HUBUNGAN FAKTOR TRADISI DAN PENDIDIKAN DENGAN … NESA ISMAWATI.… · kebiasaan pantang makan ikan...

110
HUBUNGAN FAKTOR TRADISI DAN PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN BUTON UTARA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan Disusun Oleh NESA ISMAWATI P00312017074 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEBIDANAN KENDARI 2018

Transcript of HUBUNGAN FAKTOR TRADISI DAN PENDIDIKAN DENGAN … NESA ISMAWATI.… · kebiasaan pantang makan ikan...

  • HUBUNGAN FAKTOR TRADISI DAN PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe)

    PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA

    KABUPATEN BUTON UTARA

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Terapan Kebidanan

    Disusun

    Oleh

    NESA ISMAWATI P00312017074

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEBIDANAN

    KENDARI 2018

  • PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

    HUBUNGAN FAKTOR TRADISI DAN PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe)

    PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA

    KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2018

    Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi sarjana

    kebidanan pada program studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan

    Kendari, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikat

    dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk

    mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Politeknik Kesehatan

    Kendari maupun diperguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian

    yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya

    Kendari, 2018

    Nesa Ismawati NIM. P0031217074

  • KATA PENGANTAR

    Pertama - tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah

    Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan

    Karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    Penyusunan skripsi penelitian ini dapat terlaksana dan

    terselesaikan berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai

    pihak, oleh karena itu dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis

    menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan

    yang setinggi - tingginya kepada ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH sebagai

    pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan dorongan,

    petunjuk dan nasehat dalam penelitian serta kemudahan dalam

    berkonsultasi semoga curahan nikmat, keselamatan dan kesehatan dari

    Allah selalu mengiringi beliau dan ibu Hj.Sitti Zaenab, SKM,SST,M.Keb

    sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan,

    tuntunan penelitian di lapangan, cara berpikir konseptual, logis dan ilmiah,

    waktu dan tenaga dengan penuh kesabaran, perhatian serta pengertian

    semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang kekal kepada

    beliau.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sama, juga penulis

    sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu, antara

    lain:

    1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes

    Kendari.

  • 2. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

    Poltekes Kemenkes Kendari

    3. Ibu Askrening, SKM,M.Kes, ibu Hendra Yulita, SKM.,MPH, dan Andi

    Malahayati N, S.Si.T,M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan

    waktu, pikiran dan tenaga dalam ujian skripsi ini.

    4. Semua Staf Dosen dan pengelola pada Jurusan Kebidanan Poltekes

    Kemenkes Kendari yang telah memberikan sumbangsih selama

    penyusunan skripsi ini.

    5. Suami saya tersayang Ardan yang telah memberikan dukungan dan

    motivasi dalam mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.

    6. Kedua orang tua saya serta seluruh keluarga besar yang telah

    memberikan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan pada

    Poltekkes Kemenkes Kendari.

    Rasanya dengan segala kerendahan hati dan senantiasa

    mengharapkan ridhan-Nya karena kepada-Nya jugalah tempat segala

    sesuatu. Penulis terbuka atas segala saran dan kritikan yang konstruktif

    demi perbaikan ke arah yang lebih baik.

    Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa

    melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya bagi teman -

    teman mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Kendari. Amin.

    Kendari, Agustus

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN ………………….……………………….. ii

    HALAMAN PENGESAHAN …..………………………………………… iii

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................. iv

    KATA PENGANTAR........................................................................... v

    DAFTAR ISI…………………………………………………..…………… vi

    RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. vii

    DAFTAR TABEL………………………………………………………….. viii

    DAFTAR LAMPIRAN .…………………………...………………………. ix

    ABSTRAK…………………………………………………………………. x

    ABSTRACT………………………………………………………………... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

    D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka…..………………………... .................................... 11

    B. Landasan Teori……………………………………………………….. 39

  • C. Kerangka Teori……………………………...................................... 42

    D. Kerangka Konsep ………………………………..…………….......... 43

    E. Hipotesis Penelitian …………………………….............................. 43

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian……………........................................................... 44

    B. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 44

    C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 44

    D. Variabel Penelitian………………………........................................ 45

    E. Defenisi Operasional Penelitian ………………….......................... 46

    F. Jenis dan Sumber Data Penelitian…………………………………. 47

    G. Instrumen Penelitian..................................................................... 48

    H. Alur Penelitian………..................................................................... 49

    I. Pengolahan dan Analisis Data ……………………………………. 50

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………....……….

    A. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 54

    B. Pembahasan………………………………………………………….. 65

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………….....…………………..

    A. Kesimpulan……………………………………………………………. 72

    B. Saran…………………………………………………………………... 73

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Diri

    Nama : Nesa Ismawati

    NIM : P00312017074

    Tempat / Tanggal Lahir : Lakudo, 20 Oktober 1988

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Ds. Lelamo, Kec. Kulisusu Utara,

    Kab.Buton Utara

    Email : [email protected]

    B. Pendidikan Formal

    1. SDN 1 Kemaraya, tahun 1994-2000

    2. SMPN 1 Kendari, tahun 2000-2003

    3. SMKN 3 Kendari, tahun 2003-2006

    4. D III Kebidanan Pelita Ibu Kendari, tahun 2006-2009

    5. D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari, 2017-2018

    mailto:[email protected]

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Distribusi Responden Menurut Umur Di Wilayah Kerja

    Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Tabel 2 : Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu

    Utara Kabupaten Buton Utara

    Tabel 3 : Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Di Wilayah Kerja

    Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan

    Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu

    Utara Kabupaten Buton Utara

    Tabel 5 : Distribusi Respoden Berdasarkan Tradisi Atau Kebiasaan

    Makan Di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri

    Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

    Tabel 6 : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah

    Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Tabel 7 : Hubungan Tradisi/Kebiasaan Makan Dengan Kepatuhan

    Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di Wilayah

    Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara

    Tabel 8 : Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kepatuhan

    Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu

    Utara Kabupaten Buton Utara

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Pernyataan kesediaan menjadi responden

    Lampiran 2. Koesioner penelitian

    Lampiran 3. Master tabel

    Lampiran 4. Output SPSS

    Lampiran 5. Dokumentasi penelitian

    Lampiran 6. Surat izin pengambilan data awal

    Lampiran 7. Surat izin penelitian

    Lampiran 8. Surat izin penelitian dari litbang

    Lampiran 9. Surat balasan telah melakukan penelitian

  • ABSTRAK

    Nesa Ismawati¹ Nurmiaty² Sitti Zaenab²

    Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi adalah meminum tablet Fe

    sesuai dengan dianjurkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    hubungan antara faktor tradisi dan pendidikan dengan kepatuhan

    mengknsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

    Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun

    2018. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional

    Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

    terdaftar dan ada di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan

    Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara yang berjumlah 42 orang dengan

    teknik pengambilan sampel adalah total sampling.

    Instrumen penelitian yang digunakan adalah lember kuesioner

    sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square pada taraf

    kepercayaan 90% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

    variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan varibel terikat yaitu :

    tradisi (ρ = 0,013) dan pendidikan (ρ = 0,006).

    Kata Kunci : Tradisi, Pendidikan, Konsumsi Tablet Besi (Fe), Ibu

    Hamil

    Pustaka : 36 Literatur (2003-2018)

    ¹Mahasiswa DIV Kebidanan Poltekkes Kendari

    ²Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari

  • ABSTRACT

    Nesa Ismawati¹ Nurmiaty² Sitti Zaenab²

    Compliance with consuming iron tablets is taking Fe tablets

    according to the recommended. This study aims to determine the

    relationship between tardition factors and education with adherence to

    consumption of iron (Fe) tablets in pregnant women in the work area of

    Waode Buri Community Health Center, North Kulisusu Subdistrict, North

    Buton District in 2018. The type of research used in this study is

    quantitative research using an approach cross sectional study. The

    population in this study were all pregnant women who were registered and

    in the work area of Waode Buri Community Health Center, North Kulisusu

    Subdistrict, North Buton Regency, which consisted of 42 people with total

    sampling technique.

    The research instrument used was lember questionnaire while the

    data analysis used was Chi Square test at 95% confidence level (α =

    0.05). The results show that all independent variables that have a

    relationship with the dependent variable are: tradition (ρ = 0.013) and

    education (ρ = 0.006).

    Keywords: Tradition, Education, Compliance Consuming Iron (Fe)

    Tablets, Pregnant Women Pustaka : 36 literatur (2003-2018)

    ¹Midwifery Students of Poltekkes Kemenkes Kendari

    ²Midwifery Lecturer of Poltekkes Kemenkes Kendari

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang

    diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Zat besi (Fe) juga merupakan

    mineral mikro yang paling banyak ditemukan dalam tubuh yaitu sekitar

    3 -5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Konsumsi tablet Fe sangat

    berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil (Waryana, 2010).

    World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sampai

    saat ini angka kematian ibu masih sangat tinggi. Sekitar 830 wanita

    meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di

    seluruh dunia setiap hari. Salah satu komplikasi kehamilan yang

    sering memberi kontribusi pada angka morbiditas dan mortalitas ibu

    dengan kehamilan dan persalinan adalah anemi zat besi. Pada tahun

    2015, sekitar 303.000 wanita meninggal selama dan setelah

    kehamilan dan persalinan. Angka kematian ibu dan anak yang terjadi

    diseluruh dunia adalah masih sangat tinggi. Angka kematian ibu di

    negara berkembang pada tahun 2015 menurut data yang dirilis WHO

    pada tahun 2017 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup

    dibandingkan 12 per 100.000 kelahiran hidup di negara maju (WHO,

    2017).

    Menurut WHO kejadian anemia sebanyak 2,3 miliar dan 50%

    dari kejadia anemia disebabkan oleh Anemia Defisiensi Besi (ADB),

  • 2

    dan sekitar 75% kejadian anemia di dunia terjadi pada ibu dan anak –

    anak. Sementara untuk kasus anemia diregio asia sendiri mencapai

    202 juta penderita dan sekitar 41,8% adalah ibu hamil dan hampir

    60% anak – anak.

    Data dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016 menunjukan

    angka kematian ibu dan anak di Indonesia berdasarkan Survei

    Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tergolong masih tinggi yaitu 305 per

    100.000 kelahiran hidup.

    Kematian ibu di Indonesian paling sering terjadi pada masa

    persalinan yang disebabkan oleh berbagai komplikasi oleh karena

    adanya berbagai masalah pada fase kehamilan, seperi masalah

    infeksi suatu penyakit dan masalah gizi termasuk kekurangan gizi besi

    yang berdampak pada terjadinya anemia yang dikenal dengan Anemia

    Gizi Besi (AGB). Kementerian Kesehatan dalam melakukan

    pencegahan Anemia Gizi Besi (AGB) adalah dengan pemberian tablet

    besi (Fe). Namun upaya ini masih banyak menemui kendala di

    lapangan oleh karena berbagai faktor.

    Faktor tradisi atau kebiasaan dalam hal ini kebiasaan makan

    pada saat hamil baik dalam bentuk porsi makan, pantang terhadap

    makanan tertentu seperti ikan dapat mempengaruhi asupan gizi

    khususnya gizi besi. Ikan sebagai salah satu sumber makanan yang

    mengandung zat bezi, berdasarkan hasil studi pendahuluan di

    lapangan (di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri) dari 10 orang ibu

  • 3

    hamil yang menjadi responden, sebanyak 9 orang (90%) memiliki

    kebiasaan pantang makan ikan pada saat hamil dengan alasan yang

    kurang rasional seperti akan amis pada saat melahirkan dan bayi yang

    dilahirkan akan mengalami gangguan kulit misalnya gatal – gatal.

    Selain itu dari 10 orang yang responden pada studi pendahuluan ini

    ditemukan bahwa sebanyak 7 orang (70%) mengurangi porsi

    makananya saat hamil. Faktor pendidikan ikut sangat berpengaruh

    terhadap kemampuan seseorang dalam memahami sebuah informasi

    dalam menentukan sikap dan perilakunya termasuk dalam

    memutuskan hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut

    penelitian yang pernah dilakukan oleh Khotimah (2016) di Wilayah

    Kerja Puskesmas Mokoau Kec. Kambu Kota Kendari menemukan

    bahwa 79,4% responden dengan tingkat pendidikan tinggi akan

    memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik termasuk

    mengkonsumsi tablet Fe dan hanya 20,6% responden yang tidak

    melaksanaan pelayanan kesehatan dengan baik. Hal ini menunjukan

    bahwa faktor tingkat pendidikan merupakan salah satu karakter

    individu yang cukup penting dalam menentukan sikap dari seseorang.

    Menurut data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

    Sulawesi Tenggara terdapat 683 kasus anemia zat besi untuk tahun

    2017 dan dari jumlah tersebut sebesar 67,3% adalah ibu hamil dan

    sisanya adalah anak – anak dan usia remaja terutama remaja wanita

    yang memasuki fase minarche. Sedangkan kasus anemia untuk Buton

  • 4

    Utara pada tahun 2017 sebesar 108 kasus dan dari jumlah tersebut

    sebanyak 66 oranga (61,1%) merupakan ibu hamil dan sisanya

    adalah anak – anak, remaja dan lansia (Dinas Kesehatan Buton

    Utara, 2018).

    Pemberian tablet Fe pada ibu hamil banyak mengalami

    kegagalan oleh karena berbagai faktor salah satunya adalah ketidak

    patuhan pasien dalam meminum tablet Fe. Banyak hal yang dapat

    mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi atau

    meminum tablet besi (Fe) antara lain pengetahuan dan sikap,

    kepercayaan, tradisi, orang penting sebagai referensi, sumber daya

    seperti ketersedian tablet Fe, tenaga kesehatan dan fasilitas

    kesehatan dan lain sebagainya (Galloway, MrGuire,1994 dalam

    Soraya, 2013).

    Provinsi Sulawesi Tenggara Angka Kematian Ibu (AKI) pada

    tahun 2016 masih mengalami peningkatan yaitu 149 per 100.000

    kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun 2015 hanya 131 per

    100.000 kelahiran hidup. Kondisi ini tentu masih lebih tinggi diatas

    target MDG’s tahun 2016 yaitu 105 per 100.000 kelahiran hidup.

    Sedangkan Kabupaten Buton Utara sendiri AKI pada tahun 2016 juga

    masih tinggi yaitu 233 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk

    Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tenggara per 1000 kelahiran

    hidup adalah 3, sedangkan Kabuten Buton Utara sendiri dengan AKB

    4 per 1000 kelahiran hidup. Masih tingginya AKI dan AKB ini

  • 5

    dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah komplikasi pada

    masa kehamilan dan waktu persalinan seperti kurang gizi dan anemia

    (Dinkes Provinsi Sultra, 2017).

    Data Puskesmas Waode Buri pada tahun 2017 terdapat 122 ibu

    hamil yang memeriksakan kehamilannya dan didapatkan 9 kasus

    (7,73%) yang mengalami anemia dan jumlah ibu hamil pada tahun

    2018 dari periode Januari sampai dengan Mei 2018 sebesar 42 ibu

    hamil dengan kasus anemis sebanyak 4 orang (9,52%). Kejadian

    anemia pada ibu hamil yang terjadi di Puskesmas Waode Buri

    dapat dipengaruhi oleh rendahnya cakupan pemberian tablet zat

    besi (Fe) yaitu 58,2% yang jauh dibawah target nasional yaitu 85%.

    Rendahnya cakupan pemberian tablet besi (Fe) ini sebagai akibat dari

    kurangnya motivasi dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi

    tablet besi (Fe) oleh karena itu peneliti tertarik mengadakan penelitian

    dengan judul “ Hubungan Faktor Tradisi dan Pendidikan dengan

    Kepatuhan Mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu Hamil di

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara Tahun 2018”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkanpada latar belakang maka dirumuskan masalah

    dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara faktor tradisi

    (kebiasaan makan saat hamil) dan Pendidikan dengan kepatuhan

  • 6

    konsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

    Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui hubungan faktor tradisi (kebiasaan makan saat

    hamil) dan Pendidikan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet

    besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri

    Kecamatan Kulisusu Utara.

    2. Tujuan khusus

    a. Untuk mengetahui kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi

    (Fe) di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu

    Utara.

    b. Untuk mengetahui tradisi (kebiasaan makan) ibu hamil di wilayah

    kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.

    c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu hamil di wilayah kerja

    Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.

    d. Untuk menganalisis hubungan faktor tradisi dengan kepatuhan

    mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja

    Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    e. Untuk menganalisis hubungan pendidikan dengan kepatuhan

    mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu hamil di wilayah kerja

    Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara.

  • 7

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat teoritis

    Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan sumber

    informasi atau referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut

    sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

    pengetahuan terutama tentang kepatuhan ibu hamil dalam

    mengkonsumsi tablet besi (Fe).

    2. Manfaat praktis

    Sebagai informasi dan masukan bagi pemerintah khususnya

    instansi terkait dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan

    yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil dan sebagai

    informasi bagi masyarakat khususnya ibu hamil terkait pentingnya

    mengkonsumsi tablet Fe.

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi atau

    yang berhubungan dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)

    pada ibu hamil memang telah dilakukan di beberapa daerah di

    Indonesia. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan relevan

    dengan penelitian ini antara lain :

    1. Penelitian Wibowo (1992), di Cianjur dengan judul “Faktor Sosial

    Budaya yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam

    Menggunakan Pil Besi di Cianjur” Hasil penelitian: Ditemukan

    secara konseptual dengan pendekatan FGD, ada hubungan antara

  • 8

    variabel independen dengan variabel dependen, walaupun dari uji

    statistik tidak terbukti. Responden belum tahu persis manfaat tablet

    besi. Temuan dari Focus Groups Discussion, responden ibu hamil

    tidak patuh minum tablet besi karena lupa.

    Penelitian Wibowo (1992) memiliki perbedaan yakni

    penelitian Wibowo dengan teknik random sampling sedangkan

    dalam penelitian ini dengan non random sampling, dalam penelitian

    Wibowo (1992) tidak melihat tradisi atau kebiasaan pada

    responden sedangkan dalam penelitian ini unit variabel bebas

    yang diamati salah satunya adalah sosial budaya dalam arti

    kebiasaan atau tradisi responden.

    2. Penelitian Ipa dkk., (2016), “Praktek Budaya Perawatan dalam

    Kehamilan, Persalinan dan Nifas Pada Etnik Baduy Dalam”. Hasil

    penelitian: Masyarakat Suku Baduy Dalam lebih mengacu pada

    sistem budaya pelayanan kesehatan tradisional, mereka lebih

    memilih berobat ke dukun, paraji (dukun bayi) setempat, sedang

    pengobatan modern sebagai pilihan sekunder. Praktik terkait

    budaya selama kehamilan, persalinan dan nifas yang

    membahayakan kesehatan antara lain pemijatan perut saat

    kehamilan; prosesi melahirkan secara mandiri, tempat persalinan

    situasional (saung/rumah), lama waktu menunggu paraji,

    pemotongan tali pusat, usia pertama kali melahirkan, melakukan

  • 9

    aktivitas berat, larangan menggunakan pakaian dalam dan

    pembalut wanita.

    Penelitian Ipa dkk., (2016) memiliki perbedaan dengan

    penelitian ini yaitu analisis data yang dilakukan secara kualitatif dan

    bidang penelitian Ipa dkk., (2016) lebih spesifik kebudaya

    perawatan ibu dalam masa kehamilan sedangkan penelitian ini

    lebih melihat kebiasaan secara spesifik terkait kepatuhan konsumsi

    tablet besi pada ibu hamil.

    3. Penelitian oleh Ramawati dan Sejati (2008) di Banyumas dengan

    judul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil

    dalam Mengkonsumsi Tablet Besi di Desa Sokaraja Tengah

    Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas”. Hasil penelitian:

    didapatkan 41,3% kepatuhan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,

    faktor sikap, faktor nilai dan kepercayaan, faktor tingkat

    penghasilan, faktor tingkat pendidikan, faktor fasilitas sarana

    kesehatan, faktor prilaku petugas kesehatan dan faktor peran serta

    keluarga. Sedangkan sisanya 58,7% adalah faktor lain yang tidak

    terungkap.

    Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian

    Ramawati dan Sejati (2008) yaitu tidak melihat secara spesifik

    hubungan faktor sosial budaya seperti unsur kebiasaan atau tradisi

    dari ibu hamil

  • 10

    Berdasarkan penelusuran beberapa hasil penelitian

    terdahulu belum pernah dilakukan penelitian yang betul – betul

    sama persis dengan penelitian ini, terutama dari segi lokasi atau

    wilayah penelitian dan juga dari aspek nilai sosial budaya seperti

    kebiasaan atau tradisi. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan

    bahwa penelitian ini baru akan dilaksanakan khususnya di wilayah

    kerja Puskesmas Waode Buri Kabupaten Buton Utara.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka

    1. Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi (Fe)

    a. Pengertian Kepatuhan

    Notoatmodjo (2007) memberi batasan pengertian tentang

    kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya suka, menurut, taat

    melaksanakan perbuatan sesuai aturan yang dianjurkan.

    Kepatuhan adalah tingkat perilaku seseorang dalam mengambil

    suatu tindakan dan kepentingannya. Berdasarkan konsep ini dapat

    diartikan bahwa kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe) adalah

    meminum tablet Fe sesuai dengan dianjurkan.

    b. Pengukuran Kepatuhan

    Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan dua cara

    yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran

    secara langsung dapat dilakukan dengan melihat kadar

    hemoglobin, hemotokrit atau feritin serum. Kekurangan dari cara

    pengukuran ini antara lain keakuratan pengukuran langsung

    dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup serta serta dapat

    diperoleh hasil yang biasa karena ketidaknyamanan pasien

    (Galloway & McGire, 1994 dalam Soraya, 2013).

    Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui

    observasi atau pengawasan tablet yang dikonsumsi oleh petugas

  • 12

    kesehatan, laporan pasien, perhitungan jumlat tablet yang

    dikonsumsi, wawancara dengan pasien, penggunaan kalender

    untuk mengingatkan dan merekam tablet yang dikonsumsi.

    Diantara beberapa cara tersebu pelaporan pasien adalah

    merupakan cara yang paling diandalkan (Galloway & McGire,

    1994 dalam Soraya, 2013).

    Dalam suatu studi yang telah dilakukan oleh Vongvichit dkk

    (2003), kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dapat

    dibagi dam dua kategori yaitu kepatuhan tinggi dan kepatuhan

    rendah. Dikatakan kepatuhan tinggi jika tablet besi (Fe) yang

    dikonsumsi setiap hari atau > 3 hari dalam minggu. Jika ibu hamil

    hanya mengkonsumsi zat besi selama ≤ 3 hair dalam minggu

    (Vongvichit dkk, 2010).

    c. Tablet Besi (Fe)

    Penanggulangan anemia gizi besi termasuk pada ibu

    hamil di Indonesia masih terfokus pada pemberian tablet tambah

    darah tablet besi (Fe). Pemberian tablet zat besi merupakan slah

    satu pelayanan asuhan standar minimal yang diberikan pada

    kunjungan antenatal. Tablet besi biasanya diberikan 90 tablet

    selama kehamilan, yang diberikan pada trisemester III. Tiap tablet

    mengandung fero sulfat (SO4) 300 mg zat besi 60 mg) (Saifuddin,

    2006).

  • 13

    Zat besi (Fe) lebih mudah diserap dari usus halus dalam

    bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi

    yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat di dalam sel-sel

    mukosa usus. Pada kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% dari

    zat besi (Fe) yang terdapat di dalam makanan diserap ke dalam

    mukosa usus, tetapi dalam kondisi defisiensi lebih banyak zat besi

    (Fe) dapat diserap untuk menutupi kekurangan tersebut.

    Dalam tubuh zat besi (Fe) tidak terdapat bebas, tetapi

    berasosiasi dengan molekul protein. Dalam timbunan, zat besi

    (Fe) berbentuk ferri dan berasosiasi denganprotein membentuk

    Ferritin. Komponen proteinnya disebut apoferin. Dalam kondisi

    transport, zat besi(Fe) terdapat dalam bentuk ferro dan

    berasosiasi dengan protein membentuk transferin. Komponen

    protein diberi nama apotransferin. Transferin di dalam plasma

    darah disebut serotransferin, dan di dalam telur disebut

    ovotransferin. Perbedaan dalam karakteristik komponen

    proteinnya. Selama kehamilan zat besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh

    lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi (Fe) bagi

    wanita hamil dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan basal, juga

    untuk pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak

    serta janin dan plasentanya. Seiring dengan bertambahnya umur

    kehamilan, zat besi (Fe) yang dibutuhkan semakin banyak,

  • 14

    dengan demikian resiko anemia zat besi (Fe) semakin besar

    (Waryana, 2010).

    d. Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil

    Jumlah besi yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh

    bebepara faktor. Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan

    kehamilan dan laktasi pada wanita) dan jumlah darah dalam

    badan dalam hal ini Hb dapat mempengaruhi kebutuhan. Dalam

    keadaan normal wanita memerlukan zat besi 12 mg sehari guna

    memenuhi ambilan 1,2 mg sehari. Sedangkan pada wanita atau

    ibu hamil dan menyusui diperlukan tambahan asupan untuk

    mengantisipasi peningkatan absorpsi besi yang bisa mencapai 5

    mg perhari (Waryana, 2010).

    Kebutuhan zat besi (Fe) pada ibu hamil akan meningkat

    untuk pembentukan plasentadan sel darah merah sebesar 200-

    300%. Perkiraan besar zat besi (Fe) yang tertimbun selama hamil

    ialah 1.040 mg. dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh

    ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg

    zat besi (Fe) ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 untuk

    pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah sel darah

    merah, dan 200 mg lenyap melalui diet. Karena itu, suplementasi

    zat besi (Fe) perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita

    yang berstatus gizi baik.Untuk menjaga agar tidak berkurang dan

    mencegah kekurangan, setiap ibu hamil sebanyak 30 mg tiap hari.

  • 15

    Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan. Oleh

    karena itu, suplemen terbesar 30-60 mg dimulai pada minggu ke

    12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pasca partum perlu

    diberikan setiap hari (Arisman, 2009).

    Kebutuhan zat besi (Fe) meningkat untuk pembentukan

    plasenta dan sel darah merah serta persiapan darah yang akan

    hilang saat melahirkan. Penigkatan kebutuhan zat besi (Fe) 100 :

    300 % ibu hamil dianjurkan mendapat suplementasi zat besi (Fe)

    30 – 60 mg/hari selama trimester 2 dan 3 sampai 3 bulan pasca

    partum (Waryana, 2010).

