HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN ...eprints.ums.ac.id/79198/12/NASKAH PUBLIKASI BARU.pdfmenderita...

21
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : SAFITRI J 310 171228 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN ...eprints.ums.ac.id/79198/12/NASKAH PUBLIKASI BARU.pdfmenderita...

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS

TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Sarjana

Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

SAFITRI

J 310 171228

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

i

ii

iii

1

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD

Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Abstrak

Diabetes melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolik di mana sel-sel tubuh

resisten terhadap aksi insulin yang sedang diproduksi. Salah satu pilar dalam

penatalaksanaannya yaitu terapi nutrisi yang merupakan pengaturan makan dengan

prinsip 3 J yang digunakan sebagai tolak ukur untuk kepatuhan diet. Salah satu

faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet adalah dukungan keluarga. Maka dari

itu dukungan keluarga sangat berperan untuk memotivasi pasien, agar pasien dapat

mematuhi diet yang sedang dijalani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus

tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jenis penelitian ini adalah

observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik

consecutive sampling berjumlah 32 pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan.

Kriteria inklusi yaitu pasien bersedia untuk menjadi responden, pasien diabates

melitus tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi, pasien yang sudah mendapatkan

konseling gizi minimal 1 kali, mampu berkomunikasi dengan baik dan kriteria

eksklusi yaitu pasien hidup sendiri/datang sendiri. Data dukungan keluarga dan

kepatuhan diet (jadwal dan jenis) diperoleh menggunakan kuesioner. Data

kepatuhan diet (jumlah) diambil menggunakan form FFQ 1 bulan terakhir. Uji

statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan diet (jumlah) kategori dukungan

keluarga yang baik dengan yang patuh sebesar 53,3% dan tidak patuh sebesar

46,7%, sedangkan dukungan keluarga yang kurang dengan yang patuh sebesar

52,9% dan tidak patuh sebesar 47,1%. Kepatuhan diet (jadwal dan jenis) pada

kategori dukungan keluarga yang baik dengan yang patuh sebesar 66,7% dan tidak

patuh sebesar 33,3%, sedangkan dukungan keluarga yang kurang dengan yang

patuh sebesar 41,2% dan yang tidak patuh sebesar 58,8% responden (46,9%).

Beradasarkan nilai P (kepatuhan diet jumlah) = 0,032 dan nilai P (kepatuhan diet

jadwal dan jenis) = 0,001 yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan diet. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada

pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Kata kunci : Diabetes Melitus, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Diet

Abstract

Type 2 diabetes mellitus is a metabolic disorder where the body cells are resistant

to the action of insulin being produced. One of the pillars in the treatment is

nutritional therapy which is a feeding arrangement with the principle 3J which is

used as benchmark for dietary compliance. One factor that affects dietary

compliance is family support. Therefore, family support is instrumental in

2

motivating the patient, so that patient can adhere to diet being undertaken. This

research purpose to determine the correlation of family support with diet

compliance in outpatients with type 2 diabetes mellitus at Dr. Moewardi Surakarta

Hospital. This type of research is observational with cross sectional design. The

sample is selected with a consecutive sampling technique of 32 outpatients with

type 2 diabetes mellitus. Inclusion criteria is the patient willing to be a respondent,

patients diabates type 2 with or without complications, patients who have received

a nutritional counseling at least once, able to communicate well and exclusion

criteria IE patients live alone/come alone. Family support data and diet compliance

(schedules and types) were obtained using questionnaires. Dietary compliance data

(amount) is taken using FFQ form in the last 1 month. The statistical test used is

Pearson Product Moment correlation test. The results showed that diet (number)

category of good family support with a compliant were 53.3% and non-compliant

at 46.7%, while family support that was less than compliant was 52.9% and non-

compliant at 47.1%. Diet compliance (schedules and types) in the category of good

family support with obediance was 66.7% and non-compliant at 33.3%, while

family support that was less than compliant was 41.2% and non-compliant was

58.8% of respondents (46.9%) . Based on P value (amount diet compliance) = 0.032

and P value (schedule and type compliance diet) = 0.001 which means there is a

correlation of family support with diet compliance. There was correlation between

family support and diet compliance in outpatient with type 2 diabetes mellitus at

Dr. Moewardi Surakarta Hospital.

