HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah...

17
HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Anita Novidawasti 201310104216 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2014

Transcript of HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN

TINGKAT ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD

PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

Anita Novidawasti

201310104216

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT

ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Menyusun Skripsi

Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Anita Novidawasti

201310104216

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 3: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan
Page 4: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan
Page 5: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT

ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI

BANTUL TAHUN 20131

Anita Novidawasti2, Dwi Prihatiningsih

3

INTISARI

Latar Belakang: Salah satu kasus gawat darurat obstetri yang menjadi

penyebab utama kematian bayi baru lahir yang harus memperoleh prioritas

intervensi medis adalah asfiksia. Faktor yang berhubungan dengan kejadian

asfiksia neonatorum yaitu faktor ibu, faktor persalinan, faktor bayi, dan faktor

plasenta. Persalinan sectio cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun

2013 sebesar 30,0% lebih besar dibandingkan dengan target yang telah ditentukan

20%. Kejadian asfiksia neonatorum sebesar 44,07% dan 1,13% bayi diantaranya

meninggal.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara jenis persalinan dengan tingkat

asfiksia neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013.

Metode : Jenis penelitian analitik korelasional dengan desain retrospektif.

Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan tingkat

asfiksia neonatorum sebagai variabel terikat. Sampel adalah ibu yang melahirkan

bayi asfiksia dan tercatat dalam rekam medik RS Panembahan Senopati Bantul

pada bulan Januari – Desember 2013 sebanyak 322 yang diambil dengan teknik

purposive sampling. Jenis data sekunder dan dikumpulkan dengan lembar

pengumpul data. Analisis data dilakukan secara univariat dengan rumus

persentase dan analisis bivariat dengan uji chi square.

Hasil: Jenis persalinan di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013

sebagian besar adalah persalinan spontan (69,9%) dan tingkatan asfiksia yang

dialami bayi yang dilahirkan termasuk sebagai asfiksia ringan (64,3%). Hasil uji

chi square diketahui nilai X2-hitung < X2-tabel (6,243 > 5,591) dengan

signifikansi 0,044 < 0,05, artinya ada hubungan antara jenis persalinan dengan

tingkat asfiksia neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013.

Kesimpulan: Ada hubungan antara jenis persalinan dengan tingkat asfiksia

neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013.

Kata Kunci : Jenis persalinan, asfiksia neonatorum

1 JudulSkripsi 2 Mahasiswa Program D IVBidan Pendidik STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

3 Dosen STIKES ‘Aisyiyah Yogyakart

Page 6: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

THE RELATIONSHIP OF SUPPORT HUSBAND WITH

MOTIVATIONAL WIFE USE OF CONTRACEPTION AT RW X

WIROBRAJAN YOGYAKARTA IN TAHUN 20141

VivinPuspita Pratiwi2, Umu Hani

3

ABSTRACT

Bacground:The low motivation wife in contraceptive use at RW X

Wirobrajan Yogyakarta less 70% of couples of childbearing age. This happens

due to various factors, one of the factors that affect the support husbands are. The

results of a preliminary study at RW X Wirobrajan Yogyakarta is 60% fertile

couples do not become an active participant in the use of contraceptive.

Objective:The purpose was knowing husband support the wife's

motivation in contraceptive use at RW X Wirobrajan Yogyakarta in 2014.

Methode: This type of research is survey cross sectional analytic

approach. Sampling technique with a total sampling is when all members of the

population used as a sample. The tools used in data collection was a

questionnaire. Analysis of the data using the Spearman Rankon the degree of 5 %

error.

Result:The results showed that the husband support in the use of

contraceptives in categories enough amounting to 25 people (70%), while the

motivational wife in the use of contraceptives in categories enough amounting to

27 people (75%). From the analysis of data obtained using the Spearman

Rankcorrelation values of p value = 0,001 (0,05).

Conclusion: There was a significant relationship between the support

husband with motivational wife use of contraception in RW X Wirobrajan

Yogyakarta in tahun 2014.

Suggestion:Health worker such as nurse, midwife, and PKBD cadres be

more intensive in giving KIE the use of contraceptives as well as a variety of

contraceptives. This was to increase the use of contraception in fertile couples to

childbearing age realize a prosperous family.

Keywords : Contraception, support, motivation

bibliography : 18 books, 1 scientific papers, 3tesis, 5 journal, 12 internet

Number of pages : xv, 69 pages, table of 1 to 8, 1 to 2 images

1 Title of Skripsi

2 Student DIV Midwifery Educators Program STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

3 Lecturer STIKES ‘AisyiyahYogyakarta

Page 7: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

PENDAHULUAN

Salah satu indikator yang menentukan derajat kesehatan masyarakat

adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Tujuan ke empat Milleneum

Development Goals (MDGs) adalah mengurangi jumlah kematian bayi dari 68

per 1000 Kelahiran Hidup (KH) menjadi 23 per 1000 KH (WHO, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 6,6 juta anak bawah

lima tahun meningal pada tahun 2012 dengan 44% kematian terjadi selama

periode neonatal. Penyebab kematian balita tersebut diantaranya adalah lahir

dengan asfiksia. Menurut Wiknjosastro (2009), asfiksia neonatorum adalah

keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur

setelah lahir.

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

AKB tahun 2012 adalah 32 per 1000 KH dan 19 per 1000 KH terjadi pada

masa neonatal (0-28 hari). Di Indonesia hampir 30% penyebab AKB adalah

asfiksia. Data tentang tingginya AKB karena asfiksia didukung oleh beberapa

penelitian yang mengatakan bahwa angka kejadian asfiksia berkisar antara 31-

56,5% dari seluruh bayi baru lahir (Suryani, 2009; Setyabudi, 2008).

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka pecepatan penurunan

kematian bayi baru lahir adalah dengan meluncurkan program Expanding

Maternal and Neonatal Survival (EMAS). Upaya yang dilaksanakan adalah

dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal

dengan cara memastikan intervensi medis terhadap semua faktor risiko yang

mempunyai dampak besar pada kematian bayi baru lahir (Direktorat Bina

Kesehatan Anak, 2012).

Salah satu kasus gawat darurat obstetri yang menjadi penyebab utama

kematian bayi baru lahir yang harus memperoleh prioritas intervensi medis

adalah asfiksia. Menurut Towel dalam Dewi (2010), faktor yang berhubungan

dengan kejadian asfiksia neonatorum ada 4, yaitu faktor ibu, faktor persalinan,

faktor bayi, dan faktor plasenta. Faktor persalinan memberi kontribusi yang

besar terhadap kejadian asfiksia neonatorum.

Dampak yang ditimbulkan dari asfiksia sangat banyak, antara lain

ensefalopati hipoksi iskemik, gagal ginjal akut, respirasi distress, gagal

jantung, enterokolitis, necrotizing enterocolitis. Selain bisa menyebabkan

kematian bayi, dampak jangka panjang yang dialami anak bisa mengakibatkan

kelainan neurologis dan retardasi mental (Kosim, 2009).

Menurut standar rumah sakit daerah disebutkan bahwa persalinan sectio

cesarea tidak boleh lebih dari 20% dari kelahiran. Persalinan sectio cesarea di

RSUD Panembahan Senopati selama tahun 2013 adalah sebesar 30%. Dari

30% persalinan sectio cesarea tersebut 29% dilakukan karena indikasi medis

antara lain letak lintang, induksi gagal, presentasi bokong pada primigravida,

plasenta previa totaluis serta riwayat sectio cesarea dan sisanya 1% dilakukan

atas permintaan pasien.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

Dalam Al Qur’an surat Al Luqman ayat 14 Alloh berfirman

Yang artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)

kepada kedua orang tua ibu bapaknya, ibunya yang telah mengandungnya

dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua

tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu hanya

kepada-Ku lah kamu kembali”. Firman Allah tersebut mengisyaratkan kepada setiap manusia agar selalu

berbuat baik kepada orang tua yaitu ibu dan bapaknya karena ibu melahirkan

dengan susah payah dan kemudian merawat hingga menyapih.

Hasil Survai Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012

menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di D.I. Yogyakarta mempunyai

angka yang relatif lebih tinggi, yaitu sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup

(target MDG’s sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015).

Kabupaten Bantul merupakan wilayah dengan angka kematian bayi tertinggi

di D.I. Yogyakarta yang mencapai 116 kematian dari 400 kematian bayi

(Profil Kesehatan DIY, 2012)

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan melihat data pada

rekam medik diketahui bahwa RSUD Panembahan Senopati yang merupakan

rumah sakit rujukan tingkat kabupaten menunjukkan AKB tahun 2012 sebesar

48 dari 2997 persalinan atau 1,60%, dengan penyebab antara lain asfiksia,

infeksi dan BBLR. Asfiksia masih menjadi salah satu penyebab terhadap

kematian bayi saat ini. Kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit

Panembahan Senopati Bantul tahun 2012 adalah 1321 (44,07%) dan 15

(1,13%) bayi diantaranya meninggal (Rekam Medik RSUD Panembahan

Senopati Bantul, 2012).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Hubungan antara Jenis Persalinan dengan Tingkat

Asfiksia Neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2013.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah survei analitik korelasional, yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara

faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko maupun antar faktor efek

(Notoatmodjo, 2007). Jenis penelitian adalah survei analitik korelasional,

yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara

Page 9: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko

maupun antar faktor efek (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini akan melakukan

analisis terhadap hubungan antara jenis persalinan sebagai faktor risiko dan

asfiksia neonatorum sebagai faktor efek.

Desain penelitian yang digunakan adalah retrospektif, artinya penelitian

yang berusaha melihat ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan

data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek

tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi

akibat tersebut (Praktiknya, 2008). Kejadian asfiksia dalam penelitian ini

diidentifikasi terlebih dahulu kemudian secara retrospektif ditelusur jenis

persalinan yang dialami ibu.

Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas, satu variabel

terikat dan beberapa variabel pengganggu.Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah jenis persalinan dan variabel terikat adalah asfiksia

neonatorum.Variabel pengganggu akan dikendalikan. Variabel pengganggu

dalam penelitian ini adalah demam selama seminggu, dikendalikan dengan

memilih ibu bersalin yang tidak mengalami demam selama satu minggu

sebelum persalinan.Gawat janin, dikendalikan dengan memilih ibu bersalin

yang janinnya tidak mengalami kegawatdaruratan.Penyakit penyerta ibu,

dikendalikan dengan memilih ibu bersalin yang tidak ada penyakit penyerta.

Jenis persalinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses

kelahiran melalui jalan lahir secara alamI yang diketahui dari catatan rekam

medik RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tahun 2013. Skala data

nominal yang dikategorikan menjadi 2, yaitu persalinan buatan, apabila

catatan rekam medik menunjukkan bahwa ibu melahirkan bayinya dengan

alat atau bantuan dari luar.Persalinan spontan, apabila catatan rekam medik

menunjukkan bahwa ibu melahirkan bayinya secara spontan atau tanpa alat

dan bantuan tenaga dari luar.Skala data nominal

Asfiksia neonatorum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur

setelah lahir yang diketahui dari nilai Apgar bayi pada catatan rekam medik

RS Panembahan Senopati Bantul tahun 2013. Dikategorikan menjadi 3, yaitu

asfiksia berat, apabila catatan rekam medik menunjukkan bahwa bayi yang

dilahirkan dengan nilai Apgar 0-3.asfiksia sedang, apabila catatan rekam

medik menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan dengan nilai Apgar 4-

6.asfiksia ringan, apabila catatan rekam medik menunjukkan bahwa bayi yang

dilahirkan dengan nilai Apgar 7-10. Skala data ordinal.Variabel pengganggu

(distorter variable), yaitu variabel yang mengganggu hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini dikendalikan agar tidak

terjadi bias hasil penelitian. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut data tercatat lengkap dan jelas, dikendalikan dengan

mengambil data tercatat lengkap dan jelas.Ibu tidak mengalami demam

selama seminggu sebelum persalinan, dikendalikan dengan mengambil ibu

yang tidak mengalami demam selama seminggu sebelum persalinan.Bukan

merupakan gawat janin, dikendalikan dengan mengambil janin yang tidak

mengalami fetal distress.Ibu tidak ada penyakit penyerta, dikendalikan

Page 10: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

dengan mengambil ibu yang tidak ada penyakit hipertensi, jantung, DM, dan

paru.Usia kehamilan pre term dan post matur, dikendalikan dengan

mengambil ibu dengan usia kehamilan matur (37-41 minggu)Ibu mengalami

pre eklampsia dan eklampsia, dikendalikan dengan mengambil ibu yang tidak

mengalami pre eklampsia dan eklampsia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi

asfiksia dan tercatat dalam rekam medik RS Panembahan Senopati Bantul

pada bulan Januari – Desember 2013 yaitu sebanyak 1959. Sampel dalam

penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Dengan demikian,

sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi asfiksia dan

tercatat dalam rekam medik RS Panembahan Senopati Bantul pada bulan

Januari – Desember 2013 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Besar

sampel ditentukan berdasarkan tablet Krejcie dengan taraf kesalahan 5%.

Jumlah sampel yang representatif untuk jumlah populasi sebanyak 1959

menurut Tabel Krejcie adalah 322. Dengan demikian, jumlah sampel yang

akan diambil untuk penelitian ini sebanyak 322 yang representatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

beralamatkan di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo Bantul, D.I.

Yogyakarta.RSUD Panembahan Senopati sebagai rumah sakit rujukan

memberikan pelayanan paripurna. Berdasarkan Kepmenkes nomor

HK/03.06/III/413/13 tentang penetapan Rumah Sakit Umum Daerah

Panembahan Senopati Bantul menjadi Rumah Sakit Pendidikan Utama

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Berkaitan dengan tugas dan tujuan Rumah Sakit Panembahan

Senopati khususnya dalam mewujudkan proses pelayanan yang

berkualitas, mewujudkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan maka

proses persalinan yang dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati

merupakan persalinan aman dan melahirkan bayi hidup dan sehat.

Persalinan buatan baik itu seksio cesarea maupun vakum yang

merupakan salah satu teknik persalinan yang selama ini cenderung terjadi

peningkatan harus mampu melahirkan bayi sehat tanpa bayi mengalami

asfiksia. Kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Panembahan

Senopati Bantul tahun 2012 adalah 1321 (44,07%) dan 15 (1,13%) bayi

diantaranya meninggal.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik yang dijadikan sampel penelitian adalah ibu yang

melahirkan bayi asfiksia berjumlah 322 responden. Selanjutnya dijelaskan

dalam 3 kategori yaitu ibu yang melahirkan bayi asfiksia ringan, asfiksia

sedang, dan asfiksia berat. Data disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Ibu berdasarkan umur

Page 11: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

No Umur ibu Jumlah Persentase

1 < 20 th 50 15,5

2 20-35 th 190 59

3 >35 th 82 25,4

Jumlah 322 100

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu yang bersalin adalah

umur 20-35 th sebanyak 190 responden (59 %)

Tabel 4.2 Karakteristik Ibu berdasarkan paritas

No Paritas ibu Jumlah Persentase

1 Paritas 1 122 37,8

2 Paritas 2-3 139 43,1

3 Paritas ≥ 4 61 18,9

Jumlah 322 100

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu yang bersalin adalah

paritas 2-3 sebanyak 139 sebanyak ( 43,1%)

2. Jenis Persalinan

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Jenis Persalinan

di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2013

No Jenis Persalinan Jumlah Persentase

1 Persalinan spontan 225 69,9

2 Persalinan buatan 97 30,1

Total 322 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 tersebut diketahui bahwa dari 322 ibu yang

bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 sebagian besar

ibu bersalin secara spontan sebanyak 225 orang (69,9%) dan yang bersalin

secara buatan sebanyak 97 orang (30,1%).

