HIPEREMESIS GRAVIDARUM

8
HIPEREMESIS GRAVIDARUM Epidemiologi Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masi !ukup tinggi"Hampir #$% pasien iperemesis gravidarum dira&at inap 'ebi dari seka'i" Sekitar $()*(% perempua ami' menga'ami ke'uan mua' dan munta" +e'uan ini biasanya disertai dengan ipersa'ivasi, sakit kepa'a, perut kembung, dan rasa 'ema pada badan" Defnisi Hiperemesis gravidarum ada'a suatu penyakit dimana &anita ami' memuntakan sega'a apa yang dimakan dan diminum ingga berat badannya sangat turun, turg r ku'it berkurang, diuresis berkurang d timbu' aset nuria" Sedangkan dari 'iteratur 'ain menyebutkan ba&a iperemesis gravidarum ada'a munta yang !ukup para seingga menyebabkan kei'angan berat badan, deidrasi, asid sis dari ke'aparan, a'ka' sis dari kei'angan asam idr k' rid saat munta dan ip ka'emia" Tabel 2.1 Defnisi-defnisi mual dan muntah dalam kehamilan 2 Emesis gravidarum Hiperemesis gravidarum Mua' dan munta dike'ukan terus me'e&ati #( minggu pertama keami'an Mua' dan munta mengganggu aktivitas seari)ari -idak mengganggu aktivitas seari)ari Mua' dan munta tidak menimbu'kan k mp'ikasi

description

referat singkat hiperemesis gravidarum

Transcript of HIPEREMESIS GRAVIDARUM

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

EpidemiologiHiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali. Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan. DefinisiHiperemesis gravidarum adalah suatu penyakit dimana wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria. Sedangkan dari literatur lain menyebutkan bahwa hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam hidroklorid saat muntah dan hipokalemia.Tabel 2.1 Definisi-definisi mual dan muntah dalam kehamilan 2Emesis gravidarumHiperemesis gravidarum

Mual dan muntah dikeluhkan terus melewati 20 minggu pertama kehamilanMual dan muntah mengganggu aktivitas sehari-hari

Tidak mengganggu aktivitas sehari-hariMual dan muntah tidak menimbulkan komplikasi (ketonuria, dehidrasi, hipokalemia, penurunan berat badan

Tidak menimbulkan komplikasi patologis

EtiologiPenyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human Chorionic gonadotropin (hCG) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambungPatofisiologiAda teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih belum jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem pengosongan lambung.Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya kadar elektrolit dalam darah. Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis. Selanjutnya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah. Kemudian, hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan.Klasifikasi Grade 1, lemah, napsu makan, BB,n yeri epigastrium, takikardi, turgor kulit berkurang,TD sistolik, lidah kering, mata cekung. Grade 2, apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit , oliguria, aseton tercium dalam hawa pernafasan. Grade 3, KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, TD lebih turun. Komplikasi fatal ensefalopati Wernicke : nystagmus, diplopia, perubahan mental, IkterikDiagnosis Anamnesis: keluhan amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu aktivitas sehari- hari. Pemeriksaan Fisik: Tanda - tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk mene- mukan tanda-tanda kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan konsistensi lunak dan serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain kadar -hCG dalam urin pagi hari dapat membantu menegakkan diagnosis kehamilan Penatalaksanaan Non Farmakologi Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas, makanan berlemak, atau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi yang kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi mual dan muntah derajat ringan.1 Jenis makanan yang direkomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang panjang, dan biskuit kering. Minuman elektrolit dan suplemen nutrisi peroral disarankan sebagai tambahan untuk memastikan terjaganya keseimbangan elektrolit dan pemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual. Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual. Farmakologi Tata laksana awal Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium. Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan aman bagi ibu. Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine (5HT3) seperti ondansetron mulai sering digunakan, tetapi informasi mengenai penggunaannya dalam kehamilan masih terbatas. Seperti metoklopramid, ondansetron memiliki efektivitas yang sama dengan prometazin, tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko malformasi mayor pada penggunaannya dalam trimester pertama kehamilan. Untuk kasus-kasus refrakter, metilprednisolon dapat menjadi obat pilihan. Metilprednisolon lebih efektif daripada promethazine untuk penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga patut diperhatikan. Dalam sebuah metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid sebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung dosis yang diberikan. Oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid direkomendasikan hanya pada usia gestasi lebih dari 10 minggu.

Gambar 2.1 Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam kehamilan

Gambar 2.2 Obat-obatan untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan

DAFTAR PUSTAKAKevin Gunawan,* Paul Samuel Kris Manengkei,* Dwiana Ocviyanti., 2011. Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc, Volume: 61, Nomor: 11, November 2011Manuaba IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC