HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …repository.binawan.ac.id/765/1/K3 - DADE ROSADI - 2015...
Transcript of HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP KELUHAN …repository.binawan.ac.id/765/1/K3 - DADE ROSADI - 2015...
HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP
KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS PADA
PEKERJA GREASING UNIT TRUCK
DI PT. HARMONI PANCA UTAMA SITE DAMAI
SKRIPSI
Oleh
Nama : Dade Rosadi
NIM : 031321108
PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
2015
HUBUNGAN POSTUR TUBUH TERHADAP
KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS PADA
PEKERJA GREASING UNIT TRUCK
DI PT. HARMONI PANCA UTAMA SITE DAMAI
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan K3
Oleh
Nama : Dade Rosadi
NIM : 031321108
PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Dade Rosadi
NIM : 031321108
Program Studi : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Jenjang : Sarjana Terapan (D4)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :
“Hubungan Fostur Tubuh Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dosorders
Pada Pekerja Greasing Unit Truck di PT Harmoni Panca Utama Site Damai”.
Adalah benar – benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
dari skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (cabut
predikat kelulusan dan gelar sarjana).
Jakarta, 21 Juli 2015
Dade Rosadi
NIM : 031321108
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan, saya
yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dade Rosadi
NIM : 031321108
Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan Hak Bebas Royalti Non – Eksklusif (Non – Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya
yang berjudul:
“Hubungan Fostur Tubuh Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dosorders Pada Pekerja Greasing Unit Truck di PT Harmoni Panca Utama Site Damai”. Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non – Eksklusif ini Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja STIKes Binawan berhak menyimpan, mengalihmedia / format-kan mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini tanggungjawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Jakarta
Pada Tanggal 21 Juli 2015
Yang menyatakan:
(Dade Rosadi)
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah di periksa, disetujui, dan dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Skripsi Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan
Jakarta, 29 Agustus 2015
Pembimbing Akademik
(Nungki Agusti, ST, MKKK)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dade Rosadi
Alamat : Perum Metland Cibitung Cluster Taman
Kemanggisan Blok O11 No. 06
Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 17 Desember 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nomor Hand phone : 081311224777
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. Program Studi K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) STIKes Binawan Jakarta
2013-2015
2. D3 Keperawatan Akademi Keperawatan
Sismadi
2003 - 2006
3. MAN Model Ciwaringin Cirebon 2000 - 2003
4. MTs Salafiyah Syafi’iyah Cirebon 1998 - 2000
5. MI Hidayatul Mubtadiin Karawang 1992 - 1998
Penulis,
Dade Rosadi
ABSTRAK
Nama : Dade Rosadi
Program : Keselamatan dan Kesehatan Kerja STIKES Binawan
Judul : Hubungan Postur Kerja terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Pelumasan (Greasing) Unit Truck di PT. Harmoni Panca Utama
Latar Belakang :PT. Harmoni Panca Utama merupakan perusahaan kontraktor batu bara yang dalam menunjang operasional nya terdapat bagian perawatan unit dan salah satu kegiatannya adalah pelumasan (greasing) unit truck. Proses pelumasan (greasing) unit truck ini masih dilakukan secara manual (manual handling) yang berpotensi menimbulkan bahaya ergonomi berupa keluhan nyeri otot atau yang disebut Musculoskeletal disorders. Berdasarkan data kesehatan dari klinik perusahaan didapatkan keluhan nyeri otot yang dialami pekerja greasing ini,
sehingga perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk menilai hubungan antara posisi kerja dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Diharapkan dari penelitian
ini akan dihasilkan tentang faktor posisi kerja berhubungan/berpengaruh terhadap keluhan Musculoskeletal disorders dan dapat menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan dalam lingkup perusahaan PT. Harmoni Panca Utama. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional pada bagian greasing unit truck. Penelitian ini melibatkan 12 responden dengan
usia 20-51 tahun dan memiliki masa kerja minimal 1 tahun. Data tentang karakteristik demografi dan okupasi dikumpulkan dengan mengisi kuesioner Data status gizi dilakukan dengan menghitung indeks masa tubuh. Data beban kerja fisik dilakukan dengan pengukuran denyut nadi dan tekanan darah. Data posisi kerja dilakukan dengan pengukuran postur tubuh menggunakan lembar kerja REBA Rasa tidak nyaman/ keluhan Musculoskeletal disorders di bagian tubuh dillakukan dengan menggunakan pertanyaan Nordic Body Map. Hasil : Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik demografi berupa status gizi (P= 0,038), kebiasaan merokok (P= 0,008) dan karakteristik okupasi berupa beban kerja fisik yang didapat dari pengukuran denyut nadi (P= 0,001) ada hubungan bermakna dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Kemudian posisi kerja juga berpengaruh terhadap keluhan Musculoskeletal disorders dengan adanya hasil resiko tinggi pada penilaian postur tubuh dengan menggunakan metode REBA pada setiap tahapan proses greasing. Selain itu, bagian tubuh yang paling banyak
dikeluhkan responden adalah punggung bawah sebesar (46,9%). Kesimpulan dan Saran : Pertanyaan peneliti tentang penelitian ini dapat terjawab
dan disarankan untuk PT. Harmoni Panca Utama agar menyediakan stasiun kerja berupa area dimana pekerja dapat berdiri dan leluasa agar postur tubuh pekerja pada saat melakukan posisi kerja tidak mengalami postur tubuh janggal yang dapat menyebabkan keluhan Musculoskeletal disorders.
Kata kunci : Posisi kerja, Musculoskeletal disorders
ABSTRACT
Name : Dade Rosadi
Program : Occupational Safety and Health of Binawan STIKES
Title : Relationship of Work Posture to Complaints on Musculoskeletal
Disorders in Truck Unit Greasing at PT. Main Five Harmony
Background: PT. Harmoni Panca Utama is a coal contracting company that supports
the operation of the unit and one of its activities is unit greasing. The greasing
process of this unit truck is still done manually (manual handling) which has the
potential to cause ergonomic hazards in the form of complaints of muscle pain or
what is called Musculoskeletal disorders. Based on health data from the company's
clinic, complaints of muscle pain were experienced by greasing workers, so studies
need to be conducted that aim to assess the relationship between work position and
complaints of Musculoskeletal disorders. It is expected that this research will
produce work position factors related to / influence on complaints of Musculoskeletal
disorders and can determine remedial actions that must be taken within the scope of
the company PT. Main Five Harmony.
Method: This research was conducted using the cross sectional method in the part of
the greasing unit truck. This study involved 12 respondents aged 20-51 years and had
a minimum work period of 1 year. Data on demographic and occupational
characteristics were collected by filling out questionnaires. Nutritional status data
was carried out by calculating body mass index. Physical workload data is carried
out by measuring pulse and blood pressure. Work position data is done by measuring
body posture using the REBA worksheet Discomfort / complaints Musculoskeletal
disorders in the body parts are done using the Nordic Body Map question.
Results: This study found that demographic characteristics in the form of nutritional
status (P = 0.038), smoking habits (P = 0.008) and occupational characteristics in the
form of physical workload obtained from pulse measurements (P = 0.001) had a
significant association with complaints of Musculoskeletal disorders. Then the work
position also affects the complaints Musculoskeletal disorders with the presence of
high risk results in the assessment of posture using the REBA method at each stage
of the greasing process. In addition, the most complained part of the body is the
lower back (46.9%).
Conclusions and Suggestions: Questions from researchers about this study can be
answered and it is recommended for PT. Main Panca Harmony in order to provide
work stations in the form of areas where workers can stand up and be free so that the
posture of the workers during work positions does not experience odd postures that
can cause complaints of Musculoskeletal disorders.
Keywords: Work position, Musculoskeletal disorders
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan atas
segala rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga pembuatan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Hubungan Postur Tubuh Terhadap Keluhan
Muskuloskeletal Disorders Pada Pekerja Greasing Unit Truck di PT.
Harmoni Panca Utama Site Damai” ini disusun dalam rangka memenuhi
program perkuliahan semester VIII. Atas tersusunnya skripsi ini, tidak lupa
penulis sampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. Bapak Abbas, Ibu Dadah, selaku orang tua dan Yetti Nurhayati selaku
istri penulis yang tak hentinya memberikan doa dan dukungan.
2. Bapak DR. M. Toriz, Z, MPH, SpKL selaku Ketua Prodi Jurusan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja STIKes Binawan yang telah
memberikan bimbingan serta restunya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Nungki Agusti, ST, MKKK selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Manajemen dan seluruh karyawan PT. Harmoni Panca Utama yang
telah membantu dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
belajar dan melakukan proses penelitian
5. Bapak Ade Kurdiman, ST selaku pembimbing lapangan di PT.
Harmoni Panca Utama dan seluruh staff CHSE departemen
6. Semua teman-teman K3 STIKes Binawan program B yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, mohon maaf bila ada kekhilafan dan kesalahan yang
kurang berkenan di hati selama penyusunan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Jakarta, 29 Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
1.5. Ruang Lingkup ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ergonomi .............................................................................. 7
2.1.1. Definisi Ergonomi ....................................................... 8
2.1.2. Maksud dan Tujuan Disiplin Ergonomi ....................... 11
2.2. Muskuloskeletal Disorders .................................................... 13
2.1.1. Definisi Muskuloskeletal Disorders ............................. 13
2.1.3. Gejala Keluhan Muskuloskeletal Disorders ................ 15
2.1.4. Diagnosis Kelainan Muskuloskeletal Disorders .......... 16
2.1.5. Faktor Risiko Muskuloskeletal Disorders .................... 18
2.3. Keterkaitan Ergonomi dengan Muskuloskeletal Disorders .... 24
2.4. Metode Pengukuran Ergonomi Terkait Low Back Pain ......... 25
2.4.1. Penilaian Keluhan MSDs dengan NBM...................... 26
2.4.2. Penilaian Posisi Kerja dengan RULA ......................... 26
2.4.3. Pengukuran Beban Kerja ........................................... 42
2.6. Profil PT. Harmoni Panca Utama Site Damai ....................... 47
2.7. Kerangka Teori ..................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep ................................................................. 51
3.2. Hipotesis ............................................................................... 52
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................... 52
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 52
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 53
3.5. Definisi Operasional .............................................................. 54
3.6. Sumber Data Penelitian ........................................................ 54
3.7. Instrumen Penelitian ............................................................. 54
3.8. Pengumpulan Data ............................................................... 55
3.9. Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 56
3.10. Jadwal Penelitian ................................................................. 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Karakteristik Demografi ....................................................... 64
4.2. Karakteristik Okupasi .......................................................... 66
4.3. Keluhan Musculoskeletal Disorders .................................... 68
4.4. Distribusi Keluhan MSDs Tiap Bagian Tubuh ..................... 70
4.5. Hubungan Karakteristik Demografi dengan Keluhan MSDs 73
4.6. Hubungan Karakteristik Okupasi dengan Keluhan MSDs ... 76
4.7. Penilaian Posisi Kerja dengan Metode RULA ..................... 81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................ 81
5.2. Saran .................................................................................. 83
5.2.1. Perusahaan .............................................................. 83
5.2.2. Karyawan………………………….………… .............. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (Data skunder, kuesioner, dsb)
DAFTAR SINGKATAN
Depkes Departemen Kesehatan
IMT Indeks Masa Tubuh
K3 Keselamatan Kesehatan Kerja
MSDs Musculoskeletal disorders
NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health
NBM Nordic Body Map
OSHA Occupational Safety and Health Administration
OHSAS Occupational Health and Safety Assessment Series
P Nilai Signifikasi
RP Rasio Prevalensi
REBA Rapid Entire Body Assessment
SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Keja
WHO World Health Organization
xviii
DAFTAR SINGKATAN
Depkes Departemen Kesehatan
IMT Indeks Masa Tubuh
K3 Keselamatan Kesehatan Kerja
MSDs Musculoskeletal disorders
NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health
NBM Nordic Body Map
OSHA Occupational Safety and Health Administration
OHSAS Occupational Health and Safety Assessment Series
P Nilai Signifikasi
RP Rasio Prevalensi
REBA Rapid Entire Body Assessment
SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Keja
WHO World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri Pertambangan merupakan salah satu sumber daya alam
potensial yang ada di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber devisa untuk pembangunan nasional. Kegiatan dalam
industri tambang sarat akan risiko, dalam pelaksanaannya pekerjaan
dalam industri ini banyak yang dilakukan dengan menggunakan
mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan
penggunaan mesin dengan berbasis teknologi tinggi, disisi lain,
ternyata di berbagai industri juga masih banyak pekerjaan yang
harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan
tekanan fisik yang berat. Salah satu akibatnya ternyata
meningkatkan terjadinya keluhan dan komplain pada pekerja,
seperti; terjadinya sakit punggung dan pinggang, ketegangan pada
leher, sakit pergelangan tangan lengan dan kaki, kelelahan mata dan
banyak komplain lainnya, maka barang tentu akan menurunkan
performasi kerja yang pada kahirnya akan menurunkan produktivitas
kerja (Tarwaka, 2012).
PT Harmoni Panca Utama adalah perusahaan nasional yang
didirikan pada 25 Januari 2011 dan berfokus hanya pada jasa
kontraktor pertambangan. PT. Harmoni Panca Utama merupakan
gabungan antara 2 perusahaan dengan latar belakang dan
kepentingan yang berbeda yaitu PT. Harita Mitra Sentosa dan PT.
Panca Sejahtera Mandiri. PT. Harita Mitra Sentosa adalah sebuah
perusahaan swasta yang berfokus pada pertambangan dengan
struktur keuangan yang kuat dan PT. Panca Sejahtera Mandiri
merupakan sebuah perusahaan swasta yang memiliki kompetensi
kuat dalam penyediaan jasa pertambangan.
2
Dalam kegiatan produksinya, PT Harmoni Panca Utama
menggunakan mesin-mesin/alat berat (heavy equipment) dan untuk
memastikan bahwa alat-alat tersebut selalu siap dalam menunjang
operasionalnya maka terdapat departemen yang mempunyai tugas
untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan (maintenance) diantara
kegiatannya adalah proses pelumasan (greasing) pada unit truck.
Kegiatan pelumasan (greasing) pada unit truck ini masih banyak
dengan kegiatan manual handling dimana setiap pekerja akan
bersentuhan langsung dengan peralatan dalam kegiatan pelumasan
(greasing) ini tanpa menggunakan alat bantu yang memadai.
Aktivitas manual handling merupakan aktivitas yang meliputi
kegiatan seperti mengangkat, memindahkan, mendorong, menarik,
membawa, menahan beban dengan tangan atau kekuatan tubuh
(Ridley, 2006).
Aktivitas manual handling yang kurang tepat merupakan salah
satu bahaya yang mungkin paling sering ditemui oleh pekerja di
tempat kerja. Salah satu bahaya yang mungkin muncul adalah
gangguan sistem otot dan tulang (Muskuloskeletal). Hal ini dapat
terjadi karena manusia memiliki keterbatasan baik dari segi fisik,
fisiologik maupun psikologik (Sahab, 1997). Menurut hasil analisis
data kecelakaan yang dilaporkan badan eksekutif K3 di pabrik HM
USA yang menunjukkan bahwa setiap tahunnya daritahun 1945-
1980 pekerjaan manual handling merupakan penyebab utama yaitu
sekitar 25-31% dari seluruh cidera yang ada di industri. Sedangkan
untuk distribusi bagian tubuh yang terkena akibat kegiatan manual
handling yang tidak tepat adalah 70% menyerang tulang punggung,
19% lengan atas, dan 18% lengan bawah (Pheasant, 1991).
Berbagai macam aktivitas manual handling yang biasa dilakukan di
tempat kerja seperti mengangkat, memindahkan, mendorong,
menarik, membawa atau menahan beban sebanyak 61.3% dari
cidera manual handling terkait dengan aktivitas mengangkat (lifting)
dan membawa (carrying) (Bridger, 1995).
3
Pekerjaan pelumasan (greasing) pada unit truck ini dimulai
dengan membawa perlengkapan yang disimpan di dalam kotak
peralatan (toolbox) dengan berat 20 Kilogram, selanjutnya pekerja
akan melakukan isolasi energi seperti mematikan mesin, memasang
tanda perbaikan unit, dan memasang ganjal ban dengan berat 7
Kilogram, selanjutnya pekerja akan memasukkan pelumas yang
sudah berada didalam manual greasing pump ke tempat-tempat
yang disebut dengan nipple yang berada dibagian bawah (kolong)
truck pada kegiatan ini dilakukan dengan posisi janggal karena area
sempit. Kegiatan tersebut secara rutin dilakukan setiap hari dan rata-
rata 5 unit perhari. Jenis pekerjaan ini bila dibiarkan secara terus-
menerus akan menimbulkan masalah ergonomi berupa kelelahan
dan keluhan rasa sakit pada sendi dan otot, keluhan inilah yang
disebut Muskuloskeletal Disorders.
Keluhan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan
pada organ penggerak (lokomotor) seperti otot, tendon, tulang,
kartilago, ligamen, dan syaraf (Lutmann, et all., 2003). Hal tersebut
disebabkan atau diperparah oleh kegiatan secara tiba-tiba atau
pajanan faktor fisik yang sudah berlangsung lama seperti
pengulangan, gaya atau tekanan, getaran, dan atau posisi yang
janggal (NIOSH, 2012).
Keluhan muskuloskeletal dapat diterjemahkan sebagai
kerusakan trauma kumulatif, dimana hal ini terjadi akibat
penumpukan cedera kecil pada sistem muskuloskeletal akibat
trauma berulang yang tidak dapat sembuh sempurna sehingga
membentuk kerusakan yang cukup besar untuk menimbulkan rasa
sakit (Humantech, 1995)
Hasil survey awal pada aktivitas pelumasan (greasing) yaitu
ditemukan bahwa terdapat potensi risiko ergonomi ketika melakukan
pekerjaan tersebut, dimana pekerja cenderung dalam keadaan
postur janggal dan dilakukan secara berulang. Perusahaan belum
melakukan penilaian risiko ergonomi, hal tersebut dibuktikan dengan
4
tidak adanya laporan penilaian risiko ergonomi. Dari hasil wawancara
awal khususnya pada pekerja yang bekerja di area pelumasan
ditemukan beberapa keluhan pada bagian tubuh seperti punggung,
pinggang yang dapat diduga sebagai dampak dari pekerjaan.
Meskipun proses pelumasan (greasing) unit truck yang dilakukan
di PT. HPU ini telah dilakukan dengan tenaga kerja yang terlatih dan
adanya pembagian waktu kerja (shifting), namun pada kenyataannya
upaya tersebut dinilai belum cukup efektif untuk menekan jumlah
muskuloskeletal disorders ini. Hal ini terbukti dengan adanya data
kesehatan pekerja di bagian pelumasan (greasing) selama 3 tahun
terakhir dari tahun 2013 hingga 2015 (updated Mei 2015) yang
didapat dari sentra gawat darurat / unit kesehatan kerja PT. HPU
adalah sebagai berikut:
Diagram 1.1. Diagnosis Keluhan Nyeri Otot Skeletal
Sumber: Sentra Gawat Darurat PT. HPU Site DMI
Berdasarkan digram diatas, didapatkan diagnosa nyeri punggung
bawah (low back pain) pada tahun 2013 sebanyak 2 kali, pada tahun
2014 sebanyak 6 kali, dan pada tahun 2014 sebanyak 7 kali.
Kemudian nyeri otot (myalgia) pada tahun 2013 sebanyak 118 kali,
pada tahun 2014 sebanyak 63 kali, pada tahun 2015 sebanyak 48
kali.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas sehingga timbul
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana gambaran aktivitas proses pelumasan (greasing)
unit truck di PT. Harmoni Panca Utama Site Damai
1.2.2. Bagaimana tingkat risiko ergonomi pada aktivitas proses
pelumasan (greasing) unit truck di PT. Harmoni Panca Utama
Site Damai?
1.2.3. Apakah faktor pekerjaan (beban fisik kerja, postur kerja) dan
faktor individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama
kerja, status gizi, kebiasaan merokok) ada kaitannya dengan
timbulnya keluhan muskuloskeletal disorders?
1.2.4. Bagaimana gambaran keluhan Musculoskeletal disorders
terhadap postur tubuh pada proses pelumasan (greasing)
unit?
1.2.5. Bagaimana model pekerja yang baik untuk melakukan proses
pelumasan (greasing) unit?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan postur tubuh terhadap keluhan
muskuloskeletal disorders pada pekerja bagian pelumasan
(greasing) unit di PT. Harmoni Panca Utama site DMI
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Didapatkannya gambaran aktivitas proses pelumasan
(greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca Utama site
DMI
6
b. Didapatkannya gambaran risiko ergonomi pada proses
pelumasan (greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca
Utama site DMI
c. Diketahuinya gambaran karakteristik/faktor individu (umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, status gizi,
kebiasaan merokok) dan karakteristik/faktor pekerjaan
(beban kerja, dan postur kerja) di bagian pelumasan
(greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca Utama site
DMI
d. Diketahuinya skor/ nilai postur tubuh pekerja terkait posisi
kerja pada tahapan pelumasan (greasing) unit truck dari
PT. Harmoni Panca Utama site DMI
e. Diketahuinya pengaruh postur kerja terhadap keluhan
Muskuloskeletal disorders pada proses pelumasan
(greasing) unit truck dari PT. Harmoni Panca Utama site
DMI
f. Diketahuinya keberhasilan pelaksanaan pengendalian
risiko terjadinya muskuloskeletal disorders terhadap
postur kerja pada aktivitas greasing/pelumasan unit di PT.
Harmoni Panca Utama site DMI
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi
bagi perusahaan dalam melakukan tindakan pengendalian
untuk meminimasi risiko terjadinya ganguan muskuloskeletal
disorders yang dialami pekerja di bagian pelumasan
(greasing) unit di PT. Harmoni Panca Utama site DMI
1.4.2. Bagi STIKES BINAWAN
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan
kuantitas serta kualitas pendidikan.
7
1.4.3. Bagi Dunia Pendidikan
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi sumber
informasi serta referensi bagi mahasiswa, dan dapat
memperkaya khasanah karya tulis ilmiah di bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
1.4.4. Bagi Mahasiswa
Kajian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan khususnya
mengenai pengaruh aktivitas manual handling terhadap
keluhan musculoskeletal disorders.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di PT. Harmoni Panca Utama site
Damai mulai dari bulan Mei tahun 2015. Objek penelitian adalah
pekerja bagian pelumasan (greasing) unit di departemen Plant.
Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Data umum pegawai
didapatkan dengan menggunakan kuesioner karakteristik umum.
Untuk melihat keluhan muskuloskeletal disorders para pekerja
dilakukan wawancara dan dilakukan pengisian kuesioner dengan
gambar Nordic Body Map. Pengukuran denyut nadi dan tekanan
darah dilakukan untuk mengetahui beban kerja fisik. Kemudian untuk
antropometri dilakukan perhitungan indeks masa tubuh dengan cara
melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan responden.
Alat ukur yang digunakan adalah lembar kerja REBA (Rapid Entire
Body Assessment) untuk mengukur postur kerja. Pada penelitian
dengan menggunakan metode REBA tidak semua responden diambil
gambarnya. Peneliti hanya mengambil beberapa model pekerja saja
sesuai dengan jenit unit/alat berat yang dioperasikan, karena
mayoritas responden melaksanakan pekerjaan sesuai posisi model
tersebut serta karena adanya keterbatasan waktu dan biaya
8
sehingga peneliti hanya memilih satu model kerja yang mayoritas
dikerjakan responden dengan posisi yang sama.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ergonomi
Istilah ergonomi diperkenalkan oleh W.B. Jastszebowzki tahun 1857,
dimana terminologi dari kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani
yaitu “Ergon” yang artinya kerja dan “nomos” yang berarti
peraturan/hukum. Secara harfiah ergonomi diartikan sebagai ilmu
tentang kerja (Budiono, 2003). Studi terhadap aspek pekerjaan
dimulai sejak abad 20 dimana pengembangan terhadap pengukuran
ini dikembangkan oleh Frank dan Lilian Gilbreth serta Frederick
Taylor. Dalam ruang lingkup yang luas, ergonomi adalah sebuah
studi multi disiplin mengenai hukum yang mengatur interaksi antara
manusia, mesin, dan lingkungan.
2.1.1. Definisi Ergonomi
Definisi ergonomi telah banyak dijabarkan oleh peneliti
maupun lembaga oleh karena itu untuk lebih memahami
pengertian tentang ergonomi, penulis akan menjelaskan
berbagai macam definisi ergonomi dari berbagai macam
literatur, antrara lain:
a) Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang
dan setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia
seoptimal-optimalnya, hal ini meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk
efisiensi dan kenyamanan kerja (Suma’mur, 1989)
b) Ergonomi adalah studi ilmiah terapan mengenai manusia
terhadap desain objek, sistem, lingkungan untuk aplikasi
kerja manusia (Pheasant, 1991)
10
c) Ergonomi adalah sudut pandang keilmuan, berfikir tentang
manusia dan bagaimana interaksinya dengan seluruh
aspek di dalam lingkungan, peralatan, dan situasi kerja
(Oborne, 1995).
d) Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai
interaksi antara manusia dan objek yang mereka
pergunakan serta lingkungan kerjanya (Pulat, 1997).
e) Ergnomi didefinisikan sebagai penerapan ilmu biologi yang
sejalan dengan ilmu rekayasa yang bertujuan agar
didapatkan penyesuaian yang saling menguntungkan
antara pekerja dan pekerjaannya secara optimal dengan
tujuan agar bermanfaat untuk efisiensi dan kesejahteraan
(ILO, 1998)
f) Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha
menyerasikan pekerja dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan
manusia seoptimal mungkin (Budiono, 2003)
g) Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
manusia dengan mesin serta faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi tersebut (Bridger, 2003)
h) Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala
fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia
baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004)
i) Ergonomi adalah ilmu pengetahuan uantuk menganalisa
efek dari proses kerja, desain kerja, dan lingkungan kerja
terhadap kinerja atau performa dan kesehatan manusia
(Bird, 2005)
11
j) Ergonomi adalah istilah yang digunakan sebagai dasar
studi dan desain hubungan antara manusia dan mesin
untuk mencegah penyakit dan cidera serta meningkatkan
prestasi atau kinerja (ACGIH, 2007)
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa ergonomi adalah suatu konsep keilmuan dimana
kajiannya adalah manusia yang didasarkan pada keterbatasan
terhadap kemampuan maupun kapasitas manusia sehingga
diperlukan penyerasian antara lingkungan kerja dan
pekerjaan, dengan manusia yang berinteraksi dengan elemen
tersebut sebagai upaya untuk mencegah cedera maupun
gangguan, meningkatkan produktivitas dan upaya efisiensi
serta efektivitas pada aspek manusia.
2.1.2. Ruang Lingkup Ergonomi
Ergonomi merupakan bidang antar cabanga ilmu pengetahuan
yang melibatkan konsep-konsep yang terkait dengan
biomekanik, rekayasa faktor manusia, kinesiologi,
keselamatan dan kedokteran (Bird, 2005). Ergonomi
merupakan perpaduan antara beberapa bidang ilmu antara
lain: ilmu faal, anatomi dan kedokteran, psikologi faal, ilmu
fifika dan teknik. Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran
bentuk tubuh manusia, kemampuan tubuh/anggota gerak
untuk mengangkat atau ketahanan terhadap suatu gaya yang
diterimanya, satuan ukuran besaran panjangnya suatu
anggota tubuh.
Psikologi faal memberikan gambaran terhadap fungsi otak dan
sistem persyarafan dalam kaitannya dengan tingkah laku,
sementara eksperimental mencoba memahami suatu cara
bagaiman mengambil sikap, memahami, mempelajari,
mengingat serta mengendalikan proses motorik. Sedangkan
ilmu fisika dan teknik memberikan informasi yang sama untuk
12
desain dan lingkungan dimana pekerja melakukan
pekerjaannya (Oborne, 1995).
Gambar 2.1
Ruang Lingkup Ergonomi dan Keterkaitan Dengan Ilmu Lainnya
Sumber: (Budiono, 2003)
Menurut International Ergonomic Asociation (IEA), dalam Rom
(2007), disiplin keilmuan ergonomi terdiri dari 3 (tiga) bidang
yaitu:
1. Physical Ergonomics Adalah ergonomi yang berfokus pada
anatomi tubuh manusia, antropometri, fisiologi, dan
karakteristik biomekanik yang berhubungan dengan
aktivitas seperti berikut:
a. Postur tubuh
b. Material handling
c. Pekerjaan yang berhubungan dengan keluhan
musculoskeletal
d. Layout tempat kerja
e. Keselamatan dan kesehatan
ERGONOMI
ANATOMI
FISIOLOGI
PSIKOLOGI
ENGINEERING
DESAIN
MANAGEMENT
13
2. Cognitive Ergonomics Adalah ergonomi yang berfokus
pada berbagai proses mental, seperti persepsi, memori,
respon motor yang mempengaruhi hubungan antara
manusia dengan elemen sistem yang lainnya seperti
berikut:
a. Mental workload
b. Penetapan keputusan
c. Skill performance
d. Interaksi antara orang dengan komputer
e. Human reliability
f. Tekanan kerja
g. Pelatihan yang berhubungan dengan interaksi antara
orang dan desain
h. sistem
3. Organizational Ergonomics Adalah ergonomi yang berfokus
pada optimalisasi sistem sosioetnial termasuk struktur,
kebijakan, dan beragam proses. Ergonomi organisasi
menyangkut hal sebagai berikut.
a. Komunikasi
b. Manajemen sumber daya manusia
c. Desain pekerjaan
d. Desain waktu kerja
e. Kerjasama tim
f. Desain partisipasi
g. Ergonomi komunitas
h. Cooperative work
i. Paradigma kerja baru
j. Pengorganisasian virtual
k. Telework
l. Quality management
14
2.1.3. Maksud dan Tujuan Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergein artinya
bekerja dan terdiri dari dua kata yaitu: ergos yang berarti kerja
dan nomos berarti hukum alam (natural law), sehingga
ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau
perancangan, sehingga ergonomi dapat diterapkan oleh ahli/
pakar diberbagai bidang seperti ahli anatomi, arsitektur,
psikologi, teknik industri, evaluasi proses kerja bagi
pemerintahan, militer, dan lain-lain.
Penerapan ergonomi umumnya diwujudkan dalam aktivitas
rancang bangun (design) atau rancang ulang (redesign). Hal
ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya
perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi,
pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali
(controls), alat peraga (displays), jalan/ lorong (access way),
pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Di bidang
industri juga terkait ergonomi yang disebut human engineering
atau applied/ industrial ergonomic, karena banyak hal yang
dihubungkan dengan aplikasi data maupun pertimbangan
faktor manusia (human factors engineering) dalam proses
perancangan, modifikasi dan evaluasi dari produk (peralatan
atau fasilitas) yang digunakan dalam sebuah sistem kerja.
Berikut merupakan beberapa pokok-pokok
kesimpulan mengenai disiplin ergonomi, yaitu
a. Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian
kemampuan keterbatasan manusia baik secara fisik
maupun secara mental psikologis dan interaksinya
dalam sistem manusia mesin yang integral. Secara
15
sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan
memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang
bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau
lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada
gilirannya rancangan ergonomi yang akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktivitas
kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan
yang cocok, aman, nyaman, dan sehat.
b. Pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan
“fuctional effective” dan kenikmatan-kenikmatan dari
peralatan fasilitas maupun lingkungan kerja yang
dirancang.
c. Upaya memperbaiki performa kerja manusia seperti
menambah kecepatan kerja, ketepatan (accuracy),
keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi
kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya
kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin
ergonomi diharapkan pula dapat memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta
meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan oleh
kesalahan manusia (human error).
d. Aplikasi sistematis dari segala informasi yang
relevan dengan karakteristik dan perilaku manusia di
dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan
kerja yang dipakai. Untuk ini analisis dan penelitian
ergonomi akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
1) Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya) dan
antropometri (ukuran) tubuh manusia.
16
2) Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak
dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku
manusia.
3) Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik
dalam waktu yang pendek maupun dalam waktu yang
panjang ataupun membuat celaka manusia, dan
sebaliknya ialah kondisi-kondisi kerja yang dapat
membuat nyaman kerja manusia.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka
penelitian dan pengembangan ergonomi akan
memerlukan berbagai keilmuan yang multidisiplin karena
mempelajari pengetahuan dari ilmu kehayatan, kejiwaan
dan kemasyarakatan berbagai disiplin keilmuan seperti:
psikologi, anthopologi, faal/ anatomi dan teknologi
(engineering).
2.2. Musculoskeletal Disorders
2.2.1. Definisi Musculoskeletal Disorders
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah
banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian
otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi
otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan
otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan sistem
musculoskeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh
pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP).
Laporan dari The Bureau of Labour Statistics (BLS)
Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang
dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir
20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya
kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya
keluhan atau sakit pinggang. Besarnya biaya kompensasi
17
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara pasti belum
diketahui. Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan
oleh National Institute of Occupational Safety Health (NIOSH)
menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan
musculoskeletal sudah mencapai 13 milyar US$ setiap
tahunnya. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila
dibansingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan atau
sakit akibat kerja lainnya (NIOSH, 1996 dalam Tarwaka,
2010). Sementara itu National Safety Council melaporkan
bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling
tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus
(Waters dkk, 1996 dalam Tarwaka, 2010)
Menurut NIOSH dan WHO MSDs merupakan gangguan
yang disebabkan ketika seseorang melakukan aktivitas kerja
dan kondisi pekerjaan yang signifikan sehingga
mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada
sistem muskuloskeletal yang meliputi sendi, ligamen, saraf,
tendon, dan otot. MSDs adalah penyakit degeneratif dan
kondisi peradangan yang menyebabkan rasa sakit dan
mengganggu aktivitas normal. MSDs dapat mempengaruhi
banyak bagian tubuh yang berbeda termasuk atas dan bawah
punggung, leher, bahu, dan ekstrimitas (lengan, kaki, dan
tangan).
MSDs dapat timbul akibat fatigue yang disebabkan oleh
tingginya durasi dan frekuensi gerakan pada bagian tubuh
yang sama secara terus-menerus. Selain itu, beban kerja
yang berat dan pergerakan yang tidak terduga juga menjadi
salah satu penyebab timbulnya MSDs. Beberapa hasil
penelitian terkait MSDs menunjukkan bahwa bagian otot yang
paling sering mengalami keluhan adalah otot pada bagian
leher, bahu, punggung, pinggang, dan lengan.
2.2.2. Keluhan Musculoskeletal Disorders
18
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi
2 yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang
terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun
demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila
pemberian beban dihentikan sementara.
b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang
bersifat menetap. Walaupun pemberian beban kerja
telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus
berlanjut. Keluhan otot biasanya terjadi karena kontraksi
otot yang berlebihan dengan durasi yang cukup lama.
2.2.3. Gejala Musculoskeletal Disorders
Gejala yang dirasakan oleh tipe individu tidak sama, meskipun
pekerjaan/ aktivitas yang dilakukan hampir sama. Macam-
macam gejala dirasakan pekerja disebabkan karena faktor
risiko MSDs yang memajan tubuhnya. Gejalanya antara lain:
rasa nyeri/ sakit, pegal-pegal, mati rasa, gerakan menjadi
lemah dan kaku, adanya rasa terbakar, kaku pada persendian,
kemerahan bengkak dan hangat pada daerah yang dirasakan
nyeri, kelelahan pada sebagian otot.
Adapun gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh
seseorang adalah:
a. Leher dan punggung terasa kaku
b. Bahu terasa nyeri, kaku, ataupun kehilangan fleksibelitas
c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk
d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak, dan
kaku
e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit
atau nyeri disertai bengkak.
f. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.
19
g. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan
kehilangan kekuatan serta kehilangan kepekaan.
h. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku
ataupun sensasi rasa panas.
2.2.4. Diagnosa Kelainan Musculoskeletal Disorders Akibat Kerja
Kelainan MSDs akibat kerja atau yang disebut WRMDs (Work
Related Musculoskeletal Disorders) ada beberapa contoh,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Penyakit ini disebabkan karena tendon pada bagian carpal
tunnel mengalami pembengkakan akibat memegang
benda kerja/ perkakas dengan sangat erat, atau secara
terus-menerus menekankan pergelangan tangan pada
benda kerja yang keras. Gejala umum pada CTS ini
adalah pergelangan tangan yang mati rasa, kebas, rasa
terbakar, dan nyeri. Dalam beberapa kasus, bahkan timbul
tonjolan otot di dasar ibu jari, telapak tangan yang kering
dan memucat, serta keadaan tangan yang sulit
digerakkan.
b. Low Back Pain (LBP)
Rasa sakit pada bagian tulang belakang, yaitu di daerah
lumbosacral, pantat, dan paha yang disebabkan oleh
kompresi pada bagian saraf, spasme otot, dan
ligamentum otot. Gangguan pada tulang belakang
bagian bawah ini diakibatkan oleh beban yang berat
dengan postur yang buruk saat beraktivitas.
c. Sprain
Cedera akut pada persendian yang mengakibatkan
robeknya kapsul sendi dan ligamen-ligamen disekeliling
persendian. Penyebab terjadinya sprain adalah
20
terputusnya angkle sehingga ligamen-ligamen pada sisi
lateral kaki menjadi robek.
d. Whisplash Injury
Ekstensi secara tiba-tiba pada bagian leher sehingga
ligamen-ligamen dan jaringan sekitar vertebra cervicalis
terkoyak.
e. Strain
Penggunaan yang berlebihan pada bagian otot sehingga
menimbulkan robeknya otot atau perdarahan dan
inflamasi ringan pada otot.
f. Hernia
Penyakit ini disebabkan oleh fleksi maksimal pada
bagian lutut, pangkal paha dan tulang lumbal akibat
mengangkat beban yang berlebihan
g. Tendinitis
Penyakit yang disebabkan oleh postur janggal dan
pergerakan berulang dari sambungan tulang dan otot
pada bagian pergelangan tangan, bahu, dan lengan
bawah yang mengakibatkan inflamasi pada tendon.
2.2.5. Faktor Risiko Terjadinya Musculoskeletal Disorders
Berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik,
biomekanika, fisiologi, dan epidemiologi didapatkan
kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang mnyebabkan
terjadinya low back pain akibat bekerja yaitu:
a. Faktor Pekerjaan
1) Posisi kerja
Posisi kerja yang sering dilakukan oleh manusia
dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk,
membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Posisi
kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dari
21
sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya
yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan
kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak
aman. Sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar
kebiasaan akan menambah risiko cedera pada bagian
sistem musculoskeletal. Sikap Kerja Membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk
diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk.
Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika
bekerja. Pekerja mengalami keluhan nyeri pada
bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila
dilakukan secara berulang dan periode yang cukup
lama.
Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan
“slipped disk”, bila diiringi dengan pengangkatan
beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja
membungkuk, tetapi akibat tekanan yang berlebih
menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar
rusak dan penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini
disebabkan oleh keluarnya material akibat desakan
tulang belakang bagian lumbar.
2) Repetisi (pengulangan)
Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama,
hal ini dapat terlihat pada frekuensi pekerjaan yang
tinggi, sehingga pekerja harus terus-menerus bekerja
agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem.
Kegiatan yang tidak memerlukan banyak tenaga bisa
mengakibatkan kerusakan otot jika aktivitas tersebut
diulang cukup sering pada interval pendek.
22
3) Pekerjaan statis (statis exertions)
Pekerjaan statis merupakan pekerjaan yang menuntut
seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi
dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti.
Pekerjaan statis ini memiliki risiko MSDs lebih besar
dibandingkan pekerjaan dinamis karena postur tubuh
statis berhubungan dengan menurunnya sirkulasi
darah dan nutrisi pada jaringan otot.
4) Beban Kerja Fisik
Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik
pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai
sumber tenaga. Pekerjaan yang memaksakan tenaga
(forceful exertions) menggunakan tenaga besar dapat
membebani otot, tendon, ligamen, dan sendi.
Peregangan otot yang berlebih ini terjadi karena
pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui
kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya
keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan cedera otot
skeletal. Salah satu pendekatan untuk mengetahui
berat ringannya beban kerja adalah dengan menilai
sistem kardiovaskuler melaui denyut nadi dan tekanan
darah.
b. Faktor Individu
1) Umur
Umur pada umumnya keluhan MSDs ini mulai dirasakan
pada usia kerja yaitu antara 25 hingga 65 tahun. Hal ini
disebabkan karena pada umur di atas 25 tahun,
kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga
meningkatkan risiko terjadinya keluhan MSDs.
23
2) Masa Kerja
Masa kerja dapat berupa masa kerja dalam suatu
perusahaan dan masa kerja dalam suatu unit produksi.
Semakin lama masa kerja seseorang dapat
menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya tahan
otot dan tulang secara fisik maupun secara psikis. Hal ini
dikarenakan tingkat ketahanan otot yang sering
digunakan untuk bekerja akan menurun seiring lamanya
seseorang bekerja. Masa kerja sangat mempengaruhi
risiko terjadinya MSDs terutama untuk jenis pekerjaan
yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi karena
masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan
keluhan otot.
3) Jenis Kelamin
Secara fisiologis kemampuan otot wanita memang lebih
rendah daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar
dua per tiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya otot
pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil
penelitian Betti’e at al (1989) menunjukkan bahwa rerata
kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% kekuatan
otot pria, khususnya untuk otot lengan, punnggung, dan
kaki.
4) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
terhadap wawasan dan cara pandangnya dalam
menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memilki
tingkat pendidikan yang tinggi cenderung
mengutamakan rasio saat menghadapi gagasan baru
dibandingkan mereka dengan pendidikan yang lebih
rendah. Hal ini merupakan cerminan kurangnya di
dalam keterampilan dan pengetahuan pegawai yang
24
dapat diketahui dari penilaian kinerja. Berdasarkan
penilaian kinerja, banyak diantara pegawai tidak mau
mengikuti ketentuan yang sudah berlaku yang dapat
disebabkan ketidaktahuan (ignorance) atau
ketidakmauan (unwillingness).
5) Tingkat kesegaran jasmani
Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan
menigkatkan risiko terjadinya keluhan otot. Bagi
pekerja dengan kekuatan fisik yang rendah, risiko
keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingkan yang
memiliki kekuatan fisik tinggi. Dengan berolahraga
secara teratur dapat mencegah kegemukan dengan
segala dampak negatifnya, menguatkan dan lebih
mengefisienkan kinerja otot-otot tubuh, seperti otot
jantung, otot pernafasan, dan otot-otot rangka tubuh,
dan lebih melancarkan aliran darah ke dalam sel-sel
tubuh, dan pembuangan bahan-bahan sisa dari sel-sel
tubuh menjadi lebih baik.
6) Status Gizi
Status gizi juga berpengaruh terhadap keluhan nyeri
pinggang, hal ini dapat dilihat apabila seseorang
dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk
menyangga berat badan dari depan dengan
mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini
berlanjut terus menerus, akan menyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan kelelahan dan nyeri otot berat beban
tubuh seseorang. Hal ini merupakan masalah penting,
karena selain mempunyai risiko penyakit tertentu, juga
dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Status gizi
pada seorang pekerja umur 18 tahun keatas ditandai
dengan indeks masa tubuh. Indeks masa tubuh dapat
25
digunakan sebagai indikator kondisi status gizi pada
pekerja.
Dengan menggunakan rumus berat badan dikali berat
badan (kg), kemudian dibagi dengan tinggi badan
(meter).
Tabel 2.1. Klasifikasi IMT Dewasa
Kategori IMT Klasifikasi
< 17,0 Kurus (kekurangan berat
badan tingkat berat)
17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat
badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Kegemukan (kelebihan berat
badan tingkat berat)
Sumber : Depkes RI 2003
7) Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok dapat menurunkan kapasitas
paru sehingga kemampuan pekerja untuk menghirup
oksigen pun menurun. Akibatnya suplai oksigen ke
otot berkurang dan produksi energi terhambat,
kemudian terjadi penumpukan asam laktat di dalam
otot, yang menyebabkan kekuatan dan ketahanan otot
menurun serta menimbulkan rasa lelah hingga nyeri
pada otot.
2.3. Keterkaitan antara Ergonomi dengan Musculoskeletal
Disorders
Ergonomi berkaitan dengan anatomi manusia, dan beberapa
antropometri, karakteristik mekanik fisiologis, dan biologi yang
26
berkaitan dengan aktivitas fisik. Prinsip-prinsip ergonomi telah
banyak digunakan dalam desain dari konsumen dan produk
industri.Ergonomi penting di bidang medis, khususnya mereka yang
didiagnosis dengan penyakit fisiologis atau gangguan seperti myalgia
(nyeri otot) dan arthritis (radang sendi) baik kronis maupun
sementara. Tekanan yang tidak signifikan atau tidak terlihat bagi
mereka terpengaruh oleh gangguan ini mungkin sangat menyakitkan
atau membuat perangkat tidak dapat digunakan. Banyak produk
yang dirancang ergonomis juga digunakan atau direkomendasikan
untuk mengobati atau mencegah gangguan tersebut, dan untuk
mengobati tekanan terkait nyeri kronis.
Salah satu jenis yang paling umum dari cedera yang
berhubungan dengan pekerjaan adalah gangguan
muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal disorders yang
berhubungan dengan pekerjaan (WRMDs) mengakibatkan nyeri
persisten, kehilangan kapasitas fungsional dan bekerja cacat, tetapi
diagnosis awal mereka sulit karena mereka terutama didasarkan
pada keluhan nyeri dan gejala lainnya. Setiap tahun pengalaman 1,8
juta pekerja AS WRMDs dan hampir 600.000 dari cedera yang cukup
serius untuk menyebabkan pekerja kehilangan pekerjaan. Pekerjaan
tertentu atau kondisi kerja menyebabkan lebih tinggi keluhan pekerja
tingkat ketegangan yang tidak semestinya, kelelahan lokal,
ketidaknyamanan, atau sakit yang tidak hilang setelah beristirahat
semalam. Jenis pekerjaan seringkali yang melibatkan kegiatan
seperti pengerahan tenaga berulang dan kuat, frekuensi yang sering,
beban yang berat, overhead lift; posisi kerja janggal, atau
penggunaan peralatan bergetar. OSHA telah menemukan bukti
substansial bahwa program ergonomi dapat memotong biaya
kompensasi pekerja, meningkatkan produktivitas dan mengurangi
pergantian karyawan. Oleh karena itu, penting untuk mengumpulkan
data untuk mengidentifikasi pekerjaan atau kondisi kerja yang paling
27
bermasalah, dengan menggunakan sumber-sumber seperti cedera
dan diagnosa penyakit, catatan medis, dan analisis pekerjaan.19
2.4. Metode Pengukuran Ergonomi Terkait Musculoskeletal
Disorders
2.4.1. Penilaian Keluhan MSDs dengan NBM
NIOSH Nordic Body Map merupakan metode yang
digunakan untuk melakukan evaluasi ergonomi dalam suatu
bentuk kuisioner dengan menggunakan lembar kerja berupa
peta tubuh (body map). Metode ini dikembangkan oleh Nordic
Council Ministers dan bertujuan untuk mengukur gejala dan
faktor risiko MSDs. Dengan kuisioner NBM ini dapat diketahui
bagian-bagian otot yang mengalami keluhan.
Dalam aplikasinya, metode NBM merupakan cara yang
sangat sederhana, mudah dipahami, murah, dan memerlukan
waktu yang sangat singkat per individu. Observer dapat
langsung menanyakan kepada responden pada otot-otot
skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan
kenyerian/ sakit, atau dengan menunjuk langsung pada setiap
otot skeletal sesuai yang tercantum dalam lembar kerja
kuisioner gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9
bagian utama, yaitu:
28
Gambar 2.2. NIOSH Nordic Body Map
Sumber : Kroemer 200120
2.4.2. Penilaian Posisi Kerja dengan REBA
REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan
oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang
merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University
of Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic).
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang
dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan
secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher,
punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang
operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor
coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta
aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan
melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang
diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney, 2000).
Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan,
aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat
Leher
Bahu
Punggung Atas
Siku
Punggung Bawah
Pergelangan Tangan
Paha
Lutut
Tungkai / kaki
29
aktivitas yang berulang–ulang. Penilaian postur kerja dengan
metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu
sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi
menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar
(bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa
skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas
dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk
mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan
perbaikan sesegera mungkin. REBA dikembangkan tanpa
membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk
dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran
tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat
dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja.
Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap
pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan
menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah
penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap
ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat,
penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan
yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA
untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai
REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan
akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode
REBA melalui tahapan–tahapan sebagai berikut (Hignett dan
McAtamney, 2000) :
1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan
bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran
sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci
dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh
30
pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan
data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil
rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk
tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.
2. Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja.
Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh
dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari
masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung
(batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA
segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung
(batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi
lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari
data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup
dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut
digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B
untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing
tabel.
Gambar 2.3. Postur Tubuh Bagian Punggung
Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.
31
Gambar 2.4. Postur Tubuh Bagian Leher
Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.
Gambar 2.5. Postur Tubuh Bagian Kaki
Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.
32
Gambar 2.6 Postur Tubuh Lengan Bawah
Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.
Gambar 2.5. Postur Tubuh Lengan Bawah
Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.
33
Gambar 2.5. Postur Tubuh Pergelangan Tangan
Sumber: Mc. Atamney and Hignett 2000) Based on REBA.
2.4.3. Pengukuran Beban Kerja
Setiap aktivitas kerja fisik yang dilakukan akan mengakibatkan
terjadinya suatu perubahan fungsi pada alat-alat tubuh
terutama pada sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler
juga dikenal sebagai sistem peredaran darah adalah sistem
dari tubuh yang terdiri dari jantung, darah, dan pembuluh
darah. Mengingat sistem kardiovaskuler menggerakkan darah
ke seluruh tubuh, sehingga sel-sel akan menerima oksigen
dan nutrisi. Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran
tekanan darah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai
indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler
a. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang
darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai
akibat dari denyutan jantung. Kecepatan denyut jantung
34
memilki hubungan yang sangat erat dengan aktifitas fungsi
faal apada manusia. Beban kerja fisik yang terpapar pada
tenaga kerja dapat diukur secara objektif salah satunya
dengan cara menghitung denyut nadi selama bekerja.
Denyut nadi merupakan respon fisiologis yang dapat
dihitung secara praktis pada saat ingin mengetahui beban
kerja seseorang, karena untuk mengetahui jumlah denyut
nadi per menit cukup dilakukan dengan meraba pada
radialis dengan teknik palpasi atau dengan alat
pulsemonitor. Parameter fisiologis dengan denyut nadi per
menit tersebut lazim digunakan sebagai indikator penilaian
beban kerja karena proses pengukurannya sederhana,
biaya murah dan tidak terlalu banyak mengganggu pekerja.
Denyut nadi dapat digunakan untuk memprediksi
atau sebagai indikator penilaian beban kerja seseorang,
yaitu dengan mengkonversikan pada tabel kategori beban
kerja. Menurut Christensen (1991) dengan menghitung
frekuensi denyut nadi per menit, seperti dapat dilihat pada
tabel 2.16.
Tabel 2.16. Klasifikasi Frekuensi Denyut Nadi Kerja
No Denyut Nadi Kerja
(Denyut Per Menit) Kategori Beban Kerja
1 60 – 70 Sangat ringan = Istirahat
2 75 – 100 Ringan
3 100 – 125 Sedang
4 125 – 150 Berat
5 150 – 175 Sangat berat
6 > 175 Ekstrim
Sumber : Christensen.1991
35
Cara untuk mengetahui denyut nadi dengan metode palpasi
dilakukan dengan diraba pada:
1) Pergelangan tangan dibagian depan sebelah atas
pangkal ibu jari (arteri radialis)
2) Leher sebelah kiri atau kanan di depan otot sterno
cleido mastoideus (arteri carotis),
3) Dada sebelah kiri tepat di apex jantung (arteri
temporalis).
Denyut nadi yang dihitung adalah denyut nadi kerja yang
merupakan rerata denyut nadi selama bekerja. Cara
menghitung denyut nadi secara manual dengan teknik
palpasi dapat dilakukan dengan cara:
1) Denyut nadi dihitung selama 10 detik hasilnya
dikalikan 6
2) Denyut nadi dihitung selama 15 detik hasilnya
dikalikan 4
3) Denyut nadi dihitung selama 30 detik hasilnya
dikalikan 2.
Selain dengan cara manual berupa palpasi, pengukuran
denyut nadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan
alat pulsemeter, dengan metode auskultasi menggunakan
stetoskop, metode elektrokardiografi (EKG), metode spor
tester.
b. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan tenaga yang dipompakan
dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh darah atau
sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengedarkan
darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah
akan berubah-ubah tergantung dari aktivitas tubuh.23
36
Perubahan pada sistem kardiovaskuler misalnya arteri
yang kehilangan elastisitasnya, dinding aorta yang menurun
elastisitasnya, tetapi pada katup jantung justru menebal dan
menjadi kekakuan. Hal ini dapat menyebabkan kemampuan
jantung memompa darah menurun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya, peningkatan nadi dan
tekanan sistolik. darah. Tekanan darah yang meningkat biasanya
akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Dalam pengukuran tekanan darah dikenal dua jenis tekanan
darah:
1) Tekanan darah sistol, yaitu tekanan tertinggi yang terjadi
saat ventrikel berkontraksi dan
2) Tekanan darah diastol, yaitu tekanan terendah yang terjadi
saat jantung berada dalam fase relaksasi.
Menurut WHO bahwa tekanan darah dalam keadaan normal,
jika tekanan darah sistol kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan tekanan darah diastol kurang atau sama dengan 90 mmHg. Di
kalangan medis alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
darah disebut sphygmomanometer, sedangkan di masyarakat
lazim disebut dengan tensimeter. Alat ini digunakan untuk
mengukur tekanan darah pada pembuluh arteri perifer.
Persiapan pengukuran tekanan darah yaitu:
1) Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak
menyilang tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh
lantai.
2) Letakkan lengan kanan responden di atas meja sehinga
mancet yang sudah terpasang sejajar dengan jantung
responden.
3) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan
responden dan memintanya untuk tetap duduk tanpa
37
banyak gerak, dan tidak berbicara pada saat
pengukuran.
4) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat
dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi
tersebut di lembar catatan.
5) Apabila responden menggunakan baju berlengan
panjang, singsingkan lengan baju ke atas tetapi
pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak
menghambat aliran darah di lengan.
6) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan
telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada
lekukan pada pipa mancet.
Gambar 2.10. Tensimeter Air Raksa
Cara pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter air raksa adalah yaitu pada lengan atas dan
selangnya dipasang tepat pada pembuluh arteri, selain itu,
juga dipasang stetoskop pada pangkal siku bagian dalam.
Kemudian dipompa sampai pada tekanan 150 mmHg dan
selanjutnya diturunkan secara perlahan sambil
memdengarkan bunyi detakan pada stetoskop. Bunyi detakan
atau 'dug' yang pertama kali terdengar adalah merupakan
38
tanda tekanan darah sistol dan dari sini terus akan terdengar
bunyi 'dug' yang semakin melemah sampai hilang. Tepat pada
saat bunyi 'dug' menghilang adalah tanda dari tekanan darah
diastol. Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut dengan
interval 2 menit. Apabila terdapat selisih tekanan darah >10
mmHg pada pengukuran ke 1 dan ke 2 baik pada sistol dan
atau pada diastol, kembali perlu
2.5. Profil PT. Harmoni Panca Utama
2.5.1 Sejarah PT. HPU
PT Harmoni Panca Utama. (HPU) adalah perusahaan yang
didirikan tanggal 25 Januari 2011 berfokus pada pelayanan
jasa kontraktor tambang. Komposisi pemegang saham HPU
adalah sinergi antara dua perusahaan dengan latar belakang
dan kepentingan yang berbeda:
1) PT. Harita Mitra Sentosa, perusahaan yang berfokus
dibidang pertambangan dengan struktur keuangan yang
kuat;
2) PT Panca Sejahtera Mandiri, perusahaan dengan
kompetensi yang kuat pada penyediaan layanan
pertambangan.
Meskipun perusahaan ini masih terbilang baru, manajemen
HPU mempunyai keyakinan akan tumbuh dan berkembang
secara sejajar dengan perkembangan industri di Indonesia,
karena dikelola oleh personil berpengalaman dengan standar
kualitas yang diterima di seluruh dunia dalam jasa
pertambangan. PT HPU sangat menyadari bahwa peran
penting dalam perkembangan perusahaan adalah sumber
daya manusia. Oleh karena itu, HPU berkomitmen dan
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan serta
meningkatkan kompetensi para personil, sikap moral, dan
keterampilan yang tinggi sesuai dengan tanggung jawabnya.
39
PT HPU akan memberikan jasa penambangan yang handal,
terpadu, dan pelayanan terbaik berdasarkan prinsip dan
praktik pertambangan yang mana pelanggan akan merasa
puas serta aman juga akan dibantu oleh keberadaan kita
dalam business portfolio pelanggan.
2.5.2 Visi, Misi, dan Nilai Inti PT. HPU
Visi
“To Be the First Class Total Mining Services Solution.” (Untuk
menjadi kelas pertama dalam total solusi pelayanan
pertambangan.)
Misi
“To Provide Reliable Green Mining Services through HSE
Excellence, Operation Excellence, People Excellence and
Proper Community Development implementation.” (Untuk
memberikan pelayanan pertambangan hijau yang handal
berdasarkan keunggulan dari HSEM operasi, dan sumber
daya serta implementasi pembangunan komunitas yang
tepat).
Nilai
1) Integritas
Ada kesamaan antara perilaku dan ucapan berdasarkan pada
kebenaran hakiki dari dasar lubuk hati paling dalam diri
individu.
2) Kerja Keras
Untuk mencapai goals & objectives segala aspek perusahaan
dituntut bekerja keras, karena tanpa kerja keras tidak akan
tercapai goals & objectives tersebut.
3) Kerja Cerdas
High attitude, pengetahuan dan kemampuan yang tinggi
diperlukan untuk mendukung pencapaian dari visi dan misi
perusahaan.
40
4) Kerja Tuntas
Perusahaan tidak mentoleransi adanya ketidakefisiensi,
pekerjaan harus diselesaikan secara menyeluruh.
5) Kerja Ikhlas
Keikhlasan adalah penghargaan tertinggi untuk mencapai
penghargaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dimana hal
tersebut menjadi kebutuhan spiritual para pekerja
2.5.3 Lokasi Kerja dan Wilayah Operasi
Saat ini HPU menangani proyek – proyek potensial yang akan
menjadi dasar dari pengembangan bisnis perusahaan, yaitu:
1) PT Tanito Harum (PKP2B)
Sebuah perusahaan pertambangan yang terkenal dan
terkemuka yang terletak di site Pondok Labu, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jangka waktu
kontrak selama periode lima (5) tahun.
2) PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKP2B)
Sebuah perusahaan pertambangan terkemuka yang
merupakan anak perusahaan dari PT Bhakti Energi
Persada, terletak di Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Timur. Jangka waktu kontrak selama periode lima (5)
tahun.
3) PT Tambang Damai (PKP2B Gen. III)
Sebuah perusahaan pertambangan batu bara, anak
perusahaan dari PT Tanito Harum yang terletak di
Kabupaten Kutai Timur. Jangka waktu kontrak selama
periode lima (5) tahun.
41
2.6. Kerangka Teori
Berdasarkan kajian tinjauan pustaka, dapat disusun kerangka teori
penelitian yang secara sederhana dapat dilihat dalam bagan berikut:
Faktor Lingkungan
Getaran/Vibrasi1
Suhu2
Pencahayaan3
Workstation
Faktor Pekerjaan
Postur Tubuh4
Beban4
Frekuensi4
Durasi5
Gerakan Berulang6,7
Faktor Individu
Umur4,8
Masa Kerja9
Jenis Kelamin2
Status Gizi2
Kebiasaan Merokok2
Kebiasaan Stretching
Keluhan Musculoskeletal
Sumber: 1 (Santoso, 2004), 2. (Tarwaka, 2004), 3.(Hokwrda et al, 2007), 4.
(Dridger, 2003), 5. (Occupational Health Clinics for Ontario Workers, 2011),
6.(Karwowsky, 2006), 7. (Pascarelli, 2004), 8.(Valachi, 2010),9. (Gaffari,2006),
10.(royal College,2008)
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Dari kerangka teori di atas, ada beberapa komponen yang tidak
dimasukkan pada kerangka konsep yang digunakan dalam
penelitian. Peneliti tidak memasukkan getaran/vibrasi pada faktor
lingkungan karena tidak ditemukan adanya getaran/vibrasi pada
lingkungan kerja. Selain itu, peneliti juga tidak memasukkan jenis
kelamin dan kebiasaan stretching pada faktor individu karena seluruh
pekerja yang melakukan pekerjaan pada penelitian ini berjenis
kelamin laki-laki, dan berdasarkan observasi awal tidak ditemukan
adanya kebiasaan stretching sebelum melakukan pekerjaan.
Dengan demikian, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Faktor Lingkungan
Workstation
Faktor Pekerjaan
Masa Kerja
Postur Tubuh4
Beban4
Frekuensi4
Durasi5
Gerakan Berulang6,7
Faktor Individu
Umur
Status Gizi
Kebiasaan Merokok
Pendidikan
Keluhan Musculoskeletal
43
3.2 Hipotesis
Pada usulan penelitian ini hipotesis penelitian yang dimunculkan
penulis adalah sebagai Berikut:
Ho : Tidak Ada Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan
muskuloskeletal disorders Pekerja di PT Harmoni Panca Utama”
Ha : Terdapat / Ada Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan
muskuloskeletal disorders Pekerja di PT Harmoni Panca Utama.
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian observasional analitik, menggunakan pendekatan cross
sectional. Pendekatan cross sectional merupakan suatu penelitian
yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen)
dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau
pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama
(Riyanto, 2011).
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian/Objek Penelitian
3.4.1. Populasi
Merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Saryono, 2011). Sebagai populasi
penelitian ini adalah tenaga kerja PT. Harmoni Panca Utama
Populasi
Sampel
Postur Tubuh Kerja Low Back Pain
Spearman Rank
purposive sampling
44
karyawan di departemen Plang Bagian Pelumasan (Greasing
sejumlah 12 orang.
3.4.2. Sampel
1) Jumlah sampel
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
tenaga kerja yang telah memenuhi kreteria inklusi
2) Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Pengambilan sampel dilakukan tidak berdasarkan strata,
kelompok, atau acak tetapi berdasarkan
pertimbangan/tujuan tertentu (Saryono, 2011). Jumlah
sampel ditentukan berdasarkan sampel yang memenuhi
kreteria inklusi.
Kriteria inklusi dalam pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
(1) Jenis kelamin laki-laki
(2) Usia 20 – 50 tahun
(3) Tidak memiliki perilaku menyimpang
(4) Kesegaran Jasmani baik
(5) Kekuatan fisik baik
Kriteria eksklusi:
1) Tidak datang waktu penelitian
2) Tidak bersedia menjadi responden penelitian
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian / departemen Plant (Pekerja
Pelumasan/greasing unit) di PT. Harmoni Panca Utama yang terletak
di site Tambang Damai Kalimantan Timur. Dipilihnya bagian Plant
khususnya bagian pelumasan (greasing) di PT. Harmoni Panca
Utama sebagai tempat penelitian karena diilihat dari segi proses
aktivitas lebih banyak dengan cara manual handling dengan
45
frekuensin dan durasi yang lama, sehingga memudahkan untuk
dilakukan penelitian. Pengumpulan data dan penelitian ini dilakukan
terhitung sejak tanggal 1 Juni 2015.
3.7. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung
dilapangan yang meliputi kondisi fisik, lingkungan kerja, wawancara dan
pengukuran. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan
berupa jumlah pekerja.
3.8. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga mudah
diolah (Saryono, 2011). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1) Formulir pertanyaan karakteristik umum
2) Formulir kuisioner NIOSH Nordic Body Map, untuk mengetahui rasa
sakit/ tidak nyaman pada bagian tubuh yang mengalami keluhan
MSDs.
3) Lembar kerja REBA, untuk mengukur posisi kerja responden
beserta beban kerja
4) Kamera, untuk mengambil foto kegiatan posisi kerja
5) Busur derajat, untuk mengukur derajat foto postur tubuh
6) Stopwatch, untuk mengukur frekuensi kegiatan dan frekuensi
denyut nadi pekerja
7) Timbangan, untuk mengukur berat badan responden
8) Mistar, untuk mengukur tinggi badan responden
9) Tensimeter digital, untuk mengukur tekanan darah responden
46
3.9. Pengumpulan Data
Pengumpulan data tentang karakteristik individu dan karakteristik
pekerjaan dilakukan dengan wawancara. Untuk karakteristik individu
(umur, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, kebiasaan merokok) dan
karakteristik pekerjaan (Postur, beban kerja, durasi dsb) dilakukan
dengan menggunakan formulir pertanyaan. Pengumpulan data tentang
status gizi dilakukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT).