    Rata-rata kebutuhan gizi zat besi (Fe) pada waktu hamil

    berdasrkan usia kehailan adalah sebagai berikut :

    1) Pada triwulan I

    Zat besi (Fe) yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk

    kebutuhan basal 0,8 mg/hari di tambah dengan kebutuhan janin

    ret sel mass 30-40 mg.

    2) Pada triwulan II

    Zat besi (Fe) yang diperlukan adalah kurang lebih 5 mg/hari

    yaitu untuk kebutuha basal 0,8/hari dengan kebutuhan ret sel

    mass 300 mg dan conceptus 115 mg.

    3) Pada triwulan III

    Zat besi (Fe) dibutuhkan adalah 5 mg/ hari yaitu untuk

    kebutuhan basal 0,8/hari dengan kebutuhan ret sel mass 150

  • 16

    mg dan conceptus 223 mg. maka kebutuhan pada triwulan II

    dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi (Fe) yang didapat

    dari makanan (Waryana, 2010).

    e. Fungsi Zat Besi

    Dalam tubuh zat besi berperan sebagai alat angkut

    oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron

    pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim

    pembentukan kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan

    (Ani, 2015).

    Selama kehamilan zat besi (Fe) yang dibuhkan oleh tubuh

    lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi (Fe) bagi

    wanita hamil dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan basal, juga

    untuk pembentukan sel-sel darah yang semakin banyak serta

    janin dan plasentanya, seiring dengan bertambahnya umur

    kehamilan, zat besi (Fe) yang dibutuhkan semakin banyak,

    dengan demikian resiko anemia zat besi (Fe) semakin besar

    (Waryana, 2010).

    f. Sumber zat Besi (Fe)

    Besi dalam daging berada dalam bentuk hem, yang

    mudah diserap sedangkan besi non hem dalam tumbuhan tidak

    mudah diserap. Makanan yang mengandung besi dalam kadar

    tinggi (> 5 mg/100 gr) adalah jantung, hati, kuning telur, ragi,

    gerang, kacang – kacarangan dan buah – buahan kering tertentu.

  • 17

    Makanan yang mengandung besi dalam jumlah sedang ( 1 – 5

    mg/100 gr) antara lain daging, ikan, unggas, sayuran yang

    berwarna hijau dan buji – bjian. Sedangkan susu atau produknya

    dan sayuran yang kurang hijau mengandung besi dalam jumlah

    yang rendah (1 mg/100 gr) (Dewoto & Wardini, 2012).

    g. Dampak Kekurangan Zat Besi

    Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yaitu

    suatu kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal (dibawah

    dari 11 gr/dl). Di Indonesia anemia umumnya disebabkan karena

    oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan anemia

    zat bezi. Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah

    kekurangan zat besi yang berasal dari makanan. Anemia

    defisiensi gizi besi paling sering terjadi pada wanita yang

    mengalami masa kehamilan, menyusui dan wanita masa subur

    (Waryana, 2010).

    Kekurangan zat besi dapat menimbulkan hambatan atau

    gangguan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel

    otak. Beberapa gangguan atau risiko yang terjadi pada ibu hamil

    dengan anemia antara lain :

    1) Kematian janin dalam kandungan

    2) Terjadinya abortus

    3) Cacat bawaan pada bayi

    4) Risiko adanya BBLR

  • 18

    5) Terjadinya anemia pada bayi yang dilahirkan (Waryana,

    2010).

    Penyebab langsung terjadinya anemia pada ibu hamil

    adalah karena banyak berpantang makanan tertentu, sehingga

    dapat memperburuk keadaan anemia. Biasa ibu hamil enggan

    makan daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya dengan

    alasan yang tidak rasional. Selain karena adanya pantangan

    terhadap makanan hewani juga faktor ekonomi merupakan

    penyebab pola konsumsi masyarakat yang kurang baik, tidak

    semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam

    setiap kali makan. Dimana tampa disadarai pangan hewani

    merupakan sumber zat besi yang tinggi absorpsinya. Pada ibu

    hamil yang menderita anemia gizi besi yang tergolong berat dapat

    meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi

    (Waryana, 2010).

    h. Efek Samping Zat Besi (Fe)

    Suplemen oral zat besi (Fe) dapat menyebabkan mual,

    muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi ( kadang-

    kadang diare). Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap

    preparat tergantung pada jumlah elemen zat besi (Fe) yang

    diserap. Takaran zat besi (Fe) diatas 60 mg dapat menimbulkan

    efek samping yang tidak dapat diterima pada ibu hamil sehingga

    terjadi ketidak patuhan pemakaian obat ini merupakan penyebab

  • 19

    utama ketidak berhasilan dalam merespon terapi dan diperlukan

    konseling individual dan dilaksanakan dengan tepat serta simultan

    (Dewoto & Wardini, 2012).

    Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa.

    Intoksikasi akut dapat terjadi setelah menelan sediaan Fe

    sebanyak 1 gr. Kelainan utama dapat terjadi pada saluran cerna

    mualai dari iritasi, korosi sampai terjadi nekrosis. Gejala yang

    timbul biasanya berupa mual, muntah, diare, hematemesis serta

    feces berwarna hitam karena perdarahan pada saluran cerna,

    syok dan akhirnya kolaps kardiovaskuler dengan bahaya

    kematian. Gejala intoksikasi tersebut dapat timbul dalam waktu 30

    menit atau beberapa jam setelah minum obat (Dewoto & Wardini,

    2012).

    2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil dalam

    Meminum Tablet Zat Besi (Fe)

    a. Faktor Tradisi/Kebiasaan

    1) Pengertian Tradisi

    Tradisi atau disebut juga dengan kebiasaan merupakan

    sesuatu yang sudah dilaksanakan sejak lama dan terus

    menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,

    seringkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu,

    atau agama yang sama. Pengertian lain dari tradisi adalah

  • 20

    segala sesuatu yang diwariskan atau disalurkan dari masa lalu

    ke masa saat ini atau sekarang (Saefullah, 2007).

    Tradisi dalam arti yang sempit yaitu suatu warisan-

    warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni yang

    tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih tetap kuat

    ikatannya dengan kehidupan masa kini. Tradisi dari sudut

    aspek benda materialnya adalah benda material yang

    menunjukkan dan mengingatkan hubungan khususnya

    dengan kehidupan masa lalu. Misalnya adalah candi, puing

    kuno, kereta kencana, beberapa benda-benda peninggalan

    lainnya, jelas termasuk ke dalam pengertian tradisi (Saefullah,

    2007).

    2) Tujuan Tradisi

    Tradisi yang ada pada masyarakat memiliki tujuan

    supaya hidup manusia kaya akan budaya dan nilai-nilai

    bersejarah. Selain itu, dalam lingkungan yang lebih luas tradisi

    juga akan membuat kehidupan menjadi harmonis. Tetapi hal

    ini akan terwujud jika manusia menghargai, menghormati dan

    menjalankan suatu tradisi dengan baik dan benar dan juga

    sesuai dengan aturan (Saefullah, 2007).

    3) Fungsi Tradisi

    Beberapa fungsi dari sebuah tradisi adalah :

    a) Penyedia fragmen warisan historis

  • 21

    Fungsi dari tradisi adalah sebagai penyedia fragmen

    warisan historis yang kita pandang bermanfaat. Tradisi

    yang seperti suatu gagasan dan material yang bisa

    dipergunakan orang dalam tindakan saat ini dan untuk

    membangun masa depan dengan dasar pengalaman

    masa lalu. Misalnya adlah peran yang harus diteladani

    seperti tradisi kepahlawanan, kepemimpinan karismatis

    dan lain sebagainya (Saefullah, 2007).

    b) Memberikan legitimasi pandangan hidup

    Fungsi tradisi adalah untuk sebagai pemberi

    legitimasi pada pandangan hidup, keyakinan, pranata dan

    aturan yang telah ada. Semuanya ini membutuhkan

    pembenaran agar bisa mengikat anggotanya. Seperti

    wewenang seorang raja yang disahkan oleh tradisi deri

    seluruh dinasti terdahulu (Saefullah, 2007).

    c) Menyediakan simbol identitas kolektif

    Fungsi tradisi adalah menyediakan simbol identitas

    kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primodial

    kepada bangsa, komunitas dan kelompok. Seperti tradisi

    nasional dengan lagu, bendera, emblem, mitologi dan

    ritual umum (Saefullah, 2007).

  • 22

    d) Sebagai Tempat Pelarian

    Fungsi tradisi adalah untuk membantu sebagai

    tempat pelarian dari keluhan, ketidakpuasan dan

    kekecewaan kehidupan modern. Tradisi yang

    mengesankan masa lalu yang lebih bahagian

    menyediakan sumber pengganti kebangaan jika

    masyarakat berada dalam kritis (Saefullah, 2007).

    Tradisi kedaulatan dan kemerdekaan di masa lalu

    bisa membantuk suatu bangsa untuk bertaan hidup ketika

    berada dalam penjajahan. Tradisi kehilangan

    kemerdekaan, cepat atau lambat akan merusak sistem

    tirani atau kediktatoran yang tidak berkurang di masa kini.

    Kebiasaan makan merupakan hal yang sedikit

    berbeda dengan pola makan, dimana pola makan lebih

    formal sedangkan kebiasaan makan lebih kearah

    personal. Kebiasaan makan ini dapat digambarkan

    misalnya seseorang memiliki kebiasaan makan makanan

    pokok dalam bentuk nasi tapi tetangga anda memiliki

    kebiasaan makan makanan pokok dalam bentuk jagung.

    Bahkan dalam satu rumah tangga, setiap anggota

    keluarga memiliki kebiasaan makan yang berbeda –

    beda, apakah dari segi jenis, frekuensi dan jumlah serta

    pantang terhadap makanan tertentu pada waktu – waktu

  • 23

    tertentu. Kebiasaan makan yang lain misalnya seorang

    suami selalu sarapan pagi sebelum kekantor atau

    seorang ibu hamil yang memiliki kebiasaan mengurangi

    porsi makannya pada saat hamil.

    Bicara tentang jumlah, seseorang memiliki

    kebiasaan makan 2 potong ikan setiap kali makan akan

    tetapi orang lain mungkin cukup satu potong saja. Jadi

    kesimpulannya kebiasaan makan sifatnya lebih personal

    dan terbentuk berdasarkan selera makan dan

    ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga dan

    lingkungan sekitarnya (Waryana, 2010).

    b. Faktor Sosial Budaya

    1) Pengertian

    Secara umum konteks sosial budaya dapat diartikan

    tingkahlaku manusia atau kelompok manusia dalam

    memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap, kebiasaan dan

    kepercayaan yang dipengaruhi oleh budaya setempat. Sistem

    sosial budaya pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap

    dalam menerima informasi (Zahro, 2012).

    Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya

    bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya

    turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-

    budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial

  • 24

    manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut

    membekali anggota-anggotanya dengan pedoman

    mengenai perilaku yang layak

    Aspek sosial budaya ini mencakup pada setiap

    trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada

    zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam

    menanggapi hal ini.Perilaku kesehatan merupakan salah

    satu faktor perantara pada derajat kesehatan. Perilaku yang

    dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau

    masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan

    masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku

    sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi

    terhadap gejala penyakit yang biasanya dipengaruhi oleh

    pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan,

    norma, nilai, dan segala aturan (sosial law) dalam

    masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya

    (Zahro, 2012).

    2) Aspek sosial budaya pada ibu hamil

    Beberapa komponen aspek sosial budaya dan perilaku

    yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas

    diantaranya :

    a) Health Believe: Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara

    turun-temurun.

  • 25

    Beberapa tardisi yang masih dilaksanakan secara

    turun temurun seperti adanya beberapa makanan

    pantang bagi ibu hamil. Tradisi adanya makananan

    pantang ini bagi ibu hamil jugamerupakan budaya suku

    jawa secara turun temurun salah satunya adalah adat-

    istiadat, pantang makanan dan kebiasaan yang sering

    kali mencegah orang memanfaatkan makanan yang

    tersedia bagi mereka. Kebiasaan makanan beragam

    dalam konteks budaya, mengubah kebiasaan, bukan

    hal yang mudah, mengingat dari semua kebiasaan

    yang paling sulit diubah adalah kebiasaan makanan.

    Kepercayaan- kepercayaan kita terhadap apa yang dapat

    dimakan atau tidak boleh dimakan, keyakinan yang

    berhubungan dengan kesehatan dan ritual, ini telah

    ditanamkan sejak usia muda. Kebiasaan makan

    sebagaimana halnya dengan kebiasaan-kebiasaan lain

    hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya secara

    menyeluruh (Suryawati, 2007).

    b) Life Style : Gaya hidup yang berpengaruh terhadap

    kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok

    atau gaya hidup perokok yang juga termasuk bagian dari

    aspek sosial budaya (Suryawati, 2007).

  • 26

    c) Health Seeking Behavior : Salah satu bentuk perilaku

    sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang

    sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan tetapi cukup

    dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun

    (Suryawati, 2007).

    Salah satu budaya masyarakat yang juga sudah

    berlangsung secara turun temurun adalah kebiasaan pijat

    pada ibu hamil yang bertujuan untuk memperbaiki posisi

    janin. Budaya atau kebiasaan masyarakat yang sering

    menjadi hambatan dalam peenuhan kebutuhan gizi besi

    pada seorang ibu hamil adalah kebiasaan makan. Kebiasaan

    makan yang dapat menghambat asupan gizi besi pada ibu

    hamil antara lain adalah kebiasaan porsi makan yang

    dikurangangi. Biasanya pada fase kehamilan seorang ibu tak

    jarang mengurangi posrsi makan dengan tujuan utnuk

    menghindari bobot bayi yang terlalu besar sehingga

    menyulitkan saat persalinan. Selain itu karena adanya

    berbagai jenis makanan pantang yang mereka yakini pada

    saat hamil. Makanan pantang terkadang merupakan akanan

    yang mengandung sumber zat besi hewani (Waryana, 2010).

    Budaya adalah kompleks yang mencakup

    pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum dan adat

    istiadat menurut EB Taylor sedangkan menurut

  • 27

    Soemardjan adalah semua hasil karya, rasa cipta,

    masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung,

    kebutuhan makanan dan minum, pakaian dan perhiasan serta

    mepunyai kepribadian. Budaya berkenaan dengan cara

    manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa,

    mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut

    budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan,

    praktek komunikasi, tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan

    politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola

    budaya (Erdila & Mita. 2013).

    Budaya berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan

    efisien dalam menghadapi lingkungan kebudayaan bukan

    sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan

    diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik

    lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Hubungan

    antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh

    kebudayaan yang dimilikinya. Dilihat dari segi kebudayaan

    dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi

    manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada

    kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian

    pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun

    lingkungan sosialnya (Erdila & Mita, 2013).

  • 28

    Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah

    berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang

    dikembangkan oleh suatu masyarakat disesuaikan dengan

    kebutuhan tertentu dari lingkungannya, dengan kata lain;

    kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan mungkin akan

    memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadap

    keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang

    menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya (Zahro,

    2012).

    Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir

    akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia

    akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya

    manusia juga akan ikut berkembang dan berubah dari masa

    ke masa. Hal ini terjadi pula pada budaya kesehatan yang

    ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami

    perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat

    dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di

    masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa

    sekarang dan mendatang (Ola & Meninda, 2013).

    Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor

    perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat.

    Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan

  • 29

    melakukan persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan

    peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih

    banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan

    dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka

    bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam

    kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih

    memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan

    yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan

    membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan.

    Melalui kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam

    kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun

    orang lain.komunikasi, tindakan sosial, kegiatan ekonomi

    dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola

    budaya (Zahro, 2012).

    Budaya berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan

    efisien dalam menghadapi lingkungan kebudayaan bukan

    sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan

    diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik

    lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Hubungan

    antara manusia dengan lingkungannya dijembatani oleh

    kebudayaan yang dimilikinya. Dilihat dari segi kebudayaan

    dapat dikatakan bersifat adaptif karena melengkapi

    manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada

  • 30

    kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian

    pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun

    lingkungan sosialnya (Wahyuni, 2010).

    Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah

    berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang

    dikembangkan oleh suatu masyarakat disesuaikan dengan

    kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya, dengan

    kata lain; kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan

    mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda

    terhadap keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang

    menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya (Erdila &

    Mita, 2013).

    Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir

    akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia

    akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya

    manusia juga akan ikut berkembang dan berubah dari masa

    ke masa. Hal ini terjadi pula pada budaya kesehatan yang

    ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami

    perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat

    dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di

    masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa

    sekarang dan mendatang (Erdila & Mita, 2013).

  • 31

    Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor

    perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat.

    Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan

    melakukan persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan

    peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih

    banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan

    dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka

    bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam

    kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih

    memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan

    yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan

    membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan.

    Melalui kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam

    kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun

    orang lain (Zahro, 2012).

    c. Faktor Pendidikan

    1) Pengertian pendidikan

    Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara

    sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan

    perkembangan potensi dan kemampuan seseorang agar

    bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang

    individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan

  • 32

    memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian

    yang sesuai (Mudyaharjo, 2001).

    Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek

    dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap

    generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar

    melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

    sosio budaya. Oleh karena itu, setiap masyarakat pluralistic di

    zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih

    sebagai pendidik bagi kepentingan yang berkelanjutan

    (regenerasi) dari masing - masing masyarakat atau individu

    yang bersangkutan. Beragam permasalahan dalam

    pendidikan dalam pendidikan apabila tidak dapat dihilangkan

    sama sekali, paling tidak hal itu perlu diperkecil, sehingga

    persoalan-persoalan yang muncul tidak menggangu

    tercapainya tujuan pendidikan umumnya, atau tujuan

    pembelajaran khususnya (Sukardjo & Komarudin, 2009).

    Salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau

    memperkecil permasalahan yang timbul adalah dengan

    berpijak pada teori-teori pendidikan. Dengan demikian,

    penguasaan atas dasar-dasar pendidikan diharapkan menjadi

    cakrawala yang memberikan bekal bagi pelaku pendidikan

    dalam rangka memperkecil persoalan pendidikan dan

    memecahkan beragam permasalahan pendidikan pada

  • 33

    umumnya, dan pembelajaran pada khususnya (Sukardjo &

    Komarudin, 2009).

    2) Pendidikan kesehatan

    Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah

    segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi

    orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat

    sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

    pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan salah

    satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam

    mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku

    sehat.

    Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan

    adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat

    agar masyarakat mau melakukan tindakan- tindakan untuk

    memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi

    dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu

    bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang

    kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran.

    Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan

    memiliki beberapa tujuan antara lain :

    a) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

  • 34

    b) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap

    masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada

    mereka ditambah dengan dukungan dari luar.

    c) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk

    meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan

    masyarakat.

    1) Sasaran Pendidikan Kesehatan

    Menurut Notoadmojo (2007) sasaran pendidikan

    kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :

    a) Sasaran Primer (Primary Target)

    Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran

    langsung segala upaya pendidikan atau promosi

    kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,

    maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala

    keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan

    menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),

    anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan lain

    sebagainya.

    b) Sasaran sekunder (secondary target)

    Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para

    tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan

    sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan

    memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok

  • 35

    ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan

    memberikan pendidikan kesehatan kepada

    masyarakat di sekitarnya.

    c) Sasaran tersier (tertiary target)

    Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan

    baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dengan

    kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan

    oleh kelompok ini akan mempunyai dampak langsung

    terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada

    masyarakat umum.

    d. Faktor Usia

    Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang

    tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan

    lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi

    kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi

    maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa (Mochtar, 1998).

    Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara

    rasional dan matang termasuk berpikir dan bersikap tentang

    pentingnya mengkonsumsi tablet besi (Fe) ketika menjalani fase

    kehamilan (Notoadmodjo, 2010).

    e. Faktor Pekerjaan

    Jenis pekerjaan seseorang akan memepengaruhi

    penghasilan yang yang akan diperoleh. Semakin baik jenis

  • 36

    pekerjaan seseorang makan semakin tinggi atau semakin baik

    pula penghasilannya. Penghasilan atau pendapatan seseorang

    dapat mempengaruhi sikap dan perilaknya terutama saat akan

    mengambil keputusan tentang sesuatu hal (Notoadmodjo, 2010).

    f. Faktor Pendapatan/Penghasilan Keluarga

    Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur

    kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan

    masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu

    masyarakat. Sukirno (2006). Pendapatan adalah jumlah

    penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya

    selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan

    maupun tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan

    memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari

    penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan

    (Kumendong dkk, 2015).

    g. Faktor Pengetahuan

    Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau

    pengalaman orang lain. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh

    tingkat pendidikan dari seseorang karena semakin tinggi tingkat

    pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam mesintesis

    atau menerima informasi tertentu. Seorang ibu hamil dengan

    pengalamannya dapat membentuk pengetahuannya tentang

  • 37

    sesuatu hal sehingga dapat merubah pola pikir dan juga

    perilakunya (Notoadmodjo, 2010).

    h. Faktor Kepercayaan

    Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua ataupun tokoh

    masyarakat. Seseorang menerima keyakinan tersebut

    berdasarkan keyakinan tanpa adanya pembuktian terlebih

    dahulu. Keyakinan disuatu daerah atau wilayah tertentu terbentuk

    menjadi suatu tradisi atau kebiasaan - kebiasaan (Notoatmodjo,

    2010).

    i. Faktor Dukungan Keluarga

    Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam

    lingkungan keluarga dan budaya yang kompleks atau

    bermacam-macam. Pada kenyataanya peranan suami dan

    keluarga sangat besar bagi ibu hamil dalam mendukung

    perilaku atau tindakan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan

    kesehatan. Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo, 2007)

    menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang

    ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan

    masyarakat sekitarnya (social support). Orang yang tinggal

    dilingkungan yang menjunjung tinggi aspek kesehatan akan

    lebih antusias dalam menjaga kesehatannya. Sebaliknya

    mereka yang tinggal dilingkungan dengan pola hidup tidak

    sehat/tidak memperhatikan kesehatan akan cenderung tidak

  • 38

    perduli dengan pencegahan penyakit atau pemeriksan

    kesehatan secara teratur (Notoatmodjo, 2010).

    j. Faktor Orang Penting/Sumber Referensi

    Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang –

    orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting

    maka apa yang dia katakan cenderung untuk dilaksanakan.

    Orang – orang penting itu sering disebut sebagai sumber

    referensi (reference group), antara lain kepala adat, kepala desa,

    tokoh agama, alim ulama, tenaga medis, guru dan lain

    sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

    k. Faktor Sumber Daya

    Faktor sumber daya merupakan salah satu faktor yang ikut

    mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam mengikuti aturan

    atau petunjuk tertentu. Sumber daya yang dapat mempengaruhi

    kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe)

    dintaranya fasilitas, uang, waktu, tenaga dan lain sebagainya

    (Notoatmodjo, 2010).

    l. Faktor Hubungan pasien dengan Tenaga Kesehatan

    Kualitas hubungan petugas kesehatan dengan pasien

    sangat penting dalam mempengaruhi kepatuhan, meskipun

    kualitas bukan berarti bahwa pasien diberikan informasi yang

    lebih. Keterlibatan pasien, kejelasan pesan yang disampaikan

    dan bgaimana disampaikan penting dalam meningkatkan

  • 39

    dinamika antara pasien dan petugas kesehatan (Galloway &

    McGuire, 1994 dalam Soraya, 2013).

    m. Faktor Ketersediaan

    Ketersediaan apapun yang akan dibutuhkan oleh pasien

    saat mengunjungi pelayanan keseehatan sangat berperan dalam

    mempengaruhi kepatuhan pasien. Jika pasien berkunjung pada

    fasilitas layanan dan tidak menemukan apa yang dibutuhkan ini

    akan mengurangi keyakinan pasien gterhadap tempat layanan

    kesehatan tersebut. Hubungan yang baik antara pasien dengan

    petugas kesehatan tidak akan mempengaruhi kepatuhan pasien

    apa bila ketersediaan tablet besi terbatas atau tidak ada

    (Galloway & Mc Guire, 1994 dalam Soraya, 2013).

    B. Landasan Teori

    Menurut Lawrence Green seperti yang dikutip oleh

    Notoatmodjo (2010) sebuah perilaku kesehatan termasuk perilaku

    kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi

    (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor

    yang memperkuat atau faktor pendorong (reinforcing factors).

    Faktor predisposisi (predisposing fators), faktor ini digunakan

    untuk menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai

    kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang

    berbeda – beda. Hal ini disebabkan oleh adanya ciri – ciri individu

    yang digolongkan ke dalam ciri – ciri seperti : ciri demografi (umur,

  • 40

    jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga),

    struktur sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, kesukuan dan

    tempat tinggal) dan sikap, keyakinan, presepsi, pandangan individu

    terhadap pelayanan kesehatan.

    Faktor pemungkin (enabling factors) adalah merupakan faktor

    yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Ciri – ciri

    yang termasuk dalam faktor pemungkin antara lain adalah

    keterampinan dan sumber daya pribadi atau komuniti, seperti

    tersedianya pelayanan kesehatan, keterjangkauan, pendapatan

    keluarga, kebijakan, peraturan perundangan, norma atau adat. Faktor

    yang memperkuat atau faktor pendorong (reinforcing factors) adalah

    kosekuensi dari pelaku yang ditentukan apakah perilaku menerima

    umpan balik yang positif atau negatif dan mendapatkan dukungan

    sosial setelah perilaku dilaksanakan. Faktor penguat antara lain

    seperti dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumen

    dan dukungan emosiaonal .

    Antara faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor

    pendukung akan saling menguatkan dalam membentuk perilaku, sikap

    dan presepsi seseorang seprti ibu hamil sebelum mengambil tindakan

    misalnya dalam masalah patuh atau tidak dalam mengkosumsi tablet

    besi (Fe). Perilaku seseorang terhadap bentuk pelayanan kesehatan

    memiliki keterkaitan dengan karakter demografi, struktur sosial dan

    sikapnya.

  • 41

    Faktor sosial budaya baik itu keyakinan, tradisi, nilai/norma

    dan kebiasaan seperti kebiasaan makan atau pantang makanan

    tertentu dapat membentuk perilaku tersendiri bagi individu. Demikian

    pula dengan fator tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat

    pengetahuan dan tingkat pengetahuan ini dapat membentuk perilaku

    seseorang yang pada akhir dengan berbagai faktor ini seseorang

    dapat mengambil sikap terhadap sesuatu hal termasuk layanan

    kesehatan seperti patuh atau tidaknya seorang ibu hamil dalam

    mengkonsumsi tablet besi (Fe) secara teratur.

    Pengaruh atau hubungan antara antara faktor predisposisi

    (sosial budaya misalanya kebiasaan makan dan lainnya, faktor tingkat

    pendidikan), faktor pemungkin (faktor perilaku) dan faktor penguat

    atau pendorong.

  • 42

    C. Kerangka Teori

    seperti yang diuraikan pada teori tersebut diatas menurut Lawrence

    Green seperti yang dikutip Notoatmodjo (2010) dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Gambar 2.1. Bagan Kerangka Teori Dimodifikasi dari Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2010.

    Usia

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Sumber informasi

    Pendapatan

    Kepercayaan

    Tradisi atau

    Kebiasaan

    Hubungan Pasien

    dengan Tenaga

    Kesehatan

    Ketersedian Obat

    Sosial Budaya

    Pengetahuan

    Reinforcing factor :

    Sumber Daya

    Kepatuhan

    Mengkonsumsi

    Tablet Besi (Fe)

    Enabling faktor Perilaku

    Predisposising

    faktor

  • 43

    D. Kerangka Konsep

    Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Keterangan :

    Gamar 2.2. Bagan kerangka konsep penelitian

    E. Hipotesis Penelitian

    1. Ada hubungan tradisi dengan kepatuhan konsumsi tablet besi (Fe)

    pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Waode Buri

    Kecamatan Kulisusu Utara.

    2. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan konsumsi tablet besi

    (Fe) pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Waode Buri

    Kecamatan Kulisusu Utara.

    Pendidikan

    Tradisi

    Kepatuhan

    Mengkonsumsi

    Tablet Besi (Fe)

    Variabel independent : Tradisi Dan Pendidikan

    Variabel dependent : Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe

  • 44

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

    dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Dalam hal

    ini variabel yang termasuk faktor berpengaruh dan variabel yang

    termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama

    (Notoatmodjo, 2005).

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada mulai bulan Juli sampai

    dengan Agustus 2018

    2. Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanan di wilayah kerja Puskesmas Waode

    Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau obyek

    yang diteliti (Riyanto, 2011). Populasi dalam penelitian ini yaitu

    seluruh ibu hamil yang berada dan tinggal menetap di wilayah

    kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara yang berjumlah 42 orang.

  • 45

    2. Sampel

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan

    dengan salah satu teknik non random sampling yaitu dengan

    teknik total sampling dimana seluruh populasi yang memenuhi

    kriteria sampling penelitian akan diambil sebagai sampel dalam

    penelitian ini yaitu sebanyak 42 orang ibu hamil (Nasir dkk,

    2011).

    Kriteria sampel

    1) Kriteria inklusif :

    a) Ibu hamil yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

    b) Ibu hamil yang bisa membaca dan menulis

    c) Ibu hamil yang sudah mendapatkan layanan tablet besi

    (Fe)

    d) Ibu hamil yang tidak dalam keadaan sakit

    2) Kriteria ekslusif :

    a) Ibu hamil yang tidak tinggal menetap di wilayah kerja

    Puskesmas Waode Buri.

    b) Ibu hamil dengan komplikasi kehamilan yang serius.

    D. Variabel penelitian

    1. Variabel bebas

    Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini adalah

    faktor tradisi dan pendidikan.

  • 46

    2. Variabel terikat

    Variabel terikat (Dependent variable), dalam penelitian ini adalah

    Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe.

    E. Defnisi Operasional Penelitian

    1 Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)

    Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe) yang dimaksud dalam

    penelitian ini adalah kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi

    tablet besi (Fe) yang dilakukan sesuai dengan anjuran medis atau

    atau tenaga kesehatan lainnya yaitu meminum tablet besi (Fe)

    setiap hari 1 tablet.

    Kriteria Obyektif :

    Tidak

    Patuh

    : Jika konsumsi tablet besi (Fe) tidak dilakukan

    setiap hari.

    Patuh : Jika konsumsi tablet besi (Fe) dilakukan setiap

    hari.

    (Sumber : Vongvichit dkk, 2010)

    2 Tradisi

    Tradisi atau kebiasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kebiasaan ibu hamil yang meliputi kebiasaan makan yang

    berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan zat besi seperti

    porsi makan dan kebiasaan pantang terhadap makanan tartentu

    selama fase kehamilan.

  • 47

    Kriteria Objektif :

    Kurang : Apabila skor jawaban responden memenuhi

    kriteria < 50 %.

    Baik : Apabila skor jawaban responden memenuhi

    kriteria ≥ 50 %.

    (Sumber : Rianto, 2011)

    3 Pendidikan

    Pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal

    yang diselesaikan responden responden atau ibu hamil yang

    dibuat dalam dua kategiri.

    Kriteria Objektif :

    Rendah : Jika responden tamat SD/SLTP

    Tinggi : Jika responden tamat SMA dan Akademi/PT

    (Sumber : UU RI No 20 Tahun No 2003 tentang System Pendidikan Nasional dan UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Guru dalam Mulyani, 2016).

    F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

    1. Data Primer

    Data Primer adalah data yang secara langsung diambil dari

    subjek atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun

    organisasi (Suharsimi, 2006). Untuk data primer diperoleh dengan

    menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah tersedia

    mengenai aspek sosial budaya dan pendidikan.

  • 48

    2. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data dan dokumen yang diperoleh

    selama penelitian yang berguna sebagai penunjang dan

    pelengkap data primer yang masih berhubungan dengan

    penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini di dapat dari

    berbagai literatur yang relevan dan data tentang kunjungan

    pasien yang diperoleh dari Puskesmas Waode Buri Kecamatan

    Kulisusu Utara.

    G. Instrumen Penelitian

    Instrument penelitian merupakan adalah alat-alat yang akan

    digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen

    pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

    1. Kuesioner yang berisi semua item pertanyaan.

    2. Alat tulis dan komputer, yaitu alat yang digunakan untuk mengolah

    data yang diperoleh serta yang digunakan dalam penyusunan

    laporan penelitian.

  • 49

    H. Alur Penelitian

    Bagan 3.1. Alur penelitian

    Populasi (Ibu Hamil

    di Wilayah Kerja

    PKM Waode Buri)

    Bersedia

    Informent Consent

    Sampel (Ibu Hamil

    Yang Berkunjung di

    PKM Waode Buri)

    Tidak Bersedia

    Wawancara dengan Kuesioner

    Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Analisis Data

    Kesimpulan

  • 50

    I. Pengolahan dan Analisis Data

    1. Pengolahan Data

    Menurut Heriana (Notoatmodjo, 2005), pengolahan data

    merupakan salah satu bagian rangkaian penelitian setelah kegiatan

    pengumpulan data. Agar analisis penelitian menghasilkan informas

    yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengelolaan

    data yang harus dilalui, yaitu:

    a. Editing

    Merupakan Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

    formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada dikuesioner

    sudah :

    1) Lengkap : semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.

    2) Jelas : jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup

    jelas terbaca.

    3) Relevan : jawaban yang tertulis apakah relevan dengan

    pertanyaan.

    4) Konsisten : apakah antara beberapa pertanyaan yang

    berkaitan isi jawabannya konsisten.

    b. Coding

    Merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf

    menjadi data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan dari Coding

    adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

    mempercepat pada saat entri atau memasukkan data.

  • 51

    c. Processing

    Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan

    juga sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya

    adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan

    data dilakukan dengan cara memasukkan data dari kuesioner

    ke paket program komputer.

    d. Cleaning

    Merupakan kegiatan pengecekkan kembali data yang sudah

    di masukkan apakah ada kesalahan data atau tidak

    (pembersihan data). Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi

    pada saat kita memasukkan data ke komputer.

    2. Analisis Data

    a. Analisis Univariat

    Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan

    terhadap tiap variabel dalah hasil penelitian. Pada umumnya

    dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

    persentase dari tiap variabel (Notoadmojo, 2005). Hasil analisis

    univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

    b. Analisis Bivariat

    Dilakuakan untuk melihat hubungan antara variabel

    independen ( faktor tradisi dan pendidikan ) dengan variabel

    dependen (kepatuhan mengkonsumsi tabet besi (Fe) pada ibu

    hamil dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Adapun

  • 52

    pertimbangan atau alasan menggunakan uji statistik Chi-

    Square antara lain :

    1) Jenis variabel yang diuji baik variabel bebas (social budaya

    dan pendidikan) maupun variabel terikat (kepatuhan

    mengkonsumsi tablet Fe) merupakan variabel kategorik.

    2) Jenis hipotesis penelitian ini adalah hipotesis mencari

    korelasi atau mencari keterkaitan antara variabel bebas dan

    variabel terikat dalam bentuk pengaruh.

    3) Skala variabel data dalam penelitian ini merupakan skala

    data yang bersifat kategorik.

    4) Data yang dianalisis dalam penelitian ini tidak berpasangan.

    5) Data dalam penelitian ini juga merupakan data nominal.

    6) Jenis tabel B x K dalam pengolahan data ini adalah tabel

    kontingensi 2 x 2 (Dahlan, 2010).

    Metode ini digunakan baik variabel independen maupun

    dependen berupa data kategorik. Rumus Chi-Square dalam

    Hastono (2010) adalah:

    Keterangan :

    = Uji kai kuadrat/distribusi probabilitas

    O = Observed (Frekuensi yang diamati)

    E = Expected (Frekuensi yang diharapkan)

    ∑ = Sigma (Jumlah keseluruhan)

  • 53

    Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik

    digunakan derajat kepercayaan 95%, α = 0,05. Sehingga apabila

    hasil perhitungan nilai p < 0,05 maka di katakan ditolak, artinya

    secara statistik kedua variabel tersebut memiliki distribusi yang

    bermakna. Sedangkan pada kondisi sebaliknya jika nilai p > 0,05

    maka gagal ditolak, maka secara statistik kedua variabel

    tersebut tidak memiliki distribusi yang bermakna.

    3. Penyajian Data

    Data yang diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi kemudian disertai penjelasan.

  • 54

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Keadaan Wilayah Kerja dan Letak Geografis serta Luas Wilayah

    Puskesmas Waode Buri adalah sebagai berikut :

    a. Letak Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri

    1) Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pebaoa

    2) Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Tomoahi

    (Kecamatan Kulisusu)

    3) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda

    4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kulisusu Barat.

    b. Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri: Meliputi 7 Desa yaitu :

    1) Desa E’erinere

    2) Desa Ulunambo

    3) Desa Wamboule

    4) Desa Waode Buri

    5) Desa Labelete

    6) Desa Lelamo

    7) Desa Peteea’a

  • 55

    c. Luas wilayah Kerja

    Luas Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri: 4900 Km².

    d. Keadaan Penduduk

    Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri adalah 5010 jiwa yang

    tersebar di 7 (tujuh) wilayah desa.

    e. Sosial Ekonomi

    Mata pencaharian terbesar penduduk adalah petani

    pedagang/industri (74%). Selebihnya adalah PNS (13%),

    pedagang (8,2%) dan sisanya buruh, pelaut serta pekerja lainnya

    (4,8%).

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

    Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

    yang dimulai pada bulan Juli sampai selesai 2018 dengan jumlah

    sampel sebanyak 42 responden. Berdasarkan pengolahan data

    yang telah dilakukan, maka disajikan hasil penelitian ini sebagai

    berikut:

    1. Karateristik Responden

    a. Jenis Kelamin

    Secara keseluruhan responden dalam penelitian ini

    merupakan perempuan dengan usia produktif dan yang

    sedang hamil.

  • 56

    b. Umur Responden

    Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu

    keberadaan suatu mahluk, baik hidup maupun mati, yang

    diukur sejak dia lahir hingga waktu umur dihitung (Rush,

    2001 dalam Mulyani, 2016). Distribusi responden menurut

    kelompok umur disajikan pada tabel 1:

    Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Umur (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

    15 – 20 4 9.5 21– 25 15 35.7 26 – 30 14 33.3 31 – 35 6 14.3 36 – 40 3 7.1

    Total 42 100

    Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018

    Tabel 1 menunjukkan sebanyak 15 (35,7%) responden

    berumur antara 21-25 tahun, hanya 3 (7,1%) responden

    berumur 36 – 40 tahun.

    c. Tingkat Pendidikan

    Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

    (Rush, 2001 dalam Mulyani, 2016).

    Tingkat pendidikan dalam penelitian ini yaitu tingkat

    pendidikan terakhir atau yang sementara ditempuh oleh

  • 57

    responden. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini

    adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di ikuti oleh

    responden yang dibuktikan oleh ijazah yang sah. Distribusi

    responden menurut pendidikan terakhir disajikan pada

    tabel2:

    Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

    SD 5 11,9 SMP 10 23,8 SMA 17 40,5

    DIII/Akademik 2 4,8 S1/Sarjana 8 19,0

    Total 42 100 Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018

    Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 17 (40,5%)

    responden dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat, dan

    hanya 2 (4,8%) responden dengan tingkat pendidikan

    DIII/Akademik.

    d. Pekerjaan

    Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan

    responden yang menghasilkan uang untuk menghidupi

    keluarganya. Dimana dalam penelitian ini pekerjaan

    responden bervariasi. Distribusi responden menurut tingkat

    pekerjaannya disajikan pada tabel 3:

  • 58

    Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)

    PNS 4 9.5

    Pedangang 2 4.8

    Honorer 5 11.9

    Tani 10 23.8

    IRT 21 50

    Total 42 100

    Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018

    Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 21 (50%)

    responden adalah Ibu Rumah Tangga atau IRT dan hanya 2

    (4,8%) responden adalah pedagang.

    2. Analisis Univariat

    a. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe)

    Notoatmodjo (2007) memberi batasan pengertian

    tentang kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya suka,

    menurut, taat melaksanakan perbuatan sesuai aturan yang

    dianjurkan. Kepatuhan adalah tingkat perilaku seseorang

    dalam mengambil suatu tindakan dan kepentingannya.

    Berdasarkan konsep ini dapat diartikan bahwa kepatuhan

    konsumsi tablet besi (Fe) adalah meminum tablet Fe sesuai

    dengan dianjurkan. Distribusi responden menurut kepatuhan

    mengkonsumsi tabelet besi (Fe) pada ibu hamil dapat

    disajikan disajikan pada table 4 berikut ini:

  • 59

    Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Kepatuhan Mengkonsumsi

    Fe

    Jumlah

    (n)

    Persentase

    (%)

    Tidak Patuh 28 66.7

    Patuh 14 33.3

    Total 42 100

    Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018

    Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar atau

    sebanyak 28 (66,7%) responden tidak patuh dalam

    mengkonsumsi tablet besi (Fe) sedangkan 14 (33,3%)

    responden termasuk patuh dalam mengkonsumsi tablet besi

    (Fe) selama hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di Wilayah Kerja

    Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara

    Kabupaten Buton Utara yang diperoleh sebagian besar

    berada pada kategori tidak patuh.

    b. Tradisi/Kebiasaan

    Tradisi atau disebut juga dengan kebiasaan

    merupakan sesuatu yang sudah dilaksanakan sejak lama

    dan terus menjadi bagian dari kehiduap suatu kelompok

    masyarakat, seringkali dilakukan oleh suatu negara,

    kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Pengertian lain

    dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan atau

    disalurkan dari masa lalu ke masa saat ini atau sekarang

  • 60

    (Saefullah, 2007). Distribusi responden menurut faktor

    tradisi/kebiasaan disajikan pada tabel 5:

    Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tradisi atau Kebiasaan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Tradisi Jumlah(n) Persentase (%)

    Kurang 28 66.7

    Baik 14 33.3

    Jumlah 42 100

    Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018

    Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 28 (66,7%)

    responden memiliki tradsis/kebiasaan yang kurang baik saat

    hamil dan 14 (33,3%) responden memiliki tradisi/kebiasaan

    yang baik saat hamil.

    c. Pendidikan

    Pendidikan merupakan suatu hal yang menjadi dasar

    dari seseorang untuk memperoleh pemahaman atau

    pengertian tentang sebuah konsep dalam kehidupannya

    sehari–hari. Dengan pendidikan dapat memudahkan

    seseorang dalam mensintesis ransangan baik berupa

    informasi atau apa saja pada dirinya. Pendidikan juga

    merupakan salah satu sumber untuk memperoleh

    pengetahuan (Notoatmodjo, 2011).

    Distribusi responden berdasarkan pendidikan disajikan pada

    tabel 6:

  • 61

    Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Pendidikan Jumlah(n) Persentase (%)

    Rendah 15 35.7

    Tinggi 27 64.3

    Total 42 100

    Sumber : Data Primer, Diolah 8 Agustus 2018

    Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu

    sebanyak 27 (64,3%) responden memiliki pendidikan dengan

    kategori tinggi, hanya 15 (35,7%) responden memiliki

    pendidikan dengan kategori rendah.

    3. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat

    adanya hubungan antara faktor tradisi/kebiasaan dan tingkat

    pendidikan, dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe)

    pada ibu hamil. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square

    yang disesuaikan dengan sifat data dan tujuan penelitian. Hasil

    analisis bivariat masing – masing variabel penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    a. Hubungan Tradisi/Kebiasaan makan dengan Kepatuhan

    Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil di

    Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan

    Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Hasil analisis hubungan faktor taradisi atau kebiasaan

    dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada ibu

    hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan

  • 62

    Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara disajikan pada

    tabel7:

    Tabel 7 Hubungan Tradisi /Kebiasaan makan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara Tahun 2018

    Tradisi

    Kepatuhan Mengkonsumsi

    Tablet Besi (Fe) Jumlah (n) x²

    (ΡValue) Tidak Patuh Patuh

    n % n % N %

    Kurang 21 75,0 5 35.7 26 100

    6,108 (0.013) Baik 7 43.8 9 56.2 16 100