HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air...

59
HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN TERHADAP KUALITAS FISIK AIR SUMUR GALI DI DESA ALUE TAMPAK KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: HANISAH NPM: 07C10104059 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR KABUPATEN ACEH BARAT MEULABOH 2013

Transcript of HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air...

Page 1: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN TERHADAPKUALITAS FISIK AIR SUMUR GALI DI DESA ALUE

TAMPAK KECAMATAN KAWAY XVIKABUPATEN ACEH BARAT

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH:

HANISAHNPM: 07C10104059

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARKABUPATEN ACEH BARAT

MEULABOH2013

Page 2: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN TERHADAPKUALITAS FISIK AIR SUMUR GALI DI DESA ALUE

TAMPAK KECAMATAN KAWAY XVIKABUPATEN ACEH BARAT

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan

Oleh:

HANISAHNPM: 07C10104059

Skripsi ini Sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT

TAHUN 2013

Page 3: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu
Page 4: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau. Konsekuensi dari penggunaan

air yang tidak bersih dan hygiene akan mengganggu kesehatan bagi yang

mengkonsumsinya. Air yang berkualitas meliputi kualitas fisik, kimia dan bebas

dari mikroorganisme (Soemirat,2001)

Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia

merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI

(2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih,

cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun kebutuhan air

bersih pada masyarakat perkotaan. Menurut Totok (2004) peningkatan kuantitas air

adalah syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat kehidupan

seseorang maka meningkat pula kebutuhan air dari masyarakat tersebut.

Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam

agenda Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah

penurunan sebesar separuh populasi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap

sumber air minum yang aman dan bekelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada

tahun 2015, dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk di dunia yang tinggal di desa

maupun di kota hidup tanpa akses air bersih (WHO, 2008).

Sumber air yang lazim dipergunakan di masyarkat tradisional adalah air

sumur gali, artinya air tersebut berasal dari air tanah. Air tanah adalah air yang

Page 5: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

2

bersumber langsung dari tanah dan biasanya dilakukan pengeboran maupun

penggalian sumur guna memperoleh air bersih. Air tanah belum tentu mempunyai

kualitas yang memenuhi syarat kualitas air baik kualitas fisik, kimia maupun

bakteriologis (Soemirat, 2001).

Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan khususnya

untuk penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum, Pasal 1 ayat (1) air minum adalah air yang

melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Pasal 3 ayat (1) Air minum aman bagi

kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan

radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Pasal 3

ayat (2) parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh

penyelenggara air minum. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah

penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan

membahayakan kesehatan.

Berdasarkan laporan MDGs tahun 2008 di Indonesia jumlah penduduk yang

tidak memiliki air bersih sebesar 44,2%, dan hanya 5,5% penduduk di desa yang

mempunyai akses air bersih. Selanjutnya pada tempat-tempat umum cakupan

penduduk yang mempunyai akses air bersih hanya 32,9% (WHO, 2008).

Menurut Ramdani (2008), dampak dari penggunaan air bersih yang tidak

hygiene ini dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen

dapat mengganggu kesehatan bagi masyarakat . Keadaan ini cenderung terjadi pada

masyarakat pedesaan, karena pedesaan masih menggunakan air bersumber dari air

Page 6: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

3

sumur gali yang masih diragukan kualitas airnya.

Di antara penyakit berbasis lingkungan (termasuk tersedianya air minum/air

bersih yang memenuhi syarat kesehatan), yang potensial menimbulkan kejadian

luar biasa (KLB) adalah penyakiti diare. Insiden penyakit diare pada 2002

mencapai 280 penderita per 1000 penduduk pertahun, dan pada tahun 2006

meningkat menjadi 300 per 1000 penduduk, dimana setiap anak balita saat ini

paling tidak menderita diare rata-rata sebanyak 1,3 kali pertahun. Hal ini

menunjukkan ada masalah air minum/air bersih dan perilaku hidup masyarakat

yang kurang sehat (Depkes RI, 2008).

Desa Alue Tampak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Kaway XVI, dimana berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Peureumeu

diperoleh bahwa penyakit diare merupakan kasus terbesar kedua sebanyak 321

kasus dibawah kasus ISPA (Data Puskesmas Peureumeu. 2011). Setelah dilakukan

survei awal diketahui banyak penduduk yang memiliki sanitasi dasar yang tidak

memenuhi syarat kesehatan. Di desa ini juga banyak penduduk yang menggunakan

sarana sumur gali sebagai sumber penyediaan air bersih akan tetapi sumur gali

yang dipergunakan tidak memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian untuk mengetahui “Hubungan Faktor Resiko Pencemaran terhadap

Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam hal ini, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan faktor resiko pencemaran

Page 7: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

4

terhadap kualitas fisik air sumur gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan faktor resiko pencemaran terhadap kualitas

fisik air sumur gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh

Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi sumur galian terhadap

kualitas fisik air sumur galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk mendapatkan tambahan teori tentang Resiko Pencemaran terhadap

Kualitas Air Sumur Gali.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.2.1 Sebagai bahan masukkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat

sebagai penanggung jawab program pembinaan lingkungan, khususnya

bidang air bersih di daerah Pemerintahan Kabupaten Aceh Barat.

1.4.2.2 Memberikan informasi bagi masyarakat tentang kualitas air sumur gali

ditinjau dari faktor resiko pencemar pada sarana air bersih di Desa Alue

Page 8: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

5

Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

1.4.2.3 Menambah pengetahuan bagi penulis dalam bidang pengawasan kualitas air

bersih khususnya dari segi bakteriologis.

Page 9: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

6

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup what bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan yang optimal sesuai dengan visi dan misi

pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1999).

Untuk mencapai tujuan di atas maka diperlukan suatu upaya kesehatan yang

terpadu, menyeluruh, terarah dan berkesinambungan dalam berbagai bidang untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya-upaya

kesehatan yaitu dengan Pendekatan, Pemeliharaan, Peningkatan Kesehatan

(Promote), Pencegahan Penyakit (Preventif), Pengobatan Penyakit (Kuratif)

(Depkes RI, 1999). Menurut H.L.Blum (1984) bahwa Kesehatan Masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan, prilaku, pelayanan

kesehatan dan keturunan.

Dari keempat faktor tersebut, lingkungan dan prilaku mempunyai peranan

yang besar disamping faktor pelayanan kesehatan. Begitu besarnya pengaruh

lingkungan ini terhadap kesehatan manusia sehingga lingkungan yang tidak saniter

akan mengakibatkan kerugian bagi manusia, atau akan menimbulkan

ketidakseimbangan antara agent, host dan environment sehingga lingkungan

tersebut menguntungkan agent dan merugikan host.

Faktor-faktor yang menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan

adalah keadaan perumahan dan sanitasi dasarnya yang ruang lingkupnaa meliputi

penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan sampah dan pembuangan

air limbah. Diantara faktor-faktor tersebut, penyediaan air bersih merupakan salah

satu faktor yang paling penting.

