HPII lasip

22
POLIGAMI MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Hukum Perdata Islam Indonesia I Dosen Pengampu: Dr.H.Ali Imron,M.Ag Oleh: Khusnul Khulaela 122111064 Lasifatul Launiyah 122111065 M. Hadi Nurrurohim 122111074 FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

description

HPII

Transcript of HPII lasip

POLIGAMIMAKALAHDisusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah: Hukum Perdata Islam Indonesia IDosen Pengampu: Dr.H.Ali Imron,M.Ag

Oleh:Khusnul Khulaela 122111064Lasifatul Launiyah 122111065M. Hadi Nurrurohim 122111074

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG2013BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami (Ps. 3 (1) UU No. 1/74). Dalam penjelasanya, disebutkan bahwa UU ini menganut asas monogami. Ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al- Nisa, 4:3: Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.Dan juga ayat 129 : Artinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Kedua ayat tersebut di atas dengan jelas meunjukan bahwa asas perkawinan dalam Islam pun monogami. Kebolehan poligami, apabila syarat-syarat yang dapat menjamin keadilan suami terhadap isteri-isteri terpenuhi. Dan syarat keadilan ini menurit isyarat ayat 129, terutama dalam hal membagi cinta, tidak akan dapat dilakukan. Namun demikian, hukum islam tidak menutup rapat-rapat pintu kemungkinan untuk berpoligami, atau beristri lebih dari seorang perempuan, sepanjang persyaratan keadilan di antara isteri dapat terpenuhi dengan baik.[footnoteRef:1] [1: Drs. Ahmad Rofiq, M.A., Hukum Islam di Indonesia, (jakarta: raja grafindo persada, 1995), hlm. 169-170]

B. Rumusan Maslah1. Apa alasan poligami ?2. Apa saja syarat poligami ?3. Bagaimana prosedur poligami ?

BAB IIPEMBAHASANA. Alasan poligami Pada dasarnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang suami yang ingin beristri lebih dari seorang dapat diperbolehkan apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan Pengadilan Agama telah memberi izin (pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No.1 tahun 1974). Dasar pemberian izin poligami oleh oleh Pengadilan Agama diatur dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan, yaitu:Pengadilan Agama memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri; Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; Istri tidak dapat melahirkan keturunan.Alasan berpoligami yang dapat diterima, diantaranya adalah:a. Mengikuti rasulallah; tatkala wafat beliau meninggalkan sembilan orang istri. Tanpa ada keraguan, rasulallah adalah teladan yang baik bagi kaum muslimin dalam semua urusan, kecuali hal yang dikhususkan bagi beliau. Allah SWT berfirman:Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulallah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan )hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.(al Ahzab:21)b. Menurut data statistik yang ada di pelbagai negara, jumlah wanita lebih banyak daropada lelaki. Selain itu disebutkan juga lebih banyak wanita yang dilahirkan dan laki-laki yang meninggal lebih banyak daripada wanita. Kenyataan sekarang ini membuktikan bahwa banyak kalangan lelaki yang diterjunkan ke kancah peperangan sehingga banyak diantara mereka yang tewas menjadi korban. Di sisi lain disebutkan juga bahwa kaum lelaki lebih banyak dihadapkan pada berbagai peristiwa seperti keluar rumah untuk berusaha mencari rezeki dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu upaya mengatasi perbedaan jumlah yang tidak seimbang antara kaum laki-laki dengan wanita, poligami merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi perbedaan dan kondisi itu.Yang lebih menyulitkan adalah laki-laki yang tidak mau menikah karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan untuk membelanjai keluarga daan anak-anak yang akan dilahirkan. Jumlah wanita dan laki-laki yang sudah layak kawin adalah 4 wanita berbanding 1 lelaki. Untuk kondisi itu terdapat tiga kemungkinan yang terjadi: Setiap laki-laki yang siap menikah mengawini seorang wanita yang siap menikah kemudian akan tersisa banyak wanita yang tidak menikah. Setiap laki-laki yang siap menikah, hanya mengawini seorang wanita saja ya ng legal (resmi), tetapi kemudian laki-laki tadi berzina dengan wanita yang belum punya suami. Setiap laki-laki yang siap kawin, (semua atau sebagian) mengawini wanita lebih dari satu dengan perkawinan yang sah dan secara terang-terangan sebagai ganti hubungannya dengan wanita piraan atau pelacur dengan cara sembunyi-sembunyi.c. Pada dasarnya masa subur laki-laki terhitung dari usia sampai kurang lebih delapan puluh tahun, sedangkan masa subur wanita berhenti sampai usia sekitar empat puluh lima tahun dengan wajarnya sampai lima puluh tahun. Dengan demikian, perbedaan antara keduanya berkisar tiga puluh tahun. Padahal jumlah perbedaan itu merupakan periode atau usia yang baik untuk menambah lahirnya generasi muslim yang berkualitas.d. Allah SWT telah memberikan kekuatan dalam bidang seksual kepada seseorang laki-laki sehingga dapat terjadi seorang suami tidak merasa puas dengan hanya seorang istri untuk menyalurkan libido seksualnya, apalagi jika istrinya sedang haid dalam waktu yang cukup panjang. Dalam kondisi seperti itu, untuk menyalurkan libido seksualnya dengan baik, suami melakukan poligami. Pilihan lain adalah melakukan perbuatan maksiat (zina) dan berakibat negatif, baik dari segi agama, harta maupun kesehatan, dan berbahaya bagi istrinya.e. Istri mandul, sementara suaminya sangat mendambakan keturunan, maka ada dua pilihan bagi suami, yaitu: Menceraikan istri yang mandul dan mengawini wanita yang lain. Memadu istri pertama dan tetap mempertahankan istri pertama.f. Dimungkinkan istri menderita sakit berkepanjangan.g. Kadang-kadang suami ingin memiliki banyak keturunan, sedangkan anak-anaknya hanya sedikit.h. Kadangkala suami banyak bepergian untuk bertugas di luar daerahnya dan tidak memungkinkan baginya membawa istrinya kemana saja dia pergi.i. Bisa jadi suami tidak lagi menyenangi istrinya karena kelakuan istri yang buruk atau hilang daya tariknya sehingga dia tidak bergairah lagi untuk menggauli istrinya. Karena itu, suami terpaksa mengawini wanita lain untuk mencegah dirinya dari perbuatan maksiat.j. Poligami memberikan kesempatan kepada perawan-perawan tua, janda-janda yang diceraikan karena hidup tanpa suami akan lebih buruk akibatnya dari pada memiliki separuh, sepertiga, atau seperempat suami.[footnoteRef:2] [2: Musfir Al-Jahrani, Poligami Dari Berbagai Persepsi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996) hlm. 66-73]

Alasan pemberian izin melakukan poligami di atas dapat dipahami bahwa alasannya mengacu kepada tujuan pokok pelaksanaan perkawinan, yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal (istilah KHI disebut sakinah, mawaddah, dan rahmah) berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila tiga alasan yang disebutkan di atas menimpa pasangan suami istri, maka dapat dianggap rumah tangga tersebut tidak akan mampu menciptakan keluarga bahagia (mawaddah dan rahmah).[footnoteRef:3] [3: Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) hlm. 47]

B. Syarat- syarat poligamiSelain alasan-alasan diatas, untuk berpoligami syarat-syarat di bawah ini harus dipenuhi. Menurut ketentuan pasal 5 UU perkawinan dijelaskan:(1) Untuk dapat mengajukan permohinan kepada pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) undang-undang ini harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Adanya persetujuan dari istri/ isteri-isteri Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.(2) Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/ isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalm perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat pnilaian dari hakim pengadilan.

Demikianlah syarat-syarat pokok diperbolehkannya melakukan poligami bagi seorang suami. Rincian lebih lanjut dari kualifikasi persyaratan tersebut, diuraikan dalam prosedur pelaksanaan poligami.

Syarat poligami dalam islamSebenarnya poligami adalah soal biasa dalam syariat islam dan harus diterima oleh kaum muslimin. Kita tidak memerlukan lagi dalil-dalil untuk menetapkan syariatnya, seorang muslim sejati mengetahui bahwa itu adalah hukum allah yang tidak ada lagi pilihan kecuali mematuhi ,menyakini ,mendengar dan menaatinya. Kaum muslimin adalah hamba allah yang menyerah pasah keada perintah allah SWT dalam segala urusan kehidupannya. Dia sangat meyakini bahwa segala sesuatu yan berasal dari allah mngandung hikmah, segala perintah allah mengandung kemaslahatan, dan semua hukum allah mengandng kebaikan.Islam memprbolehkan poligami ntuk tujuan kemaslahatan yang ditetapkan bagi tuntunan kehidupan. Allah SWT telah mensyariatkan poligami untuk diterima tanpa keraguan demi kebahagiaan seoan mukmin didunia dan diakhiratSyariat islam tidak menjadikan poligami sebagai kewajiban terhadap laki-laki muslim dan tidak mewajibkan pihak wanita atau keluarganya mengawinkan anaknya dengan laki-laki yang telah beristeri satu atau lebih. Syariat memberikan hak kepada wanita dan keluarganya untuk menerima poligami jika terdapat manfaat atau maslahat bagi putri mereka, dan mereka berhak menolak jika di khawatirkan sebaliknya Seorang wanita yang bersedia dimadu, membuktikan kerelaan dan kepuasannya bahwa perkawinannya itu tidak akan mengakibatkan kemudharatan, mengabaikan haknya, atau merendahkan martabatnya. Syariat poligami dan pembatasannya terdapat dalam dua ayat firman allah nberikut ini: Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Artinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Kedua ayat diatas cukup menjelaskan hal-hal yang telah dipahami rasululloh, sahabat-sahabatnya, tabiin dan jumhur ulama muslimin tentang hukum-hukum berikut ini: 1. Boleh berpoligami paling banyak hingga empat orang isteri 2. Disyariatkan dapat berbuat adil diantaraisteri-isterinya, barangsiapa yang belum mampu memenuhi ketentuan diatas, dia tidak boleh mengawini wanita lebih dari satu orang, seorang laki-laki yang sebenarnya meyakini dirinya tidak akan mampu berbuat adil, tetapi tetap melakukan poligami, dikatakan bahwa akad nikahnya sah, tetapi dia telah berbuat dosa.3. Keadilan yang disyariatkan oleh ayat diatas mencakup keadilan dalam tempat tinggal, makan, dan minum, serta perlakuan lahir batin.4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada isteri kedua dan anak-anaknya.Ayat kedua ditafsirkan bahwa keadilan yang berkaitan dengan kasih sayang dan kecenderungan hati tidak mungkin terlaksana. Tetapi seorang suami tidak boleh menjauhi istri pertamanya dan membiarkannya terkatung-terkatung, tidaj diperlukan sebagai istri dan tidak juga dicerai.Kalangan yang tidak memahami syariat islam mengklaim bahwa al-quran melarang poligami dalam dua ayat diatas menurut mereka ayat pertama membolehkan praktik poligami dengan syarat harus ada keadilan diantara istri-istrinya, sedangkan ayat kedua menetapkan bahwa keadilan terhadap istri-istrinya, sedangkan ayat kedua