HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SOSIAL...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SOSIAL...
i
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN
SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA
KELAS XII SMA NEGERI SE KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Umi Fadlilah
1301414121
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kematangan karir dapat dilihat saat memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuan
diri kita dan disamping itu, dukungan orang tua merupakan sumber kekuatan (Umi
Fadlilah)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Almamater jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang
iv
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan antara Self Efficacy dan
Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir Siswa Kelas XII SMA Negeri
Se-Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena di lapangan yang menunjukkan
bahwa banyak sekali siswa yang masih kebingungan memilih karir untuk masa
depannya karena kurangnya kematangan karir siswa. Tujuan dari skripsi ini untuk
mengetahui hubungan antara self efficacy dan dukungan sosial orang tua dengan
kematangan karir siswa. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat
hubungan antara self efficacy dan dukungan sosial orang tua dengan kematangan karir
siswa.
Selama menyusun skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Drs.
Suharso, M.Pd. Kons. selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan ilmu,
motivasi dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri
Semarang.
v
2. Dr.Sungkowo Edy Mulyono, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Kons. Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling yang
telah memberikan izin penelitian dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.
4. Sunawan, M.Si,. Ph.D dan Muslikah, M.Pd Dosen penguji yang telah menguji
skripsi dan memberikan saran serta masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan
motivasi dan ilmu yang bermanfaat.
6. Kepala sekolah, guru BK, karyawan, dan siswa SMA Negeri 2 Kendal, SMA
Negeri 1 Gemuh, dan SMA Negeri 1 Weleri yang terlibat dalam penelitian ini.
7. Keluarga di rumah yang tiada henti-hentinya mendoakan dan memberi semangat
untuk segera menyelesaikan studi ini.
8. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2014, serta sahabat yang telah
membantu proses penyelesaian skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta
memberikan kontribusi bagi bimbingan dan konseling.
Semarang, 20 Juni 2019
Penulis
vi
ABSTRAK
Fadlilah, Umi (2019). Hubungan antara Self Efficacy dan Dukungan Sosial Orang
Tua dengan Kematangan Karir Siswa Kelas XII SMA Negeri Se-Kabupaten Kendal
Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Suharso, M.Pd., Kons.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena rendahnya tingkat kematangan
karir siswa yang diakibatkan kurang adanya self efficacy keyakinan dari siswa serta
kurangnya dukungan sosial orang tua. Kematangan Karir merupakan kemampuan
individu dalam membuat keputusan karir sesuai dengan gambaran dan rencana karir
dimasa depan secara realistis . Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
self efficacy dan dukungan sosial orang tua dengan kematangan karir siswa kelas XII
baik secara parsial maupun secara bersama-sama.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian ex post facto, dengan desain
korelasional. Populasi dalam penelitian ini ialah siswa kelas XII SMA Negeri se-
Kabupaten Kendal berjumlah 3406 siswa dengan sampel 251 siswa yang ditentukan
menggunakan teknik cluster sampling dan proporsionate stratified random sampling.
Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala kematangan karir, skala self
efficacy, dan skala dukungan sosial orang tua. Koefisien skala tersebut adalah 0,285 -
0,582; 0,249 - 0,689; dan 0,281 - 0,490 dengan nilai alpha 0,772; 0,863; dan 0,809.
Adapun teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
self efficacy dengan kematangan karir (R= 0,534, (p=0,000 < 0,05), dan t = 11,446 >
2,319. Kemudian antara dukungan sosial orang tua dengan kematangan karir juga
terdapat hubungan yang signifikan R=0,338; (p=0,000 < 0,05), dan t = 7,237 > 2,319.
Begitu pula antara self efficacy dan dukungan social orang tua secara bersama-sama
juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kematangan karir R=0,727; p<0,005
dan F(138,795).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin rendah self
efficacy dan dukungan sosial orang tua maka semakin rendah pula kematangan karir
siswa. Oleh karena itu, disarankan agar guru BK dapat memberikan layanan yang dapat
meningkatkan kematangan karir siswa dengan cara memberikan layanan informasi dan
penguasaan konten tentang kematangan karir, self efficacy dan dukungan sosial orang
tua.
Kata kunci: Kematangan Karir, Self Efficacy, Dukungan Sosial Orang Tua
vii
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN ............................................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
PRAKATA ....................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 11
BAB 2 KAJIAN TEORI ................................................................................... 12
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 12
2.2 Kematangan Karir ................................................................................. 15
2.2.1 Definisi Kematangan Karir ................................................................... 15
2.2.2 Tahap Perkembangan Karir ................................................................... 16
2.2.3 Aspek Kematangan Karir ...................................................................... 18
2.2.4 Faktor Pengaruh Kematangan Karir ...................................................... 20
2.3 Self Efficacy ........................................................................................... 23
2.3.1 Definisi Self Efficacy ............................................................................. 23
2.3.2 Sumber Self Efficacy ............................................................................. 25
2.3.3 Aspek Self Efficacy ............................................................................... 26
2.3.4 Proses Self Efficacy ............................................................................... 28
2.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Self Efficacy ................................ 31
2.4 Dukungan Sosial Orang Tua ................................................................. 33
2.4.1 Definisi Dukungan Sosial Orang Tua ................................................... 33
2.4.2 Sumber Dukungan Sosial Orang Tua .................................................... 35
2.4.3 Aspek Dukungan Sosial Orang Tua ...................................................... 36
2.4.4 Manfaat Dukungan Sosial Orang Tua ................................................... 38
2.4.5 Faktor Pengaruh Dukungan Sosial Orang Tua ...................................... 38
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................. 39 2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 41
viii
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 42
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 42
3.2 Desain Penelitian ................................................................................... 43
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................ 43
3.3.1 Identifikasi Variabel .............................................................................. 44
3.3.2 Hubungan antar Variabel ...................................................................... 44
3.3.3 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 45
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 46
3.4.1 Populasi ................................................................................................. 46
3.4.2 Sampel dan Teknik Sampling ............................................................... 47
3.5 Metode dan Alat Pengumpul Data ........................................................ 48
3.5.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 48
3.5.2 Alat Pengumpulan Data ........................................................................ 50
3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................................... 53
3.6.1 Validitas ................................................................................................ 53
3.6.2 Reliabilitas ............................................................................................. 56
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................. 58
3.7.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 58
3.7.2 Analisis Uji Hipotesis ........................................................................... 59
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 63
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 63
4.1.1 Tingkat Kematangan Karir pada Siswa ................................................. 64
4.1.2 Tingkat Self Efficacy pada Siswa .......................................................... 66
4.1.3 Tingkat Dukungan Sosial Orang Tua pada Siswa ................................. 68
4.1.4 Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kematangan Karir .................. 71
4.1.5 Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir .......................................................................................................
72
4.1.6 Hubungan Antara Self Efficacy dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir .....................................................................
73
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 75
4.2.1 Tingkat Kematangan Karir pada Siswa ................................................. 75
4.2.2 Tingkat Self Efficacy pada Siswa .......................................................... 77
4.2.3 Tingkat Dukungan Sosial Orang Tua pada Siswa ................................. 78
4.2.4 Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kematangan Karir .. ................ 79
4.2.5 Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir .......................................................................................................
81
4.2.6 Hubungan Antara Self Efficacy dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir .....................................................................
83
4.2.7 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 84
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................ 86
5.1 Simpulan ............................................................................................... 86
5.2 Saran ...................................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
ix
DAFTAR TABEL
Tabel halaman 3.1 Populasi Penelitian ...................................................................................... 46
3.2 Sampel Penelitian ........................................................................................ 47
3.3 Sampel Penelitian ....................................................................................... 48
3.4 Kategori Jawaban ........................................................................................ 50
3.5 Kisi-kisi skala Kematangan Karir ............................................................... 51
3.6 Kisi-kisi skala Self Efficacy ........................................................................ 52
3.7 Kisi-kisi skala Dukungan Sosial Orang Tua ............................................... 53
4.1 Nilai Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Variabel Kematangan Karir .......................................................................................
64
4.2 Distribusi Frekuensi secara Keseluruhan tentang Kematangan Karir .......... 65
4.3 Nilai Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Variabel Self Efficacy ...........................................................................................................
66
4.4 Distribusi Frekuensi secara Keseluruhan tentang Self Efficacy ................... 67
4.5 Nilai Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Variabel Dukungan Sosia Orang Tua .........................................................................
69
4.6 Distribusi Frekuensi secara Keseluruhan Dukungan Sosial Orang .............. 70
4.7 Hasil Uji Asumsi Self Efficacy dengan Kematangan Karir .......................... 71
4.8 Hasil Analisis Regresi Self Efficacy (X1) dengan Kematangan Karir (Y) ... 72
4.9 Hasil Uji Asumsi Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir ............................................................................................................
72
4.10 Hasil Analisis Regresi Dukungan Sosial Orang Tua (X2) dengan
kematangan Karir ........................................................................................
73
4.11 Hasil Uji Asumsi Self Efficacy dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir .......................................................................................
74
4.12 Hasil Analisis Self Efficacy (X1) dan Dukungan Sosial Orang Tua (X2)
dengan Kematangan Karir (Y) ....................................................................
74
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Proses Terjadinya Self Efficacy .................................................................. 30
2.2 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 39
3.1 Hubungan antara Self Efficacy dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir ......................................................................................