Keywords : Diabetes Mellitus, Family Support, Diet Compliance

1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika pankreas tidak

memproduksi cukup insulin (hormon yang mengatur glukosa darah), atau ketika

tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Diabetes

melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolik di mana sel-sel tubuh resisten

terhadap aksi insulin yang sedang diproduksi dan seiring waktu produksi insulin

semakin menurun. Penyakit kronis seperti diabetes melitus sangat rentan terhadap

gangguan fungsi pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah

(WHO, 2016). Faktor utama yang menyebabkan diabetes melitus tipe 2 yaitu

perubahan kebiasaan diet dan kurang aktivitas fisik yang terkait gaya hidup.

Akibatnya, persentase populasi yang lebih besar akan menjadi kelebihan berat

badan dan obesitas (Zhao et al., 2015).

3

Sebagian besar jumlah penderita diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe

2 (WHO, 2016). Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017

ada 425 juta orang yang hidup dengan diabetes (kelompok umur terbesar: 40-59

tahun) dan perkiraan peningkatan 48% menjadi 628,6 juta orang untuk tahun 2045.

Berdasarkan Riskedas tahun 2013 prevalensi diabetes melitus di provinsi Jawa

Tengah sebesar 1,6 % dan Riskesdas 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi

menjadi 2 % (Riskesdas, 2018).

Semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus tipe 2, perlu

penatalaksanaan pasien diabetes melitus yang dikenal 4 pilar penting dalam

mengontrol perjalanan penyakit dan komplikasi yaitu edukasi, terapi nutrisi medis,

aktifitas fisik dan farmakologi (PERKENI, 2015). Terapi nutrisi medis melalui

perencanaan makanan merupakan salah satu langkah pertama yang harus dilakukan

dalam pengelolaan diabetes melitus (Yunita, dkk., 2013). Prinsip pengaturan makan

pada penyandang diabetes melitus hampir sama dengan anjuran makan untuk

masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan 3 J yaitu tepat jumlah, jadwal

dan jenis. Jumlah makanan yang dikonsumsi dalam sehari berkaitan dengan

kebutuhan kalori. Konsumsi energi yang melebihi kebutuhan tubuh menyebabkan

lebih banyak glukosa yang ada dalam tubuh. Pada penderita diabetes melitus tipe

II, jaringan tubuhnya tidak mampu untuk menyimpan dan menggunakan glukosa,

sehingga kadar glukosa darah akan naik dan akan menjadi racun bagi tubuh

(Hartono, 2006).

Terapi nutrisi ini akan terus dijalani dalam jangka panjang karena diabetes

melitus adalah penyakit seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan. Maka salah satu

strategi untuk membantu terapi gizi medis ini adalah dengan pendekatan dengan

orang terdekat yaitu keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama

terhadap masalah yang terjadi pada anggota keluarga. (Prawirasatra, dkk., 2017).

Sehingga dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam

menjalankan pengobatan ataupun diet (Nurhidayati dan Fitri, 2011).

Menurut penelitian Hestiana (2017) terdapat hubungan antara peran keluarga

dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien rawat jalan penderita

diabetes melitus tipe 2. Karena responden yang memiliki dukungan keluarga yang

4

baik selalu mengawasi penatalaksanaan penyakit diabetes melitus yang sesuai

dengan saran petugas kesehatan. Tetapi ada beberapa penelitian yang menunjukkan

bahwa pasien sering merasa dikritik atau dihina, dan kadang-kadang bahkan merasa

bersalah ketika menerima dukungan dari keluarga. Penelitian lain menunjukkan

bahwa adanya tuntutan yang saling bersaing antara pasien dan anggota keluarga.

Sebagai contoh, anggota keluarga mungkin tidak ingin makan makanan yang sama

dengan pasien diabetes yang berusaha mempertahankan pola makan yang lebih

sehat. Tuntutan yang saling bersaing tersebut membatasi waktu dan energi pasien

dan menimbulkan stres yang dapat berdampak negatif pada pasien (Miller dan

DiMatteo, 2013).

