HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DENGAN KUALITAS HIDUP PADA …
Transcript of HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DENGAN KUALITAS HIDUP PADA …
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DENGAN KUALITAS HIDUP PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS MANDALA
MEDAN TAHUN 2017
Oleh
MEIDARLIN ZAI
JOHANSEN HUTAJULU
ABSTRAK
Penderita diabetes mellitus (DM) penting untuk mematuhi serangkaian pengobatan yang diberikan
oleh dokter. Kepatuhan merupakan perilaku atau ketaatan pasien dalam menjalani pengobatan,
mengikuti pedoman diet sesuai dengan anjuran medis dan kesehatan untuk mencapai kualitas
hidup yang lebih baik. Kualitas hidup merupakan tingkatan yang menggambarkan keunggulan
seseorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka diantaranya kesehatan fisik,
psikologis, sosial dan lingkungan. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus yang berada di Puskesmas Mandala
Medan. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.
Populasi penelitian adalah pasien diabetes mellitus sebanyak 349 orang. Sampel penelitian
sebanyak 78 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Teknik
analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square Test. Dari Hasil uji statistik menunjukkan
kepatuhan diet mayoritas tidak patuh (64,1%), kualitas hidup pasien diabetes mellitus mayoritas
kurang baik (46,2), ada hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada pasien diabetes
mellitus di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2017 dengan nilai p=0,000(p<0,05).
Ketidakpatuhan responden dalam menjalankan diet membuat kualitas hidup semakin kurang baik.
Kualitas hidup ditentukan oleh individu itu sendiri. Oleh karena itu diharapkan pada penderita
diabetes mellitus untuk mengikuti dan mematuhi pedoman diet atau program kesehatan yang
diberikan Puskesmas lewat pendidikan kesehatan untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik.
Kata kunci : Kepatuhan Diet, Kualitas Hidup, Pasien Diabetes Mellitus
ABSTRACT
Sufferers of diabetes mellitus (DM) is important to comply with a series of treatments provided by
doctors. Compliance is a behaviour or obedience in patients undergoing treatment, following
the diet guidelines in accordance with the advice of the medical and health care to achieve a
better quality of life. Quality of life is the levels that describe the advantages of the individual that
can be judged from their life including physical health, psychological, social and
environmental. The research purposes was to know the relationship of diet compliance with the
quality of life of diabetes mellitus patients in Mandala Clinics. This type of research was using
analytical cross-sectional approach. Population research was diabetes mellitus patientsas
much as 349 people. Sample research as many as 78 people with sampling techniques
using accidental sampling. Technique of data analysis using Chi-Square test Test. The Test Results
of statistics showed the majority of diet compliance wayward (64.1%), the quality of life of
patients of diabetes mellitus majority unfavourable (46.2), the diet compliance relationship with
quality of life in patients of diabetes mellitus Mandala Health Center Medan in the Year 2017 with
a value of p = 0.000 (p < 0.05). The Disobedience of respondents in running diet makes quality of
life was increasingly unfavourable. Quality of life was determined by the
individual themselves. Therefore, it was expected to people with diabetes mellitus to follow
and adhere to the guidelines on diet or health program provided health centers through health
education to get a better health.
Keywords : Compliance Diet, Quality Of Life, Diabetes Mellitus Patient
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan kebutuhan
dasar dan modal utama untuk
mencapai kualitas hidup yang baik.
Kualitas hidup merupakan salah satu
faktor penting yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang. Kualitas hidup merupakan
tingkatan yang menggambarkan
keunggulan seseorang individu yang
dapat dinilai dari kehidupan mereka
(Cohen & Lazarus dalam Larasati,
2012). Dalam hal ini kualitas hidup
pasien seharusnya menjadi perhatian
penting bagi para profesional
kesehatan karena dapat menjadi
acuan keberhasilan dari suatu
tindakan, intervensi, atau terapi
(Ayu, 2007 dalam Rohmah, 2012),
karena kualitas hidup yang rendah
dapat memperburuk gangguan
metabolik, baik secara langsung
melalui stres hormonal ataupun
secara tidak langsung melalui
komplikasi (Mandagi, 2010).
Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2010 dalam Gustiasari
(2015) memperlihatkan bahwa
penyakit degeneratif seperti jantung,
stroke, kanker, diabetes mellitus
(DM), dan penyakit paru obstruktif
kronik merupakan 63% penyebab
kematian di seluruh dunia. Dari
beberapa penyakit generatif yang ada
penyakit DM merupakan salah satu
penyakit yang mengalami
peningkatan jumlah penderita yang
cukup tinggi (Kemenkes RI, 2013).
Diabetes mellitus merupakan
penyakit kronis, yang terjadi ketika
pankreas tidak memproduksi insulin
yang cukup, atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan, hal ini
menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah
(WHO, 2013). Salah satu sasaran
terapi pada diabetes DM adalah
peningkatan kualitas hidup (Larasati,
2012).
Global status report on non
communicable diseases tahun 2014
yang dikeluarkan oleh World Health
Organization (WHO) menyatakan
bahwa prevalensi DM di seluruh
dunia diperkirakan sebesar 9%.
Dalam Diabetes Atlas edisi ke enam
tahun 2014 yang dikeluarkan oleh
International Diabetes Federation
(IDF), jumlah penderita DM semakin
bertambah. Menurut estimasi IDF
(2014) 8,3% penduduk di seluruh
dunia mengalami DM, prevalensi ini
meningkat dari tahun 2011 yaitu
7,0% dan diprediksikan pada tahun
2035 prevalensi DM akan meningkat
menjadi 10,0%. Diperkirakan
proporsi penderita DM yang tidak
terdiagnosis adalah sebesar 46,3%.
Satu dari dua penderita diabetes tidak
mengetahui bahwa mereka telah
terkena penyakit tersebut.
WHO memperkirakan Indonesia
menduduki urutan ke 4 di dunia
dengan kejadian DM tertinggi
dengan pertumbuhan sebesar 8,5 juta
orang pada tahun 2.000 menjadi 21,3
juta orang di tahun 2030 setelah
India berjumlah 31,8 juta orang
menjadi 79,5 juta orang, China
berjumlah 20,8 juta orang menjadi
42,3 juta orang, dan Amerika
berjumlah 17,7 juta menjadi 30,3 juta
orang (WHO, 2014). Hasil penelitian
yang telah dilakukan Tamara, dkk
(2014) di Provinsi Riau dari 23
responden memiliki kualitas hidup
yang rendah 50%. Ada bebarapa hal
yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup diantaranya adalah kesehatan
fisik, psikologis, tingkat
kemandirian, sosial, keyakinan
pribadi, dan status ekonomi (CDC,
2011).
Provinsi Sumatera Utara menjadi
salah satu provinsi dengan prevalensi
penderita DM tertinggi di Indonesia
yaitu 2,3% yang di diagnosa dokter
berdasarkan gejala (Kemenkes RI,
2013). Tingginya prevalensi pasien
DM di Sumatera Utara tidak terlepas
dari masih banyaknya pasien yang
tidak mengetahui secara benar
tentang penyakit DM, gaya hidup
yang buruk dan pola diet yang benar
(Gustiasari, 2015). Kebanyakan
penderita menganggap bahwa
penyakit DM bukan termasuk
masalah yang serius, sehingga
penderita tidak mempunyai
keinginan untuk melaksanakan
program diet, hal ini menyebabkan
peningkatan jumlah penderita DM
(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Silaban, 2013).
Berdasarkan data rekam medis di
Puskesmas Mandala Medan tahun
2017, didapatkan pasien DM dalam 2
tahun terakhir terjadi peningkatan
yaitu pada tahun 2015 rata-rata
penderita DM yang menjalani
pengobatan setiap bulan sebanyak
328 orang, sedangkan pada tahun
2016 mengalami peningkatan dengan
rata-rata perbulan menjadi 337
orang. Oleh karena itu, penyakit DM
ini memerlukan kepatuhan dalam
menjalankan diet guna membantu
meningkatkan kualitas hidup
penderitanya.
Kepatuhan merupakan cara
melaksanakan pengobatan dan
perilaku yang diberikan dalam
bentuk terapi, baik diet, latihan dan
pengobatan sesuai disarankan oleh
dokter (Pratita, 2012). Kepatuhan
diet merupakan keinginan melakukan
perubahan pada pola makannya dari
yang teratur menjadi diet yang
terencana. Penatalaksanaan diet DM
sangatlah penting untuk
mempertahankan gula darah pada
pasien DM agar pasien dapat hidup
secara normal dan apabila pasien
patuh akan diet maka dapat
meningkatkan kualitas hidup
penderita DM (Sugiyarti, dkk, 2011).
Menurut penelitian Hartanto (2016),
terdapat hubungan kepatuhan diet
dengan kualitas hidup pada penderita
diabetes mellitus dengan p= 0,014
(<0,05). Penelitian ini menggunakan
metode korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Sampel
berjumlah 30 orang yang diambil
accidental. Data dianalisa
menggunakan analisa deskriptif dan
korelasi menggunakan uji kendal tau.
Pemantauan gula darah merupakan
indikator dalam diagnosa DM.
Menurut Suyono (2009), meskipun
majunya riset di bidang pengelolaan
DM dengan ditemukankannya
berbagai jenis insulin dan obat oral
mutakhir, diet masih tetap
merupakan pengobatan yang utama
pada penatalaksanaan diabetes.
Pemberian diet diusahakan untuk
dapat memenuhi kebutuhan pasien
DM, sehingga pelaksanaan diet DM
hendaknya diikuti pedoman 3J yaitu
Jumlah, Jadwal, dan Jenis (Susanti &
Sulistryarini, 2013). Namun sering
pasien mengabaikan diet, pasien
merasa jenuh dalam mengikuti terapi
diet yang sangat diperlukan untuk
keberhasilan. Menurut penelitian
Lestari (2011) dalam Ayu (2016) di
Semarang ada 75% pasien DM tidak
mentaati diet yang dianjurkan.
Beberapa studi melaporkan seperti
Health Related Quality of Life
(HRQOL) bahwa penderita DM
lebih rendah dibandingkan dengan
tanpa riwayat DM (Mandagi, 2010).
Penelitian tersebut didukung oleh
penelitian Zainuddin (2015) yang
berjudul “stres dengan kualitas hidup
penderita diabetes mellitus tipe 2”,
kesimpulan penelitian ini terdapat
hubungan stres dengan kualitas
hidup pada penderita diabetes
mellitus dengan p= 0,024 (<0,05).
Penelitian oleh Tamara, dkk (2014)
yang berjudul “Dukungan keluarga
dan kualitas hidup pasien diabetes
mellitus tipe II di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau”
menghasilkan adanya hubungan
dukungan keluarga dan kualitas
hidup pasien DM Tipe 2 dengan
p=0,030 (p<0,05).
Berdasarkan hasil survei terhadap 10
orang penderita DM tentang
kepatuhan diet dan kualitas hidup,
melalui wawancara secara langsung,
penulis menemukan bahwa
kepatuhan diet dan kulitas hidup
penderita DM kuang baik dimana
pasien mengatakan kemampuan
dalam bergaul dan aktivitas sehari-
hari mereka terganggu setelah
menderita penyakit DM, sulit
berkonsentrasi, dan kesempatan
untuk bersenang-senang/rekreasi
sedikit. Didapatkan 6 orang pasien
kualitas hidup kurang baik karena
ketidakpatuhan diet, 1 orang pasien
patuh dengan kualitas hidup kurang
baik karena pelaksanaan diet
dilakukan 1 tahun terakhir setelah
penderita mengalami banyak
penyakit dan ketergantungan insulin,
dan 3 orang pasien kualitas hidup
baik karena patuh akan diet. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan kepatuhan diet dengan
kualitas hidup pada pasien Diabetes
Mellitus di Puskesmas Mandala
Medan Tahun 2017”.
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan rancangan study
cross sectional yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan
kepatuhan diet dengan kualitas
hidup pasien diabetes mellitus di
Puskesmas Mandala Medan
Tahun 2017.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah
penderita diabetes mellitus
(DM). Berdasarkan data MR
(Medical Record), penderita
DM berjumlah 349 orang
pada bulan Maret 2017 yang
berobat di Puskesmas
Mandala Medan.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi, yakni
Penderita DM yang datang
pertama kali berobat ataupun
sudah berulang ke Puskesmas
Mandala Medan dan
terdiagnosa DM oleh dokter.
Besar sampel dihitung
dengan rumus Notoatmodjo
(2010) sebagai berikut :
Keterangan :
n=
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d = Limit dari error 10%
(0,1)
n=
n=
n=
n=
n= 77.72 (78 orang)
Jadi jumlah sampel penelitian
adalah 78 orang. Teknik
pengambilan sampel
dilakukan dengan cara
accidental sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel
dengan memilih siapa yang
kebetulan ada/dijumpai.
C. Definisi Operasional Penelitian
Tabel 1.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Idependen:
Kepatuhan diet
Ketaatan pasien dalam menjalankan diet
dengan baik/teratur sesuai jumlah,
jadwal dan jenis diet.
Kuisoner 1. Patuh 2. Tidak
Patuh
Ordinal
Variabel Dependen:
Kualitas hidup pasien diabetes mellitus
Perasaan penderita DM terhadap kepuasan yang
dirasakan, meliputi : kemampuan fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan .
Kuisoner 1. Baik 2. Cuku
p baik
3. Kura
ng baik
Ordinal
D. Pengolahan Data dan Analisa
Data
1. Pengolahan data
Menurut Saryono (2011)
setelah data dikumpulkan,
langkah selanjutnya adalah
mengolah data menggunakan
program komputer, langkah-
langkah pengolahan tersebut,
yaitu:
a. Editing
Memeriksa seluruh daftar
pertanyaan antara lain
kelengkapan pengisian
serta kesesuaian jawaban
dari data demografi dan
kuesioner yang diisi oleh
responden, hal ini
dilakukan untuk
menghindari
pengumpulan data
berulang.
b. Coding
Data yang sudah di edit
diberikan kode numerik
terhadap data atau simbol
tertentu untuk setiap
jawaban. Untuk umur 45-
49 tahun diberi kode “1”,
umur 50-59 tahun diberi
kode “2”. Pendidikan
responden untuk SD
diberi kode “1”, SMP
diberi kode “2”, SMA
diberi kode “3”, S1 diberi
kode “4”, S3 diberi kode
“5”. Pada pekerjaan
responden, tidak bekerja
diberi kode “1”, PNS
diberi kode “2”,
wiraswasta diberi kode
“3”, hakim diberi kode
“4”. Lama menderita DM
2-5 tahun diberi kode “1”,
6-10 tahun diberi kode
“2”, dan >10 tahun diberi
kode “3”. Pada
kepatuhan, responden
yang patuh diberi kode
“1” dengan rentang skor
26-40, tidak patuh diberi
kode “2” dengan rentang
skor 10-25. Pada kualitas
hidup baik diberi kode
“1” dengan rentang skor
89-120, cukup baik diberi
kode “2” dengan rentang
skor 57-88 dan kurang
baik diberi kode “3”
dengan rentang skor 24-
56.
c. Entry
Setelah dilakukan
pengelompokkan data,
maka data umur,
pendidikan, pekerjaan,
lama menderita DM, dan
hasil jawaban kuesioner
dimasukkan dalam
computer dengan
menggunakan Excel dan
diolah dengan
menggunakan uji statistik
chi-square dengan
program SPSS.
d. Tabulating
Memasukkan data ke
dalam tabel distribusi
frekuensi statistik untuk
mempermudah
pengolahan dan analisa
data lalu
diinterpretasikan.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat
digunakan untuk
mendeskripsikan
karakteristik masing-
masing variabel yang
diteliti. Data yang
dianalisis univariat pada
penelitian ini adalah
umur, pendidikan,
pekerjaan, lama
menderita penyakit DM,
kepatuhan diet dan
kualitas hidup pasien
diabetes mellitus.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakuka n untuk menjelaskan
hubungan dua variabel
yaitu variabel independen
yang diduga kuat
mempunyai hubungan
bermakna dengan
variabel dependen.
Analisa ini menggunakan
uji Chi-Square Test
karena kedua data
berbentuk kategorik.
Penulis menggunakan
tingkat kepercayaan 90%
dengan α 10%. Untuk
menetapkan apakah ada
hubungan antara variabel
independen dan variabel
dependen maka
menggunakan p value
yang dibandingkan
dengan tingkat kesalahan
yang digunakan yaitu 10
% atau 0.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas
Mandala Medan Tahun 2017 (n=78)
Karakteristik
Responden
Jumlah
(n)
Persentase
%
Umur
45-49 tahun 50-59 tahun
36
42
46,2
53,8
Pendidikan
SD
SMP
SMA
S1
S3
9
28
35
5 1
11,5
35,9
44,9
6,4 1,3
Pekerjaan
Tidak Bekerja
PNS
Wiraswasta
Hakim
19
5
53 1
24,4
6,4
67,9 1,3
Lama Menderita DM
2-5 tahun 6-10 tahun
>10 tahun
55
19
4
70,5
24,4
5,1
Sumber : Data Olah Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berusia
50-59 tahun yaitu 53,8%, pendidikan SMA yaitu 44,9%, pekerjaan
wiraswasta yaitu 67,9% dan lama menderita DM 2-5 tahun yaitu
70,5%.
b. Kepatuhan Diet
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet di Puskesmas Mandala
Medan Tahun 2017 (n=78)
Kepatuhan Diet Jumlah
(n)
Persentase %
Patuh Tidak Patuh
28 50
35,9 64,1
Sumber : Data Olah Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa kepatuhan diet responden
penderita diabetes mellitus mayoritas tidak patuh yaitu 64,1%.
c. Kualitas Hidup Pasien
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus di
Puskesmas Mandala Medan Tahun 2017 (n=78)
Kualitas Hidup Jumlah
(n)
Persentase %
Baik
Cukup Baik Kurang Baik
19 23
36
24,4 29,5
46,2
Sumber : Data Olah Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kualitas hidup responden
mayoritas kurang baik yaitu 46,2%.
3. Analisa Bivariat
Tabel 5
Tabulasi Silang Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Mandala Medan
Tahun 2017 (n=78)
Kepatuhan
Diet
Kualitas Hidu p
Baik Cukup
Baik
Kurang
Baik
Total p value
n % N % n % n %
Patuh
Tidak Patuh
17 2
21,8 2,6
9 14
11,5 17,9
2 34
2,6 43,6
28 50
35,9 64,1 0,000
Jumlah 19 24,4 23 29,5 36 46,2 78 100
Sumber : Data Olah Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 35,9% pasien Diabetes
Mellitus yang patuh menjalani diet, kualitas hidup yang baik sebanyak
21,8%, cukup baik sebanyak 11,5% dan kurang baik sebanyak 2,6%.
Pasien Diabetes Mellitus dari 64,1 % yang tidak patuh menjalani diet,
kualitas hidup yang baik sebanyak 2,6%, cukup baik sebanyak 17,9%
dan kurang baik sebanyak 43,6%.
Dari hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa nilai p=0,000
artinya “Ada hubungan signifikan kepatuhan diet dengan kualitas hidup
pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Mandala Medan”.
B. Pembahasan
1. Interprestasi dan Diskusi
Hasil.
a. Kepatuhan Diet
Pasien Diabetes
Mellitus
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Puskesmas
Mandala Medan tahun
2017 menunjukkan
bahwa mayoritas
responden tidak patuh
dalam menjalankan diet
sebanyak 64,1%.
Hal ini diperoleh dari
hasil jawaban
responden yang
cenderung tidak makan
sesuai jadwal/sesuai
yang sudah dikonsulkan
oleh dokter atau
petugas kesehatan,
tidak membatasi jumlah
asupan nutrisi seperti
nasi karena bagi mereka
itu menyusahkan disaat
lapar dan tidak pernah
memperhatikan jumlah
kalori snack yang
dimakan. Sering makan
dalam jumlah yang
banyak, tidak pernah
memilih makanan yang
tepat karena selalu
sibuk dengan pekerjaan.
Tidak mengkonsumsi
sayuran dan buah-
buahan, dan sering
mengkonsumsi
makanan dan minum
yang
manis/mengandung
gula, jarang memasak
makanan dengan
dikukus atau rebus, dan
tidak pernah
memperhatikan
makanan yang baik
untuk mereka karena
merasa bosan menjalani
diet.
Permasalahan ini terjadi
karena kurangnya
pengetahuan tentang
kesehatan dan perilaku
pencegahan penyakit.
Hasil penelitian
didapatkan bahwa
lebih dari setengah
responden
berpendidikan SMA
dan SMP. Kurangnya
pengetahuan tentang
penyakit yang diderita
akan mengakibatkan
tidak terkendalinya
proses perkembangan
penyakit, termasuk
deteksi dini adanya
komplikasi penyakit.
Hal ini menjadi salah
satu faktor resiko
memperberat terjadinya
gangguan metabolisme
tubuh sehingga
berdampak terhadap
keberlansungan hidup
penderita diabets
mellitus (Suyono, 2007
dalam Unik, 2013).
Berdasarkan studi kasus
yang dilakukan oleh
Rusimah (2010) dalam
Unik (2013) dapat
diketahui bahwa
responden dengan
tingkat pengetahuan
tinggi sebanyak 32,1%
patuh dengan dietnya.
Sedangkan responden
dengan tingkat
pendidikan rendah
sebanyak 44,4% tidak
patuh dengan dietnya.
Hal ini menggambarkan
bahwa semakin rendah
tingkat pengetahuan
maka semakin rendah
pula persentase
responden yang patuh
terhadap dietnya.
Salah satu cara yang
bisa dilakukan oleh
penderita DM dengan
mengontrol kadar gula
darah tetap stabil dan
tidak melebihi batas
normal (Sugiarto, 2010
dalam Niat 2016).
Pencegahan perlu
dilakukan oleh
penderita supaya tidak
terjadi komplikasi dan
kematian. Guna
mencegah dan
menghindari kejadian di
atas, penderita DM
harus patuh terhadap
pola diet yang
dianjurkan dokter.
Kepatuhan (adherence)
merupakan tingkatan
perilaku seseorang yang
mendapatkan
pengobatan, mengikuti
diet, dan melaksanakan
gaya hidup sesuai
dengan rekomendasi
pemberi pelayanan
kesehatan (WHO,
2014).
Perilaku tidak patuh
pada umumnya akan
meningkatkan masalah
dalam kesehatan dan
semakin memperburuk
penyakit yang sedang
diderita. Banyaknya
pasien dirumah sakit
merupakan akibat dari
ketidakpatuhan pasien
dalam menjalankan
aturan yang dianjurkan
tenaga medis (Pratita,
2012). Menurut Suyono
(2009), meskipun
majunya riset di bidang
pengelolaan DM
dengan
ditemukankannya
berbagai jenis insulin
dan obat oral mutakhir,
diet masih tetap
merupakan pengobatan
yang utama pada
penatalaksanaan
diabetes. Pemberian
diet diusahakan untuk
dapat memenuhi
kebutuhan pasien DM,
sehingga pelaksanaan
diet DM hendaknya
diikuti pedoman 3J
yaitu Jumlah, Jadwal,
dan Jenis (Susanti &
Sulistryarini, 2013).
Keberhasilan suatu
pengobatan, sangat
dipengaruhi oleh
kepatuhan penderita
diabetes mellitus untuk
menjaga kesehatannya.
Dengan kepatuhan yang
baik, pengobatan dapat
terlaksana secara
optimal dan kualitas
kesehatan bisa tetap
dirasakan. Sebabnya
apabila penderita
diabetes melitus tidak
mempunyai kesadaran
diri untuk bersikap
patuh maka hal tersebut
dapat menyebabkan
kegagalan dalam
pengobatan yang
berakibat pada
menurunya kesehatan.
Bahkan akibat
ketidakpatuhan dalam
menjaga kesehatan,
dapat berdampak pada
komplikasi penyakit
diabetes mellitus dan
bisa berujung pada
kematian
(Saifunurmazah, 2013).
Penelitian ini
bertentangan dengan
penelitian Susanti &
Sulistryarini (2013)
hasil penelian
menunjukkan dari 25
responden lebih dari
setengah penderita
patuh terhadap dietnya
yaitu 20 orang (80%) ;
Senuk (2013)
menunjukkan
kepatuhan responden
dalam menjalankan diet
pada kategori patuh
yaitu 53,6%. Penelitian
ini sejalan dengan yang
dilakukan
Widyaningsih & fitri
(2012) hasil penelian
menunjukkan dari 30
responden ditemukan
19 orang tidak patuh
terhadap diet sebanyak
63,3% ; Unik (2013)
menunjukkan
kepatuhan responden
dalam menjalankan diet
pada kategori tidak
patuh yaitu 54,7%.
Menurut Widiyaningsih
& Fitri (2012),
penderita diabetes
mellitus seharusnya
menerapkan pola
makan seimbang untuk
menyesuaikan
kebutuhan glukosa
sesuai dengan
kebutuhan tubuh
melalui pola makan
sehat. Pada penelitian
ini penderita
menerangkan bahwa
mereka kadang-kadang
mengkonsumsi
makanan yang
mengandung gula,
minyak, dan terlambat/tidak tepat
waktu dalam
mengkonsumsi obat
yang dianjurkan oleh
dokter.
Menurut asumsi peneliti
berdasarkan penelitian
yang dilakukan, bahwa
kepatuhan pasien
diabetes mellitus di
Puskesmas Mandala
Medan mayoritas
berada pada kategori
tidak patuh. Kepatuhan
diet merupakan sejauh
mana perilaku pasien
taat dengan ketentuan
yang diberikan oleh
profesional kesehatan
sesuai pedoman diet
meliputi jadwal, jumlah
dan jenis. Apabila
penderita patuh dalam
menjalankan diet maka
dapat mencapai kualitas hidup yang baik.
b. Kualitas Hidup Pada
Pasien Diabetes
Mellitus
Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan
pada pasien diabetes
mellitus di Puskesmas
Mandala Medan
diketahui bahwa
kualitas hidup
mayoritas dalam
kategori kurang baik
sebanyak 46.2%.
Hal ini diperoleh dari
hasil jawaban
responden yang
cenderung terganggu
dalam beraktivitas
dikerenakan rasa sakit
fisik yang dialami,
jarang menikmati
hidup. Selain itu,
kurang mampu dalam
berkonsentrasi, sarana
dan prasarana
lingkungan responden
tidak terlalu
mendukung. Sedikit
memiliki vitalitas yang
cukup untuk
beraktivitas, dan
ekonomi yang kurang
untuk memenuhi
kebutuhan. Selain itu,
sedikit responden
mendapatkan informasi
bagi kehidupan dari
hari ke hari, sedikit
memiliki kesempatan
untuk bersenang-
senang/rekreasi, biasa-
biasa saja responden
dalam bergaul. Tidak
memuaskan dengan
pola tidur karena sering
bangun di malam hari.
Biasa-biasa saja dengan
kemampuan untuk
beraktivitas dan juga
tidak memuaskan
dengan kemampuan
untuk bekerja.
Responden biasa-biasa
saja terhadap diri
sendiri dan hubungan
sosial. Tidak
memuaskan dengan
kehidupan seksual,
biasa-biasa saja dengan
dukungan yang
diperoleh dari teman,
biasa-biasa saja dengan
kondisi tempat tinggal
dan akses layanan
kesehatan, dan tidak
memuaskan dengan
transportasi yang
dijalani. Serta cukup
sering memiliki
perasaan negatif seperti
putus asa dan cemas.
Hasil penelitian
didapatkan bahwa lebih
dari setengah responden
berumur >50 tahun.
Yusra (2010)
menyatakan secara
normal seiring
bertambahnya usia
seseorang akan terjadi
perubahan baik fisik,
psikologis, bahkan
intelektual. Perubahan
yang terjadi dapat
menyebabkan
kerentanan pada
berbagai penyakit serta
dapat menimbulkan
kegagalan dalam
mempertahankan
homeostasis terhadap
stress. DM tipe 2
merupakan suatu
kondisi gangguan
metabolik yang dapat
muncul seiring
bertambahnya usia. Hal
ini tentunya akan
menimbulkan berbagai
keterbatasan yang akan
bermuara kepada
penurunan kualitas
hidup.
Kualitas hidup menurut
Yusra (2010) adalah
persepsi atau
pandangan subjektif
individu terhadap
kehidupannya dalam
konteks budaya dan
nilai yang dianut
individu dalam
hubungannya dengan
tujuan personal,
harapan, standar hidup
dan perhatian yang
mempengaruhi
kemampuan fisik,
psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan
sosial dan lingkungan.
Pendapat lain tentang
kualitas hidup menurut
Larasati (2012) adalah
tingkatan yang
menggambarkan
keunggulan seorang
individu yang dapat
dinilai dari kehidupan
mereka.
Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas
hidup pada penderita
diabetes mellitus,
diantaranya
ketidakpatuhan dan
komplikasi penyakit
yang dialami oleh
penderita. Menurut
Indarwati, dkk (2012)
dalam Sari (2015)
kepatuhan pasien
diabetes mellitus dalam
melaksanakan diet
merupakan salah satu
hal terpenting dalam
pengendalian diabetes
melitus. Penderita
diabetes mellitus harus
bisa mengatur pola
makannya sesuai
dengan prinsip diet
diabetes mellitus yang
dianjurkan oleh tenaga
kesehatan, karena
dengan mengatur pola
makan pasien bisa
mempertahankan gula
darah mereka agar tetap
terkontrol. Komplikasi
yang dialami pasien
menimbulkan dampak
yang dapat berpengaruh
negatif terhadap
kualitas hidup pasien
dan kualitas hidup yang
rendah dapat
memperburuk
gangguan metabolik,
baik secara langsung
melalui stress hormonal
ataupun secara tidak
langsung melalui
komplikasi (Mandagi,
2010).
Ada beberapa domain
yang merupakan bagian
penting untuk
mengetahui kualitas
hidup individu, yaitu :
kesehatan fisik,
psikologis, sosial, dan
lingkungan.
Penatalaksanaan diet
DM sangatlah penting
untuk mempertahankan
gula darah pada pasien
DM agar pasien dapat
hidup secara normal
dan apabila pasien
patuh akan diet maka
dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita
DM (Sugiyarti, dkk,
2011).
Dalam hal ini kualitas
hidup pasien
seharusnya menjadi
perhatian penting bagi
para profesional
kesehatan karena dapat
menjadi acuan
keberhasilan dari suatu
tindakan, intervensi,
atau terapi (Ayu, 2007),
karena kualitas hidup
yang rendah dapat
memperburuk
gangguan metabolik,
baik secara langsung
melalui stres hormonal
ataupun secara tidak
langsung melalui
komplikasi (Mandagi,
2010).
Penelitian ini
bertentangan dengan
penelitian yang
dilakukan oleh Laoh,
dkk (2015)
menunjukkan kualitas
hidup penderita DM
pada kategori baik yaitu
63,3%. Penelitian ini
sejalan dengan
penelitian yang
dilakukan oleh
Zainuddin (2015)
menunjukkan tingkat
kualitas hidup pada DM
pada kategori kurang
baik yaitu 53,3%.
Menurut asumsi peneliti
berdasarkan penelitian
yang dilakukan, bahwa
kualitas hidup penderita
diabetes mellitus di
Puskesmas Mandala
mayoritas berada pada
kategori kurang baik.
Hal ini disebabkan
karena ketidakpatuhan
terhadap diet yang
dianjurkan oleh petugas
kesehatan dan keluarga.
Kesehatan merupakan
kebutuhan dasar dan
modal utama untuk
mencapai kualitas hidup
yang baik. Kualitas
hidup merupakan salah
satu faktor penting yang
dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan
seseorang.
c. Hubungan Kepatuhan
Diet Dengan Kulitas
Hidup Pasien Diabetes
Mellitus
Berdasarkan hasil uji
statistik Chi-Square
Test menunjukkan
bahwa nilai p=0,000
artinya penelitian
hubungan kepatuhan
diet dengan kualitas
hidup pasien diabetes
mellitus di Puskesmas
Mandala Medan
menunjukkan ada
hubungan sigfinikan
antara kepatuhan diet
dengan kualitas hidup
pasien diabetes
mellitus.
Hasil penelitian
didapatkan bahwa ada
sebagian penderita
patuh terhadap dietnya,
namun kualitas
hidupnya dalam
kategori kurang baik
hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti
komplikasi dan usia.
Yusra (2010)
menyatakan secara
normal seiring
bertambahnya usia
seseorang akan terjadi
perubahan baik fisik,
psikologis, bahkan
intelektual. Komplikasi
yang dialami pasien
menimbulkan dampak
yang dapat berpengaruh
negatif terhadap
kualitas hidup pasien
dan kualitas hidup yang
rendah dapat
memperburuk
gangguan metabolik,
baik secara langsung
melalui stress hormonal
ataupun secara tidak
langsung melalui
komplikasi (Mandagi,
2010).
Salah satu cara yang
bisa dilakukan oleh
penderita DM dengan
mengontrol kadar gula
darah tetap stabil dan
tidak melebihi batas
normal (Sugiarto, 2010
dalam Niat 2016).
Pencegahan perlu
dilakukan oleh
penderita supaya tidak
terjadi komplikasi dan
kematian. Guna
mencegah dan
menghindari kejadian di
atas, penderita DM
harus patuh terhadap
pola diet yang
dianjurkan dokter.
Kepatuhan merupakan
ketaatan pasien
mengikuti petunjuk
yang diberikan dalam
bentuk terapi, baik diet,
latihan dan pengobatan
sesuai rekomendasi dari
dokter maupun dari
pemberi pelayanan
kesehatan (Nur W. &
Yusuf B., 2013).
Kepatuhan diet
merupakan keinginan
melakukan perubahan
pada pola makannya
dari yang teratur
menjadi diet yang
terencana dan
kepatuhan diet adalah
penatalaksanaan paling
penting pada penderi
diabetes mellitus
(Perkeni, 2011).
Penatalaksanaan diet
DM sangatlah penting
untuk mempertahankan
gula darah pada pasien
DM agar pasien dapat
hidup secara normal
dan apabila pasien
patuh akan diet maka
dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita
DM (Sugiyarti, dkk,
2011).
Kualitas hidup menurut
Yusra (2010) adalah
persepsi atau
pandangan subjektif
individu terhadap
kehidupannya dalam
konteks budaya dan
nilai yang dianut
individu dalam
hubungannya dengan
tujuan personal,
harapan, standar hidup
dan perhatian yang
mempengaruhi
kemampuan fisik,
psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan
sosial dan lingkungan.
Kualitas hidup adalah
tingkatan yang
menggambarkan
keunggulan seorang
individu yang dapat
dinilai dari kehidupan
mereka (Larasati,
2012).
Menurut Mandagi
(2010) diabetes mellitus
merupakan penyakit
yang tidak dapat
disembuhkan. Penyakit
tersebut membutuhkan
pengelolaan dan
perawatan secara tepat
agar kualitas hidup
penderita diabetes
mellitus terpelihara
dengan baik, sehingga
ia dapat
mempertahankan rasa
nyaman dan sehat.
Kualitas hidup yang
rendah dapat
memperburuk
komplikasi dan dapat
berkhir kecacatan dan
kematian.
Diabetes mellitus
merupakan penyakit
degeneratif. Dengan
demikian, tidak ada
obat yang dapat
menyembuhkan
penyakit tersebut. Oleh
karena itu, tujuan
umum pengobatan pada
diabetes mellitus adalah
mengendalikan kadar
gula darah dan
meningkatkan kualitas
hidup penderita. Salah
satu caranya dengan
pengaturan diet
(Krisnatuti, Yenrina, &
Rasjmida, 2014).
Apabila patuh terhadap
diet maka penyakit DM
terkendali sehingga
kualitas hidup pasien
DM baik dan jika tidak
patuh terhadap diet
maka kualitas hidup
pasien DM kurang baik
(Hartanto, 2016).
Penelitian ini didukung
oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sari
(2015) menunjukkan
terdapat hubungan yang
bermakna antara
kepatuhan diet dengan
kualitas hidup penderita
diabetes mellitus
dengan nilai p=0,006
(p<0,05).
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa
seseorang yang kurang
patuh terhadap diet baik
jadwal, jumlah dan
jenis, hal ini akan
membuat pasien
semakin kurang baik
kualitas hidupnya oleh
karena penderita tidak
patuh dengan pedoman
diet yang dianjurkan
pada dirinya sendiri.
Hasil analisa data
memiliki nilai
signifikan antara kedua
variabel yaitu
(p=0,000). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ada
hubungan signifikan
antara kepatuhan diet
dengan kualitas hidup
pasien diabetes
mellitus.
d. Keterbatasan
Penelitian
Setelah melakukan
penelitian dengan judul
Hubungan Kepatuhan
Diet dengan Kualitas
Hidup Pada Pasien DM,
peneliti memiliki
keterbatasan dimana
pada penelitian ini
belum dipisah
responden yang
memiliki penyakit
penyerta, komplikasi
dan lama menderita DM
sehingga peneliti tidak
bisa menggali lagi
apakah kualitas hidup
dipengaruhi oleh
penyakit penyerta,
komplikasi dan lama
menderita DM.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tentang kepatuhan diet dengan
kualitas hidup pasien diabetes
mellitus di Puskesmas Mandala
Medan, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Kepatuhan diet pada pasien
diabetes mellitus di
Puskesmas Mandala Tahun
2017 mayoritas tidak patuh
yaitu 64,1%
2. Kualitas hidup pasien
diabetes mellitus di
Puskesmas Mandala Medan
Tahun 2017 mayoritas
kurang baik yaitu 46,2%
3. Ada hubungan signifikan
kepatuhan diet dengan
kualitas hidup pada pasien
diabetes mellitus di
Puskesmas Mandala Medan
2017 dengan nilai p=0.000.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan kepada
penderita DM untuk lebih
patuh terhadap pedoman
diet sesuai anjuran dokter
(Jadwal, Jumlah dan Jenis)
untuk meningkatkan
kualitas hidup yang lebih
baik. Makan tepat waktu
sesuai aturan diet serta
beberapa cemilan diantara
jadwal makan pokok,
membatasi jumlah asupan
nutrisi seperti nasi,
mengkonsumsi makanan
yang kaya serat seperti
sayuran dan buah-buahan
serta menghindari jenis
makanan yang cepat
menaikkan kadar gula darah
seperti gula, madu, roti,
sirup, dan lain-lain.
2. Bagi Petugas Puskesmas
Kepada petugas puskesmas
perlu menyusun program
untuk memberi edukasi
pada penderita diabetes
mellitus dan memotivasi
pasien untuk lebih patuh
dalam menjalankan diet.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya
menggunakan teknik
penelitian yang berbeda dan
mengambil sampel
berdasarkan lama menderita
DM serta meneliti tentang
faktor-faktor yang
berhubungan dengan
peningkatan kualitas hidup
penderita DM.
DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2014). Standards of Medical
Care in Diabetes. Vol 36 (1) :
11-66
Almatsier, S. (2007). Penuntun Diet.
Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Ayu, M.D.K. (2016). Hubungan
Kepatuhan Diit Dengan Kadar
Glukosa Darah Sewaktu Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2 Di Klinik Pratama Gracia
Ungaran Kabupaten
Semarang.
http://puslit2.petra.ac.id/
ejournal/
index.php/18840/18537
(diakses pada tanggal 25
Februari 2017).
CDC. (2011). HRQOL concepts.
http://www.cdc.gov/hrqol/con
cept.htm.
Daud. (2015). 1001 Tentang
Diabetes. Bandung : Nexx
media
Faktul. (2009). Faktor Kepatuhan
Pasien.
http://www.Bidanlia.kepatuha
n pasien.html.
Gustiasari, W. (2015). Determinan
Pemanfaatan Ulang Klinik
Diabetes Mellitus di
Puskesmas Sering Medan
Tembung.
http://repository.usu. ac.id.pdf
Hartanto, D. (2016). Hubungan
Kepatuhan Diet Dengan
Kualitas Hidup Pada
Penderita Diabetes Mellitus
Di Rs Pku Muhammadiyah
Gombong.
Hasdianah. (2012). Mengenal
Diabetes Mellitus Pada Orang
Dewasa Dan Anak-Anak
Dengan Solusi Herbal. Nuha
medika : Jogjakarta.
Hastono, S. (2011). Statistik
Kesehatan. Raja Grafindo
Persada : Jakarta Utara.
IDF. (2014). IDF Diabetes Atlas
Sixth Edition.
http://www.idf.org.
Kemenkes RI. (2013). Hasil
Riskesdas. Balitbangkes :
Jakarta
Kusumadewi, Dian Melina. (2011).
Peran Stressor Harian,
Optimisme Dan Regulasi Diri
Terhadap Kualitas Hidup
Individu Dengan DM. Jurnal
Psikologi. Vol.8.
http://ejournal.uin-
malang.ac.id.
Laoh, Joice M., Tampongangoy.
(2015). Gambaran Kualitas
Hidup Pasien Diabetes
Mellitus di Poliklinik Endokrin
RSUP Dr. R.D. Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan.
Vol.4 (1).
Larasati, T. (2012). Kualitas Hidup
Pasien Diabete Mellitus Tipe
2 di RS Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Vol2. Hlm
17 – 20.
http://www.gunadarma.
ac.id/library/psychology/2009/
1050412pdf. (diperoleh tgl 24
Feb 2017).
Mandagi, A.M. (2010). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status
Kualitas Hidup Penderita
Diabetes Mellitus di
Puskesmas Pakis Kecamatan
Sawahan Surabaya.
http://alumni.unair.ac/id/kump
ulanfile/ 419383 6343_
abs.pdf. (diperoleh pada
tanggal 7 Februari 2017).
Masriadi, H. (2016). Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular.
Jakarta : Trans Info Media.
Niat, M. (2016). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Diet DM Dalam
Menjalankan Diet. USMI.
(diperoleh pada tanggal 7
Januari 2017).
Noerhayati. (2014). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Partisipasi Keluarga Dalam
Program Eliminasi Di
Malasetra Kabupaten
Bandung. The soedirman
journal of nursing, 6 (1), 47-
55.
Notoatmodjo. (2010). Penelitian
Cross-sectional, Pengambilan
Sampel. http://
digilib.unimus.ac.id/download
.phpid=7014/bab3pdf.
(diambil 17Mar 2017)
Potter & Perry. (2009). Fundamental
Keperawatan: Konsep. Edisi
7. Jakarta : EGC.
Pratita, Nurina Dewi. (2012).
Hubungan Dukungan
Pasangan Dan Health Locus
Of Control Dengan Kepatuhan
Dalam Menjalani Proses
Pengobatan Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe-2.
http://alumni.unair.ac/id/
413836_pdf.
Rahmat, W.P. (2010). Pengaruh
Konseling Terhadap
Kecemasan Dan Kualitas
Hidup Pasien Dm Di
Kecamatan Kebakkramat.
Tesis. http:// eprints.uns.ac.id.
Raudatussalamah & Fitri, A.R.
(2012). Psikologi Kesehatan.
Pekanbaru : Al-Mujtahadah
Press.
Rohmah, Anis Ika Nur.,
Purwaningsih., Bariyah, K.
(2012). Kualitas Hidup Lanjut
Usia. Jurnal Keperawatan. http://ejournal.umm.ac.id/
index.php/
keperawatan/article/view/2589.
(diperoleh pada tanggal 5
Februari 2017).
Saifunurmazah, D. (2013).
Kepatuhan Penderita Diabetes
Mellitus Dalam Menjalani
Terapi Olahraga Dan Diet.
Universitas Negeri Semarang.
Skripsi
Sari, Diana Novita. (2015).
Hubungan Kepatuhan Diet
dengan Kualitas Hidup pada
Penderita Diabetes Melitus di
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Skripsi. Universitas USU.
http://repository.usu.ac.id/bitst
ream/ 123456789/49691/7/
Kuesioner.pdf.
Saryono. (2011). Metodologi
Penelitian Keperawatan. UPT
Percetakan dan Penerbitan
Unsoed : Purwokerto
Senuk, A. (2013). Hubungan
Pengetahuan Dan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan
Menjalani Diet Diabetes
Melitus Di Poliklinik RSUD
Kota Tidore Kepulauan
Provinsi Maluku Utara.
Tersedia http://ejournal.unsrat.ac.id/ind
ex.php/jkp/article/viewFile/21
59/1717.
Silaban, R.L. (2013). Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus di
Poliklinik Endokrin RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Skripsi.
Fakultas Keperawatan USU.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda
G. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi Volume 2. Jakarta :
EGC.
Stanley, M. (2007). Buku Ajar
Keperawatan Gerontik. Edisi
2. Jakarta.
Sudoyo, A.W & Setiyohadi, B.
(2009). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi
5. Jakarta : Internet
Publishing.
Sugiyarti., Meikawati, W., Salawati,
T. (2011). Hubungan Ketaatan
Diet Dan Kebiasaan Olahraga
Dengan Kadar Gula Darah
Pasien DM Yang Berobat Di
Puskesmas Ngembal. Jurnal.
Vol. 7(1). http://jurnal.
unimus. ac. id.
Suryono, Epi. (2013). Bersahabat
Dengan Diabetes. Bandung :
Yrama Widya.
Susanti, M.L & Sulistryarini, T.
(2013). Dukungan Keluarga
Meningkatkan Kepatuhan Diet
Pasien Diabetes Melitus Di
Ruangan Rawat Inap
Rs.Baptis Kediri.
http://puslit2.petra.ac.id/ejourn
al/index/view/ 18840.pdf.
Sutedjo, Y.A. (2010). 5strategi
Penderita Diabetes Mellitus
Berusia Panjang. Yogyakarta
: Kanisius.
Suyono, S. (2009). Patofisiologi
Diabetes Mellitus. Cetakan ke-
5. Jakarta : FKUI.
Tamara, Ervy., Bayhakki., Nauli,
F.A. (2014). Hubungan
Antara Dukungan Keluarga
Dan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II Di
RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau. Jurnal. Vol. 1 (2). http://
download.portalgaruda.org.
(diperoleh pada tanggal 16
Maret 2017).
Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu
Yang Harus Anda Ketahui
Tentang Diabetes. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Utami, T.D., Karim, D., Agrina.
(2014). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas
Hidup Pasien Diabetes
Mellitus Dengan Ulkus
Diabetikum. Jurnal. Vol. 1 (2).
http:// down.portalgaruda.org.
(diakses tgl 16 Mrt 2017).
Waspadji, S.S. (2007). Pedoman
Diet Diabetes Melitus. Jakarta
: FKUI.
WHO. (2014). Global Status Report
On Non Communicable Diseases.
Geneva.
Sutanto, Teguh. (2015). Diabetes . (2014). Data Statistik
Deteksi, Pencegahan,
Pengobatan. Yogyakarta :
Buku Pintar.
Jumlah Penderita Diabetes di
Dunia : WHO.
http://indodiabetes.com/data-
statistik-jumlah-penderita-
diabetes-di-dunia-versi-
who.html
Yusra, A. 2010. Hubungan Antara
Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Pasien DM
tipe 2 di poliklinik penyakit
dalam RSUP Fatmawati
Jakarta. Tesis.
http://www.lontar.ui.ac.id.
(diperoleh pada tanggal 2
Maret 2017).
Zainuddin, Mhd., Utomo, W.,
Herlina. (2015). Hubungan
Stres Dengan Kualitas Hidup
Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2. JOM, Vol. 2 (1).
Tersedia pada web : http://
down.portalgaruda.org
(diperoleh pada tanggal 25
Feb 2017).