HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN...
Transcript of HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN...
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL
BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS
X SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan IPS Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
WAHYU NUR RAMADHONA
107015001379
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
HUBUNGAN KECERDASAN BMOSIONAL DENGAN HASILBELAJAR PADA MATA PBLAJARAN EKONOMI DI KELASX SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Mpmenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan IPS Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
WahyuNur Ramadhona
NIM: 107015001379
Pembimbing
Dr. Iwan Purwanto, M. Pd
NrP. 19730424 200801 t 0l2
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAI\ SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan
Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X SMADarussalam Ciputat Tangerang Selatan, MM. 107015001379,
Jurusan Pendidikan IPS Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah darr
Keguruan, Universiyas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiahyang berhak untuk diajukan pada siding munaqosah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta,2T Marct 20t4
Yang mengesahkan
Pembimbing I
Dr. Iwan Purwanto. M. Pd
NIP : 197342008011012
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan HasilBelajar Pada Mata Pelajaran Bkonomi Di Kelas X SMA Darussalam
Ciputat Tangerang Selatan disusun oleh WAHYU NUR RAMADHONA, NIM:107015001379 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN SyarifHidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 24 Maret
2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta,24 Marct2014
Panitia Uj ian Munaqasyah
Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal TandaTangan
{fi-n\q...t...."..... -'t.'--r/Dr. Iwan Purwanto. M.PdNIP. 1 973042420080110T2
Sekretaris Sidang
Drs. Syaripulloh. M.SiNrP. 1 96709092007 011033
Penguji I
Drs. Syaripulloh. M.SiNIP. 19670909200701 1033
Penguji II
Anissa Widiarti. M.SiNrP. I 9820802201 1 012005
l/{: .?.4
)
I
te /- nv1s
Mengetahui:Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
{ 17 _- {?_q1a_:alqf&:-:'tr1'
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertandatangan di bawah ini
Wahyu Nur Ramadhona
r070t500t379
Pendidikan IPS/ Ekonomi-Akuntansi
2007
JL. Lenteng Agung Timur No. 58 Rt.05 Rw. 02 Jakarta
Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul "Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X SMA Darussalam Ciputat
Tangerang Selatan" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
NIM
Jurusan
Angkatan Tahun
Alamat
Nama
NIP
: Dr. Iwan Purwanto, M. Pd
: 197 30424200801 I 012
Dosen Jurusan : Pendidikan IPS
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siapmenerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karyasendiri.
Jakarta, Januari 2014
Wahyu Nur Ramadhona
v
ABSTRAK
Wahyu Nur Ramadhona (107015001379). Hubungan Kecerdasan Emosional
Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X SMA
Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Konsentrasi Ekonomi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional
dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan dari bulan mei sampai bulan
september 2013. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-I
sebanyak 20 orang dan siswa kelas X-III sebanyak 20 orang di SMA Darussalam
Ciputat Tangerang Selatan dengan jumlah total 40 siswa. Ini merupakan sebagian
populasi yang jumlahnya 120 orang siswa dari kelas X-I, X-II, X-III SMA
Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Data tentang kecerdasan emosional diperoleh
berdasarkan angket yang diisi oleh siswa SMA Darussalam Ciputat Tangerang
Selatan. Sedangkan hasil belajar diperoleh melalui nilai raport. Metode analisis data
yang digunakan adalah Korelasi Product Moment dari Pearson dengan taraf 5%
adalah 0,758, berarti r hitung lebih besar daripada r tabel. Dengan demikian hipotesis
nol yang menyatakan tidak adanya hubungan kecerdasan emosional dengan hasil
belajar ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan
antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa diterima.
Dari koefisien Product Moment sebesar 0,758%, menghasilkan nilai adjusted
r square 56,4%. Ini berarti hubungan kecerdasan emosional siswa dengan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi memberikan kontribusi sebesar 56,4%.
Sedangkan 43,6% hasil belajar ekonomi dipengaruhi faktor-faktor lain seperti
kemampuan Intelektual, minat dan bakat siswa.
Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Hasil Belajar Ekonomi
vi
ABSTRACT
Wahyu Nur Ramadhona (107015001379). The Relationship Between
Emotional Intellegence and Economy Achievement At SMA Darussalam
Ciputat Tangerang,s Cities South. Thesis. Jakarta: Department of Social
Science Education Economic Concentration. Faculty of Tarbiya and Teacher’s
Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.
The aim of this research is to know significant relationship between
students emotional intellegence and the students achievement in learning
economy.
This research is carried out at SMA Darussalam Ciputat Tangerang,s
Cities South starting from may until september 2013. The sample of this research
is the students of X-I involve 20 student and X-III involve 20 student class of SMA
Darussalam Ciputat Tangerang,s South totally involving 40 students. That sample
is taken out from the population which involves 120 students of three class X-I, X-
II, X-III SMA Darussalam Ciputat Tangrang,s Cities South. The data of this
research were gathered through questionnaire related to emotional intellegence.
The questionnaire is filled by students of SMA Darussalam Ciputat Tangerang,s
Cities South. Meanwhile the students achievement gained from the result of the
report. In analyzing the data the writer used Product Moment Correlation from
person the significance 5% is 0,758, it means that rxy is bigger than t table. So the
null hypothesis that state there is no relation between students emotional
intellegence and the students achievement is rejected in the other hand alternative
hypothesis that there is a relation between students emotional intellegence and
students achievement is accepted.
From the Product Moment coefisien is 0,758 is resulted Adjusted r square
is 56,4%. It means that the students emotional intellegence and the students
achievement in studying economy give contribution is about 56,4% meanwhile
43,6% of students achievement in economy is affected by other factors like
Students intellectual, Interest and Talent.
Keyword: Emotional Intellegence, Economy Achievement
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah Swt berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas
X SMA Darussalam Ciputat” dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah pada baginda alam, Rasulullah dan junjungan Nabi besar
Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun
materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen pembimbing penulis yang telah
membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi dalam keadaan sibuk
maupun santai dan memberikan inspirasi bagi penulis untuk meraih mimpi
dan cita-cita serta kesabaran yang tinggi dalam memberikan pelajaran.
Bersamamu selalu ada jalan dan kemudahan dalam setiap problema. Sungguh
beruntung PIPS memiliki ketua jurusan seperti bapak. Semoga Allah Swt
senantiasa memberikan perlindungan dan kemudahan serta keberhasilan bagi
bapak Iwan Purwanto.
3. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor sebagai dosen penasehat akademik yang
begitu baik dan selalu mengerti kesulitan mahasiswa yang mencari dosen
namun begitu bertemu dengan bapak, bapak sangat mudah memberi kita ACC.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah mengajarkan dan
memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. Semoga Allah membalas
dengan segala kebaikan dan keberkahan.
viii
5. Pimpinan Perpustakaan, para staf dan para karyawan, baik perpustakaan utama
Syarif Hidayatullah maupun perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.
6. Bapak Marul Waid, S.Ag, Kepala Sekolah SMA Darussalam Ciputat terima
kasih telah mengizinkan dan memudahkan penulis dalam melakukan
penelitian.
7. Ibu Nur Asma, S.E M.M yang telah memberikan bantuan dan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas X SMA Darussalam
Ciputat Tangerang Selatan.
8. Orang Tua tercinta terutama seorang Ibu Fatimah yang dengan penuh kasih
sayang, perhatian dan ketulusan yang selalu diberikan kepada penulis.
Memberikan dorongan moril maupun materiil dan doa yang selalu diberikan
demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita penulis.
9. Adikku tersayang Annisa Dwi Pangestuti terima kasih atas motivasi dan
doanya.
10. Teman-teman seperjuangan Nur Arifin, Maulana Sulthon Amsyirvan,
Lukman Efendi, Imam Fathoni, Hendra Iryanto, Fitri Azma, Abdul Hafidz,
Fitri cremen yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis,
terima kasih kawan sukses selalu untuk kalian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tak bisa
penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga
Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
yang terdahulu. Segala kesempurnaan, penulis kembalikan kepada Allah SWT,
mudah-mudahan Allah senantiasa memberkahi segala amal usaha kita.
ix
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari
sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Semoga kita semua senantiasa dipelihara dalam jalan
lurus ridho Allah Swt dan di akhirat kelak mendapatkan tempat yang layak di
sisi-Nya. Amin.
Jakarta, 21 maret 2014
Penulis
Wahyu Nur Ramadhona
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ……………………………………………………………… …. v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………………. xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………….. xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….. xvi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………. 5
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………… 5
D. Rumusan Masalah ………………………………………………... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………. …. 6
1. Tujuan Penelitian ................................................................ …. 6
2. Manfaat Penelitian ............................................................... …. 6
BAB II Kajian Teoritis, Kerangka Berfikir, dan Perumusan
Hipotesis ............................................................................... …. 8
A. Deskripsi Teoritik ...................................................... …. 8
1. Hakikat Kecerdasan Emosional .............................. 8
a. Pengertian Emosi ............................................................. 8
xi
b. Pengertian Kecerdasan ................................................ . 10
c. Hakikat Kecerdasan Emosional .......................... 13
B. Hasil Belajar Siswa ………………………………………… 19
a. Konsep Hasil Belajar ……………………………………. 19
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar …….. 22
c. Sasaran Dan Obyek Penilaian …………………………… 27
d. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar ………………………. 28
e. Fungsi Dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar …………….. 29
C. Hakikat Belajar Ekonomi ......................................................... 30
D. Kerangka Berpikir ………………………………………….. 33
E. Hipotesis Penelitian ………………………………………… 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………….. 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….. 34
B. Metode Penelitian …………………………………………… 34
C. Populasi Dan Sampel ……………………………………….. 35
D. Variabel Penelitian ………………………………………….. 35
1. Kecerdasan Emosional …………………………………… 36
2. Hasil Belajar Ekonomi ……………………………………. 36
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….. 37
1. Metode dan Instrumen Penelitian ……………………….. 37
F. Teknik Analisis Data ………………………………………… 40
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN …………………… 47
A. Gambaran Umum Sekolah ………………………………….. 47
B. Deskripsi Data ………………………………………………. 53
1. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional ………………… 53
2. Deskripsi Data Hasil Belajar …………………………... 57
C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ……………………… 60
xii
D. Pembahasan ………………………………………………….. 62
BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 64
A. Kesimpulan …………………………………………………… 64
B. Saran ………………………………………………………….. 65
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR UJI REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 3.1 Skala Kecerdasan Emosional
Tabel 3.2 Skala Hasil Belajar
Tabel 3.3 Skor Butir Angket
Tabel 3.4 Kaidah Reliabilitas Guilford
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r
Tabel 4.1 Jenis Ekstrakulikuler SMA Darussalam
Tabel 4.2 Prestasi Siswa Bidang Akademik dan Non Akademik
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kecerdasan Emosional
Tabel 4.6 Frekuensi Kecerdasan Emosional
Tabel 4.7 Indek Tingkat Kecerdasan Emosional
Tabel 4.9 Deskripsi Data Hasil Belajar Ekonomi
Tabel 4.10 Frekuensi Skor Hasil Belajar
Tabel 4.11 Indek Tingkat Hasil Belajar
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dan Hasil
Belajar
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Bagan 4.3 Struktur Organisasi SMA Darusslam Tahun Pelajaran 2010/2011
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pengelolaan Kelas (X)
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi (Y)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuesioner Variabel Kecerdasan Emosional
LAMPIRAN 2 Instrumen Skala Kecerdasan Emosional
LAMPIRAN 3 Nilai Rapor Hasil Belajar Siswa
LAMPIRAN 4 Wawancara Guru
LAMPIRAN 5 Wawancara Murid
LAMPIRAN 6 Uji Validitas Butir Kecerdasan Emosional
LAMPIRAN 7 Uji Referensi
LAMPIRAN 8 Lembar Pengesahan Judul Skripsi
LAMPIRAN 9 Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 10 Surat Keterangan Riset
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam rangka memelihara eksistensi
setiap bangsa di dunia sepanjang masa. Pendidikan sangat menentukan bagi
terciptanya peradaban masyarakat yang lebih baik. Untuk itulah perwujudan
masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan,
terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin
berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan
berdaya saing dengan bangsa-bangsa di dunia.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003,
menyatakan tentang pentingnya proses belajar mengajar untuk menjadikan
masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan undang-undang tersebut.
Pernyataan tersebut tertuang pada pasal 1 ayat (1), BAB Ketentuan Umum:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Tujuan utama pendidikan ialah mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan secara simultan dan seimbang. Sehingga terjadi suatu hubungan baik
antara masing-masing kecakapan yang menjadi tujuan dari pendidikan tersebut.
1 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang
Sisdiknas, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003)
h. 34
2
Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk
pengetahuan, namun disisi lain mengesampingkan pengembangan sikap atau nilai
dan perilaku dalam pembelajarannya. “Penyelenggaraan pendidikan dewasa ini
terlihat lebih menekankan pada segi pengembangan intelektual peserta didik, dan
masyarakat kita pada umumnya beranggapan bahwa hanya dengan kecerdasan
intelektual seorang anak mampu menghadapi tantangan era globalisasi di masa
depan”.2
Masalah-masalah emosional kurang mendapatkan perhatian serius dari para
konseptor pendidikan dan pemerhati pendidikan lainnya selama ini, bahkan hal ini
berdampak pada rendahnya kecerdasan emosional siswa. Para tokoh dan
akademisi pendidikan cenderung meremehkan dan memarjinalkan pengaruh
emosional dalam kehidupan belajarnya, kaum akademisi saat ini seakan-akan
meyakini otaknya sebagai satu-satunya kekuatan yang paling dominan dalam
belajar. Padahal itu juga belum tentu yang terbaik. “Banyak contoh disekitar kita
membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses
berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan formal lebih
rendah, ternyata lebih berhasil di dunia pekerjaan”.3
Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang
tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
tinggi, karena intelegensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan
dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan hasil belajar yang optimal.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat meraih hasil belajar yang setara dengan kemampuan
intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi tetapi
memperoleh hasil belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan intelegensinya relatif rendah, dapat meraih hasil belajar yang relatif
2 Lawrence E. Shapiro, Kiat-kiat Mengajarkan Kecerdasan Emosional Anak, (Jakarta:
gramedia, 1997) h. 7
3 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan
Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam,
(Jakarta: Arga Publishing, 2001) h. 8
3
tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhinya. Menurut Goleman dalam bukunya emotional intellegence
mengungkapkan bahwa “kecerdasan (IQ) hanya menyumbang 20 % bagi
kesuksesan, sedangkan 80 % adalah sumbangan faktor-faktor kekuatan lain,
diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,
mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama”.4
Dalam proses belajar siswa kecerdasan itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat
berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata
pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua intelegensi itu
saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci
keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu
mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya
dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional
intellegence siswa.
Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis
struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux
menunjukkan bahwa ”dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu
mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan
individu dalam hasil belajar, membangun kesuksesan karir, mengembangkan
hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya
dalam kalangan remaja”.5 Dalam kalangan remaja masa kini dimana arus
globalisasi membuat kemajuan dalam segala aspek sekaligus membawa potensi-
potensi yang dapat membahayakan perkembangan emosional. Pergaulan yang
sudah semakin bebas dikalangan remaja ini disebabkan karena kurangnya
kecerdasan emosional di kalangan remaja. Kenakalan remaja masa kini dapat
berbentuk seperti perkelahian antar pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat
bius, minuman keras, meningkatnya kasus kehamilan di kalangan remaja putri
4 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997) h. 44
5 Ibid.
4
merupakan bentuk bentuk kenakalan remaja yang disebabkan oleh kurangnya
kecerdasan emosional yang terbenyuk pada diri remaja-remaja masa kini. Selain
itu dalam proses terbentuknya kecerdasan emosional ini juga berasal dari
beberapa faktor seperti pengetahuan atau informasi positif serta arahan dari orang
tua yang diberikan kepada siswa, orang tua harus memperhatikan tumbuh
kembang anak secara periodik dan tetap fokus kepada segala perkembangan kecil
yang dialami anak agar memahami siswa tersebut.
Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan
mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin
tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia
mereka. Namun fenomena yang ada menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang
dengan IQ tinggi yang hasil belajarnya rendah, dan ada banyak orang dengan IQ
sedang yang dapat mengungguli hasil belajar orang yang dengan IQ tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan hasil belajar seseorang.
Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian
orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel
Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata
cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun
beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak
kalah penting dengan IQ.
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life
with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran
diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi atau
ber-IQ tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan,
terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit
mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung
dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini
sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifatnya di atas, bila seseorang
5
memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung
akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak
mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan
cenderung putus asa bila mengalami stress.
Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-
rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Secara sosial mantap,
mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau gelisah. Mereka
berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau
permasalahan, untuk memikul tanggung jawab, dan mempunyai pandangan moral;
mereka simpatik dan hangat dalam hubungan-hubungan mereka, bersikap tegas
dan mengungkapkan perasaan mereka secara langsung, memandang dirinya
sendiri secara positif, mudah bergaul, ramah serta mereka mampu menyesuaikan
diri dengan beban stress.
Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk menyelidiki dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul ”HUBUNGAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI DI KELAS X SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG
SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi diantaranya yaitu:
1. Kecerdasan emosional yang masih belum menjadi prioritas utama dalam
tujuan pendidikan
2. Hasil belajar dalam mata pelajaran ekonomi kurang maksimal.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari timbulnya salah penafsiran terhadap judul, maka
diberikan batasan masalahnya yaitu sebagai berikut:
1. Kecerdasan emosional yang mencakup dimensi mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain
6
dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional yang
masih belum menjadi prioritas utama dalam tujuan pendidikan.
2. Hasil belajar dalam mata pelajaran ekonomi yang kurang maksimal.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa semester ganjil di kelas X
SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013-2014?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah di rumuskan, maka kegiatan penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis bagaimana hubungan kecerdasan emosional dengan
hasil belajar siswa semester ganjil di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang
Selatan tahun pelajaran 2013-2014.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan prestasi di SMA
Darussalam Ciputat. Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini diantaranya:
1. Manfaat atau kegunaan teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan atau informasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan mengenai hubungan kecerdasan emosional siswa dengan
hasil belajar ekonomi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada
serta dapat memberi gambaran mengenai hubungan tingkat
kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa SMA.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan
7
penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat atau kegunaan praktis
a. Bagi peneliti, mendapatkan informasi secara mendalam tentang
hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar terutama dalam
pembelajaran ekonomi.
b. Bagi guru, menumbuhkan kesadaran kepada guru bahwa kecerdasan
emosional bagi peserta didik sangatlah penting karena merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
c. Bagi institusi sekolah, agar menjaga kualitas prestasi belajar siswa
dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.
d. Bagi jurusan pendidikan IPS, menambah pengetahuan dan wawasan
dalam bidang pendidikan IPS.
e. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian tentang hubungan kecerdasan
emosional dengan hasil belajar siswa bisa berguna serta dipahami
oleh peneliti lain.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Emosi
Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga
dalam bahasa latin, misalnya, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti
harfiahnya berarti “jiwa yang menggerakkan kita”.6 Akar kata emosi adalah
movere, kata kerja bahasa latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”.7
Emosi mempunyai peran dalam peningkatan proses konstruksi pikiran dalam
berbagai bentuk pengalaman kehidupan manusia. Salovey dan Mayers
mendefinisikan emosi sebagai ”respon terorganisasi, termasuk sistem fisiologis,
yang melewati berbagai batas sub-sistem psikologis, misalnya kognisi, motivasi,
dan pengalaman”.8 Pengertian ini menunjukkan bahwa emosi merupakan respon
6
Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, penerjemah Alex Tri Kantjono Widodo
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. xiv
7 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, Penerjemah T. Hermaya (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), h. 7
8 Tekad Wahyono, memahami kecerdasan emosi melalui kerja sistem limbic, (Surabaya:
Universitas Wangsa Manggala, Anima, Indonesian Psychological Journal, 2001, vol. 17, No.1), h.37
9
atas stimulus yang diperoleh dari lingkungan sekitar yang terorganisasi dengan
baik yang melewati sub-sistem psikologis.
Cow dan Crow dalam Hartati menyebutkan bahwa ”emosi merupakan suatu
keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner
adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
individu”.9 Emosi pada definisi ini berperan dalam pengambilan keputusan yang
menentukan kesejahteraan dan keselamatan individu.
Ibda menyebutkan bahwa ”emosi merupakan suatu perasaan dan pikiran-
pikiran khasnya –suatu keadaan biologis dan psikologis- dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak”.10
Sedangkan Sarlito Wirawan Sartono dalam
Syamsu berpendapat bahwa ”emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang
yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas
(mendalam)”.11
Dari beberapa pendapat di atas, maka emosi merupakan suatu respon atas
rangsangan yang diberikan –baik dari lingkungan maupun dari dalam diri individu
sendiri- sehingga individu dapat menentukan pilihan dalam hidup yang
menentukan kehidupannya.
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai
berikut; “pertama, lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya,
seperti pengamatan dan berpikir. Kedua, bersifat fluktuatif (tidak tetap), dan
ketiga, banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera”.12
9 Netty Hartati, M.Si. Dkk, Islam dan Psikologi (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2004), h.90
10
Fatimah Ibda, Emotional Intellegence Dalam Dunia Pendidikan (Banda Aceh: Fakultas
Tarbiyah, IAIN Ar-Raniry, Jurnal Didaktika, Vol. 2 No. 2, 2000), h. 132
11
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: Rosda Karya,
2004), h. 115
12
Ibid, h. 116
10
Terdapat dua macam pendapat tentang terjadinya emosi yaitu pendapat
navistik dan pendapat empiristik. “Pendapat navistik beranggapan bahwa emosi
pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir, sementara pendapat empiristik
beranggapan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar”.13
Sebagian orang menganggap bahwa perasaan dan emosi adalah sama. Namun
Sabri dalam bukunya mengungkapkan bahwa antara perasaan dan emosi adalah
berbeda. “Pada perasaan terdapat kesediaan kontak dengan situasi luar (baik
positif maupun negatif), sedangkan pada emosi kontak itu seolah-olah menjadi
retak atau terputus (misalnya terkejut, ketakutan, mengantuk, dan lain
sebagainya)”.14
b. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup
yang hanya dimiliki oleh manusia. Kecerdasan ini diperoleh manusia sejak lahir,
dan sejak itulah potensi kecerdasan ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan
kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka
fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi
kualitas penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Kemampuan kecerdasan dalam fungsinya yang disebutkan terakhir bukanlah
kemampuan genetis yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan kemampuan
hasil pembentukan atau perkembangan yang dicapai oleh individu.
Kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau
keterangan. “Seseorang menunjukkan kecerdasannya ketika ia bertindak atau
berbuat dalam suatu situasi secara cerdas atau bodoh; kecerdasan seseorang dapat
13
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 168
14 M Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2001), h. 74
11
dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak”.15
“Kecerdasan juga
merupakan istilah umum untuk menggambarkan kepintaran atau kepandaian
orang”.16
Beberapa ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya
adalah:
Suharsono menyebutkan bahwa ”kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif lebih cepat dibandingkan
dengan usia biologisnya”.17
Gardner dalam rose mengemukakan bahwa ”kecerdasan adalah kemampuan
untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam
satu latar belakang budaya atau lebih”.18
Definisi dari Suharsono dan Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan
merupakan suatu kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya. Jika
Suharsono menilai kecerdasan dari sudut pandang waktu, sementara Gardner
menilainya dari sudut pandang tempat.
Amstrong berpendapat bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk
menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu
seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntunan yang
diajukan oleh kehidupan kita dan bukan tergantung pada nilai IQ, Gelar dari
perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
Sedangkan Super dan Cites dalam Dalyono mengemukakan definisi
kecerdasan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar
dari pengalaman. “Hal ini didasarkan bahwa manusia hidup dan berinteraksi di
dalam lingkungannya yang kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk
15 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 115
16 Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: Um Press, 2001), h. 122
17
Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2003), h. 43
18 Colin Rose dan Malcom J. Nicholl, Cara Belajar Cepat Abad XXI, penerjemah Dedy
Ahimsa (Bandung: Nuansa, 20020, h. 58
12
menguasai diri dengan lingkungannya demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan
hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tetapi juga untuk perkembangan pribadinya.
Karena itu manusia harus belajar dari pengalamannya”.19
Definisi di atas, oleh Garret dipandang terlalu luas, umum dan kurang
operasional. Dengan mempelajari definisi itu orang mungkin masih dapat
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep itu. Oleh karena itu, Garret
memberi definisi bahwa ”kecerdasan setidak-tidaknya mencakup kemampuan
yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian
serta menggunakan symbol-simbol”.20
Dari beberapa pengertian kecerdasan yang telah dikemukakan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memberikan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah yang dihadapinya sesuai
dengan kondisi ideal suatu kebenaran.
Gardner membagi kecerdasan menjadi tujuh macam yaitu, ”kecerdasan
linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan
musikal, kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal”.21
Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : kecerdasan
linguistik yaitu kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi dengan kata-
kata atau bahasa. Kecerdasan logis-matematis yaitu kemampuan berfikir (menalar)
dan menghitung, berfikir logis dan sistematis. Kecerdasan visual-spasial yaitu
kemampuan berfikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan.
Kecerdasan musikal yaitu kemampuan mengubah atau mencipta music, dapat
bernyanyi dengan baik atau memahami dan mengapresiasi musik serta menjaga
ritme. Kecerdasan kinestetik-tubuh yaitu kemampuan menggunakan tubuh secara
19
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 182
20
Ibid, h. 183
21
Collin Rose dan Malcom J. Nicholl, ibid, h. 59-60
13
terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan barang serta dapat
mengemukakan gagasan dan emosi. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan
bekerja secara efektif dengan orang lain dan berempati. Kecerdasan intrapersonal
yaitu kemampuan menganalisis diri sendiri, membuat rencana dan menyusun
tujuan yang akan dicapai.
Kecerdasan dikemukakan oleh Gardner ini dikenal juga sebagai multiple
intelligence. Pembagian kecerdasan oleh gardner ini telah membuka paradigma
baru dari sebuah kata kecerdasan. Karena berdasarkan pembagian-
pembagian.kecerdasan menurutnya, ternyata cerdas bukan semata dapat memiliki
skor tinggi sewaktu ujian namun cerdas itu beranekaragam.
Kecerdasan orang banyak ditentukan oleh struktur otak. Otak besar dibagi
dalam dua belahan otak yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut
corpus callosum. belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan dan
sebaliknya belahan otak kiri menguasai belahan kanan badan. Belahan otak
kiri bertugas utuk mersepon hal-hal yang sifatnya linier, logis dan teratur
sementara otak belahan kanan bertugas untuk imaginasi dan kreativitas.22
c. Hakikat Kecerdasan Emosional
Setiap individu memiliki emosi. Emosi mempunyai ranah tersendiri dalam
bagian hidup individu. Seseorang yang dapat mengelola emosinya dengan baik
artinya emosinya cerdas hal ini lebih dikenal dengan suatu istilah “kecerdasan
emosional”. Beberapa ahli mencoba merumuskan definisi dari kecerdasan
emosional. Diantaranya Arief Rahman yang menyebutkan bahwa ”kecerdasan
emosional adalah metability yang menentukan seberapa baik manusia mampu
menggunakan keterampilan-keterampilan lain yang dimilikinya, termasuk
intelektual yang belum terasah”.23
22
Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Pendidikan Usia Dini,
(Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 11-12
23
Pusat Pengembangan Tasawuf Positif, Menyinari Relung-relung Ruhani, (Jakarta: Hikmah,
2002), h. 157-158
14
Bar-On seperti dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa
”kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan
kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan”.24
Dua definisi tentang kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Rahman
dan dan Bar-On lebih menekankan pada hasil yang didapat oleh individu jika
menggunakan kemampuan emosionalnya secara optimal.
Salovey dan Mayer dikutip oleh Stein dan Book mengemukakan bahwa
”kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu fikiran, memahami perasaan dan
maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual”.25
Goleman dalam Nggermanto mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
”kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain”.26
Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
dapat menggunakan perasaaannya secara optimal guna mengenali dirinya sendiri
dari lingkungan sekitarnya.
Kecerdasan emosional yang dimaksudkan oleh peneliti adalah kemampuan
individu untuk mengenali perasaannya sehingga dapat mengatur dirinya sendiri
dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
24
Steven J. Stein & Howard E. Book, Ledakan EQ, penerjemah Trinanda Rainy Januarsari,
(Bandung: Kaifa, 2002), h. 157-158
25
Ibid, h. 159
26
Agus nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2002), h. 98
15
Sementara di lingkungan sosial dia mampu berempati dan membina hubungan
baik terhadap orang lain.
Emosi manusia dikoordinasi oleh otak. Bagian otak yang mengatur emosi
adalah sistem limbiks. Struktur-struktur dalam sistem limbic mengelola
beberapa aspek emosi, yaitu pengenalan emosi melalui ekspresi wajah,
tendensi berperilaku dan penyimpanan memori emosi. Folkerts menjelaskan
bahwa sistem limbic terdiri atas empat struktur, yaitu: thalamus dan
hiphotalamus, amigdala, hipokamus dan lobus frontalis.27
Thalamus menerima informasi dari lingkungan sekitar yang ditangkap oleh
indera, sedang hypothalamus mengambil informasi dari bagian tubuh yang
lain. Amigdala menginterpretasikan dan sekaligus menyimpannya sebagai arti
emosi. Hipokamus mendukung kerja amigdala dalam menyimpan memori
emosi, mengkonsolidasi memori non-emosi secara detail dan menyampaikan
memori tersebut ke jaringan memori yang berbeda di otak. Lobus frontalis
bertanggung jawab dalam pengaturan emosi sehingga memunculkan emosi
yang tepat.28
Kinerja otak sebagai pusat koordinasi dapat dijabarkan sebagai berikut;
informasi-informasi yang diterima alat indera akan dibawa oleh thalamus melewati
sinapsis tunggal menuju amigdala, sedang sebagian besar lainnya dikirim ke
neokorteks. Percabangan tersebut memungkinkan amigdala dapat memberikan
respon emosi tanpa pengolahan informasi dan analisis dari neokorteks. Kasus
tersebut disebut Goleman sebagai “pembajakan emosi”.29
Terdapat beberapa hal yang dapat dicatat pada pembahasan tentang anatomi
pembajakan emosi, yaitu:30
1) Amigdala berperan sebagai sumber emosi.
Hipocampus dan amigdala merupakan bagian penting dalam ingatan dan
pembelajaran otak. Amigdala sendiri merupakan spesialis masalah-masalah
emosional yang jika dipisahkan dari otak maka seseorang tidak dapat menangkap
27
Tekad Wahyono, op.cit, h. 38-39
28
Ibid, h, 39
29
Ibid,h. 40
30
Daniel Goleman, Emotional Intellegence, op.cit, h. 17-39
16
makna emosional atau mengalami kebutaan afektif. Le Doux adalah orang pertama
yang menemukan peran amigdala dalam otak emosional, yang menjelaskan bahwa
amigdala mampu mengambil alih kendali apa yang kita kerjakan bahwa sewaktu
otak sedang berpikir. Hal ini menumbangkan gagasan lama tentang sistem limbic
dengan menempatkan amigdala pada pusat tindakan dan struktur limbic lainnya
pada peran yang amat berbeda.
2) Inti kecerdasan emosi.
Amigdala bereaksi berdasarkan kognitif bawah sadar, yaitu menangkap
stimulus dari lingkungan sehingga mengetahui identitas apa yang diterima serta
memutuskan menyukai atau tidak baru kemudian memberi pendapat tentangnya.
Hal ini dapat menjelaskan mengapa emosi begitu penting bagi nalar yang efektif di
dalam pengambilan keputusan. Adanya pengaruh dari fungsi amigdala terhadap
neokorteks inilah yang merupakan inti kecerdasan emosional.
3) Mekanisme kerja kecerdasan emosi.
Lobus prefrontal bagian kanan yang terletak pada ujung lain dari sirkuit
prefrontal merupakan tempat perasaan-perasaan negatif (takut, marah, benci dan
sebagainya.) lobus prefrontal bagian kiri merupakan bagian yang berfungsi untuk
mematikan atau mengatur emosi-emosi yang tidak menyenangkan. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa lobus prefrontal merupakan saklar peredam ledakan
amigdala atau menjadi manajer emosi dengan tugas menghambat sinyal-sinyal
yang telah dikirim amigdala dan pusat-pusat limbic lainnya.
4) Dinamika IQ dikalahkan EI
Korteks prefrontal merupakan wilayah yang bertanggung jawab terhadap
“ingatan kerja”, yaitu kemampuan atensi untuk menyimpan fakta-fakta penting
dalam pikiran yang berguna untuk penyelesaian masalah. Lobus prefrontal ini
terkait dengan sirkuit otak limbic. Kaitan antara sirkuit prefrontal amigdala inilah
yang merupakan titik temu antara nalar dan emosi. Dengan demikian kemurungan
emosional yang terus menerus dapat mengganggu kemampuan kerja intelektual
seseorang sehingga dalam pengambilan keputusan dapat menimbulkan bencana.
17
Kecerdasan rasional saja tidak menyediakan kemampuan untuk menghadapi
gejolak yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup.
“Kecerdasan emosilah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan
potensi unik kita dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam,
mengubahnya dari apa yang kita fikirkan menjadi apa yang kita jalani”.31
Kecerdasan emosional Reuvan Bar On dibagi menjadi lima, yaitu:32
1) Ranah intrapribadi memiliki lima skala yaitu; kesadaran diri, sikap asertif,
kemandirian, penghargaan diri dan aktualisasi diri.
2) Ranah antarpribadi memiliki 3 skala yaitu; empati, tanggung jawab social
dan hubungan antar pribadi.
3) Ranah penyesuaian diri/orientasi kognitif memiliki tiga skala yaitu; uji
realitas, sikap fleksibel dan pemecahan masalah.
4) Ranah pengendalian stress memiliki dua skala yaitu; ketahanan
menanggung stress dan pengendalian impuls.
5) Ranah suasana hati/afeksi memiliki dua skala yaitu; optimism dan
kebahagiaan.
Hal ini serupa dengan pendapat Segal bahwa wilayah EQ adalah ”hubungan
pribadi dan antarpribadi; EQ bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri,
kepekaan social dan kemampuan adaptasi sosial”.33
Salovey memperluas kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama,
yaitu :
31
Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, Loc.cit.
32
A. V. Aryaguna Setiadi, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Keberhasilan
Bermain Game, (Surabaya: Universitas Surabaya, Anima, Indonesia Psychological Journal, 2001, Vol.
17, No, 1), h. 44-45
33 Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional, penerjemah Ary Nilandari, Bandung: Kaifa,
2000), h. 26-27
18
1) Empati
Merasakan yang dirasakan oleh orang lain dan memahami perspektif,
menumbuhkan hubungan saling percaya serta menyelaraskan diri dengan
berbagai macam orang.
2) Kesadaran diri
Mengetahui apa yang kita rasakan dan mengunakannya untuk
memandu pengambilan keputusan diri sendiri serta memiliki tolok ukur
yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat.
3) Pengaturan diri
Menangani emosi kita sehingga berdampak positif terhadap
pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali
dari tekanan emosi.
4) Motivasi
Menggunakan hasrat untuk menggerakkan dan menuntun menuju
sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif
serta bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
5) Keterampilan Sosial
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain
dan dengan cermat membaca situasi, jaringan sosial dan berinteraksi
dengan lancar serta menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi
orang lain.
Senada dengan pendapat di atas, Shapiro juga menyebutkan kualitas-kualitas
kecerdasan emosional, diantaranya; “empati, mengungkapkan dan memahami
perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri,
19
disukai, kemampuan memecahkan masalah antar-pribadi, ketekunan,
kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat”.34
Ketika berbicara mengenai urgensitas kecerdasan emosional yang dimiliki
seseorang dalam kehidupan, Suharsono mengungkapkan beberapa keuntungan
kecerdasan emosional sebagai berikut:
pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat untuk pengendalian
diri, sehingga seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh
yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kedua, kecerdasan
emosional bias diimplementasikan sebagai cara yang sangat baik untuk
memasarkan atau membesarkan ide, konsep atau bahkan sebuah produk.
Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk
mengembangkan bakat kepemimpinan dalam bidang apapun. Karena setiap
model kepemimpinan sesungguhnya membutuhkan visi, misi, konsep,
program dan yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan partisipasi dari
para anggota.35
B. Hasil Belajar Siswa
1. Konsep Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (Product) menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan pengertian
belajar menurut beberapa pakar pendidikan sebagai berikut:
a. Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut
bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.
34
Lawrence E Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak, penerjemah; Alex
Tri Kantjono, (Jakarta: Gramedia, 2001), h. 5
35 Suharsono, Akselerasi Intelegensi; Optimalkan IQ, EQ dan SQ, (Depok: Inisiasi Press,
2004), h. 97
20
b. Menurut Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku.
c. Menurut Cronbach, learning is shown by a change in behaviour as a
result of experience (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman).
d. Menurut Harold Spears, learning is to observe, to read, to imitate, to
try something themselves, to listen, to follow direction. (belajar adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan
mengikuti arah tertentu).
Menurut Dimyati dan Mudjiono, “hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar”.36
Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Ngalim Purwanto, “hasil belajar adalah hasil tes yang digunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang digunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam waktu tertentu”.37
Menurut Oemar Hamalik “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.38
Berdasarkan Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
36
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250-251.
37
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 84
38
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.
21
a. Ranah Kognitif
Dalam ranah kognitif terdiri dari knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai).
b. Ranah Afektif
Dalam ranah afektif terdiri dari receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valving (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi).
c. Ranah Psikomotor
Dalam ranah psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Selain itu, psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik,
sosial, manajerial, dan intelektual.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Disamping itu Hasil belajar perlu dievaluasi.
Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang
ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung
efektif untuk memperoleh hasil belajar.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah
memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik
lagi.
22
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan
karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses
belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pada dasarnya, hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih
ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam
mencapai keberhasilan siswa. Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia
yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal dan faktor yang bersumber dari
luar diri manusia yang belajar, yang disebut faktor eksternal.
a. Faktor yang bersumber dalam diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu faktor biologis dan psikologis. Yang dikategorikan faktor
biologis antara lain usia dan kematangan kesehatan, sedangkan yang
dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, minat,
dan kebiasaan belajar.
b. Faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua juga, yaitu faktor manusia (human) dan faktor
seperti alam, hewan, dan lingkungan fisik.39
Sedangkan menurut H. Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo merumuskan bahwa
yang mempengaruhi hsil belajar siswa adalah:
a. Faktor raw input (faktor murid atau anak itu sendiri), di mana anak
memiliki kondisi yang berbeda dalam:
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), Cet. ke-1, h. 21
23
1) Kondisi fisiologis Yang termasuk kondisi fisiologis siswa adalah
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainya.
2) Kondisi psikologis Sedangkan kondisi psikologis siswa mencakup
minat, kecerdasan, dan motivasi, serta kemampuan-kemampuan
kognitif, seperti persepsi, ingatan, dan pikiran.
b. Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan
alam maupun lingkungan sosial. Faktor environmental input yang di
dalamnya antara lain:
1) Kurikulum
2) Program/bahan pengajaran
3) Sarana dan fasilitas
4) Guru/tenaga pengajar40
Maka secara keseluruhan dari faktor-faktor yang disebutkan di atas sangat
berkaitan erta dan saling mendukung satu sama lainnya.
Dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor-faktor stimulus belajar
Yang dimaksud dengan stimulus belajar di sini yaitu segala hal di luar
individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus
dalam hal ini, mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan
eksternal yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar. Berikut ini
dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus
belajar:
1) Panjangnya bahan pengajaran
Bahan pelajaran yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat
menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan individu
40
Abu Ahmadi dan Joko Prasetyo, Strategi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,
1997), Cet. ke-5, h. 103.
24
tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan
lebih berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar
dalam menghadapi atau bahan pelajaran yang banyak itu.
2) Kesulitan bahan pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan
pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Semakin sulit suatu
bahan pelajaran, semakin lambatlah orang mempelajarinya.
Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, maka semakin cepat
orang dalam mempelajarinya.
3) Berartinya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari
belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa
penguasaan bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal
pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari di
waktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali.
Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena
individu dapat mengenalnya.
4) Berat ringannya tugas
Mengenai berat ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya
dengan tingkat kemampuan indivisu. Tugas-tugas yang terlalu ringan
atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-
tugas yang terlalu berat atau sukar membuat individu kapok (jera)
untuk belajar.
5) Suasana lingkungan eksternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain:
“cuaca (suhu udara, mendung), waktu (pagi, siang, sore, malam),
kondisi tempat (kebersihan), letak sekolah, penerangan (berlampu,
bersinar matahari), dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi
25
sikap dan reaksi individu dalam aktifitas belajarnya, sebab individu
yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya”.41
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode
belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang
dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini :
1) Kegiatan berlatih atau praktek
2) Overlearning dan drill
Untuk kegiatan yang bersifat abstrak seperti menghafal atau
mengingat, maka overlearning sangat diperlukan untuk mengurangi
kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan yang pernah
dipelajari.
3) Resitasi selama belajar
Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat bermanfaat
untuk meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri, maupun untuk
menghafal bahan pelajaran.
4) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar
Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya
adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah
dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar
selanjutnya.
5) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian
Belajar mulai dari keseluruhan kebagian-bagian lebih
menguntungkan daripada belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini
41 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
Cet. ke-2, h. 139-141.
26
dapat dimaklumi, karena dengan mulai dari keseluruhan individu
menemukan set yang tepat untuk belajar.
6) Penggunaan modalitas indra
Modalitas indra yang dipakai oleh masing-masing individu dalam
belajar tidak sama. Sehubungan dengan itu ada tiga impresi yang
penting dalam belajar, yaitu oral, visula dan kinestetik.
7) Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain
cenderung membuat si pelajar menjadi tergantung. Bimbingan dapat
diberikan dalam batas-batas yang diperlukan dalam individu.
8) Kondisi-kondisi intensif 42
c. Faktor-faktor individual
Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang.
Adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:
1) Kematangan
2) Faktor usia kronologis
3) Faktor perbedaan jenis kelamin
4) Pengalaman sebelumnya
5) Kapasitas mental
6) Kondisi kesehatan jasmani
7) Kondisi kesehatan rohani
8) Motivasi
Jadi, faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua jenis
yaitu: yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar (faktor internal)
dan yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar (faktor eksternal).
42
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
Cet. ke-2, h. 142-145.
27
Maka dapat disimpulkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Secara keseluruhannya
sangat berkaitan erat dan saling mendukung satu sama lainnya.
3. Sasaran dan Obyek Penilaian
Langkah pertama yang dilakukan guru dalam mengadakan penilaian adalah
menetapkan apa yang menjadi sasaran atau obyek penilaian. Sasaran ini penting
diketahui agar memudahkan guru dalam menyusun alat evaluasi. Pada umumnya
ada tiga sasaran pokok penilaian, yakni:
a. Segi tingkah laku, artinya segi menyangkut sikap, minat, perhatian,
keterampilan siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
b. Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pengajaran yang diberikan
guru dalam proses belajar mengajar.
c. Segi yang menyangkut proses belajar mengajar. Proses tersebut perlu
diadakan penilaian secara obyektif dari guru, sebab baik tidaknya belajar
dan mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar.43
Hasil belajar sebagai obyek penelitian pada hakikatnya menilai penguasaan
siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hasil belajar sebagai obyek penelitian
dapat dibedakan ke dalam berbagai kategori antara lain keterampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.
Maka dapat disimpulkan bahwasannya dalam mengadakan penelitian ada tiga
sasaran yang harus diperhatikan diantaranya segi tingkah laku, segi isi materi, dan
segi yang menyangkut belajar dan mengajar. Ketiga sasaran pokok di atas harus
dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan
materi, tapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses belajar
mengajar itu sendiri secara adil. Dengan menetapkan sasaran di atas maka seorang
guru akan mudah menetapkan evaluasinya.
43
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 113.
28
4. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar
Secara garis besar, alat penilaian atau evaluasi yang digunakan dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes.
a. Tes
“Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang dengan cara yang dikatakan tepat atau cepat”.44
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa maka dibedakan atas
tiga macam tes, yaitu:
1) Tes diagnostik, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan
siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat
dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
2) Tes formatif, yaitu dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah
“formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui
sejauhmana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu.
3) Tes sumatif, yaitu “tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya
pemberian kelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Dalam pengalaman sekolah, tes formatif disamakan dengan ulangan
harian, sedangkan tes sumatif disamakan dengan ulangan umum yang
biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester”.45
b. Non tes
Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non tes lebih sesuai digunakan
sebagai alat evaluasi, seperti menilai aspek sikap, minat, karakteristik, dan
lain-lain. Alat penilaian jenis non tes ini antara lain:
1) Observasi, yaitu pengamatan kepada tingkah laku pada suatu tertentu.
44
Amir dan Indra Kusuma, Evaluasi Pendidikan, Jilid I, h. 27.
45 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1990), Cet. ke-12, h. 29.
29
2) Wawancara, yaitu komunikasi langsung antara yang mewawancarai
dan yang diwawancarai.
3) Studi kasus, yaitu mempelajari individu dalam periode tertentu secara
terus-menerus untuk melihat perkembangannya.
4) Rating scale (skala penilaian), yaitu salah satu alat penilaian yang
menggunakan skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai
yang positif, sehingga si penilai tinggal membubuhi tanda cek saja.
5) Check list, hampir menyerupai rating scale hanya saja pada check list
tidak perlu disusun kriteria atau skala dari yang negatif sampai yang
positif, cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan
kita minta dari yang dievaluasi.
6) Inventory, yaitu daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawaban
diantara setuju, kurang setuju, atau tidak setuju.46
Maka dapat disimpulkan, kedua jenis alat penilaian tersebut sangat baik
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, dan hendaknya para guru
dapat menempatkan penggunaan alat penilaian ini dengan tepat agar dapat
memperoleh data yang akurat dan obyektif dalam menilai hasil belajar para
siswanya.
5. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Penilaian atau evaluasi adalah suatu cara yang sistematik dalam menganalisa
suatu pekerjaan sehingga kita mengetahui sampai seberapa jauh pekerjaan itu
dapat memperoleh hasil yang memuaskan dengan mempergunakan bahan-bahan
dan cara-cara tertentu. “Adapun alat yang digunakan untuk mengadakan penilaian
diantaranya tes dan non tes”.47
46
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, h. 30.
47
Dedeh Sukarsih dan Kadarsah, Beberapa Jenis Penilaian yang Dilaksanakan oleh Guru Di
Sekolah, (Jakarta: CV. Indra Jaya, 1986), Cet. ke-4, h. 11.
30
Adapun fungsi penilaian itu sendri dapat dijelaskan lebih terperinci sebagai
berikut:
a. Penentuan kelemahan atau kekurangan serta kesanggupan murid dalam
memiliki atau menguasai materi yang telah diterima dalam proses belajar
mengajar.
b. Penentuan-penentuan yang perlu direvisi atau diperbaiki, umpamanya:
metode, materi alat, tujuan, dan sebagainya.
c. Penentuan kelemahan atau kekuatan guru dalam melaksanakan program
belajar mengajar.
d. Untuk mengetahui seberapa jauh dasar-dasar yang telah dikuasai siswa.
e. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimilikinya, dan tingkat kecerdasan
siswa.
f. Untuk mengetahui kehidupan (standing) akan dalam kelompok.
g. Sebagai seleksi dikalangan siswa.
h. Untuk memberi motivasi belajar terhadap anak.
i. Hasil penilaian berupa petunjuk bagi guru, apakah metode dan bahan
pelajaran yang diberikannya sudah cukup baik atau tidak.
j. Hasil evaluasi dapat memberikan motivasi belajar terhadap anak-anak.
k. Dengan hasil penilaaian, guru dapat memberikan saran-saran kepada anak
dan orang tua, jalan atau cara yang baik dalam belajar dan bekerja
selanjutnya.48
C. Hakikat Belajar Ekonomi
Dalam realita kehidupan, selalu dihadapkan pada masalah keinginan
manusia untuk mencukupi segala kehidupannya. Inilah yang merupakan inti
pengertian ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya, ilmu ekonomi
48 Dedeh Sukarsih dan Kadarsah, Beberapa Jenis Penilaian yang Dilaksanakan oleh Guru Di
Sekolah, h. 11.
31
perlu dipelajari sejak manusia mengenal kebutuhan demi kehidupan yang lebih
baik.
Menurut etimologinya atau asal usul katanya, istilah ”Ekonomi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu oikonomia. Istilah oikonomia merupakan kata majemuk
(perpaduan) dari 2 (dua) kata, yaitu oikos dan nomos. Oikos, artinya rumah, dan
nomos artinya aturan. Jadi, secara etimologi ekonomi berarti aturan rumah tangga
atau ilmu mengatur rumah tangga”.49
Hal yang dimaksud dengan rumah tangga pada pengertian di atas tidak
hanya terbatas untuk rumah tangga keluarga, tetapi mencakup semua bentuk
rumah tangga, seperti rumah tangga negara, rumah tangga sekolah, rumah tangga
organisasi, rumah tangga perusahaan, dan rumah tangga koperasi. Dalam rumah
tangga keluarga, setiap manusia selalu berusaha memenuhi semua kebutuhannya.
Dengan demikian, menurut pengertian sehari-hari ekonomi adalah kegiatan
manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan.
Menurut Frista Artmanda Widodo dalam kamus istilah ekonomi, “Ekonomi
yaitu ilmu yang meneliti tentang bagaimana orang-orang memenuhi kebutuhannya
dengan sumber daya-daya yang terbatas”.50
Asfia Murni berpendapat bahwa “Ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari upaya-upaya pengalokasian sumber daya yang tersedia untuk
mencapai kepuasan atau kemakmuran masyarakat. Aktivitas ekonomi meliputi
produksi, konsumsi, dan pertukaran”.51
Sedangkan menurut Abdul Aziz Wahab
dkk, “Ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah
laku manusia dalam hidup bermasyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan
untuk mencapai kemakmuran”.52
49
Abdul Aziz Wahab, Konsep Dasar IPS (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, h. 6.2
50 Frista Artmanda Widodo, Kamus Istilah Ekonomi, (Jombang: Lintas Media), h. 114
51 Asfia Murni, Ekonomi Makro, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), Cet. 1, h. 1
52 Abdul Aziz Wahab, Konsep Dasar IPS (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, h. 6.3
32
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemakmuran
hidup seseorang akan tercapai apabila semua kebutuhan hidupnya terpenuhi atau
tercukupi. Untuk iru, orang harus melakukan tindakan-tindakan atau pengorbanan,
baik berupa tenaga, waktu, maupun materi (uang). Misalnya, untuk memenuhi
kebutuhan makan orang harus memperoleh beras, dan beras hanya bisa diperoleh
dengan cara melakukan kegiatan pertanian atau membelinya dengan
mengorbankan sejumlah uang.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa tanpa melakukan tindakan-
tindakan atau pengorbanan, seseorang tidak akan dapat mencukupi kebutuhan serta
mencapai kemakmuran hidup. Hidup makmur merupakan dambaan setiap
manusia. Orang giat bekerja dengan pengorbanan waktu dan tenaga agar
penghasilannya meningkat sehingga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya. Hal ini dilakukan dalam upaya mencapai kemakmuran. Orang akan
dikatakan makmur apabila sebagian besar dari kebutuhannya dapat terpenuhi.
Setiap suatu kebutuhan terpenuhi akan tercapai kepuasan, dan kepuasan sifatnya
hanya sementara karena akan muncul kebutuhan baru yang menghendaki
pemenuhan. Maka tanpa pengendalian diri manusia akan menjadi serakah selalu
ingin memuaskan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain, bahkan
dapat merugikan orang banyak.
33
D. Kerangka Berpikir
Bagan 2.1
Dari mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi
orang lain dan kemampuan membina hubungan akan menciptakan kecerdasan
emosional yang mendukung proses belajar siswa sehingga hasil belajar yang didapat
akan maksimal.
E. Hipotesis Penelitian
Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel X (kecerdasan emosional)
dengan variabel Y (hasil belajar) maka dalam hal ini penulis akan mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
Hipotesa Alternatif (Ha) : Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional
dengan hasil belajar siswa.
Hipotesa Nihil (Ho) : Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar siswa.
MENGENALI EMOSI DIRI
MENGELOLA EMOSI
MEMOTIVASI DIRI SENDIRI
MENGENALI EMOSI ORANG LAIN
MEMBINA HUBUNGAN
KECERDASAN EMOSIONAL
HASIL BELAJAR
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Darussalam yang berlokasi di
Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah mulai bulan Mei sampai bulan September 2013.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan menggunakan skala kecerdasan emosional dan metode angket.
Adapun yang dimaksud dengan variabel bebas (independen) adalah
merupakan “variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat. Karena itu variabel ini sering disebut variabel
pengaruh sebab fungsinya mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas
berpengaruh terhadap variabel lain”.53
Dalam hal ini, yang menjadi variabel
bebasnya adalah kecerdasan emosional.
Sedangkan yang dimaksud variabel terikat (dependen) adalah merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, maka sering
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011)
Cet. 1, h. 64
35
disebut juga variabel terpengaruh. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil
belajar siswa.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “totalitas objek penelitian yang dapat berupa manusia,
hewan, tumbuhan dan benda yang mempunyai kesamaan sifat”.54
Populasi juga
bermakna sebagai sekelompok orang yang mempunyai ciri-ciri yang sama.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga
dikatakan bahwa sampel adalah “populasi dalam bentuk mini (miniatur
population)”.55
Sampel yaitu sekelompok kecil dari tiap orang yang terlibat dalam
penelitian. Sampel diambil dari populasi dengan menggunakan teknik random
bertujuan.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Darussalam
Ciputat. Dan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik pengambilan cluster random sampling apabila kita
menyeleksi anggota sampel dalam kelompok dan bukan menyeleksi individu-
individu secara terpisah. Berarti dengan teknik pengambilan sampel perkelompok,
bukan individu. Dalam hal ini, dari 3 kelas dilakukan random sehingga peneliti
mendapatkan dua kelas, yaitu kelas X1 dan X3 yang berjumlah 40 orang.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu:
1. Variabel X sebagai Variabel Bebas (Independent Variable), yaitu kecerdasan
emosional siswa.
2. Varibel Y sebagai Variabel Terikat (Dependent Variable), yaitu hasil belajar
ekonomi.
54 Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Pustakaraya, 2012) Cet. 1,
h.89
55 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011) Cet. 1, h.215
36
1. Kecerdasan Emosional
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
kemampuan membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
b. Definisi Operasional
Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor
yang didapat dari pengukuran terhadap kemampuan mengenali emosi diri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan
mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan membina hubungan.
2. Hasil Belajar Ekonomi
a. Definisi Konseptual
Menurut A.J. Romiszowski, ”hasil belajar merupakan keluaran (output)
dari suatu sistem pemrosesan masuk (input). Masukan dari sistem tersebut
berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan
atau kinerja (performance)”.56
b. Definisi Operasional
Ditegaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang terkenal yaitu,
Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar ”hasil belajar ekonomi adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya”.57
Hasil belajar didapatkan dari data raport mata pelajaran
ekonomi kelas X-I dan X-III semester ganjil angkatan 2013-2014.
56 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (DEPDIKBUD:
PT Rineka Cipta, 1999), Cet. 1 ,h.38
57
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet. 14, h.22
37
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode dan Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dapat dipakai oleh
peneliti untuk memperoleh data yang akan diteliti. dalam proses
pengumpulan data penelitian ini, peneliti menggunakan:
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan
menggunakan metode skala, yaitu suatu metode pengambilan data di mana
data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh melalui pernyataan atau
pertanyaan tertulis yang diajukan responden mengenai suatu hal yang
disajikan dalam bentuk suatu daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan skala kecerdasan emosional dan angket.
1. Angket
Angket adalah “suatu alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan
secara tertulis yang ditujukan kepada subjek/responden penelitian. Angket
disusun dalam kalimat peryataan dengan opsi jawaban yang tersedia.
Dalam penelitian ini menggunakan angket berdasarkan skala Likert untuk
mengungkapkan aspek kecerdasan emosional yang dimiliki oleh subyek”.
58
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam langsung
maupun tidak langsung dengan sumber data.59
Wawancara dilakukan
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan dijawab
secara lisan pula. Dalam hal ini, penulis mengadakan wawancara dengan
58
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2008) Cet. 1,
h.122
59 Pupuh Fathurrahman, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011) h. 173
38
kepala sekolah dan guru yang terkait untuk memperoleh keterangan atau
data tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian
ini. Tujuan teknik ini adalah untuk mengetahui usaha-usaha sekolah dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara.
Pewancara dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara.
3. Nilai Raport
Metode pengambilan nilai raport adalah dengan melakukan
pengambilan data melalui hasil akhir dari ujian semester ganjil di kelas X-I
dan X-III pada mata pelajaran ekonomi semester 2013/2014.
4. Skala Kecerdasan Emosional
Skala kecerdasan emosional merupakan metode pengumpulan data
utama yang digunakan dalam penelitian ini. skala kecerdasan emosi ini
disusun kedalam bentuk pernyataan. Adapun model skala yang digunakan
peneliti adalah model skala likert. adapun skala kecerdasan emosional
yang akan diuji terdiri dari 50 item dan dalam menyusun skala ini penulis
menggunakan 4 alternatif jawaban, subyek memilih salah satunya dengan
cara memberi tanda check list pada kotak yang disediakan. item soal pada
penelitian ini adalah disusun oleh peneliti yang mana faktor-faktor dari
kecerdasan emosi sendiri diambil menurut Goleman.
Tabel 3.1
Skala Kecerdasan Emosional
No Aspek Indikator No Item
39
1 Mengenali emosi diri -Menyadari emosi yang dirasakan
-Menyadari penyebab dari emosi yang
dirasakan
33,36,28
4,14,17
2 Mengelola emosi -Mampu mengelola marah, sedih,
cemas, dan khawatir yang berlebihan
-Mampu memulihkan emosi negatif
9,24,30,39
8,11,18
3 Memotivasi diri sendiri -Kemampuan menunda dorongan hati
(menunda pemuasan)
-Optimis dan mempunyai harapan
tinggi
-Mampu bangkit dari kegagalan
6,21,37
3,16,26,38
19,25,10
4 Mengenali emosi orang
lain
-Peka membaca reaksi dan emosi
orang lain
-Bisa menerima sudut pandang orang
lain
12,20,32,23,
35
13,7,40
5 Membina hubungan -Mampu menangani perselisihan yang
muncul
-Pandai bergaul dan menyenangkan
-Lebih mendahulukan kepentingan
sosial daripada pribadi
5,22,29
1,15,27
2,31,34
4. Skala Hasil Belajar
Tabel 3.2
Skala Hasil Belajar
Variabel Dimensi variabel Indikator
40
Hasil Belajar Hasil Belajar adalah
sesuatu kinerja yang
diindikasikan sebagai
suatu kemampuan yang
telah diperoleh karena
adanya proses belajar
Nilai Raport mata
pelajaran ekonomi kelas
X-I dan X-III semester
ganjil tahun 2013-2014
Tabel 3.3
Skor Butir Angket
Pilihan jawaban Skor
SS /sangat setuju 4
S/ setuju 3
TS/tidak setuju 2
STS/sangat tidak setuju 1
F. Teknik Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap
berikutnya adalah tahap analisa data. Untuk mengelola data penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Deskriptif Data
Untuk menjelaskan gambaran dalam penelitian ini berikut akan
dijabarkan deskripsi data berupa rentang skor, rata-rata, standar deviasi, dan
41
modus. Selain itu, data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
histogram untuk memperjelas deskripsi masing-masing variabel yang
diteliti.
2. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Data
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan “ tepat atau
sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya”.60
Untuk memperoleh pengujian
hipotesis yang valid dan obyektif diperlukan data yang memiliki
validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas dilakukan dengan
skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment.
Rumusnya sebagai berikut:61
Keterangan:
= Angka Indeks Korelasi “r” product moment
= Jumlah Responden
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
= Jumlah seluruh skor X
= Jumlah seluruh skor Y
60
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 105
61 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), Cet. 16, h. 206
42
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi
yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran. Pada penelitian ini
pengukuran reliabilitas akan dihitung dengan cara menghitung
koefisien reliabilitas alpha cronbach.
2
2
11 11 t
b
Vk
kr
, (Arikunto, 1999: 193)
Dimana: r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b = jumlah varian butir/item
2
tV = varian total
Untuk menentukan koefisiensi reliabilitas alpha cronbach,
digunakan kaidah reliabilitas dari Guilford sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kaidah Reliabilitas Guilford
Koefisien Kriteria
< 0,2 Tidak Reliabel
0,2-0,4 Kurang Reliabel
0,4-0,7 Cukup Reliabel
0,7-0,9 Reliabel
>0,9 Sangat Reliabel
Pengolahan data ini digunakan uji validitas dan reliabilitas
dengan rumus teknik korelasi tersebut, dengan menggunakan
Software SPSS 16.00 For Windows.
43
c. Uji Prasyarat Analisis Data
Dalam prasyarat analisis data peneliti menggunakan asumsi korelasi
Pearson Product Moment (PPM), Asumsi ataupun persyaratan yang harus
dipenuhi dalam menggunakan korelasi PPM adalah:
1. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal
2. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linier
3. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak
(random)
4. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek
yang sama pula (variasi skor varibel yang dihubungkan hasrus sama)
5. Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval dan rasio.62
Dalam penelitian ini pengujian prasyarat analisis yang digunakan penulis
adalah uji normalitas. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov (KS). Perhitungan data tersebut dilakukan
dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS 16.00.
d. Uji Normalitas Data
Uji normalitas merupakan uji prasyarat analisis data yang digunakan
untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.
pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan menggunakan uji
chi quadrat (Chi Square) dan pengambilan keputusan data normal atau tidak,
dapat ditentukan dengan menggunakan dua cara :
a. Dengan membandingkan skor KS hitung dengan KS table :
- Jika nilai KS hitung < KS table, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
data normal.
- Jika nilai KS hitung > KS table, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya
data tidak normal
62
Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), Cet. 3, h. 200
44
b. Dengan teknik probabilitas:
- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≤ ), maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya data
normal.
- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≥ Sig ), maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya data tidak
normal.
e. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis meliputi uji korelasi, uji signifikansi dan koefisien
determinasi. secara rinci dijabarkan sebagai berikut:
1. Uji korelasi
Perhitungan korelasi menggunakan rumus “Product Moment
Correlation”, yaitu salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua
variabel yang kerap kali digunakan. Tenik ini dikembangkan oleh “Karl
Person”.63
Rumus Product Moment yaitu:
Keterangan:
= Angka Indeks Korelasi “r” product moment
= Jumlah Responden
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
= Jumlah seluruh skor X
= Jumlah seluruh skor Y
63
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. 4, h. 131
45
Pengolahan data digunakan teknik analisa komparasional dengan
rumus Product Moment tersebut, juga dilakukan dengan software SPSS
16.00 For Windows.
Tabel 3.5
Interpretasi Nilai r
Besarnya “r”
Product Moment
Interpretasi
0,800-1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, yang
sangat tinggi.
0,600-0,800 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
cukup.
0,400-0,600 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
agak rendah.
0,200-0,400 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
rendah.
0,000-0,200 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan
tetapi korelasi itu sangat rendah atau sangat rendahnya
sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan Y.
2. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X terhadap Y
digunakan rumus sebagai berikut:
Rumus Koefisien Determinan
KD = x 100%
Keterangan:
KD = Kontribusi variabel X terhadap variabel Y
46
= Koefisien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
Untuk mengetahui besarnya Koefisien Determinasi (KD) dan tingkat
linieritas hubungan variabel X dan variabel Y juga menggunakan Software
SPSS 16.00 For Windows.
3. Pengujian Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar ekonomi siswa.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar ekonomi siswa.
47
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Berdirinya SMA Darussalam Ciputat
Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam yang pada saat ini berstatus
“TERAKREDITASI A” didirikan pada tahun 1999 atas prakarsa ketua
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam Drs. H. M. Salman Faris.
SMA Darussalam yang beralamat Jln. OTISTA No. 36 Cimanggis
Ciputat dipimpin oleh Marul Waid, S.Ag dengan jumlah tenaga pengajar 27
orang dan staf tata usaha 3 orang dengan jumlah siswa sekitar 350 orang.
2. Visi dan Misi SMA Darussalam Ciputat
Tujuan pendidikan menengah pada madrasah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Visi SMA Darussalam Ciputat
Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa, Aktif (CINTA)
Misi SMA Darussalam Ciputat
1. Membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri
2. Mengembangkan daya nalar siswa dan mandiri
48
3. Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti
4. Membina minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah.
3. Sarana dan Fasilitas SMA Darussalam Ciputat
1. Gedung milik sendiri
2. Ruang belajar tiga lantai
3. Laboratorium Bahasa (Full AC)
4. Laboratorium computer + internet (Full AC)
5. Laboratorium IPA (Biologi, Fisika, Kimia)
6. Sarana Olahraga (Hall Mini)
7. Perpustakaan
8. Sarana Ibadah (Majid)
9. Kesenian
10. Kantin Sekolah
11. Beasiswa bagi siswa yang berprestasi
4. Jenis Ekstrakulikuler
Tabel 4.1
Jenis Ekstrakulikuler
No Jenis kegiatan Keterangan
1 Volley Ball √
2 Paskibra √
3 Kursus Bahasa Inggris √
4 Qiro’at Al-Quran √
5 Basket Ball √
6 Komputer √
7 Sepak Bola √
8 Seni √
9 Bulu Tangkis √
49
5. Prestasi Siswa di Bidang Akademik dan Non Akademik
Tabel 4.2
Prestasi Siswa di Bidang Akademik dan Non Akademik
No Tahun Jenis prestasi Tingkat
Juara
Ke-
1 2002 Tim Voli Banten -
2 2002 Voli putrid UNPAM III
3 2003 Voli putrid SMU TOSCA III
4 2003 Tim Voli SMA parung II
5 2003 Tim Voli TOSCA Pemb. Jaya III
6 2004 Tim Voli POPDA SMA
7 2004 Tim Voli SMT PNB I
8 2004 Voli putra Se- Jabodetabek I dan
III
9 2004 Tim Voli Se- Jabodetabek UIN
Jakarta III
10 2004 Tim Voli Se- Kab Tangerang
Bintaro III
11 2005 Voli Putra Se- jabodetabek I
12 2005 Mini Soccer TOSCA Pemb. Jaya I
13 2005 Sepak Bola Se-jabodetabek I
14 2005 Sepak Bola TOSCA Pemb. Jaya I
15 2005 Tim Voli TOSCA Pemb. Jaya I
16 2005 Futsal Se-jabodetabek II
17 2006 Voli Putra Se- Jabodetabek Atma
Jaya II
18 2006 Voli Putri Se- Jabodetabek Atma
Jaya I
19 2006 Voli Putri Se- Jabodetabek
Tarakanita III
50
20 2006 Taekwondo Putri Tk. DKI Universitas
Budi Luhur II
21 2006 Futsal Putra Se-Jabodetabek I
22 2006 Tim Voli Pekan Olah Raga Pelajar
Tk. Nasional II
23 2006 Futsal SMA Se- Jabodetabek
UNAS II
24 2006 Futsal Putri Tarakanita Cup 2 I
25 2007 Futsal Putra Se- Jabodetabek UIN I
26 2007 Voli Putra Tarakanita Cup XI I
27 2007 Voli Putri Tarakanita Cup XI I
28 2007 Voli Putra Tarakanita Cup X I
29 2007 Voli Putri Tarakanita Cup X I
30 2007 Voli Putra Se- Kab Tangerang I
31 2007 Voli Putri Se- Kab Tangerang I
32 2007 Bulu Tangkis Se- Kab. Tangerang III
33 2007 Futsal Se- Jabodetabek I
34 2007 Voli Putri Jakarta Tkt. DKI I
35 2007 Pencak Silat Putra Se- Kab Tangerang III
36 2007 Voli Putra Bulungan Cup SMAN 70 I
37 2007 Voli Putri Bulungan Cup SMAN 70 I
38 2007 Sepak Bola Bulungan Cup SMAN 70 I
39 2008 Voli Putra Atma Jaya AVC Tk.
Jabodetabek II
40 2008 Voli Putri Atma Jaya AVC Tk.
Jabodetabek II
41 2008 Voli Putra Tkt. DKI I
42 2008 Futsal Jakarta I
43 2008 Sepak Bola Liga Lokal PERSITA II
44 2008 Voli Putra SMA Se-Kab. Tangerang II
51
45 2008 Voli Putri SMA Se-Kab. Tangerang I
46 2008 Futsal Putra Se- Jabodetabek I
47 2008 Voli Putri Bupati Cup kabupaten
Tangerang I
48 2008 Voli Putra Bupati Cup kabupaten
Tangerang III
49 2008 Voli Putri Bupati Cup kabupaten
Tangerang -
50 2009 Voli Putri Bulungan Cup III
51 2009 Voli Putri PORS Radar Banten II
52 2009 Voli Putra PORS Radar Banten III
53 2009 Voli Putri Bupati Cup I
54 2009 Voli Putri Bupati Cup III
55 2010 Voli Putra Piala Walikota Depok I
56 2010 Voli Putri Piala Walikota Depok I
57 2010 Sepak Bola LPI Tang-sel I
58 2010 Sepak Bola LPI Provinsi Banten I
59 2010 Sepak Bola Piala Gubernur Banten
60 2010 Sepak Bola LPI Tk. Nasional I
61 2010 Sepak Bola Piala Bergilir Presiden RI -
Prestasi yang pernah diraih oleh SMA Darussalam selain juara
juga mengirimkan utusan ke mancanegara diantaranya:
1. Timnas ke Thailand U-18 tahun 2006 (Egi Melgiansyah)
2. Timnas “Adidas” ke Spanyol U-17 Tahun 2007 (Muhammad Faisal)
3. Timans ke Uruguay U-17 Tahun 2008 (Ferdiansyah)
4. Pemain Terbaik Piala Coca-Cola 2009 Ke Afrika Selatan (Dedi
Kusnandar)
5. Timnas U-17 ke Uruguay tahun 2011 (Wawan Febrianto)
6. Timnas ke Uruguay U-17 tahun 2011 (Dinan)
52
7. Timnas ke Uruguay U-17 tahun 2011 (Maldini)
Bagan 4.3
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (Variabel X)
Untuk menjelaskan gambaran dalam penelitian ini berikut akan dijabarkan
deskripsi data berupa rentang skor, rata-rata, standar deviasi, dan modus.
Selain itu, data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogram
untuk memperjelas deskripsi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Kecerdasan Emosional
N Valid 40
Missing 0
Mean 79.1500
Median 80.0000
53
Mode 73.00a
Std. Deviation 8.28205
Minimum 58.00
Maximum 91.00
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
Berdasarkan tabel 5 tersebut di atas, menunjukan bahwa perolehan skor
angka dari 40 responden dengan perolehan data yang valid untuk variabel (X)
kecerdasan emosional siswa adalah nilai minimumnya adalah 58,00
maximumnya 91,00 dan rata-rata atau meannya adalah 79,15 mediannya 80,00
modenya 73,00 dengan standar deviasi 8,282.
Jika dibuat rentang skor kecerdasan emosional dengan jumlah 40 orang
yang semuanya valid, maka dapat dilihat bahwa frekuensi dan presentasi skor
pengelolaan kelas yang memperoleh angka 58, 59, 67, 71, 75, 77, 78, 79, 83,
85, 86 dan 91 masing-masing 1 orang (2,5%), angka 68, 82, 87, 89 dan 90
masing-masing 2 orang (5%), angka 73, 74, 76, 80, 84 dan 88 masing-masing
3 orang (7,5%). Untuk lebih jelasnya data tentang frekuensi dan persentasi
variabel (X) Kecerdasan emosional sebagai berikut:
Tabel 4.5
Frekuensi Kecerdasan Emosional
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 58 1 2.5 2.5 2.5
59 1 2.5 2.5 5.0
67 1 2.5 2.5 7.5
68 2 5.0 5.0 12.5
71 1 2.5 2.5 15.0
73 3 7.5 7.5 22.5
74 3 7.5 7.5 30.0
75 1 2.5 2.5 32.5
54
76 3 7.5 7.5 40.0
77 1 2.5 2.5 42.5
78 1 2.5 2.5 45.0
79 1 2.5 2.5 47.5
80 3 7.5 7.5 55.0
82 2 5.0 5.0 60.0
83 1 2.5 2.5 62.5
84 3 7.5 7.5 70.0
85 1 2.5 2.5 72.5
86 1 2.5 2.5 75.0
87 2 5.0 5.0 80.0
88 3 7.5 7.5 87.5
89 2 5.0 5.0 92.5
90 2 5.0 5.0 97.5
91 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Jika dibuat tingkat atau level kecerdasan emosional siswa sebanyak 40
orang adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Indek Tingkat Kecerdasan Emosional
No Rentang perolehan
skor kecerdasan
emosional
Level/Tingkat
kecerdasan
emosional
Jumlah
siswa
%
1 58-64 Sangat Rendah 2 5%
2 65-71 Rendah 4 10%
3 72-78 Sedang 12 30%
4 79-85 Tinggi 11 27,5%
5 86-92 Sangat Tinggi 11 27,5%
Jumlah 40 100%
55
Berdasarkan perhitungan perolehan rata-rata skor kecerdasan emosional
79,18. Untuk lebih memperjelas tabel 4.7, dibawah ini disajikan histogram data
gambaran kecerdasan emosional
Tabel 4.7
Histogram distribusi frekuensi kecerdasan emosional (X)
Dari gambar di atas terlihat sekitar 5% siswa yang mendapat skor 58-64
dengan jumlah siswa sebanyak 2 orang dan kecerdasan emosionalnya sangat
rendah, Skor 65-71 sebesar 10% dengan jumlah siswa sebanyak 4 orang dan
kecerdasan emosionalnya rendah, Skor 72-78 sebesar 30% dengan jumlah siswa
sebanyak 12 orang dengan tingkat kecerdasan emosional yang sedang, Skor 79-85
sebesar 27,5% dengan jumlah siswa sebanyak 11 orang dan tingkat kecerdasan
emosionalnya tinggi, Skor 86-92 sebesar 27,5% dengan jumlah siswa sebanyak 11
orang dan kecerdasan emosionalnya sangat tinggi. Dengan demikian dapat
diinterpretasikan bahwa skor yang berada pada interval 72-78 merupakan skor
yang paling banyak yaitu 30% dan berkategori kecerdasan emosionalnya sedang.
56
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Ekonomi (Variabel Y)
Deskripsi data hasil penelitian tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi penulis menggunakan nilai raport pada mata pelajaran ekonomi di SMA
Darussalam Ciputat Tangerang selatan yaitu mencakup data tentang jumlah
responden, perolehan skor dilihat dari minimum, maksimum, mean dan standar
deviasinya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Belajar
N Valid 40
Missing 0
Mean 79.6250
Median 80.0000
Mode 80.00
Std. Deviation 5.81196
Minimum 70.00
Maximum 90.00
Sum 3185.00
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa perolehan skor angka dari
responden untuk variabel hasil belajar ekonomi yang berjumlah 40 orang adalah
nilai meannya adalah 79,625 mediannya 80,000 modenya 80,00 standar
deviasinya 5,811 nilai minimumnya 70,00 dan nilai maximumnya 90,00.
Jika dibuat rentang skor angka nilai hasil belajar mata pelajaran ekonomi
yang semuanya valid, maka dapat dilihat bahwa frekuensi dan presentasi skor
hasil belajar mata pelajaran ekonomi yang memperoleh angka 70 sebanyak 4
orang (10,0%), angka 75 masing-masing 9 orang (22,5%), angka 76 sebanyak 1
orang (2,5%), angka 80 sebanyak 10 orang (25,0%), angka 85 sebanyak 6 orang
(15,0%), angka 77 sebanyak 3 orang (7,5%), angka 78 sebanyak 1 orang (2,5%),
angka 80 sebanyak 10 orang (25,0%), angka 85 sebanyak 5 orang (12,5%), angka
87 sebanyak 2 orang (5,0%), angka 88 sebanyak 2 orang (5,0%) dan angka 90
masing-masing 3 orang (7,5%). untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:
57
Tabel 4.9
Frekuensi Skor Hasil Belajar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 70 4 10.0 10.0 10.0
75 9 22.5 22.5 32.5
76 1 2.5 2.5 35.0
77 3 7.5 7.5 42.5
78 1 2.5 2.5 45.0
80 10 25.0 25.0 70.0
85 5 12.5 12.5 82.5
87 2 5.0 5.0 87.5
88 2 5.0 5.0 92.5
90 3 7.5 7.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Jika dibuat tingkat atau level hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi sebanyak 40 orang adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 12
sebagai berikut :
Tabel 4.10
Indek Tingkat hasil belajar
No Rentang
perolehan skor
hasil belajar
Level/Tingkat
kecerdasan
emosional
Jumlah siswa %
1 70-74 Sangat Rendah 4 7,5%
2 75-79 Rendah 14 22,5%
3 80-84 Sedang 10 25%
4 85-89 Tinggi 9 35%
5 90-94 Sangat Tinggi 3 10%
Jumlah 40 100%
58
Berdasarkan perhitungan perolehan rata-rata skor hasil belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi sebesar 79,62. Untuk lebih memperjelas tabel 12, di
bawah ini disajikan histogram data gambaran hasil belajar ekonomi.
Tabel 4.11
Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar ekonomi (Y)
Hasil Belajar
Dari gambar di atas terlihat sekitar 7,5% siswa yang mendapat skor 90-94
dengan jumlah siswa sebanyak 3 orang dan tingkat nilai hasil belajar yang sangat
tinggi, skor 85-89 sebesar 22,5% dengan jumlah siswa sebanyak 9 orang dan
tingkat nilai hasil belajar yang tinggi, skor 80-84 sebesar 25% dengan jumlah
siswa sebanyak 10 orang dan tingkat hasil belajar yang sedang, skor 75-79 sebesar
35% dengan jumlah siswa sebanyak 14 orang dan tingkat hasil belajarnya rendah,
skor 70-74 sebesar 10% dengan jumlah siswa sebanyak 4 orang dan tingkat hasil
belajarnya sangat rendah. Maka persentase terbesar terdapat pada skor 75-79 yaitu
35% dengan jumlah siswa sebanyak 14 orang dengan demikian dapat
diinterpretasikan bahwa skor yang berada pada interval 75-79 merupakan skor
yang persentasenya paling tinggi yaitu 35%.
59
3. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Karena kurva normal di bawah ini
menggambarkan titik penyebarannya berada di sekitar garis lurus, maka data
berdistribusi normal.
Gambar 4.12
60
C. Uji Hipotesis
a. Analisis Korelasi Product Moment
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi product
moment dari Pearson untuk mengetahui korelasi jumlah skor variabel
kecerdasan emosional dengan hasil belajar.
Pengujian yang digunakan rumus korelasi product moment untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel. Untuk perhitungannya dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 16.0. Adapun hasilnya dapat dilihat di
tabel berikut:
Tabel 4.13
Hasil Perhitungan Korelasi Antara Kecerdasan Emosional Dan Hasil Belajar
kecerdasan
emosional hasil belajar
kecerdasan emosional Pearson Correlation 1 .758**
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
hasil belajar Pearson Correlation .758** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa koefisien korelasi antara
variabel kecerdasan emosional dengan hasil belajar ekonomi siswa sebesar
0,758 dengan signifikansi 0,000(sig<0,005), maka terdapat hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar ekonomi siswa di
kelas X SMA Darussalam Ciputat. Sehingga hipotesis H0 yang menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan hasil belajar ekonomi ditolak, dengan demikian hipotesis alternatif Ha
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar ekonomi diterima. Dari hasil korelasi tersebut
61
dapat dilihat bahwa korelasi dari kedua variabel bersifat positif, yaitu semakin
tinggi kecerdasan emosional siswa, maka akan semakin tinggi hasil belajar siswa
di kelas X SMA Darussalam Ciputat.
b. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen akan dihitung dengan menggunakan Software SPSS 16.0. sebagai
berikut:
Tabel 4.14
Koefisien determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .758a .575 .564 3.83939
a. Predictors: (Constant), kecerdasan emosional
Nilai Adjusted R Square = 0,564 dapat dikatakan bahwa 56,4%. Hal ini
berarti bahwa variabel kecerdasan emosional (X) memiliki kontribusi sebesar
56,4% terhadap hasil belajar ekonomi (Y), Sedangkan sisanya 43,6%
dikontribusikan oleh variabel lain. Adapun nilai R = 0,758 menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional mempunyai hubungan yang cukup terhadap hasil belajar
ekonomi siswa.
D. Pembahasan
1. Kecerdasan Emosional
Berdasarkan deskripsi data kecerdasan emosional siswa SMA Darussalam
Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 40 orang, menunjukan bahwa skor
yang tertinggi pada posisi sedang sebanyak 30% dengan rentang nilai 72-78. Hal
ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sudah cukup baik oleh sebab itu
perlu dipertahankan dan diperlukan upaya peningkatan kecerdasan emosional
dengan lebih baik lagi agar nilai kecerdasan emosional yang sedang menjadi
tinggi.
62
2. Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Berdasarkan deskripsi data hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi di atas, menunjukan bahwa skor hasil belajar siswa pada rentang
75-79 yaitu 35% dengan jumlah siswa sebanyak 14 orang yaitu
menunjukkan skor tertinggi pada posisi rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar cukup dikarenakan sudah tercapainya KKM serta perlu
ditingkatkan kembali kualitas pembelajaran di kelas sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
3. Kontribusi Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar Ekonomi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka hipotesis yang
dilakukan oleh peneliti terbukti atau Ho ditolak atau Ha diterima yaitu
terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar siswa
kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan.
Selanjutnya hubungan korelasi positif ini memberikan pengertian
bahwa terdapat arah yang searah antara kecerdasan emosional dan hasil
belajar. Semakin tinggi kecerdasan emosional, dalam hal ini dalam
mengenal emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati dan
membina hubungan yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Darussalam
Ciputat Tangerang Selatan semakin tinggi pula nilai hasil belajar yang
akan dicapai. Begitu pula sebaliknya Semakin rendah kecerdasan
emosional, dalam hal ini dalam mengenal emosi diri, mengelola emosi
diri, memotivasi diri, berempati dan membina hubungan yang dimiliki
oleh siswa SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan semakin rendah
pula nilai hasil belajar yang dicapai. Dalam hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar siswa.
63
Hasil penelitian ini sejalan dengan ungkapan ahli yaitu menurut
Sumadi Suryabrata dan Shertzer dan Stone, secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi
dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, dimana salah satu
faktor internal memasukkan faktor psikologis sebagai salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menguatkan
hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, Faktor
psikologis (internal) memiliki peranan dalam mencapai hasil belajar siswa.
Dimana siswa dengan kondisi kecerdasan emosional tinggi akan dapat
meraih hasil belajar tinggi, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari
penelitian ini juga dapat diketahui bahwa sumbangan efektif yang
diberikan oleh kecerdasan emosional sebesar 56,4% dalam mempengaruhi
besarnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa,
sedangkan sisanya sebesar 43,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
dalam penelitian ini tidak diteliti. Adapun faktor-faktor tersebut dapat
berupa faktor-faktor seperti keluarga, lingkungan, dan fasilitas yang
dimiliki, sarana dan prasarana sekolah, faktor harapan guru terhadap siswa,
kemampuan kognitif siswa, cara guru memotivasi siswa, latihan-latihan
yang sesuai, banyaknya waktu yang dihabiskan untuk belajar, umpan
balik, perencanaan cara pengajaran oleh guru, dan kepahaman siswa
terhadap pelajaran dan tugas yang diberikan.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara variabel X (kecerdasan emosional) dan
variabel Y (hasil belajar), dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar
0,758. Dengan perolehan nilai tersebut hubungan kedua variabel
dikategorikan sebagai hubungan positif signifikan dengan kategori tinggi.
Hubungan yang positif tersebut dinyatakan dengan adanya kontribusi variabel
X (kecerdasan emosional) terhadap variabel Y (hasil belajar) melalui
koefisien determinasi. Dari nilai Ajusted R Squarenya adalah 0,564 hal ini
dicerminkan bahwa kecerdasan emosional dapat memberikan kontribusi atas
hasil belajar siswa sebesar 56,4%.
Atas dasar temuan-temuan tersebut penulis menyimpulkan bahwa
hasil belajar siswa bisa ditingkatkan melalui peningkatan kecerdasan
emosional siswa di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan. Namun
tidak bisa dilihat hanya dari faktor kecerdasan emosionalnya saja banyak
faktor lainnya yang harus dipertimbangkan.
65
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang
penulis sarankan yaitu:
1. Untuk Kepala Sekolah hendaknya memperhatikan tingkat kecerdasan
emosional siswa karena hal ini terbukti memiliki hubungan positif yang
signifikan. Sekolah dapat mengadakan training kecerdasan emosional,
sehingga tingkat kecerdasan emosional siswa menjadi lebih baik kemudian
bisa secara intensif memberikan motivasi dan bimbingan kepada guru-guru
untuk selalu lebih meningkatkan keterlibatannya secara emosional dengan
murui-murid agar dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa SMA
Darussalam Ciputat Tangerang Selatan.
2. Untuk guru di SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan, hendaknya
mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan emosional yang berperan
dalam keberhasilan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya,
maka disarankan kepada pihak sekolah terutama guru-guru pengajar agar
terus membina kecerdasan emosi siswa baik dalam proses pembelajaran di
kelas, maupun kegiatan lainnya.
3. Untuk siswa-siswi SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan lebih
tingkatkan lagi belajar dan janganlah ragu untuk sering berkonsultasi dengan
guru-guru kalian apabila kalian memiliki problematika masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia,
2001.
Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Ciputat
Tangerang: UIN Jakarta Press, 2006.
Ahmadi, abu dan Prasetyo, Joko, Strategi Belajar dan Mengajar, Bandung:
Pustaka Setia, 1997, Cet. ke-5.
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004, Cet. ke-2.
Anas, Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 1987.
Anwar, Arifin. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang-Undang Sisdiknas. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003.
Arikunto, Suharsimi, , Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta:
Rineka Cipta, 1990, Cet. ke-1.
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan
Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman
Dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga Publishing, 2001.
Daniel Goleman, Emotional Intellegence, Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1997.
Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional, Bandung: Kaifa, 2000.
Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, CV Pustaka Setia, 2011.
Muhammad Muhyidin, Manajemen ESQ Power, Jogjakarta: DIVA Press, 2007.
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2006.
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999.
Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya,
2012.
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Nety Hartati dkk, Islam dan Psikologi, Ciputat Tangerang: UIN Jakarta Press,
2003.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003.
Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ Kecerdasan Emosional
Dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka,
2000.
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT Rajawali Pers,
2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, Bandung,
Alfabeta, 2011.
Suharsono. Mencerdaskan Anak. Depok: Inisiasi Press, 2005.
Suharsono. Akselerasi Intelegensi : Optimalkan IQ, EQ dan SQ, (Depok: Inisiasi
Press, 2004)
Sukarsih, Dedeh dan Kadarsah, Beberapa Jenis Penilaian yang Dilaksanakan
oleh Guru Di Sekolah, Jakarta: CV. Indra Jaya, 1986, Cet. ke-4.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. ke-2.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Triantoro Safatra dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI KELAS X
SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG SELATAN
Daftar berikut berkaitan dengan identitas responden.
1. Nama : …………………………………………………..
2. Kelas/No Absen : …………………………………………………..
PETUNJUK PENGISIAN
Anda diminta memberikan pendapat atas pernyataan di bawah ini, dengan cara
memberikan tanda check (_) pada baris yang telah disediakan, dan setiap alternatif jawaban
tidak mewujudkan salah atau benar.
Kami sangat menghargai waktu yang anda gunakan untuk mengisi instrumen ini
secara jujur. Dan kerahasiaan identitas anda akan kami jaga sesuai dengan etika penelitian.
PERTANYAAN
SS : Jika pertanyaan tersebut SANGAT SESUAI dengan diri anda.
S : Jika pertanyaan tersebut SESUAI dengan diri anda.
TS : Jika pertanyaan tersebut TIDAK SESUAI dengan diri anda.
STS : Jika pertanyaan tersebut SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri anda.
Kecerdasan emosional
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mampu untuk mengembangkan topik pembicaraan dengan orang
lain
2 Saya menolong teman sekelas yang tidak terlalu saya kenal baik
mengerjakan tugas PR nya ketika pengetahuan saya lebih baik dari pada
yang lain
3 Saya merasa optimis dengan hal-hal yang saya kerjakan
4 Saya tahu alasannya kenapa saya marah
5 Jika ada teman saya yang bertengkar saya akan melerainya
6 Saya menyisihkan uang jajan saya untuk ditabung setiap hari
7 Saya bisa mengendalikan diri ketika terjadi perbedaan pendapat
8 Saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk meredakan kemarahan
9 Saya berusaha mengontrol kemarahan yang berlebihan
10 Saya tidak mudah depresi ketika mengalami kegagalan
11 Saya merasa bisa mengendalikan rasa cemas
12 Ketika ada teman yang sakit saya datang menjenguknya
13 Saya memperhatikan pendapat orang lain yang berbeda dengan saya
14 Ketika saya sedih saya tahu apa penyebabnya
15 Saya mampu untuk bekerja sama dengan orang lain
16 Belajar dengan tekun adalah suatu hal yang menyenangkan
17 Saya menyadari kenapa saya menangis
18 Saya dapat mengatasi stress tanpa terjerumus ke dalam hal-hal negatif
19 Saya selalu mencoba kembali setelah mengalami kegagalan
20 Kepedihan yang orang lain rasakan merupakan kepedihan diri saya juga
21 Saya lebih memilih belajar dengan giat daripada menghabiskan waktu
bermain bersama teman-teman
22 Dalam pergaulan, saya akan berusaha untuk mencegah terjadinya konflik
23 Dalam mengambil tindakan saya memperhatikan perasaan orang lain
24 Saya berusaha untuk tidak melakukan hal-hal dari dorongan emosi
negatif
25 Saya yakin kegagalan yang saya alami dapat diubah menjadi
keberhasilan di masa mendatang
26 Bagi saya cita-cita adalah sesuatu yang harus diraih dengan penuh
antusias
27 Saya merupakan orang yang mudah bergaul dengan siapapun
28 Saya memahami betul tingkat emosi saya
29 Ketika teman-teman saya memiliki masalah, mereka meminta nasihat
dari saya
30 Saya berusaha memikirkan sesuatu yang positif meskipun perasaan saya
sedang sedih
31 Saya menawarkan untuk membantu seseorang yang cacat atau orang
yang tidak saya kenal yang sudah tua menyeberang jalan
32 Saya akan menghibur teman saya yang sedang sedih
33 Mudah bagi saya untuk mengutarakan perasaan
34 Saya memberi sedekah tiap kali bertemu pengemis
35 Saya mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain
36 Saya memahami perasaan-perasaan saya
37 Teman saya yang berprestasi lebih baik, membuat semangat saya terpacu
untuk menjadi lebih baik
38 Saya yakin akan kemampuan diri sendiri
39 Meskipun di kelas saya ada masalah, saya tetap bersemangat untuk ke
sekolah
40 Saya dapat menjadi pendengar yang baik
Lampiran 2
Instrumen Kecerdasan Emosional
Skala Kecerdasan Emosional
No Aspek Indikator No Item
1 Mengenali emosi diri -Menyadari emosi yang dirasakan
-Menyadari penyebab dari emosi yang
dirasakan
33,36,28
4,14,17
2 Mengelola emosi -Mampu mengelola marah, sedih,
cemas, dan khawatir yang berlebihan
-Mampu memulihkan emosi negatif
9,24,30,39
8,11,18
3 Memotivasi diri sendiri -Kemampuan menunda dorongan hati
(menunda pemuasan)
-Optimis dan mempunyai harapan
tinggi
-Mampu bangkit dari kegagalan
6,21,37
3,16,26,38
19,25,10
4 Mengenali emosi orang
lain
-Peka membaca reaksi dan emosi
orang lain
-Bisa menerima sudut pandang orang
lain
12,20,32,23,
35
13,7,40
5 Membina hubungan -Mampu menangani perselisihan yang
muncul
-Pandai bergaul dan menyenangkan
-Lebih mendahulukan kepentingan
sosial daripada pribadi
5,22,29
1,15,27
2,31,34
Lampiran 3
Nilai Hasil Belajar Siswa
No Responden Nilai 1 ACHMAD SYAHIRUL ALIM 80
2 AMRI BASHARY 75
3 ANISA FITRI
85
4 ARIF SANTOSO
70
5 DESTA PADMITA RAMADHANTI
77
6 DIMAS YUDHA PERWIRA
75
7 DIYA RAMADAN
80
8 FAUJI DWI SAPUTRA 80
9 HERDIAN SUPRIYATNA
85
10 JIHAN NIFAH
80
11 JOHAN ARDIYANSYAH
75
12 KEVIN AL RAHMAN
85
13 M. REZA FARHAN
78
14 MEGA SUKMAWATI
87
15 MIFTAHUL JANAH 90
16 MUHAMMAD HAFIZ HIDAYAT
80
17 MUHAMMAD RIZKY RAMADHAN
70
18 NANI KOMALASARI
75
19 REZA HARRIS SUPARDI
80
20 RIZKI MULYA
75
21 SAKINAH SRI DEWI
85
22 SONIA CHRIS MONITA 76
23 SRI PEBI SAPUTRA
80
24 YOGA DAYA LAKSANA 75
25 YOLA SEPTIANI
80
26 YORI ALIFFA DJAMIL
85
27 ZUL ARIFIN 75
28 LUSI LESTIANA HERI
80
29 ANJAS SUTRISNO
75
30 ANNISA NUR LINTANG
77
31 DANA ADITIA PUTRA
80
32 EVA NOVIANTI
75
33 HAMDAN FAHMI
88
34 HERMAN SUSANTO 70
35 ISMAIL ADI PRAYOGO
90
36 MUHAMAD HASANUDIN A
70
37 NUKE DWI UTAMI
90
38 RIFKI FADILLAH
87
39 SUMAYAH MUHAMAD ALI
77
40 ZAHRA NUR FAUZIYAH
88
Jumlah ∑Y=3185
Lampiran 4
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Agustus 2013
Responden : Nur Asma, S.E, M.M
Tempat : Ruang guru SMA Darussalam Ciputat Tangsel
1. Apa yang ibu ketahui terkait dengan kecerdasan emosional?
Jawab: Kecerdasan emosional itu berkaitan dengan Intelligence Quotient, Spiritual
Quotient dan lingkungan keluarga.
2. Menurut ibu bagaimana deskripsi kecerdasan emosional di kelas X SMA Darussalam
Ciputat Tangerang Selatan?
Jawab: Kecerdasan emosional di SMA Darussalam masih belum rata pada setiap
siswa dikarenakan salah satu faktornya adalah latar belakang keluarga yang berbeda-
beda serta latar belakang sekolah menengah pertamanya juga bervariasi, ada yang
berasal dari Madrasah tsanawiyah yang rata-rata nilai materi pelajaran agamanya
bagus dan ada yang dari SMP yang rata-rata nilai agamanya masih belum stabil.
3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan terkait kecerdasan emosional agar proses
belajar-mengajar berjalan dengan baik?
Jawab: Usaha-usaha yang saya lakukan diantaranya adalah :
1. Pendekatan secara individu
2. Pendekatan emosional
3. Pendekatan keluarga
4. Memberikan motivasi akan tugas dan tanggung jawab sebagai siswa agar selalu
menjadi manusia pembelajar dan manusi yang berjiwa ketuhanan untuk selalu
senantiasa berdoa.
4. Bagaimana cara ibu membangkitkan hasil belajar siswa dalam belajar?
Jawab: Memotivasi mereka dengan memberi kesempatan memperbaiki nilai
(remedial) apabila nilai mereka tidak memnuhi KKM serta memberikan tugas-tugas
tambahan seperti merangkum, problem solving dan membuat soal.
5. Menurut ibu apakah kecerdasan emosional siswa akan berdampak signifikan terhadap
hasil belajar?
Jawab: Menurut saya sangat mempengaruhi karena dengan kecerdasan emosi
seseorang bisa mengendalikan emosinya dengan baik sehingga seorang individu
tersebut bisa meningkatkan motivasinya yang akan berdampak dengan meningkatnya
prestasi belajar.
