HIRARKI PENGARUH SIARAN RADIO SWASTA PADA...
Transcript of HIRARKI PENGARUH SIARAN RADIO SWASTA PADA...
HIRARKI PENGARUH SIARAN RADIO SWASTA PADA
KEBIJAKAN REDAKSIONAL RADIO MORA FM BANTEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Islam (S.Sos)
Oleh :
Listiani Fansela
1111051100006
PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 4
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 5
E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan........................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Teori Hirarki Pengaruh .......................................................................... 14
B. Konseptualisasi Kebijakan Redaksional................................................ 30
C. Konseptualisasi Radio ........................................................................... 34
D. Radio Siaran Swasta .............................................................................. 43
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Radio Mora FM .................................................................................... 46
1. Sejarah Berdirinya Radio Mora FM ............................................... 46
2. Visi dan Misi Radio Mora FM ...................................................... 49
3. Motto Harian Umum ...................................................................... 49
4. Struktur Organisasi ......................................................................... 49
5. Radio Mora FM Banten.................................................................. 54
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Level Individu ...................................................................................... 63
B. Level Rutinitas Media .......................................................................... 65
viii
C. Level Organisasi Media ....................................................................... 68
D. Level Ekstra Media .............................................................................. 69
E. Level Ideologi Media ........................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 74
B. Saran - Saran ........................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77
LAMPIRAN- LAMPIRAN ........................................................................... 80
ix
ABSTRAK
Listiani Fansela
NIM : 1111051100006
Hirarki Pengaruh Siaran Radio Swasta Pada Kebijakan Redaksional Radio
Mora FM Banten.
Setiap media massa baik media cetak, elektronik atau online tidak luput
dari hirarki pengaruh. Level- level hirarki pengaruh memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam mempengaruhi kebijakan redaksional suatu media. Dalam
setiap lembaga atau organisasi media pada umumnya berkaitan dengan struktur manajemen organisasi, kebijakan sebuah media, dan tujuan sebuah media. Radio Mora FM Banten dalam melakukan siaran radio tentu memiliki kebijakan
redaksional yang sesuai dengan konsep, visi dan misi agar berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, timbul pertanyaan
mengenai Bagaimana penerapan lima teori hirarki pengaruh pada kebijakan redaksional radio Mora FM Banten? Dan faktor hirarki apakah yang dominan memiliki pengaruh pada kebijakan redaksional Radio Mora FM Banten?
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Teknik analisis yang digunakan yaitu deskriptif. Model teknik analisis
deskriptif ialah dipaparkan dari data yang telah didapatkan. Subjek penelitian ini adalah para redaktur dan pekerja radio Mora Fm Banten, sedangkan objek penelitian adalah kebijakan redaksional di radio Mora Fm Banten.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hirarki pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam
bukunya yang berjudul Mediating The message: Theories of Influence on Mass Media Conten. Dalam teori hierarki terdapat 5 faktor yang dapat mempengaruhi isi media, yaitu pengaruh dari individu media (Individual level), pengaruh dari
rutinitas media (media routines level), pengaruh organisasi media (media organizational level), pengaruh dari luar media (Extra media level) dan pengaruh
ideology (ideology level). Menurut Shoemaker dan Reese pemberitaan bukanlah realitas sesungguhnya, namun pemberitaan telah dibentuk oleh berbagai pengaruh.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa hirarki pengaruh yang dominan pada
kebijakan redaksional radio Mora Fm Banten terletak pada faktor organisasi media, ideologi media dan rutinitas media. Ketiga faktor tersebut cukup kuat
berpengaruh di radio Mora Banten dari pra produksi hingga pasca produksi.
Kata Kunci : Hirarki, Kebijakan Redaksional, Siaran Radio Swasta
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hirarki Pengaruh Siaran Radio Swasta
Pada Kebijakan Redaksional Radio Mora Fm Banten.”
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak mengalami kesulitan, sehingga rasa putus asa kerap kali datang dan selalu
dirasakan. Namun, berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang
sangat berharga dari berbagai pihak, menjadikan penulis semakin bersemangat
untuk menyelesaikan skripsi ini dan pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis, dengan bimbingan, arahan, serta semua kebaikan yang telah diberikan
kepada penulis, terutama kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada
Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj.
Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan sekertaris
Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfiroh Nurlaily, M.A yang telah
memberikan ilmu, saran, dan solusi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr. H. Sunandar, M.A, selaku dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan bimbingan khusus dan petunjuk yang sangat berharga,
dengan keramahannya selalu memberikan kemudahan, dorongan, bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir dengan
v
penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi. Semoga Allah SWT
memberikan keberkahan di setiap aktivitas.
4. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan ilmu dengan
harap ilmu yang didapat menjadi bermanfaat kepada peneliti selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-
buku literatur sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.
8. Pihak Radio Mora Banten beserta jajarannya yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, bersedia
dijadikan narasumber dan telah meluangkan waktu serta banyak
memberikan informasi yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.
9. Orang tua tercinta, Papah Chandra dan Mamah Lilis, yang senantiasa
selalu menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan dan mengajarkan
manis pahitnya kehidupan, tak lelah merajut doa, memberi dukungan tanpa
akhir, dan senyum penuh ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir.
10. Suami tercinta, Uuf Rouf yang telah banyak memberikan dukungan dan
doa kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat,
peneliti ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah
dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas
segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Aamiin ya Robbal’alamin.
vi
Akhir kata penulis hanya bisa berharap Allah SWT berkenan membalas
segala kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri
penulis sendiri.
Jakarta, 25 Juni 2018
Listiani Fansela
NIM. 1111051100006
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyajian produksi siaran radio telah menawarkan berbagai warna yang
sangat beragam. Hal tersebut disesuaikan dengan fenomena atau peristiwa
yang terjadi di masyarakat. Kehadiran radio begitu menarik bagi siapa saja
dan tersedia bagi semua orang. Kepraktisan dan keanekaragaman tawaran
program siarannya menjadikan radio sebagai media paling popular dan
bersejarah.
Populeritas radio kian kuat, ketika radio memasuki “wilayah jurnalistik”
atau pers yaitu dalam menyajikan berita. Program siaran berita radio memiliki
daya tarik dan pengaruhnya bagi khalayak. Semua orang kini bisa
mendengarkan sebuah berita dari siaran radio. Artinya, radio bukan lagi
sekedar media hiburan, tetapi tempat mendengarkan musik atau lagu favorit,
tapi juga sumber informasi layaknya surat kabar. 1
Perkembangan radio swasta memberikan warna tersendiri bagi
kemajuan informasi di Indonesia. Setelah lahirnya era reformasi, begitu
banyak radio swasta yang bermunculan. Hal tersebut menandakan adanya
kebebasan berpendapat bagi masyarakat. Hingga saat ini, perkembangan radio
swasta di Indonesia semakin marak dan profesional dalam menyelenggarakan
siarannya untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia.
1 Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Repoter
dan Script Writter, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 8
2
PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) adalah
wadah organisasi radio swasta di Indonesia yang keberadaannya juga memiliki
hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, baik di masa penjajahan,
masa perjuangan proklamasi kemerdekaan, maupun di dalam dinamika
perjalanan bangsa memperjuangkan kehidupan masyarakat yang demokratis,
adil dan berkemakmuran.2
Secara de facto, Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia tumbuh
sebagai perkembangan profesionalisme “radio amatir” yang dimotori kaum
muda dan para mahasiswa diawal orde baru tahun 1996. Secara yuridis,
keberadaan radio swasta diakui dengan prasyarat penyelenggaraannya harus
berbadan hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan peraturan
pemerintah RI No. 55 tahun 1970 tentang radio siaran non pemerintah yang
mengatur fungsi, hak, kewajiban dan tanggung jawab radio siaran, syarat-
syarat penyelanggaraan, perizinan, serta pengawasannya.3
Radio Mora sebagai satu-satunya radio penegak hukum dan keadilan
(the law and justice station) di Indonesia yang on air selama 24 jam setiap
hari. Format siaran utama radio Mora adalah talkshow dan interaktif dengan
membangun komunikasi 3-4 arah, yaitu antara penyiar dengan nara sumber,
pendengar maupun dengan para reporter di lapangan. Di samping itu terdapat
siaran hiburan budaya dan kesenian serta siaran agama. Para penyiar radio
Mora, umumnya berlatar belakang praktisi hukum, akademisi, budayawan
2 Hasan Asy’ari oramahi, Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio, (Jakarta:
Erlangga, 2012), h. 126 3 Hasan Asy’ari oramahi, Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio, h. 127
3
daerah, rohaniawan, sedangkan para reporter berlatar belakang ilmu
jurnalistik.
Radio Mora memiliki visi dan misi sebagai radio swasta yang
digandrungi khalayak, membuat program yang berguna bagi masyarakat,
sebagai media yang bersedia membantu dan menolong masyarakat, menerima
aspirasi, aduan, maupun keluhan masyarakat, seraya senantiasa berupaya
untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Program yang terdapat di
radio Mora, dirancang untuk mengeksplorasi berbagai aspek kehidpuan tanpa
menjadi berbelit-belit, sederhana namun tetap kuat dan padat, sehingga tidak
meninggalkan salah satu fungsi radio sebagai sebuah media yang menghibur,
informatif dan dekat dengan pendengarnya.
Peneliti menggunakan radio Mora Banten sebagai objek penelitian,
karena radio Mora merupakan salah satu radio swasta yang memposisikan
dirinya sebagai satu-satunya radio hukum, baik program atau berita-berita
yang disuguhkan terkait soal hukum, keadilan, dan tak lepas dari kritik pada
pemerintah. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengungkapkan kebijakan
redaksional di Radio Mora Banten dan bagaimana hirarki pengaruh
diterapkan. Dari penjabaran latar belakang mengenai radio Mora FM dapat
dikatakan bahwa radio tersebut memiliki tujuan untuk memberikan
masyarakat wawasan dan solusi alternatif atas apa yang terjadi di masyarkat.
Terlepas dari visi dan misi radio Mora FM Banten, bagaimana radio
dapat berjalan dan tetap mengudara, tentunya terdapat berbagai hal yang
menajdi penyokong. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian agar
4
mendapatkan data-data yang valid mengenai Radio Mora FM Banten.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka disusunlah skripsi ini dengan judul
“Hirarki Pengaruh Siaran Radio Swasta Pada Kebijakan Redaksional
Radio Mora FM Banten.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih fokus membahas permasalahan yang ada,
peneliti membatasi masalah dengan memfokuskan penelitian pada hierarki
pengaruh siaran radio swasta yang ada di Banten, yaitu terkait kebijakan
redaksional Radio Mora FM Banten.
2. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti
di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan lima teori hirarki pengaruh pada kebijakan
redaksional radio Mora FM Banten?
b. Faktor Hirarki apakah yang dominan memiliki pengaruh pada
kebijakan redaksional Radio Mora FM Banten?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
diungkapkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan lima teori hirarki pengaruh
pada kebijakan redaksional radio Mora FM Banten.
5
b. Untuk mengungkapkan faktor apa yang dominan memiliki pengaruh
pada kebijakan redaksional Radio Mora FM Banten.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan kontribusi
yang baik dan positif pada khazanah keilmuan terutama pada kajian media
di Indonesia dan memberikan referensi baru dibidang jurnalistik radio.
Selain itu diharapkan penelitian ini digunakan sebagai bahan informasi dan
dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu dan pengetahuan di
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para
praktisi radio dalam memanfaatkan media elektronik sebagai sarana
menyuarakan aspirasi rakyat, serta dapat menjadi data atau informasi
tambahan untuk mahasiswa maupun masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, peneliti telah melakukan
tinjauan pustaka pada penelitian sebelumnya di Perpustakan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk
memperjelas bahwa penelitian ini tidak sama dengan penelitian sebelumnya,
maka di sini peneliti mencoba menuliskan beberapa judul skripsi yang
berkaitan, antara lain:
6
1. Skripsi yang berjudul Kebijakan Redaksional Surat Kabar Republika
Dalam Menentukan Berita Headline, skripsi sarjana Muhammad Tohir,
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Skripsi yang berjudul Hierarki Pengaruh Dalam Pemberitaan Mengenai
Pernyataan Donald Trump Kepada Islam Di Republika Online, skripsi
sarjana Mely Ismi Ardikusuma Wardani, Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Skripsi yang berjudul Tanggapan masyarakat desa Pasir Langu
kecamatan Cisarua terhadap program siaran “MOTIF”dan siaran
keagamaan Islam radio Mora, Skripsi sarjana Chaerani mahasiswa
Universitas Islam Bandung.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdan Dan Taylor, menyatakan bahwa Metodologi
adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan dalam penelitian untuk
mendekati masalah dan mencari jawaban.4 Penelitian dengan pendekatan
kualitatif menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang
berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dan
senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisispan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial
4 Deddy Mulayana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 145
7
dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana
peneliti merupakan instrumen kunci.5 Sementara itu, penelitian kualitatif
menurut Bogdan dan Taylor adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
berperilaku yang dapat diamati. 6
2. Paradigma Penelitian
Menurut Burhan Bungin, paradigma adalah cara pandang seseorang
ilmuan tentang sisi strategis yang paling menentukan nilai sebuah disiplin
ilmu pengetahuan itu sendiri.7 Dalam penelitian mengenai Hirarki pengaruh
siaran radio swasta di Radio Mora FM Banten, peneliti menggunakan
paradigma Konstruktivisme.
Paradigma Konstruktivis menganggap kenyataan itu hanya bisa
dipahami dalam bentuk jamak, berupa konstruksi mental yang tidak dapat
diraba, berbasis sosial dan pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik.
Peneliti dan subyek yang diteliti terkait erat secara timbal balik, sehingga
penemuan dicipta seperti yang dikehendaki peneliti.8 Karena itu, Peneliti
Kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan
hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan
situasi sosial mereka.
5 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, ( Jakarta: Bumi
Aksara: 2013), h. 83 6 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 83
7 Burhan Bungin, Meto de Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), h. 25 8 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki
Press, 2010), H. 151
8
Paradigma konstruktivis bersifat subjektif dan data yang ditemukan
adalah sesuatu yang menjadi perasaan dan keinginan pihak yang diteliti untuk
menyatakannya dengan penafsiran dan konstruksi makna. Fakta dalam
paradigma konstruktivis merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran
bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu.9
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan
metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah penelitian yang
memaparkan situasi atau peristiwa, di mana pada hakikatnya metode deskriptif
adalah mengumpulkan data.10
4. Konsep Teori Penelitian
Stephen D. Reese mengemukakan isi pesan media atau agenda
media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi
media. Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari
program internal, keputusan manajerial, dan editorial, serta pengraruh ekternal
yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu
berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan lain
sebgaianya. 11
Pamela Shoemaker dan Reese berpendapat mengenai lima hipotesis
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap isi media massa melalui
pernyataan berikut:
9 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta:
Printing Cemerlang, 2002), h. 19 10
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2007), h. 24-25 11
Morissan, Teori Komunikasi Massa, (bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 45
9
a. Isi media mencerminkan realitas sosial (media massa sebagai cermin
masyarakat).
b. Isi media dipengaruhi oleh sosialisasi dan sikap para pekerja media aau
disebut juga dengan pendekatan yang berpusat pada diri komunikator.
c. Isi media dipenuhi oleh rutinitas organisasi media.
d. Isi media dipengaruhi oleh berbagai lembaga dan kekuatan sosial.
e. Isi media merupkan fungsi ideology dan upaya untuk mempertahankan
status quo (pendekatan hegemonik).12
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh
keterangan. Subjek penelitian ini adalah pemilik, redaktur, reporter dan
lainnya yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan redaksional.
Sedangkan objek penelitiannya adalah radio Mora FM Banten.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data, Creswell membingkai suatu prosedur
atau proses pengumpulan data berbentuk circle.
12
Morissan, Teori Komunikasi Massa, (bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 46
10
Gambar lingkar prosedur pengumpulan data.
Model lingkaran pengumpulan data dari Creswell di atas
bermakna bahwa sebuah penelitian yang dilakukan tidak bisa terpisah
melainkan satu sama lain saling berhubungan dan menjadi kesatuan yang
utuh. Lingkaran Creswell juga bermakna bahwa suatu penelitian jika
sudah sampai pada suatu tahap tertentu memungkinkan untuk kembali lagi
ke tahap sebelumnya, maka dari itu Creswell menggambarkan pentingnya
sebagai bentuk lingkaran bukanlah sebuah garis linear.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi tiga instrumen, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
1. Menentukan lokasi
2. Membuat hubungan dan akses
3. Penentuan informan
4. Mengumpulkan data
5. Merekam informasi
6. Memilih data
6. Menyimpan data
11
a. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan metode pengumpulan data
yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yakni depth
interview (wawancara mendalam). Wawancara mendalam adalah suatu
cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap
muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.13
Wawancara mendalam kan dilakukan oleh peneliti langsung kepada pihak-
pihak terkait memiliki kekuatan dan pengaruh untuk membuat kebijakan di
Radio Mora FM Banten.
b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan secara langsung kondisi yang
terjadi di lapangan yang memiliki relevansi terhadap permasalahan yang
dikaji. Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sering digunakan untuk jenis penelitian
kualitatif.14
Peneliti menganggap bahwa observasi perlu dilakukan karena
guna menunjang data-data terkait kebijakan Radio Mora FM. Peneliti
melalukan observasi nonpartisipan, yaitu di mana peneliti tidak
memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti.
13
Rachmat Kriyanto, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
100 14
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori Dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004), H. 186
12
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data
sekunder, selain itu dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan buku-
buku, artikel, jurnal dan bahan bacaan lainnya yang diperoleh dari
kepustakaan, internet, atau sumber yang relevan dengan masalah
penelitian. Pengumpulan data dengan dokumentasi bertujuan untuk
melengkapi data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan,
guna mendukung analisis data dan interpretasi data penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunkan dalam penelitian ini ialah analisis data
deskriptif. Analisis ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek
tertentu.15
Setelah semua Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
mengolah hasil temuan, dengan meninjau kembali data-data yang diperoleh.
Inti analisis deskriptif ini terletak pada tiga proses berkaitan, yaitu
mendeskripsikan fenomena, mengklarifikasinya,dan melihat bagaimana
konsep-konsep yang muncul itu saling berkaitan. Dengan analisis deskriptif,
temuan harus dipilih dan dipadukan kembali agar menghasilkan sesuatu yang
dapat dianalisis.16
15
Rachmat Kriyanto, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 67 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 289
13
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat
sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab. Peneliti membaginya
dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang
merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Bab ini peneliti akan menguraikan latar
belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan kepustakaan, teknik penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI: Bab ini peneliti menjelaskan tentang
landasan teori mengenai Hierarki Pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese, dan konseptualisasi kebijakan redaksional
serta konseptualisasi radio.
BAB III GAMBARAN UMUM: Bab ini peneliti membahas
tentang gambaran umum atau profil sejarah berdirinya dari Radio Mora FM
Banten.
BAB VI HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA: Bab ini
peneliti mengemukakan hasil temuan dan analisis data penelitian yang
kemudian dipaparkan secara deskriptif mengenai hasil penelitian.
BAB V PENUTUP : Bab lima merupakan penutup dari kesimpulan
penelitian ini. Dalam bab ini juga ditampilkan saran yang muncul dalam
rangka memenuhi tujuan dan manfaat dari penelitian ini.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Teori Hirarki Pengaruh
Teori hirarki pengaruh pemberitaan isi media diperkenalkan oleh
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese dalam buku Mediating The
Messege: Theories Of Influence on Mass Media Content. Shoemaker dan
Reese mengemukakan teori hirarki pengaruh yang menyatakan bahwa
pemberitaan merupakan pengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal
media massa. Shoemaker dan Reese membagi pengaruh tersebut kedalam lima
level , yaitu level individu pekerja media (individual level), level rutinitas
media (media routines level), level organisasi media (organizational level),
level ektra media (extra media level), dan level ideologi (ideology level).17
Asumsi dari teori ini adalah bagaimana pesan media disampaikan
kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi
media dan pengaruh dari ekternal media itu sendiri. Isi pesan atau agenda
media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi
media. Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari
pengaruh internal media berhubungan dengan keputusan manajerial dan
editorial, kepentingan dari pemilik media, wartawan pencari berita dan
rutinitas media sehari-hari. Pengaruh faktor eksternal media yang ikut
17
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, (New York: Longman, 1996), Second Edition, h. 60
15
mempengaruhi konten media adalah para pengiklan, pangsa pasar, kontrol
pemetintah, dan faktor eksternal lainnya.18
Dalam teori hirarki pengaruh yang dikemukakan oleh Pamela
Shoemaker dan Sthepen Reese akan menjelaskan seberapa besar pengaruh
setiap level pada teori tersebut berjalan di suatu media, baik pengaruh internal
maupun ekternal. Adapun kelima level pengaruh tersebut saling berkaitan satu
sama lain, yaitu:
Gambar pengaruh isi media
1. Level Individu Pekerja Media
Level pengaruh individu merupakan level pertama dalam sebuah
pemeberitaan di media. Pengaruh ini mencerminkan kepada wartawan atau
reporter yang terjun langsung dalam mencari, mengolah dan membuat
18
Stpehen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Communication Theory: Theories of Human
Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, edisi 9, 2009), h. 281
Level Individu pekerja media
Level rutinitas media
Level organisasi media
Level Extra Media
Level ideologi media
16
berita. Pemberitaan media dan unsur-unsur yang diberitakan tidak bisa
lepas dari pengaruh faktor-faktor individu wartawan atau reporter.
Pembentukan konten media tidak lepas dari pengaruh latar belakang
individu pekerja media. Karakteristik personal (seperti jenis kelamin, suku,
dan orientasi seksual) serta latar belakang dan pengalaman pribadi (seperti
pendidikan, agama, dan status sosial ekonomi keluarga) tidak sekedar
membentuk sikap, nilai, dan kepercayaan individu, tetapi juga
mengarahkan latar belakang beserta pengalamannya.19
Dalam hal ini membahas mengenai potensi yang terdapat pada
faktor-faktor seorang wartawan seperti faktor latar belakang dan
karakteristik pekerja media, profesionalitas dan kode etik yang diikuti oleh
seorang wartawan atau reporter.20
a) Faktor pertama yang membentuk individu adalah latar belakang dan
karakteristik seorang wartawan dilihat dari segi pendidikan. Tidak
sedikit perdebatan yang membahas mengenai kompetensi dari seorang
wartawan. Hal tersebut dikarenakan jurusan yang diambil seorang
wartawan ketika di bangku kuliah dapat mempengaruhi pemberitaan
media. Ilmu yang didapat seorang wartawan dapat mempengaruhi hasil
penulisan ketika menyajikan berita. Selain itu, wawasan dari seorang
wartawan memberikan pengaruh dalam atau tidaknya suatu
pemberitaan.
19
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 61 20
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 66
17
Terdapat kekurangan dan kelebihan antara seseorang pekerja media
yang mendapatkan ilmu jurnalistik dan disiplin ilmu lainnya. Kelebihan
seorang pekerja media ketika mendapatkan ilmu jurnalistik di masa kuliah
yaitu lebih unggul dalam penulisan berita, baik dalam penulisan berita
straight news, feature atau penulisan berita lainnya. Sedangkan seorang
pekerja media yang mendapat disiplin ilmu lain dari ilmu jurnalistik, lebih
unggul dalam materi atau bidang yang ditekuni olehnya.
b) Faktor kedua yang dapat membentuk faktor individual level adalah
faktor kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku seorang jurnalis. Faktor-
faktor ini sangat mempengaruhi pemberitaan yang dibentuk oleh
seorang jurnalis, karena berbagai pengalaman dan nilai-nilai yang
didapatkan secara tidak langsung dapat berefek pada pemberitaan yang
dikonstruk oleh seorang jurnalis. Misal sebagai contoh, pendidikan
terakhir seorang jurnalis, lingkungan tempat jurnalis dibesarkan atau
bekerja, dan karakteristik jurnalis akan mempengaruhi sikap, nilai dan
keyakinan selama menjadi jurnalis. Selain itu pengalaman akan
membuat bagaimana seorang jurnalis membentuk peranan dan etika
jurnalis yang secara langsung dapat memepengaruhi isi pemberitaan
media.
c) Faktor ketiga yang membentuk individu adalah profrsionalitas dan kode
etik yang diikuti oleh seorang wartawan atau reporter.21
Wartawan
dituntut untuk bekerja secara profesional dan sesuai dengan kode etik
21
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 81
18
yang berlaku dalam mencari sebuah berita. Sehingga berita yang
dikemas oleh wartawan akan berimbang, akurat dan aktual.
Faktor latar belakang dan karakteristik pekerja media tersebut yang
nanti akan mempengaruhi individu seorang jurnalis dalam melakukan
kegiatan jurnalistik. Sesuai apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese
bahwa nilai, perilaku dan kepercayaan yang dianut oleh jurnalis sebagai
seorang pencari berita tidak terlalu memeberikan efek besar pada sebuah
pemberitaan, karena terdapat kekuatan yang lebih besar dari level
organisasi media dan rutinitas media. Tetapi sedikit banyak faktor nilai,
perilaku dan kepercayaan dari sang jurnalis dapat mempengaruhi sebuah
pemberitaan.22
2. Level Rutinitas Media
Level ini mempelajari efek pemberitaan yang dilihat dari rutinitas
media. Rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses
penentuan berita. Rutinitas media terbentuk dari tiga unsur yang saling
terkait, yaitu sumber berita (Suppliers), Organisasi Media (Processor) dan
Audiens (Consumer).23
Rutinitas media adalah kebiasaan sebuah media
dalam pengemasan suatu berita yang sudah terpola, sudah dipraktekan oleh
pekerja media dan terjadi secara berulang-ulang. Rutinitas dari sebuah
22
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 82 23
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 103
19
media memiliki pengaruh yang penting pada produksi isi simbolik karena
menuntukan bagaimana bentuk produk yang dihasilkan oleh media.24
Pengaruh rutinitas ini membuat seorang pekerja media menjalankan
tugas-tugasnya dengan menggunakan aturan baku di tempat ia bekerja.
Sebagai bagian dari suatu kelompok, seorang jurnlais akan bertindak sesuai
dengan bagian atau norma yang berlaku dikelompoknya. Norma dan aturan
tersebut mengatur bagaiamana mereka harus bertindak, karena itu isi media
juga dipengaruhi oleh rutinitas secara berkelanjutan dilakukan oleh media
tersebut.25
Perumpamaan suatu media menerpakan aturan penulisan dengan
gaya baku dalam membuat naskah berita. Namun seorang jurnalis dalam
menjalankan tugasnya menggunakan bahasa tidak baku. Saat berada di
redaktur maka naskah berita tidak akan lolos karena tidak sesuai dengan
kebijakan yang berlaku di media tersebut. Jurnalis harus mengikuti
prosedur yang berlaku pada media di mana ia bekerja. Hal inilah yang
disebut dengan media rutin yang memepengaruhi konten media.
a) Unsur audiens. Audiens atau khalayak berpengaruh dalam level media
rutin dikarenakan pemilihan sebuah berita pada akhirnya akan
disampaikan kepada audiens itu sendiri. Keuntungan yang akan
diperoleh media bergantung kepada minat audiens. Media harus
24
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 137 25
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 138
20
memperhatikan nilai berita yang akan diberitakan sebuah media.26
Sebuah berita pada pemberitaan mempresentasikan proses rutinitas dan
membimbing reporter untuk menentukan mana fakta yang bisa
ditransformasikan menjadi sebuah komoditas pemberitaan. 27
Disatu
sisi media mempunyai kewajiban untuk selalu memberikan
pemberitaan yang objektif, aktual dan terpercaya dalam mengemas
sebuah berita, di sisi lain media mempunyai fungsi untuk menghibur
audiens dengan menyajikan konten yang menarik. Jadi pemberitaan
sebuah media juga tidak selalu mengikuti apa kemauan dari audiens
tapi juga mengikuti fakta-fakta apa saja yang berkembang di lapangan.
b) Unsur organisasi media atau Processor, unsur paling berpengaruh pada
organisasi media adalah editor media atau yang biasa disebut sebagai
gate keeper.28
Seorang editor pada setiap media adalah orang yang
menentukan mana berita yang layak untuk diterbitkan mana yang
tidak. Hasil pencarian berita oleh wartawan akan diputuskan oleh
editor di meja redaksi media, menentukan berita mana yang layak
untuk diterbitkan atau tidak. Kebijakan dari editorial yang menentukan
kerutinan sebuah media dalam menentukan pemberitaan. Jenis dari
media juga ikut mempengaruhi kerutinan sebuah media yang pada
akhirnya juga berpengaruh pada isi dari media tersebut.
26
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 110 27
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 114 28
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 117
21
c) Unsur sumber berita atau supplier. Sumber berita adalah berita atau
informasi yang didapatkan oleh jurnalis dalam pencarian berita di
lapangan. Sumber berita biasanya adalah lembaga pemerintah swasta,
lembaga swadaya masyarakat, partai politik dan lain sebagainya.
Lembaga-lembaga ini ikut mempengaruhi pemberitaan sebuah media
karena terkadang lembaga yang menjadi sumber berita memberikan
pesan kepada wartawan agar berita yang keluar dari sebuah media
tidak bertentangan dengan lembaganya. Di sinilah terjadi simbiosis
mutualisme antara sumber berita dengan media yang mencari berita.
Sebuah media mendapatkan bahan berita dengan mudah sedangkan
sebuah lembaga mendapatkan pencitraan yang baik tentang
lembaganya.
3. Level Organisasi Media
Pada level organisasi media kita akan melihat seberapa besar
kekuatan internal media mempengruhi sebuah pemberitaan. Level
organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen organisasi pada suatu
media, kebijakan suatu media dan tujuan suatu media. Berkaitan dengan
level sebelumnya pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level
rutinitas media, level organisasi lebih berpengaruh dibandingkan level
keduanya.29
Pada setiap media massa hampir sebagian besar berorintasi pada
keuntungan atau sebuah profit. Media berusaha mengambil keuntungan
29
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 140
22
dengan menjual berita pada khalayak. Keadaan ini ternyata berdampak
pada isi media yang mereka produksi. Misal, di dalam sebuah organisasi
media tidak hanya terdapat divisi pemberitaan, tetapi juga terdapat divisi
marketing, litbang dan lain sebagainya. Masing-masing divisi tersebut
adalah seorang produser sebuah berita yang sebenarnya tidak kalah penting,
karena terbukti berita tersebut bisa meningkatkan penjualan. Namun, tentu
pemegang kekuasaan tertinggi yang sekaligus mempengaruhi isi media
adalah owner. Pengaruh kepemilikan media terhadap konten media ini
menjadi perhatian penting dalam studi mengenai konten media.30
Berkaitan dengan struktur dan kebijakan organisasi dari sebuah
media tentunya berkaitan dengan tujuan media itu sendiri. Seperti apa yang
dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar
pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, pengejaran
untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan pasar bebas.
Tujuan dari profit ini selain umtuk menggerakan roda organisasi dan
kelangsungan sebuah media juga berkaitan dengan keuntungan yang akan
didapat dari sebuah media.31
Faktor ekonomi yang memberikan keuntungan pada sebuah media,
dalam hal ini contohnya seperti iklan. Iklan adalah sumber utama untuk
menghidupi media. Dari iklan juga media bisa melangsukan kehidupannya
untuk terus melakukan produksi siaran. Selain itu terkadang pemilik media
30
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 140-173 31
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 222
23
memiliki afiliasi politik atau merupakan pemimpin sebuah partai politik.
Hal inilah yang mempengaruhi isi pemberitaan sebuah media karena
berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Jadi besar
kemungkinan pemberitaan yang diberitakan tidak akan bertentangan
dengan kebijakan politik sebuah organisasi media yang bekerja sama
dengan pemilik media.
Dalam organiasi media terdapat tiga tingkatan umum.32
Tingkatan
pertama ialah pekerja garda depan yang terdiri dari pekerja lapangan seperti
penulis, reporter, staf kreatif yang bertugas yang mengumpulkan dan
mengemas barang mentah. Sedangkan tingkatan menengah terdiri dari
manajer, editor, produser dan lembaga yang berhubungan dengan tingkatan
lainnya yang bertugas mengkoordinasikan proses dan menjebatani
komunikasi antara posisi atas dan posisi bawah dalam orgnaiasi. Level
yang teratas adalah korporasi media yang membuat kebijkan organiasi,
membuat anggaran, mengambil keputusan kebijakan-kebijakan penting,
melindungi perusahaan dari kepentingan politik dan komersial, dan saat
dibutuhkan melindungi pekerjanya dari tekanan luar.
Pada level organisasi media, yang menjadi fokus level ini ialah
tujuan organisasi media dan pemilik atau pemimpin media yang
menentukan sebuah kebijakan media. Tujuan dan kebijakan media
merupakan tolak ukur suatu media dalam melakukan proses produksi
siaran, selain itu tujuan dan kebijakan media merupakan sebuah kekuatan
32
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 136
24
dalam organisasi media. Jadi pemberitaan media bukanlah sebuah hasil
kerja yang bersifat perseorangan, melainkan hasil kerja dari suatu
kelompok yang meliputi berbagai aspek.
4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media
Level keempat dari teori hirarki pengaruh adalah level pengaruh
dari luar organisasi media atau bisa disebut dengan extra media level. Extra
media level adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari
luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh media iru berasal dari
seumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa
pasar dan tekonologi.33
Sumber berita memiliki efek yang snagat besar pada konten
sebuah media massa. Karena seorang jurnalis tidak menyertakan pada
laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu.34
Hal ini disebabkan karena
jurnalis mendapatkan berita dari berbagai macam sumber, bisa dari sumber
resmi pemerintah, laporan masyarakat, konferensi pers, langsung dari
tempat kejadian perkara dan lain sebagainya. Setiap sumber memiliki sudut
pandang yang berbeda sehingga memberikan informasi yang berbeda-beda
pula. Kemungkinan sumber berita yang didapat juga bertentangan dan tidak
akurat.35
33
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 173 34
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 178 35
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 178
25
Unsur selanjutnya dari level extra media adalah unsur iklan dan
pembaca. unsur ini sangat berpengaruh dalam level extra media karena
iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media. Kedua
unsur inilah yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan
dari sebuah media, maka dari itu media mencoba menyesuaikan pola
konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan untuk mendapatkan
keuntungan yang sangat besar.
Menurut J. H. Altschull yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese,
sebuah konten dari pers secara langsung berhubungan dengan kepentingan
yang membiayai sebuah pers. Sebuah pers diibaratkan sebagai peniup
terompet dan suara dari tempat itu dikomposisikan oleh orang yang
membiayai peniup terompet tersebut. Ini bukti secara substansial bahwa isi
dari media secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh
pengiklan dan pembaca.36
Pengaruh pemasangan iklan juga terlihat pada isi media yang
dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola yang sama dengan
pola komunikasi target konsumen. Dalam hal ini media mencoba
menyesuaikan pola konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan untuk
mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Iklan yang dipasang juga
menggunakan kekuatan modal dari pengiklan yang secara langsung ikut
membiayai sebuah media agar konten dari media tidak bertentangan
dengan kepentingan citra dari produk yang diiklankan.
36
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 199
26
Unsur level extra media berikutnya adalah kontrol dari
pemerintah. Dalam dunia pers ada peraturan atau undang-undang yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur media di Indonesia. Auran-
aturan tersebut harus dipatuhi oleh media karena sedikit banyaknya aturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dapat mempengaruhi konten media.
Kontrol dari pemerintah biasanya berupa kebijakan peraturan perundang-
undangan atau lembaga negara yang mengatur segala hal.
Media tidak boleh menerbitkan tulisan menyinggung suku,
agama dan ras. Penguasa atau pemerintah memberikan pengaruh besar
kepada isi pesan media. Kekuatan media dalam membentuk agenda publik
sebagian tergantung pada hubungan media yang terjadi oleh kelompok elit.
Jika Media memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok elit di
pemerintahan maka kelompok tersebut akan mempengaruhi apa yang harus
disampaikan oleh media.37
Unsur keempat yang dapat mempengaruhi isi dari pemberitaan
sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara
primer pada pasar yang komersil, di mana media harus berkompetisi
dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan
pengiklan.38
Hal ini membuat setiap media berlomba-lomba mendapatkan
keuntungan dengan merebut perhatian khalayak. Komunitas media di mana
media tersebut juga dapat mempengaruhi konten dari media itu sendiri.
Komunitas media adalah lingkungan dimana media tersebut beroperasi dan
37
Morrissan, Teori Komunikasi Massa, ( Bogor: Galia Indonesia, 2010), h. 48 38
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 199
27
komunitas ekonomi sama seperti masalah sosial yang dapat berefek
terhadap media.39
Unsur yang terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi
media pada sebuah pemberitaan adalah teknologi. Kemajuan teknologi
dapat memberikan pengaruh bagi konten media. Media memanfaatkan
teknologi dengan melakukan inovasi misalnya dengan menunjukkan
informasi lewat media online. Dengan adanya teknologi dapat membantu
pekerjaan media dalam melaksanakan tugasnya.40
Faktor-faktor dari luar media yang telah disebutkan diatas
memiliki kekuatan yang tidak hanya bersifat profit, namun juga politik
yang pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana seharusnya berita
disajikan. Maka dari itu setiap media harus memperhatikan isi berita yang
disajikan agar tetap sejalan dengan faktor-faktor dari luar media dan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup media.
5. Level Ideologi Media
Level yang terakhir pada teori hirarki pengaruh adalah level
pengaruh ideologi pada konten media. Pada level ini kita membahas
ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu yang dipakai
oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka
menghadapinya. Pembahasan pada level ini juga mempelajari hubungan
antara pembentukan sebuah konten media nilai-nilai kepentingan dan relasi
39
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 211 40
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 216
28
kuasa media. Perbedaan level pengaruh media sebelumnya yang tampak
konkrit, namun level ideologi ini bersifat abstrak. Level ini berhubungan
dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam
sebuah media.
Ideologi yang mereka pegang ialah sebagai landasan pedoman
dan berpikir dalam mengambil keputusan. Pada level ini terlihat Bagaimana
media berfungsi sebagai penyalur dari sebuah kepentingan tertentu yang
kuat di masyarakat, bagaimana media menyoroti nilai-nilai dan struktur
organisasi bersatu untuk mempertahankan ideologi. yang dominan dapat
membentuk karakter sebuah media ideologi bukan sesuatu yang berada di
belakang sebuah media tetapi ada sebagai sesuatu yang tumbuh secara
natural.41
Pada level ini juga akan dibahas lebih luas mengenai bagaimana
kekuatan- kekuatan yang bersifat abstrak, seperti ide mempengaruhi sebuah
media terutama ide kelas yang berkuasa. Fokus pada level ini melihat
bagaimana ideologi kelas yang berkuasa mempengaruhi sebuah
pemberitaan bukan dengan kepentingan yang bersifat individu atau yang
bersifat mikro tetapi kepentingan kelas yang berkuasa.42
Daniel Hallien memperkenalkan sebuah model yang dapat
membantu kita untuk memahami bagaimana berita ditempatkan dalam level
ideologi yang membagi jurnalis ke dalam tiga bidang, yakni sphere of
41
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 221 42
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 224
29
deviance (bidang penyimpangan), sphere of legitimate controversy (bidang
kontroversi) dan sphere of consensus (bidang konsensus). Bidang-bidang
ini membantu kita untuk memahami bagaimana sebuah peristiwa
ditempatkan oleh media dalam peta ideologi mereka. Apakah sebuah
peristiwa dibingkai sebagai wilayah menyimpang kontroversi atau
consensus.
Dalam wilayah penyimpangan sebuah perilaku atau peristiwa
dikucilkan dan dianggap menyimpang, seperti terorisme dianggap sebagai
sesuatu yang buruk dan menyimpang. Karena itulah ia ditempatkan dalam
bidang penyimpangan, sementara dalam bidang kontroversi sebuah
peristiwa masih diperdebatkan atau dianggap kontroversial sedangkan
konsensus menunjukkan bagaimana peristiwa tertentu dipahami bersama
sebagai sesuatu yang lazim dan sesuai dengan nilai-nilai mereka. Dengan
peta tersebut kita bisa melihat bagaimana sebuah berita di bingkai oleh
media-media yang dianggap bahwa perilaku gay dan lesbian sebagai
sesuatu yang menyimpang. Tentu akan berbeda dengan pemberitaan
dengan media yang menerima perilaku gay dan lesbian sebagai sebuah
realitas yang ada.43
Media memiliki kekuasaan ideologis sebagai mekanisme ideologi
sosial dan fungsi kontrol sosial.44
Media dapat menyampaikan suatu bahasa
sebagai alat dominasi sehingga terdapat suatu hubungan antara media
43
Eriyanto, Analisis Framing: konstruksi, ideologi dan politik media, (Yogyakarta: LKIS,
2002), h. 127-128 44
Pamela J. Shoemaker dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories Of
Influence on Mass Media Content, h. 225
30
dengan kelompok elit yang berkuasa. Setiap media mempunyai ideologi
yang berbeda-beda. sebagaimana pandangan para pemikir Marxis klasik
yang memandang bahwa media sebagai alat bantu dari kelas yang dominan
dan media menyebarkan ideologi dorongan yang berkuasa dalam
masyarakat, dengan demikian menindas golongan-golongan tertentu.45
Media memiliki andil besar dalam menyalurkan gagasan-gagasan
kelas elit yang dominan sebagai cara untuk menguasai kelas yang tertindas.
Situasi ini terjadi karena media memiliki kuasa di balik media yang
mempengaruhi sebuah pemberitaan. Level ideologi ini dibandingkan
dengan level-level lain cenderung lebih abstrak karena berhubungan
dengan cara seseorang harus menafsirkan realita. Ideologi yang dianut dari
media dapat tercermin dari berita yang dibuatnya. Ada media yang dengan
terang memunculkan ideologinya namun ada juga yang tidak menonjolkan
dirinya secara jelas, kembali lagi semua tergantung kepada kebijakan media
itu sendiri.
B. Konseptualisasi Kebijakan Redaksional
Penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas
seorang penulis. Bagi masyarakat biasa pesan dari sebuah berita akan dinilai
apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan
objektivitas namun berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul
gerak media. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan yaitu
dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologi suatu latar belakang sebuah
45
Stphen W. Littlejohn and Karen A. Foss, Communication Theory: Theory Of Human
Communication, h. 432
31
media. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis
terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
Analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar
belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini tentunya sebuah
perusahaan media massa harus bersifat adil dan mentaati peraturan pers yang
berlaku. Media massa harus memiliki kebijakan yang arif dan memiliki
seorang redaktur yang mempunyai kebijakan redaksional yang bijaksana.
Kebijakan redaksional bisa dimaknai sebagai serangkaian pedoman yang
menjadi dasar dibidang redaksional sesuai visi dan misi media massa yang
bersangkutan. Di samping berkaitan dengan substansi pemerintahan juga
meliputi tujuan mengapa berita tersebut diturunkan. Biasanya bagian
redaksional dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi yang bertanggung jawab
atas setiap pekerjaan yang berkaitan dengan pencarian dan pelaporan berita.
a. Pengertian Kebijakan
Dalam kamus bahasa Indonesia kebijakan adalah rangkaian konsep
dan asas yang menjadi garis besar dan dasar perencanaan dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak pernyataan, cita-cita,
tujuan, prinsip, maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
untuk mencapai sasaran.46
Kebijakan biasanya merupakan suatu aturan atau pedoman untuk
menentukan suatu tindakan dan tujuan agar semuanya tercapai sesuai dengan
apa yang diinginkan. Kebijakan diatur atau dibuat oleh seorang atasan atau
46 Lukman Ali, et.al, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 640
32
pemimpin dalam suatu organisasi ketika mengambil suatu keputusan.
Kebijakan secara umum diartikan sebagai kearifan mengelola. dalam ilmu-
ilmu sosial kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk menentukan
langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan yang
diinginkan.
b. Pengertian Redaksional
Redaksional berasal dari kata redaksi yang bermakna suatu bagian
penting dalam organisasi media. Komunikasi massa yang tugas pokoknya
mengelola isi atau acara media massa elektronik atau cetak bagian redaksional
merupakan bagian yang mengurus pemberitaan. Pada garis besarnya
redaksional menurut Nasikun Iskandar dibagi menjadi empat jenjang yakni,
pertama pemimpin redaksi yang bertanggung jawab pada kebijakan isi media.
Kedua, redaktur pelaksana yang dibebani tanggung jawab pelaksanaan
berdasarkan sehari-hari keredaksian yang mengatur isi berita para wartawan
atau reporter. Ketiga, editor atau redaktur yang bertugas menyunting naskah
dan halaman. Keempat, wartawan atau reporter yang mencari dan yang
membuat berita.47
Bagian redaksional ini dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi yang
bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang berkaitan dengan pencarian dan
pelaporan berita secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk
pengadaan pengelolaan penampilan dan penyusunan komposisi naskah sesuai
dengan misi media tersebut.
47 Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adi
pustaka, 1990), h. 125
33
c. Pengertian Kebijakan Redaksional
Kebijakan redaksional adalah merupakan dasar pertimbangan suatu
lembaga media massa untuk memberikan atau menyiarkan suatu berita.
Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media
massa terutama media cetak terhadap masalah aktual yang sedang berkembang
yang dituangkan dalam bentuk berita.48
Setiap media dalam memandang suatu
peristiwa mempunyai peluang berbeda dalam mengkonstruk berita sehingga
boleh jadi satu peristiwa yang sama bisa berbeda dalam penyajiannya. Sesuai
dengan sudut pandang bagaimana memandangnya atau sangat mungkin
dirasuki oleh ideologi dan kepentingan tertentu, sehingga peristiwa satu bisa
dianggap penting oleh media yang satu tetapi tidak bagi yang lain.
Media massa itu ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.
Media massa yang bersifat khusus misalnya media massa ekonomi hanya
menyiarkan berita ekonomi dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah
ekonomi. Media massa politik yang menyiarkan berita politik dan hal-hal
yang berkaitan dengan masalah politik dan sebagainya. Kemudian jika media
massa itu bersifat umum maka ia pada prinsipnya dapat menyiarkan setiap
peristiwa yang menarik dan penting. Tetapi peristiwa yang menarik itu banyak
makna belum tentu bisa menyiapkan semuanya sehingga harus ditentukan
dasar pertimbangannya untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu
peristiwa.49
48
Sudirman tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Alam Indonesia, 2005), h. 150 49 Sudirman tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Alam Indonesia, 2005), h. 152
34
Kebijakan redaksional juga bisa dimaknai sebagai serangkaian
pedoman yang menjadi dasar dibidang redaksional sesuai visi dan misi media
massa. Kebijakan redaksional disamping berkaitan dengan substansi
pemberitaan juga meliputi tujuan mengapa berita tersebut diturunkan. Sebuah
berita dalam surat kabar harian merupakan laporan utama di setiap edisinya
dalam perspektif ini berita utama tentu mempunyai nilai berita yang paling
tinggi diantara sekian berita yang masuk ke meja redaksi.
Kebijakan redaksional yang dibuat oleh sebuah media massa harus
sesuai dengan hukum yang berlaku di negara masing-masing dan teori pers
yang dianut oleh negara tersebut. Karena para pengusaha yang menguasai
media massa harus bertanggung jawab kepada masyarakat itu sebabnya pers di
Indonesia terutama sejak pemerintahan orde baru dinyatakan sebagai pers
yang bebas dan bertanggung jawab, yaitu pers yang menjalankan fungsinya
sebagai penyebar informasi yang objektif dalam menyalurkan aspirasi rakyat
dan meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat.
C. Konseptualisasi Radio
Radio adalah hasil dari perkembangan teknologi yang memungkinkan
suara ditransmisikan melalui gelombang radio di udara. Semenjak
ditemukannya wireless telegraph oleh Guglielmo Marconi yang dapat
membawa pesan dalam bentuk kode morse, radio semakin menjadi idaman
dalam hal keperluan perdagangan, transportasi, serta yang lainnya. Dari masa
ke masa, radio semakin merubah diri menjadi lebih canggih. Selain itu, radio
35
tidak hanya sekedar alat pengirim suara tetapi memiliki lain fungsi menjadi
media jurnalistik yang menyampaikan peristiwa-peristiwa penting.
Radio menjadi salah satu media jurnalistik dalam menyiarkan
informasi kepada khalayak, oleh karena itu radio dituntut untuk bisa
memenuhi kenutuhan informasi masyarakat. Tidak hanya sekedar menyiarkan
saja, namun ada dasar-dasar penyiaran yang harus dimengerti oleh penyiar,
terutama bagi pemula sehingga kegiatan siaran berjalan dengan lancar.
Pemilihan media hiburan dan informasi ternyata tidak kalah pamor dengan
media cetak maupun elektronik. Info kesehatan, teknologi, gaya hidup, info
seni dan budaya, berita politik, ekonomi, kriminalitas, agama bahkan gosip
artis bisa didengar secara gratis dari subuh hingga tengah malam. Dengan itu
radio memiliki ciri khas utama yakni auditif atau kata lainnya adalah yang
dikonsumsi telinga atau pendengar. Apa yang dilakukan radio adalah
memperdengarkan suatu suara manusia untuk mengutarakan sesuatu.
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk mengirim sinyal dengan
cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).
gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat
lewat ruang angkasa yang hampa udara karena gelombang ini tidak
memerlukan medium pengangkut seperti molekul udara.50
Undang-undang
Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran menyebutkan bahwa frekuensi radio
yang merupakan gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk penyiaran
50 Hasan Asy'ari oramahi, Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio, ( Penerbit
Erlangga, 2012), h. 120
36
dan merambat di udara serta ruang angkasa tampa sarana penghantar buatan
merupakan ranah publik dan sumber daya alam terbatas. Meskipun kata radio
digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan alat penerima gelombang
suara, Namun transmisi gelombangnya dapat dipakai sebagai dasar gelombang
pada televisi radio atau radar dan telepon genggam pada umumnya.
Pada awalnya penggunaan radio kebanyakan adalah maritim yaitu
untuk mengirim pesan telegram menggunakan kode morse antara kapal dan
darat salah satu pengguna awalnya adalah angkatan laut Jepang yang memata
matai armada Rusia saat perang sushima tahun 1901. Salah satu penggunaan
yang paling dikenang adalah pada saat tenggelamnya kapal penumpang
Inggris RMS Titanic pada tahun 1912, termasuk komunikasi antar operator di
kapal yang sedang tenggelam dan kapal terdekat, dan komunikasi ke stasiun
darat mendaftar yang terselamatkan.
Kehadiran radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan
komunikasi antar angkatan darat dan angkatan laut di kedua pihak. Pada
perang dunia II, Jerman menggunakan komunikasi radio dan pesan
diplomatik ketika kabel bawah lautnya dipotong oleh pihak Britania. Siaran
radio mulai dapat dilakukan pada tahun 1920 an seiring populernya pesawat
radio termasuk telepon dan siaran ulang program radio mulai populer antara
1920-an dan 1930-an. Penggunaan radio pada masa perang adalah
pengembangan pendeteksian lokasi pesawat dan kapal dengan menggunakan
radar. Sekarang radio mengalami perkembangan bentuk yang sangat beragam
termasuk jaringan tanpa kabel komunikasi bergerak di segala jenis dan
37
penyiaran radio sebelum televisi menjadi terkenal siaran radio mencakup
drama komedi beragam Show dan banyak hiburan lainnya tidak hanya berita
dan musik saja.
Dalam penyiaran radio ada elemen-elemen yang harus dipenuhi demi
kelancaran kegiatan siaran. Terdapat tiga elemen dasar yaitu, teknik siaran,
penyiar dan topik siaran.
1. Teknik Siaran
Ada dua teknik dalam melakukan siaran radio, yaitu teknik Ad
Libitum dan teknik membaca naskah. Dengan kedua teknik inilah
umumnya seorang penyiar bekerja atau melaksanakan tugasnya.51
a. Teknik Ad Libitum
Teknik ini merupakan teknik siaran dengan cara berbicara santai,
enjoy, tanpa beban atau tekanan, sesuai dengan seleranya, dan tanpa
naskah. Untuk mencapai hasil siaran yang optimal, penyiar yang
menggunakan teknik Ad Libitum harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut ini :
1) Menggunakan bahasa sehari-hari.
2) Mencatat pokok-pokok penting yang akan disampaikan.
3) Memahami keseluruhan informasi yang disajikan.
4) Menguasai istilah-istilah khusus.
5) Menguasai standarisasi kata.
51
Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia,
2004, hlm. 39
38
6) Mencegah atau menghindari kata-kata yang tidak wajar atau
melanggar nilai asusila.
b. Teknik Membaca Naskah
Pada teknik ini, penyiar melakukan siaran dengan cara
membacakan naskah siaran yang sudah disusun sendiri atau dengan
bantuan penulis naskah. Untuk mencapai hasil siaran yang optimal,
seorang penyiar harus mampu mengutarakan kata demi kata seolah-olah
diucapkan tanpa bantuan naskah. Caranya adalah :
1) Memahami dan menghayati isi naskah secara keseluruhan.
2) Gunakan tanda baca khusus dalam naskah untuk membantu
kelancaran penyampaian.
3) Berbicara seakan-akan sedang bercerita atau ngobrol dengan
teman.
4) Gunakan gerakan tubuh atau senyuman untuk menambah bobot
bicara.
5) Sebelum mengudara, berlatih dengan menggunakan suara.
6) Meletakkan naskah yang mudah dijangkau.
7) Naskah tidak boleh bersambung.
8) Bayangkan seolah-olah sedang menelepon
2. Penyiar (announcer)
Penyiar (announcer) adalah orang yang bertugas membawakan
atau memandu acara di radio, misalnya acara berita, pemutar lagu-lagu
39
pilihan, talk show, dan sebagainya.52
Seorang penyiar merupakan ujung
tombak dari sebuah stasiun radio dalam berkomunikasi dengan
pendengarnya. Keberhasilan sebuah program acara di radio utamanya
ditentukan oleh kepiawaian penyiar dalam membawakan sekaligus
“menghidupkan” acara tersebut.
Dengan keahlian yang dimiliki oleh seorang penyiar, mereka bisa
dengan mudah memasuki profesi lain yang sejenis, seperti menjadi MC
dan presenter acara televisi. Semua orang bisa menjadi penyiar radio
selama mereka tidak memiliki kelainan dalam berbicara. Untuk menjadi
penyiar professional, seseorang harus memiliki kemampuan tertentu dari
segi komunikasi lisan. Kemampuan tersebut bisa didpatkan melalui latihan
dan pemahaman teknik-teknik berbicara yang baik.
Ada beberapa keahlian utama yang harus dimiliki oleh seorang
penyiar, antara lain yaitu berbicara, membaca dan menulis. Pekerjaan
seorang penyiar adalah berbicara, ia harus bisa/lancar berbicara dengan
kualitas vocal yang baik. Kualitas vocal yang baik bisa didapat dengan
cara sering-sering melakukan latihan pernafasan, latihan intonasi, latihan
aksentuasi, latihan speed, dan latihan artikulasi.
Disamping keahlian berbicara, seorang penyiar juga harus
memiliki keahlian membaca, yang dalam hal ini adalah membaca naskah
siaran namun terdengar seperti bertutur atau tidak membaca naskah. Selain
keahlian membaca, yang terpenting adalah seorang penyiar harus mampu
52
Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism, (Bandung: Yayasan Nuansa
Cendekia, 2004), hlm. 31
40
menulis naskah siaran. Adakalanya seorang penyiar harus menulis naskah
siarannya sendiri.
3. Topik dan Materi Siaran Radio
Salah satu elemen produksi siaran radio adalah materi. Materi
memiliki peran penting dalam produksi siaran radio, karena inti dari siaran
radio terletak pada informasi yang disampaikan oleh penyiar. Segala
sesuatu yang terjadi disekitar kita bisa menjadi topik siaran radio. Kendati
demikian agar topik atau materi tidak melebar, sebagai panduan bagi
penyiar, Boyd merinci sejumlah topik yang kerap diangkat dalam siaran
radio. Adapun topik yang disajikan yaitu:53
a. Gawat Darurat
Kecelakaan, tragedi, musibah, dan upaya penyelamatan sandera,
merupakan topik-topik hangat pemberitaan yang tergolong dalam
emergency (gawat darurat).
b. Kriminalitas
Berita kriminalitas mulai dari pencurian, tabrak lari, hingga
pemerkosaan dan lain seabgainya. Namun berita kriminalitas terdiri
dari sejumlah kategori fase, misalnya kecelakaan, penangkapan, dan
penampilan terdakwa dalam pengadilan.
53
Santi Indra Astuti, Jurnalisme Radio Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa, 2008),
hlm. 62-64
41
c. Pemerintahan Lokal dan Nasional
Apapun kebijakan pemerintah pasti akan berdampak dalam kehidupan
khlayak. karena itu, pemerintah merupakan sumber berita yang
penting.
d. Perencanaan dan Pembangunan
Topik ini tentang apa yang ada disekeliling kita tentang pembangunan
dan perencanaan. Misalnya, pembangunan mall, sekolah, komplek
perumahan, dan lain-lain sebagainya.
e. Konflik dan Kontroversi
Konflik skala kecil atau besar, sama-sama menarik perhatian manusia.
Setiap kebijakan tentu ada yang mendukung atau menolak. Pro-kontra
semacam ini dapat menjadi sumber berita yang memicu diskusi publik
di media.
f. Pressure Group
Kelompok penekan atau pressure group adalah orang-orang yang
mengorganisasi dirinya untuk memicu kontroversi. Tujuan utama
kelompok semacam ini adalah menuntut perubahan, lewat provokasi
maupun dengan cara beroposisi.
g. Industri dan Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan adalah bidang yang pelik, tapi menarik bagi siapa
saja. Termasuk, bagi Indonesia yang masih tinggi angka
penganggurannya.
42
h. Kesehatan
Selalu ada penyakit baru, wabah baru, yang memerlukan penanganan
khusus. Selalu ada obat baru atau metode baru untuk menanggulangi
penyakit. Kesehatan sebagai informasi yang menarik bagi individu
atau masyrakat umum.
i. Human Interest
Human interest biasanya berupa persoalan kemanusiaan, misalnya
bagaimana seorang pengemis berjuang menjalani hidup.
j. Personalities
Sosok menjadi tokoh yang penting sebagai sumber berita. Sosok bisa
berupa cerita tentang orang-oramg istimewa.
k. Sport
Biasanya dalam topik olahraga bukan hanya prestasinya saja yang
dibicarakan, masih banyak yang lainnya, seperti, hasil pertandingan,
analisis kekalahan tim, sosok yang berjasa, hingga lopran langsung
dari arena pertandingan.
l. Seasonal News
Inilah jenis berita musiman, mulai dari cuaca, tren, hingga berita
musim lain.
m. Special local interest
Bagaimana pun radioadalah media yang bersifat lokal. Berita-berita
yang khas di wilayah tempat radio beroperasi layak mendapat porsi
khuhus.
43
n. Cuaca
Biasanya topik ini disajikan untuk panduan masyarakat tentang cuaca
guna merencanakan aktivitas sehari-hari. Kerjasa,a dengan badan
meteorologi mutlak diperlukan untuk mengeluarkan informasi perihal
cuaca yang bisa dipertanggungjawabkan.
o. Lalu Lintas
Tidak ada yang bisa mengalahkan radio dalam hal menginformasikan
info lalu lintas dengna cepat dan murah.
p. Hewan
Dalam topik ini biasnaya membahas tentang hewan peliharaan, satwa
buas atau satwa langka.
Masih banyak topik-topik lain yang bisa diangkat oleh para penyiar
saat mengudara. Topik teraktual juga menjadi hal yang menarik untuk
disuguhkan pada khlayak, tinggal bagaimana penyiar menyampaikan
dengan jelas sehingga masyarakat mengerti akan informasi yang
disampaikan.
D. Radio Siaran Swasta
Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSI) adalah
wadah organisasi radio swasta di Indonesia yang keberadaannya juga
memiliki hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa baik di masa
penjajahan, masa perjuangan proklamasi kemerdekaan maupun di dalam
44
dinamika perjalanan bangsa memperjuangkan kehidupan masyarakat yang
demokratis, adil dan berkemakmuran.54
Pada zaman penjajahan Belanda, radio siaran swasta yang dikelola
warga asing menyiarkan program untuk kepentingan dagang. Sedangkan
radio siaran swasta yang dikelola pribumi menyiarkan program untuk
kemajuan kesenian dan kebudayaan, di samping untuk kepentingan
perjuangan dan pergerakan semangat kebangsaan. Waktu itu ketika masa
pendudukan Jepang tahun 1942 sampai 1945 semua stasiun radio dikuasai
pemerintah pendudukan Jepang. Sehingga programnya memang diarahkan
pada propaganda Asia Timur Raya namun setelah Jepang menyerah
kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, pada tanggal 17 Agustus 1945
berhasil menyiarkan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh
dunia.
Selanjutnya, sejak proklamasi kemerdekaan RI sampai akhir masa
orde lama tahun 1965 radio Siaran di Indonesia hanya diselenggarakan
pemerintah contoh RRI (Radio Republik Indonesia). Secara de facto,
Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan
profesionalisme “radio amatir” yang dimotori kaum muda dan para
mahasiswa diawal orde baru tahun 1996. Secara yuridis, keberadaan radio
swasta diakui dengan prasyarat penyelenggaraannya harus berbadan
hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan peraturan pemerintah
RI No. 55 tahun 1970 tentang radio siaran non pemerintah yang mengatur
54
Hasan Asy’ari oramahi, Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio, h. 126-127
45
fungsi, hak, kewajiban dan tanggung jawab radio siaran, syarat-syarat
penyelanggaraan, perizinan, serta pengawasannya.55
Hingga saat ini
Perkembangan PRSSI semakin menampakkan posturnya secara lebih
profesional dalam menyelenggarakan siarannya untuk kemaslahatan
masyarakat Indonesia.
55
Hasan Asy’ari oramahi, Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio, h. 127
46
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Radio Mora FM
1. Sejarah Berdirinya Radio Mora FM
Radio Mora FM sebagai satu-satunya Radio penegakan hukum &
informasi (The Law of Justice Station & Information) di Indonesia yang
mengudara selama 24 jam setiap hari. Format siaran utamanya adalah
talkshow dan interaktif mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 17.00
WIB, dengan membangun komunikasi tiga atau empat arah, yaitu antara
penyiar dengan nara sumber, pendengar maupun dengan para reporter di
lapangan. Di sampaing itu ada juga siaran hiburan budaya atau kesenian
beberapa daerah dan siaran agama mulai pukul 17.00 sampai dengan pukul
06.00 WIB. Para penyiar Radio Mora FM umumnya berlatar belakang
praktisi hukum dan budayawan daerah, sedangkan para reporter pada
umumnya berlatar belakang ilmu jurnalistik.56
Dapat dikatakan Radio Mora FM adalah pelopor radio siaran swasta
di Indonesia dalam beberapa hal, selain juga sebagai radio swasta
berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang tidak mengandalkan
Income dari pemasangan iklan produk, karena manajemen Radio Mora FM
menyadari bahwa pendengar radio tidak senang apabila siaran yang
diganggu oleh iklan. Selain itu juga karena betapa sempitnya waktu untuk
56
Data resmi berupa Company File dari Radio Mora Banten.
47
iklan pada siaran talkshow atau ineraktif sebagai prime program siaran di
Radio Mora FM. Oleh karena itu peluang memasang iklan produk di
acara-acara siaran Radio Mora FM hanya sebatas pada jam sore hingga
subuh pada siaran hiburan budaya, kesenian daerah dan agama.57
Radio Mora FM juga memiliki Badan Koperasi dan bantuan hukum
yang diberi nama Kopjaskum (Koperasi Jasa Hukum), Lembaga Koperasi
berijin yang bernaung di Radio Mora Bandung kelahirannya dilandasi
kepedulian Radio Mora terhadap pendengar yang rata-rata kurang
memahami pengetahuan hukum namun mereka terkendala dalam beberapa
sektor ketika yang bersangkutan bersengketa dengan lawan hukumnya.
Sektor utamanya adalah biaya sekalipun secara analisa hukum yang
bersangkutan dapat dipastikan memenangkan persengketaan tersebut.
Kopjaskum Koperasi ini pada dasarnya sama dengan koperasi pada
umumnya, adapun yang menjadi perbedaannya ialah setiap anggota
kopjaskum memperoleh pelayanan dan perlindungan hukum baik dalam
bentuk konsultasi atau nasehat dan atau arahan hukum dari kantor advokat
Monang Saragih, SH dan Rekan.
Kopjaskum sebagaimana koperasi pada umumnya tentu ruang
geraknya sesuai dengan Undang-Undang per-koperasian yang berlaku di
republik ini yakni UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 serta Undang-Undang
turunannya dengan landasan Idiil Pancasila, yang senantiasa
memperhatikan Fungsi dan Peran Koperasi yakni membangun dan
57
Data resmi berupa Company File dari Radio Mora Banten dan Skripsi Chaerani
mahasiswa Universitas Islam Bandung yang berjudul Tanggapan masyarakat desa Pasir Langu
kecamatan Cisarua terhadap program siaran “MOTIF”dan siaran keagamaan Islam radio Mora.
48
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan msyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Di sisi lain fungsi yang tidak kalah
pentingnya ialah memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai
soko gurunya.58
Pengurus Koperasi Jasa Hukum (Kopjaskum) Mora Jabar:
a. Perdagangan barang dan Jasa Kopjaskum, General Manager: Sonjaya
Akbar,
b. Simpan Pinjam Kopjaskum, General Manager: A. Hadiansyah, EVO.
c. Simpan Pinjam Kopjaskum segera meluncurkan produk:
1. Simpanan Dana Pendidikan Plus Asuransi
2. Tabungan Plus Asuransi Kesehatan dan Kecelakaan (Rawat
inap)
3. Tabungan Umroh Plus Asuransi
4. Simpanan Berjangka Tahunan Plus Asuransi
5. Membentuk Divisi Investasi pada sektor riil dan aman
6. Membentuk Divisi Pinjaman pada sektor UMKM
58
Data diperoleh dari repository.unisba.ac.id pada Skripsi Chaerani mahasiswa
Universitas Islam Bandung yang berjudul Tanggapan masyarakat desa Pasir Langu kecamatan
Cisarua terhadap program siaran “MOTIF”dan siaran keagamaan Islam radio Mora.
49
2. Visi dan Misi Radio Mora
Radio Mora memiliki misi yaitu untuk memajukan Radio Mora
FM sebagai radio swasta yang digandrungi khalayak dan membuat
program yang berguna bagi masyarakat. Selain itu sebagai media yang
bersedia menolong dan membantu masyarakat dengan menerima aspirasi,
aduan maupun keluhan masyarakat, seraya senantiasa berupaya untuk
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.59
3. Motto Radio Mora
Setiap instansi media pasti memiliki motto dalam melaksanakan
aktifitas jurnalistiknya. Motto ini terkadang menjadi icon atau tolak ukur
dalam kegitan suatu media. Adapun motto radio Mora ialah “The Law and
Justice Station”, memiliki arti yakni stasiun radio yang menjunjung tinggi
penegakan hukum dan keadilan di Indonesia.60
4. Struktur Organisasi Radio Mora
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi demi berjalannya
suatu rutinitas media. Struktur organisasi tersebut menyusun dan
menjelaskan peranan, tugas dan tanggung jawab dari berbagai bagian atau
divisi. Susunan organisasi merupakan susunan yang menggambarkan
berbagai fungsi kerja yang disesuaikan dengan bidangnya masing-masing
agar dapat mencapai tujuan tertentu.
Dengan adanya struktur organisasi akan terlihat bagaimana
pembagian tanggung jawab tugas tersebut dijalankan sesuai dengan
59
Data Resmi berupa Company File dari radio Mora Banten. 60
Data Resmi berupa Company File dari radio Mora Banten.
50
fungsinya masing-masing. Kejelasan struktur yang terdapat dalam suatu
organisasi akan memberikan kejelasan tentang hubungan kerja baik secara
fungsional antara satu bagian dengan bagian lainnya, hal tersebut akan
menimbulkan dampak mengenai hubungan vertikal maupun hubungan
horizontal .
Adapun susunan mengenai struktur beserta penjelasannya di
kantor Radio Mora FM sebagai berikut:61
a. Direktur Utama
Direktur utama adalah seseorang yang ditunjuk untuk memimpin
Perseroan terbatas (PT). Direktur dapat seseorang yang memiliki
perusahaan tersebut atau orang profesional yang ditunjuk oleh pemilik
usaha untuk menjalankan dan memimpin perseroan terbatas. Penyebutan
direktur dapat bermacam-macam, yaitu dewan manager, dewan gubernur,
atau dewan eksekutif.
b. Direktur Operasional
Bertanggung-jawab terhadap seluruh produk yang menjadi
tanggung jawabnya, membuat marketing plan untuk setiap produk yang
menjadi tanggung jawabnya, membuat laporan tentang pelaksanaan
marketing plan dan membuat analisa dan evaluasi produk yang menjadi
tanggung jawabnya.
61
Data Resmi berupa Company File dari radio Mora Banten.
51
c. General Manager
Posisi general manager orangnya harus bisa mengatur suatu
pekerjaan dan harus bisa juga mengevaluasi pekerjaan yang sudah selesai.
Orang yang menduduki posisi tersebut adalah orang yang mempunyai
wawasan cukup luas baik itu dalam pekerjaannya sendiri maupun diluar
perkerjaannya antara lain untuk mendapatkan suatu job pekerjaan yg akan
datang tentunya.
d. Manager Siaran
memiliki tanggung jawab untuk merumuskan dan menetapkan
programming penyiaran radio yang memenuhi bentuk format penyiaran
radio yang telah ditetapkan oleh perusahaan termasuk aspek-aspek
pendukung keberhasilan penyiaran radio, dengan memperhatikan
kebutuhan pendengar sekaligus kebutuhan pengiklan.
e. Pemimpin Redaksi
Pemimpin Redaksi bertanggung jawab terhadap mekanisme dan
aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Pemimpin Redaksi menetapkan
kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional. Ia bertindak
sebagai jenderal atau komandan. Pemimpin Redaksi bertanggung jawab
terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian dan jajaran
keredaksian kebawahnya.
f. Divisi Produksi
Sebuah Divisi yang bertugas membuat semua Spot Iklan, promo
radio, Jingle, Bridging, insert, acara, Bumper, rekaman paket acara,
52
rekaman ini itu sampe terkadang sekaligus menjadi director bagi Voice
Over.
g. Divisi Teknik
Bertanggung jawab terhadap semua aspek teknis yang
mendukung jalannya siaran radio.
h. Divisi Admin
Menerima dan mengerjakan serta mengawasi semua keperluan
administrasi secara umum, baik dari Manager, Kepala Siaran maupun
personel lainnya seperti penawaran, proposal, permohonan dan
sebagainya. Hal surat menyurat keluar dan ke dalam dan langsung
mengarsipkan. Memeriksa jadwal penyiar, bukti siar, data siar iklan,
materi iklan, materi siar dan lain-lain materi tertulis. Menerima tugas lain
yang diberikan atasan yang menyangkut (Media audio) Radio.
h. Staff Penyiar
Staff penyiar bertanggung jawab bersama divisi lainnya
mengawasi jalannya operasional radio sehari-hari, mengkoordinir para
penyiar dan operator, terutama masalah pergantian tugas. Menerima
konsultasi penyiar dan operator, khususnya dalam hal siaran, menyusun
jadwal penyiar. Memberikan teguran-teguran langsung kepada penyiar dan
operator jika menemukan hal-hal diluar ketentuan kepenyiaran. Menjalin
hubungan kerjasama dengan pihak luar secara berkelanjutan (pemasang
iklan, lembaga advertising, industri musik) termasuk pemirsa dan pihak
lainnya.
53
i. Reporter
Reporter memiliki tugas untuk menggali informasi tentang suatu
hal dengan cara mewawancari narasumber yang berkaitan dengan hal yang
akan diberitakan ke publik. Awalnya reporter akan mempersiapkan dulu
pokok bahasan apa yang akan diangkat dan menentukan apa goal setting
dari berita tersebut, lalu setelah itu menentukan narasumber yang dapat
digali informasinya agar goal setting itu bisa tercapai. Selain itu juga
mengumpulkan dan mengelolah informasi menjadi berita, yang akan
disebarluaskan kepada public, disesuaikan dengan tugasnya masing-
masing yang sudah sebelumnya sudah di atur oleh Redaksi.
j. Staff Operator
Tugasnya merekam data penelpon yang masuk dalam acara
sebuah radio. Mungkin yang sering kita lihat juga di televisi ketika sebuah
acara tebak berhadiah. Seorang operator bertugas mencatat data diri
beserta alamat lengkap penelpon untuk mengantarkan hadiah, karena
biasanya penyiar hanya akan menanyakan nama dan kota asalnya si
penelpon saja.
k. Staff Teknisi
Bertugas dan bertanggung jawab terhadap alat yang digunakan
untuk melakukan penyiaran.
54
l. Staff Administrasi
Bertugas untuk mengatur anggaran baik harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan, serta membuat jurnal anggaran termasuk mencatat
segala pemasukan uang dan pengeluaran nya.
5. Radio Mora FM Banten
Hadirnya radio Mora FM Banten membawa angin segar khususnya
bagi masyarakat yang haus akan berbagai macam informasi yang tersebar di
seluruh wilayah Banten, karena memang radio Mora ini satu-satunya radio
penegak hukum dan keadilan “The Law and Justice Station”. Saluran radio
publik lokal ini merupakan media yang tepat sebagai pendukung aktivitas
pembangunan di provinsi Banten. Radio Mora Banten merupakan salah satu
cabang radio Mora yang terletak di Bandung. Radio Mora Banten didirikan
pada tanggal 4 April 2015. Selain di Banten, radio Mora memiliki 10 cabang
yang tersebar di seluruh Nusantara dan berpusat di Bandung, Jawa Barat.62
Adapun 10 cabang Radio Mora ialah sebagai berikut:63
1. Radio Mora 88,5 FM Jawa Barat
2. Radio Mora 91,3 FM Sumatera Utara
3. Radio Mora 102,6 FM Kalimantan Barat
4. Radio Mora 101,3 FM Riau
5. Radio Mora 90,6 FM Banten
6. Radio Mora 101,8 FM Sumatera Barat
7. Radio Mora 103,4 FM Kalimantan Tengah
62
Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Sunardi selaku manager station radio
Mora Banten pada tanggal 22 Mei 2017. 63
Data Resmi berupa Company File dari radio Mora Banten.
55
8. Radio Mora 100,9 FM Aceh
9. Radio Mora 105,2 FM Bali
10. Radio Mora 105 FM Sulawesi Utara
Informasi umum radio Mora Banten :
Nama : PT Radio Mora Parna Banten
Nama di udara : Radio Mora FM Banten
Frekuensi : 90.6 mhz
Alamat : Jalan Raya petir Km 4 Cipocok Jaya Kota Serang 42121
Telepon : 0254-8490566 / 0254-8490400
Jangkauan : Serang, Tangerang, Cilegon, Merak, Lebak, Pandeglang
Jam siar : 24 jam
Program yang ada di radio Mora Banten di desain untuk
mengeksplorasi berbagai aspek hidup tanpa menjadi berbelit-belit, sederhana
namun tetap kuat dan padat, sehingga tidak meninggalkan salah satu fungsi
radio sebagai sebuah media yang menghibur informatif dan tetap dekat dengan
pendengarnya, yang membantu menjawab segala keingintahuan audiens
tentang segala hal, sehingga cukup dengan tune in di radio Mora pendengar
akan mendapat beragam informasi hiburan, sekaligus teman dalam aktivitas
sehari-hari. Sehingga bisa menjadi jembatan antara audiens dengan radio.64
Audience profile atau profil pendengar radio mora FM Banten dapat
kita lihat sebagai berikut:65
64
Data resmi berupa company file dari radio Mora Banten. 65
Data resmi berupa company file dari radio Mora Banten.
56
Usia : 30 s/d 70 Tahun
Karakter pendengar : Dewasa, Concern terhadap lingkungan sosial
dan informasi.
Pekerjaan : Pegawai Negeri/ BUMN, Pengusaha
& Pegawai Swasta.
Pendidikan : SMA- 40%
Diploma - 30%
Sarjana - 20%
Lainnya - 10%
Gender: 60% Pria – 40% Wanita
Gambar : Diagram Berdasarkan Pendidikan
SMA
Diploma
Sarjana
Lainnya
57
Konsep musik radio Mora menjadikan musik sebagai pelengkap
informasi yang ada. Dengan konsep musik atau lagu yang pernah atau sedang
populer dengan kualitas pemilihan lagu yang ketat dengan komposisi lagu hits
Indonesia dan nusantara 60%, dan lagu hits mancanegara 40%.
Gambar: Diagram komposisi lagu di radio Mora Banten berdasarkan
jenis lagu.
Selain itu, Konsep informasi yang diudarakan di radio Mora
ditekankan pada informasi terkini. Dihadirkan dalam laporan reporter pada
setiap menit ke-15 dan menit ke-45. Serta jurnal radio Mora setiap hari pukul
Gambar : Diagram Berdasarkan Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Lagu Indonesia
Lagu Mancanegara
58
16.15 WIB, yang berisi rangkuman informasi hari ini, serta berita terakhir
yang sampai ke meja redaksi radio Mora. Sajian informasi lainnya berupa
program interaktif dan talk show dengan isu yang sedang hangat di Banten,
isu nasional dan dunia pada umumnya.66
Radio mora Banten memiliki banyak program siaran harian, yaitu
sebagai berikut:67
1. Interupsi ( info, terapih, rukun, peruntungan, sehat Ilahi)
Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu pukul 03.00 – 06.00 WIB.
acara interaktif kajian Islam yang melibatkan pendengar untuk turut serta
membaca ayat-ayat suci Al-qur’an dipandu oleh ahli agama Islam dan ahli
hukum islam.
2. Tabur Kasih
Setiap hari minggu pukul 24.00- 06.00 WIB, acara kerohanian dari
rumah ibadah ke rumah ibadah lainnya seperti Gereja, Pura, Vihara dengan
tujuan menyebab penyebaran dakwah sesuai kitab suci yang diyakininya,
penyampaian pesan dalam bentuk khotbah fragmen dialog atau lagu-lagu
pujian.
3. SOMASI (Sorotan Masalah dan Situasi)
Setiap hari senin - sabtu pukul 06.00- 09.00 WIB, talkshow
interaktif untuk memulai hari hari ketika beraktivitas pendengar Mora FM,
yang berisi berbagai informasi dan kupasan permasalahan public. Dikemas
dengan Bahasa Hukum dan pembawaan yang lugas dan Natural, Call in
66
Data resmi berupa company file dari radio Mora Banten. 67
Data resmi berupa company file dari radio Mora Banten.
59
program Serta SMS berisi tanggapan serta masukan atau isu atau topik yang
disajikan. Pola jawab langsung dari pejabat atau petugas yang bersentuhan
dengan isu yang mendapat sorotan. pendengar acara ini terdiri berbagai
kalangan yang mulai aktivitas pagi atau berada di perjalanan.
4. SAKSI (Saran, Komentar dan Informasi)
Setiap hari senin – sabtu, pukul 09.00 - 12.00 WIB. Talkshow
interaktif yang menyoroti berbagai kasus sangat yang terjadi di kawasan
regional internasional dengan pembawaan yang lebih santai tapi serius,
dengan memberi kesempatan bebas saling menanggapi antar pendengar
melalui telepon dan SMS. Pada umumnya para pendengar acara ini adalah
house wife atau para pekerja yang memiliki waktu cukup ruang untuk
pendengar radio sambil bekerja.
5. KASASI (Kasus dari Sana Sini)
Setiap senin – sabtu. pukul 12.00 - 15.00 WIB. Talkshow interaktif
membedah kasus- kasus hukum secara detail dari berbagai perspektif serta
penelaahannya. Narasumber atau pembawa acara ini terdiri dari para advokat
berpengalaman yang memberikan analisa, komentar tentang menjawab
permasalahan hukum dari para pendengar Mora FM (konsultasi hukum gratis)
secara terbuka lewat telepon atau SMS.
6. MOTIF (Mora Interaktif)
Setiap senin – sabtu, pukul 15.00 -18.00 WIB. Talkshow atau
interaktif dengan kasus yang spesifik atau menonjol serta kilasan singkat isu-
isu yang berkembang sepanjang hari interaksi dengan pendengar serta
60
pewawancara dengan narasumber di studio yang memiliki kompetensi
langsung dengan kasus yang disodorkan pada pendengar Mora FM.
7. Eksekusi (Extra Sekunder dan Informasi)
Setiap hari mulai pukul 18.00 - 21.00 WIB. Talk Show interaktif
informasi tambahan sebagai informasi pembanding yang dikemas secara
berani.
8. Panglipur Kalbu
Setiap hari jam 21.00 - 24.00 WIB, request lagu-lagu kenangan dan
lagu-lagu populer Sunda dengan pembawaan khas heureuy Banten. Materi
banyolan dari ucapan atau dari kupasan lucu atau bersumber dari berita-berita
hangat yang ada. Sesekali serius mengungkap falsafah hidup orang Sunda,
makna ajaran kehidupan yang terkandung dalam siloka, sisindiran maupun
dalam cerita dan tokoh perwayangan serta dongeng. Juga disisipi informasi
daerah pariwisata Banten dan agenda kegiatan seni budaya yang akan
berlangsung
9. Eksepsi (Expresi Pesona dan Tradisi)
Setiap hari Senin- sabtu pukul 24.00- 03.00 WIB. Request
senandung lagu-lagu kenangan dan lagu-lagu Populer musik tradisional Batak
(Toba, Simalungun, karo, Mandailing/ Sipirok, Pakpak/ Dairi), diselingi
lawak, falsafah dan norma-norma adat Batak dalam sajak, pantun dan
peribahasa, sebagai warisan adat /budaya Batak yang hidup berabad-abad, dan
memberi informasi pariwisata daerah Sumatera Utara.
61
10. Sapa Mora (Salam Pagi Mora)
Setiap hari Minggu pukul 06.00 – 09.00 WIB. Pemutaran lagu-lagu
berbahasa Indonesia dengan memberikan kesempatan bagi para pendengar
untuk memilih lagu kesukaan mereka sambil secara singkat berkirim salam
dengan ucapan sukacita maupun ucapan duka cita kepada sanak saudara dan
handai taulan.
11. Amor Memories
Setiap hari Minggu pukul 09.00 - 12.00 WIB. Pemutaran lagu-lagu
nostalgia Indonesia, mancanegara, beberapa lagu Mandarin dan karaoke
dengan memberikan kesempatan bagi para pendengar untuk memilih atau
menyanyikan lagu kesenangannya.
12. Konpensi (Kontak Pendengar dan Informasi)
Setiap hari Minggu pukul 12.00 - 15.00 WIB. Request lagu
keroncong dibawakan dengan penuh canda, menyemarakan suasana hari
Minggu.
13. Mora Peduli
Setiap hari Minggu pukul 15.00 - 18.00. Informasi seputar
kepedulian terhadap sobat mora yang mengalami permasalahan pendidikan
dan lain-lain.
14. Kiprah Kopjaskum
Setiap hari Minggu pukul 18.00 - 21.00 WIB. informasi seputar
koperasi jasa hukum yang berada di radio Mora Banten.
62
15. Interupsi (Informasi teruji, Peristiwa dan Situasi)
Setiap hari menit ke-15 dan 45 WIB. Reortase dari reporter radio
Mora yang berada di seluruh wilayah liputan, melaporkan kejadian-kejadian
yang bersifat update dan disiarkan dua kali dalam satu jam pada setiap menit
ke 15 dan menit ke 45.
63
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti menggunakan teori hirarki pengaruh yang
dipopulerkan oleh Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam bukunya
Mediating The Message Theories Of Influence On Media Content. Untuk
menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebijakan redaksional pada
radio Mora FM Banten. Pada bab sebelumnya dalam teori hirarki pengaruh ini
Shoemaker and Reese, membaginya dalam 5 faktor yakni level individu
(individual level), level rutinitas media (media routine level), level organisasi
media (organization level), level extra media (Extra media level) dan level
ideologi (ideological level). Berikut adalah pembahasan dan analisa tersebut:
A. Level Individu
Pengaruh individu merupakan pengaruh pertama pada sebuah
pemberitaan di sebuah media. Pengaruh ini bisa digambarkan kepada seorang
wartawan atau reporter. Arah pemberitaan suatu media dan unsur-unsur yang
diberitakan tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor seorang wartawan atau
reporter karena dalam hal ini mereka terjun langsung mencari, mengumpulkan
dan membuat berita.
Faktor pertama yang membentuk individu seorang wartawan atau
reporter adalah latar belakang pendidikan, karakteristik dan pengalaman kerja.
Menurut Suroso, selaku wartawan senior dan penyiar di radio mora Fm
Banten, memaparkan bahwa faktor latar belakang pendidikan seorang reporter
64
atau pekerja di radio Mora tidak begitu ditekankan. Namun lebih
mengedepankan kemampuan dan pengalaman, karena menurut Suroso
pendidikan tidak dapat menjamin.
“Tidak juga. Tidak begitu ditekankan. Sesuai dengan kemampuan
dan pengalaman saja. Pendidikan tidak menjamin juga.”68
“pengalaman di
dunia jurnalistik, dan tidak mungkin kalau kita tidak punya pengalaman bisa
bergabung di sini.”
Selain itu, pendidikan juga tidak mempengaruhi dalam pemberitaan
radio Mora dan kebijakan redaksional radio Mora. Sunardi, selaku manager
station radio mora Fm Banten memberikan pendapatnya mengenai latar
belakang pendidikan para pekerja di radio Mora. Bahwa secara keseluruhan
para pekerja memiliki latar belakang pendidikan di bidang hukum, namun ada
juga di bidang jurnalistik.
“Rata- rata meraka berlatar belakang hukum tapi mengikuti
pelatihan jurnalistik atau mereka memang memiliki dua profesi yag salah satu
profesinya sebagai wartawan, karena memang di kita (radio Mora)
menerapkan ganda, maksudnya yang memilik basik jurnalistik tapi
backgroundnya hukum, istilahnya sambil menyelam minum air.”69
Faktor kedua yang membentuk individu seorang wartawan atau
reporter adalah perilaku, kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh
wartawan atau reporter. Faktor berikutnya yang mempengaruhi cara kerja
seorang reporter adalah prinsip-prinsip reporter dalam mentaati kode etik
jurnalistik. Faktor kode etik ini mengikat seorang jurnalis dalam
melaksanakan pekerjaannya untuk mencari berita.
68
Wawancara peneliti dengan Suroso, Wartawan senior dan penyiar radio Mora fm
Banten, tanggal 22 Mei 2017, pukul 13.20 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten. 69
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
65
“Jangan sampai memprovokasi masyarakat dan apa yang kita
sampaikan itu harus bermanfaat bagi masyarakat. Dan kita sebagai
pemersatu dan membangun sumber daya manusia melalui penyiaran.”70
Sebagai insan media yang melakukan kegiatan jurnalistik, Suroso
dalam wawancaranya mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh suatu
pemberitaan atau siaran media harus memiliki manfaat dan menjadi alat
pemersatu dalam membangun sumber daya manusia. Nilai-nilai yang
dipegang Suroso sebagai pekerja media adalah tidak memprovokasi
masyarakat atas pemberitaan yang disajikan.
B. Level Rutinitas Media
Level selanjutnya yang mempengaruhi pemberitaan sebuah media
adalah faktor kerutinan media. pengaruh kerutinian ini membuat seorang
pekerja media dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan menggunakan
aturan baku di mana ia bekerja. Dari penelitian yang dilakukan peneliti dari
rutinitas media radio Mora FM Banten terhadap kebijakan redaksionalnya.
Peneliti melihat bahwa media rutin terbentuk oleh tiga unsur yang saling
berkaitan, yaitu sumber berita (supplier), pengolahan pemberitaan (processor)
dan audiens (consumers).
““Dalam rutinitas sehari- hari kita melakukan proses produksi dari
pra hingga pasca, radio Mora berbeda dengan radio lain. Radio Mora untuk
siaran dan segala macamnya seperti tema kita kembangkan pada siaran saat
itu juga, misalnya seperti terkait isu yang sedang berkembang dimasyarakat,
maka kita angkat tema siaran. Fungsi penyiar disini adalah memandu atas
informasi yang diberikan oleh masyarakat misalnya, pak dikampung saya
jalannya rusak, yang menyampaikan masyarakat, nama tempat dan alamatnya
jelas, identitasnya jelas bahwa betul hal tersebut tidak direkayasa. Penyiar
70
Wawancara peneliti dengan Suroso, Wartawan senior dan penyiar radio Mora fm
Banten, tanggal 22 Mei 2017, pukul 13.20 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
66
memandu dan mengarahkan bahwa mengkritisi atau saran boleh, tapi tidak
berlebihan. Sebelum siaran akan memilih tema yang akan di angkat misalnya
saya akan mengangkat tema tentang diskriminasi karyawan tentang bpjs atau
tentang apa saja atau tentang politik yang berkembang saat ini. Biasanya si
penyiar ini mengangkat (tema tersebut) 60 menit sebelum masuk ke ruang
siaran.”71
Unsur pertama yang membentuk media rutin adalah sumber berita.
Sumber berita adalah di mana berita didapatkan oleh para pencari berita,
ketergantungan sebuah media dengan sebuah berita sedikit banyak
mempengaruhi sebuah pemberitaan. Sumber berita ikut mempengaruhi proses
terjadinya sebuah berita. Perolehan bahan atau sumber berita yang didapatkan
oleh reporter adalah salah satu pengaruh terjadinya pembuatan berita di radio
Mora Fm Banten.
Informasi yang diperoleh dari narasumber menjadi penting dalam
pengolahan berita. Pada tahap selanjutnya fakta di lapangan merupakan
informasi yang memiliki pengaruh terhadap proses-proses berita reporter.
Sehingga dalam hal ini narasumber memiliki peranan dalam pembuatan
sebuah berita.
“Sangat berpengaruh, karna menyangkut soal berita-berita kita
akan mengkrosceknya untuk mendapatkan hasil yang akurat dan seimbang.”72
Unsur kedua yang membentuk rutinitas media adalah pengolahan
pemberitaan. Unsur pengolahan pemberitaan memiliki pengaruh yang kuat
dalam level rutinitas media, karena menjadi pedoman yang perlu dipatuhi oleh
seluruh pekerja media. dalam tugasnya di lapangan reporter yang meliput
71
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten. 72
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
67
suatu kasus pemberitaan ditugaskan untuk mencari data dengan benar dan
sesuai fakta yang terjadi.
Dari hasil wawancara dengan Sunardi, pengolahan pemberitaan
tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan redaksional radio Mora fm
Banten. Hal tersebut dikarenakan radio Mora memberikan kebabasan terkait
pemilihan berita, namun tetap menjaga keakuratan dan dapat dipertanggung
jawabkan apa yang disampaikan kepada masyarakat.
“Kita (radio mora) bebas tidak dibatasi kamu mau menyampaikan
apa, saya bilang tadi bahwa radio mora itu berbeda tidak seperti radio
lainnya, yang penting kita bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita
sampaikan.”73
Unsur selanjutnya yang membentuk rutinitas media adalah unsur
audiens. Unsur ini memiliki pengaruh dalam melakukan rutinitas media
dikarenakan pemilihan sebuah berita pada akhirnya akan disampaikan kepada
audiens. Keuntungan yang akan diperoleh media bergantung kepada minat
audiens, oleh karena itu media harus memperhatikan salah satu nilai berita
yang akan disampaikan.
“Banyak perannya, Untuk pencarian berita kita turun ke lapangan
atau survei juga, atas laporan dari masyarakat terkait keluhan keluhan yang
ada di masyarakat.”74
Audiens memiliki peran yang cukup penting dalam melakukan
rutinitas di suatu media, seperti pada radio Mora Fm Banten. Audiens radio
Mora memberikan kontribusi dalam pemilihan isu pemberitaan. Aspirasi atau
73
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
74 Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
68
isu pemberitaan dari masyarakat bisa disalurkan lewat radio Mora, yang
nantinya akan disiarkan lewat program-program radio Mora.
C. Level Organisasi Media
Level pengaruh ketiga adalah pengaruh organisasi pada sebuah
pemberitaan di media pada level ini peneliti akan membahas pengaruh
organisasi pada sebuah pemberitaan sebuah media. Pengaruh level organisasi
ini bukan hanya datang dari pemilik media tetapi juga dari bagian-bagian lain
dalam perusahaan yang memiliki kepentingan masing-masing.
“Sangat penting sekali, karena beroragnisasi mengajarkan kita
semua tentang tatanan yang di implmentasikan ke hidup (kehidupan). tanpa
tatatanan tersebut kehdiupan akan amburadul, mungkin disekolah ada yang
namanya kepala sekolah, dewan guru, Pembina murid, dari atas hingga
kebawah nah semua itu berfungsi untuk melakukan tatanan tersebut, saat ini
banyak yang menyalahgunakan tatanan bagus bahwa mahasiswa menanyakan
maka berorganisasi, karena saat ini pemahaman berorganisasi banyak
diselewengkan, seperti utuk kekuasaan, untuk kpentingan pribadi.”75
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, faktor organisasi
media di radio Mora Banten yaitu pemilik radio memiliki pengaruh terhadap
kebijkan redaksional.
“Kita sistematis, karena kita sistem redakturnya ke pusat (Bapak
Monang Saragih selaku CEO), kita tinggal mengikuti arahan dan pak
Monang sendiri yang mengatur redaksinya seperti apa nih tema tema besar
yang akan diangkat, bahkan acara apa saja yang akan di sajikan kepada
masyarakat, hal tersebut sudah baku tinggal mengikuti saja. Jadi tema
utamanya dari pak monang, penyiar hanya mengembangkan atau
improvisasi.”76
Dari data yang diperoleh alur kerja di radio mora sama seperti
organisasi yang lain, karena radio Mora Banten di bawah naungan PT atau
75
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten. 76
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
69
perusahaan terdapat bagian administrasi, bagian keuangan, bagian marketing,
penyiar, dan lain sebagainya. Menurut Suroso, organiasai media tidak bisa
digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu.
“Kalau organisasi itu bisa dimanfaatkan dengan baik itu akan
menambah suatu pengalaman bagi kita semua tapi jangan sampai dalam
berorganisasi itu disalah gunakan untuk kepentingan kelompok. Akan tetapi
bisa bermanfaat dalam masyarakat. Selain itu saya juga di PWI (Persatuan
Wartawan Indonesia) Banten dan saya juga pernah membantu perumusan
olahraga di Indonesia.”77
Semakin kompleksnya struktur organisasi pada sebuah media
membuat sistem kebijakan pada sebuah media menjadi semakin hirarkis.
Sistem birokrasi yang rumit antara pekerja media dengan para pemimpin
media semakin menghilangkan sisi sensitif antar pemimpin media dengan
pekerjanya. Hal tersebut adalah bentuk professionalisme di dunia media.
D. Level Ekstra Media
Level pengaruh keempat yaitu level pengaruh dari luar organisasi
media yang biasa disebut juga level ekstra media, adalah pengaruh pada isi
media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh
dari media itu berasal dari sumber berita, pengiklan, pembaca, kontrol dari
pemerintah, pangsa pasar dan teknologi.
“Iya kalau kita update harus dari lapangan yang ada didalam
masyarakat dan aduan dari masyarakat kita tindak lanjuti dan kita
sampaikan kepada pemerintah kita kerja sama juga dengan pemerintah
dalam artian kita tidak menutup diri terkait kebijakan pemerintah dan
mensosialisasikannya kepada masyarakat. Bahwa ada keluhan-keluhan
masyarakat yang ada dibawah dan setelah itu kita sampaikan kepada
masyarakat kembali bahwa inilah aduan-aduan masyarakat.” 78
77
Wawancara peneliti dengan Suroso, Wartawan senior dan penyiar radio Mora fm
Banten, tanggal 22 Mei 2017, pukul 13.20 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten. 78
Wawancara peneliti dengan Suroso, Wartawan senior dan penyiar radio Mora fm
Banten, tanggal 22 Mei 2017, pukul 13.20 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
70
Sesuai dengan visi misi radio Mora Banten yaitu menerima
aspirasi dan aduan maupun keluhan masyarakat, sumber berita radio Mora
tidak terlepas dari peran masyarakat dalam memberikan kontribusi seputar
isu-isu terkini yang terjadi di masyarakat. Laporan masrakat berupa aduan
dan keluhan tersebut yang nantinya akan di cross check apakah benar
terjadi atau tidak dan apakah layak dijadikan tema siaran atau tidak.
“Untuk pencarian berita kita turun kelapangan atau survei juga,
atas laporan dari masyarakat terkait keluhan keluhan yang ada di
masyarakat.”79
Demi berlangsungnya kehidupan suatu media tentu harus ada hal
yang menjadi penyokong dan pendapatan dari hasil mempromisikan iklan.
Keuntungan dari sebuah iklan dapat dikatakan begitu menjanjikan untuk
suatu media, terlebih jika memang media tersebut bergantung kepada
keuntungan hasil dari iklan. Tidak dapat dipungkiri iklan menjadikan suatu
media tetap bertahan dalam menjalankan rutinitas media sehari-hari.
Tanpa iklan media bisa saja menjadi gulung tikar karena tidak ada lagi
keuntungan untuk melakukan proses produksi.
Dalam wawancara bersama Sunardi di Radio Mora Banten, ia
mengatakan bahwa radio Mora memilih jenis iklan yang layak untuk
disiarkan. Iklan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan di radio
Mora, selain itu radio Mora juga melindungi client yang bekerja sama
79
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten.
71
dengan radio Mora sehingga tidak semua iklan dapat disiarkan oleh radio
Mora.
“Tidak ada pengaruh dari pengiklan, karna kita memilih iklan
seperti apa yang layak disiarkan kepada pendengar.”80
Pada level ekstra media terdapat faktor intervensi dari
pemerintah, hal tersebut Berupa upaya dan tindakan menekan pihak-pihak
tertentu yang dilakukan oleh pemerintah atau kelompok elit politik demi
tercapainya suatu tujuan tertentu. Dari hasil wawancara peneliti dengan
Sunardi, peneliti berpendapat bahwa kebijakan redaksional radio Mora
Banten tidak mengandung intervensi dari pemrintah dalam melakukan
siaran radio. bahkan sebaliknya, radio Mora Banten yang melakukan kritik
terhadap pemerintah jika terdapat suatu penyalahgunaan wewenang.
“Tidak ada, malahan kita (radio Mora) yang memberikan kritik
atau saran terhadap suatu instansi pemerintah terkait kebijakan-kebijakan
atau masalah yang terjadi di pemerintahan. Melalui program-program
yang ada di radio mora, kita juga menampung aspirasi masyarakat.”81
Para pemimpin media tidak terlalu sering mengintervensi dan
mempengaruhi sebuah berita secara spesifik. Tetapi terkadang jika sebuah
media mendapatkan intervensi dari sebuah institusi yang lebih berkuasa
seperti pemerintah, pemimpin media akan langsung mengintervensi
pemberitaan. Bahkan terkadang jika dibutuhkan atau mendesak, para
pemimpin media terkadang mengintervensi melalui kebijakannya
walaupun merubah rutinitas sebuah media.
80
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten. 81
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten
72
E. Level Ideologi Media
Radio mora adalah salah satu radio yang berorientasi kepada bidang
hukum, yang artinya memberikan penyuluhan tentang hukum itu sendiri,
karena radio mora melihat bahwa masyarakat minim pengetahuan akan hukum
sehingga radio Mora Banten konsen ke bidang hukum. Mungkin radio lain
yang pada umumnya memiliki segementasi di bidang yang lain.
Radio Mora Banten, menganggap bahwa pemahaman terhadap
hukum akan membawa kesejahteraan kepada masyarakat, karena yang
diharapkan pengertian terhadap hukum, perlakuan hukum dengan baik
sehingga tujuan dari keadilan, kesejahatreaan, kemakmuran bersama bisa
tercapai. Maka dari itu radio mora mengambil segmentasi kepada bidang
hukum agar memberikan pencerahan pengatahuan masyarakat kepada hukum.
“Seacara menyeluruh ideologi kita tetap pancasila, jangan sampai
keluar dari garis besar haluan Negara, jangan sampai kita memakai idoelogi
yang lain, karena pancasila dapat menyatukan keberagaman masyarakat,
keharusan kita untuk memakai ideologi pancasila karena kita warga Negara
Indonesia, untuk radio mora sendiri, ideologi yang lain kita lebih memegang
pemahaman tentang hukum itu saja.”82
Keberadaan kebijakan redaksi penting adanya untuk kelangsungan
sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah suatu
pembeda antara media satu dengan media lainnya.83
Ketika suatu media
membuat kebijakan pasti memiliki dasar pertimbangan tersendiri. Dasar
pertimbangan tersebut ditentukan oleh sifat media apakah khusus atau umum.
Selain itu berdasarkan faktor ideologi, agama, politik dan lingkungan bisnis.
82
Wawancara peneliti dengan Sunardi , manager stasion radio Mora fm Banten,
tanggal 22 Mei 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor radio Mora Fm Banten. 83
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150
73
Oleh karena itu faktor ideologi bisa menjadi pengaruh dalam suatu perusahaan
media. Faktor ideologi ini yang nantinya menjadi pertimbangan pemilik media
dalam menentukan kebijakan redaksional terkait program acara atau isu-isu
pemberitaan di Radio Mora Banten.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah meneliti dan melakukan wawancara, observasi serta
melakukan analisis data mengenai pengaruh hierarki terhadap kebijakan
redaksional di radio Mora FM Banten pada bulan Mei 2017, Kebijakan
redaksional radio swasta tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
baik dari internal maupun eksternal media. Terdapat faktor dominan yang
mempengaruhi kebijakan redaksional radio Mora Banten dalam menentukan
isu-isu pemberitaan disuatu program acara.
1. Faktor dominan yang paling berpengaruh pada hirarki dalam kebijakan
redaksional di radio Mora Banten adalah adalah faktor organisasi media.
Faktor ini menjelaskan bahwa pemilik media memiliki andil dalam
memutuskan kebijakan redaksional di sutau media. Hal tersebut terjadi
pada radio Mora Banten, terkait pemilik radio, Monang Saragih sebagai
penentu kebijakan pemberitaan dan program-program yang ada di radio
Mora. Selanjutnya adalah faktor ideologi media. Faktor ini mempengaruhi
kebijakan redaksional radio Mora karna memang sejak didirikannya, radio
ini memegang idologi pancasila dan pengetahuan akan hukum. Terakhir
adalah faktor rutinitas media, yaitu audiens atau masyarakat memberikan
kontrubusi berupa aspirasi di mana hal tersebut yang nantinya akan
dijadikan topik pembahasan pada program-program di radio Mora Banten.
75
2. Faktor kerutinan media dipengaruhi oleh unsur Sumber berita pengolahan
berita dan audiens yang membentuk rutinitas media di radio Mora Banten.
Dalam rutinitas media terdapat rapat-rapat mengambil keputusan yang
terjadi di radio Mora Banten. Untuk di radio Mora faktor yang
mempengaruhi rutinitas media yaitu sumber berita dan audiens dalam
memberikan kontribusi informasi dan pemberitaan terkait isu-isu terkini
yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Faktor organisasi media dipengaruhi oleh manajemen organisasi
media. Pengaruh dari pemilik radio Mora yakni Monang Saragih memiliki
pengaruh besar terhadap organisasi media atau kebijakan redaksional di
radio Mora. Dalam konteks kebijakan redaksional media, pemilik atau
owner radio Mora memberikan pengaruhnya berupa usulan dan masukan.
Terkait faktor organisasi pengaruh tidak hanya dari pemilik media, namun
dari pekerja media lain yang memiliki kewenangan dalam menentukan
kebijakan redaksional terkait menaikkan dan menurunkan pemberitaan di
radio Mora Banten.
Faktor ideologi cukup berpengaruh dalam kebijakan redaksional
radio Mora Banten, terlebih radio Mora memilih untuk konsen pada
penyiaran yang membahas di bidang hukum. Jadi, ideologi radio Mora
sudah terkonstruksi tentang pemahaman dan permasalahan soal hukum.
Oleh karena itu, semua isu pemberitaan, program acara di radio Mora
Banten, hingga para pekerja di radio tersebut berlatar belakang hukum.
76
B. Saran- Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai hirarki pengaruh terhadap
kebijakan redaksional di radio Mora FM Banten pada bulan Mei 2017 saya
sebagai peneliti merasa perlu untuk memberikan saran kepada radio Mora
Banten tersebut sebagai objek penelitian saya dan untuk penelitian selanjutnya
mengenai radio Mora FM Banten atau tentang hirarki pengaruh yang terjadi
pada sebuah media.