menetapkan bahwa keadilan terhadap istri-istri merupakan hal yang mustahil. Dengan demikian praktik poligami harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang mustahil dapat dipenuhi sehingga poligami itu dilarang, kita lihat bahwa tuduhan itu batil karena alasan-alasan dibawah ini:Dr. Musthafa as sibai melihat bahwa apa yang telah diklaim oleh kelompok orang tersebut merupakan tanggapan atas dua faktor berikut: Kelompok tersebut memandang poligami yang didasarkan pada syariat islam merupakan ancaman serius bagi mereka namun, islam berhasil mlepaskan diri dari apa yang mereka tuduhkan. Kelompok tersebut menyalahgunakan poligami sebagai sarana untuk mengelabuhi umat islam sendiri dengan cara menyebarkan keragu-raguan atas apa yang telah dipraktikkan oleh rasululloh, para sahabat, dan generasi muslim sekitar empat belas abad yang lalu. Hal itu justru menunjukkan bahwa mereka belum memahami ayat al-quran tentang poligami.Syeikh mahmud syaltut memandang bahwa ayat kedua yang banyak dipermasalahkan itu berkaitan dengan ayat pertama dalam penetapan dasar-dasar poligami. Dalam hal ini poligami yang disertai sifat adil terhadap para istri merupakan suatu kebaikan dari berbagai kebaikan kaum laki-laki kepada kaum wanita C. Prosedur PoligamiPasal 40 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 menyebutkan apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan. Dalam Kompilasi diatur dalam pasal 56 :1. Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan agama.2. Pengajuan permohonan izin dimaksud pada ayat (1) dilakukanmenurut tata cara sebagaimana di atur dalam Bab VIII Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1974.3. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat tanpa Izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum.Pasal 57 Kompilasi menyatakan:Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:a. Isteri tidak menjalankan kewajiban sebagai isteri.b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.Kalau Pengadilan Agama sudah menerima permohonan izin poligami, kemudian ia memeriksa berdasarkan Pasal 57 KHI:a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi,b. Ada atau tidaknya persetujuan dari isteri, baik persetujuan lisan mauoun tulisan, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan;c. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak, dengan memperlihatkan: Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh bendahara tempat bekerja, atau Surat keterangan pajak penghasilan, atau Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.Adapun tata cara teknis pemeriksaannya menurut Pasal 42 PP Nomor 9 Tahun 1975 adalah sebagai berikut:1) Dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal pada Pasal 40 dan 41, Pengadilan harus memanggildan mendengar isteri yang bersangkutan.2) Pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat permohonan beserta lampiran-lampirannya.Apabila terjadi sesuatu dan lain hal, isteri atau isteri-isteri tidak mungkin diminta persetujuannya atau tidakdapat menjadi pihakdalam perjanjian, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 5 ayat (2) menegaskan:Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1)hurf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya, dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isteri-isterinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari hakim Pengadilan (bandingkan juga pasal 58 KHI). Status hukum poligami adalah mubah.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanPada dasarnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang suami yang ingin beristri lebih dari seorang dapat diperbolehkan apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan Pengadilan Agama telah memberi izin. Seorang wanita yang bersedia dimadu, membuktikan kerelaan dan kepuasannya bahwa perkawinannya itu tidak akan mengakibatkan kemudharatan, mengabaikan haknya, atau merendahkan martabatnya.

B. PenutupSyukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun isinya. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.Untuk itu, pemakalah mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainudin, Hukum perdata islam di indonesia, Jakarta: Sinar grafika, 2006.Abdul Nasir, Nasution Chadidjah, Polygami, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.Al jahrani, Mufsir, Poligami dari Berbagai Persepsi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafida Persada, 1995.