HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA...

124
HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA NON MUSLIM DALAM SISTEM PEMBAGIAN WARIS (Studi di Yayasan Haji Karim Oie) Skripsi Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Neng Emawati NIM: 11140440000067 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M

Transcript of HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA...

Page 1: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA NON

MUSLIM DALAM SISTEM PEMBAGIAN WARIS

(Studi di Yayasan Haji Karim Oie)

Skripsi

Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Neng Emawati

NIM: 11140440000067

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan
Page 3: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan
Page 4: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan
Page 5: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

iv

ABSTRAK

Neng Emawati. NIM 11140440000067. HUBUNGAN MUSLIM

TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA NON MUSLIM DALAM

SISTEM PEMBAGIAN WARIS ( Studi Di Yayasan Haji Karim Oie ).

Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H / 2018 M. x + 66 halaman + 45

lampiran.

Indonesia dengan berbagai ras serta sukunya yang berbeda-beda, yang tidak

memiliki hukum yang pasti. Salah satunya dalam Pembagian Waris yang selama

ini menjadi sebab rusaknya hubungan dalam kekeluargaan. Hampir semua orang

ingin mendapatkan bagiannya sebagai ahli Waris. Dalam hal Skripsi ini mengkaji

Hubungan Muslim Tionghoa dengan keluarganya Non Muslim Dalam sistem

pembagian Waris.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan muslim

Tionghoa dengan keluarganya (Non Muslim) pada sistem pembagian Waris,

pembagian ahli Waris pada muallaf Tionghoa. Dan analisis penulis terhadap

sistem pembagian Waris muallaf Tionghoa dalam hukum Islam. Penelitian ini adalah penelitian sosiologis-empiris yaitu penelitian teknik lapangan.

Sumber data diperoleh dari data primer dan skunder. Data primer yaitu data yang

berkaitan dengan isu dan diterima langsung dengan cara melakukan wawancara

dengan narasumber yang berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian

ini. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan, buku-buku, jurnal

dan tesis. Pendekatan ini menggunakan kualitatif yaitu, melakukan kajian dengan

deskripsi data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan angka-angka. Adapun

teknik analisis data dilakukan dengan cara kualitatif yang menghasilkan data

deskriptif analisis yaitu, menggambarkan masalah-masalah yang terkait terhadap

kasus-kasus yang diteliti, studi pustaka berupa buku-buku, jurnal, tesis dan artikel,

wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hubungan muslim Tionghoa

dengan keluarganya non muslim dalam sistem pembagian Waris ada yang

mempunyai hubungan yang baik dan tidak baik. Hubungan tersebut menyebabkan

seseorang mendapatkan atau terputus bagiannya sebagai ahli Waris. Sistem

pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan asas kekeluargaan dengan

hasil bermusyawarah dan pembagian sama rata. Analisis pada pembagian Waris

anak perempuan muallaf Tionghoa dengan Hukum Islam berbeda yang mereka

gunakan dengan pembagian secara kekeluargaan. Pembagian Waris anak laki-laki

muallaf Tionghoa dengan hukum Islam sama yaitu dengan bagian 2 kali bagian

dari anak perempuan. Pembagian Waris anak angkat muallaf Tionghoa dengan

hukum Islam berbeda yang seharusnya tidak melebih 1/3 bagian. Pembagian

Waris Wasiat Hibah Muallaf Tionghoa sama dengan hukum Islam.

Kata Kunci : Waris, Islam, Tionghoa

Pembimbing : Hj. Hotnidah Nasution, MA

Daftar pustaka : 1982 s/d 2017

Page 6: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

v

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Hubungan Muslim Tionghoa Dengan Keluarganya

Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi Di Yayasan Haji Karim

Oie)”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia yang

membawa risalah kebenaran yakni baginda Nabi besar Muhammad Saw.,

keluarga serta para sahabatnya yang mulia yang merupakan panutan bagi seluruh

umat manusia di dunia.

Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya bantuan bimbingan,

arahan, dukungan, dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil

Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Program Studi Hukum Keluarga UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H. Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Hj. Hotnidah Nasution, MA Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan akademik, memberikan

motivasi, dan memberikan masukan-masukan dalam penyususnan skripsi ini

dari awal hingga akhirnya dapat terselesaikan;

6. Dr. Hj. Azizah, MA dosen penasehat Akademik yang telah memberikan

arahan-arahan semasa studi;

Page 7: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

vi

7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahaan,

yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa mengurangi rasa hormat

penulis;

8. Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum, Staf Perpustakaan Nasional yang telah memberikan pelayanan

kepada penulis serta memberikan fasilitas untuk mengadakan studi

kepustkaan guna menyelesaikan skripsi ini;

9. Yayasan Haji Karim Oie dan Jamaah Muallaf Yayasan Haji Karim Oie, yang

telah membantu memberikan pelayanan kepada penulis serta memeberikan

akses kepada penulis dalam mencari data-data sebagai rujukan penulis;

10. Yang teristimewa yaitu otang tua Penulis, Bpk. H. Memed Hidayat dan

Ibunda Hj. Titin Kusmawati, kakak penulis Deden Agushoim, Jajang Yusuf,

dan keluaga besar yang telah mencurahkan segalanya, memberikan kasih

sayangnya dan doanya untuk kesuksesan penulis. Semoga selalu diberi

keberkahan oleh-Nya. Amin;

11. Yang teristimewa yaitu sahabat-sahabat penulis, Willy Abimanyu, Mawaddah

Febriani, Nanda Sakinah, Henny Wibowo, Riska Widya Astuti, Yudha

Peratiwi Ningrum, Nur Wahyuni Yusran, Syifa Aulia Eka Putri, Legina

Nadhila Qomarani, Syarifah, Shofiya Yesri Rizqia, Rulia Feriera, Fatimah

Ajeng Aulia, Abdurrahman Shaleh, Izzad Dahlevi, Ilham Ramadhan,

M.Kurnia Putra, Gilang Maflana Putra, Harfina Duata, Satria Tunggara,

Usman, Mbak Nurul HmI Situbondo, Diyah Ayu Lestari HmI Lampung.

12. Seluruh teman-teman mahasiswa Hukum Keluarga angkatan 2014, yang telah

menemani penulis dalam menempuh pendidikan di Program Studi Hukum

Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

13. Seluruh Saudara-Saudara IKPDN (Ikatan Keluarga Pondok Pesantren

Darunnajah) -37, IKPDN- JAKARTA Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan,

yang telah memberi masukan dan menyemangati penulis sampai pada

penyusunan skripsi ini;

Page 8: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

vii

14. Seluruh keluarga HmI Komfaksy 2014 Hukum Keluarga dan Keluarga Besar

HmI Hukum Keluarga terkhusus kepada Kanda Dr. H. Abdul Halim., M. Ag,

kanda Andi Asyraf Rahman, S.Sy., Kanda Muhammad Irpan S.SY., Kanda

Rahmat Ramdani, SH.,Yunda Eka Kurnia Maulida, S.Sy., S.H., M.Kn ,

Yunda Fachra Irfani SH, Yunda Annisa Mutiara, SH., Yunda Mella

Rosdiyana, SH. yang telah dengan sabar mendidik, menasehati, mengayomi

dan menyemangati penulis sampai pada penyusunan skripsi ini;

15. Seluruh Keluarga HmI Komfaksy 2014 yang memberikan Ilmu Organisasi

dan semangat kepada penulis sampai pada tahap penyusunan skripsi ini;

16. Seluruh keluarga HmI Intermedite Training cabang Malang yang telah

menasehati, dan menyemangati penulis sampai pada penyususnan skripsi ini;

17. Keluarga Besar Senat Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum 2017, yang

juga telah memberikan pengalaman dalam berorganisasi dengan baik

dilingkungan kampus, sehingga penulis daat belajar cara mengelola sistem

dengan baik;

18. Kawan-kawan KKN-Tetralogi 2017 yang juga telah memberikan semangat

serta motivasi penulis sehingga penulis sampai pada penyususnan skripsi ini.

19. Kawan-kawan seperjuangan penulis, Mufidatul, Suci Fauziardi, Satria

Erlangga, M.Sidiq, Yuli Noviyani, Hidayatul Fitri, Neilla Dian, Narzalina,

Maurizka Chairani Agza, dan adik-adik saya Ayu Siti, Windia Indri, Suci

Nurindah, Desi, Nur’aini, Rizka Ramadhani, Sarah Nurul Izzati. yang selalu

menemani dan memberi semangat kepada penulis selama berproses di Ciputat

hingga penulisan skripsi ini selesai.

20. Keluraga Besar DPD PUAN Jak-sel yang selalu memberi Ilmu Organisasi,

semangat dan motivasi-motivasi serta sumber-sumber Infoermasi kepada

penulis selama berproses hingga penulisan skripsi ini selesai.

21. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

semoga Allah membalasnya. Amin.

Penulis menyadari perlu adanya perbaikan dalam skripsi ini, maka dari itu

kritik dan saran yang datang dari para pembaca akan penulis perhatikan dengan

Page 9: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

viii

baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk

mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Ciputat, 21 April 2018

Neng Emawati

Penulis

Page 10: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................iii

ABSTRAK .........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................ 6

F. Metode Penelitian ..................................................................... 7

G. Sistemtika Penulisan.................................................................10

BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN ADAT

TIONGHOA

A. Kewarisan Menurut Hukum Islam ............................................ 12

1. Pengertian Kewarisan Islam ................................................ 12

2. Dasar Hukum Kewarisan Islam ........................................... 14

3. Rukun dan Syarat Kewarisan Islam ..................................... 16

4. Asas-asas Hukum Kewarisan Islam ..................................... 18

5. Sebab Terhalangnya Waris .................................................. 20

6. Ahli Waris dan Bagiannya ................................................... 22

B. Kewarisan Menurut Adat Tionghoa ......................................... 31

1. Kewarisan Barat ................................................................... 31

2. Kewarisan Dalam Masyarakat Tionghoat ............................ 33

BAB III PROFIL YAYASAN HAJI KARIM OIE

A. Kondisi Geografis Haji Karim Oie ........................................... 36

B. Masuknya Muslim Tionghoa Di Yayasan Haji Karim Oie ...... 37

C. Struktur Yayasan Haji Karim Oie ............................................. 39

D. Peran Yayasan Haji Karim Oie ................................................. 41

E. Kegiatan Yayasan Haji Karim Oie ........................................... 42

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS PADA MUALLAF

TIONGHOA DI YAYASAN HAJI KARIM OIE

A. Hubungan Muslim Tionghoa Dengan Keluarganya

(Non Muslim) Pada Sistem Pembagian Waris ......................... 45

1. Hubungan Yang Baik ......................................................... 46

2. Hubungan Yang Tidak Baik ............................................... 48

B. Sistem Pembagian Ahli Waris pada Muallaf Tionghoa............ 50

1. Anak Perempuan ................................................................. 50

Page 11: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

x

2. Anak Laki-laki .................................................................... 51

3. Wasiat Hibah ...................................................................... 52

4. Anak Angkat ....................................................................... 52

C. Analisis Penulis Terhadap Waris Muallaf Tionghoa Dengan

Hukum Islam ............................................................................ 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 60

B. Saran ......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia yang diatur Allah dapat dikelompokan menjadi

dua yang pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan lahir manusia

dengan Allah sang penciptanya. aturan ini dinamakan “hukum ibadat”

Tujuannya untuk menjaga hubungan atau tali persaudaraan antara Allah

dengan hamba-nya yang disebut juga hablu minallah. Kedua, berkaitan

dengan alam sekitarnya. Aturan ini disebut “hukum muamalat” Tujuannya

untuk menjaga hubungan antar manusia dan alamnya atau yang disebut

“hablu minannas”. Diantara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia

adalah aturan tentang harta warisan yaitu, harta dan pemilikan yang timbul

sebagai akibat dari suatu kematian seseorang. Harta yang ditinggalkan oleh

seseorang yang telah meninggal memerlukan pengaturan tentang siapa yang

berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana cara

mendapatkannya.1

Hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan

Al-hadits yang mengatur segala perbuatan hukum bagi masyarakat yang

menganut agama Islam salah satunya mengenai kewarisan.2 Umumnya

negara-negara Islam atau Negara-negara yang mayoritas muslim yang

memiliki Undang-undang yang mengatur Hukum Kewarisan (Faraidh)

sebagai bagian dari hukum keluarga secara utuh dan menyeluruh. Hukum

Kewarisan Islam mengatur peralihan harta seseorang yang telah meninggal

kepada yang masih hidup.3

Muhammad Amin Suma dalam Hukum Kewarisan Islam adalah

hukum yang mengatur peralihan pemilikan harta peninggalan (tirkah)

1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,

3. 2 Moh. Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif Di Indonesia: Edisi Revisi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), h., 7. 3Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,

5.

Page 13: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

2

pewaris, menetapkan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli Waris,

menentukan berapa bagian dan masing-masing ahli Waris.4

Hukum Waris menurut konsepsi hukum perdata barat yang

bersumber pada kitab Undang-undang Hukum Perdata BW ( Burgerlijk

Wetboek), tentang hak mewaris di-indentikan dengan hak kebendaan yang

akan diwariskan.5 Dengan itu hanyalah hak dan kewajiban yang berwujud

harta kekayaan yang merupakan Warisan yang akan diwariskan.

Di Indonesia hukum perdata sampai sekarang masih beraneka

ragam (Pluralisme), belum mempunyai kesatuan hukum yang dapat

diterapkan untuk seluruh Warga Negara Indonesia. Hukm Waris BW

berlaku bagi orang-orang Tonghoa dan Eropa. Hukum Waris Adat berlaku

bagi orang-orang Indonesia Asli sedangkan Hukum Waris Islam berlaku

bagi orang-orang Indonesia Asli yang beragama Islam.6 sedangkan

menurut hukum adat di Indonesia garis pokok penggantian ialah suatu cara

untuk menentukan siapa sesungguhnya ahli Waris di antara Orang- orang

yang sekelompok. keutamaanya dalam lingkungan keluarga si pewaris dan

berapa bagian masing-masing ahli Waris jika hukum Kewarisannya

mengizinkan pembagian.7

Masyarakat Tionghoa merupakan salah satu etnik kelompok yang

menyebar diseluruh Indonesia. Tionghoa sebutan lain untuk Cina yang

sudah resmi menjadi Warga Negara Indonesia. Dengan lahirnya Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang status kependudukan mereka pun beralih menjadi warga

Negara Indonesia.8 Masyarakat Tionghoa ini awalnya bergabung dalam

persatuan Tionghoa di Indonesia tahun 1948 yang disebut dengan (PITI),

4 Muhammad Amin Suma, Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2004), h., 108. 5 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: CV Pedoman

Ilmu Jaya, 1992, Cet. Pertama), h., 74. 6 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata,, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h., 189. 7 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral, ( Jakata: PT. Tintamas Indonesia, 1982), h., 19.

8 Permata Press, Undang-Undang Perkawinan Dan Administrasi Kependudukan

Kewarganegaraan, (Jakarta: Permata Press, 2015), h., 185.

Page 14: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

3

kemudian tahun 1950 mengubah namanya menjadi partai demokrasi

Tionghoa Indonesia (PDTI).9 Akan tetapi beberapa masyarakat Tionghoa

di Indonesia bergabung dengan salah satu Yayasan. Salah satu Yayasan itu

bernama Haji Karim Oie yang mempunyai tujuan untuk pembauran orang-

orang Cina yang ingin menjadi muallaf dan mendapatkan legalitas sebagai

muslim.

Pada masyarakat golongan Tionghoa dalam pelaksanaan Waris

diberlakukan Undang-undang Hukum perdata BW (Burgerlijik Wetboek)

yang sifatnya mementingkan hak perseorangan atas kebendaan. Namun

dalam kenyataannya tidak semua ketentuan yang diatur di dalam kitab

Undang-undang Hukum Perdata diikuti terkadang dikesampingkan.

Seperti ketentuan tentang pewarisan sebagaimana diatur dalam buku II

kitab Undang-undang Hukum Perdata.10

Sebagai salah satu bagian dari

keberagaman suku bangsa masyarakat Tionghoa mempunyai kebiasaan

tersendiri yang sebagian besar berbeda dengan masyarakat asli Indonesia.

Dikarenakan masyarakat Tionghoa mempunyai sifat kekeluargaan yang

sangat kental dengan keseharian adat istiadat yang masih dilaksanakan.

Seperti perayaan Cap Go Meh, Imlek dan hari-hari besarnya.

Keadaan ini terjadi dalam bidang Hukum Kewarisan pada

masyarakat Tionghoa yang berbeda dengan Kewarisan Hukum Islam yaitu

karena hubungan perkawinan, karena adanya hubungan darah, karena

kemerdekaan si mayit dan karena sesama Islam.11

Sedangkan yang

menjadi sebab seseorang menjadi ahli waris menurut Tionghoa karena

adanya hubungan kekeluargaan dan Kekerabatan.12

Namun tidak

selamanya ahli waris yang memiliki salah satu sebab Kewarisan dalam

kedua agama tersebut akan selalu mendapatkan warisan dari si mayit. Ada

9 Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES

Indonesia, 2015), h., 259. 10

Febbe Joesiaga, Pelaksanaan Pembagia Warisan Secara Adat Pada Masyarakat

Tionghoa Di Kota Surakarta, Tesis: Magister Kenotariatan, Semarang: 2008, h., 6. 11

Suhrawadi K.Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2008), h., 55. 12

Interview Pribadi dengan Rika, Jamaah Yayasan H. Karim Oie, Jakarta, 18 Februari

2018.

Page 15: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

4

beberapa harta warisan hilang dan penghalang yang menyebabkan seluruh

bagian harta warisan itu hilang. Sedangkan yang menjadi golongan Ahli

Waris dalam Islam itu sendiri dikelompokan menjadi tiga yaitu, Ashab Al-

furudh, Asabah dan Zaw Al-arham. Meskipun Hukum Islam maupun

Tionghoa telah mengatur berbagai persoalan mengenai Waris dengan

sedemikian rupa namun pada kenyataanya tidak semua aturan-aturan

selalu dapat dipahami dan dipatuhi oleh masyarakat, baik masyarakat

Tionghoa kepada muslim Tionghoa itu sendiri. Hal ini tidak lain karena

mereka menganggap bahwa Hukum Adat lebih adil untuk diterapkan

dibandingkan dengan hukum agama.

Latar belakang tersebut yang mendasari penulis tertarik untuk

membahas lebih dalam bagaimana proses pembagian Warisan dalam

bentuk skripsi yang berjudul: “HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA

DENGAN KELUARGA NON MUSLIM DALAM SISTEM

PEMBAGIAN WARIS (STUDI DI YAYASAN HAJI KARIM OIE).

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah kumpulan masalah-masalah yang

berkaitan dengan tema yang dibahas. Ragam masalah yang muncul pada

narasi latar belakang diatas akan di paparkan sebagai berikut:

1. Bagaimana kewarisan menurut hukum islam?

2. Bagaimana sistem kewarisan menurut hukum perdata?

3. Dan bagaimana penerapan kewarisan menurut hukum islam dan hukum

perdata?

4. Bagaimana Hubungan Muslim Tionghoa dengan keluarganya (Non

Muslim) pada sistem pembagian waris?

5. Bagaimana sistem pembagian ahli Waris muallaf Tionghoa?

6. Bagaimana Analisis pada Sistem pembagian waris muallaf Tionghoa

dengan Hukum Islam?

Page 16: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

5

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas hingga menyebabkan

pokok permasalahan tidak terarah, maka penulis membatasi pada

permasalahan utama, yaitu: “Hubungan Muslim Tionghoa dengan

keluarganya (Non muslim) pada sistem pembagian waris”

Untuk lebih memperjelas penelitian, maka perlu dirumuskan pokok

permasalahan yang akan diteliti dalam skrispi ini, yaitu:

1. Bagaimana Hubungan Muslim Tionghoa dengan keluarganya (Non

Muslim) pada sistem pembagian waris?

2. Bagaimana sistem pembagian ahli waris muallaf Tionghoa?

3. Bagaimana Analisis pada sistem pembagian Waris muallaf Tionghoa

dengan Hukum Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Peneliti bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tetang bagaiman sistem

pembagian waris pada Komunitas Muslim Tionghoa di Yayasan H. Karim

Oie. Tujuan tersebut dapat di paparkan berikut ini:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Muslim Tionghoa dengan

Keluarganya (Non Muslim) pada sistem pembagian Waris.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem pembagian ahli waris muallaf

Tionghoa.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Analisis pada sistem pembagian waris

muallaf Tionghoa dengan Hukum Islam.

Apabila tujuan-tujuan penelitian telah dapat dicapai, penelitian ini

diharapkan dapat berguna untuk:

1. Memberikan informasi ilmiah bagaimana Hubungan Muslim Tionghoa

dengan Keluarganya (Non Muslim) pada sistem pembagian waris

2. Memberikan informasi ilmiah kepada peminat yang ingin mengetahui

bagaimana Sistem pembagian ahli Waris pada muallaf Tionghoa

3. Memberikan informasi ilmiah kepada peminat dari hasil analisis pada

sistem pembagian Waris muallaf Tionghoa dengan Hukum Islam untuk

Page 17: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

6

menambah wawasan kepada peminat yang ingin mengetahui sistem

pembagian Waris muallaf Tionghoa dengan Hukum Islam.

E. Review Studi Terdahulu

Tinjauan Pustaka ini bertujuan untuk menetakan penelitian yang sudah

ada serta dapat menjadi inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian. Ada

beberapa penelitian yang mempunyai tema yang hampir sama namun

objeknya berbeda. Diantaranya sebagai berikut:

NO JUDUL PEMBAHASAN PERBEDAAN

1 Pelaksanaan

Pembagian Warisan

Secara Adat Pada

Masyarakat Tionghoa

di Kota Surakarta.

oleh Febbe Joesiaga,

SH Tahun 2008

Tesis tersebut

membahas

pelaksanaan harta

warisan secara adat,

dan adanya sengketa

pewarisan secara adat

pada masyarakat

Tionghoa di Kota

Surakarta.

Perbedaan pada tesis

tersebut dengan skripsi

penulis, Tesis tersebut

membahas pelaksanaan

Warisan Adat, dan sengketa

Warisan Secara Adat Pada

Masyarakat Tionghoa di

Kota Surakarta, sedangkan

penulis membahas hubungan

muslim Tionghoa dengan

keluarganya non muslim

dalam sistem pembagian

waris pada Jamaah Mualaf

Tionghoa di Yayasan Haji

Karim Oie.

2 Pilihan Hukum

Masyarakat Tionghoa

dalam Penyeselaian

Pembagian Waris Di

Pekalongan. Oleh Isti

Sulistyorini, SH

Jurnal tersebut

membahas bagaimana

penerapan hukum,

proses pembagian

waris dan siapa aja

yang digolongkan

perbedaan pada jurnal

tersebut dengan skripsi

penulis, Jurnal tersebut

membahas bagaimana

penerapan hukum, proses

pembagian waris dan siapa

Page 18: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

7

Tahun 2008 sebagai ahli waris

pada keturunan

Tionghoa.

saja yang digolongkan

menjadi ahli waris pada

keturunan Tionghoa.

Sedangkan penulis

membahas hubungan

muslim Tionghoa dengan

keluarganya non muslim

dalam sistem pembagian

waris pada Jamaah Mualaf

Tionghoa di Yayasan Haji

Karim Oie.

3 Sistem Kewarisan

Muslim Tionghoa

Dalam Presfektif

hukum Islam oleh

Muhammad Zainul

Faizin, Tahun 2015

Skripsi tersebut

membahas tentang

pembagian Waris

Muslim Tionghoa di

Indonesia yang sesuai

dengan kaidah hukum

Waris Islam.

Perbedaan pada Skripsi

dengan skripsi penulis,

Skripsi ini membahas

pembagian Waris Muslim

Tionghoa di Indonesia yang

sesuai dengan kaidah hukum

Waris Islam, sedangkan

skripsi penulis membahas

hubungan muslim Tionghoa

dengan keluarganya non

muslim dalam sistem

pembagian waris pada

Jamaah Mualaf Tionghoa di

Yayasan Haji Karim Oie.

F. Metode Penelitian

Dalam membahas maalah penelitian ini, maka diperlukan suatu

metode ntuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang akan

dibahas secara jelas. Terdapat beberapa metede yang penulis gunakan anatara

lain:

Page 19: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

8

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian sosiologis- empiris,

sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai Ilmu

pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.13

Sedangkan empiris yaitu suatu metode yang mengutamakan keadaan nyata

suatu masyarakat dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum didalam

lingkungan masyarakat. Jadi yang dimaksud adalah metodologi yang

dilakukang dilapangan (field research) dengan menggunakan metode dan

penelitian teknik lapangan.14

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

metode deskriftif kualitatif data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan

bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode

kualitatif.15

Dengan demikian, penelitian akan berisi kutipan-kutipan data

untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut

mungkin berasal dari dari naskah wawancara, catatan lapangan, videotape,

dokumen pribadi, catatan alat memo, dan dokumen lainnya.16

Metode

yang digunakan dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan

antropologis, beberapa antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai

pengetahuan yang diperoleh manusia menimbulkan perilaku.

3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat analisis yang dilakukan secara kualitatif, yaitu

dari data yang diperoleh setelah itu disusun secara sistematis kemudian

dianalisa secara kualitatif guna mencapai kejelasan terhadap permasalahan

13

Musakkir, Karakteristik Kajian Sosiologi Hukum dan Psikologi Hukum, Artikel ini di

akses dari https://muskkir.page.tl/ pada 22 september 2015 pukul 23:28 WIB 14

Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta: PrenadaMedia Group, 2014), h., 24. 15

Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, h.,

43. 16

Soerjono Soekanto, PengantarPenelitian Hukum , (Jakarta: Ui Pers, 1984), h., 13.

Page 20: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

9

yang akan dibahas.17

Setelah analisis data maka hasilnya akan disajikan

secara deskriftif yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan dengan

apa yang sesuai dengan permasalahan yang ada. bertujuan untuk

mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada situasi sekarang.

Teknik pengumpulan data yang digunakan harus disesuaikan dengan

keefektifan alat pengumpul data, efesien pelaksanaan pengumpulan data,

serta relevansi teknik yang digunakan dengan jenis metode yang

digunakan.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Haji Karim Oie, di Jakarta Pusat.

yayasan ini sering disebut yayasan orang-orang Tionghoa, tetapi nyatanya

yayasan ini bukan komunitas tapi memang real ini adalah yayasan yang

bertujuan sebagai pembaruan orang-orang Tionghoa yang ingin

Mengislamkan dirinya dan mendapatkan Legalitas yang sudah menjadi

Warga Negara Indonesia.

5. Kriteria dan Sumber Data

a. Data Primer yaitu data yang berkaitan dengan isu dan diterima

langsung dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber yang

berhubungan dengan penelitian ini dengan mengajukan beberapa

pertanyaan yang sudah dirumuskan dalam penelitian ini. Yang

dilakukan di Yayasan Haji Karim Oie.18

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan dengan

membaca, mengkaji berbagai literature dan refrensi lain seperti buku-

buku, beberapa jurnal dan tesis maupun artikel yang terkait dengan

objek yang diteliti.19

17

H.B. Sutopo, metodologi Penelitian Hukum Kuantitatif Bagian II, Surakarta,

UNSPress, 1998,. h. 37 18

Peter Mahmud Marzuki, Penelitin Hukum, (Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2005), h., 187. 19

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001)., h, 14

Page 21: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

10

6. Teknik Pengumplan Data

a. Studi Pustaka

Kajian pustaka yang digunakan untuk mencapai pemahaman.

Bahan yang digunakan untuk kajian ini yaitu buku-buku yang

berkaitan dengan penelitian, jurnal, artikel yang beraitan dengan

Sistem pembagian Kewarisan Muslim Tionghoa di yayasan Haji

Karim Oie.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan untuk penelitian dan hasil wawancara bisa

membantu memberikan data penulis.20

untuk menjawab pertanyaan

maka penulis mempersiapkan terlebih dahulu beberapa pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan melalui wawancara kepada orang yang

dapat dipercaya dan dapat membantu. dalam hal ini penulis

melakukan wawancara kepada ketua Yayasan dan Anggota Jama’ah

yang ada di yayasan Haji Karim Oie, untuk mendapatkan bukti yang

kuat sebagai penguat.

c. Observasi

Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan metode

observasi yang merupakan salah satu pengumpulan data dengan

meream berbagai fenomena untuk bahan analisis.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini, peneliti membahas lalu menguraikan

masalah yang dibagi dalam 5 (lima) bab, dan setiap bab berisikan beberapa

sub-bab bab. Penyusunan yang seperti ini dimaksudkan agar dapat

menguraikan setiap permasalahan dengan baik dan terperinci. Adapun

sistematika yang dimaksud adalah sebagai berikut:

20

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, ( Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group,

2005), h., 206.

Page 22: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

11

Pertama, membahas latar belakang permasalahan, pembatasan dan

perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (Review)

kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Kedua, membahas tentang konsep kewarisan pada umunya yang

sesuai dengan hukum Islam dan Adat Tionghoa yang mencakup uraian

tentang pengertian kewarisan Islam, Rukun dan Syarat Kewarisan Islam,

Dasar Hukum Kwarisan Islam, Asas-Asas hukum kewarisan Islam, sebab

terhalangnya warisan, ahli waris dan bagiannya, sistem kewarisan dalam adat

Tionghoa.

Ketiga, membahas profil Yayasan H.Karim Oie, dimulai dari kondisi

geografis Yayasan H.Karim Oie, Mauksnya Muslim Tionghoa di Yyasan

H.Karim Oie, Peran Yayasan H.Karim Oie terhadap Muslim Tionghoa, dan

Kegiatan Yayasan H.Karim Oie.

Keempat, menganalisa sistem pembagian harta waris dalam adat

Tionghoa, bagaimana hubungan Muslim Tionghoa dengan keluarganya (Non

Muslim) pada sistem pembagian waris, sistem pembagian ahli Waris muallaf

Tionghoa dan analisis penulis terhadap Waris muallaf Tionghoa dengan

hukum Islam.

Kelima, kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah

diuraikan sebelumnya. Serta saran-saran yang dapat disampaikan dalam

penelitian ini.

Page 23: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

12

BAB II

Kewarisan Di Indonesia Menurut Hukum

Islam Dan Adat Tionghoa.

A. Kewarisan Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Kewarisan

Secara bahasa kata ميراث harta peninggalan yang ditinggalkan oleh

si mati dan diwarisi oleh yang lainnya. Sedangkan menurut Istilah yang

dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang

meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan

itu berupa uang, tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara

syar’i.1

Hukum Kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur tentang

pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (Tirkah) pewaris, yang

menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian

masing-masing ahli Waris.2

Amin Suma menyatakan hukum kewarisan Islam yaitu hukum

yang mengatur peralihan pemilikan harta peninggalan (Tirkah) pewaris,

menetapkan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris, menentukan

berapa bagian masing-masing ahli waris dan mengatur kapan pembagian

harta kekayaan pewaris dilaksanakan.3 Idris Ramulyo menyatakan wirasah

atau hukum waris adalah Hukum yang mengatur segala masalah yang

berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan, serta

pembagian yang lazim disebut dengan Faraidh.4

1 Muhammad Ali Ash- Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, ( Jakarta: Gema

Insani Press, 1995, Cet. Pertama), h., 33.

2 Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2015), h., 1.

3 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.

RajagrafindoPersada, 2004), h., 108.

4 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Tentang Hukum Acara Perdata Peradilan

Agama, (Jakarta: in hill Co, 1991), h., 42.

Page 24: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

13

Hukum Kewarisan dalam kompilsi hukum Islam Pasal 171 adalah

Hukum yang mengatur pemindahan hak pemilikan harta peninggalan

(tirkah) pewaris dan menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli

waris dan berapa bagiannya masing-masing.5 ketentuan Kewarisan Islam

yang terdapat dalam Al-Qur’an lebih banyak yang ditentukan

dibandingkan yang tidak ditentukan bagiannya. Oleh karena itu hukum ini

dinamakan dengan Faraidh. Adapun penggunaan kata Mawaris lebih

melihat kepada yang menjadi objek dari hukum ini, yaitu harta yang

beralih kepada ahli waris yang masih hidup. Sebab kata Mawaris

merupakan bentuk plural dari kata Miirats yang berarti mauruts atau harta

yang diwarisi.6 Dengan demikian, arti kata Warits yang digunakan dalam

beberapa kitab merujuk kepada yang menerima harta warisan itu, karena

kata Warits sendiri yaitu seorang pewaris (ahli waris) sedangkan orang

yang meninggalkan harta disebut Muwarits.

Sebagian ulama mengartikan lafal Al-Faraidh sebagai jamak dari

kata Faraiidhah yang diambil dari kata Fardhu, oleh para Ulama

Faraadhiyyun (ahli faraidh) diartikan mafrudhah yakni bagian yang telah

ditentukan atau bagian yang pasti, hal ini disesuaikan dengan Firman

Allah SWT Surah An-Nisaa’ ayat 7:

Artinya: “bagi Laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-

bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari

harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak

menurut bagian yang telah ditetapkan”.7

5 Abdul Manan & M. Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan

Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h., 103. 6 Moh Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h., 7. 7 Mardani, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2014, Cet. Pertama), h., 2.

Page 25: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

14

Waris adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak

menerima warisan. Ada ahli waris yang dekat hubungan kekerabatannya

tetapi tidak berhak menerima warisan. Dalam Fiqih Mawaris, ahli waris

disebut zawi al-arham. Waris bisa timbul karena hubungan darah, karena

hubungan perkawinan dan hal lainnya.8 Istilah hukum waris mengandung

pengertian yang meliputi kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur

proses beralihnya harta benda dan hak-hak serta kewajiban seseorang yang

telah meninggal dunia.

Warisan adalah harta peninggalan, pusaka, dan surat wasiat.

Pewaris adalah orang yang memberi pusaka, yakni orang yang meninggal

dunia dan meninggalkan sejumlah harta kekayaan, pusaka, maupun surat

wasiat. Ahli waris yaitu sekalian orang yang menjadi waris, berti orang-

orang yang berhak menerima harta peninggalan pewaris. Mewarisi yaitu,

mendapat harta pusaka, biasanya segenap ahli waris adalah mewarisi harta

peninggalan pewarisnya.9

Sistem Hukum Kewarisan Islam adalah hukum kewarisan yang

diatur dalam Al-Qur’an, sunnah, dan Ijmak serta Ijtihad. Pewarisan

menurut sistem hukum kewarisan Islam adalah proses pemindahan harta

peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia, baik berupa hak-hak

kebendaan maupun hak-hak lainnya kepada ahli warisnya yang dinyatakan

berhak oleh hukum.10

2. Dasar Hukum Kewarisan Islam

Dasar dan sumber utama dari hukum Islam sebagai hukum agama

(Islam) adalah Nash atau teks yang terdapat didalam Al-Qur’an dan

sunnah Nabi. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang secara langsung

mengatur kewarisan tersebut anatara lain:

a. Ayat-Ayat Al-Qur’an

(An-nisa: 7)

8 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h., 3.

9 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h., 2.

10

Syamsul Bahri Salihima, Pembagian Warisan: dalam hukum Islam dan

Implementasinya pada pengadilan Agama, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h., 27.

Page 26: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

15

Artinya; “bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-

bapak dan kerabatnya dan bagi orang wanita ada hak bagian dari harta

peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah ditetapkan”.11

Ketentuan dalam ayat diatas, merupakan landasan utama yang

menunjukan, bahwa dalam Islam laki-laki maupun perempuan sama-sama

mempunyai hak waris. Dan ayat diatas merupakan pengakuan Islam,

bahwa perempuan merupakan subjek hukum yang mempunyai hak dan

kewajiban tidak sama pada masa jahiliyah yang dimana wanita dipandang

sebagai objek bagaikan benda biasa yang dapat diwariskan.

b. Al-Hadits

Hadits Nabi Muhammad yang secara langsung mengatur tentang

kewarisan adalah sebagai berikut.

a. Hadits Nabi dari Abdullah Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh

Imam Bukhari:

الفرائض با عن ابن عباس رضي اهلل عنو عن النبي صلي اهلل عليو و سلم قال: الحقوا

(كر )رواه البخاريذ ئ رجل ىلها فما بقي فهو الول

Artinya; “Berikanlah Faraidh (bagian yang ditentukan) itu kepada

yang berhak dan selebihnya berikanlah kepada laki-laki dari

keturunan laki-laki yang terdekat”.12

c. Ijtihad para ulama

Meskipun Al-Qur’an dan Al-hadits sudah memberikan ketentuan

terperinci mengenai pembagian harta warisan, dalam beberapa hal masih

11

Mardani, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. SinarGrafika Persada,

2014, Cet. Pertama), h., 2. 12

Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), h., 12.

Page 27: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

16

diperlukan adanya Ijtihad, yaitu terhadap hal-hal yang tidak ditentukan

dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Misalnya mengenai bagian warisan

banci (waria), diberikan kepada siapa harta warisan yang tidak habis

terbagi, bagian ibu apabila hanya bersama-sama dengan ayah dan suami

atau istri dan sebagainya.13

3. Rukun dan Syarat Kewarisan Islam

Rukun, yaitu bagian dari permasalahan yang menjadi pembahasan,

dan tidak akan sempurna jika salah satu rukun tidak ada misalnya, wali

dalam salah satu Rukun Perkawinan. Apabila perkawinan dilangsungkan

tanpa wali, perkawinan menjadi kurang sempurna. Dan Adapun yang

menjadi syarat adalah sesuatu yang berada diluar substansi dari

permasalahan yang dibahas, tetapi harus dipenuhi, seperti suci dari hadas

yang merupakan syarat sahnya shalat.14

Walaupun suci itu diluar pekerjaan

shalat, tetapi harus dikerjakan oleh orang yang akan shalat, karena jika dia

shalat tanpa bersuci, shalatnya tidak sah.

a. Rukun Waris

1) Harta Warisan (Mauruts atau Tirkah)

Harta warisan (mauruts) yaitu, harta benda yang

ditinggalkan oleh pewaris yang akan diterima oleh para ahli waris

setelah diambil untuk biaya-biaya perawatan, melunasi utang-utang

dan melaksanakan wasiat si pewaris.15

Dan apa-apa yang

ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia harus diartikan

sedemikian luas agar dapat mencakup kepada:

a) Kebendaan dan sifat-sifat yang mempunyai nilai kebendaan.

b) Hak-hak kebendaan.

c) Benda-benda yang berada ditangan orang lain.

d) Hak-hak yang bukan kebendaan.16

13 Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia 14

Asyhari Abta & Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidh, ( Jakarta: Pustaka

Hikmah Perdana), h., 22. 15

Muhammad Ali Ash-Shabuny, Pembagian Waris Menurut Islam, ( Jakarta: Gema

Insani Press, 1995, Cet. Pertama), h., 39. 16

Mardani, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada,

2014, Cet. Pertama), h., 29.

Page 28: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

17

2) Pewaris (Muwarits)

Yaitu orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi mupun

mati hukmy. Mati hukmy ialah suatu kematian yang dinyatakan

oleh putusan hakim atas dasar beberapa sebab, walaupun

sesungguhnya ia belum mati sejati. Berdasarkan Kompilasi Hukum

Islam, Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau

yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan

Agama, meninggalkan harta ahli waris dan harta peninggalan.17

3) Ahli Waris (Warits)

Yaitu orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris,

beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi

ahli waris18

. Berdasarkan definisi diatas, maka syarat ahli waris

yaitu:

a) Mempunyai hubungan darah dengan pewaris, misalnya anak

kandung, orang tua pewaris, dan seterusnya.

b) Mempunyai hubungan perkawinan (suami/ istri pewaris).

c) Mempunyai hubungan atau agama dengan pewaris.

d) Tidak terhalang untuk mendapatkan warisan, misalnya ia

pembunuh pewaris.19

b. Syarat Waris

Waris mewarisi berfungsi sebagai pergantian kedudukan dalam

memiliki harta benda antara orang yang telah meninggal dunia dengan

orang yang masih hidup yang ditinggalkannya (ahli waris). Oleh

karena itu, waris-mewarisi mewariskan.

17

Halid & Abdul Hakim, Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004, Cet.

Pertama), h., 27. 18

Muhammad Ali Ash-Shobuny, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1995, Cet. Pertama), h., 39.

19

Mardani, Hukum kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada,

2015, Cet. Pertama), h., 25.

Page 29: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

18

1) Orang yang mewariskan (Muwarris) benar telah meninggal dunia

dan dapat dibuktikan secara hukum bahwa ia telah meninggal.

Apabila tidak ada kematian, maka tidak ada pewarisan.20

2) Orang yang mewarisi (ahli waris atau waris) hidup pada saat orang

yang mewariskan meninggal dunia dan bisa dibuktikan secara

hukum. Termasuk dalam pengertian hidup disini adalah:

a) Anak (embrio) yang hidup dalam kandungan ibunya pada saat

orang yang mewariskan meninggal dunia.

b) Orang yang menghilang dan tidak diketahui tentang

kematiannya, dalam hal ini perlu adanya keputusan yang

mengatakan bahwa ia masih hidup.21

3) Ada hubungan pewarisan antara orang yang mewariskan dengan

orang yang mewarisi yaitu:

a) Hubungan nasab: keturunan, kekerabatan, baik pertalian garis

lurus keatas, seperti ayah, kakek, atau pertalian lurus kebawah

seperti anak, cucu.

b) Hubungan perbudakan (wala): yaitu seseorang berhak

mendapatkan warisan dari bekas budak (hamba) yang telah

dimerdekakanya (dibebaskannya).

c) Karena hubungan agama Islam: yaitu apabila seorang

meninggal dunia tidak meninggalkan orang yang mewarisi,

maka hartanya akan diserahkan kepada baitul mal

(perbendaharaan Negara Islam).22

4. Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam

Hukum Kewarisan Islam (Faraidh) adalah salah satu bagian dari

keseluruhan hukum Islam yang mengatur peralihan harta dari orang yang

telah meninggal dunia kepada orang (keluarga) yang masih hidup. Hukum

20

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta, Gema Insani

Press, 1995, Cet. Pertama), h., 40. 21

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2012), h., 71.

22

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012),

h., 71.

Page 30: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

19

kewarisan Islam mengandung beberapa Asas yang memperlihatkan bentuk

karakteristik dari hukum kewarisan islam23

antara lain:

a. Asas Ijbari

Asas Ijbari dalam hukum Islam peralihan harta dari orang

yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup berlaku

dengan sendirinya tanpa usaha dari yang akan meninggal atau

kehendak yang akan menerima.24

Asas ijbari dalam kewarisan Islam, tidak dalam arti yang

memberatkan ahli waris. Andai kata pewaris mempunyai utang

yang lebih besar daripada warisan yang ditinggalkannya, ahli waris

tidak dibebani membayar semua utang pewaris itu.25

b. Asas Bilateral

Asas Bilateral dalam Hukum Kewarisan Islam yaitu, harta

warisan beralih kepaada atau melalui dua arah. Hal ini berarti

bahwa setiap orang menerima hak kewarisan dari kedua belapihak

garis kerabat, yaitu garis keturunan laki-laki dan garis keturunan

perempuan.26

c. Asas Individual

Yaitu harta warisan dibagi-bagi yang dimiliki secara

perorangan. Masing-masing ahli waris menerima bagiannya secara

tersendiri, tanpa terikat dengan ahli waris yang lain.27

d. Asas keadilan berimbang

Yaitu keseimbangan anatara hak dan kewajiban antara yang

diperoleh dengan keperluan dan kegunaan. Besarnya bagian laki-

23

Muchit A. Karim, Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer Di Indonesia, (

Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012, Cet. Pertama), h., 100. 24

Amir Syrifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,

21.

25

Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h., 23. 26

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2015), h., 5. 27

N. M. Wahyu Kuncro, Waris Permasalahan Dan Solusinya, (Jakarta: Raih Asa Sukses,

2015, Cet. Pertama), h., 19.

Page 31: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

20

laki didasarkan pada kewajiban yang dibebankan kepada laki-laki

(suami/ayah) yang harus membayar mahar dalam perkawinan,

membiayai nafkah kehidupan rumah tangga dan pembiayaan

pendidikan.28

5. Sebab Terhalangnya Warisan

Sebab terhalangnya Warisan adalah tindakan atau hal-hal yang

dapat menggugurkan hak seseorang (Ahli Waris) untuk mempusakai

beserta adanya sebab-sebab dan syarat- syarat mempusakai.29

a. Perbudakan

Perbudakan secara bahasa berrati penghambaan dan sesuatu

yang lemah. Dikatakan budak karena tidak dapat mewariskan harta

untuk ahli warisnya, sebab ketika ia mewarisi harta peninggalan dari

ahli warisnya, niscaya yang memiliki kewarisan tersebut adalah

tuannya, sedangkan budak termasuk orang asing (bukan aggota

keluarganya).30

Bahwa budak tidak dapat mewarisi dan tidak dapat

mewariskan, karena mereka dianggap melarat.

Keadaan budak dijelaskaekuasaan orang lain oleh Allah SWT

dalam surat QS. An-Nahl (16):75 yaitu:

Artinya: “Allah membuat perumpamaan dengan seorang

hamba sahaya dibawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya

berbuat sesuatu, dan seorang yang kami beri rezeki yang baik, lalu

dia meninfakkan sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi

dan secara terang-terangan”.

28

N.M. Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahan Dan Solusinya, (Jakarta: Raih Asa

Sukses, 2015, Cet. Pertama), h., 20. 29

Asyhari Abta & Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidh, (Jakarta: Pustaka

Hikmah Perdana, 2005), h., 35. 30

Halid dan Abdul Hakim, Hukum Waris, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004), h.,

56.

Page 32: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

21

b. Pembunuhan

Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ahli waris terhadap

warisnya adalah salah satu sifat yang menyebabkan tersingkirnya

untuk mendapatkan harta warisan dari pewaris yang dibunuhnya.31

Jumhur Fuqoha berpendapat, bahwa pembunuhan juga dapat

menghalangi seseorang menjadi ahli Waris.begitu juga penganiyaan

وارث غيره وان كان لو والده او ولده فليس يكن لو من قتل قتيال فانو ال ير ثو وان لم

لقاتل ميراث ) رواه احمد(.

yang mengakibatkan terbunuhnya seseorang.32

Ketetapan telah

dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

Artinya: “barangsiapa yang membunuh seseorang korban,

maka ia tidak dapat mewarisinya. Sekalipun orang yang terbunuh itu

tidak mempunyai ahli waris selain dirinya, dan apabila si terbunuh itu

orangtuanya atau anaknya, maka si pembunuh itu tidak berhak

menerima harta warisan” (HR. Ahmad).33

c. Berlainan Agama

Berlainan Agama, adalah salah satu sifat yang menjadikan

seseorang ahli waris terhalang untuk memperoleh harta warisan dari

pewarisnya. Bahwa agama si mayit berbeda dengan agama orang yang

akan mendapatka warisan seperti istri dan kerabat. Misalkan si mayit

seorang muslim sementara istri adalah ahli kitab atau kerabatnya

bukan orang Islam.34

sesuai dengan penjelasan Rasulullah SWT dalam

sabdanya menyatakan:

31

Wahyudi Abdurrahim, Panduan Waris Empat Madzhab, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2009, Cet. Pertama), h., 54. 32

Asyhari Abta & Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidh, (Jakarta: Pustaka

Hikmah Perdana, 2005), h., 37. 33

Syamsulbahri Salihima, Pembagian Warisan: dalam Hukum Islam dan

Implementasinya pada pengadilan Agama, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h., 69. 34

Asyhari Abta & Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al- Faraid, ( Jakarta, Pustaka

Hikmah Press, 2005) , h., 39.

Page 33: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

22

اسامة بن زيد ان النبي صلي اهلل عليو وسلم قال اليرث المسلم عن

. الكافر وال يرث الكافر المسلم

Artinya: “ Dari Usamah ibni Zaid, sesungguhnya Nabi SAW

bersabda: orang muslim tidak mewarisi orang kafir, dan orang kafir

pun tidak mewarisi orang muslim”. (Muttafaqqun’Alaih)35

6. Ahli Waris dan Bagiannya

Didalam hukum waris Islam, sebab-sebab mempusakai dapat terjadi 3

(tiga) hal, yaitu:

a. Perkawinan, Ahli waris berdasarkan perkawinan adalah janda, yaitu

orang yang berstatus suami atau istri pewaris pada saat pewaris

meninggal dunia.

b. Kekerabatan, Ahli waris berdasarkan kekerabatan meliputi ushul

(leluhur), furu (keturunan), dan hawasyi (saudara).36

c. Wala’, Ahli waris wala’ meliputi kekerabatan menurut hukum yang

timbul karena membebaskan budak, atau adanya perjanjian dan

sumpah setia antara seseorang dengan seseorang lainnya.37

pengelompokan ahli waris digunakan untuk membedakan para ahli

waris berdasarkan keutamaan mewaris, dan penggolongan ahli waris

digunakan untuk membedakan para ahli waris berdasarkan besar bagian

waris dan cara penerimaanya.

1) Kelompok Ahli Waris

a) Leluhur perempuan adalah leluhur perempuan dari pihak ibu

dalam satu garis lurus keatas (tidak terhalang oleh pihak laki-

laki), seberapa pun tingginya, dan ibu kandung dari leluhur

laki-laki. Itu adalah ibu, nenek sahihah dari pihak ibu, dan

nenek dari pihak bapak.

35

Wahyudi Abdurrahim, Panduan Waris Empat Madzhab, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2009), h., 66. 36

Otje Salman & Mustofa Haffas, Hukum Kewarisan Islam, (Bandung: Refika Aditama,

2006, Cet. Pertama), h, 49. 37

Asyhari Abta & Djunaidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidh, (Jakarta: Pustaka

Hikmah Perdana, 2005), h., 34.

Page 34: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

23

b) Leluhur laki-laki adalah leluhur laki-lai dari pihak bapak dalam

satu garis lurus keatas (tidak terhalang oleh pihak perempuan),

sebepa pun tingginya. Itu adalah bapak dan kakek dari pihak

bapak.

c) Keturunan perempuan adalah anak perempuan pewaris dan ana

perempuan dari keturunan laki-laki. Itu adalah anak perempuan

dan cucu perempuan pacar laki-laki.

d) Keturunan laki-laki adalah keturunan laki-laki dari ana laki-

laki dalam satu garis lurus kebawah (tidak terhalang oleh pihak

perempuan), seberapa pun rendahnya. Itu adalah anak laki-laki

dan cucu laki-laki pacar laki-laki.

e) Saudara seibu adalah saudara perempuan dan saudara laki-laki

yang hanya satu ibu dengan pewaris. Itu adalah saudara

perempuan seibu dan saudara laki-laki seibu.

f) Saudara sekandung/sebapak adalah keturunan laki-laki dari

leluhur laki-laki dalam satu garis lurus kebawah (tidak

terhalang oleh pihak perempuan), seberapa pun rendahnya, dan

anak perempuan dari bapak.

g) Kerabat lainnya yaitu kerabat lain yang tidak termasuk ke

dalam keenak kelompok diatas.38

2) Golongan Ahli Waris

Berdasarkan besarnya hak yang akan diterima oleh para

ahli-Waris dengan bagian yang telah ditentukan Al- Qur’an ada 6

macam yaitu, 1/2, 1/4, 1/6, 1/8, 2/3, 1/3, dengan ini maka ahli-

Waris dalam hukum waris Islam dibagi kedalam tiga golongan,

yaitu, (1) Ashabul Furudh, (2) Ashabah, dan (3) Dzawil Arham.39

38

Otje Salman & Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: Refika Aditama,

2006), h., 50. 39

Muhammad Ai Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1995, Cet. Pertama), h., 46.

Page 35: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

24

a) Ashabul Furudh

Ashabul Furudh adalah para ahli waris yang

mempunyai bagian tertentu yang telah ditetapkan oleh syara

dalam Al-Qur’an yang bagiannya itu tidak akan bertambah

atau berkurang.40

Orang-orang yang dapat diwarisi harta

peninggalan dari yang sudah meninggal dunia berjumlah 25

orang yang terdiri atas 15 orang laki-laki dan 10 orang dari

perempuan diantaranya:

(1) Anak laki-laki.

(2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki.

(3) Ayah.

(4) Kakek (ayah dari ayah).

(5) Saudara laki-laki sekandung.

(6) Saudra laki-laki seayah.

(7) Saudara laki-laki seibu.

(8) Keponakan laki-laki (anak laki-laki dari saudara laki-laki

sekandung).

(9) Keponakan laki-laki (anak laki-laki dari saudara laki-laki

seayah).

(10) Saudara seayah (paman) yang seibuh seayah.

(11) Saudara seayah (paman) yang seayah.

(12) Anak paman yang seibu seayah.

(13) Suami.

(14) Orang laki-laki yang memerdekakannya.41

Adapun ahli waris dari pihak perempuan ada 10 orang, yaitu:

(1) Anak perempuan.

(2) Cucu perempuan dari anak laki-laki.

(3) Ibu.

40

Suparman Usman & Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam,

(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002, Cet. Kedua), h., 66.

41

Suhrawadi K, Lubis, dkk, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h., 35.

Page 36: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

25

(4) Nenek perempuan.

(5) Nenek perempuan (ibunya ayah).

(6) Saudara perempuan yang seibu seayah.

(7) Saudara perempuan yang seayah.

(8) Saudara perempuan yang seibu.

(9) Istri.

(10) Orang perempuan yang memerdekakannya.42

b) Ashabah

Ashabah adalah bagian sisa setelah diambil oleh ahli

Waris ashaba al-furudh. Sebagai penerima bagian sisa ahli

Waris asabah terkadang enerima bagian banyak (seluruh harta

warisan), dan terkadang menerima sedikit, tetapi terkadang

tidak menerima bagian sama sekali karena habis diambil oleh

ahli Waris Ashab al-furud.43

Kelompok ashabah ini menerima

pembagian harta waris setelah selesai pembagian untuk ashabul

furudh. Yang termasuk ahli waris ashabah, yakin sebagai

berikut:

(1) Anak laki-laki.

(2) Cucu laki-laki walaupun sampai kebawah.

(3) Bapak.

(4) Kakek.

(5) Saudara laki-lai sekandung.

(6) Saudara laki-laki seayah.

(7) Anak laki-laki saudara laki-laki kandung.

(8) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak.

(9) Paman kandung.

(10) Paman sebapak.

(11) Anak laki-laki paman sekandung.

(12) Anak laki-laki paman sebapak.44

42

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,

230. 43

Ahmad Rafiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada, 1995), h., 59. 44

Moh Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisa Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. Kedua), h., 65.

Page 37: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

26

Ahli waris ashabah dibedakan menjadi 3 golongan, sebagai berikut:

(a) Ashabah Binnafsihi (dengan sendirinya)

Adalah ahli waris yang berhak mendapat seluruh harta dengan

sendirinya, tanpa dukungan ahli waris yang lain.45

(b) Ashabah bil-ghairi

Adalah orang perempuan yang menjadi ashabah beserta

orang laki-laki yang sederajat dengannya (setiap perempuan yang

memerlukan orang lain dalam hal ini laki-laki untuk menjadikan

ashabah dan secara bersama-sama menerima ashabah).46

(c) Ashabah ma’alghairi

Adalah orang yang menjadi ashabah disebababkan ada

orang lain yang bukan ashabah. (setiap perempuan yang

memerlukan orang lain untuk menjadikan ashabah, teteapi orang

lain tersebut tidak berserikat menerima ashabah).47

c) Dzawil Arham

Dzawil Arham adalah setiap kerabat yang bukan dzawil

furudh dan bukan pula ashabah.48

Antara lain golongan Dzawil Arham sebagai berikut:

(1) Cucu (laki-laki atau perempuan) dari anak perempuan.

(2) Anak laki-laki dan anak perempuan dari cucu

perempuan.

(3) Kakek pihak ibu (bapak dari ibu).

(4) Nenek dari pihak kakek (ibu kakek).

(5) Anak perempuan dari saudara laki-laki (yang sekandung

sebapak maupun seibu).

45

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,

240. 46

Moh Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011, Cet. Kedua), h., 66. 47

Komite Fakultas Syariah Mesir. Ahkamul- Mawaarits fl- Fiqhil- Fiqhil Islami.

Penerjemah Addys Aldizar dan Fathurrahman. Hukum Waris, (.Jakarta: Senayan Abadi

Publishing, 2004, Cet. Pertama), h., 120 48

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h., 254.

Page 38: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

27

(6) Anak laki-laki dan saudara laki-laki seibu.

(7) Anak (laki-laki dan perempuan) saudara perempuan

(sekandung sebapak atau seibu).

(8) Bibi (sauadara perempuan dari bapak) dan saudara

perempuan dari kakek.

(9) Paman yang seibu dengan bapak dan saudara laki-laki

yang seibu dengan kakek.

(10) Sauadara laki-laki dan saudara perempuan dari ibu.

(11) Anak perempuan dari paman.49

3) Bagian Ahli Waris

Dibawah ini akan dikemukakan tentang bagian hak para

ahli Waris yang temasuk kedalam golongan ashabul-furudh dan

ashabah antara lain:

a) Ahli Waris Utama

Ahli-waris utama didalam hukum waris Islam terdiri

dari 5 (lima) pihak, yaitu janda, ibu, bapak, anak laki-laki, dan

anak perempuan. Keberadaan salah satu pihak tidak menjadi

penghalang bagi pihak untuk menerima waris. Dengan kata

lain, mereka secara bersama akan menerima waris dengan

bagian yang telah ditentukan sebagai berikut:50

(1) Janda

Didalam hukum waris Islam, bagian waris untuk janda

laki-laki dengan janda perempuan tidak sama, yaitu sebagai

berikut. Janda perempuan adapun bagian janda perempuan

adalah, 1/8 bagian jika pewaris mempunyai anak. ¼ bagian

jikapewaris tidak mempunyai anak. Janda laki-laki adapun

bagian janda laki-laki adalah, 1/4 bagian jika pewaris

49

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam 50

Otje Salman & Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Refika Aditama, 2006),

h., 53.

Page 39: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

28

mempunyai anak. 1/2 bagian jika pewaris tidak mempunyai

anak.51

(2) Ibu

Bagian yang akan diterima ibu adalah, 1/6 bagian jika

pewaris mempunyai anak. 1/6 bagian jika pewaris mempunyai

beberapa saudara. 1/3 bagian jika pewaris tidak mempunyai

anak.52

(3) Bapak

Bagian yang akan diterima bapak dalam kompilasi

hukum Islam 1/3 bagian bila pewaris tidak mempunyai

anak. bila pewaris mempunyai anak bapak mendapatkan

1/6.53

(4) Anak perempuan

Bagian yang akan diterima oleh anak perempuan

adalah, 1/2 bagian jika seorang. 2/3 bagian jika beberapa

orang. Masing-masing 1 bagian dari sisa jika mereka

mewaris bersama anak laki-laki. Dalam hal ini, kedudukan

anak perempuan adalah sebagai ashabah bil-ghairr.54

(5) Anak laki-laki

Anak laki-laki tidak memiliki bagian yang pasti,

mereka menerima waris dengan jalan ushubah, baik

diantara sesama anak laki-laki atau bersama dengan anak

perempuan.55

Bagian anak laki-laki adalah:

51

Otje Salman & Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam. 52

Moh Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. Kedua), h., 92. 53

Abdul Manan & M. Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan

Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h., 107. 54

Amir Syarifuddn, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,

233. 55

Muchit A. Karim, Problematia Hukum Kewarisan Islam Kontemporer Di Indonesia, (

Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h., 118.

Page 40: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

29

(a) Masing-masing 1 bagian dari sisa jika mereka mewaris

bersama dengan anak laki-laki lainya. Dalam hal ini,

kedudukan anak laki-laki adalah sebagai ashabah binnafsih.

(b) Masing-masing 2 bagian dari sisa jika mereka mewaris

bersama anak perempuan. Dalam hal ini, keududukan anak

perempuan adalah sebagai ashabah bil-ghair.56

b) Ahli Waris Utama Penganti

Didalam hukum waris Islan tidak sama dengan ahli-

Waris. pengganti didalam hukum waris adat atau hukum waris

barat (BW), yang ada pokoknya hanya memandang ahli-waris

pengganti adalah keturunan dari ahli-waris yang digantikan

keduudkannya.57

(1) Nenek

Kedudukan nenek sebagai ahli-waris dalam

kewarisan sunni adalah nenek shahihat. Nenek shahihat

ialah nenek (keturunanke atas) yang dipertalikan pada si

mati (pewaris) tanpa memasukan kakek ghairushahih yaitu

pertaliannya dengan si pewaris tanpa diselingi oleh kakek.58

(2) Kakek

Keudukan kakek sebagai ahli-waris dalam

kewarisan sunni adalah kakek shahih, yaitu kakek yang

hubungan nasabnya dengan si pewaris tanpa diselingi oleh

ibu. maka bagian warisnya adalah sebagai berikut:

(a) 1/6 bagian jika pewaris mempunyai anak.

(b) 1/6 bagian +sisa jika pewaris hanya mempunyai satu anak

perempuan.

56

Moh Muhibbin & Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum

Positif Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. Kedua), h., 93. 57

Otje Salman & Mustofa Haffas , Hukum Waris Islam, ( Jakarta: Refika Aditama, 2006),

h., 57. 58

Muchit A. Karim, Problematia Hukum Kewarisan Islam Kontemporer Di Indonesia,

( Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012, h., 121.

Page 41: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

30

(c) Sisa, jika pewaris tidak mempunyai anak.59

(3) Cucu perempuan

Kedudukan cucu perempun sebagai ahli-waris

masih belum terbuka jika ada anak laki-laki atau cucu laki-

laki yang lebih tinggi derajatnya, ada dua anak perempuan

atau cucu perempun yang lebih tinggi derajatnya.60

(4) Cucu laki-laki

Keududukan cucu laki-laki sebagai ahli-waris baru

terbuka jika tidak ada anak laki-laki. Oleh sebab itu, maka

dapatlah dikatakan bahwa cucu laki-laki mempunyai

kedudukan sebagai pengganti anak laki-laki (bapaknya).

c) Ahli waris pengganti

Dalam kompilasi hukum Islam ahli Waris yang

meninggal lebih dahulu dari pewaris maka kedudukannya dapat

digantikan oleh anaknya. Bagian ahli Waris pengganti tidak

boleh melebihi bagian ahli Waris yang sederajat dengan yang

diganti61

.

(1) Saudara seibu

Saudara seibu baru terbuka haknya jika tidak

ada bapak, dan anak. Kedudukan saudara seibu, baik

perempuan maupun laki-laki, adalah sama jika saudara

seibu hanya satu orang maka bagiannya adalah 1/6,

sementara jika lebih dari satu orang maka bagiannya

adalah 1/3 untuk semua.62

59

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, ( Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011), h.,

266. 60

Muchit A. Karim, Problematia Hukum Kewarisan Islam Kontemporer Di Indonesia 61

Abdul Manan & M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan

Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2001), h., 109 62

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan: Suatu Analisis Komparatif Pemikiran

Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada,2012), h., 132.

Page 42: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

31

(2) Saudara sekandung/ sebapak

Yang dimaksud adalah anak laki-laki, karena

kedudukan anak laki-laki adalah ashabah maka tidak

ada sisa yang dapat diberikan kepada saudara

sekandung/sebapak. Sementara jika anak yang

dimaksud adalah anak perempun, maka saudara

sekandung/sebapak menjadi ashabah.63

d) Wasiat Wajibah

Wasiat Wajibah merupakan suatu wasiat yang di

peruntukan kepada ahli waris atau kerabat yang tidak

memperoleh bagian harta warisan dari orang yang wafat,

karena adanya suatu halangan seperti anak angkat dan orang

tua angkat. Maka kepada keturunanya dari anak pewaris yang

telah meninggal terlebih dahulu dari pada pewaris diberikan

wasiat wajibah tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari harta

peninggalan pewaris.64

B. Kewarisan Menurut Adat Tionghoa

1. Kewarisan Barat

Sistem pewaris menurut hukum barat adalah sebagaimana diatur

dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata BW (Burgerlijik Wetboek)

dikatakan bahwa dalam hukum Waris berlaku suatu asas bahwa hanyalah

hak-hak dan kewajiban dalam hukum kekayaan harta benda saja yang

dapat diwariskan dan dapat dinilai dengan uang.65

Subekti juga

mengatakan bahwa dalam hukum Waris berlaku suatu asas bahwa apabila

seorang meninggal maka seketika itu juga segala hak dan kewajibnnya

beralih pada ahli Warisnya.

63

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan: Suatu Analisis Komparatif Pemikiran

Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam. 64

Otje Salman & Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: Refika Aditama,

2006), h., 49. 65

M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Di Pengadilan Dan

Kewarisan Menurut Undang-undang Hukum Perdata , ( Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992),

h., 74.

Page 43: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

32

Sistem ini kebanyakan dianut oleh warga Negara Indonesia

keturunan asing seperti keturunan Cina, Eropa dan keturunan Arab yang

tidak lagi berpegang teguh pada ajaran agamanya. Pokok hukum Waris

Barat sebagaimana dikemukakan Wirjono Prodjodikoko pasal 1066 KUH

Perdata yang menyatakan:

a. Seorang mempunyai hak atas sebagian dari sekumpulan Harta Benda

seorang itu. tidak dipaksa membiarkan Harta Benda itu tetap tidak

dibagi-bagi diantara orang-orang yang bersama-sama berhak

atasnya.

b. Pembagian harta benda ini selalu dapat dituntut meskipun ada suatu

perjanjian yang bertentangan dengan itu.

c. perjanjian bahwa pembagian Harta Benda itu dipertangguhkan

selama waktu tertentu.

d. Perjanjian semacam ini hanya dapat berlaku selama lima tahun tetapi

dapat diadakan lagi, kalau tenggang lima tahun itu telah lalu.66

Sistem hukum Waris barat adalah apabila pewaris wafat harta

Warisan akan diberikan kepada para ahli Waris. Setiap ahli Waris dapat

menuntut untuk harta warisan yang belum dibagi segera dibagikan

walaupun ada perjanjian yang bertentangan dengan itu. Kemungkinan

untuk menahan atau menangguhkan pembagian harta Warisan itu

disebabkan ada satu dan lain hal dapat berlaku atas kesepakatan para ahli

Waris, tetapi penangguhan tersebut tidak boleh melampaui waktu lima

tahun. Dalam keadaan luar biasa waktu lima tahun dapat diperpanjang

dengan suatu perjanjian baru.67

Sistem hukum Waris barat tidak sesuai dengan fikiran bangsa

Indonesia maupun Hukum Waris Islam. Karena yang sifatnya yang

mementingkan hak-hak perseorangan atas kebendaan. Hal mana yang

selalu menimbulkan perselisihan tentang harta Warisan diantara para

66

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Tanjungkarang: Ikapi, 1983), h., 41. 67

M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Di Pengadilan Dan

Kewarisan Menurut Undang-undang Hukum Perdata , ( Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1992),

h., 108.

Page 44: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

33

Waris dikarenakan menurut hukum barat pada hakekatnya semua harta

Warisan termasuk hutang piutang beralih kepada Waris, sedangkan para

Waris dapat memilih diantara tiga sikap yaitu:

1) Sikap menerima secara keseluruhan berarti Waris menerima

Warisan termasuk hutang-hutang pewaris.

2) Sikap menerima dengan syarat, berarti Waris menerima Warisan

secara terperinci dan hutang-hutang pewaris akan dibayar

berdasarkan barang-barang Warisan yang diterima.

3) Sikap menolak, berarti Waris tidak mau menerima Warisan karena

ia tidak tahu menahu mengenai pengurusan harta warisan itu.

Dengan sikap-sikap demikian jelas bahwa hukum Waris barat

bersifat individual murni, dimana hubungan antara pewaris dan Waris

tidak didasarkan pada azas kekeluargaan berat sama dipukul.

Melainkan didasarkan pada asas kepentingan sendiri Dengan melihat

sikap sikap yang dapat diambil para Waris demikian berarti dimana

para waris dapat mengelak atau melepaskan diri dari beban

pertanggungan jawaban orang tua.68

2. Kewarisan dalam Masyarakat Tionghoa

Masyarakat Tionghoa sebutan lain dari Cina yang sudah resmi

menjadi Warga Negara Indonesia. seperti yang diketahui bahwa Negara

Indonesia belum mempunyai hukum yang berlaku untuk semua

golongan tanpa membedakan suatu Ras atau suku yang ada di Negara

Kesatuan Republik Indonesia. dengan lahirnya Undang-undang Nomor

12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan tidak ada lagi perbedaan suatu

golongan. Terkecuali dalam pelaksanaan Hukum Waris, hukum Waris

yang dilaksanakan berdasarkan BW (Burgelirijik Wetboek) yang

sifatnya mementingkan hak-hak atas perseorangan atas kebendaan

berlaku pada masyarakat Tionghoa.69

68

Interview Pribadi dengan Rizky Jamaah Muallaf di Yayasan Haji Karim Oie, Jakarta,

17 Februari 2018. 69

Permata Press, Undang-Undang Perkawinan dan Admnistrasi Kependuudkan,

Kewarganegaraan, (Jakarta: Permata Press, 2015), h., 185.

Page 45: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

34

Dalam beberapa perkembangan masyarakat Tionghoa pada

umumnya memakai sistem Patrilineal atau disebut kebapakan. Yaitu

sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan laki-laki atau

bapak.70

Dalam beberapa perkembangan unsur kekerabatan parental

mempengaruhi sistem kekerabatan asli masyarakat Tionghoa. Adapun

yang dimaksud dengan Parental adalah baik anak laki-laki atau

perempuan mempunyai hak untuk mendapat harta peninggalan orang

tuanya Masyarakat dengan garis keturunan Bapak maupun Ibu.71

Perkembangan Waris masyarakat Tionghoa di Indonesia pada

umumnya berlangsung dengan banyak perubahan. perubahan-

perubahan ini secara spesifik sebenarnya perlahan menggeser pada

sistem kekerabatan patrilineal yang selama ini dianut dalam budaya

Tionghoa. Dan sistem patrilineal ini sangat terpengaruh dengan sistem

kekerabatan parental dan masyarakat Tionghoa Indonesia dalam

anggapan tradisi ini menganggap laki-laki sebagai ahli Waris Tunggal

tanpa ada tawar menawar atau pertimbangan lain.72

Masyarakat Tionghoa di Indonesia saat ini yang mengikuti

tradisi asli menganggap anak Laki-laki sebagai segla-galanya tanpa

adanya tawar menawar atau pertimbangan lain. Dan untuk saat ini

metode seperti itu sudah berubah dalam hal-hal tertentu saja bisa

menjadi anak laki-laki tidak lagi menjadi satu-satunya ahli Waris yang

dominan, disini dapat berlaku suatu pengecualian yang dikarenakan

sifat buruk anak laki-laki ataupun sebaliknya dengan anak perempuan,

dapat ditunjuk sebagai pengolah harta warisan selama orang tua masih

hidup. Jadi tidak ada lagi keharusan kepada siapa Warisan akan

didapatkan.

70

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia daam prespektif Islam, Adat, dan BW,

(Bandung: Pt Refika Aditama, 2014), h., 41. 71

Muchit A. Karim, Problematia Hukum Kewarisan Islam Kontemporer Di Indonesia, (

Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h., 142. 72

Willy Yuberto Andrisma, “Pembagian Harta Waris Dalam Adat Tionghoa Di

Kcamatan Ilir Timur Kota Palembang”, Tesis: Kenotariatan, (Semarang: Juni 2007), h., 60.

Page 46: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

35

Pada Masyarakat Tionghoa seorang anak Laki-laki sangatlah

diharapkan kelahirannya dalam sebuah keluarga. Hal ini dikarenakan

dalam sistem Patrilineal masyarakat keturunan Tionghoa, bahwa anak

laki-laki akan meneruskan marganya. Serta dapat dipahami bahwa anak

laki-laki terutama bungsu berperan penting dalam mengurus harta dan

memberikan contoh terbaik untuk saudara-saudaranya dan diharapkan

yang akan membawa dan mengatur para abu leluhur.73

Abu leluhur pada masyarakat adat Tionghoa yang masih

memegang erat dengan tradisinya dengan melakukan proses

pembakaran jenazah terhadap mereka yang lebih dulu meninggal.

Kemudian adanya keharusan untuk memuja leluhur dan memelihara

abunya. Pemujaan leluhur bisa dilakukan di dalam rumah atau dirumah

Abu. Untuk itu disetiap rumah masyarakat Tionghoa selalu disediakan

sebuah tempat untuk melakukan penghormatan kepada leluhur yang

berupa meja panjang dan tinggi, diatas diletakan dupa-dupa epasang

lilin. Upacara leluhur itu dipimpin oleh sang ayah dalam keluarga yang

bersangkutan dan kewajiban ini akan diturunkan kepada anak laki-laki

sulung dan seterusnya.74

Sistem kewarisan masyarakat keturunan Tionghoa telah dipahami

bahwa hanya laki-laki yang akan mewarisi dari warisan dan tidaktemasuk

perhiasan. Perhiasaan akan diberikan untuk perempuan. Hal tersebut

dikarenakan anggapan bahwa anak laki-laki akan menjadi kepala keluarga

dan jika ia anak tertua maka ia yang akan merawat dan mengurus orang

tua.

73

Tamsil Firdaus “ Pelaksanaan Pembagian Harta Waris Pada Masyarakat Tionghoa Di

Kecamatan Sungliat Kabupaten Bangka Belitung”, Tesis: Kenotariatan, (Semarang: Desember

2004), h., 26. 74

Willy Yuberto Andrisma,” Pembagian Harta Dalam Adat Tioghoa Di Kecamatan Ilir

Timur 1 Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan”, Tesis: Kenotaritan, (Semarang: Juni 2007),

h., 67

Page 47: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

36

BAB III

POTRET YAYASAN H. KARIM OIE

A. Kondisi Geografis Yayasan H. Karim Oie

Yayasan Haji Karim Oie sebuah bangunan berbentuk masjid dijalan

Lautze Raya No. 87-89. Bangunan rumah toko (ruko) yang terhimpit Oleh

bangunan pusat perdagangan dikawasan pecinaan pasar baru Jakarta Pusat.

Bangunan yang dinamai masjid Lautze dan Yayasan Haji Karim Oie itu

menjadi salah satu lokasi berkumpulnya komunitas muslim Tionghoa di

Jakarta Pusat. 1

Yayasan Haji Karim Oie Dengan bangunan Ruko berlantai empat.

Pada masing-masing lantai yang digunakan pada masjid dan Yayasan

antaranya adalah, Di lantai satu dan dua sebagai tempat Ibadah, dan kegiatan

Yayasan Haji Karim Oie untuk Masyarakat Warga Negara Indonesia dan

Keturunan Tionghoa. Di lantai tiga sebagai kantor kepengurusan Yayasan Haji

Karim Oie, dan dilantai lima sebuah ruangan kosong.2

Masjid Lautze dan Yayasan Haji Karim Oie yang didominasikan

ornamen yang di cat merah dengan hiasan lampion-lampion karna memang

ciri khas Tionghoa. Hingga Sampai saat ini Yayasan Haji Karim Oie masih

terlihat baik dan terawat dengan baik dengan beberapa kegiatannya.3

Masjid Lautze dan Yayasan didirikan dengan Nama Karim Oie.

Yayasan ini diambil dari nama seorang tokoh Islam keturunan Tionghoa yang

akrab dengan Bung Karno, Bung Hatta, Hamka, dan tokoh-tokoh Nasional.

Selain dikenal sebagai konsul Muhammadiyah Karim Oie karena ketaatannya

menjalankan syariat Islam dengan baik, Haji Karim Oie atau Oie Tjeng Hien

1 B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia dan Keturunan Tionghoa, (Jakarta: Teplok

Press, 2016), h., 198. 2 B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia dan Keturunan Tionghoa , h., 198.

3 Interview Pribadi dengan Hj. Anna, Pengurus Harian Yayasan H. Karim Oie, Jakarta, 12

Februari 2018.

Page 48: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

37

juga terkenal sebagai pembisnis yang sukses. Dan Ayah dari keturunan

Tionghoa yang sangat Nasionalisme dan muallaf Tionghoa.4

Yayasan Haji Karim Oie didirikan pada 4 Februari 1994. Tujuan

didirikannya Yayasan ini adalah untuk melahirkan sebanyak mungkin jumlah

jamaah Tionghoa seperti Karim Oie, sehingga bisa dijadikan teladan bagi

Warga Negara Indonesia keturunan Cina. Yayasan Haji Karim Oie juga

mempunyai beberapa kegiatan dibidang pembauran Agama dan kegiatan-

kegiatan Sosial dan memiliki Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan

Bangsa. Selain tujuan yang telah dijelaskan, selain itu Yayasan Haji Karim

Oie mempunyai keunikan sebagai pusat Informasi dakwah dan bisnis untuk

Warga Negara Indonesia dan keturunan Tionghoa.5

Jumlah Jamaah Tionghoa yang ada di Yayasan Haji Karim Oie, saat

ini yang telah di Islamkan di Masjid Lautze sudah lebih dari seribu orang dan

tersebar Se-Jabotabek. Sedangkan untuk proses peng Islaman Tionghoa

Yayasan Haji Karim Oie baru melakukannya pada 1997 sekaligus Masjid

Lautze diresmikan menjadi Yayasan pada tahun 1994.6

B. Masuknya Muslim Tionghoa di Yayasan H. Karim Oie

Yayasan Haji Karim Oie dan Masjid Lautzenya didirikan pada 4

Februari 1994. Dan mendapat kehormatan dari Bapak Prof. DR. Ing. B.J.

Habibie dan rombongan mewakili Yayasan Abdi Bangsa. Yayasan tersebut

telah membeli masjid Lautze 89 dan penggunaanya dipercayakan kepada

Yayasan dan dipakai sebagai sumber penyiaran agama Islam untuk Warga

Negara Republik Indonesia keturunan Tionghoa.7

4 Interview Pribadi dengan Bpk. Ali Karim Oie, Wakil Ketua Yayasan Haji Karim Oie,

Jakarta, 28 November 2017 5 B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia dan Keturunan Tionghoa, (Jakarta: Teplok

Press, 2016), h., 200 6 Interview Pribadi dengan Hj. Anna, Pengurus Harian Yayasan H. Karim Oie, Jakarta ,

12 Februari 2018 7 B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia dan Keturunan Tionghoa, (Jakarta: Teplok

Press, 2016) , h., 52

Page 49: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

38

Haji Karim Oie merupakan seorang Nasionalis, seorang pengusaha

yang sukses dan tokoh Muslim dari golongan Tionghoa. pengaruh Haji Karim

Oie memancing banyak orang untuk menjadi muallaf dari golongan Tokoh

hingga masyarakat biasa dan bertambahnya Jamaah muallaf dari keturunan

Cina. Dengan alasan itu Haji Karim Oie mendirikan Yayasan.8

Yayasan Haji Karim Oie bukanlah sebuah tempat komunitas tempat

bagi komunitas keturunan Cina, tetapi Yayasan ini mempunyai maksud dan

tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang sengaja

didirikan dengan ketentuan dan memperhatikan persayaratan formal yang

ditentukan dalam undang-undang.

Meningkatnya muallaf di Yayasan Haji Karim Oie membuat Bj.

Habibi tertarik untuk membawa Yayasan Haji Karim Oie dibawah organisasi

ICMI ( Ikatan Cendikiawan Musim Indonesia). ICMI merupakan organisasi

yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 yang dipelopori oleh Bj. Habibi

sendiri. Jumlah Jamaah Yayasan dari 44 orang setelah bergabung ke ICMI

menjadi 90 orang.9

Masjid Lautze dan Yayasan yang strategis berada dalam lingkungan

masyarakat asli Warga Negara Indonesia dan keturunan Cina. Papan nama ini

diberi dengan penamaan Yayasan Haji Karim Oie. Yayasan Haji Karim Oie

dibuat menyerupai klenteng atau wihara yang bernuansa ornamen Tionghoa

dengan hiasan lampion-lampion yang merupakan Ikon Cina

Yayasan Haji Karim Oie membuat perhatian Warga Negara Indonesia

keturunan Cina berdatangan tanpa adanya kecanggungan. hal ini dimaksud

untuk menarik masyarakat keturunan Tionghoa yang datang ke masjid dan

Yayasan Haji Karim Oie akan tetap merasakan atmosfir seperti budayanya.10

Yayasan Haji Karim Oie diberi nama dari nama lengkap pendiri

Yayasan yang mengelola segala bentuk aktivitas Masjid Lautze ini. Yayasan

Interview Pribadi dengan Bapak Ali Karim Oie, Wakil Ketua Yayasan Haji Karim Oie,

Jakarta, 23 Oktober 2017 9 B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia dan Keturunan Tionghoa, (Jakarta: Teplok

Press, 2016), h., 178 10

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia dan Keturunan Tionghoa,( Jakarta: Teplok

Press,2016) , h., 220

Page 50: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

39

tersebut adalah Yayasan Haji Abdul Karim Oie Tjeng Hien. Dan disingkat

menjadi Haji Karim Oie. Dengan penamaan Yayasan Haji Karim Oie

menambah daya tarik tersendiri untuk Warga Negara Indonesia keturunan

Tionghoa. Orang-orang sekitar pasar baru Jakarta Pusat, dan berbagai daerah

yang berdatangan menyempatkan diri untuk singgah dan belajar mengenai

Islam. karena itulah Yayasan Haji Karim Oie dikenal sebagai wilayah

Pecinaan.11

Data yang diperoleh dari pengurus harian Yayasan bahwasannya selalu

ada muallaf yang masuk Islam tiap minggunya, satu sampai dua orang yang

menyatakan dirinya menjadi Muslim. Nama Yayasan ini menggunakan nama

orang Tionghoa yakni Oie. Hal tersebut selain menjaga ciri khas juga

merupakan strategi agar warga etnis Tionghoa tidak takut untuk masuk

kedalam masjid dan Yayasan Haji Karim Oie. Yang sesuai dengan Tujuan

didirikannya Yayasan Haji Karim Oie. Untuk menambah jumlah jamaah

Muallaf Tionghoa.12

Masjid Lautze dan Yayasan Haji Karim Oie yang didirikan

menghasilkan beberapa manfaat antaranya, merupakan rumah bagi muallaf

Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa. terutama untuk muallaf yang

sudah tidak mempunyai keluarga, Sebagai pembaruan Agama Islam dan

menjadikan tempat mendapatkan solusi dalam menyeselesaikan permasalahan

dalam kehidupan.

C. Struktur Yayasan Haji Karim Oie

Para pendiri terdahulu pada Yayasan Haji Karim Oie ialah Prof. Dr. H.

Sri Edi Swasono, Drs. H. Junus Jahja, K.H. Mohamad Ali Yafie, H. Sofyan

Tanjoeng, H. Yunan Helmi Nasution, SH. Drs. H. Fahmi Idris, H. Mohammad

Don Rachman, H. Mohamad Amid, Drs. Marzuki Usman MA, H. Mohamad

11

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim di Indonesia dan Keturunan Tionghoa, h., 8 12

B.Wibowo, Rumah Bagi Muslim Di Indonesia dan Keturunan Tionghoa , h., 9.

Page 51: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

40

Ali Karim, SH, H. Ahmad Gozali Katianda SH, H. Endang Suhendi, H. Suria

SE, H. Azroel Harun, Drs. H. Fairus Lubis dan H. M. Ridwan Lubis.13

Kepengurusan Badan Yayasan H.Karim Oie saat ini yang masihaktif

akan digambarkan sebagai berikut:

13

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Di Indonesia dan Keturunan Tiongoa, (Jakarta,

Teplok Press, 2016), h, 463

KETUA UMUM:

Drs. H. Junus Jajha

WAKIL KETUA UMUM:

H. M. Ali Karim, SH

KETUA I:

Drs. H. Fairus Lubis

BENDAHARA UMUM:

H.M. Syarif Siangan

Tanundja, SH

SEKERTARIS UMUM:

Ir. H. Surya Madya

KETUA II:

H.M. Syafii Antonio, MSC

BENDAHARA:

H. Prana Tanjuddin, SH

SEKERTARIS:

H. M. Ongko Brawi

Santoso Hoentoro

ANGGOTA:

H. Azhar Burhanuddin, SE

Drs. Wasitomo

Ir. H. Syafei Arif

H. Adirsyah

H. Nabhan

Page 52: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

41

D. Peran Yayasan Haji Karim Oie

Yayasan Haji Karim Oie yang telah diresmikan pada 1994 ini

mempunyai Tujuan yaitu dengan menjalankan fungsinya sebagai tempat syiar

Islam dengan melahirkan sebanyak mungkin jamaah Muallaf Tionghoa di

Yayasan Haji Karim Oie seperti Tokoh dari pendiri Yayasan Haji Karim Oie.

Yayasan ini juga dijadikan tempat warga keturunan Tionghoa yang ingin

memeluk agama Islam dan mendapatkan bimbingan agama. sehingga bisa

menjadi teladan bagi Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa lainnya.14

Pengurus Yayasan Haji Karim Oie dalam program pengislaman

kepada para Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang hendak

memeluk Islam, sebelum menyebutkan kalimat syahadat diberikan catatan

yang berisi kalima Syahadat tersebut. Dan setelah mengucapkan kalimat

syahadat diberikan semacam Ijazah pengesahan untuk menjadi bukti otentik

keislamannya. Jamaah muallaf Tionghoa juga diberi perangkat Ibadah dan

diajarkan bagaimana tata cara Ibadah yang diajarkan Islam sampai muallaf

bisa menjalankan kewajiban sebagai muslim dengan baik. Dalam pergaulan

keseharian yang terhadap keluarganya dan lingkungan masayrakat sekitar.15

Yayasan Haji Karim Oie beperan memberikan bimbingan Ibadah dan

nasihat kepada mullaf Tionghoa. Peran yang dilakukan pada Yayasan Haji

Karim Oie terhadap pengislaman perlu mengetahui terkait niat yang tulus pada

muallaf Tionghoa, bukan karena paksaan dan bukan karena ada maksud

tujuan. Karna ada beberapa peristiwa yang terjadi pada Yayasan Haji Karim

Oie terkait niat dan tujuan seseorang menjadi muallaf Tionghoa antaranya

hanya untuk mempermudah melangsungkan perkawinan. Sedangkan Dalam

Undang-undang perkawinan yang berlaku di Indonesia sudah diatur bahwa

tidak diperkenankan bagi seorang kawin dengan pasangan yang berbeda

keyakinan.16

14

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa, ( Jakarta,

Teplok Press, 2016), h, 24 15

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa, h., 2. 16

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa, h.,147

Page 53: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

42

Peran Yayasan Haji Karim Oie lainnya adalah mengenalkan Islam

kepada keturunan Tionghoa dan untuk berbaur kepada Warga Negara

Indonesia dan Ketrunan Tionghoa lainnya. Yayasan Haji Karim Oie juga

berperan untuk membantu kepada para muallaf yang sudah pisah dengan

keluarganya yang disebabkan masuknya menjadi muallaf. Dalam hal ini

Yayasan Haji Karim Oie menyiapkan tempat tinggal untuk para Muallaf

Tionghoa yang ditinggalkan keluarganya. Untuk laki-laki akan diberikan ayah

angkat atau orang tua angkat, dan untuk perempuan akan diberi tempat tinggal

dari Yayasan Haji Karim Oie yang berada di jalan Lautze pasar baru Jakarta

Pusat.17

E. Kegiatan Yayasan Haji Karim Oie

Dalam usia yayasan yang semakin meningkat Yayasan Haji Karim Oie

tetap mengadakan kegiatan rutin untuk para jamaah dan muallaf antara lain

kegiatan yang diadakan oleh Yayasan tersebut:

1. Pembauran Agama dan Bisnis

Pembauran Agama yang dimaksud adalah, pengislaman yang di

langsungkan setiap minggu di Yayasan Haji Karim Oie, pengislaman ini

tidak selalu stabil ada beberapa frekuensi naik dan turun yang tidak

menentu. Dalam pengislaman ini pihak Yayasan Haji Karim Oie

memberikan selembar yang bertuliskan dua kalimat Syahdat yang nantinya

akan diikrarkan seseorang. Setelah bersyahadat Yayasan Haji Karim Oie

memberikan sertifikat yang diberikan sebagai bukti outentik atau legalitas

seseorang sudah menjadi muallaf. 18

Pembauran melalui bisnis yang dilakukan pada pihak Yayasan dan

Jamaah Muallaf Tionghoa, untuk keberlangsungan hidup mereka bersama

keluarganya. Yayasan Haji Karim Oie menyampaikan dengan cara

berdagang, dengan cara perdagangan pihak Yayasan bisa menyampaikan

dakwah sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.19

17

Interview Pribadi dengan Bapak Yusman Pengurus Yayasan Haji Karim Oie, Jakrta, 6

Oktober 2017. 18

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa., h., 75 19

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa., h, 2

Page 54: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

43

2. Gerakan dakwah untuk Warga Negara Indonesia dan Muallaf Tionghoa.

Gerakan dakwah pada Yayasan Haji Karim Oie adalah, kegiatan

Rohani yang dilaksanakan setiap hari Minggu. Gerakan dakwah ini

terbuka untuk umum, baik untuk muallaf Tionghoa maupun Warga Negara

Indonesia Yang disampaikan Ustazah Anna Warga Negara Indonesia.

Kegiatan dakwah yang disampaikan ustazah Anna adalah dengan metode

pembahasan yang dikutip secara langsung dari Al-Qur’an dan Al-Hadits

serta beberapa kitab Fiqih yang sering dijadikan pedoman hidup Muslim.

Kegiatan dakwah yang disampaikan Ustazah Anna untuk memberikan

bagaimana cara beribadah dan kewajiban yang seharusnya dilakukan pada

umat Islam. Yang nantinya akan diperaktekan kepada para muallaf

Tionghoa. Dan gerakan dakwah ini bertujuan untuk memberikan beberapa

pengetahuan yang belum diketahui kepada para muallaf Tionghoa.20

3. Majid Lautze dan Yayasan Haji Karim Oie merayakan Imlek dengan

berbagai macam kegiatan.

Masjid Lautze dan Yayasan Haji Karim Oie tetap merayakan Imlek

yang berbeda dengan adat Cina yaitu dengan nuansa Islami dan bertujuan

untuk para Jamaah Muallaf Tionghoa bersilaturahim. Da mengingat tradisi

yang pada setiap tahunnya dilakukan bersama keluargabesarnya. Terutama

bagi mereka yang sudah tidak mempuyai keluarga besar bisa merasakan

kembali kekeluargaan. Pada perayaan Imlek ini Yayasan Haji Karim Oie

juga mempunyai kegiatan yang berupa dengan perlombaan Adzan dan

pengajian bersama untuk Warga Negara Indonesia dan Muallaf

Tionghoa.21

4. Shalat Tarawih Bersama.

Masjid dan Yayasan Haji Karim Oie melangsungkan Shalat

Tarawih bersama yang dilangsungkan pada bulan Ramadhan. Yayasan

Haji Karim Oie mengkhususkan setiap hari Minggu shalat tarawih

berjamaah dikhususkan untuk jamaah muallaf Tionghoa, untuk tetap

20

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa., h, 87 21

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa., h, 182

Page 55: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

44

menjamin tali silaturahim. Pelaksanaan shalat Tarawih di imamkan

langsung dari jamaah mualaf Tionghoa di Yayasan Haji Karim Oie.22

5. Solat Jumat Bersama.

Solat jumaat bersama yang dilaksanakan di Yayasan Haji Karim

Oie adalah kegiatan rutin yang setiap minggu melangsungkan shalat

jumaat yang dikhususkan untuk jamaah muallaf Tionghoa baik dari

Muadzin, Imam, dan Cermah.23

6. Masjid Lautze dan Yayasan Haji Krim Oie merayakan hari-hari besar

Islam.

Masjid Lautze dan Yayasan Haji Karim Oie selalu membuat

kegiatan-kegiatan dalam rangka untuk menghormati hari-hari besar umat

Islam. Untuk hari raya Idul Adha pihak Yayasan Haji Karim Oie

melangsungkan shalat Idhul Adha Bersama serta mengurbankan hewan-

hewan untuk dikurbankan. Hewan yang dikurbankan akan diberikan

kepada para jamaah muallaf Tionghoa terutama bagi mereka yang kurang

mampu dan Warga Negara Indonesia. Dalam pelaksanaan Hari Raya Idul

Fitri Yayasan Haji Karim Oie melangsungkan shalat Idul Fitri Bersama

dan melakukan kumpul bersama dengan para jamaah muallaf Tionghoa

dengan Warga Negara Indonesia dengan kegiatan makan ketupat bersama

dengan tujuan untuk menjaga tali silaturahim sekaligus mengenalkan

kepada mereka beberapa hari-hari besar umat Islam yang harus dihormati.

Selain itu juga pihak Yayasan Haji Karim Oie mengajarkan bagaimana

kewajiban sesama mulim lainnya.24

22

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa., ,h, 200 23

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa., h ,172 24

B. Wibowo, Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa., h, 192

Page 56: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

45

BAB IV

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS PADA JAMAAH MUSLIM

TIONGHOA DI YAYASAN HAJI KARIM OIE

A. Hubungan Muslim Tionghoa Dengan Keluarganya (Non Muslim) Pada

Sistem Pembagian Waris

Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara

keseluruhan dan merupakan bagian dari akibat hubungan perkawinan dari

hukum kekeluargaan. Hukum Waris juga berkaitan dengan ruang lingkup

kehidupan manusia dan setiap manusia akan mengalami kematian.

Diantaranya adalah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak

serta kewajiban-kewajiban seseorang setelah meninggal dunia.1 Penyelesaian

hak-hak dan kewajiban-kewajiban akibat meninggalnya seseorang telah diatur

oleh hukum Waris.2

Haji Ali Karim Oie sebagai ketua Yayasan Haji Karim Oie

menyatakan dalam hubungan muslim Tionghoa dengan keluarganya Non

Muslim pada sistem pembagian Waris banyak perbedaan. Ada beberapa yang

masih mempunyai hubungan yang baik dan ada pula yang sudah rusak

hubungannya. Hubungan yang baik timbul karena seseorang masih

berperilaku baik terhadap keluarganya. Untuk hubungan yang sudah tidak baik

dikarenakan perubahan sikap dan perilaku seseorang terhadap keluarganya.

Namun pada kenyataanya lebih banyak kecenderungan kepada keluarga yang

masih mempunyai hubungan yang baik.3

Hasil wawancara dengan Haji Ali Karim Oie hubungan dengan

kelurganya masih dalam keadaan baik, karena hampir semua keluarganya

sudah menjadi muallaf. Namun Ada beberapa anggota keluarga Haji Ali

Karim Oie yang masih non muslim dan hubungan itu masih tetap terjaga

dengan baik. Tidak ada sengketa apapun termasuk pada sistem pembagian

1 Febbe Joesiaga, “Pelaksanaan Pembagian Warisan Secara Adat Pada Masyarakat

Tionghoa Di Kota Surakarta”, Tesis:, (Semarang: 2008)., h, 85 2 Eman Suparman, Hukum Waris Islam Dalam Presfektif Islam, Adat, dan BW, (Bandung:

PT. Refika Aditama, 2014),. h,1 3 Interview Pribadi Dengan Haji Ali Karim Oie, Ketua Yayasan Haji Karim Oie, Jakarta

25 Juli 2017

Page 57: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

46

Waris dikarenakan kedua orang tua Haji Ali Karim Oie Wafat setelah menjadi

muallaf. Pada sistem pembagian Waris dilaksanakan sesuai dengan ajaran

Islam. yaitu Harta Waris akan diberikan setelah selesai pembiyayaan

pengurusan jenazah dan pembayaran hutang piutang pewaris apabila belum di

lunasi. Karena Pewaris mempunyai harta yang sedikit habislah harta Waris

untuk biayaya pengurusan jenazah dan pelunasan hutang-hutang pewaris

sehingga tidak ada pembagian harta Waris pada keluarganya.4

Seperti yang dikatakan Haji Ali Karim Oie terhadap Hubungan muslim

Tionghoa dengan keluarga yang Non Muslim ada beberapa perbedaan seperti

hubungan ayah, ibu anak laki-laki, anak perempuan, nenek dan kakek yang

masih mempunyai ikatan darah dan satu sepersusuan. Didalam hubungan

tersebut ada beberapa hubungannya yang masih baik dan ada yang tidak baik

atau sudah rusak karena sebab-sebab tertentu. Sebelum pembahasan lebih

lanjut peneliti mencoba mengkategorikan jenis hubungan yang dialami para

Jamaah muallaf di Yayasan Haji Karim Oie sebagai berikut:

1. Hubungan yang baik

Kartika Sari Susilo muallaf pada tahun 1992 sejak SMA. Rasa

takut Kartika Sari Susilo hilang karena ingin mencari Ridho Allah SWT

dan meyakini Islam adalah agama yang benar. Kartika Sari Susilo sebagai

anak bungsu dari 3 bersaudara dan mempunyai 2 orang kakak perempuan.

Hubungan Kartika Sari Susilo dengan keluarganya yang masih non

muslim baik-baik saja sampai saat ini. Hubungan yang baik dikarenakan

Kartika Sari Susilo yang tidak pernah membeda-bedakan agama dan

menghormati semasa hidup kedua orang tua dan saudaranya. Hubungan

yang baik itu tidak menghalangi Kartika Sari Susilo sebagai ahli Waris.

Adapun Harta Waris yang ditinggalkan oleh kedua orang tua Kartika Sari

Susilo berupa Rumah, sebidang tanah dan beberapa perhiasan milik

ibunya. Dan semua itu dibagikan dengan sistem bagi sama rata yaitu 1:1

demi menjaga keharmonisan hubungan yang ada dikeluarga Kartika Sari

Susilo.5

4 Interview Pribadi dengan H. Ali Karim Oie, Sebagai Ketua Yayasan Haji Karim Oie, 25

Juli 2017 5 Interview Pribadi dengan Kartika Sari Susilo, Jamaah Muallaf Yayasan Haji Karim

Oie, Jakarta 2 Agustsus 2017

Page 58: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

47

Yenny Maulina muallaf pada tahun 2014. Berbeda dengan Kartika

Sari Susilo, Yenny Maulina sebagai anak ke-2 dari ke-4 saudaranya terdiri

anak laki-laki pertama dan dua adik perempuannya. Hubungan

kekeluargaan Yenny Maulina masih terjalin dengan baik. Hubungan yang

baik itu dikarenakan Yenny Maulina berbakti kepada kedua orang tua

semasa hidupnya, hal itu menyebabkan Yenny Maulina masih

mendapatkan bagianya sebagai ahli Waris Tunggal. Namun adik bungsu

Yenny Maulina tidak mendapatkan bagian sebagai ahli Waris dikarenakan

adiknya yang mempunyai etika yang kurang baik kepada kedua orang tua

Yenny Maulina semasa hidupnya.6

Ahmad Anton menjadi muallaf pada tahun 2013 setelah menikah

dengan Sri Endelina. Ahmad Anton menjadi muallaf karena sudah

mendapatkan hidayah. Ahmad Anton sebagai anak ke-3 dari ke-4 saudara

diantaranya, 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. Hubungan Anton

dengan keluarganya masih dalam keadaan yang baik meskipun seorang

diri sebagai muallaf dari beberapa saudaranya. Hubungan yang terjalin

baik pada keluarga Ahmad Anton tetap menutup bagianya sebagai ahli

Waris dengan alasan Ahmad Anton yang berbeda agama dengan kedua

orang tua dan saudara-saudaranya. Ahmad Anton tetap mendapatkan

bagian harta Waris yang diberikan berupa wasiat yang disampaikan

ayahnya secara tertulis bahwa Ahmad Anton berhak mendapatkan

sebagian harta Warisnya. Mengenai harta yang akan diberikan oleh

kakaknya berupa hibah kepada Ahmad Anton atas wasiat yang diberikan

semasa ayahnya hidup. Adapun harta yang ditinggalkan kedua orang

tuanya berupa rumah, 3 buah kontrakan dan beberapa benda bergerak yang

akan diberikan kepada ahli Warisnya kecuali Ahmad Anton yang

mendapatkan bagianya 1/3 dari harta Waris yang diberikan oleh kakaknya

berupa hibah atas Wasiat yang diberikan kepada Ahmad Anton.7

6 Interview Pribadi dengan Yenny Maulina, Sebagai Jamaah Muallaf Yayasan Haji

Karim Oie, Jakarta 18 Februari 2018 7 Interview Pribadi dengan Ahmad Anton, Sebagai Jamaah Muallaf Yayasan Haji Karim

Oie, Jakarta 18 Februari 2018.

Page 59: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

48

Jonathan F. Satria muallaf pada 18 Februari 2018. Jonathan F.

Satria sebagai anak pertama dari ke-2 saudara perempuannya bersama Ibu

yang ditinggalkan oleh ayah mempunyai hubungan yang terjalin dengan

baik. Jonathan F. Satria mempunyai budi pekerti yang baik dari sebelum

muallaf sampai menjadi mullaf, hal itu tidak menghalangi bagiannya

sebagai ahli Waris utama laki-laki. Yang diharapkan ayah Jonathan F.

Satria untuk menjaga keluarganya dan harta yang ditinggalkan jika sudah

tiada. Harta yang ditinggalkan ayahnya berupa Rumah, 2 kendaraan

bermotor dan beberapa benda tidak bergerak. Semua harta peninggalan

ayah yang akan diberikan kepada Jonathan F. Satria sebagai ahli Waris

tunggal dan sisanya akan diberikan kepada Ibu dan adik-adiknya.8

Soen Koeng Hok menjadi muallaf pada 25 Januari 1993. Soen

Koeng Hok menjadi muallaf karena melihat Islam itu adil dan mempunyai

landasan hukum yang jelas. Soen Koeng Hok anak pertama dari ke-2 adik

laki-laki dan adik perempuanya. Hubungan Soen Koeng Hok dengan

keluarganya yang masih non muslim masih terjalin dengan baik. Meskipun

hubungan Soen Koeng Hok terjalin dengan baik, itu semua telah menutup

bagian Soen Koeng Hok sebagai ahli Waris. Harta Waris akan diberikan

kepada para keturunanya yang masih satu agama dengan kedua orang

tuanya. Adapun harta peninggalan yang ditinggalakan kedua orang tuanya

berupa rumah, beberapa benda tidak bergerak, dan sertifikat tanah.

Hubungan yang terjalin antara Soen Koeng Hok dengan keluarganya tidak

menutup kemungkinan bahwa Soen Koeng Hok sudah terputus bagianya

sebagai ahli Waris, dikarenakan Soen Koeng Hok sebagai muallaf dan hal

itu sudah di musyawarahkan.9

2. Hubungan yang tidak baik

Hubungan yang tidak baik dikarenakan beberapa sebab.

DIantaranya pada hasil wawancara dengan Hertina yang mempunyai nama

8 Interview Pribadi dengan Jonathan F. Satria, Sebagai Jamaah Muallaf Yayasan Haji

Karim Oie, Jakarta 18 Februari 2018 9 Interview Pribadi dengan Soeng Koeng Hok, Jamaah Muallaf Yayasan Haji Karim Oie,

Jakarta 20 Februari 2018.

Page 60: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

49

Cina Geutinou menjadi muallaf pada tahun 2013 sejak ikut pamannya.

Hertina atau Geutinou sebagai anak ke-2 bersama kakak perempuan dan

ke-2 adik laki-laki. Hertina atau Geutinou sudah tidak mempunyai

hubungan yang baik dengan keluarganya semenjak menjadi muallaf.