Lampiran 5
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Agustus 2013
Responden : Jihan Nifah
Tempat : Ruang guru SMA Darussalam Ciputat Tangsel
1. Apakah anda selalu menyadari emosi yang timbul pada diri anda? Dan apakah anda
mengetahui penyebabnya apa?
Jawab: Sadar dan selalu tau penyebabnya apa.
2. Ketika muncul emosi negatif menguasai diri anda, apakah anda bisa mengontrolnya
dan kemudian memulihkannya? Kalau bisa, bagaimana cara yang biasa anda lakukan
untuk memulihkannya?
Jawab: Bisa, biasanya saya curhat untuk mengontrolnya.
3. Seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan dan ajakan-ajakan yang menggoda
(dalam arti kesenangan sesaat). Bagaimana anda mengontrol dorongan hati tersebut?
Apakah anda mengikutinya begitu saja ataukah anda bisa mengontrolnya?
Jawab: Saya tidak mengikuti ajakan negatif tersebut.
4. Setiap dari kita pasti pernah merasakan kegagalan. Bagaimana sikap anda terhadap
kegagalan yang terjadi pada diri anda?
Jawab: Terkadang saya pasrah menerima kegagalan, terkadang saya semangat dan
berusaha bangkit dari kegagalan.
5. Bisakah anda membaca reaksi emosi orang lain?
Jawab: Bisa.
6. Apabila terjadi perbedaan pendapat diantara teman kalian, sikap anda?
Jawab: Enaknya aja pendapat yang mana dan tergantung dari pendapat yang positif.
7. Apakah anda termasuk orang yang supel dan mudah bergaul dengan orang lain?
Jawab: Iya, saya termasuk orang yang supel.
8. Apabila terjadi perselisihan, apakah anda selalu menjadi penengah atau mediator
antara pihak yang berselisih ataukah anda justru menjadi terlibat dengan perselisihan
mereka?
Jawab: Saya berusaha memisahkannya.
Lampiran 6
No Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
1 Achmad S.A 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 22 Amri bashary 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 23 Anisa fitri 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 34 Arif santoso 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 25 Desta P.R 3 4 3 4 2 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 36 Dimas Y.P 3 2 4 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 17 Diya ramadan 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 38 Fauji D.S 2 2 4 2 2 3 1 3 3 4 1 4 3 3 2 4 3 3 4 29 Herdiyan S 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3
10 Jihan nifah 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 2 3 3 2 211 Johan A 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 4 312 Kevin A.R 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 313 M. Reza F 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 214 Mega S 3 2 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 2 2 4 415 Miftahul J 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 316 M. Hafiz H 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 217 M. Rizky R 2 2 3 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 218 Nani K 3 1 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 419 Reza H.S 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 220 Rizki mulya 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 321 Sakinah S.D 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 4 4 3 3 4 222 Sonia C.M 3 4 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 4 323 Sri Pebi S 2 1 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 1 4 4 3 3 2 4 124 Yoga D.L 3 2 4 4 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 2 4 125 Yola S 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 326 Yori A.D 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 2 4 3 4 4 3 3 1 2 227 Zul arifin 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 228 Lusi L.H 3 4 3 3 2 4 4 2 4 3 1 2 4 3 4 4 4 2 2 429 Anjas S 2 3 2 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 3 4 3 3 4 3 330 Annisa N.L 3 2 3 3 1 3 3 3 2 1 2 3 4 3 4 3 3 4 4 231 Dana A.P 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 232 Eva novianti 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 3 2 233 Hamdan F 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 234 Herman S 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 335 Ismail A.P 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 336 M.Hasanudin 4 4 2 3 4 1 4 2 1 2 1 2 4 3 2 1 4 3 3 237 S.M Ali 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 438 Zahra N.F 2 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 239 Nuke D.U 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 4 3 4 4 240 Rifki F 2 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3
r.hitung 0.198 0.274 0.448 0.148 0.432 0.276 0.323 0.411 0.461 0.362 0.432 0.520 0.232 0.265 0.538 0.502 0.427 0.332 0.410 0.312r.tabel 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320
Validitas Tidak Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak
P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40 Column1
3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 2 1332 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3 1203 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 1332 3 2 3 4 4 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 3 3 1033 4 2 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 1223 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 1183 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 2 1413 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 1 1193 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 1382 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 1 2 3 4 3 3 3 2 1213 4 2 3 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 1173 4 4 3 3 4 2 2 2 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 1234 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 4 4 4 3 4 1334 3 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 1383 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 2 4 2 4 4 4 3 1423 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 1302 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 4 3 2 1103 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 1162 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 2 3 1253 4 3 4 4 4 3 2 3 4 4 4 1 2 2 3 4 4 3 3 1272 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 1344 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 4 3 1224 2 1 1 4 4 3 2 2 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 1233 3 3 4 3 4 3 1 2 4 4 3 1 2 2 3 4 4 3 3 1224 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 1413 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 1243 4 4 3 3 4 2 2 2 4 4 4 2 3 2 3 4 4 4 3 1274 4 4 3 4 4 3 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1342 2 3 4 4 3 2 2 2 3 4 3 2 3 2 3 4 3 4 4 1213 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 1 2 2 3 4 4 4 4 1213 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 2 3 4 4 4 4 1394 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 1314 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 2 2 1282 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1093 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 1351 4 4 3 4 4 1 3 2 3 3 4 1 3 3 4 2 2 1 4 1083 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1414 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 1354 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 1294 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 3 137
0.555 0.127 0.370 0.195 0.139 0.163 0.652 0.379 0.597 0.176 0.522 0.463 0.370 0.316 0.264 0.045 0.510 0.456 0.440 0.2850,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0,320 0Valid Tidak Valid Tidak Tidak Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Tidak Tidak Valid Valid Valid Tidak 0
0
Nama
NIi\4
Jurusan
Judul
LEMBAR UJI REFF,"RENSI
Wahyu Nur Ramadhona
10701 s001379
Pendidikan IPS
"Hubungan kecerdasan emosional riengan hasil belajar pacia mata
pelajaran ekonomi di kelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang
Selatan"
No Referensi ParafLawrence E. Shapiro, Mengajarkan EmationalIntellegence Pada Anak, (Jakarta: PT GrarnediaPustaka Utama, 2001)
2 Airlr'ar Arifin, Ju{emahami Paradignut Baru PendidikanNusional Dalant Llndang-Undcng SisCihtas, (Jakarta:Departemen Agarna RI Direktorat JenderalKelembagaan Agama lslam, 2003)
J Ar,v Ginanjar Agustian, F.altnsict Sttkses l.{eniltangunKecerdasan Enrcsional Dan Spiritnal ESQ EmotionalSpiritual Quotient Berdcwarkan 6 Ruktn Inwrr Dan 5Rukutl lslant, (Jakarta: Arga Publishing, 2001)
4 Daniel Goleman, Entotional Intellegence, (Jakarla: PTGrarnedia Pustaka, 1997) Cet. I
5 Mirhammad Muhyidin, Mcmujemen ESO Poy,er,(Jogakarla: DIVA Press, 2A07)
6 Triantoro Safatra dan Nofrans Eka Saputra,Manajemen Ernosi Sebualt Panduan CerdasBagaintana tr{ettgelola Entosi Positif Dalant EidupAnda, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses BelajarMengaiar, (Bandung: PT Remaia Rosdakarya, 2009)
Cet. 1
8 S. ldargono, Mctcdologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010) --kt---a -/
9 Musfi qon, Me tadolo gi P e ne litian P e ndidikan, (Jakarta:PT Prestasi Pustakaraya, 2012) ?L.-\/z"
-/10 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan
Paradignta Bartt, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011)
'';,*''L.-- '*'n4 t'
ll Nety Hartati dkk, lslam dan Psikologi, (CiputatTangerang: UIN Jakarta Press, 2003)
/:?tu-""4/y'
I2 M. Alisuf Sabri, Pengantql Psikologi Umum danPerkembangaiz, (Jakarta: Pedoman llmu Jaya, 2006)Cet. I
t3 Agus Nggennanto, Quantum Quotient, (Bandung:Yayasan Nuansa Cendekia, 2001 )
t4 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi AnakBerkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999)Cet. I
1i Sanapiah Faisal, Fannat-format Penelitian Scsial,(Jakarta: PT Rajarvali Pers. 2008)
l6 Mahnrud, Melode Penelitian Pendidikan, (Bandung,CV Pustaka Setia, 2011) *:5-
t1 Ahrrrad Sofyan dkk, Et'eluasi Pembelajaran IPABerbasis Kompeiensi, (Ciputat Tangerang: UIN JakartaPress. 20Aq Cet. 1
t5 Sugiyono, l{etccie Penelilian Kuantitatif, Kualitatifcl an Ko m b ina s i, (B andung, A lfabeta, 20 l L)
//4
--?---Yi9 Husairri Usrnan dan Purnomo Setiady Akbar,
Pengattar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)Cet.2
2A Arras Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan(Jakarla: Rajarvali Pers, 1987) Cet. I --A-*------(
2t Suharsono, It'fencerdaskan Anak, (Depok: InisiasiPress, 2005) Cet. 1
22 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQKecerdasan Emosional Dalant Kepenimpinan danOrganisasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2000)
23 Jeanne Segal, Melejitknn Kepekaan Entosional,(Bandung: Kaifa,2000) Cet. I _--L-:a"
z+ Ngalirn Punvanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PTRernaja Rosda Karya, 2003)
25 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PedomanIlmu Jaya, 1996)
26 Oernar Hamalih Proses Belajar Mengajar, @andung:Bumi Aksara, 2006)
27 Syamsu Yusuf, Psikalogi Perkembangcn Anak danRenrcja @andung: Rosda Karya)
28 Suharsono, Akselerasi Intelegensi : Optimalkan IQ, EQdan SQ (Depok: Inisiasi Press, 2A04)
29 Suharsimi Arikunto, |rfanajenrcn Pengajaran SecaraMantrsiawi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990) Cet. 12
Jakarla, 11 Februari 2014
Penguji Referensi,
Dr. hvan Punvanto. It{. Pd
NIP: 197 304 74 20A801 1 017
Februari 2013No:Lamp :
Hal :
Istimewa1 (Satu)Pengajuan Proposal ShripsiKepada Yang TerhormatKetua Jurusan Pendidikan IPSFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
NamaNIMSemesterJurusanFakultas
ajukan, semoga Bapak/Ibu Dosen berkenanperhatian dan bantuan Bapak/Ibu Dosen, saya
Pemohon,
,(bWahvu Nur Ramadhona
Mengetahui,emik, Seminar Proposal Skripsi
4
-4Prof. Dr. Rusmin Tumanggor Drs. FI. Nurrochim" MM Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
NIP: 194701141965101001 NIP: 195907151984031003 NIP: 197304242008011012
Universitas I slam Ne g eri Syarif Hiday atullallADi Tempat btAssalamualaikunt, Wn Wb.
Salam sejahtera kami sampaikan, semogalindungan Allah SWT, dan selalu sukses dalam menjalankan aktiSelanjutnya saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Wahyu Nur Ramadhona10701 5001 379XII (Dua Belas)Pendidikan IPSIlmu Tarbiyah dan Keguruan
Bermaksud mengajukan judul skripsi dengan judul "I{ubungan KecerdasanEmosional Dengan l{asil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi DiKelas X SMA Darussalam Ciputat Tangerang Selatan". Disusun oleh WahyuNur Ramadhona, sebagai perlimbangan, berikut saya lampirkan proposal skripsiberupa outline dan datar pustaka sementara.
Dengan demikian ini saya
menerima judul skripsi ini. Atasmengucapkan terima kasih.
[4/ a s s al amu' al ai kunt Vt/r. Wb
Dosen Penasihat
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
NomorLamp.
Hal
:
: Satu berkas Proposal
: Bimbingan Skripsi
Kepada YthKa. Subbag Akadernik dan Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
diTempat
Assalamu'alaikum wr. wb.
Yang bertandatangan di bawah ini :
Jakarta,25 Maret2013
NamaNIMJurusan/ProdiSemester
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Drs. H. Nurochim M. Pd
NrP.19590715 198403 1 003
Tembusan:
1. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.
Wahyu Nur Ramadhona107015001379IPS/EKONOMIXII (dua belas)
Dengan ini mengajukan permohonan surat bimbingan skripsi sebagai salah satu syarat
menyelesaikan progam SI (Strata l) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul
skripsi yang diajukan adalah : "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONALDENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XDI SMA DARUSSALAM CIPUTAT TANGERANG SELATAN"
Dosen Pembimbing Skripsiyang diusulkan :
Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan proposal .
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum wr, wb.
Pemohon
,Y/L
: Dr. Iwan Purwanto, M, Pd
:......
Mengetahui,Ketua Jurusan Ilmu ngetahuan Sosial
Wahl,u Nur Ramadhona
SVTA DA$aKJSSALAMSTATUS : TER.AKI{trDITASI ''A"
IZIN KANWIL NO. '779IIAUI(EPlBl87 NSS : 30228i!310010 NDS : 040540C6 NIS : 300060
Jl. Otista No. 36 Cimanggis - Ciputat, Kota Tangcrang Selatan Telp. (021) 70631490E-mail : [email protected] Web. http :/ /20603785.siap-sekoiah.com
SURAT KETERANGAI\Nomor : I 5 4 I I 46 I SMA-D/VIII1Z} 13
Yang bertanda tangan di ba',vah ini Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat
Kota Tangerang Seiatan - Banten, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
Nama
NIM
.lurusan
: Wahyu Nur Ramadhona
: 107015001379
: Pips Ekonomi
Nama tersebut di atas adaiah benar telah melaksanakan penelitian Tugas Akhir dengan judr"rl
"Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada rnata pelajaran Ekonomi di kelas X
(sepLrluh) SMA Darussalaii.i Ciputat" dari tanggal 20 Mei s.d 31 Mei 2013.
Deniikianlah surat keterangan ini kan-ri buat agar dapat ciipergunakan sebagaimana mestinya.
2013
6#UHo- I crcnM
e1ffi
Agustus
d, S.Ag