Maka dari itu pentingnya dukungan keluarga untuk berpartisipasi dalam

menjaga makanan atau diet yang dianjurkan terhadap anggota keluarga yang

menderita diabetes melitus. Salah satu wujud kepatuhan pasien adalah dengan cara

mengikuti anjuran diet yang disarankan oleh ahli gizi (Ilmah dan Rochmah, 2015).

Kepatuhan diet juga dapat mencegah terjadinya komplikasi dengan cepat.

Kepatuhan dalam menjalankan diet bagi penderita diabetes mellitus tipe 2 menjadi

permasalahan tersendiri ketika peraturannya harus diikuti oleh penderita secara

kontinu dan dalam kurun waktu yang lama (Ciechanowski dkk, 2001). Adapun

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan diet yaitu usia, jenis kelamin,

suku bangsa, status ekonomi dan pendidikan (Brunner dan Suddart, 2002).

Berdasarkan laporan kinerja RSUD Dr. Moewardi 2018, penyakit diabetes

melitus tipe 2 berada di urutan ke-5 dari sepuluh besar penyakit rawat jalan dan

berada di urutan ke-6 dari sepuluh besar penyebab kematian. Berdasarkan hasil

penelitian Dewi dkk (2018) bahwa masih banyak responden yang tidak patuh yaitu

sebesar 91,7%. Selain itu, hasil penelitian Arviani (2015) menyatakan bahwa

asupan energi terhadap 55 sampel pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di

RSUD Dr. Moewardi sebagian besar masuk dalam kategori defisit.

Ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit diabetes melitus dapat memberikan

efek negatif yang sangat besar karena presentase kasus penyakit tidak menular

tersebut diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001

(Bertalina dan Purnama, 2016) dan dapat mempercepat terjadinya komplikasi.

5

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2

rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. METODE

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan oleh komisi etik penelitian kesehatan

RSUD Dr. Moewardi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret No.

513/IV/HREC/2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

desain cross sectional. Jumlah responden pada penelitian ini terdiri dari 15 laki-laki

dan 17 perempuan. Sedangkan jumlah keluarga responden terdiri dari 14 laki-laki

dan 18 perempuan. Sampel penelitian diambil secara consecutive sampling dan

dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu bersedia untuk menjadi responden, pasien

DM tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi, sudah mendapatkan konseling gizi

minimal 1 kali, mampu berkomunikasi dengan baik.

Data yang dikumpulkan meliputi dukungan keluarga diperoleh menggunakan

kuesioner yang terdiri dari 13 pernyataan menggunakan 5 skala likert. Data

kepatuhan diet (jadwal dan jenis) diambil menggunakan kuesioner yang terdiri dari

13 pernyataan menggunakan 5 skala likert dan data kepatuhan diet (jumlah)

menggunakan form food frequency questionnaire (FFQ) 1 bulan terakhir. Analisis

data dengan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik subjek.

Kemudian dilanjutkan analisis bivariat yang dimulai dengan uji normalitas data

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil data berdistribusi normal sehingga

dilanjutkan uji hubungan menggunakan uji Pearson Product Moment.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden Penelitian

6

Tabel 1. Karakteristik Responden

No Variabel Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

15

17

47

53

2 Umur

Remaja = 12-25

Dewasa = 26-45

Lansia = 46- > 65

1 3,1

3

28

9,4

87,5

3 Pendidikan

Tidak tamat SD 2 6,3

SD 5 15,6

SMP 8 25

SMA 9 28,1

Sekolah Lanjutan (Diploma dan Sarjana) 8 25

4 Pekerjaan

PNS 4 12,5

Non PNS 15 46,9

IRT 8 25

Pensiunan 5 15,6

5 Lama Menderita DM

< 3 tahun 17 53,1

3-5 tahun 7 21,9

> 5 tahun 8 25

Karakteristik populasi rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

dalam penelitian ini terdiri dari pasien diabetes melitus tipe 2 yang berjumlah

sebanyak 32 orang. Berdasarkan hasil penelitian dari 32 orang yang diteliti,

menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53% berjenis kelamin

perempuan sedangkan 47% berjenis kelamin laki-laki. Menurut Leslie, dkk

(2013) bahwa sebenarnya kejadian diabetes melitus tipe 2 lebih rentan terjadi

pada orang yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Tetapi kenyataannya dilapangan orang yang berjenis kelamin perempuan lebih

banyak terkena diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini

dikarenakan, perempuan di masyarakat mempunyai angka harapan hidup lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki sehingga semakin banyak perempuan

lanjut usia menyebabkan jumlah perempuan yang mengidap diabetes melitus

tipe 2 semakin tinggi.

7

Menurut Trisnawati dan Setyorogo (2013) usia lebih dari 40 tahun adalah

usia yang beresiko terkena diabetes melitus tipe 2 dikarenakan adanya

intolenransi glukosa dan proses penuaan yang menyebabkan kurangnya sel

beta pankreas dalam memproduksi insulin. Jika dilihat dari umur responden

saat pertama kali menderita diabetes melitus maka dapat diketahui bahwa

semakin meningkatnya umur seseorang maka semakin besar kejadian diabetes

melitus tipe 2 (Brunner dan Suddarth, 2002). Persentase umur responden yang

termasuk kategori remaja yang berada pada rentang 12-25 tahun sebesar 3,1%,

kategori dewasa yang berada pada rentang 26-45 tahun sebesar 9,4% dan yang

termasuk kategori lansia berada pada rentang 46->65 tahun sebesar 87,5%.

Sebagian besar pendidikan responden yaitu SMP, SMA dan sekolah

lanjutan (diploma dan sarjana) dengan persentase masing-masing sebesar 25%;

28,1%; dan 25%. Selain itu, tidak tamat SD 6,2% dan SD 15,6%. Semakin

tingkat pendidikan tinggi resiko untuk terkena diabetes melitus semakin rendah

dan sebaliknya. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan

memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan dan orang yang memiliki

tingkat pendidikannya rendah biasanya kurang pengetahuan. Dengan adanya

pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan

(Damayanti, 2015).

Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian diabetes melitus.

Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya (Trisnawati dan

Setyorogo, 2013). Menurut Nurayati dan Adriani (2017) aktivitas fisik yang

dilakukakan oleh seseorang akan mempengaruhi kadar glukosa darahnya.

Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan meningkat saat seseorang

melakukan aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut disebabkan glukosa

endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa di dalam darah

tetap seimbang. Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa sebagian besar

pekerjaan responden yaitu non PNS yang meliputi buruh, pegawai swasta,

petani dan wiraswata sebesar 46,9%. Selain itu PNS, IRT dan pensiunan

dengan persentase masing-masing sebesar 12,5%; 25%; dan 15,6%.

8

Menurut Lathifah (2017) durasi penyakit diabetes melitus yang lama

menunjukkan lama penderita tersebut mengalami diabetes melitus sejak

diagnosis penyakit ditegakkan. Semakin lama seseorang menderita diabetes

melitus maka semakin mudah penderita diabetes melitus mengalami

komplikasi. Pola hidup sehat seperti rajin berolahraga, makan-makanan

bergizi, dan menghindari rokok dapat meningkatkan kualitas hidupnya

sehingga memperlambat terjadinya komplikasi. Sebagian besar lama menderita

diabetes yaitu durasi <3 tahun tahun sebesar 53,1%, durasi 3-5 tahun sebesar

21,9% dan durasi >5 tahun sebesar 25%. Perjalanan penyakit diabetes melitus

dapat menimbulkan komplikasi , baik yang bersifat akut ataupun kronis.

Komplikasi akut muncul sebagai keadaan hipoglikemi yang harus segera

tertangani supaya tidak menjadi kondisi koma hipoglikemi. Sedangkan

komplikasi kronis akan menyertai penderita diabetes melitus setelah mengidap

diabetes melitus diatas 5 tahun (Tsalissavrina, dkk., 2018).

Tabel 2. Karakteristik Keluarga Responden

No Variabel Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Umur (tahun)

Remaja = 12-25

Dewasa = 26-45

Lansia = 46- > 65

1 3,1

12

19

37,5

59,4

2 Pendidikan

SD 7 21,9

SMP 6 18,7

SMA 12 37,5

Sekolah Lanjutan (Diploma dan Sarjana) 7 21,9

3 Pekerjaan

Tidak Bekerja

PNS

1

2

3,1

6,3

Non PNS 20 62,5

IRT 8 25

Pensiunan 1 3,1

4 Hubungan Dengan Penderita DM

Suami 11 34,4

Istri 12 37,5

Saudara kandung

Anak

1

8

3,1

25

9

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa umur keluarga yang

termasuk kategori remaja yang berada pada rentang 12-25 tahun sebesar 3,1%,

kategori dewasa yang berada pada rentang 26-45 tahun sebesar 37,5% dan

kategori lansia yang berada pada rentang 46->65 tahun sebesar 59,4%.

Sebagian besar usia keluarga berada pada kategori lansia dan berstatus

istri/suami dari penderita diabetes melitus. Usia adalah indikator untuk

menentukan kedewasaan dalam melakukan pengambilan keputusan

berdasarkan pengalaman (Meidikayanti dan Wahyuni, 2017).

Menurut Rahayu dan Utami (2018) usia keluarga 53-67 tahun pada

pasien diabetes melitus merupakan usia yang sudah matang dalam pengalaman

hidup dan kematangan jiwanya dengan peranan sebagai caregiver utama. Usia

seseorang berhubungan dengan keputusan untuk menggunakan pelayanan

kesehatan dimana semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar

keyakinannya untuk mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan (Stuart dan

Laraia, 2005).

Sebagian besar pendidikan keluarga yaitu SMA dengan persentase

sebesar 37,5%. Pendidikan SD, SMP, dan sekolah lanjutan (diploma dan

sarjana) masing-masing sebesar 21,9%; 18,7%; dan 21,9%. Menurut Luthfa

(2016) bahwa pendidikan dikaitkan dengan kemampuan menerima informasi,

semakin tinggi pendidikan keluarga maka akan semakin baik dalam menerima

informasi dan akan meningkatkan support yang akan mempengaruhi perilaku

keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga terhadap penderita diabetes

melitus.

Pekerjaan keluarga sebagian besar adalah non PNS yang meliputi buruh,

pegawai swasta, petani, dan wiraswasta sebesar 62,5%. Selain itu yang tidak

bekerja, PNS, IRT dan pensiunan masing-masing sebesar 3,1%; 6,3%; 25%;

dan 3,1%. Dalam penelitian Macgilchrist (2010) penderita DM tipe 2 yang

memiliki pendapatan yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola diet

dibandingkan dengan orang yang memiliki pendapatan tinggi. Hal ini

dikarenakan orang yang mempunyai pendapatan rendah lebih sedikit

10

berpeluang untuk membeli makanan yang sesuai dengan diet diabetes daripada

yang berpendapatan tinggi.

Hubungan dengan penderita diabetes sebagian besar adalah istri sebesar

37,5% dan suami sebesar 34,4%. Hubungan dengan penderita diabetes sebagai

kakak sebesar 3,1% dan anak sebesar 5%. Menurut Hisni, dkk (2017) bahwa

dukungan pasangan berperan dalam menjadikan pasien patuh terhadap diet,

karena pasangan merupakan orang yang paling sering melakukan interaksi

dengan penderita sehingga ketika pasangan memberikan dukungan diet,

penderita akan mudah untuk meresponnya.

3.2 Analisis Univariat

Berikut ini adalah tabel distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga :

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

No Dukungan Keluarga n %

1 Baik 15 46,9

2 Kurang 17 53,1 Total 32 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa dukungan keluarga

terdapat pada kategori baik sebesar 46,9% dan kategori kurang sebesar 53,1%.

Untuk mendukung ketaatan dalam pola makan, perlu adanya dukungan sosial

salah satunya adalah dukungan dari keluarga (Rizani, dkk., 2014).

Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan

bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan

saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan

membantu menurunkan perasaan terisolasi (Brunner dan Suddarth, 2002).

Berikut ini adalah tabel distribusi responden berdasarkan kepatuhan diet :

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Diet (Jumlah)

No Asupan Energi n %

1 Patuh 17 53,1

2 Tidak patuh 15 46,9 Total 32 100

11

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Diet (Jadwal dan

Jenis)

No Kepatuhan Diet n %

1 Patuh 17 53,1

2 Tidak Patuh 15 46,9 Total 32 100

Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5 dapat diuraikan bahwa terdapat

persentase yang sama antara kepatuhan diet jumlah dengan jadwal dan jenis

yang termasuk kategori patuh sebesar 53,1% dan tidak patuh sebesar 46,9%.

Menurut Karmiathi (2016) kebutuhan kalori harian untuk penderita diabetes

melitus merupakan peran penting untuk menjaga kesehatan pada penderita

diabetes dengan menjaga pola makan atau diet yang bertujuan untuk

memperlambat timbulnya komplikasi dari penyakit diabetes melitus.

3.3 Analisis Bivariat Berikut ini hasil dari uji hubungan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan diet (jumlah) dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet (Jumlah)

Variabel Minimum Maksimum Mean±SD P

Dukungan

Keluarga

Kepatuhan Diet

(Jumlah)

40

1117

62

1842

52,50±5,168

1484,16±156,76

0,032

Berdasarkan tabel 6, dukungan keluarga memiliki nilai minimum yaitu

40 dan nilai maksimum yaitu 62 dengan rata-rata nilai 52,50±5,168. Kepatuhan

diet (jumlah) memiliki nilai minimum 1117 kkal dan nilai maksimum 1842

kkal dengan rata-rata nilai 1484,16±156,76. Hasil uji korelasi dengan Pearson

Product Moment menunjukkan nilai P yaitu 0,032 yang berarti ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet (jumlah) pada pasien DM tipe

2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

12

Tabel 7. Distribusi Dukungan Keluarga Berdasarkan Kepatuhan Diet

(Jumlah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diuraikan bahwa dukungan keluarga yang

baik dengan responden yang patuh sebesar 53,3% dan yang tidak patuh sebesar

46,7%, sedangkan untuk dukungan keluarga yang kurang dengan responden

yang patuh sebesar 52,9% dan yang tidak patuh sebesar 47,1%. Namun dapat

dilihat dukungan keluarga yang baik cenderung lebih patuh menjalankan diet

sedangkan dukungan keluarga yang kurang cenderung tidak patuh

menajalankan diet.

Hasil dari uji hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

(jadwal dan jenis) dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet (Jadwal dan

Jenis)

Variabel Minimum Maksimum Mean±SD P

Dukungan

Keluarga

Kepatuhan Diet

(Jadwal dan Jenis)

40

40

62

57

52,50±5,168

49,38±3,982

0,001

Berdasarkan tabel 8, dukungan keluarga memiliki nilai minimum yaitu

40 dan nilai maksimum yaitu 62 dengan rata-rata nilai 52,50±5,168. Kepatuhan

diet (jadwal dan jenis) memiliki nilai minimum 40 dan nilai maksimum 57

dengan rata-rata nilai 49,38±3,982. Hasil uji korelasi dengan Pearson Product

Moment menunjukkan nilai P yaitu 0,001 yang berarti ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet (jadwal dan jenis) pada pasien DM

tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Tabel 9. Distribusi Dukungan Keluarga Berdasarkan Kepatuhan Diet (Jadwal

dan Jenis)

Kategori Dukungan

Keluarga

Kategori Kepatuhan Diet Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % n %

Baik

Kurang

8

9

53,3

52,9

7

8

46,7

47,1

15

17

100

100

Kategori

Dukungan

Keluarga

Kategori Kepatuhan Diet Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % n %

Baik

Kurang

10

7

66,7

41,2

5

10

33,3

58,8

15

17

100

100

13

Berdasarkan tabel 9 dapat diuraikan bahwa bahwa dukungan keluarga

yang baik dengan responden yang patuh sebesar 66,7% dan yang tidak patuh

sebesar 33,3%, sedangkan dukungan keluarga yang kurang dengan responden

yang patuh sebesar 41,2% dan yang tidak patuh sebesar 58,8%. Sehingga dapat

dilihat bahwa dukungan keluarga yang baik cenderung patuh menjalankan diet

dan dukungan keluarga yang kurang cenderung tidak patuh menjalankan diet.

Berdasarkan tabel 6 dan tabel 8, menunjukkan bahwa ada hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2

rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Pudyasti dan Sugiyanto (2017), bahwa ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan diet pada DM tipe 2. Hal ini disebabkan karena

adanya motivasi dari keluarga yang membuat responden merasa dihargai dan

mempunyai rasa percaya diri untuk sembuh.

Menurut Purwandari dan Susanti (2017) diet pada penderita DM tidak

hanya memerlukan waktu yang singkat, perlu waktu seumur hidup untuk

melakukan kepatuhan diet. Kesabaran dan motivasi sangat diperlukan pula

untuk mendukung dalam menjalani kepatuhan diet yang dapat diperoleh dari

hubungan dengan orang terdekat seperti keluarga atau teman. Kesabaran dan

motivasi akan mempengaruhi sikap penderita DM tipe 2 untuk menjalankan

diet. Maka dari itu dukungan yang didapat dari keluarga terdekat akan

meningkatkan keinginan penderita dalam mencapai derajat kesehatan yang

paling tinggi.

Selain itu penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba, dkk (2010)

bahwa dukungan keluarga mempunyai pengaruh positif kepada sikap penderita

diabetes melitus untuk menerima edukasi tentang pengaturan makan yang

dianjurkan oleh ahli gizi, dan menurut Nurhidayati dan Fitri (2011) bahwa

dukungan keluarga yang baik akan membuat penderita mempunyai kesadaran

untuk melakukan diet secara disiplin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Wahyuni dan Hermawati (2017)

bahwa peran keluarga dalam mengingatkan, memantau dan menyediakan

makanan berpengaruh dalam memenuhi jumlah energi yang dikonsumsi.

14

Menurut Hestiana (2017) ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

pengelolaan diet responden karena keluarga selalu menjaga makanan yang

dikonsumsi sehari-hari sesuai dengan saran petugas kesehatan.

Maka dari itu keluarga sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi

dalam diri penderita diabetes dan juga menyediakan, memantau serta

mengingatkan makanan yang sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.

Sehingga penderita DM tipe 2 yang patuh dalam menjalankan diet akan

membuat kadar glukosa darahnya menjadi stabil dan memperlambat terjadinya

komplikasi.

4. PENUTUP

Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes

melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

PERSANTUNAN

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang

dengan ridho dan izinNya penulis dapat menyelesaikan naskah publikasi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah

Surakarta dan seluruh subjek dan enumerator yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini. Selain itu, peneliti ingin berterima kasih kepada dosen penguji

bapak Ahmad Farudin, SKM., M.Si., ibu Farida Nur Isnaeni, S.Gz., M.Sc.,

Dietisien, ibu Endang Nur Widiyaningsih, SST., M.Si Med yang telah

memberikan kritik dan saran dalam penelitian ini serta keluarga dan teman-teman

yang telah memberikan dukungan dan do’a terbaiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Arviani, D. (2015). Gambaran Asupan Makan Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Dr.

Moewardi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Bertalina dan Purnama. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi

Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes

Mellitus. Jurnal Kesehatan. 7(2): 329–340

15

Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8).

Jakarta: EGC

Ciechanowski, P. S., dkk. (2001). The Patient-Provider Relationship: Attachment

Theory and Adherence to Treatment in Diabetes. Am J Psychiatry.158: 29–

35.

Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan (Cetakan 1).

Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi, T., Amir, A. dan Sabir, M. (2018). Kepatuhan Diet Pasien DM Berdasarkan

Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Di Wilayah Puskesmas

Sudiang Raya. 25: 55–63

Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit (Edisi 2). Jakarta: EGC

Hestiana, D. W. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

Dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2

Di Kota Semarang. Jurnal of Health Education. 2(2):138–145

Hisni, D., Widowati, R., dan Wahidin, N. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Wilayah Puskesmas Limo Depok. 40(57): 6659–6668

IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas Eight Edition 2017 (8th ed.). Available at:

www.diabetesatlas.org

Ilmah, F., dan Rochmah, T. N. (2015). Kepatuhan Pasiet Rawat Inap Diet Diabetes

Mellitus Berdasarkan Teori Kepatuhan Niven. Jurnal Administrasi

Kesehatan Indonesia. 3(1): 60–69

Karmiathi, N. M. (2016). Penentuan Kebutuhan Kalori Harian Pada Penderita

Diabetes Dengan Fuzzy Logic Metode Mamdani. 16(3): 186–192

Lathifah, N. L. (2017). Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Glukosa Darah

Dengan Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus. 5(2): 231–239

Leslie, David., dkk. (2013). Diabetes: Clinician's Desk Reference. New York: CRC

Press

Luthfa, I. (2016). Family Support Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Puskesmas Bangetayu Semarang, Analisis Rasch Model. 2(2): 1–7

Macgilchrist, C., dkk. (2010). Lower‐Limb Risk Factors For Falls In People With

Diabetes Mellitus. Diabetic Medicine. 27(2): 162-168

16

Meidikayanti, W., dan Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kualitas Hidup Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Pademawu’,

Jurnal Berkala Epidemiologi. 5(2): 240–252

Miller, T. A., dan DiMatteo, M. R. (2013). Importance Of Family/Social Support

And Impact On Adherence To Diabetic Therapy. Dove Press Journal. 6: 421–

426

Nurayati, L. dan Adriani, M. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kadar

glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutr. 80–87

Nurhidayati., dan Fitri, A. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan di RS PKU

Muhammadiyah Yoggakarta. STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe

2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI

Prawirasatra, W. A., Wahyudi, F., dan Nugraheni, A. (2017). Hubungan Dukungan

Keluarga Terhadap Kepatuhan Pasien Dalam Menjalankan 4 Pilar Pengelolaan

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Rowosari, 6(2): 1341–1360

Pudyasti, B., dan Sugiyanto. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Diet Pada Pasien Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di

Puskesmas Minggir Sleman Yogyakarta. Universitas ‘Aisiyah Yogyakarta

Purba, M. B., Rahayu, E. S., dan Sinorita, H. (2010). Dukungan Keluarga Dan

Jadwal Makan Sebelum Edukasi Berhubungan Dengan Kepatuhan Jadwal

Makan Pasien Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Yang Mendapat

Konseling Gizi Di RSUD Kota Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,

7(2): 74–79

Purwandari, H., dan Susanti, S. N. (2017). Hubungan Kepatuhan Diet Dengan

Kualitas Hidup Pada Penderita DM Di Poli Penyakit Dalam RSUD

Kertosono. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2): 16-21

Rahayu, N. W., dan Utami, M. P. S. (2018). Peningkatan Kemampuan Keluarga

Dalam Merawat Klien Diabetes Mellitus Melalui Supportive Group Theraphy

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 1(1): 24–18

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018

Rizani, H. K., Suroto., dan Rizani, A. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Ketaatan Pola Makan Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sei Besar Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan. 5(2)

17

Trisnawati, S.K., dan Setyorogo.S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes

Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun

2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1): 6-11

Tsalissavrina, I., et al. (2018). Hubungan Lama Terdiagnosa Diabetes Dan Kadar

Glukosa Darah Dengan Fungsi Kognitif Penderita Diabetes Tipe 2 Di Jawa

Timur. Aceh Nutrition Journal. 3(1): 28–33

Wahyuni, E. S., dan Hermawati. (2017). Persepsi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Desa Sawah Kuwung Karang Anyar. Jurnal

Care. 5(2): 306–317

WHO. (2016). Global Report On Diabetes. France: World Health Organization

Yunita, Asdie, A. H., dan Susetyowati. (2013). Pelaksanaan Proses Asuhan Gizi

Terstandar (PAGT) Terhadap Asupan Gizi Dan Kadar Glukosa Darah Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2. 10(2): 82–91

Zhao, Y. et al. (2015). Type 2 Diabetes Mellitus- Disease , Diagnosis and

Treatment. Journal of Diabetes and Metabolism. 6(5)