HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN TERHADAP PASANGAN …repository.usd.ac.id/33569/2/139114079_full.pdf ·...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN TERHADAP PASANGAN …repository.usd.ac.id/33569/2/139114079_full.pdf ·...
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN TERHADAP PASANGAN DAN
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ISTRI TENTARA BATALYON X
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Gabriella Pundarika Taneira
NIM : 139114079
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
It will get better.
If there is no struggle in life, the is no progress – Frederick Douglass
“For i know the plans i have for you”, declares the Lord, “plans to prosper you
and not to harm you, plans to give you hope and a future”- Jeremiah 29:11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada orangtua saya,
Saudara dan keluarga besar saya.
Terima kasih atas doa, kasih sayang, segala bentuk dukungan dan
perhatian yang telah kalian berikan.
Kepada diri sendiri, yang telah berhasil menyelesaikan skripsi ini dan mau untuk
tetap maju
Dan mengerjakan walaupun seringkali kesulitan silih berganti menghampiri.
Atas semua usaha, tangis, putus asa. Finally, i did it.
Thanyou God, You’re good, You’re my savior
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN TERHADAP PASANGAN DAN
KEPUASAN PERKAWINAN PADA ISTRI TENTARA BATALYON X
Gabriella Pundarika Taneira
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan terhadap
pasangan dan kepuasan perkawinan pada istri tentara batalyon x. Hipotesis penelitian ini adalah
adanya hubungan yang signifikan dan positif antara kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan
perkawinan pada istri tentara batalyon x. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 135 orang istri
tentara yang berusia 18 hingga 40 tahun di Batalyon X. Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah skala kepercayaan terhadap pasangan dan skala kepuasan perkawinan. Skala kepecayaan
terhadap pasangan terdiri dari 17 item dengan koefisien reliabilitas = 0, 88 dan skala kepuasan
perkawinan terdiri dari 15 item dengan koefisien reliabilitas = 0, 88. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji korelasi Pearson Product moment. Penelitian ini menghasilkan nilai korelasi
r = 0, 631 dan nilai signifikansi p = 0,00 < 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan dan positif. Hal ini memiliki arti semakin tinggi kepercayaan terhadap
pasangan maka semakin tinggi pula kepuasaan perkawinan. Sebaliknya, semakin rendah
kepercayaan terhadap pasangan, semakin rendah pula kepuasan perkawinan.
Kata kunci : kepercayaan terhadap pasangan, kepuasan perkawinan, istri tentara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CORRELATION BETWEEN TRUST IN CLOSE RELATIONSHIP AND
MARITAL SATISFACTION ON ARMY WIVES IN BATTALION X
Gabriella Pundarika Taneira
ABSTRACT
This research aimed to know the correlation between trust in close relationship and
marital satisfaction on army wives in battalion X. The hypothesis was that there was significant
and positive relationship between trust in close relationship and marital satisfaction on army
wives in battalion X. Subject in this research were 135 army wives aged 18 to 23 years old in
battalion X. Data instrument be used were the scale of trust in close relationship and marital
satsfaction. The reliability coeffient of trust in close relationship scale that consist of 17 items was
= 0, 88 and the reliability coeffient of marital satisfaction scale that consist of 15 items was
= 0, 88. The technique of data analysis is Pearson Product moment correlation test. This research
showed that the value of Pearson Product moment correlation test was r = 0, 631 and significance
level p = 0,00 < 0,05. The result indicated a significant and positive correlation between trust in
close relationship and marital satisfaction. It was means that the higher level of trust in close
relationship, the higher level of marital satisfaction on army wives in battalion x.
Keywords: trust in close relationship, marital satisfaction, army wives
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Tritunggal dan Bunda Maria
atas kasih karunia dan penyertaannya dalam menuntun peneliti hingga dapat
menyelesaikan proses penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Antara
Kepercayaan Terhadap Pasangan Dan Kepuasan Perkawinan Pada Istri Tentara
Batalyon X” ini dengan baik.
Peneliti menyadari bahwa keberhasilan peneliti dalam menjalani proses
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, doa dan bimbingan
dari berbagai pihak berikut ini, sehingga peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku Dekan tahun 2018 Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Monica Eviandaru M., M. Psych., Ph. D., selaku Ketua Program
Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Edward Theodorus M. App. Psy., selaku dosen pembimbing.
Terima kasih telah mendampingi dari awal sampai akhir. Terima kasih
atas kesediaan waktu, tenaga dan kesabaran dalam membimbing setiap
langkah proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Timotius Maria Raditya Hemawa M.Psi., selaku Dosen
Pembimbing Akademik tahun 2013 – 2017. Terima kasih atas nasihat
dan telah membimbing selama proses studi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing
Akademik tahun 2017 – 2018. Terima kasih atas perhatiannya dan
dukungannya dalam studi saya.
6. Seluruh Dosen dan staff karyawan di Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
pengalaman selama masa perkuliahan. Terima kasih untuk kebaikan
dan keramahannya.
7. Kepada Mama, Papa dan Adik yang sangat saya kasihi. Terima kasih
untuk segala doa, dukungan, perhatian, kesabaran, dan cinta kasih
yang telah kalian berikan selama ini. Terima kasih untuk selalu
percaya bahwa gabby bisa menyelesaikan ini. Gabby sangat
menyayangi kalian sampai kapanpun. Mama dan Papa adalah orangtua
terbaik. Semoga Tuhan selalu memberkati Mama dan Papa, Amin.
8. Teruntuk wanita-wanita kuat, cabelita : Clara, Citra, Levianna, Anette,
Vio, Bebing, dan Lia. Terima kasih atas banyaknya kenangan selama
beberapa tahun ini. Kebersamaan ini akan sangat dirindukan. Ingatlah,
jarak kita hanya sebatas chat, walaupun saya tidak bisa selalu ada
bersama kalian, tapi saya akan selalu menyayangi dan mendoakan
kalian. Kebersamaan kita semua akan selalu ditunggu ya, Luv!
9. Psikologi A angkatan 2013: Anette, Citra, Clara, Isabella, Leviana,
Vionny, Lia, Anti, bunda Vivi, Cindy, Dea, Dhani, Dita, Doni, Erdian,
Etha, Evelyn, Vita, Hans, Ignatia, Sonya, Keke, koko Edwin, Lias,
mbakdi, Paskal, Praba, Rani, Rista, Sefa, SSSS, Tata, Tom, Vena,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Vero, Yayak, Yesi, dan Yessica,. Terima kasih untuk kebersamaannya
selama proses belajar di masa kuliah. Keep in touch ya.
10. Teman bimbingan skripsi : Vio, Anette, Visky, Cendy, Yayak, Ratih,
Vita, Ciyus, Putri, Age, Rini, Rista, Andre, Mbakdia, Monik, Keke,
Chocho, mbak Vivin, kak Dedi, Yesa, dan mbak Rini. Terima kasih
untuk semangat dan bantuan kalian yang sangat memotivasiku dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Kalian luar biasa.
11. Putu Arividhea W., yang tau naik turun selama perkuliahan, dari yang
pertama ngenalin kampus ini sampai tinggal bareng, dan yang mau
dengerin cerita dari kanan ke kiri ga jelas tanpa menilai. Terima kasih
udah mau selalu menemani, kasih semangat, kasih omelan, dan tentu
canda tawa. Pokoknya terima kasih untuk semuanya. Maaf kalo pernah
salah. You are truly my P-man (harusnya p-girl ya wkwk).
12. Seluruh teman di Fakultas Psikologi USD, khususnya Psikologi
angkatan 2013.
13. Untuk AKSI 2016, Terima kasih atas kesempatannya untuk belajar dan
mengembangkan diri. Khususnya Exhibiton 2016, Buat anindya,
dicki, jessica, kezia, viona, ratna, steph, acong, dan wey, terima kasih
sudah mau berdinamika bersama, jadi anak-anak yang baik dan
membantu tutornya yang penuh kekurangan ini haha. Senang bgt bisa
mengenal kalian dan melihat kalian sukses di berbagai kegiatan dan
organisasi. Teruslah berkembang ya nak. Luv!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
14. Seluruh partisipan dalam penelitian ini yang telah mengisi dan
membantu proses penyebaran skala penelitian ini yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu per satu. Terima kasih telah menyempatkan
waktu untuk mengisi skala penelitian ini. God bless you all.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………. vi
ABSTRAK………………………………………………………………… vii
ABSTRACT…………………………………………………………………………. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………………....... ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. x
DAFTAR ISI……………………………………………………………..... xiv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xvii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xviii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengantar...........................................................................................
B. Latar Belakang……………………………………………………...
1
6
C. Rumusan Permasalahan.....................................................................
D. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................
E. Tujuan Penelitian……………………………………………....
18
19
20
F. Pertanyaan Penelitian……………………………………………... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
G. Manfaat Penelitian............................................................................. 20
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengantar...........................................................................................
22
B. Dinamika Psikologis Istri Tentara..................................................... 22
C. Kepuasan Perkawinan……………………………………………... 32
D. Kepuasan Perkawinan pada Istri Tentara……………………….…. 45
E. Kepercayaan Terhadap Pasangan………………………………...... 49
F. Kepercayaan Terhadap Pasangan pada Istri Tentara......................... 55
G. Hubungan Kepercayaan Terhadap Pasangan dan Kepuasan
Perkawinan pada Istri Tentara...........................................................
58
H. Kerangka Konseptual........................................................................ 61
I. Hipotesis............................................................................................ 64
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pengantar..........…………………………………………………….
65
B. Rancangan Penelitian…………………………………………….... 65
C. Subjek Penelitian............................................................................... 66
D. Deskripsi Partisipan Penelitian........……………………………….. 67
E. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………………..... 68
F. Definisi Operasional.......................................................................... 69
G. Prosedur Pelaksanaan........................................................................ 70
H. Instrumen Pengumpulan Data........................................................... 74
I. Validitas dan Reliabilitas................................................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
J. Analisis Data……………………………………………….............. 87
K. Pertimbangan Etis.............................................................................. 89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar.....................……………………………………………..
92
B. Hasil Penelitian………....................……………………………….. 92
C. Pembahasan.....................………………………………………….. 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………
B. Keterbatasan Penelitian…………………………………………….
107
108
C. Saran.................................................................................................. 109
D. Komentar Penutup............................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 113
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ............................................. 67
Tabel 3.2 Deskripsi Usia Subjek ....................................…………......... 68
Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepuasan Perkawinan .................................. 76
Tabel 3.4 Distribusi item Skala Kepuasan Perkawinan .......................... 77
Tabel 3.5 Pemberian Skor Skala Kepuasan Perkawinan ........................ 79
Tabel 3.6 Blueprint skala kepercayaan terhadap pasangan ..................... 80
Tabel 3.7 Distribusi item skala kepercayaan terhadap pasangan ............ 81
Tabel 3.8 Pemberian skor skala kepercayaan terhadap pasangan ........... 81
Tabel 3.9 Hasil uji kesahihan item .......................................................... 85
Tabel 3.10 Hasil uji reliabilitas alat ukur penelitian ................................. 87
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subjek ............................…………………….. 93
Tabel 4.2 Rentang Usia Subjek …………………………….......……… 93
Tabel 4.3 Data Empiris Skala Kepuasan Perkawinan ............................. 95
Tabel 4.4 Data Empiris Skala Kepercayaan Terhadap Pasangan ........... 96
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 98
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas ................................................................. 99
Tabel 4.7 Kategorisasi Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ........ 100
Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi ................................................................... 100
Tabel 4.9 Scatterplot ............................................................................... 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Skema 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ...........…………………….. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Intrumen Penelitian......………………....... 119
Lampiran 2 Reliabilitas Skala ……………………......... 143
Lampiran 3 Hasil Uji Beda Mean …………………....... 148
Lampiran 4 Hasil Uji Beda Normalitas ……………….. 151
Lampiran 5 Hasil Uji Beda Linearitas ………………… 153
Lampiran 6 Hasil Uji Hipotesis………………………... 155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Penelitian ini akan membahas mengenai kepuasan perkawinan pada istri
tentara yang ditinggal suami bertugas. Peneliti memiliki ketertarikan terhadap
topik ini karena: (1) peneliti merasa bangga berada dalam keluarga tentara, (2)
peneliti kagum dengan ibu peneliti yang setia mendampingi ayah peneliti, (3)
peneliti melihat ibu peneliti yang menjadi wanita kuat dalam menjalani peran
ganda, (4) peneliti merasa prihatin kepada istri tentara yang kurang tegar saat
menghadapi tekanan, (5) penelitian ini merupakan bagian dari usaha peneliti
untuk memberikan kontribusi bagi keluarga tentara.
Pertama, peneliti merasa bangga dan senang berada dalam keluarga tentara
khususnya memiliki ibu yang bersuamikan anggota tentara. Peneliti adalah
seorang anak pertama dari ayah seorang tentara sekaligus dokter dan ibu seorang
perawat yang juga bekerja di rumah sakit tentara (RST). Peneliti dibesarkan dalam
lingkungan keluarga tentara. Sejak kecil peneliti juga telah tinggal di dalam
lingkungan komplek perumahan tentara. Peneliti merasa dapat tumbuh dan
berkembang menjadi seseorang yang mandiri dan mudah beradaptasi. Hal ini
dikarenakan peneliti sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti tugas ayah
sebagai abdi negara yang harus siap ditempatkan di mana saja. Status sebagai
anak seorang tentara menjadi suatu keistimewaaan tersendiri bagi peneliti. Dalam
hal ini, Peneliti merasakan sesuatu yang mungkin tidak dapat dirasakan oleh anak-
anak lain, di mana peneliti harus cepat beradaptasi dan menerima perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lingkungan serta teman di tempat yang baru. Saat anak-anak lain hanya tinggal di
satu tempat dari masa kecil hingga masa dewasanya, peneliti telah tinggal di
beberapa wilayah provinsi Indonesia. Peneliti pernah tinggal di Kota Kendari
(Provinsi Sulawesi Tenggara), Kota Kupang (Provinsi Nusa Tenggara Timur),
Kota Denpasar dan Singaraja (Provinsi Bali), dan Kota Malang (Provinsi Jawa
Timur). Di sisi lain, peneliti pun merasakan pernah berpindah-pindah sekolah
hingga empat kali dari Kendari hingga Denpasar. Hal ini tentunya masih kurang
dengan pengalaman ayah dan ibu peneliti yang telah merasakan di tempatkan pada
daerah-daerah lainnya di Indonesia sebelum peneliti dilahirkan. Namun, hal ini
tidak menyurutkan kasih sayang dari orangtua untuk memperhatikan anak-
anaknya. Pengalaman-pengalaman yang cukup spesial inilah yang membuat
peneliti memiliki kesan yang luar biasa menjadi anak tentara.
Kedua, peneliti sangat kagum dengan Ibu peneliti yang selalu setia dalam
mendampingi Ayah peneliti saat ditempatkan pada kesatuan militer yang baru. Ibu
Peneliti sebagai istri prajuri TNI AD tentunya tidak dapat dipisahkan dari TNI AD
itu sendiri, baik dalam menjalani tugas organisasi Persit (Persatuan Istri Tentara)
maupun kehidupan pribadi. Ibu peneliti terbilang aktif dalam mengikuti tugas
organisasi baik saat menjadi anggota kepengurusan bahkan memimpin anggota-
anggota yang lain tanpa melupakan kewajibannya sebagai istri yang harus
mengurus suami. Ibu peneliti setia mengikuti kemanapun Ayah peneliti
ditugaskan seperti pada saat di Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Jawa. Peneliti
juga kagum dengan Ibu peneliti karena ibu peneliti memiliki kepercayaan yang
besar kepada Ayah peneliti sewaktu Ayah peneliti ditugaskan untuk menjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
keamanan negara seperti pergi ke daerah rawan konflik maupun tugas luar kota, di
mana Ibu peneliti tidak pernah memikirkan hal-hal negatif, seperti hadirnya orang
ketiga. Hal ini dapat peneliti lihat dari komunikasi Ibu dan Ayah peneliti yang
selalu mencoba untuk tetap menjalin komunikasi seoptimal mungkin. Peneliti
melihat bahwa Ibu peneliti dapat berkomunikasi melalui percakapan telepon dan
pesan singkat bahkan ketika telpon genggam telah maju seperti saat ini, peneliti
melihat bahwa Ayah peneliti terkadang mengirimkan foto-foto kondisi saat beliau
sedang tugas di luar kota. Kekaguman peneliti atas kesetiaan ibu peneliti menjadi
salah satu cerita favorit peneliti.
Ketiga, peneliti melihat ibu peneliti yang menjadi wanita kuat dalam
menjalani peran ganda. Di sini, peneliti melihat ibu peneliti sebagai pengganti
sosok ayah yang seringkali bekerja ke luar kota. Sebelumnya, Ibu peneliti sudah
memiliki pengalaman berada dalam keluarga tentara karena Ayah dari ibu Peneliti
yang juga merupakan pensiunan tentara. Ibu peneliti sadar bahwa menjadi seorang
istri tentara tidak hanya menjadi pendamping suami saja tetapi ikut mengabdi
kepada negara. Istri tentara harus ikut larut dengan tugas-tugas suami sebagai
prajurit. Istri sekaligus ibu harus menjadi sosok yang kuat, berani dan mandiri.
Tugas seorang ibu tentu tidak mudah apalagi disertai dengan menjadi seorang istri
tentara tetapi kedua peran tersebut harus dapat berjalan dengan selaras dan
harmonis. Di samping itu, ibu peneliti juga sebagai pegawai negeri sipil yang
notabene memiliki jam kerja yang telah diatur tetapi ibu peneliti dapat membagi
waktunya dengan keluarga terlebih lagi ketika ditinggal bertugas oleh ayah. Hal
ini membuat peneliti melihat ibu peneliti yang memiliki sikap mandiri, tegar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tabah karena adanya tanggungjawab untuk menjaga dan mengurus jalannya rumah
tangga dan anak mulai dari perekonomian dan kesehatan.
Keempat, peneliti merasakan keprihatinan terhadap istri-istri tentara yang
kurang tegar menghadapi tekanan karena ditinggalkan oleh suami saat bertugas.
Pada ujungnya, hal tersebut dapat mengarahkan istri-istri tersebut merasa sedih,
stres, dan tidak bisa mengelola emosi. Waktu berkumpul dengan suami tentu
menjadi harapan bagi setiap istri. Namun berbeda dengan istri tentara yang sudah
harus siap jika sewaktu-waktu ada perintah untuk mengemban tugas negara
seperti dinas keluar kota bahkan membantu menjaga perdamaian di perbatasan
negara. Hal ini tentu tidak mudah di mana adanya kemungkinan tidak
mendapatkan sinyal komunikasi untuk saling menghubungi satu sama lain bahkan
ancaman-ancaman dari pihak luar yang dapat membahayakan nyawa tentara yang
sedang bertugas. Kekhawatiran lain yang mungkin muncul adalah kecurigaan
terhadap suaminya yang memiliki relasi dengan wanita lain saat bertugas dengan
waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan perasaan tidak aman. Pemikiran
negatif akan berdampak pada kejenuhan istri dalam mengurus rumah tangga dan
anak ketika ditinggal bertugas. Hal ini menjadi dasar rasa cemas dan stres yang
sering kali menghinggapi para istri tentara sehingga menjadi orang yang kurang
tangguh. Tugas istri tentara akan menjadi lebih berat apa lagi ketika istri tentara
tersebut bukan berasal dari latarbelakang keluarga tentara di mana harus memulai
dari awal mempelajari keadaan seorang tentara dan belajar beradaptasi dengan
segala macam kegiatan istri tentara yang tergabung dalam Persatuan Istri Tentara
(PERSIT). Setelah menjadi anggota Persit, istri tentara harus taat dengan aturan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
aturan yang berlaku di satuan suami. Adanya aturan dari segi etika berbicara,
berpakaian dan perilaku akan membuat istri tentara merasa lebih berat. Terkadang
berpindah-pindah tempat tinggal membuat istri tentara juga jauh dari keluarga
sehingga seringkali merasa kesepian. Jika istri tentara tersebut terlambat
menyadari tanggung jawabnya, maka akan memunculkan perasaan tidak berdaya
yang akhirnya dapat mengganggu sisi psikologis istri tentara tersebut.
Ketertarikan untuk mendalami tentang dinamika istri tentara menjadi salah satu
alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Kelima, penelitian ini merupakan bagian dari usaha peneliti untuk
memberikan kontribusi bagi keluarga tentara. Sebagai mahasiswa psikologi,
peneliti ingin memberikan dukungan bagi istri-istri tentara yang kesulitan
mengelola emosi dengan cara yang dapat peneliti lakukan. Dalam hal ini, peneliti
dapat mempelajari dari segi kognisi, afeksi, sosial dan perkembangan. Peneliti
ingin melihat bagaimana kenyataan di lapangan dari relasi istri tentara dengan
suaminya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat sedikit memberi informasi
bagaimana hubungan perkawinan yang terjadi. Adapun, peneliti juga dapat
memberi informasi kepada Persatuan Istri Tentara (PERSIT) untuk berperan aktif
dalam proses pengembangan diri istri tentara. Misalnya saja, seperti Ibu peneliti
yang ikut tergabung dalam Persatuan Istri Tentara (PERSIT) menjadikan tempat
tersebut sebagai sarana belajar berorganisasi, menjalin kebersamaan dan
kekeluargaan antara istri tentara yang lain. Dengan begitu, penelitian ini nanti
dapat memberikan hasil agar kedepannya dapat memperhatikan aspek-aspek yang
masih kurang dalam memperkuat hubungan suami dan istri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dari beberapa alasan yang telah peneliti sampaikan di atas, dapat dilihat
bahwa peneliti memiliki ketertarikan akan relasi perkawinan pada istri tentara.
Peneliti menggunakan penelitian ini sebagai wadah menggali informasi di mana
diharapkan hasilnya dapat sedikit memperkaya hasil-hasil penelitian kedepannya.
Dengan demikian, hal-hal menarik di atas menjadi awalan peneliti untuk
memilih topik penelitian ini. Pada subbab selanjutnya peneliti akan membahas
mengenai latar belakang dari penelitian ini. Selain itu, peneliti juga akan
menuliskan mengenai rumusan masalah, ruang lingkup dari penelitian, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang penelitian sendiri akan
membahas mengenai fenomena yang terjadi dengan subjek dan sedikit penelitian
terdahulu. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan batasan kemampuan peneliti di
mana hal ini akan masuk ke dalam ruang lingkup penelitian. Setelahnya, akan ada
tujuan atau hasil yang diharapkan dari penelitian ini dan manfaatnya baik bagi
orang lain, lembaga tekait dan tentunya komunitas ilmuwan psikologi.
B. Latar belakang
Indonesia sebagai negara berkembang tentu memiliki pasukan angkatan
bersenjata. Salah satu angkatan bersenjata yang dimiliki Indonesia adalah Tentara
Nasional Indonesia (TNI) khususnya Angkatan Darat (TNI-AD). TNI-AD
memiliki tugas yang cukup banyak dan terorganisir. Menurut Dinas penerangan
TNI (2012), TNI-AD bertugas untuk menjaga wilayah daratan Indonesia hingga
perbatasan dengan negara lain. Tugas TNI-AD juga mencakup menegakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kedaulatan negara dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI. Hal ini juga
meliputi tugas untuk melindungi segenap bangsa dari ancaman serta gangguan.
Selanjutnya, TNI-AD juga harus siap melaksanakan tugas khususnya di daerah
rawan konflik, melawan separatis, melawan pemberontakan bersenjata dan aksi
terorisme. Dengan kata lain, pasukan angkatan bersenjata memiliki peran yang
cukup esensial bagi negara.
Setiap prajurit harus siap melaksanakan keputusan yang diberikan atasannya
terutama dalam hal bertugas dan siap mengesampingkan keinginan pribadi.
Prajurit yang tidak taat aturan dan pedoman berarti telah membangkang atau
melawan perintah atasan. Menurut Penerangan komando resor militer Halu Oleo
(2016), demi menjalankan tugas yang diberikan oleh negara, seorang prajurit
tentara harus memiliki sikap loyalitas, moralitas dan integritas yang tinggi. Di
samping itu, sikap profesionalitas dan dedikasi juga tidak kalah pentingnya.
Menurut (Purn) Panglima Jenderal TNI (dalam Komandan Lantamal VI Hadiri
Pengarahan Panglima TNI Di Makassar, 2017), prajurit TNI harus taat kepada
hukum, atasan dan menempatkan kepentingan rakyat dan juga kepentingan umum
di atas segala-galanya. Hal ini berarti bahwa prajurit harus mementingkan satuan
dan rela meninggalkan keluarga sewaktu-waktu saat diperlukan.
Bagi prajurit yang telah berkeluarga, penugasan menjadi beban tersendiri
karena harus berpisah dengan keluarga baik itu, orangtua, istri maupun anak. Hal
ini diatur dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 39 Th. 2010
tentang administrasi prajurit tentara nasional Indonesia (Pemerintah Indonesia,
2010), di mana penugasan lebih lanjut diatur oleh Peraturan Panglima atau dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
hal ini adalah atasan dari prajurit. Artinya, lamanya prajurit bertugas berlaku
sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh atasan mereka, di mana
perpanjangan masa tugas maupun percepatan kembali ke markas diatur
sepenuhnya oleh atasan dan tidak dapat ditolak oleh prajurit. Hal ini didukung
oleh Knobloch dan Wilson (2015), menyatakan bahwa lamanya penugasan
tergantung pada bentuk penugasan itu sendiri dan semakin banyak gelombang
pasukan yang berangkat maka akan semakin lama penugasan. Untuk itu, waktu
penugasan yang dapat berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama dan tidak
pasti agaknya berimbas pada relasi perkawinan.
Banyaknya prajurit yang berangkat penugasan tentu memiliki dampak
tersendiri baik bagi sang prajurit dan keluarga terutama istri. Data Departemen
Pertahan Amerika Serikat pada tahun 2010 (dalam Knobloch & Wilson, 2015),
menunjukkan bahwa 56% prajurit telah menikah pada saat mereka operasi militer
dan 44% di antaranya merupakan orangtua dan harus meninggalkan anak-
anaknya. Bagi prajurit, dampak penugasan dapat berupa, simptom depresi, PTSD,
dan penyalahgunaan alkohol (Knobloch & Wilson, 2015). Dampak lebih besar
tentu dirasakan oleh keluarga terutama sang istri, seperti gangguan kesehatan
mental (Mansfield, Kaufman, Marshall, Gaynes, Morrissey & Engel, 2010) dan
sulitnya menjalin komunikasi (Galvin, Braithwaite & Bylund, 2015).
Istri tentara menanggung beban yang cukup banyak, baik beban psikis, fisik,
dan tanggung jawab lainnya. Menurut Segal (dalam Karney & Crown, 2007), istri
tentara harus menghadapi kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi pada saat
operasi militer, lamanya penugasan yang tak tentu karena mungkin saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
diperpanjang, dan perpisahan paksa yang mungkin tidak dihadapi oleh pasangan
sipil. Pada saat tenang pun, keluarga militer sering merasakan relokasi tempat
kerja yang memisahkan mereka dengan sumber dukungan sosial dan karier di luar
militer. Salah satu kemungkinan terburuk, seperti risiko kematian pasangan dapat
turut dirasakan oleh istri tentara. Gugurnya prajurit menjadi cerita pahit yang
harus dirasakan oleh istri selain beban lainnya.
Menurut berita yang dilansir oleh Kompas.com, salah satu istri tentara harus
rela ditinggal oleh sang suami untuk bertugas selama sembilan bulan (Irawan,
2016). Ia mengaku mengalami perasaan bimbang dan sedih saat mengantar
kepergian sang suami untuk bertugas di daerah perbatasan Timor Leste. Perasaan
haru terlihat menyelimuti kepergian sang suami di mana pada saat itu dalam
keadaan sedang mengandung anak pertama hasil pernikahan. Selain itu, berita
yang dilansir oleh Pro kalimanan Timur pada tahun 2015, memuat kisah salah
satu istri prajurit yang tidak dapat bertemu dengan suaminya untuk selama-
lamanya setelah sang suami gugur dalam penugasan di Timor Timur (sekarang
Timor Leste). Hal ini membuat semakin sedih ketika sang istri tidak bisa melihat
jasad sang suami karena jasadnya telah dimakamkan di Timor Leste. Setelah
kepergian sang suami, Ia menjadi orangtua tunggal dan menjadi tulang punggung
keluarga di mana pada saat itu Ibu tersebut baru menginjak usia 20-an (Berbagi
Cerita Dengan Istri Prajurit Yang Gugur, Lambaian Pagi Itu Ternyata Yang
Terakhir, 2015). Selain itu, adalah istri Kapten Penerbang yang gugur pada saat
pesawat latih tempur yang diterbangkannya terjatuh pada saat bermanuver
(Yanuar, 2015). Lalu, gugurnya Prajurit TNI angkatan udara yang bertugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sebagai pilot pesawat hercules yang jatuh di Medan. Kapten tersebut
meninggalkan seorang istri dan dua anaknya yang masih batita (Arifin, 2015). Di
sisi lain, hal yang juga mengkhawatirkan adalah penularan HIV/Aids pada prajurit
yang sedang penugasan. Komisi penanggulangan AIDS mengatakan bahwa
tentara dan polisi termasuk profesi yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Salah
satu penyebabnya adalah para prajurit tersebut sering berpisah dengan istrinya
dalam jangka waktu yang cukup lama (Manggiasih & Indreswari, 2010). Hal ini
tentu saja membuat para istri tentara cemas dan khawatir dengan kondisi sang
suami pada saat penugasan.
Ditambah lagi, istri tentara juga tetap menjalankan kegiatan-kegiatan sebagai
anggota dari organisasi Persatuan Istri tentara dan/atau pegawai bagi para istri
yang bekerja. Hal ini didukung oleh pernyataan Panglima kodam II/Sriwijaya,
bahwa peran dan tanggung jawab istri prajurit cukup berat dibandingkan dengan
istri-istri yang lain. Seperti yang telah dijelaskan, istri tentara memiliki peran
ganda, yaitu sebagai pendamping suami, ibu rumah tangga dan juga anggota
organisasi Persatuan Istri Tentara. Semua peran diharapkan dapat berjalan
beriringan sehingga sangat dibutuhkan perencanaan dan pengaturan waktu yang
baik (Pusat penerangan TNI, 2012). Menurut Ketua Umum Dharma Pertiwi, peran
ganda sering dilakukan pada saat suami ditugaskan ke medan perang. Istri prajurit
bertanggung jawab sepenuhnya atas keluarga, mulai dari mengurus rumah hingga
anak. Lalu, istri prajurit juga harus memiliki sikap yang mandiri, tegar dan tabah.
Sikap yang tabah, mandiri dan siap mental mental kunci penting sebagai istri
prajurit TNI (Dinas penerangan TNI AD, 2007). Artinya, seorang istri prajurit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
harus mampu memahami tugas, peran dan tanggung jawab sang suami sebagai
seorang prajurit. Seorang istri prajurit harus memberikan dukungan secara penuh
agar para suami dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya (Pusat
penerangan TNI, 2018). Tugas istri ini mencakup semua seperti mendidik anak,
mengatur keuangan, mengatur rumah tangga, serta menjaga nama baik suami,
keluarga maupun satuannya TNI (Karney & Crown, 2007). Untuk itu tugas
menggantikan peran suami bagi seorang ibu cukup berat.
Berdasarkan berita yang dilansir oleh TribunJateng.com, seorang istri tentara
yang menjalankan peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan juga bekerja di
salah satu rumah sakit (Pamungkas, 2016). Ia mengaku bahwa sang suami sering
bertugas hingga larut malam bahkan pernah hingga 24 jam tidak pulang ke rumah.
Ia juga pernah ditinggal suami bertugas ke luar pulau seperti Timor-Timur, Aceh,
Ambon, dan Kupang. Biasanya, Ia akan ditinggal bertugas selama berbulan-bulan
bahkan pernah hingga 18 bulan. Rentang waktu penugasan tergantung dengan
perintah atasan dan persiapan pengganti yang akan mengantikan suaminya
bertugas di tempat tersebut. Hal ini cukup jelas menunjukkan bahwa istri tentara
memiliki peran ganda.
Permasalahan kepuasan perkawinan pada istri tentara salah satunya adalah
perceraian, di mana data di Indonesia cukup sulit utnuk ditemukan karena data
tentara indonesia yang bersifat tertutup. Adapun data yang dapat dihimpun berasal
dari tentara Amerika. Menurut berita yang dilansir oleh Nbcnews.com tahun
2008, menunjukkan data dari Departemen Pertahanan Amerika pada tahun 2008
memperkirakan ada 10.200 dari 287.000 perkawinan tentara aktif yang berakhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dengan perceraian (Divorce Rate Increases in Marine Corps, 2008). Perceraian
pada tentara dilihat terus-menerus meningkat setiap tahunnya, misalnya pada
tahun 2008 tingkat perceraian sebesar 3,5 persen di mana hal ini naik dari tahun
sebelumnya sebesar 3,3 persen. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
Negrusa, Negrusa, & Hosek (2014), yang menunjukkan tingkat perceraian
tertinggi terjadi antara tahun 2003 dan 2007 di mana penugasan semakin sering
terjadi dan semakin berbahaya. Hasil penelitian juga menunjukkan durasi
penugasan selama 6 bulan, 12 bulan dan 18 bulan menghadapi bahaya perceraian
sebesar 1,4%, 1,8% dan di atas 2%. Semakin seringnya penugasan dan relokasi,
semakin tinggi tuntutan terhadap keluarga dan prajurit sehingga hal ini menguji
kekuatan hubungan pasangan. Perceraian tersebut tentu menjadi salah satu
dampak yang nyata terjadi pada kehidupan istri tentara.
Dari yang telah dituliskan pada paragraf di atas, istri tentara mengalami
beberapa kesulitan dan beban tanggung jawab yang bermacam-macam. Berangkat
dari hal tersebut, kemudian diadakanlah penelitian ini untuk mengukur kepuasan
perkawinan pada istri tentara. Istri tentara dapat dilihat memiliki karakteriktik
yang berbeda dengan istri sipil. Oleh karena itu, hal ini menjadi sesuatu yang
cukup menarik untuk diteliti.
Perkawinan yang bahagia dan sejahtera tentu dambaan semua pasangan. Hal
ini sesuai dengan tujuan perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia tentang perkawinan. Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal
1 yang menyebutkan bawah perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Salah satu penelitian juga menyebutkan bahwa seseorang yang
menikah cenderung merasa lebih bahagia dibandingkan dengan individu yang
tidak menikah (Myers dalam Papalia & Feldman, 2014). Penelitian lain juga
mengemukakan bahwa individu yang menikah dan tetap dalam pernikahan,
terutama perempuan, cenderung memiliki taraf finansial yang lebih baik
dibandingkan yang tidak menikah ataupun yang bercerai (Hirschl, Altobelli, &
Rank, 2003; Wilmoth & Koso, 2002 dalam Papalia & Feldman, 2014).
Perkawinan yang sejahtera dan bahagia pada psikologi dapat dilihat sebagai
salah satu kategori dalam kepuasan perkawinan. Salah satu teori yang membahas
mengenai kepuasan perkawinan adalah teori yang dikemukakan oleh Olson.
Kepuasan perkawinan dapat diartikan sebagai hasil evaluasi terhadap area-area
dalam perkawinan yang mencakup beberapa hal seperti, kepribadian, kesetaraan
peran, komunikasi, resolusi konflik, pengelolaan keuangan, kegiatan mengisi
waktu luang, hubungan seksual, anak dan perkawinan, keluarga dan teman, serta
orientasi keagaaman (Fowers & Olson, 1993).
Ada beberapa hasil penelitian terkait dengan kepuasan perkawinan. Beberapa
penelitian tersebut, menunjukkan hal-hal yang dapat menurunkan kepuasan
perkawinan. Penelitian yang dilakukan oleh Amato, Johnson, Booth, & Rogers
dalam Papalia & Feldman, 2014), menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan
dipengaruhi secara negatif oleh kohabitasi, perselingkuhan, tuntutan pekerjaan
dan lamanya jam kerja. Hal ini jelas menujukkan bahwa pasangan yang memiliki
tuntutan pekerjaan yang berat dan jangka waktu kerja yang cukup lama seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
halnya penugasan cenderung menyebabkan kebahagiaan dalam perkawinan
menurun. Masalah perkawinan lain yang turut menyebabkan turunnya kepuasan
perkawinan adalah masalah keuangan, anak, kecemburuan, keluarga dari
pasangan dan penyalahgunaan alkohol (Miller, Nunes, Bean, Day, Falceto,
Hollist, & Fernandes, 2014). Selanjutnya, istri yang ditinggal bertugas juga
cenderung mengalami masalah harga diri, depresi dan ketidakpuasan perkawinan
(Glisson, Melton, & Roggow, 1981). Dari beberapa penelitian di atas, peneliti
jarang menemukan penelitian mengenai kepuasan perkawinan dengan subjek istri
tentara di Indonesia.
Tinggi rendahnya kepuasan perkawinan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa unsur. Menurut Walgito (2002), salah satu unsur tersebut adalah unsur
psikologis, di mana di dalamnya terkandung sikap saling percaya mempercayai.
Rempel, Holmes, dan Zanna (1985), mendefinisikan kepercayaan terhadap
pasangan sebagai suatu kekuatan dalam sebuah hubungan, di mana di dalamnya
terdapat perasaan yakin dan aman yang berasal dari respon kepedulian pasangan.
Kepercayaan menjadi sangat penting dalam membina keluarga terutama bagi istri,
untuk menghindari perasaan cemburu, khawatir berlebih, dan sikap kurang
percaya sehingga merusak hubungan perkawinan tersebut (Rempel, Holmes, &
Zanna, 1985). Pada kenyataannya, cukup banyak istri prajurit yang kurang
memahami tugas suami hingga tidak tahan dengan perpisahan yang memakan
waktu cukup lama hingga menyebabkan masalah kecil sampai dengan perceraian.
Hal ini menjadi dasar kemungkinan adanya hubungan antara kepercayaan
terhadap pasangan dan juga kepuasan perkawinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atta, Adil, Shujja, & Shakir (2013),
menunjukkan bahwa kepercayaan dapat mempengaruhi kepuasan perkawinan.
Seseorang dengan kepercayaan yang tinggi cenderung dapat menghindari
perspektif negatif terhadap pasangan dengan cara lebih saling terbuka, saling
peduli serta mengontrol emosi. Penelitian ini sendiri memiliki beberapa
kelemahan seperti bias yang timbul akibat beberapa subjek menolak menjawab
pernyataan seputar seksualitas akibat dari latar budaya setempat. Di samping itu,
penelitian yang menghubungan kedua variabel ini masil terbilang jarang
ditemukan. Hasil penelitian lain yang ditemukan mengikutsertakan variabel
lainnya seperti, kesetiaan, komitmen, kelekatan, komunikasi dan dukungan sosial
(McCray ,2015; Renanda, 2018; Muhardeni, 2018). Akan tetapi, penelitian-
penelitian tersebut hanya menegaskan adanya hubungan dan kurang menjelaskan
hubungan antar variabel secara rinci. Oleh karena itu, hubungan kepercayaan
terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan perlu diperhatikan lebih lanjut
terutama dalam konteks budaya indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian terdahulu mengenai hubungan langsung
antara kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan yang masih
terbatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai variabel ini. Penelitian
ini juga membawa tambahan pengetahuan baru di mana belum pernah dilakukan
sebelumnya, yaitu peneliti akan menggunakan subjek hanya pada istri TNI-AD
saja. Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti ingin meneliti mengenai
hubungan antara kepercayaan terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan
pada istri Batalyon X untuk menambah wawasan dan informasi terkait baik bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
orang terdekat, lembaga maupun komunitas ilmuwan psikologi khususnya di
Indonesia
Penelitian ini memilih subjek istri dari prajurit tentara bukan suami dari
tentara wanita karena berdasarkan tugas-tugasnya, prajurit pria dan wanita
memiliki tugas yang cukup berbeda dan jumlah tentara wanita yang lebih sedikit.
Menurut Dinas Penerangan Angkatan Darat (2009), tugas tentara wanita berada
pada bidang-bidang penugasan tertentu yang sesuai dengan kodratnya dan bersifat
non tempur. Tugas tersebut juga lebih membutuhkan keahlian, keterampilan,
ketelitian dan sifat keibuan, seperti pada bidang administrasi, bidang kesehatan
dan bidang hukum. Di samping itu, suami sipil juga seringkali tidak
diikutsertakan untuk menghadapi tekanan psikologis dan emosional dalam
komunitas militer selayaknya persatuan istri militer yang mengumpulkan para istri
tentara (Crooks & Henderson dalam Smith, Brown, Varnado, & Stewart-Spencer,
2017). Oleh karena itu, peneliti melihat istri tentara sebagai subjek yang menarik
karena di samping ia harus mengurus rumah tangga, anak, menjaga keutuhan
hubungan, ia juga menjadi anggota organisasi serta merasakan kepergian
pasangan ke medan tempur yang dapat berisiko kematian, cacat tubuh, dan hilang.
Peran yang cukup besar juga dapat dilihat dari berbagai pihak seperti 1)
keluarga, 2) organisasi persatuan istri tentara, dan 3) komuntas ilmuwan
psikologi. Pertama, peran dari pihak keluarga dalam membantu istri tentara yang
ditinggal bertugas dengan cara memberi penguatan dan penghiburan. Di atas telah
disebutkan bahwa istri tentara dapat mengalami gangguan kesehatan mental dan
juga sulit menjalin komunikasi. Pihak keluarga, dalam hal ini suami, anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
orangtua, dan sanak saudara lainnya dapat mendukung istri tentara dengan
mengunjungi dan mengajak berrekreasi atau sekedar berbincang-bincang bersama
istri tentara yang ditinggal bertugas. Menurut Pratiwi (2016), dukungan sosial
keluarga dapat berupa pemberian informasi baik secara verbal maupun non-
verbal, saran, dan bantuan secara nyata.
Tambahan pengetahuan penting bagi pihak keluarga. Dengan adanya
tambahan pengetahuan, pihak keluarga dapat lebih memperhatikan istri tentara
dan mendukung istri tentara dengan cara yang lebih tepat.
Kedua, organisasi persatuan istri tentara yang berperan dalam membina istri
tentara dengan membekali sejumlah pengetahuan dan keterampilan baik dalam hal
organisasi, etika, olah tubuh, dan kesehatan (Yudha, 2017). Organisasi ini juga
berperan untuk mewujudkan rasa kesatuan perjuangan antara istri tentara, dan
mengikat rasa persaudaraan serta kekeluargaan (Persit Kartika Chandra Kirana
Pengurus Pusat, 2017).
Tambahan pengetahuan ini nantinya penting bagi organisasi agar organisasi
dapat memberikan perhatian lebih pada relasi perkawinan anggota persit. Selama
ini, organisasi hanya terpatok pada hal-hal dalam organisasi secara struktural saja.
Komunitas ilmuwan psikologi juga memiliki andil peran untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai topik-topik penelitian. Pengembangan pengetahuan juga
dilakukan untuk memahami mengenai perilaku seseorang dan juga orang lain.
Tambahan pengetahuan ini penting bagi komunitas ilmuwan psikologi agar
lebih berupaya untuk mengembangkan penelitian yang berkelanjutan serta
memberikan kunjungan dan juga seminar untuk meningkatkan kualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
perkawinan yang bahagia dan stabil kepada istri tentara maupun masyarakat
umum. Kajian mengenai topik penelitian ini diperlukan guna menambah
pemahaman yang berkenaan dengan dinamika psikologis istri tentara yang masih
kurang. Penelitian mengenai kepuasan perkawinan pada istri TNI-AL
menggunakan sampel sebanyak 52 orang di mana peneliti mengatakan bahwa
penelitian tersebut memiliki banyak kendala, berlokasi di daerah Surabaya dan
subjek penelitian yang masih kurang mencakup populasi sehingga diperlukan
subjek yang lebih banyak agar dapat menggambarkan sampel istri tentara TNI-AL
secara keseluruhan (Rachmawati & Mastuti, 2013). Oleh karena itu, penelitian
yang akan diteliti ini perlu dilakukan karena beberapa alasan seperti jumlah
subjek yang lebih banyak, berfokus pada istri TNI-AD dan dilakukan di daerah
lain. Selain itu, penelitian ini penting guna menambah litelatur bagi yang ingin
meneliti topik yang sama.
C. Rumusan Permasalahan
Dari beberapa teori yang telah disampaikan pada bagian latar belakang, dapat
dilihat bahwa ketika seseorang merasakan kepuasan perkawinan maka ia akan
menjalin relasi dengan lebih bahagia dan lebih bisa memahami satu sama lain
(Matlin, 2012), serta terpenuhinya kebutuhan terlebih pada area-area perkawinan
(Fowers & Olson, 1993). Hal ini tentu bertentangan dengan apa yang dirasakan
oleh istri tentara di mana saat di tinggal bertugas akan mengalami hal-hal, seperti
kesulitan untuk berkomunikasi (Galvin, Braithwaite & Bylund, 2015), risiko
kehilangan nyawa pasangan dan tanggung jawab yang lebih besar (Karney &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Crown, 2007). Selain itu, adanya hal lain seperti perselingkuhan dan lamanya jam
kerja pasangan yang tak pasti dapat berhubungan secara negatif dengan kepuasan
perkawinan (Amato, Johnson, Booth, & Rogers, 2003 dalam Papalia & Feldman,
2014). Hal tersebut dapat menimbulkan harga diri rendah, depresi dan
ketidakpuasan perkawinan Glisson, Melton, & Roggow (1981).
Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa ada hubungan kepercayaan
terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan. Menurut Atta, Adil, Shujja, &
Shakir (2013), kepercayaan membantu pasangan mengelola emosi sehingga dapat
menghindari pikiran-pikiran negatif. Kepercayaan juga menjadi salah satu hal
yang berkaitan dengan kepuasan perkawinan (Walgito, 2002). Hal ini dapat
diambil karena pada kepercayaan terkandung perasaan yakin terhadap pasangan di
mana pasangan akan selalu peduli kepada pasangannya. Ditambah dengan
penelitian terdahulu yang kurang banyak membahas kedua konstruk tersebut.
D. Ruang lingkup penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari akan keterbatasan yang dimiliki oleh
peneliti. Peneliti hanya akan melakukan penelitian yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Batasan dalam penelitian ini adalah mencari hubungan atau korelasi
antara kepercayaan terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan pada istri
tentara. Selain itu, penelitian ini akan mengambil data dari sampel istri tentara
yang berada di Batalyon X. Hal ini berarti penelitian akan dilakukan dengan
menggunakan sampel yang hanya mencakup beberapa istri tentara dari Batalyon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
E. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu korelasi antara kepercayaan
terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan pada istri tentara di Batalyon X.
F. Pertanyaan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, yaitu: apakah ada
hubungan antara kepercayaan terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan
pada istri tentara di Batalyon X ?
G. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Bagi istri tentara
Penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan para istri tentara untuk
merefleksikan keadaannya untuk dapat melakukan hal-hal positif walaupun
dalam kondisi yang kurang berkenan, membangun kepercayaan kepada
pasangan dan tidak perlu merasa sendiri sehingga para istri dapat mulai
memperkuat bagian-bagian dalam perkawinan.
2. Bagi keluarga dan organisasi persatuan istri tentara
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan maupun
informasi untuk keluarga dan persatuan istri tentara agar lebih memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dan memberi dukungan kepada para istri tentara yang sedang menghadapi
situasi di mana sang suami pergi penugasan. Di samping itu, keluarga dan
persatuan istri tentara dapat berperan dengan secara berkala mengunjungi,
memberi pendampingan dan mengadakan sesi pertemuan dan aktivitas yang
meningkatkan suasana hati maupun lingkungan.
3. Bagi ilmuwan dan praktisi psikologi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi
tambahan dalam hal kepercayaan terhadap pasangan dengan kepuasan
perkawinan pada bidang ilmu psikologi. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi bahan yang dapat menunjukkan hubungan antara kepercayaan
terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan dan memperbaiki
keterbatasan dari penelitian sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengantar
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai dinamika psikologis yang
terjadi pada istri tentara. Dinamika psikologis istri tentara akan dilihat dari dua
perpektif yang berbeda, yaitu segi psikologi perkembangan dan segi psikologi
sosial. Selanjutnya, peneliti juga akan membahas mengenai kepuasan perkawinan
dan kepercayaan terhadap pasangan yang merupakan variabel dari penelitian.
Pembahasan tersebut akan mencakup pengertian, aspek-aspek dan faktor yang
mempengaruhinya menurut masing-masing variabel. Selain itu, kepuasan
perkawinan dan kepercayaan terhadap pasangan juga akan dilihat dari sisi istri
tentara dan hubungan kedua variabel tersebut. Berikutnya, bab ini juga akan
memuat kerangka konseptual dan hipotesis penelitian yang akan diajukan oleh
peneliti.
B. Dinamika psikologis Istri Tentara
Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai dinamika psikologis istri tentara. Hal
ini dapat menjadi rujukan untuk memahami gambaran istri tentara secara utuh.
Bab ini akan membahas dinamika psikologis istri tentara dari dua perspektif yaitu,
perspektif psikologi perkembangan dan psikologi sosial.
1. Istri tentara dalam perspektif Psikologi Perkembangan dewasa awal
Bagian ini menjelaskan mengenai istri tentara yang berada dalam tahap
dewasa awal. Dewasa awal sendiri akan dijelaskan mulai dari rentang usia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tugas perkembangan, ciri-ciri dewasa awal, kematangan pada dewasa awal.
Selain itu, hambatan yang dialami pada tahap perkembangan dewasa awal.
Menurut perkembangan fisik, masa dewasa awal dimulai pada usia 18
tahun hingga 40 tahun (Hurlock, 1980). Dewasa awal menjadi puncak
perkembangan kekuatan fisik seseorang yang kemudian akan pelan-pelan
menurun sampai usia 40-45 tahun (Mappiare, 1983). Wanita dewasa awal
mempunyai kesehatan yang baik, kematangan organ seksual, lancarnya siklus
menstruasi, dan faktor kesuburan di mana wanita pada masa dewasa awal
telah memungkinkan untuk memiliki dan mengasuh anak
Menurut perkembangan kognitif, pada masa dewasa awal menunjukkan
kemampuan mental yang jauh lebih matang. Menurut Pressey dan Kuhlen
(dalam Mappiare, 1983), kemampuan mental pada masa ini dapat
memudahkan dalam hal penyesuaian terhadap hal-hal baru seperti penalaran
secara analogi, mengingat kembali informasi dan berpikir kreatif.
Menurut perkembangan sosial, wanita dewasa awal mulai mencari lawan
jenis dan mengembangkan hubungan mereka (Mappiare, 1983). Menurut
Erikson (dalam Berk, 2012), pada tahap ini terjadi konflik psikologis antara
keintiman vs isolasi, di mana pencapaian pada keintiman mendorong untuk
membentuk komitmen cinta sedangkan tanpa hal ini maka akan mengarahkan
pada kesepian dan keegoisan. Lalu, ketika ia sudah siap untuk hidup mandiri
dan meninggalkan rumah, maka wanita dewasa awal akan memasuki
kehidupan keluarga baru dalam pernikahan. Pernikahan sebagai gabungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
antara dua individu yang mulai menjalan peran pernikahan dan ke depannya
peran sebagai orangtua (Berk, 2012).
Tugas perkembangan pada dewasa awal menurut Havighurst (Dalam
Mappiare, 1983), yaitu:
a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).
b. Belajar hidup bersama dengan suami atau isteri.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.
d. Belajar mengasuh anak-anak.
e. Mengelola rumah-tangga.
f. Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
g. Mulai bertanggungjawab sebagai warga negara secara
layak.
h. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-
nilai pahamnya.
Tugas-tugas perkembangan ini merupakan dasar keberhasilan tugas-tugas
perkembangan pada usia-usia selanjutnya (Mappiare, 1983). Masa dewasa
awal menjadi masa yang penting di mana masa ini berada dalam rentang usia
yang panjang sehingga individu dapat meniti jenjang karir yang baik dan
mendapatkan penghasilan yang tetap (Sumanto, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Ciri-ciri pada masa dewasa awal menurut Mappiare (1983), yaitu:
a. Usia reproduktif (Reproductive age)
Fase ini ditandai dengan memasuki tahap membangun rumah tangga
bersama pasangan dan memulai peran sebagai orangtua dalam mengasuh
anak-anak. Namun, beberapa orang dewasa awal yang menunda untuk
membangun rumah tangga sebelum menyelesaikan kepentingan dalam hal
pendidikan ataupun mencapai jenjang karir tertentu.
b. Usia memantapkan letak kedudukan (settling-down age)
Fase ini ditandai dengan individu menjalankan perannya sebagai
orangtua dan memiliki kemantapan karir. Individu akan mengembangkan
pola dalam kehidupannya secara individual dan menjadi jati dirinya
selama rentang kehidupannya.
c. Usia banyak masalah (Problem age)
Fase ini ditandai dengan timbulnya masalah baru dengan tingkat yang
lebih kompleks daripada masa perkembangan sebelumnya. Masalah-
masalah akan timbul dari berbagai sisi yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Individu yang tidak dapat menyelesaikan
masalahnya akan mengalami kesulitan dalam melewati tugas
perkembangannya.
d. Usia tegang dalam hal emosi (Emotional tension)
Fase ini ditandai dengan timbulnya masalah dalam hal karir,
perkawinan, dan ekonomi. Permasalahan ini muncul karena adanya
ketidaksinambungan antara harapan dan kemampuan yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
individu. Biasanya ketegangan secara emosional akan muncul dalam
bentuk ketakutan atau kekhawatiran. Ketegangan emosi dapat berkurang
apabila ada penyesuaian terhadap masalah yang muncul.
Usia dewasa awal merupakan suatu masa di mana individu melakukan
penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru. Individu pada usia ini
ditandai sebagai individu yang telah memasuki usia reproduktif, dan
memantapkan letak kedudukannya. Selain itu, individu pada usia ini juga di
hadapi pada ketegangan dalam emosi dan timbulnya berbagai masalah.
Ciri-ciri kematangan pada dewasa awal menurut Anderson (dalam
Mappiare, 1983), yaitu:
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; individu yang telah
matang akan lebih mengarah pada tugas-tugas yang sedang dikerjakan
daripada mementingkan kepentingan dan perasaan diri sendiri.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan yang efisien;
individu yang matang mengetahui mana hal yang pantas dan tidak
pantas serta memiliki tujuan yang telah direncanakan secara saksama.
c. Mengendalikan perasaan pribadi; individu yang telah matang tidak
hanya memikirkan perasaan diri sendiri tetapi juga memikirkan
perasaan-perasaan orang lain.
d. Keobjektifan; individu yang telah matang dapat memutuskan
pertimbangan sesuai dengan kenyataan yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
e. Menerima kritik dan saran; individu yang telah matang dapat secara
terbuka dalam menerima kritik dan saran dari orang lain.
f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; individu yang telah
matang secara realistis dapat terbuka untuk menerima bantuan dari
orang lain dengan tetap menanggung tanggungjawab secara pribadi.
g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; individu yang
telah matang memiliki ciri-ciri yang fleksibel dan dapat menempatkan
dirinya pada waktu dan tempat yang baru.
Kematangan emosi merupakan hal yang cukup penting. Individu pada
masa ini, tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri, tetapi juga orang
lain. Dari ketujuh ciri2 tersebut ada 4 ciri-ciri yang tampaknya penting yaitu
orang tersebut memiliki tujuan yang jelas, dapat mengendalikan perasaan dan
terbuka atas kritik dan saran serta bertanggungjawab.
Tidak semua individu dapat berkembang sesuai tugas-tugasnya pada masa
ini untuk mencapai kedewasaan atau kematangan. Ada cukup banyak yang
kurang mampu untuk mengatasi masalah dengan baik. Adapun hambatan
yang di alami individu akan dijelaskan di bawah ini :
Hambatan dalam melewati tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal
(Mappiare, 1983), yaitu :
a. Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities in training).
Hal ini berhubungan dengan proses belajar dan pengalaman masa lalu
individu tersebut. Misalnya, ketika individu mengalami masa yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menyenangkan dengan lawan jenis ketika di masa remaja lalu memiliki
pandangan tersendiri untuk menjauhi lawan jenis maka ketika dewasa ia
akan mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan lawan jenis sehingga
hal ini menyulitkannya untuk memilih calon suami atau istri.
b. Perlindungan yang berlebihan (overprotectiveness).
Hal ini berhubungan dengan pola asuh dari orangtua individu tersebut.
Pola asuh yang sangat melindungi anak dapat membuat anak kurang
mencoba hal baru dan melatih kemampuan dan keahliannya sehingga anak
tumbuh menjadi orang yang kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
orang lain atau lingkungan baru, kesulitan dalam menghadapi tuntutan
yang diberikan kepadanya dan menjadi orang dengan sikap yang selalu
bergantung kepada orang lain.
c. Perpanjangan pengaruh oleh peer-group (prolongation of peer-group
influences).
Hal ini berhubungan dengan teman-teman sebaya pada masa remaja
individu tersebut. Pembentukan kelompok-kelompok pada saat masa
remaja dapat mempengaruhi orang tersebut dalam urusan mencari
pasangan lawan jenis dan persiapan memasuki dunia kerja. Teman sebaya
yang tergabung dalam kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok
besar biasanya memiliki nilai-nilai yang dianut oleh anggota kelompok.
Sikap konformitas yang tinggi dapat mengarahkan orang tersebut terlalu
terikat dengan kelompok dan merasa telah nyaman berada dalam
kelompok sehingga tidak memikirkan mengenai pasangan ataupun bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
d. Aspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspirations).
Hal ini berhubungan dengan kesulitan individu dalam tahap
penyesuaian masa dewasa awal. Kesulitan ini dipengaruhi oleh konsep-
konsep yang tidak realistis di dalam pikiran individu. Misalnya, ketika
harapan tidak sesuai dengan kenyataan maka individu akan bingung
menentukan pilihan.
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambah pula masalah yang
muncul pada individu. Tidak dapat dipungkuri bahwa masalah tersebut dapat
menjadi hambatan bagi seseorang untuk berkembang. Hambatan tersebut
dapat berupa latihan yang tidak berkesinambungan dan perlindungan yang
berlebihan. Selain itu, hambatan yang juga dapat terjadi adalah pengaruh
teman sebaya dan ketidakrealistissan.
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai dinamika psikologis yang
dilihat melalui perspektif sosial.
2. Istri tentara dalam perkspektif Psikologi Sosial
Perspektif kali ini menjelaskan mengenai bagaimana relasi antara istri
tentara bersama orang lain, baik suami, keluarga, maupun organisasi
persatuan istri tentara. Bagian ini mencoba untuk membantu memahami
pikiran, perasaan, dan perilaku istri tentara yang dipengaruhi oleh orang-
orang disekitarnya.
Menurut Lee (dalam Lestari, 2012), keluarga inti adalah anggota keluarga
yang hanya diisi oleh tiga posisi sosial, yaitu: suami-ayah, istri-ibu, dan anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
saudara. Menurut Galvin, Braithwaite & Bylund (2015), Keluarga militer
merasakan perpisahan dan tingkat stres yang berbeda dan lebih mendalam
daripada keluarga pada umumnya. Istri yang juga termasuk dalam anggota
keluarga tetap dapat melakukan komunikasi dan pemeliharaan hubungan
dengan sang suami yang bertugas tetapi dengan media yang berbeda. Menurut
Carter, Loew, Allen, Stanley, Rhoades & Markman (dalam Galvin,
Braithwaite & Bylund, 2015), Komunikasi dapat tertunda lebih lama apabila
melalui surat, paket, dan surat elektronik atau dapat secara interaktif
menggunakan panggilan telepon, pesan singkat serta video telepon. Namun
hal ini dapat memunculkan rasa khawatir jika kontak tidak dapat terjadi setiap
hari (Hall dalam Galvin, Braithwaite & Bylund, 2015).
Menurut Galvin, Braithwaite & Bylund (2015), sebuah penelitian terhadap
istri militer saat sang suami bertugas di mana pasangan tersebut memiliki
sedikitnya satu anak mengatakan bahwa kadang kala istri militer
menggunakan protective buffering technique atau menutupi informasi yang
bersifat penuh tekanan dari sang suami. Hal ini kemungkinan dilakukan untuk
menghindari meningkatnya tekanan sang suami yang sedang bertugas. Istri
militer cenderung menutupi informasi ketika hal tersebut dapat menimbulkan
risiko terhadap keselamatan sang suami seperti masalah kesehatan yang
memburuk.
Menurut Galvin, Braithwaite & Bylund (2015), Pasangan yang menjalani
hubungan jarak jauh cenderung menghadapi tantangan khusus, seperti pada
halnya keluarga militer. Pasangan tersebut harus memiliki strategi tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
karena adanya halangan dalam berbagi tugas rumah tangga dan berbagi
jaringan sosial. Jika istri sepenuhnya bergantung pada media pesan singkat
untuk menjalin komunikasi maka pasangan cenderung menghindari topik
yang sulit walapun dapat mengakibatkan stagnansi hubungan. Pertengkaran
rumah tangga dapat terjadi ketika istri ditinggal oleh sang suami untuk
bekerja. Penugasan dalam waktu yang lama juda dapat menyebabkan
keharmonisan keluarga menjadi terganggu, memicu kecurigaan dan ketakutan
terlebih ketika keluarga tersebut telah dikaruniai anak (Litiloly &
Swastiningsih, 2014)
Menurut Yuwana dan Maramis (1990), pada dasarnya, seorang istri
menginginkan adanya dukungan, rasa aman dan penghargaan yang diberikan
oleh sang suami. Bila hal ini tidak dapat terpenuhi, maka sang istri dapat
merasa sedih, tidak berdaya, kesepian dan tidak mendapatkan dukungan dari
sang suami. Selain itu, Istri memiliki sikap yang lebih sensitif terhadap
masalah yang terjadi dalam rumah tangga (Amato, Booth & Johnson; Dion &
Dion dalam Matlin. 2012). Oleh karena itu, sang suami tidak diperbolehkan
mengesampingkan perasaan cemas, takut dan kesulitan yang dihadapi oleh
istri (Yuwana & Maramis, 1990).
Di sisi lain, pasangan suami istri yang dipisahkan karena bertugas dapat
belajar menerapkan strategi dalam merawat hubungan sehingga membantu
untuk mengatasi selama perpisahan dan ketidakpastian. Selain itu, istri militer
melaporkan bahwa tugas dapat menguatkan hubungan antar suami istri dan
lebih menghargai hubungan perkawinannya (Knobloch Theiss dalam Galvin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Braithwaite & Bylund, 2015). Hal senada juga disampaikan oleh Kail &
Cavanaugh (2010) di mana masalah serius yang terjadi dalam hubungan
cenderung kurang merugikan satu sama lain dan mungkin dapat membuatkan
ikatan kedua pasangan semakin kuat. Menurut Merolla (dalam Galvin,
Braithwaite & Bylund, 2015), penelitian terhadap istri militer yang ditinggal
bertugas menemukan bahwa terdapat tiga strategi dalam menjaga hubungan
yang digunakan oleh pasangan. Pertama, strategi menjaga hubungan
intrapersonal di mana dapat dilakukan dengan menulis buku harian,
membangun pikiran positif, dan berdoa. Kedua, strategi mediasi di mana
dapat dilakukan dengan mengirim surat elektronik, aplikasi webcam, paket,
dan tidak terlepas dari afeksi dan intimasi. Ketiga, strategi dukungan keluarga
dan sosial.
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai kepuasan perkawinan.
C. Kepuasan perkawinan
Pada bagian ini, peneliti akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan
variabel kepuasan perkawinan, mulai dari definisi, aspek-aspek yang membentuk
kepuasan perkawinan, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
perkawinan. lalu, bagian terakhir akan membahas mengenai proses yang terjadi
dalam kepuasan perkawinan serta dampak yang ditimbulkan.
1. Definisi Kepuasan Perkawinan
Menurut Matlin (2012), kepuasan perkawinan adalah sebuah kondisi
perkawinan yang stabil, bahagia, saling memahami, saling menghargai dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
terpenuhinya kebutuhan emosional antara suami istri. Menurut Terman
(dalam Hurlock, 1953), menjelaskan kepuasan perkawinan sebagai hasil dari
sebuah perkawinan tergantung dari hal-hal penting yang ada di dalam
perkawinan tersebut, yaitu sikap kepada pasangan, prioritas suami istri, pola
kebiasaan dan perasaan emosional serta penyesuain diri satu sama lain.
Lestari (2012), berpendapat bahwa kepuasan perkawinan merupakan suatu
evaluasi kognitif yang dimiliki oleh pasangan suami istri yang berisi perasaan
positif atas perkawinan dan memandang kepuasan lebih luas dari kenikmatan
dan kesenangan. Menurut Noller & Fitzpatrick (1993), kepuasan perkawinan
mengacu pada bagaimana cara suami dan istri dalam menggambarkan dan
mengevaluasi kualitas perkawinan mereka.
Ada pula definisi kepuasan perkawinan menurut Lemme (1995), yaitu
penilaian yang dilakukan oleh pasangan suami istri dan cenderung dapat
berubah-ubah sepanjang perjalanan hubungan perkawinan. Selain itu,
Menurut Fowers & Olson (1993), menyebutkan bahwa kepuasan perkawinan
sebagai hasil evaluasi terhadap area-area dalam perkawinan yang mencakup
beberapa hal seperti, kepribadian, kesetaraan peran, komunikasi, resolusi
konflik, pengelolaan keuangan, kegiatan mengisi waktu luang, hubungan
seksual, anak dan perkawinan, keluarga dan teman, orientasi keagaaman.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan perkawinan adalah sebuah hasil dari evaluasi secara menyeluruh
dan berkesinambungan yang dilakukan oleh pasangan suami istri guna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
melihat kualitas hubungan mereka sesuai dengan area-area di dalam
perkawinan.
2. Aspek-aspek kepuasan perkawinan
Menurut Olson & Olson (2000), terdapat beberapa aspek yang dapat
menjadi indikator kepuasan perkawinan. Aspek-aspek tersebut antara lain :
a. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu hal yang paling penting dalam perkawinan.
Komunikasi merupakan perasaan dan sikap yang muncul terhadap
pasangan untuk membantu menjaga keharmonisan suatu hubungan.
Komumikasi dapat dibangun dengan cara memulai percapakan satu sama
lain setiap harinya. Selain itu, pasangan yang memiliki komunikasi yang
baik memiliki sikap saling terbuka, sikap asertif, menjadi pendengar yang
aktif dan saling memberikan pujian. Komunikasi yang kurang baik akan
menimbulkan kesalahpahaman antar pasangan sehingga dapat
menimbulkan konflik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Olson &
Olson (2000), komunikasi dapat melihat tingkat kenyaman satu sama lain
dalam membagi perasaan dan kepercayaan, memahami kemampuan
pasangan dalam hal mendengarkan dan berbicara dengan pasangan, serta
memahami kemampuan dirinya sendiri dalam berkomunikasi dengan
pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b. Fleksibilitas pasangan
Fleksibilitas pasangan adalah perasaan dan sikap antar pasangan dalam
berbagi peran dalam perkawinan dan keluarga. Hal ini dapat ditingkatkan
dengan cara saling peduli satu sama lain. Dalam Olson & Olson (2000),
fleksibilitas pasangan menggambarkan kapasitas pasangan dalam
menghadapi perubahan dan mampu beradaptasi dengan hal tersebut.
Fleksibilitas dapat berfokus pada isu kepemipinan dalam rumah tangga,
kemampuan dalam menukar tanggung jawab pasangan dan mengatur
peraturan yang ada. Selain itu, pasangan yang membagi tugas secara sama
rata dalam hal urusan rumah tangga, mengurus anak dan tanggung jawab
bersama dalam mengambil keputusan dapat disebut sebagai pasangan
egalitarian. Adanya hubungan egalitarian membuat pasangan merasa lebih
bahagia karena mereka membagi tugas secara sama rata dan sebaliknya.
Pasangan juga dapat membagi tugas sesuai dengan keahliaan dan
ketertarikan dalam tugas rumah.
c. Kepribadian
Kepribadian merupakan sifat atau perilaku masing-masing individu. Di
dalam suatu hubungan, pasangan yang baik tidak ditentukan oleh
kesamaan hobi, pekerjaan ataupun karakter untuk dapat bersatu dalam
perkawinan. Perbedaan ini dapat di atasi dengan adanya penerimaan diri
dan rasa pengertian dari setiap invidu kepada pasangannya. Menurut Olson
& Olson (2000), ketidakcocokan kepribadian pada pasangan dapat lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dari sifat amarah, emosi yang berubah-ubah, kecemburuan, dan perilaku
posesif. Selain itu, pasangan yang memiliki kepribadian yang cenderung
buruk dapat dilihat dari perilaku memperlihatkan keintiman pada khalayak
umum dan pengunaan zat-zat berbahaya. Sedangkan, pasangan yang
memiliki kepribadian yang baik dilihat memiliki sikap yang tidak terlalu
mengatur.
d. Resolusi konflik
Resolusi konflik didefinisikan sebagai suatu sikap, perasaan dan pikiran
seseorang terhadap keberadaan suatu masalah dalam hubungannya.
Resolusi konflik digambarkan sebagai pemecahan masalah untuk mencari
jalan keluar yang baik bagi satu sama lain. Resolusi konflik merupakan
strategi dan proses yang digunakan untuk mengakhiri perdebatan sehingga
menghasilkan tingkat kepuasan terhadap perilaku pasangan saat
menyelesaikan masalah. Resolusi konflik yang baik dapat dilihat dari cara
pasangan dalam saling terbuka dalam menyelesaikan masalah. Pasangan
yang memiliki resolusi konflik yang cenderung buruk memiliki cara
resolusi yang kurang efektif seperti menyalahkan pasangan dan membawa
kembali masalah di masa lalu.
e. Relasi seksual
Relasi seksual adalah perasaan puas karena telah terpenuhinya
keintiman afeksi yang diperoleh dari pasangan dalam melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
hubungan seksual. Pasangan yang cenderung kurang memiliki
kepercayaan dengan pasangannya, selalu berpikiran mengenai masalah
keuangan dan selalu mengalami konflik destruktif di mana dapat
mempengaruhi kepuasan hubungan seksual satu sama lain. Lalu, pasangan
yang memiliki relasi seksual yang rendah cenderung kurang memberikan
afeksi dan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran dan
perasaannya mengenai hubungan seksual. Di sisi lain, pasangan yang
mempunyai ikatan emosi yang baik cenderung memiliki hubungan fisik
yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari terciptanya hubungan seksual
yang berasal dari keintiman secara emosional berdasarkan komunikasi
yang terbuka dan kejujuran. Oleh karena itu, kepuasan relasi seksual dapat
ditingkatkan dengan menjaga afeksi dan komunikasi terhadap kebutuhan
dan ketertarikan masing-masing individu.
f. Pengaturan ekonomi
Pengaturan ekonomi merupakan sikap pasangan dalam memperhatikan
masalah keuangan. Sikap yang baik dalam mengatur keuangan dapat
mengolah pendapatan untuk kebutuhan menabung dan berbelanja.
Pengaturan ekonomi yang tinggi dapat mengukur batas-batas pengeluaran,
bersama-sama dalam membuat keputusan pengeluaran, dan membuat
anggaran belanja bersama. Sebaliknya, sikap yang buruk dapat
menyebabkan Perbedaan yang semakin besar antara berbelanja dan
menabung di mana hal ini akan membuat semakin besar pula kemungkinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
untuk munculnya konflik antar pasangan akibat masalah keuangan. Selain
itu, pasangan akan cenderung tidak dapat mengontrol pemakaian kartu
kredit yang mengarah pada utang yang lebih besar. Keseimbangan dalam
pemasukan dan pengeluaran adalah tanggung jawab bersama sehingga
pengelolaan keuangan tetap berjalan secara stabil.
g. Pemanfaatan waktu luang
Pemanfaatan waktu luang dapat diartikan sebagai sarana individu dalam
melewatkan waktu senggang. Waktu luang merupakan sarana yang tepat
untuk melepaskan rasa penat sehingga dapat kembali menjalani rutinitas
dengan energi yang pulih. Pemanfaatan waktu luang dapat dilakukan
sendiri, bersama dengan keluarga ataupun sahabat.
h. Keluarga dan teman
Hal ini didefinisikan sebagai perasaan dan sikap seseorang terhadap
keluarga, sanak saudara ipar, dan teman-teman. Sikap yang baik akan
memiliki waktu untuk dilewatkan bersama keluarga ataupun teman dan
sebaliknya. Di samping itu, Sosok teman menjadi orang yang dapat
memberikan bantuan atau pendapat saat tertimpa persoalan.
i. Spiritualitas
Spiritualitas merujuk pada kualitas kebatinan individu dengan Tuhan
dan makhluk lain. Pasangan yang memiliki spriritualitas yang tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
cenderung membagikan nilai-nilai religiusitas kepada pasangan untuk
meningkatkan hubungan mereka. Pasangan tersebut juga cenderung
merasa lebih dekat satu sama lain ketika mereka membagikan keyakinan
spiritualitas mereka. Keyakinan yang dimiliki oleh pasangan juga dapat
menjadi patokan bagi pasangan ketika mengalami kesulitan. Menurut
penelitian Mahoney, Pargament, Swank, Scott, Emery, & Rye (dalam
Olson & Olson, 2000), pasangan yang memasukkan keagaman dalam
perkawinan mereka cenderung lebih baik dalam penyesuaian perkawinan,
lebih merasakan keuntungan dari perkawinan dan sedikit mengalami
konflik. Di sisi lain, tingkat spiritualitas pasangan dapat menjadi sumber
masalah dalam praktik keagamaan apabila pasangan memiliki agama yang
berbeda.
j. Pola pengasuhan
Pola pengasuhan adalah tanggung jawab orangtua dalam perkembangan
anak-anak mulai dari harga diri, rasa tanggung jawab, nilai moral,
kesehatan fisik, kesehatan emosional dan kebutuhan anak dalam
mengembangkan sikap sosial dan emosi. Pola pengasuhan seperti
pengasuhan demokrasi, pengasuhan otoriter, pengasuhan permisif,
pengasuhan yang mengabaikan dan pengasuhan yang sama sekali tidak
terlibat akan menghasilkan perilaku anak-anak yang baik ataupun buruk.
Pola pengasuhan yang baik dapat timbul dengan cara memprioritaskan
kerjasama antar pasangan sebagai suatu tim yang solid. Selain itu, pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pengasuhan juga dapat dibangun dengan cara saling mendukung dan
memiliki aturan disiplin yang sama.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa aspek kepuasan perkawinan
di antaramya, komunikasi, fleksibilitas pasangan, kepribadian, resolusi
konflik, relasi seksual, pengaturan ekonomi, pemanfaatan waktu luang,
keluarga dan teman, spiritualitas dan pola pengasuhan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan
Dalam sebuah perkawinan memiliki dinamika yang terus berubah dan
berkembang sepanjang waktu. Setiap perkawinan memiliki faktor yang
mempengaruhi kepuasan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
atau mendukung tercapainya kepuasan perkawinan tersebut. Menurut Hurlock
(1953); Hurlock (1980), mengatakan bahwa kepuasan perkawinan di
pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Usia suami maupun istri, Pasangan dapat merasa bahagia ketika mereka
memiliki pasangan lebih tua atau bahkan usia yang setara. Usia
berhubungan denggan perkembangan psikologis, pertumbuhan ekonomi
dan sosial seseorang (Walgito, 2002). Usia tahap dewasa awal merupakan
orang yang sudah mulai matang dalam berpikir dan bertingkah laku
(Walgito, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Lamanya masa pengenalan, penyesuaian yang baik akan terjadi ketika
pasangan sama-sama telah mengenal dalam waktu yang cukup lama
(Locke & Karlsson dalam Hurlock, 1953).
c. Pendidikan, pasangan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan
memiliki tingkat kepuasan perkawinan dan penyesuaian seksual yang lebih
baik (Terman & Olden dalam Hurlock, 1953)
d. Latar belakang budaya, latar belakang seperti pendidikan, keagamaan dan
keluarga yang cukup berbeda dapat menjadi alasan ketidakpuasan dalam
perkawinan apabila pasangan tidak ingin mempelajari hal tersebut.
e. Status ekonomi, penghasilan yang stabil dapat mempengaruhi kepuasan
perkawinan. Semakin rendah penghasilan maka makin besar kemungkinan
pasangan mengalami ketidakpuasan. Penghasilan yang mencukupi dalam
berperan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
f. Jumlah anak, ada tidaknya anak atau banyak sedikitnya anak cukup
mempengaruhi kepuasan perkawinan pada pasangan suami istri. Selain itu,
cara merawat anak juga dapat menjadi alasan perselisihan pada suami istri.
g. Minat sosial, pasangan suami istri yang memiliki aktivitas sosial dan
sering bersosialisasi memiliki kepuasan perkawinan yang baik daripada
pasangan yang kurang memilikinya.
h. Kepribadian, pasangan suami istri lebih merasakan kepuasan ketika
mereka memiliki kesamaan dalam hal pandangan atau sikap untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman atau terlalu sering berargumen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
i. Pengalaman masa kecil, pengalaman dapat meninggalkan kesan yang tidak
dapat dihilangkan dari pikiran dan dapat berefek pada sikapnya di masa
depan.
j. Sikap terhadap seks, pasangan yang dapat berbicara terbuka atau tidak
kaku dilihat lebih menarik daripada pasangan yang canggung.
Menurut Matlin (2012), kepuasan perkawinan yang ditunjukkan dengan
adanya kondisi perkawinan yang bahagaia, awet dan stabil memiliki beberapa
karakteristik yang dapat dilihat, yaitu :
a. Kestabilan emosi.
b. Komunikasi yang baik dan saling memahami.
c. Memberikan saran yang membangun dan menunjukkan kasih sayang.
d. Resolusi konflik.
e. Kepercaayaan kepada pasangan.
f. Saling mendukung.
g. Memperhatikan kesejateraan pasangan.
k. Fleksibilitas pasangan.
l. Bekerja sama dalam mengasuh anak dan tugas rumah tangga.
h. Bekerja sama dalam membuat keputusan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kepuasan perkawinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di bawah ini, akan dijelaskan mengenai
bagaimana proses perkawinan seseorang dan seperti apa dampak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
ditimbulkan baik dari kepuasan perkawinan yang tinggi dan juga rendah. Di
samping itu, Penelitian ini akan lebih banyak membahas mengenai faktor usia
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan.
4. Proses dan dampak Kepuasan Perkawinan
Seperti hubungan pada umumnya, perkawinan juga dapat mencapai titik
tertinggi dan titik terendah. Perkawinan mempunyai polanya tersendiri bagi
pasangan suami-istri. Pada penelitian yang pernah dilakukan, kebanyakan
pasangan merasakan kepuasan perkawinan tertinggi pada awal perkawinan,
lalu menurun pada saat pasangan memiliki anak dan meningkat ketika anak
mulai meninggalkan rumah. Kemudian naik lebih tinggi lagi pada tahapan
umur selanjutnya (Kail & Cavanaugh, 2010). Pola perkawinan yang terjalin
selama bertahun-tahun dapat ditentukan oleh sifat ketergantungan pasangan
kepada satu sama lain. Perkawinan dapat terjalin dengan kuat dan dekat antar
pasangan jika satu sama lain memiliki sifat ketergantungan yang seimbang
dan setara. Hal ini dapat menimbulkan stress dan konflik apabila salah satu
pasangan memiliki sifat ketergantungan yang lebih tinggi (Kail &
Cavanaugh, 2010).
Awal perkawinan merupakan jalinan hubungan yang paling bergairah.
Pasangan yang baru saja sah menjadi suami istri cenderung membagikan
kegiatan-kegiatan mereka dan mencoba pengalaman-pengalaman yang baru
secara bersama-sama (Olson & mccubin dalam Kail & Cavanaugh, 2010).
Masa awal perkawinan tersebut dianggap sebagai fase yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
membahagiakan bagi para pasangan yang baru saja menikah (Karney &
Bradbury dalam Matlin, 2012). Pada awal perkawinan juga ditandai dengan
adanya cinta yang mendalam untuk pasangan mereka sesuai dengan kualitas
yang miliki dari pasangan tersebut. Misalnya, pasangan wanita cenderung
melihat pasangan pria dalam hal perilaku yang mendukung, perasaan yang
terkendali dan kurangnya risiko perceraian (Neff & Karney dalam Kail &
Cavanaugh, 2010).
Menurut Hurlock (1980), wanita dengan kepuasan perkawinan yang tinggi
dapat mengarahkan kepada perasaan yang optimis dan memandang hari-hari
ke depan dengan lebih realistis. Selain itu, ia akan memandang dirinya
dengan citra yang positif dan memiliki penyesuaian diri yang baik sehingga
merasa lebih puas dan lebih bahagia. Kepuasan perkawinan yang tinggi pada
wanita juga berhubungan dengan kerjasama suami yang ikut membantu
tugas-tugas rumah tangga (Matlin, 2012). Di samping itu, pasangan yang
memiliki komitmen yang nyata dan berkelanjutan akan menjalani hubungan
yang berkualitas dan tetap awet (Berk, 2012).
kepuasan perkawinan yang tinggi juga dapat dikaitkan dengan
meningkatnya kesejahteraan wanita muda. Dalam hubungan ini,
kesejahteraan dapat diartikan sebagai kesejahteraan secara umum maupun
seperti kesejahteraan finansial, kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan
psikologis (Thoresen, Goldsmith, & Thoresen, 1987; Wadsworth, 2015;
Suhail & Chaudhry, 2004; Gove, Hughes, & Style, 1983). Hasil penelitian
menjelaskan bahwa kesejahteraan bisa timbul karena ada unsur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
mempengaruhi, seperti gender, pemasukan rumah tangga, status pekerjaan,
usia, ras, status perkawinan dan jumlah anak. Hal ini bisa terjadi karena
perkawinan menawarkan sesuatu yang berbeda bagi setiap orang seperti,
hubungan sosial, emosional, ekonomi, fisik, dan hubungan seksual yang
mengarah pada kebahagiaan dan kepuasan hidup (Wadsworth, 2015). Pada
dasarnya, kesejahteraan orang yang telah menikah cenderung meningkat lebih
tinggi dan memberikan efek positif daripada orang yang tidak menikah atau
hidup sendiri. Hal ini lantaran ia membutuhkan orang lain untuk menemani
dan memberikan dukungan sosial (Gove et al., 1983).
Bagaimanapun juga, kepuasan adalah suatu yang kompleks di mana dapat
berubah sepanjang waktu. Kepuasan perkawinan pada pasangan usia lanjut
dapat saja meningkat ketika pasangan memasuki masa pensiun tetapi bisa saja
kembali menurun karena datangnya masalah kesehatan dan faktor usia senja
(Miller, Hemesath, & Nelson dalam Kail & Cavanaugh, 2010).
D. Kepuasan perkawinan pada istri tentara
Masa dewasa awal adalah waktu di mana wanita muda mulai menjajaki
hubungan yang serius dengan lawan jenis. Hal ini sesuai dengan tugas
perkembangannya di mana pada masa dewasa awal wanita muda digambarkan
mulai memikirkan mengenai hidup bersama suami dan membangun keluarga
(Havighurst dalam Mappiare, 1983). Hal ini juga dijelaskan dalam ciri-ciri masa
dewasa awal di mana pada masa ini wanita muda mulai memasuki fase usia
reproduktif (Mappiare, 1983). Hal ini didukung dengan wanita muda mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
membangun hubungan dekat seperti halnya hubungan asmara dengan orang lain
(Berk, 2012). Hubungan asmara tampak sebagai babak untuk memilih pasangan
sesuai dengan budaya dan pengalaman cinta yang dianut.
Hubungan asmara ini tentu berbeda dengan hubungan asmara pada masa
remaja dan dewasa madya. Hubungan asmara pada remaja dianggap masuk dalam
minat dan perilaku seks yang dorong dari tekanan-tekanan sosial dan simbol
status seperti teman sebaya dan rasa keingintahuan belaka (Hurlock, 1980).
Sedangkan pada dewasa madya, hubungan asmara lebih dilihat dari fase
melepaskan anak-anak yang mulai meninggalkan rumah atau sarang kosong dan
menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai kakek-nenek. Oleh karena itu,
tingkat keberhasilan pada masa dewasa awal dapat mementukan kepuasan
hubungannya kelak (Hurlock, 1980).
Kepuasan perkawinan menjadi tolak ukur atas keberhasilan perkawinan.
Salah satu penelitian yang dikaitkan dengan kepuasan perkawinan adalah
penyesuaian perkawinan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati &
Mastuti (2013), di mana bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat kepuasan
perkawinan yang ditinjau dari tingkat penyesuaian perkawinan yang dilakukan
pada istri Brigif 1 Marinir TNI-AL. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
istri yang memiliki tingkat penyesuaian perkawinan yang tinggi akan memiliki
tingkat kepuasan perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan tingkat
penyesuaian yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena adanya komunikasi yang
baik, dukungan dari pasangan, kerja sama dalam mengambil keputusan, durasi
perpisahan, dan kebersamaan. Selain itu, hal ini juga didukung oleh beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
faktor yang mempengaruhi, seperti penyesuaian diri, kebutuhan seksual,
kehadiran anak, usia perkawinan, lama pacaran dan keadaan sosial ekonomi
(Papalia dalam Rachmawati & Mastuti, 2013).
Penelitian yang lain mengaitkan kepuasan perkawinan dengan konseling
pranikah (Schumm, Resnick, Silliman, 1998). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa istri gabungan anggota militer angkatan darat, udara dan laut Amerika
yang mengikuti konseling pranikah memiliki kepuasan perkawinan yang lebih
tinggi dibandingkan istri yang tidak mengikuti konseling pranikah. Konseling
pranikah dianggap mampu menyokong semangat dan kesiapan para istri sebagai
bagian dari institusi dengan tugas yang berat tidak hanya bagi anggota militer
tetapi juga bagi keluarga. Konseling pranikah juga berguna untuk membangun
dukungan keluarga agar memiliki sikap optimis. Hal yang sama juga diungkap
oleh Stanley, Amato, Johnson & Markman (dalam Papalia & Feldman, 2014),
bahwa pasangan yang aktif mengikuti konseling pranikah cenderung merasa lebih
puas dan memiliki komitmen yang kuat dibandingkan dengan pasangan yang
tidak mengikuti konseling pranikah di mana mereka cenderung berakhir dengan
perceraian.
Selanjutnya, menurut Olson, DeFrain, & Skogrand (2011), keluarga anggota
militer yang bertugas akan merasakan perpisahan lalu dilain waktu akan kembali
bersatu. Namun, hal ini menjadi sesuatu yang tidak pasti karena baik pasangan
dan keluarga tidak memiliki kontrol atas kapan dan di mana pasangan akan
ditugaskan. Hal ini cenderung dapat membuat pasangan yang dalam hal ini adalah
istri mengalami ketakutan akan kehilangan, menghadapi tantangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mempertahankan rumah tangga, menjadi satu-satunya orangtua yang tersedia bagi
anak-anak, dan bersitegang selama perpisahan (Mansfield, Kaufman, Marshall,
Gaynes, Morrissey& Engle dalam Olson et al., 2011). Selain itu, istri tentara juga
dapat mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan dan
gangguan tidur (Mansfield et al., 2010 dalam Olson et al., 2011). Hal ini
kemungkinan bisa dikurangi dengan melakukan pengungkapan stres di mana
pengungkapan ini akan terkait dengan kepuasan perkawinan yang lebih tinggi
(Joseph & Afifi dalam Galvin, Braithwaite & Bylund, 2015).
Penelitian yang mendukung bahwa istri yang ditinggal bertugas cenderung
mengalami masalah kesehatan mental adalah penelitian dari Glisson, Melton, &
Roggow (1981). Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri angkatan laut Hawaii
yang ditinggal bertugas mengalami masalah harga diri, depresi dan ketidakpuasan
perkawinan. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya perselisihan yang seringkali
terjadi, kesalahanpahaman, dan kemarahan ketika akan ditinggal kembali.
Sementara itu, para istri juga harus menghadapi kenyataan apabila sang suami
mulai stress akan waktu keberangkatan tugas. Para istri memikul tanggungjawab
lebih untuk menjaga kestabilan emosi keluarga, mengisi waktu sebelum
keberangkatan dengan kegiatan yang bermanfaat agar dapat mengalihkan
perhatian dari perpisahan untuk sementara waktu.
Menurut Skolnik (dalam Lemme, 1995), sesungguhnya kepuasan perkawinan
dapat terwujud dengan adanya perilaku yang penuh kasih sayang, pribadi yang
menyenangkan, dan kebersamaan. Selain itu, menjalankan peran orangtua yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
baik, adanya penerimaan konflik, serta homogami antar pasangan dapat ikut serta
meningkatkan kepuasan perkawinan.
Setelah membahas mengenai kepuasan perkawinan, selanjutnya peneliti akan
membahas mengenai kepercayaan terhadap pasangan. Dalam konteks ini,
kepercayaan terhadap pasangan bisa saja mempengaruhi kepuasan perkawinan
yang telah dibahas sebelumnya. Hal tersebut mungkin terjadi karena kepercayaan
termasuk dalam unsur psikologis dalam perkawinan. Oleh karena itu, segi
psikologis kemungkinan dapat berkaitan erat dengan kepercayaan yang dilakukan
oleh seseorang.
E. Kepercayaan Terhadap Pasangan
Setelah membahas mengenai kepuasan perkawinan, pada bagian ini akan
dilanjutkan dengan membahas mengenai kepercayaan terhadap pasangan.
Penjelasan mengenai variabel ini akan dimulai dengan definisi, dilanjutkan
dengan aspek-aspek yang membentuk variabel, dan terakhir adalah proses dan
dampak.
1. Definisi Kepercayaan Terhadap Pasangan
Kepercayaan didefinisikan sebagai hubungan timbal balik antara pemberi
kepercayaan dan penerima kepercayaan yang dibentuk melalui interaksi satu
sama lain (Chang, Yang, Yeh, & Hsu, 2016). Di dalam sebuah hubungan,
kepercayaan mampu meningkatkan rasa aman dan membuat pasangan leluasa
dalam berbagi perasaaan dan harapan (Stinnett & Walters dalam Larzelere &
Huston, 1980). Di samping itu, Menurut Scanzoni (dalam Rempel, Holmes,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
& Zanna, 1985), kepercayaan adalah kesediaan seseorang dalam mengatur
kembali dan menyerahkan aktivitasnya kepada orang lain karena yakin bahwa
orang tersebut akan memberikan kepuasan yang diharapkan. Menurut
Larzelere & Huston (1980), kepercayaan dapat diraih apabila seseorang telah
percaya kepada orang lain bahwa orang tersebut memiliki kebaikan hati dan
kejujuran. Menurut Rotter (dalam Rempel et al., 1985), kepercayaan dianggap
sebagai harapan umum seseorang bahwa ia dapat mengandalkan kata-kata,
janji dan pernyataan baik tertulis maupun lisan dari orang lain ataupun
pasangannya.
Kepercayaan terhadap pasangan pada awalnya diteliti oleh beberapa tokoh
yang bernama Rempel, Holmes, dan Zanna pada tahun 1985. Berdasarkan
penelitian tersebut, kepercayaan terhadap pasangan diartikan sebagai suatu
kekuatan dalam sebuah hubungan, di mana di dalamnya terdapat perasaan
yakin dan aman yang berasal dari respon kepedulian pasangan (Rempel et al.,
1985).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan adalah suatu harapan atau keyakinan seseorang kepada
pasangannya atas perkataan maupun janji pasangan yang akan membantu
tercapainya kepuasan dan rasa aman dalam sebuah hubungan. Kepercayaan
juga merupakan keyakinan bahwa pasangannya akan berperilaku sesuai
harapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2. Aspek Kepercayaan Terhadap Pasangan
Menurut Rempel et al. (1985), ada tiga aspek utama mengenai
kepercayaan terhadap pasangan. Aspek kepercayaan terhadap pasangan
tersebut, yaitu :
a. Predictability (Keadaan yang dapat diperkirakan)
Hal ini merupakan kemampuan seseorang dalam memperkirakan atau
meramalkan perilaku pasangannya di masa yang akan datang. Seseorang
dapat mengetahui perilaku pasangannya berdasarkan interaksi bersama
dengan pasangan, pengalaman di masa lalu dan proses belajar selama
menjalin hubungan. Selanjutnya, pasangan yang telah menemukan urutan
perilaku tertentu yang konsisten dapat membentuk stabilitas dan kontrol
atas pola perilaku yang ditunjukkan pasangan. Seseorang yang dapat
meramalkan perilaku pasangan dengan baik dapat saling memahami dan
saling mengerti perilaku masing-masing sehingga dapat menghadapi
situasi yang akan datang.
b. Dependability (Keadaan yang dapat diandalkan)
Hal ini mengacu kepada kepercayaan seseorang dapat ditempatkan pada
diri pasangannya. Artinya, pasangan memiliki hasil evaluasi karakteriktik
yang berkualitas dengan sikap yang responsif. Dengan kata lain, seseorang
yang yakin bahwa pasangannya dapat diandalkan jika pasangan
memberikan respon secara tanggap dan dapat memenuhi kebutuhannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Untuk itu, hal ini juga mencakup harapan seseorang bahwa pasangannya
dapat memberikan perlindungan, perhatian dan rasa peduli.
c. Faith (Keyakinan)
Hal ini dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa
pasangannya dapat menjaga komitmen dan berani mengambil risiko dalam
membuat keputusan di masa depan. Bentuk keyakinan ini tidak dilihat dari
pengalaman masa lalu tetapi lebih cenderung membutuhkan pembuktian
komitmen yang nyata. Di samping itu, situasi-situasi atau tekanan yang
baru dianggap sesuatu yang tidak dapat diantisipasi sehingga
membutuhkan kekuatan keyakinan. Pasangan yang memiliki keyakinan
yang tinggi cenderung menyingkirkan perasaan-perasaan negatif dan
keraguan yang dirasakan serta yakin bahwa pasangannya akan tetap cepat
tanggap dan peduli meskipun adanya perubahan yang tidak pasti di masa
depan.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa aspek kepercayaan terhadap
pasangan di antaramya, keadaan yang dapat diperkirakan, keadaan yang dapat
diandalkan dan keyakinan.
3. Proses dan Dampak Kepercayaan Terhadap Pasangan
Kepercayaan dapat berkembang dengan baik apabila pasangan dapat
menanggulangi tingkat kekhawatirannya saat sedang menjalin hubungan.
Pada dasarnya, pasangan dapat dengan kuat menerka perilaku pasangan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pengalaman sebelumnya. Menurut Rempel et al. (dalam Holmes & Rempel,
1989), mengungkapkan bahwa perkembangan kepercayaan dapat dilihat dari
perilaku pasangan yang dapat diramalkan (Predictability). Sehubungan
dengan itu, pasangan dapat membangun kepercayaan dari interaksi-interaksi
yang sebelumnya telah dilalui. Untuk itu, pasangan yang stabil dan memiliki
pikiran yang positif kepada pasangannya dapat saling berbagi ketertarikan,
nilai-nilai, dan membangun komitmen yang kuat (Kelly & Thibaut dalam
Holmes & Rempel, 1989). Akan tetapi, pasangan yang memiliki perilaku
yang berubah-ubah dan tidak menentu dapat mengganggu harapan dari
pasangannnya. Selain itu. Pasangan juga akan merasa cemas dan
memunculkan atribusi yang tidak jelas.
Pasangan dapat disebut sebagai seseorang yang bisa dipercaya apabila ia
melakukan sesuatu bukan karena dia sekedar dapat melakukannya melainkan
ia menunjukkan bahwa ia benar-benar peduli. Selanjutnya, pasangan dapat
dilihat lebih bisa dipercaya (Dependability) apabila ia menunjukkan bahwa ia
bisa diandalkan, jujur, kooperatif, baik, dan suka menolong (Johnson-George
& Swap, 1982; Larzelere & Huston, 1980; Rempel et al., 1985 dalam Holmes
& Rempel, 1989).
Dalam perkawinan, hubungan romantis digambarkan sebagai hubungan
yang minim pengalaman dan terasa sangat berarti. Hubungan yang sedang
hangat tersebut dianggap dapat memenuhi harapan dan bayang-bayang dari
keinginan pasangan (Holmes & Rempel, 1989). Pada tahap ini, kepercayaan
masih didasari oleh perasaan yang sedang menggebu-gebu, didukung dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
perasaan yang timbal-balik sehingga menciptakan optimisme untuk
memungkiri bahwa pasangan cenderung kekurangan bukti kepastian yang
cukup (Holmes & Rempel, 1989). Menurut Larzelere & Huston (dalam
(Holmes & Rempel, 1989), pada masa ini, kepercayaan cenderung tinggi dan
sangat kuat berhubungan dengan cinta antar pasangan yang sedang menjalin
hubungan dekat. Hal senada juga diungkap oleh Larzelere & Huston (dalam
Holmes & Rempel, 1989), masa awal perkawinan cenderung memiliki
kepercayaan yang tinggi dan berhubungan dengan cinta sehingga mampu
memulihkan tingkat komitmen dalam hubungan.
Menurut Holmes & Rempel (1989), Pasangan yang semakin dalam terikat
pada suatu hubungan akan semakin menyadari dan meningkatkan
kewaspadaan mereka terhadap kemungkinan sakit hati yang bisa saja terjadi.
Pasangan akan mulai meningkatkan harapan dan kepercayaan mereka di masa
depan. Hal ini dapat meningkatkan ketergantungan kepada pasangan. Namun,
ketergantungan yang meningkat tersebut juga cenderung menimbulkan
kecemasan. Akan tetapi, ketidakpastian yang muncul dapat dikurangi dengan
cara lebih peka terhadap perilaku kepedulian pasangan. Kepercayaan dapat
memungkinkan pasangan untuk mengurangi masalah psikologis dan kembali
menguatkan emosi cinta yang dirasakan.
Tambahan, seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
terhadap pasangan cenderung mempunyai harapan, sikap optimisme dan
pemikiran yang positif (Holmes & Rempel, 1989). Selain itu, orang tersebut
juga mampu menyelesaikan masalah dalam hubungannya di mana ia akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
secara tanggap bertanggungjawab memenuhi kebutuhan dan perasaan
pasangannya (Holmes & Rempel, 1989). Selanjutnya, ia juga tidak
menghindari elemen-elemen negatif dalam hubungannya tetapi cenderung
memilih untuk berkomunikasi dengan pasangan (Holmes & Rempel, 1989).
Di sisi lain, seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan yang rendah
terhadap pasangan cenderung memiliki perasaan takut dan berjaga-jaga
apabila pasangan akan kembali membuat ia kecewa (Holmes & Rempel,
1989). Sesudah itu, seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan yang
rendah juga cenderung menghindari masalah yang sedang terjadi dan malah
menyiapkan penjelasan dari masalah di masa lalu. Hal ini akan cenderung
memunculkan kurangnya komitmen untuk menyelesaikan masalah sehingga
pasangan dapat kehilangan kesempatan untuk memulihkan kembali
kepercayaan dengan cara menunjukkan perhatiaan dan kepedulian. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Holmes (dalam Holmes &
Rempel, 1989), bahwa permasalahan di dalam perkawinan timbul
dikarenakan sikap mengabaikan atau tidak peduli dari pasangan dan usaha
untuk mengontrol pasangan.
F. Kepercayaan Terhadap Pasangan pada Istri Tentara
Masa dewasa awal tidak hanya dianggap sebagai masa usia reproduktif, tetapi
masa dewasa awal juga dianggap sebagai masa komitmen (Hurlock, 1980).
Komitmen hanya dapat dilakukan oleh seorang wanita yang telah matang secara
emosi sehingga ia mampu menyelesaikan masalah dengan sikap yang baik dan
penuh kedewasaan. Masa ini akan membuat wanita muda menjadi seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mandiri guna mentukan pola hidup baru, mengemban tanggung jawab baru dan
komitmen baru (Hurlock, 1980). Pola hidup baru seperti halnya membangun
keluarga dalam ikatan perkawinan menuntutnya untuk bertanggungjawab tidak
hanya kepada dirinya sendiri tetapi kepada keluarga termasuk di dalamnya suami
dan anaknya kelak. Hal ini tentunya berbeda daripada saat-saat masa remaja, di
mana dulu semua kebutuhan menjadi sepenuhnya tergantung pada orangtua.
Penelitian yang dilakukan oleh Wieselquist, Rusbult, Foster, & Agnew
(1999), mengenai komitmen, perilaku prohubungan dan kepercayaan
menunjukkan bahwa komitmen dan perilaku prohubungan memiliki hubungan
positif dan perilaku prohubungan memiliki hubungan positif pula dengan
kepercayaan, di mana artinya ketiga hal ini saling berkaitan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepercayaan menjadi kekuatan pengukuran seberapa besar
pasangan memiliki komitmen dalam hubungan untuk dapat diandalkan. Lalu,
perilaku prohubungan juga dapat berhubungan dengan meningkatnya komitmen,
di mana hal ini melihat bagaimana sikap akomodatif dan kerelaan untuk
berkorban. Kemudian, sikap akomodatif dan kerelaan berkorban inilah menambah
kepercayaan pasangan.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Asmarina & Lestari (2017),
mengenai gambaran kepercayaan, komitmen pernikahan dan kepuasan hubungan
seksual menjelaskan bahwa kepercayaan dipengaruhi oleh sifat mempercayai dan
dipercayai. Lalu, komitmen pernikahan terbentuk dari kepuasan hubungan dan
kehadiran anak. Selanjutnya, kepuasan seksual dipengaruhi oleh komunikasi dan
keseimbangan kedudukan seperti frekuensi melakukan hubungan seks dan afeksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Ketiga hal tersebut berpengaruh sangat penting dalam kelangsungan hubungan
perkawinan jarak jauh.
Menurut Walgito (2002), perkawinan menjadi tanda ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dan wanita yang kemudian menjadi seorang suami istri.
Perkawinan juga menjadi kesatuan antara dua belah pihak untuk mencapai tujuan
yang sama. Tujuan yang sama akan menghasilkan keluarga yang bahagia dan juga
berlangsung selama-lamanya tanpa ada kata perpisahan. Dengan kata lain, tujuan
perkawinan harus dicapai bersama-sama dan adanya pemenuhan unsur-unsur
fisiologis maupun psikologis. Unsur psikologis sendiri terdiri dari kematangan
emosi, sikap toleransi, sikap saling atau bersama-sama, sikap pengertian, sikap
menerima dan memberikan cinta, serta sikap percaya mempercayai.
Dalam keluarga, suami dan istri sebaiknya memang saling menerima dan
memberikan kepercayaan kepada dan dari masing-masing sisi kedua belah pihak
(Walgito, 2002). Kepercayaan menjadi sesuatu yang penting bagi pasangan baru,
di mana untuk menjalani perkawinan masing-masing pihak membutuhkan
penyesuaian dan orientasi yang mendalam baik dalam kehidupan sehari-hari,
lingkungan sosial, pekerjaan dan keluarga besar. Istri seharusnya dapat menerima
dan memberikan kepercayaan kepada suami dan sebaliknya. Berkaitan dengan hal
itu, apabila kepercayaan tidak dapat diiandalkan lagi, maka hal tersebut akan
menimbulkan kecurigaan, prasangka, dan saling tuduh. Selain itu, tidak adanya
kepercayaan juga dapat menimbulkan ketidaktenangan dan ketentraman dalam
keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Menurut (Walgito, 2002), Kepercayaan menjadi sangat penting dalam
membina keluarga terutama bagi istri, untuk menghindari perasaan cemburu,
khawatir berlebih, dan sikap kurang percaya. Hal ini bisa saja akan mengarah
kepada sikap yang kadang-kadang tidak perlu ada dan tidak memiliki alasan yang
kuat. Kendati demikian, bila hal ini terus berkembang maka akan dapat merusak
hubungan perkawinan antara suami istri. Oleh sebab itu, kepercayaan dapat
tercipta apabila masing-masing pihak melakukan tindakan sesuai dengan apa yang
telah dikatakan (Walgito, 2002).
G. Hubungan Antara Kepercayaan terhadap Pasangan dan Kepuasan
Perkawinan Pada Istri Tentara
Kepercayaan terhadap pasangan merupakan intensi atau keyakinan seseorang
kepada pasangannya atas kepedulian yang dirasakan sebagai dasar kekuatan
jalinan suatu hubungan (Rempel et al., 1985). Kepercayaan mengarah kepada
harapan seseorang bahwa ia dapat mengandalkan pasangannya baik dalam hal
apapun (Rotter dalam Rempel et al., 1985). Kepercayaan menjadi salah satu hal
yang sangat penting dalam ikatan perkawinan. Menurut Walgito (2002),
perkawinan yang bahagia akan dapat dicapai oleh kedua pasangan apabila mereka
memiliki salah satu sikap, seperti halnya sikap kepercayaan. Kepercayaan diyakini
mampu membawa ketentraman dalam ikatan hubungan keluarga.
Menurut Larzelere & Huston (dalam (Holmes & Rempel, 1989), kepercayaan
yang cukup tinggi berhubungan dengan cinta antar pasangan yang sedang
menjalin hubungan dekat di mana dalam hal ini perkawinan. Perkawinan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
bahagia tentu akan selaras dengan kepuasan perkawinan yang dirasakan individu.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atta, Adil, Shujja, & Shakir (2013),
menunjukkan bahwa kepercayaan baik pada pasangan yang salah satunya bekerja
atau pasangan yang dua-duanya bekerja memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan perkawinan. Hal ini dikarenakan individu yang memiliki
kepercayaan yang tinggi cenderung kurang berprasangka negatif kepada pasangan
mereka. Individu tersebut cenderung kooperatif dan menunjukkan perilaku yang
peduli. Selain itu, individu tersebut juga cenderung jarang menunjukkan rasa
kecewa dan amarah kepada pasangannya sehingga kepercayaan membuatnnya
lebih puas dalam hubungan perkawinan. Para istri yang bekerja cenderung masih
dapat menyesuaikan diri dengan kewajiban mereka untuk melakukan tugas-tugas
rumah tangga dan menghormati suami. Para istri juga tidak reaktif terhadap
perasaan negatif karena mereka menghormati suami dan percaya bahwa suami
mereka juga berkomitmen pada hubungan perkawinan. Hal ini tentu saja dapat
meningkatkan kepuasan perkawinan pasangan.
Masih dari Hasil penelitian yang dilakukan oleh Atta, Adil, Shujja, & Shakir
(2013), Seseorang dengan kepercayaan yang tinggi dapat dilihat melalui sikapnya,
seperti sikap saling lebih terbuka, saling peduli serta mampu mengontrol emosi.
Sedangkan sikap saling terbuka merupakan bagian dari aspek komunikasi yang
dapat meningkatkan kepuasan perkawinan (Olson & Olson, 2000). Kepercayaan
terhadap pasangan ditunjukkan melalui sikap saling terbuka. Sikap ini membantu
pasangan untuk dapat memahami satu sama lain dan mencurahkan isi hati mereka
serta dapat meningkatkan komunikasi antar pasangan. Sehubungan dengan itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
komunikasi yang tinggi menjadi salah satu karakter dalam kepuasan perkawinan
(Olson & Olson, 2000). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Suryani & Nurwidawati (2016), yang menunjukkan ada hubungan antara
keterbukaan dan kepercayaan.
Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh McCray (2015),
menjelaskan bahwa ada hubungan antara komitmen dan kepercayaan pada
kepuasan perkawinan terhadap istri militer. Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa ada efek negatif yang terjadi selama sang suami berangkat penugasan. Hal
ini menyebabkan pasangan mengalami penarikan diri dan emosi negatif karena
pasangan jarang bertemu atau jarang melakukan kontak fisik. Selain itu, seorang
prajurit seringkali menahan perasaan dengan sengaja untuk menghindari kontak
dengan istri mereka. Hal tersebut kemungkinan mengakibatkan sang istri
beranggapan bahwa sang suami tidak peduli kepada hubungan mereka dan lebih
berkomitmen kepada satuan militer. Akhirnya, istri cenderung menjadi kurang
berkomitmen dalam hubungan perkawinan. Komitmen dalam pernikahan juga
mempunyai peran dalam menentukan kepercayaan yang dimiliki istri. Temuan
dari penelitian ini menekankan bahwa istri yang memiliki kepercayaan lebih
tinggi terhadap hubungan pernikahan mereka dan memiliki tingkat komitmen
perkawinan yang tinggi juga dan sebaliknya. Hasil dari penelitian ini juga
mendukung bahwa dampak dari kepercayaan dan komitmen pernikahan akan
mempengaruhi kepuasan perkawinan tersebut.
Kepuasan perkawinan merupakan salah satu hal yang penting dalam
hubungan antar pasangan yang telah menikah. Hasil penelitian yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
oleh Renanda (2018), menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepercayaan dan
kepuasan hubungan romantis di mana salah satu hubungan romantis merupakan
hubungan perkawinan. Tambahan pula, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muhardeni (2018), yang juga menunjukkan ada hubungan antara kepercayaan dan
kebahagiaan perkawinan di mana dalam kepuasan perkawinan juga terdapat
perkawinan yang bahagia dan stabil (Matlin, 2012). Dalam hal ini, Kepuasan
perkawinan dianggap bahagia dan stabil apabila pasangan salah satunya dapat
saling memenuhi kebutuhan pasangan (Matlin, 2012). Menurut Rempel et al.
(1985), Pasangan yang dapat memenuhi kebutuhan pasangan termasuk dalam
karaktek kepercayaan, yaitu keadaan yang dapat diandalkan (dependability).
Berkaitan dengan uraian di atas, kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan
perkawinan perlu untuk diperhatikan.
H. Kerangka konseptual
Pada masa dewasa awal, wanita muda telah mencapai perkembangan fisik,
kognitif dan sosio-emosi secara matang. Perkembangan-perkembangan tersebut
dapat berupa, penuaan biologis, kerja motorik, dan kesehatan, seksualitas, struktur
pemikiran, hubungan dekat, serta pernikahan (Berk, 2012). Individu cenderung
akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar untuk membentuk jalan
kehidupannya. Selain itu, individu juga mulai memikirkan untuk membangun
karier dan juga mulai hidup berkeluarga sesuai dengan tugas perkembangan pada
masa ini. Berkaitan dengan hal itu, perkawinan menjadi salah satu aktivitas
individu yang ingin dicapai guna menapaki tujuan bersama untuk membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
keluarga yang bahagia. Dengan adanya perkawinan, seorang wanita dan seorang
laki-laki memiliki ikatan lahir batin yang jelas sesuai dengan norma yang ada.
Pada situasi ini, wanita muda yang memilih suami dari kalangan militer tentu
menghadapi tantangan khusus. Istri tentara akan merasakan perpisahan untuk
ditinggal bertugas pada daerah rawan konflik (Galvin, Braithwaite, & Bylund,
2015). Saat suami pergi penugasan, istri tentara akan mengalami gangguan dalam
hal komunikasi, tugas rumah tangga dan support baik dari keluarga maupun
teman. Istri tentara juga cenderung menghindari informasi yang akan
menyebabkan tekanan tambahan bagi sang suami di medan konflik (Galvin et al.,
2015). Perpisahan dalam jangka waktu lama tentu akan mengganggu
keharmonisan pasangan akibat komunikasi yang tidak lancar. Hal ini dapat
memicu kecurigaan, kekhawatiran, ketakutan, lebih sensitif, dan gangguan
kesehatan (Litiloly & Swastiningsih, 2014; Glisson et al., 1981).
Berdasarkan penjelasan di atas, kepercayaan yang tinggi kepada pasangan
tentu dapat menghindari dari perasaan-perasaan negatif yang muncul. Seseorang
yang memiliki kepercayaan yang tinggi cenderung memiliki sikap pantang
menyerah, dapat diandalkan dan bertanggung jawab. Sedangkan orang yang
memiliki kepercayaan yang rendah cenderung memiliki perasaan cemburu, tidak
berkomitmen, dan tidak dapat menyelesaikan masalah (Holmes & Rempel, 1989).
Adapun kepuasan perkawinan dapat tercapai apabila pasangan saling terbuka,
memberi dan menerima kepercayaan, berkomitmen dan dapat memenuhi
kebutuhan pasangan dalam hal apapun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Kepuasan perkawinan yang tinggi cenderung akan memandang dirinya
dengan citra yang positif dan memiliki penyesuaian diri yang baik. Selain itu,
kepuasan perkawinan yang tinggi juga mengarah pada kualitas hubungan yang
akan terjalin langgeng hingga masa yang akan datang (Berk, 2012). Sedangkan,
kepuasan perkawinan yang rendah akan cenderung berakhir dengan perceraian.
Di samping itu, perlu diketahui bahwa jika seseorang memiliki kepuasan
perkawinan yang tinggi maka hal tersebut akan berdampak pada tingkat
kesejahteraannya. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa kesejahteraan yang muncul dapat berupa kesejahteraan secara umum
maupun seperti kesejahteraan finansial, kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan
psikologis (Thoresen, Goldsmith, & Thoresen, 1987; Wadsworth, 2015; Suhail &
Chaudhry, 2004; Gove, Hughes, & Style, 1983). Penelitian menunjukkkan bahwa
semakin tinggi kepuasan perkawinan maka akan semakin tinggi juga tingkat
kesejahteraan seseorang. Hal ini bisa terjadi karena area-area dalam perkawinan,
seperti halnya hubungan sosial, emosional, ekonomi, fisik, dan hubungan seksual
mempunyai kepuasan yang tinggi sehingga mengarahkan kepada kebahagiaan dan
kepuasan hidup berelasi (Wadsworth, 2015). Dengan demikian, wanita dewasa
awal khususnya istri tentara dapat melaksanakan tugas perkembangan sesuai
dengan evaluasi kehidupan perkawinan dan dapat melewatkan masa krisis
sehingga dapat berkembang lagi pada tahap selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 2. 1. Kerangka Konseptual Penelitian : Hubungan antara
Kepercayaan terhadap Pasangan dan Kepuasan Perkawinan pada Istri Tentara di
Batalyon X
I. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan dan
positif antara kepercayaan terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan pada
istri tentara di Batalyon X.
Istri tentara yang ditinggal
bertugas di Yogyakarta
Kepercayaan terhadap
pasangan tinggi
Kepercayaan terhadap
pasangan rendah
Kepuasan perkawinan
tinggi
Kepuasan perkawinan
rendah
(Output)
Well-being tinggi
(Output)
Well-being rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengantar
Bab ini akan menunjukkan jenis penelitian dan subjek yang akan digunakan
oleh peneliti. Selanjutnya, peneliti juga akan menjelaskan mengenai tata cara
pelaksanaan dan analisis data penelitian ini. Sebelum itu, peneliti akan membahas
mengenai definisi operasional di mana terdapat pengertian secara singkat tentang
variabel penelitian, dan metode penskalaan. Selain itu, di dalam bagian ini juga
terdapat validitas dan reliabilitas. Berikutnya, bab ini akan diakhiri dengan
pertimbangan etis dalam psikologi.
B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode ini
disebut juga metode ilmiah (scientific) di mana metode ini telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah, seperti konkret, obyektif, terukur, rasional dan sistematis
(Sugiyono, 2008). Metode ini juga menekan pada data yang berupa angka-angka
dan menggunakan analisis statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah
ditentukan (Sugiyono, 2008). Selain itu, penelitian ini menggunakan tenik
pengumpulan data berupa metode survei, di mana peneliti akan memberikan
kuesioner (angket) kepada para subjek (S. Azwar, 2009). Metode survei adalah
pernyataan-pernyataan dengan format praktis dan terstruktur untuk menggali
informasi dari para subjek mengenai perilaku, penilaian, perasaan dan pikirannya
(Goodwin, 2010). Dalam hal ini, kuesioner yang diberikan akan mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pernyataan tertulis untuk dijawab oleh para subjek. Kuesioner juga sesuai untuk
digunakan bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan jawaban
yang diharapkan dari para subjek serta jumlah subjek yang cukup besar
(Sugiyono, 2008). Selanjutnya, penelitian ini menggunakan hubungan
korelasional yang dapat terjadi antara dua atau lebih variabel penelitian, hingga
dapat diketahui apakah terdapat hubungan antar variabel penelitian (S. Azwar,
2009). Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat apakah terdapat hubungan
yang terjadi antara kepercayaan terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan
pada istri tentara Batalyon X.
C. Subjek Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
nonprobability atau nonrandom purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan
cara menentukan sampel atas dasar adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2008). Dengan artian bahwa subjek penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan karena tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel (Purwanto & Sulistyastuti, 2007; Hikmawati, 2017).
Adapun kriteria atau ciri-ciri dari subjek dalam penelitian ini, yaitu :
1. Istri tentara yang berusia 18-40 tahun.
2. Istri tentara di Batalyon X
3. Istri tentara yang sedang atau pernah ditinggal bertugas oleh sang suami
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
D. Deskripsi subjek penelitian
Penelitian ini akan menggunakan subjek wanita yang memiliki kriteria usia
18-40 tahun serta telah menikah. Dalam hal ini, wanita tersebut menikah dengan
seorang tentara serta sedang atau pernah ditinggal bertugas oleh sang suami.
setelah melalui tahap penyaringan subjek, di mana subjek yang sebelumnya
berjumlah 200 orang menjadi 135 subjek yang layak dan dapat dijadikan sebagai
subjek dalam penelitian ini. Deskripsi data subjek yang diperoleh sebagai berikut :
Tabel 3. 1. Deskripsi Jenis Kelamin subjek
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Wanita 135 100%
Total 135 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 3. 2. Deskripsi Usia Subjek
Usia Jumlah Persentase
23 tahun 3 2,2%
24 tahun 8 6,0%
25 tahun 11 8,2%
26 tahun 7 5,2%
27 tahun 11 8,2%
28 tahun 12 9,0%
29 tahun 13 9,7%
30 tahun 17 12,7%
31 tahun 12 9,0%
32 tahun 12 9,0%
33 tahun 9 6,7%
34 tahun 8 6,0%
35 tahun 7 5,2%
36 tahun 1 0,7%
37 tahun 1 0,7%
38 tahun 1 0,7%
40 tahun 1 0,7%
Total 135 100%
E. Identifikasi variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai yang diambil dari
seseorang atau suatu obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu di
mana telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Variabel Tergantung : Kepuasan Perkawinan
Variabel Bebas : Kepercayaan Terhadap Pasangan
F. Definisi operasional variabel penelitian
1. Kepercayaan Terhadap Pasangan
Kepercayaan terhadap pasangan didefinisikan sebagai interaksi dua arah
yang berdasarkan perasaan aman dan yakin kepada pasangannya di mana hal
ini dapat mengukuhkan hubungan antarpribadi (Rempel et al., 1985).
Kepercayaan terhadap pasangan dapat dilihat melalui persepsi seseorang
terhadap harapan, respon perhatian, dan bentuk perilaku baik tertulis ataupun
lisan.
Kepercayaan terhadap pasangan dalam penelitian ini diukur menggunakan
Trust Scale (Rempel et al., 1985). Skala ini dipilih karena, dalam penelitian
yang dilakukan oleh Rempel et al., (1985) terkonsentrasi pada hubungan
dekat (close relationship) di mana hubungan tersebut diartikan sebagai
hubungan yang yang memiliki ikatan emosional yang kuat, melibatkan
ketertarikan fisik dan sesual, serta memiliki komitmen satu sama lain.
Misalnya, yang sudah menikah, kohabitas atau pasangan yang berkencan
(dating couple).
Skala ini memiliki 17 item untuk mengukur tiga aspek kepercayan
terhadap pasangan. Skor pada skala Trust menunjukkan kepercayaan terhadap
pasangan seseorang. Semakin tinggi skor, maka semakin tinggi kepercayaan
terhadap pasangan yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini, aspek kepercayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
terhadap pasangan yang ingin diteliti adalah Predictability (Keadaan yang
dapat diperkirakan), Dependability (Keadaan yang dapat diandalkan), dan
Faith (Keyakinan).
2. Kepuasan Perkawinan
Kepuasan perkawinan (Fowers & Olson, 1993), yaitu perasaan positif
seperti nyaman, puas dan bahagia yang dirasakan oleh seseorang atas
hubungan perkawinannya dengan pasangan. Dalam hal ini, kepuasan
perkawinan tersebut berkaitan dengan kepribadian, kesetaraan peran,
komunikasi, resolusi konflik, pengelolaan keuangan, kegiatan mengisi waktu
luang, hubungan seksual, anak dan perkawinan, keluarga dan teman, orientasi
keagaaman. Kepuasan perkawinan pada penelitian ini diukur menggunakan
ENRICH (evaluation and nurturing relationship issues, communication and
happiness) Marital Satisfaction Scale (EMS). Skala ini dibuat oleh Fowers &
Olson (1993). Skor pada EMS menunjukkan kepuasan seseorang. Semakin
tinggi skor, maka semakin tinggi pula kepuasan perkawinan seseorang.
G. Prosedur Pelaksanaan
Pada bagian ini, peneliti akan menjabarkan prosedur pelaksanaan menjadi dua
bagian, yaitu tahap pertama sebagai persiapan penelitian dan tahap kedua sebagai
pelaksanaan penelitian. Dalam tahap persiapan penelitian, peneliti akan
membahas mengenai hal-hal apa saja yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Sedangkan pada tahap pelaksaan penelitian, peneliti akan menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mulai dari tahap mengurus perizinan di Batalyon hingga jumlah subjek yang
akhirnya masuk kriteria sebagai subjek pada penelitian ini.
1. Persiapan Penelitian
Dalam tahap ini, peneliti melakukan beberapa hal sebelum diizinkan
untuk menyebarkan skala kepada subjek penelitian. Pertama-tama, peneliti
menyiapkan dua skala yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dua skala
tersebut adalah skala Trust Scale dan ENRICH (evaluation and nurturing
relationship issues, communication and happiness) Marital Satisfaction Scale
(EMS). Skala kepercayaan (Trust Scale) dan skala kepuasan perkawinan
(EMS) diadaptasi dan barulah digunakan sebagai skala penelitian. Proses
adaptasi skala diawali dengan meminta izin kepada peneliti skala asli. Setelah
mendapatkan izin, peneliti mulai menerjemahkan kedua skala tersebut dengan
bantuan Unit Layanan Terjemahan yang terpercaya. Item-item pada kedua
skala tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah
yang tentunya menguasai Bahasa Inggris. Hasil tersebut kemudian diteliti
kembali oleh peneliti agar sesuai dengan konteks budaya dan subjek yang
dituju. Selanjutnya, hasil tersebut juga ditinjau oleh dosen pembimbing guna
mengetahui apakah skala tersebut telah dapat dipahami dengan baik serta
melakukan validasi isi (professional judgment).
Sehabis melakukan perbaikan pada hasil terjemahan, peneliti melakukan
penerjemahan kembali ke dalam Bahasa Inggris dengan bantuan Unit
Layanan Terjemahan yang sama. Setelah itu, terjemahan dalam Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Inggris dicocokkan dengan skala asli guna memeriksa apakah ada perubahan
makna yang cukup besar dari keduanya. Pada proses adaptasi yang terakhir
ini, peneliti meminta bantuan kepada rekan dari lulusan pendidikan bahasa
inggris untuk melakukan hal tersebut agar prosesnya tetap terjamin dengan
baik. Setelah pengecekan selesai dilakukan, item-item pada skala siap untuk
digunakan.
Tahap berikutnya masuk pada proses pengajuan surat izin ke Batalyon X.
Pada mulanya peneliti mengurus surat izin penelitian melalui sekretariat
fakultas Psikologi agar surat yang keluar berupa surat formal. Surat dari
fakultas inilah yang peneliti bawa dan serahkan kepada staff divisi 3 batalyon
yang bertugas menerima surat-surat pengajuan dari luar. Pada saat
mengajukan surat izin penelitian di Batalyon tersebut, peneliti juga
melakukan pendekatan dengan Komandan Peleton Kesehatan Batalyon dan
menjelaskan secara lebih mendalam mengenai penelitian yang akan peneliti
lakukan. Peneliti juga menjelaskan mengenai target subjek dan kriteria yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga menjelaskan bahwa
data yang peneliti dapatkan nanti adalah data yang akan digunakan sebagai
hasil data skripsi peneliti.
2. Pelaksanaan penelitian
Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti menunggu kabar hingga
surat izin penelitian telah mendapatkan persetujuan dari Komandan Batalyon.
Peneliti menunggu kepastian bahwa peneliti dapat melakukan penelitian di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Batalyon X selama 1 minggu. Setelah mendapatkan kabar bahwa peneliti
dapat melakukan penelitian, peneliti datang kembali ke Batalyon X untuk
memberikan kuesioner penelitian sejumlah 200 buah. Namun, penelitian tidak
dilakukan dengan peneliti berhadapan dengan para istri tentara secara
langsung untuk memberikan kuesioner. Kuesioner penelitian tersebut peneliti
serahkan kepada Komandan Peleton Kesehatan Batalyon untuk kemudian
disebarkan kepada para istri tentara. Kuesioner penelitian akan disebarkan
kepada para istri tentara yang bertempat tinggal di dalam markas besar
Batalyon saja. Kuesioner penelitian tersebut peneliti serahkan setelah peneliti
mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian. Peneliti menyerahkan
kuesioner penelitian pada tanggal 9 juli 2018.
Pada kuesioner penelitian, peneliti mencantumkan informed consent di
mana peneliti buat untuk memberitahukan kepada subjek bahwa peneliti akan
menjaga kerahasiaan dan akan menggunakan data hanya sebagai data
penelitian skripsi. Peneliti juga menulis pada lembar persetujuan untuk
meminta subjek mengerjakan dengan jujur dan sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya terjadi maupun yang dirasakan. Akan tetapi peneliti kurang
dapat melihat respons subjek saat mengisi kuesioner penelitian yang
disebabkan oleh kuesioner tersebut hanya peneliti titipkan kepada orang yang
berwenang dan sesuai aturan yang disampaikan kepada peneliti.
Kuesioner penelitian baru dapat peneliti ambil pada tanggal 23 juli 2018.
Hal ini karena Komandan Peleton Kesehatan Batalyon meminta waktu untuk
mendistribusikan kuesioner tersebut kepada para istri tentara, waktu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mengisi kuesioner dan pengumpulan kembali kuesioner. Proses penyebaran
kuesioner penelitian hingga sampai kembali kepada peneliti berlangsung
selama kurang lebih 2 minggu. Dari kuesioner penelitian yang diperoleh
peneliti mendapatkan 200 data. Akan tetapi, dari jumlah data tersebut harus
tereliminasi hampir sepertiga dari jumlah data yang didapatkan. Oleh karena
itu, dari 200 data yang ada, terdapat 66 subjek yang tereliminasi karena tidak
layak, di mana sebagian besar tidak masuk dalam kriteria dan beberapa
lainnya tidak mengisi kuesioner penelitian secara lengkap serta tanpa
identitas. Oleh sebab itu, dari pengambilan data yang dilakukan pada
Batalyon X , subjek yang dapat digunakan dalam penelitian ini berjumlah 135
orang.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data dengan menyebarkan skala di mana skala
digunakan untuk memperoleh data mengenai kepercayaan terhadap pasangan dan
kepuasan perkawinan. Skala pengukuran adalah mengkuantifikasikan informasi
pada respon subjek untuk melihat seberapa banyak atribut psikologis yang
dimiliki oleh subjek (Supratiknya, 2014). Jenis skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert memuat sejumlah pernyataan yang
telah disusun untuk mengukur atribut psikologis di mana subjek diminta untuk
memberikan respon yang berkenan dengan pribadi subjek dari pernyataan yang
diberikan (Supratiknya, 2014). Peneliti menyebarkan skala yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dipersiapkan dengan cara langsung memberikan kepada subyek dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya
1. Skala Kepuasan Perkawinan
Skala kepuasan perkawinan pada penelitian ini diadaptasi berdasarkan
aspek yang telah dikemukakan oleh Fowers & Olson (1993), yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 3. 3. Blueprint Skala Kepuasan Perkawinan
Aspek Indikator Total Item
Komunikasi Mampu menjalin komunikasi dengan
nyaman dan memahami maksud dari
pasangan
1
Fleksibilitas
pasangan
Mampu bertanggungjawab dengan
tugas rumah tangga dan anak.
1
Kepribadian Mampu memahami sifat dan
kebiasaan pasangan
1
Resolusi konflik Mampu membuat keputusan untuk
menyelesaikan masalah
1
Relasi seksual Mampu mengungkapkan perasaan
mengenai hubungan seksual dan
perilaku seksual
1
Pengaturan
ekonomi
Mampu mengatur keuangan, baik
pengeluaran dan menabung
1
Pemanfaatan
waktu luang
Mampu mengatur waktu dengan diri,
orang lain dan pasangan
1
Keluarga dan
teman
Mampu mengatur waktu dengan
orang-orang terdekat
1
Spiritualitas Mampu menghargai keyakinan dan
nila-nilai agama
1
Pola pengasuhan Mampu menjalankan peran sebagai
orangtua dalam mengurus anak
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel 3. 4. Distribusi Item Skala Kepuasan Perkawinan
Aspek No. Item
Jumlah Item Favorable Unfavorable
Komunikasi - 5 1
Fleksibilitas
pasangan 3 - 1
Kepribadian - 2 1
Resolusi konflik 7 - 1
Relasi seksual 11 - 1
Pengaturan
ekonomi - 8 1
Pemanfaatan
waktu luang 10 - 1
Keluarga dan
teman - 14 1
Spiritualitas 15 - 1
Pola
pengasuhan - 12 1
Total Item 10
Skala EMS merupakan skala dengan total item sebanyak 15 butir. Skala ini
terdiri dari skala kepuasan perkawinan sebanyak 10 butir dan skala distorsi
idealistik (idealistic distortion) sebanyak 5 butir. Setiap 10 butir item skala
kepuasan perkawinan mewakili satu dari setiap aspek. Item-item inilah yang
dianggap sangat penting dan dapat mengindikasikan validitas isi dari skala
EMS (Fournier, Olson, & Druckman, 1983 dalam Fowers & Olson, 1993).
Skala distorsi idealistik (idealistic distortion) merupakan skala modifikasi
dari Edmonds (dalam Fowers & Olson, 1993). Skor pada skala ini digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
untuk memperbaiki skor skala kepuasan perkawinan, di mana subjek
memiliki kecederungan dalam menggambarkan hubungan perkawinan
mereka secara tidak realistik dan terlalu positif. Nomor item yang
menunjukkan sifat favorable adalah nomor 1, 4, 6, dan 13. Sedangkan, nomor
yang menunjukkan sifat unfavorable adalah nomor 9.
Selanjutnya, skala kepuasan perkawinan, sejumlah pernyataan yang
terdapat dalam skala akan bersifat favorable dan unfavorable. Alternatif
respon jawaban terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala tersebut akan
terdiri atas lima respon. Respon-respon jawaban tersebut meliputi “Sangat
Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Netral”, “Setuju”, “Sangat Setuju”. Dalam
pemberian skor pilihan jawaban untuk item favorable adalah skor 5 untuk
pilihan respon “Sangat Setuju”, skor 4 untuk respon “Setuju”, skor 3 untuk
respon “Netral”, skor 2 untuk respon “Tidak Setuju”, dan skor 1 untuk
respon “Sangat Tidak Setuju”. Sedangkan untuk item unfavorable, skornya
adalah skor 1 untuk pilihan respon “Sangat Setuju”, skor 2 untuk respon
“Cukup Setuju”, skor 3 untuk respon “Setuju Atau Tidak Setuju”, skor 4
untuk respon “Cukup Tidak Setuju”, dan skor 5 untuk respon “Sangat Tidak
Setuju”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel 3. 5. Pemberian Nilai Skor Skala Kepuasan Perkawinan
2. Skala Kepercayaan Terhadap Pasangan
Skala kepercayaan terhadap pasangan pada penelitian ini diadaptasi
berdasarkan aspek yang telah dikemukan oleh Rempel et al. (1985), yaitu :
Kategori Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
Sangat tidak setuju
(STS)
1 5
Tidak setuju (TS) 2 4
Netral (N) 3 3
Setuju (S) 4 2
Sangat setuju (SS) 5 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 3. 6. Blueprint Skala Kepercayaan terhadap Pasangan
Aspek Indikator Total
Item
Predictability
(Keadaan yang
dapat
diperkirakan)
Mampu menilik pola perilaku yang ditunjukkan
oleh pasangan, mengontrol pola perilaku
pasangan, memahami setiap perilaku pasangan,
mengetahui tindakan pasangan yang pasti
maupun tidak pasti
4
Dependability
(Keadaan yang
dapat
diandalkan)
Mampu mengandalkan pasangan atas tindakan
atau respons yang diambil, mengandalkan
pasangan untuk memenuhi kebutuhan, dapat
menepati kesepakatan
6
Faith
(Keyakinan)
Mampu mempercayai setiap komitmen dan
keputusan yang diambil oleh pasangan,
memiliki keyakinan yang berkelanjutan, tidak
memiliki keraguan terhadap pasangan
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 3. 7. Distribusi Item Skala Kepercayaan terhadap Pasangan
Aspek No. Item
Jumlah Item Favorable Unfavorable
Predictability
(Keadaan yang
dapat
diperkirakan)
12 8, 9, 21 4
Dependability
(Keadaan yang
dapat
diandalkan)
4, 11, 20, 22,
25
10, 6
Faith
(Keyakinan)
6, 7, 14, 15,
16, 18, 24
- 7
Total Item 17
Tabel 3. 8. Pemberian Nilai Skor Skala Kepercayaan terhadap
Pasangan
Kategori Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
Sangat tidak setuju (STS) -3 3
Tidak setuju (TS) -2 2
Agak tidak setuju (ATS) -1 1
Netral (N) 0 0
Agak setuju (AS) 1 -1
Setuju (S) 2 -2
Sangat setuju (SS) 3 -3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
I. Validitas dan Reliabilitas
Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai jenis validitas yang akan
digunakan dalam penelitian. Selanjutnya, peneliti juga akan menjelaskan
mengenai teknik analisis yang digunakan untuk melihat reliabilitas dan
menyertakan keterangan tentang kategori koefisien reliabilitas pada setiap
variabel penelitian ini.
1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu skala atau
alat ukur dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2003). Dalam
hal ini, suatu pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut dapat
mengukur apa yang menjadi tujuan pengukuran. Alat ukur juga akan
memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan
fungsinya dan sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian tersebut sehingga
menghasilkan data yang tepat mengenai gambaran variabel yang diteliti
(Azwar, 2015). Dalam penelitian ini, skala kepuasan perkawinan atau Enrich
Marital Satisfaction Scale (EMS) dan skala kepercayaan terhadap pasangan
atau Trust in close relationship scale (TS) diuji validitasnya dengan
menggunakan validitas isi.
Validitas isi adalah sejauh mana kesesuaian seperangkat item dalam suatu
instrumen alat ukur dapat menggambarkan konstrak yang diukur oleh skala
tersebut (Azwar, 2015). Kedua alat ukut dalam penelitian ini menggunakan
validitas isi melalui validitas logis yang dilakukan oleh professional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
judgement. Validitas ini dapat memastikan bahwa item sudah baik dan benar
dan selaras dengan konstrak. Professional judgement dilakukan oleh dosen
pembimbing di mana peneliti mengkonsultasikan item-item agar item tersebut
mendapat penelitian mengenai kelayakannya dan kesesuaiannya dengan
konstrak yang dibuat.
2. Kesahihan item
Setelah peneliti melakukan validasi pada skala yang telah diterjemahkan
dan telah mendapatkan penilaian dari professional judgement, kedua skala
kemudian diuji cobakan kepada istri-istri tentara di Batalyon X. Peneliti
menggunakan uji coba terpakai atau tryout terpakai. Hal ini dikarenakan
keterbatasan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dan
perizinan pengambilan data yang memerlukan waktu yang cukup lama. Selain
itu, lokasi Batalyon lain yang cukup jauh dari lokasi peneliti saat ini. Menurut
Hadi (2005), uji coba terpakai merupakan suatu teknik uji validitas dan
reliabilitas yang hasilnya sekaligus digunakan sebagai data penelitian yang
dianalisis. Uji coba terpakai ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam pelaksanaannya. Kelebihannya, peneliti dapat menghemat waktu,
biaya, tenaga dalam melakukan analisis data, dan jumlah butir yang sahih
lebih banyak. Sedangkan kekurangannya adalah risiko jumlah butir item yang
gugur di mana peneliti tidak memiliki kesempatan untuk merevisi item
tersebut. Akan tetapi, uji coba terpakai tetap dapat digunakan untuk keperluan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
penelitian yang memiliki rentang waktu penyelesaian yang terbatas seperti
halnya skripsi (Hadi, 2005).
Uji coba ini dilakukan untuk melihat kelayakan atau kualitas dari butir-
butir item terhadap atribut psikologis. Kualitas item diukur dengan cara
memastikan bahwa setiap item memiliki daya diskriminasi yang baik
(Supratiknya, 2014). Uji kesahihan item ini dapat dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi item total ( ) dan diuji menggunakan
program IBM SPSS versi 20 (Azwar, 2015). Nilai koefisien korelasi item
total bergerak dari kisaran angka 0,0 sampai dengan angka 1,0 baik itu positif
maupun negatif (Azwar, 2015). Selanjutnya toleransi yang dberikan untuk
item yang memiliki skor rendah berada pada rentang skor 0,25 – 0,30
(Azwar, 2015). Apabila ada item yang menunjukkan skor dibawah 0,25 maka
item tersebut dapat dikatakan kurang memenuhi syarat sehingga perlu
digugurkan atau dilakukan perbaikan item dan direvisi secara total
(Supratiknya, 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 3. 9. Hasil Uji Kesahihan Item
Pada penelitian ini, kedua alat ukur baik itu skala kepuasan perkawinan
dan skala kepercayaan terhadap pasangan memiliki kualitas yang cukup baik
karena semua item pada kedua skala memiliki korelsi lebih dari 0,30.
Berdasarkan hasil uji coba di atas, skala kepuasan perkawinan yang
dikembangkan oleh Fowers & Olson (1993), mendapatkan hasil koefisien
korelasi item total yang berkisar dari ( ) = 0,43 hingga 0,64. Sedangkan,
skala kepercayaan terhadap pasangan oleh Holmes & Rempel (1985) berada
No. Item Skala Kepuasan
Perkawinan
Skala Kepercayaan terhadap
Pasangan
1 0,64 0,48
2 0,57 0,45
3 0,51 0,62
4 0,54 0,41
5 0,59 0,36
6 0,55 0,45
7 0,52 0,58
8 0,55 0,63
9 0,52 0,60
10 0,47 0,61
11 0,43 0,65
12 0,52 0,62
13 0,56 0,67
14 0,64 0,43
15 0,44 0,62
16 - 0,56
17 - 0,54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
antara skor ( ) = 0,36 hingga 0,67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
korelasi item total yang cukup baik.
3. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan konsistensi hasil suatu proses pengukuran yang
dapat dipercaya (Azwar, 2015). Dalam hal ini, reliabilitas bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana konsistensi dari suatu pengukuran apabila
pengukuran dilakukan beberapa kali terhadap gejala dan alat ukur yang sama
(Siregar, 2013). Uji reliabilitas dapat diukur dengan alat ukur internal
consistency, yaitu Alpha Cronbach (Siregar, 2013). Artinya, uji tersebut dapat
dilakukan dengan mencoba alat ukur cukup sekali kemudian dianalisis
dengan teknik tertentu seperti Alpha Cronbach (Siregar, 2013).
Koefisien reliabilitas berada pada kisaran angka 0,0 sampai dengan angka
1,0 (Azwar, 2015). Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan semakin
reliabel jika mendekati skor 1 dan dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas
α > 0,6 (Siregar, 2013). Dengan demikian, suatu penelitian yang baik tentu
membutuhkan validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang baik pula. Maka
dari itu, peneliti memeriksa kembali alat ukur yang digunakan sesuai dengan
proses penting yang digunakan dalam skala adaptasi (Azwar, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 3. 10. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Variabel Koefisien Reliabilitas
Kepercayaan terhadap Pasangan 0,88
Kepuasan Perkawinan 0,88
Berdasarkan hasil analisis menggunakan IBM SPSS versi 20, skala
kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan yang diuji
menggunakan Alpha Cronbach menunjukkan skor > 0,6 yaitu sebesar 0,88.
Berdasar hal tersebut, seluruh alat ukur penelitian ini memiliki koefisien
reliabilitas yang telah memenuhi syarat. Oleh karena itu, alat ukur tersebut
dapat dikatakan memadai dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian.
J. Analisis Data
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai uji asumsi di mana uji asumsi
terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Teknik analisis yang digunakan juga
akan memakai IBM SPSS versi 20. Begitupun dengan bagian uji hopotesis yang
akan menjelaskan teknik analisis korelasi yang akan digunakan dalam penelitian
ini. Metode analisis data dapat menggunakan analisis korelasi Pearson Product
moment bagi data yang terdistribusi normal. Apabila data dalam penelitian ini
memiliki distribusi tidak normal maka akan menggunakan metode analisis data
non-parametrik dengan Rank Spearman’s Rho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan terhadap serangkaian data
untuk mengetahui data penelitian tersebut berasal dari populasi dengan
sebaran yang normal (Santoso, 2010). Data dapat dikatakan memiliki
sebaran data normal apabila nilai signifikanainya bernilai lebih dari 0,05
(> 0,05), sedangkan data yang memiliki sebaran data yang tidak normal
apabila nilai signifikasinya bernilai kurang dari 0,05 (< 0,05) (Santoso,
2010). Data yang telah terdistribusi normal dapat menggunakan uji
statistik berjenis parametrik. Sedangkan, data yang tidak terdistribusi
secara normal menggunakan uji statistik non-parametrik (Siregar, 2013).
Uji normalitas dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan IBM
SPSS versi 20.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
linear antara variabel independen dengan variabel dependen (Siregar,
2013). Dengan kata lain, apabila hubungan antar variabel mengikuti garis
lurus, maka akan terjadi peningkatan atau pengurungan pada satu variabel
dan peningkatan atau pengurangan pada variabel yang lainnya (Santoso,
2010). Dalam penelitian ini, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan
uji Test for Linearity yang terdapat dalam IBM SPSS versi 20. Data dapat
dikatakan memiliki hubungan yang linear apabila kedua variabel yang
diteliti memiliki signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
2. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini, uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara kepercayaan terhadap pasangan dengan
kepuasan perkawinan pada istri tentara di Batalyon X. Uji hipotesis penelitian
dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product moment
pada IBM SPSS versi 20 jika data terdistribusi normal. Apabila data dalam
penelitian ini memiliki distribusi tidak normal maka akan menggunakan
metode analisis data non-parametrik dengan Rank Spearman’s Rho. Kedua
variabel dikatakan memiliki hubungan yang signifikan apabila hasil uji
korelasi menunjukkan taraf signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05).
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
uji normalitas akan duji menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Selajutnya, uji
linearitas menggunakan teknik Test for Linearity. Lalu, pada uji hipotesis
menggunakan teknik analisis korelasi Pearson Product moment. Di samping
itu, teknik-teknik yang digunakan tersebut terdapat pada program IBM SPSS
versi 20.
K. Pertimbangan Etis
Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai etika penelitian yang
mengarah pada berbagai tindakan dan perilaku baik dari sisi peneliti maupun dari
sisi subjek yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Etika penelitian
merupakan batasan-batasan yang boleh atau tidak boleh dilakukan baik dengan
subjek atau rekan sesama peneliti dan sebaliknya yang mungkin saja terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Beberapa hal yang perlu diketahui adalah subjek psikologi yang merupakan
mahkluk hidup khususnya manusia. Penelitian tersebut tidak dimaksudkan untuk
mengubah sesuatu dan tidak mendatangkan akibat buruk baik secara langsung dan
tidak langsung serta secara fisik maupun secara psikologis (Azwar, 2017). Hal ini
diatur oleh etik psikologi Indonesia pasal 15 mengenai penghindaran dampak
buruk (Kode Etik Psikologi Indonesia, 2010).
Selanjutnya, kode etik yang diatur American Psychologist Association (dalam
Goodwin, 2010) mengatur mengenai persetujuan lembaga atau instansi yang
berkaitan dengan penelitian. Apabila lembaga atau instansi tersebut membutuhkan
perizinan maka peneliti harus memberikan informasi secara akurat mengenai
penelitian yang dilakukan. Lalu, peneliti juga harus mematuhi protokol penelitian
yang telah disetujui, baik dalam perencanaan, pelaksaan dan publikasi penelitian.
Hal ini juga diatur oleh etik psikologi Indonesia pasal 47 mengenai aturan dan izin
penelitian (Kode Etik Psikologi Indonesia, 2010).
Berikutnya, peneliti memberikan pernyataan tertulis kepada subjek. Peneliti
juga menerangkan bahwa keikutsertaan subjek penelitian dengan sukarela dan atas
kemauan sendiri serta telah mengetahui informasi yang cukup mengenai
penelitian tersebut. Peneliti juga harus menjamin kerahasiaan selama proses
berlangsung dan batas sejauh mana apabila kerahasiaan tersebut akan dibuka. Hal
ini juga diatur oleh etik psikologi Indonesia pasal 49 mengenai informed-consent
dalam penelitian (Kode Etik Psikologi Indonesia, 2010).
Berikutnya, peneliti mempertimbangan norma etika untuk membangun
dukungan dari masyarakat atau dalam hal ini subjek terhadap penelitian. Subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
cenderung akan bersedia berpatisipasi dan memberikan jawaban yang sebenarnya
bilamana subjek telah percaya dengan kualitas dan kredibilitas penelitian tersebut
(Azwar, 2017). Selain itu, peneliti tidak diperkenankan atau tidak terlibat dalam
perilaku yang melecehkan atau merendahkan subjek yang terlibat baik secara
seksual, gender, ras, suku, agama dan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan
perasaan sakit hati, tidak nyaman, rasa takut dan merugikan kedua belah pihak.
Hal ini tercatum dalam pasal 14 mengenai pelecehan (Kode Etik Psikologi
Indonesia, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGANTAR
Bab ini akan membahas mengenai hasil dari penelitian yang telah peneliti
lakukan. Perhitungan statistik dalam penelitian ini akan dihitung dengan
menggunakan IBM SPSS versi 20. Pada subbab hasil penelitian, peneliti akan
menjabarkan deskripsi data penelitian. Selanjutnya, peneliti akan membahas
perhitungan statistik yang meliputi perhitungan mean teoritis dan mean empiris,
perhitungan uji asumsi dan perhitungan uji hipotesis. Selain itu, pada bab ini
peneliti juga akan menjabarkan analisis hasil penelitian yang akan masuk pada
subbab bagian pembahasan.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Subjek
Subjek dalam penelitian ini merupakan istri tentara di Batalyon X.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari 135
orang. Data yang telah terkumpul kemudian dikelompokkan dan
dideskripsikan berdasarkan data demografisnya. Berikut ini merupakan
deskripsi data subjek menurut data demografis subjek dalam penelitian ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tabel 4. 1. Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Wanita 135 100%
Total 135 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa seluruh subjek dalam penelitian
ini merupakan subjek wanita dengan persentase sebesar 100% dari total
subjek sebesar 135 orang.
Tabel 4. 2. Rentang Usia Subjek
Usia Jumlah Persentase
23 tahun 3 2,2%
24 tahun 8 6,0%
25 tahun 11 8,2%
26 tahun 7 5,2%
27 tahun 11 8,2%
28 tahun 12 9,0%
29 tahun 13 9,7%
30 tahun 17 12,7%
31 tahun 12 9,0%
32 tahun 12 9,0%
33 tahun 9 6,7%
34 tahun 8 6,0%
35 tahun 7 5,2%
36 tahun 1 1,5%
37 tahun 1 0,7%
38 tahun 1 0,7%
40 tahun 1 0,7%
Total 135 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Subjek dalam penelitian ini merupakan dewasa awal dengan rentang usia
18 tahun hingga 40 tahun (Hurlock, 1980). Sesuai dengan rentangan tersebut,
mayoritas subjek dalam penelitian ini berusia 30 tahun dengan persentase
sebesar 12,7% dari total subjek 135 orang.
2. Deskripsi Data Penelitian
Peneliti melakukan analisis deskripsi data penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui tinggi rendahnya tingkat kepercayaan terhadap pasangan dan
kepuasan perkawinan yang dimiliki oleh subjek. Deskripsi data tersebut
dilakukan dengan cara mencari mean empiris dan mean teoritis. Mean teoritis
merupakan hasil perhitungan manual yang dilakukan oleh peneliti
berdasarkan skor terendah dan skor tertinggi yang diraih dalam sebuah skala
penelitian. Dalam hal ini, skor mean teoritis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Mean teoritis (MT) = ( ) ( )
Sedangkan, mean empiris merupakan rata-rata dari skor subjek penelitian.
Mean empiris yang lebih tinggi dari mean teoritis menunjukkan arti bahwa
subjek memiliki tinggkat kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan
perkawinan yang cukup tinggi. Sebaliknya, apabila mean empiris lebih
rendah dari mean teoritis hal tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki
tingkat kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan yang cukup
rendah. Peneliti menggunakan One-Sample Test untuk mengetahui apakah
ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
mean empiris dan uji One-Sample Test diperoleh dengan menggunakan IBM
SPSS versi 20.
Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil
perhitungan mean teoritik kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan
perkawinan sebagai berikut :
= ( ) ( )
=
= 45
= ( ) ( )
Tabel 4. 3. Data Empiris Skala Kepuasan Perkawinan
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
Kepuasan 135 50,69 8,781 ,756
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000.
Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan mean
teoritis. Mean teoritis skala kepuasan perkawinan sebesar 45 sedangkan mean
empiris sebesar 50,69. Dengan demikian. Mean empiris secara signifikan
lebih besar dari mean teoritisnya. Hal ini berarti bahwa subjek dalam
penelitian ini memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang cenderung tinggi
Tabel 4. 4. Data Empiris Skala Kepercayaan terhadap Pasangan
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kepercayaan 135 21,03 12,918 1,112
One-Sample Test
Test Value = 45
T df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
kepuasan 7,527 134 ,000 5,689 4,19 7,18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap
pasangan memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa
ada perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Mean teoritis
pada kepercayaan terhadap pasangan memperoleh hasil sebesar 0 sedangkan
mean empiris sebesar 21,03. Berdasarkan hal tersebut, subjek dalam penelitian
ini memiliki tingkat kepercayaan terhadap pasangan yang cenderung tinggi.
3. Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah
sebaran data pada penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Data
dapat dikatakan memiliki sebaran data normal apabila nilai signifikansinya
bernilai lebih dari 0,05 (> 0,05). Sebaliknya, data yang memiliki sebaran data
yang tidak normal apabila nilai signifikansinya bernilai kurang dari 0,05 (<
0,05) (Santoso, 2010). Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan IBM SPSS versi 20. Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel berikut :
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kepercayaan 18,915 134 ,000 21,030 18,83 23,23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tabel 4. 5. Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Kepuasan ,066 135 ,200*
Kepercayaan ,054 135 ,200*
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan bahwa variabel kepercayaan terhadap pasangan (p = 0,200) dan
kepuasan perkawinan (p = 0,200) memiliki nilai p < 0,05. Artinya, kedua
variabel dalam penelitian ini memiliki persebaran data yang normal. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada penelitian ini
memenuhi uji normalitas dan menggunakan uji statistik jenis parametrik.
4. Uji Linearitas
Dalam penelitian ini, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji Test
for Linearity yang terdapat dalam IBM SPSS versi 20. Uji linearitas
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara
variabel independen dengan varibel dependen yang bersifat linear dan berada
dalam satu garis lurus (Siregar, 2013). Data dapat dikatakan memiliki
hubungan yang linear apabila kedua variabel yang diteliti memiliki
signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05). Hasil dari uji linearitas dapat dilihat
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel 4. 6. Hasil Uji Linearitas
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji asumsi linearitas menunjukkan bahwa
antara variabel kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan
memiliki nilai signifikansi p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan berada dalam satu
garis lurus atau linear dan signifikan. Oleh sebab itu, peneliti dapat
melanjutkan ke tahap uji hipotesis yang akan dibahas pada subab selanjutnya.
5. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji asumsi yang telah dijelaskan di atas, dapat dilihat
bahwa persebaran data dari kedua variabel dalam penelitian ini terdistribusi
secara normal dan memiliki hubungan yang linear antara variabel
kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan. Penelitian ini
kemudian dapat dilanjutkan dengan menggunakan metode korelasional yang
bersifat parametrik untuk menguji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk
melihat hubungan antara variabel kepercayaan terhadap pasangan dan
kepuasan perkawinan. Pengujian tersebut dilakukan dengan uji korelasi
menggunakan teknik analisis Pearson Product moment pada IBM SPSS versi
20 karena data yang diperoleh terdistribusi secara normal. Kedua variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dikatakan memiliki hubungan yang signifikan apabila hasil uji korelasi
menunjukkan taraf signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05) (Santoso, 2010).
Hubungan dua variabel terlihat dalam nilai signifikansi (p). Nilai
signifikansi p < 0,01 menyatakan bahwa kedua variabel memiliki hubungan
yang signifikan. Nilai koefisien korelasi (r) bergerak dari angka 0 – 1,00 dan
dapat bersifat negatif. Artinya, semakin mendekati angka 1, maka korelasi
akan semakin kuat. Pembagian kategori koefisien korelasi menurut Sarwono
(2006) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. 7. Kategori Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,25 Sangat Lemah
>0,25 – 0,5 Cukup
>0,50 – 0,75 Kuat
0,75 – 0,99 Sangat Kuat
1 Sempurna
Tabel 4. 8. Hasil Uji Korelasi
Kepercayaan Kepuasaan
Kepercayaan Pearson Correlation 1 ,631**
Sig. (1-tailed) ,000
N 135 135
Kepuasaan Pearson Correlation ,631**
1
Sig. (1-tailed) ,000
N 135 135
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai dari
koefisien kolerasi adalah 0,631 dan nilai signifikansinya sejumlah 0,00. Hal
ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif dan signifikan antara
kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan. Nilai koefisian
korelasi (r = 0,631) juga menunjukkan korelasi yang kuat.
C. Pembahasan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan pada istri
tentara di Batalyon X. Hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson
Product moment pada IBM SPSS versi 20. Uji korelasi tersebut menunjukkan
nilai koefisien korelasi (r) antara kepercayaan terhadap pasangan dan
kepuasan perkawinan sebesar 0,631 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara
kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan. Artinya, semakin
tinggi kepercayaan terhadap pasangan, maka semakin tinggi pula kepuasan
perkawinan pada istri tentara di Batalyon X. Hal tersebut juga berlaku
sebaliknya, semakin rendah kepercayaan terhadap pasangan, maka semakin
rendah pula kepuasan perkawinan pada istri tentara di Batalyon X. Dengan
demikian, berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat dikatakan
bahwa hipotesis penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan positif antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan pada istri tentara di
Batalyon X.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa ada hubungan antara kepercayaan
terhadap pasangan dengan kepuasan perkawinan (Atta et al., 2013; McCray,
2015; Muhardeni, 2018; Renanda, 2018). Pada penelitian ini, hubungan yang
signifikan antara kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan
pada istri tentara di Batalyon X bisa saja dikarenakan adanya sikap
keterbukaan dalam meningkatkan komunikasi antar pasangan. Penjelasan
lebih lanjutnya adalah pasangan yang memiliki kepercayaan yang tinggi
ditunjukkan melalui sikap saling terbuka, di mana sikap ini merupakan bagian
dari komunikasi yang dapat meningkatkan kepuasan perkawinan (Olson &
Olson, 2000). Hal ini berarti bahwa kepuasan perkawinan dapat terwujud
karena pasangan saling berusaha meningkatkan komunikasi dengan
menggunakan surat, paket, dan surat elektronik atau dapat secara interaktif
menggunakan panggilan telepon, pesan singkat serta video telepon (Carter et
al. dalam Galvin, Braithwaite & Bylund, 2015). Seseorang yang memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pasangan cenderung mempunyai
harapan, dan sikap serta pemikiran yang positif (Holmes & Rempel, 1989).
Adanya hubungan positif dan signifikan antara kepercayaan terhadap
pasangan dan kepuasan perkawinan pada istri tentara di Batalyon X, di mana
keduanya memiliki hubungan yang tinggi mengantarkan pada tingkat
kesejahteraan. Dalam hal ini, kesejahteraan baik secara umum maupun seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
kesejahteraan finansial, kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan psikologis
(Thoresen, Goldsmith, & Thoresen, 1987; Wadsworth, 2015; Suhail &
Chaudhry, 2004; Gove, Hughes, & Style, 1983). Penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi kepuasan perkawinan maka akan semakin tinggi juga
tingkat kesejahteraan seseorang.
Tabel 4. 9. Scatterplot
Hasil data deskripsi menunjukkan rata-rata subjek memiliki kepercayaan
terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan yang tinggi. Mean empiris (x =
21,03) kepercayaan terhadap pasangan lebih tinggi dibandingkan dengan
mean teoretis (x = 0). Hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan terhadap
pasangan yang dimiliki oleh subjek tergolong tinggi. Kemudian, mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
empiris kepuasan perkawinan (x = 50,69) lebih tinggi dibandingkan dengan
mean teoretis (x = 45). Hasil ini sejalan dengan uji hipotesis yang
menunjukkan hubungan positif kedua variabel. Hal ini juga dapat dilihat dari
grafik diagram pencar (scatter plot), di mana hasil bentuk grafik
menunjukkan nilai variabel kepercayaan terhadap pasangan (x) dan variabel
kepuasan (y) dapat ditarik garis lurus pada pancaran titik-titik kedua variabel
tersebut (Tabel 4. 9). Jadi, kepercayaan terhadap pasangan berhubungan
dengan kepuasan perkawinan sehingga kepercayaan terhadap pasangan perlu
dijaga atau ditingkatkan karena akan berakibat secara positif bagi pasangan.
Di samping itu, kepercayaan terhadap pasangan yang cenderung tinggi
membuat istri tentara mempunyai sikap dan pemikiran yang lebih terbuka
serta positif (Holmes & Rempel, 1989). Individu juga mampu memahami
pasangan, memenuhi harapan pasangan, dan tidak memiliki kecurigaan
kepada pasangannya (Holmes & Rempel, 1989). Sementara itu, istri tentara
dengan kepuasan perkawinan yang cenderung tinggi mempunyai sikap yang
bertanggung jawab dengan keluarganya, dapat mengambil keputusan dengan
tepat, dan memegang teguh nilai-nilai agama (Fowers & Olson, 1993).
Individu tersebut juga mampu mengatur keuangan dan waktu luang untuk
bercengkrama dengan keluarga ataupun kolega (Fowers & Olson, 1993). Istri
tentara dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik dalam berinteraksi
dengan pasangan.
Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa awal berusia 18-40
tahun yang sudah menjalankan hubungan perkawinan dan membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
keluarga (Berk, 2012). Rentang usia ini dianggap berperan dalam mendukung
suatu hubungan perkawinan (Walgito, 2002). Menurut Walgito (2002),
peranan usia dapat dilihat dari beberapa segi fisiologis, psikologis dan sosial.
Dari segi fisiologis, rentang usia tersebut dapat dikatakan telah siap untuk
mengadakan hubungan seksual. Lalu dari segi psikologis, seseorang dengan
rentang usia ini telah dianggap memiliki kondisi yang semakin matang dalam
berpikir dan bertingkah laku. Dari segi sosial, individu semakin memiliki
pengalaman untuk melakukan sosialisasi dan mulai tergerak untuk bekerja
dan tidak bergantung kepada pihak lain termasuk orangtua serta berusaha
menjaga kelangsungan keluarganya (Walgito, 2002). Dalam hal ini, wanita
dewasa awal yang dimaksud adalah sebagai istri militer. Istri militer
dijelaskan merasakan perpisahan dan tingkat stress yang lebih besar terutama
pada saat ditinggal sang suami berangkat penugasan (Galvin, Braithwaite &
Bylund, 2015). Penugasan dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan
kebahagiaan dan kestabilan perkawinan menjadi terganggu (Litiloly &
Swastiningsih, 2014). Seseorang yang telah menikah tentu menginginkan
sebuah kondisi perkawinan yang stabil dan bahagia di mana hal ini dapat
dicapai dengan cara memenuhi bidang-bidang dalam perkawinan (Fowers &
Olson, 1993). Pada dasarnya, hasil dari pemenuhan bidang-bidang
perkawinan disebut dengan kepuasan perkawinan (Fowers & Olson, 1993).
Kepuasan perkawinan dapat ditingkatkan dengan adanya sikap-sikap yang
positif pada pasangan (Hurlock, 1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Salah satu sikap positif untuk dapat mencapai harapan perkawinan yang
bahagia adalah sikap saling percaya mempercayai (Walgito, 2002). Dalam
hubungan suami istri, penting bagi keduanya untuk saling memberikan
kepercayaan satu sama lain (Walgito, 2002). Kepercayaan menjadi hal yang
penting dalam hubungan perkawinan agar pasangan dapat saling memahami,
saling mengandalkan, dan memiliki keyakinan walaupun beda pada masa-
masa yang penuh dengan ketidakpastian (Rempel et al., 1985). Dengan
adanya kepercayaan, pasangan dapat menyingkirkan perasan ataupun pikiran
negatif.
Di sisi lain, penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
nonprobability atau nonrandom purposive sampling. Teknik ini dilakukan
dengan cara menentukan sampel atas dasar adanya pertimbangan-
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Pertimbangan tersebut adalah
peneliti memilih subjek berdasarkan kemudahan peneliti untuk mendapatkan
subjek penelitian. Dengan artian bahwa subjek penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan karena tidak semua populasi menjadi sampel penelitian
(Purwanto & Sulistyastuti, 2007; Hikmawati, 2017). Hal ini sepertinya
kurang dapat menggambarkan variasi data dari populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan dan penjelasan dari bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah adanya hubungan positif dan
signifikan antara kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan pada
istri tentara di Batalyon X. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepercayaan
terhadap pasangan, maka semakin tinggi pula kepuasan perkawinan pada istri
tentara di Batalyon X. Selain itu, hal tersebut juga berlaku sebaliknya, di mana
jika semakin rendah kepercayaan terhadap pasangan, maka semakin rendah pula
kepuasan perkawinan pada istri tentara di Batalyon X. Dengan begitu, hasil yang
telah diperoleh tersebut dapat menjelaskan bahwa hipotesis pada penelitian ini
diterima. Hipotesis tersebut, yaitu ada hubungan positif antara kepercayaan
terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan pada istri tentara di Batalyon X. Hal
ini cenderung didukung pula salah satu faktor, yaitu usia. Hal ini cenderung ikut
mendukung kepuasan perkawinan pada istri tentara.
Hasil penelitian yang didapatkan juga menunjukkan bahwa subjek dalam
penelitian ini memiliki kepercayaan terhadap pasangan dan kepuasan perkawinan
yang tinggi secara signifikan. Di samping itu, subjek penelitian ini merupakan
istri tentara yang berusia antara 18-40 tahun yang telah masuk ke dalam tahapan
dewasa awal sehingga mampu mengolah pikiran, persaan dan perbuatan secara
matang sesuai dengan tugas perkembangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Setelah melewati proses penelitian, peneliti menyadari bahwa penelitian ini
tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan. Ada lima hal yang menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu berkaitan status subjek penelitian, uji coba
terpakai, peraturan kesatuan militer, teknik pengambilan sampel, dan latar
belakang pendidikan peneliti. Pertama, subjek yang digunakan dalam penelitian
ini kurang bisa mewakili status istri pada umumnya. Penelitian ini hanya berfokus
pada status sebagai istri militer yang memiliki ciri-ciri yang berbeda. Kedua,
penelitian ini menggunakan skala adaptasi dan bersifat uji coba terpakai (try out
terpakai), di mana tidak ada alat ukur sebelumnya dan seleksi item. Jika ada item
dari skala yang kurang reliabel, maka peneliti tidak bisa mengganti atau
memperbaiki sehingga dapat mempengaruhi konstruk yang diukur
Ketiga, pada proses pengambilan data, kesatuan militer memilih
menyebarkan skala sendiri tanpa didampingi oleh peneliti karena alasan tertentu.
Maka dari itu, peneliti kurang dapat memantau pada proses pengisian skala. Hal
ini juga menjadi keterbatasan peneliti untuk dapat mengantisipasi atau
menanggulangi apabila ada subjek yang kurang paham saat proses pengisian
skala. Keempat, pengambilan sampel dengan teknik nonprobability atau
nonrandom purposive sampling. Peneliti menggunakan teknik ini dengan
pertimbangan kemudahan peneliti dalam mendapatkan data. Akan tetapi, teknik
ini tidak dapat digeneralisasikan karena tidak semua populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Purwanto & Sulistyastuti, 2007;
Hikmawati, 2017). Kelima, peneliti merupakan seorang mahasiswa S1 yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
belum berpengalaman dalam bidang penelitian di mana peneliti masih
membutuhkan pendampingan oleh ahli yang dalam hal ini adalah dosen
pembimbing. Peneliti menyadari belum baik dalam menganalisis hasil dan
kurang membuat pembahasan yang mendalam. Akan tetapi, penelitian ini telah
didampingi oleh dosen yang berpengalaman sehingga penelitian ini masih masuk
dalam standar penelitian ilmiah.
C. SARAN
Seperti pada Bab 1 penelitian ini, kiranya ada beberapa manfaat yang
diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak terkait. Adapun pihak-pihak
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi Istri Tentara
Berdasarkan hasil dari data deskriptif pada penelitian ini yang
menunjukkan bahwa rata-rata subjek memiliki kepercayaan terhadap
pasangan dan kepuasan perkawinan yang tinggi maka subjek dianggap
memiliki kemampuan untuk mengendalikan perasaan, situasi yang baru dan
orang lain yang cukup baik. Mengacu pada temuan tersebut maka istri tentara
diharapkan turut membantu sesama agar dapat saling membangun perasaan
yang lebih positif. Individu juga diharapkan lebih peka terhadap orang lain
dan saling menyokong individu yang mengalami kondisi yang sama terutama
yang kurang mampu mengendalikan perasaan-perasaan negatifnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
2. Bagi Keluarga dan Organisasi Persatuan Istri Tentara
Keluarga dan organisasi persatuan diharapkan senangtiasa terus
memberikan dukungan kepada istri tentara yang ditinggal bertugas.
Dukungan tersebut sangat penting guna menghindari perasaan-perasaan
negatif yang berkepanjangan. Dukungan sosial keluarga dapat berupa
pemberian informasi baik secara verbal maupun non-verbal, saran, dan
bantuan secara nyata. Selain itu, organisasi persatuan istri tentara juga dapat
memberikan berbagai kegiatan untuk mengisi hari-hari istri tentara yang
ditinggal bertugas.
3. Bagi Komunitas Ilmuwan Psikologi
Penelitian selanjutnya mungkin perlu memperhatikan untuk adanya uji
coba (try-out instrument) pengukuran. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki
apabila ada item dari skala yang kurang reliabel sehingga dapat diperbaiki
atau diganti agar tidak berpengaruh terhadap konstruk yang ingin diukur.
Selain itu, subjek pada penelitian ini yang hanya terbatas pada kriteria
tertentu. Berkaitan dengan hal itu, penelitian selanjutnya diharapkan
mengambil populasi yang berasal dari kriteria berbeda agar dapat menambah
literatur penelitian dan hasilnya dapat digeneralisasikan. Di samping gitu,
apabila memungkinkan pada penelitian selanjutnya agaknya dapat
memperhatikan proses pengambilan data mulai dari penyebaran hingga
pengisian skala penelitian secara langsung. Dengan begitu, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
selanjutnya dapat meminimalisir bias atau kebingungan dari subjek dalam hal
pemberian respon pada skala penelitian.
Hal lain yang mungkin bisa dilakukan oleh penelitian selanjutnya adalah
melakukan penelitian dengan teknik penelitian yang berbeda, seperti
penelitian kualitatif atau menambah aspek demografis (usia pernikahan,
jumlah anak, pendidikan, jenis pekerjaan dan jumlah pendapatan). Teknik ini
dapat menghasilkan proses atau hasil yang lebih mendalam dan lebih
mendetail terkait topik ini. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan topik lain
untuk dikaitkan dengan kepuasan perkawinan atau penelitian lain yang terkait
dengan istri tentara agar penelitian tentang subjek tersebut dapat lebih kaya
lagi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berharap bahwa beberapa saran atau
masukan yang telah peneliti sampaikan dapat diterima dan ditindaklanjuti
dengan bijak oleh pihak-pihak terkait.
D. KOMENTAR PENUTUP
Pada Bab 1 di awal , peneliti telah menyampaikan beberapa hal mengenai
alasan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini.
Peristiwa-peristiwa yang cukup memprihatikan ini membangkitkan
keingintahuan peneliti untuk melihat yang sebenarnya terjadi. Setelah
melewati penelitian ini, peneliti cukup senang karena mendapatkan hasil
bahwa subjek penelitian tidak memiliki peniliaian yang rendah terhadap
perkawinannya dan merasa cukup puas dengan perkawinan tersebut. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
itu, cukup puas karena dari ruang lingkup penelitian ini saja mampu
menunjukkan bahwa masih ada sikap positif yang dipegang oleh istri tentara
pada saat mereka ditinggal bertugas oleh sang suami. Hal ini artinya, masih
ada istri tentara yang dapat mengendalikan perasaan-perasaan negatif mereka
dan lebih mengandal sikap saling percaya yang dapat dilihat melalui sikap
saling terbuka. Peneliti berharap bahwa penelitian ini tidak hanya bermanfaat
bagi peneliti tetapi dapat bermanfaat juga bagi orang lain. Peneliti juga
berharap nantinya semakin banyak penelitian mengenai topik ini ataupun
yang masih berkaitan dengan topik ini sehingga tidak kesulitan lagi mencari
tambahan literatur seperti yang peneliti rasakan. Di samping itu, pentingnya
dukungan sosial sebagai upaya untuk dapat mendampingi para istri tentara
tentu terus sangat dibutuhkan baik dari keluarga maupun dari organisasi
terkait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2015, July 1). Istri pilot pesawat hercules Sandy diusahakan jadi PNS.
Liputan6.Com. Retrieved from http://news.liputan6.com/read/2263806/istri-pilot-pesawat-hercules-sandy-diusahakan-jadi-pns?source=search
Asmarina, N. L. P. G. M., & Lestari, M. D. (2017). Gambaran kepercayaan,
komitmen pernikahan dan kepuasan hubungan seksual pada istri dengan
suami yang bekerja di kapal pesiar. Jurnal Psikologi Udayana, 4(2), 239–
249.
Atta, M., Adil, A., Shujja, S., & Shakir, S. (2013). Role of trust in marital
satisfaction among single and dual-career couples. International Journal of
Research Studies in Psychlogy, 2(4), 53–62. https://doi.org/10.5861/ijrsp.2013.339
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas (edisi 4). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan validitas (edisi 4). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2017). Metode penelitian psikologi (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Berbagi Cerita Dengan Istri Prajurit Yang Gugur, Lambaian Pagi Itu Ternyata
Yang Terakhir. (2015, October 5). Prokal.Co. Retrieved from
http://kaltim.prokal.co/read/news/245634-berbagi-cerita-dengan-istri-prajurit-yang-gugur-lambaian-pagi-itu-ternyata-yang-terakhir
Berk, L. E. (2012). Development through the lifespan (5 ed.). Boston: Pearson
Education, Inc.
Chang, J. H. Y., Yang, H., Yeh, K. H., & Hsu, S. C. (2016). Developing trust in
close personal relationships: Ethnic Chinese’s experiences. Journal of Trust
Research, 6(2), 167–193. https://doi.org/10.1080/21515581.2016.1207543
Dinas Penerangan Angkatan Darat. (2009). Pahami Konsekuensi Tugas Sebagai
Kowad. Retrieved February 11, 2019, from https://tni.mil.id/view-12705-
pahami-konsekuensi-tugas-sebagai-kowad.html
Dinas Penerangan Angkatan Darat. (2012). Tugas. Retrieved December 8, 2018, from https://tniad.mil.id/2012/07/tugas/
Dinas penerangan TNI AD. (2007, September 21). Istri prajurit TNI harus tegar
dan mandiri. Kabar Indonesia. Retrieved from
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&dn=20070921160617
Divorce Rate Increases in Marine Corps. (2008, December 2). Divorce Rate
Increases in Marine Corps. Nbcnews.Com. Retrieved from
http://www.nbcnews.com/id/28023452/ns/us_news-military/t/divorce-rate-increases-marine-corps-army/#.XGAxMjAzbIX
Fowers, B. J., & Olson, D. (1993). ENRICH marital satisfaction scale: A brief
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
research and clinical tool. Journal of Family Psychology, 7(2), 176–185.
https://doi.org/10.1037/0893-3200.7.2.176
Galvin, K. M., Braithwaite, D. O., & Bylund, C. L. (2015). Family
communication: Cohesion and change (9th ed.). New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Glisson, C. A., Melton, S. C., & Roggow, L. (1981). The effect of separation on
marital satisfaction, depression and self-esteem. Journal of Social Service
Research, 4(1), 61–76. https://doi.org/10.1300/J079v04n01_05
Goodwin, C. J. (2010). Research in psychology methods and design (6th editio). New Jersey: John Wiley & Sons.
Gove, W. R., Hughes, M., & Style, C. B. (1983). Does marriage have positive
effects on the psychological well-being of the individual? Journal of Health and Social Behavior, 24(2), 122–131. https://doi.org/10.2307/2136639
Hadi, S. (2005). Aplikasi ilmu statistika di Fakultas Psikologi. Anima Indonesia
Psychological Journal, Vol. 20(No. 3), 203–229.
Hikmawati, F. (2017). Metodologi penelitian. Depok: Rajawali Pers.
Holmes, J. G., & Rempel, J. . (1989). Trust in close relationships. Review of Personality and Social Psychology, Vol. 10, 187–220.
Hurlock, E. B. (1953). Development psychology. USA: McGraw-Hill Book
Company.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang rentang waktu kehidupan manusia (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.
Irawan, Y. K. (2016, June 8). “Jadi Istri Tentara Itu Harus Kuat...” Kompas.Com.
Retrieved from
https://regional.kompas.com/read/2016/06/08/16460001/.jadi.istri.tentara.itu.
harus.kuat.
Kail, R. V., & Cavanaugh, J. C. (2010). Human development: A life-span view (5th ed). California: Wadsworth Cengage Learning.
Karney, B. R., & Crown, J. S. (2007). Families under stress : An assessment of
data, theory, and research on marriage and divorce in the military. California: RAND Corporation.
Knobloch, L. K., & Wilson, S. R. (2015). Communication in military families
across the deployment. In L. H. Turner & R.West (Eds.), The SAGE
handbook of family communication (pp. 370–385). California: Sage
Publications Inc. https://doi.org/10.4135/9781483375366.n24
KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA. (2010). Jakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.
Komandan Lantamal VI Hadiri Pengarahan Panglima TNI Di Makassar. (2017,
October 16). Peloporwiratama. Retrieved from
http://peloporwiratama.co.id/2017/10/16/komandan-lantamal-vi-hadiri-
pengarahan-panglima-tni-di-makassar/
Larzelere, R. E., & Huston, T. L. (1980a). The dyadic trust scale: Toward
understanding interpersonal trust in close relationships. Journal of Marriage
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
and the Family, 42(3), 595. https://doi.org/10.2307/351903
Larzelere, R. E., & Huston, T. L. (1980b). The dyadic trust scale: Toward
understanding interpersonal trust in close relationships. Journal of Marriage and Family, Vol. 42, N, 595–604. https://doi.org/10.2307/351903
Lemme, B. H. (1995). Development In adulthood. MA: Allyn and Bacon.
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik
dalam keluarga (edisi 1). Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Litiloly, F., & Swastiningsih, N. (2014). Manajemen stres pada istri yang mengalami long distance marriage. Jurnal Fakultas Psikologi, 2(2), 53–61.
Manggiasih, B., & Indreswari, A. (2010, August 15). Tentara dan polisi Rawan
tertular HIV/AIDS. Tempo.Co. Retrieved from
https://nasional.tempo.co/read/271273/tentara-dan-polisi-rawan-tertular-
hivaids
Mansfield, A. J., Kaufman, J. S., Marshall, S. W., Gaynes, B. N., Morrissey, J. P.,
& Engel, C. C. (2010). Deployment and the use of mental health services
among U.S. Army wives. The New England Journal of Medicine, 362(2), 101–109. https://doi.org/10.1056/NEJMoa0900177
Mappiare, A. (1983). Psikologi orang dewasa bagi penyesuaian dan pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Matlin, M. W. (2012). The psychology of woman (7th ed). California: Wadsworth Cengage Learning.