Page 10: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

7

Bagi kehidupan mahluk hidup, air bukan merupakan hal yang baru karena

air sangat dibutuhkan oleh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kehidupan

tidak dapat berlangsung tanpa adanya air. Tubuh manusia 60 % - 70 % dari berat

badannya terdiri dari air dan untuk kelangsungan hidupnya tubuh manusia

membutuhkan sir yang jumlahnya tergantung berat badannya. Untuk orang dewasa

kira-kira membutuhkan air ± 2.200 gram setiap harinya (Sanropie, 1984).

Air yang dalam tubuh manusia berfungsi untuk mengangkat zat-zat

makanan dari satu organ ke organ lainnya, mengatur suhu tubuh dan sebagai alat

prows metabolisme maupun fungsi lainnya. Air juga dipergunakan untuk

kepentingan lain seperti memasak, mencuci, mandi, pertanian, perindustrian dan

transportasi serta untuk tujuan rekreasi.

Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan khususnya

untuk penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-

syarat dan pengawasan kualitas air, oleh karenanya air yang digunakan harus

memenuhi syarat kesehatan. Agar dapat mencapai persyaratan kesehatan haruslah

dapat memenuhi syarat kualitas dan kuantitas. Syarat kualitas yang harus dimiliki

adalah bebas dari mikro organisme dan bebas dari bahan kimia yang dapat

membahayakan kesehatan.

Kualitas air secara mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat kesehatan

dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat adanya bakteri colitinja di dalam

air bersih tersebut yang menunjukkan bahwa adanya pencemaran yang disebabkan

oleh tinja manusia. Dengan ditemukannya Escherichia coli atau biasa di singkat

Page 11: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

8

(E.Coli) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif di dalam air

bersih menunjukkan bahwa adanya pencemaran yang disebabkan oleh tinja

manusia dimana bakteri tersebut diperkirakan dapat m kesehatan karma dicurigai

air tersebut mengandung mikro organisme patogen (walaupun kuman patogen

tersehut tidak selalu ada) yang dapat menimbulkan penyakit. Adapun mikro

organisme pathogen antara lain adalah virus bakteri, protozoa dan parasit yang

ditransmusikan melalui tinja manusia (Pudjarwanto, 1993).

Desa Alue Tampak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Kaway XVI, dimana berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Peureumeu

diperoleh bahwa penyakit diare merupakan kasus terbesar kedua sebanyak 321

kasus dibawah kasus ISPA (Data Puskesmas Peureumeu. 2011). Setelah dilakukan

survei awal diketahui banyak penduduk yang memiliki sanitasi dasar yang tidak

memenuhi syarat kesehatan. Di desa ini juga banyak penduduk yang menggunakan

sarana sumur gali sebagai sumber penyediaan air bersih akan tetapi sumur gali

yang dipergunakan tidak memenuhi syarat kesehatan..

Secara bakteriologi air bersih perpipaan total coliformnya setiap 100 ml

adalah 10 pm sementara untuk air minuman total coliform per 100 ml adalah 0.

Secara bakteriologi air bersih yang bukan perpipaan total coliform per 100 ml

sampel adalah 50 pm sementara untuk perpipaan total coliform per 100 ml sampel

adalah 10 pm sedangkan untuk air minum total coliform clan colitinja per 100 ml

sampel adalah 0.

Mengingat pentingnya air dalam kehidupan maka haruslah air yang

digunakan memenuhi syarat kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas

Page 12: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

9

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

416/MENKES/PER/IX/1990.

Page 13: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

10

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R. I., 1999. Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

Ditjen PPM & PLP, 1995. Manual Teknis Upaya Penyehatan Airs Jakarta.

Kusnoputranto Haryoto, 1986. Kesehatan Lingkungans Jakarta FKM-UI.

Sanropie D, 1993. Penyediaan Air Bersih, Depkes RL.

Suparmin S, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta.

Wardhana W, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan, Adi Offsett, Yogjakarta.

Page 14: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air adalah

satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga

wujudnya tersebut. Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu

molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu

atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada

kondisi standar (Allafa, 2008).

Menurut (Kusnoputranto, 2006) yang dimaksud dengan air adalah air tawar

yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air

bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya

sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan.

Menurut Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air

adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang

berada di darat. Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari

tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik

berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air

baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak

diperlukan untuk mencegah terjadinyakontak antara kotoran sebagai sumber

penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2006).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010

Page 15: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

7

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui

pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan

dapat langsung diminum.

2.2 Macam-macam Sumber Air Baku

Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum dapat

digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air

hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-kuman yang

berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya

digolongkan sebagai berikut :

2.2.1 Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang

ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara,

diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2, CO

2, N

2,

juga zat-zat renik dan debu.

Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai

permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang

disebabkan oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk

menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu

menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih

banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 2006).

2.2.2 Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran.

Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan sumber air yang

Page 16: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

8

tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang dekat

dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan dan sisa kegiatan

manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya akan

dibuang ke dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga

turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-batang

kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain.

Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang

mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air

permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan

dipakai sebagai bahan bakar air bersih. Beberapa sumber air yang termasuk ke

dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, danau, laut,

lautan dan sebagainya (Kusnoputanto, 2006).

2.2.3 Air Tanah

Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan

bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus

hidrologi. Pada proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan

tersebut ada yang mengalir masuk ke permukaan (mengalami runoff) dan ada juga

yang meresap ke dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air tanah

baik yang dangkal maupun yang dalam (Slamet, 2009).

Air tanah mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang

telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat

air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan.

Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah

permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat

tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

Page 17: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

9

Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno, 2006):

1. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan

tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air

tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa

dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi

kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada

musim.

2. Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter.

Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal

sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit

dipengaruhi oleh perubahan musim

3. Mata Air

Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah.

Keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng

gunung atau sepanjang tepi sungai.

Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :

a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada

lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut

menembus lalu keluar sebagai mata air.

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air

artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan

bumi

Page 18: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

10

2.3 Penyediaan Air Bersih

2.3.1 Sarana Air Bersih

Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air

bersih bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari – hari. Yang

perlu diperhatikan antara lain :

1. Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran ( seperti septic tank, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan air limbah ) minimal 10 meter.

2. Pada sumur Bali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air yaitu

dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur.

3. Penampungan air hujan, perlindungan mata air, sumur artesis atau terminal air

perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan terpelihara.

2.4 Peranan Air Dalam Kehidupan

Air merupakan bagian dari kehidupan dipermukaan bumi, karena tidak

satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh karenanya air

mutlak dibutuhkan baik bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Bagi manusia sendiri yang dikarenakan tubuh manusia sendiri mengandung 60 % -

70 % air dari seluruh berat badan dan air didaerah jaringan lemak terdapat kira-kira

90 % serta darah dan getah bening juga sebagian besar dari air.

2.5 Peranan Air Dalam Kesehatan

Air mempunyai peranan dalam penularan penyakit bagi manusia, besarnya

peranan air ini disebabkan karena air sendiri dapat bertindak sebagai tempat

berkembang baik mikro organisme dan juga dapat sebagai perantara sebelum mikro

organisme berpindah pada manusia.