Saran kepada radio Mora FM Banten sebagai salah satu institusi media
agar selalu dapat menjunjung nilai-nilai kode etik jurnalistik, mengedepankan
pemberitaan dan program siaran yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu
selalu memeberikan ruang aspirasi kepada masyarakat dalam menyampaikan
keluh kesah. Selanjutnya untuk para penyiar radio Mora Banten agar terus
melatih diri dan memperbanyak pengetahuan di bidang jurnalistik, hal tersebut
berguna bagi berjalannya proses produksi siaran di radio Mora Banten.
Kepada tim redaksional radio Mora Banten selalu memunculkan ide-ide yang
inovatif dalam mengemas suatu program acara agar masyarakat dapat
menikmati dan menyerap informasi yang disampaikan.
Saran kepada peneliti selanjutnya ialah menggali lebih dalam lagi
bagaimana proses produksi radio Mora Banten, terlebih pada faktor yang
mempengaruhi kebijakan redaksional di radio Mora Banten dan mengkaji
faktor pengaruh lain yang belum penulis sampaikan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo,
cet-3, 2004
____________. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.
_____________. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2006.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011.
Creswell, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, Bandung: Pustaka Pelajar, 2008
Denzin, Norman K. Denzin, Yvonna S Lincoln, Handbook of Qualitative
Research, Diterjemahkan oleh : Dariyanto dkk , Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2009
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013.
Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa, Jakarta: Granit,
2004.
Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi: Teknis Memburu dan Menulis Berita,
Jakarta: Indeks, 2006
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA-LAN Press, cet-
2, 2000
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008.
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. Communication Theory: Theories of
Human Communication, Jakarta: Salemba Humanika, Edisi 9, 2009
Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Jakarta: UII Press, 2005
Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Massa:Suatu Pengatar, Jakarta: Erlangga,
1996
78
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Morissan. Teori Komunikasi Massa, Bogor: Galia Indonesia, 2010
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian kualitatif. Yogyakarta: PT. Bayu Indra
Grafika, 1996.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Oetama, Jakob. Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus,
Jakarta: Kompas, 2001
Shoemaker, Pamela J. dan Sthepen D. Reese, Mediating The Messege: Theories
Of Influence on Mass Media Content.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya,
1989.
Reese, Pamela J Shoemaker and Stephen D. Mediating The Message, Theories of
Influence on Mass Media Content, New York, USA: Longman
Publisher, 1996
Rivers, William L, Theodore Peterson dan Jay W. Jensen. Media Massa dan
Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana, 2008.
Rusadi, Udi. Kajian Media Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015
Salim, Agus. Teori dan Paradigma Peneliatian Sosial, Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012.
Schudson, Michael. Discovering The News, New York: Basic Books, 1978
Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2015.
Sudibyo, Agus. Ekonomi Politik Media Penyiaran, Jakarta: ISAI, 2004
Sumadiria, A.S Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan
Jurnalis Profesional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2006
79
Surjomihardjo, Abdurachman. Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers Di
Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002
Suryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Goup,
2008
Skripsi yang berjudul Tanggapan masyarakat desa Pasir Langu kecamatan
Cisarua terhadap program siaran “MOTIF”dan siaran keagamaan
Islam radio Mora, Skripsi sarjana Chaerani mahasiswa Universitas
Islam Bandung.
Data resmi berupa company file radio mora Banten
80
LAMPIRAN I
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan Sunardi selaku Manager Station Radio Mora FM Banten
Hari/tanggal : Senin, 22 Mei 2017
Tempat : Radio Mora FM Banten
1. Latar belakang pendidikan bapak apa?
Sarjana hukum pidana
2. Bisakah bapak ceritakan sejarah radio mora?
Radio mora adalah salah satu radio yang berorientasi kepada bidang hukum,
yang artinya memberikan penyuluhan tentang hukum itu sendiri, karena radio
mora melihat dari pemahaman tentang hukum masyarakat itu minim sehingga
kita konsen kesana (bidang hukum), mungkin teman- teman yang lain (radio)
segmentasinya di bidang yang lain (radio pada umumnya). Kita (radio mora)
menganggap bahwa pemahaman akan hukum akan membawa kesejahteraan
kepada masyarakat itu sendiri. Karena yang diharapkan pengertian terhadap
hukum, perlakuan hukum dengan baik sehingga tujuan dari keadilan,
kesejahatreaan, kemakmuran bersama bisa tercapai. Maka dari itu radio mora
mengambil segmentasi kepada bidang hukum agar membrikan pencerahan
pengatahuan masyarakat kepada hukum.
81
3. Apakah semua para pekerja di radio mora berlatar belakang hukum?
Apakah penyiar / wartawan terdapat dari lulusan jurnalistik?
Rata- rata meraka dari berlatar blakang hukum tapi mengikuti pelatihan
jurnalistik atau mereka memang memiliki dua profesi yag salah satu
profesinya sebagai wartawan, karena memang di kita (radio mora)
menerapkan ganda, maksudnya yang memilik basik jurnalistik tapi
backgroundnya hukum, istilahnya sambil menyelam minum air.
4. Menurut bapak, apa makna berorganisasi?
Sangat penting sekali, karena beroragniasi mengajarkan kita semua tentang
tatanan di implmentasikan ke hidup (kehidupan). tanpa tatatanan tersebut
kehdiupan akan amburadul, mungkin disekolah ada yang namanya kepala
sekolah, dewan guru, Pembina murid, dari atas hingga kebawah nah semua itu
berfungsi untuk melakukan tatanan tersebut, saat ini banyak yang
menyalahgunakan tatanan bagus bahwa mahasiswa menanyakan maka
berorganisasi, karena saat ini pemahaman berorganisasi banyak
diselewengkan, seperti utuk kekuasaan, untuk kpentingan pribadi.
5. Bagaimana struktur redaksi di radio mora?
Struktur redaksi di radio mora sama dengan yang lain, ada pimpinan, ada
redaktur yang mengatur tentang siaran, ada yang mengatur jadwal siaran dan
tema siaran.
6. Apa ideologi radio mora?
Seacara menyeluruh ideologi kita tetap pancasila, jangan sampai
keluar dari garis besar haluan Negara, jangan sampai kita memakai idoelogi
82
yang lain, karena pancasila dapat menyatukan keberagaman masyarakat,
keharusan kita untuk memakai ideologi pancasila karena kita warga Negara
Indonesia, untuk radio mora sendiri, ideologi yang lain kita lebih memegang
pemahaman tentang hukum itu saja.
7. Bagaimana rutinitas media yang terjadi di radio mora?
Seperti biasa dalam rutinitas sehari- hari kita melakukan proses produksi dari
pra hingga pasca, radio mora berbeda dengan radio lain, radio mora utuk
siaran dan segala macamnya seperti tema kita kembangkanpada siaran saat itu
juga, misalnya seperti terkait isu yang sedang berkembang dimasyarakat,
maka kita angkat tema siaran. Fungsi penyiar disini adalah memandu atas
informasi yang diberikan oleh masyarakat misalnya, pak dikampung saya
jalannya rusak, yang mnyampaikan masyarakat , nama tempat dan alamatnya
jelas, identitasnya jelas bahwa betul hal tersebut tidak direkayasa, penyiar
memandu dan mengarahkan bahwa mengkritisi atau saran boleh, tapi tidak
berlebihan, sebelum siaran akan memilih tema yang akan di angkat misalnya
saya akan mengangkat tema tentang diskriminasi karyawan tentang bpjs atau
tentang apa saja atau tentang politik yang berkembang saat ini, biasanya si
penyiar ini mengangkat (tema tersebut) 60 menit sebelum masuk ke ruang
siaran.
83
8. Bagaimana kebijakan redaksional radio mora dalam mengangkat tema
atau isu siaran?
Kita (radio mora) bebas tidak dibatasi kamu mau menyampaikan
apa, saya bilang tadi bahwa radio mora itu berbeda tidak seperti radio lainnya,
yang penting kita bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita sampaikan.
9. Bagaimana alur kerja diradio mora?
Alur kerja di radio mora lumrah seperti organisasi yang lain, karena
kita juga di bawah naungan PT atau perusahaan, ada administrasi , ada
keuangan ada marketing, ada penyiar, dan ada yang lainnya, lumrah seperti
biasa.
10. Apakah terdapat rapat redaksi sebelum melakukan penyiaran? Dan
siapa sajakah yang ikut menghadiri rapat redaksi?
Kita sistematis, karena kita sistem redakturnya ke pusat (Bapak Monang
Saragih selaku CEO), kita tinggal mengikuti arahan dan pak Monang sendiri
yang mengatur redaksinya seperti apa nih tema tema besar yang akan
diangkat, bahkan acara apa saja yang akan di sajikan kepada masyarakat, hal
tersebut sudah baku tinggal mengikuti saja. Jadi tema utamanya dari pak
monang, penyiar hanya mengembangkan atau improvisasi.
11. Siapa yang mengambil keputusan dalam menentukan tema siaran?
Kalau untuk mennetukan tema, itu ke koordinator masing-maisng
radio. Mislanya, untuk radio di Banten saya sendiri, adapun penyiar bisa
memberikan kontribusi dan mengembangkan ide tema tersebut. Misalnya
84
sanggup atau tidaknya penyiar mengambil tema tersebut, kalau bisa (diambil)
temanya, kalau tidak bisa ya tidak di ambil temanya.
12. Seberapa besar pengaruh pemilik media dalam menentukan isu atau
tema pemberitaan?
Sangat besar sekali pengaruhnya karna isu politik terutama politik dan
hukum. Ketika pemerintah menaggapi atau mengkritik isu yang kita angkat,
baik itu positf atau negatif menjadi pion yang sangat jitu. Misalnya ketika
pemerintah mengkritik dari sisi negatif kita menganggap itu kritik pedas.
misalnya ketika kita menyoroti tentang korupsi dan kita berkomitmen
memberantas korupsi padahal sebenarnya memang di Indoensia, jika ditanya
satu persatu masyarakat, kamu senang tidak korupsi? Pasti jawabnya tidak
suka. Begitu isu korupsi diangkat ada saja yang tidak suka, sudah pasti itu
resikonya.
13. Konsep umum program mora apa saja?
Seperti tema tema siaran, kita mengambil tema-tema hukum dengan begitu
dengan sendirinya masyarakat tdak asing dengan Bahasa Bahasa hukum,
misalnya program kasasi, padahal itukan istilah hukum kita singkat menjadi
kasus sana sini, tujuannya agar masyarakat terbiasa dengar Bahasa hukum
soalnya kan anggapan masyarakat kalau mendengar soal hukum itu takut,
apalagi meja hijau. Sebenernya kita mengajarkan bahwa jangan takut kalau
memang itu terkait kebenaran. Selain tentang hukum ada juga program tentang
sosial ekonomi, pendidikan kita selalu angkat, ada juga tentang pendampingan
tentang hukum.
85
14. Bagaimana peran pekerja di radio mora? Terkait kegiatan jurnalistik
Banyak perannya, Untuk pencarian berita kita turun kelapangan atau survei
juga, atas laporan dari masyarakat terkait keluhan keluhan yang ada di
masyarakat
15. Seberapa besar pengaruh wartawan/ pekerja dalam menentukan sebuah
pemberitaan?
Sangat berpengaruh, karna menyangkut soal berita-berita kita akan
mengkrosceknya untuk mendapatkan hasil yang akurat dan seimbang.
16. Seberapa besar pengaruh pengiklan dalam menentukan berita? Apakah
terdapat pengaruh dari pengiklan terhadap kebijakan redaksional di
radio Mora Banten?
Tidak ada pengaruh dari pengiklan, karna kita memilih iklan seperti apa yang
layak disiarkan kepada pendengar. Misalnya iklan layanan masyarakat.
17. Apakah terdapat intervensi dari pemerintah terhadap pemberitaan atau
kebijakan redaksional di Radio Mora Banten?
Tidak ada, malahan kita (radio Mora) yang memberikan kritik atau saran
terhadap suatu instansi pemerintah terkait kebijakan-kebijakan atau masalah
yang terjadi di pemerintahan. Melalui program-program yang ada di radio
mora, kita juga menampung aspirasi masyarakat.
86
Wawancara dengan Suroso, selaku wartawan dan penyiar senior Radio Mora FM
Banten
Hari/tanggal : Senin, 22 Mei 2017
Tempat : Radio Mora FM Banten
1. Bagaimana latar belakang anda di radio mora?
Sebagai penyiar dan wartawan senior
2. Berapa lama sudah bekerja di radio mora?
Sudah sekitar 3 tahunan
3. Bagaimana latar belakang pendidikan anda?
Saya lulusan sarjana hukum
4. Pernah belajar ilmu jurnalistik tidak?
Iya pernah belajar jurnalistik
5. Saat anda bergabung dengan radio mora adakah persyaratan khusus?
Iya ada, seperti dari pendidikan, pengalaman di dunia jurnalistik, dan tidak
mungkin kalau kita tidak punya pengalaman bisa bergabung di sini.
6. Apakah latar belakang pendidikan sangat ditekankan disini?
Tidak juga, sesuai dengan kemampuan dan pengalaman saja. Pendidikan tidak
menjamin juga.
7. Apa makna berorganisasi menurut anda?
Kalau organisasi itu bisa dimanfaatkan dengan baik itu akan menambah suatu
pengalaman bagi kita semua tapi jangan sampai dalam berorganisasi itu
disalah gunakan untuk kepentingan kelompok. Akan tetapi bisa bermanfaat
87
dalam masyarakat. Selain itu saya juga di PWI (Persatuan Wartawan
Indonesia) Banten dan saya juga pernah membantu perumusan olahraga di
Indonesia.
8. Nilai-nilai apa sajakah yang anda pegang sebagai seorang penyiar dan
praktisi hukum?
Jangan sampai memprovokasi masyarakat dan apa yang kita sampaikan itu
harus bermanfaat bagi masyarakat. Dan kita sebgai pemersatu dan
membangun sumber daya manusia melalui penyiaran.
9. Bagaimana mekanisme kebijakan redaksi di radio mora?
Radio mora memberikan suatu kebebasan dalam melakukan peyiaran dengan
batas-batas norma yang diatur dalam dunia jurnalistik. Pertama, tidak
memprovokasi tidak menyebarkan suatu kebencian dan apa yang kita
sampaikan bis abermanfaat untuk masyarakat banyak.
10. Apabila menyinggung suatu isu pemberitaan, apakah mengedepankan
nilai-nilai berita?
Iya kalau kita update harus dari lapangan yang ada didalam masyarakat dan
aduan dari masyarakat kita tindak lanjuti dan kita sampaikan kepada
pemerintah kita kerja sama juga dengan pemerintah dalam artian kita tidak
menutup diri terkait kebijakan pemerintah dan mensosialisasikannya kepada
masyarakat. Bahwa ada keluhan-keluhan masyarakat yang ada dibawah dan
setelah itu kita smapaikan kepada masyarakat kembali bahwa inilah aduan-
aduan masyarakat.
88
LAMPIRAN II
GAMBAR HASIL OBSERVASI
Gambar : Tampak Depan Kantor Radio Mora FM Banten
Gambar : Ruang Rapat Redaksi Radio Mora FM Banten
89
Gambar : Sunardi, Manag er Station Radio Mora FM Banten
Gambar : Ruang siaran Radio Mora FM Banten.
90
LAMPIRAN III
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
91
LAMPIRAN IV
SURAT IZIN PENELITIAN
92
LAMPIRAN IV
COVER ACC PROPOSAL SKRIPSI