McCray, M. L. (2015). Infidelity, trust, commitment, and marital satisfaction
among military wives during husbands’ deployment (Dissertation Doctoral).
Walden University. Retrieved from
http://scholarworks.waldenu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1757&context=dissertations
Miller, R. B., Nunes, N. A., Bean, R. A., Day, R. D., Falceto, O. G., Hollist, C. S.,
& Fernandes, C. L. (2014). Marital problems and marital satisfaction among
Brazilian couples. The American Journal of Family Therapy, 42(2), 153–
166. https://doi.org/10.1080/01926187.2012.741897
Muhardeni, R. (2018). Peran intensitas komunikasi, kepercayaan, dan dukungan
sosial terhadap kebahagiaan perkawinan pada istri tentara saat menjalani long
distance marriage (ldm) di batalyon infanteri 407/padmakusuma kabupaten
Tegal. Jurnal Psikologi Sosial, 16(01), 34–44.
https://doi.org/10.7454/jps.2018.4
Negrusa, S., Negrusa, B., & Hosek, J. (2014). Gone to war : have deployments
increased divorces ? Journal of Population Economics, 27(2), 473–496.
https://doi.org/10.1007/s00148-013-0485-5
Noller, P., & Fitzpatrick, M. A. (1993). Communication in family relationships. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Olson, D. H., DeFrain, J., & Skogrand, L. (2011). Marriages and families:
Intimacy, diversity, and strengths (7th editio). New York: McGraw-Hill Book Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Olson, D. H., & Olson, A. K. (2000). Empowering couples: Building on your
strengths (2nd ed). Minnesota: Life Inovations Inc.
Pamungkas, R. T. (2016). Cerita bisik-bisik para istri tentara yang ditinggal
bertugas berbulan-bulan tak pulang. TribunJateng.Com. Retrieved from
http://jateng.tribunnews.com/2016/10/05/cerita-bisik-bisik-para-istri-tentara-yang-ditinggal-bertugas-berbulan-bulan-tak-pulang
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami perkembangan manusia
(edisi 12). Jakarta: Salemba Humanika.
Pemerintah Indonesia. (2010). Undang-undang no. 39 tahun 2010 yang mengatur
tentang administrasi prajurit tentara nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.bphn.go.id/data/documents/10pp039.pdf
Penerangan komandon resor 143/Halu Oleo. (2016). Loyalitas, moralitas dan
integritas wujud prajurit TNI yang profesional dan di cintai rakyat. Retrieved
December 8, 2018, from http://korem143.kodam14hasanuddin-
tniad.mil.id/loyalitas-moralitas-dan-integritas-wujud-prajurit-tni-yang-
profesional-dan-di-cintai-rakyat/
Persit Kartika Chandra Kirana Pengurus Pusat. (2017). Tujuan & tugas pokok.
Retrieved December 8, 2018, from https://www.persitpusat.or.id/tujuan-
tugas-pokok/
Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R. (2007). Metode penelitian kuantitatif untuk administrasi publik dan masalah-masalah sosial. Yogyakarta: Gava Media.
Pusat penerangan TNI. (2018, January 11). Ketum dharma pertiwi : Istri prajurit
TNI harus pahami tugas suami. PUSPEN Markas Besar Tentara Nasional
Indonesia. Retrieved from https://tni.mil.id/view-124902-ketum-dharma-
pertiwi-istri-prajurit-tni-harus-pahami-tugas-suami.html
PUSPEN. (2012, April 4). Tugas Ganda Sebagai Istri Prajurit. PUSPEN Markas
Besar Tentara Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.tni.mil.id/view-34804-tugas-ganda-sebagai-istri-prajurit.html
Rachmawati, D., & Mastuti, E. (2013). Perbedaan tingkat kepuasan perkawinan
ditinjau dari tingkat penyesuaian perkawinan pada istri Brigif 1 Marinir TNI-
AL yang menjalani long distance marriage. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan, Vol. 2(No. 02), 1–8.
Rempel, J. K., Holmes, J. G., & Zanna, M. P. (1985). Trust in close relationships.
Journal of Personality and Social Psychology, 49(1), 95–112. https://doi.org/10.1037/0022-3514.49.1.95
Renanda, S. (2018). Hubungan kelekatan dan kepuasan hubungan romantis pada
mahasiswa politeknik kesehatan dr. Soepraoen Malang yang di mediasi oleh
kepercayaan. Jurnal Ecopsy, 5(1), 29–35.
https://doi.org/10.20527/ecopsy.v5i1.4882
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universita Sanata Dharma.
Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Schumm, W. R., Resnick, G., Silliman, B., & Bell, D. B. (1998). Premarital
counseling and marital satisfaction among civilian wives of military service
members. Journal of Sex & Marital Therapy, 24(1), 21–28.
https://doi.org/10.1080/00926239808414665
Siregar, S. (2013). Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Smith, B., Brown, A., Varnado, T., & Stewart-Spencer, S. (2017). Deployments
and marital satisfaction of civilian male spouses. Journal of Military and Government Counseling, 5(1), 70–85.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d (edisi 5).
Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d (edisi 19). Bandung: ALFABETA.
Suhail, K., & Chaudhry, H. R. (2004). Predictors of subjective well-being in an
Eastern muslim culture. Journal of Social and Clinical Psychology, 23(3), 359–376. https://doi.org/10.1521/jscp.23.3.359.35451
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universita Sanata
Dharma.
Suryani, A., & Nurwidawati, D. (2016). Self disclosure dan trust pada pasangan
dewasa muda yang menikah dan menjalani hubungan jarak jauh. Jurnal
Psikologi Teori Dan Terapan, 7(1), 9–15.
Thoresen, R. J., Goldsmith, E. B., & Thoresen, R. J. (1987). The relationship
between army families’ financial well-being and depression, general well-
being, and marital satisfaction. The Journal of Social Psychology, 127(5), 545–547. https://doi.org/10.1080/00224545.1987.9713742
Wadsworth, T. (2015). Marriage and subjective well-being: How and why context
matters. Social Indicators Research, 126(3), 1025–1048. https://doi.org/10.1007/s11205-015-0930-9
Walgito, B. (2002). Bimbingan dan konseling perkawinan. Yogyakarta: Penerbit
Andi Yogyakarta.
Wieselquist, J., Rusbult, C. E., Foster, C. A., & Agnew, C. R. (1999).
Commitment, pro-relationship behavior, and trust in close relationships.
Journal of Personality and Social Psychology, 77(5), 942–966. https://doi.org/10.1037/0022-3514.77.5.942
Yanuar. (2015, December 21). Pilot pesawat tempur jatuh kapten Dwi
dimakamkan, istri pingsan. Liputan6.Com. Retrieved from
http://news.liputan6.com/read/2395270/pilot-pesawat-tempur-jatuh-kapten-
dwi-dimakamkan-istri-pingsan?source=search
Yudha, A. A. (2017). “Peran Persit” organisasi, ibu rumah tangga dan
pendamping suami. Retrieved December 8, 2018, from
https://www.persitpusat.or.id/peran-persit-organisasi-ibu-rumah-tangga-dan-pendamping-suami/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
LAMPIRAN 1
Instrumen Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 1.1 Skala kepercayaan terhadap pasangan
Skala trust in close relationship
No
.
Designated
category
1. My partner has proven to be trustworthy and I am willing to
let him/her engage in activities
which other partners find too threatening.
D
2. Even when I don't know how my partner will react, I feel
comfortable telling him/her anything
about myself; even those things of which I am ashamed.
F
3. Though times may change and the future is uncertain; I
know my partner will always be ready
and willing to offer me strength and support.
F
4. 1 am never certain that my partner won't do something that I
dislike or will embarrass me.
P
5. My partner is very unpredictable. I never know how he/she
is going to act from one day to the
next.
P
6. I feel very uncomfortable when my partner has to make
decisions which will affect me
personally.
D
7. I have found that my partner is unusually dependable,
especially when it conies to things which
are important to me.
D
8. My partner behaves in a very consistent manner. P
9. Whenever we have to make an important decision in a
situation we have never encountered
before, I know my partner will be concerned about my
welfare.
F
10. Even if I have no reason to expect my partner to share things
with me, I still feel certain that
he/she will.
F
11. I can rely on my partner to react in a positive way when I
expose my weaknesses to him/her.
F
12. When I share my problems with my partner, I know he/she
will respond in a loving way even
before I say anything.
F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
13. I am certain that my partner would not cheat on me, even if
the opportunity arose and there
was no chance that he/she would get caught.
D
14. I sometimes avoid my partner because he/she is
unpredictable and I fear saying or doing
something which might create conflict.
P
15. I can rely on my partner to keep the promises he/she makes
to me.
D
16. When I am with my partner I feel secure in facing unknown
new situations.
F
17. Even when my partner makes excuses which sound rather
unlikely, I am confident that he/she
is telling the truth.
D
• F = faith; D = dependability; P = predictability.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 1.2 skala terjemahan kepercayaan terhadap pasangan
No. Pernyataan
1. Pasangan saya telah terbukti dapat dipercaya dan saya bersedia untuk
membiarkan dia terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang pasangan lain
rasakan terlalu mengancam
2. Tidak peduli akan reaksi pasangan saya, saya merasa nyaman
menceritakan apa pun tentang diri saya; bahkan hal-hal yang membuat
saya malu
3. Walaupun waktu dapat berubah dan masa depan tidak pasti; Saya tahu
bahwa pasangan saya akan selalu siap dan bersedia memberi saya
kekuatan dan dukungan
4. Saya tidak pernah yakin bahwa pasangan saya tidak akan melakukan
sesuatu yang tidak saya sukai atau akan mempermalukan saya
5. Pasangan saya sangat tidak bisa diprediksi. Saya tidak pernah tahu
bagaimana dia akan bertindak dari satu hari ke berikutnya
6. Saya merasa sangat tidak nyaman ketika pasangan saya harus membuat
keputusan yang akan mempengaruhi saya secara pribadi
7. Saya merasa bahwa pasangan saya sangat dapat diandalkan, terutama
ketika menyangkut sesuatu yang penting bagi saya
8. Pasangan saya berperilaku dengan cara yang sangat konsisten
9. Kapanpun kami harus membuat keputusan penting dalam situasi yang
belum pernah kami hadapi sebelumnya, saya tahu bahwa pasangan saya
akan peduli tentang kesejahteraan saya
10. Bahkan jika saya tidak memiliki alasan untuk mengharapkan pasangan
saya berbagi sesuatu dengan saya, saya masih merasa yakin bahwa dia
akan melakukannya
11. Saya dapat mempercayai pasangan saya untuk bereaksi dengan cara
yang positif ketika saya membuka kelemahan saya kepadanya
12. Ketika saya berbagi masalah saya dengan pasangan saya, saya tahu dia
akan menanggapi dengan cara yang penuh kasih bahkan sebelum saya
mengatakan apa pun
13. Saya yakin bahwa pasangan saya tidak akan mengkhianati saya, bahkan
jika kesempatan itu muncul dan tidak ada peluang dia akan ketahuan
14. Terkadang saya menghindari pasangan saya karena dia tidak dapat
ditebak dan saya takut mengatakan atau melakukan sesuatu yang dapat
menyebabkan konflik
15. Saya dapat mengandalkan pasangan saya untuk menepati janji-janji
yang dia buat untuk saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
16. Ketika saya bersama pasangan saya, saya merasa aman dalam
menghadapi situasi baru yang tidak diketahui
17. Bahkan ketika pasangan saya membuat alasan yang terdengar agak
tidak dapat dipercaya, saya yakin bahwa dia mengatakan yang
sebenarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 1.3 skala kepuasan perkawinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 1.4 skala terjemahan kepuasan perkawinan
No. Pernyataan
1. Pasangan saya dan saya memahami satu sama lain dengan sempurna
2. Saya tidak senang dengan sifat kepribadian dan kebiasaan pribadi
pasangan saya
3. Saya sangat senang dengan cara kami melakukan tanggung jawab peran
dalam pernikahan kami
4. Pasangan saya benar-benar memahami dan bersimpati dengan setiap
suasana hati saya
5. Saya tidak senang dengan komunikasi kami dan merasa bahwa
pasangan saya tidak memahami saya
6. Hubungan kami adalah sebuah kesuksesan yang sempurna
7. Saya sangat senang dengan cara kami membuat keputusan dan
menyelesaikan konflik
8. Saya tidak senang dengan keadaan keuangan kami dan cara kami
membuat keputusan keuangan
9. Saya mempunyai beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi dari
hubungan kami
10. Saya sangat senang dengan cara kami mengatur kegiatan waktu luang
kami dan waktu yang kami habiskan bersama
11. Saya sangat senang dengan cara kami mengungkapkan kasih sayang dan
berhubungan secara seksual
12. Saya tidak puas dengan cara kami masing-masing melakukan tanggung
jawab kami sebagai orang tua
13. Saya tidak pernah menyesali hubungan saya dengan pasangan saya,
bahkan untuk sesaat pun
14. Saya tidak puas dengan hubungan kami dengan orang tua, keluarga
besan, dan/atau teman-teman saya
15. Saya merasa sangat nyaman dengan cara kami masing-masing
melaksanakan keyakinan dan nilai-nilai agama kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 1.5 Kuesioner penelitian
SKALA PENELITIAN
Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Gabriella Pundarika Taneira
139114079
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan
Ibu yang terhormat,
Perkenalkan, nama saya Gabriella Pundarika Taneira, saya adalah
mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Saat ini, saya di bawah bimbingan dosen, Edward Theodorus,
M.App., Psy., sedang mempelajari mengenai hubungan perkawinan. Untuk itu,
saya bermaksud meminta kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini dengan mengisi kuesioner yang telah saya sediakan. Dengan mengisi
kuesioner ini, Anda telah memberikan sumbangsih pada pemahaman mengenai
perkawinan dan membantu saya untuk menambah pengetahuan serta pemahaman
saya mengenai kehidupan perkawinan yang telah anda jalani di masa ini.
Pada kepentingan kali ini, Saya sangat berterima kasih apabila Anda
memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Dalam pengisian
kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Semua jawaban atau
respons yang diisi adalah jawaban yang baik, bila diisi sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, silahkan Anda memberikan
jawaban yang jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. kuesioner ini bersifat
anonim atau tanpa nama, sehingga informasi yang Anda berikan tidak akan
menunjuk pada orang tertentu.
Saya sangat memahami bahwa topik penelitian ini merupakan topik yang
cukup sensitif dan informasi yang Anda berikan bersifat pribadi dan/ privasi,
namun saya akan menjaga kerahasiaan informasi yang Anda berikan. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
orang lain tidak akan mengetahui identitas asli Anda dan kuesioner ini hanya
digunakan dalam penelitian saya saja Apabila ada hal-hal yang kurang jelas, Anda
dapat menghubungi saya di nomor 081353737653 atau melalui email :
Terima kasih banyak atas perhatian dan kesediaan Anda.
Saya telah membaca dan memahami penjelasan mengenai pengisian kuesioner ini
dan saya bersedia mengisi angket ini.
Ttd,
............................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Identitas diri
1. Inisial : ....................
(Silahkan dibuat seperti kode unik kombinasi huruf dan angka yang dapat
anda ingat, contoh : GPT17)
2. Usia : ....................
3. Jenis Kelamin : ....................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BAGIAN 1
Di bawah ini ada beberapa pernyataan yang Anda alami dalam kehidupan.
Silahkan baca dan perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama
dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling menggambarkan
perasaan Anda. Jawaban tersebut adalah:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
Di bawah ini adalah contoh pernyataan dan contoh jawabannya:
No. Pernyataan SS S N TS STS
1. Saya senang pasangan memuji
penampilan saya
X
Artinya pernyataan tersebut sangat menggambarkan atau sangat sesuai
dengan perasaan Anda.
Jika Anda ingin mengganti jawaban, silahkan memberi tanda “=” pada
tanda silang (X) sebelumnya, lalu berikan tanda silang (X) pada kolom jawaban
yang baru sesuai dengan keadaan Anda saat ini. berikut merupakan contohnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
No. Pernyataan SS S N TS STS
1. Saya senang pasangan memuji
penampilan saya
X X
Mohon kesediaan untuk menjawab setiap pernyataan yang ada pada kuesioner ini
dan jangan sampai ada yang terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah
jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi Anda sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
No. Pernyataan SS S N TS STS
1. Pasangan saya dan saya memahami
satu sama lain dengan sempurna
2. Saya tidak senang dengan sifat
kepribadian dan kebiasaan pribadi
pasangan saya
3. Saya sangat senang dengan cara kami
melakukan tanggung jawab peran
dalam pernikahan kami
4. Pasangan saya benar-benar
memahami dan bersimpati dengan
setiap suasana hati saya
5. Saya tidak senang dengan
komunikasi kami dan merasa bahwa
pasangan saya tidak memahami saya
6. Hubungan kami adalah sebuah
kesuksesan yang sempurna
7. Saya sangat senang dengan cara kami
membuat keputusan dan
menyelesaikan konflik
8. Saya tidak senang dengan keadaan
keuangan kami dan cara kami
membuat keputusan keuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
9. Saya mempunyai beberapa
kebutuhan yang tidak terpenuhi dari
hubungan kami
10. Saya sangat senang dengan cara kami
mengatur kegiatan waktu luang kami
dan waktu yang kami habiskan
bersama
11. Saya sangat senang dengan cara kami
mengungkapkan kasih sayang dan
berhubungan secara seksual
12. Saya tidak puas dengan cara kami
masing-masing melakukan tanggung
jawab kami sebagai orang tua
13. Saya tidak pernah menyesali
hubungan saya dengan pasangan
saya, bahkan untuk sesaat pun
14. Saya tidak puas dengan hubungan
kami dengan orang tua, keluarga
besan, dan/atau teman-teman saya
15. Saya merasa sangat nyaman dengan
cara kami masing-masing
melaksanakan keyakinan dan nilai-
nilai agama kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang tidak terisi.
Silahkan lanjut ke halaman berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
BAGIAN 2
Di bawah ini ada beberapa pernyataan yang Anda alami dalam kehidupan.
Silahkan baca dan perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama
dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling menggambarkan
perasaan Anda. Jawaban tersebut adalah:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
AS = Agak setuju
N = Netral
ATS = Agak tidak setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
Di bawah ini adalah contoh pernyataan dan contoh jawabannya:
No
.
Pernyataan SS S AS N ATS TS STS
1. Saya sulit
mengutaraka
n perasaan
saya kepada
X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
pasangan
Artinya pernyataan tersebut sangat menggambarkan atau sangat sesuai
dengan perasaan Anda.
Jika Anda ingin mengganti jawaban, silahkan memberi tanda “=” pada
tanda silang (X) sebelumnya, lalu berikan tanda silang (X) pada kolom jawaban
yang baru sesuai dengan keadaan Anda saat ini. berikut merupakan contohnya:
No. Pernyataan SS S AS N ATS TS STS
1. Saya sulit mengutarakan
perasaan saya kepada
pasangan
X X
Mohon kesediaan untuk menjawab setiap pernyataan yang ada pada kuesioner ini
dan jangan sampai ada yang terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah
jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi Anda sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
No. Pernyataan SS S AS N ATS TS STS
1. Pasangan saya telah terbukti
dapat dipercaya dan saya
bersedia untuk membiarkan
dia terlibat dalam kegiatan-
kegiatan yang pasangan lain
rasakan terlalu mengancam
2. Tidak peduli akan reaksi
pasangan saya, saya merasa
nyaman menceritakan apa
pun tentang diri saya; bahkan
hal-hal yang membuat saya
malu
3. Walaupun waktu dapat
berubah dan masa depan
tidak pasti; Saya tahu bahwa
pasangan saya akan selalu
siap dan bersedia memberi
saya kekuatan dan dukungan
4. Saya tidak pernah yakin
bahwa pasangan saya tidak
akan melakukan sesuatu yang
tidak saya sukai atau akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
mempermalukan saya
5. Pasangan saya sangat tidak
bisa diprediksi. Saya tidak
pernah tahu bagaimana dia
akan bertindak dari satu hari
ke berikutnya
6. Saya merasa sangat tidak
nyaman ketika pasangan saya
harus membuat keputusan
yang akan mempengaruhi
saya secara pribadi
7. Saya merasa bahwa pasangan
saya sangat dapat diandalkan,
terutama ketika menyangkut
sesuatu yang penting bagi
saya
8. Pasangan saya berperilaku
dengan cara yang sangat
konsisten
9. Kapanpun kami harus
membuat keputusan penting
dalam situasi yang belum
pernah kami hadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
sebelumnya, saya tahu bahwa
pasangan saya akan peduli
tentang kesejahteraan saya
10. Bahkan jika saya tidak
memiliki alasan untuk
mengharapkan pasangan saya
berbagi sesuatu dengan saya,
saya masih merasa yakin
bahwa dia akan
melakukannya
11. Saya dapat mempercayai
pasangan saya untuk bereaksi
dengan cara yang positif
ketika saya membuka
kelemahan saya kepadanya
12. Ketika saya berbagi masalah
saya dengan pasangan saya,
saya tahu dia akan
menanggapi dengan cara
yang penuh kasih bahkan
sebelum saya mengatakan
apa pun
13. Saya yakin bahwa pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
saya tidak akan mengkhianati
saya, bahkan jika kesempatan
itu muncul dan tidak ada
peluang dia akan ketahuan
14. Terkadang saya menghindari
pasangan saya karena dia
tidak dapat ditebak dan saya
takut mengatakan atau
melakukan sesuatu yang
dapat menyebabkan konflik
15. Saya dapat mengandalkan
pasangan saya untuk
menepati janji-janji yang dia
buat untuk saya
16. Ketika saya bersama
pasangan saya, saya merasa
aman dalam menghadapi
situasi baru yang tidak
diketahui
17. Bahkan ketika pasangan saya
membuat alasan yang
terdengar agak tidak dapat
dipercaya, saya yakin bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
dia mengatakan yang
sebenarnya
Periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang tidak terisi.
Silahkan lanjut ke halaman berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Ucapan Terima kasih kepada ibu-ibu,
Peneliti akan memberikan voucher belanja senilai Rp 150.000,- bagi tiga (3)
orang yang beruntung. Voucher belanja tersebut dapat digunakan pada toko
Alfamart seluruh indonesia. Voucher ini nantinya akan diberikan langsung kepada
orang yang beruntung. Oleh karena itu, peneliti meminta ijin untuk mengisi
kontak telepon yang aktif dan tentunya dapat dihubungi oleh peneliti. Kontak
telepon tersebut akan peneliti digunakan untuk menghubungi orang yang
beruntung guna memberikan voucher belanja. Peneliti akan menjamin kerahasiaan
nomor HP yang Anda berikan disini. Terima kasih.
Nomor HP/WA/EMAIL : ...............................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
LAMPIRAN 2
Reliabilitas Skala Kepercayaan Terhadap
Pasangan
dan Skala Kepuasan Perkawinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 2.1 Reliabilitas Skala kepercayaan terhadap pasangan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 134 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 134 100,0
A. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach'
s Alpha N of Items
,883 17
Item Statistics
Mean
Std.
Deviation N
item1 1,42 1,610 134
item2 1,43 1,601 134
item3 1,78 1,140 134
item4 ,19 2,016 134
item5 ,30 1,935 134
item6 ,28 1,940 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
item7 1,78 1,198 134
item8 1,62 1,181 134
item9 1,71 1,219 134
item10 1,56 1,271 134
item11 1,72 1,128 134
item12 1,61 1,320 134
item13 1,68 1,301 134
item14 ,21 1,966 134
item15 1,49 1,407 134
item16 1,87 1,156 134
item17 1,38 1,460 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Lampiran 2.1 Reliabilitas Skala kepuasan perkawinan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 134 99,3
Excludeda 1 ,7
Total 135 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,882 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
item1 35,87 99,230 ,641 ,872
item2 34,78 97,479 ,578 ,873
item3 35,79 99,475 ,516 ,876
item4 35,69 99,282 ,541 ,875
item5 34,94 94,628 ,594 ,872
item6 35,67 98,613 ,558 ,874
item7 35,63 98,807 ,524 ,875
item8 34,70 96,091 ,556 ,874
item9 34,94 97,620 ,526 ,875
item10 35,75 100,116 ,471 ,878
item11 35,82 102,299 ,433 ,879
item12 35,01 98,549 ,521 ,876
item13 35,55 98,294 ,565 ,874
item14 35,10 94,810 ,648 ,870
item15 35,72 102,009 ,448 ,878
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
LAMPIRAN 3
Hasil Uji Mean Teoritik dan
Mean Empirik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Lampiran Hasil Uji T
A. Skala kepercayaan terhadap pasangan
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kepercayaan 135 21,03 12,918 1,112
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Kepercayaa
n
18,915 134 ,000 21,030 18,83 23,23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
B. Skala kepuasan perkawinan
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kepuasan 135 50,69 8,781 ,756
One-Sample Test
Test Value = 45
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
kepuasan 7,527 134 ,000 5,689 4,19 7,18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Lampiran 4.1 Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kepuasaan ,066 135 ,200* ,988 135 ,315
Kepercayaa
n
,054 135 ,200* ,987 135 ,257
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran 5.1 Hasil uji linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
LAMPIRAN 6
Hasil Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran 6.1 Hasil Uji Hipotesis
Correlations
Kepercayaa
n Kepuasaan
Kepercayaa
n
Pearson
Correlation
1 ,631**
Sig. (1-tailed) ,000
N 135 135
Kepuasaan Pearson
Correlation
,631**
1
Sig. (1-tailed) ,000
N 135 135
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI