HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN KINERJA...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN KINERJA...
HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN KINERJA
PADA SALES DISTRIBUSI
Oleh:
LUSIANA
80 2010 063
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
ABSTRACT:
Performance contributed to the achievement of the each organization’s goals. One of
factors that affects the performance is locus of control. There are contradictions where
several studies have shown locus of control correlated with performance, but some researches
evidence shows that there’s no such result. Therefore, the purpose of this study is to
reexamine whether there is a positive and significant relationship between internal locus of
control with the performance of distribution sales with a quantitative-correlation approach.
The sample used in this study were 34 sales of distributor company. The measured locus of
control using I-E scale by Rotter (1966) and the performance using Salesperson Performance
scale by Piercy et al, (2004). The results obtained in the form of the correlation coefficient (r)
0.372 with 0.015 (p> 0.05), which prove that there is a positive and significant relationship
between internal locus of control and performance among sales persons in distributor
company.
Keyword: Internal locus of control, Performance, Distribution sales.
ABSTRAK :
Kinerja berkontribusi pada pencapaian tujuan setiap organisasi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah locus of control. Terdapat kontradiksi dimana beberapa
penelitian menunjukkan locus of control berkorelasi dengan kinerja, sebaliknya beberapa
bukti penelitian tidak menunjukkan hasil yang demikian. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji kembali apakah terdapat hubungan positif dan signifikan antara
internal locus of control dengan kinerja sales distribusi dengan pendekatan kuantitatif –
korelatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 34 orang sales. Skala yang
digunakan untuk mengukur locus of control adalah Skala I-E yang dibuat oleh Rotter (1966) dan
skala yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah Skala Salesperson Performance yang
dibuat oleh Piercy et al, (2004). Hasil yang didapatkan berupa koefisien korelasi (r) 0,372
dengan p= 0,015 (p<0,05), dengan ini membuktikan bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara internal locus of control terhadap kinerja pada sales distribusi.
Kata kunci: Internal locus of control, Kinerja, Sales distribusi.
PENDAHULUAN
Kegagalan kinerja seorang sales dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan
distributor, seorang sales merupakan ujung tombak yang dapat menghambat produktifitas
perusahaan terutama pada perusahaan yang bergerak dibidang distribusi (Royan,2011). Hasil
penelitian menunjukan bahwa kinerja merupakan hal yang sangat penting bagi
keberlangsungan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Husnawati (2006), kinerja
merupakan landasan bagi produktivitas dan mempunyai kontribusi bagi pencapaian tujuan
organisasi. Penelitian yang ditemukan oleh Wulandari (2006) menemukan akibat dari kinerja
sales yang rendah yaitu penurunan jumlah penjualan yang berdampak pada kerugian
perusahaan secara finansial.
Pada tanggal 5 maret 2013 penulis melakukan wawancara terhadap salah satu pemilik
distributor Sinar Consumer goods (barang konsumsi). Respoden menyatakan bahwa ketika
sales melakukan kesalahan dalam bekerja (salah dalam memberikan pemesanan, salah
memberikan harga, dan salah menawarkan produk yang diminta oleh konsumen),
mengakibatkan barang sering dikembalikan ke perusahaan (return). Bahkan akibat yang lebih
buruk adalah perusahaan tidak dapat mencapai target yang ditentukan oleh produsen.
Penelitian yang dilakukan oleh Baldauf & Craven (2002) mengatakan bagi tiap-tiap individu
tenaga penjualan bertanggung jawab mengimplementasikan strategi-strategi pemasaran yang
telah ditetapkan oleh perusahaan karena itu penting bagi tenaga penjualan untuk dapat
memberikan kontribusi bagi perusahaan melalui pencapaian volume penjualan, keuntungan
bagi perusahaan dan kepuasan pelangan. oleh karena itu kinerja merupakan suatu bagian
penting yang harus diperhatikan dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah motivasi (Lopez, 1981), budaya
organisasi (Abduloh, 2006), kepuasan kerja (Brown & Peterson, 1994), locus of control
(Boone, Brabander, & Hellemans, 2000) dan self efficacy (Appelbaum, 1996). Sebagaimana
disebutkan mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah locus of
control. Locus of control merupakan salah satu teori kepribadian yang ditemukan oleh Rotter
(1966). Locus of control adalah dimensi kepribadian mengenai kepercayaan mengenai
keyakinan seseorang sebagai satu-satunya agen yang bertanggung jawab atas kehidupannya.
Lebih jelasnya Rotter mengatakan Locus of control adalah bagaimana seseorang dapat
mengambil keputusan atas sikapnya.
Locus of control dibagi menjadi dua bagian yaitu: internal locus of control dan
eksternal locus of control. Sebagai salah satu sifat kepribadian, locus of control yang dimiliki
satu individu dengan individu lain, tidaklah sama. Ada individu yang memiliki locus of
control internal dan ada individu yang memiliki locus of control eksternal. Individu yang
memiliki locus of control internal mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam
mengarahkan dan mengatur perilaku nya yang membawa kepada konsekuensi positif.
Sedangkan individu dengan locus of control eksternal tidak mampu mengatur perilakunya
sehingga diasumsikan memiliki kinerja yang rendah sehingga kurang produktif dan banyak
melakukan aktifitas yang sia-sia dan banyak membuang-buang waktu dalam bekerja (Rotter
1966).
Penelitian yang dilakukan oleh Blau (1993) menemukan bahwa locus of control
berhubungan dengan dua perbedaan aspek kinerja pada teller bank bahwa orang dengan
internal locus of control menunjukan level kerja yang tinggi pada motivasi bekerja ditunjukan
pada inisiatifnya saat bekerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Boone, Brabander
& Hellemans (2000) mengungkapkan bahwa ada hubungan sebab akibat antara kinerja
dengan internal locus of control yang menunjukkan bahwa internal locus of control memang
merupakan prediktor penting dari kinerja perusahaan kecil. Spector (dalam Guan, Wang,
Dong, Liu, Yue, Liu, Zhang, Zhou, & Liu, (2012) menemukan bahwa pekerja dengan internal
locus of control memiliki level pada kerja, motivasi yang tinggi dan memperoleh peringkat
kerja yang lebih baik dari supervisor atau rekan-rekan dan memiliki kepuasan kerja yang
tinggi.
Penelitian Lefcourt (dalam Millet, 2005) menemukan bahwa orang dengan locus of
control internal memiliki ketertarikan yang besar terhadap kemampuan kewirausahaan
sehingga terlihat menjadi lebih cepat dan lebih mudah menerima petunjuk dari sebuah
informasi. Ketertarikan pada kewirausahaan merupakan pembawaan yang baik yang bisa
digunakan sebagai karakteristik seorang sales, karena ketertarikan itu akan membuat mereka
memiliki semangat yang besar dalam menjual produk mereka. Sebagai ujung tombak pada
perusahaan distribusi seorang sales diharapkan memiliki kelebihan dalam menerima petunjuk
dari sebuah informasi. Seorang sales dituntut untuk dapat mencapai target dan mencari solusi
tiap masalah yang mereka dapat di lapangan, yang memungkinkan dimilikinya kinerja tinggi.
Dari semua penelitian di atas menyatakan adanya korelasi antara locus of control
dengan kinerja, namun hasil yang berbeda ditunjukan oleh Lautania (2011), penelitian
Lautania menemukan bahwa Locus of control tidak berpengaruh pada kinerja auditor dan
perilaku disfungsional audit. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil pengujian pengaruh
Locus of control terhadap kinerja auditor yang mempunyai nilai koefisien (r) 0,040 dengan
nilai signifikansi 0.698 (α> 0.05) yang berarti locus of control tidak berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Oleh karena itu, perlu kiranya penelitian ini dilakukan untuk membuktikan
hubungan antara internal locus of control dengan kinerja seorang sales pada perusahaan
distribusi. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu apakah adanya hubungan positif dan signifikan anatara internal locus of
control pada kinerja sales distribusi CV Abadi.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja
Ford, Cerasoli, Higgins, & Decesare (2011) mendefinisikan kinerja sebagai fungsi
dari perilaku seseorang yang akan membantu organisasi untuk mencapai tujuannya. Churchill
et al. (dalam Piercy, 2004) mendefinisikan kinerja sebagai penilaian perilaku karyawan yang
relatif terhadap kontribusi perilaku terhadap tujuan organisasi. Dalam penelitian ini penulis
beracu pada kinerja menurut Churchill et al. (dalam Piercy, 2004).
Dimensi kinerja
Piercy,Low & Cravens (2004) menyatakan bahwa kinerja sales di golongkan
menjadi dua dimensi :
a. Kinerja perilaku (behavioral performance): aktivitas dan strategi yang digunakan
dalam memenuhi tanggung jawab kerja (presentasi penjualan, strategi penjualan,
rencana penjualan).
b. Hasil kinerja (out come performance) : akibat yang diberikan pada sales yang
tidak dapat mereka kontrol (potensi pasar, intensitas kompetisi pasar).
Dalam penelitian ini penulis mengacu pada dimensi yang dibuat oleh Piercy et al
(2004), dia pada tahun tersebut telah melakukan penelitian atas dasar dimensi tersebut dalam
mengamati kinerja sales manager. Oleh sebab itu penelitian ini mengunakan dimensi ini
karena sangat tepat mengarah kepada kinerja sales distributor. Penelitian oleh Piercy et al
(2004) tersebut juga telah dilakukan oleh Anderson & Oliver ; Behrman & Pereault; Jhon &
Weitz ; Spiro & Weitz ; Craven et al (dalam Piercy et al).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja antara lain adalah
kemampuan (ability), motivasi (motivation), (Mangkunegara, 2012). Penelitian oleh Tansu
(1999) menyatakan bahwa kinerja tenaga penjualan dapat dievaluasi dengan mengunakan
faktor-faktor yang dikendalikan oleh tenaga penjualan itu sendiri berdasarkan dengan
perilaku tenaga penjualan dan hasil yang diperoleh tenaga penjualan. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Brown & Peterson (1993) menyatakan bahwa ada pengaruh positif
antara kinerja sales dengan kepuasan kerja yang ditunjukan dari upaya nya sendiri.
Lain halnya penelitian yang dilakukan oleh Bono & Judge (2003) yang menyatakan Self
efficacy, locus of control, kestabilan emosi, merupakan kesatuan dengan tipe kepribadian
lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja dan kinerja.
Pada penelitiannya Abdulloh (2006) menyatakan bahwa budaya organisasi, locus
of control dan kepuasan kerja secara langsung mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan. Faktor-faktor lain yang ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Weitz, Sujan, & Sujan (1986) ada beberapa hal yang mempengaruhi kinerja
adalah persepsi peran (role perceptions), motivasi (motivation), kemampuan (ability). Selain
itu menurut Van Dyk dan Herholdt (2004), faktor yang mempengaruhi kinerja sebagai akses
yang inovatif adalah struktur pemberian upah dan lingkungan kerja yang nyaman.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain: kemampuan, motivasi, pengalaman individu, keadaan
psikologis faktor organisasi dan lingkungan, juga tipe-tipe yang terkait dengan kepribadian.
Locus of control
Locus of control merupakan persepsi atau keyakinan seseorang terhadap kontrol
diri atas peristiwa yang mempengaruhi kehidupannya (Greenberg, 2006). Rotter (1966)
mengatakan adanya ekspektasi umum dimana tindakan individu sendiri yang akan
menyebabkan munculnya hasil yang diinginkan, dimana individu tersebut meyakini suatu
peristiwa bergantung pada perilaku atau karakteristik nya yang diasumsikan dalam berbagai
kondisi, keyakinan ini disebut locus of control.
Penelitian ini akan mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Rotter (1966),
bahwa locus of control adalah suatu harapan yang digeneralisasikan untuk mempersepsikan
penguat sebagai kesatuan dari dirinya sendiri disebut dengan internal locus of control atau
sebagai hasil dari kekuatan diluar kendalinya karena adanya suatu kebetulan, nasib atau
kekuatan lain disebut eksternal locus of control.
Dari pendapat berbagai ahli tersebut dapat dipahami bahwa setiap individu
mempersepsikan peristiwa yang dialami secara berbeda, individu yang meyakini bahwa
usahanya lah yang menentukan kesuksesannya disebut dengan internal locus of control dan
individu yang meyakini bahwa ada kendali lain diluar dirinya yang ikut berperan dalam
kesuksesannya selain dirinya adalah eksternal locus of control.
Dimensi Locus of control
Rotter (1990) membagi locus of control menjadi dua bagian yaitu: internal yaitu
orang yang memiliki keyakinan bahwa keberhasilan kehidupannya berasal dari diri nya
(usahanya). Sedangkan eksternal yaitu orang yang memiliki keyakinan bahwa kehidupan nya
sebagian besar dikendalikan dari lingkungannya.
Levenson, (dalam Lumpkin 1998) mengembangkan pengelompokan tiga orientasi
individu yaitu internal control, powerful others,chance. Levenson (1981), mengembangkan
skala locus of control yang dibuat oleh Rotter (1990) dari undimensional scale (saling
bertautan) menjadi multidimensional (berdiri secara terpisah) scale, dengan tiga sub skala
yaitu : internally, powerful other dan chance.
Internal locus of control
Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan tekanan
atau mendesak usaha yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang memiliki locus of
control eksternal ketika diyakini usahanya terlihat nyata atau dengan kata lain ia
mengarahkan usahanya kepada reward (Spector, 1982 dalam Hyatt & Prawitt, 2001; Rotter,
1990) Individu dengan Locus of control Internal berkeyakinan bahwa mereka merasa mampu
untuk membantu pekerjaan dan lingkungan kerjanya sehingga merasa dapat diandalkan. Ciri-
ciri Internal locus of control Menurut Crider (dalam Mahrita, 2010) Karakteristik yang
dimiliki oleh seseorang yang memiliki internal locus of control antara lain:
1. Suka berkerja keras
2. Memiliki inisiatif yang tinggi
3. Selalu berusaha menemukan pemecahan masalah
4. Selalu mencoba berfikir seefektif mungkin
5. Selalu memiliki persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika
ingin mencapai tujuan.
Eksternal locus of control
Individu yang memiliki eksternal locus of control cenderung mempersepsikan
adanya hasil dari kekuatan diluar kendalinya karena adanya suatu kebetulan, nasib atau
kekuatan lain (Levenson, 1981). Phares (1976), menjelaskan bahwa orang yang memiliki
locus of control eksternal memiliki kecenderungan untuk lebih pasif dalam mengontrol
keadaan lingkungannya, Orang tersebut yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah
hasil dari nasib, kebetulan dan kekuatan eksternal (Phares, 1976). Individu external locus
of control menunjukkan sikap seorang yang percaya bahwa ia tidak memiliki kendali atas
keadaan. Keyakinan ini yang menyebabkan depresi pada pandangan hidup (Jaffe, Breet
et al. 2010). Ciri-ciri eksternal locus of control Menurut Crider (dalam Mahrita, 2010)
Karakteristik yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki eksternal locus of control antara
lain:
1. Kurang memiliki inisiatif
2. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan karena
mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol.
3. Kurang suka berusaha
4. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah
Hubungan antara internal Locus of control dan Kinerja
Hyatt & Prawitt (2001) menyatakan bahwa Locus of control internal secara
signifikan berhubungan dengan tingkat pengalaman untuk perusahaan yang cenderung tidak
terstruktur, namun tidak demikian pada perusahaan yang lebih terstruktur. Individu dengan
Locus of control Internal berkeyakinan bahwa mereka merasa mampu untuk membantu
pekerjaan dan lingkungan kerjanya sehingga merasa dapat diandalkan. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Blau, (1993) menyatakan bahwa locus of control berhubungan dengan
dua perbedaan aspek kinerja pada teller bank bahwa orang dengan internal locus of control
menunjukan level kerja yang tinggi pada motivasi bekerja ditunjukan pada inisiatifnya saat
bekerja. Hal ini dikarenakan orang dengan internal locus of control yang tinggi memiliki
motivasi yang tinggi dalam bekerja. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Spector
(dalam Guan et al, 2012) internal Locus of control akan cenderung lebih sukses dalam karier
dari pada eksternal locus of control, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih
tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih. Kinerja yang baik ini
terdukung pula dengan karakter yang dimiliki oleh internal locus of control. Seperti yang
dikatakan oleh Baron & Greenberg (dalam Maryati 2005) bahwa orang dengan locus of
control internal memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat
lebih mampu menahan stress daripada eksternal locus of control. Kemampuan individu yang
memiliki internal locus of control dalam menahan stress inilah yang membuat mereka
berfokus pada pencapaian hasil atau sasaran tujuan mereka dan mengerjakan tugasnya
dengan sebaik mungkin.
Menurut Usman, Hidayat, & Suharli (2009) dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa terdapat pengaruh locus of control terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi nilai
locus of control yang terdapat dalam individu maka semakin tinggi pula kinerja yang
diberikan oleh karyawan. Tingginya nilai locus of control berpengaruh pada pengendalian
personal individu tersebut. Dengan adanya pengendalian personal tersebut individu dengan
locus of control internal lebih dapat mengontrol dirinya untuk menyelesaikan sebuah tugas
yang diberikan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Menezes (2008) terdapat perbedaan atas
kinerja dimana internal auditor yang memiliki Locus of control internal menunjukkan kinerja
yang lebih tinggi dari internal auditor yang memiliki Locus of control eksternal.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat diajukan adalah ada
hubungan positif dan signifikan antara internal locus of control dan kinerja pada sales
perusahaan distributor CV Abadi. Semakin tinggi internal locus of control nya semakin tinggi
pula kinerjanya, sebaliknya semakin rendah internal locus of control maka semakin rendah
kinerja sales diperusahaan distributor CV Abadi .
METODE
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sales distributor consumer goods CV
Abadi. Sales distributor consumer goods berjumlah 34 orang yang masing berada dicabang
Mojosongo 8 orang, Solo baru 14 orang, Klaten 12 orang. Berdasarkan pertimbangan
karakteristik dari populasi penelitian, maka penelitian ini menggunakan tehnik sampling
jenuh.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan penyebaran angket (kuesioner) Kuesioner disusun dengan menggunakan
metode skala psikologi, dengan menggunakan dua skala yaitu skala kinerja dan skala locus of
control.
1. Skala locus of control yang digunakan mengacu pada Rotter (1966), skala ini
terdiri dari 2 pernyataan a dan b. Pada skala ini penulis tidak melakukan uji daya
diskriminasi karena penulis mengunakan alat ukur yang sudah valid. Uji reabilitas
oleh Frangklin (1963) didapatkan reabilitas dengan konsistensi internal bergerak
antara 0.65-0.76. Test-retest oleh Jessor (1964) diperoleh nilai antara 0.49-0.83.
sedangkan korelasi dengan skala Marlowe-crowne social desirability didapatkan
nilai antara -0.12-0.41.
2. Skala kinerja mengacu pada Piercy, et al (2004) dengan membagi kinerja menjadi
2 bagian yaitu kinerja perilaku (behavioral performance), hasil kerja (out come
performance). Skala ini disusun dengan dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan
unfavorable yang menggunakan model Likert yang mempunyai empat macam
pilihan jawaban, (S) setuju, (SS) sangat setuju, (TD) tidak setuju, (STD) sangat
tidak setuju. Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan
kepada subjek. Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala kinerja mengacu
pada Azwar (2012) yang terdiri dari 26 item, diperoleh item yang valid sebanyak
15 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0.219 - 0.560.
Sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala kinerja sebesar 0,846 sehingga
skala kinerja reliabel.
Hasil Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji
normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test
Dari hasil tabel di atas, diperoleh bahwa dengan uji normalitas pada setiap
pernyataan pada skala penyesuaian diri, diperoleh skor uji normalitas Kolmogorov-Smirnov(a)
dengan p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Pada skala internal locus of
control diperoleh hasil skor sebesar 0,583 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar
0,886 (p>0,05). Sedangkan pada skor kinerja memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,934 dengan
probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,348. Dengan demikian kedua variabel memiliki
distribusi yang normal.
Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakah dua variabel yang sudah
ditetapkan dalam hal ini satu variabel independen dan satu variabel dependen memiliki
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Kedua variabel dapat dikatakan linear bila
memiliki nilai signifikansi > 0,05. Pengujian linearitas kedua variabel tertera pada tabel di
bawah ini.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
int_loc Kinerja
N 34 34
Normal Parametersa,b
Mean 4,85 30,18
Std. Deviation 2,337 5,396
Most Extreme Differences
Absolute ,100 ,160
Positive ,084 ,160
Negative -,100 -,139
Kolmogorov-Smirnov Z ,583 ,934
Asymp. Sig. (2-tailed) ,886 ,348
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel 2
Hasil Uji Linearitas
Hasil uji linearitas diperoleh nilai f beda sebesar 0,738 dengan signifikansi =
0,708 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara internal locus of control dengan kinerja
adalah linear.
Analisis Deskriptif
Tabel 3.
Kriteria Skor Kinerja
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar
deviasi
1. 33,75 ≤ x ≤ 45 Sangat tinggi 8 23,53%
30,18
5,40
2. 22,5 ≤ x < 33,75 Tinggi 25 73,53%
3. 11,25 ≤ x < 22,5 Rendah 1 2,94%
4. 0 ≤ x < 11,25 Sangat rendah 0 0%
Data diatas menunjukan tingkat disiplin kerja dari 34 subjek yang berbeda-beda,
mulai dari sangat tinggi dan sangat rendah. Pada kategori rendah didapati sebesar 2.94%,
kategori tinggi sebesar 73.53% dan kategori sangat tinggi sebesar 23.53%. mean atau rata-
rata yang diperoleh adalah dengan standar deviasi sebesar 5.40. maka secara umum dapat
dikatakan bahwa kinerja sales distributor CV Abadi berada pada tingkat tinggi.
Tabel 4.