Hubungan yang tidak baik yang disebabkan oleh agama mengakibatkan

Hertina sudah terputus hubungan dengan keluarganya begitupun pada

bagiannya sebagai ahli Waris. Adapun harta Waris milik kedua orang tua

yang ditinggalkan antara lain berupa rumah tempat kediaman bersama

saudara-saudaranya yang di kuasai penuh oleh adik laki-laki bungsu dan

tidak dibagikan kepada ahli Waris lainnya.10

Abdurrahman dengan nama panggilan Cina Tcinkonetcong atau

aqued. Menjadi muallaf pada tahun 2015. Abdurrahman sebagai anak

angkat yang diasuh oleh saudara jauhnya sejak usia 18 tahun. Pada waktu

itu orang tua Abdurrahman mempunyai hutang kepada saudaranya dan

Abdurrahman sebagai pengganti hutang tersebut. Abdurrahman diangkat

dan diasuh dengan tujuan ingin mencari anak laki-laki untuk keluarga

asuhnya, Abdurrahman sebagai harapan mereka karena anak laki-laki

dapat menggantikan posisi kedua orang tua apabila sudah tiada dan

menjaga harta keluarganya. Kehadiran anak laki-laki sangat dinantikan

oleh orang-orang keturunan Tionghoa. Hubungan Abdurrahman dengan

ke-4 saudaranya yang masih non-muslim yang awalnya baik menjadi tidak

baik, karena beberapa sebab yang mengakibatkan hubunganya rusak

dengan keluarganya. Yang menyebabkan rusaknya hubungan

Abdurrahman dengan keluarga asuhnya karena Abdurrahman menjadi

muallaf dan saudara-saudaranya yang memperebutkan harta Waris milik

kedua orang tuanya. Harta yang ditinggalkan berupa 2 buah rumah

mewah, sebuah bidang tanah, dan beberapa benda tidak bergerak yang

pada saat itu semua harta di kuasai oleh nenek mereka. Kehadiran

Abdurrahman yang diharapkan membantu menyeselesaikan sengketa

10

Interview Pribadi Dengan Geutinou, Jamaah Muallaf Yayasan Haji Karim Oie, Jakarta

2 Agustus 2018

Page 61: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

50

tersebut malah sebaliknya bersikap acuh. Hubungan yang tidak baik itu

bukan menjadi penghalang Abdurrahman mendapatkan Warisan akan

tetapi tetap mendapatkan bagiannya sebagai anak angkat laki-laki yang

bagiannya sejajar dengan nenek. Sedangkan hubungan Abdurrahman

dengan keluarga kandungnya yang sudah terputus sehinggal memutuskan

sebagai bagian ahli Waris.11

Budiman menjadi muallaf pada tahun 1986. Yang menjadi alasan

Budiman menjadi muallaf karena sudah mendapatkan panggilan berupa

rahmat yang diberikan Allah SWT. Budiman bersama saudara

perempuannya yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya memiliki

hubungan yang tidak baik yang dikarenakan sikap Budiman yag terlalu

mengekang kepada saudara perempuannya dengan larangan-larangan yang

diatur dalam agama Islam. Hubungan yang tidak baik itu memutuskan

bagiannya sebagai ahli Waris dan seluruh harta Waris yang sudah habis

terjual di miliki oleh adiknya.12

B. Sistem Pembagian Ahli Waris Muallaf Tionghoa

Pada asasnya dalam susunan masyarakat Tionghoa pada umumnya

masih memakai sistem Patrilineal atau disebut dengan kebapakan. Yang

dimaksud dengan kebapakan ialah suatu sistem kekeluargaan dengan para

anggota masyarakat hukum yang menarik garis keturunan melaui garis laki-

laki atau bapak. Pembagian ahli Waris pada muallaf Tionghoa di Yayasan

Haji Karim Oie sebagai berikut:

1. Anak perempuan

Kartika Sari Susiolo sebagai anak bungsu dari ke-3 saudara

perempuannya. Kartika Sari Susilo sebagai ahli Waris bersama saudara

perempuanya mendapatkan pembagian sama rata yaitu 1:1. Adapun harta

yang ditinggalkan berupa rumah, sebidang tanah, dan beberapa perhiasan

11

Interview Pribadi dengan Abdurrahman Tchinkonetcong, Sebagai Jamaah Muallaf

Yayasan Haji Karim Oie, Jakarta 18 Februari 2018 12

Interview Pribadi dengan Budiman, Jamaah Muallaf Yayasan Haji Karim Oie, Jakarta

18 Fberuari 2018

Page 62: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

51

yang dijual dan uang hasil penjualan akan di bagi sama rata kepada ahli

Waris.13

Yenny Maulina anak ke-2 bersama ke-4 saudaranya diantara kakak

laki-laki dan ke-2 adik perempuannya. Yenny Maulina sebagai ahli Waris

tunggal mendapatkan baginya 2/3 bagian harta Waris. Bagian harta Waris

yang didapatkan laki-laki 1/6 bagian dan 2/3 bagian sisa harta akan

dibagikan kepada 2 saudara perempuannya.14

2. Anak Laki-laki

Pada umumnya masyarakat Tionghoa yang bersifat Patrilineal yang

mempunyai sifat kebapakan, mengharapkan kelahiran anak laki-laki dari

bagian keluarganya yang akan bertanggung jawab dan menjaga harta

keluarganya. Diantara hasil wawancara dengan muallaf laki-laki sebagai

ahli Waris sebagai berikut:

Jonathan F. Satria sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, Jonathan

F. Satria bersama 2 adik perempuannya dan Ibu yang ditinggal mati oleh

ayahnya. Jonathan F. Satria sebagai ahli Waris utama mendapatkan 1/3

bagian harta Waris.15

3. Wasiat Hibah

Wasiat Hibah merupakan pesan yang diberikan pewaris kepada anak

atau keturunanya yang tidak mendapatkan bagian sebagai ahli Waris

karena sebab-sebab tertentu. Diantaranya yang terjadi pada Ahmad Anton

sebagai anak ke-3 dari ke-4 saudaranya terdiri 2 anak laki-laki dan 2 anak

perempuan. Ahmad Anton dan ke-4 saudara yang ditinggal oleh kedua

orang tuanya dan meninggalkan beberapa harta harta Waris berupa rumah,

3 buah kontrakan, dan beberapa benda tidak bergerak akan diberikan

kepada para keturunanya. Ahmad Anton tidak mendapatkan bagiannya

sebagai ahli Waris yang sudah terputus karena Ahmad Anton sebagai

13

Interview Pribadi dengan Kartika Sari Susilo, Jamaah Muallaf Yayasan Haji Karim

Oie, Jakarta 2 Agustsus 2017 14

Interview Pribadi dengan Yenny Maulina, Sebagai Jamaah Muallaf Yayasan Haji

Karim Oie, Jakarta 18 Februari 2018 15

Interview Pribadi dengan Jonathan F. Satria, Sebagai Jamaah Muallaf Yayasan Haji

Karim Oie, Jakarta 18 Februari 2018

Page 63: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

52

muallaf dan harta yang akan diterima Anton digantikan dari isi wasiat

yang tertulis oleh ayahnya semasa hidupnya. Harta Waris yang akan

diberikan oleh kakaknya berupa hibah kepada Ahmad Anton 1/3 bagian

dari wasiat yang ditinggalkan oleh ayahnya untuk Ahmad Anton.16

4. Anak Angkat

Anak angkat atau kerabat angkat adalah kerabat yang hadir atas

pengangkatan saudara yang dilakukan seseorang terhadap orang lain,

dengan tujuan untuk dijadikan bagian dari keluarga tersebut. Untuk

penempatan anak angkat atau kerabat angkat dan pengangkatan anak

berguna untuk mencari anak laki-laki yang nantinya akan diangkat derajat

yang sama seperti bagian keluarganya.17

Abdurrahman sebagai anak angkat dari ke-4 saudara perempuan dan

nenek yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Harta Waris kedua

orang tua angkatnya meninggalkan 2 buah rumah mewah, sebidang tanah

dan beberapa benda tidak bergerak. Status Abdurrahman sebagai anak

angkat tidak menutup bagiannya menjadi ahli Waris pada keluarga

angkatnya, bahkan Abdurrahman mendapat bagian harta peninggalan

seperti bagian yang didapatkan anak laki-laki di Tionghoa serta bagian

harta yang didapatkan Abdurrahman sama rata dengan bagian yang

didapatkan nenek 1/2 bagian.18

16

Interview Pribadi dengan Ahmad Anton, sebagai Jamaah Muallaf Di Yayasan Haji

Karim Oie, Jakarta: 18 Februari 2018 17

Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: PT Refika Aditama,

2006),. h. 47 18

Interview Pribadi dengan Abdurrahman, sebagai Jamaah muallaf Di Yayasan Haji

Karim Oie, Jakarta: 18 Februari 2018

Page 64: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

53

NO NAMA MUALLAF TAHUN

MUALLAF

STATUS WARIS KETERANGAN

1 Kuman Gunawan 1991 Mendapatkan harta

Warisan sebagai ahli

Waris

Sebagai ahli

Waris anak Laki-

laki

2 Ahmad Anton 2013 Menutup bagiannya

sebagai ahli Waris

dan digantikan

dengan Wasiat Hibah

Sebagai anak ke-

3 laki-laki dari

ke-4 bersaudara

3 Hendry 2000 Mendapatkan harta

Waris sebagai ahli

Waris

Sebagai ahli

Waris anak laki-

laki

4 Jonathan F. Satria 2018 Mendapatkan harta

Waris sebagai ahli

Waris

Sebagai ahli

Waris anak laki-

laki

5 Kantjana Setiawan

(Amiaun)

1983 Mendapatkan harta

Waris sebagai ahli

Waris

Sebagai ahli

Waris anak laki-

laki

6 Kartika Sari Susilo 1992 Mendapatkan harta

Waris sebagai ahli

Waris

Sebagai ahli

Waris anak

perempuan

7 Soen Koeng Hok 1993 Tidak mendapatkan

bagiannya sebagai

ahli Waris karena

faktor agama yang

memutuskan

Sebagai anak

laki-laki

8 Yenny Maulina 2014 Mendapatkan harta

Waris sebagai ahli

Waris

Sebagai ahli

Waris anak

perempuan

9 Abdurrahman 2003 Mendapatkan harta Sebagai anak

Page 65: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

54

(Tchinkonecthong

Aqued)

Waris sebagai anak

angkat dengan bagian

yang sama seeperti

anak laki-laki

angkat dan

mendapatkan

bagian harta,

yang sama

dengan bagian

yang diterima

anak laki-laki.

10 Budiman

1986 Sudah terputus

bagiannya sebagai

ahli Waris karena

faktor agama, dan

karena hubungan

yang tidak baik.

Sebagai anak

laki-laki sudah

terputus

bagiannya

11 Hertina (Goutinou) 2013 Sudah terputus

bagiannya sebagai

ahli Waris karena

hubungan yang tidak

baik dengan

keluarganya.

Sebagai anak

perempuan sudah

terputus

bagiannya

C. Ananlisis Terhadap Waris Muallaf Tionghoa Dengan Hukum Islam

Tionghoa merupakan sebutan lain untuk Cina yang sudah resmi

menjadi Warga Negara Indonesia. seperti yang kita ketahui bahwa Negara

Indonesia tidak mempunyai hukum yang berlaku untuk semua golongan tanpa

membedakan sebuah suku atau Ras yang ada di Negara Indoensia. Setelah

lahirnya Undang-undag Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan

Republik Indonesia sudah tidak ada lagi perbedaan terhadap suatu golongan.

Tidak menutup kemungkinan penggolongan masih digunakan salah satunya

dalam pelaksanaan hukum Waris yaitu, hukum Waris yang dilaksanakan

berdasarkan BW (Burgerlijik Wetboek) yang sifatnya mementingkan hak-hak

perseorangan atas kebendaan dan itu berlaku untuk golongan Tionghoa.

Page 66: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

55

Hukum kewarisan Islam adalah mengatur tentang hak pemilikan harta

peninggalan (Tirkah) Pewaris, yang menentukan siapa yang berhak menjadi

ahli Waris dan berapa bagian masing-masing ahli Waris. Hukum Waris Islam

hanya berlaku untuk orang yang beragama Islam.19

dan telah diatur dalam Al-

Qur’an QS An-Nisa :7

Artinya; “bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-

bapak dan kerabatnya dan bagi orang wanita ada hak bagian dari harta

peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bagian yang telah ditetapkan”.20

Analisis pertama pembagian anak perempuan yang diterima Kartika

Sari Susilo sebagai muallaf di Yayasan Haji Karim Oie mendapatkan 1:1

bersama dengan ke-2 saudara perempuanya. Pembagian diberikan sama rata

berdasarkan adat keluarga mereka untuk menjaga hubungan satu sama lain.21

Berbeda dengan sistem pembagian anak perempuan dalam kompilasi hukum

Islam pasal 176 bahwa anak perempuan bila seorang diri ia mendapatkan 1/2

bagian. 2/3 bagian jika bersama dengan saudaranya. Dan apabila anak

perempuan bersama dengan anak laki-laki mendapatkan 2:1 bagian. 1 bagian

karena kedudukannya bersama dengan anak laki-laki dalam Islam bagian anak

perempuan sebagai ashabah. Seharusnya bagian yang didapatkan Kartika Sari

Susilo 2/3 bagian karena bersama dengan saudara perempuannya. Dengan ini

bisa dilihat ada faktor penggeseran yang terjadi pada bagian Waris Kartika

Sari Susilo dibagi sama rata bersama sudara perempuannya.

19

Mardani, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015)., h, 1. 20

Mardani, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Pt. SinarGrafika Persada,

2014, Cet. Pertama), h., 2. 21

Abdul Manan & M. Fauzan , Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan

Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, h., 106.

Page 67: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

56

Analisis kedua kepada Yenny Maulina sebagai muallaf di Yayasan

Haji Karim Oie. Yenny Maulina anak ke-2 dari 4 bersaudara sebagai pewaris

tunggal 2/3 bagian dari ahli Waris lainnya. Berbeda menurut Amir

Syarifuddin dalam bukunya yang berjudul Hukum Kewarisan Islam. Pada

pembagian anak perempuan yang harusnya diterima Yenny Maulina karena

bersama dengan beberapa saudaranya sebagai Muslim yang diatur dalam

Islam adalah 1/2 bagian jika anak perempuan seorang diri, dan jika beberapa

orang 2/3 bagian, masing-masing 1 bagian dari sisa jika mewarisi bersama

anak laki-laki dan kedudukan perempuan sebagai ashabah bil-ghairir.22

Adapun pembagian yang seharusnya didapatkan oleh Yenny Maulina sebagai

muallaf dalam hukum Islam 2/3 bagian bersama 2 saudara perempuannya.

Bagian yang diterima Yenny Maulina berbeda dengan konsep Islam hal

tersebut dikarenakan pembagian Waris yang ada dikeluarga Yenny

Berdasarkan Asas kekeluargaan.

Analisis ketiga pembagian pada Anak laki-laki berdasarkan hasil

Wawancara dengan Jonathan F.Satria sebagai muallaf di Yayasan Haji Karim

Oie. Jonathan F. Satria sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, Jonathan F.

Satria mendapatkan 1/3 bagian harta Waris. Dan sisa harta 2/3 bagian akan

diberikan kepada ke-2 adik perempuan dan 1/6 bagian diberikan Ibunya.

Ketentuan dalam hukum Kewarisan Islam pembagian pada Anak laki-laki

adalah bagian yang pasti, mereka menerima Waris dengan jalannya Usbah

baik bersama anak laki-laki maupun anak perempuan. Pembagian 2:1 yang

artinya bagian yang diterima laki-laki lebih banyak dari bagian anak

perempuan. Hal ini sudah diatur dalam Al-Qur’an QS. Al-Nisa: 11:

22 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2011),

h.,233.

Page 68: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

57

Artinya: Allah mewasiatkan bagi kamu tentang (pembagian

pusaka) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan

bagaimana dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya

perempuan dan lebih dua orang, maka bagi mereka 2/3 dari harta yang

ditinggalkan. Jika anak perempuan itu seorang diri maka ia memperoleh

1/2 harta.23

Analisis keempat pada Wasiat Hibah, Sistem pembagian yang

didapatkan Ahmad Anton sebagai muallaf di Yayasan Haji Karim Oie berupa

Wasiat hibah. Wasiat hibah yang dimaksud adalah pesan yang ditulis pewaris

kepada Ahmad Anton untuk mendapatkan bagian dari harta peninggalan yang

dihibahkan oleh kakaknya sebagai pelaksanaan Wasiat kedua orang tuanya.

Ahmad Anton sebagai anak ke-3 dari ke-4 bersaudara, terdiri 2 anak laki-laki

dan 2 anak perempuan yang masih menjadi bagian dari ahli Waris

keluarganya. Ahmad Anton yang sudah tidak menjadi bagian ahli Waris tetap

mendapatkan harta Waris yang digantikan berupa wasiat hibah dengan 1/3

bagian dari harta yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Dalam kompilasi

hukum Islam Wasiat adalah pemberian sesuatu benda dari pewaris kepada

orang lain atau lembagayang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.

Hibah dalam kompilasi hukum Islam adalah suatu pemberian benda secara

suka rela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih

hidup untuk dimiliki. 24

Jadi pembagian yang diterima Ahmad Anton tidak

berbeda dengan Wasiat wajibah yang diatur dalam hukum Islam merupakan

suatu wasiat yang di peruntukan kepada ahli Waris atau kerabat yang tidak

23

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan Teks &

Konteks, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h., 26. 24

Abdul Manan & M.Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewennag Peradilan

Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h., 104

Page 69: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

58

memperoleh bagian harta Warisan dari orang yang wafat karena adanya suatu

halangan. Maka kepada keturunanya dari anak pewaris diberikan wasiat

wajibah tidak melebih 1/3 dari harta peninggalan pewaris.

Analisis kelima pembagian yang didapatkan Abdurrahman sebagai

muallaf di Yayasan Haji Karim Oie yang sering di panggil Tcinkoentcong.

Abdurrahman sebagai anak angkat dari ke-4 bersaudara bersama nenek yang

telah ditinggalkan oleh orang tuanya. Abdurrahman sebagai anak angkat

mendapatkan 1/2 bagian. Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa

anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidup sehari-

harinya, biaya pendidikan dan sebagainnya beralih tanggung jawabnya dari

orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.

Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta Warisan orang tua angkatnya.25

Melihat

pembagian yang didapatkan Abdurrahman 1/2 menyalahi aturan pembagian

Waris anak angkat yang seharusnya tidak melebihi bagiannya 1/3 dan hal ini

dikarenakan pembagian yang terjadi pada Waris masih menggunakan sistem

Patrilineal.

Analisis dari hasil wawancara dengan beberapa responden jamaah

muallaf Tionghoa di Yayasan Haji Karim Oie ada beberapa faktor yang

menyebabkan seseorang terhalang atau terputus dan mendapatkan bagianya

sebagai ahli Waris. Yang menyebabkan seseorang terhalang atau terputus

bagiannya sebagai ahli Waris salah satunya karena faktor agama. Dalam

hukum Islam yang menyebabkan sebab terhalangnya seseorang mendapatkan

harta Waris diantaranya perbudakan, pembunuhan, dan berlainan agama.

Sesuai dengan penjelasan Rasulullah SWT dalam sabdanya:

النبي صلي اهلل عليو وسلم قال اليرث المسلم الكافر وال يرث الكافر اسامة بن زيد ان عن المسلم

25

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan Teks

&Konteks, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h., 100.

Page 70: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

59

Artinya: “ dari Usamah ibni Zaid, sesungguhnya Nabi SAW

bersabda: orang muslim tidak mewarisi orang kafir pun orang kafir

mewarisi orang muslim”.

Hal tersebut tidak menjadi hambatan seseorang untuk menerima

bagiannya sebagai ahli Waris, dan digantikan dengan cara penggantiannya

berupa wasiat hibah yang diberikan pewaris kepada anaknya sebagai bentuk

jasa dan rasa kasih sayangnya. Dalam hukum Islam seseorang masih bisa

mendapatkan harta Waris dengan Wasiat wajibah yang merupakan suatu

wasiat yang diperuntukan kepada ahli Waris atau kerabat yang tidak

memperoleh bagian harta Warisan dari orang yang wafat karena suatu sebab

tertentu, dan harta yang diberikan tidak boleh melebihi 1/3 bagian dari harta

peninggalan pewaris.

Page 71: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

60

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Hubungan muslim Tionghoa dengan keluarganya Non muslim pada sistem

pembagian Waris di Yayasan Haji Karim Oie memliki beberapa

hubungan, diantaranya hubungan yang baik dan hubungan yang tidak baik.

Hubungan dua insan yang berbeda agama ini disebabkan karena beberapa

faktor salah satunya hubungan yang masih terjaga dengan baik karena budi

pekerti yang baik seseorang terhadap keluarganya, tidak menutup

seseorang mendapatkan bagian sebagai ahli Waris. adapun sebab

seseorang mempunyai hubungan yang tidak baik dikarenakan seseorang

telah membuat suatu masalah yang menimbulkan kekecewaan, yang

menyebabkan terputus bagiannya sebagai ahli Waris terkecuali ada alasan

yang kuat untuk seseorang masih mendapatkan Waris.

2. Sistem pembagian ahli Waris pada muallaf Tionghoa di Yayasan Haji

Karim Oie yang berbeda-beda pembagian diantaranya pada pembagian

anak perempuan yang dibagi sama rata 1:1, dan bagiannya 2 kali lebih

besar dari saudara-saudaranya. Pembagian anak laki-laki 2 kali lebih besar

dari bagian saudara perempuan dan Ibu. Wasiat Hibah dengan 1/3 bagian

dan bagian Anak angkat laki-laki mendapatkan 1/2 bagian.

3. Pembagian Waris pada anak perempuan muallaf tionghoa ada yang dibagi

sama rata dan 2 kali bagian dari 2 saudaranya. Berbeda dengan hukum

Islam anak perempuan 1/2 bagian jika seorang, 2/3 bagian jika beberpa

orang. Pembagian Waris anak laki-laki muallaf Tionghoa sama dengan

pembagian dalam hukum Islam mendapatkan bagian 2 kali lebih besar dari

anak perempuan. Pembagian Waris anak angkat muallaf Tionghoa 1/2

bagian dalam hukum Islam pembagian Waris anak angkat tidak melebihi

1/3 bagian dari harta peninggalan pewaris. Pembagian Waris Wasiat Hibah

muallaf Tionghoa dengan 1/3 bagian dari harta Waris.

Page 72: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

61

B. SARAN

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan dari pemaparan pada

bab-bab sebelumnya untuk perkembangan Ilmu pengetahuan umumnya dan

peneliti khusunya adalah:

1. Untuk pemeluk agama Islam (Muslim/Muslimah) terkhsus kepada para

muallaf disarankan untuk belajar dan mengetahui bagaimana pembagian

Waris dalam hukum Islam dan apa saja yang menyebabkan seseorang

terhalang sebagai ahli Waris. Karena aturan pembagian sudah dijelaskan

pada surat An-Nisa ayat 7.

2. Untuk para peneliti dan akademisi agar mengkaji lebih dalam lagi tentang

sistem pembagian Ahli Waris pada muallaf Tionghoa. Karena itu juga

sebagai pembelajaran kita sekaligus untuk menyampaikan Ilmu bagaimana

pembagian Waris dalam hukum Islam.

3. Untuk pemeluk agama Islam terkhusus kepada para muallaf Tionghoa di

Yayasan Haji Karim Oie agar memahami dan mengamalkan makna dari

ayat Al-Qur’an yang mana sudah menjadi ketetapan Allah SWT

ود اللو د ك ح ل ن ت ع وم ط و اللو ي ول و ورس ل خ د نات ي ري ج ج ن ت ا م ه ت ح تار ه ين الن د ال ا خ يه ك ف ل وز وذ ف يم ال ظ ع ال

Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah

memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai,

sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar

Page 73: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

62

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU

Abdurrahim, Wahyudi. Panduan Waris Empat Madzhab, Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2009

Abta, Asyhari dan Abd.Syakur, Djunaidi. Ilmu Waris Al- Faraidh, Jakarta:

Pustaka Hikmah Perdana, 2005

Ali Ash-Shabuni, Muhammad. Pembagian Waris Menurut Islam, Jakarta: Gema

Insani Press, 1995

Fakultas Syariah Mesir, Komite. Ahkamul-Mawarits Fil-Fiqhil-Fiqhil Islami,

Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004

Hadikusuma, Hilman. Hukum Waris Adat, Tanjungkarang: Ikapi, 1983

Hakim, Abdul dan Halid. Hukum Waris, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004

Hazairin. Hukum Kewarisan Bilateral, Jakarta: PT Tintamas Indonesia, 1982

Karim, A, Muchit. Problematika Hukum Kewarisan Islam Kontemporer Di

Indonesia, Jakarta: Bidang Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012

Kuncoro, Wahyu, N.M. Waris Permasalahan Dan Solusinya, Jakarta: Raih Asa

Sukses, 2015

Lubis. K, Suhrawadi dan Simanjuntak, Komis. Hukum Waris Islam, Jakarta: Sinar

Grafika, 2008

Manan, Abdul dan Fauzan, M. Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenanh

Peradilan Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001

Mardani. Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2015

Marzuki, Mahmud, Peter. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2005

Muhibbin, Moh dan Wahid, Abdul. Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan

Hukum Positif Di Indonesia, Jakarta: SinarGrafika, 2017, Ed. Revisi

Nasution, Husein, Amin. Hukum Kewarisan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2012

Press, Permata. Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Permata Press, 2015

Page 74: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

63

Ramulyo Idris, Muhammad. Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta: CV

Pedoman Ilmu Jaya, 1992

Rofiq, Ahmad. Fiqih Mawaris, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995

Salihima, Bahri, Syamsul. Pembagian Warisan: Dalam Hukum Islam Dan

Implementasinya Pada Pengadilan Agama, Jakarta: Prenada Media Group,

2015

Salman, Otje dan Haffas, Mustofa. Hukum Kewarisan Islam, Bandung: Refika

Aditama, 2006

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Pers, 1984

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa, 2003

Suma Amin, Muhammad. Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004

Suparman, Eman. Hukum Waris Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2007

Suryadinata, Leo. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia, Jakarta: Pustaka

LP3ES Indonesia, 2015

Sutopo, H.B. Metodologi Penelitian Hukum Kuantitatif Bagian II, Surakarta:

UNSPress, 1998

Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2011

Usman, Suparman dan Somawinata ,Yusuf. Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan

Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997

Wibowo, B. Rumah Bagi Muslim Indonesia Dan Keturunan Tionghoa, Jakarta:

Teplok Press, 2016

Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan, Jakarta: Prenada Media Group, 2014

Page 75: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

64

ARTIKEL

Musakkir, Karekteristik Kajian Sosiologi Hukum dan Psikologi Hukum, artikel

ini di akses dari https://Musakkir.Page.tl/ pada 22 september 2015 pada

pukul 23:28 WIB

TESIS-JURNAL

Andrisma, Yuberto, Willy. Pembagian Harta Waris Dalam Adat Tionghoa Di

Kecamatan Ilir Timur Kota Palembang. Semarang: Juni 2007

Firdaus, Tamsil. Pelaksanaann Pembagian Harta Waris Pada Masyarakat

Tionghoa Di Kecamatan Sungliat Kabupaten Bangka Belitung, Semarang:

Desember 2004

Gandasuli, Ferdinan, Fredrick. Pelaksanaan Hukum Waris Bagi Warga Negara

Indonesia Keturunan Tionghoa Beragama Islam, Malang: 2013

Joesiaga, Febbe. Pelaksanaan Pembagian Warisan Secara Adat Pada Masyarakat

Tionghoa Di Kota Surakarta, Semarang: 2008

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Kompilasi Hukum Islam

WAWANCARA

Wawancara Pribadi Dengan Abdurrahman Tcinkonetcong, Muallaf Jamaah, Di

Yayasan Haji Karim Oie

Wawancara Pribadi Dengan Ahmad Anton, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji

Karim Oie

Wawancara Pribadi Dengan Budiman, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji Karim

Oie

Wawancara Pribadi Dengan Geutinou, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji Karim

Oie

Wawacara Pribadi Dengan Jonathan F. Satria, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji

Karim Oie

Wawancara Pribadi Dengan Rika, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji Karim Oie

Page 76: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

65

Wawancara Pribadi Dengan Rizky, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji Karim Oie

Wawancara Pribadi Dengan Hj.Anna, Pengurus Harian Yayasan Haji Karim Oie,

Di Yayasan Haji Karim Oie

Wawancara Pribadi Dengan Bapak. H. Ali Karim Oie, Ketua Yayasan Haji Karim

Oie, Di Yayasan Haji Karim Oie

Wawancara Pribadi Dengan Soen Koeng Hok, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji

KARIM Oie

Wawancara Pribadi Dengan Yenny Maulina, Muallaf Jamaah, Di Yayasan Haji

Karim Oie

Wawancara Pribadi Dengan Bapak. Yusman, Pengurus Yayasan Haji Karim Oie,

Di Yayasan Haji Karim Oie

Page 77: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Kuman Gunawan

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 19 menit 15 Detik

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama menjadi

muallaf?

Jawaban: memilih agama Islam setelah menikah dengan Istri sya pada tahun 1991.

Alasan saya menjadi muallaf karena di agama Islam tuhan itu hanya satu, dan

dialah maha segalanya.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana apabila

kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-Muslim apakah anda

bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada keluarga yang Non-Muslim? Jika

ia, apakah anda masih mengikuti tradisi Non- Muslim? Apabila masih

mengikuti bagaimana bentuk anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: iya keluarga saya hampir semuanya masih non- muslim, dikarenakan keluarga

saya masih banyak yang non-muslim, saya tidak berani menyampaikan

dakwah secara terang-terangan. Karena menurut saya muallaf itu adalah

hidayah dan rahmat Allah yang tidak semua orang mendapatkannya kecuali

dialah yang bersungguh mencarinya. Iya saya masih mengikuti tradisi non-

muslim tetapi saya hanya datang pas moment imlek saja. Bentuk saya

mengikuti tradisi dengan berkunjung pas moment-moment tertentu dengan

membawa kue keranjang.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap keluarga yang

masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: hubungan saya dengan keluarga saya dan keluarga besar masih dalam kondisi

yang baik-baik saja, ada beberapa sih yang tidak baik karena suka berbeda

presfektif aja. Hubungan yang baik ini sangat berpengaruh pada sistem

pembagian Waris, terkadang masih banyak orang yang tidak mendapat hak

Warisnya dari orang tuanya, akan tetapi dalam keluarga saya, saya masih

mendapatkan hak saya sebagai ahli Waris.

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam adat Tionghoa

selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami setelah menjadi muallaf?

Jawaban: sistem pembagian Waris yang ada pada adat Tionghoa sama dengan anjuran

Islam balik lagi harta Waris kepada ahli Warisnya, dan biasanya kepada anak

pertama terutama laki-laki bagiannya lebih besar yaitu 1/2 dari saudaranya

Page 78: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

yang lain. Dan untuk perempuan bersama ibunya mendapatkan ¼ harta Waris.

Dan untuk garis keturunan ke atas dari ayah dan ibu hanya didapatkan dari

sisa harta yang sudah dibagikan. Terkadang juga mendapatkan dengan wasiat

yang diberikan dari pewaris. Setelah saya menjadi muallaf sistem kewarisan 2

kali lipat dari perempuan 2:1 adik perempuan mendapatkan 1 bagian. Dan sisa

harta akan diberikan kepada paman, bibi, serta saudara yang berhak

mendapatkannya.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam sudah

mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris yang seharusnya

diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan sampai garis

keturunan ayah maupun ibu dan memang tidak sama bagian satu sama lain.

Lalu bagaimana menurut pandangan bapak mengenai sistem kewarisan dalam

Islam, dan posisi bapak sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: menurut saya tu baik sekali karena ada pembagian yang jelas yang sudah

diatur dalam Al-Qur’an dan Haidtsnya, dan setelah saya menjadi muallaf saya

sudah menjalankan pembagian sebaik mungkin. Untuk laki-laki mendapatkan

2 kali dari bagiannya perempuan. Dan perempuan mendapatkan 1/2 , dan

untuk ibu mendapatkan 1/8. Karena harta yang ditinggal hanya berupa rumah

mewah dan tabungan berencana. Rumah dijual lalu dibagi hasil dari harga

jual. Maupun tabungan seperti itu.

Page 79: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kuman Gunawan

Usia : 62 Tahun

Status :Sudah menikah

Alamat : Cicililitan Besar Rt:008/08, Cililitan

No Hp : 021-8006184

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25 Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai bahan skripsi yang

berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem

Pembagian Waris (Studi di Yayasan Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Kuman Gunawan

Page 80: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Ahmad Anton

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi :19 Menit

Pertanyaan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama menjadi

muallaf?

Jawaban: Masuk menjadi muallaf pada tahun 2013 setelah saya menikah, yang menjadi

alasan saya menjadi muallaf karna sebelum saya bersyahadat saya

memperhatikan beberapa agama yang ada dan termasuk Islam, dari situlah

saya bisa menentukan pada keyakinan saya.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana apabila

kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-Muslim apakah anda

bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada keluarga yang Non-Muslim? Jika

ia, apakah anda masih mengikuti tradisi Non- Muslim? Apabila masih

mengikuti bagaimana bentuk anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: Keluarga besar saya yang Non-Muslim masih ada tapi tidak terlalu banyak

kira-kira 8% sudah menjadi muallaf. Secara langsung tidak mungkin karna itu

berbicara hak seseorang dan dibatasi dengan Undang-undang dasar Negara.

Tapi kadang-ladang ada pertanyaan dari keluarga saya yang non-muslim dan

saya pun menjawab pertanyaan yang sesuai karena untuk menjaga

keharmonisan keluarga. Saya pun masih mengikuti tradisi keluarga besar cina

saya, dan bentuk kehadiran saya kurang lebih cukup menghormati tradisi

seperti imlek bersama yang di laksanakan dikediamaan orang yang paling tua.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap keluarga yang

masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: Ahmad Anton sebagai anak ke-3 dari ke-4 saudaranya diantaranya, 2 orang

perempuan dan 2 orang laki-laki. Hubungan Anton dengan keluarganya masih

dalam keadaan yang baik meskipun seorang diri sebagai muallaf dari beberapa

Page 81: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

saudaranya. Hubungan yang terjalin baik pada keluarga Ahmad Anton tetap

menutup bagian sebagai ahli Waris dengan alasan Ahmad Anton yang berbeda

agama dengan kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Akan tetapi Ahmad

Anton teteap mendapatkan beberapa bagian harta Waris yang diberikan berupa

wasiat yang disampaikan ayahnya secara tertulis. Adapun harta yang

ditinggalkan kedua orang tuanya berupa rumah, 3 buah kontrakan dan

beberapa benda bergerak yang akan diberikan kepada ahli Warisnya kecuali

Ahmad Anton

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam adat Tionghoa

selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami setelah menjadi muallaf?

Jawaban: Sistem pembagian Waris dalam adat Tionghoa karena keluarga saya masih

Cina, bagi mereka pembagian Waris hanya didapat bagi mereka yang masih

dalam garis keturunan, dan kepercayaan. Mungkin dengan alasan itu juga

yang menyebabkan saya tidak mendapatkan harta dari kedua orang tua saya.

Padahal harta yang ditinggalkan oleh kedua orang tua saya berupa rumah, 3

buah kontrakan dan 2 buah sepeda motor. Dan untuk pembagian Waris yang

saya terima berupa Wasiat Hibah seperti 1/3 bagian dari harta yang

ditinggalkan.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam sudah

mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris yang seharusnya

diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan sampai garis

keturunan keatas dari ayah maupun ibu dan memang tidak sama bagian satu

sama lain. Lalu bagaimana menurut pandangan kaka mengenai sistem

kewarisan dalam Islam, dan posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka

sendiri melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: Saya Prbadi setuju dengan aturan yang dibuat dalam Islam, akan tetapi

menurut saya karna berbicara mengenai Waris dan saya sendiri pun tidak

mendapatkan bagian dari harta yang ditinggalkan oleh kedua orang tua saya,

jadi tidak mempermasalahkan. Karna posisi saya yang sudah menjadi muallaf

saya hanya mendapatkan harta dari kaka saya berupa hibah dia kepada saya

sebagai adiknya. Dan posisi saya yang sudah menjadi muallaf dan apabila saya

meninggal dunia saya pun akan membagikan harta Waris kepada istri dan

Page 82: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

anak-anak saya dengan seadil-adilnya. Karena menurut saya dengan jumlah

yang sama rata, akan menjaga keharmonisan dalam keluarga.

Page 83: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ahmad Anton

Usia : 57 Tahun

Status : Sudah menikah

Alamat : pondok gede, jati sampurn kelurahan pbuaran

No Hp : 085104782821

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25 Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai bahan skripsi yang

berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem

Pembagian Waris (Studi di Yayasan Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Ahmad Anton

Page 84: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Hendry

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 15 Menit

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: masuk menjadi muallaf pada akhir tahun 2000an, alasan saya

menjadi mullaf sudah menjadi keinginan sejak kecil.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: masih ada keluarga yang non muslim, saya bersedia mengajak

sanak saudara ataupun berdakwah bagaimana agama Islam itu

sesungguhnya. Tidak mau menjalai tradisi Cina karena saya sudah

menjadi muslim.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: hubungan saya dengan keluarga saya yang non muslim masih

dalam keadaan yang baik, untuk sistem pembagian Waris dengan

keluarga saya. Pastinya akan di lakukan dengan bermusyawarah

Page 85: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: sistem pembagian ahli Waris dalam adat Tionghoa, umumnya harta

Waris diberikan kepada para keturunanya. Untuk bagian anak laki-

laki lebih besar jumlahnya dari anak perempuan 2:1 dan untuk ibu

1/6 kakek dan nenek 1/8 sistem kewarisan yang saya aami selama

saya menjadi muallaf tidak ada perbedaan karena jumlah yang saya

dapat sesuai dengan bagian yang di bagi dalam Islam.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan kaka mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan bagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: saya sangat setuju dengan bagian-bagian yang ada dalam ajaran

Islam, akan tetapi apabila harus saya yang menyesuaikan bagian

Waris pada keluarga saya yang umumnya masih non muslim itu

akan mengakibatkan ketidak harmonisan dalam keluarga. Akan

tetapi pada keluarga saya dalam pembagian Waris sesuai dengan

ajaran Islam dengan porsi yang semestinya saya dapat, dan yang

berbeda lagi dalam agama Islam terputusnya ahli Waris karna

berbeda agama kecuali dia mendapat hibah dari pewaris. Tapi pada

keluarga saya tidak ada halangan untuk mendapatkan Waris.

Page 86: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hendry

Usia : 45 Tahun

Status : Sudah menikah

Alamat : Jl. Pondok unggu permai JJ 1/1 Bekasi Utara

No Hp : 081212975961

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Hendry

Page 87: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Jonathan F. Satria

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 21 Menit

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: menjadi muallaf pada tanggal 18 Februari 2018, ternyata Islam lah

yang menjadi pilihan saya untuk hidupselamanya setelah beberapa

kali mengikuti berbagai macam agama yang ada di dunia ini.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: keluarga yang non-muslim masih banyak. Untuk mendakwahkan

Islam sedetil atau secara terang-terangan tidak berani, dikarenakan

keluarga besar saya masih banyak yang beraga non- muslim.

Dalam mengikuti tradisi non-muslim atau keluarga Cina saya

masih, karena itulah bentuk atau cara saya menghargai dan

menghormati keluarga saya. Saya tidak ingin adanya perbedaan

yang menimbulkan perpecahan karena sebab agama saya, karena

saya juga tidak ingin Islam tercoreng.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Page 88: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

Jawaban: . Jonathan F. Satria sebagai anak pertama dari ke-2 saudara

perempuannya bersama Ibu yang ditinggalkan oleh ayah

mempunyai hubungan yang terjalin dengan baik. Jonathan F. Satria

mempunyai budi pekerti yang baik dari sebelum muallaf sampai

menjadi mullaf, hal itu tidak menghalangi bagiannya sebagai ahli

Waris utama laki-laki. Yang diharapkan ayah Jonathan F. Satria

untuk menjaga keluarganya dan harta yang ditinggalkan jika sudah

tiada. Harta yang ditinggalkan ayahnya berupa Rumah, 2

kendaraan bermotor dan beberapa benda tidak bergerak. Semua

harta peninggalan ayah yang akan diberikan kepada Jonathan F.

Satria sebagai ahli Waris tunggal dan sisanya akan diberikan

kepada Ibu dan adik-adiknya

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: sistem pembagian ahli Waris dalam adat Tionghoa diberikan

kepada anak keturunannya, harta Waris akan dberikan setelah

biayaya pengurusan jenazah dan pembayaran hutang piutang kedua

orang tua saya. Harta Waris akan diberikan terutama kepada anak

tertua baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan 2 kali lipat

dari anak yang lainya.jadi pembagiannya adalah 2:1. Dan untuk

sistem kewarisan yang saya alami setelah menjadi muallaf, saya 4

saudara lainnya mendapatkan hak-hak dari harta peninggalan ayah

saya, dan karena saya anak pertama saya mendapatkan harta 2 kali

lipat dari saudara-saudara saya lainnya. Dikarenakan saya anak

tertua, dan pembagian kepada ibu saya 1/3 dari harta peninggalan

ayah saya. Harta peninggalan ayah saya berupa rumah, 2 kendaraan

bermotor, dan benda-benda tidak bergerak lainnya.

Page 89: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan kaka mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: iya saya setuju dengan sistem kewarisan yang sudah di jelaskan

dalam Al-Quran dan haditsnya, adapun yang seharusnya bagian

Waris yang saya terima sama dengan anak laki-laki yang ada

didalam keluarga saya itu yang diajarkan dalam Islam, akan tetapi

itu sudah menjadi kesepakatan bersama, karena sekarang saya

adalah pengganti ayah saya. Jadi segala kebutuhan adik-adik saya

juga sudah menjdi tanggung jawab saya. Dan menurut saya jelas

itu menyalahi aturan agama Islam, tetapi itu semua sudah di

ikhlaskan kepada saudara-saudara saya maupun ibu saya.

Page 90: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Jonathan F. Satria

Usia : 28 Tahun

Status : Single

Alamat : Jl. Kenari .Block AE 6 No. 10-11 Ren-Jaya pamulang

No Hp : 081314599531

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Jonathan F. Satria

Page 91: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Kantjana Setiawan (Amiaun)

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 20 Menit

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: masuk Islam pada tahun 1983, saya menjadi muallaf karena

mendapatkan hidayah dan aqidah saya yang baik.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: masih, semua keluarga dan saudara-saudara saya yang non muslim.

Masih sangatbersedia untuk mendakwahkan Islam kepada saudara-

saudara saya, karena saya ingin mereka menuju pada jalan yang

benar. Saya tidak mengikuti tradisi non muslim, tetapi saya hanya

bersilaturahim apabila saya mempunyai waktu yang kosong,

terkadang silaturahim saya sebagai dakwah saya untuk mengajak

saudara saya menjadi muallaf. Akan tetapi yang namanya hidayah

tidak semua orang bisa mendapatkannya. Begitupun saya mengajak

kepada kedua orang tua saya semasa hidupnya.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Page 92: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

Jawaban: hubungan saya dengan keluarga yang non-muslim masih dalam

keadaan yang baik, dan pada sistem pembagian Waris masih sangat

baik, bahkan pembagiannya dibagi sama rata. Tidak dibeda-

bedakan

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: pembagian Ahli Waris dalam adat Tionghoa, tentu saja kepada

keturunannya dulu. Setelah harta Waris diberikan untuk

pengurusan jenazah barulah harta tersebut dbagikan secara adil

kepada anak keturunanya. Harta yang ditinggal oleh orang tua saya

berupa rumah, dan benda tidak bergerak. Itu semua dijual lalu

diabgikan secara adil dari hasil penjualan. Terkecuali kepada benda

yang berharga akan di simpan oleh anak tertua. Dan untuk sistem

kewarisan yang saya alami setelah menjadi muallaf masih

mengikuti tradisi atau cara pembagian yang sering dilaksanakan.

Tetapi tidak terhalangi arena saya bereda agama dengan saudara-

sauara lainnya.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan bapak mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

posisi bapak sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: iya saya mengetahui sistem kewarisan yang diajarkan dalam Islam.

Didalam islam ada faktor yang menyebabkan seseorang terhalang

mendapatkan Warisan yaitu berbeda agama. Begitu dengan saya

Page 93: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

dan keluarga saya berbeda agama. Saat itu saya menolak untuk

menerima harta Waris lalu saya jelaskan apa yang diajarkan Islam

terkecuali harta tersebut sebagai hibah kepada saya, maka saya

akan menerima dengan ikhlas. Saat saya memberi alasan seperti itu

merekapun mengerti dan mengibahkannya kepada saya.

Page 94: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kantjana Setiawan (Amiaun)

Usia : 57 Tahun

Status : Sudah menikah

Alamat : Jl. Kemurnian III No. 23 Rt:001/004 Glodok

No Hp : 0818167095

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Kantjana Setiawan

Page 95: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Narasumber :Kartika Sari Susilo

Tempat :Yayasan Haji Karim Oie

Waktu :18 Februari 2018

Durasi :20 Menit 35 Detik

Pertanyaan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: Menjadi seorang muallaf pada tahun 1992, sejak saya masih SMA

saya sudah menginginkan menjadi muallaf tapi masih banyak

ketakutan yang nantinya akan terjadi setelah menjadi muallaf dan

alasan yang saya pilih karena saya sudah mencari sebenarnya

Tuhan Yang Maha Esa itu siapa, dan yang saya ketahui bahwa

Islam tidak pernah membeda-bedakan suku agama yang lainnya.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: Masih, saya adalah anak bungsu dari ketiga bersaudara dan hanya

saya yang menjadi muallaf, tapi untuk keluarga besar saya, masih

banyak juga yang Non-Muslim. Keinginan saya untuk

mendakwahkan Islam sebenarnya ada, tetapi yang saya takutkan

adalah terjadinya konflik satu sama lain. Karna ketika saya menjadi

muallaf kedua orang tua saya dan kaka-kakak saya tidak sama

sekali mempermasalahkan hanya tetapi banyaknya pertanyaan

yang timbul. Utuk mengikuti tradisi yang ada di keluarga saya,

Page 96: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

masih. Karena menurut saya itu hal yang penting karena untuk

menjaga keharmonisan satu sama lain dan bentuk saya

menghormati kepada orang tua-tua yang ada dikeluarga saya.

Bentuk saya menhargai tradisi seperti merayakan imlek bareng,

cap go meh dll paling tidak saya datang, dan mengucapkan

selamat, tetapi saya tidak memakan hal-hal yang sifatnya

mengharamkan.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: Kartika Sari Susilo sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara dan

mempunyai 2 orang kakak perempuan. Hubungan Kartika Sari

Susilo dengan keluarganya yang masih non muslim baik-baik saja

sampai saat ini. Hubungan yang baik dikarenakan Kartika Sari

Susilo yang tidak pernah membeda-bedakan agama dan

menghormati semasa hidup kedua orang tua dan saudaranya.

Hubungan yang baik itu tidak menghalangi Kartika Sari Susilo

sebagai ahli Waris. Adapun Harta Waris yang ditinggalkan oleh

kedua orang tua Kartika Sari Susilo berupa Rumah, sebidang tanah

dan beberapa perhiasan milik ibunya. Dan semua itu dibagikan

dengan sistem keadilan 1:1 .

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: Sistem pembagian Ahli Waris yang selama ini dialami saya masih

tetap mendapatkan, karena akibat hubungan yang baik saya

terhadap keluarga saya selama ini. Tetapi dikarenakan kedua orang

tua saya masih orang Tionghoa sistem pembagiannya diberikan

kepada anak-anaknya, yang masih keturunanya. Dari harta yang

masih ada diberikan kepada anak-anaknya. Dan dalam

Page 97: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

pembagiannya seimbang tidak berat sebelah yaitu 1:1 artinya sama

rata. laki-laki ataupun perempuan. Tetapi kalo dalam adat

Tionghoa itu sendiri sebenarnya berbed-beda terutama yang

didahulukan untuk para keturunannya. ada yang memang

pembagian Warisnya dibagi sama rata, ada yang lebih besar, dan

ada juga yang tidak dapat dikarenkan salah satu alasan yang

memang biasanya dikarenakan seseorang sudah di coret dalam

kartu keluarga. Akan tetapi kepada anak laki-laki mendapat bagian

2 kali lipat dari anak perempuan, dan untuk pembagian kepada

garis keturunan ke atas dari ayah maupun ibu hanya berupa Wasiat,

atau sisa dari harta yang sudah dibagikan kepada keturunannya.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan kaka mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: Tentunya saya setuju dengan pembagian sistem kewarisan dalam

Islam, tetapi menurut saya kembali lagi pada kesepakatan dan

keridhoan sang pemilik harta tersebut. Karena dengan asas

keadilan yang nantinya masih tetap terjaga hubungan

kekeluargaanya karna untuk memberi tau bagaimana sistem

pembagian kewarisan yang ada dalam Islam menurut saya nantinya

akan menimbulkan sengketa, terkecuali apabila kedua orang tua

saya saat meninggal sudah menjadi muallaf mungkin pembagian

warisan harus sesuai dengan Islam.

Page 98: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kartika Sari Susilo

Usia : 43 Tahun

Status :Single

Alamat : Kali baru Timur no.353 Ps. Poncol Senen Rt:007/005

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Kartika Sari Susilo

Page 99: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Soen Keng Hok

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 22 Menit

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: saya masuk menjadi muallaf pada 25 Januari tahun 1993

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: masih ada keluarga yang non muslim, untuk mendakwahkan Islam

kepada keluarga saya sagat bersedia akan tetapi caranya yang

berbeda dengan penceramah lainnya, demi menjaga perasaan atau

hubungan yang sudah terjaga. Saya masih mengikuti tradisi

keluarga saya, terkecuali selama itu tidak bertentangan dengan

agama Islam. Mungkin hadir atau bersilaturahim dengan keluarga

lainnya.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: hubungan sebagai muallaf dengan keluarga saya yang non muslim

Soen Koeng Hok anak pertama dari ke-2 adik laki-laki dan adik

perempuanya. Hubungan Soen Koeng Hok dengan keluarganya

Page 100: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

yang masih non muslim masih terjalin dengan baik. Meskipun

hubungan Soen Koeng Hok terjalin dengan baik, itu semua telah

menutup bagian Soen Koeng Hok sebagai ahli Waris. Harta Waris

akan diberikan kepada para keturunanya yang masih satu agama

dengan kedua orang tuanya. Adapun harta peninggalan yang

ditinggalakan kedua orang tuanya berupa rumah, beberapa benda

tidak bergerak, dan sertifikat tanah.

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: sistem pembagian Ahli Waris dalam adat Tonghoa, pembagiannya

yaitu harta waris yang ditinggalkan akan digunakan untuk biayaya

perawatan jenazah dan pembayaran hutang piutang, baru sisa harta

akan diberikan kepada para keturunanya. Adapun sisa harta yang

ditinggalkan pada keluarga saya berupa rumah, tanah dan beberapa

benda tidak bergerak. Harta Waris yang aka dibeikan kepada anak

laki-laki mendapatkan bagian 2 kali lebih banyak dari perempuan

atau disebut 2:1. Dan ada hak-hak lainnya seperti nenek dan kakek

mendapatkan bagian 1/6 paman 1/8 .akan tetapi tidak semua orang

Tionghoa menerapkan sistem pembagian Waris seperti itu, itu

adalah sistem pembagian Waris pada keluarga saya. Dan pada

sistem Kewarisan yang saya alami sesudah menjadi muallaf saya

sudah tidak mendapatkan harta Waris. Yang dikarenakan saya

sudah berbeda keyakinan dengan orang tua saya.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

Page 101: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

pandangan kaka mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: iya saya sangat setuju dengan sistem kewarisan dalam Islam. Dan

saya juga sudah menerapkannya, karena saya sudah tidak lagi

mendapatkan bagian dari harta Waris yang ditinggalkan karna

faktor perbedaan agama.

Page 102: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Soen Keng Hok

Usia : 46 Tahun

Status :Sudah menikah

Alamat : Kedoya Jakarta Barat

No Hp : 081283648485

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Soen Keng Hok

Page 103: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Yenny Maulina

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 23 Menit

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: menjadi muallaf pada tahun 2014. Keinginan saya menjadi muallaf

adalah karena ingin mencari Allah yang sebenarnya, dan bergaul

dengan kalangan orang-orang muslim hati saya menjadi tenang.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: keluarga masih ada yang non-muslim, keinginan untuk berdakwah

sudah saya laksanakan, tetapi pada kenyataannya pada tidak mau,

seberapa ikhtiar saya apabila orang tersebut belum ada keingininan

atau mencari tau ya susah. Mengikuti tradisi non muslim saya

masih sering, tetapi saya tidak memakan makanan yang

diharamkan. Paling saya bersilaturahim pada saat moment-moment

tertentu saja. Seperti Imlek, Cap go meh, dll.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Page 104: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

Jawaban: hubungan saya dengan keluarga saya yang non muslim, Yenny

Maulina sebagai anak ke-2 dari ke-4 saudaranya terdiri anak laki-

laki pertama dan dua adik perempuannya. Hubungan kekeluargaan

Yenny Maulina masih terjalin dengan baik. Dengan hubungan

yang baik itu Yenny Maulina masih mendapatkan bagian sebagai

ahli Waris Tunggal. pada sistem pembagian Waris baik-baik saja,

tidak ada yang dipermasalahkan karena

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: sistem pembagian Ahli Waris alam adat Tionghoa, ya berbeda-

beda tergantug keluarga tersebut ingin membaginya kepada ahli

Waris yang mana, seperti saya sebagai ahli Waris Tunggal,. Pada

sistem kewarisan yang saya alami setelah saya menjadi muallaf

masih baik-baik saja dalam arti masih tetap mendapatkan bagian,

di adat Tionghoa sendiri tidak ada perbedaan mau saya berbeda

keyakinan apabila seseorang itu masih baik, dan menghormati

keluarganya masih mendapatkan haknya sebagai anak.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan kaka mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: iya saya mengetahui, tetapi saya tidak terlau faham pada sistem

pembagian Islam karena banyak. Berbeda dengan Tionghoa yang

jelas hata tersebut dibagi kepada anak keturunannya. Dan karena

Page 105: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

saya sudah menjadi muallaf bukan saya tidak mau untuk megikuti

ajaran Islam tetapi saya masih dalam masa menyempurnakan Iman

saya sebagai muslim. Jadi untuk saat ini saya mendapatkan harta

warisan dari rumah yang sudah terjual.

Page 106: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yenny Maulina

Usia : 30 Tahun

Status :Singgle

Alamat : JL. Wedana No. 30 Ps. Baru

No Hp : 081283723131

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Yenny Maulina

Page 107: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Abdurrahman (Tchinkonetcong Aqued)

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 24 Menit 17 Detik

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: saya menjadi muallaf ketika saya usia 57, alasan saya menjadi

muallaf dikarenakan sudah mencari suatu kebenaran bahwa Allah

itu yang maha benar dari tuhan-tuhan yang lainnya.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: saya 7 bersaudara dan saya hanya seorang diri sebagai muslim.

Untuk mendakwahkan agama Islam tidak berniat, akan tetapi saya

banyk berharap agar keluarga saya mendapatkan hidayah ntuk

dapat mendapatkan kebenaran yang nyata. Tapi kembali kepada

hati manusia. Saya sudah tidak mengikuti tradisi apapun yang ada

di keluarga saya. Mqupun dalam moent-moment tertentu.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: saya mempunyi 2 keluarga besar, tapi besarnya saya di keluarga

angkat saya, saya dijual oleh kedua orang tua kandung saya, karena

Page 108: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

keluarga angkat saya mencari anak laki-laki untuk membuka Waris

yang ada di keluarga tersebut. Setelah saya dijual dan diangkat

menjadi bagian dari keluarga angkat hubungan saya dengan kedua

orang tua kandung saya tidak baik seakan saya sudah bukan bagian

dari keluarga itu. Sama halnya dengan keluarga angkat saya

hubungan itu menjadi tidak baik dikarenakan harta Waris yang

diperebutkan sana sini oleh ahli Waris dan saudara-saudaranya

juga ikut campur. Dan posisi saya sebagai anak angkat keluarga

tersebut tidak mendapat bagian apa-apa. Baik pda keluarga

kandung maupun keluarga angkat saya.

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: pembagian ahli Waris dalam adat Tionghoa mereka membagi

bgian anak laki-laki 30% dan kepada anak perempuan 20% harta

tersebut dibagikan setelah penyeselaian pengurusan urusan kedua

orang tua saya, baik pengurusan jenazah maupun hutang piutang.

Dan untuk perusahaan diambil alih oleh anak tertua laki-laki.

Sedangkan kewarisan yang saya alami setelah menjadi muallaf

sama sekali tidak mendapatkan bagian apa-apa dari harta tersebut.

Jadi saya hanyalah sebagai pembuka jumlah harta warisan yang

dibuat oleh kedua orang tua angkat saya, sekalipun ada saya hanya

mendapatkan wasiat berupa persenan karena jasa saya.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan kaka mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

Page 109: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: saya sangat setuju pada sistem kewarisan dalam Islam, karena

itulah yang sudah diakui oleh muslim-muslim lainnya. Akan tetapi

masih banyak para muallaf yang tidak mengikuti sistem kewarisan

yang diajarkan Islam. Tapi dalam agama Islam orang yang berbeda

agama dengan kita tidak mendapatkan sama sekali bagian artinya

hubungannya sudah terputus. Akan tetapi bisa mendapatkan bagian

dengan hibahnya ahli Waris ataupun pewaris. Kalo saya sendiri

mengikuti ajaran agama Islam yang melarang agama yang berbeda

mendapatkan Waris. Akan tetapi saya masih mendapatkan karena

jasa saya yang sudah membantu mencairkan harta peninggalan

orang tua angkat saya.

Page 110: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Abdurrahman (Tcinkonetcong Aqued)

Usia : 31 Tahun

Status :Sudah menikah

Alamat : Villa taman bandara D3 No.6 kosambi dadab

No Hp : 0859332909027

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Abdurrahman (Aqued)

Page 111: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Budiman

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 15 Menit 24 Detik

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: masuk kedalam agama Islam pada tahun 1986, alasan utama

memilih agama Islam dikarenakan saya telah mendapatkan

panggilan berupa rahmat hidayah sama Allah SWT.

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: masih ada keluarga yang Cina, saya berniat untuk mendakwahkan

Islam kepada sanak saudara saya, karena itu sudah kewajiban saya

menuntuk keluarga saya kepada jalan yang benar. Dan ikhtiar saya

agar saudara mendapatkan hidayahnya Allah SWT. Saya sendiri

sudah tidak mengikuti tradisi-tradisi Cina, paling saya mengikuti

imlek bersama pihak yayasan yang mengadakan acara yang berisi

pengajian dan makan bersama, dari situlah kerinduan saya yang

biasa saya rayakan bersama keluara Cina saya bisa saya rasakan.

Page 112: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: hubungan saya dengan keluarga sudah tidak baik. Saya bersama

dengan saudara perempuan saya tidak baik, karena sikap saya

diimata saudara perempuan saya idak baik terlalu mengekang. Itu

menyebabkan kebencian dan karena hal itu juga saya tidak

mendapatkan bagian saya sebagai ahli Waris selain faktor

perbedaan agama. Dan hubungan yang tidak baik itu menyebabkan

saya terputus bagiannya sebagai ahli Waris.

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: pembagian ahli Waris dalam adat Tionghoa dibeikan kepada

keturunannya. Untuk pembagian anak laki-laki mendapakan bagian

lebih dari harta Waris, dan untuk anak perempuan mendapatkan

sebagian harta. Berbeda dengan yang sama dapatkan semua harta

Waris yang diberikan kedua orang tua saya sudah diberikan kepada

saudara perempuan sebagai ahli Waris.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan bapak mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan

posisi bapak sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: saya sangat setuju dengan sistem pembagian Waris dalam agama

Islam, akan tetapi kembali lagi sama kedua orang tua saya ingin

dibagikan dengan bagaimana sistemnya, karena saya seorang diri

Page 113: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

yang muallaf jadi saya masih mengikuti apa yang kedua orang tua

saya bicarakan.

Page 114: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Budiman

Usia : 46 Tahun

Status : Duda

Alamat : Jl. Poltangan 4 Gg. 6 Rt:003/08 Jakarta Utara

No Hp : 085921376918

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Budiman

Page 115: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama : Hertina (Goutinou)

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu : 18 Februari 2018

Durasi : 15 Menit

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama

menjadi muallaf?

Jawaban: pada tahun 2013 sejak ikut bersama dengan om

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana

apabila kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-

Muslim apakah anda bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada

keluarga yang Non-Muslim? Jika ia, apakah anda masih mengikuti

tradisi Non- Muslim? Apabila masih mengikuti bagaimana bentuk

anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban: masih banyak keluarga yang non-muslim, tetapi mayoritas

keluarga saya sudah muslim, jadi tidak perlu mendakwahkan

bagaimana Islam itu sendiri karena kebanyakan mereka melihat

dari fakta yang ada. jadi kembali lagi kepada orang itu ingin

memilih agama Islam atau sebaliknya. Sudah tidak mengikuti

tradisi non muslim, karena sudah tidak ada yang dituju, biasanya

masih ada orang tua tapi sekarang sudah tidak ada lagi.

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap

keluarga yang masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban: hubungan Hertina Geitinou bersama keluarga sudah tidak baik.

Geutinou anak ke-2 bersama kakak perempuan dan ke-2 adik laki-

laki. Hertina atau Geutinou sudah tidak mempunyai hubungan

Page 116: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

yang tidak baik dengan keluarganya semenjak menjadi muallaf.

Hubungan yang tidak baik yang disebabkan oleh agama

mengakibatkan Hertina sudah terputus hubungan dengan

keluarganya begitupun pada bagiannya sebagai ahli Waris.

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam

adat Tionghoa selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami

setelah menjadi muallaf?

Jawaban: pada sistem pembagian ahli Waris dalam adat Tionghoa diberikan

kepada anak keturunanya dengan seadil-adilnya. Akan tetapi ada

juga yang lebih besar bagian anak laki-laki ataupun anak tertua.

Semuanya kembali kepada orang tua atau keluarga tersebut

membaginya. Sistem pembagian yang saya alami sudah tidak

mendapatkan harta Waris.

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam

sudah mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris

yang seharusnya diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan,

bahkan sampai garis keturunan ayah maupun ibu dan memang

tidak sama bagian satu sama lain. Lalu bagaimana menurut

pandangan Ibu mengenai sistem kewarisan dalam Islam, dan posisi

Ibu sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri melakukan

pembagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban: saya sendiri setuju dengan pengelompokan ahli Waris dalam Islam.

Dan sebagai muallaf saya sudah tidak mendapatkan bagian harta

yang ditinggalkan oleh orang tua saya.

Page 117: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hertina (Goutinou)

Usia : 61 Tahun

Status :Sudah menikah

Alamat : Duri B3, Roxy Rt:008/04 Kel. Duri pulo Gambir

No Hp : 083897034233

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25

Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai

bahan skripsi yang berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan

Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem Pembagian Waris (Studi di Yayasan

Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, 18 Februari 2018

Narasumber

Hertina (Goutinou)

Page 118: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

HASIL WAWANCARA

Nama :

Tempat : Yayasan Haji Karim Oie

Waktu :

Durasi :

Pertanyan: Sejak kapan menjadi muallaf? Apa yang menjadi alasan utama menjadi

muallaf?

Jawaban:

Pertanyaan: Apakah masih ada keluarga anda yang Non-Muslim? Bagaimana apabila

kerabat atau keluarga anda masih banyak yang Non-Muslim apakah anda

bersedia untuk mendakwahkan Islam kepada keluarga yang Non-Muslim? Jika

ia, apakah anda masih mengikuti tradisi Non- Muslim? Apabila masih

mengikuti bagaimana bentuk anda mengikuti tradisi Non-Muslim tersebut?

Jawaban:

Pertanyaan: Bagaimana Hubungan anda sebagai seorang muslim terhadap keluarga yang

masih non muslim pada sistem pembagian Waris?

Jawaban:

Pertanyaan: Bagaimana pada sistem pembagian ahli waris itu sendiri dalam adat Tionghoa

selama ini? Dan sistem kewarisan yang anda alami setelah menjadi muallaf?

Jawaban:

Page 119: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

Pertanyaan: Apabila mengacu pada sistem kewarisan dalam Islam, dalam Islam sudah

mengelompokan berapa bagian masing-masing ahli Waris yang seharusnya

diterima dari anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan sampai garis

keturunan ayah maupun ibu dan memang tidak sama bagian satu sama lain.

Lalu bagaimana menurut pandangan kaka mengenai sistem kewarisan dalam

Islam, dan posisi kaka sebagai muallaf yang seharusnya kaka sendiri

melakukan bagian sesuai dengan porsinya?

Jawaban:

Page 120: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia : Tahun

Status : Sudah menikah

Alamat :

No Hp :

Menyatakan bahwa:

Nama : Neng Emawati

Nim :11140440000067

Semester :8 (Delapan)

Program Studi : Hukum Keluarga

Alamat : Jl. Sd Inpres Pabuaran Barat Pondok Karya Rt:001/07 No:25 Pondok Aren

No Hp :082114432814

Telah melakukan wawancara sesuai dengan permohonan wawancara dari Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah sebagai bahan skripsi yang

berjudul: Hubungan Muslim Tionghoa Dengan Keluarganya Non Muslim Dalam Sistem

Pembagian Waris (Studi di Yayasan Haji Karim Oie)

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 2018

Narasumber

Bapak. Ali Karim Oie

Page 121: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan
Page 122: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan

LAMPIRAN

Page 123: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan
Page 124: HUBUNGAN MUSLIM TIONGHOA DENGAN KELUARGANYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43252/1/NENG EMAWATI-FSH.pdf · pembagian Waris pada muallaf Tionghoa berdasarkan