44
4.1 Distribusi Frekuensi Kematangan Karir .................................................... 65
4.2 Distribusi Frekuensi Self Efficacy .............................................................. 68 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Sosia Orang Tua ..................................... 70
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ` Halaman
1. Pedoman Wawancara Guru ......................................................................... 92
2. Pedoman Wawancara Siswa ........................................................................ 93
3. Hasil Wawancara Guru ................................................................................ 94
4. Hasil Wawancara Siswa .............................................................................. 96
5. Kisi-Kisi Instrumen Skala Psikologis Kematangan Karir ........................... 99
6. Kisi-Kisi Instrumen Skala Psikologis Self Efficacy ..................................... 100
7. Kisi-Kisi Instrumen Skala Psikologis Dukungan Sosial Orang Tua ........... 101
8. Skala Psikologis Try Out ............................................................................. 102
9. Tabulasi Data Try Out ................................................................................. 106
10. Hasil Uji Validitas dan Relibilitas Insrumen ............................................... 116
11. Skala Psikologis Penelitian .......................................................................... 120
12. Tabulasi Data Penelitian .............................................................................. 124
13. Hasil Analisis Descriptive ........................................................................... 156
14. Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 157
15. Hasil Uji Regresi Linier Berganda .............................................................. 159
16. Dokumentasi ................................................................................................ 160 17. Surat Penelitian ............................................................................................ 161
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian ini adalah bab pertama skripsi yang mengantarkan pembaca untuk
mengetahui apa yang diteliti. Bab ini memuat tentang (1) latar belakang, (2) tujuan
penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Kematangan karir merupakan suatu tahapan penting bagi siswa kelas XII Sekolah
Menengah Atas, yang realitasnya diwujudkan melalui pemilihan jurusan karena sangat
berpengaruh terhadap masa depan mereka. Hal ini diperkuat oleh pendapat Havigurst
(dalam Saifuddin 2018:2) yang menyatakan bahwa salah satu tugas perkembangan
remaja yang paling penting yaitu memilih dan mempersiapkan karir untuk masa
selanjutnya. Sehingga, pada masa Sekolah Menengah Atas memilih jurusan yang tepat
dan sesuai adalah perwujudan dari kematangan karir. Dalam kematangan karir
diperlukan adanya perencanaan yang matang terkait dengan karir yang diminatinya.
Perencanaan karir termasuk di dalam salah satu unsur pembangun kematangan karir.
Maka dari itu, siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas membutuhkan kematangan
karir untuk mempersiapkan diri dimasa selanjutnya.
Kematangan karir adalah suatu keberhasilan yang didapatkan individu ketika
dapat menyelesaikan tugas perkembangan karir yang khas (Super dalam Herin dan
Sawitri 2017). Sedangkan, menurut Levinson, dkk dalam Saifuddin (2018:12)
1
2
Kematangan karir adalah kemampuan individu dalam membuat keputusan karir sesuai
dengan gambaran dan rencana karir dimasa depan secara realistis.
Kematangan karir merupakan gambaran kesesuaian antara individu dengan
pekerjaannya serta dinamika dalam pembuatan pilihan karirnya. Kematangan karir
dibutuhkan oleh siswa untuk dapat memilih serta merencanakan karir selanjutnya
secara tepat yang meliputi pengetahuan akan dirinya, pengetahuan berbagai pekerjaan,
kemampuan dalam memilih pekerjaan, serta kemampuan dalam merencanakan
langkah karir kedepannya (Crites dalam Saifuddin 2018:3). Sehingga, siswa Sekolah
Menengah Atas harus memiliki kematangan karir yang tinggi dengan membuat
keputusan untuk memilih dan mempersiapkan diri untuk tahapan perkembangan karir
selanjutnya setelah lulus nanti.
Kematagan karir yang tepat tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan yang
dimiliki siswa itu sendiri. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kematangan
karir, seperti faktor bio-sosial, faktor lingkungan, faktor kepribadian, faktor vokasional
dan faktor prestasi individu (Super dalam Lestari 2017). Hal lain disampaikan oleh
Hirschi (dalam Agustina, Nurmaisara, dan Anggriana 2017) yang menyebutkan bahwa,
faktor yang mempengaruhi kematangan karir yaitu usia, gender, pengalaman kerja,
keluarga, institusi pendidikan, dan status sosial-ekonomi.
Dapat disimpulkan, beberapa hal yang dapat mempengaruhi kematangan karir
terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Dalam faktor internal terdapat usia, jenis
kelamin, kepribadian, intelegensi, bakat dan minat. Sedangkan, faktor eksternal yang
3
emmpengaruhi kematangan karir yaitu faktor lingkungan yang terdaat dari keluarga,
sekolah, lingkungan tempat tinggal, faktor pengalaman kerja, serta status sosial.
Ketika siswa mempersiapkan rencana masa depan terkait dengan kematangan
karir dalam pemilihan jurusan, seringkali siswa mengalami banyak masalah.
Permasalahan tersebut berupa ketidakpahaman tentang bakat dan minatnya. Padahal
kesadaran akan bakat dan minatnya ini digunakna untuk mempertimbangkan dalam
pemilihan jurusan. Minimnya informasi mengenai pemilihan jurusan dan dunia kerja
membuat siswa tidak dapat mengeksplor serta menilai jurusan apa saja yang sesuai
akan kemampuanya. Selain itu, ketidakyakinan siswa akan kemampuan yang
dimilikinya dan perbedaan pendapat orang tua mengenai pemilihan jurusan akan
membuat siswa semakin bingung dalam pemilihan jurusan terkait dengan kematangan
karirnya.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Supriatna (dalam Dewi, Djalal, Siswanti 2017)
yang menyatakan bahwa masalah karir yang sering dialami oleh siswa antara lain: a.
Peserta didik tidak mengerti bagaimana memilih kursus yang sesuai dengan
kemampuan dan minat, b. Peserta didik tidak memiliki informasi tentang dunia kerja
yang cukup, c. Peserta didik masih bingung memilih pekerja, d. Peserta didik masih
kurang dapat memilih karya sesuai dengan kemampuan dan minatnya, e. Peserta didik
merasa ingin mendapatkan pekerjaan setelah lulus, f. Peserta didik tidak memiliki
pilihan perguruan tinggi atau pendidikan lanjutan tertentu, jika setelah lulus tidak
memasuki dunia kerja, g. Peserta didik tidak mengetahui karakteristik, persyaratan,
4
kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan dan prospek
pekerjaan untuk masa depan karirnya.
Hasil wawancara pada tanggal 16 September 2018 pada Guru Bimbingan dan
Konseling di sekolah X menunjukan rendahnya tingkat kematangan karir siswa.
Banyak siswa yang masih bingung, ragu-ragu dalam memilih jurusan, siswa sekedar
ikut-ikutan teman saat memilih jurusan. Guru BK sudah memberikan upaya dengan
memberikan layanan terkait dengan karir setelah lulus SMA dan juga mempersilahkan
siswa untuk datang ke ruang BK ataupun chat personal melalui whatsaap kepada Guru
jika ingin konsultasi pemilihan jurusan. Namun, siswa terkesan tidak mau tahu dan
hanya sedikit siswa yang antusias dengan layanan yang diberikan. Untuk datang ke
ruang BK menanyakan pilihan jurusannya belum ada sama sekali dan pesan melalui
whatsaap yang diterima hanya sedikit saja. Siswa mengetahui kemampuan yang
dimilikinya namun beberapa masih ragu-ragu akan kemampuan yang dimilikinya dan
banyak siswa dalam memilih jurusan tidak sesuai akan kemampuannya. Pengetahuan
berbagai macam pekerjaan yang diketahui siswa masih umum seperti dokter, guru,
perawat, PNS dan ruang lingkup pilihan profesi pekerjaan tersebut mereka siswa belum
memahami. Sedangkan, hasil wawancara yang dilakukan oleh 2 siswa mereka semua
masih bingung dan ragu-ragu akan pemilihan jurusan yang dipilihnya. Mereka tidak
yakin akankah diterima atau tidak karena banyaknya yang mendaftar. Mereka mencari
informasi dinternet jika ingin saja dan sekedar pernah. Mereka dalam memilih jurusan
pun tidak sesuai akan kemampuannya. Jenis-jenis pekerjaan yang mereka tahu hanya
5
macam-macam pekerjaan umum dan belum memahami gambaran jelas perannya serta
kelebihan dan kelemahan pada pilihan jurusan tersebut.
Banyak siswa yang tidak yakin terhadap kemampuannya, ketidakyakinan
tersebut merupakan faktor dalam diri individu. Ketidakyakinan bisa diartikan sebagai
self efficacy. Menurut Bandura (dalam Feist and Feist 2017:157) self efficacy adalah
keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan suatu dalam situasi
kontrol yang berhasil. Dengan adanya self efficacy, individu mempunyai dorongan
dalam diri untuk berusaha mengatasi hambatan dalam mencapai mencapai hasil dan
keputusan yang diinginkan. Hal lain disampaikan Alwisol (2009:287) Self efficacy
yaitu persepsi diri sendiri megenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi
tertentu. Individu memiliki penilaian terhadap diri terkait dengan tindakan sudah tepat
atau salah dan kemampuannya sudah sesuai untuk mencapai hasil tersebut.
Individu yang memiliki self efficacy tinggi (percaya bahwa dia dapat
mengerjakan sesuai tuntutan dan situasi) dan harapan hasilnya realistik
(memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), individu akan berusaha keras
dan bertahan dalam menyelesaikan tugas menurut Alwisol (2009:288). Dalam
kaitannya dengan keyakinan akan kemampuan ini, orang yang memiliki self efficacy
yang tinggi berusaha mencoba lebih keras dalam menghadapi tantangan serta memiliki
komitmen kuat mereka pada tujuan karirnya. Sebaliknya orang yang memiliki self
efficacy yang rendah akan mengurangi usaha mereka untuk berusaha dalam situasi
6
yang sulit karena mereka menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan yang
menunjukan kurangnya komitmen pada tujuan karirnya.
Individu memiliki keyakinan akan keberhasilan dalam pilihan jurusan sesuai
dengan kemampuanya. Pengambilan keputusan yang tinggi ditunjukan dengan
kesiapan individu dalam mengambil keputusan pemilihan jurusan. Semakin tinggi self
efficacy seseorang maka semakin tinggi motivasi yang dimilikinya dan lebih keras
untuk berusaha. Namun sebaliknya semakin rendah self efficacy seseorang, maka
semakin rendah pula motivasi yang dimilikinya dan usaha yang dilakukan individu pun
juga rendah. Self efficacy mempengaruhi motivasi melalui pilihan yang dibuat dan
tujuan yang disusun. Self efficacy siswa yang tinggi cenderung memilih cara dengan
tantangan yang besar. Self efficacy yang besar cenderung membutuhkan usaha yang
besar pula. Ketika self efficacy untuk mencapai tujuan yang tinggi, siswa akan berusaha
lebih keras untuk menyelesaikan tugastugasnya dan akan bertahan lebih lama dalam
menghadapi kesulitan. Sebaliknya siswa dengan self efficacy rendah akan memilih cara
yang mudah, sedikit usaha dan mudah menyerah
Selain self efficacy terdapat pula faktor yang mempengaruhi karir yaitu faktor
keluarga, yaitu dukungan sosial dari orang tua. Dukungan sosial adalah kenyamanan
secara fisik & psikologis yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga (Baron dan
Byrne dalam Widyastuti dan Pratiwi 2013). Salah satu faktor dari kematangan karir
adalah faktor keluarga karena keluarga merupakan tempat pertama individu hidup dan
keluarga merupakan orang terdekat dengan individu.
7
Siswa dalam memilih jurusan umumnya meminta bantuan dari orang terdekat
yang dianggap mampu menyelesaikan masalahnya yaitu orang tua untuk menilai
kemampuan mereka mungkinkah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi serta memberikan pendapat dan pengarahan dalam menetapkan bidang
pendidikan maupun karir yang sesuai dengan minatnya. Namun, tidak semua orang tua
tidak memberikan dukungan penuh terhadap kematangan karir siswa. Orang tua
cenderung menerima segala keputusan anaknya tanpa memberikan pengarahan secara
tepat mengenai pemilihan jurusan anaknya. Orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga
membuat kedekatan antara anak dan orang tua menjadi kurang erat karena jarangnya
berkomunikasi.
Hubungan kedekatan antara orang tua dan anak menentukan kesuksesan seorang
anak. Orang tua menjadi sangat dominan di sebuah keluarga sebagai pengawal
perkembangan anak yang didalamnya fungsi orang tua adalah memberikan perhatian,
dukungan serta kasih sayang pada putra – putrinya agar dapat menjadi pribadi yang
matang dalam menghadapi kehidupannya kelak. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Saifuddin (2018) yang menyatakan bahwa orang tua adalah sumber dari motivasi
belajarnya dan orang tua mempunyai peran untuk membimbing anak termasuk dalam
menentukan jurusan serta pemilihan karir di masa depan. Selain itu, orang tua
berpotensi mempengaruhi pilihan pekerjaan pada anaknya dengan memberikan
informasi mengenai pekerjaan, nilai-nilai, maupun pengalaman yang diberikan kepada
remaja (Hargrove, Creaght dan Burgess dalam Santrock 2007:177).
8
Bentuk dukungan sosial menurut Sarafino (dalam Kumalasari dan Ahyani 2012)
yaitu bentuk dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan informasi. Bentuk-bentuk dari dukungan yang diperlukan oleh seorang anak
dari orang tua berupa dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian
dan perhatian terhadap anak. Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan yang
positif untuk anak, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
anak. Hal ini dapat menambah penghargaan diri individu. Jenis dukungan ini
membantu anak merasa dirinya berharga, mampu, dan dihargai. Dukungan
instrumental mencakup bantuan langsung dapat berupa jasa, waktu, atau uang.
Dukungan ini membantu anak dalam melaksanakan aktivitasnya. Dukungan informatif
mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk saran-saran, informasi atau umpan
balik. Dukungan ini membantu anak mengatasi masalah dengan cara memperluas
wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Seharusnya
walaupun guru Bimbingan dan Konseling telah berusaha semaksimal mungkin, bukan
berarti orang tua dapat lepas tangan begitu saja.
Dukungan orang tua diharapkan membantu siswa mengatasi kematangan karir
dengan pemilihan jurusan atau studi lanjut, sehingga siswa mampu menetapkan pilihan
perguruan tinggi dan pemilihan pemilihan jurusan dengan matang. Walaupun remaja
dapat memutuskan pilihan karirnya, orang tua diharapkan dapat memberikan arahan
dan bimbingan serta tidak mengacuhkan remaja. Karena pemilihan jurusan merupakan
langkah awal dalam karirnya di masa depan.
9
Guru BK diharapkan dapat meningkatkan layanan terutama pada bidang karir
untuk meningkatkan kematangan karir siswa. Selain itu, juga memberikan layanan
terkait dengan self efficacy dan dukungan sosial orang tua agar para siswa memiliki
keyakinan yang kuat dalam pemilihan sesuai dengan kemampuannya.
Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa kematangan karir menunjukkan
pola hubungan dengan self efficacy dan dukungan soisal orang tua. Setelah meninjau
uraian di atas maka penulis tertarik mengangkat permasalahan “Hubungan Antara Self
Efficacy dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir Siswa Kelas XII
SMA Negeri Se-Kabupaten Kendal”
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaiamana tingkat kematangan karir siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Kendal?
2. Bagaimana tingkat self effcacy siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Kendal?
3. Bagaiamana tingkat dukungan sosial orang tua SMA Negeri Se-Kabupaten Kendal?
4. Seberapa kuat hubungan self efficacy dengan kematangan karir siswa?
5. Seberapa kuat hubungan dukungan sosial orang tua dengan kematangan karir siswa?
6. Seberapa kuat hubungan antara self efficacy dan dukungan sosial orang tua dengan
kematangan karir siswa?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis tingkat kematangan karir siswa
2. Untuk menganalisis tingkat self efficacy siswa
3. Untuk menganalisis tingkat dukungan soisal orang tua siswa
4. Untuk menganalisis hubungan self efficacy dengan kematangan karir siswa
5. Untuk menganalisis hubungan dukungan sosial orang tua dengan kematangan
karir siswa
6. Untuk menganalisis hubungan antara self efficacy dan dukungan sosial orang tua
dengan kematangan karir siswa
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
referensi dalam bidang bimbingan dan konseling mengenai self efficacy dan
dukungan sosial orang tua dengan kemtangan karir siswa. Selain itu penelitian
ini dapat memberikan kontribusi terhadap bimbingan dan konseling dalam hal
pemberian layanan, konselor atau guru Bimbingan dan Konseling diharapkan
lebih membantu siswa dalam mencapai tugas perkembangan karirnya yaitu
kematangan karir.
11
1.4.2 Manfaat praktis
Dalam tataran praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan, yaitu:
a. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
gambaran dan permasalahan self efficacy dan dukungan sosial orang tua
dengan kematanga karir siswa.
b. Bagi Guru BK, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi keperluan
konseling dan upaya untuk memahami kondisi siswa sehingga dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi khususnya dalam hal self
efficacy dan dukungan sosial orang tua dengan kematangan karir siswa.
c. Bagi orang tua, penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran
tugas perkembangan karir siswa kelas XII, keadaan remaja saat ini
membutuhkan dukungan penuh yang positif secara tepat untuk mendukung
kematangan karir siswa
12
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini merupakan landasan teoritis yang akan dipakai sebagai dasar penelitian.
Sebelum membahas lebih jauh landasan teoritis yang melandasi penelitian. Uraian
landasan teoritis dimulai dari: (1) penelitian terdahulu, (2) kematangan karir, (3) self
efficacy, (4) dukungan sosial orang tua, (5) kerangka berfikir, dan (6) hipotesis.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan berbagai macam literatur yang berfungsi sebagai
bahan acuan untuk memperkuat teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini.
a) Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti dan Pratiwi (2013) menerangkan bahwa
adanya hubungan simultan antara faktor self efficacy dan dukungan sosial keluarga
dengan kemantapan pengambilan keputusan karir karena P value = 0,000 berarti P
value < 0,05. Untuk hasil uji regresi linier sederhana pengaruh self efficacy terhadap
kemantapan pengambilan keputusan karir berdasarkan R squared diperoleh 0,308
yang berarti self efficacy berpengaruh terhadap kemantapan pengambilan keputusan
karir dengan kontribusi sebesar 30,8%. Sedangkan pengaruh dukungan sosial
keluarga terhadap kemantapan pengambilan keputusan karir berdasarkan R squared
diperoleh 0,116 yang artinya dukungan sosial keluarga memiliki pengaruh terhadap
kemantapan pengambilan keputusan karir dengan kontribusi sebesar 11,6%.
b) Penilitian yang dilakukan oleh Fatmalasari (2017) menunjukkan bahwa tingkat self
efficacy dalam kategori sedang (82,89%) dan tingkat kematangan karir siswa dalam
12
13
kategori sedang yaitu sebesar (53,95%). Kemudian pada hubungan antara variabel,
memperoleh hasil positif dan signifikan antara self efficacy dengan kematangan
karir dengan koefisien korelasi r hitung = 0,517 apabila dibandingkan dengan r tabel
= 0,517 maka diperoleh r hitung = r tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara self efficacy dan kematangan karir. Jika tingkat self
efficacy tinggi maka tigkat kematangan karir akan tinggi dan jika tingkat self
efficacy rendah maka tingkat kematangan karir akan rendah pula.
c) Penelitian yang dilakukan oleh Umam (2015) menunjukkan variabel self efficacy
karir pada subjek penelitian berada pada kategori yang tinggi berarti bahwa self
efficacy karir yang dimiliki siswa tinggi. Variabel kematangan karir pada subjek
penelitian berada pada kategori tinggi yang berarti bahwa tingkat kematangan karir
siswa termasuk matang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara self efficacy karir dengan kematangan karir
dengan nilai = 0,427 dengan nilai signifikansi atau p = 0,001(<0,05). Sehingga
tujuan dari penelitian ini telah tecapai dengan adanya hasil tersebut diatas.
d) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulaikhah (2014) menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara dukungan orang tua dan orientasi karir dengan pengambilan
keputusan siswa SMA. Artinya variabel dukungan orang tua dan orientasi karir
dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi kemampuan pengambilan
keputusan studi lanjut siswa SMA. Sumbangan efektif total yang diberikan oleh
variabel bebas kepada variabel tergantung adalah sebesar 59,4% sedangkan sisanya
40,6% dipengaruhi oleh faktor lain. Sumbangan efektif dukungan orang tua
14
terhadap pengambilan keputusan hanya sebesar 10,1% sedangkan besarnya
sumbangan orientasi karir terhadap pengambilan keputusan sebesar 49,3%. Hal ini
menggambarkan bahwa pengambilan keputusan siswa SMA lebih banyak
dipengaruhi oleh komponen personal yaitu luas sempitnya pengetahuan orientasi
karir dari pada dukungan orang tua. Implikasi hasil ini untuk pendidikan, perlunya
sekolah menyediakan jam mengajar kepada guru BK guna memberikan layanan
informasi karir dan konsultasi.yang dibutuhkan siswa.
e) Hasil yang dilakukan oleh Maulida dan Dhania (2012) menyatakan Hasil analisis
data menggunakan analisis regresi diperoleh koefisien regresi dari ketiga variabel
sebesar 0,481 (p <0,01), ini berarti ada hubungan yang signifikan antara
kepercayaan diri dan dukungan orangtua dengan motivasi berwirausaha pada siswa
SMK, sehingga hipotesis yang diajukan utama dalam penelitian ini diterima.
Sumbangan efektif variabel kepercayaan diri dan dukungan orangtua dengan
motivasi kewirausahaan sebesar 23,1%. Koefisien korelasi antara variabel
kepercayaan diri dan motivasi untuk berwirausaha sebesar 0,438 (p <0,01), ini
berarti bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kepercayaan diri dan
motivasi kewirausahaan pada siswa SMK. Sedangkan koefisien korelasi antara
variabel dukungan orangtua dan kewirausahaan motivasi sebesar 0,449 (p<0,01), ini
berarti bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan orangtua dan
motivasi kewirausahaan pada siswa SMK, sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian diterima.
15
Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut, diketahui bahwa memang ada
hubungan antara self efficacy dan dukungan sosial orang tua dengan kematangan karir.
Penelitian yang penulis ambil hampir mirip dengan penelitian Widyastuti (2013). Hal
yang membedakan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian penulis menggunakan metode survey yang kebanyakan
belum dilakukan sebelumnya. Selain itu, dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah random sampling. Populasi yang digunakan adalah se-
kabupaten kendal diambil 3 sekolah sebagai sampel dan setiap sekolah diambil
beberapa kelas secara acak pada kelas XII.
2.2 Kematangan Karir
Berikut ini akan dikaji lebih mendalam mengenai variabel kematangan karier
yang meliputi: (1) definisi kematangan karir, (2) tahap perkembangan karir, (3) aspek
kematangan karir, dan (4) faktor pengaruh kematangan karir.
2.2.1 Definisi Kematangan Karir
Kematangan karir adalah kemampuan individu dalam membuat keputusan karir
sesuai dengan gambaran dan rencana karir dimasa depan secara realistis (Levinson,
dkk dalam Saifuddin 2018:12). Hal lain disampaikan Super (dalam Hewin dan Sawitri
,2017) bahwa kematangan karir adalah keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.
Sedangkan menurut Crites (dalam Agustina, Nurmaisara dan Anggriana, 2017)
mengatakan bahwa kematangan karir adalah kesesuaian antara perilaku karir ndividu
16
yang nyata dengan perilaku karir yang diharapkan pada usia tertentu disetiap tahap.
Hasan (dalam Rustanto, 2016) menyatakan Kematangan karir yaitu sikap dan
kompetensi yang berperan dalam pengambilan keputusan karir.
Dapat beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kematangn karir
adalah keberhasilan dan kesuksesan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan karir dengan mempersiapkan serta memilih keputusan karir secara
tepat.
Schreuder dan Coetzee (dalam Rosdi, Talib dan Wahab, 2016) berpendapat
bahwa kematangan karir mengacu pada suatu kemampuan individu untuk membuat
keputusan karir yang mencerminkan ketegasan, kemandirian, kemandirian, dan
kemauan untuk berkompromi antara kebutuhan pribadi dan persyaratan karir yang
dibutuhkan.
Spokane (dalam Sharma dan Ahuja, 2017) mengatakan bahwa kematangan karir
didasarkan pada bantuan langsung yang diberikan kepada individu untuk
mempromosikan pengambilan keputusan yang lebih efektif, konseling intensif untuk
membantu menyelesaikan kesulitan karir; peningkatan pengembangan karir seseorang
untuk memungkinkannya membuat keputusan karir yang lebih efektif.
2.2.2 Tahap Perkembangan Karir
Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti,2005:632) terdapat lima fase
perkembangan karier manusia, yaitu fase pengembangan (growth), fase eksplorasi
17
(exploration), fase pemantapan (establishment), fase pembinaan (maintenance), dan
fase kemunduran (decline).
1) Fase pengembangan dimulai dari masa anak-anak sampai usia 15 tahun, pada
tahapan ini ditandai dengan pembentukan konsep diri, yang muncul karena adanya
proses pengembangan potensi, sikap minat dan kebutuhan-kebutuhan.
2) Fase eksplorasi dimulai antara umur 15 – 24 tahun, pada tahapan ini individu
mampu mengumpulkan informasi karier yang relevan dan mengembangkan
keterampilan terkait.
3) Fase pemantapan dimulai antara umur 25- 44 tahun, ditandai dengan pemantapan
diri pada sebuah karier.
4) Fase pembinaan dimulai antara umur 45-65 tahun, pada fase ini proses penyesuaian
terus berlanjut untuk meningkatkan jenjang karier.
5) Fase kemunduran terjadi pada usia 65 tahun keatas ditandai dengan persiapan masa
pensiun. Biasanya pada masa ini diikuti post-power syndrome
Dapat disimpulkan dalam perkembangan karir terdapat tahapan yang dimulai
dari sejak masa anak-anak sampai dengan masa tua atau kakek nenek. Mulai dari anak-
anak yang mengkonsepkan dirinya dengan mengembangkan potensi yang dilanjutkan
dengan mencari informasi mengenai karir karena akan memantapkan pilihan karirnya.
Saat sudah melewati masa tersebut akan mulai menyesuaikan diri dan terus belajar
untuk meningkatkan jenjang karir dan setelah berada diatas akan mengalami penurunan
karena pada masa pensiun.
18
2.2.3 Aspek Kematangan Karir
Super (dalam Saifuddin 2018:17), mengemukakan empat aspek kematangan
karir yaitu (a) Perencanaan, individu secara sadar harus membuat pilihan karir, (b)
eksplorasi, individu mencari informasi mengenai dunia kerja serta studi lanjut, (c)
kompetensi informasional, individu memiliki kompetensi dengan memadukan
pengetahuan dan informasi untuk mengkristalkan pilihan pekerjaan pada bidang
tertentu, (d) pengambilan keputusan, individu mempertimbangkan pilihan karirnya.
Super (dalam Kamil dan Daniati, 2016) menyebutkan aspek kematangan karir :
1) Perencanaan Karir (Career Planning)
Aspek ini menilai tingkat perencanaan karir melalui sikap terhadap masa depan.
Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan belajar dari pengalaman, sadar
akan dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta
mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut
2) Eksplorasi Karir (Career Exploration)
Aspek ini menilai sikap terhadap pencarian sumber informasi karir. Individu
berusaha memperoleh informasi tentang karir serta menggunakan kesempatan dan
sumber informasi yang berpotensi seperti orangtua, teman, guru, dan konselor.
3) Pengetahuan Tentang Membuat Keputusan Karir (Career Decision Making)
Aspek ini menilai pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan.
Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan
minat dan kemampuan, kemampuan dalam menggunakan metode dan prinsip
19
pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih
pendidikan dan pekerjaan.
4) Pengatahuan Tentang Dunia Kerja (World Of Word Information)
Aspek ini menilai pengetahuan akan jenis-jenis pekerjaan, cara memasuki dan
sukses dalam pekerjaan, serta peran-peran dalam dunia kerja.
5) Pengetahuan Tentang Kelompok Pekerjaan Yang Lebih Disukai (Knowledge Of
Preferred Occupational Group)
Indikator pada aspek ini menilai pemahaman akan tugas dari pekerjaan yang
diinginkan, memahami persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan, mengetahui
faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan yang diminati dan mampu
mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin muncul dari pekerjaan yang diminati
6) Realisasi Keputusan Karir (Realisation)
Aspek ini memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri
berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan, mampu melihat faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat karir yang diinginkan, serta mampu mengambil
manfaat membuat keputusan karir yang realistik .
Crites (dalam Tekke, 2012) membagi kematangan karir menjadi dua dimensi,
yaitu dimensi afektif dan dimensi kognitif. Dimensi afektif menunjukkan dalam proses
pemilihan karir dengan mengkompromikan keinginan seseorang dengan kenyataan.
Dimensi kognitif menunjukkan pilihan karier, pengetahuan individu tentang karier,
menuju keterampilan pengambilan keputusan.