Page 19: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

11

2.5.1 Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Diseases)

Water borne disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang

terkontaminasi oleh bakteri pathogenn dari penderita atau karier. Penularan

penyakit dimana air sebagai medianya seperti penyakit cholera, demam typoid,

disentri amuba dan bakteri, tularemia, hepatitis dan lain-lain.

2.5.2 Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Diseases)

Water Washed Disease yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air

untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat

terutama alat dapur dan alat makan. Penularan penyakit yang berhubungan dengan

air yang digunakan untuk kebersihan/pencucian seperti alat-alat dapur memasak

dan untuk kebersihan perorangan. Hal ini berkaitan dengan volume/jumlah air yang

digunakan dengan tersedianya air cukup maka penyakit tersebut dapat dikurangi

penularannya kepada manusia. Adapun penyakit tersebut adalah diare, infeksi dan

selaput lendir dan lain- lain.

2.5.3 Air Sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Diseases)

Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara. Penyebaran penyakit

melalui penjamur (host) yang siklus hidupnya berada dalam air seperti

Schistosomiasis.

2.5.4 Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Related Insect Vector)

Water Related Insect Vectors, Vektor-vektor insektisida yang berhubungan

dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air. Penyakit

yang ditularkan oleh serangga dimana air merupakan tempat berkembang biak yang

baik bagi beberapa insekta sebagai penyakit seperti DHF, Malaria, Yellow Fever

dan Tripanosomiasis.

Page 20: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

12

2.6 Persyaratan Kualitas Air

2.6.1 Standard Kualitas Air

Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari

berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur

yang tercantum didalam standard kualitas. Dengan demikian dapat diketahui syarat

kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur.

Standard kualitas air minum dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum yang biasanya

dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-

persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan

kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika.

Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan

mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Sesuai peraturan ini telah diperoleh

landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air minum.

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air

bersih sehari-hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,

jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan sehingga

menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi

maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat

kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa,

bau, dan kejernihan air (Azwar, 2006).

Untuk standard kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas

Air WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan

Page 21: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

13

peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik,

kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan

sebagai pedoman bagi negara anggota. Namun demikian masing-masing negara

anggota dapat menetapkan syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara

tersebut.

2.6.2 Syarat Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan

bahwa air yang layak dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang

mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum, antara lain harus

memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta

tidak berwarna. Pada umumnya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air.

Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya sebagai berikut :

1). Suhu

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air

tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama

apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30C suhu

udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau

jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu,

temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan

kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperatur atau suhu

air diukur dengan menggunakan termometer air.

2). Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan

Page 22: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

14

oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme

mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan–

bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas

bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan

rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak.

Untuk standard air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum

menyatakan bahwa air minum tidak berbau dan tidak berasa .

3). Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak

partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur

dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat,

lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang

tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan

dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan

mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2006).

Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium

dengan metode Turbidimeter. Untuk standard air minum ditetapkan berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010

tentang persyaratan kualitas air minum, yaitu kekeruhan yang dianjurkan

maksimum 5 NTU (Depkes RI, 2002).

2.6.3 Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh

zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg),

Page 23: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

15

Aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca),

Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya.

Kandungan zat kimia dalam air minum yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya

tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010

tentang persyaratan kualitas air minum. Penggunaan air yang mengandung bahan

kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang

diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan

manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya netral yaitu tidak asam dan tidak basa

untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang

dianjurkan untuk air minum adalah 6,5–8,5. Air merupakan pelarut yang baik

sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral dapat melarutkan berbagai

elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2005).

1). Besi (Fe)

Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan

dapat dibentuk. Titik leleh Fe sebesar 1538 ºC sedangkan titik didihnya sebesar

2861 ºC. Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Adanya Fe

dalam air dapat bersumber dari dalam tanah itu sendiri (batu-batuan yang

mengandung besi) ataupun endapan-endapan buangan industri. Diperkirakan

kandungan Fe dalam kerak bumi adalah sebesar 5,63 x 10-3

mg/kg, sedangkan

kandungan didalam laut sebesar 2 x 10-3

mg/l (Widowati, 2008).

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi

sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari

yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan

Page 24: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

16

oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh

manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat

tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang

mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain

itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan

oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan

terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10

mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk.

Kadar maksimum Fe yang diperbolehkan di dalam air minum menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010

adalah 0,3 mg/l. Kadar Fe yang tinggi dalam air menimbulkan rasa, warna

(kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan

kekeruhan. Fe dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya

Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbs. Tubuh manusia tidak dapat

mengekskresikan Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis

besar dapat merusak dinding usus (Soemirat, 2007). Simpanan Fe yang berlebihan

dalam tubuh dapat merusak sel alat pencernaan secara langsung, dalam bentuk

hemosiderin dapat menimbulkan hemosiderosis (Widowati, 2008).

2). Mangan (Mn)

Mangan adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan sering kali bersifat

khronis sebagai akibat dari kelebihan kadar Mn dalam tubuh sehingga dapat

mengganggu proses pencernaan. Kadar maksimum Mn yang diperbolehkan di

dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,4 mg/l.

Page 25: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

17

3). Kadmium (Cd)

Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh

bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Tubuh manusia tidak

memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun

pada manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal, dan

penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit

Glomerulo-nephritis biasa, hanya pada fase lanjut dari keracunan Cd ditemukan

pelunakan dan fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multiple. Di Jepang

sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit “Itai-Itai Byo”. Gejalanya adalah sakit

pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti

influenza, dan sterilitas pada laki-laki. Kadar maksimum Cd yang diperbolehkan di

dalam air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0,003 mg/l.

2.6.4 Syarat Bakteriologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air

angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai

dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang

dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri

golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri

ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Slamet, 2009).

E.coli sudah lama diketahui sebagai indikator adanya pencemaran tinja

manusia pada minuman ataupun makanan. Beberapa alasan mengapa E.coli disebut

sebagai indikator pencemaran pada tinja dibanding bakteri lainnya adalah

(Chandra, 2005) :

Page 26: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

18

a. Jumlah organisme cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200-400

miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Oleh karena

jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air

memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.

b. Organisme ini lebih mudah dideteksi melalui metode kultur (walau hanya

terdapat 1 kuman dalam 100 cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.

c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen

lainnya.

d. Organisme ini lebih resisitensi terhadap proses purifikasi air secara alamiah.

Bila coliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga

ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang

kecil.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, bakteri coliform

yang memenuhi syarat untuk air minum harus 0 per 100 ml sampel.

2.7 Resiko Pencemaran

2.7.1 Tempat Pembuangan Tinja (Jamban )

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui

anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan disepanjang sistem saluran

pencernaan (Tractus digestifus) (Suparmin, 2002).

Tinja perlu mendapat perhatian dalam pembuangannya, karena kotoran

manusia atau tinja memegang peranan penting sebagai jalur transmisi penyakit.

Untuk itu tinja harus dibuang kedalam suatu tempat yang disebut dengan kakus.

Page 27: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

19

Dan dalam mendirikan kakus harus memenuhi syarat sebagai berikut : (Azwar.

2006).

1. Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindungi dari pandangan lain,

terlindung dari panas atau hujan, syarat ini dipenuhi dalam bentuk mengadakan

ruangan sendiri untuk kakus di rumah ataupun mendirikan rumah kakus di

pekarangan.

2. Bangunan kakus ditempatkan pada lokasi yang tidak sampai menganggu

pandangan, tidak menimbulkan bau, serta tidak menjadi tempat hidupnya

berbagai macam binatang.

3. Bangunan kakus mempunyai lantai yang kuat, mempunyai tempat berpijak yang

kuat, yang terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model cemplung

4. Mempunyai lubang closet yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan

pada sumur penampung atau sumur rembesan, yang terutama disyaratkan jika

mendirikan kakus model pemisahan bangunan kakus dengan tempat

penampungan atau rembesan.

5. Menyediakan alat pembersih (air atau kertas) yang cukup sedemikian rupa

sehingga dapat segera dipakai setelah membuang kotoran.

2.7.1.1 Pengolahan

Dalam praktek sehari-hari pembuangan kotoran manusia bercampur dengan

air. Pada dasarnya pengolahan tinja dengan pengolahan air limbah adalah sama.

Oleh karena itu berbagai teknik pengolahan air limbah dapat diterapkan dalam

pengolahan kotoran manusia. Tempat penampungan kotoran yang dipakai serta

cara pemusnahan dan penyaluran air kotor, maka kakus dapat dibedakan atas

beberapa macam yaitu :

Page 28: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

20

1. Kakus cubluk (pit privacy), adalah kakus yang tempat penampungan tinjanya

dibangun dibawah tempat injakan, atau dibawah bangunan kakus.

2. Kakus empang (overhung latrine), adalah kakus yang dibangun diatas empang,

sungai ataupun rawa. Kakus model ini ada kotorannya yang tersebar begitu

saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan atau ada yang dikumpulkan

memakai saluran khusus yang kemudian diberi pembatas, berupa bambu, kayu

dan lain sebagainya yang ditanamkan melingkar ditengah empang, sungai

ataupun rawa.

3. Kakus Kimia (chemical toilet) kakus model ini biasanya dibangun pada tempat-

tempat rekreasi pada alat transportasi dan lain sebagainya. Disini tinja

didesinfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan sebagai

pembersihnya dipakai kertas ( toilet paper).

4. Kakus dengan “angsa trine”, adalah kakus dimana leher lubang closet

berbentuk langsung, dengan demikian akan selalu terisi air yang penting untuk

mencegah bau serta masuknya binatang-binatang kecil. Kakus model ini

biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur rembesan yang disebut septic

tank. Kakus model ini adalah yang terbaik karena dianjurkan dalam kesehatan

lingkungan.

2.7.1.2 Hubungan Tinja Dengan Kesehatan

Hubungan pembuangan tinja dengan kesehatan masyarakat dapat dilihat

dari contoh yang diberikan oleh Fair dan Geyer yang menyatakan bahwa telah

terjadi penurunan angka kematian karena penyakit typhus dan parathypus sampai

menjadi sepertiga dari angka semula, dan bahkan sampai nol pada saat

Page 29: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

21

dilaksanakan program pembangunan jamban dibagian West Virginia, AS. Menurut

Wagner dan Lanoix, dengan pembuangan tinja yang saniter insiden penyakit

kolera, typhus paratyphus, disentri, diare pada anak-anak, penyakit cacing

tambang, ascariasis, dan infeksi serta infestasi parasit pada usus dapat diturunkan

karena dapat mencegah penularan dari penderita penyakit tersebut kepada orang

lain. (Soeparman. 2002).

2.7.2 Sumber Pencemar Lain

Sumber pencemar lain dapat diartikan sebagi sumber yang berasal dari

aktifitas manusia dan diluar dari aktifitas manusia seperti kotoran hewan, sampah,

dan genangan air dan lainnya.

2.7.2.1 Hubungan dengan Kesehatan.

Hubungan sumber pencemar lain dengan kesehatan dapat dilihat walaupun

tidak secara langsung tapi dapat mencemari sumber air bersih yang memungkinkan

terjadinya pencemaran air yang dikonsumsi oleh manusia yang dapat

mengakibatkan penyakit bila tidak diolah sesuai syarat kesehatan.

2.7.3 Pengertian Air Limbah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun

2001, limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya atau beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan jumlahnya baik

secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk lain.

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi

Page 30: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

22

(Kusnaedi, 2004).

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 51 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri yang

dimaksud dengan limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh

kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan

kualitas lingkungan.

Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi, hal ini

tergantung dari jenis industri dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses

industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan air limbah.

Dari defenisi di atas maka secara umum dapat disimpulkan bahwa air

limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan berupa cairan yang berasal dari rumah

tangga, industri, atau tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung zat-

zat yang membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian

lingkungan hidup.

2.7.3.1 Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah dilakukan dalam dua bentuk, yaitu :

(Suparmin.2002).

1. Menyalurkan air limbah tersebut jauh dari daerah tempat tinggal, tanpa diolah

sebelumnya.

2. Menyalurkan air limbah tersebut setelah diolah sebelumnya dan kemudian

dibuang ke alam.

Hal ini biasanya dilakukan oleh rumah tangga yakni : (Suparmin, 2002).

a. Sistem roil

Yaitu suatu jaringan penampungan air limbah yang dimulai daerah

Page 31: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

23

pemukiman, dan kemudian dialirkan ke tempat pembuangan akhir air limbah yang

biasanya merupakan kali ataupun laut.

b. Septic tank

Yakni suatu unit penampungan air limbah ( juga kotoran manusia ) didalam

tanah yang dibuang permanen.

Prinsip dari septic tank adalah tersedianya bak penampungan yang gunanya

untuk memisahkan bahan dari air limbah, karena proses biologis pada tingkat

pertama terjadi pembusukan bahan-bahan padat yang mengendap dari bakteri

pembusuk anaerobic. Bak penampungan ini memberi kesempatan penahanan air

kotor dan bahan-bahan endapan selama 24 jam serta besarnya tidak boleh kurang

dari 2x4 meter.

Ruang rembesan adalah lubang atau sumur yang diisi lapisan pasir kasar

atau kerikil, pasir halus, tanah liat campuran air, ijuk dan tengahnya dialirkan

saluran pipa. Lubang rembesan ini umumnya merupakan pelengkap dari bak

penampung. Disini terjadi proses biologis tingkat dua yakni penguraian bahan yang

tersisa dari bakteri aerobic. Diisyaratkan supaya mengadakan ruang rembesan

setidaknya 35 meter dari sumber air serta 7 meter dari bangunan.

2.7.3.2 Hubungan Air Limbah Dengan Kesehatan

Pembuangan air limbah yang dilaksanakan secara saniter merupakan salah

satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan lainnya. Menurut Okun dan

Phongis pembuangan air limbah yang saniter akan mengurangi kemungkinan

terjadinya infeksi penyakit amoebiasis, ascariasis,cholera, penyakit cacing

tambang, letospirosis, shigellosis tetanus dan typhus (Soeparman, 2002).

Page 32: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

24

2.8 Sumur Gali

Sumur merupakan sumber air yang banyak digunakan masyarakat

Indonesia. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air rumah tangga,

maka air sumur harus dilindungi dari bahaya pengotoran. Sumur yang baik harus

memenuhi syarat-syarat : (Sanropie, 1993).

3 Syarat lokasi

Untuk menghindari pengotoran yang harus diperhatikan adalah jarak sumur

dengan kakus, lubang galiab sampah, lubang galian untuk limbah dan sumber-

sumber pengotoran lainnya tidak kurang dai 10 meter. Dan bila tidak

memungkinkan (kurang dari 10 meter ) konstruksi lubang galian untuk sumber-

sumber pengotoran tersebut dibuat kedap air. Jangan dibuat ditempat yang ada

airnya dalam tanah, dan jangan dibuat di tanah yang rendah yang mungkin

terendam bila banjir ( hujan ).

4 Syarat konstruksi

a. Sumur gali tanpa pompa

− Dinding sumur 3 meter dalamnya dari permukaan tanah dibuat dari

tembok yang tidak tembus air.

− Satu setengah meter dinding berikutnya ( sebelah bawahnya ) dibuat dari

batas yang ditembok.

− Kedalaman sumur dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang

mengandung air cukup banyak walaupun musim kemarau.

− Diatas tanah dibuat dinding tembok yang kedap air, setinggi minimal 70

cm.

− Lantai sumur dibuat kedap air dan agak miring dan ditinggikan 20 cm di

atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau persegi.

Page 33: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

25

− Dasar sumur diberi kerikil agar airnya tidak keruh bila ditimba

− Permukaan tanah sekitar bangunan sumur dibuat miring untuk

memudahkan pengeringan

− Saluran pembuangan air limbah dan sekitar sumur dibuat tembok dan

panjangnya minimal 10 meter.

b. Sumur gali yang dilengkapi pompa

Pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa hanya disini air sumur

diambil dengan menggunakan pompa. Dalam hal ini kemungkinan pengotoran

lebih sedikit dari karena sumur selalu ditutup.

2.10 Tingkat Resiko Pencemaran Air Sarana Sumur Gali

Air dalam perjalanannya mulai dari sumber asalnya dapat mengalami resiko

pencemaran sebelum sampai ke konsumen melalui berbagai cara dan sarana

penyediaan air minum, mempunyai kemungkinan besar untuk terjadinya

pencemaran air.

Pencemaran fisik, kimia, bakteriologi maupun radio aktif akan berakibat

menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Pencemaran air oleh kuman dapat

berupa bakteri, virus, protozoa dan fungsi yang mana dapat ditemukan dalam

faeces urine penderita atau carier. Oleh karena pada dasarnya bakteri dalam kotoran

manusia dapat bergerak secara horizontal maupun vertikal didalam tanah dimana

terdapat lokasi pembuangan kotoran.

Bakteri pada bahan buangan manusia dapat menyebar secara horizontal dan

vertikal melalui pencemaran air, sedangkan jarak pencemarannya bervariasi

terutama dipengaruhi oleh porositas tanah. Secara horizontal area kontaminasi

melebar sampai kurang dari 2 meter pada jarak 5 meter dari lobang kotoran serta

menyempit hingga jarak 11 meter, bergerak vertikal kebawah sedalam 3 meter.

Page 34: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

26

Kontamisasi bersifat searah dengan aliran air, pola pencemaran oleh zat

kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan pencemaran bakterial, hanya

jarak lebih jauh. Pada jarak 25 meter dari lubang pembuangan area kontaminasi

melebar sampai kurang dari 9 meter untuk kemudian menyempit hingga jarak 115

meter. Gambaran penyebaran bakteri dan bahan kimia dalam tanah dapat

digambarkan melalui bagan berikut :

Sumur gali adalah salah satu konstruksi sumur yang paling umun dan

meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat sebagai sumber

air minum dan air bersih. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan

tanah yang relatif dekat dari tanah permukaan, olek karena itu mudah terkena

kontaminasi melalui rembesan. Kontaminasi paling umum adalah karena rembesan

air dari sarana pembuangan kotoran manusia dan binatang, oleh karenanya perlu

diperhatikan persyaratan fisik kontruksi sumur gali yang memenuhi syarat seperti.

1. Memiliki bibir sumur yang kedap air dengan tinggi 80 - 100 cm.

2. Memiliki cincin sumur yang kedap air sedalam 300 cm

3. Memiliki lantai sumur kedap air dan memiliki kemiringan yang mengarah

keluar menuju saluran pembuangan air limbah (SPAL)

4. Memiliki sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang kedap air

5. Memiliki jarak minimal terhadap sumber pencemaran 10 m (Sanropie. 2003)

Disamping syarat fisik kontruksi sumur, sarana pembuangan tinja (kotoran).

manusia juga perlu karena kotoran manusia merupakan sumber utama terjadinya

pencemaran bakteri golongan coli terhadap sumber air sumur. Oleh karenanya

tempat pembuangan tinja/kotoran manusia harus memenuhi syarat seperti:

a. Septic Tank (terdiri dari 2 bak yang kedap air, dimana bak utama lebih besar

sebagai tempat penampungan kotoran dan bak kedua sebagai bak peresapan air

dan tertutup).

b. Memiliki dudukan yang kedap air dan leher angsa

Page 35: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

27

c. Memiliki rumah kakus, memiliki cukup air sebagai penggelontor.

2.11 Kerangka Konsep Penelitiaan

Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

2.12 Hipotesa Penelitian

Dari latar belakang masalah, dan tujuan penelitian, maka yang menjadi

hipotesa penelitian adalah ada hubungan kondisi sanitasi sumur galian terhadap

kualitas fisik air sumur galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat.

Kualitas Fisik AirSumur Galian

Kondisi Sanitasi SumurGalian

Page 36: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

28

Jarak Jamban

Jarak Sumber Pencemaran Lain

Jarak Genangan Air

Page 37: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

29

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

2.13Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan kondisi sanitasi sumur galian terhadap kualitas fisik air sumur

galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

Page 38: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik

dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan

kondisi sanitasi sumur galian terhadap kualitas fisik air sumur gali di Desa Alue

Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat pada Tanggal 5 Juni sampai dengan 5 Juli 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah semua rumah tangga yang

mempunyai sumur gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten

Aceh Barat yaitu sebanyak 280 rumah.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi penelitian yang besarnya

ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo, 2005):

n =1+ (d2)

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Page 39: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

29

n = 2801 + 280 (0,1 )n = 2801 + 280 (0,01)n = 2801 + 2,80n = 2803,80n = 73, 68n = 74Dari rumus di atas diperoleh sampel minimal yaitu sebanyak 74 rumah yang

memiliki sumur gali. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu mengambil sampel yang ada, tersedia dan memenuhi

kriteria. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah yang memiliki sumur gali di

Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara

dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang telah disusun yang

mencakup variabel independen serta variabel dependen.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen di

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, Puskesmas Peureumeu dan dan literatur

kepustakaan tentang data faktor resiko pencemaran terhadap kualitas fisik air

sumur gali.

