analysis using Odd ratio test with univariate and bivariate analyzes.

Results : Statistical test result value of odd ratio test are OR = 10,120, 95% CI = 3,062 –

33,450, p = 0,000. Value of p <0.05 means that the significance level of 5% or 95% level of

confidence is significant relationship between the two variables.

Conclusion : From this study it was concluded that the higher levels of formal education an

active family planning acceptors, the greater the tendency to carry out family planning

independently.

Key words: Independence KB, formal education, active KB acceptor

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI........................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI

A. TinjauanPustaka ................................................................................. 4

1. Kemandirian KB ......................................................................... 4

2. Tingkat Pendidikan Formal ........................................................ 6

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 11

C. Hipotesis ............................................................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 12

B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 12

C. Subjek Penelitian............................................................................. 12

D. Teknik Sampling ............................................................................ 12

E. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................... 13

F. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 13

G. Instrumen Penelitian ....................................................................... 14

H. Rancangan Penelitian ...................................................................15

I. Cara Kerja ....................................................................................16

J. Teknik dan Analisis Data ............................................................... 16

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat ........................................................................... 18

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

B. Analisis Bivariat .............................................................................. 19

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 20

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 22

B. Saran ................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

LAMPIRAN

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kemandirian KB

Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Kemandirian KB

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Univariat

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Bivariat

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Tim Skripsi FK UNS kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Sukoharjo

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan Negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk,

setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia menurut hasil Sensus

Penduduk tahun 2010 (SP, 2010) berjumlah 237,6 juta orang dengan jumlah kelahiran 4,5

juta bayi per tahun. Dibanding hasil sensus penduduk tahun 2000 terdapat pertambahan

jumlah penduduk sebanyak 32,5 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per

tahun. Distribusi penduduk juga tidak merata dan lebih terfokus di perkotaan, yaitu 120 juta

orang (50,5%). Jumlah ini naik 550-600 persen sejak tahun 1976. Bila dilihat pada tingkat

provinsi, laju pertumbuhan penduduk sangat bervariasi, tertinggi terjadi di Provinsi Papua

yakni 5,45 persen dan terendah di Provinsi Jawa Tengah yakni 0,37 persen (Badan Pusat

Statistik, 2010).

Permasalahan yang sangat menonjol dalam kependudukan adalah tingginya angka

kelahiran. Salah satu usaha untuk menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan

pengendalian angka kelahiran melalui Program Gerakan Keluarga Berancana Nasional.

Menurut Undang-Undang Nomor: 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Menurut analisis hasil program gerakan KB Nasional, Jawa Tengah merupakan provinsi

dengan program pelaksana KB terbaik. Pada tahun 2005-2010 angka pertumbuhan penduduk

di Jawa Tengah adalah sebesar 0,36% sedangkan pada tingkat nasional menunjukkan angka

0,6%. Sebelumnya angka kelahiran di Jawa Tengah dari tahun 1961 hingga 1971 mencapai

1,46%, sedangkan antara tahun 2000 hingga 2005 turun menjadi 0,6% (BKKBN, 2011).

Sejak tahun 1987 program KB lebih diarahkan pada pelaksanaan KB mandiri yaitu

seorang akseptor KB mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan biaya sendiri. Pelaksanaan

KB secara mandiri lebih ditekankan pada kesadaran masyarakat tentang KB dan juga adanya

kesanggupan membayar untuk pelayanan kontrasepsi (BKKBN, 2012)

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pada tahun 2012, kabupaten Sukoharjo telah berhasil mendapatkan penghargaan sebagai

kabupaten dengan pelaksana program KB terbaik di Jawa Tengah. Hal ini didasarkan pada

ketercapaian kuantitatif program KB di kabupaten tersebut. Beberapa hal yang menjadi tolak

ukur antara lain tingkat kepesertaan KB yakni Current User per PUS (CU per PUS), jumlah

peserta KB aktif, jumlah peserta KB mandiri. Serta kemungkinan juga didukung dengan

pendidikan formal akseptor KB aktif yang cukup baik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo (2011), kecamatan yang

memiliki jumlah penduduk terbanyak berturut-turut adalah kecamatan Grogol dengan

penduduk 105.016 jiwa (12,33%), Kartasura 92.922 jiwa (10,92%), dan Sukoharjo 85.636

jiwa (10,06%). Sedangkan yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kabupaten Gatak

dengan jumlah penduduk 49.184 jiwa (5,78%)

Sementara itu, berdasarkan data terakhir sampai dengan bulan Juni 2012, sasaran PUS di

wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo adalah sebesar 16.364, dan jumlah pencapaian peserta

KB aktif adalah sebesar 13.117. Dengan demikian tingkat pemakaian KB berdasarkan rasio

CU (Current User) per PUS (Pasangan Usia Subur) adalah sebesar 80% dengan jumlah

peserta KB mandiri sebesar 7.701 atau sebesar 59%.

Dari data di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan

tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif dengan kemandirian KB di wilayah kerja

Puskesmas Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, mengingat kecamatan

Sukoharjo memiliki penduduk dengan tingkat pemakaian KB sangat menonjol.

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah sebagai berikut :

“Apakah Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Akseptor KB Aktif dengan

Kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan formal akseptor KB aktif dengan kemandirian KB di Kecamatan Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan

kemandirian KB pada akseptor KB aktif.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat, petugas kesehatan, dan

pihak terkait dalam meningkatkan jumlah akseptor KB aktif mandiri.

3. Pada penelitian berikutnya, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadi bahan

studi pustaka bagi dunia pendidikan.

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kemandirian KB

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1970, program KB

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur

interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati,

2011).

Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan

dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian,

membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua

orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan

pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan

meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006).

Program KB di Indonesia dimulai sejak tahun 1969 hingga saat ini mempunyai tujuan

ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan NKKBS

(Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera), tujuan lainnya yaitu secara dermografis

untuk menurunkan dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mencapai tujuan

tersebut, pelaksanaan program KB diarahkan pada dua sasaran, yaitu sasaran langsung dan

sasaran tidak langsung. Sasaran langsung dimaksudkan agar pasangan usia subur secara

bertahap menjadi peserta KB aktif dan lestari, sehingga dapat memberikan efek langsung

terhadap penurunan fertilitas. Sasaran tidak langsung dimaksudkan agar organisasi-organisasi

atau lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, dan tokoh-tokoh

masyarakat diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses pembentukan sistem

nilai di lingkungan masyarakat yang dapat mendukung usaha pelembagaan Norma Keluarga

Kecil Bahagia dan Sejahtera. (Handayani, 2010)

Saifuddin (2006) mengatakan bahwa paradigma baru KB Nasional (KBN) telah diubah

visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas

adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan

ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Program KB di Indonesia sebelum dan sesudah dilaksanakannya International

Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994 mengalami

perubahan orientasi. Pada tahun 70-an sampai 90-an awal, pelayanan KB sangat menekankan

pada aspek demografis, yaitu pengendalian angka kelahiran dengan salah satu aspek

utamanya adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Perbaikan kualitas pelayanan akan

memperbesar jumlah peserta KB yang puas dan akan meningkatkan prevalensi dan

menurunkan tingkat kelahiran (BKKBN, 2005).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mentargetkan

contraceptive prevalence rate (CPR) atau angka pemakaian kontrasepsi menjadi sebesar 62,5

persen pada tahun 2012. Oleh karenanya, akses dan kualitas pelayanan KB bagi peserta KB

baru sebesar 7,3 juta harus ditingkatkan. Metoda kontrasepsi juga perlu diarahkan agar

akseptor menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) minimal sebesar 12,9%

dan mendorong para pria ber-KB hingga menjadi 4,3%. Dengan target dalam RKP (Rencana

Kerja Pemerintah) itu, maka akan meningkatkan jumlah peserta KB aktif sebanyak 28,2 juta

dengan MKJP sebesar 25,9 persen (BKKBN, 2012).

KB Mandiri adalah seorang akseptor KB mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan

biaya sendiri. Tujuan KB mandiri secara umum adalah meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, peran, dan tanggung jawab masyarakat untuk menjadi peserta KB, yang

dicerminkan dalam sikap dan tingkah laku, termasuk dalam menyediakan dan memenuhi

kebutuhan pelayanan program KB masing-masing, sedangkan tujuan khusus adalah, 1)

meningkatkan jumlah peserta KB secara merata, 2) meningkatkan jaringan pelayanan KB

bermutu secara mandiri, 3) terwujudnya pemenuhan kebutuhan pelayanan KB yang

memenuhi persyaratan dan memuaskan untuk semua pihak, 4) menumbuhkan sikap

kemandirian, dan 5) memudahkan dalam pelayanan. Pada tahun 2011, sasaran peserta KB

baru mandiri di Indonesia adalah sebanyak 3.409.310 peserta, dan telah dicapai sebanyak

3.615.632 peserta atau sebesar 106,1 persen. (BKKBN, 2012)

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Tingkat Pendidikan Formal

Dalam undang-undang pendidikan Nomor 4 tahun 1950, tentang dasar-dasar dan

pengajaran sekolah pada Bab III pasal 4 tercantum bahwa landasan ideal pendidikan dan

pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I ayat 8, tingkat pendidikan adalah

tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan

yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat

saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas tingkat

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk

memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan

prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru

merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam

keluarga dengan sekolah. (Andriezens, 2008)

a. Tingkat Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan

untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh warga

negara untuk memperoleh pendidikan yang bersifat dasar yang berbentuk Sekolah Dasar

(SD) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk

lain yang sederajat. UU RI No. 20 Tahun 2003 menyatakan dasar dan wajib belajar pada

Pasal 6 Ayat 1 bahwa, “Setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar. (Depdiknas, 2003)

b. Tingkat Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar, di

selenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang

sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

perluasan pendidikan dasar, dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk

mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. (Depdiknas, 2003)

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 18 Ayat 1-3, pendidikan menengah

terdiri atas pendidikan menengah umum, pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan

menengah luar biasa, pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.

c. Tingkat Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yang diselenggarakan

untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan atau profesional yang yang dapat menerapkan, mengembangkan

dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. Untuk dapat mencapai

tujuan tersebut lembaga pendidikan tinggi melaksanakan misi “Tridharma” pendidikan tinggi

yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam ruang

lingkup tanah air Indonesia sebagai kesatuan wilayah pendidikan nasional.

Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan bangsa dan

kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional. Untuk itu dengan tujuan

kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti perkembangan

kebudayaan yang terjadi di luar Indonesia untuk di ambil manfaatnya bagi pengembangan

bangsa dan kebudayaan nasional. Untuk dapat mencapai dalam pelaksanaan misinya, pada

lembaga pendidikan tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan dan

otonomi dalam pengolaan lembaganya. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi di sebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik,

sekolah tinggi, institut, dan universitas.

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI,

2000). Sedangkan menurut beberapa ahli, salah satunya adalah Ihsan (2005), pendidikan

adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk

tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang

dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang

dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial

dan kemampuan individu yang optimum

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Akseptor KB Aktif dengan Kemandirian KB

Menurut Soedijarto (2000), pendidikan formal mempunyai sumbangan yang sangat

signifikan bagi perubahan masyarakat, dapat memajukan masyarakat dan pembangunan.

Kaitan proses pendidikan dengan pembangunan khususnya pembangunan manusia,

dijelaskan bahwa pendidikan dapat diperoleh melalui jenjang pendidikan yaitu pendidikan

pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga diharapkan makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Dapat diartikan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan

demikian pendidikan membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan seperti mengenai program KB, sehingga dapat

meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin bertambah pula kecakapannya,

baik secara intelektual maupun emosional serta semakin berkembang pula pola pikir yang

dimilikinya. Selain itu, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pola pikir

dan kemampuannya menerima informasi baru, sehingga semakin banyak pengetahuan yang

diperolehnya. (Djumransjah, 2004). Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan formal

seseorang akan semakin meningkatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah kesehatan,

diantaranya tentang dicanangkannya program Keluarga Berencara. Seseorang yang memiliki

pendidikan formal yang lebih tinggi akan memiliki cara pandang yang berbeda mengenai

masalah KB dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih

rendah.

4. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi

a. Agama

Agama-agama di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu memandang

bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu kelahiran harus diatur jaraknya

dengan berKB. Agama Buddha, yang memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak

melarang umatnya berKB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak

melarang umatnya berKB. Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik yang memandang

kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman sesuai dengan

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

kehendak Tuhan. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan

menaati moral Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang

memanfaatkan masa tidak subur. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB karena penting

untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan kependudukan

lainnya dan menjadi bagian dari hak asasi manusia. Program KB di Indonesia, seperti halnya

negara Islam lain, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya

dan agama bukan penghambat untuk mencapai cita-cita ini. Mengingat peran penting tokoh

agama dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN di semua tingkat hendaknya

memperkuat kemitraannya dengan mereka. Tokoh-tokoh agama melalui lembaga masing-

masing atau bersama-sama agar diberdayakan dan diajak serta dalam mendukung program

KB Nasional (Samekto, 2008).

Para pemuka agama menyadari bahwa dalam membangun bangsa, pengaturan masalah

kependudukan merupakan masalah utama yang perlu ditangani dengan cermat. Mereka

memahami bahwa KB tidak bertentangan dengan agama dan merupakan salah satu upaya

untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidak pedulian masyarakat

(Samekto, 2008).

b. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) KB

Menurut Arjoso (2005), konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi

positif antara klien dengan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih

solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang

dihadapi. Konseling bertujuan untuk mengenali kebutuhan klien, membantu klien membuat

pilihan yang sesuai, dan memahai tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih.

Dalam hal yang lebih sempit, konseling KB bertujuan membantu klien dalam berbagai

hal, diantaranya, a) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi, b) Memilih

metode KB yang diyakini, c) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif,

d) Memulai dan melanjutkan KB, e) Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang

metode KB yang tersedia. Konseling KB sendiri memiliki beberapa keuntungan, baik

terhadap pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB, antara lain, a) Klien dapat

memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya, b) Puas terhadap pilihannya

dan mengurangi keluhan atau pengesalan, c) cara dan lama penggunaan yang sesuai serta

efektif, d) Membangun rasa saling percara, e) Menghormati hak klien dan petugas, f)

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Menambah dukungan terhadap pelayanan KB, dan g) Menghilangkan rumor dan konsep yang

salah. (BKKBN, 2006)

Semakin sering dilakukannya konseling KIE KB pada masyarakat, tentunya akan

semakin banyak informasi mengenai KB yang didapat oleh masyarakat berupa manfaat

penggunaan KB, metode KB yang aman dan sesuai, dan lain-lain. Sehingga masyakarat akan

mampu mengolah berbagai informasi tersebut sebagai pertimbangan dalam pemakaian KB.

c. Kualitas Pelayanan Tenaga Kesehatan

Menurut Saifuddin (2006), pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat berpengaruh

terhadap perilaku kesehatan masyarakat, oleh karena itu KB yang bermutu yang dapat diukur

dan dapat ditentukan standar pelayanannya dan dapat tercapai serta menambah frekuensinya

meliputi : kondisi alat atau obat kontrasepsi yaitu ketersediaan alat kontrasepsi dan sarana

prasarana pelayanan kontrasepsi, pelayanan dan kompetensi teknik pelayanan kontrasepsi dan

komunikasi, standar pelayanan kontrasepsi terdiri dari pemilihan kontrasepsi, informasi yang

diberikan dan interaksi petugas dengan klien, kemampuan teknis, kesinambungan pelayanan

dan rangkaian program dan pendokumentasian pelayanan.

d. Tingkat Ekonomi

Menurut Azhar (2000), perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh latar belakang

ekonomi. Bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan semakin mudah dalam memilih pelayanan

kesehatan begitu juga sebaliknya, semakin rendah status ekonomi seseorang maka akan

semakin sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

B. Kerangka Pemikiran

Dari landasan teori di atas disusunlah kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :

Keterangan : Faktor berpengaruh yang diteliti

: Faktor berpengaruh yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka diajukan rumusan hipotesis sebagai

berikut : “Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang akseptor KB aktif maka akan

semakin baik pula tingkat kemandirian KB.”

Pendidikan Formal

- KIE KB

- Kualitas Pelayanan Tenaga Kesehatan

- Agama

- Status Ekonomi

Kemandirian KB KB tidak Mandiri

KB Mandiri

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode case control, yaitu

suatu rancangan survei analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan

menggunakan pendekatan retrospective. Dengan kata lain, efeknya diidentifikasi pada saat

ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. (Soekidjo,

2010)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di praktik pelayanan KB di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten

Sukoharjo. Penelitian ini dilakukan selama delapan pekan terhitung sejak proposal penelitian

diterima.

C. Subjek Penelitian

Peserta KB aktif pada saat diadakan penelitian bertempat tinggal di Kecamatan Sukoharjo,

Kabupaten Sukoharjo.

D. Teknik Sampling

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling, yaitu setiap

unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.

(Budiarto, 2002)

Sampel didapatkan dengan metode random sederhana (simple random sampling) dan besar

sampel dihitung dengan rumus :

n = 2怒难.女难嫩怒囊.女囊邹试柠前呛α/潜嫩柠前呛β守潜(怒囊能怒难)潜

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Keterangan :

n : jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kontrol

Z1 - α/ 2 : nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan (untuk =

0,05 adalah 1,96)

Z1 - ß : nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar

diinginkan (untuk ß=0,10 adalah 1,28)

p0 : proporsi paparan pada kelompok kontrol

p1 : proporsi paparan pada kelompok kasus

qo = 1 – p0

q1 = 1 – p1

Dengan menggunakan rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak

84 sampel KB mandiri dan 16 sampel KB tidak mandiri dari sejumlah populasi yang ada.

E. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas :

1. Variabel Bebas : Tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif

2. Variabel Terikat : Kemandirian KB

F. Definisi Operasional Variabel

1. Tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif

a. Definisi : adalah pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh

seorang akseptor KB aktif berdasarkan ijazah sampai

penelitian dilakukan.

b. Alat Pengukuran : kuesioner

c. Kategori :

- rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, SLTP)

- tinggi (SLTA, PT/Akademi/Institut)

d. Skala Pengukuran : nominal

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Kemandirian KB

a. Definisi : akseptor KB mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan

biaya sendiri

b. Alat Pengukuran : kuesioner

c. Kategori : KB mandiri dan KB tidak mandiri

d. Skala Pengukuran : nominal

G. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan

pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk

memperoleh data sesuai yang diinginkan peneliti (Wasis, 2008).

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

H. Rancangan Penelitian

Sampel KB Mandiri

Teknik sampling : Simple Random

Sampling

Pemberian Kuesioner

Sampel : akseptor KB aktif di Kec. Sukoharjo,

Kab. Sukoharjo

Analisis Tingkat Pendidikan Formal

Sampel

Pendidikan Formal Rendah

Pendidikan Formal Tinggi

Odd Ratio

Populasi penelitian : Peserta KB aktif di

Kecamatan Sukoharjo, Kab. Sukoharjo

Sampel KB TidakMandiri

Pemberian Kuesioner

Analisis Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan Formal Tinggi

Pendidikan Formal Rendah

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

I. Cara Kerja

1. Penelitian pendahuluan

a. Peneliti membawa surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo

dan memohon ijin untuk melakukan penelitian di berbagai pelayanan KB di

Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

b. Meminta data jumlah peserta aktif KB pada bulan Maret - Juni 2012 di Puskesmas

Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

2. Penelitian lanjutan

a. Meminta data pengguna KB aktif mandiri dan tidak mandiri di berbagai pelayanan

KB di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

b. Mendatangi dari rumah ke rumah seluruh sampel responden untuk melakukan

penelitian secara langsung.

c. Mengumpulkan data kuesioner yang didapat dari semua responden.

d. Mengolah data hasil penelitian.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif menjelaskan

karakter sampel sedangkan analisis analitik terdiri dari analisis univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel

bebas maupun variabel terikat. Melalui prosentasi dan frekuensinya. Analisis univariat untuk

menganalisis tingkat pendidikan dengan kemandirian KB.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan hipotesis hubungan variabel bebas dengan

variabel terikat. Analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas tingkat

pendidikan dengan variabel terikat kemandirian KB dengan menggunakan odd ratio.

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Dari data statistik tersebut dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut :

1) Hipotesis penelitian Ha diterima dan Ho ditolak jika dengan p value lebih kecil dari alpha

0,05

2) Hipotesis penelitian Ha ditolak dan Ho diterima jika dengan p value lebih besar dari alpha

0,05

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian dilakukan analisis univariat dan bivariat.

A. Analisis Univariat

Variabel yang diteliti adalah tingkat pendidikan formal dan

kemandirian KB.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Rendah 26 26 Tinggi 74 74 Total 100 100

(Sumber : Data Primer, 2012)

Tabel 4.1 memperlihatkan distribusi atau pembagian responden

berdasarkan tingkat pendidikan formal. Dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 74 akseptor

(74%). Selebihnya memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 26

akseptor (26%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendidikan akseptor KB aktif di Kecamatan Sukoharjo sudah termasuk baik.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kemandirian KB Kemandirian KB Frekuensi Persentase (%)

KB mandiri 84 84 KB tidak mandiri 16 16

Total 100 100

(Sumber : Data Primer, 2012)

Tabel 4.2 memperlihatkan distribusi atau pembagian responden

berdasarkan kemandirian KB. Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

yaitu sebanyak 84 akseptor (84%) dikategorikan akseptor KB mandiri

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan biaya sendiri). Selebihnya yaitu

sebanyak 16 akseptor (16%) dikategorikan akseptor KB tidak mandiri.

B. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan

formal akseptor KB dengan kemandirian KB dilakukan dengan analisis

bivariat.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Kemandirian KB

Tingkat Pendidikan

Formal

KB Mandiri (n = 84)

KB Non Mandiri (n = 16) OR 95% CI p

f % f % Tinggi 69 82,1 5 31,2

10,120 3,062 – 33,450 0,000

Rendah 15 17,9 11 68,8

Pada tabel 4.3 disajikan berbagai angka hasil perhitungan analisis

bivariat tingkat pendidikan formal dan kemandirian KB. Distribusi silang

memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan formal pada akseptor KB mandiri

dan non mandiri.

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB V

PEMBAHASAN

Variabel yang diteliti adalah tingkat pendidikan formal dan

kemandirian KB. Tingkat pendidikan formal didefinisikan sebagai jenjang

pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh akseptor berdasarkan ijazah

hingga penelitian dilakukan, sedangkan Kemandirian KB didefinisikan

sebagai kondisi dimana akseptor mendapatkan pelayanan kontrasepsi dengan

biaya sendiri atau tidak. Keduanya diukur dengan menggunakan kuesioner dan

dinyatakan dalam skala nominal.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan masing-masing variabel

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan

yang dapat dikatakan baik dan ternyata memang sebagian besar responden

merupakan aksepor KB mandiri. Meskipun begitu ada tidaknya hubungan

antara kedua variabel baru dapat diketahui secara pasti dengan analisis bivariat

dalam bentuk tabel contingency (tabel 4.3).

Distribusi silang memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan formal

pada akseptor KB mandiri dan non mandiri. Dari 84 akseptor KB mandiri, 69

akseptor (82,1%) memiliki tingkat pendidikan tinggi sedangkan 15 akseptor

(17,9%) memiliki tingkat pendidikan rendah. Dari 16 akseptor KB non

mandiri, 5 akseptor (31,2%) memiliki tingkat pendidikan tinggi sedangkan 11

akseptor (68,8%) memiliki tingkat pendidikan rendah. Dengan demikian

diketahui bahwa proporsi yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dari

akseptor KB mandiri lebih besar dibandingkan dari akseptor KB non mandiri.

Sebaliknya proporsi yang memiliki tingkat pendidikan rendah dari akseptor

KB mandiri lebih kecil dibandingkan dari akseptor KB non mandiri.

Besarnya perbandingan peluang atau kemungkinan melaksanakan KB

mandiri berdasarkan tingkat pendidikan formal ditunjukkan dengan nilai odds

ratio (OR). Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa nilai OR adalah sebesar

10,120 artinya peluang atau kemungkinan akseptor yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi untuk melaksanakan KB mandiri adalah 10,120 kali lebih

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

besar dibandingkan akseptor yang memiliki tingkat pendidikan rendah.

Toleransi nilai OR dengan tingkat kepercayaan 95% (95% CI, CI =

Confidence Interval) adalah antara 3,062 hingga 33,450. Dari batas toleransi

terendah hingga tertinggi nilai OR selalu lebih dari 1, artinya peluang atau

kemungkinan akseptor yang memiliki tingkat pendidikan tinggi untuk

melaksanakan KB mandiri selalu lebih besar dibandingkan akseptor yang

memiliki tingkat pendidikan rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

memang tingkat pendidikan formal berhubungan dengan kemandirian KB

(pengujian statistik menghasilkan p = 0,000, p < 0,05 menunjukkan bahwa

hubungan signifikan)

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB …/Hubungan... · Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka ... Seluruh staf Puskesmas Sukoharjo Kabupaten ... pengendalian angka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada para akseptor KB aktif di

Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, dapat diambil beberapa simpulan sebagai

berikut:

1. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal tinggi (74%) dan

sebagian besar juga merupakan akseptor KB mandiri (84%).

2. Tingkat pendidikan formal akseptor KB aktif berhubungan signifikan dengan

kemandirian KB. Kemungkinan akseptor yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

untuk melaksanakan KB mandiri lebih besar dibandingkan akseptor yang memiliki

tingkat pendidikan rendah (OR = 10,120; 95% CI = 3,062 - 33,450).

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan terkait dengan penelitian

yang telah dilakukan.

1. Perlu dimaksimalkan tingkat kepesertaan KB mandiri untuk akseptor dengan

pendidikan formal baik.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan variabel tingkat pendidikan formal

askeptor KB aktif dengan tingkat kemandirian KB.