20
Dapat disimpulkan aspek-aspek dalam kematangan karir yaitu: Pertama, individu
mengenal akan kemampuan dirinya termasuk bakat serta minatnya. Kedua, individu
harus mulai sadar akan pentingnya karir di masa depan dan mulai mempersiapkan diri
untuk memasuki tahapan karir selanjutnya. Ketiga, individu belajar mencari dari
berbagai sumber mengenai informasi pilihan pekerjaan serta memahami bagaimana
gambaran pekerjaan, peran, cara memasuki, risiko pekerjaan tersebut. Keempat,
individu menetapkan dan memertimbangan pilihan karirnya sesuai akan
kemampuannya. Dan yang kelima individu bisa menyelesaikan permasalahan dalam
mempertimbangkan pilihan karirnya serta mengetahui kelebihan dan kelemahan
pekerjaan yang dipilihnya.
2.2.4 Faktor Pengaruh Kematangan Karir
Super (dalam Lestari, 2017) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kematangan karir dalam beberapa kelompok, yaitu :
1) Faktor Bio-sosial, yaitu informasi yang lebih spesifik terkait dengan perencanaan,
penerimaan, tanggung jawab dalam perencanaan karir, orientasi pilihan karir
berhubungan dengan factor bio-sosial seperti umur dan kecerdasan.
2) Faktor Lingkungan, yaitu indeks kematangan karir yang berkorelasi positif dengan
tingkat pekerjaan orang tua, kurikulum sekolah, stimulasi budaya, dan kohesivitas
keluarga.
3) Faktor Kepribadian, meliputi konsep diri, focus kendali, bakat, nilai atau norma dan
tujuan hidup.
21
4) Faktor Vokasional, kematangan karir individu yang berkorelasi positif dengan
aspirasi vokasional, tingkat kesesuaian aspirasi dengan ekspetasi karir.
5) Faktor Prestasi individu, meliputi prestasi akademik, kebebasan partisipasi dalam
kegiatan kokurikuler dan ekstrakulikuler
Hirschi (dalam Agustina, Nurmaisara, dan Anggriana, 2017) mengklarifikasikan
faktor yang mempengaruhi kematangan karir. Faktor tersebut adalah :
1) Usia
Usia terkait dengan tugas perkembangan remaja dimana mereka dipersiapkan
untuk menghadapi peran nantinya di masa dewasa. Remaja sudah mengerti tentang
implikasi jangka panjang dari pendidikan dan pilihan karir.
2) Gender
Pada remaja perempuan dan laki-laki memiliki pola yang berbeda terkait
komponen pembentukan identitas. perempuan membentuk identitas dengan
berinteraksi dengan orang lain, dan laki-laki menetapkan kemandiriannya.
Kematangan karir pada remaja perempuan lebih tinggi dari remaja laki-laki
seusianya. perempuan akan lebih mudah menggali tentang karir yang diminati,
karena mereka cenderung berinteraksi dengan banyak orang.
3) Pengalaman Kerja
Ketika seorang individu memiliki pengalaman kerja yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya, individu akan mendapatkan informasi terkait dengan karir
22
yang dipilihnya. Informasi yang dimiliki, seseorang akan dapat merencanakan
karirnya dengan lebih matang.
4) Keluarga
Keluarga mendorong anak menuju sesuatu karir yang diminatinya. Keluarga
menjadi sumber informasi anak dengan memberi nasehat, berdiskusi, dan
memberikan petunjuk dengan model yang ditunjukkan oleh orang tua. Keluarga
juga memiliki pengaruh dalam proses perkembangan karir yang mempengaruhi
individu secara langsung.
5) Institusi Pendidikan
Berbagai sekolah mulai mengadakan pendidikan diluar pelajaran utama yang
berkaitan dengan jurusan studi lanjut. Hal ini dapat membekali pelajar dengan
pengetahuan mengenai hal yang diminatinya dan hal-hal yang perlu dipersiapkan
dan dipenuhi untuk mendapatkan karir yang diinginkan.
6) Status Sosial-Ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh pada kematangan pemilihan karir. Individu
dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi akan memiliki kesempatan yang
lebih besar dalam mencari informasi untuk perencanaan karirnya. Karena akan
memiliki fasilitaslebih untuk mencari tahu tentang karir yang diinginkannya.
Menurut Ginzberg (dalam Syaifuddin, 2018:22) menyatakan fakor yang
mempengaruhi kematangan karir, yaitu:
23
1) Faktor realitas, individu mendapat tekanan dan penghargaan dari lingkungan dalam
membuat keputusan mengenai komitmen terhadap pekerjaan.
2) Proses pekerjaan, jenis dan lama pendidikan atau pelatihan yang ditempuh dapat
mempercepat atau menghambat perkembangan karir individu.
3) Faktor individual, stabilisasi emosi, penggunaan proses kognitif operasional dan
kemampuan berkontribusi secara signifikan dalam perkembangan karir dan nilai
individu.
Dapat disimpulkan faktor-faktor kematangan karir terdapat faktor internal dan
faktor eksternal. Dalam faktor internal terdapat usia, jenis kelamin, kepribadian,
intelegensi, bakat dan minat. Sedangkan, faktor eksternal yang emmpengaruhi
kematangan karir yaitu faktor lingkungan yang terdaat dari keluarga, sekolah,
lingkungan tempat tinggal, faktor pengalaman kerja, serta status sosial.
2.3Self Efficacy
Berikut ini akan dikaji lebih mendalam mengenai variabel kematangan karier
yang meliputi: (1) definisi self efficacy, (2) sumber self efficacy, (3) aspek self efficacy,
(4) proses self efficacy, dan (5) faktor yang mempengaruhi self efficacy.
2.3.1 Definisi Self Efficacy
Menurut Bandura dalam Feist and Feist (2017:157) self efficacy adalah
keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan suatu dalam situasi
kontrol yang berhasil. Self efficacy menurut Santrock (dalam Rachmawati, 2012)
adalah kepercayan individu akan kemampuannya dalam menguasai situasi serta
24
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Menurut Ormrod (dalam Jatisunda, 2017)
secara umum, self efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuan dirinya
untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Hackket (dalam
Rosdi, Talib dan Wahab, 2016) mendefinisikan self efficacy karir adalah keyakinan
dalam individu yang terdiri dari kemampuan untuk bekerja, pemilihan studi lanjut
untuk belajar di perguruan tinggi dengan upaya dan ketekunan dalam menjalankan
pilihan yang dibuat. Dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah keyakinan atau
kepercayaan individu atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan
Self efficacy yang kuat dalam diri individu mendasari pola pikir, perasaan dan
dorongan dalam dirinya untuk merefleksikan segenap kemampuan yang individu
miliki. Individu akan memahami kondisi dirinya secara realistis, sehingga individu
mampu menyesuaikan antara harapan akan pekerjaan yang diinginkannya dengan
kemampuan yang individu miliki.
Menurut Kreitner dan Kinicki (dalam Pudjiastuti, 2012) Self efficacy akan
mempengaruhi proses motivasi setelah individu tahu dan yakin akan kemampuannya,
dan merasa mampu untuk melaksanakan tugasnya, maka motivasinya juga akan lebih
kuat dalam menyelesaikan tugas tersebut
Bandura dan Locke (dalam Pudjiastuti, 2009) menjelaskan self efficacy mengatur
fungsi dalam diri manusia melalui proses kognitif, motivasi, afektif, dan proses
keputusan sehingga mempengaruhi perilaku individu dalam meningkatkan atau
25
menurunkan usaha serta bagaimana memotivasi diri mereka dan gigih dalam
menghadapi kesulitan.
Semakin tinggi self efficacy seseorang maka semakin tinggi motivasi yang
dimilikinya dan lebih keras untuk berusaha. Namun sebaliknya semakin rendah self
efficacy seseorang, maka semakin rendah pula motivasi yang dimilikinya dan usaha
yang dilakukan individu pun juga rendah. Self efficacy mempengaruhi motivasi melalui
pilihan yang dibuat dan tujuan yang disusun. Self efficacy siswa yang tinggi cenderung
memilih cara dengan tantangan yang besar. Self efficacy yang besar cenderung
membutuhkan usaha yang besar pula. Ketika self efficacy untuk mencapai tujuan yang
tinggi, siswa akan berusaha lebih keras untuk menyelesaikan tugastugasnya dan akan
bertahan lebih lama dalam menghadapi kesulitan. Sebaliknya siswa dengan self
efficacy rendah akan memilih cara yang mudah, sedikit usaha dan mudah menyerah.
2.3.2 Sumber Self Efficacy
Sedangkan menurut Alwisol (2009:289) strategi sumber self efficacy adalah:
1) Pengalaman Performasi
a. Meniru model yang berprestasi
b. Menghilangkan pengaruh buruk prestasi masa lalu
c. Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih
d. Melatih diri untuk melakukan yang terbaik
2) Pengalaman Vikarius
a. Mengamati model yang nyata
26
b. Mengamati model simbolik, film, komik, cerita
3) Persuasi Sosial
a. Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar kepercayaan
b. Memerintah diri sendiri
c. Interpretasi baru memperbaiki interpretasi lama yang salah
4) Keadaan emosi
a. Mengubah atribusi, penganggung jawab suatu kejiadian emosional
b. Relaksasi
c. Menghilangkan sikap emosional dengan modelling simbolik
d. Memunculkan emosi secara simbolik
2.3.3 Aspek Self Efficacy
Bandura (dalam Syahrina, 2016) mengatakan efikasi diri tiap individu akan
berbeda antara satu individu dengan yang lainnya. Aspek-aspek self efficacy
berdasarkan tiga dimensi yaitu:
1) Tingkat (level)
Tingkat (level) ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu
merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas yang
disusun berdasar tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan
terbatas pada tugas yang mudah, sedang, atau tugas yang sulit sesuai dengan batas
kemampuan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-
masing tingkat. Dimensi ini berimplikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan
dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu
27
dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas
kemampuanya.
2) Kekuatan (strength)
Kekuatan (strenght) ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau
pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah
digoyahkan terhadap pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan
yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya, meskipun
mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya
berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf kesulitan tugas,
makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
3) Generalisasi (generality)
Generalisasi (generality) ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang
mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin
akan kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu
atau apakah ada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.
Menurut Hanifah dan Agustini (2012) Self efficacy yang lebih khusus dimana
aspek-aspek dalam self efficacy ada 4 yaitu:
1) Aspek keyakinan terhadap kemampuan dalam menghadapi situasi yang tidak
menentu yang mengandung unsur kekaburan, tidak dapat diprediksi dan penuh
tekanan
28
2) Aspek keyakinan terhadap kemampuan menggerakkan motivasi, kemampuan
kognitif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil
3) Aspek keyakinan mencapai target yang telah ditentukan
4) Aspek keyakinan terhadap kemampuan mengatasi masalah yang muncul.
Dapat dismpulkan dalam aspek self effycacy terdapat keyakinan individu
terhadap kemampuan kognitif untuk mencapai target yang dipilihnya dengan
mempertimbangkan masalah yang muncul dalam hasil yang ingin dicapai dimana
individu akan berusaha menyelesaikan tugasnya sesuai dengan keyakinan penuh secara
mantap untuk berjuang mencapai tujuannya dan keyakinan tersebut dibarengi dengan
kemampuannya.
2.3.4 Proses Self Efficacy
Bandura (dalam Jatisunda, 2017) menyatakan bahwa self efficacy berakibat pada
suatu tindakan manusia melalui proses kognitif, proses motivasional, proses afektif,
dan selektif. Berikut adalah proses-proses self efficacy :
1) Proses Kognitif.
Self efficacy memengaruhi pola pikir individu, kemudian dapat mengakibatkan
meningkat atau menurunnya performance seseorang. Efek dan akibat dari kognitif
ini dapat muncul dalam berbagai variasi. Bagi individu yang memiliki self efficacy
tinggi akan mengingatkan dirinya tentang masa depan dalam kehidupannya.
Mayoritas tindakan individu yang mengacu Mayoritas tindakan individu diawali
oleh pikiran. Konstruksi kognisi merupakan petunjuk untuk bertindak dalam usaha
29
pengembangan keterampilan. Sistem kognisi yang dimiliki memungkinkan individu
untuk mempersepsi rangsang yang ada di dalam diri maupun di luar diri.
2) Proses Motivasional
Self efficacy memegang peranan penting dalam motivasi. Kebanyakan motivasi
yang ada dalam diri individu terbentuk secara kognitif. Seseorang mengarahkan
perilakunya pada suatu tujuan tertentu karena telah memikirkan hal tersebut.
Terdapat tiga bentuk motivator kognitif, yaitu; causal attribution, outcome
expectancies, dan cognizied goals. Causal attribution ini dapat memengaruhi
motivasi, performance yang dicapai, dan reaksi-reaksi afektif terutama belief dari
self efficacy. Self efficacy dapat menentukan goal yang telah ditentukan oleh
individu untuk diri sendiri; berapa banyak usaha yang telah dilakukan, berapa lama
mereka dengan gigih bertahan menghadapi kesulitan serta ketabahan dalam
mengatasi kegagalan dan hambatan.
3) Proses Afektif
Keyakinan seseorang akan kemampuannya akan mempengaruhi berapa banyak
stres dan depresi yang akan dialaminya. Hal itu mempengaruhi tingkatan dari self
efficacy mereka. Self efficacy seseorang berhubungan dengan pengendalian stressor
yang berat, mampu atau tidaknya seseorang mengendalikan stressor agar dirinya
tidak mengalami gangguan-gangguan emosional.
4) Proses Seleksi
Keyakinan seseorang tentang personal efficacy yang dimilikinya dapat
mempengaruhi tipe dari aktivitas dan lingkungan yang dipilihnya setelah melalui
30
proses pertimbangan dan seleksi. Seseorang cenderung lebih memilih aktivitas dan
situasi di mana mereka yakin bahwa peluangnya untuk sukses dan berhasil pada
aktivitas serta situasi tersebut besar.
Menurut Shortridge-Baggett & van der Bijl dalam Bijl, Jaap J. van der & Baggett,
Lillie M. Shortridge (2001) menggambarkan mengenai model self efficacy dalam
bentuk gambar. Gambarnya adalah sebagai berikut :
Sumber informasi
- Pengalaman Peformasi
- Pengalaman Vikarius
- Persuasi Sosial
- Keadaan emosi
Gambar 2.1 Proses terjadinya self efficacy
Dalam self efficacy terdapat suatu proses yang bermula dalam diri individu yang
mempengaruhi proses kognitif yang didalamya terdapat berbagai aspek yang
mempengaruhi tindakanya dalam bentuk usaha dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Harapan
Harapan efikasi
- Magnitude level
- Strenght
- Generality
Hasil
Perilaku
- inisiasi
- usaha
- menghindari
Individu
- Persepsi
- Petunjuk diri
31
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Menurut Bandura (dalam Feist and Feist, 2017:158-160) Efikasi personal
didapatkan, ditingkatkan , atau berkurang melalui salah satu atau kombinasi dari empat
sumber :
1) Pengalaman Menguasai Sesuatu
Sumber yang paling berengaruh dari efikasi diri adalah pengalaman menguasai
sesuatu, yaitu peforma masa lalu. Pertama, peforma yang berhasil akan
meningkatkan efikasi diri secara proposional dengan kesulitan dari tugas tersebut.
Kedua, tugas yang diselesaikan dengan baik oleh diri sendiri akan lebih efektif
daripada yang diselesaikan dengan bantuan orang lain. Ketiga, kegagalan mungkin
menurunkan efikasi saat tahu bahwa individu telah memberikan usaha terbaik.
Kegagalan yang tejadi ketika tidak sepenuhnya berusaha tidak lebih memengaruhi
efikasi dibandingkan kegagalan saat berusaha memberikan yang terbaik. Keempat,
kegagalan dalam kondisi rangsangan atau tekanan emosi yang tinggi tidak terlalu
merugikan diri dibandingkan kegagalan dalam kondisi maksimal. Kelima,
kegagalan sebelum mengukuhkan rasa menguasai sesuatu akan lebih berpengaruh
buruk pada rasa efikasi diri daripada kegagalan setelahnya. Dampak keenam dan
yang berhubungan adalah kegagalan yang terjadi terkadang yang terjadi kadang-
kadang mempunyai dampak yang sedikit terhadap efikasi diri, terutama pada
mereka yang mempunyai ekspektasi yang tinggi pada kesuksesan.
2) Pemodelan Sosial
32
Efikasi diri meningkat saat mengobservasi pencapaian orang lain yang
mempunyai kompetensi yang setara, namun akan berkurang saat melihat teman
sebaya gagal. Dampak dari pemodelan sosial tidak sekuat dampak yang diberikan
oleh peforma pribadi dalam meningkatkan level efikasi diri, tetapi mempunyai
dampak yang kuat saat memperhatikan penurunan efikasi diri.
3) Persuasi Sosial
Persuasi dari orang lain dapat menigkatkan atau menurunkan efikasi diri.
Meningkatkan efikasi diri melalui persuasi sosial dapat menjadi efektif bila kegiata
yang didukung berada dalam jangkauan perilaku sesorang Persuasi sosial paling
efektif dikombinasikan dengan peforma yang sukses. Persuasi dapat meyakinkan
sesorang untuk berusaha dalam suatu kegiatan dan apabila peforma yang dilakukan
sukses, baik pencapaian tersebut maupun penghargaan verbal yang mengikutinya
akan meningkatkan efikasi di masa depan.
4) Kondisi Fisik dan Emosional
Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi peforma, saat sesorang mengalami
ketakutan yang kuat, kecemasan yang akut, atau tingkat stress yang tingggi,
kemungkinan akan mempunyai ekspektasi efikasi yang rendah. Rangsangan
emosional dapat memfasiltasi penyelesaian yang sukses dari tugas yang mudah dan
sederhana, namun mungkin akan menganggu peforma dalam melakukan kegiatan
yang kompleks
Dapat disimpulkan faktor self efficacy terdapat pengalaman masa lalu dan yang
mempengaruhi keyakinan individu yang juga melihat pencapaian orang lain. Faktor
33
dari luar juga mempengaruhi yaitu persuasi dari orang lain karena akan memunculkan
hal positif dalam diri yang akan meningkatan keyakinan dalam diri.selain itu, keadaan
jiwa juga mempengaruhi, karena jika muncul stress karena kecemasan takut gagal tentu
akan mambuat keyakinan turun.
2.4 Dukungan Sosial Orang Tua
Berikut ini akan dikaji lebih mendalam mengenai variabel kematangan karier
yang meliputi: (1) definisi dukungan sosial orang tua, (2) sumber dukungan sosial
orang tua, (3) indikator dukungan sosial orang tua, (4) manfaat dukungan sosial orang
tua, dan (5) faktor pengaruh dukungan sosial orang tua.
2.4.1 Definisi Dukungan Sosial Orang Tua
Baron dan Byrne (dalam Widyastuti dan Pratiwi, 2013) menyebutkan bahwa
dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik & psikologis yang diberikan oleh
teman atau anggota keluarga. Dukungan sosial merupakan suatu proses sosial,
emosional, kognitif, dan perilaku yang berlangsung dalam sebuah hubungan pribadi
dimana individu memperoleh bantuan untuk melakukan penyesuaian adaptif atas
masalah yang dihadapinya (Dalton, Elias, & Wandersman dalam kuma, Wijono dan
Setiawan, 2016). Johnson dan Johnson (dalam Utami, 2013) mengemukakan bahwa
dukungan sosial adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada individu dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental, meningkatkan rasa percaya diri, doa,
semangat atau dorongan, nasihat serta sebuah penerimaan.