Informasi mengenai beban kerja fisik dilakukan dengan cara
mengukur denyut nadi kerja dan tekanan darah. Pengukuran denyut
nadi dilakukan dengan metode palpasi pada arteri radialis (pergelangan
tangan). Sedangkan untuk pengukuran tekanan darah dilakukan
dengan menggunakan tensimeter digital.
Rasa nyeri atau tidak nyaman terkait keluhan MSDs pada bagian-
bagian tubuh yang timbul pada saat melakukan pekerjaan dilakukan
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh
NIOSH Nordic Body Map. Data yang diambil berdasarkan pada keluhan
responden yang dialami selama 7 hari terakhir. Selain itu, untuk
mengetahui tingkat risiko posisi kerja dilakukan dengan mengukur
postur tubuh saat bekerja dengan menggunakan lembar kerja REBA.
3.10. Pengolahan dan Analisis Data
3.10.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dlakukan secara elektrikal dengan
menggunakan program software IBM SPSS statistik versi 21
dengan menginput kode dari variabel penelitian:
No. Jenis Penelitian Hasil
1 2
1 Keluhan MSDs Ya Tidak
2. Umur > 27 tahun ≤ 27 tahun
3. Pendidikan SMA/ SMK Perguruan Tinggi
47
5. Status Gizi Obes
> 24
Tidak Obes
≤ 24
6. Kebiasaan merokok Merokok Tidak merokok
7. Lama kerja > 2 tahun ≤ 2 tahun
8. Denyut Nadi Kerja
Berat
> 125 denyut /
menit
Tidak Berat
≤ 125 denyut /
menit
9. Tekanan darah
Tidak Normal
> 140/ 90 mm
Hg
Normal
≤ 140/ 90 mm Hg
10 Workstation Manual Otomatis
3.10.2. Analisis Data
1) Analisa Univariat
Merupakan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan
dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi,
ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono, 2011). Data
yang dimaksud dalam penelitian ini berupa umur, jenis
kelamin, masa kerja, intensitas bising dan pengukuran
penurunan daya dengar.
2) Analisa Bivariat
Merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif
(Saryono, 2011). Uji statistik yang digunakan untuk
membantu analisis adalah Uji Asosiatif Spearman Rank
dengan tabulasi bantuan komputer program SPSS versi 21
dengan interpretasi hasil sebagai berikut:
(1) Jika p value ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan
signifikan
(2) Jika p value ≥ 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak
signifikan
48
3.11. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Mei Juni Juli
1 Proposal Penelitian
2
Menetapkan jumlah sampel serta memilih responden yang akan diteliti
2 Pengambilan data Postur kerja
3 Pengambilan data Low Back Pain
4 Entri data
5 Pengolahan data
6 Analisa data
7 Penyusunan Laporan
49
3.6. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dependen
1
Rasa Tidak Nyaman (Keluhan Musculoskeletal disorders)
Terjadinya rasa tidak nyaman berupa sakit/ nyeri pada bagian tubuh
Wawancara
Kuesioner NIOSH Nordic Body Map
Ya Tidak
Nominal
Independen
Individu
2 Umur
Jumlah tahun responden sejak lahir hingga saat penelitian (dalam hitungan tahun)
Wawancara (dengan
pembulatan ke atas)
Kuesioner
Umur dalam tahun > 27 tahun ≤ 27 tahun (Cut off point)
Ordinal
3 Pendidikan Kelas tertinggi yang berhasil diselesaikan responden
Wawancara Kuesioner SMA/SMK Perguruan Tinggi
Ordinal
4 Status Gizi
Perbandingan berat badan dengan tinggi badan sesuai dengan formulasi Indeks Masa Tubuh
Pengukuran Berat Badan dan Tinggi
Badan
Timbangan badan manual Mistar
Obes : > 24 Tidak obes : ≤ 24 (Depkes RI, 2003)
Ordinal
5 Kebiasaan Merokok Kebiasaan responden mengkonsumsi rokok
Wawancara Kuesioner Merokok Tidak Merokok
Nominal
6 Masa Kerja
Lama responden melakukan pekerjaan ini smapai saat dilakukan penelitian dalam tahun
Wawancara (dengan
pembulatan ke atas)
Kuesioner
Jumlah tahun > 2 tahun ≤ 2 tahun (Cut off point)
Ordinal
50
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Independen
Okupasi
7 Beban Kerja
Usaha yang harus dikeluarkan seseorang untuk memenuhi pekerjaan tersebut
Pengukuran denyut nadi
kerja
Stopwatch Kuesioner
Berat > 125 denyut/ menit Tidak berat ≤ 125 denyut/ menit (Christensen, 1991)
Ordinal
Pengukuran tekanan darah
kerja
Tensimeter digital Kuesioner
Tidak Normal: > 140/90 Normal : ≤ 140/90 (Depkes RI, 2003)
Ordinal
8 Posisi Kerja Postur tubuh saat bekerja
Pengukuran postur tubuh
Lembar kerja REBA
11 : risiko sangat tinggi 8-10 : risiko tinggi 4-7 : risiko sedang 2-3: risiko kecil 1: diabaikan (Mc. Atamney and hignett, 2000)
Ordinal
10 Workstation Pekerjaan dilakukan dengan manual atau otomatis
Observasi Lembar Observasi
Manual Otomatis
Ordinal
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Faktor Individu
Faktor individu yang diteliti mencakup, umur, pendidikan, status gizi,
masa kerja, dan kebiasaan merokok.
4.1.1. Umur
Penelitian ini dilakukan di PT Harmoni Panca Utama dengan
responden di bagian pelumasan (greasing) unit sebanyak 12
orang. Seluruh responden berumur rata-rata 27 tahun dengan
umur termuda 20 tahun dan umur tertua 51 tahun. Responden
yang berumur lebih dari 27 tahun sebanyak 4 orang (33,3%),
sedangkan yang berusia sama dengan atau kurang dari 27 tahun
sebanyak 8 orang (66,6%). Rincian selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Gambaran Umur Responden
Umur Jumlah Persentase (%)
> 27 tahun 4 33.3
≤ 27tahun 8 66,6
Jumlah Responden 12 100
4.1.2. Pendidikan Responden
Pendidikan responden yang terbanyak adalah lulusan SMA atau
SMK sebanyak 11 orang (91,6%), dan sisanya memilki latar
belakang pendidikan perguruan tinggi sebanyak 1 orang (8,3%).
Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
52
Tabel 4.3. Gambaran Pendidikan Responden
4.1.3. Status Gizi Responden
Dilihat dari status gizi, berdasarkan hasil pengukuran berat
badan dengan tinggi badan sesuai formulasi indeks masa tubuh,
tidak ditemukan responden mengalami obesitas, dan sisanya
sebanyak 12 orang (100%) tidak mengalami obesitas. Rincian
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Gambaran Status Gizi Responden
Status Gizi Jumlah Persentase (%)
Obes (> 24) 0 0
Tidak Obes (≤ 24) 12 100
Jumlah Responden 12 100
4.1.7. Kebiasaan Merokok
Dilihat dari kebiasaan merokok, responden yang merokok
ditemukan berjumlah 5 orang (41,6%). Sisanya, sebanyak 7 orang
(58,3%) tidak memilki kebiasaan merokok. Rincian selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.8.
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
SMA/ SMK 11 91,6
Perguruan Tinggi 1 8,3
Jumlah Responden 12 100
53
Tabel 4.8. Gambaran Kebiasaan Merokok Responden
Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase (%)
Merokok 5 41,6
Tidak Merokok 7 58,3
Jumlah Responden 12 100
4.2. Karakteristik Okupasi
Karakteristik okupasi yang diteliti mencakup pernah lama kerja
responden dan pernah/ tidaknya responden mengikuti pelatihan human
factor dan proses cleaning roda.
4.2.1. Lama Kerja
Rata-rata lama kerja responden adalah 2 tahun dengan lama
kerja paling sebentar selama 1 tahun dan paling lama selama 3
tahun. Responden yang lama kerjanya lebih dari 2 tahun
ditemukan sebanyak 8 orang (25%), sedangkan sisanya
sebanyak 24 orang (75%) memiliki lama kerja ≤ 6 tahun. Rincian
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Gambaran Lama Kerja Responden
Lama Kerja Jumlah Persentase (%)
> 2 tahun 8 66,6
≤ 2 tahun 4 33,3
Jumlah Responden 12 100
54
4.2.2. Beban Kerja Fisik
Penilaian beban kerja fisik diukur dengan meggunakan
pengukuran denyut nadi kerja dan tekanan darah sesaat setelah
responden menyelesaikan pekerjaannya.
a. Denyut Nadi
Dari hasil pengukuran denyut nadi, didapatkan 6 orang
(50%) merasakan beban kerja yang berat. Sedangkan
sisanya juga sama banyak yaitu 6 orang (50%) merasakan
beban kerja yang tidak berat. Rincian selengkapanya dapat
dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15. Gambaran Denyut Nadi Responden
Denyut Nadi Jumlah Persentase (%)
Berat
(> 125denyut/ menit) 6 50
Tidak berat
(≤ 125 denyut/ menit) 6 50
Jumlah Responden 12 100
b. Tekanan Darah
Berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan 1
orang (8,3%) pekerja mengalami tekanan darah yang tidak
normal. Kemudian, sisanya sebanyak 11 orang (91,6%)
memilki tekanan darah yang normal. Rincian selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.16.
55
Tabel 4.16. Gambaran Tekanan Darah Responden
Tekanan Darah Jumlah Persentase
(%)
Tidak Normal
(> 140/ 90 mm Hg) 1 8,3
Normal
(≤140/90 mm Hg) 11 91,6
Jumlah Responden 32 100
4.3. Keluhan Musculoskeletal Disorders
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi keluhan Musculoskeletal
disorders didapatkan 7 orang responden (58,3%) merasakan keluhan
musculoskeletal disorders sedangkan sisanya sebanyak 5 responden
(41,6%) tidak mengalami keluhan Musculoskeletal disorders. Rincian
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders
Keluhan Musculoskeletal disorders Jumlah Persentase (%)
Ya
Tidak
7
5
32
58.3
41.6
100
4.4. Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders Tiap Bagian Tubuh
Dari hasil pengukuran keluhan MSDs ditemukan sebanyak 12 orang
responden (58,3%) mengalami keluhan MSDs. Sedangkan sisanya
sebanyak 5 responden (41,6%) tidak mengalami rasa sakit atau
keluhan MSDs. Berdasarkan hasil kuisioner NIOSH Nordic Body Map
(NBM). Diperoleh bagian tubuh responden yang paling banyak
keluhann nyeri otonya adalah keluhan sakit di bagian punggung bawah
56
sebanyak 15 orang (46,9%), hal ini karena posisi tubuh pekerja yang
harus membungkuk hingga melebihi 90 derajat saat melakukan proses
pengolesan larutan cat peluntur. Kemudian keluhan terbanyak
berikutnya adalah di bagian pergelangan tangan sebanyak 13 orang
(40,6%), hal ini karena adanya pergerakan tangan yang terus-menerus
dan sangat aktif pada saat pekerja mengoleskan larutan cat peuntur,
dimana terbentuk sudut 20 derajat dan putaran pergelangan tangan
pada saat pekerja memegang kuas secara terus-menerus berada dekat
dari putaran tubuh. Kemudian keluhan pada siku dialami oleh 12 orang
(37,5%), hal ini karena posisi lekukan siku mencapai sudut seratus
derajat pada saat tangan memegang kuas dan secara bergantian
tangan bergerak unuk mencelupkan pada wadah larutan peluntur cat,
dan yang paling terberat pada saat penyikatan velg karena posisi siku
tangan yang sangat aktif untuk menyikat disertai adanya pengerahan
tenaga. Selanjutnya, responden yang mengalami keluhan pada bahu
sebanyak 10 orang (31,3%), keluhan pada punggung atas 9 orang
(28,1%). Keluhan pada bahu dan punggung atas ini disebabkan karena
posisi tubuh pekerja yang membungkuk menyebabkan otot punggung
dan bahu yang tertarik karena bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
alamiahnya, semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi.
Selanjutnya keluhan pada lutut ditemukan pada 9 orang (28,1%)
karena posisi lutut yang menekuk saat posisi jongkok pada saat
melakukan penyikatan velg. Keluhan pada paha/ betis ditemukan 8
oang (25,0%) karena paha/ betis yang berusaha menahan beban tubuh
bagian atas pada saat melakukan gerakan membungkuk. Keluhan pada
57
leher 7 orang (21,9%) hal ini tidak terlalu signifikan karena sudut yang
dibentuk leher tidak sampai melebihi 20 derajat, karena lebih dominan
posisi punggung yang membungkuk. Untuk yang paling sedikit
dikeluhkan pekerja adalah pada pergelangan kaki sebanyak 5 orang
(15,6%). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.18
Tabel 4.18. Distribusi Keluhan MSDs Tiap Bagian Tubuh
No Identitas Jumlah Persentase (%)
1. Keluhan pada leher
Nyeri
Tidak Nyeri
5
2
7
71,4
13,2
58,3
2. Keluhan pada bahu
Nyeri
Tidak Nyeri
6
1
7
85,7
27,4
58,3
3. Keluhan pada siku
Nyeri
Tidak Nyeri
5
2
7
71,4
13,2
58,3
4. Keluhan pada punggung atas
Nyeri
Tidak Nyeri
6
1
7
85,7
27,4
58,3
5. Keluhan punggung bawah
Nyeri
Tidak Nyeri
7
0
7
58,3
0
58,3
6. Keluhan pada tangan/ pergelangan tangan
Nyeri
Tidak Nyeri
6
1
7
85,7
27,4
58,3
7 Keluhan pada paha/ betis
Nyeri
Tidak Nyeri
4
3
7
57,1
01,2
58,3
8 Keluhan lutut
Nyeri
Tidak Nyeri
2
5
7
13,2
71,4
58,3
58
9 Keluhan pergelangan kaki
Nyeri
Tidak Nyeri
2
5
7
13,2
71,4
58,3
Grafik 4.1. Keluhan MSDs Tiap Bagian Tubuh
4.5. Hubungan Karakteristik Individu dengan Keluhan MSDs
Karakteristik demografi yang dilakukan perhitungan statistik meliputi
umur, pendidikan, status gizi, dan kebiasaan merokok. Sedangkan
untuk variabel jenis kelamin tidak dapat dilakukan perhitungan statistik
karena sebaran datanya homogen, yaitu seluruhnya adalah laki-laki.
a. Umur
Hasil uji statistik mencatat nilai p = 0,169 (p > 0,05) maka H0
diterima, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
0
1
2
3
4
5
6
7
59
bermakna antara umur dengan keluhan MSDs. Hal ini disebabkan
karena perusahaan tidak mengadakan penerimaan karyawan baik
teknisi ataupun staff selama 3 tahun pada kurun waktu tahun 2013
hingga 2015. Sehingga kondisi ini menyebabkan sebaran distribusi
umur yang tidak normal, dimana umur responden lebih dominan
pada usia <30 tahun, sedangkan sebaran usia >30 tahun sangat
sedikit.
Selanjutnya, pada pekerja dengan usia yang lebih tua objek
pekerjaan greasing dilakukan oleh pekerja yang masih muda
sehingga durasi kerja lebih sedikit tidak sampai memakan waktu 1
jam untuk greasing dan tidak sampai 3 jam untuk proses pelumasan.
Selain itu, pada pekerja dengan usia yang lebih tua cenderung
sangat jarang diberikan lembur kerja dariapada pekerja dengan usia
yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena kebijakan perusahaan
yang mengutamakan kesempatan lembur kerja pada pekerja dengan
usia yang lebih muda. Selain itu, dari sisi ekonomi jelas pekerja
dengan usia yang lebih tua dan memilki masa kerja yang lama
cenderung memilki penghasilan lebih besar daripada pekerja usia
muda. Sehingga pada pekerja dengan usia yang lebih tua tidak
tertarik dengan lembur kerja. Rincian selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.19.
60
Tabel 4.19. Hubungan Umur dengan Keluhan MSDs
Umur
Keluhan MSDs
P PR 95% CI
Ya Tidak Jumlah
> 27 tahun 4 0 4 0,169 1,670 0,826 – 3,380
≤ 27 tahun 3 5 8
Jumlah 7 5 12
b. Pendidikan
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,229, karena nilai p > 0,05
maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Adapun yang
menyebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan
dengan tingkat keluhan nyeri otot skeletal ini adalah karena jumlah pekerja
yang memilki tingakat pendidikan D3/ Perguruan Tinggi ini hanya sebanyak
1 orang dengan usianya 20 tahun. Dengan usia yang dini ini, tentu frekuensi
melakukan pekerjaan Greasing ini masih sangat sedikit dibandingkan
dengan pekerja SMA/ SMK dengan usia yang lebih tua, sehingga pekerja
dengan pendidikan D3/ Perguruan Tinggi ini masih kurang terampil dalam
menghadapi bahaya ergonomi dari pekerjaan greasing ini. Rincian
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20. Hubungan Pendidikan dengan Keluhan MSDs
Pendidikan
Keluhan MSDs
P PR 95% CI Ya Tidak Jumlah
SMA/ SMK 6 5 11 0,229 0,483 0,331 – 0,704
Perguruan Tinggi 1 0 1
Jumlah 7 5 32
61
c. Status Gizi
Berdasarkan perhitungan dari uji statistik ini diperoleh nilai p = 0,038,
karena nilai p < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna
antara status gizi dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Kemudian nilai
PR= 2,545 ini menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami obesitas
memiliki kecenderungan 2,545 kali lebih besar mengalami keluhan
Musculoskeletal disorders daripada kelompok yang tidak mengalami
obesitas.
Keadaan gizi yang berlebihan (obes) dapat berpengaruh terhadap
keluhan nyeri otot. Keadaan tubuh yang obes dengan postur tubuh yang
harus menmbungkuk merupakan tambahan beban yang menyebabkan
peregangan otot berlebih karena tubuh akan berusaha lebih kuat untuk
menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung
bawah. Dan bila hal ini berlanjut terus–menerus, akan menyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang dapat mengakibatkan
HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
Pekerja yang memiliki berat badan berlebih akan mengganggu
kecepatan kerja, sehingga dapat menyebabkan penurunan produktivitas
kerja. Selain itu, obesitas juga memicu terjadinya berbagai macam penyakit
seperti penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain-lain.
Jika kondisi ini tidak dikendalikan maka dapat mengurangi kinerja karyawan.
Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.21.
62
Tabel 4.21. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan MSDs
Status Gizi
Keluhan MSDs
P PR 95% CI
Ya Tidak Jumlah
Obes
(> 24) 0 0 0 0,038 2,545 1,606 – 4,034
Tidak Obes
(≤ 24) 7 5 12
Jumlah 7 5 12
d. Kebiasaan Merokok
Dari hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0, 008, karena nilai p
<0,05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok dengan keluhan Muskuloskeletal disorders. Adanya
hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan nyeri otot rangka ini
adalah karena seluruh pekerja yang berjenis kelamin laki-laki pada dasarnya
memiliki kegemaran merokok lebih besar daripada wanita. Kebiasaan
merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan
untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat
kesegaran tubuh juga menurun.
Laporan hasil pertemuan tahunan American Association of Orthopedy
dic Surgeons di San Fransisco tahun 2001, mendukung teori mekanisme
cedera pada nyeri pinggang, yaitu adanya kerusakan struktur pembuluh
darah pada diskus dan sendi. Pada saat merokok terjadi pelepasan bahan-
bahan beracun yang dapat merusak lapiasan dalam dinding pembuluh
darah. Pembuluh darah yang mengalami kerusakan terlebih dahulu adalah
pembuluh darah kecil, yang berperan menyalurkan zat nutrisi dan oksigen ke
diskus intervertebralis. Selain itu, karbon monoksida juga akan terbawa ke
63
dalam aliran darah yang mengakibatkan kurangnya jumlah asupan oksigen
ke dalam jaringan. Semua hal di atas menyebabkan jaringan kekurangan
nutrisi, terjadi proses degenerasi dan dapat berakibat kematian jaringan
sehingga menimbulkan kelemahan dinding diskus dan dapat menimbulkan
rasa nyeri dan hernia.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, perusahaan memberlakukan
kebijakan mengenai larangan merokok di area perusahaan. Larangan
merokok tersebut selain ditujukan untuk mencegah terjadinya kebakaran dan
ledakan, juga bermaksud untuk meningkatkan derajat kesehatan seperti
jantung dan paru-paru sehingga produktivitas kerja terus meningkat.
Dari hasil perhitungan statistik, juga didapatkan nilai PR= 3,900 yang
menunjukkan bahwa kelompok yang memilki kebiasaan merokok mempunyai
kecenderungan 3,900 kali lebih besar mengalami keluhan Musculoskeletal
disorders daripada kelompok yang tidak merokok. Rincian selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.22.
Tabel 4.22. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs
Kebiasaan
Merokok
Keluhan MSDs
P PR 95% CI
Ya Tidak Jumlah
Merokok 5 0 5 0,008 3,900 1,057 – 14,388
Tidak Merokok 0 7 7
Jumlah 7 5 12
e. Lama Kerja
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,106, karena nilai p > 0,05
maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara lama
kerja dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Kondisi ini disebabkan
64
karena semakin lama masa kerja karyawan, maka tingkat keterampilan dan
pengetahuan karyawan akan semakin bertambah. Dengan jam kerja yang
semakin tinggi dan durasi semakin banyak, maka pekerja sudah terbiasa dan
semakin lebih waspada dalam menghadapi bahaya-bahaya ergonomi seperti
postur tubuh yang janggal terkait kegiatan cleaning ini.
Kemudian, dari hasil penelitian juga mencatat kelompok masa kerja ≤
2 tahun sebanyak 75% yang dominan ini dan usia pekerja yang kebanyakan
masih muda atau ≤ 27 tahun belum terlalu meninggalkan dampak yang
sangat besar terhadap rasa sakit atau nyeri otot rangka sceara menetap
karena kekuatan otot masih lebih kuat. Rincian selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.23.
Tabel 4.23. Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan MSDs
Lama Kerja
Keluhan MSDs
P PR 95% CI
Ya Tidak Jumlah
> 2 tahun 6 2 8 0,106 2,000 1,041 – 3,844
≤ 2 tahun 1 3 4
Jumlah 7 5 12
4.6. Hubungan Karakteristik Pekerjaan dengan Keluhan MSDs
Karakteristik pekerjaan yang diteliti mencakup:
Beban Kerja Fisik
Penilaian beban kerja fisik yang dilakukan yaitu dengan melakukan
pengukuran denyut nadi dan tekanan darah sesaat setelah pekerja selesai
melakukan pekerjaannnya.
65
a. Denyut Nadi
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,00, karena nilai p < 0,05
maka H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara pelatihan
kerja dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Nilai PR = 4,00
menunjukkan bahwa kelompok yang berdenyut nadi kerja berat (> 125
denyut per menit) memilki kecenderungan 4,00 kali lebih besar mengalami
keluhan Musculoskeletal disorders daripada kelompok yang berdenyut nadi
kerja tidak berat (≤ 125 denyut per menit).
Hasil ini sesuai dengan proses kerja cleaning velg roda pesawat
dimana dalam melakukan pengecatan cat peluntur dan penyikatan velg
diperlukan usaha fisik yang kuat selama periode kerja berlangsung.
Pengerahan tenaga pada saat menyikat velg disertai pembebanan
meningkatkan postur tubuh yang membungkuk otot yang besar setiap hari ini
dapat meningkatkan risiko cedera otot skeletal.
Dari hasil pengukuran denyut nadi kerja responden didapatkan hasil
denyut nadi kerja tidak berat dan denyut nadi kerja berat. Perbedaan ini
disebabkan karena jumlah konsumsi oksigen dan suhu tubuh tiap reponden
berbeda-beda. Hasil denyut nadi kerja responden juga sebanding dengan
tingginya tingkat penguapan cairan tubuh melaui keringat. Dimana pada
responden yang berdenyut nadi kerja berat jumlah keringat yang keluar lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang berdenyut nadi kerja sedang.
Dengan durasi 8 jam kerja dan waktu istirahat 1 jam setiap harinya,
disertai selang waktu 1 jam istirahat menunggu cat melekat pada velg roda
masih ditemukan adanya kelelahan kerja yang dialami para pekerja cleaning
ini. Hal ini disebabkan karena gerakan mengecat dan menyikat yang
66
dilakukan dengan kerja otot statis dan berulang (repetitive) sepanjang durasi
kerja. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kinerja yang dapat
menambah tingkat kesalahan kerja dan berakumulasi memberikan peluang
terjadinya nyeri otot, tulang, dan tendon pekerja.4 Rincian selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.25.
Tabel 4.25. Hubungan Denyut Nadi dengan Keluhan MSDs
B. Tekanan Darah
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p =0,589 karena nilai p > 0,05
maka H0 ditolak, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara tekanan
darah dengan keluhan Musculoskeletal disorders. Adapun tidak adanya
hubungan antara tekanan darah dengan tingkatan keluhan nyeri otot ini
adalah karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
seseorang, salah satunya adalah usia. Dimana semakin bertambahnya usia,
semakin bertambah pula tekanan darah yang disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya elastisitas pembuluh darah akan
mengganggu aliran darah ke jantung sehingga mnyebabkan pembuluh darah
kaku dan keras dan tekanan pembuluh darah menjadi tinggi. Selain itu,
tekanan darah secara umum juga dipengaruhi gaya hidup seseorang dalam
mengatur konsumsi makanan sehari-hari. Bahan makanan yang bersumber
Denyut Nadi
Kerja
Keluhan MSDs
P PR 95% CI
Ya Tidak Jumlah
Berat 5 1 6 0,001 4,00 1,388 – 11,528
Tidak Berat 2 4 6
Jumlah 7 5 12
67
natrium seperti garam, penyedap rasa, makan yang diawetkan, makanan
kaleng, dan fast food (makanan cepat saji).
Hasil kuisioner yang didapat menunjukkan usia pekerja responden
yang dominan adalah ≤ 27 tahun sebanyak 21 reponden (66,6%). Angka ini
membuktikan responden masih dalam usia muda yag masih memilki
elastisitas pembuluh darah yang baik sehingga tidak menyebabkan tekanan
darah tinggi/ hipertensi. Rincian selngkapnya dapat dilihat pada tabel 4.26.
Tabel 4.26. Hubungan Tekanan Darah dengan Keluhan MSDs
Tekanan Darah
Keluhan MSDs
P PR 95% CI
Ya Tidak Jumlah
Tidak Normal
(> 140/90 mm Hg) 1 0 1 0,589 1,487 0,607– 3,644
Normal
(≤ 140/90 mm Hg) 6 4 11
Jumlah 7 5 12
Dari hasil uji statistik ditemukan sebanyak 3 variabel bebas yang
mempunyai nilai p < 0,05, perincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel
4.27.
Tabel 4.27. Variabel hubungan bermakna dengan keluhan MSDs
No Variabel Bebas P
1 Status Gizi 0,038
2 Kebiasaan Merokok 0,018
3 Denyut Nadi 0,001
69
Melepaskan Baut dan Mengeluarkan oli atau grease yang lama
Memasang atau memasukkan grease dengan pompa manual
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, diketahui bahwa dari hasil penelitian tentang pengaruh posisi
kerja sebagai faktor determinan terjadinya keluhan Musculoskeletal disorders
pada pekerja cleaning roda pesawat di PT. Harmoni Panca Utama tahun
2015, dapat disimpulkan bahwa :
1. Menjawab pertanyaan penelitian 1, bahwa karakteristik Individu ada
kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal disorders:
Variabel umur tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal
disorders, karena didapatkan nilai p = 0,169 (p > 0,05), menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
Jenis kelamin tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal
disorders, karena seluruhnya berjenis kelamin laki-laki
Pendidikan tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal
disorders, kerena didapatkan nilai p = 0, 229 (p > 0,05), menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
Status gizi obesitas ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal
disorders, karena didapatkan nilai p = 0,038 (p < 0,05), menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna
71
Kebiasaan merokok ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal
disorders, karena didapatkan nilai p = 0,008 (p < 0,05), menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna
Sehingga, dari pertanyaan penelitian 1, dapat disimpulkan bahwa 2
variabel yaitu variabel status gizi obesitas dan kebiasaan merokok ada
kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal disorders.
2. Menjawab pertanyaan penelitian 2, bahwa karakteristik okupasi ada
kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal disorders.
Denyut nadi kerja yang berat ada kaitannya dengan keluhan
usculoskeletal disorders, karena didapatkan nilai p = 0,001 (p < 0,05),
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
Tekanan darah tidak ada kaitannya dengan keluhan Musculoskeletal
disorders, karena didapatkan nilai p = 0,589 (p > 0,05), menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
Sehingga, dari pertanyaan penelitian 2, disimpulkan bahwa 1 variabel
yaitu variabel status denyut nadi kerja berat ada kaitannya dengan
keluhan Musculoskeletal disorders.
3. Menjawab pertanyaan penelitian 3, bahwa : posisi kerja berhubungan
dengan keluhan MSDs, hal ini dapat diterangkan dari adanya hubungan
bermakana dari status gizi berupa obesitas, kebiasaan merokok, dan
denyut nadi kerja. Kondisi ini juga diperkuat dengan perhitungan posisi
kerja dengan metode REBA yang memberikan hasil resiko tinggi dan
diperlukan perubahan saat itu juga.
72
4. Menjawab pertanyaan penelitian 4, bahwa : bagian tubuh yang dialami
keluhan Musculoskeletal disorders ditemukan paling banyak pada
punggung bawah (46,9%) , pergelangan tangan (40,6%) , siku (37,5%),
bahu (31,3%), punggung atas (28,1%), lutut (28,1%), paha/ betis (25%),
leher (21,9%) dan pergelangan tangan 40,6%.
5. Menjawab pertanyaan penelitian 5, bahwa : model pekerja yang baik utuk
kegiatan Pelumasan (Greasing) Unit ini adalah : pekerja dengan indeks
masa tubuh yang normal (antara tinggi badan dan berat badan seimbang)
tidak mengalami obesitas, tidak memiliki kebiasaan merokok, dan memilki
tingkat kesegaran jasmani yang baik.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat menjadi masukan
pada kegiatan cleaning velg roda pesawat ini, antara lain adalah :
5.2.1. Perusahaan
1. Pihak perusahaan sebaiknya melakukan seleksi karyawan
untuk tinggi badan, berat badan, usia dan status kesehatan
yang mungkin dapat mengganggu kinerja, mengingat
pentingnya unsur kecekatan, kecepatan, serta beban fisik
sehingga produktivitas tetap terjaga
2. Selanjutnya, perusahaan menyediakan fasilitas klinik
rehabilitasi medis dan perawatnya rehabilitas medis untuk
memantau kondisi kesehatan para pekerja terutama terkait
keluhan Musculoskeletal disorders, sebaiknya perusahaan
menyediakan pelayanan kesehatan secara rutin, yang dapat
73
dilakukan dengan bekerja sama melaui instansi kesehatan baik
rumah sakit, maupun klinik, karena kondisi pekerja yang sehat
merupakan aset utama perusahaan.
3. Untuk mengurangi tingkat kelelahan karena beban fisik pada
saat, menyikat velg sebaiknya pekerja diistirahatkan setiap 2
jam supaya pekerja mendapatkan penyegaran, pada
pengaturan perbaikan sistem kerja istiraha shift ruangan sejuk
minum
4. Dapat dilakukan rotasi kerja pada kegiatan lainnya yang
mungkin beban kerjanya lebih ringan, sehingga kinerja pekerja
tetap terjaga. Disamping itu rotasi kerja juga dapat menambah
keterampilan, wawasan, serta menghindari rasa jenuh sehingga
tercipta kondisi yang dinamis pada pekerja.
5.2.2. Karyawan
1. Mengingat status gizi yang berpengaruh terhadap tingkat
keluhan nyeri otot rangka ini, disarankan kepada karyawan
untuk selalu menjaga berat badan yang ideal. Karena berat
badan yang berlebih dapat menambah beban tubuh pada saat
melakukan pekerjaan dan mengurangi kecekatan saat bekerja.
Hal ini dpat dilakukan dengan cara berolahraga, dan mengatur
pola makan yang seimbang.
2. Mengingat kebiasaan merokok yang dilakukan para pekerja,
sebaiknya karyawan lebih peduli terhadap kesehatan dengan
tidak mengkonsumsi rokok, atau mengurangi frekuensi dan
74
jumlah rokok sehingga kemampuan paru-paru mengkonsumsi
oksigen tidak menurun dan terjaganya kondisi tubuh yang
segar.
75
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Adnyana. 2005. Ergonomi dalam Industri. Universitas Udayana.
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man: a Texbook of Occupational
Ergonomics. 4th Edition. Taylor and Francis.
Nurmianto, E. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta :
Guna Widya.
Wignjosoebroto. 2006. Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan Produktivitas
dan Kualitas Kerja Industri. Surabaya : Institut Teknik Surabaya
Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R. & Tjakraatmadja, J.H. 1979. Teknik
Tata Cara Kerja. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Wikipedia,The Free Encyclopedia. Musculoskeletal disorders. Tersedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/Musculoskeletal_disorder
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press
OSHA. 1999. Preventing Work-Related Musculoskeletal Disorders.U.S.
Department of Labor. Tersedia di http:// lobby.la.psu. edu/062-
Ergonomics - Standards /Agency-Activities/OSHA / OSHA- Preventing-
Work-Related-MSD.html.
NIOSH. 1981. Work Practices Guide for Manual Lifting. Ohio:Department of
Health and Human Service.
Chaffin et.al. 1991. Second Edition. Occupational Biomechanics. John Wiley
& Sons.Inc : New York.
Ohlsson K, et al. 1989. Self-reported symptoms in the neck and upper limbs
of female assembly workers. Scand J Work Environ Health.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Heru Septiawan. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah pada Pekerja Bangunan di PT Mikroland Property
Development Semarang. Universitas Negeri Semarang.
76
Susan Stock et.al. 2005. Work-Related Musculoskeletal Disorders, Guide
and Tools for Modified Work. National Library of Quebec : Montréal.
Suma’mur, P.K. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
Cetakan 13. Jakarta : Haji Masagung
Bridger, R.S. 1995. Introduction To Ergonomics. New York: Mc. Graw-
Hill,Inc.
Direktorat Gizi Masyarakat. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi
Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta : Depkes RI
Mc. Atamney and Corlett. 1993. Based On RULA -: A Survey Method for
Investigation of Work Related Upper Limb Disorders. Applied
Ergonomics. Tersedia di http://www.rula.co.uk/RULASheet.pdf dan
http://ergo-plus.com/rula-assessment-tool-guide/
Wikipedia,The Free Encyclopedia. Human Factors and Ergonomics.
Tersedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/Human_factors_and_ergonomics
Kroemer, K.H.E, H.B. Kroemer, dan K.E. Kroemer-Elbert. 2001. Ergonomics
How to Design for Ease and Efficiency. New Jersey: Prentice Hall
Rodahl, Kaare. 1989. The Physiologi of Work. London : Taylor and Prancis
Inc.
Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work. Dalam Parmeggiani. L. Editor
Encyclopedia of Occupational Health and Safety 3nd (revised) Ed.
Geneva Ill. 1698-1700.
Hartati, K. 2004. Jus Bagi Penderita Hipertensi. Departemen Farmasi ITB.
[cited 2007 July 26]. Tersedia di: URL: http://www.pikiran
rakyat.com/cetak/ 1004/14/cakrawala/lainnya4.htm
Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah. Jakarta ii + 52 hlm.
Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI. 2007. Pedoman
Pengukuran dan Pemeriksaan dalam Riset Kesehatan Dasar 2007.
Jakarta
Manual Air Craft Wheels and Brakes. 2003. GMF AeroAsia.
Air Craft Engineering and Maintenance. 2006. GMF AeroAsia
77
Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Citra
Sutalaksana, I.Z. 2000. Duduk, Berdiri, dan Ketenagakerjaan Indonesia.
Dalam : Wingnyosoebroto & Wiratno eds. Proceedings Seminar
Nasional Ergonomi. Surabaya : PT. Guna Widya 9-10
Sujarweni, Wiratna. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press
http://health.kompas.com/read/2012/02/27/16273496/18.Jurus.Mengusir.Nye
ri.Punggung. Diunduh pada 27 Februari 2012 16:27 WIB
Smooking and pain (disitasi: 16 mei2011). Tersedia di
http://www.ncpainmanagement.com/smoking&pain. html.
LAMPIRAN I
Beban Kerja Responden
Hari/ tanggal : Riwayat Merokok :
Shift : Berat Badan :
Nama : Tinggi Badan :
Umur : Denyut Nadi :
Masa Kerja : Tekanan Darah :
LAMPIRAN II
HASIL KUESIONER
No Umur
(tahun)
Jenis
Kelamin Pendidikan
Tinggi
Badan (m)
Berat
Badan (kg) IMT Merokok
Lama Kerja
(tahun)
Denyut Nadi
(denyut/ menit)
Tekanan Darah
(mm/ Hg)
1 28 Laki-Laki SMK 1.7 60 22 Ya 3 128 126/ 78
2 22 Laki-Laki SMK 1.6 60 23 Tidak 4 106 111/ 67
3 22 Laki-Laki SMK 1.7 65 23 Tidak 1 108 146/ 92
4 26 Laki-Laki SMK 1.6 56 22 Ya 5 140 113/ 72
5 28 Laki-Laki SMA 1.7 70 24 Tidak 2 128 104/ 65
6 24 Laki-Laki SMA 1.6 57 22 Ya 3 136 137/ 87
7 30 Laki-Laki SMA 1.7 50 18 Tidak 8 112 145/ 92
8 30 Laki-Laki SMK 1.7 55 20 Ya 7 132 127/ 80
9 22 Laki-Laki SMK 1.7 61 21 Ya 4 120 118/ 74
10 22 Laki-Laki SMK 1.6 55 21 Tidak 1 116 111/ 68
11 22 Laki-Laki SMK 1.8 65 21 Tidak 3 136 122/ 74
12 20 Laki-Laki D3 1.8 65 21 Tidak 1 122 136/ 88
LAMPIRAN III
HASIL KUESIONER NORDIC BODY MAP
No Keluhan
MSDs
Leher Bahu Siku Punggung
Atas
Punggung
Bawah
Pergelangan
Tangan
Paha/ Betis Lutut Pergelangan
Kaki
1 Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya
2 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
3 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
4 Ya Tidak ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
5 Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak
6 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
7 Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak
8 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
9 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
10 Ya ya ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak
11 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
12 Ya ya ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak