HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB...

79
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK) DI POLIKLINIK THT-KL RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG (Skripsi) OLEH MAI RISTA NILA SARI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Transcript of HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)TERHADAP ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

(OMSK) DI POLIKLINIK THT-KL RSUD DR. H. ABDUL MOELOEKBANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

OLEHMAI RISTA NILA SARI

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Page 2: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)TERHADAP ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

(OMSK) DI POLIKLINIK THT-KL RSUD DR. H. ABDUL MOELOEKBANDAR LAMPUNG

OlehMAI RISTA NILA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas KedokteranUniversitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Page 3: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN CLEAN AND HEALTHY LIFESTYLE WITH FREQUENCY OF CHRONIC SUPPURATIVE OTITISMEDIA IN POLYCLINIC THT-KL RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

By

MAI RISTA NILA SARI

Background: Chronic suppurative otitis media is a chronic infection in themiddle ear characterized by perforation of tympanic membrane and secretions thatcome out continuously or disappear, serous, mucoid or purulent secretions over 8weeks. The occurrence of chronic suppurative otitis media one of the risk is a lackof patient knowledge of the illness and patient behavior in daily life. This studyaims to determine the relationship of clean and healthy life behavior towardchronic suppurative otitis media.Method: This research is a quantitative analytical descriptive observationalresearch with cross sectional approach. The sample in this study were 54respondents consisting of 29 respondents had chronic suppurative otitis media and25 respondents did not experience chronic suppurative otitis media in polyclinicTHT-KL RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung taken with thetechnique of collecting data consecutive sampling. The instrument of this researchis the questionnaire of clean and healthy life behavior which consists of 12questions. Hypothesis test used is chi square with provision (α = 0,05).Result: The result of this research indicate that the behavior of clean and healthylife toward chronic suppurative otitis media case is 30 (55,6%) respondents haveclean and healthy life behavior bad and 26 (87%) have chronic suppurative otitismedia and 4 ( 13%) did not develop chronic suppurative otitis media. The resultobtained from the chi square test is p-value=0.000 for the clean and healthy lifestyle and p-value=0.000 for chronic suppurative otitis media.Conclusion: There is a relation of clean and healthy life style and chronicsuppurative otitis media in polyclinic THT-KL RSUD DR. H. Abdul MoeloekBandar Lampung.

Keywords: clean and healthy life style, chronic suppurative otitis media

Page 4: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)TERHADAP ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

(OMSK) DI POLIKLINIK THT-KL RSUD DR. H. ABDUL MOELOEKBANDAR LAMPUNG

Oleh

MAI RISTA NILA SARI

Latar Belakang: Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik ditelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluarterus menerus atau hilang timbul, sekret berupa serous, mukoid atau purulen lebihdari 8 minggu. Terjadinya OMSK salah satu faktor risikonya yaitu kurangnyapengetahuan pasien mengenai penyakitnya dan perilaku pasien dalam kehidupansehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PHBSterhadap angka kejadian OMSK.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik deskriptifobservasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian iniyaitu 54 responden yang terdiri dari 29 (53,7%) responden mengalami OMSK dan25 (46,3%) responden tidak mengalami OMSK di poliklinik THT-KL RSUD DR.H. Abdul Moeloek Bandar Lampung yang diambil dengan teknik pengumpulandata consecutive sampling. Instrumen penelitian ini yaitu kuesioner PHBS yangterdiri dari 12 pertanyaan. Uji hipotesis yang digunakan adalah chi square denganketetapan (α = 0,05).Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan PHBS terhadap angkakejadian OMSK yaitu sebanyak 30 (55,6%) responden memiliki PHBS burukyang terdiri dari sebanyak 26 (87%) responden mengalami OMSK dan sebanyak 4(13%) responden tidak mengalami OMSK. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,000 untuk PHBS dan nilai p-value 0,000 untuk OMSK.Simpulan: Terdapat hubungan antara PHBS dengan angka kejadian OMSK dipoliklinik THT-KL RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Kata kunci: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Otitis Media SupuratifKronik (OMSK)

Page 5: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret
Page 6: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret
Page 7: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret
Page 8: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ketapang, Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 14 Mei

1995, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, dari Bapak HM Herman HS dan

ibu Hj. Neli Yani.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Dharma Wanita pada

tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Ketapang pada

tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 6

Kotabumi pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di

SMA Negeri 2 Kotabumi pada tahun 2013. Semasa SMA, penulis aktif sebagai

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi

Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina FK Unila dan menjadi anggota bidang dana

dan usaha pada tahun 2015-2016, selain itu penulis juga aktif sebagai divisi sosial

and partnership di Lampung University Medical Research (Lunar) pada tahun

2015-2016, dan penulis juga aktif di organisasi Gen-C Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung periode 2015-2016.

Page 9: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

Sebuah Karya Sederhana UntukPapah, Ibu,

Dan Keluarga Besarku Tercinta

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada

kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah:6)

“... niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yangberiman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa

derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah:11)

Page 10: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

SANWACANA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Allah yang Maha Pengasih, Allah yang Maha

Penyayang, yang tiada habis memberikan kepada kita kasih dan sayang-Nya,

nikmat dan karunia-Nya, sehingga penelitian ini dapat saya selesaikan. Shalawat

dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik

manusia di muka bumi dengan keteladanan yang abadi hingga kini.

Alhamdulillah atas kehendak dan pertolongan Allah SWT, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Terhadap Angka Kejadian Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) di

Poliklinik THT-KL RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung” sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas

Lampung. Penulis meyakini penelitian skripsi ini tidak akan selesai tanpa

dukungan dan bantuan dari banyak kalangan. Maka dengan ini penulis sampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

Page 11: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

3. dr. Mukhlis Imanto, S.Ked., M.Kes., Sp.THT-KL, selaku Pembimbing

Utama terimakasih atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan ilmu,

bimbingan, saran, dan kritik yang membangun dalam proses serta

penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Roro Rukmi Windi Perdani, S.Ked., M.Kes., Sp.A, selaku Pembimbing

Kedua terimakasih atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan ilmu,

bimbingan, saran, dan kritik yang membangun dalam proses serta

penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc, selaku Penguji Utama atas waktu, ilmu,

bimbingan, saran, dan kritik yang membangun yang telah diberikan;

6. dr. Dwita Oktaria, S.Ked., M.Pd.Ked, selaku Pembimbing Akademik dari

semester awal hingga akhir di FK UNILA yang telah meluangkan waktu

diantara kesibukannya untuk memberikan semangat, masukan dan

motivasi selama ini;

7. Papah ku (HM Herman HS) dan Ibu ku (Hj Neli Yani), kedua orang tua

penulis yang selalu menyelipkan nama penulis di setiap doa mereka, yang

selalu memberikan restu dan ridho di setiap keputusan yang penulis ambil,

kasih sayang dan dukungan yang tak pernah putus, serta semangat dan

motivasi yang tak pernah habis sehingga penulis dapat melewati seluruh

proses pembelajaran dan penyelesaian skripsi ini, semoga kelak penulis

bisa menjadi salah satu sumber kebahagiaan papah dan ibu di dunia dan di

akhirat;

8. Kakak ku Herdison SH dan Hardi Kusuma Jaya HR serta adik ku Hasmi

Maha Riski HR dan Okto Heliyana HR. Terima kasih atas do’a, dukungan,

Page 12: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

semangat, dan kebahagiaan yang senantiasa muncul saat bersama yang

menjadi motivasi bagi penulis, semoga kita dapat berkumpul lagi di surga-

Nya;

9. Keluarga besar HM HERMAN HS, terimakasih atas do’a, dukungan,

semangat, nasihat yang menjadi sumber kekuatan bagi penulis dalam

menyelesaikan proses pembelajaran di FK Unila;

10. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Unila atas ilmu

yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang

menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

11. Seluruh staf Tata Usaha, Akademik, pegawai, dan karyawan FK Unila

yang telah banyak membantu penulis selama proses pembelajaran di FK

Unila;

12. Seluruh staff Poliklinik THT-KL, Rekam Medik dan Diklat Rumah Sakit

Abdul Moeloek Provinsi Lampung terimakasih atas bantuan dan sarannya

selama proses penelitian;

13. Pasien-pasien yang telah bersedia menjadi responden selama penelitian

terimakasih atas bantuan, do’a dan dukungan nya;

14. Terimakasih kepada guru-guruku tersayang yang telah memberikan ilmu

yang sangat bermanfaat untuk penulis;

15. Sahabat-sahabatku echa, wita dan lantani yang selalu menjadi pelipur lara

dan membersamai setiap proses perjalanan menuntut ilmu baik susah

ataupun senang selama di FK-UNILA;

Page 13: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

16. Teman-teman KKN SB15 bang venus, bang posan, zyo, maria dan ara,

terimakasih atas doa, semangat, motivasi dan dukungan kalian serta

kebersamaan kita selama 40 hari di desa;

17. Teman-teman bimbingan dr. Mukhlis, Sp.THT : firdha, sekar, fakih, sarah,

nova dan nadia terimakasih untuk bantuan, semangat dan jadi teman

seperjuangan selama skripsi ini;

18. Teman-teman bimbingan dr. Roro, Sp.A : ulima, vermitia, belmon, niddia

dan veve terimakasih untuk bantuan, semangat dan jadi teman

seperjuangan selama skripsi ini;

19. Keluarga FK Kotabumi 2014, desti, dimas, panji, ice, atika, gita, nabila,

raqi, rifda, terimakasih atas bantuan dan kebersamaan yang telah kita lalui

selama perkulihan;

20. Teman-teman dari smanda kotabumi andre, desti, annisa, jokowi, cae, rizki

aprilia, arisandi, noeril dan sheldy terimakasih untuk setiap canda tawa dan

kebersamaan yang kita lalui;

21. Sahabat-sahabat kecil ku, intan, reres, yesi, maya, terimakasih atas

bantuan, dukungan, semangat serta do’a yang telah kalian berikan;

22. Teman-teman angkatan 2014 (CRANIAL) yang tidak dapat saya sebutkan

satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan, kebahagiaan, suka, duka,

solidaritas selama 3,5 tahun perkuliahan ini, semoga kelak kita semua bisa

menjadi dokter yang baik dan berguna untuk masyarakat;

23. Kakak-kakak dan adik tingkat (angkatan 2002-2017) terimakasih sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran;

Page 14: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

24. Dan semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas segala

kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan, namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Semoga segala

perhatian, kebaikan dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan

dari Allah SWT. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandarlampung, Mei 2018.

Penulis

Mai Rista Nila Sari

Page 15: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 61.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................. 71.3.2 Tujuan Khusus................................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 71.4.1 Bagi Penulis ................................................................................... 71.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ............................................................... 71.4.3 Bagi Institusi Kesehatan ................................................................ 81.4.4 Bagi Masyarakat ............................................................................ 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku ...................................................................................................... 92.1.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .................... 92.1.2 PHBS di Rumah Tangga .................................................................. 102.1.3 Manfaat PHBS Bagi Rumah Tangga ............................................... 112.1.4 Target RumahTangga ber- PHBS ................................................... 12

2.2 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) .................................................... 162.2.1 Anatomi Telinga .............................................................................. 162.2.2 Fisiologi Telinga Tengah ................................................................. 182.2.3 Definisi............................................................................................. 202.2.4 Etiologi............................................................................................. 212.2.5 Bakteriologi Otitis Media Supuratif Kronik ................................... 222.2.6 Patofisiologi Telinga Tengah ........................................................... 232.2.7 Patogenesis....................................................................................... 24

Page 16: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

2.2.8 Faktor Risiko.................................................................................... 262.2.9 Diagnosis ......................................................................................... 38

2.3 Hubungan PHBS dengan OMSK............................................................... 392.4 Kerangka Teori........................................................................................... 422.5 Kerangka Konsep ....................................................................................... 422.6 Hipotesis..................................................................................................... 43

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian........................................................................................ 443.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 44

3.2.1 Tempat Penelitian............................................................................. 443.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 44

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 453.3.1 Populasi ........................................................................................... 453.3.2 Sampel ............................................................................................. 45

3.4 Identifikasi Variabel................................................................................... 483.4.1 Variabel Bebas ................................................................................. 483.4.2 Variabel Terikat ............................................................................... 48

3.5 Definisi Operasional................................................................................... 483.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 493.7 Instrumen Penelitian .................................................................................. 503.8 Uji Instrumen ............................................................................................. 51

3.8.1 Uji Validitas ..................................................................................... 513.8.2 Uji Realibilitas ................................................................................. 51

3.9 Alur Penelitian ........................................................................................... 523.10 Pengolahan dan Analisis Data.................................................................. 53

3.10.1 Pengolahan Data ........................................................................... 533.10.2 Analisis Data .................................................................................. 53

3.11 Etika Penelitian ........................................................................................ 54

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 554.2 Pembahasan................................................................................................ 59

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .................................................................................................... 675.2 Saran........................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 17: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Desain Penelitian……………………………………………………..….44

2. Definisi Operasional Penelitian…………………………………….……48

3. Karakteristik Responden.…………………………………………….….56

4. Jumlah Responden OMSK dan Tidak OMSK……………………….….56

5. Angka Kejadian OMSK…………………………………………...…….57

6. Gambaran PHBS Berdasarkan Jenis Kelamin………………………..….57

7. Hubungan PHBS Terhadap Angka Kejadian OMSK ……..………..…..58

Page 18: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi Telinga…………………………………………….…………..18

2. Telinga Tengah dan Tulang - Tulang Pendengaran…………………….20

3. Gambaran OMSK………………………………………………………39

4. Kerangka Teori Penelitian........................................................................42

5. Kerangka Konsep Penelitian.....................................................................42

6. Alur Penelitian..........................................................................................52

Page 19: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Informed Concent........................................................................70

1.1 Permohonan menjadi responden…..…….…………………...……...70

1.2 Pernyataan kesediaan menjadi responden……………………...…....71

2. Kuesioner...................................................................................................72

3. Validitas dan Reliabilitas...........................................................................77

4. Uji Chi Square...........................................................................................81

5. Surat Izin Penelitian..................................................................................83

6. Persetujuan Etik........................................................................................84

Page 20: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

OMSK merupakan penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok (THT) yang

paling banyak di negara berkembang (Helmi, 2010). OMSK dapat dibagi

dalam kasus-kasus tanpa atau dengan kolesteatoma (Chole RA dan Nason R,

2009). OMSK dengan kolesteatoma sering disebut sebagai tipe bahaya

(Caponetti G dkk, 2009). OMSK tipe bahaya dapat menginvasi tulang dan

mengakibatkan osteomielitis atau destruksi tulang oleh kolesteatoma.

Tendensi OMSK untuk menyebabkan komplikasi tergantung tergantung pada

keadaan patologis yang menyebabkan otorea kronis, biasanya didapatkan

pada tipe bahaya (Ludman, 2011).

Tindakan pembedahan bertujuan menghentikan sekret secara permanen

dengan membersihkan semua jaringan patologis, mencegah kerusakan fungsi

lebih lanjut akibat infeksi dan menghindari penderita dari komplikasi (Helmi,

2010). Kejadian OMSK dengan atau tanpa komplikasi merupakan penyakit

telinga umum di negara-negara berkembang. Beban dunia akibat OMSK

melibatkan 65 sampai 330 juta orang dengan telinga berair. Di India,

dilaporkan terdapat 17,4% penderita dengan otitis media kronis dari seluruh

Page 21: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

2

penderita yang berobat ke salah satu klinik THT, 15% diantaranya dijumpai

kolesteatoma dan 5% mengalami komplikasi (Vikram BK dkk, 2008).

Berdasarkan survey epidemiologi di seluruh dunia, didapatkan 65 sampai 330

juta orang menderita OMSK dengan otorea dan 60% (39 sampai 200 juta

orang) diantaranya mengalami gangguan pendengaran yang signifikan. Pada

tahun 2012 diperkirakan prevalensi OMSK di Indonesia berkisar 5,4% (semua

umur) dan 2,4% prevalensi OMSK di negara-negara tetangga seperti

Vietnam, Thailand, Filipina dan Malaysia (WHO, 2012). Di Indonesia,

menurut Survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Departemen

kesehatan tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1%-5,2% populasi,

usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun dan

penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Prevalensi OMSK di RS Dr

Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1989 sebesar 15,21%. Di RS Hasan

Sadikin Bandung dilaporkan prevalensi OMSK selama periode 1988-1990

sebesar 15,7% dan pada tahun 1991 dilaporkan sebesar 10, 96%. Prevalensi

penderita OMSK di RS Dr Sardjito Yogyakarta pada tahun 1997 sebesar 8,2%

(Depkes, 2003). Survey Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan

Pendengaran terakhir di delapan provinsi Indonesia menunjukan angka

morbiditas THT sebesar 38,6% (Depkes, 2014). Pasien OMSK meliputi 25%

dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

Berdasarkan survey Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran

oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1994-1996, angka kesakitan

(morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) di Indonesia sebesar

Page 22: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

3

38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan

gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media

supuratif kronik antara 2,1-5,2% (Paparella, dkk 2001). Data poliklinik THT

RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2017 menunjukan

pasien OMSK merupakan 16,1% dari seluruh kunjungan pasien.

Prevalensi PHBS di Indonesia pada tahun 2011 masih rendah yaitu 38,7%,

dibandingkan dengan target Nasional sampai tahun 2013 sebesar 65,0%. Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga menghasilkan peta masalah kesehatan

yang terkait dengan PHBS yaitu kurang makan buah dan sayur pada

penduduk umur kurang dari 10 tahun adalah 93,6%, pemakaian air bersih

dalam rumah tangga per orang setiap hari <20 liter adalah 14,4%, yang

menggunakan jamban sendiri adalah 60%, rumah tangga yang tidak ada

penampungan sampah dalam rumah adalah 72,9% (Riskesdas, 2012)

Komplikasi OMSK tipe bahaya mempunyai tanda dan gejala klinis yang khas

serta mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Komplikasi serius

pada OMSK adalah penyebaran infeksi ke sistem saraf pusat. Beberapa

penelitian terdahulu menjelaskan profil penderita OMSK, tetapi tidak

menggambarkan penderita tipe bahaya. Faktor risiko dari OMSK belum jelas,

namun infeksi saluran napas atas berulang dan kondisi sosio-ekonomi yang

buruk, seperti: perumahan padat, higienitas dan nutrisi yang buruk yang

berhubungan dengan perkembangan OMSK (Acuin, 2008).

Page 23: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

4

Faktor-faktor risiko OMSK belum bisa disebutkan dengan jelas dalam

literatur yang ada. Penyakit ini tidak lebih umum dibandingkan OMA yang

sudah banyak dilakukan penelitian pendahuluan dimana kondisi-kondisi yang

menjelaskan hubungan dengan meningkatkan insiden OMSK masih kurang.

Faktor-faktor risiko yang kita ketahui saat ini lebih banyak dari kajian OMA

yang dipakai juga sebagai faktor-faktor risiko OMSK. Hal ini berdasarkan

pengamatan bahwa OMA berulang dapat berkembang menjadi OMSK dan

35% anak yang menderita OMA berulang juga menderita OMSK,

dibandingkan hanya 4% anak yang menderita 5 kali episode OMA, meskipun

angkanya jauh lebih rendah namun angka ini menunjukan bahwa prevalensi

OMSK akibat infeksi bukan merupakan penyebab utama (Acuin, 2004).

Penelitian meta analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa alergi,

riwayat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), riwayat otitis media akut

(OMA), paparan asap rokok dan rendahnya status sosial adalah faktor-faktor

risiko yang penting untuk OMSK. Faktor-faktor risiko yang lain yang belum

di identifikasi harus ditemukan melalui penelitian lebih lanjut dengan kajian

yang teliti (Zhang et al, 2014).

PHBS dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman

penyakit. Dampak PHBS yang tidak baik dapat mengakibatkan terjadinya

suatu penyakit diantaranya yaitu diare, muntaber, disentri, DBD dan OMSK

(Syafrizal, 2002). OMSK sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku

diri sendiri, seperti: kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik, mudah

terkena polusi udara (asap rokok) atau perilaku merokok di dalam rumah dan

Page 24: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

5

nutrisi yang buruk yaitu kurangnya asupan makanan yang bergizi seperti

makan buah dan sayur setiap hari. OMSK dipengaruhi atau ditimbulkan oleh

tiga hal yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus,

dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan

lingkungan (rumah yang kurang ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan

penghuni) (Soepardi dkk, 2007).

Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob yang paling sering

ditemukan pada kasus OMSK diikuti oleh Pseudomonas aeruginosa, diantara

bakteri tersebut, Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang dapat

menyebabkan kerusakan yang progresif pada telinga tengah dan struktur

mastoid melalui toksin dan enzim yang diproduksi oleh bakteri tersebut,

selain itu ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya

OMSK yaitu : riwayat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), alergi, riwayat

otitis media akut (OMA), paparan asap rokok, lingkungan padat dan

rendahnya status sosial (Rout MR dkk, 2009).

Berdasarkan data tersebut, keberadaan OMSK tidak bisa dipandang sebelah

mata saja. Adanya terapi yang sesuai dan efisien untuk dapat mengatasinya

agar tidak menimbulkan komplikasi. Namun, terapi untuk OMSK terkadang

membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus berulang-ulang karena

sekret yang keluar biasanya tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.

Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya perforasi

membran timpani yang permanen. Selain itu juga sumber infeksi lain pada

Page 25: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

6

organ yang berada di sekitar telinga tengah seperti faring, nasofaring, hidung

dan sinus paranasal (Gross ND dkk, 2008).

Pengobatan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu

pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit

menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi

penyembuhan serta menganggu fungsi dan proses infeksi yang terdapat

ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatoma maka mutlak harus dilakukan operasi

dan terapi obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum

dilakukannya tindakan operasi.

Sehingga dalam hal ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan

antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terhadap angka kejadian

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) di Poliklinik THT-KL RSUD. DR. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu

“Apakah terdapat hubungan antara PHBS terhadap angka kejadian OMSK di

poliklinik THT-KL RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung?”

Page 26: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan

PHBS terhadap angka kejadian OMSK di poliklinik THT-KL RSUD

DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran PHBS pada pasien penderita OMSK di

poliklinik THT-KL RSAM

2. Mengetahui gambaran OMSK pada pasien di poliklinik THT-KL

RSAM

3. Mengetahui hubungan antara PHBS dan OMSK pada pasien

penderita OMSK di poliklinik THT-KL RSAM

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Adapun manfaat bagi penulis yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

tentang hubungan PHBS terhadap angka kejadian OMSK.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam

memberikan informasi dan pengetahuan tentang hubungan PHBS terhadap

angka kejadian OMSK.

Page 27: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

8

3. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan yaitu mensosialisasikan tentang hubungan PHBS

terhadap angka kejadian OMSK.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu untuk

menghindari semua kebiasaan yang dapat menjadikan faktor risiko

terjadinya OMSK dalam kehidupan sehari-hari.

Page 28: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

9

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau

objek yang dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan

dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan

menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

usaha untuk penyembuhan apabila sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang

pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai

dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya

sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya.

2.1.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga

anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di

Page 29: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

10

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan

dimasyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2007). PHBS adalah upaya

memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok

dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social

support) dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat

menerapkan cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI,

2011).

2.1.2 PHBS Di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah

tangga Ber-PHBS. Menurut Dapartemen Kesehatan RI (2007) rumah

tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di

rumah tangga yaitu:

a. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan

b. Memberi bayi asi ekslusif

c. Menimbang balita setiap bulan

d. Menggunakan air bersih

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Page 30: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

11

f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

h. Makan buah dan sayur setiap hari

i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah

2.1.3 Manfaat PHBS Bagi Rumah Tangga

a. Bagi Rumah Tangga :

1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3) Anggota keluarga giat bekerja.

4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi

gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah

pendapatan keluarga.

b. Bagi Masyarakat:

1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah

masalah kesehatan.

3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan

Bersumber Masyarakat (UKBM).

Page 31: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

12

c. Sasaran PHBS di Rumah Tangga

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga,

yaitu :

1) Pasangan usia subur.

2) Ibu hamil dan menyusui.

3) Anak dan remaja.

4) Usia lanjut.

5) Pengasuh anak.

2.1.4 Target Rumah Tangga ber- PHBS

PHBS merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja

pemerintah daerah kabupaten/kota di bidang kesehatan, yaitu dengan

pencapaian 70% rumah tangga sehat. Untuk mengukur keberhasilan

sasaran strategis tersebut diatas, maka ditetapkan indikator

“Persentase Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS”. Rumah

tangga berperilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya untuk

memberdayakan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif

dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Rumah Tangga Ber-PHBS

didapatkan dari rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku

hidup bersih dan sehat.

a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang dimaksud

tenaga kesehatan disini seperti dokter, bidan dan tenaga para

medis lainnya.

Page 32: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

13

b. Bayi diberi ASI eksklusif seorang ibu dapat memberikan buah

hatinya ASI eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi mulai usia nol hingga enam

bulan.

c. Balita ditimbang setiap bulan penimbangan bayi dan balita

setiap bulan dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita

tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan di

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5

tahun.

d. Menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti

memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang

tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit.

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun mencuci tangan di

air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan

berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan

sehingga tangan bersih dan bebas kuman.

f. Menggunakan jamban sehat, Jamban adalah suatu ruangan

yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang

terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher

angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi

dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat,

yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak

Page 33: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

14

dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah

sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,

dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan

ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun

dan alat pembersih.

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu lakukan

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga.

PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk

yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga,

tatakan kulkas dan di luar rumah seperti talang air dan lain-lain

yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga

lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3

M (Menguras, Mengubur, Menutup).

h. Makan sayur dan buah setiap hari, konsumsi sayur dan buah

sangat dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam

vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, aktifitas fisik baik berupa

olahraga maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang

sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan

mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar

sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci

pakaian dan lain-lainnya.

Page 34: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

15

j. Tidak merokok di dalam rumah, hal ini dikarenakan dalam satu

puntung rokok yang diisap akan mengeluarkan lebih dari 4.000

bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar dan

karbon monoksida (CO).

Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

3 faktor utama (Notoatmodjo, 2007), yakni :

a. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors).

Faktor-faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku

seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors).

Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada

hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya

perilaku kesehatan maka faktor-faktor ini disebut juga faktor

pendukung. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit,

Page 35: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

16

tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah dan

sebagainya.

c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Factors).

Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong

atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang

meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat tetapi

tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku

para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini

undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun

dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.

2.2 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

2.2.1 Anatomi Telinga

Anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga

tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari aurikula, kanalis

akustikus eksternus sampai membran timpani. Kavum timpani

merupakan rongga yang di sebelah lateral dibatasi oleh membran

timpani, di sebelah medial oleh promontorium, di sebelah superior oleh

segmen timpani dan inferior oleh bulbus jugularis dan nervus fasialis.

Dinding posterior dekat ke atap, mempunyai satu saluran disebut aditus,

yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui

epitimpanum. Pada bagian posterior ini, dari medial ke lateral, terdapat

eminentia piramidalis yang terletak di bagian superior-medial dinding

Page 36: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

17

posterior, kemudian sinus posterior yang membatasi eminentia

piramidalis dengan tempat keluarnya korda timpani. Tuba Eustachius

disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani, bentuknya seperti

huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan antara

kavum timpani dengan nasofaring.

Tuba Eustachius terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Tulang yang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

2. Tulang rawan yang terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3

bagian).

Fungsi tuba Eusthachius untuk ventilasi telinga yang mempertahankan

keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan

udara luar, drainase sekret yang berasal dari kavum timpani menuju ke

nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring menuju ke

kavum timpani. Di dalam kavum timpani terdapat tiga buah tulang

pendengaran (osikel), dari luar ke dalam maleus, inkus dan stapes. Selain

itu terdapat juga korda timpani, muskulus tensor timpani dan

ligamentum muskulus stapedius. Rongga mastoid berbentuk seperti

segitiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa

kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior.

Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah tersebut dan

pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum (Helmi, 2010).

Page 37: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

18

Gambar 1. Anatomi telinga

2.2.2 Fisiologi Telinga Tengah

Tuba Eustachius memiliki 4 fungsi fisiologi terhadap telinga yaitu

sebagai berikut: (Bluestone dan Klein, 2007)

1. Pengaturan tekanan (ventilatory function).

Fungsi ventilasi mengatur agar tekanan udara di telinga tengah sama

dengan tekanan udara luar dengan cara kontraksi dari m. tensor veli

palatini pada saat menelan yang menyebabkan tuba eustachius

terbuka secara periodik, sehingga dapat mempertahankan tekanan

udara di telinga tengah mendekati normal. Fungsi ventilasi tuba

eustachius ini berkembang sesuai usia dimana pada anak tidak

sebaik pada orang dewasa.

2. Proteksi infeksi yang berasal dari daerah nasofaring (anatomic,

immunologic and mucociliary defence).

Proteksi ini dapat terjadi melalui anatomi fungsional tuba

Eustachius – telinga tengah, pertahanan mukosiliar lapisan

membran mukosa dan pertahanan imunologi lokal. Sebagai contoh

Page 38: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

19

saat kita mengunyah maka bagian akhir dari proksimal tuba

eustachius akan terbuka, namun sekret yang berasal dari nasofaring

tidak dapat masuk ke telinga tengah karena terdapat isthmus pada

tuba eustachius. Perlindungan telinga tengah – mastoid juga

dilakukan oleh epitel respiratori lumen tuba eustachius dengan cara

pertahanan imunologi lokal maupun pertahanan mukosilia, yaitu

drainase.

3. Fungsi drainase tuba eustachius (mucociliary clearance and

muscular clearance (pumping action).

Terdapat 2 mekanisme drainase tuba eustachius, yaitu drainase

mukosilia dan muskular. Drainase mukosilia yaitu pergerakan silia

bermula dari bagian telinga tengah kemudian makin ke distal dan

aktif menuju tuba eustachius untuk membersihkan sekret di telinga

tengah. Drainase muskular disebut aksi pompa, yaitu pemompaan

drainase sekret telinga tengah ke nasofaring yang terjadi saat tuba

eustachius menutup secara pasif.

4. Faktor tegangan permukaan (surface tension factor)

Tegangan permukaan lumen tuba eustachius dapat memperkuat

fungsi tuba eustachius seperti hal nya surfaktan dalam paru,

ditunjukkan oleh suatu surfactant-like phospolipid dalam telinga

tengah dan tuba eustachius.

Page 39: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

20

A

B

Gambar 2. Telinga Tengah dan Tulang - Tulang Pendengaran

2.2.3 Definisi

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik di telinga

tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang

keluar terus menerus atau hilang timbul, sekret berupa serous, mukoid

atau purulen lebih dari 8 minggu (Bluestone, Klein, 2007). OMSK

adalah inflamasi kronik dari telinga tengah dan mukosa mastoid dimana

membran timpani tidak intake (perforasi atau terpasang tympanostomy

tube) dan terdapat sekret (Verhoeff et al, 2005).

Otitis media supuratif kronik terdiri dari 2 tipe yaitu OMSK tipe

benigna (aman) dan tipe maligna (bahaya). Kedua tipe tersebut dapat

Page 40: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

21

bersifat aktif atau tenang. Disebut sebagai OMSK tipe maligna karena

dapat menyebabkan berbagai komplikasi berupa gangguan

pendengaran, gangguan keseimbangan, paresis fasialis hingga

komplikasi intrakranial bahkan kematian (Bluestone, Klein, 2007).

Beberapa sistem tatanama dikembangkan untuk membedakan antara

berbagai jenis otitis media, agar didapat pemahaman yang benar tentang

OMSK sehingga penatalaksanaan peradangan telinga tengah tepat

sasaran. Perforasi membran timpani yang menetap dan cairan yang

keluar dari telinga tengah membedakan OMSK dari bentuk lain dari

otitis media kronik. OMSK juga disebut chronic active mucosal otitis

media, oto-mastoiditis kronik dan tympanomastoiditis kronik. Yang

bukan termasuk OMSK adalah otitis media kronik non-suppurative,

otitis media kronik dengan efusi, chronic secretory otitis media, chronic

seromucous otitis media, chronic middle ear catarrh, chronic serous

otitis media, chronic mucoid otitis media, otitis media dengan efusi

persisten dan glue ear (Acuin, 2004)

2.2.4 Etiologi

Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang

pada anak, jarang di mulai setelah dewasa. Otitis media akut dimulai

oleh adanya infeksi virus yang merusak mukosa siliar pada saluran

nafas atas sehingga bakteri patogen masuk dari nasofaring ke telinga

tengah melalui tuba eustachius dengan gerakan mundur (retrograde

movement). Bakteri-bakteri ini memperoleh respon inflamasi yang kuat

Page 41: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

22

dari mukosa telinga tengah sama seperti infiltrasi leukosit. Posisi tuba

eustachius yang relatif horizontal pada anak juga meningkatkan

kerentanan anak untuk terjadinya refluks sekresi dari nasofaring ke

telinga tengah (Chole dan Nasun, 2009).

2.2.5 Bakteriologi Otitis Media Supuratif Kronik

OMSK dapat dibedakan dengan OMA menurut jenis bakterinya. Pada

OMA bakteri yang ditemukan di telinga tengah adalah Streptococcus

pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae dan

Micrococcus catarrhalis. Patogen ini mungkin berasal dari traktus

respiratorius yang menginsuflasi dari nasofaring ke telinga tengah

melalui tuba eustachius pada saat terjadi infeksi saluran pernapasan

atas. Pada OMSK bakteri yang ditemukan mungkin bakteri aerob yaitu:

Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis, Klebsiella sp. Ataupun

bakteri-bakteri anaerob yaitu: Bacteroides, Peptostreptococcus,

Proprionibacterium. Bakteri tersebut jarang ditemukan di kulit liang

telinga, tetapi ini dapat menyebar bila terjadi trauma, peradangan,

laserasi atau kelembaban tinggi. Bakteri ini mungkin dapat masuk ke

telinga tengah melalui perforasi membran telinga kronis. Di antara

bakteri ini, P. aeruginosa yang terutama dianggap paling sering

menyebabkan kerusakan telinga tengah dan struktur mastoid yang

progresif akibat toksin dan enzim-enzim yang dihasilkan (Dhingra,

2007).

Page 42: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

23

Bakteri yang paling sering dapat diisolasi adalah Pseudomonas spp

(43,2%) kemudian diikuti Staphylococcus aureus (31%). Organisme

yang terlibat pada OMSK lebih dominan bersifat oportunistik terutama

yaitu P. Aeruginosa. Penelitian yang dilakukan di negara-negara lain

menunjukkan bahwa P. aeruginosa adalah organisme yang predominan

dan berhubungan dengan sekitar 20%-50% kasus OMSK.

Staphylococcus aureus juga dapat ditemukan namun proporsi sampel

yang positif untuk Staphylococcus aureus berbeda-beda dari penelitian

yang satu dengan yang lain. Pada anak suku Aborigin, OMSK juga

dihubungkan dengan kuman non-typeable H. influenzae yaitu sebesar

22%, sedangkan Streptococcus pneumoniae jarang dapat ditemukan

pada hasil kultur yaitu sebesar 3% (Loy AHC, 2009).

2.2.6 Patofisiologi Telinga Tengah

Bluestone dan Klein (2007) juga menjelaskan patofisiologi telinga

tengah sebagai berikut :

1. Ketidakseimbangan pengaturan tekanan telinga tengah.

Ketidakseimbangan tekanan telinga tengah disebabkan obstruksi

anatomis intralumen, perilumen dan peritubal. Dapat pula

disebabkan kegagalan mekanisme pembukaan tuba (functional

obstruction).

2. Hilangnya fungsi proteksi tuba eustachius.

Disebabkan karena tuba yang abnormal, tuba yang pendek dan

tekanan udara dalam kavum timpani-nasofaring yang tidak normal.

Page 43: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

24

Hilangnya fungsi proteksi juga disebabkan karena telinga tengah

dan mastoid yang tidak intake.

3. Ketidakseimbangan fungsi drainase tuba eustachius (mucociliary

clearance and muscular clearance (pumping action).

2.2.7 Patogenesis

Patogenesis OMSK benigna terjadi karena proses patologi telinga

tengah, pada tipe ini didahului oleh kelainan fungsi tuba, faktor

penyebab utama dari otitis media. Pencegahan invasi kuman ke telinga

tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah

dan terjadi peradangan. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar

masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka

terjadilah proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di

dalam kantong mukosa telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat

dan adekuat dan dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah,

biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan

kembali normal. Respon inflamasi yang timbul adalah berupa

pembengkakan mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada

akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel.

Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi

biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada

akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika

lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya

Page 44: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

25

jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya

(Helmi, 2010).

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani

menetap pada OMSK :

1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang

mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.

2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan

spontan pada perforasi.

3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan

melalui mekanisme migrasi epitel.

Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

yang cepat di atas sisi medial dari membran timpani yang hal ini juga

mencegah penutupan spontan dari perforasi. Tahap awal otitis media

terjadi perubahan patologis pada mukosa dan tulang yang bersifat

reversibel dan berlanjut pada tahap kronik berupa penyakit

mukoperiosteal yang bersifat menetap. Episode otorea berulang dan

perubahan mukosa ditandai dengan osteoneogenesis, erosi tulang dan

osteitis yang terjadi pada tulang temporal dan osikula. Proses ini akan

diikuti destruksi osikula dan perforasi membran timpani yang akan

mengakibatkan gangguan pendengaran (O’Connor dkk, 2009).

Page 45: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

26

2.2.8 Faktor Risiko

Otitis media pada dasarnya merupakan penyakit menular dengan infeksi

bakteri dan virus dalam lingkungan dimana respon imun host akan

melawan terhadap infeksi. Faktor utama yang mempengaruhi risiko

perkembangan otitis media dapat berasal dari faktor pejamu atau faktor

lingkungan. Faktor-faktor ini berinteraksi terutama di nasofaring dan

tuba eustachius (Kong dan Coates, 2009).

Alergi, riwayat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), riwayat otitis

media akut (OMA), paparan asap rokok dan rendahnya status sosial

adalah faktor-faktor risiko yang penting untuk OMSK (Lasisi A.O,

2008). Faktor-faktor risiko yang diduga memiliki peran pada terjadinya

OMSK menjadi faktor pejamu, faktor infeksi, faktor lingkungan dan

faktor sosiodemografi (Bluestone dan Klein, 2007).

1. Faktor pejamu

a. Sistem imun

Sistem imun yang belum sempurna pada anak-anak atau sistem

imun yang terganggu pada pasien dengan defisiensi imun

kongenital, infeksi HIV atau diabetes berperan pada perkembangan

otitis media. Otitis media merupakan penyakit infeksi yang

berkembang pada lingkungan yang pertahanan imunnya menurun.

Hubungan antara patogen dan pertahanan imun pejamu memegang

peranan penting dalam progresifitas penyakit. Kebanyakan data

perkembangan alami kekebalan terhadap pneumococcus dan otitis

Page 46: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

27

media berfokus pada antibodi serum Ig G terhadap polisakarida

pneumococcus. Ig A spesifik mukosa polisakarida pneumococcus

dan antibodi serum Ig G pada anak setelah terpapar perlahan-lahan

meningkat sejalan dengan perkembangan usia melalui serotipe

yang sesuai. Antibodi Ig G dalam serum muncul untuk melindungi

perkembangannya menjadi otitis media tetapi tidak menurunkan

transfer nasofaringeal. Serotipe-antibodi Ig A mukosa spesifik

mengurangi kolonisasi oleh serotipe tertentu. Namun antibodi ini

tidak melindunginya dari kolonisasi dengan serotipe bakteri lain.

Ada kemungkinan bahwa anak dengan OMA berulang

memproduksi serotipe dan antibodi spesifik tetapi gagal

mengembangkan respon antibodi yang luas untuk melindungi

antigen protein yang masih ada. Imunodefisiensi ini mungkin

adalah mekanisme yang membuat anak-anak tertentu lebih rentan

terhadap otitis media.

b. Genetik

Faktor genetik mungkin berperan dalam pengaruh seorang individu

menjadi rentan terhadap timbulnya otitis media. Dalam sebuah

studi di Norwegia yang meneliti pada 2750 pasangan kembar

menyimpulkan bahwa kemungkinan otitis media diturunkan adalah

74% pada perempuan dan 45% pada laki-laki. Gen HLA-A2

dinyatakan berhubungan dengan OMA rekuren tapi tidak termasuk

OME (Kong dan Coates, 2009). Hubungan antara genetik dan otitis

media walaupun sudah dibuktikan pada beberapa studi namun

Page 47: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

28

masih sulit dipisahkan dengan faktor lingkungan. Belum

ditemukan gen spesifik yang berhubungan dengan penyebab otitis

media. Seperti kebanyakan proses penyakit lain, efek dari paparan

lingkungan pada ekspresi gen mungkin berperan penting pada

patogenesis otitis media (Kvestad et al., 2008).

c. Kelainan kongenital

Kejadian OMA banyak ditunjukkan pada anak-anak dengan Down

Syndrom, palatoskisis yang tidak di repair dan gangguan kranio

fasial. Tingginya kejadian penyakit ini berhubungan dengan tuba

Eustachius yang tidak berfungsi dengan baik bersamaan dengan

kondisi kurangnya fungsi mencegah aspirasi sekret dari nasofaring

(Kong dan Coates, 2009).

d. Alergi

Alergi atau atopi merupakan faktor risiko yang signifikan untuk

OMSK. Alergen dalam ruangan dan alergi pada saluran pernapasan

seperti rinitis alergi berkontribusi pada timbulnya OMSK.

Prevalensi kondisi atopik, termasuk rhinitis alergi pada pasien

OMSK berkisar dari 24% sampai dengan 89%. Bukti baru dari

biologi seluler dan imunologi menjelaskan alergi sebagai penyebab

obstruksi tuba eustachius. Orang dengan kondisi alergi atau atopik

lebih beresiko untuk menderita OMSK. Adanya abnormalitas

sinonasal dan rinitis alergi mendukung patogenesis terjadinya

OMSK. Abnormalitas sinonasal akan menyebabkan disfungsi tuba

Page 48: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

29

eustachius yang berperan dalam perkembangan OMSK (Zhang et

al., 2014).

2. Faktor infeksi

a. Riwayat ISPA

Otitis media pada anak-anak umur 6 bulan sampai 3 tahun yang

disebabkan oleh adanya riwayat ISPA sebesar 61%, yaitu 37% OMA

dan 24% OME, dengan etiologi terbanyak adalah infeksi virus

(Revai et al, 2007). Infeksi saluran napas dapat menyebabkan

peradangan dan mengganggu fungsi tuba eustachius sehingga

menurunkan tekanan di telinga tengah diikuti masuknya bakteri dan

virus ke dalam telinga tengah melalui tuba eustachius

mengakibatkan peradangan dan efusi di telinga tengah (Zhang et al,

2014). Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas secara signifikan

meningkatkan risiko otitis media kronik. Pusat penitipan anak bisa

meningkatkan risiko paparan anak-anak terhadap patogen saluran

pernapasan. Hal ini bisa menjadi faktor risiko untuk riwayat ISPA

pada anak-anak. Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh

virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah

satu atau lebih dari gejala seperti tenggorokan sakit atau nyeri telan,

pilek, batuk kering atau berdahak. Kejadian infeksi saluran napas

akut (batuk pilek) dengan onset < 2 minggu atau berulang (kronik

eksaserbasi akut), > 4 kali dalam 3 bulan atau > 6 kali dalam 1 tahun

dengan menunjukkan tanda-tanda akut (Zhang et al., 2014)

Page 49: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

30

b. Riwayat OMA

Imunodefisiensi juga dihubungkan dengan kejadian OMA rekuren

dengan keterlibatan sekresi Ig A yang mempengaruhi perlekatan

bakteri dan virus dan menunjukkan penurunan kolonisasi bakteri

pada nasofaring. OMA rekuren yang tidak berespon pada

pengobatan konvensional dan terapi pembedahan menunjukkan

tingkat IgG2 serum yang rendah, kurang berespon terhadap protein

polisakarida konjugasi vaksin Haemophilus Influenza dan tingkat

antibodi IgG spesifik pneumococcal yang rendah melawan kapsuler

polisakarida 6A dan 19F (Kong dan Coates, 2009 ).

3. Faktor sosiodemografi

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,

tetapi terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan

sosio ekonomi, dimana kelompok sosio ekonomi rendah memiliki

insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan, bahwa

hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet dan

tempat tinggal yang padat. Penelitian dengan tujuan untuk menilai

prevalensi dan profil penyakit telinga tengah pada anak usia 5-12

tahun dengan status sosial ekonomi rendah dan tinggi. Sampel

dibagi menjadi dua kelompok dari sekolah terpilih di Delhi. Kedua

kelompok ini dibandingkan jumlah anggota keluarga, pendapatan

keluarga, tingkat sanitasi dan status pendidikan orang tua sekitar

19,6% anak dengan status ekonomi sosial rendah menderita

Page 50: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

31

penyakit telinga sedangkan hanya 2,13% anak dengan status

ekonomi sosial tinggi menderita penyakit telinga. Terdapat 1473

anak dari sekolah negeri dan swasta memperlihatkan bahwa secara

statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua

populasi tersebut terhadap kejadian OMSK dalam hal status sosio

ekonomi.

a. Usia

Dua puncak insiden otitis media terjadi pada usia 6 bln - 2 tahun

yaitu pada saat anak mulai disapih dan mulai terekspos dengan

kondisi lingkungan dan usia 4-5 tahun pada saat anak mulai

masuk sekolah. Faktor usia juga berpengaruh pada bentuk dan

ukuran tuba eustachius (Kong dan Coates, 2009). Prevalensi

terhadap berbagai kelompok usia belum diketahui secara pasti

namun beberapa penelitian menunjukkan insidensi tahunan

OMSK mencapai 39 kasus per 100.000 anak-anak dan remaja

berusia 15 tahun ke bawah.

b. Jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan di Bangladesh menunjukkan bahwa

anak perempuan relatif lebih banyak menderita OMSK jika

dibandingkan dengan anak laki-laki. Penelitian lain

menunjukkan insiden lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki.

Alasan untuk faktor risiko ini masih belum bisa dijelaskan

(Kong dan Coates, 2009 ). Prevalensi OMSK terbagi rata antara

pria dan wanita sehingga diduga penyakit ini tidak memiliki

Page 51: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

32

kecenderungan untuk diderita oleh jenis kelamin tertentu ( Parry

dan Roland, 2011).

c. Suku

Di Australia, etnis asli secara signifikan meningkat risikonya

penyakit telinga tengah di pemukiman perkotaan, pedesaan dan

daerah terpencil. Hal ini juga terjadi untuk kelompok etnis

lainnya, termasuk penduduk asli Amerika, suku Maori dan

suku Inuit (Kong dan Coates, 2009).

d. Tingkat pendidikan

Tahapan pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan individu, tujuan yang akan dicapai dan kemauan

yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap

perubahan sikap dan perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007).

Di Indonesia tingkat pendidikan dibagi menjadi :

- Tingkat pendidikan rendah meliputi SD, SLTP/sederajat.

- Tingkat pendidikan tinggi meliputi SLTA/sederajat, diploma,

sarjana, magister, doktor dan spesialis yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi.

Penelitian yang dilakukan di Greenland yang menyatakan

semakin tinggi tingkat pendidikan ibu akan menurunkan risiko

terjadinya OMSK. Sebagian besar anak dengan OMSK

mempunyai satu atau lebih faktor risiko. Program pendidikan

mempunyai peranan efektif untuk pengelolaan OMSK.

Page 52: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

33

Semakin tinggi tingkat kepatuhan ibu terhadap program

pendidikan, semakin tinggi pula tingkat respon yang diberikan.

Follow up dan penjelasan tentang pentingnya program ini

merupakan peran penting untuk berkomitmen (Yousuf dkk,

2011)

e. Pendapatan keluarga

Penelitian yang dilakukan Uddin terhadap 1473 anak dari

sekolah negeri dan swasta di kota yang sama (Shaidu) dimana

tidak memperlihatkan banyak perbedaan dalam taraf hidup

yang kaya dan miskin. Satu-satunya parameter status sosial

ekonomi yang signifikan yang dipakai pada penelitian ini

adalah pendapatan keluarga per bulan. Jika studi ini dilakukan

di sekolah perkotaan dan pedesaan mungkin akan menunjukkan

perbedaan yang besar antara dua kelompok tersebut. Terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap kejadian OMSK pada

status sosio-ekonomi tinggi dan rendah. OMSK merupakan

penyakit infeksi yang secara umum berhubungan dengan status

sosio-ekonomi rendah yang juga berkaitan erat dengan kondisi

malnutrisi, kepadatan tempat tinggal, tingkat kesehatan di

bawah standar, infeksi saluran napas atas berulang dan

kurangnya sarana kesehatan yang memadai.

f. Status gizi

Status gizi dapat mempengaruhi keadaan umum seseorang.

Penelitian terhadap pengaruh nutrisi dan vitamin dalam

Page 53: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

34

peranannya mempengaruhi penyakit telinga tengah terutama di

negara berkembang telah banyak dilakukan. Hasil studi case

control terhadap 75 anak dengan OMSK dan 74 anak sebagai

kontrol, mendapatkan anak dengan OMSK memiliki gizi yang

kurang dibandingkan kontrol dengan konsentrasi Zn, Se dan Ca

yang rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan gizi

kurang pada anak, namun yang paling penting adalah

kesanggupan membeli makanan yang bergizi. Uraian status gizi

menurut (Riskesdes, 2013) terdiri dari :

(1) status gizi balita

(2) status gizi anak umur 5 – 18 tahun

(3) status gizi penduduk dewasa

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan

peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila

dibandingkan dengan penggunaan BB/U.

g. Jarak rumah ke fasilitas kesehatan

OMSK merupakan penyakit infeksi yang secara umum

berhubungan dengan status sosio-ekonomi rendah yang juga

berkaitan erat dengan kondisi gizi kurang, kepadatan tempat

tinggal, tingkat kesehatan di bawah standar, infeksi saluran

napas atas berulang dan kurangnya sarana kesehatan yang

memadai. Fasilitas kesehatan yang lebih dekat secara signifikan

juga menurunkan angka serangan otitis media pada anak-anak

Indian Arizona yang hidup di penampungan (Acuin, 2004).

Page 54: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

35

Biaya pengobatan apalagi tindakan pembedahan OMSK masih

terhitung tinggi sementara itu dampak penyakit yang mendasari

menjadi sedemikian kecil sehingga tidak diperhitungkan.

Sehingga perlu menemukan solusi untuk pengobatan OMSK

dengan waktu yang cepat dan biaya yang terjangkau. Penduduk

yang memiliki asuransi kesehatan mempunyai angka kejadian

OMA berulang yang sedikit lebih tinggi mungkin karena

mempunyai akses pemeliharaan kesehatan yang lebih baik,

sehingga diagnosis penyakit telinga dan penyakit yang lain

menjadi lebih baik.

4. Faktor Perilaku (PHBS)

a. Kebiasaan mencuci tangan

Sebagian besar kuman infeksius penyebab OMSK ditimbulkan

oleh kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik. Radang

telinga dapat disebabkan oleh bakteri ataupun virus yang

mengendap di rongga telinga bagian luar, tengah serta dalam.

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun adalah perilaku amat

penting bagi upaya mencegah terjadinya OMSK. Tangan

terkena kuman sewaktu kita bersentuhan dengan bagian tubuh

sendiri, tubuh orang lain, hewan atau permukaan yang tercemar.

Walaupun kulit yang utuh akan melindungi tubuh dari infeksi

langsung, kuman tersebut dapat masuk ke tubuh ketika tangan

menyentuh mata, hidung, telinga atau mulut. Kebiasaan mencuci

Page 55: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

36

tangan dapat diterapkan setelah buang air besar, setelah

menangani tinja anak, sebelum makan atau memberi makan

anak dan sebelum menyiapkan makanan. Mencuci tangan

dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air bersih

dan sabun oleh manusia agar menjadi bersih dan memutuskan

rantai kuman. Perilaku sehat cuci tangan pakai sabun yang

merupakan salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) saat ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini

karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak

hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata

di negara-negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih

lupa untuk melakukan perilaku cuci tangan (Anggrainy, 2010).

Cara mencuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai

berikut: (Depkes RI, 2011)

a. Basahi sampai bersih dan rata tangan kita dengan air bersih

yang mengalir

b. Sabuni telapak tangan kita sampai berbusa

c. Usap-usap kedua telapak tangan

d. Usap kedua bagian punggung tangan

e. Bersihkan jari dan kuku jari kita sampai bersih

f. Bilas dengan air bersih

g. Lap dengan lap tangan atau tisu yang bersih sampai kering

Page 56: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

37

b. Kebiasaan merokok

Paparan asap rokok adalah risiko timbulnya suatu penyakit

pada individu akibat menghirup asap rokok yang berasal dari

lingkungan asap rokok tembakau individu, dapat seorang

perokok pasif maupun perokok pasif (Riskesdas, 2012).

Perokok aktif adalah individu yang melakukan langsung

aktivitas merokok dalam arti menghisap batang rokok yang

telah dibakar. Definisi WHO untuk perokok sekarang adalah

mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu

minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok pada

saat diperiksa. Perokok pasif adalah individu yang menghirup

asap rokok yang dihembuskan oleh individu lain yang

merokok (main stream smoke) atau asap rokok yang berasal

dari rokok yang terbakar (side-stream smoke). Suatu studi

metaanalisis menunjukkan risiko otitis media yang meningkat

yaitu sebesar 66% karena pengaruh paparan asap rokok

(Kong dan Coates, 2009). Paparan asap rokok berkontribusi

meningkatkan risiko terjadinya otitis media kronik, asap

rokok akan menyebabkan gangguan dari fungsi mukosiliar

tuba eustasius. Namun dari penelitian ini tidak didapatkan

hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok dengan

kekerapan terjadinya otorea pada OMSK (Zhang et al, 2014)

Page 57: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

38

c. Kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menghasilkan peta

masalah kesehatan yang terkait dengan PHBS yaitu kurang

makan buah dan sayur pada penduduk umur kurang dari 10

tahun adalah 93,6% (Riskesdas, 2012). OMSK dapat terjadi

karena disfungsi tuba audiotoria kronik, infeksi fokal seperti

sinusitis kronik, adenoiditis kronik dan tonsillitis kronik yang

menyebabkan infeksi kronik atau berulang saluran napas atas

dan selanjutnya menyebabkan terjadinya edema serta

obstruksi tuba audiotoria. Untuk mencegah penyakit saluran

napas berulang dapat dilakukan dengan cara food recall

dalam sehari makan makanan bergizi terutama sayur dan

buah (Utami dkk, 2010)

2.2.9 Diagnosis

Diagnosis OMSK berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis ditemukan gejala keluar cairan dari telinga (otorea) yang

bersifat menetap atau hilang timbul dengan durasi lebih dari 8 minggu.

Cairan yang keluar dapat berupa cairan serous, mukoid atau purulen.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan otoskopi ditemukan adanya

perforasi membran timpani (Bluestone, Klein, 2007)

Page 58: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

39

Gambar 3. Gambaran OMSK

2.3 Hubungan PHBS dengan OMSK

PHBS dipengaruhi oleh perilaku seseorang dan perilaku itu sendiri

terbagi menjadi tiga aspek, yakni: pengetahuan, sikap dan praktik.

Pengetahuan adalah pemahaman subjek mengenai objek yang

dihadapinya. Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun tingkat-

tingkat praktek meliputi, persepsi yaitu mengenal dan memilih

berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

merupakan praktek tingkat pertama. Suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam bentuk tindakan. Penyebab yang mempengaruhi

PHBS adalah faktor perilaku, non perilaku fisik, sosial ekonomi dan

sebagainya, oleh sebab itu penanggulangan masalah kesehatan

masyarakat juga dapat ditunjukkan pada kedua faktor utama tersebut.

Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apabila kondisi

Page 59: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

40

dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan

terjadi (Notoatmodjo, 2012).

PHBS dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit,

misalnya OMSK. OMSK ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan

perilaku, dengan kondisi lingkungan yang mudah terkena polusi udara

(asap rokok) dan perilaku merokok di dalam rumah yang menjadi

kebiasaan kepala dan anggota keluarga lainnya dapat menyebabkan

terjadinya OMSK. OMSK dipengaruhi atau ditimbulkan oleh tiga hal

yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus,

dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan

keadaan lingkungan (rumah yang kurang ventilasi, lembab, basah, dan

kepadatan penghuni). Selain itu, faktor risiko yang secara umum

dapat menyebabkan terjadinya OMSK adalah Faktor Penjamu (Sistem

Imun, Genetik, Kelainan Kongenital dan Alergi), Faktor Infeksi

(Riwayat ISPA dan Riwayat OMA), Faktor Sosiodemografi (Usia,

Jenis kelamin, Suku, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Keluarga,

Status Gizi, Jarak Rumah Kefasilitas Kesehatan) dan Faktor

Lingkungan (PHBS).

PHBS dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari

ancaman penyakit. Dampak PHBS yang tidak baik dapat

menimbulkan suatu penyakit diantaranya adalah diare, muntaber,

desentri, typus, DBD, Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) dan

Page 60: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

41

OMSK. PHBS yang baik dapat memberikan dampak yang bermakna

terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dalam peningkatan derajat kesehatan, status pola gizi dan

pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan agar tercapai derajat

kesehatan yang optimal. Masalah kesehatan lingkungan merupakan

salah satu dari akibat masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk,

masih terikat eratnya masyarakat Indonesia dengan adat istiadat

kebiasaan, kepercayaan dan lain sebagainya yang tidak sejalan dengan

konsep kesehatan (Napu, 2012)

Page 61: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

42

2.4 Kerangka Teori

Gambar 4. Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 5. Kerangka Konsep

Faktor risiko kejadian OSMK :

1. Faktor Penjamua. Sistem Imunb. Genetikc. Kelainan kongenitald. Alergi

2. Faktor Infeksia. Riwayat ISPAb. Riwayat OMA

3. Faktor Sosiodemografia. Usiab. Jenis kelaminc. Sukud. Tingkat pendidikane. Pendapatan keluargaf. Status gizig. Jarak rumah ke fasilitas kesehatan

4. Faktor Perilaku (PHBS)a. Kebiasaan mencuci tanganb. Kebiasaan merokokc. Kebiasaan makan buah dan sayur

setiap hari

Kejadian Otitis MediaSupuratif Kronik

(OMSK)

Perilaku PHBS Kejadian Otitis MediaSupuratif Kronik (OMSK)

Variabel Bebas Variabel Terikat

Page 62: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

43

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah ditetapkan, didapatkan hipotesis

sebagai berikut :

1. Ha : Ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

terhadap angka kejadian otitis media supuratif kronik (OMSK) di

poliklinik THT-KL RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. H0 : Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

terhadap angka kejadian otitis media supuratif kronik (OMSK) di

poliklinik THT-KL RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Page 63: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

44

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa analitik deskriptif

observasional dengan pendekatan cross sectional, karena data penelitian

berupa variable bebas (independent) dan terikat (dependent) dikumpulkan

dalam waktu yang bersamaan (Syahdrajat, 2017).

Tabel 1. Desain Penelitian

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2018.

PHBS

Baik

Buruk

OMSK (+)

OMSK (-)

OMSK (+)

OMSK (-)

Page 64: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

45

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien OMSK dan tidak OMSK yang melakukan pemeriksaan

di poliklinik THT-KL RSUD. DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

pada tahun 2017.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoadmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah

pasien yang menderita OMSK yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi di poliklinik THT-KL RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung.

1. Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

a. Dalam data rekam medik pasien yang terdiagnosis OMSK

dan tidak OMSK di Poliklinik THT-KL RSUD DR. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung selama periode januari sampai

desember 2017 yang memiliki alamat lengkap serta nomor

handphone yang dapat di hubungi.

b. Bersedia menjadi responden.

Page 65: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

46

2. Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu :

a. Pasien yang tidak memiliki alamat lengkap di dalam rekam

medik serta nomor handphone yang tidak dapat di hubungi

b. Pasien yang telah meninggal dunia.

c. Pasien yang memiliki riwayat alergi, kelainan kongenital dan

status gizi buruk di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung.

d. Tidak bersedia menjadi responden.

Rumus penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2009):

n= ]( )n= [ , . √ . , . , . √ . . . . . . ]( , , )n= , .√ . . .√ .( , )n= [ . . . . . . ],n= [ . . ].n= [ , ].n= ,.n=49,3 atau 49 responden

Page 66: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

47

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

Zα= derivat baku alfa (1,96 dengan menggunakan α=0,05)

Zβ=derivat baku beta ( 0,84 dengan mengg unakan β = 0,20)

P1 = Proporsi pada kelompok uji, atau kasus (0,39) (Ristin, 2015)

P2= Proporsi pada kelompok standar, atau kontrol (0,15) (Ristin, 2015)

Q1= (1-P1) = 0,61

Q2 = (1-P2) = 0,85

P1- P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna : 0,24

P= Proporsi total (P1+P2)/2 = 0,27

Q = (1-P) = 0,73

Berdasarkan pertimbangan untuk mengurangi kesalahan acak selama penelitian

berupa ukuran sampel yang tidak cukup besar, ketidaktepatan dalam pengukuran

variabel, maka jumlah sampel ditambah 10% untuk mengantisipasi responden

yang lose to follow up or drop out selama penelitian sehingga menjadi 54

responden penderita OMSK di poliklinik THT-KL RSUD DR. H. ABDUL

MOELOEK BANDAR LAMPUNG.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

consecutive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pemilihan

subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dan

dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi

(Notoatmodjo, 2012)

Page 67: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

48

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah angka kejadian otitis media supuratif

kronik (OMSK) di poliklinik THT-KL RSUD DR. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati atau

diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat

ukur (Notoatmodjo, 2012).

Page 68: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

49

Tabel 2. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Skala Alat Ukur Hasil ukurPerilakuHidup Bersihdan Sehat(PHBS)

Perilaku Hidup Bersihdan Sehat (PHBS)adalah semua perilaku(kebiasaan mencucitangan, kebiasaanmerokok dan kebiasaanmakan buah dan sayursetiap hari) yangdilakukan ataskesadaran sehinggaanggota keluarga ataukeluarga dapatmenolong dirinyasendiri di bidangkesehatan dan berperanaktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatandimasyarakat (DepkesRI, 2007)

Nominal Kuesioner 0. Baik1. Kurang Baik

Otitis MediaSupuratifKronik(OMSK)

Otitis media supuratifkronik (OMSK) adalahinfeksi kronik di telingatengah ditandai denganperforasi membrantimpani dan sekret yangkeluar terus menerusatau hilang timbul,sekret berupa serous,mukoid atau purulenlebih dari 8 minggu(Bluestone, Klein, 2007)

Nominal RekamMedis

0.TidakMengalamiOMSK1.MengalamiOMSK(didiagnosis olehdokter)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari

sumber pertama langsung yaitu seluruh pasien yang mengalami OMSK dan

tidak mengalami OMSK di Poliklinik THT-KL RSUD. DR. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung. Data sekunder merupakan data pasien OMSK dan

tidak OMSK nya telah ada didalam rekam medik. Pada penelitian ini data

Page 69: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

50

primer yang digunakan berupa kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh

responden. Kuesioner yang digunakan bertujuan untuk memperoleh data

mengenai hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap angka

kejadian otitis media supuratif kronik (OMSK) di poliklinik THT-KL RSUD

DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, lengkap, cermat dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan rekam

medik. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berisi pertanyaan–

pertanyaan yang mengarah pada informasi mengenai data yang hendak

diungkap dan sampel diminta untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa

alternatif jawaban yang telah disediakan. Dari kuesioner hubungan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap angka kejadian otitis media supuratif

kronik (OMSK) maka responden akan diminta untuk menjawab pertanyaan

tersebut dengan menceklist jawaban atas pertanyaan yang ada di lembar

kuesioner. Semua penilaian akan diakumulasikan kemudian disesuaikan

dengan tingkatannya. Teknik pemberian skor pada kuesioner ini jika jawaban

yang diharapkan maka diberi nilai 5, jika jawaban kadang-kadang atau tidak

tahu maka diberi nilai 3, dan jika jawaban yang tidak diharapkan maka diberi

nilai 0 (Arikunto, 2010).

Page 70: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

51

3.8 Uji Instrumen

3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang bertujuan untuk menguji sejauh

mana validitas data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner.

Kuesioner dikatakan valid apabila dapat menjawab suatu hal yang

diukur dan suatu pertanyaan dinyatakan valid jika memiliki skor

validitas yang berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Penelitian mengenai “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) terhadap angka kejadian Otitis Media Supuratif Kronik

(OMSK) di poliklinik THT-KL RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung” akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 6

pasien OMSK yang bukan menjadi responden penelitian sesungguhnya.

Validasi dilakukan setelah proposal penelitian disetujui (Notoatmodjo,

2014).

3.8.2 Uji Realibilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrument atau

kuesioner yang digunakan cukup dapat dipercaya dan digunakan

dengan pengukuran yang tetap konstan apabila dilakukan pengukuran

lebih dari 2 kali untuk alat ukur yang sama. Reliabilitas kuesioner diuji

dengan Cronbach’s alpha dengan program SPSS (Notoadmodjo, 2014).

Page 71: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

52

3.9 Alur Penelitian

Gambar 6. Alur Penelitian

Pemilihan bidang dan pengajuan judulpenelitian

Penentuan pembimbing

Pembuatan proposal penelitian

Seminar proposal penelitian

Mengajukan perizinan etik penelitian

Pelaksanaan penelitian

Hasil penelitian

Pengolahan data

Seminar hasil penelitian

Page 72: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

53

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data

Data yang telah didapat dari proses pengumpulan data primer dan

sekunder, kemudian data diolah menggunakan program komputer

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing, pemeriksaan kuesioner atau formulir yang masuk untuk

memeriksa apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah jelas,

relevan, dan lengkap.

b. Coding, perubahan bentuk data ke bentuk yang lebih ringkas

dengan menggunakan kode – kode.

c. Data entry, memasukkan data ke dalam program komputer.

d. Tabulasi, pengelompokkan data dalam bentuk tabel menurut sifat

sifatnya.

3.10.2 Analisis Data

Analisis statistik untuk mengolah data yang diperoleh akan

menggunakan program software pengolah data dimana akan dilakukan

dua macam analisis data yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menentukan

distribusi frekuensi variabel bebas dan variabel terikat. Analisis

bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan

atau perbedaan atau perbandingan dua variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Pengujian analisis bivariat dalam penelitian ini

menggunakan uji chi square. Uji signifikan antara data yang

Page 73: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

54

diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan dengan batas

kemaknaan (α < 0,05) yang artinya apabila diperoleh p < α, berarti ada

hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel

dependent dan bila nilai p > α, berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel independent dengan variable dependent

(Trihendradi, 2013).

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan kaji etik dari bagian etik

penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan

nomor 1404/UN26.18/PP.05.02.00/2018

Page 74: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

67

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Terdapat hubungan yang bermakna antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) yaitu kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik, merokok dan tidak

makan buah dan sayur setiap hari terhadap angka kejadian Otitis Media

Supuratif Kronik (OMSK) di Poliklinik THT-KL RSUD. DR. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Sebagai acuan untuk penderita OMSK agar selalu melakukan PHBS

dengan cara baik dan benar terutama kebiasaan mencuci tangan, tidak

merokok serta makan buah dan sayur setiap hari agar mengurangi

faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya OMSK.

Page 75: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

68

2. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari

faktor risiko terutama indikator PHBS yang lainnya seperti

penggunaan air bersih yang dapat menyebabkan terjadinya OMSK.

3. Bagi masyarakat perlu dilakukan sosialisasi mengenai pola PHBS serta

indikator PHBS sepeti kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik,

merokok dan tidak makan buah dan sayur setiap hari yang dapat

menyebabkan terjadinya OMSK.

4. Bagi Dinas Kesehatan atau Instansi terkait, diharapkan memberikan

pelayanan seperti konseling atau penyuluhan PHBS pada masyarakat

terutama indikator yang dapat menyebabkan terjadinya OMSK yaitu

kebiasaan mencuci tangan yang kurang baik, merokok dan tidak

makan buah dan sayur setiap hari yang dapat menyebabkan terjadinya

OMSK.

Page 76: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

DAFTAR PUSTAKA

Acuin, Jose. 2008. Chronic suppurative otitis media. BMJ ; ClinEvid.

Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Adenosum AA, Ibekwe TS, Olowookere SA. 2012. Pattern of tympanicmembrane perforation in Ibadan : a retrospective study. Annals of IbadanPostgraduate Medicine. 6(2): p. 31-3.

Aduda DS, Macharia IM, Mugwe P, Oburra H, Farragher B, Brabin B, et al.2013. Bacteriology of chronic suppurative otitis media (CSOM) in children inGarissa district, Kenya: a point prevalence study. Into ; Pediatri Otorhinolaryngology. p. 77 : 1107-11.

Agus S, Christanto A, Soepomo S. 2010. Pendekatan molekular (RISA) untukmembedakan spesies bakteri otitis media supuratif kronik benigna aktif.Cermin Dunia Kedokteran. 115(81) : 6.

Anggrainy R. 2010. Cuci tangan menggunakan sabun dalam program mendukungperilaku hidup bersih dan sehat. Fromhttp://www.perilakuhidupbersih(PHBS).com. Diakses pada tanggal 12Januari 2018.

Arikunto. 2010. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek. Jakarta : RinekaCipta.

Bluestone, C.D., Klein, J.O. 2007. Otitis media, atelektasis, and eustachian tubedysfunction. In Bluestone, Stool, Kenna eds. Pediatric otolaryngology. 3rd ed.London: WB Saunders, Philaselphia, 388-582.

Caponetti G, Thompson LDR, Pantanowitz L. 2009. Cholesteatoma ear, nose &throat. Journal; 88: 1196-7.

Chole RA, Nason R. 2009. Chronic otitis media and cholesteatoma. In:Ballenger’s manual of otorhinology head and neck surgery. Connecticut : BCDecker; p. 217-27.

Dahlan MS. 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitiankedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Page 77: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Pedoman upaya kesehatantelinga dan pencegahan gangguan pendengaran untuk puskesmas. Jakarta :Depkes RI.

Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Buletin PHBS di sekolah.Depkes RI, Jakarta.

Dapertemen Kesehatan Repubik Indonesia. 2010. Permenkes RINo.492/Menkes/PER/IV/2010. Tentang persyaratan kualitas air minum.Jakarta : Depkes RI.

Dapertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Perilaku mencuci tangan pakaisabun di Indonesia. www.depkes.go.id diakses pada tanggal 12 Januari 2018.

Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Panduan Praktik klinis bagidokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Jakarta : Depkes RI.

Dhingra PL, 2007. Disease of ear, nose and throat, Edisi 6, New Delhi, Elsevier :67-85.

Djaafar ZA. 2008. Kelainan telinga tengah. Dalam : Buku ajar penyakit telinga,hidung, tenggorokan, kepala dan leher. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008. Hal. 64-85.

Entjang. 2010. Ilmu kesehatan masyarakat. PT Citra Aditya Bakti 6. Bandung.

Gross ND, Mc Menomey SO. 2008. Aural complications of otitis media. In:Glasscock ME, Gulya AJ, editors. Surgery of the ear. 5th ed. BC Decker:Ontario; p.435-4.

Helmi. 2010. Otitis media supuratif kronis. Dalam : pengetahuan dasar, terapimedik, mastoidektomi, timpanoplasti. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Hal 55-72.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia.http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 12 Januari 2018.

Kong K, Coates HLC. 2009. History , definitions, risk factors and burden of otitismedia. MJA. Australia. 191(9). p S39-S43.

Kvestad E, Kvaener K and Mair I. 2008. Labyrinthine fistula detection : Thepredictive value of vestibular symptoms and computerized tamography. Actaotolaryngologica ; p. 622-26.

Lasisi A.O., O.Olayemi, A.E. Irabor. 2008. Early onset otitis media: risk factorsand effect on the outcome of chronic otitis media. Eur arch otorginolaryngol2008 ; 265 : 765-8.

Page 78: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

Ludman H. 2011. Complications of chronic suppurative otitis media. In: Scott-Brown’s Otolaryngology. London: Butterworth, Heinemann; 1997. p. 1- 23.

Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. 2009. Microbiology of chronis suppurative otitismedia. Singapore Med J. p. 43 : 296-9.

Napu, Nur’ain. 2012. Gambaran perilaku kepala keluarga tentang PHBS di desaTunggulo Selatan Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolango.Program studi kesehatan masyarakat peminatan kesehatan lingkungan,fakultas ilmu - ilmu kesehatan dan keolahragaan. Universitas NegeriGorontalo.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : PT. RinekaCipta.

Notoatmodjo S. 2012. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT. RinekaCipta.

O’Connor TE, Perry CF, Lannigan FJ. 2009. Complications of otitis media inIndigenous and non-indigenous children, Med J Aust, 191 (9) : 60-64.

Paparella MM, Adams GL, Leviene SC. 2001. Penyakit telinga tengah danmastoid. Dalam : Effendi M, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar PenyakitTHT. Edisi 6. Jakarta : EGC, hal : 88 – 118.

Parry D, Roland PS. 2011. Middle ear, chronic suppurative otitis, medicaltreatment. Available from : http://emedicine.medscape.com/otolaryngology

Revai K et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis ComplicatingUpper Respiratory Tract Infection: The Effect of Age. Journal of TheAmerican Academy of Family Physician. 76 (11) : 1650-1658.

Riskesdas. 2012. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2011. Jakarta.

Ristin M, 2015. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku mencegahkekambuhan pada pasien otitis media supuratif kronik (omsk) di instalasirawat jalan THT RSD Balung. (skripsi). Jawa Timur : UniversitasMuhammadiyah Jember.

Rout MR, Mohanty D, Vijaylaxmi Y, Kamalesh B, Chakradhar M. 2009.Prevalence of cholesteatoma in chronic suppurative otitis media with centralperforation. Indian Journal of Otology 2012; 18: 7-10.

Sarudji D. 2006. Kesehatan Lingkungan. Cetakan ketiga. Sidoarjo: Media Ilmu

Page 79: HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (P HBS) …digilib.unila.ac.id/32291/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftelinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret

Srivastava A, Singh RK, Varshney S, Gupta P, Bist SS, Bhagat S, et al. 2010.Microbiological evaluation of an active tubotympanic type of chronicsuppurative otitis media. In : Nepalese Journal of ENT & Head Surgery, Vol2, No 2, hal 14-16. Available from: www.solnepal.org.np/pdffiles/second/17-19.pdf diakses pada tanggal 12 Januari 2018.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,dan R&D. Bandung : ALFABETA.

Sutrisno C, Totok. 2004. Teknologi penyediaan air bersih. Rineka Cipta : Jakarta

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J. 2007. Buku Ajar Ilmu KesehatanTelinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher. Edisi VI. Jakarta : FK UI.

Syafrizal. 2002. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan faktor-faktor yangberhubungan dengan PHBS pada keluarga di kabupaten Aceh Barat propinsiAceh. Tesis FKM UI, Depok.

Syahdrajat T. 2017. Panduan penelitian untuk skripsi kedokteran dan kesehatan.Jakarta : Dian Rakyat Jakarta.

Trihendradi C. 2013. Step by step IBM SPSS 21 : Analisis Data Statistik. PenerbitCV. Andi Offset. Yogyakarta.

Utami TF, Bambang U, Kartono S. 2010. Rinitis alergi sebagai faktor risiko otitismedia supuratif kronik. Cermin Dunia Kedokteran. 179(428):9

Vikram BK, Khaja N, Udayashankar SG, Venkatesha BK, Manjurath D. 2008.Clinico-epidemiological study of complicated and uncomplicated chronicsuppurative otitis media. The Journal of Laryngology & Otology; 122: 442-6.

World Health Organization. 2012. Suppurative otitis media burden of illness andmanagement options. Geneva, Switzerland : WHO.

Yousuf M, Majumder KA, Kamal A, Shumon AM, Zamans Y. 2011. Clinicalstudy on chronic suppurative otitis media. 17 (1) : 42-47. Bangladesh JOtorhinolaryngology.

Zhang Y, Min X, Jin Z, et al. 2014. Risk factors for chronic and recurrent otitismedia – A meta Analysis. Plosone ; 1 : p. 1-7.