34
Dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orang tua adalah pemberian
penghargaan positif dari orang lain terhadap diri yang berpengaruh terhadap emosi dan
fisik serta meningkatan semangat, yang diberikan dari orang yang memiliki hubungan
dekat dengan individu.
Sarason (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012) berpendapat bahwa dukungan
sosial mencakup dua hal: pertama, jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia,
merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat
individu membutuhkan bantuan dengan pendekatan berdasarkan kuantitas hubungan.
Yang kedua, tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan
persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi dengan pendekatan berdasarkan
kualitas hubungan.
Sheridan dan Radmacker Johnson dan Johnson (dalam Utami, 2013) mengatakan
bahwa dengan adanya dukungan sosial dapat membuat individu menyadari bahwa ada
lingkungan terdekat individu yaitu keluarga yang siap membantu individu dalam
menghadapi masalah yang dihadapinya.
Taylor (dalam Saputri dan Indrawati, 2012) menjelaskan, dukungan sosial akan
lebih berarti bagi seseorang apabila diberikan oleh orang-orang yang memiliki
hubungan signifikan dengan individu yang bersangkutan, dengan kata lain, dukungan
tersebut diperoleh dari orangtua, pasangan suami istri, anak dan kerabat keluarga
lainnya. Melengkapi pendapat tersebut, Gore (dalam Saputri dan Indrawati, 2012)
menyatakan bahwa dukungan sosial lebih sering didapat dari relasi yang terdekat, yaitu
dari keluarga atau sahabat. Kekuatan dukungan sosial yang berasal dari relasi yang
35
terdekat merupakan salah satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat
dalam diri seseorang.
2.4.2 Sumber Dukungan Sosial Orang Tua
Cohen & Syrne (dalam Aprilia, 2013) berpendapat bahwa dukungan sosial
bersumber dari lingkungan tempat kerja, keluarga, pasangan suami istri, serta teman di
lingkungan sekitar. Charles H Cooley (dalam Ahmadi, 2007:90) ada dua macam
kelompok sosial yang terdiri dari A) kelompok primer, yaitu kelompok sosial yang
anggota-anggotanya sering berhadapan muka satu sama lain dan saling mengenal dari
dekat sehingga mempunyai hubungan erat dan intesif. Contohnya yaitu keluarga, rukun
tetangga, teman sepermainan, kelompok belajar, kelompok agama dan sebagainya. B)
kelompok sekunder, yaitu kelompok yang interaksi sosial nya terjadi secara tidak
langsung, berjauhan dan formal. Contohnya yaitu organisasi massa dan beberapa
bentuk ikatan lain. Disini dukungan dan peranan orang tua memegang peran penting
dimana orang tua menjadi aspek pendidikan pertama bagi seorang anak. Seorang anak
yang menginjak remaja tentunya sangat membutuhkan perhatian, dukungan maupun
bimbingan dari orang tua sebagai bekal bagi perkembangan selanjutnya.
Peran dukungan sosial orang tua memfasilitasi transisi dari masa sekolah ke
kehidupan kerja, haI ini seperti yang dibuktikan oleh peneliti yang dilakukan oleh
(Turan, Celik, Turan 2014) . Sejalan dengan hal tersebut, Penelitian yang dilakukan
oleh Givenra, Nota dan Ferrari (dalam Herin dan Sawitri, 2017) menunjukan bahwa
dukungan orang tua akan memberikan efek postif pada persepsi remaja terkait dengan
perkembangan karirnya
36
Goetlieb (dalam Maslihah, 2011) menyatakan ada dua macam hubungan
dukungan sosial, yaitu pertama, hubungan profesional yakni bersumber dari
orangorang yang ahli di bidangnya, seperti konselor, psikiater, psikolog, dokter
maupun pengacara. Kedua, hubungan non profesional, yakni bersumber dari
orangorang terdekat seperti teman, keluarga.
Dapat disimpulkan sumber dukungan sosial yaitu orang sekitar terdekat individu
yang memiliki hubungan. Hubungan tersebut cakupannya luas yang terdekat adalah
keluarga, teman, lingkungan sekolah, lingkungan tetangga, dll.
2.4.3 Aspek Dukungan Sosial Orang Tua
Menurut Sarafino (dalam Kumalasari dan Ahyani, 2012) dukungan sosial
terdiri dari empat jenis yaitu :
1) Dukungan emosional, bentuk dari dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan
perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan
diperhatikan. bentuk dari dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan
perhatian dan afeksi seta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.
2) Dukungan penghargaan, bentuk dari dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa
pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa
orang lain.
3) Dukungan instrumental, Bentuk dari dukungan ini melibatkan bantuan langsung,
misalnya berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas
tertentu.
37
4) Dukungan informasi, bentuk dari dukungan ini bersifat informasi. Informasi berupa
saran, pengarahan, serta umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan
persoalan.
House (dalam Patty, Wijono dan Setiawan, 2016) menyatakan dimensi
dukungan sosial yaitu:
1) Dukungan emosi, keberadaan seseorang atau lebih yang bisa mendengarkan keluh
kesah dengan simpati ketika seorang individu mengalami masalah dan bisa
menyediakan indikasi kepedulian dan penerimaan.
2) Dukungan penilaian, meliputi ketersediaan informasi yang berguna dalam evaluasi
diri dengan memberikan umpan balik dan penguatan atau penegasan.
3) Dukungan informasi, meliputi ketersediaan pengetahuan yang berguna dalam
menyelesaikan masalah, seperti menyediakan informasi mengenai sumber-sumber
dan layanan komunitas atau menyediakan nasehat dan tuntunan mengenai suatu aksi
atau hal-hal tertentu untuk menyelesaikan masalah.
4) Dukungan instrumental, melibatkan bantuan nyata atau praktis yang diberikan
secara langsung sehingga membantu seseorang yang membutuhkan.
Dapat disimpulkan indikator dalam dukungan sosial orang tua terdapat
dukungan emosi yang memunculkan efek psikologis dalam diri seperti rasa nyaman,
merasa dihargai, dan dicintai. Terdapat pula evaluasi dan finansial yang dibutuhkan
dalam diri serta informasi sebagai pelengkap untuk membimbing individu dalam
menyelesaikan permasalahan.
38
2.3.4 Manfaat Dukungan Sosial
Menurut Johnson & Johnson (dalam Widyastuti dan Pratiwi, 2013) terdapat
empat manfaat dukungan sosial yaitu dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan
akan meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan
penyesuaian diri dengan memberikan rasa memiliki, memperjelas identitas diri,
menambah harga diri serta mengurangi stress, meningkatkan dan memelihara
kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap stress dan tekanan.
2.3.5 Faktor Pengaruh Dukungan Sosial Orang Tua
Myers dalam Hobfoll (dalam Maslihah, 2011) mengemukakan bahwa ada tiga
faktor penting yang mendorong seseorang untuk memberikan dukungan yang positif,
diantaranya :
1) Empati, yaitu turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan mengantisipasi
emosi dan motivasi tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan
kesejahteraan orang lain.
2) Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk
menjalankan kewajiban dalam kehidupan.
3) Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta,
pelayanan, informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan kondisi
hubungan interpersonal yang memuaskan. Pengalaman akan pertukaran secara
timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain akan
menyediakan.
39
Dapat disimpulkan faktor yang mendorong untuk memberikan dukungan
terdapat perasaan empati untuk ikut merasakan yang dirasakan orang lain dan didukung
dengan nilai sosial serta pertukaran sosial.
2.5 Kerangka Berfikir
Siswa SMA kelas XII berada pada tahap untuk pemilihan keputusan untuk
pemilihan jurusan. Baik dalam hal pekerjaan atau pemilihan untuk meneruskan studi
di perguruan tinggi. Individu yang mampu memilih karir dengan tepat adalah individu
yang memiliki kematangan karir. Kematangan karir merupakan gambaran kesesuaian
antara individu dengan pekerjaannya serta dinamika dalam pembuatan keputusan
pilihan pekerjaan. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh remaja sama
pentingnya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh orang dewasa.
Remaja yang dapat mengetahui potensi dirinya berarti yakin akan kemampuan
dalam dirinya mengenai bakat dan minat. Dengan kata lain remaja yang sudah
mengetahui potensi dirinya memiliki kepercayaan dan keyakinan akan kemampuannya
dalam pemilihan karir mendatang. Selain itu, dukungan orang tua menjadi pengaruh
bagi siswa dalam mengambil keputusan pemilihan jurusan, sehingga remaja mampu
menetapkan pilihan perguruan tinggi dan pemilihan program studi.dengan matang.
Orang tua diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan serta tidak
mengacuhkan remaja. Karena pemilihan jurusan merupakan langkah awal dalam
karirnya di masa depan.
40
SELF EFFICACY KEMATANGAN KARIR
Tingkat (level)
Kekuatan (strenght)
Generalisasi (generality)
DUKUNGAN SOSIAL
ORANG TUA
Dukungan emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan informasi
Perencanaan Karir
Eksplorasi Karir
Pengetahuan Tentang Membuat
Keputusan Karir
Pengatahuan Tentang Dunia Kerja
Pengetahuan Tentang Kelompok
Pekerjaan Yang Lebih Disukai
Realisasi Keputusan Karir
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir Hubungan antara Self Efficacy dan
Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kematangan Karir
Secara teoritis terdapat hubungan antara self efficacy dan dukungan sosial orang
tua dengan kematangan karir. Apabila terdapat hubungan, maka diperkirakan semakin
tinggi tingkat self efficacy dan dukungn sosial orang tua maka semaakin tinggi pula
kematangan karir siswa
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan bagian yang kedudukannya penting dalam penelitian.
Hipotesis sendiri diartikan sebagai kesimpulan yang sifatnya sementara dan harus
dibuktikan terlebih dahulu. Berdasarkan keterkaitan teori yang dikemukakan oleh para
ahli diatas, dugaan hipotesisnya adalah :
1. Ha : Terdapat hubungan antara self efficacy dengan kematangan karir pada
siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal.
41
Ho : Tidak terdapat hubungan antara self efficacy dengan kematangan karir
pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal
2. Ha : Terdapat hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan
kematangan karir pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal.
Ho : Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan
kematangan karir pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal.
3. Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dan dukungan
sosial orang tua dengan kematangan karir siswa
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dan dukungan
sosial orang tua dengan kematangan karir siswa
86
BAB V
PENUTUP
Bab penutup merupakan bab terakhir dari rangkaian bagian utama dari
skripsi. Pada bab ini berisi : (1) simpulan, dan (2) saran.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai
hubungan self efficacy dan dukungan sosial orang tua dengan kematangan karir,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat self efficacy siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal masuk dalam
kriteria sedang. Hal ini berarti bahwa siswa belum mampu melaksanakan
perencanaan karir, eksplorasi karir, pengetahuan tentang membuat keputusan
karir, pengetahuan tentang dunia kerja, pengetahuan tentang kelompok
pekerjaan yang disukai, dan realisasi keputusan karir
2. Tingkat self efficacy siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal masuk dalam
kategori sedang. Hal ini berarti bahwa siswa belum memiliki keyakinan yang
kuat berdasarkan tingkat (level), kekuatan (strenght) dan generalisasi
(generality).
3. Tingkat dukungan sosial orang tua siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal
masuk dalam kategori sedang. Hal ini berarti siswa belum mendapatkan
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan informasi.
4. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari self efficacy dengan
kematangan karir siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal. Dengan demikian
86
87
semakian rendah self efficacy maka semakin rendah pula kematangan karir
siswa.
5. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan dukungan sosial orang tua
dengan kematangan karir siswa SMA Negeri se-Kabupaten Kendal. Dengan
demikian semakian rendah dukungan sosial orang tua maka semakin rendah
pula kematangan karir siswa.
6. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dan dukungan
sosial orang tua secara dengan kematangan karir siswa SMA Negeri se-
Kabupaten Kendal. Dengan demikian semakian rendah self efficacy dan
dukungan sosial orang tua maka semakin rendah pula kematangan karir siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti lanjutan
Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk melakukan penelitian dengan setting
yang dengan metode penelitian yang berbeda seperti penelitian kualitatif agar dapat
lebih memperdalam tentang kematangan karir. Selain itu peneliti juga dapat
menggunakan variabel yang berbeda yang mempengaruhi kematangan karir
seseorang untuk melengkapi penelitian.
2. Bagi guru BK
Bagi guru BK disarankan untuk memberikan layanan berkenaan tentang
kematangan karir guna meningkatkan pengetahuan siswa tentang komponen dari
kematangan karir. Hal ini dikarenakan beberapa siswa masih awam tertutama
88
mengenai pengetahuan tentang berbagai macam pekerjaan, selain itu untuk realisasi
keputusan karir juga masih sangat rendah. Sedangkan hal tersebut sangat penting
untuk mengambil keputusan secara tepat sesuai dengan kemampuan untuk
memasuki dunia kerja. Selain itu guna meningkatkan kematangan karir siswa, guru
BK juga bisa melalui peningkatan dengan memberikan pelayanan terkait self
efficacy untuk membentuk kemandirian serta keyakinan dalam membuat
keputusan.
3. Bagi orang tua
Bagi orang tua disarankan untuk mendukung secara optimal kepada anaknya.
Mendukung dalam konteks ini bukan hanya memberikan semangat dan perhatian
saja, namun dengarkan apa yang sebenarnya diinginkan anak, berikan timbal balik
yang positif dengan mengajak diskusi dan juga ikut serta mencari informasi
mengenai pemilihan jurusan yang sesuai dengan dengan kemampuannya dengan
mengenali bakat dan minat anak.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abkin. (2011). Panduan Pelayanan Bimbingan Karir. Jakata : Abkin
Agustina, Nvita,. Nurmaisa, Okvantia., & Anggriana, Tyas Martika. (2017). Upaya
Meningkatkan Kematangan Pemilihan Karir Melalui Bimbingan Kelompok
Dengan Teknik Problem Solving . Vol. 1(1). ISSN 2580-216X
Ahmadi, Abu . (2007). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Aprilia, Winda. (2013). Resiliensi Dan Dukungan Sosial Pada Orang Tua Tunggal
(Studi Kasus Pada Ibu Tunggal Di Samarinda). 1 (3) . Hal 268-279. ISSN
0000-0000
Arsanti, Tutuk Ari. (2009). Hubungan Antara Penetapan Tujuan, Self-Efficacy Dan
Kinerja. 16(2). Hal 97 – 110 . ISSN: 1412-3126
Bandura. (1997). Self efficacy; the exercise of control. New York: W. H. Freeman
And Company
Bijl, Jaap J. van der & Baggett, Lillie M. Shortridge. Self-Efficacy: Theory And
Measurement. 15.(13). Hal 4
Creswell, John W. (2014). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Dewi, Djalal, Siswanti (2017). The Influence Of “Edufair” Psychoeducation To
Improve Student Career Maturity At Y Senior High School Of Makassar.
Halaman 76
Feist, Jess., Feist, Gregory J., & Roberts, Tomi-Ann . (2017). Teori Kepribadian.
Jakarta: Salemba Humanika
Gerungan. (2009) . Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama
Hanifah, Nurika ,. & Agustini, Rusdiana. (2012) . Peningkatan Self Efficacy Dan
Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Materi
Pokok Asam Basa Kelas Xi Sman 9 Surabaya. 1(1) . Hal 27-33 ISSN: 2252-
9454
Herin, mutiara & Sawitri, Dian Ratna ( 2017) . Dukungan Orang Tua Dan
Kematangan Karir Pada Siswa Smk Program Keahlian Tata Boga. 6 (1), Hal
301-306
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentag Kehidupan. Jakarta : Erlangga
90
Jatisunda, Muhammad Gilar. (2017). HubunganSelf-EfficacySiswa SMP dengan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. 1(2). Hal 24-30. e-ISSN: 2541-
4321
Kamil, Badrul & Daniati . (2016). Layanan Informasi Karir Dalam Meningkatkan
Kematangan Karir Pada Peserta Didik Kelas X Di Sekolah Madrasah Aliyah
Qudsiyah Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. 03 (2)
(2016) . Hal 245-258 . e-ISSN 2355-8539
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/konseli
Kumalasari, Fani,. & Ahyani, Latifah Nur. (2012). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan. 1(1)
Lestari, Indah. (2017) . Meningkatkan Kematangan Karir Remaja Melalui
Bimbingan Karir Berbasis Life Skills. 3(1). ISSBN 2503-281X
Maslihah, Sri ( 2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian
Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi Akademik Siswa Smpit Assyfa
Boarding School Subang Jawa Barat. 10(2)
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Jalan Satu Pintu
Patty, Salomia,. Wijono, Sutarto,. & Setiawan, Adi . (2016). Hubungan Dukungan
Sosial Teman Sebaya, Kontrol Diri, Dan Jenis Kelamin Dengan Prestasi
Belajar Siswa Di Sma Kristen Ypkpm Ambon. 15(2). Hal 204-235 p ISSN :
1411 – 6073
Pudjistuti, Endang. (2012). Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku Mencontek
Mahasiswa Psikologi. XXVIII (1) . Hal 103-112. EISSN 2303-2499
Rachmawati, Yunia Eka. (2012). Hubungan Antara Self Efficacy dengan
Kematanagn Karir pada Mahasiswa Tingkat Awal dan Tingkat Akhir di
Universitas Surabaya. 1 (1),
Rustanto, Agung Edi. (2016). Kepercayaan Diri Dan Efikasi Diri Terhadap
Kematangan Karir Mahasiswa Di Politeknik Lp3i Jakarta Kampus Jakarta
Utara. 5(2) ISSN 2252-9993
Saifuddin, Ahmad. (2018). Kematangan Karir : Teori dan Strategi Memilih
Jurusan dan Merencanakan Karir.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Santrock, John, W. (2002). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup,
Edisi 5, Jilid II. Jakarta : Erlangga
Santrock, John, W. (2007). Remaja. Jakarta : Erlangga
Saputri, Meta Amelia Widya,. & Indrawati, Endang Sri. (2011). 9(1) . Hal 65-72
Sharma, Ahuja & Ahuja, Abha. (2017). A study on career maturity of Indian
adolescents with respect to their educational settings. 3(1): 242-245.
91
Sugiyono. (2014) . Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
.(2016) . Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualtatif, R&D. Bandung : Alfabeta
Sutoyo, Anwar. (2009). Pemahaman Individu (Observasi, Cheklist, Interviu,
Kuesioner, Sosiometri). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syahrina, Isna Asyri,. & Ester. (2016) . Self Efficacy Dengan Academic Dishonesty
Pada Mahasiswa Universitas Putra Indonesia “Yptk” Padang. 7(1). Hal 24-
35
Tekke, Mustafa (2013). Examining The Level Of Career Maturity Among Asian
Foreign Students In A Public University: Gender And Academic
Achievement. Vol 1 . (1). Hal 103
Turan, Celik, Turan (2014). Perceived social support as predictors of adolescents’
career exploration. Vol. 23(3). 119–124
Utami, Ni Made Sintya Noviana. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial
Keluarga dengan Penerimaan Diri Individu yang Mengalami Asma. 1(1) .
Hal 12-21. ISSN: 2354-5607
W. S Winkel & Sri Hastuti. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: FKIP Universitas Sanata Dharma
Widyastuti, Retno Juli & Pratiwi, Titin Indah. (2013) . Pengaruh Self Efficacy Dan
Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kemantapan Pengambilan Keputusan
Karir Siswa. 3(1) . Hal 231 – 238