Page 40: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

30

3.5 Definisi Operasional

No. Variabel KeteranganVariabel Independen1. Kondisi sanitasi

Sumur GalianDefinisi Keadaan disekitar lingkungan sumur

galian yang dapat menimbulkanpencemaran terhadap sumur galian

Cara ukur ObservasiAlat ukur KuesionerHasil ukur

Skala ukur

- Memenuhi Syarat Kesehatan- Tidak memenuhi syarat KesehatanOrdinal

Variabel dependen11. Kualitas Fisik Air

Sumur GalianDefinisi Kondisi secara nyata air yang

digunakan untuk kebutuhan hidupsehari-hari

Cara ukur ObservasiAlat ukur CheklistHasil ukur - Ya

- TidakSkala ukur Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Kondisi sanitasi sumur galian

Memenuhi syarat kesehatan : Jika responden mendapat nilai > 15

dari total skor

Tidak memenuhi syarat kesehatan : Jika responden mendapat nilai < 15

dari total skor.

3.6.2 Kualitas Fisik Air Sumur Galian

Baik : Jika responden mendapat nilai > 6 dari total

skor.

Tidak Baik : Jika responden mendapat nilai < 6 dari total

skor.

3.7 Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut :

Page 41: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

31

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Data hasil

penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan narasi untuk

megevaluasi besarnya proporsi masing-masing faktor yang ditemukan pada sampel

untuk masing-masing variabel yang diteliti.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square dengan

Coefficient Contingency untuk menghubungkan variabel terikat dengan variabel

bebas.

Analisa data dilakukan dengan pengujian statistik untuk melihat adanya

hubungan antara variable bebas dan variable terikat dalam penelitian. Uji statistik

yang digunakan adalah uji Chi-Square (χ²) karena kedua variable penelitian

berbentuk data kategori.

Adapun rumus perhitungan chi-square adalah sebagai berikut :

X = (O − E)Edf = ( − 1)( − 1)

Keterangan :

X2 = nilai chi-square

O = nilai Observasi

E = nilai ekspektasi

df = derajat bebas

k = jumlah kolom

Page 42: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

32

b = jumlah baris

0,05 = taraf signifikan.

Hipotesa penelitian (Ha) diterima bila nilai χ² hitung < χ² tabel, dengan nilai

p > α (0,05), sedangkan hipotesis ditolak apabila nilai χ² hitung > χ² tabel,

dengan nilai p < α (0,05).

Page 43: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

33

3.8 Definisi Operasional

1. Faktor resiko pencemaran adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

terjadinya pencemaran pada air sumur gali sehingga membuat air tersebut

menjadi tidak memenuhi syarat kesehatan. Adapun untuk menilai tinggi

rendahnya faktor resiko pencemaran pada sumur gali dapat dilakukan

melalui Inspeksi Sanitasi. Inspeksi sanitasi adalah pemeriksaan terhadap

faktor resiko pencemar sumur gali yaitu faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas air sumur gali menjadi tidak memenuhi syarat, yang

meliputi konstruksi dan faktor lingkungan, yang berdasarkan formulir

kuisioner diberi skor untuk jawaban “Ya” bernilai 1 dan untuk jawaban

“Tidak” bernilai 0 kemudian

dikategorikan atas :

a. Tinggi jika total skor 7 – 10

b. Sedang jika total skor 3 – 6

c. Rendah jika total skor 0 - 2

2. Air Sumur Gali adalah air yang diambil dari sumur gali sebagai sample

yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium.

3. Kualitas air sumur gali adalah kualitas air yang dilihat berdasarkan hasil

pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan coliform dan colitinja yang

dikategorikan atas :

− Baik ( Memenuhi syarat ) jika total coliform < 50 per 100 ml air.

− Tidak Baik ( Tidak memenuhi syarat ) jika total coliform > 50 per 100 ml

air

Page 44: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

34

3.9 Peralatan dan Media/Bahan

3.9.1 Peralatan

Komponen pemeriksaan (peralatan) yang digunakan meliput :

− Water Bath

− Incubator

− Autoclave

− Tabung Reaksi

− Tabung Durham

− Botol Sampel

− Volume Pipet

− Rak Tabung Reaksi

− Oce

− Bunsen/Lampu Spirtus

3.9.2 Media/Bahan

a. Komponen Media

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang

digunakan untuk menumbuhkan bakteri dalam hal ini yang digunakan adalah :

− LB (Lactose Broth)

− BGLB (Brilian Green Lactose Bile Broth)

b. Bahan

− Sampel air sumur gali yang diambil dengan menggunakan botol sampel

yang stern yang bervolume 250 ml.

− Aqudes sebagai pengencer

3.10 Cara Kerja Penelitian

Page 45: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

35

3.10.1 Pengambilan Sampel Air

Teknik pengambilan sampel air dari sumur gali sebagai berikut :

a. Persiapan Pendahuluan. Didekat sumur ikatkan batu ukuran yang cukup

dengan tali pada botol sampel.

b. Persiapan Menurunkan Botol. Ambil tali bersih sepanjang 20 m yang

digulung pada kayu dan diikatkan pada botol.

c. Membuka Botol-botol Steril

Teknik Standar

Tali pengikat kertas pelindung warna coklat dilepas kemudian diangkat,

sementara kawan lain membuka bungkusan.

d. Menurunkan Botol. Turunkan botol kedalam sumur dengan pemberat

batu, lepas gulungan tali pelan-pelan, jangan biarkan botol menyentuh

bibir sumur.

e. Mengisi Botol. Tengggelamkan botol sepenuhnya sampai kedalam air

sampai kedasar sumur.

f. Mengangkat Botol. Sekali botol dinyatakan berisi tali digulung lagi ke

kayu untuk membawa botol yang penuh air keatas, buang sebagian

airnya bila botol terlalu penuh supaya ada ruang udara.

g. Menutup atau Menyumbat Botol

Teknik Standar. Botol disumbat atau ditutup dengan memutar kemudian

dilindungi dengan dimanteli kertas coklat ditempatnya dan diikat

kembali.

Teknik Menutup dengan Alat

Penutup diletakkan pada tempatnya dan kemudian dipress dengan alat

penutup, kertas coklat pelindung dimantelkan kemudian diikat.

Page 46: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

36

3.10.2 Pembuatan Media Sampel

Langkah-langkah pembuatan media sampel

1. Siapkan Erlenmeyer 1000 ml

2. Timbanglah bahan-bahan berikut LB, BGLB masing-masing 39 Mg

3. Lakukanlah pengenceran dengan menambahkan aquades sebanyak 200

ml hingga rata

4. Tambahkan aquades hingga volumenya 1000 ml

5. Panaskan diatas kompor/tungku hingga merata

6. Setelah merata diamkan beberapa lama sampai larutan media dingin

sebelum dituangkan di tabung reaksi

7. Siapkan tabung reaksi yang telah berisi ke tabung Durham

8. Masukkan 5 ml media ke tabung reaksi

− Media LB : untuk test perkiraan

− Media BGLB : untuk test penegasan

9. Tutuplah tabung media dengan kapas sampai rapat

10. Letakkan tabung reaksi yang sudah berisi media dalam rak tabung

11. Masukkan ke dalam autoclave untuk disterilisasi media pada suhu 1210

Celsius tekanan I S Psi selama 15 menit

12. Setelah cukup waktunya buka autoclave keluarkan rak beserta tabung

13. Letakkan tabung-tabung tersebut pada tempat yang teduh agar menjadi

Dingin

14. Tabung-tabung media tersebut siap digunakan

3.10.3 Prosedur Pemeriksaan

Langkah-langkah pemeriksaan bakteriologi air dilakukan dalam tahap-tahap

sebagai berikut

Page 47: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

37

A. Test Perkiraan (Presumative Test)

Media Lactose Broth

− Siapkan tabung media lactose yang diperlukan sebanyak 7

tabung/sampel (untuk sistem/porsi 5 : 1 : 1)

− Tabung media disusun dalam rak tabung dan diberi tanda sesuai

dengan unit kode, tanggal pengambilan, tanggal pemeriksaan, volume

dengan menggunakan spidol permanen.

− Sampel dicampur atau dikocok agar lebih merata

− Masukkan contoh air secara aseptic kedalam ruang tabung sesuai

dengan tulisan/tanda pada tabung yaitu :

5 tabung medium laktose diisi masing-masing 10 ml sampel air

1 tabung medium laktose diisi masing-masing 1 ml sampel air

1 tabung medium laktose diisi masing-masing 0,1 ml sampel contoh

air dari porsi I -.rl dan 0,1 ml sebaiknya diteteskan dekat pada

permukaan media, jangan pada ujung tabung.

− Tabung reaksi terlebih dahulu dibuka tutupnya, sterilkan bibir mulut

tabung diatas nyala lampu spirtus sebelum dan sesudah diisi sampel.

− Tabung-tabung digoyang sehingga tercampur rata.

− Dieramkan pada suhu 370 C selama 2 x 24 jam dinyatakan sebagai

test perkiraan positif dilanjutkan dengan test penegasan

− Bila test perkiraan negatif, test penegasan tidak dilanjutkan

A. Test Penegasan (Confirmed Test)

Media BGLB

Semua tabung yang menunjukkan peragian positif pada test perkiraan

dalam waktu 24 - 48 jam dilanjutkan.

Page 48: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

38

- Berilah tanda pada tabung reaksi dengan spidol sesuai dengan

ukurannya.

- Pindahkan sebanyak 1 - 2 ose penuh ke tabung reaksi yang bermedia

BGLB.

- Tutuplah tabung tersebut dengan rapat memakai kapas atau tutup

plastik.

- Eramkan pada suhu 370 C untuk test penegasan coliform dan 44° C

untuk penegasan coli tinja selama 2 x 24 jam

- Pembentukan gas diamati setiap 24 jam

- Bila dalam waktu 2 x 24 jam tidak berbentuk gas, maka test

penegasan dinyatakan negatif, sedangkan jika terbentuk gas maka

test penegasan positif.

- Hitunglah test penegasan yang positif.

3.11 Pengumpulan Data

3.11.1 Data Primer

Pengambilan data diperoleh melalui pemeriksaan sampel air sumur gali

yang diperiksa di laboratorium yang pemeriksaan bakteriologi air dengan

menggunakan sistem tabung ganda.

3.11.2 Data Sekunder

Data sekunder diambil dari data gambaran umum Desa Alue Tampak.

Adapun data tersebut mencakup data umum, data sanitasi dasar, dan data penyakit

di Desa Alue Tampak.

3.12 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dan diolah dengan menggunakan

Page 49: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

39

komputer, lalu dianalisa secara statistik deskriptif dan analisa statistik dengan

menggunakan uji chi square.

Page 50: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Gampong Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat

4.1.1.1 Letak Geografis

Gampong Alue Tampak adalah sebuah gampong yang berada di Kecamatan

Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Secara geografis desa ini

memiliki luas + 74 ha wilayah. Gampong Alue Tampak memiliki batas-batas

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Gampong Menasah Buloh

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Gampong Pasie Jambu

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sungai Meureubo

Sebelah Timur : Berbatasan dengan hutan

4.1.1.2 Data Demografi

Secara administratif, jumlah penduduk Gampong Alue Tampak Kacamatan

Kaway XVI pada tahun 2013 mencapai 1.570 jiwa (285 KK). Berdasarkan jenis

kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 864 jiwa dan

penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 706 jiwa. Secara rinci dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Gampong Alue Tampak KecamatanKaway XVI Kabupaten Aceh Barat

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)1. Laki-Laki 8642. Perempuan 706

Total 1.570

Page 51: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

34

4.2 Analisa univariat

Wawancara pada pengguna sumur galian di Gampong Alue Tampak dapat

dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi kondisi

sanitasi sumur galian dan kualitas fisik air sumur galian. Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Distribusi Kondisi Sanitasi Sumur Galian di Gampong AlueTampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

No Kondisi Sanitasi Sumur Galian Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Memenuhi syarat Kesehatan 47 63,52. Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan 27 36,5

Total 74 100

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi kondisi sanitasi sumur galian

yang terbanyak adalah memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 47 sumur

galian (63,5%) dan yang paling sedikit adalah tidak memenuhi syarat kesehatan

yaitu 27 sumur galian (36,5%).

Tabel 4.3 Distribusi Kualiatas Fisik Air Sumur Galian di Desa Alue TampakKecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat

No Kualitas Fisik Air Sumur Galian Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 29 39,22. Tidak Baik 45 60,8

Total 74 100

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi jawaban responden menurut

kualitas fisik air sumur galian yang terbanyak adalah tidak baik yaitu sebanyak 45

sumur galian (60,8%) dan kualitas fisik air sumur galian yang baik sebanyak 29

sumur galian (39,2%).