3. Tingkat Asfiksia Neonatorum

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Bayi yang Dilahirkan Ibu Berdasarkan

Tingkat Asfiksia di RS Panembahan Senopati Bantul Tahun

2013

No Tingkat Asfiksia Jumlah Persentase

1 Asfiksia berat 37 11,5

2 Asfiksia sedang 78 24,2

3 Asfiksia ringan 207 64,3

Total 322 100,0

Page 12: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa dari 322 bayi yang

dilahirkan di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 sebagian

besar mengalami asfiksia ringan sebanyak 207 bayi (64,3%), terbanyak

kedua adalah bayi mengalami asfiksia sedang yaitu 78 bayi (24,2%), dan

yang mengalami asfiksia berat sebanyak 37 bayi (11,5%).

4. Hubungan Jenis Persalinan dengan Tingkat Asfiksia Neonatorum

Tabel 4.5. Tabel Silang antara Jenis Persalinan dengan Tingkat Asfiksia di

RS Panembahan Senopati Bantul Tahun 2013

Jenis

Persalinan

Tingkat Asfiksia

Jumlah

Hasil

Uji Chi

Square Berat Sedang Ringan

n % N % n % n % p-value

Spontan 20 8,9 60 26,7 145 64,4 225 100,0 6,243

Buatan 17 17,5 18 18,6 62 63,9 97 100,0 (0,044)

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa 225 orang yang melahirkan

secara spontan sebagian besar yaitu 145 orang (64,4%) melahirkan bayi

yang mengalami asfiksia ringan, 60 orang (26,7%) melahirkan bayi yang

mengalami asfiksia sedang, dan 20 orang (8,9%) melahirkan bayi yang

mengalami asfiksia berat. Sementara itu, dari 97 orang yang melahirkan

secara buatan sebagian besar yaitu 62 orang (63,9%) melahirkan bayi yang

mengalami asfiksia ringan, 18 orang (18,6%) melahirkan bayi yang

mengalami asfiksia sedang, dan 17 orang (17,5%) melahirkan bayi yang

mengalami asfiksia berat. Data tersebut menunjukkan bahwa persalinan

buatan cenderung melahirkan bayi dengan asfiksia berat dibandingkan

persalinan nornal.

Hasil uji Chi Square diketahui nilai X2-hitung > X2-tabel (6,243 >

5,591) dengan signifikansi 0,044 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara

jenis persalinan dengan tingkat asfiksia neonatorum di RSUD Panembahan

Senopati Bantul tahun 2013.

PEMBAHASAN

Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah homogen yang

sudah dilakukan penapisan sebelumnya.Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ibu yang bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun

2013 sebagian besar adalah usia 20-35 tahun.Ibu hamil 20-35 tahun

termasuk kategori ibu yang memiliki reproduksi sehat dan aman untuk

hamil.Pada usia tersebut ibu sudah mengalami kematangan fungsi organ

organ reproduksi dan secara psikologis sudah dewasa.Sebagian besar ibu

bersalin adalah paritas 2-3.Paritas tersebut aman untuk hamildan

melahirkan karena pada rentang waktu tersebut kondisi endometrium

Page 13: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

paling sesuai untuk tumbuh dan berkembangnya janin dan resiko

terjadinya komplikasi relatif kecil

Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul

secara spontan yaitu 225 orang (69,9%). Banyaknya persalinan spontan di

RSUD Panembahan Senopati Bantul karena tenaga medis di RSUD

Panembahan Senopati Bantul selalu mengupayakan dan sangat

menganjurkan ibu untuk bersalin secara normal atau spontan karena

memang persalinan spontan merupakan cara persalinan yang paling ideal.

Hal ini sesuai dengan tugas dan tujuan Rumah Sakit Panembahan Senopati

dalam mewujudkan proses pelayanan yang berkualitas, mewujudkan

kepercayaan dan kepuasan pelanggan sehingga proses persalinan yang

dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati merupakan persalinan

aman dan melahirkan bayi hidup dan sehat (Profil RSUD Panembahan

Senopati Bantul, 2007).

Persalinan spontan merupakan proses persalinan yang dilakukan secara

alami, yaitu melalui jalan lahir. Banyak sekali manfaat yang dapat

diperoleh apabila ibu bersalin secara spontan. Biaya persalinan yang jauh

lebih murah dibandingkan dengan persalinan buatan. Persalinan spontan

memiliki risiko yang minim, seperti risiko terjadinya perdarahan yang

tidak berlebihan. Proses pemulihan setelah persalinan umumnya lebih

cepat. Rahim pun akan melalui proses alami untuk kembali ke bentuk

semula. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hasian (2012),

yang menyebutkan bahwa persalinan normal merupakan persalinan yang

dimulai secara spontan dan memiliki risiko rendah pada awal persalinan

dan tetap demikian selama proses persalinan, dan setelah persalinan ibu

dan bayi dalam keadaan baik.

Dianjurkannya persalinan secara spontan juga dengan alasan bahwa

persalinan spontan memicu kelenjar susu memproduksi kolostrum untuk

dihasilkannya air susu sehingga ibu memiliki keberhasilan tinggi dalam

memberikan ASI eksklusif. Selain itu, bayi yang lahir secara normal

memiliki daya tahan tubuh terhadap alergi yang lebih tinggi dan risiko

asma juga rendah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sari

(2010), bahwa proses persalinan spontan akan bermanfaat terhadap

kelenjar susu yang akan segera aktif memproduksi kolostrum dan air susu,

rahim akan berkontraksi secara alami untuk kembali ke bentuk tubuh

semula, darah kotor akan dikeluarkan, serta hormon perlahan kembali ke

kondisi semula.

Persalinan buatan sebisa mungkin dihindari oleh tenaga medis di

RSUD Panembahan Senopati Bantul karena memiliki risiko yang lebih

banyak baik bagi ibu maupun bagi bayi, kecuali memenuhi indikasi untuk

dilakukannya persalinan buatan. Persalinan buatan adalah persalinan yang

dilakukan dengan alat baik melalui operasi caesar ataupun vakum.

Persalinan buatan berisiko terhadap adanya komplikasi atau keadaan yang

tidak memungkinkan baik dari ibu maupun terjadinya gawat janin

sehingga dilakukan persalinan secara buatan untuk menanggulangi

terjadinya komplikasi pada ibu dan janin.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

Bila ibu bersalin secara caesar, maka ada beberapa hal

ketidaknyamanan yang dapat dirasakan meski operasi dijalankan sesuai

standar operasionalnya. Beberapa hari pertama pascapersalinan, akan

timbul rasa nyeri hebat yang kadarnya dapat berbeda-beda pada setiap ibu.

Proses pemulihan cenderung berlangsung lebih lama, sehingga ibu harus

menjalani waktu rawat inap yang lebih lama ketimbang persalinan

spontan. Efek obat anestesi atau obat bius yang dilakukan saat operasi

dapat membuat bayi sering tidur, sulit saat harus mulai bernapas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persalinan buatan yang dilakukan

di RSUD Panembahan Senopati diketahui mencapai 30,1% jauh lebih

besar dibandingkan dengan target yang telah ditentukan sebesar 20%.

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 30,1% bayi yang lahir di RSUD

Panembahan Senopati Bantul selaras dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Mulastin tahun 2012 yang menemukan terdapat 31,6% ibu

melahirkan secara buatan dan yang melahirkan secara spontan di RSIA

kumala Siwi Pecangan Jepara sebesar 68,4%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan di RSUD

Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 dan mengalami asfiksia sebagian

besar termasuk asfiksia ringan sebanyak 207 bayi (64,3%). Asfiksia

neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas dan pengangkutan O2

dari ibu ke janin, sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan

dalam menghilangkan CO2 dan dapat berakibat O2 tidak cukup dalam

darah disebut hipoksia dan CO2 tertimbun dalam darah.Adanya kontraksi

yang berlebihan saat persalinan menyebabkan penurunan aliran darah

uteroplacenter dari ibu ke bayi sehingga beresiko untuk melahirkan bayi

asfiksia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakab oleh Wiknjosastro

(2009) yang menyatakan bahwa gangguan pertukaran gas serta transpor O2

dari ibu ke janin dapat menyebabkan gangguan dalam persediaan O2 dan

dalam menghilangkan CO2.

Bayi yang lahir dengan seksio cesarea mengandung cairan lebih

banyak dan udara lebih sedikit di dalam parunya selama 6 jam pertama

setelah lahir. Kompresi toraks yang menyertai kelahiran pervagainam dan

ekspansi yang mengikuti kelahiran, mungkin merupakan suatu faktor

penyokong pada inisiasi respirasi. Pemakaian obat anestesia/analgetika

yang berlebihan saat proses operasi pada ibu secara langsung dapat

menimbulkan depresi pusat pernafasan janin (Sari, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bayi yang mengalami

asfiksia ringan lebih besar pada ibu yang melahirkan secara spontan yaitu

64,4% dibandingkan pada ibu yang melahirkan secara buatan yaitu 63,9%,

proporsi bayi yang mengalami asfiksia sedang lebih besar pada ibu yang

melahirkan secara spontan yaitu 26,7% dibandingkan pada ibu yang

melahirkan secara buatan yaitu 18,6%, dan proporsi bayi yang mengalami

asfiksia berat lebih kecil pada ibu yang melahirkan secara spontan yaitu

8,9% dibandingkan pada ibu yang melahirkan secara buatan yaitu 17,5%.

Hasil uji Chi Square disimpulkan ada hubungan antara jenis persalinan

dengan tingkat asfiksia neonatorum di RSUD Panembahan Senopati

Page 15: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

Bantul tahun 2013. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Zainuddin (2012) yang menemukan bahwa ada hubungan

jenis persalinan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Prof. DR.

R.D. Kandao Manado. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Tahir dan Rismayanti (2012) yang

menemukan bahwa jenis persalinan merupakan faktor risiko terhadap

terjadinya asfiksia neonatorum di RSUD Sawerigading Palopo Tahun

2012.

Jenis persalinan berpengaruh besar terhadap angka kejadian asfiksia

neonatorum. Kedua jenis persalinan tetap mempunyai risiko untuk bayi

baru lahir mengalami asfiksia. Sedangkan pada persalinan buatan,

memungkinkan adanya penggunaan alat-alat medis yang dapat

menyebabkan trauma dan perdarahan intra kranial pada bayi dan

menghambat sirkulasi oksigen. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Kemenkes RI (2012) yang menyebutkan bahwa

keadaan ibu yang merupakan penyebab asfiksia diantaranya adalah

keadaan tali pusat, plasenta previa atau solusio placenta, partus lama atau

macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBC,

HIV), dan kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan).

Bentuk persalinan buatan dapat berupa operasi caesar maupun

ekstraksi vakum maupun forsep. Bayi yang lahir dengan seksio cesarea

memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami asfiksia dibandingkan

dengan persalinan spontan karena pada persalinan seksio cesarea terjadi

perubahan fisiologi akibat proses kelahiran yang menyebabkan

terganggunya sistem pernafasan. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Towel dalam Dewi (2010), yang menyebutkan bahwa

faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum diantaranya

adalah jenis persalinan. Jenis persalinan termasuk dalam risiko tinggi maka

besar kemungkinan bayinya akan terjadi asfiksia neonatorum.

Bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dapat berdampak buruk pada

perkembangan mental, terganggunya kecerdasan, dan bahkan dapat

mengakibatkan kematian.Selain bisa menyebabkan kematian bayi, dampak

jangka panjang yang dialami anak bisa mengakibatkan kelainan neurologis

dan retardasi mental.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya dampak yang begitu

buruk dari terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah dengan

pemeriksaan secara teratur selama masa kehamilan. Pemeriksaan

kehamilan dapat mendeteksi berbagai kelainan kehamilan yang berisiko

terhadap terjadinya komplikasi. Persalinan hendaknya juga dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang profesional sehingga penanganan terhadap

kesulitan persalinan dapat dilakukan secara baik sehingga dapat mencegah

asfiksia atau paling tidak penanganan terhadap asfiksia bayi baru lahir

mampu mencegah komplikasi lebih lanjut. Tenaga medis juga harus

memiliki kompetensi yang unggul dalam penanganan bayi baru lahir.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

Keterbatasan Penelitian

Hal yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah penulis belum

menganalisis faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya

asfiksia neonatorum, misalnya: persalinan lama, KPD,ketuban hijau dan

faktor lainnya.Hal ini dikarenakan RSUD Panembahan Senopati sebagai

rumah sakit rujukan sehingga banyak terjadi kasus patologis.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hal-hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan yaitu Angka kejadian persalinan spontan di RSUD Panembahan

Senopati Bantul tahun 2013 adalah sebesar 69,9 % dan persalinan buatan

sebesar 30,1 %. Tingkatan asfiksia yang dialami bayi yang dilahirkan di

RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 termasuk sebagai asfiksia

ringan (64,3%).Ada hubungan antara jenis persalinan dengan tingkat

asfiksia neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013.

Saran

Beberapa saran berkaitan dengan hasil penelitian ini penulis tujukan

kepada institusi kesehatan khususnya RSUD Panembahan Senopati Bantul

disarankan untuk melakukan kerja sama lintas sektoral untuk mencegah

terjadinya asfiksia neonatorum dengan menjalin jejaring kesehatan dengan

pelayanan kesehatan bawah.Dalam pengambilan data masih ditemukan

adanya persalinan kala 2 lama yang dilahirkan secara spontan. Tersedianya

sarana resusitasi dan peningkatan tenaga kesahatan yang terampil dapat

meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Bagi Institusi Pendidikan

khususnya STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta hendaknya mempersiapkan diri

untuk dapat membantu rumah sakit dalam upaya mencegah terjadinya

asfiksia pada bayi baru lahir agar tidak terjadi komplikasi pada bayi lahir

dan kematian bayi baru lahir, misalnya dengan cara memperbantukan

tenaga pelatihan tentang penanganan disamping melakukan penelitian

secara intensif tentang asfiksia Bagi Masyarakat khususnya ibu, agar selalu

memeriksakan kehamilanya secara teratur dan setiap persalinan agar

ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan

keterampilan melakukan diagnosis dan penanganan asfiksia neonatorum

sehingga komplikasi pada bayi baru lahir dapat dicegah.

DAFTAR PUSTAKA

Dinkes DI Yogyakarta. 2012. Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta. Yogyakarta:

Dinkes D.I. Yogyakarta.

Direktorat Bina Kesehatan Anak. 2012. Upaya Percepatan Penurunan AKI dan

AKB di Indonesia. www.kesehatananak.depkes.go.id.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN TINGKAT …digilib.unisayogya.ac.id/889/1/Naskah Publikasi.pdf · Variabel yang diteliti adalah jenis persalinan sebagai variabel bebas dan

Kemenkes RI. 2012. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI.

Manoe, Muna Vera. 2013. Gangguan Fungsi Multi Organ pada Bayi Asfiksia

Berat. Jakarta: PPDS Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C., Manuaba I.B.G.F. 2007. Pengantar Kuliah

Obstetri. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Pratiknyo, Ahmad Watik. 2008. Dasar-Dasar Metode Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2012. Rekam Medik RSUD Panembahan

Senopati Bantul. Yogyakarta.

Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

SDKI. 2012. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia.

Sitepu, Neneng Yelis Br. 2011. Hubungan Jenis Persalinan terhadap Kejadian

Asfiksia Neonatorum di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya.

Surabaya: FK Unair. www.alumni.unair.ac.id.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Waqar dan Haque. 2012. Birth Asphyxia: Brief Review of Phatogenesis and

Pragmatic Guidelines for its Management in Resouch Limited

Countries. Journal Pediatrik.

WHO. 2013. Children: Reducing Mortality.

Wiknjosastro. H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.