HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM TERHADAP TEKANAN …repository.ub.ac.id/3774/1/Ardhilla Aprillia...

78
HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KENDALSARI KELURAHAN TULUSREJO KOTA MALANG TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi Oleh : Ardhilla Aprillia Utami 1350700300111030 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM TERHADAP TEKANAN …repository.ub.ac.id/3774/1/Ardhilla Aprillia...

  • HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM TERHADAP TEKANAN

    DARAH PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DENGAN

    HIPERTENSI DI PUSKESMAS KENDALSARI KELURAHAN

    TULUSREJO KOTA MALANG

    TUGAS AKHIR

    Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi

    Oleh :

    Ardhilla Aprillia Utami

    1350700300111030

    PROGRAM STUDI ILMU GIZI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • ii

    HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM TERHADAP TEKANAN

    DARAH PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DENGAN

    HIPERTENSI DI PUSKESMAS KENDALSARI KELURAHAN

    TULUSREJO KOTA MALANG

    TUGAS AKHIR

    Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi

    Oleh :

    Ardhilla Aprillia Utami

    1350700300111030

    PROGRAM STUDI ILMU GIZI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah tidak berhenti penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas

    limpahan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

    yang berjudul “Hubungan Asupan Magnesium Terhadap Tekanan Darah Pada

    Wanita Usia Subur (WUS) Dengan Hipertensi Di Puskesmas Kendalsari

    Kelurahan Tulusrejo Kota Malang”.

    Peneliti tertarik pada topik pembahasan pada kelompok wanita usia subur

    mengenai manfaat asupan makanan sumber magnesium yang sebagai salah

    satu faktor yang dapat mencegah peningkatan tekanan darah.

    Atas terselesaikannya Proposal Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Brawijaya Malang.

    2. Dian Handayani, SKM, M.Kes., Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Gizi

    Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan selaku

    dosen pembimbing I yang membantu dalam memberi arahan dan koreksi

    yang sistematis.

    3. Agustiana Dwi Indiah Ventiyaningsih S.KM., M.Biomed selaku dosen

    pembimbing II yang membantu dalam memberi arahan dan koreksi yang

    sistematis.

    4. dr. Harun Alrasyid, MPH selaku dosen penguji yang telah bersedia

    meluangkan waktunya serta memberikan saran dan kritik pada Tugas

    Akhir ini.

  • iv

    5. Budianto dan Sri Yuniarti selaku orang tua penulis, Radhitya Narotama

    dan Andhita Prameswari selaku saudara kandung penulis yang dengan

    penuh cinta senantiasa memberikan doa, dukungan serta semangat yang

    luar biasa.

    6. Segenap anggota tim payung penelitian di Puskesmas Kendalsari, Nurul

    Kamila dan Margareta Fitria yang yang bekerjasama dalam

    menyelesaikan Tugas Akhir.

    7. Septian Secsiandre yang telah memberikan doa, dukungan serta

    semangat untuk penulis.

    8. Seluruh mahasiswa Jurusan Gizi Kesehatan angkatan 2013 yang telah

    berjuang bersama penulis, terutama sahabat yaitu Nur Arina Shifrina,

    Nelly Widhaswara, Nur Afiati Nadyah, Maria Princessa, Sylvia Winnie,

    dan Oktoviani THT yang telah memberikan doa, dukungan serta

    semangat untuk penulis.

    9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal Tugas

    Akhir ini yang tak dapat disebutkan satu persatu.

    Penulis sadar bahwa proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun. Akhir kata,

    semoga proposal Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca untuk semua pihak.

    Malang, Juni 2017

    Penulis

  • v

    ABSTRAK

    Utami, Ardhilla Aprillia. 2017. Hubungan Asupan Magnesium Terhadap

    Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur (WUS) Dengan Hipertensi di Puskesmas Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Kota Malang. Tugas Akhir,

    Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Dian Handayani, SKM, M.Kes., Ph.D. (2) Agustiana Dwi Indiah Ventiyaningsih S.KM., M.Biomed.

    Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang dianggap serius karena merupakan penyebab ke 3 tingginya angka kematian di dunia. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi pada wanita usia subur sebesar 28,8%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan asupan magnesium dengan tekanan darah (sistolik). Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik observasional menggunakan desain cross-sectional study. Responden pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan wanita usia subur usia 18-44 tahun dengan tekanan darah sistolik >140mmHg yang berada di Puskesmas Kendalsari dengan teknik total sampling (n=30). Data tekanan darah diperoleh dengan menggunakan alat Spignomanometer digital. Asupan magnesium diperoleh dengan metode pengukuran weighed food record selama 3 hari.

    Berdasarkan hasil penelitian, asupan magnesium sebanyak 26 responden adalah defisit berat. Analisis statistik menggunakan uji Pearson Correlation dengan signifikansi

  • vi

    ABSTRACT

    Utami, Ardhilla Aprillia. 2017. Relationship Between Magnesium Intake To

    Blood Pressure In Hypertensive Women in Reproductive Age at Puskesmas Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Malang. Final Assignment, Nutrition Science Program Faculty of Medicine University of Brawijaya. Supervisors: (1) Dian Handayani, SKM, M.Kes., Ph.D. (2) Agustiana Dwi Indiah Ventiyaningsih S.KM., M.Biomed.

    Hypertension is a serious health problem because it is the cause of the 3 high mortality rates in the world. Based on the results of Riskesdas 2013 prevalence of hypertension women of reproductive age of 28.8%. This study aims to see the relationship of magnesium intake with blood pressure (systolic). The method used is descriptive analytic observasional using cross-sectional study design. Respondents in this study were women outpatients of women aged 18-44 years with systolic blood pressure> 140mmHg in Kendalsari health center with total sampling technique (n = 30). Blood pressure data are obtained by direct measurement using a digital Spignomanometer tool. Magnesium intake was obtained by weighed food record method for 3 days. Based on study result, 26 respondents magnesium dietary intake have severe deficiency categories. Statistical analysis used Pearson Correlation test with significance

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul............................................................................................ .... i

    Halaman Pengesahan................................................................................ .... ii

    Kata Pengantar……………………………………………………………...….… . iii

    Abstrak…………………………………………………………………….……….. . v

    Abstract….......................................................... ............................................. vi

    Daftar Isi……………………………………………………………………………..vii

    Daftar Tabel...................................................................................................... x

    Daftar Gambar.............................................................................................. ... xi

    Daftar Lampiran………………………………………………………………….... xii

    Daftar Singkatan…………………………………….…………………………...... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang................................................................................. ..1

    1.2 Rumusan Masalah........................................................................... ..4

    1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. .4

    1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………....4

    1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………………. .4

    1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 5

    1.4.1 Manfaat Akademik………………………………………………...5

    1.4.2 Manfaat Praktis…………………………………………………... .5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tekanan Darah.................................................................................6

    2.1.1 Definisi Tekanan Darah ...........................................................6

    2.1.2 Metode Pengukuran Tekanan Darah....................................... .7

    2.1.3 Klasifikasi Tekanan Darah………………………………….……. 8

    2.2 Hipertensi ........................................................................................9

    2.2.1 Definisi Hipertensi ....................................................................9

    2.2.2 Patofisiologi Hipertensi ............................................................10

    2.2.3 Komplikasi Hipertensi ..............................................................11

    2.2.4 Faktor Risiko Hipertensi ...........................................................11

    2.2.4.1 Faktor Risiko Yang Dapat Dikendalikan .......................11

  • viii

    2.2.4.1.1 Obesitas .......................................................11

    2.2.4.1.2 Stres ............................................................12

    2.2.4.1.3 Merokok ......................................................13

    2.2.4.1.4 Aktivitas Fisik ...............................................13

    2.2.4.1.5 Gaya Hidup .................................................14

    2.2.4.2 Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikendalikan ............15

    2.2.4.2.1 Faktor Genetik .............................................15

    2.2.4.2.2 Usia .............................................................15

    2.2.4.2.3 Jenis Kelamin ..............................................16

    2.2.5 Penatalaksanaan Hipertensi ....................................................16

    2.2.5.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis ..........................16

    2.2.5.2 Penatalaksanaan Farmakologis .................................17

    2.3 Magnesium ......................................................................................17

    2.3.1 Definisi Magnesium .................................................................17

    2.3.2 Fungsi Magnesium ..................................................................17

    2.3.3 Bahan Makanan Sumber Magnesium .....................................18

    2.3.4 Rekomendasi Kebutuhan Magnesium ....................................19

    2.3.5 Akibat Defisiensi dan Kelebihan Magnesium ..........................19

    2.3.6 Absorbsi dan Metabolisme Magnesium ..................................20

    2.3.7 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah .........21

    2.4 Metode Asesmen Gizi .....................................................................23

    2.4.1 Weighed Food Record .............................................................23

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep ..........................................................................25

    3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ........................................................26

    3.3 Hipotesis Penelitian .......................................................................26

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................27

    4.2 Populasi dan Sampel Penelitian .....................................................27

    4.2.1 Populasi .................................................................................27

    4.2.2 Sampel ...................................................................................27

    4.2.2.1 Kriteria Inklusi ............................................................28

    4.2.2.2 Kriteria Eksklusi .........................................................28

    4.2.2.3 Kriteria Dropout...........................................................28

  • ix

    4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................29

    4.4 Bahan dan Instrumen Pnenelitian...................................................29

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................ ...30

    4.5.1 Variabel Bebas....................................................................... .30

    4.5.2 Variabel Terikat..................................................................... ..30

    4.5.3 Definisi Operasional ...............................................................31

    4.6 Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data .........................................31

    4.6.1 Data Primer ............................................................................31

    4.6.2 Data Sekunder .......................................................................32

    4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data .................................................32

    4.7 Prosedur Penelitian ........................................................................35

    4.8 Analisis Data ..................................................................................36

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

    5.1 Gambaran Umum Puskesmas...................................................... ...37

    5.2 Gambaran Umum Responden...................................................... ...38

    5.3 Asupan Magnesium Responden.................................................... ..39

    5.4 Tekanan Darah Responden............................................................39

    5.5 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah............. ...40

    BAB VI PEMBAHASAN

    6.1 Pembahasan Hasil Penelitian....................................................... ...42

    6.1.1 Karakteristik Responden........................................................ ..42

    6.1.2 Asupan Magnesium Responden............................................ ..43

    6.1.3 Tekanan Darah Responden.................................................... .45

    6.1.4 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah....... .46

    6.2 Implikasi Terhadap Bidang Gizi Kesehatan.................................... .48

    6.3 Keterbatasan Penelitian.................................................................. .49

    BAB VII PENUTUP

    7.1 Kesimpulan..................................................................................... .51

    7.2 Saran.............................................................................................. .51

    DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... ..52

    LAMPIRAN......................................................................................................... .57

  • x

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Sampel Dewasa Di Aatas

    18 Tahun Menurut Joint National Committee 7................................8

    Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian........................................................30

    Tabel 5.1 Data 10 Jenis Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kendalsari.........38

    Tabel 5.2 Kategori Kecukupan Asupan Magnesium........................................39

    Tabel 5.3 Tekanan Darah Responden.............................................................40

    Tabel 5.4 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah.................41

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Bahan Makanan Sumber Magnesium..........................................18

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep.........................................................................25

    Gambar 4.1 Alur Penelitian…………………………………………………...........35

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik

    Lampiran 2. Permohonan Ijin Melaksanakan Penelitian

    Lampiran 3. Surat Pengantar Rekomendasi Penelitian

    Lampiran 4. Rekomendasi Pelaksanaan Penelitian

    Lampiran 5. Pernyataan Keaslian Tulisan

    Lampiran 6. Lembar Informasi Untuk Responden

    Lampiran 7 Surat Pernyataan Kesediaan Mengikuti Penelitian / Informed Consent

    Lampiran 8. Kuesioner Identitas Responden

    Lampiran 9. Form Weighed Food Record

    Lampiran 10. Analisis Data Statistik

    Lampiran 11. Data Rata-rata Asupan Magnesium Responden

  • xiii

    DAFTAR SINGKATAN

    ACE : Angiotensin I-Converting Enzyme

    AKG : Angka Kecukupan Gizi

    DASH : Dietary Appoaches to Stop Hypertension

    JNC-VII : The Seventh Report of Joint National Committee

    WFR : Weighed Food Record

    WUS : Wanita Usia Subur

    URT : Ukuran Rumah Tangga

  • ABSTRAK

    Utami, Ardhilla Aprillia. 2017. Hubungan Asupan Magnesium Terhadap Tekanan

    Darah Pada Wanita Usia Subur (WUS) Dengan Hipertensi di Puskesmas Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Kota Malang. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Dian Handayani, SKM, M.Kes., Ph.D. (2) Agustiana Dwi Indiah Ventiyaningsih S.KM., M.Biomed.

    Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang dianggap serius karena merupakan penyebab ke 3 tingginya angka kematian di dunia. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi pada wanita usia subur sebesar 28,8%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan asupan magnesium dengan tekanan darah (sistolik). Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik observasional menggunakan desain cross-sectional study. Responden pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan wanita usia subur usia 18-44 tahun dengan tekanan darah sistolik >140mmHg yang berada di Puskesmas Kendalsari dengan teknik total sampling (n=30). Data tekanan darah diperoleh dengan menggunakan alat Spignomanometer digital. Asupan magnesium diperoleh dengan metode pengukuran weighed food record selama 3 hari. Berdasarkan hasil penelitian, asupan magnesium sebanyak 26 responden adalah defisit berat. Analisis statistik menggunakan uji Pearson Correlation dengan signifikansi

  • ABSTRACT

    Utami, Ardhilla Aprillia. 2017. Relationship Between Magnesium Intake To Blood

    Pressure In Hypertensive Women in Reproductive Age at Puskesmas Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Malang. Final Assignment, Nutrition Science Program Faculty of Medicine University of Brawijaya. Supervisors: (1) Dian Handayani, SKM, M.Kes., Ph.D. (2) Agustiana Dwi Indiah Ventiyaningsih S.KM., M.Biomed.

    Hypertension is a serious health problem because it is the cause of the 3 high mortality rates in the world. Based on the results of Riskesdas 2013 prevalence of hypertension women of reproductive age of 28.8%. This study aims to see the relationship of magnesium intake with blood pressure (systolic). The method used is descriptive analytic observasional using cross-sectional study design. Respondents in this study were women outpatients of women aged 18-44 years with systolic blood pressure> 140mmHg in Kendalsari health center with total sampling technique (n = 30). Blood pressure data are obtained by direct measurement using a digital Spignomanometer tool. Magnesium intake was obtained by weighed food record method for 3 days. Based on study result, 26 respondents magnesium dietary intake have severe deficiency categories. Statistical analysis used Pearson Correlation test with significance

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Penyakit kardiovaskuler adalah masalah kesehatan karena merupakan

    penyebab tingginya angka kematian di dunia. Menurut Depkes (2012), penyakit

    kardiovaskular seperti hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah

    stroke dan tuberkulosis yakni mencapai 11,7% dari populasi maka sudah dapat

    dikatakan tinggi bila prevalensi hipertensi lebih dari 10%. Dilihat dari prevalensinya

    yang tinggi merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang memerlukan

    penanganan secara tepat karna dapat menimbulkan komplikasi seperti stroke, gagal

    jantung dan penyakit ginjal. Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2013

    prevalensi hipertensi berdasarkan usia lebih dan sama dengan 18 tahun sebesar

    26,5%. Prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Timur mendekati prevalensi hipertensi

    di Indonesia yang cukup tinggi yaitu 26,2%.

    Masalah kardiovaskuler seperti hipertensi atau penyakit darah tinggi

    merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah diatas

    normal, baik tekanan darah sistolik ataupun tekanan diastolik yang meningkat. The

    Seventh Report of Joint National Committee (JNC-7) (2003) menyatakan bahwa

    seseorang mengalami hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik >140mmHg

    atau tekanan diastolic >90 mmHg atau keduanya.Gejala penyakit hipertensi tidak

    terduga maka sering diabaikan oleh masyarakat sehingga sering disebut The Silent

    Killer (Rusdi, 2009).

  • Kondisi tingginya tekanan darah yang terus-menerus dapat mengakibatkan

    jantung seseorang bekerja lebih keras, kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya

    kerusakan pada pembuluh darah, jantung, ginjal, otak, dan mata (Ratnawati, 2010).

    Sekitar 40% kematian yang diakibatkan hipertensi tidak terkendali, penderita tidak

    menyadari bahwa dirinya sebagai penderita hipertensi harus mengkonsumsi obat

    antihipertensi secara teratur tanpa terputus dan melakukan modifikasi gaya hidup.

    Sehingga perlu untuk mengetahui dan menghindari faktor-faktor risiko kejadian

    hipertensi (Depkes RI, 2006).

    Faktor yang mempengaruhi terjadinya tekanan darah tinggi yaitu faktor yang

    tidak dapat dihindari dan dapat dihindari. Faktor yang tidak dapat dihindari seperti

    pertambahan usia, genetik dan jenis kelamin.

    Terkait jenis kelamin, data Riskesdas 2013 menyebutkan prevalensi

    penderita tekanan darah tinggi adalah pada wanita, khususnya pada Wanita Usia

    Subur antara usia 18-45 darah yaitu sekitar 28,8% dibandingkan pada laki-laki yaitu

    sekitar 22%. Tingginya prevalensi hipertensi pada wanita usia subur disebabkan

    oleh pengaruh gaya hidup kurang baik karena sering mengkonsumsi makanan

    berlemak, faktor stres, obesitas, kehamilan dan pengaruh hormon karena

    penggunaan alat kontrasepsi (Yeni, 2009).

    Faktor yang dapat dihindari menurut penelitian Lawrence (2006) mengatakan

    faktor yang dapat dihindari adalah faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu

    aktivitas fisik, merokok, gaya hidup, stress, obesitas dan pola makan yang salah.

    Dikarenakan beberapa penyebab seperti banyak orang tidak makan teratur, telat

    makan karna perubahan pola hidup dan beralih ke makanan fast food. Makanan

  • siap saji yang disediakan pada umumnya mengandung banyak energi, lemak,

    garam dan gula tetapi justru rendah serat dan vitamin yang dapat memicu tingginya

    penyakit hipertensi di masyarakat.

    Hipertensi sendiri dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan tinggi

    magnesium seperti buah, sayuran berdaun hijau, ikan, susu, dan kacang-kacangan

    yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah (Karim, 2009). Di Jawa Timur

    persentase penduduk yang memiliki kecukupan konsumsi buah dan sayur sangat

    kecil yaitu hanya sekitar kurang dari 10% (Riskesdas Jawa Timur, 2007)

    DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) merekomendasikan diet

    kaya magnesium, kalsium, kalium, protein dan serat merupakan diet yang efektif

    untuk menurunkan tekanan darah dengan komposisi 500mg magnesium dalam 2

    minggu (US Department of Health and Human Service, 2006). Dan untuk

    rekomendasi diet berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk magnesium

    adalah 310-320mg per hari untuk wanita dewasa (Permenkes, 2013)

    Beberapa studi yang menyatakan bahwa adanya suatu hubungan antara

    sistem renin-angiostensin, magnesium dan tekanan darah. Seseorang dengan

    penyakit hipertensi dengan aktivitas renin tinggi maka kadar magnesium secara

    signifikan akan lebih rendah dari keadaan darah yang normal dan aktivitas renin

    plasma akan berbanding terbalik dikaitkan dengan kadar magnesium (Cunha, 2012).

    Data dari Dinas Kota Malang pada tahun 2015, Puskesmas Kendalsari

    termasuk kedalam 10 Puskesmas dengan kejadian hipertensi tertinggi kedua di Kota

    Malang. Memiliki pasien hipertensi lebih banyak pada wanita yaitu dengan jumlah

    1580 pasien. Prevalensi hipertensi di Puskesmas Kendalsari mencapai 19,8%.

  • Asupan magnesium dapat berkontribusi untuk perubahan tekanan darah pasien.

    Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan

    Asupan Magnesium Terhadap Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur (WUS)

    dengan Hipertensi di Puskesmas Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Kota Malang”

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang akan dijadikan panduan dalam penelitian ini adalah:

    Apakah terdapat hubungan antara asupan magnesium terhadap tekanan darah

    pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan hipertensi di Puskesmas Kendalsari

    Kelurahan Tulusrejo Kota Malang?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asupan

    magnesium terhadap tekanan darah pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan

    hipertensi di Puskesmas Kendalsari Kelurahan Tulusrejo Kota Malang.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

    1. Mengidentifikasi asupan magnesium pasien hipertensi rawat jalan di

    Puskesmas Kendalsari Kota Malang

    2. Mengidentifikasi tekanan darah pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas

    Kendalsari Kota Malang

    3. Menganalisis hubungan asupan magnesium terhadap tekanan darah pada

    pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Kendalsari Kota Malang

  • 1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Akademik

    Memberikan hasil kajian penelitian tentang asupan magnesium terhadap

    tekanan darah pada wanita usia subur penderita hipertensi yang bisa digunakan

    sebagai bahan penelitian selanjutnya.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Sebagai acuan dalam meningkatkan kesadaran diri responden untuk

    melakukan tindakan preventif seperti perbaikan pola makan dan hidup sehat agar

    tidak berdampak pada penyakit lainnya.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tekanan Darah

    2.1.1 Definisi Tekanan Darah

    Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

    memompakan keseluruh tubuh (Lintang, 2008). Tekanan darah dalam tubuh

    merupakan gaya atau ukuran tekanan didalam arteri yang harus seimbang dengan

    denyut jantung (Santoso, 2010). Setiap jantung yang berdetak yaitu sekitar 60-70

    kali per menit dalam keadaan istirahat sehingga perbuluh arteri akan bekerja terus

    menerus agar darah yang dipompa oleh jantung akan meyebar ke seluruh pembuluh

    darah (Puspitorini, 2008).

    Pada pemeriksaan tekanan darah dinyatakan dalam dua bentuk angka

    pecahan sistolik dan diastolik. Angka pertama yang biasanya ada di atas disebut

    tekanan darah sistolik dimana tekanan ini menginformasikan jumlah tekanan pada

    dinding arteri disetiap jantung yang mengadakan kontraksi, sedangkan tekanan

    darah diastolik merupakan angka yang lebih rendah yang terdapat pada angka

    kedua dan biasanya menginformasikan jumlah tekanan di dalam arteri pada denyut

    jantung yang sedang beristirahat dan ada diantara denyut jantung (Utaminingsih,

    2009)

    2.1.2 Metode Pengukuran Tekanan Darah

    Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer dan

    stetoskop. Terdapat 3 tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan menggunakan

  • elektronik, air raksa, dan aneroid. Tipe elektronik adalah pengukuran tekanan darah

    yang paling baru dan lebih mudah digunakan dibandingkan dengan model standar

    yang menggunakan air raksa. Sphygmomanometer ttipe ini yang telah terkalibrasi

    dengan akut masih dapat ditolerir dengan akurasi ± 3 mmHg. Kelebihan tipe ini bisa

    digunakan dengan mandiri tanpa adanya bantuan dari pihak tenaga kesehatan

    karena cukup mudah (Mai, 2014). Kekurangan tipe ini akurasinya relatif rendah

    dibandingkan dengan air raksa. Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer

    yang paling akurat dimana tingkat bacaan detak tersebut yang terdengar pertama

    kali adalah tekanan sistolik sedangkan tingkat dimana bunyi detak yang kemudian

    menghilang adalah tekanan diastolik. Tipe aneroid prinsip penggunaannya yaitu

    dengan menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis

    yang dapat menyimpan udara didalamnya. Sebelum melakukan pengukuran

    tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu: jangan minum kopi atau merokok 30

    menit sebelum pengukuran dilakukan, memakai baju lengan pendek, duduk

    bersandar 5 menit dengan kaki yang menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan

    jantung serta membuang air kecil dahulu sebelum diukur karena kandung kemih

    yang penuh dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran (Sustrani, 2004).

    Pengukuran dilakukan pada posisi duduk, terbaring dan berdiri sebanyak 2

    kali atau lebih dalam kurun waktu 2 menit. Ukuran manset harus sesuai dengan

    ukuran lengan atas. Manset harus melingkar setidaknya 80% lengan atas atau 3

    cm diatas lengan atas dan lebarnya minimal 40% dari lingkar lengan dan di bawah

    kontrol manometer. Balon dipompa hingga kira-kira mencapai 30 mmHg kemudian

    stetoskop diletakkan diatas arteri brankhialis yaitu terdapat pada lipatan siku pada

  • di sisi bawah manset. Kemudian tekanan manset diturunkan perlahan-lahan dengan

    kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung (Sustrani, 2004).

    2.1.3 Klasifikasi Tekanan Darah

    Menurut JNC VII, 2003 (The seventh report of the Joint National Committee

    of Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure)

    mengklasifikasikan tekanan darah terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,

    hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 untuk orang dewasa >18 tahun yang

    didasarkan pada rata-rata dua kali pengukuran atau lebih

    Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Untuk Sampel Dewasa Di Atas 18

    Tahun Menurut Joint National Committee 7

    Kategori Sistolik

    (mmHg)

    Diastolik

    (mmHg)

    Normal

  • dan diperoleh hasil tekanan sistolik diatas 140mmHg dan tekanan diastolik diatas

    90mmHg sudah dapat dikatakan hipertensi (American Heart Association, 2012).

    Peningkatan tekanan darah yang berkembangan sangat pesat dapat mempengaruhi

    fungsional dan kelainan jantung dan pembuluh darah structural yang merusak

    jantung, ginjal, otak, pembuluh darah, dan organ lain dan menyebabkan morbiditas

    dini dan kematian (Thomas, 2009).

    Berdasarkan penyebabnya hipertensi dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu

    hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau

    hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui asal muasalnya dan juga

    yang merupakan sering terjadi 95% dari kasus terjadinya hipertensi yang ada.

    Banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi primer seperti lingkungan, genetik,

    dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti merokok, alkohol, serta obesitas.

    Sedangkan hipertensi sekunder lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh

    kasus tekanan darah tinggi. Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis

    lain atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB (Palmer, 2007).

    2.2.2 Patofisiologi Hipertensi

    Menurut Wahyuningsih (2013), patofisiologi hipertensi diawali dengan

    tekanan yang dibutuhkan untuk pengaliran darah melalui sistem sirkulasi yang

    dilakukan oleh dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR) dan aksi memompa

    dari jantung (cardiac output/CO). Fungsi kerja dari masing-masing penentu tekanan

    darah dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi

    merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan

    peningkatan curah jantung dan/atau ketahanan peripheral.

  • Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

    dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). Fisiologis terpenting

    yang diperankan oleh ACE dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh

    hormon, renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE angiotensin I diubah

    menjadi angiotensin II yang memiliki peranan penting dalam menaikkan tekanan

    darah melalui dua aksi utamanya. Tahap pertama yaitu meningkatkan sekresi dari

    hormon anti diuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar

    pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume urin.

    Dengan peningkatan ADH, sangat sedikit urin yang dieksresikan ke luar tubuh

    (antidiuresis), sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk

    mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

    menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat yang

    akan meningkatkan tekanan darah (Sharma, 2008). Aksi kedua adalah menstimulasi

    sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron adalah hormon steroid yang

    memiliki peran penting terhadap ginjal. Dalam mengatur volume cairan ekstraseluler,

    aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsinya dari

    tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

    meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang akan dapat meningkatkan volume

    tekanan darah (Rusdi, 2009).

    2.2.3 Komplikasi Hipertensi

    Peningkatan tekanan darah dalam waktu yang lama dapat merusak

    pembuluh darah yang terdapat dibeberapa bagian tubuh. Ginjal, otak, jantung dan

    mata akan mengalami gangguan kerusakan sebagai komplikasi dari penyakit

  • hipertensi. Beberapa penyakit yang timbul karena adanya hipertensi yaitu gagal

    jantung, stroke, penyakit ginjal dan penyakit arteri koroner (Utaminingsih, 2009)

    2.2.4 Faktor Risiko Hipertensi

    2.2.4.1 Faktor Risiko Yang Dapat Dikendalikan

    2.2.4.1.1 Obesitas

    Mekanisme obesitas dengan hipertensi adalah kompleks dan tidak

    diketahui sepenuhnya tapi diantaranya adalah terjadinya gangguan ekskresi

    natrium, meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik, dan aktivasi system renin-

    angiotensin aldosteron. Pada sistem renin-angiotensin akan memicu produksi

    aldosteron yang mempengaruhi ginjal untuk menahan air dan natrium sedangkan

    angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah

    akan meningkat (David, 2008).

    Menurut Sheps (2005), penelitian menunjukkan terdapat hubungan

    antara berat badan dengan hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat

    badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penurunan berat badan

    merupakan pengobatan yang efektif untuk hipertensi. Obesitas erat kaitannya

    dengan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung sumber tinggi

    lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab

    seperti semakin besar massa tubuh maka semakin banyak darah yang dibutuhkan

    untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Sehingga volume darah

    yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat lalu memberikan tekanan

    lebih besar pada dinding arteri, yang akan meimbulkan terjadinya kenaikan tekanan

    darah. (Suhardjono, 2007).

  • Sedangkan hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal bisa juga

    disebabkan oleh sistem simpatis dan sistem renin angiotensin Aktivitas dari saraf

    simpatis adalah mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan

    denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan

    garam (Syaifuddin, 2007).

    2.2.4.1.2 Stres

    Hubungan stres dengan hipertensi dapat melalui aktivasi saraf

    simpatis yang bekerja secara aktif dapat berdampak pada peningkatan tekanan

    darah secara bertahap sebagai reaksi fisik bila seseorang mengalami ancaman

    dari sesuatu. Hal ini menyebabkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten

    atau tidak menentu. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat

    tekanan darah akan menjadi tetap tinggi dalam waktu yang lama (Rusdi, 2006).

    2.2.4.1.3 Merokok

    Merokok merupakan salah satu faktor resiko penyebab kematian akibat

    hipertensi (Evadewi, 2013). Didalam rokok memiliki kandungan 4.000 racun kimia

    yang berbahaya. Bahan utama dari rokok terdiri dari 3 zat, yaitu tar, nikotin, dan

    karbonmonoksida. Nikotin dalam tembakau dapat menyebabkan tekanan darah

    meningkat cepat setelah hisapan yang pertama. Seseorang yang merokok lebih dari

    satu bungkus rokok sehari akan berakibat 2 kali lebih rentan terkena hipertensi dari

    pada mereka yang tidak merokok. Selain dari jangka waktu merokok, risiko merokok

    terbesar yaitu tergantung pada jumlah rokok yang dihisap dalam sehari (Manik,

    2011).

  • 2.2.4.1.4 Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung

    secara keseluruhan. Dengan aerobik teratur, aktivitas-setidaknya 30 menit per hari

    atau hampir setiap hari dalam seminggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik

    hingga 9mmHg (Martin, 2008). Aktivitas yang berupa gerakan atau latihan aerobic

    bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran, ketahanan

    kardio-respirator. Seseorang yang secara fisik aktif pada umumnya akan

    mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan

    darah tinggi. Dan seseorang yang secara fisik aktif cenderung mempunyai fungsi

    otot dan sendi yang lebih baik dari pada yang pasif karena membuat tubuh lebih

    kuat dan lebih lentur (WHO, 2010).

    2.2.4.1.5 Gaya Hidup

    Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya hipertensi. Hal-hal

    yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi seperti kurangnya asupan

    magnesium, sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak, tingginya konsumsi

    natrium, dan minum kopi lebih dari 2 cangkir perhari. Konsumsi natrium yang

    berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.

    Berlebihan asupan natrium dapat berkontribusi untuk perkembangan hipertensi baik

    melalui peningkatan tekanan darah atau oleh menumpulkan tekanan darah (David,

    2008). Bila terdapat natrium berlebih didalam cairan ekstrasel maka osmolalitas

    cairan dapat meningkat dan akan merangsang pusat rasa haus di otak yang

    menyebabkan seseorang akan meminum air lebih banyak untuk mengembalikan

    konsentrasi garam ekstrasel kembali normal sehingga dapat meningkatkan volume

  • cairan ekstrasel. Peningkatan volume cairan ekstraseluler dapat menyebabkan

    peningkatan volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi

    (Guyton, 2006)

    Pengaruh kafein adalah tergantung pada kebiasaan mengkonsumsinya

    dan kondisi kesehatan seseorang. Konsumsi kafein dapat menyebabkan

    peningkatan laju jantung dan tekanan darah pada seseorang yang tidak terbiasa

    minum kopi. Sedangkan pada orang yang terbiasa minum kopi efek tersebut kadang

    tidak terjadi. Namun, konsumsi kafein sebesar 500mg atau 4-5cangkir perhari dapat

    merangsang pusat pernafasan dan fungsi kardiovaskuler. Risiko hipertensi lebih

    tinggi pada peminum kopi >0-3 cangkir per hari (Anggraini, 2009).

    2.2.4.2 Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikendalikan

    2.2.4.2.1 Faktor Genetik

    Seseorang dengan memiliki riwayat keluarga hipertensi memili kirisiko

    dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan seseorang

    yang tidak mempunyai keluarga riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%

    kasus hipertensi esensial disebabkan adanya anggota keluarga yang memiliki

    riwayat hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskuler (Evadewi, 2013).

    2.2.4.2.2 Usia

    Proses perjalanan hipertensi dimulai dari prehipertensi pada seseorang

    usia 10-30 tahun dimana peningkatan curah jantung, kemudian menjadi hipertensi

    dini pada seseorang umur 20-40 tahun diamana peningkatan tahanan perifer,

  • kemudian menjadi hipertensi pada usia 30-50 tahun dan berakhir menjadi hipertensi

    dengan komplikasi penyakit lain pada usia 40-60 tahun (Martuti, 2009).

    Tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan umur. Seseorang

    yang berumur di atas 60 tahun, 50-60 % mempunyai tekanan darah lebih tinggi atau

    sama dengan 140/90 mmHg. Dengan pertambahan umur, maka tekanan darah juga

    akan meningkat. Pada orang yang berumur lebih dari 45 tahun, dinding arteri akan

    mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada

    miovaskular, sehingga pembuluh darah lama-lama akan menyempit dan menjadi

    kaku. Penambahan umur menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat karena

    adanya kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang sampai decade ketujuh

    sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam

    kemudian menetap atau cenderung menurun (Sherwood, 2007).

    2.2.4.2.3 Jenis Kelamin

    Hipertensi berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh faktor psikologis.

    Wanita menganut perilaku yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang

    sehingga dapat menyebabkan berat badan yang berlebih dan depresi (Suhardjono,

    2007). Hingga usia 55 tahun pria beresiko mengalami hipertensi dibandingkan

    dengan wanita. Tetapi pada usia lebih dari 55 tahum, wanita yang sudah

    menopause mempunyai peluang lebih besar tekena hipertensi karena perubahan

    hormonal berperan besar terjadinya hipertensi pada wanita usia lanjut (Vitahealth,

    2006).

  • 2.2.5 Penatalaksanaan Hipertensi

    2.2.5.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis

    Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum

    pemberian obat hipertensi. Pendekatan ini tanpa adanya pemberian obat yang

    dikonsumsi pasien. Pengobatan non farmakologis dengan cara diet, berolahraga,

    menciptakan suasana rileks, mengurangi rokok dan alkohol (Windyasih, 2014). Pada

    pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu

    pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Perubahan gaya hidup

    merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan

    penanganan hipertensi. Pengobatan nonfarmakologis dapat dipakai sebagai

    pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. Pengobatan ini

    sama pentingnya dengan pengobatan farmakologis, terutama pada pengobatan

    hipertensi derajat I karena pengobatan secara nonfarmakologis kadang dapat

    mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan

    atau pemberiannya dapat ditunda (Gunawan, 2001).

    2.2.5.2 Penatalaksanaan Farmakologis

    Menurut JNC VII (2003) obat-obatan diperlukan jika dalam keadaan seperti

    hipertensi ringan yang tidak terkendali oleh faktor perubahan gaya hidup selama 3-6

    bulan, hipertensi dengan tekanan darah sistolik berkisar antara 140-180 mmHg yang

    tidak dikendalikan dengan perubahan gaya hidup selama 3-6 bulan serta hipertensi

    dengan tekanan darah diastolik >180mmHg

    Penatalaksanaan utama hipertensi primer adalah dengan obat. Pemberian

    obat antihipertensi berdasarkan dari beberapa faktor seperti derajat peningkatan

  • tekanan darah, terdapat kerusakan organ target dan adanya manifestasi klinis

    penyakit kardiovaskuler. Terapi dengan pemberian obat antihipertensi terbukti dapat

    menurunkan tekanan darah sistolik dan mencegah terjadinya stroke pada pasien

    usia 70 tahun atau lebih (Gunawan, 2001).

    Salah satu jenis obat anti hipertensi adalah Calcium channel blockers agar

    kalsium tidak memasuki sel-sel otot jantung dan pembuluh darah, obat-obatan

    calcium channel blockers yang menghambat kadar kalsium intraseluler menurun dan

    dapat meningkatkan kadar magnesium intraseluler (Indriyani, 2009).

    2.3 Magnesium

    2.3.1 Definisi Magnesium

    Magnesium (Mg) adalah salah satu mineral makro yang merupakan kation

    kedua terpenting dan paling banyak dalam sel setelah natrium. Dalam tulang dan

    gigi magnesium tersimpan kurang lebih 60% (Swaminathan, 2003). Sebanyak 53%

    terdistribusi dalam tulang, 19% pada jaringan lunak dan 27% dalam sel-sel otot.

    90% magnesium berikatan dengan bahan-bahan organik (Hernawati, 2010).

    2.3.2 Fungsi Magnesium

    Magnesium diperlukan dalam tubuh sebagai aktivasi enzim untuk lebih dari

    300 reaksi metabolik esensial. Magnesium bereaksi sebagai katalisator dalam

    reaksi-reaksi yang berhubungan dengan metabolisme energi, protein, lemak,

    karbohidrat, asam nukleat dalam sintesis, degradasi dan stabilitas gen DNA. Serta

    pada sistem kardiovaskular, magnesium berperan sebagai antagonis kalsium secara

    alami dan pencegahan terhadap stress (Grober, 2012).

  • 2.3.3 Bahan Makanan Sumber Magnesium

    Buah-buahan dan sayuran segar merupakan sumber terbaik magnesium

    untuk menurunkan tekanan darah (Dalimartha, 2008). Magnesium dapat ditemukan

    dari berbagai bahan maknanan dengan kandungan magnesium yang beragam

    seperti sayuran berdaun hijau, serealia tumbuk, kacang-kacangan, biji-bijian,

    gandum utuh, daging, coklat, susu dan hasil olahannya (Cunhai, 2011).

    Gambar 2.1 Bahan Makanan Sumber Magnesium

    (Hernawati, 2009)

    2.3.4 Rekomendasi Kebutuhan Magnesium

    Rekomendasi kebutuhan magnesium harian berdasarkan angka kecukupan

    gizi magnesium untuk wanita usia 19-64 tahun adalah 330 mg per hari (Permenkes,

    2013). Menurut Cohen (2004), penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan

    hipertensi memerlukan dosis harian yang lebih tinggi dari yang tidak hipertensi yaitu

  • 600-800 mg per hari yang berasal dari makanan atau dengan pemberian suplemen

    magnesium oksida (MgO) 600 mg selama setidaknya 4 minggu. Penelitian lain juga

    menunjukan bahwa rata-rata-rata asupan magnesium yang berasal dari makanan

    efektif menurunkan tekanan darah selama 2 minggu dengan komposisi 600-650mg

    perhari (Putri, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mark

    Houston (2011) yaitu pengkonsumsian 370 mg magnesium didapatkan bahwa

    magnesium mampu menurunkan tekanan darah sistolik tiga sampai empat poin dan

    tekanan darah diastolik dua sampai tiga poin.

    2.3.5 Akibat Defisiensi dan Kelebihan Magnesium

    Kekurangan magnesium dapat menyebabkan perubahan perilaku,

    penurunan nafsu makan, depresi, hipertensi, mudah tersinggung, halusinasi, koma,

    gagal jantung, dan gangguan pada sistem saraf pusat (Kohlmeier, 2006). Defisiensi

    magnesium pada seseorang yang mengkonsumsi makanan seimbang jarang terjadi

    permasalahan kesehatan, sebab magnesium banyak ditemukan pada sumber

    makanan dari sumber hewani dan tumbuhan. Defisiensi magnesium menyebabkan

    potassium banyak keluar dan masuk ke ekstrakseluler dan peningkatan sodium

    intraseluler, dalam hal tersebut mengakibatkan sel mengalami hypokalemia dimana

    hanya dapat ditangani dengan pemberian magnesium (Hernawati, 2009).

    Konsumsi Magnesium lebih dari 350 gram sehari yaitu yang berasal dari

    suplemen dan sumber bahan makanan lainnya dapat menyebabkan kelemahan otot,

    mual, diare, kesulitan bernafas, gangguan mental, hipotensi dan detak jantung yang

    tidak beraturan. Resiko toksisitas lebih besar terjadi pada fungsi ginjal yang

    terganggu Pada efek fisiologis dalam jangka panjang, asupan tinggi magnesium

  • telah diamati hanya pada seseorang dengan fungsi ginjal abnormal (Kohlmeier,

    2006).

    2.3.6 Absorbsi dan Metabolisme

    Absorbsi magnesium sebagian besar terjadi di usus halus yang diserap

    kurang lebih 24-76% (Almatsier, 2004). Pada kondisi tubuh normal konsentrasi

    magnesium selalu berada pada keadaan konstan dalam sirkulasi darah.

    Homeostasis bergantung pada keseimbangan antara absorpsi di usus dan ekskresi

    di ginjal dimana tubulus ginjal berperan dalam pengaturan magnesium

    (Sclingmannet, 2004). Absorbsi magnesium pada orang sehat dipengaruhi oleh

    konsentrasi magnesium dalam bahan makanan dan adanya komponen pemicu atau

    penghambat absorbsi. Absorbsi dimulai setelah satu jam kemudian masuk pada

    fase stabilisasi dimana absorbsi berlangsung 4-6% per jam. Fase ini berada 2-8 jam

    setelah makan kemudian akan mengalami penurunan absorbsi hingga jam ke

    sepuluh (Cohen, 2004)

    Bioavailabilitas magnesium dapat dipengaruhi oleh zat gizi lainnya. Pola

    makan yang tinggi serat berasal dari padi-padian, sayuran buah-buahan dapat

    mengurangi absorbsi magnesium. Walaupun berbagai jenis sayuran memiliki

    kandungan magnesium yang tinggi. Magnesium yang terserap akan berkurang

    karena adanya pengaruh serat pangan. Serta asam fitat dapat mengurangi absorbsi

    karena Mg berikatan dengan gugus fosfatnya. Diet tinggi fosfat mampu mengurangi

    absorbsi magnesium yang dapat menyebabkan Hypomagnesemia (Swaminathan,

    2003). Hypomagnesemia dapat terjadi sementara, akibat penurunan konsentrasi ion

    magnesium intraseluler yang disebabkan karena adanya migrasi dari ekstraseluler

  • ke intraseluluer (Hernawati, 2009). Intraseluler Mg sebagaian besar akan

    membentuk senyawa kompleks dengan molekul organik seperti ATPase, sel, protein

    inti, DNA, RNA, enzim dan sitrat. Mg dominan didistribusikan ke dalam tulang, otot

    dan jaringan lunak (Cohen, 2004).

    Magnesium diekskresikan melalui urin sebanyak 35-45% dari intake sehari.

    Penggunaan diuretik dapat menyebabkaan keluarnya magnesium melalui urin dan

    menipisnya simpanan magnesium total. Ekskresi magnesium dapat meningkat oleh

    hormone tiroid, aldosteron asidosis, kekurangan fosfor dan kalsium. Sedangkan

    ekskresi magnesium menurun karena adanya pengaruh kalsitonin dan glucagon

    (Bohn, 2003)

    2.3.7 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan darah

    Magnesium (Mg) memiliki fungsi biologis yang banyak dalam sistem

    kardiovaskuler yaitu sebagai vasodilator (Cunha, 2011). Magnesium adalah suatu

    antagonis kalsium alami yang dapat meningkatkan tekanan darah dan aliran darah

    ke perifer. Mekanisme efek dari magnesium dalam pengaturan tekanan darah yaitu

    sel otot polos pembuluh darah dan efek pada endothelium arteri yang dapat

    mengurangi agregasi platelet. Dalam otot polos pembuluh darah, magnesium

    bersaingan dengan kalsium sebagai blocker untuk membantu mengurangi

    pelepasan kalsium, mengurangi resistensi vaskuler dan untuk membentuk suatu site

    yang berikatan dengan Voltage-Operated Calsium Channel (VOCC). Aktivasi VOCC

    dengan magnesium dapat menurunkan kadar kalsium intraseluler sehingga dapat

    terjadi vasodilatasi dan relaksasi (Geiger, 2012).

  • Rekomendasi asupan magnesium dari bahan makanan sumber magnesium

    bagi penderita hipertensi masih dapat diterima hingga 1000 mg (Rahardja, 2004).

    Menurut DASH (Dieatry Approaches to Stop Hypertension) diet dengan makanan

    tinggi magnesium 708mg per hari, kalium dan kalsium serta diet protein dan serat

    yang cukup, maka rata-rata tekanan darah akan meurun bahkan lebih rendah. Hal

    ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maya Santika (2007) bahwa

    asupan magnesium diatas 236,6 dapat menurunkan tekanan darah kearah yang

    lebih normal.

    2.4 Metode Asesmen Gizi

    2.4.1 Weighed Food Record

    Weighed Food Record (WFR) atau metode dengan penimbangan makanan

    merupakan metode paling pressisi untuk memperkirakan kebiasaan makan dan

    asupan zat gizi responden. Pada penggunaan metode ini dianjurkan untuk

    melakukan konseling diet dan hubungan asupan makanan dengan parameter

    biologis. Pada metode ini responden diminta untuk menimbang semua bahan

    makanan yang dikonsumsi dan makanan yang tersisa pada periode waktu tertentu.

    Deskripsi makanan dan minuman juga dimasukkan dengan detail meliputi kuantitas

    (massa dan volume), metode pemasakan dan merk dari produk olahan (Gibson,

    2005). Hal perlu diperhatikan adalah apabila terdapat sisa makanan setelah makan

    maka perlu ditimbang juga sisa tersebut agar dapat diketahui jumlah makanan yang

    dikonsumsi. Metode penimbangan akan akurat bila dilakukan secara langsung

    terhadap responden walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang

    tinggi (Arisman, 2009).

  • Kelebihan metode ini adalah data yang dihasilkan memiliki tingkat eror yang

    rendah sehingga data lebih akurat dengan tingkat presisi yang tinggi dalam hal

    mengukur besar porsi (Wrieden, 2007). Tetapi kekurangan dalam metode ini adalah

    responden kurang kooperatif dengan sengaja dapat mengubah kebiasaan makan

    mereka untuk mempermudah proses penimbangan atau perhitungan untuk

    memberikan kesan baik pada peneliti (Gibson, 2005).

    Metode ini dilakukan dengan cara menimbang dalam ukuran berat (gram)

    dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut) beserta memberitahukan cara

    pengolahan makanan yang dikonsumsi (Supariasa, 2012). Tetapi British National

    Diet And Nutrition Survey of Adults and Children (2000) menyatakan bahwa

    menggunakan metode ini selama 7 hari lebih baik dan akurat, termasuk hari libur

    dan hari minggu tetap dimasukkan agar seimbang untuk menghitung adanya efek

    akhir pecan pada asupan zat gizi.

    Bias yang sering terjadi pada metode penimbangan makanan adalah

    kuantitas konsumsi pangan yang diperoleh mungkin bukan kuantitas konsumsi

    kebiasaan responden, karena responden tahu konsumsi pangannya sedang dinilai

    atau diamati (Siagian, 2010). Sumber bias dari pewawancara biasanya meliputi

    kesalahan dalam mencatat respon responden, kesalahan menggunakan pertanyaan

    probing, kehilangan fokus, adanya gangguan pada kepercayaan diri dan adanya

    kerahasiaan responden (Gibson, 2005).

    Menurut Chinnok (2006) penelitian menunjukan perbandingan menggunakan

    EFR dan WFR pada 60 subjek populasi selama 7 hari dengan menganalisa rata-rata

    intake energi dan 21 zat gizi, metode WFR lebih baik dari EFR. Pada metode WFR

  • terdapat bias responden lebih sedikit dibandingkan dengan EFR yaitu 9 subjek tidak

    dapat dilaporkan sedangkan pada metode EFR terdapat 22 subjek yang tidak dapat

    dilaporkan.

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep

    Faktor yang dapat dikendalikan:

    Kalsium intraseluler

    Faktor resiko yang tidak

    dapat dikendalikan:

    Asupan makro Asupan mikro

    Asupan Magnesium

    WUS di

    Puskesmas

    Kendalsari

    Magnesium intraseluer

    Hipertensi

    Obesitas

    Tekanan Darah

    Stres

    s

    Merokok Gaya

    hidup

    Pola makan

    Pembuluh darah

    Aktivitas

    fisik

    vasokontriksi

    Asupan kalsium

    usia genetik Jenis

    kelamin

    vasodilatasi

  • Keterangan : : Variable yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

    WUS (Wanita Usia Subur) dapat dipengaruhi oleh faktor resiko penyakit

    hipertensi seperti faktor yang dapat dikendalikan dan faktor resiko yang tidak dapat

    dikendalikan. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan yaitu usia, genetik, dan

    jenis kelamin. Sedangkan faktor resiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas, gaya

    hidup, merokok, stres. Gaya hidup sendiri terdapat aktivitas fisik yang kurang dan

    pola makan yang salah. Pola makan seseorang berpengaruh terhadap kurangnya

    asupan makanan sukmber magnesium.

    Kadar magnesium intraseluer yang rendah dapat menyebabkan peningkatan

    kadar kalsium intraseluer serta menurunkan kadar kalium intraseluer sehingga dapat

    meningkatkan tekanan darah. Asupan magnesium dan kalsium akan saling

    bergantungan pada proses vasodilatasi dan vasokontriksi. Saat asupan magnesium

    rendah maka akan menghambat proses vasodilatasi dan asupan kalsium yang

    rendah juga akan memicu vasokontriksi pembuluh darah seingga dapat terjadi

    peningkatan tekanan darah.

    3.3 Hipotesis Penelitian

    Ada hubungan antara asupan makanan sumber magnesium terhadap

    tekanan darah pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan di Puskesmas Kendalsari

    Kelurahan Tulusrejo Kota Malang

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif analitik

    observasional dengan desian cross-sectional study yaitu variable terikat dan bebas

    diukur secara bersamaan untuk mengetahui asupan magnesium terhadap tekanan

    darah pada wanita usia subur dengan hipertensi di wilayah Puskesmas Kendalsari

    Kelurahan Tulusrejo di Kota Malang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

    adalah total sampling yaitu pengambilan sampel dengan berdasarkan kriteria inklusi

    dan eksklusi yang ditetapkan.

    4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

    4.2.1 Populasi

    Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan

    wanita usia subur usia 18-44 tahun yang berada di Puskesmas Kendalsari

    Kelurahan Tulusrejo Kota Malang Tahun 2017

    4.2.2 Sampel

    Penelitian ini menggunakan rumus sampel jenuh atau total sampling

    dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Hal ini dilakukan karena

    jumlah populasi yang kecil. Proses sampling dilakukan dengan memperhatikan

  • kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel penelitian ini adalah seluruh wanita

    usia subur usia 18-44 tahun di Puskesmas Kendalsari pada bulan Januari-

    Maret 2017 sebanyak 30 orang.

    4.2.2.1 Kriteria Inklusi

    1. Responden merupakan pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas

    Kendalsari Kota Malang dengan tekanan darah sistolik >140mmHg

    2. Responden berjenis kelamin perempuan berusia 18-44 tahun

    3. Responden bersedia menjadi subjek penelitian dan mengisi informed

    consent

    4.2.2.2 Kriteria Eksklusi

    1. Responden mengkonsumsi suplemen magnesium seperti magnesium

    oksida dan magnesium sitrat.

    2. Responden terdiagnosa penyakit lain selama pengambilan data seperti

    gagal ginjal, diabetes mellitus, asma, dan batuk kronis

    3. Hamil

    4.2.2.3 Kriteria Dropout

    Responden tidak bersedia memberikan informasi selama penelitian

  • 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian bertempat di Puskesmas Kendalsari Kelurahan Tulusrejo

    Kota Malang dan dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2017.

    4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian

    1. Informed consent yang berisi persetujuan antara peneliti dengan responden

    yang digunakan sebagai bukti responden bersedia mengikuti penelitian.

    Informed consent diberikan sebelum penelitian berlangsung agar responden

    mengetahui tujuan, risiko dan keuntungan pada penelitian ini.

    2. Kuesioner identitas responden untuk mengetahui karakteristik responden

    meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, tempat tanggal lahir dan hasil

    pengukuran tekanan darah.

    3. Spigmomanometer digital merk OMRON model HEM-7203 untuk mengukur

    tekanan darah responden .Pengukuran dapat dilakukan dengan cara

    berbaring atau duduk dalam keadaan istirahat.

    4. Formulir weighed food record konsumsi makan responden yang diisi oleh

    peneliti.

    5. Timbangan bahan makanan merk OMRON dengan ketelitian 0,1 gram

    6. Software uji statistik SPSS versi 16

    7. Software Nutrisurvey untuk mengolah data asupan makanan sumber

    magnesium responden

  • 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    4.5.1 Variabel Bebas

    Variable bebas dalam penelitian ini adalah asupan magnesium pasien

    hipertensi

    4.5.2 Variabel Terikat

    Variable terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah pasien hipertensi

    4.5.3 Definisi Operasional

    Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian

    No Variabel Definisi operasional Skala

    1. Asupan

    Magnesium

    Asupan magnesium yang diperoleh dari

    makanan sumber magnesium yang

    diukur dengan metode weighed food

    record dengan menggunakan nutrisurvey

    Rasio

    2. Tekanan

    Darah

    Hasil pengukuran deangan cara

    menggunakan alat sphygmomanometer

    yang terdiri atas tekanan darah sistolik

    diukur oleh peneliti

    Rasio

  • 4.6 Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data

    Data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

    4.6.1 Data Primer

    Data primer diperoleh langsung dengan cara wawancara terstruktur

    menggunakan kuesioner kepada responden. Data meliputi nama, usia, alamat, jenis

    kelamin, tempat dan tanggal lahir.

    Data hasil tekanan darah responden yang diukur secara langsung

    menggunakan alat sphygmomanometer air raksa dan data konsumsi makan

    responden seperti asupan makanan sumber magnesium didapat dari rata-rata

    weighed food record

    4.6.2 Data Sekunder

    Data sekunder dapat diperoleh dari Puskesmas Kendalsari Kelurahan

    Tulusrejo Kota Malang yang meliputi profil kesehatan dan jumlah populasi pasien

    hipertensi di Puskesmas Kendalsari Kota Malang

    4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data mengedai identitas

    dan karakteristik pasien dan keluarga, profil tekanan darah dan data konsumsi

    makan pasien. Prosedur yang dilakukan yaitu:

    1. Persiapan responden oleh peneliti

  • Pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

    Menanyakan kesediannya untuk menjadi responden penelitian dengan

    menggunakan informed consent sebelum melakukan penelitian.

    2. Pengisian form kuesioner identitas responden oleh peneliti

    Kuesioner yang telah disediakan akan ditanyakan kepada responden untuk

    mendapatkan data indentitas dan karakteristik pasien dan keluarga serta

    karakteristik kesehatan.

    3. Pengambilan tekanan darah responden

    Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, 30 menit sebelum

    pengukuran sebaiknya responden menghindari aktivitas fisik seperti

    merokok, olahraga, dan makan. Responden dianjurkan untuk duduk

    beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum melakukan pengukuran

    Memastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang tetapi

    kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Meletakkan lengan kanan

    responden di atas meja sehingga saat manset sudah terpasang makan

    dapat sejajar dengan jantung responden

    Melipat lengan baju pada lengan bagian kanan pastikan lipatan baju tidak

    terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran darah, meminta responden

    untuk tetap duduk tanpa banyak gerakan dan tidak berbicara saat

    pengukuran berlangsung. Memberiarkan lengan dalam keadaan rileks

    dengan telapak tangan terbuka ke atas. Pastikan tidak ada lekukan pada

    pipa manset

  • Memasang manset pada lengan kananan responden dengan posisi kain

    yang lembut ada dibagian dalam dan D-ring (besi) tidak menyentuh

    lengan, memasukkan ujung manset melalui D-ring dengan posisi kain

    perekat di bagian luar. Ujung bawah manset terletak kira-kira 1-2cm di

    atas siku. Menarik manset dan kencangkan melingkari lengan kanan

    responden\

    Menekan tombol ‘start’, pada layar akan muncul angka 888 selanjutkan

    symbol berbentuk gambar hati akan berkedip-kedip, sampai denyut tidak

    terdeteksi dan tekanan udara dalam manset berkurang dan angka sistolik,

    diastolik dan neyut nadi akan muncul.

    Pengukuran dilakukan dua kali sebaiknya diberikan jarak 2 menit dengan

    melepaskan manset pada lengan responden.

    Mencatat hasil pengukuran. Apabila hasil pengukuran satu dan kedua

    terdapat selisih >10mmHg, maka mengulai pengukuran setelah

    beristirahat selama 10 menit dan melepaskan manset pada lengan

    (Balitbangkes, 2007)

    4. Melakukan pengambilan data konsumsi makanan dan minuman responden

    dengan metode Weighed Food Record yang akan dilaksanakan selama tiga

    hari. Prosedur Weighed Food Record yaitu:

    Menyiapkan timbangan makanan dan alat tulis

    Memintaresponden untuk menyiapkan makanan yang akan dikonsumsi

    Meletakkan piring di atas timbanngan dan mengarahkan jarum timbangan

    ke angka nol

  • Meletakkan makaanan diatas piring, makanan yang akan ditimbang

    adalah yang berjumlah banyak hingga berjumlah sedikit. Mulai dari nasi,

    kemudia sayur lalu lauk pauk. Untuk makanan berkuah penimbangannya

    dipisah dengan mangkok sendiri kemudian makanan yang diambil terlebih

    dahulu makanan padatnya kemudian kuahnya

    Setelah semua makanan telah ditimbang, responden dipersilahkan untuk

    memakan makanan yang sudah ditimbang dan pastikan bahwa tidak

    membuang sisa makanan. Timbang kembali jika ada food waste tulang

    ayam, bawang, sayur dan lain-lain

    Menanyakan bumbu-bumbu dan contoh ukuran bumbu yang biasa

    digunakan responden untuk memasak makanan yang dimakan

    Kemudian catat seluruh hasil penimbangan makanan. Berat makanan

    yang dikonsumsi adalah hasil penimbangan makanan awal dikurangi

    dengan berat food waste (Wirawan dan Rahmawati, 2014).

  • 4.7 Prosedur Penelitian

    Gambar 4.1 Alur Penelitian

    Ethical clearance

    Peneliti

    Mencari responden yang sesuai kriteria

    inklusi

    persetujuan menjadi responden

    pengumpulan data diri responden

    (informed consent)

    pengumpulan data diri responden

    Pengolahan data dan analisis data

    Interpretasi hasil

    Kesimpulan

    Pencatatan konsumsi makanan sumber natrium dengan

    metode weighed food record

    Pengukuran tekanan darah

    menggunakan sphygnomanometer

    Pengkalibrasian alat

  • 4.8 Analisis Data

    Data yang telah terkumpul kemudian akan dilakukan analisis dengan uji statistik.

    Analisis data dalam penelitian ini meliputi:

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariat adalah analisa karakteristik responden yang

    diinterpretasikan secara deskriptif untuk menegtahui gambaran umum variabel

    yang diteliti dalam bentuk rata-rata asupan magnesium. Data yang dianalisis

    secara univariat meliputi jenis kelamin, usia, asupan magnesium dan tekanan

    darah.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji statistic Pearson dengan tingkat

    signifinaksi (α=0,05) menggunakan software spss 16

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

    5.1 Gambaran Umum Puskesmas

    Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kendalsari yang terletak di Jl.

    Cengger Ayam 1 No.8, Malang, Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah kerja

    Puskesmas Kendalsari 490,968Ha meliputi dari 3 Kelurahan yaitu Tulusrejo,

    Lowokwaru dan Jatimulyo yang terdiri dari wilayah dan batas wilayah :

    Wilayah dataran rendah : 10%

    Wilayah dataran tinggi : 90%

    Wilayah perairan : 0%

    Sebelah utara : Kelurahan Mojolangu

    Sebelah selatan : Kelurahan Samaan

    Timur : Kelurahan Purwantoro

    Barat : Kelurahan Dinoyo dan Tunggulwulung

    Puskesmas Kendalsari memiliki visi menjadi Puskesmas yang

    mampu mewujudkan kesehatan masyarakat yang bermanfaat. Dengan misinya

    yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

    mendorong dan meningkantan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

    melalui upaya promosi kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat.

    Puskesmas Kendalsari terbagi dalam enam unit kerja yaitu unit

    promosi kesehatan, unit kesehatan lingkungan, unit perbaikan gizi, unit

  • kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana, unit pencegahan dan

    pemberantasan penyakit menular dan unit pengobatan. Pada data 10 jenis

    penyakit terbanyak di Puskesmas Kendalsari tahun 2016, penyakit hipertensi

    menduduki urutan kedua dengan jumlah 8,85% yang dapat meningkat dari

    tahun ke tahun (Dinkes, 2016). Data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas

    Kendalsari dapat dilihat pada tabel berikut ini

    Tabel 5.1 Data 10 Jenis Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kendalsari

    No. Jenis Penyakit Jumlah

    1 ISPA 23,8%

    2 Hipertensi 8,85%

    3 Gastritis 7,47%

    4 Rheumatoid arthritis 6,08%

    5 Dermatitis kontak alergi 5,82%

    6 Influenza 5,04%

    7 Sakit kepala 4,57%

    8 Batuk 3,17%

    9 Observarsi febris 2,62%

    10 Diare 1,48%

    5.2 Gambaran Umum Responden

    Responden yang diambil pada penelitian ini adalah pasien hipertensi

    rawat jalan berjenis kelamin wanita usia 18-44 tahun yang ada di Puskesmas

    Kendalsari Kota Malang. Berdasarkan dengan pengambilan data dengan total

    sampling, diperoleh responden sebanyak 30 orang.

  • 5.3 Asupan Magnesium Responden

    Asupan magnesium diperoleh dengan cara pengukuran weigh food

    record selama 3 hari, pada rata-rata166mg±6,28 dengan menggunakan uji

    Shapiro-Wilk didapatkan hasil 0,517 yang menyatakan data terdistribusi normal.

    Asupan magnesium dikategorikan menjadi lima kategori yang terdapat pada

    tabel berikut ini

    Tabel 5.2 Kategori Kecukupan Asupan Magnesium

    Kategori Jumlah Persentase (%)

    diatas kebutuhan 1 3,3

    defisit tingkat sedang 3 10

    defisit tingkat berat 26 86,7

    total 30 100

    Dilihat dari tabel 5.2 diketahui bahwa asupan magnesium responden

    sebanyak 86,7% (n=26) mengalami defisit tingkat berat dan tidak ditemukan

    responden dengan kategori asupan magnesium yang baik atau sesuai dengan

    kebutuhan dan defisit tingkat ringan.

    5.4 Tekanan Darah Responden

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah

    responden yang dapat dilihat pada tabel berikut ini

  • Tabel 5.3 Tekanan Darah Responden

    Variabel Mean Uji Shapiro-Wilk

    Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

    Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

    154±11,4

    97,7±9

    p=0,059

    p=0,201

    Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bawah tekanan darah sistolik

    berada pada rata-rata 154mmHg ±11,4 yang menunjukan bahwa rata-rata

    tekanan darah responden dikategorikan dalam hipertensi stage 1

    menggunakan uji Shapiro-Wilk p=0,059 yang menunjukan data terdistribusi

    normal. Namun tekanan darah responden yang terendah sebesar 140mmHg

    dan tekanan darah responden yang tertinggi sebesar 185mmHg.

    5.5 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah

    Asupan magnesium dan tekanan darah responden terdistribusi

    normal sehingga di uji menggunakan korelasi Pearson dengan signifikansi

    p=0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan analisis statistik

    didapatkan antara asupan magnesium dan tekanan darah sistolik

    memperoleh p=0,03 dan r=0,38 kemudian untuk tekanan darah diastolik

    memperoleh p=0,13 (p>0,05) dan r=0,51) seperti tabel berikut

  • Tabel 5.4 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah

    Tekanan Darah r p*

    Sistolik (mmHg)

    Diastolik (mmHg)

    0,384

    0,13

    0,036

    0,51

    Dari tabel 5.4 dapat memperoleh kesimpulan bahwa terdapat

    hubungan positif antara asupan magnesium dengan tekanan darah sistolik

    pada wanita usia subur. Pada tekanan darah diastolik, tidak terdapat korelasi

    antara asupan magnesium dengan tekanan darah diastolik.

  • BAB VI

    PEMBAHASAN

    6.1 Pembahasan Hasil Penelitian

    6.1.1 Karakteristik Responden

    Pada penelitian ini usia responden terdapat pada rentang 18-34

    tahun yang diperoleh dari total sampling didapat sebanyak 30 responden

    wanita usia subur. Dapat dilihat bahwa penyakit hipertensi tidak hanya terjadi

    pada kelompok usia lanjut tetapi juga dapat terjadi pada usia masa produktif

    pada dampak perubahan sosial ekonomi dan kemajuan teknologi yang dapat

    mengubah gaya hidup wanita usia subur seperti aktifitas fisik dan pola makan

    (Popkin, 2010). Menurut Dalimartha (2008) mengatakan bahwa pada umumnya

    lebih banyak perempuan yang menderita hipertensi dari pada pria karena

    disebabkan oleh pengaruh gaya hidup kurang baik seperti sering

    mengkonsumsi makanan berlemak, obesitas faktor stres, kehamilan dan

    pengaruh hormon karena penggunaan alat kontrasepsi. Kemudian menurut

    Yeni (2009) menjelaskan bahwa orang yang berusia diatas 40 tahun beresiko

    menderita penyakit hipertensi. Pada penelitian Nining (2008) menyatakan pada

    setiap kenaikan usia 1 tahun dapat meningkatkan tekanan darah sistolik

    0,369mmHg dan 0,283 untuk diastolik. Hal ini sejalan dengan penelitian ini

    bahwa wanita usia subur dengan rata-rata usia 40 tahun keatas mempunyai

    penyakit hipertensi stage 1.

  • 6.1.2 Asupan Magnesium Responden

    Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 86,7% (n=26) responden

    dengan asupan magnesium yang belum memenuhi kebutuhan atau defisit berat

    dengan rata-rata asupan magnesium adalah 166mg perhari. Rata-rata tersebut

    diperoleh dari data asupan magnesium responden melalui pengukuran dengan

    metode weighed food record selama 3 hari dalam waktu 3 kali makan utama

    yang menunjukan bahwa sebagian besar responden sangat kurang asupan

    magnesium.

    Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk asupan magnesium

    perhari pada wanita usia 19-64 tahun adalah 330mg per hari (Permenkes,

    2013). Namun pada kenyataannya konsumsi magnesium di masyarakat masih

    jauh dari yang direkomendasikan dan terdapat tingginya prevalensi masyarakat

    dengan defisiensi magnesium yang diketahui berhubungan dengan penyakit

    kronis (Cunha, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Maya (2007) bahwa rata-rata sampel responden kurang mengkonsumsi sayuran

    hijau, buah-buahan dan susu dengan rata-rata magnesium 186,6mg perhari

    pada responden dengan tekanan darah tinggi.

    Magnesium adalah zat gizi mikro yang dapat mempengaruhi tekanan

    darah. Pola makan seseorang yang rendah magnesium dapat menjadi salah

    satu pemicu terjadinya tekanan darah tinggi (Dalimartha et al., 2008). Menurut

    Geiger (2012) magnesium dapat mempengaruhi tekanan darah dengan cara

    adanya mekanisme natural calcium antagonist, yaitu pada kadar magnesium

    intraseluler yang rendah dapat menyebabkan tingginya kalsium di dalam

  • jaringan intraseluler, jika jumlah kalsium meningkat maka dapat menyebabkan

    perubahan pada vaskuler maupun struktural pada sel otot polos pada pembuluh

    darah, organ jantung dan endotelial yang dapat berakibat terjadinya disfungsi

    endotel sehingga dapat memicu vasokontriksi pembuluh darah kemudian terjadi

    peningkatan tekanan darah (Cunha, 2012)

    Asupan magnesium responden per hari yang diperoleh dari metode

    pengukuran weighed food record, sebagian besar asupan magnesium

    responden diperoleh dari sumber protein nabati seperti tempe dan tahu dengan

    frekuensi 1-2 kali (40-50gram/ptg) per harinya lalu untuk sayurannya seperti

    kangkung, bayam, daun kelor, daun singkong dan daun papaya dengan 2

    sendok sayur peharinya (60gram/sendok sayur), mengkonsumsi susu hanya 1-2

    gelas per minggu, buah-buahan 2-3 buah jeruk per minggu dan hanya

    mengkonsumsi lauk hewani 1-2 kali per minggu.

    Asupan magnesium responden dalam penelitian ini mengalami defisit

    tingkat berat. Menurut Bohn (2007) salah satu faktor asupan magnesium tidak

    memenuhi kebutuhan adalah terdapat gangguan pada proses absorbsi dalam

    tubuh. Absorbsi magnesium baru dapat dimulai setelah satu jam kemudian

    masuk pada fase stabilisasi dimana absorbsi berlangsung 4-6% per jam. Fase

    ini berada 2-8 jam setelah makan kemudian akan mengalami penurunan

    absorbsi hingga jam ke sepuluh. Pada wanita dewasa rata-rata absorbsi

    diperkirakan 27%. Absorbsi magnesium dalam tubuh dihambat karena

    beberapa faktor seperti asam oksalat dan fitat yang membentuk komplek sukar

    larut dengan magnesium di dalam usus kecil. Asam fitat dalam serat kacang-

  • kacangan dan serealia serta asam oksalat terdapat dalam jumlah yang besar

    dalam bayam dan pada sayuran daun berwarna hijau yang dapat mengikat

    mineral-mineral tertentu sehingga dapat menghambat absorbsi. Kandungan

    asam oksalat akan bertambah atau semakin banyak larut apabila dipanaskan

    kembali atau dibiarkan terlalu lama (Suwardi, 2011).

    Sebanyak 96% responden mengolah masakan dengan digoreng setiap

    harinya. Kandungan magnesium juga dapat berkurang dikarenakan proses

    memasak seperti merebus dan menggoreng. Pada proses perebusan dapat

    menurunkan nilai gizi suatu bahan makanan lebih banyak dibandingkan dengan

    pengukusan. Bahan makanan yang langsung terkena air rebusan akan

    menurunkan nilai gizinya. Proses menggoreng dapat menurunkan kandungan

    vitamin dan mineral karena pemanasan minyak goreng menimbulkan terjadinya

    reaksi oksidasi minyak dan degradasi asam lemak akibat suhu pemanasan yang

    tinggi dan lama pemanasan (Arfah, 2013). Pada suhu menggoreng mencapai

    160 ⁰C, terjadi penurunan kadar mineral berkisar antara 5-40%, terutama

    kalsium, yodium, seng, magnesium, selenium dan zat besi (Khomsan, 2007).

    Asupan magnesium yang kurang dari kebutuhan per hari menjadi salah satu

    pemicu terjadinya peningkatan tekanan darah. Pada penelitian ini sejalan

    dengan penelitian Bohn (2007) bahwa responden mengalami defisit tingkat

    berat dikarenakan proses pemasakan. Sebagian responden mengolah masakan

    dengan cara di goreng setiap hari yang dapat menurunkan kadar magnesium di

    dalam bahan makanan tersebut.

  • 6.1.3 Tekanan Darah Responden

    Responden untuk sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia

    subur dengan tekanan darah sistolik >140mmHg atau wanita usia subur yang

    menderita penyakit hipertensi. Terdapat hasil dari penelitian bahwa rata-rata

    dari tekanan darah sistolik responden termasuk dalam kategori hipertensi stage

    1 pada rata-rata 154mmHg ±11,4 menggunakan uji Shapiro-Wilk di dapatkan

    hasil p=0,059 yang menunjukan data terdistribusi normal. Berdasarkan Joint

    Nasional Commite (JNC) 7, tekanan darah dikategorikan menjadi tiga kategori

    yaitu prehipertensi jika tekanan darah sistolik 120-139mmHg dan diastolik 80-

    89mmHg, hipertensi stage 1 jika tekanan darah sistolik 140-159mmHg dan

    diastolik 90-99mmHg dan hipertensi stage 2 jika tekanan sistolik ≥160mmHg

    dan diastolik ≥100mmHg.

    Menurut Noviati (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pada

    responden prehipertensi sampai hipertensi stage pertama terjadi peningkatan

    resiko penyakit kardiovaskular. Pada responden prehipertensi juga sudah terjadi

    peningkatan stress oksidatif dan resistensi pada insulin serta disfungsi endotel.

    Pada tekanan darah yang terus semakin meningkat pada waktu

    jangka panjang dapat mengganggu fungsi endotel. Disfungsi endotel ini

    mengawali proses pembentukan kerak-kerak yang dapat mempersempit liang

    pembuluh koroner, pembuluh yang menjadi jalur nutrisi untuk jantung.

    Akibatnya, suplai zat-zat esensial bagi kehidupan sel-sel jantung terganggu.

    Bahkan pada keadaan tertentu peningkatan tekanan darah dapat meretakkan

    plak-plak koroner, sehingga aliran darah tersumbat yang berakibat kejadian

    serangan jantung (Yahya, 2011).

  • Responden penelitian ini wanita usia subur dengan rata-rata tekanan

    darah sistolik >140mmH yaitu pada hipertensi stage 1 bila tidak diatur pola

    makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup dapat meningkatkan tekanan darah terus

    menerus sehingga mengganggu fungsi endotel dan memiliki resiko besar

    mengidap penyakit kardiovaskular.

    6.1.4 Hubungan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah Responden

    Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson

    didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah

    sistolik dengan asupan magnesium responden. Berdasarkan hasil penelitian

    terdapat hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah wanita

    usia subur dengan hipertensi dengan kekuatan keeratan hubungan pada

    penelitian ini menunjukan keeratan yang lemah (p=0,036, r=0,384) dengan hasil

    menunjukan arah korelasi positif, dengan kata lain tekanan darah sistolik

    responden akan cenderung meningkat meskipun asupan magnesium

    meningkat.

    Arah korelasi positif terhadap asupan magnesium dengan tekanan darah

    ini berkaitan dengan kemungkinan keakuratan tensimeter digital yang

    digunakan. Keakurasian antara pengukuran tekanan darah menggunakan teknik

    konvensional (auscultatory) yaitu dengan tensimeter raksa dibandingkan

    dengan tensi meter digital (automated oscillometric) masih kontroversi.

    Berdasarkan penelitian Landgraf (2010) ditemukan bahwa tensimeter digital

    secara kensisten menunjukan hasil pengukuran tekanan darah yang lebih

  • rendah dibandingkan dengan tensimeter raksa dengan mean ± SD untuk sistolik

    (1.95 ± 5 mmHg) yang lebih besar dibandingkan diastolik (1.3 ± 4 mmHg).

    Penelitian tersebut juga menjadi dasar salah satu kelemahan dari penelitian ini.

    Sehingga disarankan untuk menggunakan tensimeter raksa serta pengukuran

    oleh tenagag kesehatan terlatih untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

    Faktor lainnya yang menyebabkan asupan magnesium tidak

    sepenuhnya berpengaruh terhadap tekanan darah yang meningkat disebabkan

    oleh beberapa faktor seperti usia, kurangnya aktivitas fisik, pola makan tidak

    teratur, tidur tidak teratur, berat badan berlebih dan mengalami stress (David,

    2008).

    Pada penelitian Farid (2010) yang menunjukan adanya hubungan

    yang signifikan antara asupan magnesium dengan tekanan darah pada korelasi

    negative sebanyak (66,7%) subjek mengkonsumsi cukup magnesium.

    Magnesium dapat memainkan peran penting dalam mengatur tekanan darah.

    Diet kaya akan buah dan sayuran merupakan sumber kalium dan magnesium

    yang baik. Hasil penelitian Suryani (2011) yang ngatakan bahwa adanya

    hubungan antara asupan magnesium responden terhadap tekanan darah tinggi

    pada pasien di Puskesmas Gamping II Sleman, Yogyakarta (p

  • Maya (2007) terdapat perbedaan asupan magnesium pada tekanan darah

    diatas rata-rata dan tekanan darah dibawah rata-rata (p=0,028) dengan rata-

    rata sampel responden kurang mengkonsumsi sayuran hijau, buah-buahan dan

    susu dengan rata-rata magnesium 186,6mg perhari pada responden dengan

    tekanan darah tinggi.

    Pada pedoman diet berdasarkan Dietary Approaches to Stop

    Hypertension (DASH) menunjukan bahwa diet tinggi buah-buahan, sayuran dan

    susu rendah lemak serta tinggi mineral magnesium dapat memberikan efek

    antihipertensi yang kuat dibandingkan peningkatan satu jenis zat gizi saja.

    Dampak perubahan pola makan lebih baik dibandingkan dari efek satu zat gizi

    saja.

    Asupan magnesium dapat dipengaruhi oleh jumlah, frekuensi dan

    jenis bahan makanan mengandung mineral magnesium. Selain dari makanan,

    magnesium juga didapat dari suplementasi dengan hasilnya signifikan untuk

    menurunkan tekanan darah sistolik 4,3mmHg dan 2,3 mmHg untuk diastolik.

    6.2 Implikasi Terhadap Bidang Gizi Kesehatan

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit yang

    disebabkan dari berbagai faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan seperti

    usia, genetik dan jenis kelamin serta faktor resiko yang dapat dikendalikan

    seperti gaya hidup, kegemukan, stress, dan pola makan. Terapi gizi adalah hal

    penting disamping diberikan terapi medis untuk mengobati dan mencegah

    dalam penanganan serta pengendalian tekanan darah tinggi. Terapi gizi

    diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien karena berhubungan dengan

  • kemampuan makan pasien yang jika tidak memungkinkan untuk makan dapat

    berakibat penurunan status gizi pasien.

    Magnesium diperlukan dalam jumlah kecil di dalam tubuh namun

    berfungsi sangat besar untuk metabolisme tubuh sebagai salah satu faktor

    untuk pencegahan tekanan darah yang meningkat, sehingga pasien dapat lebih

    waspada dan dapat mengatur pola makan serta bahan makanan yang tepat

    untuk dikonsumsi.

    Magnesium adalah mineral penting yang mempunyai fungsi

    vasodilatasi alami yang diperoleh dari bahan makanan sumber sayuran hijau,

    kacang-kacangan, buah-buahan, susu dan serealia. Rendahnya asupan

    makanan sumber magnesium dan rendahnya magnesium serum dapat menjadi

    salah satu faktor pemicu terjadinya hipertensi.

    Berdasarkan Kemenkes (2014) merekomendasikan Angka

    Kecukupan Gizi (AKG) asupan magnesium sebanyak 330mg perhari atau

    setara dengan makan sehari yang terdiri dari mengkonsumsi sumber protein

    hewani daging sapi/ayam 2 kali perhari sebanyak 50 gram, 3 potong tahu/tempe

    perhari sebanyak 40 gram dan 2 gelas sayuran hijau dimana dapat memberikan

    efek terhadap penurunan tekanan darah

    Rekomendasi proses penyiapan makanan agar meminimalisir

    berkurangnya zat gizi selama proses memasak. Seperti hanya menggunakan

    sedikit mungkin air untuk perebusan, air perebusan sayuran dapat digunakan

    sebagai kuah sayuran, tidak mengupas sayuran ketika memasak sayur, sayuran

    dapat dikupas setelah selesai dimasak serta memotong makanan setelah di

  • masak. Memasak dengan durasi yang lebih pendek dan suhu rendah