Page 52: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

35

4.3 Analisa Bivariat

4.3.1 Hubungan Kondisi Sanitasi Sumur Galian dengan Kualiatas Fisik Air

Sumur Galian

Tabel 4.4 Hubungan Kondisi Sanitasi Sumur Galian dengan Kualiatas FisikAir Sumur Galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVIKabupaten Aceh Barat

NoKondisi Sanitasi

Sumur Galian

Kualiatas Fisik Air SumurGalian

TotalP Value

Baik Tidak Baik n %n % n %

1. Memenuhi syaratkesehatan

26 55,3 21 44,7 47 100 0,000

2. Tidak memenuhi syaratkesehatan

3 11,1 24 88,9 27 100

Jumlah 29 45 74

Dari data tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa variabel kondisi sanitasi

sumur galian, persentase kondisi sanitasi sumur galian yang memenuhi syarat

kesehatan yang kualitas fisik air sumur galian yang baik sebanyak 26 sumur galian

(55,5%). Bila dibandingkan dengan yang kondisi sanitasi sumur galian tidak

memenuhi syarat kesehatan yang kualitas fisik air sumur galian yang baik sebanyak

3 orang (11,1%).

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang bearti lebih

kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

hubungan antara kondisi sanitasi sumur galian dengan kualitas fisik air sumur

galian. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 9.905

hal ini berarti sumur galian yang mempunyai kondisi sanitasi yang memenuhi

syarat kesehatan mempunyai peluang 9.905 kali untuk kualitas fisik air sumur

Page 53: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

36

galian yang baik dibandingkan sumur galian yang tidak memenuhi syarat

kesehatan tidak baik mempunyai kualitas fisik air sumur galian.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Hubungan Kondisi Sanitasi Sumur Galian dengan Kualiatas Fisik Air

Sumur Galian

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa kondisi sanitasi sumur galian

yang memenuhi syarat kesehatan memberikan hubungan dengan kualitas fisik air

sumur galian. Dengan kata lain ada hubungan antara kondisi sanitasi sumur galian

dengan kualitas fisik air sumur galian di Gampong Alue Tampak Kecamatan

Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa sumur galian dengan

kondisi sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai kualitas fisik air

sumur galian yang baik dibandingkan kondisi sanitasi sumur galian yang tidak

memenuhi syarat kesehatan.

Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa kondisi sanitasi sumur

galian yang memenuhi syarat kesehatan bisa meningkatkan kualitas fisik air sumur

galian. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Chiroma et al

di Yola), Nigeria menyatakan bahwa sumur galian yang dibangun dekat limbah

domestik, jamban, genangan air, dan tempat pemotongan hewan memiliki memiliki

resiko pencemaran tinggi terhadap kualitas fisik air sumur galian (Chiroma, 2007).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Adekunle di Negeria bahwa sumur yang

tidak bercincin atau cincin tidak kedap air mudah mengalami kontaminasi oleh

limbah (Adekunle, 2009). Penelitian Ika Nining yang menyatakan bahwa

konstruksi sumur gali paling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kandungan bakteriologis air sumur gali (Nining, 2007). Idhamsyah menyatakan

Page 54: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

37

bahwa konstruksi sumur memberikan pengaruh bermakna terhadap kualitas bakteri

air sumur gali (Idhamsyah, 2008). Penelitian Irianti menyatakan bahwa dinding

sumur, genangan air dalam jarak 2 meter dan letak sumur merupakan variabel yang

bermakna terhadap kandungan bakteriologis air sumur gali. Kondisi sumur ini

mudah mengalami pencemaran karena sumber pencemar dapat merembes melalui

pori-pori lantai, bibir, dan dinding sumur yang tidak kedap air masuk ke dalam

sumur sehingga menyebabkan pencemaran (Irianti, 2001).

Air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar yang

ditetapkan dan harus ada jaminan bahwa air yang dikonsumsi aman untuk

kesehatan. Karena cukup banyak hal yang dapat menyebabkan bahaya bagi

kesehatan pada air tersebut, misalnya pencemaran. Selain adanya sumber

pencemar faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas fisik air sumur galian

yaitu: jarak sumber pencemar, jumlah sumber pencemar di sekitar sumber air, arah

aliran air tanah, perilaku pemakai sumber air, iklim, jenis tanah, jumlah pemakai

sumber air, kedalaman permukaan air tanah, dan konstruksi bangunan sumur galian

(Kusnaedi, 2004).

Page 55: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan dalam

penelitian ini adalah Adanya hubungan antara kondisi sanitasi sumur galian dengan

kualitas fisik air sumur galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α= 0,05.

5.2 Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat melakukan penyuluhan secara

berkala tentang sanitasi lingkungan dan sarana air bersih (air sumur gali) yang

benar. Melakukan pemeriksaan kualitas air sumur gali secara

berkala.Memberikan penyuluhan kepada tokoh masyarakat mengenai cara-cara

memperbaiki kualitas air yang tercemar.

2. Bagi masyarakat melakukan perbaikan sarana air bersih (air sumur gali) dengan

memperbaiki kualitas dinding sumur, lantai sumur, bibir sumur, dan SPAL

kedap air.

Page 56: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

46

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya.Jakarta.

Adekunle A.S. 2009. Effects of Industrial Effluent on Quality of Well WaterWithin Asa Dam Industrial Estate, Ilorin, Nigeria. Nature and Science.

Allafa. 2008. Air Bersih. http ://www.indoskripsi.com. Diakses 9 Mei 2013.

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Chiroma T.M. et al.2007. Environment Impact on The Quality of Water fromHand-Dug Well in Yola Environs. Leornardo Journal of Sciences.

Depkes RI. 1995. Pengawasan Kualitas Air Untuk Penyediaan Air BersihPedesaan dan Kota Kecil, Jakarta.

-------------, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ Menkes/SK/VIItentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jakarta.

-------------, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta.

Ditjen PPM & PLP, 1997, Pedoman Pengawasan Kualitas Air Bagi PengelolaProgram, Jakarta.

Idhamsyah. 2008. Pengaruh Lingkungan Fisik dan Perilaku Pemakai SumurGali terhadap Kualitas Bakteriologis pada Air Sumur Gali di KelurahanJembatan Mas, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, PropinsiJambi(Tesis).

Irianti. 2001. Risiko Pencemaran Bakteriologik Air Sumur Gali di DaerahPedesaan Kabupaten Rembang(Tesis).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/ MENKES/PER/IV tentangPersyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta.

Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum, PuspaSwara, Jakarta.

Kusnoputanto, 2006. Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Nining, Ika. 2007. Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap KandunganBakteriologis Air Sumur Gali di desa Manjung, Kecamatan Ngawen,Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Tesis).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.

Page 57: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

47

Ramdani W, 2008. Kesadaran Masyarakat Terhadap Kesehatan Lingkungan.Bogor.

Sanropie, 1993, Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih. APK-TS, Jakarta.

Slamet, 2009. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press,Yogyakarta.

Slamet, S. J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Soemirat, J, 2001. Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta.

Suparmin S, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta.

Sutrisno, Muhammad. 2006. Sumur Gali Sumber Air Bersih. Udayana Press.Denpasar.

Sworobuk J.E. et al.2007. Assessment of The Bacteriological Quality of RuralGroundwater Supplies in Northern WestVirginia. Water, Air, and SoilPollution.

Totok, Sutrisno, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.

Widowati, Wahyu, dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Andi. Yogyakarta.

WHO, 2008. Laporan Millenium Development Goals Indonesia, Genewa.

Page 58: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu
Page 59: HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu

37