Kriteria Skor Internal Locus of Control
ANOVA Table
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
int_loc * kinerja
Between Groups
(Combined) 68.848 14 4.918 .839 .626
Linearity 12.565 1 12.565 2.143 .160
Deviation from Linearity
56.283 13 4.329 .738 .708
Within Groups 111.417 19 5.864
Total 180.265 33
No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standard
deviasi
1. 17.5 ≤ x ≤ 23 Sangat tinggi 4
11.76%
13.38
3.13
2. 11.5 ≤ x < 17.5 Tinggi 20 58.82%
3. 5.75 ≤ x < 11.5 Rendah 10 29.41%
4. 0 ≤ x < 5.75 Sangat rendah 0 0 %
Data di atas menunjukkan tingkat locus of control dari 34 subyek yang berbeda dari
tingkat tinggi hingga sangat tinggi. Pada kategori tinggi didapati presentase sebesar 58.82%,
kategori sangat tinggi sebesar 11.76%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 13.38
dengan standar deviasi sebesar 3.13. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa internal
locus of control yang dimiliki oleh sales distributor CV Abadi, berada pada tingkat tinggi.
Hasil Uji Korelasi
Dari perhitungan uji korelasi antara variable bebas dan terikat, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.
Hasil Uji Korelasi antara Internal locus of control dengan Kinerja
Correlations
int_loc kinerja
int_loc
Pearson Correlation 1 .372*
Sig. (1-tailed) .015
N 34 34
kinerja
Pearson Correlation .372* 1
Sig. (1-tailed) .015
N 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Hasil koefisien korelasi antara internal locus of control dengan kinerja, sebesar 0,372
dengan signifikansi = 0,015 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara internal locus of control dengan kinerja pada sales distribusi CV Abadi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan internal locus of control dengan
kinerja didapati bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara internal locus of
control dengan kinerja. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi sebesar (r)
0,372 dengan signifikansi 0,015 (p< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa internal locus of
control berkorelasi positif pada peningkatan kinerja pada sales distribusi CV Abadi. Hasil
penelitian ini signifikan dimungkinkan adanya beberapa hal seperti adanya kemungkinan
Pertama, setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama dalam menyumbangkan inspirasi
dan inovasi setiap penjualan perusahaan, Kedua, ada nya dukungan yang diberikan oleh
perusahaan pada setiap karyawan nya akan membuat mereka merasa terdukung dan
dilibatkan sepenuhnya pada setiap aktifitas perusahaan. Sehingga mereka dapat memberi
sumbangan kinerja yang terbaik bagi perusahaan, setiap individu ikut serta dalam setiap
perkembangan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Wang, Dong, Liu, Yue, Liu, Zhang, Zhou, & Liu, (2013)
menemukan bahwa pekerja dengan internal locus of control memiliki level pada kerja,
motivasi yang tinggi dan memperoleh kerja yang lebih baik dari supervisor atau rekan-rekan
dan memiliki kepuasan kerja yang tinggi.
Dari uraian diatas, penulis dapat mengatakan bahwa semakin tinggi internal locus of
control yang ada pada diri seorang sales, maka tinggi pula kinerja yang dihasilkan oleh
seorang sales. Hal tersebut akan mendungkung tercapainya setiap target yang diberikan oleh
perusahaan dan juga akan meningkatkan motivasi dalam bekerja. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Blau (1993) menemukan bahwa locus of control berhubungan dengan dua
perbedaan aspek kinerja pada teller bank bahwa orang dengan internal locus of control
menunjukan level kerja yang tinggi pada motivasi bekerja ditunjukan pada inisiatifnya saat
bekerja. Hal lain yang mendukung pernyataan diatas adalah Spector (dalam Millet, 2005)
menegaskan bahwa ada hubungan antara locus of control motivasi dan kinerja pada
organisasi yang membuktikan bahwa orang dengan orientasi internal akan menunjukan
motivasi kerja yang lebih, saat mereka berlebih tugas dan target. Hal ini membuktikan orang
dengan internal locus of control yang tinggi akan termotivasi untuk lebih produktif dalam
mencapai target.
Seperti yang dikatakan oleh Baron dan Greenberg (dalam Maryati 2005) bahwa orang
dengan locus of control internal memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan
mereka dan terlihat lebih mampu menahan stress daripada eksternal locus of control.
Kemampuan individu yang memiliki internal locus of control dalam menahan stress inilah
yang membuat mereka berfokus pada pencapaian hasil atau sasaran tujuan mereka dan
mengerjakan tugasnya dengan sebaik mungkin. Sehingga orang dengan internal locus of
control kan terus mendorong dirinya untuk mencapai setiap target dari perusahaan.
Hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan oleh Lautania, (2011) yang
menyatakan bahwa Locus of control secara langsung tidak berpengaruh pada kinerja auditor
dan perilaku disfungsional audit.
Jika dilihat dari sumbangan efektif yang diberikan terhadap internal locus of control
dalam kinerja, internal locus of control memberikan kontribusi sebesar 13% dan sebanyak
87% dipengaruhi faktor lain diluar internal locus of control, seperti motivasi (Lopez, 1981),
budaya organisasi (Abduloh, 2006), kepuasan kerja (Brown & Peterson, 1994), locus of
control (Boone, Brabander,& Hellemans, 2000) dan self efficacy (Appelbaum, 1996).
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara internal locus of control
dengan kinerja pada sales distribusi CV Abadi, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara kedua variabel dengan nilai koefisien korelasi sebesar (r) 0,372
dengan signifikansi 0,015 (p< 0,05). Besarnya sumbangan efektif internal locus of control
sebesar 13%. Hal ini menunjukkan bahwa internal locus of control merupakan salah satu
faktor yang berhubungan dengan kinerja. Sebagian besar subjek (58,82%) memiliki tingkat
internal locus of control berada pada kategori tinggi dan subjek (73,53%) memiliki tingkat
kinerja pada kategori tinggi.
Bagi setiap karyawan disarankan untuk dapat menyumbangkan pemikiran, inisiatif
dan memberi usul-usul dalam perbaikan-perbaikan kinerja yang lebih baik untuk
meningkatkan kinerja yang aktif. Hal ini juga dapat dilakukan dalam bentuk diskusi
kelompok, brifing, ataupun dalam bentuk meeting. Bagi pimpinan perusahaan disarankan
melakukan persaingan antara setiap counter untuk berkompetisi dalam mencapai target
perusahaan dan memberikan reward bagi counter yang berhasil memenuhi target tersebut.
Perusahaan juga diharapkan dapat menjadi wadah yang menampung setiap inspirasi dan
aspirasi para karyawannya. Dengan melibatkan aspirasi karyawan, mereka akan memiliki
keterkaitan erat pada perkembangan perusahaan dan merasa menjadi bagian dari perusahaan
tersebut. Dalam hal ini karyawan dapat terus mengembangkan ide untuk meningkatkan
kinerjanya demi kemajuan perusahaannya.
Bagi peneliti selanjutnya, dapat meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan
mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan, sehingga terungkap faktor-
faktor yang memegaruhi kinerja pada karyawan. Selain itu, penulis menyadari bahwa dalam
penelitian ini terdapat kelemahan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pertama
penentuan sampel yang tidak maksimal dengan jumlah populasi yang teralu kecil, sehingga
hasil penelitian ini menjadi tidak dapat digeneralisasikan secara luas. Kedua, pengunaan alat
ukur kinerja masih bersifat prespektif dari partisipan belum mengunakan penilaian kinerja
yang berasal dari perusahaan, bagi peneliti selanjutnya dapat memperdalam hasil kinerja yang
lebih konkrit dengan mengunakan penilaian kinerja pada perusahaan tersebut.
Daftar Pustaka
Abdulloh. (2006). Pengaruh Budaya Organisasi Locus of control dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat. Tesis.
Program pasca sarjana. Semarang: Universitas Diponegoro.
Appelbaum, S, H,. (1996). Self Efficacy As a Mediator Of Goal Setting And Performance
Some Human Resource Application. Journal of manajerial psychology. 11, (3). 33-47.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Blau, G. (1993). Testing the Relationship of Locus of Control to Different Performance of
Dimensions. Journal of Occupational and Organization Psychology. 66, (125)-138.
Boone, Christophe,. Brabander, B,. & Hellemans., J. (2000). Research note: CEO locus of
control and small firm performance. Netherland: Egos.
Bono, J. E., & Judge, T. A. (2003). Core Self-evaluation: A Review of The Trait and its role
in job satisfaction and job performance. Wiley Interscience. 17, 5-18.
Brown, S, P. & Peterson, R. A. (1994), The Effect of Effort on Sales Performance and Job
Satisfaction. “Journal of marketing”. 58, (2), 70.
Ford, M. T,. Cerasoli, C. P,. Higgins, J. A,. and Decesare, A. L,. (2011). Relationship
Between Psychological, Physical, and Behavioral Health and Work Performance: A
Review and Meta Analysis. Journal of work and stress. USA: roudledge. 25, (3), 185-
204.
Greenberg, J., S. (2006). Comprehensive Stress Management: ninth edition. San Francisco :
McGrawHill.
Guan, Y., Wang, Z., Dong, Z., Liu, Y., Yue, Y., Liu, H., Zhang, Y., Zhou, W., & Liu, H.
(2013). Career locus of control and career success Among Chinese Employees: A
multidimensional Approach. Journal of career assessment. 4, (21), 195-258.
Husnawati, A. (2006). Analisis Pengaruh Kualitas kehidupan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan dengan Komitmendan Kepuasan Kerja Sebagai Intervening Variabel (Studi
pada PERUM pegadaian kanwil VI Semarang). Tesis. Program pasca sarjana.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Lautania, M, F. (2011). Pengaruh time bugdet pressure, Locus Of Control dan Perilaku
Disfungsional Audit Terhadap Kinerja Auditor (Studi Pada Kantor Akuntan Publik
Indonesi). Universitas Syiah kuala: Jurnal Telaah & Riset Akutansi. 4, (1). 92 – 113.
Levenson, H. (1981). Differentiating among internally,powerful other, and chance. In H.
Lefcourd (ed.), research with the locus of control construct . New York: Academic
press, 1. 15-63.
Lopez, M, E. (1981). Increasing intrinsic motivation with performance contingent reward.
Journal of psychology. 3. 108, 59-65.
Lumpkin, J. R. (1998). Establishing The Validity Of An Abbreviated Locus Of Control
Scale: Is A Brief Levenson’s Scale Any Better? USA: Psychology repport (university
of missisipi). 2. (3).62-68.
Mahrita, D. (2010). Hubungan Internal Locus of control Dan Eksternal Locus Of Control
Terhadap Takut Akan Kesuksesan (Fear Of Success). Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Mangkunegara, A.(2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT,
Remaja Rosdakarya.
Maryati, P. (2005). Analisis Penerimaan Auditor atas Disfungsional Audit Behavior :
Pendekatan Karakteristik Personal Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik
di Jawa). Tesis. Program pasca sarjana akutansi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Menezes. (2008). Analisis Dampak Locus of control Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja
Internal Auditor. Tesis. Program pasca sarjana akutansi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Millet, P. (2005). Locus of Control and its Relation to Working Life: Studies from the field of
Vocational Rehabilitation and Small Firm in Sweden. Doctoral Tesis. Departemen Of
Human Work Science, Lulea University Of Technology of Sweden.
Phares, E. J. (1976). Locus of Control in Personality. Morristown, New Jersey: General
Learning Press.
Piercy, N. F,. Low. & Cravens, D. W,. (2004). Consequences of Sales Management’s
Behavior and Compensation Based on Control Strategies in Developing Countries.
Journal of International Marketing. 12, (3), 30-44.
Rotter, J. B. (1966). Generalized Expectancies for Internal Versus Eksternal Control of
Reinforcement. Psychological Monograph: General and Applied. 80, (1). 1-28.
Royan, F. (2011). Strategi Mendirikan Perusahaan Distributor baru, Jakarta: PT Gramedia
pustaka utama.
Usman, U,. Hidayat, E,. & Suharli,. (2009). Pengaruh Orientasi Profesinal, Locus of
control,Konflik Peran dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan: Studi Empiris
Pada Karyawan Bank. Journal of bussines. 4. (2) 11-16.
Van Dyk, L. & Herholdt, J. (2004). Transforming your Employment Brand:The ABSA
Experience. Randburg, South Africa: Knowres Publishing.
Yudith, N. F. (2005). Analisis Distribusi Selling-in Untuk Meningkatkan Kinerja Pemasaran
(Dalam Hubungan Antara PT. Expand Berlian Mulia dengan Outlet-Outletnya di
Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta). Tesis. Progam magister manajemen.
Semarang: UNDIP.
Walker, Orvile C., Churchill, Jr., Gilbert A. & Ford, Jr., Neil M. The Determinants of Sales
Person Performance; Meta Analysis. Journal of marketing research. 22. (2).103-118.
Weitz, B, A. Sujan, H. & Sujan, M. (1986). Knowledge, Motivation, and Adaptive Behavior: A
Framework for Improving Selling Effectiveness. Journal of marketing. 50, (4).174-
191.
Wulandari, A. (2006). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Tenaga Penjualan Melalui Kerja Cerdas Dan Kemampuan Menjual Tenaga Penjual Sebagai Intervening
Variabel. (Studi Kasus Pada Tenaga Penjualan PT. Indo Sunmotor Gemilang
Semarang). Tesis . Program magister manajemen. Semarang:UNDIP