HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix...

248
BUKU II KEMENTERIAN DALAM NEGERI HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) KEMENTERIAN PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL KEMENTERIAN TENAGA KERJA & TRANSMIGRASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & PERLINDUNGAN ANAK KEMENTERIAN KOMUNIKASI & INFORMATIKA KEMENTERIAN SOSIAL KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEMENTERIAN KEBUDAYAAN & PARIWISATA KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN KESEHATAN BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 68522 V. 2 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

Transcript of HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix...

Page 1: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BUKU II

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

HIMPUNAN PRODUK HUKUMSTANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

KEMENTERIAN PERTANIANKEMENTERIAN

PENDIDIKAN NASIONALKEMENTERIAN

TENAGA KERJA & TRANSMIGRASIKEMENTERIAN

PEKERJAAN UMUM

KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

& PERLINDUNGAN ANAK

KEMENTERIANKOMUNIKASI & INFORMATIKA

KEMENTERIAN SOSIAL

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIANKEBUDAYAAN & PARIWISATAKEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN KESEHATAN

BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

KEMENTERIANLINGKUNGAN HIDUP

68522 V. 2

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Pub

lic D

iscl

osur

e A

utho

rized

Page 2: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Page 3: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BUKU II

HIMPUNAN PRODUK HUKUMSTANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Page 4: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

ii HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Page 5: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

iiiHIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

KATA PENGANTAR

Reformasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia telah menyebabkan terjadinya sejumlah perubahan penting dan mendasar dalam tata kelola pemerintahan yang pada akhirnya berimplikasi pada penyelenggaraan pelayanan publik di daerah. Sesuai dengan ketentuan pasal 11 dan pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Peraturan Pemerintah tersebut merupakan acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan SPM dan menjadi pokok-pokok acuan bagi pemerintah daerah dalam penerapan SPM.

Sehubungan dengan ketentuan PP tersebut, maka semua peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan SPM wajib untuk disesuaikan. Kementerian Dalam Negeri selaku koordinator tim konsultasi mempunyai peran yang penting di dalam memfasilitasi proses penyusunan SPM bersama Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan melibatkan Kementerian/Lembaga terkait.

Hingga kuartal pertama tahun 2011 ini telah ditetapkan SPM dari 13 Kementerian/Lembaga yaitu dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Pertanian, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga tersebut selanjutnya menjadi acuan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggung jawaban di daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen Perencanaan Daerah telah mencantumkan SPM dalam proses penyusunan perencanaan daerah, serta evaluasi pelaksanaannya, setelah secara jelas juga dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan peraturan terkait lainnya. SPM pada penerapannya diharapkan dapat dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kelembagaan dan personil. Kementerian Dalam Negeri selaku koordinator tim konsultasi penyusunan SPM bersama Kementerian/Lembaga terkait tentunya akan terus melakukan koordinasi untuk penyempurnaan peraturan dan kebijakan SPM yang lebih efi sien dan aplikatif sesuai dengan ketentuan yang ada.

Dalam melaksanakan SPM yang merupakan bagian dari pelayanan dasar dalam urusan wajib, selain sosialisasi konsep penetapan dan petunjuk teknis pelaksanaannya yang dilakukan, tetapi juga diperlukan pemetaan kondisi awal SPM terkait di daerah, khususnya pada SKPD terkait untuk menentukan penetapan target pencapaian sasaran SPM pada tahun berjalan dan tahun berikutnya hingga memenuhi standar capaian SPM secara nasional, penghitungan rencana pembiayaan untuk sasaran

Page 6: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

iv HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

capaian tiap tahunnya, dan mengintegrasikan SPM tersebut ke dalam dokumen perencanaan. Langkah langkah tersebut merupakan suatu prasyarat agar SPM dapat diterapkan secara utuh untuk kemudian dapat dianggarkan, dilaksanakan, dan dievaluasi pencapaiannya sebagai bahan kajian pelaksanaan pelayanan dasar pada tahun berikutnya.

Dengan penetapan SPM beserta indikator dan tahun pencapaian, Petunjuk Teknis berisi kegiatan yang perlu dilakukan untuk pelaksanaan pencapaian sasaran SPM, dan Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan kegiatan pelaksanaan pencapaian sasaran indikator SPM merupakan langkah awal yang harus disiapkan sehingga pemerintah daerah dapat memahami konsep dan indikator SPM. Dengan upaya pengelolaan data dasar SPM dari setiap SPKD dan instansi terkait, maka Petunjuk Teknis dan Petunjuk Perencanaan Pembiayaan SPM lebih lanjut dapat dipergunakan bagi pelaksanaan SPM di Daerah.

Penerbitan buku “Himpunan Produk Hukum SPM” ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Kementerian Dalam Negeri kepada pemerintah daerah maupun kepada Kementerian/Lembaga dalam rangka penyebaran informasi mengenai peraturan-peraturan dan kebijakan terkait SPM yang akan menjadi referensi dasar untuk penyusunan perencanaan dan penganggaran daerah.

Semoga buku yang dilengkapi dengan berbagai peraturan yang terkait SPM ini dapat memudahkan pemerintah daerah dalam memahami pentingnya SPM dan memenuhi kebutuhan akan percepatan penerapannya di daerah.

Jakarta, 25 April 2011Direktur Jenderal Otonomi Daerah

Prof. Dr. Djohermansyah Djohanrof. Dr. Djohermansyah Djohan

Page 7: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

vHIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya buku Himpunan Produk Hukum SPM.

Saat ini Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah ditetapkan oleh 13 Kementerian/Lembaga. Pemerintah menyusun dan menetapkan SPM untuk menjamin hak konstitusional setiap warga dalam memperoleh akses dan kualitas pelayanan dasar dalam mendukung terwujudnya kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan utama dari pelaksanaan desentralisasi di Indonesia.

Dengan adanya peraturan-peraturan mengenai SPM berikut berbagai petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya, maka proses fasilitasi ke daerah harus dilakukan secara optimal melalui program sosialisasi maupun bimbingan teknis dengan penyedian materi yang memadai. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal, daerah dituntut untuk melakukan penerapan SPM dalam bentuk pengintegrasiannya ke dalam dokumen perencanaan daerah

Sebagai salah satu bentuk dukungan Kementerian Dalam Negeri untuk penerapan SPM, maka dipandang perlu adanya penyediaan kompilasi berbagai peraturan dan perundang-undangan terkait SPM yang akan dibagikan kepada seluruh pemerintahan daerah di Indonesia. Dengan dukungan ini, maka diharapkan pemerintah daerah di Indonesia dapat lebih memahami berbagai peraturan SPM dan mempercepat proses penerapannya di daerah.

Dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada para mitra pembangunan yang berasal dari program/lembaga luar negeri, yaitu: AIPD-AusAID, BASICS-CIDA, DeCGG-GIZ dan DSF (Decentralization Support Facility) yang telah membantu sehingga Himpunan Produk Hukum SPM ini dapat diterbitkan. Semoga buku ini dapat benar-benar bermanfaat dan menjadi referensi dasar untuk penerapan SPM dan peningkatan kinerja pemerintahan di daerah.

Jakarta, 26 April 2011Menteri Dalam Negeri

Gamawan Fauzi

Page 8: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

vi HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Page 9: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

viiHIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

KATA SAMBUTAN v

DAFTAR ISI vii

MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL ix

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 1

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.106/HK.501/MKP/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN 67

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 65/Permentan/OT.140/12/2010TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA 89

LAMPIRAN: 2051. MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL 2. CD - HIMPUNAN PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Page 10: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

viii HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Page 11: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

ixHIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MA

TR

IKS

ST

AT

US

PE

RA

TU

RA

N S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

No

SP

M d

i Bid

an

gP

era

tura

n y

an

g M

en

eta

pk

an

SP

MP

era

tura

n m

en

ge

na

i Pe

do

ma

n T

ek

nis

SP

MP

era

tura

n M

en

ge

na

i Pe

do

ma

n T

ek

nis

Pe

ren

can

aa

n P

em

bia

ya

an

SP

M

1Pe

rum

ahan

Rak

yat

Pera

tura

n M

ente

ri N

egar

a Pe

rum

ahan

Rak

yat

No.

22/P

ERM

EN/M

/200

8 Te

ntan

g St

anda

r Pe

laya

nan

Min

imal

Bid

ang

Peru

mah

an R

akya

t D

aera

h Pr

ovin

si da

n D

aera

h Ka

bupa

ten/

Kota

Lam

pira

n I d

an II

Per

atur

an M

ente

ri N

egar

a Pe

rum

ahan

No.

22/P

ERM

EN/M

/200

8Tan

ggal

30

Des

embe

r 200

8

Pera

tura

n M

ente

ri N

egar

a Pe

rum

ahan

Ra

kyat

No.

16/2

010

Tent

ang

Petu

njuk

Tekn

is

Pere

ncan

aan

Pem

biay

aan

Penc

apai

an S

PM

Bida

ng P

erum

ahan

Rak

yat D

aera

h Pr

ovin

si

dan

Dae

rah

Kabu

pate

n/Ko

ta

2Pe

mer

inta

han

Dal

am

Neg

eri

Pera

tura

n M

ente

ri D

alam

Neg

eri N

o.62

tahu

n 20

08 te

ntan

g St

anda

r Pel

ayan

an M

inim

al

Bida

ng P

emer

inta

han

Dal

am N

eger

i di

Kabu

pate

n/Ko

ta

--

3So

sial

Pera

tura

n M

ente

ri So

sial R

epub

lik In

done

sia

No.

29/h

uk /2

008

tent

ang

Stan

dar P

elay

anan

M

inim

al (S

PM) B

idan

g So

sial

Lam

pira

n II

Pera

tura

n M

ente

ri So

sial

RI N

o.12

9/hu

k/20

08 ta

ngga

l 6 N

ovem

ber 2

008

Tent

ang

Petu

njuk

Tekn

is S

PM B

idan

g So

sial

Kepu

tusa

n M

ente

ri So

sial

RI N

o.80

/huk

/201

0 Te

ntan

g Pa

ndua

n Pe

renc

anaa

n Pe

mbi

ay-

aan

Penc

apai

an S

PM B

idan

g So

sial

Dae

rah

Prov

insi

dan

Dae

rah

Kabu

pate

n/Ko

ta

4Ke

seha

tan

Pera

tura

n M

ente

ri Ke

seha

tan

No

741

Tahu

n 20

08 Te

ntan

g St

anda

r Pel

ayan

an M

inim

al

Bida

ng K

eseh

atan

di K

abup

aten

/Kot

a

Kepu

tusa

n M

ente

ri Ke

seha

tan

RI N

o. 8

28/

MEN

KES/

SK/IX

/200

8 Te

ntan

g Pe

tunj

uk Te

knis

St

anda

r Pel

ayan

an M

inim

al B

idan

g Ke

seha

tan

di

Kabu

pate

n/Ko

ta

Kepu

tusa

n M

ente

ri Ke

seha

tan

RI N

o. 3

17/

MEN

KES/

SK/V

/200

9 Te

ntan

g Pe

tunj

uk Te

knis

Pe

renc

anaa

n Pe

mbi

ayaa

n SP

M b

idan

g Ke

seha

tan

di K

abup

aten

/Kot

a 5

Pem

berd

ayaa

n Pe

rem

puan

dan

Pe

rlind

unga

n An

ak

Pera

tura

n M

ente

ri N

egar

a Pe

mbe

rday

aan

Pere

mpu

an d

an P

erlin

dung

an A

nak

Repu

blik

In

done

sia N

o.01

tahu

n 20

10 te

ntan

g St

anda

r Pe

laya

nan

Min

imal

Bid

ang

Laya

nan

Terp

adu

bagi

Per

empu

an d

an A

nak

Korb

an K

eker

asan

Lam

pira

n III

Per

atur

an M

ente

ri N

egar

a Pe

mbe

rday

aan

Pere

mpu

an d

an p

erlin

dung

an

Ana

k RI

No.

01/2

010

Tent

ang

Petu

njuk

Tekn

is

SPM

Bid

ang

Laya

nan

Terp

adu

Bagi

Per

empu

an

dan

Ana

k Ko

rban

Kek

eras

an

Stan

dar P

embi

ayaa

n Pe

laks

anaa

n SP

M B

idan

g La

yana

n Te

rpad

u Ba

gi P

erem

puan

dan

Ana

k Ko

rban

kek

eras

an Ta

hun

2010

6Li

ngku

ngan

Hid

upPe

ratu

ran

Men

teri

Neg

ara

Ling

kung

an H

idup

N

o.19

Tah

un 2

008

Tent

ang

Stan

dar P

elay

anan

M

inim

al B

idan

g Li

ngku

ngan

Hid

up D

aera

h Pr

ovin

si d

an D

aera

h Ka

bupa

ten/

Kota

Pera

tura

n M

ente

ri N

egar

a Li

ngku

ngan

Hid

up

No.

20 T

ahun

200

8 Te

ntan

g Pe

tunj

uk Te

knis

St

anda

r Pel

ayan

an M

inim

al B

idan

g Li

ngku

ngan

H

idup

Dae

rah

Prov

insi

dan

Dae

rah

Kabu

pate

n/Ko

ta

Ranc

anga

n

Page 12: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

x HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

No

SPM

di B

idan

gPe

ratu

ran

yang

Men

etap

kan

SPM

Pera

tura

n m

enge

nai P

edom

an Te

knis

SPM

Pera

tura

n M

enge

nai P

edom

an Te

knis

Pe

renc

anaa

n Pe

mbi

ayaa

n SP

M

7Ke

luar

ga B

eren

cana

da

n Se

jaht

era

Pera

tura

n Ke

pala

Bad

an K

oord

inas

i Kel

uarg

a Be

renc

ana

Nas

iona

l No.

55/h

k-01

0/b5

/201

0 te

ntan

g St

anda

r Pel

ayan

an M

inim

al B

idan

g Ke

luar

ga B

eren

cana

dan

Kel

uarg

a Se

jaht

era

di

Kabu

pate

n/Ko

ta

Lam

pira

n II

Pera

tura

n Ke

pala

BKK

BN N

o.55

/hk

-010

/b5/

2010

Tent

ang

Petu

njuk

Tekn

is S

PM

Bida

ng K

B da

n KS

Pera

tura

n Ke

pala

Bad

an K

oord

inas

i Kel

uarg

a Be

renc

ana

Nas

iona

l No.

231/

Hk-

010/

B5/2

010

Tent

ang

Petu

njuk

Tekn

is Pe

renc

anaa

n Pe

mbi

ayaa

n Pe

ncap

aian

Sta

ndar

Pel

ayan

an

Min

imal

(SPM

) Bid

ang

Kelu

arga

Ber

enca

na d

an

Kelu

arga

Sej

ahte

ra d

i Kab

upat

en/K

ota

8Ke

tena

gake

rjaan

Pera

tura

n M

ente

ri Te

naga

Ker

ja d

an

Tran

smig

rasi

RI N

o.PE

R.15

/MEN

/X/2

010

Tent

ang

Stan

dar P

elay

anan

Min

imal

(SPM

) Bi

dang

Ket

enag

aker

jaan

Pera

tura

n M

ente

ri Te

naga

Ker

ja d

an

Tran

smig

rasi

RI N

o.PE

R.04

/MEN

/IV/2

011

Tent

ang

Peru

baha

n At

as L

ampi

ran

Pera

tura

n M

ente

ri Te

naga

Ker

ja d

an Tr

ansm

igra

si N

o.PE

R.

15/M

EN/X

/201

0

Lam

pira

n II

Pera

tura

n M

ente

ri Te

naga

Ker

ja

RI N

o.PE

R. 1

5/M

EN/X

/201

0 Te

ntan

g Pa

ndua

n O

pera

sion

al S

PM B

idan

g Ke

tena

gake

rjaan

Lam

pira

n III

Per

atur

an M

ente

ri Te

naga

Ker

ja R

I N

o. P

ER.1

5/M

EN/X

/201

0 Te

ntan

g Ko

mpo

nen

Biay

a

9Pe

ndid

ikan

Pera

tura

n M

ente

ri Pe

ndid

ikan

Nas

iona

l Re

publ

ik In

done

sia N

o.15

/201

0 te

ntan

g St

anda

r Pel

ayan

an M

inim

al B

idan

g Pe

ndid

ikan

D

asar

di K

abup

aten

/Kot

a

Kepu

tusa

n D

irjen

.Ra

ncan

gan

10Pe

kerja

an U

mum

Pera

tura

n M

ente

ri Pe

kerja

an U

mum

No.

14/

PRT/

M/2

010

Tent

ang

SPM

Bid

ang

Peke

rjaan

U

mum

dan

Pen

ataa

n Ru

ang

Lam

pira

n II

Pera

tura

n M

ente

ri Pe

kerja

an U

mum

da

n Pe

nata

an R

uang

No.

14/P

RT/M

/201

0 Te

ntan

g Pe

tunj

uk Te

knis

SPM

Bid

ang

Peke

rjaan

Ranc

anga

n

11Ke

taha

nan

Pang

anPe

ratu

ran

Men

teri

Pert

ania

n N

o.65

/Per

men

tan/

OT.

140/

12/2

010

tent

ang

Stan

dar P

elay

anan

M

inim

al B

idan

g Ke

taha

nan

Pang

an P

rovi

nsi

dan

Kabu

pate

n/Ko

ta

Lam

pira

n I

Pera

tura

n M

ente

ri Pe

rtan

ian

No.

65/

Perm

enta

n/O

T.14

0/12

/201

0 te

ntan

g Pe

tunj

uk

Tekn

is St

anda

r Pel

ayan

an M

inim

al B

idan

g Ke

taha

nan

Pang

an P

rovi

nsi d

an K

abup

aten

/Kot

a

Lam

pira

n II

Pera

tura

n M

ente

ri Pe

rtan

ian

No.

65/

Perm

enta

n/O

T.14

0/12

/201

0 te

ntan

g Pe

tunj

uk

Tekn

is Pe

renc

anaa

n Pe

mbi

ayaa

n St

anda

r Pe

laya

nan

Min

imal

Bid

ang

Keta

hana

n Pa

ngan

Pr

ovin

si da

n Ka

bupa

ten/

Kota

12Ke

seni

anPe

ratu

ran

Men

teri

Kebu

daya

an &

Par

iwisa

ta

No.

PM.1

06/H

K.50

1/M

KP/2

010

tent

ang

Stan

dar

Pela

yana

n M

inim

al B

idan

g Ke

seni

an

--

13Ko

mun

ikas

i dan

In

form

asi

Pera

tura

n M

ente

ri Ke

mko

min

fo N

o. 2

2/PE

R/M

.KO

MIN

FO/1

2/20

10 te

ntan

g St

anda

r Pel

ayan

an

Min

imal

Bid

ang

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a di

Ka

bupa

ten/

Kota

--

Cata

tan:

Sem

ua p

erat

uran

men

gena

i Pen

etap

an S

PM, P

edom

an Te

knis

SPM

dan

Ped

oman

Tekn

is P

eren

cana

an P

embi

ayaa

n SP

M te

rdap

at d

alam

CD

terla

mpi

r.

Page 13: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

1HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR : 14 /PRT/M/2010

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

LAMPIRAN I: STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

LAMPIRAN II: PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN

MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

RUANG

Page 14: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

2 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Page 15: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

3HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MENTERI PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR : 14 /PRT/M/2010

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal perlu menetapkan Peraturan Menteri;

Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : peraturan menteri pekerjaan umum tentang standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang.

Page 16: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

4 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang

selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

2. Pelayanan Dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah jenis pelayanan publik Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.

3. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar.

4. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target jenis pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang secara bertahap sesuai dengan indikator dan nilai yang ditetapkan.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disebut APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD.

7. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah selanjutnya disingkat DPOD adalah dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden terhadap kebijakan otonomi daerah.

9. Pemerintah Daerah adalah Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

10. Menteri adalah Menteri Pekerjaan Umum.

Maksud Dan Tujuan

Pasal 2

SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang diselenggarakan untuk mendukung penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat di Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai acuan pemerintahan daerah dalam perencanaan program pencapaian target SPM.

Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

Page 17: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

5HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

a. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Kabupaten/Kota; b. Wewenang Penetapan; c. Pengorganisasian; d. Pelaksanaan; e. Pelaporan; f. Monitoring dan Evaluasi; g. Pengembangan Kapasitas; h. Pembinaan dan Pengawasan; dan i. Pembiayaan.

BAB II

SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM

DAN PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN/KOTA

Bagian Kesatu Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 4

1. Pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang terdiri atas jenis pelayanan, indikator kinerja dan target.

2. Jenis pelayanan, indikator kinerja dan target sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum pada Lampiran I merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

1. Pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

2. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, meliputi jenis pelayanan berdasarkan indikator kinerja dan target tahun 2010 sampai dengan tahun 2014:

a. Sumber Daya Air

Prioritas utama penyediaan air untuk kebutuhan masyarakat 1. Jaringan

a) Aksesibilitas Tersedianya jalan yang menghubungkan pusat–pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota.

b) Mobilitas Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan.

c) Keselamatan Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat.

b. Jalan

2. Ruas a) Kondisi jalan Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan

dengan selamat dan nyaman. b) Kecepatan Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan

sesuai dengan kecepatan rencana.

Page 18: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

6 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

c. Air Minum

Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

d. Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan

Persampahan)

Air limbah permukiman a) Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai. b) Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota. Pengelolaan sampah a) Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan. b) Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan.

Drainase Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.

e. Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

f. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota.

2. Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota.

g. Jasa Konstruksi

1. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Penerbitan IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap.

2. Sistem Informasi Jasa Konstruksi Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi setiap tahun.

h. Penataan Ruang

1. Informasi Penataan Ruang Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital.

2. Pelibatan Peran Masyarakat dalam Proses Penyusunan RTR Terlaksananya penjaringan aspirasi masyarakat melalui forum konsultasi publik yang memenuhi syarat inklusif dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang, yang dilakukan minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya RTR dan program pemanfaatan ruang.

3. Izin Pemanfaatan Ruang Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang RTR wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya.

4. Pelayanan Pengaduan Pelanggaran Tata Ruang Terlaksanakannya tindakan awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan ruang dalam waktu 5 (lima) hari kerja.

5. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan.

Page 19: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

7HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Pasal 6

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b mengenai pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsi, kabupaten/kota dan jalan desa dengan indikator terpenuhinya standar teknis prasarana jalan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan.

BAB III

WEWENANG PENETAPAN

Pasal 7

1. Wewenang dan atau penetapan pedoman SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilakukan oleh Pemerintah dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan daerah provinsi dan kabupaten/kota yang menjadi urusannya.

2. Pemerintah kabupaten/kota dalam menerapkan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengacu pada SPM sebagaimana tercantum pada Lampiran I merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

3. Penetapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disesuaikan secara berkala berdasarkan evaluasi pencapaian SPM yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.

4. Pelaksanaan SPM dapat disempurnakan dan ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan daerah.

BAB IV

PENGORGANISASIAN

Pasal 8

1. Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).

2. Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

3. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota.

4. Penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dilakukan oleh tenaga ahli dengan kualifi kasi dan kompetensi yang dibutuhkan sesuai bidangnya.

5. Pemerintah kabupaten/kota yang telah menyusun Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) dan belum ada unit yang menangani tugas pokok dan fungsi pembinaan jasa konstruksi dapat menunjuk atau menugaskan unit yang telah ada atau membentuk Unit Pelayanan Teknis atau Balai yang ada dibawah struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum.

Page 20: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

8 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

BAB V

PELAKSANAAN

Pasal 9

1. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), merupakan acuan dalam perencanaan program pencapaian secara bertahap oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.

2. Perencanaan program pencapaian target sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan petunjuk teknis SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana tercantum pada Lampiran II merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

BAB VI

PELAPORAN

Pasal 10

1. Bupati/Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kepada Menteri melalui Gubernur.

2. Bupati/Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang khusus sub bidang Jasa Konstruksi kepada Menteri dengan tembusan kepada Gubernur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.

3. Berdasarkan laporan teknis tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

BAB VII

MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 11

1. Menteri melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang oleh pemerintah daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat.

2. Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan : a. Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di daerah Untuk pemerintahan daerah

kabupaten/kota; dan b. Tim Pembina Jasa Konstruksi Provinsi untuk bidang jasa konstruksi.

Pasal 12

Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dipergunakan sebagai :

Page 21: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

9HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

a. Bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

b. Bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, termasuk pemberian penghargaan bagi pemerintah daerah yang berprestasi sangat baik; dan

c. Bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak berhasil mencapai SPM bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus daerah yang bersangkutan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

PENGEMBANGAN KAPASITAS

Pasal 13

1. Menteri memfasilitasi pengembangan kapasitas melalui peningkatan kemampuan sistem, kelembagaan, personal dan keuangan, pada kabupaten/kota sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan lainnya meliputi : a. Perhitungan sumber daya dan dana yang dibutuhkan untuk mencapai

SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang termasuk kesenjangan pembiayaan;

b. Penyusunan rencana pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dan penetapan target tahunan SPM bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

c. Penilaian prestasi kerja pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan

d. Pelaporan prestasi kerja pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

3. Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personil, dan keuangan negara serta keuangan daerah.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 14

1. Menteri melakukan pembinaan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

2. Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan menyusun petunjuk teknis sebagaimana tercantum pada Lampiran II merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini.

3. Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, dapat mendelegasikan pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah di daerah.

Page 22: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

10 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

Pasal 15

1. Menteri melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dan dibantu oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.

2. Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dalam melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dibantu oleh Inspektorat Provinsi berkoordinasi dengan Inspektorat Kabupaten/Kota.

3. Bupati/Walikota melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan Bidang Pekerjaan Umum sesuai SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di daerah masing-masing.

BAB X

PEMBIAYAAN

Pasal 16

Pembiayaan atas penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang untuk pencapaian target SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) seluruhnya dibebankan pada APBD masing-masing.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penentuan SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 18

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2010

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

ttd

DJOKO KIRMANTO

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 2 Desember 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

ttd

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 587

Page 23: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

11HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

La

mp

ira

n I

: P

era

tura

n M

en

teri

Pe

ke

rja

an

Um

um

No

mo

r :

14

/PR

T/M

/20

10

Ta

ng

ga

l :

25

Ok

tob

er

20

10

ST

AN

DA

R P

EL

AY

AN

AN

MIN

IMA

L (

SP

M)

BID

AN

G P

EK

ER

JAA

N U

MU

M D

AN

PE

NA

TA

AN

RU

AN

G

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

12

34

56

ISu

mbe

r Day

a A

irPr

iorit

as u

tam

a pe

nyed

iaan

Air

untu

k Ke

butu

han

Mas

yara

kat

Ters

edia

nya

air b

aku

untu

k m

emen

uhi k

ebut

uhan

po

kok

min

imal

seh

ari h

ari.

100%

20

14Be

rdas

arka

n at

as ta

rget

min

imal

ke

butu

han

air b

ersi

h di

tiap

ka

bupa

ten/

kota

Ters

edia

nya

air i

rigas

i unt

uk p

erta

nian

raky

at p

ada

sist

em ir

igas

i yan

g su

dah

ada.

70%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eker

jaan

U

mum

IIJa

lan

Jarin

gan

Aks

esib

ilita

sTe

rsed

iany

a ja

lan

yang

men

ghub

ungk

an p

usat

-pu

sat k

egia

tan

dala

m w

ilaya

h ka

bupa

ten/

kota

.10

0 %

2014

Dila

ksan

akan

ole

h pe

mer

inta

h da

erah

ka

bupa

ten/

kota

Mob

ilita

sTe

rsed

iany

a ja

lan

yang

mem

udah

kan

mas

yara

kat

perin

divi

du m

elak

ukan

per

jala

nan.

100

%20

14D

ilaks

anak

an o

leh

pem

erin

tah

daer

ah

kabu

pate

n/ko

ta

Kese

lam

atan

Ters

edia

nya

jala

n ya

ng m

enja

min

pen

ggun

a ja

lan

berk

enda

ra d

enga

n se

lam

at.

60 %

2014

Dila

ksan

akan

ole

h pe

mer

inta

h da

erah

ka

bupa

ten/

kota

Ruas

Kond

isi j

alan

Ters

edia

nya

jala

n ya

ng m

enja

min

ken

dara

an d

apat

be

rjala

n de

ngan

sel

amat

dan

nya

man

.60

%20

14D

ilaks

anak

an o

leh

pem

erin

tah

daer

ah

kabu

pate

n/ko

ta

Kece

pata

nTe

rsed

iany

a ja

lan

yang

men

jam

in p

erja

lana

n da

pat

dila

kuka

n se

suai

den

gan

kece

pata

n re

ncan

a.60

%20

14D

ilaks

anak

an o

leh

pem

erin

tah

daer

ah

kabu

pate

n/ko

t

IIIA

ir M

inum

Clus

ter P

elay

anan

Ters

edia

nya

akse

s ai

r min

um y

ang

aman

mel

alui

Si

stem

Pen

yedi

aan

Air

Min

um d

enga

n ja

ringa

n pe

rpip

aan

dan

buka

n ja

ringa

n pe

rpip

aan

terli

ndun

gi

deng

an k

ebut

uhan

pok

ok m

inim

al 6

0 lit

er/o

rang

/ ha

ri

40%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eker

jaan

U

mum

Sang

at b

uruk

Buru

k50

%

Seda

ng70

%

Baik

80%

Sang

at b

aik

100%

Page 24: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

12 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

IVPe

nyeh

atan

Li

ngku

ngan

Pe

rmuk

iman

(S

anita

si

Ling

kung

an

dan

Pers

ampa

han)

Air

Lim

bah

Perm

ukim

anTe

rsed

iany

a si

stem

air

limba

h se

tem

pat y

ang

mem

adai

.60

%20

14D

inas

yan

g m

embi

dang

i Pek

erja

an

Um

um

Ters

edia

nya

sist

em a

ir lim

bah

skal

a ko

mun

itas/

ka

was

an/k

ota

5%20

14D

inas

yan

g m

embi

dang

i Pek

erja

an

Um

um

Peng

elol

aan

sam

pah

Ters

edia

nya

fasi

litas

pen

gura

ngan

sam

pah

dipe

rkot

aan.

20%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eker

jaan

U

mum

Ters

edia

nya

sist

em p

enan

gana

n sa

mpa

h di

pe

rkot

aan.

70%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eker

jaan

U

mum

Dra

inas

eTe

rsed

iany

a si

stem

jarin

gan

drai

nase

ska

la k

awas

an

dan

skal

a ko

ta s

ehin

gga

tidak

terja

di g

enan

gan

(lebi

h da

ri 30

cm

, sel

ama

2 ja

m) d

an ti

dak

lebi

h da

ri 2

kali

seta

hun

50%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eker

jaan

U

mum

VPe

nang

anan

Per

muk

iman

Kum

uh P

erko

taan

Berk

uran

gnya

luas

an p

erm

ukim

an k

umuh

di

kaw

asan

per

kota

an.

10%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eker

jaan

U

mum

VIPe

nata

an

Bang

unan

da

n Li

ngku

ngan

Izin

Men

dirik

an B

angu

nan

(IMB)

Terla

yani

nya

mas

yara

kat d

alam

pen

guru

san

IMB

di

kabu

pate

n/ko

ta.

100%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eriji

nan

(IMB)

Har

ga S

tand

ar B

angu

nan

Ged

ung

Neg

ara

(HSB

GN

)Te

rsed

iany

a pe

dom

an H

arga

Sta

ndar

Ban

guna

n G

edun

g N

egar

a di

kab

upat

en/k

ota.

100%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eker

jaan

U

mum

VII

Jasa

Ko

nstr

uksi

Izin

Usa

ha Ja

sa K

onst

ruks

i (IU

JK)

Pene

rbita

n IU

JK d

alam

wak

tu 1

0 (s

epul

uh) h

ari k

erja

se

tela

h pe

rsya

rata

n le

ngka

p.10

0%20

14U

nit y

ang

mel

akuk

an P

embi

naan

Jasa

Sist

em In

form

asi J

asa

Kons

truk

siTe

rsed

iany

a Si

stem

Info

rmas

i Jas

a Ko

nstr

uksi

set

iap

tahu

n10

0%20

14U

nit y

ang

mel

akuk

an P

embi

naan

Jasa

Ko

nstr

uksi

VIII

Pena

taan

Ru

ang

Info

rmas

i Pen

ataa

n Ru

ang

Ters

edia

nya

info

rmas

i men

gena

i Ren

cana

Tata

Rua

ng

(RTR

) wila

yah

kabu

pate

n/ko

ta b

eser

ta re

ncan

a rin

ciny

a m

elal

ui p

eta

anal

og d

an p

eta

digi

tal.

100%

2014

(k

abup

aten

/ ko

ta d

an

keca

mat

an)

Din

as/S

KPD

yan

g m

embi

dang

i Pe

nata

an R

uang

90 %

2014

(kel

urah

an)

Pelib

atan

Per

an M

asya

raka

t Dal

am P

rose

s Pe

nyus

unan

RTR

Terla

ksan

anya

pen

jarin

gan

aspi

rasi

mas

yara

kat

mel

alui

foru

m k

onsu

ltasi

pub

lik y

ang

mem

enuh

i sy

arat

inkl

usif

dala

m p

rose

s pe

nyus

unan

RTR

dan

pr

ogra

m p

eman

faat

an ru

ang,

yan

g di

laku

kan

min

imal

2 (d

ua) k

ali s

etia

p di

susu

nnya

RTR

dan

pr

ogra

m p

eman

faat

an ru

ang.

100%

2014

Din

as/S

KPD

yan

g m

embi

dang

i Pe

nata

an R

uang

Page 25: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

13HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

Izin

Pem

anfa

atan

Rua

ngTe

rlaya

niny

a m

asya

raka

t dal

am p

engu

rusa

n iz

in

pem

anfa

atan

ruan

g se

suai

den

gan

Pera

tura

n D

aera

h te

ntan

g RT

R w

ilaya

h ka

bupa

ten/

kota

bes

erta

re

ncan

a rin

ciny

a

100%

2014

(kab

upat

en/

kota

)

Din

as y

ang

mem

bida

ngi P

eriz

inan

Pela

yana

n Pe

ngad

uan

Pela

ngga

ran

Tata

Ru

ang

Terla

ksan

akan

nya

tinda

kan

awal

terh

adap

pe

ngad

uan

mas

yara

kat t

enta

ng p

elan

ggar

an d

i bi

dang

pen

ataa

n ru

ang,

dal

am w

aktu

5 (l

ima)

har

i ke

rja.

100%

2014

(kab

upat

en/

kota

, dan

ke

cam

atan

)

Din

as/S

KPD

yan

g m

embi

dang

i Pe

nata

an R

uang

Peny

edia

an R

uang

Terb

uka

Hija

u (R

TH)

Publ

ikTe

rsed

iany

a lu

asan

RTH

pub

lik s

ebes

ar 2

0% d

ari l

uas

wila

yah

kota

/kaw

asan

per

kota

an.

25%

2014

Din

as/S

KPD

yan

g m

embi

dang

i Pe

nata

an R

uang

ME

NT

ER

I P

EK

ER

JAA

N U

MU

M,

ttd

DJO

KO

KIR

MA

NT

O

Page 26: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

14 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

LAMPIRAN II : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor : 14/PRT/M/2010

Tanggal : 25 Oktober 2010

PETUNJUK TEKNIS

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN

PENATAAN RUANG

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI OPERASIONAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG SUMBER DAYA AIR

I. SPM Bidang Air Baku Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan

pokok minimal sehari hari.

a. Pengertian: Kinerja Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku adalah kemampuan sistem jaringan untuk membawa sejumlah air dari sumbernya

ke Instalasi Pengolah Air sesuai waktu dan tempat berdasarkan rencana pencapaian akses terhadap air bersih yang ditetapkan dalam target MDGs bidang Air Minum;

b. Defi nisi Operasional

1) Bahwa kewajiban pemerintah berdasarkan target MDGs adalah menyediakan air bersih secara kontinyu yang dapat diakses paling tidak oleh 68.87 % (rata-rata) masyarakat Indonesia.

2) Kebutuhan minimal setiap orang akan air bersih per hari adalah 60 liter atau 0,06 m3.

3) Sistem Jaringan penyediaan air baku terdiri dari bangunan penampungan air , bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan saluran pembawa/transmisi beserta bangunan pelengkapnya yang membawa air dari sumbernya ke Instalasi Pengolah Air.

4) Nilai SPM keandalan ketersediaan air baku

merupakan rasio ketersediaan air baku secara nasional yang merupakan kumulatif dari masing-masing Instalasi Pengolah Air terhadap target MDGs kebutuhan air baku secara nasional yang telah ditetapkan.

c. Cara perhitungan / Rumus

1) Rumus: SPM keandalan ketersediaan air baku adalah rasio ketersediaan air baku (m3/tahun) secara nasional yang merupakan kumulatif dari masing-masing Instalasi Pengolah Air terhadap target MDGs kebutuhan air baku (m3/tahun) secara nasional yang telah ditetapkan.

SPM keandalan ketersediaan air baku =

Σ Ketersediaan air baku (m3/tahun) dari Instalasi Pengolahan AirΣ Kebutuhan air baku (m3/tahun) berdasarkan Target MDGs

x 100 %

2) Pembilang: Ketersediaan air baku (m3/tahun) dari Instalasi Pengolah Air. 3) Penyebut: Kebutuhan air baku (m3/tahun) berdasarkan target MDGs pada tiap

Kabupaten/Kota.

Page 27: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

15HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

4) Ukuran/konstanta Persen (%)

5) Contoh perhitungan 1. Pada Tahun 2010 Kabupaten A diidentifi kasikan jumlah penduduknya

terdapat 153.158 Jiwa. 2. Jumlah ketersediaan air baku dari Instalasi Pengolah Air yang ada pada

tahun tersebut adalah: 1.000.000 m3/tahun. 3. Jumlah Kebutuhan air baku minimal 60 liter/orang/hari yang diperlukan

Kabupaten A adalah: 153.158 jiwa X 0.06 m3/orang/hari X 365 hari didapat: 3.521.868 m3 /

tahun. 4. Perhitungan pencapaian Standar Pelayanan Minimal pada tahun tersebut

adalah:

Σ Ketersediaan air baku (m3/tahun) dari Instalasi Pengolahan Air

Σ Kebutuhan air baku (m2/tahun) berdasarkan Target MDGsX100%

1.000.000 m3/tahun. X 100 % = 28%

3.521.868 m3 /tahun.

5. Diperkirakan pada tahun 2014 Kabupaten A diidentifi kasikan akan memiliki jumlah penduduk 200.000 Jiwa,

6. Jumlah Kebutuhan air baku minimal yaitu 60 liter/orang/hari yang diperlukan Kabupaten A adalah:

200.000 jiwa X 0.06 m3/orang/hari X 365 hari didapat: 4.599.000 m3 /tahun.

7. Target pencapaian Standar Pelayanan Minimal pada tahun 2014 adalah 68,87 % atau 0,6887 dari 200.000 jiwa penduduk Kabupaten A harus 100% terlayani sehingga perhitungannya:

4.599.000 m3/tahun x 0,6887 = 3.167.331

8. Dengan contoh perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun akhir pencapaian SPM diharapkan tersedia air baku sebesar 3.167.331m3/tahun.

d. Sumber Data

1) Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap, Sektor Sumber Daya Air (Bappenas)

2) Potensi Penambahan SR PDAM s/d 2013 (Ditjen Cipta Karya) 3) RPJM RENSTRA KEMEN PU 2010-2014

e. Rujukan

1) Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 2) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum; f. Target

Persentase Target pencapaian Standar Pelayanan Minimal penyediaan air baku untuk kebutuhan pokok minimal sehari-hari adalah 100% dari Minimal Kebutuhan Air Baku pada Instalasi Pengolah Air di tiap kabupaten/kota .

g. Langkah Kegiatan

1) Penyusunan Renstra Pembangunan Penyediaan Air Baku 2010-2014; 2) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Baku; 3) Kegiatan rehabilitasi,

operasi dan pemeliharaan;

Page 28: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

16 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

h. SDM

SDM pada instansi terkait yang membidangi air baku, antara lain PDAM, Dinas Cipta Karya, Dinas Sumber Daya Air dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

II. SPM Bidang Irigasi Tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem

irigasi yang sudah ada.

a. Pengertian:

Kinerja jaringan irigasi adalah kemampuan jaringan untuk membawa sejumlah air dari sumbernya ke petak petak sawah sesuai waktu dan tempat berdasarkan rencana tata tanam yang telah ditetapkan.

b. Defi nisi Operasional

1) Kriterianya adalah bahwa masyarakat petani yang tergabung dalam perkumpulan petani pemakai air dan petani pada sistem pertanian rakyat pada daerah irigasi yang sudah ada berhak memperoleh dan memakai air untuk kebutuhan pertanian;

2) Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan kepada masyarakat petani melalui perkumpulan petani pemakai air, dan bagi pertanian rakyat yang berada dalam sistem irigasi yang sudah ada diperoleh tanpa izin;

3) Izin sebagaimana dimaksud pada butir 2) diberikan dalam bentuk keputusan gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;

4) Hak guna pakai air bagi petani yang tergabung dalam perkumpulan petani pemakai air dan petani untuk pertanian rakyat sebagaimana disebut pada butir 2) harus diwujudkan dalam Rencana Tata Tanam yang ditetapkan oleh Gubernur/bupati/walikota;

5) Nilai SPM keandalan ketersediaan air irigasi merupakan rasio ketersediaan air irigasi di petak-petak sawah dalam jumlah, waktu dan tempat pada setiap musim tanam terhadap kebutuhan air irigasi berdasarkan rencana tata tanam yang telah ditetapkan.

c. Cara perhitungan / Rumus

1) Rumus: SPM keandalan ketersediaan air irigasi adalah rasio ketersediaan air

irigasi yang terdapat di petak-petak sawah (lt/det) pada setiap musim tanam terhadap kebutuhan air irigasi (l/det) berdasarkan rencana tata tanam yang telah ditetapkan, atau dirumuskan sebagai berikut:

SPM keandalan ketersediaan air irigasi =

Σ Ketersediaan air irigasi (lt/det) pada setiap musim tanamX 100

Σ Kebutuhan air irigasi (lt/det) berdasarkan rencana tata tanam

2) Pembilang: Ketersediaan air irigasi (lt/det) pada setiap musim tanam adalah jumlah air

irigasi yang dialirkan selama musim tanam pada suatu daerah irigasi yang sudah ada yang dihitung berdasarkan kemampuan saluran dan bangunan serta dinyatakan dalam lt/det.

3) Penyebut: Kebutuhan air irigasi (lt/det) berdasarkan rencana tata tanam adalah

jumlah air irigasi yang dihitung dan akan dialirkan berdasarkan rencana tata tanam yang telah ditetapkan pada suatu daerah irigasi yang sudah ada dan dinyatakan dalam lt/det.

Page 29: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

17HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

4) Ukuran/konstanta Persen (%) 5) Contoh perhitungan Data dan Asumsi: Nama: Daerah Irigasi A Luas: 1,000 ha Pembagian air dilaksanakan pada

setiap 2 mingguan Kebutuhan air per ha: 1.2 lt/det/ha (pengolahan tanah) Total kebutuhan air = 1,000 x 1.2 = 1,200 lt/det

Debit di intake bendung = 1,000 lt/det Faktor K = 1,000/1,200 = 0.8333

Rencana luas tanam yang ditetapkan = 830 ha Apabila realisasi tanam seluas 700 ha, maka air yang sampai di petak

tersier adalah 700 ha x 1.2 lt/det/ha = 840 lt/det Pencapaian SPM = 840/ 1000 = 84% Berarti nilai kinerja jaringan irigasi: Sangat Baik

d. Sumber Data

1) Hasil survey penelusuran lapangan (yang merupakan bagian dari pengelolaan aset irigasi);

2) Data irigasi dari Kementerian Pekerjaan Umum yang sudah dikoreksi oleh dinas yang membidangi sumber daya air di daerah yang bersangkutan;

3) Data irigasi dari Kementerian Pertanian yang sudah dikoreksi oleh Dinas Pertanian di daerah yang bersangkutan.

e. Rujukan

1) Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 2) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi; 3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 tentang Pedoman

Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi; 4) Standar Perencanaan Irigasi;

· KP 01: Perencanaan Jaringan Irigasi; · KP 02: Bangunan Utama; · KP 03: Saluran; · KP 04: Bangunan; · KP 05: Petak tersier; · KP 06: Parameter Bangunan; · KP 07: Standar Penggambaran; · BI 01: Tipe Bangunan Irigasi; · BI 02: Standar Bangunan Irigasi; · PT 01: Perencanaan Jaringan Irigasi; · PT 02: Pengukuran; · PT 03: Penyelidikan Geoteknik; dan · PT 04: Penyelidikan Model Hidrolis.

f. Target Target pencapaian SPM adalah sebesar 70% (kinerja baik) pada

tahun 2014. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Indeks Kinerja Sistem Irigasi dengan nilai :

· 80-100 : kinerja sangat baik · 70-79 : kinerja baik · 55-69 : kinerja kurang dan perlu perhatian · < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian

Page 30: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

18 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

g. Langkah Kegiatan

1) Penyusunan rencana tata tanam; 2) Pengembangan sistem irigasi dengan kegiatan pembangunan dan

peningkatan; 3) Pengelolaan sistem irigasi dengan kegiatan rehabilitasi, operasi dan

pemeliharaan; h. SDM

SDM pada dinas yang membidangi sumber daya air dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI OPERASIONAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG BINA MARGA UNTUK JALAN KABUPATEN / KOTA

I. PELAYANAN JARINGAN JALAN

· Aspek Aksesibilitas

a. Pengertian

Tersedianya jalan yang menghubungkan pusat – pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota.

b. Defi nisi Operasional

1) Kriteria aksesibilitas adalah bahwa setiap pusat kegiatan (PK) dalam suatu wilayah terhubungkan oleh jaringan jalan sesuai statusnya sehingga tidak ada satupun PK yang belum terhubungkan (terisolasi). Jika masih ada PK yang belum terhubungkan, maka perlu diketahui tentang rencana pembangunan jalan penghubung yang menghubungkan PK yang terisolasi tersebut.

2) Nilai SPM aksesibilitas adalah panjang jalan yang menghubungkan seluruh PK, dinyatakan dalam prosentase panjang jalan yang terbangun pada tahun akhir pencapaian SPM terhadap panjang total jalan yang menghubungkan seluruh PK dalam wilayah sesuai statusnya.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus:

SPM Aksesibilitas adalah persentase panjang ruas-ruas jalan yang menghubungkan PK pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap panjang jalan ruas-ruas jalan yang menghubungkan seluruh PK dalam wilayah. Atau, dirumuskan sbb.:

SPM Aksesibilitas =£ Seluruh PK Panjang jalan penghubung PK

£ akhir thn pencapaian SPM Panjang jalan penghubung PK

2) Pembilang: Panjang jalan penghubung PK adalah jumlah kumulatif panjang ruas-ruas

jalan yang menghubungkan setiap PK di dalam wilayah kabupaten/kota pada akhir tahun pencapaian SPM.

3) Penyebut

Panjang jalan penghubung PK adalah jumlah kumulatif panjang ruas-ruas jalan (untuk semua status jalan kabupaten/kota) yang menghubungkan seluruh pusat–pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten/kota.

4) Ukuran/Konstanta

Persen (%).

Page 31: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

19HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

5) Contoh Perhitungan

Kabupaten A diidentifi kasi berdasar fungsinya sebagai jalan kabupaten, harus menghubungkan PK ibu kota kabupaten, ibu kota kecamatan, dan pusat kegiatan lokal; sebagai contoh, misal secara total terdapat 20 titik PK.

Pada kondisi eksisting, diidentifi kasi terbangun jalan yang menghubungkan 15 PK dari seluruh PK yang ada yang berjumlah 20 titik PK, baik oleh jalan nasional, jalan propinsi, maupun jalan kabupaten. Direncanakan pada tahun akhir pencapaian SPM akan dibangun ruas jalan baru yang menghubungkan 1 titik pusat kegiatan lainnya, sehingga dengan kondisi eksisting dan rencana pembangunan jalan tersebut, jumlah panjang jalan adalah 1000 km.

Secara total, untuk menghubungkan seluruh 20 PK direncanakan membangun panjang jalan sampai dengan 1500 km.

Maka nilai SPM aksesibilitas pada akhir tahun pencapaian adalah: (1000km / 1500km) x 100% = 66%.

d. Sumber Data

- Wilayah Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis.

- Peta dan Data Jaringan Jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum Daerah.

- Rencana pengembangan wilayah dan Rencana pembangunan jalan dari Dinas terkait (Bappeda atau Dinas Pekerjaan Umum Daerah).

e. Rujukan

- Pasal 3, 30, 37, 38, 39, dan 40, UU Nomor 38/2004 tentang Jalan; - Pasal 112 dan 113, PP Nomor 34/2006 tentang Jalan

f. Target

SPM Aksesibilitas adalah 100% pada tahun 2014. Target diberikan untuk pemerintah daerah yang mempunyai rencana

pengembangan infrastruktur jalan. Apabila ada PK yang belum terhubungkan dengan infrastruktur jalan

namun dalam program Pemerintah Daerah sampai dengan 2014 PK tersebut dihubungkan dengan moda transportasi lainnya, maka pencapaian SPM Aksesibilitas dianggap tercapai.

g. Langkah Kegiatan

Peningkatan kondisi jaringan jalan wilayah, dalam hal ini adalah dengan menambah ruas jalan yang menghubungkan PK yang masih belum terhubungkan di wilayah tersebut.

h. SDM

- Dinas Pekerjaan Umum Daerah. - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

· Aspek Mobilitas

a. Pengertian

Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat per individu melakukan perjalanan.

b. Defi nisi Operasional

1) SPM Mobilitas jaringan jalan dievaluasi dari keterhubungan antarpusat kegiatan dalam wilayah yang dilayani oleh jaringan jalan sesuai statusnya dan banyaknya penduduk yang harus dilayani oleh jaringan jalan tersebut;

Page 32: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

20 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

2) Angka mobilitas adalah rasio antara jumlah total panjang jalan yang menghubungkan semua pusat-pusat kegiatan terhadap jumlah total penduduk yang ada dalam wilayah yang harus dilayani jaringan jalan sesuai dengan statusnya, dinyatakan dalam satuan Km/(10.000 jiwa);

3) Pencapaian nilai SPM mobilitas dinyatakan oleh persentase pencapaian mobilitas pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap angka mobilitas yang ditentukan.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus

SPM Mobilitas =Angka Mobilitas yang Ditargetkan pada Akhir Waktu Pencapaian SPM

Angka Mobilitas yang Ditentukan

2) Pembilang

Angka Mobilitas pada akhir waktu pencapaian SPM. 3) Penyebut

Angka Mobilitas yang ditentukan mengikuti Tabel 1. Tabel 1. Angka Mobilitas yang Ditentukan Berdasarkan Kerapatan Penduduk

4) Ukuran/Konstanta

persen 5) Contoh Perhitungan

Kabupaten A diidentifi kasikan memiliki panjang jalan yang menghubungkan semua PK adalah 100 km dengan luas wilayah 100 km

2.

Jumlah penduduk kabupaten A pada hari ini adalah 300.000 jiwa dan diprediksi pada akhir tahun pencapaian SPM sebesar 350.000 jiwa.

Maka kerapatan penduduk adalah jumlah penduduk (jiwa) / luas wilayah (km

2) = 3500 jiwa/km

2 atau masuk ke kategori IV dari Tabel 1. Sehingga harus

memiliki angka mobilitas yang ditentukan adalah 3,00 Km/10.000 jiwa.

Angka mobilitas Kabupaten A pada akhir waktu pencapaian adalah (100 / 350.000) x 10.000 = 2,86 Km/10.000 jiwa.

Jika dibandingkan dengan angka mobilitas yang ditentukan, pencapaian SPM mobilitas adalah 2,86 / 3,00 = 95,3%.

Untuk pencapaian SPM mobilitas 100%, maka dengan prediksi jumlah penduduk akhir tahun pencapaian SPM sebesar 350.000 jiwa, maka untuk angka mobilitas 3,00 diperlukan penambahan panjang jalan kurang lebih 5,00 km atau peningkatan panjang jalan sebesar 105,0 km.

d. Sumber Data

- Wilayah Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis.

- Data Jaringan Jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum Daerah yang bersangkutan.

e. Rujukan

- Pasal 3, 30, 37, 38, 39,dan 40 UU Nomor 38/2004 tentang Jalan - Pasal 112 dan 113 PP Nomor 34/2006 tentang Jalan

f. Target

SPM Mobilitas adalah 100% pada tahun 2014.

Page 33: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

21HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

g. Langkah Kegiatan

Peningkatan kondisi jaringan jalan wilayah, dalam hal ini adalah dengan menambah ruas-ruas jalan yang menghubungkan PK dalam wilayah tersebut.

h. SDM

- Dinas Pekerjaan Umum Daerah - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

· Aspek Keselamatan

a. Pengertian

Tersedianya jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan SELAMAT.

b. Defi nisi Operasional

1) SPM Keselamatan untuk jaringan jalan adalah pemenuhan kondisi fi sik ruasruas jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah yang dilayani oleh jaringan jalan terhadap:

a. Parameter perencanaan teknis jalan sebagaimana termuat di dalam dokumen rencana teknis dari ruas-ruas jalan yang bersangkutan (jika dokumen rencana teknis tidak ada, gunakan Tabel 1).

b. Persyaratan teknis dan administrasi Laik Fungsi Jalan ruas-ruas jalan yang bersangkutan, yang penetapannya diatur dalam Peraturan Menteri nomor 11/PRT/M/2010 tentang Tatacara, Persyaratan, dan Penetapan Laik Fungsi Jalan;

2) Nilai SPM Keselamatan adalah prosentase panjang ruas-ruas jalan yang memenuhi semua kriteria keselamatan terhadap seluruh panjang jalan yang menghubungkan semua PK.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus

SPM Keselamatan =£ Seluruh PK Panjang jalan memenuhi kriteria keselamatan SPM

£ akhir thn pencapaian SPM Panjang jalan penghubung PK

2) Pembilang

Panjang jalan adalah jumlah kumulatif panjang ruas-ruas jalan yang menghubungkan PK yang memenuhi kriteria keselamatan.

Kriteria Keselamatan dapat dilihat pada point 3. b. 1) diatas atau gunakan Tabel 1.

3) Penyebut

Panjang jalan adalah jumlah kumulatif panjang jalan (untuk semua status jalan) yang menghubungkan seluruh pusat–pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten/kota.

4) Ukuran/Konstanta

Persen (%) 5) Contoh Perhitungan

Kabupaten A diidentifi kasi memiliki panjang jalan eksisting yang menghubungkan PK 1000 km. Lakukan evaluasi terhadap masing–masing ruas jalan terhadap kriteria keselamatan dalam Tabel 1 dengan menggunakan masukan dasar LHRT tiap ruas jalan pada tahun akhir pencapaian SPM.

Misal, hasil identifi kasi tersebut menghasilkan 800 km jalan memenuhi kriteria keselamatan.

Kabupaten A memiliki rencana mengembangkan jaringan jalan sampai akhir tahun pencapaian SPM sepanjang 1500 km.

Maka SPM keselamatan adalah (800km / 1500km) x 100% = 53%.

Page 34: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

22 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

d. Sumber Data

- Wilayah Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis.

- Data Jaringan Jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum Daerah.

- Data Lintas Harian Rata–Rata Tahunan (LHRT) dari Dinas Pekerjaan Umum Daerah atau sumber lain.

e. Rujukan

- Pasal 3, 30, 37, 38, 39, dan 40 UU Nomor 38/2004 tentang Jalan; - Pasal 112 dan 113 PP Nomor 34/2006 tentang Jalan.

f. Target

SPM Keselamatan adalah 60% pada tahun 2014. g. Langkah Kegiatan

Peningkatan kondisi ruas-ruas jalan untuk memenuhi kriteria keselamatan. h. SDM

- Dinas Pekerjaan Umum Daerah; - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

II. PELAYANAN RUAS JALAN

Kondisi Jalan

a. Pengertian

Tersedianya jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan SELAMAT

dan NYAMAN.

b. Defi nisi Operasional

1) SPM kondisi jalan adalah kondisi kerataan permukaan perkerasan jalan yang harus dicapai sesuai dengan nilai kerataan perkerasan jalan seperti tercantum dalam Tabel 1.

2) Kriteria kondisi jalan adalah bahwa setiap ruas jalan harus memiliki kerataan permukaan jalan yang memadai bagi kendaraan untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman, dan nyaman.

3) Nilai SPM Kondisi Jalan adalah prosentase panjang jalan yang memenuhi kriteria kondisi jalan terhadap seluruh panjang jalan yang menghubungkan seluruh pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota.

4) Nilai kondisi jalan diukur menggunakan alat ukur kerataan permukaan jalan (roughometer) atau diukur secara visual (Penilaian Kondisi Jalan).

c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus

SPM Kondisi Jalan =£ Seluruh PK Panjang jalan memenuhi kriteria Kondisi Jalan

£ akhir thn pencapaian SPM Panjang jalan penghubung PK

2) Pembilang

Panjang jalan adalah jumlah kumulatif panjang ruas-ruas jalan yang menghubungkan pusat kegiatan yang telah memenuhi kriteria kondisi jalan.

Kriteria Kondisi Jalan dapat dilihat dalam Tabel 1. 3) Penyebut

Panjang jalan adalah jumlah kumulatif panjang ruas-ruas jalan (untuk semua status jalan) yang menghubungkan seluruh pusat – pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten/kota.

Page 35: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

23HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

4) Ukuran/Konstanta

Persen (%) 5) Contoh Perhitungan

Kabupaten A diidentifi kasi menghubungkan PK yang ada dengan panjang jalan 1000 km. Lakukan penilaian kondisi jalan pada masing–masing ruasnya menggunakan alat pengukur kerataan jalan atau cara penilaian visual kondisi jalan. Evaluasi hasil penilaian terhadap kriteria kondisi jalan dalam Tabel 1 dengan memasukkan nilai LHRT tiap ruas untuk tahun akhir pencapaian SPM.

Misal, hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa ada 800 km ruas-ruas jalan memenuhi kriteria kondisi jalan;

Maka, untuk Kabupaten A dengan panjang jalan yang menghubungkan semua PK sebesar 1500 km pada akhir tahun pencapaian, nilai SPM kondisi jalan adalah:

(800km / 1500km) x 100% = 53%. d. Sumber Data

- Wilayah Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis.

- Data Jaringan Jalan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum Daerah.

- Data Lintas Harian Rata–Rata Tahunan (LHRT) dari Dinas Pekerjaan Umum atau sumber lainnya.

- Data Kondisi Jalan dari Dinas Pekerjaan Umum Daerah. e. Rujukan

- Pasal 3, 30, 37, 38, 39, 40 UU Nomor 38/2004 tentang Jalan - Pasal 112 dan 113 PP Nomor 34/2006 tentang Jalan - -SNI – 3426 – 1994 Tata Cara Survei Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan

dengan Alat Ukur NAASRA - Pd T-21-2004-B Tata Cara Pelaksanaan Survei Kondisi Jalan Beraspal - Pd T-19-2004-B Survei Pencacahan Lalu Lintas secara manual

f. Target

SPM Kondisi Jalan adalah 60% pada tahun 2014. g. Langkah Kegiatan

Peningkatan kondisi ruas jalan, dalam hal ini adalah dengan melakukan pemeliharaan rutin atau berkala terhadap ruas jalan yang dalam kondisi mantap, dan untuk jalan yang sudah dalam kondisi tidak mantap dibutuhkan penanganan lebih lanjut yakni dengan rehabilitasi atau dengan overlay.

h. SDM

- Dinas Pekerjaan Umum Daerah; - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Kecepatan

a. Pengertian

Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan KECEPATAN rencana.

Page 36: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

24 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

b. Defi nisi Operasional

1) Kriteria Kecepatan adalah bahwa setiap ruas jalan telah terbangun sesuai dengan kecepatan rencananya.

2) Nilai SPM Kecepatan adalah prosentase panjang jalan yang memenuhi kriteria kecepatan terhadap seluruh panjang jalan yang menghubungakan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota.

3) Nilai kecepatan diukur oleh kecepatan bebas ruas jalan tersebut. c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus

SPM Kondisi kecepatan =£ Seluruh PK Panjang jalan memenuhi kriteria kecepatan

£ akhir thn pencapaian SPM Panjang jalan penghubung PK

2) Pembilang

Panjang jalan adalah jumlah kumulatif panjang ruas-ruas jalan yang menghubungkan pusat kegiatan yang telah memenuhi kriteria kecepatan.

Kriteria Kecepatan dapat dilihat dalam Tabel 1. 3) Penyebut

Panjang jalan adalah jumlah kumulatif panjang jalan (untuk semua status jalan) yang menghubungkan seluruh pusat–pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten/kota.

4) Ukuran/Konstanta

Persen (%) 5) Contoh Perhitungan

Kabupaten A diidentifi kasi memiliki jalan yang menghubungkan PK yang ada sepanjang 1000 km. Pada masing–masing ruas jalan, dilakukan evaluasi terhadap kriteria kecepatan, dengan mengukur kecepatan bebas. Hasil pengukuran dibandingkan terhadap kecepatan rencana sesuai Tabel I. Kecepatan rencana yang digunakan adalah yang sesuai dengan LHRT ruas jalan yang bersangkutan untuk tahun akhir pencapaian SPM.

Misal, hasil evaluasi tersebut menghasilkan bahwa 800 km jalan telah memenuhi kriteria kecepatan. Pada akhir tahun pencapaian SPM, Kabupaten A berencana membangun jalan sampai dengan panjang jalan 1500 km untuk menghubungkan seluruh PK yang ada.

Maka SPM Kecepatan adalah (800 / 1500) x 100% = 53%. d. Sumber Data

- Data IIRMS atau URMS untuk wilayah yang bersangkutan - Survei primer kecepatan bebas.

e. Rujukan

- Pasal 3, 30, 37, 38, 39,40 UU Nomor 38/2004 tentang Jalan - Pasal 112 dan 113 PP Nomor 34/2006 tentang Jalan - Manual Kapasitas Jalan Indonesia (DitJen Bina Marga, 1997) - Panduan Survai dan dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas No.

001/T/BNKT/1990 f. Target

SPM Kecepatan adalah 60% pada tahun 2014. g. Langkah Kegiatan

Untuk mengembalikan kecepatan aliran kendaraan untuk suatu ruas jalan tertentu, dilakukan normalisasi geometri jalan sesuai dengan LHRT yang harus

Page 37: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

25HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

dilayani jalan. Disamping itu, mengurangi hambatan samping di sisi kiri/kanan jalan dapat meningkatkan kecepatan.

h. SDM

- Dinas Pekerjaan Umum Daerah; - Dinas Lalu-lintas dan Angkutan Darat Daerah;

Tabel 2. Kriteria SPM RUAS JALAN

Ke

sela

ma

tan

se

tia

p r

ua

s ja

lan

PERENCANAAN TEKNIS JALAN minimal

LHRT [SMP/Hari]1) ≤2.000 2.000 –19.500

19.500-27.100

27.100-72.900

72.900-109.400

109.400-145.900

Kelas Penyediaan Prasarana Jalan Kecil Jalan

Sedang Jalan Raya

Lebar Jalur Lalu-lintasminimum, m 2,50 5,50 7,00 2x7,00 2x10,50 2x14,00

Lebar bahu minimum, m 0,50 1,00 1,50 2,00+0,502) 2,00+0,502) 2,00+0,502)

Kelandaian maksimum3), % 12 12 10 10 10 10

Tipe Perkerasan Jalanminimal Kerikil/Tanah Beraspal / Beton Semen

Bangunan Pelengkap jalan (Jembatan, Gorong-gorong, dll)

Baik dan berfungsi

Perlengkapan jalan Rambu, Marka, APILL, Patok-patok, dan perlengkapan jalan lainnya, ter-bangun lengkap sesuai kebutuhan manajemen lalulintas

Pelestarian Lingkungan Sesuai dokumen lingkungan

Fasilitas pejalan kaki Tersedia dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan

PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN

Pemenuhan persyaratan Laik Fungsi Jalan

Harus memenuhi persyaratan Laik Fungsi Jalan dengan katagori minimal Laik Bersyarat

Ko

nd

isi

ke

rata

an

pe

rmu

ka

an

ja

lan

IRI4) jalan Kabupaten maksimum, m/Km 8,0 7,0 5,5 4,0 4,0 4,0

RCI5) jalan Kabupaten Sedang Sedang Baik

IRI Jalan Arteri Kota, maksimum, m/Km 8,0 7,0 5,5 4,0 4,0 4,0

RCI Jalan Kolektor, Lokal & Lingkungan Kota Sedang Sedang Baik

Ke

cep

ata

n

Re

nc

an

a l

alu

lin

tas

Kondisi medanpada sistimjaringan jalanprimer

Datar 10 20 60 60

Bukit 10 15 30 40

Gunung 10 25 25

Kondisi medanpada sistimjaringan jalansekunder

Datar 10 20 40 40

Bukit 10 15 30 30

Gunung 10 25 25

Catatan: 1)

LHRT yang diprediksi pada target tahun SPM akan dicapai. 2) 2,00+0,50 = 2,00m lebar bahu luar dan 0,50m lebar bahu dalam. 3)

Untuk kelandaian >12%, harus diberi rambu peringatan dan rambu pembatasan muatan bagi kendaraan komersil.

4) IRI – International Roughness Index.

5) RCI - Road Condition Index.

Page 38: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

26 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI OPERASIONAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG CIPTA KARYA AIR MINUM

AKSES AIR MINUM YANG AMAN

Sistem Penyediaan Air Minum dengan Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan

Perpipaan

a. Pengertian

1) Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

2) Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

3) Sistem penyediaan air minum dengan jaringan perpipaan yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fi sik (teknik) dan non fi sik dari prasarana dan sarana air minum yang unit distribusinya melalui perpipaan dan unit pelayanannya menggunakan sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran umum, dan hidran kebakaran.

4) Sistem penyediaan air minum bukan jaringan perpipaan yang selanjutnya disebut SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fi sik (teknik) dan non fi sik dari prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun komunal khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan tidak termasuk dalam SPAM.

5) SPAM BJP terlindungi adalah SPAM BJP yang dibangun dengan mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku dan melalui ataupun tanpa proses pengolahan serta memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai persyaratan kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

6) SPAM BJP tidak terlindungi adalah SPAM BJP yang dibangun tanpa mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku dan belum memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai persyaratan kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

7) Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fi sik (teknik) dan non-fi sik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

8) Skala individu adalah lingkup rumah tangga. 9) Skala komunal adalah lingkup penyediaan air minum yang menggunakan

SPAM BJP, dan unit distribusinya dapat menggunakan perpipaan terbatas dan sederhana (bukan berupa jaringan perpipaan yang memiliki jaringan distribusi utama, pipa distribusi pembawa, dan jaringan distribusi pembagi).

10) Skala komunal khusus adalah lingkup penyediaan air minum di rumah susun bertingkat, apartemen, hotel, dan perkantoran bertingkat, yang dapat meliputi perpipaan dari sumber air atau instalasi pengolahan air tersendiri dan tidak tersambung dengan SPAM ke masing-masing bangunan bertingkat tersebut, serta tidak termasuk jaringan perpipaan (plambing) di dalam bangunan tersebut.

Page 39: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

27HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

b. Defi nisi Operasional

1) Kriteria air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari adalah bahwa sebuah kabupaten/kota telah memiliki SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi (sesuai dengan standar teknis berlaku) dengan penyelenggara baik BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta, Koperasi, maupun kelompok masyarakat, dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari dan diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanannya.

2) Kebutuhan pokok minimal merupakan kebutuhan untuk mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif, dengan penggunaan air hanya untuk minum – masak, cuci pakaian, mandi (termasuk sanitasi), bersih rumah, dan ibadah.

3) Nilai SPM cakupan akses terhadap air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi adalah peningkatan jumlah unit pelayanan baik melalui Sambungan Rumah, Hidran Umum, maupun Terminal Air yang dinyatakan dalam persentase peningkatan jumlah masyarakat yang mendapatkan pelayanan SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah total masyarakat di seluruh kabupaten/kota.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus:

SPM air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi adalah persentase peningkatan jumlah masyarakat yang yang mendapatkan akses terhadap air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi pada akhir pencapaian SPM terhadap total masyarakat di seluruh kabupaten/kota. Atau, dirumuskan sbb.:

SPM cakupan pelayanan =£ SPM cakupan pelayanan Masyarakat terlayani

£ akhir thn pencapaian SPM Proyeksi total masyarakat

2) Pembilang:

Masyarakat terlayani pada akhir tahun pencapaian SPM adalah jumlah kumulatif masyarakat yang mendapatkan akses terhadap air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi di dalam sebuah kabupaten/kota pada akhir pencapaian SPM.

3) Penyebut

Proyeksi total masyarakat pada akhir tahun pencapaian SPM adalah jumlah total proyeksi masyarakat di seluruh kabupaten/kota tersebut pada akhir tahun pencapaian SPM.

4) Ukuran/Konstanta

Persen (%). 5) Contoh Perhitungan

Kabupaten A merencanakan pada tahun akhir pencapaian SPM, jumlah masyarakat yang memiliki akses terhadap air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi sebanyak 84.483 jiwa. Secara total proyeksi jumlah penduduk Kabupaten A pada akhir tahun pencapaian SPM sebanyak 120.690 jiwa.

Page 40: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

28 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

Maka nilai SPM peningkatan cakupan akses terhadap air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi pada akhir tahun pencapaian SPM adalah:

84.483 jiwax100% = 70%

120.690 jiwa

d. Sumber Data

- Wilayah dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis. Defi nisi akses aman terhadap air minum berdasarkan data BPS biasanya terdiri dari: · air leding meteran, · sumur pompa/bor dengan jarak > 10 m dari sumber pencemar, · sumur terlindungi dengan jarak > 10 m dari sumber pencemar, · mata air terlindungi dengan jarak > 10 m dari sumber pencemar, dan · air hujan

- Rencana pengembangan wilayah dari Dinas terkait (Bappeda atau Dinas Pekerjaan Umum Daerah)

- Penyelenggara SPAM dengan jaringan perpipaan (BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta, Koperasi dan/atau Kelompok Masyarakat)

e. Rujukan

- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air - Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/M/PRT/2007 tentang

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/M/PRT/2009 tentang

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/M/PRT/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

f. Target

Target pencapaian SPM air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari pada tahun 2014 dibagi berdasarkan cluster pelayanan air minum saat ini (sumber data Susenas BPS 2009), sebagai berikut:

Tabel 1 Target pencapaian SPM air minum

Cluster Pelayanan Indikator Nilai SPM

Tahun Penca-paian

Sangat Buruk

Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari

40%

2014

Buruk 50%

Sedang 70%

Baik 80%

Sangat Baik 100%

Cluster pelayanan air minum per kabupaten/kota sebagaimana tercantum dalam

Tabel 1 di atas dijabarkan sebagai berikut:

Page 41: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

29HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Tabel 2 Cluster pelayanan air minum untuk satu wilayah administrasi kabupaten/

kota

No Cluster Pelayanan Persentase Akses Aman Terhadap AirMinum*

1. Sangat Buruk < 30%2. Buruk 30% - < 40%3. Sedang 40% - < 60%4. Baik 60% - < 70%5. Sangat Baik > 70%

* Akses aman terhadap air minum meliputi Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi

g. Langkah Kegiatan

- Menyusun strategi pengembangan SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi

- Sosialisasi terkait pencapaian target SPM - Pembagian tanggungjawab dalam rangka mencapai target SPM

h. SDM

- Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum Daerah - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Page 42: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

30 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI OPERASIONAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG CIPTA KARYA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

I. AIR LIMBAH PERMUKIMAN

1. Tersedianya Sistem Air Limbah Setempat yang Memadai

a. Pengertian

· Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

· Sistem pembuangan air limbah setempat adalah sistem permbuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tanki septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana pengangkutan, dan pengolahan akhir lumpur tinja.

· Unit pengolahan setempat lainnya yang dimaksud di atas adalah unit atau paket lengkap pengolahan air limbah yang dikembangkan dan dipasarkan, baik oleh lembaga-lembaga penelitian maupun oleh produsen-produsen tertentu untuk digunakan oleh perumahan, gedung-gedung perkantoran, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan gedung-gedung komersial setelah dinyatakan layak secara teknis oleh lembaga yang berwenang

· Tangki septik adalah bak kedap air untuk mengolah air limbah, berbentuk empat persegi panjang atau bundar yang dilengkapi tutup, penyekat, pipa masuk/keluar dan ventilasi. Fungsinya untuk merubah sifat-sifat air limbah, agar curahan ke luar dapat dibuang ke tanah melalui resapan tanpa mengganggu lingkungan.

· Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja adalah Instalasi pengolahan air limbah yang didesain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan).

· Baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan.

b. Defi nisi Operasional

1) Kriteria tingkat pelayanan adalah bahwa sebuah kabupaten/kota dengan jumlah masyarakat minimal 50.000 jiwa yang telah memiliki tangki septik (sesuai dengan standar teknis berlaku) diharapkan memiliki sebuah IPLT yang memiliki kualitas efl uen air limbah domestik tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan.

2) Nilai SPM tingkat pelayanan adalah jumlah masyarakat yang dilayani dinyatakan dalam prosentase jumlah masyarakat yang memiliki tangki septik pada tahun akhir SPM terhadap jumlah total masyarakat yang memiliki tangki septik di seluruh kabupaten/kota.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus:

SPM tingkat pelayanan adalah persentase jumlah masyarakat yang memiliki tangki septik pada pada akhir pencapaian SPM terhadap jumlah total masyarakat yang memiliki tangki septik di seluruh kabupaten/kota. Atau, dirumuskan sbb.:

Page 43: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

31HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

SPM tingkat pelayanan =£ akhir thn pencapaian SPM Tangki septik yang dilayani

£ seluruhkab / kota Total tangki septik

2) Pembilang:

Tangki septik yang dilayani adalah jumlah kumulatif tangki septik yang dilayani oleh IPLT di dalam sebuah kabupaten/kota pada akhir tahun pencapaian SPM.

3) Penyebut

Total tangki septik adalah jumlah kumulatif tangki septik yang dimiliki oleh masyarakat di seluruh kabupaten/kota

4) Ukuran/Konstanta

Persen (%). 5) Contoh Perhitungan

Pada kondisi eksisting tahun X di Kabupaten A, diidentifi kasi jumlah masyarakat yang memiliki tangki septik sebanyak 75.000 jiwa. Direncanakan pada tahun akhir pencapaian SPM, (tahun 2014) jumlah masyarakat yang memiliki tangki septik dan terlayani oleh IPLT sebanyak 250.000 jiwa. Secara total jumlah penduduk yang memiliki tangki septik di tahun 2014 adalah sebanyak 400.000 jiwa.

Dengan asumsi 1 KK setara dengan 5 jiwa, maka jumlah tangki septik yang terlayani adalah:

(250.000 jiwa/5 KK/tangki septik) = 50.000 buah tangki septik

Jumlah total tangki septik adalah (400.000 jiwa/5 KK/tangki septik) = 80.000 buah tangki septik Maka nilai SPM tingkat pelayanan pada akhir tahun pencapaian SPM

adalah: (50.0 80.000) x 100% = 62,5%.

d. Sumber Data

- Wilayah dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis

- Rencana pengembangan wilayah dari Dinas terkait (Bappeda atau Dinas Pekerjaan Umum Daerah)

e. Rujukan

- SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan

- Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Atau Perubahannya

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman.

f. Target

SPM tingkat pelayanan adalah 60% pada tahun 2014 g. Langkah Kegiatan

- Sosialisasi penggunaan tangki septik yang benar kepada masyarakat, sesuai dengan standar teknis yang berlaku

- Sosialisasi pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang benar kepada seluruh stakeholder, sesuai dengan standar teknis yang berlaku

Page 44: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

32 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

h. SDM

SDM pada Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2. Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota

a. Pengertian

- Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

- Baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan.

- Sewerage Skala Komunitas adalah upaya pembuangan air limbah dari rumahrumah langsung dimasukkan ke jaringan pipa yang dipasang di luar pekarangan yang dialirkan kesatu tempat (pengolahan) untuk diolah sampai air limbah tersebut layak dibuang ke perairan terbuka dan diutamakan untuk kawasan permukiman kumuh dengan maksimum pelayanan 200 KK.

- Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) adalah rangkaian unit-unit pengolahan pendahuluan, pengolahan utama, pengolahan kedua dan pengolahan tersier bila diperlukan, beserta bangunan pelengkap lainnya, yang dimaksudkan untuk mengolah air limbah agar bisa mencapai standar kualitas baku mutu air limbah yang ditetapkan.

b. Defi nisi Operasional

1) Kriteria ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah bahwa pada kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha diharapkan memiliki sebuah sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala komunitas/kawasan/kota dengan kualitas efl uen instalasi pengolahan air limbah tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan.

2) Nilai SPM ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah nilai tingkat pelayanan sistem jaringan dan pengolahan air limbah dinyatakan dalam prosentase jumlah masyarakat yang terlayani sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala komunitas/kawasan/kota pada tahun akhir SPM terhadap jumlah total penduduk di seluruh kabupaten/kota tersebut.

c. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus:

SPM ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah persentase jumlah masyarakat yang terlayani sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala komunitas/kawasan/kota pada tahun akhir SPM terhadap jumlah total penduduk di seluruh kabupaten/kota tersebut. Atau, dirumuskan sbb.:

SPM ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah =£ akhir thn pencapaian SPM Penduduk yang terlayani

£ seluruhkab / kota Penduduk

2) Pembilang:

Penduduk yang terlayani adalah jumlah kumulatif masyarakat yang memiliki akses/terlayani sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala komunitas/kawasan/kota di dalam sebuah kabupaten/kota pada akhir

Page 45: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

33HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

pencapaian SPM. 3) Penyebut

Penduduk adalah jumlah kumulatif masyarakat di seluruh kabupaten/kota.

4) Ukuran/Konstanta

Persen (%). 5) Contoh Perhitungan

Pada kondisi eksisting di Kabupaten A tahun X, diidentifi kasi jumlah masyarakat yang memiliki akses terhadap sistem jaringan dan pengolahan air limbah skala kawasan sebanyak 20.000 jiwa. Direncanakan pada tahun akhir pencapaian SPM (tahun 2014), jumlah masyarakat yang memiliki akses sebanyak 75.000 jiwa, Secara total, jumlah penduduk di kabupaten tersebut di tahun 2014 sebanyak 500.000 jiwa.

Maka nilai SPM ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah pada akhir tahun pencapaian adalah:

(75.000 jiwa / 500.000 jiwa) x 100% = 15%. d. Sumber Data

- Wilayah dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis

- Rencana pengembangan wilayah dari Dinas terkait (Bappeda atau Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum)

e. Rujukan

- Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Atau Perubahannya

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman.

f. Target

SPM ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah 5% pada tahun 2014.

g. Langkah Kegiatan

Sosialisasi penyambungan Sambungan Rumah ke sistem jaringan air limbah. h. SDM

SDM pada Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

II. PENGELOLAAN SAMPAH

1. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan

a. Pengertian

Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.

b. Defi nisi Operasional

Setiap sampah dikumpulkan dari sumber ke tempat pengolahan sampah perkotaan, yang selanjutnya dipilah sesuai jenisnya, digunakan kembali, didaur ulang, dan diolah secara optimal, sehingga pada akhirnya hanya residu yang dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir.

Page 46: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

34 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

SPM fasilitas pengurangan sampah di perkotaan adalah volume sampah di perkotaan yang melalui guna ulang, daur ulang, pengolahan di tempat pengolahan sampah sebelum akhirnya masuk ke TPA terhadap volume seluruh sampah kota, dinyatakan dalam bentuk prosentase.

c. Cara Perhitungan

Timbulan sampah ´ populasi = volume sampah ke tempat pengolahan sampah Keterangan: Timbulan sampah (l/orang/hari) dikalikan jumlah populasi yang dilayani oleh

tempat pengolahan sampah di perkotaan tersebut merupakan jumlah sampah per hari yang harus dipilah, digunakan kembali, didaur ulang dan diolah oleh tempat pengolahan sampah skala kawasan.

SPM asilitas pengurangan

sampah di perkotaan =

£ akhir thn pencapaian SPM Vol. sampah yang direduksi di TPST

£ seluruh kota Vol.sampah yang harusnya direduksi di TPST

Contoh Perhitungan: Pada kondisi eksisting, kota A belum memiliki tempat pengolahan sampah di perkotaan. Direncanakan pada akhir tahun pencapaian akan dibangun fasilitas pengurangan sampah di perkotaan yang mampu mengolah total volume sampah sebesar 30,000 ton. Total volume sampah kota sampai akhir tahun pencapaian adalah 250,000 ton. Maka nilai SPM pada akhir tahun pencapaian adalah: (30,000 ton/250,000 ton) x 100% = 12 %

d. Sumber Data

- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota - Data Timbulan sampah dan komposisi sampah yang dikeluarkan oleh Dinas

yang membidangi Pengelolaan Persampahan e. Rujukan

- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2006 Tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan

f. Target

SPM Timbulan sampah yang berkurang ke TPA adalah 20% untuk 2014 g. Langkah kegiatan

- Sosialisasi mengenai pengelolaan sampah terpadu - Mengidentifi kasi lokasi fasilitas pengurang sampah di perkotaan sesuai

dengan RTRW Kabupaten/Kota. - Menyiapkan rencana kelembagaan, teknis, operasional dan fi nansial untuk

fasilitas pengurangan sampah di perkotaan. - Membangun fasilitas pengurangan sampah di perkotaan untuk mengurangi

jumlah sampah yang masuk ke TPA. h. SDM

SDM Dinas yang membidangi pengelolaan sampah dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan

a. Pengertian

- Penanganan sampah terdiri dari kegiatan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah

- Pemilahan sampah adalah pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah

Page 47: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

35HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

- Pengumpulan sampah adalah pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu

- Pengangkutan sampah adalah membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

- Pengolahan sampah adalah bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

- Pemrosesan akhir sampah adalah proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan

b. Defi nisi Operasional

Pelayanan minimal persampahan dilakukan melalui pemilahan, pengumpulan, pengangkutan sampah rumah tangga ke TPA secara berkala minimal 2 (dua) kali seminggu, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

Penyediaan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ramah lingkungan

adalah jumlah TPA yang memenuhi kriteria dan dioperasikan secara layak (controlled landfi ll/sanitary landfi ll)/ramah lingkungan terhadap jumlah TPA yang ada di perkotaan, dinyatakan dalam bentuk prosentase.

Dalam rangka perlindungan lingkungan dan makhluk hidup, TPA harus: 1. Dilengkapi dengan zona penyangga 2. Menggunakan metode lahan urug terkendali (controlled landfi ll) untuk

kota sedang dan kecil 3. Menggunakan metode lahan urug saniter (sanitary landfi ll) untuk kota

besar dan metropolitan 4. Tidak berlokasi di zona holocene fault 5. Tidak boleh di zona bahaya geologi 6. Tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dan 3 meter (bila tidak

memenuhi maka harus diadakan masukan teknologi) 7. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dan 10

-6cm/det (bila tidak

memenuhi maka harus diadakan masukan teknologi) 8. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dan 100 meter di hilir

aliran (bila tidak memenuhi maka harus diadakan masukan teknologi) 9. Kemiringan zona harus kurang dan 20 % 10. Jarak dan lapangan terbang harus lebih besar dan 3.000 meter untuk

penerbangan turbo jet dan harus Iebih besar dan 1.500 meter untuk jenis lain

11. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun

12. Memantau kualitas hasil pengolahan leachate yang dibuang ke sumber air baku dan/atau tempat terbuka, dilakukan secara berkala oleh instansi yang berwenang

SPM pelayanan sampah adalah jumlah penduduk yang terlayani dalam sistem penanganan sampah terhadap total jumlah penduduk di Kabupaten/Kota tersebut, dinyatakan dalam bentuk prosentase.

c. Cara Perhitungan

(Timbulan sampah / kapita / hari) ´ populasi = volume sampah / hari Timbulan sampah (l/orang/hari) dikalikan dengan jumlah populasi dalam

cakupan pelayanan adalah jumlah volume sampah.

Page 48: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

36 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

Volume sampah = jumlah truk yang dibutuhkan

£ ((k1xr1) + (k2xr2) + .........) ´ ritasi / hari

K1 = jumlah truk sampah R1 = volume truk sampah Jumlah volume sampah (m3

) yang harus diangkut dibagi dengan kapasitas

truk (m3) dan jumlah ritasi adalah jumlah truk yang dibutuhkan.

pengangkutan sampah =£ akhir thn pencapaian SPM Vol.sampah terangkut

£ seluruh kota Vol.sampah

(Timbulan´ populasi) - vol.sampah di daurulang, gunaulang, proses= vol. sampahkeTPA

Keterangan: Timbulan sampah (m3/orang/hari) dikalikan dengan jumlah populasi dalam

cakupan pelayanan dikurangi dengan jumlah sampah yang didaur ulang, diguna ulang dan diproses adalah jumlah volume sampah yang masuk ke TPA.

volumesampahkeTPA = luas TPA

ketinggian sampah yang direncanakan

Luas lahan TPA = (1 + 0,3) luas TPA Keterangan: Volume sampah yang masuk ke dalam TPA dibagi dengan rencana ketinggian

tumpukan sampah dan tanah penutup adalah luas TPA yang dibutuhkan.

Tingkat pelayanan sampah Jumlah volume sampah (m3) yang harus diangkut

dibagi dengan kapasitas truk (m3) dan jumlah ritasi adalah jumlah truk yang

dibutuhkan.

SPM pelayanan sampah =£ akhir thn pencapaian SPM Vol.sampah terangkut

£ seluruh kota Vol.sampah

Contoh Perhitungan: Pada kondisi eksisting, kota A telah melakukan pengangkutan di beberapa

wilayah kota. Direncanakan pada akhir tahun pencapaian, dengan kendaraan yang ada akan mengangkut total volume sampah sebesar 100,000 ton. Total volume sampah kota sampai akhir tahun pencapaian adalah 250,000 ton. Maka nilai SPM pada akhir tahun pencapaian adalah: (100,000 ton/250,000 ton) x 100% = 40 %

Pada kondisi eksisting, kota A (kota kecil) memiliki 1 TPA yang masih dioperasikan

dengan Open Dumping. Pada akhir tahun perencanaan direncanakan TPA tersebut sudah dioperasikan dengan Controlled Landfi ll, tidak ada rencana pembangunan lokasi baru, maka nilai SPM pada akhir tahun pencapaian adalah 100%.

d. Sumber Data

- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. - Data Timbulan sampah dan komposisi sampah dikeluarkan oleh Dinas yang

membidangi Pengelolaan Sampah.

Page 49: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

37HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

e. Rujukan

- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah - Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2006 Tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan

- SNI 03 - 3241 – 1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah f. Target

SPM Pengangkutan Sampah 70% untuk 2014 g. Langkah kegiatan

- Sosialisasi mengenai pengelolaan sampah terpadu - Menentukan cakupan layanan pengangkutan - Menghitung jumlah kendaraan yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah

sampah dari sumber - Melakukan pengangkutan sampah minimal 2 kali seminggu - Melakukan pengangkutan dengan aman, sampah tidak boleh berceceran

ke jalan saat pengangkutan (gunakan jaring, jangan mengangkut sampah melebihi kapasitas kendaraan)

- Melakukan pembersihan dan perawatan berkala untuk kendaraan untuk mencegah karat yang diakibatkan leachate dari sampah yang menempel di kendaraan

- Sosialisasi mengenai pengelolaan sampah terpadu - Menghitung timbulan sampah yang akan dibuang ke TPA. - Merencanakan luas kebutuhan lahan TPA berdasarkan jumlah sampah yang

masuk ke TPA - Merencanakan sarana / prasarana TPA yang dibutuhkan berdasarkan

kelayakan teknis, ekonomis dan lingkungan, meliputi : · Fasilitas umum (jalan masuk, pos jaga, saluran drainase, pagar, listrik, alat

komunikasi) · Fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan dasar kedap air, pengumpul

lindi, pengolahan lindi, ventilasi gas dan sumur uji) · Fasilitas penunjang (air bersih, jembatan timbang dan bengkel). · Fasilitas operasional (buldozer, escavator, wheel/track loader, dump truck,

pengangkut tanah). - Memperkirakan timbulan leachate - Memperkirakan timbulan gas methan - Merencanakan tahapan konstruksi TPA - Merencanakan pengoperasian TPA sampah :

· Rencana pembuatan sel harian · Rencana penyediaan tahap penutup · Rencana operasi penimbunan/pemadatan sampah · Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai peraturan

yang berlaku - Merencanakan kegiatan operasi / pemeliharaan dan pemanfaatan bekas

lahan TPA h. SDM

SDM Dinas yang membidangi Pengelolaan Persampahan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Page 50: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

38 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

III. DRAINASE

1. Tersedianya Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan dan Skala Kota

a. Pengertian

Adalah sistem jaringan saluran-saluran air yang digunakan untuk pematusan air hujan, yang berfungsi menghindarkan genangan (inundation) yang berada dalam suatu kawasan atau dalam batas administratif kota.

b. Defi nisi Operasional

Tersedianya sistem jaringan drainase adalah ukuran pencapaian kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan penyediaan sistem drainase diwilayahnya, baik bersifat struktural yaitu pencapaian pembangunan fi sik yang mengikuti pengembangan perkotaannya, maupun bersifat non-struktural yaitu terselenggaranya pengelolaan dan pelayanan drainase oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang berupa fungsionalisasi institusi pengelola drainase dan penyediaan peraturan yang mendukung penyediaan dan pengelolaannya.

c. Cara Perhitungan SPM sistem jaringan drainase skala kawasan dan kota adalah persentase dari pelayanan sistem drainase yang bersifat struktural dan non-struktural.

SPM=Jumlah infrastruktur drainase yang dikelola (A)

x 100 %Jumlah infrastruktur drainase yang harus dibangun (B)

A = Jumlah panjang saluran dan jumlah pompa dll, yang telah dibangun dan mampu dikelola O/P nya oleh Kota/Kabupaten;

B = Jumlah panjang saluran dan jumlah pompa serta infrastruktur drainase lain yang telah direncanakan untuk dibangun didalam Rencana Induk Sistem Drainase yang tercantum dalam perencanaan Kota/Kabupaten.

d. Sumber Data

- Rencana Induk Sistem Drainase Kota/Kabupaten, Master Plan Kota/Kabupaten;

- Peta Jaringan Drainase Perkotaan yang dikeluarkan Bappeko/Bappekab atau Dinas Pekerjaan Umum Kota/Kabupaten;

- Data Kondisi Saluran dalam Laporan Monitoring Operasi dan Pemeliharaan Saluran Drainase pada Dinas Pekerjaan Umum Kota/Kabupaten.

e. Rujukan

- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pasal 51, Pasal 57 dan Pasal 58;

- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 Tentang Pedoman Umum Mengenai Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Drainase Kota.

f. Target

SPM sistem jaringan drainase skala kawasan dan kota ditargetkan sebesar 50% pada tahun 2014. Pencapaian 100% diharapkan bertahap mengingat saat ini banyak Pemerintah Kota/Kabupaten yang belum mempunyai Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan maupun penerapan O/P secara konsisten.

g. Langkah Kegiatan

Perlunya memperkuat kegiatan non-struktural yang berupa Pembinaan Teknis pembuatan Rencana Induk Sistem Drainase maupun memperkuat institusi pengelola drainase di daerah dalam melaksanakan O/P.

h. SDM

Page 51: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

39HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

- SDM Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

2. Tidak Terjadinya Genangan > 2 Kali/Tahun

a. Pengertian

Yang disebut genangan (inundation) adalah terendamnya suatu kawasan permukiman lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam. Terjadinya genangan ini tidak boleh lebih dari 2 kali pertahun.

b. Defi nisi Operasional

Genangan (inundation) yang dimaksud adalah air hujan yang terperangkap di daerah rendah/cekungan di suatu kawasan, yang tidak bisa mengalir ke badan air terdekat. Jadi bukan banjir yang merupakan limpasan air yang berasal dari daerah hulu sungai di luar kawasan/kota yang membanjiri permukiman di daerah hilir.

c. Cara Perhitungan

SPM ini adalah persentase luasan yang tergenang di suatu Kota/Kabupaten pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap luasan daerah rawan genangan atau berpotensi tergenang di Kota/Kabupaten dimaksud.

SPM=Luasan daerah bebas genangan (A)

x 100 %Luas daerah rawan genangan (B)

A = luasan daerah yang sebelumnya tergenang dan kemudian terbebas dari genangan (terendam < 30cm dan < 2 jam dan maksimal terjadi 2 kali setahun);

B = luasan daerah yang rawan genangan dan berpotensi tergenang (sering kali terendam > 30 cm dan tergenang > 2 jam dan terjadi > 2 kali/tahun).

d. Sumber Data

- Rencana Induk Sistem Drainase Kabupaten/Kota, Master Plan Drainase Kabupaten/Kota;

- Peta Jaringan Drainase Perkotaan yang dikeluarkan oleh Kabupaten/Kota; - Data Kondisi Saluran dalam Laporan Monitoring Operasi dan Pemeliharaan

Saluran Drainase pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten/Kota. e. Rujukan

- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. - Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 Tentang

Pedoman Umum Mengenai Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Drainase Kota.

f. Target

SPM ditargetkan sebesar 50% pada tahun 2014. Pencapaian 100% dilakukan secara bertahap, mengingat Kabupaten/Kota yang mempunyai wilayah yang sering tergenang akan memerlukan kolam retensi (polder). Tidak semua daerah akan mampu membangunnya, sehingga memerlukan upaya dan waktu agar Pemerintah dan Pemerintah Provinsi memberikan dana stimulan.

g. Langkah Kegiatan

Memperkuat pengelola drainase dalam melaksanakan Perencanaan dan O/P melalui kegiatan Pembinaan Teknis

h. SDM

- SDM pada Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Page 52: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

40 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI OPERASIONAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG CIPTA KARYA PENANGANAN

PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

I. PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Berkurangnya Luasan Permukiman Kumuh di Kawasan Perkotaan

a. Pengertian

- Permukiman adalah lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian secara menyeluruh dan terpadu, yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

- Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan, kepadatan, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

- Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

- Luasan permukiman kumuh sebagai acuan pencapaian target SPM, ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan kondisi yang disesuaikan dengan tahun diterbitkannya Peraturan Menteri PU tentang SPM bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dengan mengacu pada standar teknis yang berlaku. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang sebelumnya telah menetapkan luasan permukiman kumuh, diharapkan untuk dapat segera memperbarui data tersebut.

b. Defi nisi Operasional

Berkurangnya luasan permukiman kumuh, yang telah ditetapkan pada tahun diterbitkannya Peraturan Menteri PU tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, melalui peningkatan kualitas permukiman pada permukiman yang tidak layak huni dan/atau permukiman yang sudah layak, dalam rangka meningkatkan fungsi dan daya dukung kawasan dalam bentuk perbaikan, pemugaran, peremajaan, pemukiman kembali serta pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan.

c. Cara Perhitungan Nilai Indikator

1) Rumus SPM penanganan permukiman kumuh perkotaan adalah persentase dari

luasan permukiman kumuh yang tertangani di Kota A hingga akhir tahun pencapaian SPM terhadap total luasan permukiman kumuh yang telah ditetapkan oleh Walikota/Bupati di kota A.

SPM tingkat pelayanan =£ akhir thn pencapaian SPM Permukiman Kumuh yang Tertangani di Kota A

£ hotaA

Total Permukiman Kumuh yang Telah Ditetapkan di Kota A

2) Pembilang Luasan permukiman kumuh yang tertangani adalah jumlah kumulatif

kawasan permukiman kumuh yang telah tertangani di Kota A sejak diterbitkannya Permen tentang SPM bidang PU dan Penataan Ruang hingga akhir tahun pencapaian SPM.

Page 53: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

41HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

3) Penyebut Luas permukiman kumuh adalah jumlah seluruh luasan permukiman

kumuh yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota di Kota A pada tahun diterbitkannya Peraturan Menteri PU tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

4) Ukuran Konstanta Persen (%). 5) Contoh perhitungan Kota A telah mengurangi luasan permukiman kumuh sebanyak

50 Ha sejak diterbitkannya Peraturan Menteri PU tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang hingga tahun 2014, sedangkan total luasan permukiman kumuh yang telah ditetapkan oleh Walikota/Bupati di Kota A pada tahun diterbitkannya Peraturan Menteri PU tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah seluas 500 Ha. Maka, nilai SPM pelayanan penanganan permukiman kumuh perkotaan pada akhir tahun pencapaian SPM adalah sebagai berikut:

50 Hax 100% = 10%

500 Ha

d. Sumber Data

- Strategi Pengembangan Kota (SPK) Kabupaten/Kota - Rencana pengembangan wilayah dari Badan Perencana Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kabupaten/Kota - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten/

Kota - Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

Kabupaten/Kota - Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/

Kota - Dokumen program-program sektoral.

e. Rujukan

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

f. Target

SPM tingkat pelayanan adalah 10% pada tahun 2014 g. Penanganan

Peningkatan kualitas permukiman dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat, martabat yang layak dalam lingkungan yang sehat dan teratur terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang dilakukan berdasarkan identifi kasi melalui penentuan kriteria kumuh dan pembobotan kekumuhan dengan penanganan meliputi: 1. perbaikan, yaitu dengan melaksanakan kegiatan tanpa perombakan yang

mendasar, bersifat parsial, dan dilaksanakan secara bertahap 2. pemugaran, yaitu dengan melakukan perbaikan dan/atau pembangunan

kembali rumah dan lingkungan sekitar menjadi keadaan asli sebelumnya 3. peremajaan, yaitu dengan melakukan perombakan mendasar dan bersifat

menyeluruh dalam rangka mewujudkan kondisi rumah dan lingkungan sekitar menjadi lebih baik

4. pemukiman kembali, yaitu dengan memindahkan masyarakat yang tinggal

Page 54: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

42 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

di perumahan tidak layak huni ke lokasi perumahan lain yang layak huni, dan

5. pengelolaan dan pemeliharaan, yaitu dengan mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman agar berfungsi sebagaimana mestinya, yang dilakukan secara berkelanjutan.

Melalui kegiatan ini masyarakat difasilitasi dan distimulasi untuk secara bersama

memperbaiki kehidupan dan penghidupannya melalui penataan kembali permukiman kumuh, yang dilakukan melalui tahapan pelaksanaan antara lain: 1. Pemilihan dan penetapan lokasi 2. Sosialisasi 3. Rembug warga 4. Survey 5. Perencanaan 6. Matriks Program 7. Peta Rencana – DED 8. Pelaksanaan fi sik

h. SDM

Dinas/SKPD pada Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi Pekerjaan Umum.

Page 55: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

43HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI OPERASIONAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG CIPTA KARYA

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

I. IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG (IMB)

Terlayaninya Masyarakat dalam Pengurusan IMB di Kabupaten/Kota

a. Pengertian

Adalah meningkatnya jumlah bangunan gedung yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) di kabupaten/kota untuk memenuhi ketentuan administratif dan ketentuan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsinya guna mewujudkan bangunan yang andal serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

b. Defi nisi Operasional Izin Mendirikan Bangunan adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota, dan oleh

Pemerintah atau pemerintah provinsi untuk bangunan gedung fungsi khusus kepada pemilik bangunan gedung untuk kegiatan meliputi: - Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana bangunan

gedung. - Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana bangunan

gedung meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/ pengurangan; dan

- Pelestarian/pemugaran. c. Cara Perhitungan

Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) di kabupaten/kota di daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung yang substansinya mengikuti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (PPBG). Rencana capaian jumlah bangunan gedung yang memiliki IMB mengikuti rencana capaian Perda Bangunan Gedung tahun 2010 hingga 2014 yaitu 289 kabupaten/kota yang telah memperoleh bantuan penyusunan Perda Bangunan Gedung. Sehingga rencana capaian jumlah bangunan yang terlayani kepada masyarakat dalam memohon IMB adalah tidak ada yang tidak terlayani (pencapaian penerbitan IMB di kabupaten/kota adalah 100% di 289 kabupaten/kota hingga tahun 2014).

d. Rujukan

- Pasal 7 dan 8 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

- Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

- Peraturan Menteri PU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

e. Target

SPM terlayaninya masyarakat yang memohon IMB adalah 100% di 289 kabupaten/kota pada tahun 2014.

f. Langkah Kegiatan

Page 56: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

44 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

Peningkatan prosentase jumlah bangunan gedung di kabupaten/kota yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) melalui: - Sosialisasi pentingnya IMB ke masyarakat untuk mewujudkan tertib

pembangunan dan meningkatkan keselamatan pengguna bangunan gedung.

- Menyesuaikan perda retribusi dengan fungsi dan klasifi kasi bangunan gedung.

- Besarnya retribusi ditetapkan dengan tarif yang proporsional dan transparan serta mengacu ke Peraturan Menteri PU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

- Prosedur pengurusan IMB sesuai dengan tingkat kompleksitas bangunan gedung. Sebagai contoh pengurusan IMB bangunan sederhana lebih cepat dibandingkan dengan bangunan yang lebih kompleks.

- Lokasi pelayanan pengurusan dan pembayaran retribusi IMB didekatkan ke masyarakat seperti untuk rumah tinggal.

- Untuk memudahkan dalam proses pengurusan dan penerbitan IMB dapat menggunakan software pendataan bangunan gedung.

g. SDM

Dinas yang membidangi perizinan di daerah.

II. INFORMASI HARGA STANDAR BANGUNAN GEDUNG NEGARA (HSBGN)

Pedoman Harga Satuan Bangunan Gedung Negara Di Kabupaten/Kota

a. Pengertian

Adalah tersedianya Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota sehingga mendukung pencapaian sasaran penyelenggaraan bangunan gedung melalui penyediaan HSBGN yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Defi nisi Operasional Harga Satuan Bangunan Gedung Negara merupakan biaya maksimum per-m

2 pelaksanaan konstruksi untuk

pembangunan bangunan gedung negara khususnya untuk pekerjaan standar bangunan gedung negara yang ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.

c. Cara Perhitungan

Hingga tahun 2009 lebih dari 90% kabupaten/kota telah menyusun Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) sehingga diharapkan di tahun 2014 seluruh kabupaten/kota telah memiliki HSBGN.

d. Rujukan

- Pasal 14 ayat (4) Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002. - Peraturan Menteri PU Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Bangunan Gedung Negara. e. Target

SPM Pedoman Harga Satuan Bangunan Negara di kabupaten/kota adalah 100% pada tahun 2014.

f. Langkah Kegiatan

- Menyiapkan petugas pendata/penyusun HSBGN. - Petugas pendata/penyusun HSBGN perlu diikutsertakan pada sosialisasi dan

bimbingan teknis tenaga pendata HSBGN yang diselenggarakan oleh Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk meningkatkan pemahaman,

Page 57: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

45HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

kapasitas dan keterampilan. - Petugas melakukan pendataan setiap 3 bulan. - Petugas menyusun analisa dan pelaporan. - Petugas membuat usulan HSBGN yang akan ditetapkan oleh bupati/

walikota. g. SDM

- Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum di daerah - BAPPEDA

Page 58: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

46 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI

OPERASIONAL STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG JASA KONSTRUKSI

I. IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

Penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja

setelah persyaratan lengkap

a. Pengertian

- Badan usaha jasa konstruksi nasional untuk selanjutnya disebut Badan Usaha adalah Badan Usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi.· Domisili adalah tempat pendirian dan kedudukan Badan Usaha sesuai dengan wilayah kabupaten/kota.

- Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat IUJK adalah izin untuk melakukan usaha di bidang jasa konstruksi yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau Pejabat yang ditunjuk.

- Lembaga adalah Lembaga sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

- Waktu Penerbitan IUJK adalah waktu yang dibutuhkan untuk terbitnya IUJK terhitung mulai dari tanggal lengkapnya seluruh persyaratan IUJK sampai dengan tanggal diterbitkannya IUJK setelah dikurangi dengan hari libur dalam kurun waktu tersebut.

b. Defi nisi Operasional

- Kriteria tingkat pelayanan adalah bahwa setiap kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan penerbitan IUJK bagi Badan Usaha Jasa Konstruksi yang memenuhi syarat.

- Nilai SPM tingkat pelayanan penerbitan IUJK adalah waktu penerbitan IUJK paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap.

c. Cara Perhitungan/Rumus.

1) Rumus SPM tingkat pelayanan penerbitan IUJK adalah waktu proses penerbitan IUJK

dengan rumus sebagai berikut:

Waktu Penerbitan IUJK = tanggal diterbitkannya IUJK – tanggal dinyatakan dokumen lengkap - jumlah hari libur (sabtu, minggu dan libur nasional) dalam kurun waktu penerbitan IUJK

Target waktu penerbitan IUJK adalah paling lama 10 (sepuluh) hari kerja,

dengan demikian pencapaian dari tingkat pelayanan SPM untuk kabupaten/kota dapat dihitung dari rumus berikut:

Page 59: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

47HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

SPM tingkat pelayanan =∑ Pemohon IUJK yang terlayani (diterbitkan IUJK nya) paling lama 10 hari kerja

∑ Seluruh Pemohon IUJK yang persyaratannya dinyatakan lengkap

Sedangkan rumus tingkat pelayanan SPM untuk Nasional adalah sebagai berikut:

Tingkat _ Pelayanan SPM _ Nasional=£ tingkat _ pelayanan _ SPM _ kabupaten _ kota _ seluruh _ indonesia

Jumlah _ kabupaten / kota _ diseluruh _ indonesia

IUJK harus tetap diproses dengan skala prioritas yang sama, meskipun waktu penerbitan IUJK sudah melewati batas 10 (sepuluh) hari kerja.

2) Pembilang Untuk rumus tingkat pelayanan SPM Kabupaten/kota adalah Jumlah

Permohonan IUJK yang IUJK nya diterbitkan paling lama 10 hari kerja sejak dinyatakan lengkapnya permohonan penerbitan IUJK.

3) Penyebut Jumlah permohonan IUJK yang seluruh persyaratannya telah dinyatakan lengkap.

4) Ukuran/Konstanta Persen (%) 5) Contoh Perhitungan Contoh: Data Jumlah permohonan IUJK yang seluruh persyaratannya telah

dinyatakan lengkap pada tahun 2014 dari Kabupaten A adalah sebanyak 105 permohonan. Pada tahun tersebut diketahui juga bahwa jumlah permohonan IUJK yang IUJKnya diterbitkan kurang atau sama dengan 10 (sepuluh) hari kerja adalah sebanyak 98 permohonan. Maka pencapaian tingkat pelayanan SPM dari Kabupaten A pada tahun 2014 adalah

SPM Tingkat Pelayanan = 98

= 93.33 %105

Misalkan diketahui total jumlah tingkat pelayanan SPM untuk Kabupaten/kota di seluruh Indonesia pada tahun 2014 adalah 40,957 sedangkan diketahui bahwa pada tahun 2014 jumlah kabupaten/kota adalah sebanyak 497 kabupaten/kota, maka tingkat pelayanan SPM untuk nasional adalah:

SPM Tingkat Pelayanan Nasional = 40,957

= 82.40 %497

d. Sumber Data

- Data pendukung dari masing-masing kabupaten/kota untuk tanggal dinyatakan lengkapnya suatu dokumen permohonan IUJK dan tanggal diterbitkannya IUJK.

- Data jumlah permohonan IUJK yang seluruh persyaratannya dinyatakan lengkap.

- Data jumlah IUJK yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. e. Rujukan

1. Peraturan Pemerintah Nomor: 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah atara Pemerintah, Pemerintahan daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Page 60: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

48 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

daerah Kabupaten/Kota. 2. Peraturan Daerah masing-masing kabupaten/kota tentang pemberian

Izin Usaha Jasa Konstruksi selama tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 369/KPTS/M/2001 tentang Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional.

f. Target

SPM Tingkat Pelayanan adalah 100% pada tahun 2014. g. Langkah Kegiatan

1. Dalam pelaksanaan Penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi mengacu pada pedoman yang diterbitkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

2. Badan Usaha nasional yang ingin memperoleh IUJK harus mengajukan permohonan kepada Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk, dengan mengisi formulir yang telah disediakan.

3. Setelah mengisi surat permohonan sesuai formulir yang disediakan, Badan Usaha harus melengkapi dengan kelengkapan antara lain: a) Rekaman Sertifi kat Badan Usaha (SBU) yang telah diregistrasi oleh Lembaga.b) Persyaratan administrasi lainnya yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten/

Kota selama tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

4. Setiap IUJK diberikan nomor kode izin sesuai dengan pedoman pemberian nomor IUJK yang diterbitkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

5. IUJK berlaku untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan Indonesia (NKRI). 6. Setiap IUJK yang diberikan pada Badan Usaha mempunyai masa berlaku 3

(tiga) tahun sesuai dengan masa berlaku Sertifi kat Badan Usaha (SBU) dan dapat diperpanjang

7. Setiap IUJK yang diberikan kepada Badan Usaha dikategorikan sebagai IUJK baru atau perpanjangan atau perubahan.

8. Unit kerja/Pejabat yang ditunjuk menerbitkan IUJK adalah Unit kerja/Pejabat yang tugas dan fungsinya membidangi pembinaan jasa konstruksi.

9. Unit Kerja/Pejabat yang melaksanakan pemberian IUJK wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri Pekerjaan Umum.

10. Bupati/Walikota melakukan pengawasan pelaksanaan pemberian IUJK. 11. Badan Usaha yang mekakukan pelanggaran tidak memiliki tanda registrasi

oleh Lembaga, maka dikenakan sanksi sesuai PP 28 tahun 2000 pasal 34. 12. Badan Usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan izin usaha jasa

konstruksi, maka dikenakan sanksi sesuai dengan PP 28 tahun 2000 pasal 35. h. Lampiran

1. Form Permohonan Jasa Pelaksana Konstrukai; 2. Form Permohonan Jasa Perencana/Pengawa Konstruksi; 3. Form Tata cara Pemberian Nomor IUJK; 4. Form IUJK; 5. Form Laporan Pemberian IUJK; 6. Form Laporan Kegiatan.

Page 61: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

49HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lampiran I-1a: KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA

WILAYAH TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA JASA

KONSTRUKSI NASIONAL

Nomor: 369/KPTS/M/2001

Tanggal: 10 Juli 2001

CONTOH PERMOHONAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

Nomor:Lampiran:

......................, 200...

Kepada Yth.Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota............................................................................................Di .........................................

Pemerintah: Permohonan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)

Dengan hormat,

Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk memperoleh Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) untuk

1. Permohonan izin baru2. Memperpanjang izin usaha3. Mengubah data

Di Kabupaten/Kota .................. Propinsi .................. untuk bidang pekerjaan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Arsitektur2. Pekerjaan Sipil3. Pekerjaan Mekanikal4. Pekerjaan Elektrikal5. Pekerjaan Tata Lingkungan

Bersama ini kami lampirkan persyaratan-persyaratan dan keterangan sebagai berikut:

1. Rekanan Sertifi kat Badan Usaha LPJK Propinsi ...........................................2. Tanda bukti pembayaran izin3. Dst.

Demikian permohonan kami dan atas perkenannya kami ucapkan terima kasih.

PemohonPT ................................................Penanggung JawabBadan Usaha/ Orang-Perorangan

Nama Jelas

Catatan:Untuk bidang pekerjaan dilingkari/dipilih sesuai yang diinginkan

Page 62: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

50 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

Lampiran I-1b: KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA

WILAYAH TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA

JASA KONSTRUKSI NASIONAL

Nomor: 369/KPTS/M/2001

Tanggal: 10 Juli 2001

CONTOH FORM PERMOHONAN JASA PERENCANA/PENGAWAS KONSTRUKSI *)

Nomor:Lampiran:

......................, 200...

Kepada Yth.Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota............................................................................................Di .........................................

Pemerintah: Permohonan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)

Dengan hormat,

Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk memperoleh Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dalam rangka

1. Permohonan izin baru2. Memperpanjang izin usaha3. Mengubah data

Di Kabupaten/Kota .................. Propinsi .................. untuk bidang pekerjaan dan lingkup layanan sebagai berikut:

Bidang pekerjaan1. Arsitektur2. Sipil3. Mekanikal4. Elektrikal5. Tata Lingkungan

Lingkungan Layanan Perencanaan1. Jasa Survey2. Jasa Testing Laboratorium3. Jasa Perencanaan Umum & Studi

Mikro lainnya4. Studi Kelayakan5. Jasa Perencanaan Teknik, Operasi, &

Pemeliharaan6. Jasa Bantuan & Nasehat Teknis7. Jasa Penelitian8. Jasa Manajemen Konstruksi9. Jasa Manajemen Proyek

Lingkup Layanan Pengawasan1. Jasa Inspeksi/Supervisi2. Jasa Testing

Laboratorium3. Jasa Manajemen

Konstruksi4. Jasa Manajemen Proyek

Bersama ini kami lampirkan persyaratan-persyaratan dan keterangan sebagai berikut:

1. Rekanan Sertifi kat Badan Usaha LPJK Propinsi ...........................................2. Tanda bukti pembayaran izin3. Dst.

Demikian permohonan kami dan atas perkenannya kami ucapkan terima kasih.

PemohonPT ................................................Penanggung JawabBadan Usaha/ Orang-Perorangan

Nama Jelas

Catatan:Untuk bidang pekerjaan dilingkari/dipilih sesuai yang diinginkan

Page 63: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

51HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lampiran I-2: KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARAN WILAYAH

TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

NASIONAL

Nomor: 369/KPTS/M/2001

Tanggal: 10 Juli 2001

TATACARA PEMBERIAN NOMOR PADA IUJK

Jumlah digit:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Digit 1 : Bentuk usaha diisi 1. Perusahaan Nasional 2. Perusahaan Modal Dalam NegeriDigit 2 s/d 7 : Nomor registrasi pada LPJK PropinsiDigit 8 s/d 11 : Untuk kode kabupaten/kota dimana perusahaan berdomisili sesuai

dengan kode yang dikeluarkan BPSDigit 12 : Jenis usaha diisi 1. = Jasa Perencanaan 2. = Jasa Pelaksanaan 3. = Jasa Pengawasan 4. = Gabungan dari ketiganyaDigit 13 s/d 17: Untuk nomor urut yang tercatat di Kabupaten/Kota (masing-masing

jenis usaha perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dimulai dengan nomor 00001). Nomor urut ini tetap dipakai walaupun telah diperpanjang/diubah

Contoh 1.Sebuah perusahaan jasa konstruksi berdomisili di Surakarta dan terdaftar di LPJK propinsi Jawa Tengah dengan nomor 809465 serta tercatat pada buku induk Pemerintah Daerah Surakarta no. 00611 berusaha di bidang pelaksanaan maka kode perusahaan tersebut adalah1. Badan Usaha : 1 (Perusahaan nasional)2. Tercatat di LPJK : 8094653. Kode kota Surakarta : 33724. Jenis Usaha : 2 (Jasa pelaksanaan)5. Nomor urut perusahaan : 00811 Kode perusahaan : 1-809465-3372-2-00811

Contoh 2Sebuah perusahaan penanaman modal asing di bidang jasa konstruksi berasal dari negara Filipina membuka kantor perwakilan di Manado terdaftar di LPJK propinsi Sulawesi Utara dengan nomor 001954 serta tercatat pada buku Induk Pemerintah Daerah Menado no 2909 berusaha di bidang pengawasan konstruksi maka kode perusahaan tersebut adalah1. Badan Usaha : 1 (Perusahaan PM Asing)2. Tercatat di LPJK : 0019543. Kode kota Surakarta : 71724. Jenis Usaha : 3 (Jasa pengawasan)5. Nomor urut perusahaan : 02909 Kode perusahaan : 3-001954-7172-3-02909

Page 64: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

52 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

Lampiran I-3: KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA

WILAYAH TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA

JASA KONSTRUKSI NASIONAL

Nomor: 369/KPTS/M/2001

Tanggal: 10 Juli 2001

CONTOH FORM IUJK

LOGO PEMDA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN / KOTA ...........................

IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL

Nomor: .................................

Nama PerusahaanAlamat Kantor Perusahaan

Jalan, nomorKelurahanRT/RK/RWKabupaten/KotaPropinsiNomor Telepon

: ......................................................................................: ......................................................................................: ......................................................................................: ......................................................................................: ......................................................................................: ......................................................................................: ......................................................................................: ......................................................................................

Nama Penanggungjawab Perusahaan/Direktur Utama

NamaNPWP Perusahaan

: ......................................................................................: ......................................................................................

Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) ini berlaku untuk Kegiatan Usaha Jasa ................................. *) Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Bidang Pekerjaan : ......................................................................................

Berlaku sampai dengan tanggal : ......................................................................................

Dikeluarkan di: ...........................................Pada tanggal: ............................................

Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota ........................

............................................................................

Cap dan tandatangan

(................................................................................)NIP ...........................................................................

Catatan:*) diisi sesuai dengan kegiatan usaha: Perencanaan/Pelaksanaan/Pengawasan

Page 65: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

53HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

LA

MP

IRA

N I

-4:

K

EP

UT

US

AN

ME

NT

ER

I P

ER

MU

KIM

AN

DA

N P

RA

SA

RA

NA

WIL

AY

AH

TE

NT

AN

G P

ED

OM

AN

PE

MB

ER

IAN

IU

JK

NO

MO

R:

3

69

/KP

TS

/M/2

00

1

TA

NG

GA

L:

1

0 J

UL

I 2

00

1

Co

nto

h f

orm

la

po

ran

in

sta

nsi

ya

ng

dit

un

juk

ke

pa

da

Bu

pa

ti/W

ali

ko

ta

LA

PO

RA

N P

EM

BE

RIA

N I

UJK

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A .

....

....

....

....

....

....

....

..

TA

HU

N:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

TR

IWU

LA

N/S

EM

ES

TE

R K

E:

....

....

....

....

...

Jasa

Pe

ren

ca

na

an

/Ja

sa P

ela

ksa

na

/Ja

sa P

en

ga

wa

san

:

NO

BU

LA

NJU

ML

AH

DO

KU

ME

N

PE

RM

OH

ON

AN

(T

OT

AL

)

JUM

LA

H I

UJK

(B

UA

H)

KE

TE

RA

NG

AN

PE

RM

OH

ON

AN

PE

RU

BA

HA

NP

ER

PA

NJA

NG

AN

BA

DA

N U

SA

HA

BA

RU

BA

DA

N U

SA

HA

BA

DA

N U

SA

HA

12

34

56

7

Te

mb

usa

n:

1.

Gu

be

rnu

r ..

....

....

....

....

....

....

....

....

....

...

2.

Me

nte

ri y

an

g b

ert

an

gg

un

gja

wa

b d

ala

m b

ida

ng

ko

nst

ruk

si

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

.tg

l...

....

....

....

....

....

....

....

..

Pe

me

rin

tah

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

.

....

....

.

Ca

tata

n:

• D

ibu

at

sesu

ai

ke

gia

tan

• S

eti

ap

ak

hir

bu

lan

Ju

ni

da

n D

ese

mb

er

dil

ap

ork

an

ke

pa

da

Bu

pa

ti/W

ali

ko

ta

Page 66: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

54 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

LA

MP

IRA

N I

-5:

K

EP

UT

US

AN

ME

NT

ER

I P

ER

MU

KIM

AN

DA

N P

RA

SA

RA

NA

WIL

AY

AH

TE

NT

AN

G P

ED

OM

AN

PE

MB

ER

IAN

IU

JK

NO

MO

R:

3

69

/KP

TS

/M/2

00

1

TA

NG

GA

L:

1

0 J

UL

I 2

00

1

Co

nto

h l

ap

ora

n i

nst

an

si y

an

g d

itu

nju

k k

ep

ad

a B

up

ati

/Wa

lik

ota

LA

PO

RA

N K

EG

IAT

AN

PE

RU

SA

HA

AN

JA

SA

KO

NS

TR

UK

SI

BU

LA

N:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Jasa

Pe

ren

ca

na

an

/Ja

sa P

ela

ksa

na

/Ja

sa P

en

ga

wa

san

:

NO

NA

MA

PE

RU

SA

HA

AN

AL

AM

AT

, K

OT

A, T

EL

PN

O.

IUJK

Na

ma

pa

ke

t p

ek

erj

aa

n

Nil

ai

pe

ke

rja

an

Mu

lai

– S

ele

sai

pe

ke

rja

an

Nil

ai

Pe

ke

rja

an

Sta

tus

pe

ke

rja

an

tg

l 1

0 b

ln l

ap

ora

n

Re

nc

an

aR

ea

lisa

si

12

34

56

7

Te

mb

usa

n:

1.

Gu

be

rnu

r ..

....

....

....

....

....

....

....

....

....

...

2.

Me

nte

ri y

an

g b

ert

an

gg

un

gja

wa

b d

ala

m b

ida

ng

ko

nst

ruk

si

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

.tg

l...

....

....

....

....

..

....

....

....

Pe

me

rin

tah

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta..

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

...

Ca

tata

n:

• S

eti

ap

je

nis

usa

ha

dib

ua

t te

rse

nd

iri

• L

ap

ora

n d

ibu

at

ole

h m

asi

ng

-ma

sin

g D

ina

s/In

sta

nsi

ya

ng

me

lak

uk

an

ke

gia

tan

te

kn

is d

an

dik

oo

rdin

asi

ka

n o

leh

in

sta

nsi

ya

ng

dit

un

juk

ole

h B

up

ati

/Wa

lik

ota

un

tuk

me

ne

rbit

ka

n I

UJK

• L

ap

ora

n d

ibu

at

sesu

ai

tan

gg

al

ya

ng

su

da

h d

ite

tap

ka

n s

eti

ap

bu

lan

ny

a

• U

ntu

k p

roy

ek

sw

ast

a a

da

lah

in

sta

nsi

pe

ne

rbit

IM

B

• P

roy

ek

sw

ast

a y

an

g d

ila

po

rka

n a

da

lah

ya

ng

dig

un

ak

an

un

tuk

um

um

Page 67: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

55HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

II. SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI

Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi Setiap Tahun

a. Pengertian

- Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.

- Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.

- Sistem Informasi adalah sekumpulan komponen dari informasi yang saling terintegrasi untuk mencapai tujuan yang spesifi k.

- Sistem infomasi jasa konstruksi adalah sekumpulan komponen dari informasi mengenai jasa konstruksi yang saling terintegrasi untuk menyajikan data dan infomasi mengenai jasa konstruksi.

b. Defi nisi Operasional

- Kriteria tingkat pelayanan adalah bahwa seluruh pemangku kepentingan jasa konstruksi dapat memperoleh data dan informasi terkini mengenai jasa konstruksi.

- SPM tingkat pelayanan sistem informasi jasa konstruksi adalah persentase penyajian data dan informasi mengenai jasa konstruksi terkini yang di evaluasi setiap tahun anggaran.

c. Jenis Layanan

Produk layanan yang disajikan dalam Sistem Informasi Jasa Konstruksi adalah : 1) Informasi Badan Usaha Jasa Konstruksi yang ter-update secara berkala 2) Informasi Tenaga Kerja Jasa Konstruksi yang ter-update secara berkala 3) Informasi Potensi Pasar Jasa Konstruksi untuk satu tahun anggaran berikutnya 4) Informasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi yang ter-update secara berkala 5) Informasi Paket Pekerjaan Jasa Konstruksi yang sudah dan sedang

dilaksanakan oleh Badan Usaha Jasa Konstruksi yang berdomisili di kabupaten/kota setempat yang ter-update secara berkala

6) Informasi Standar Biaya Umum Kabupaten/Kota yang ter-update setiap tahun anggaran

7) Profi l Tim Pembina Jasa Konstruksi di Kabupaten/Kota beserta tata cara penyampaian Pengaduan/keluhan.

d. Cara Perhitungan/Rumus

1) Rumus SPM SPM tingkat pelayanan sistem informasi jasa konstruksi di kabupaten/kota

adalah persentase penyajian data dan informasi mengenai jasa konstruksi terkini yang di evaluasi setiap tahun anggaran. Atau dirumuskan sebagai berikut :

SPM tingkat pelayanan =

Total jenis layanan minimal terevaluasi

£  jenis layanan minimal terupdate

Total jenis layanan minimal

£ jenis layanan minimal

Sedangkan rumus SPM tingkat pelayanan nasional dirumuskan sebagai berikut : 

SPM tingkat pelayanan =

Total SPM tingkat pelayanan diseluruh kab/kota

∑ SPM tingkat pelayanan diseluruh kab/kota 

Total kabupaten/kota

∑ kabupaten / kotal

Page 68: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

56 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

2) Pembilang Total jenis layanan terupdate adalah kumulatif jenis layanan data dan

informasi minimal yang ditampilkan, diupdate secara berkala dan telah di evaluasi keterkiniannya oleh Instansi/unit yang ditunjuk sebagai evaluator.

3) Penyebut Total jenis layanan minimal adalah kumulatif jenis layanan data dan informasi

minimal sesuai dengan jenis layanan pada point 3. 4) Ukuran / konstanta Persen (%) 5) Contoh perhitungan Pada kondisi eksisting di kabupaten A yang telah memiliki

sistem informasi jasa konstruksi yang di evaluasi pada catur wulan pertama tahun anggaran adalah : - Informasi Badan Usaha Jasa Konstruksi telah ter-update secara berkala - Informasi Tenaga Kerja Jasa Konstruksi tidak ada - Informasi Potensi Pasar Jasa Konstruksi masih merupakan data tahun

anggaran sebelumnya. - Informasi Ijin Usaha Jasa Konstruksi yang ter-update secara realtime - Informasi Paket Pekerjaan Jasa Konstruksi yang sudah dan sedang

dilaksanakan oleh Badan Usaha Jasa Konstruksi tidak terupdate. - Informasi Standar Biaya Umum Kabupaten/Kota yang terupdate telah

diupdate sesuai dengan tahun anggaran. - Profi l Tim Pembina Jasa Konstruksi di Kabupaten/Kota beserta tata cara

penyampaian Pengaduan/keluhan tersedia.

Maka nilai SPM tingkat pelayanan pada catur wulan pertama tahun anggaran adalah 4/7 = 57% Dan untuk SPM tingkat pelayanan sistem informasi jasa konstruksi nasional misalkan diketahui total jumlah rata-rata SPM tingkat pelayanan untuk Kabupaten/kota pada tahun 2014 adalah 40. 957 dan diketahui bahwa pada tahun 2014 jumlah kabupaten/kota adalah sebanyak 497 kabupaten/kota, maka tingkat pelayanan SPM untuk nasional adalah:

Tingkat pelayanan SPM nasional =40.957

 x 100% 497

Tingkat pelayanan SPM nasional 2014 adalah = 82,41% e. Rujukan

1. Peraturan Pemerintah no 30 tahun 2000 tentang pembinaan jasa konstruksi. 2. Peraturan Pemerintah Nomor: 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah atara Pemerintah, Pemerintahan daerah Provinsi, dan Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota.

f. Target

SPM tingkat pelayanan adalah 100% pada tahun 2014 g. Standar Input

Untuk dapat melaksanakan layanan yang baik maka harus jelas mengenai input yang dibutuhkan untuk memperoleh produk data dan informasi yang akan

diberikan kepada calon pengguna.

Standar input ini berupa data-data yang haru disiapkan untuk diproses menjadi produk layanan informasi seperti :

Page 69: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

57HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

- materi/data/informasi yang disajikan, - waktu data dan informasi di diperoleh. - waktu saat data ditampilkan pada sistem, - sumber data atau informasi, - dan jika perlu dicantumkan contact person data/infomasi yang disajikan.

h. Standar Proses

Standar proses pelayanan adalah menyangkut indikator-indikator yang perlu diperhatikan dalam proses pelayanan minimal yang antara lain sebagai berikut :1) Alamat website Sistem Informasi jasa konstruksi : Seluruh data dan

informasi Sistem Informasi Jasa Konstruksi ditampilkan pada sebuah website dengan alamat website yang mewakili nama kabupaten/kota dan konstruksi. Contoh : www.konstruksi-kotapalembang.net, atau dapat juga di tampilkan dalam sub domain website resmi kabupaten/kota. Contoh : konstruksi.palembang.go.id

2) Sumber Data dan Informasi :

instansi terkait yang sudah melalui proses verifi kasi dan validasi keabsahan data yang tandai dengan rekomendasi penanggung jawab instansi terkait.

3) Penanggung jawab Sistem Informasi Pembina Jasa Konstruksi

Penanggung jawab dan dan penanggung gugat produk layanan informasi Sistem Informasi Jasa Konstruksi adalah orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan Sistem Informasi Jasa Konstruksi yang secara vertikal juga bertanggung jawab kepada bupati / walikota.

4) Operator

Operator yang melaksanakan proses memasukkan data atau informasi pada sistem informasi jasa konstruksi adalah orang menguasai penggunaan komputer secara mahir dan yang ditunjuk oleh penanggung jawab sistem informasi sebagai pelaksana proses memasukkan data atau informasi tersebut ke sistem yang secara vertikal juga bertanggung jawab kepada Penanggung Jawab Sistem Informasi Jasa Konstruksi.

i. Sumber Daya Manusia

Penanggung jawab sistem informasi dan operator berasal dari unit yang membidangi pembinaan jasa konstruksi di kabupaten / kota tersebut yang secara vertikal bertanggung jawab kepada bupati/walikota.

Page 70: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

58 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

PETUNJUK TEKNIS DEFINISI

OPERASIONAL STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG PENATAAN RUANG

I. INFORMASI PENATAAN RUANG

Tersedianya Informasi Mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) Wilayah Kabupaten/

Kota Beserta Rencana Rincinya Melalui Peta Analog Dan Peta Digital

a. Informasi Berupa Peta Analog

1) Pengertian

Informasi Berupa Peta Analog adalah bentuk informasi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan rencana rincinya dalam bentuk cetakan yang dapat digandakan, mudah diakses pada jam kerja, dan tanpa dipungut biaya. Informasi mengenai keberadaan Peta Analog disebarluaskan melalui berita di media massa.

2) Defi nisi operasional

a) Bentuk : peta dalam bentuk cetakan (hardcopy) b) Lokasi : di setiap Kantor Bupati/Walikota, Kantor Penyimpanan Kecamatan,

dan Kantor Kelurahan c) Deskripsi :

‐ peta analog dapat terdiri dari peta RTRW Kabupaten/Kota dan peta Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

‐ peta analog harus memuat informasi rencana struktur dan pola ruang dengan skala minimal 1 : 50.000 (RTRW Kabupaten), 1 : 25.000 (RTRW Kota), dan 1: 5.000 (rencana rinci), yang dilengkapi dengan legenda peta

3) Cara Perhitungan Nilai Indikator

a) Rumus SPM Informasi peta analog adalah persentase jumlah peta analog berisi

RTRW Kabupaten/Kota dan rencana rincinya yang tersedia pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah peta analog yang seharusnya tersedia pada Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kelurahan tersebut.

SPM Informasi Peta Analog =£  akhir tahun pencapaian SPM Jumlah peta analog

X 100%£ seluruh kabupaten/kota/kecamatan/kelurahan Jumlah peta analog

b) Pembilang Jumlah peta analog adalah jumlah kumulatif peta analog yang

tersedia di Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kelurahan pada akhir tahun pencapaian SPM.

c) Penyebut Jumlah peta analog adalah jumlah kumulatif peta analog yang

seharusnya tersedia di Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kelurahan. d) Ukuran Konstanta Persen (%). e) Contoh perhitungan Kabupaten A terdiri dari 30 Kecamatan dan 100 Kelurahan. Pada tahun

2014, tersedia 1 peta analog RTRW Kabupaten A di tingkat Kabupaten,

Page 71: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

59HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

20 peta analog RTRW Kabupaten A di tingkat Kecamatan, dan 50 peta analog RTRW Kabupaten A di tingkat Kelurahan.

Maka Nilai SPM Informasi Peta Analog pada akhir tahun pencapaian adalah:

2014 (Kabupaten) = 1/1 x 100% = 100% 2014 (Kecamatan) = 20/30 x 100% = 66,67% 2014 (Kelurahan) = 50/100 X 100% = 50%

4) Sumber Data

- Wilayah dalam angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis.

- Peta analog yang dikeluarkan oleh Dinas/SKPD yang membidangi penataan ruang.

5) Rujukan

- Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang: ‐ Pasal 13 ayat (2) huruf g ‐ Pasal 60 huruf a - Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

6) Target

Target pencapaian SPM Informasi Peta Analog pada tahun 2014 adalah 100% di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan, serta 90% di tingkat Kelurahan.

7) Langkah Kegiatan

Pembuatan peta analog RTRW Kabupaten/Kota dan Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

8) SDM

SDM pada Dinas/SKPD yang membidangi penataan ruang. b. Informasi Berupa Peta Digital

1) Pengertian

Informasi Berupa Peta Digital adalah bentuk informasi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan rencana rincinya dalam bentuk peta yang didigitasi, yang dapat dengan mudah diakses pada jam kerja dan tanpa dipungut biaya.

2) Defi nisi operasional

3) Cara Perhitungan Nilai Indikator

a) Rumus SPM Informasi peta digital adalah persentase jumlah peta digital

RTRW Kabupaten/Kota dan rencana rincinya yang ada pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah peta digital seharusnya ada pada Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kelurahan tersebut.

SPM Informasi Peta digital =£  akhir tahun pencapaian SPM Jumlah peta digital

X 100%£ seluruh kabupaten/kota/kecamatan/kelurahan Jumlah peta digital

b) Pembilang Jumlah peta digital adalah jumlah kumulatif peta digital yang

tersedia di Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kelurahan pada akhir tahun pencapaian SPM.

Page 72: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

60 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

c) Penyebut Jumlah peta digital adalah jumlah kumulatif peta digital yang

seharusnya tersedia di Kabupaten/Kota/Kecamatan/Kelurahan. d) Ukuran Konstanta Persen (%). e) Contoh perhitungan Kabupaten A terdiri dari 30 Kecamatan dan 100 Kelurahan. Pada

tahun 2014, tersedia 1 peta digital RTRW Kabupaten A di tingkat Kabupaten, 10 peta digital RTRW Kabupaten A di tingkat Kecamatan, dan 15 peta digital RTRW Kabupaten A di tingkat Kelurahan.

Maka Nilai SPM Informasi Peta Digital pada akhir tahun pencapaian adalah:

2014 (Kabupaten) = 1/1 x 100% = 100% 2014 (Kecamatan) = 10/30 x 100% = 33,33% 2014 (Kelurahan) = 15/100 X 100% = 15%

4) Sumber Data

- Wilayah dalam angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun analisis.

- Peta digital yang dikeluarkan oleh Dinas/SKPD yang membidangi penataan ruang.

5) Rujukan

- Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang: ‐ Pasal 13 ayat (2) huruf g ‐Pasal 60 huruf a - Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

6) Target

Target pencapaian SPM Informasi Peta Digital pada tahun 2014 adalah 100% di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan, serta 90% di tingkat Kelurahan.

7) Langkah Kegiatan

Pembuatan peta digital RTRW Kabupaten/Kota dan Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

8) SDM

SDM pada Dinas/SKPD yang membidangi penataan ruang.

II. PERLIBATAN PERAN MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN RTR

Terlaksananya Penjaringan Aspirasi Masyarakat Melalui Forum Konsultasi Publik

Yang Memenuhi Syarat Inklusif Dalam Proses Penyusunan RTR Dan Program

Pemanfaatan Ruang, Yang Dilakukan Minimal 2 (Dua) Kali Setiap Disusunnya

RTR Dan Program Pemanfaatan Ruang.

a. Pengertian

Konsultasi publik dalam penyusunan rencana tata ruang dan program pemanfaatan ruang adalah bentuk pelibatan masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang sebagai bentuk participatory planning, yang memenuhi syarat inklusif dan mampu menjaring aspirasi masyarakat.

b. Defi nisi operasional

Page 73: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

61HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

‐ Syarat inklusif dalam konsultasi publik adalah syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan konsultasi publik, antara lain stakeholder yang terlibat, kualitas pertemuan, dan jumlah pertemuan.

‐ Stakeholder yang terlibat adalah perwakilan dari pemerintah, masyarakat, swasta, dan/atau LSM yang berkepentingan dalam proses penyusunan RTR dan program pemanfaatan ruang.

‐ Kualitas pertemuan dapat dinilai dari bentuk diskusi yang dinamis dan interaktif, dimana gagasan-gagasan para stakeholder dapat terfasilitasi.

‐ Jumlah pertemuan konsultasi publik tersebut diselenggarakan paling sedikit 2 (dua) kali pada waktu awal dan akhir dalam setiap proses penyusunan rencana tata ruang dan program pemanfaatan ruang, yang tujuannya untuk menjaring masukan dan tanggapan.

c. Cara Perhitungan Nilai Indikator

1) Rumus SPM konsultasi publik penyusunan rencana tata ruang dan program

pemanfaatan ruang adalah persentase jumlah pertemuan konsultasi publik pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah pertemuan konsultasi publik seharusnya pada Kabupaten/Kota tersebut.

SPM Konsultasi Publik Penyusunan

Rencana Tata Ruang =

£  akhir tahun pencapaian SPM Jumlah konsultasi publikX 100%

£ seluruh kabupaten/kota Jumlah konsultasi public

SPM Konsultasi Publik Penyusunan

Program Pemanfaatan Ruang=

£  akhir tahun pencapaian SPM Jumlah konsultasi publikX 100%

£ seluruh kabupaten/kota Jumlah konsultasi public

2) Pembilang Jumlah konsultasi publik adalah jumlah kumulatif konsultasi publik

yang terlaksana pada proses penyusunan rencana tata ruang/program pemanfaatan ruang di Kabupaten/Kota sampai akhir tahun pencapaian SPM.

3) Penyebut Jumlah konsultasi publik adalah jumlah kumulatif konsultasi publik yang

seharusnya terlaksana pada proses penyusunan rencana tata ruang/program pemanfaatan ruang di Kabupaten/Kota sampai akhir tahun pencapaian SPM.

4) Ukuran Konstanta Persen (%). 5) Contoh perhitungan Kota A sedang menyusun RTRW dan program pemanfaatan ruang. Pada

prosesnya, hanya dilakukan konsultasi publik sebanyak 1 kali untuk penyusunan rencana tata ruang dan 1 kali untuk penyusunan program pemanfaatan ruang sampai akhir tahun 2014.

Maka Nilai SPM konsultasi publik penyusunan rencana tata ruang dan program pemanfaatan ruang pada akhir tahun pencapaian adalah:

2014 (Penyusunan Rencana Tata Ruang) = 1/2 X 100% = 50% 2014 (Penyusunan Program Pemanfaatan Ruang) = 1/2 X 100% = 50%

d. Sumber data

Laporan proses penyusunan rencana tata ruang dan proses penyusunan program

Page 74: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

62 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

pemanfaatan ruang Kabupaten/Kota. e. Rujukan

- Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang: ‐ Pasal 13 ayat (3) huruf g - Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

f. Target

SPM konsultasi publik untuk tiap penyusunan rencana tata ruang dan penyusunan program pemanfaatan ruang adalah 100% pada tahun 2014.

g. Langkah Kegiatan

Konsultasi publik pada proses penyusunan rencana tata ruang/program pemanfaatan ruang dilakukan melalui forum yang mempertemukan seluruh stakeholder (selain pemerintah) yang terkait dengan penyusunan rencana tata ruang dan pihak yang menyusun rencana tata ruang (pemerintah), yang dilaksanakan dengan memenuhi syarat inklusif dan mampu menjaring aspirasi masyarakat.

h. SDM

SDM pada Dinas/SKPD yang membidangi penataan ruang

III. IZIN PEMANFAATAN RUANG

Terlayaninya Masyarakat Dalam Pengurusan Izin Pemanfaatan Ruang Sesuai

Dengan Peraturan Daerah Tentang RTR Wilayah Kabupaten/Kota Beserta

Rencana Rincinya.

a. Pengertian

Bahwa setiap Kabupaten/Kota diharapkan telah memiliki Perda RTRW Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya yang dilengkapi dengan peta, dan untuk kemudian dapat dijadikan dasar untuk pemberian izin pemanfaatan ruang.

b. Defi nisi operasional Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Cara Perhitungan Nilai Indikator

1) Rumus SPM Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota adalah persentase jumlah Perda

tentang RTRW Kabupaten/Kota pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota yang seharusnya ada di Kabupaten/Kota.

SPM Perda

tentang RTRW

Kabupaten/Kota

=

£  akhir tahun pencapaian SPM Jumlah Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota

X 100%£ seluruh kabupaten/kota Jumlah Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota

2) Pembilang Jumlah Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota adalah jumlah kumulatif Perda

tentang RTRW Kabupaten/Kota sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang di tingkat Kabupaten/Kota sampai akhir tahun pencapaian SPM.

3) Penyebut Jumlah Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota adalah jumlah kumulatif Perda

tentang RTRW Kabupaten/Kota sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan

Page 75: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

63HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

ruang di tingkat Kabupaten/Kota yang seharusnya ada sampai akhir tahun pencapaian SPM.

4) Ukuran Konstanta Persen (%). 5) Contoh perhitungan Kota A sudah memiliki Perda RTRW dan terus berjalan sebagai dasar

pemberian izin hingga masa berakhirnya rencana (termasuk tahun 2014). Maka Nilai SPM Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota pada akhir tahun pencapaian adalah:

2014 (Kota) = 1/1 X 100% = 100% d. Sumber data

Fakta lapangan tentang tersedianya Perda RTRW beserta peta-petanya. e. Rujukan

- Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang: Pasal 60 huruf b - Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

f. Target

SPM Perda tentang RTRW Kabupaten/Kota adalah 100% pada tahun 2014. g. Langkah Kegiatan

Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan dengan menelaah dan memeriksa terlebih dahulu kesesuain izin yang diajukan dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Jika terdapat ketidaksesuaian, maka permohonan izin dibatalkan, dan jika sudah sesuai maka izin tersebut dapat disetujui.

h. SDM

SDM pada Dinas yang membidangi perizinan di tingkat Kabupaten/Kota.

IV. PELAYANAN PENGADUAN PELANGGARAN TATA RUANG

Terlaksananya Tindakan Awal terhadap Pengaduan Masyarakat tentang

Pelanggaran di Bidang Penataan Ruang, Dalam Waktu 5 (Lima) Hari Kerja

a. Pengertian

Tindakan Awal Pengaduan Pelanggaran di Bidang Penataan Ruang adalah suatu bentuk pelayanan yang responsif kepada masyarakat terhadap segala bentuk pengaduan atas pelanggaran di bidang penataan ruang, dengan melakukan tindakan awal paling lama 5 (lima) hari.

b. Defi nisi operasional ‐Pelayanan Yang Responsif adalah bentuk pelayanan yang tanggap, cepat, dan benar terhadap permasalahan

yang diadukan oleh masyarakat. ‐ Pelanggaran di Bidang Penataan Ruang adalah ketidaksesuaian

pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang, dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang, dengan persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang, dan/atau menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.

‐ Tindakan Awal adalah terdiri atas: 1 Penelaahan dan pemeriksaan aduan terhadap Perda RTR terkait; 2 Tinjauan ke lapangan; dan

Page 76: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

64 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

3 Menjawab aduan dengan surat. Setelah dilakukannya tindakan awal ini, selanjutnya dapat diteruskan dengan indentifi kasi dan tindakan penanganan kasus.

c. Cara Perhitungan Nilai Indikator

1) Rumus SPM tindakan awal pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang

adalah persentase jumlah kasus yang tertangani di akhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah pelayanan kasus yang seharusnya ditangani pada Kabupaten/Kota/Kecamatan di akhir tahun pencapaian SPM.

SPM Tindakan Awal Pen-

gaduan Pelanggaran di

Bidang Penataan Ruang

=

£  akhir tahun pencapaian SPM Jumlah kasus yang tertangani

X 100%£ seluruh kabupaten/kota Jumlah kasus yang seharusnya ditangani

2) Pembilang Jumlah kasus yang tertangani di akhir tahun pencapaian SPM adalah

jumlah kumulatif kasus pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang yang dapat ditangani di tingkat Kabupaten/Kota/Kecamatan sampai akhir tahun pencapaian SPM.

3) Penyebut Jumlah kasus yang seharusnya ditangani di akhir tahun pencapaian

SPM adalah jumlah kumulatif kasus pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang yang diterima laporannya dan seharusnya ditangani di tingkat Kabupaten/Kota/Kecamatan sampai akhir tahun pencapaian SPM.

4) Ukuran Konstanta Persen (%). 5) Contoh perhitungan Di Kota A, sampai tahun 2014 terdapat 100 kasus pengaduan, dan

kesemuanya dapat dilakukan tindakan awal penanganan kasus.

Maka Nilai SPM Tindakan Awal Pengaduan Pelanggaran di Bidang Penataan Ruang pada akhir tahun pencapaian adalah:

2014 (Kota) = 100/100 X 100% = 100% d. Sumber data

Fakta lapangan tentang tersedianya tindakan awal pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang.

e. Rujukan

‐ Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang: · Pasal 55 ayat (4) · Pasal 60 huruf c, d, e, dan f

‐ Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

f. Target

SPM tindakan awal pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang adalah 100% pada tahun 2014 di setiap Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

g. Langkah Kegiatan

Pelayanan pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang dilakukan dengan menelaah dan memeriksa terlebih dahulu pengaduan yang diajukan dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Jika hasil pengaduan terbukti benar

Page 77: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

65HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

telah terjadi pelanggaran, maka dilakukan penindakan lebih lanjut terhadap pelanggaran tersebut.

h. SDM

SDM pada Dinas/SKPD yang membidangi Penataan Ruang

V. PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK

Tersedianya Luasan RTH Publik Sebesar 20% dari Luas Wilayah Kota/Kawasan

Perkotaan

a. Pengertian

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik adalah penyediaan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Dalam SPM ini, ditargetkan terpenuhinya RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan sampai tahun 2030.

b. Defi nisi operasional

‐ Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik adalah bentuk-bentuk perwujudan RTH publik sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, termasuk melakukan tindakan-tindakan penyesuaian apabila terdapat ketidaksesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

‐ Tata cara penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik harus mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan.

c. Cara Perhitungan Nilai Indikator

1) Rumus SPM penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik adalah selisih antara

persentase luas RTH Publik per 5 tahun dengan persentase luas RTH Publik saat ini.

SPM Penyedian RTH Publik =£  akhir tahun pencapaian SPM Luasan RTH publik yang tersedia

X 100%£ wil.kota/kawasan perkotaan Luasan RTH publik yang seharusnya

2) Pembilang Jumlah Luasan RTH Publik yang tersedia di akhir tahun pencapaian SPM

adalah jumlah RTH publik yang tersedia di wilayah kota/kawasan perkotaan sampai akhir tahun pencapaian SPM.

3) Penyebut Jumlah Luasan RTH Publik yang seharusnya tersedia di wilayah kota/

kawasan perkotaan adalah 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan. 4) Ukuran Konstanta Persen (%). 5) Contoh perhitungan Sampai tahun 2014, Kota A memiliki jumlah luasan RTH publik sebesar 50

ha dari luas wilayah kota, sedangkan RTH publik ideal untuk kota tersebut adalah 150 ha, maka Nilai SPM penyediaan publik pada akhir tahun pencapaian adalah:

2014 (Kota) = 50/150 x 100% = 33%

Page 78: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

66 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMEN PU NO. 14/PRT/M/2010

d. Sumber data

Data penyebaran RTH publik yang tersedia di Kabupaten/Kota. e. Rujukan

‐ Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang: · Pasal 17 ayat (5) · Pasal 29 ayat (2) dan ayat (3)

‐ Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

f. Target

Target nilai SPM dihitung dari persentase luasan RTH publik yang diamanatkan dalam UUPR yaitu sebesar 20%, sehingga target SPM Penyediaan RTH Publik pada tahun 2014 adalah 25%.

g. Langkah Kegiatan

Penyediaan RTH publik dilakukan dengan melakukan penyesuaian pemanfaatan pola ruang wilayah kota/kawasan perkotaan dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

h. SDM

SDM pada Dinas/SKPD yang membidangi Penataan Ruang.

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

ttd

DJOKO KIRMANTO

Page 79: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

NOMOR: PM.106/HK.501/MKP/2010

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

LAMPIRAN I: INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG KESENIAN

LAMPIRAN II: PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN

MINIMAL BIDANG KESENIAN

Page 80: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Page 81: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

69HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWlSATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWlSATA

NOMOR: PM.106/HK.501/MKP/2010

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA,

Menimbang:1. bahwa untuk memperjelas ruang lingkup kewenangan pembangunan

kebudayaan, agar tetap lestari, perlu adanya suatu acuan yang menjadi dasar provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan, khususnya dalam member layanan publik di bidang kesenian;

2. bahwa Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM.43/PW.501/MKP/03 tentang Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat sehingga perlu disesuaikan;

3. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian;

Mengingat:1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan

Rekam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1990 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3418);

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4220);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Page 82: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

70 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 5071);

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

Page 83: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

71HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

19. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107);

20. Keputusan Presiden Nomor 100 Tahun 1961 tentang Pengiriman dan Penerimaan Perutusan Kebudayaan ke dan dari Luar Negeri;

21. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;

22. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

23. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

24. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

25. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/HK.001/MKP-2007;

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008;

Memperhatikan: Berita Acara Hasil Sidang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) tanggal 15 Desember 2010;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:1. Standar Pelayanan Minimal, yang selanjutnya disebut SPM adalah ketentuan

tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

2. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.

Page 84: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

72 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

3. Pelindungan adalah upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, atau kepunahan karya seni yang diakibatkan oleh perbuatan manusia ataupun proses alam.

4. Pengembangan adalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas karya seni yang hidup di tengah-tengah masyarakat tanpa menghilangkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

5. Pemanfaatan adalah upaya penggunaan karya seni untuk kepentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni itu sendiri.

6. Kesenian adalah hasil cipta rasa manusia yang memiliki nilai estetika dan keserasian antara pencipta, karya cipta, dan lingkungan penciptaan.

7. Urusan Pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

8. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

9. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

10. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-Iuasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

11. Menteri adalah Menteri yang memiliki tugas untuk menyelenggar akan pemerintahan di bidang kebudayaan.

BAB II

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

Pasal 2

1. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan di bidang kesenian sesuai standar pelayanan minimal bidang kesenian di wilayah kerjanya.

2. SPM Bidang Kesenian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenis pelayanan dasar beserta indikator kinerja dan target tahun 2010-2014 yang terdiri dari:a. pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan bidang kesenian:

1. cakupan kajian seni sebesar 50% sampai tahun 2014;2. cakupan fasilitasi seni s.ebesar 30% sampai tahun 2014;3. cakupan gelar seni sebesar 75% sampai tahun 2014; dan4. cakupan misi kesenian sebesar 100% sampai tahun 2014.

b. sarana dan prasarana:1. cakupan sumber daya manusia kesenian sebesar 25% sampai tahun 2014;2. cakupan tempat sebesar 100% sampai tahun 2014; dan3. cakupan organisasi sebesar 34% sampai tahun 2014.

Page 85: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

73HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

3. Indikator kinerja dan target sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan nilai 100 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

4. Untuk melaksanakan dan mencapai target SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dalam pelaksanaannya dilengkapi dan ditetapkan Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesenian di kabupaten/kota sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

SPM Bidang Kesenian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberlakukan juga bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

BAB III

PENGORGANISASIAN

Pasal 4

1. Gubernur, bupati/walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan di bidang kesenian sesuai dengan SPM Bidang Kesenian yang dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota.

2. Penyelenggaraan pelayanan di bidang kesenian sesuai SPM Bidang Kesenian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara operasional dikoordinasikan oleh satuan kerja perangkat daerah yang membidangi kebudayaan dan/atau kesenian di provinsi dan kabupaten/kota.

3. Penyelenggaraan pelayanan bidang kesenian dilakukan oleh aparatur satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan kualifi kasi dan kompetensi yang dibutuhkan.

BAB IV

PELAKSANAAN

Pasal 5

1. SPM Bidang Kesenian yang ditetapkan merupakan acuan dalam perencanaan program pencapaian target rriasing-masing daerah provinsi, kabupaten/kota.

2. SPM sebagaimana dimaksud dalam perencanaan program pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan pedoman/standar teknis yang ditetapkan oleh Menteri.

BAB V

PELAPORAN

Pasal 6

1. Bupati/walikota menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesenian di wilayah kerjanya kepada gubernur.

2. Gubernur menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesenian di wilayah kerjanya kepada Menteri.

3. Berdasarkan laporan teknis tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM Bidang Kesenian.

Page 86: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

74 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 7

1. Menteri melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM Bidang Kesenian oleh Pemerintah Daerah dalam rangka menjamin akses dan mutu pelayanan kesenian kepada masyarakat.

2. Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah untuk Pemerintahan Daerah kabupaten/kota, bersama pakar seni dan budayawan setempat terhadap setiap kegiatan pengelolaan kesenian di daerahnya guna memperbaiki kinerja pengelolaan kesenian di daerah tersebut.

Pasal 8

Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesenian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dipergunakan sebagai:a. bahan masukan bagi pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah dalam

pencapaian SPM Bidang Kesenian;b. bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM

Bidang Kesenian, termasuk pemberian penghargaan bagi Pemerintah Daerah yang berprestasi sangat baik; dan

c. bahan pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota yang tidak berhasil mencapai SPM Bidang Kesenian dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus daerah yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

PENGEMBANGAN KAPASITAS

Pasal 9

1. Menteri memfasilitasi Pengembangan kapasitas melalui peningkatan kemampuan sistem, kelembagaan, personal, dan keuangan, baik di tingkat Pemerintah, provinsi, maupun kabupaten/kota.

2. Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) berupa pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan lainnya yang meliputi:a. penghitungan sumber daya dan dana yang dibutuhkan untuk mencapai SPM

Bidang Kesenian, termasuk kesenjangan pembiayaan;b. penyusunan rencana pencapaian SPM Bidang Kesenian dan penetapan target

tahunan pencapaian SPM Bidang Kesenian;c. penilaian prestasi kerja pencapaian SPM Bidang Kesenian; dand. pelaporan prestasi kerja pencapaian SPM Bidang Kesenian.

Page 87: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

75HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

3. Fasilitasi, pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan kemampuan kelembagaan, personal, dan keuangan negara, serta keuangan daerah.

BAB VIII

PENDANAAN

Pasal 10

1. Pendanaan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem dan/atau sub sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas untuk mendukung penyelenggaraan SPM Bidang Kesenian merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

2. Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian kinerja/target, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sub sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas, yang merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 11

1. Menteri melakukan pembinaan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesenian.

2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan menyusun petunjuk teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

3. Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, dapat mendelegasikan pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) kepada gubernur selaku wakil Pemerintah di daerah.

Pasal 12

1. Menteri dalam melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesenian, dibantu oleh Inspektorat Jenderal.

2. Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dalam melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Kesenian, dibantu oleh Badan Pengawasan Daerah Provinsi berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Daerah Kabupaten/Kota.

3. Bupati/walikota melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan kesenian sesuai SPM Bidang Kesenian di daerah masing-masing.

Page 88: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

76 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

Pasal 13

1. Untuk mendorong masyarakat dalam berkesenian, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota wajib memberikan anugerah seni sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.

2. Pemerintah kabupaten/kota sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun wajib menyampaikan kepada pemerintah provinsi daftar usulan insan pelaku kesenian, baik perorangan dan/atau kelompok untuk memperoleh anugerah seni di tingkat provinsi.

3. Pemerintah provinsi wajib melakukan seleksi terhadap usulan yang disampaikan oleh pemerintah kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

4. Pemerintah provinsi sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun wajib memberikan anugerah seni kepada insan pelaku kesenian di wilayah kerjanya sesuai hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

5. Anugerah seni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) diberikan dalam bentuk piagam, barang, dan/atau uang kepada penerima anugerah seni.

6. Para penerima anugerah seni sebagaimana dimaksud pada ayat (3) oleh pemerintah provinsi diusulkan kepada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai calon penerima anugerah/penghargaan seni tingkat nasional.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.43/PW.501/MKP/03 tentang Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesenian dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ini.

Pasal 15

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 23 Desember 2010

MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA,

ttd

Ir. JERO WACIK, S.E

Page 89: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

77HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

La

mp

ira

n I

:

Ind

ika

ter

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

Ke

sen

ian

No

mo

r

: P

M.

10

6/H

K.5

01

/MK

P/2

01

0

Ta

ng

ga

l

: 2

3 D

ese

mb

er

20

10 IN

DIK

AT

OR

ST

AN

DA

R P

EL

AY

AN

AN

MIN

IMA

L B

IDA

NG

KE

SE

NIA

N

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Jaw

ab

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

12

34

56

7

1Pe

lindu

ngan

, Pe

ngem

bang

an, d

an

Pem

anfa

atan

Bid

ang

Kese

nian

Caku

pan

Kajia

n Se

ni 5

0%

100

2014

SKPD

Ke

giat

an y

ang

bers

ifat k

ajia

n ad

alah

:1.

sem

inar

,2.

sar

aseh

an;

3. d

isku

si*;

4. b

engk

el s

eni (

wor

ksho

p )*

;5.

pen

yera

pan

nara

sum

ber;

6. s

tudi

kep

usta

kaan

;7.

pen

ggal

ian;

8. e

kspe

rimen

tasi

;9.

reko

nstr

uksi

;10

. rev

italis

asi;

11. k

onse

rvas

i;12

. stu

di b

andi

ng;

13. i

nven

taris

asi*

;14

. dok

umen

tasi

*; d

an15

. pen

gem

asan

bah

an k

ajia

n.

Prov

insi

, kab

upat

enlk

ota,

min

imal

mel

aksa

naka

n 50

% d

ari s

elur

uh k

egia

tan

yang

m

enja

di c

akup

an K

ajia

n Se

ni, s

ampa

i tah

un 2

014.

Page 90: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

78 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

Caku

pan

Fasi

litas

i Sen

i 30

%10

020

14SK

PDJe

nis-

jeni

s fa

silit

asi d

alam

pel

indu

ngan

, pen

gem

bang

an, d

an p

eman

faat

an b

idan

g ke

seni

an a

dala

h:1.

pen

yulu

han

subs

tans

ial m

aupu

n te

knik

al;

2. p

embe

rian

bant

uan;

3. b

imbi

ngan

org

anis

asi;

4. k

ader

isas

i;5.

pro

mos

i;6.

pen

erbi

tan

dan

pend

okum

enta

sian

; dan

7. k

ritik

sen

i.

Prov

insi

, kab

upat

enlk

ota,

min

imal

mel

aksa

naka

n 30

% d

ari s

elur

uh k

egia

tan

yang

m

enja

di c

akup

an F

asili

tasi

Sen

i, sa

mpa

i tah

un 2

014.

Caku

pan

Gel

ar S

eni 7

5%10

020

14SK

PDW

ujud

gel

ar s

eni a

ntar

a la

in:

1. p

erge

lara

n;2.

pam

eran

;3.

fest

ival

; dan

4.lo

mba

.

Prov

insi

, kab

upat

enlk

ota,

min

imal

mel

aksa

naka

n 75

% d

ari s

elur

uh k

egia

tan

yang

m

enja

di c

akup

an G

elar

Sen

i, sa

mpa

i tah

un 2

014

Mis

i Kes

enia

n 10

0%10

020

14SK

PDPe

mer

inta

h pr

ovin

si d

an k

abup

aten

/kot

a w

ajib

men

gada

kan

mis

i kes

enia

n an

tar-

daer

ah s

ekur

angk

uran

gnya

sat

u ka

li da

lam

set

ahun

dal

am ra

ngka

per

tuka

ran

buda

ya, d

iplo

mas

i, da

n pr

omos

i kes

enia

n di

dae

rahn

ya k

elua

r dae

rah.

Prov

insi

, kab

upat

enlk

ota,

mel

aksa

naka

n 10

0% c

akup

anM

isi K

esen

ian,

sam

pai t

ahun

201

4. i

2Sa

rana

dan

Pr

asar

ana

Caku

pan

Sum

ber O

aya

Man

usia

Kes

enia

n 25

%10

020

14SK

PDD

alam

ber

baga

i keg

iata

n pe

lindu

ngan

, pen

gem

bang

an, d

an p

eman

faat

an s

eni

dipe

rluka

n ku

alifi

kasi

Sum

ber D

aya

Man

usia

(SD

M) K

esen

ian

seba

gai b

erik

ut:

1. s

arja

na s

eni;

2. p

akar

sen

i;3.

pam

ong

buda

ya*;

4. s

enim

an/b

uday

awan

*;5.

krit

ikus

;6.

insa

n m

edia

mas

sa;

7. p

engu

saha

;dan

8. p

enya

ndan

g da

na.

Prov

insi

, kab

upat

en/k

ota,

men

yedi

akan

min

imal

25%

dar

i cak

upan

Sum

ber D

aya

Man

usia

Kes

enia

n, s

ampa

i tah

un 2

014.

Page 91: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

79HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

Caku

pan

Tem

pat 1

00%

100

2014

SKPD

Pem

erin

tah

prov

insi

dan

kab

upat

en/k

ota

berk

ewaj

iban

men

yedi

akan

min

imal

:1.

Tem

pat u

ntuk

men

ggel

ar s

eni p

ertu

njuk

an d

an u

ntuk

pam

eran

; dan

2. Te

mpa

t mem

asar

kan

kary

a se

ni u

ntuk

men

gem

bang

kan

indu

stri

buda

ya.

Prov

insi

, kab

upat

en/k

ota,

men

yedi

akan

min

imal

sat

u te

mpa

t yan

g m

udah

dic

apai

ol

eh m

asya

raka

t, da

pat b

erup

a ge

dung

kes

enia

n at

au fa

silit

as-fa

silit

as la

in y

ang

mem

ungk

inka

n da

n sa

tu b

uah

tem

pat u

ntuk

mem

asar

kan

kary

a se

ni, s

ampa

i ta

hun

2014

.

Caku

pan

Org

anis

asi 3

4%10

020

14SK

PDPe

mer

inta

h pr

ovin

si, k

abup

aten

/kot

a m

embe

ntuk

:1.

Org

anis

asi s

truk

tura

l yan

g m

enan

gani

kes

enia

n2.

Lem

baga

/dew

an k

esen

ian

3. K

husu

s pe

mer

inta

han

prov

insi

mem

bent

uk T

aman

Buda

ya s

ebag

ai U

PT y

ang

men

anga

ni k

esen

ian.

Prov

insi

, kab

upat

en/k

ota,

min

imal

mel

aksa

naka

n 34

% d

ari k

upan

Org

anis

asi,

sam

pai t

ahun

201

4.

Cata

tan:

keg

iata

n de

ngan

tand

a • m

erup

akan

keg

iata

n pr

iorit

as

ME

NT

ER

I K

EB

UD

AY

AA

N D

AN

PA

RIW

ISA

TA

,

ttd

Ir.

JER

O W

AC

IK,

S.E

Page 92: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

80 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

Lampiran II : Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor : PM.106/HK.501/MKP/2010

Tanggal : 23 Desember 2010

PETUNJUK TEKNIS

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

A. Latar Belakang Kesenian yang ada, hid up, dan berkembang di daerah merupakan kekayaan

bangsa yang tidak ternilai harganya. Melalui Kesenian, kita sebagai bangsa dapat menunjukkan jatidiri kita. Agar keberadaan Kesenian sebagai unsur budaya dapat memberikan sumbangan terhadap kehidupan bangsa secara rohani dan jasmani, diperlukan 3 (tiga) penanganan pokok, yaitu: pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.

Dalam kehidupan masyarakat sekarang, sebagian Kesenian telah mengalami kepunahan maupun pendangkalan kandungan nilainya. Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, baik yang bersifat alamiah maupun kesalahan tindakan para pengelolanya, karena ketidakpedulian, ketidakmengertian, dan sebab-sebab lainnya. Dleh karena itu, perlu adanya kegiatan pelindungan yang dapat mencegah ancaman-ancaman kehidupannya. Sasaran pelindungan Kesenian tergantung pada situasi jenis atau bentuk Kesenian yang dilindungi meliputi peristiwa, materi, seniman, dan/atau konsumennya.

Pengembangan merupakan hal internal yang mutlak guna menyelaraskan kehidupan rohani dan jasmani yang lebih baik. Dengan demikian, pengembangan harus selalu mengutamakan kualitas, baik yang dikembangkan maupun dampaknya terhadap masyarakat. Sasaran pengembangan diantaranya adalah teknik penggarapan, materi peristiwa (event), seniman, dan dampak positifnya terhadap masyarakat, baik secara jasmani maupun rohani.

Kehidupan Kesenian, yang bersifat sakral atau profan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang bermuara pada kesejahteraan lahir dan batin secara seimbang. Sebagai akibat kurangnya pemahaman terhadap pemanfaatan Kesenian demi kesejahteraan jasmani, seringkali tata nilai yang merupakan konsumsi rohani dikorbankan.

Sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, berdasarkan peraturanperaturan tersebut maka kabupaten/kota pad a prinsipnya berhak menentukan jenis dan mutu pelayanan umum yang harus disediakan berdasarkan kewenangannya. Akan tetapi dalam rangka Negara Kesatuan, Pemerintah berkewajiban menjamin agar pelayanan umum yang sangat mendasar dalam bidang-bidang pemerintahan tertentu dapat menjangkau masyarakat secara merata. Berdasarkan kewajiban tersebut, Pemerintah perlu menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara nasional di bidang Kesenian.

Page 93: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

81HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 ada beberapa bidang Pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota diantaranya adalah bidang kebudayaan, dan salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah Kesenian. Berdasarkan kewajiban tersebut, maka Pemerintah Daerah berkewajiban melaksanakan urusan di bidang kebudayaan, dalam hal ini Kesenian, dengan SPM sebagai standar dan alat ukur pencapaiannya. Kewajiban Pemerintah Daerah di bidang Kesenian tersebut meliputi aspek penanganan sub-bidang pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan Kesenian.

Adanya penentuan SPM merupakan sarana yang tepat untuk memperjelas ruang lingkup kewenangan yang dimiliki Daerah. SPM Bidang Kesenian merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan Kesenian dalam konteks budayanya.

Kegiatan Kesenian pada dasarnya dilaksanakan oleh masyarakat sendiri sebagai pemilik Kesenian itu. Pemerintah berperan sebagai motivator dan fasilitator. Sebagai motivator, Pemerintah mendorong masyarakat untuk melaksanakan perannya di bidang Kesenian yang menurut Pemerintah penting namun kurang mendapat perhatian. Sebagai fasilitator, Pemerintah memberikan dukungan hokum (legal) dan anggaran (fi nansial) melalui Anggaran Pedapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Penyelenggaraan urusan wajib oleh Pemerintah Daerah adalah perwujudan otonomi yang bertanggung jawab sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada intinya merupakan pemberian hak dan kewenangan Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Pemerintah Daerah. Tanpa mengurangi arti serta pentingnya prakarsa Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan otonominya, dan untuk menghindari terjadinya kekosongan dalam penyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat, maka provinsi serta kabupaten/kota wajib melaksanakan kewenangan dalam bidang tertentu.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada Pemerintah Daerah sehingga memberi peluang kepada Daerah agar leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap Daerah. Kewenangan ini pada dasarnya merupakan upaya dalam pembagian urusan wajib antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai daerah otonom.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal menegaskan kewenangan Pemerintah Daerah sesuai dengan kedudukannya sebagai Daerah Otonom meliputi penyelenggaraan kewenangan pemerintahan otonom yang bersifat lintas Daerah dan penyelengaraan di bidang Kesenian. Sedangkan kewenangan Daerah sebagai wilayah administrasi merupakan pelaksanaan kewenangan Pemerintah yang didekonsentrasikan kepada Pemerintah Daerah.

Page 94: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

82 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

B. Pengertian1. Seniman adalah insan yang berkiprah dan memiliki dedikasi, serta komitmen

dalam memajukan kehidupan kesenian dan kebudayaan.2. Pergelaran Seni Pertunjukan adalah penyajian karya seni pertunjukan (tari,

musik, dan teater) sebagai pertanggungjawaban hasil karya seniman yang dihadiri oleh para pengunjung/penonton dengan persia pan latihan-latihan yang konseptual.

3. Festival Seni adalah suatu kegiatan yang menyajikan berbagai bentuk karya budaya dan seni sejenis atau suatu bentuk seni yang memiliki kekhasan masing-masing.

4. Pameran Seni rupa adalah kegiatan menyajikan karya-karya seni rupa, baik hasil karya seniman yang diselenggarakan bersifat tunggal, bersama, statis, atau dengan peragaan proses berkarya.

5. Pameran Seni media adalah kegiatan menyajikan karya-karya seni media, baik hasil karya seniman yang diselenggarakan bersifat tunggal, bersama, statis, atau dengan peragaan proses berkarya.

6. Kritik Seni adalah kegiatan intelektual dalam karya artistik o/eh para kritikus yang merupakan jembatan antara karya seni dengan masyarakat pencinta seni guna mengetahui apa yang terjadi, karya mana yang pantas dan mana yang kurang pantas.

7. Industri Budaya adalah kegiatan berupa pengemasan dan selanjutnya bermuara pada pemasaran karya seni, baik da/am bentuk penataan, penyantunan, perekaman maupun penyajian /angsung serta jasa untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.

8. Sarasehan adalah pertemuan yang mengkaji suatu masalah yang dipakai sebagai topik pembicaraan untuk mendapatkan tambahan informasi kesenian yang digali.

9. Bengkel Seni (workshop) adalah kegiatan bimbingan seni yang disertai dengan praktek.

10. Penyerapan Narasumbet adalah tanya jawab secara langsung dari narasumber untuk mendapatkan bahan informasi yang selengkap-Iengkapnya mengenai suatu bentuk seni.

11. Studi Kepustakaan adalah pengamatan dan penelitian kesenian dengan cara mengamati dan melacak sumber-sumber tulisan.

12. Rekonstruksi adalah menyusun atau menata kembali kesenian yang hamper punah dalam upaya mendapatkan gambaran bentuk seni sesuai dengan aslinya.

13. Eksperimentasi adalah kegiatan mencoba terapkan sebuah gagasan atau penemuan baru dalam kegiatan kreativitas seni, atau menerapkan sistem, metode, maupun teknik untuk memudahkan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memperoleh nilai tambah bagi karya seni.

14. Revitalisasi adalah kegiatan untuk meningkatkan peran dan fungsi unsur-unsur budaya lama yang masih hidup di masyarakat dalam konteks baru dengan tetap mempertahankan keasliannya.

15. Studi Banding adalah upaya mencari titik perbedaan dan titik persamaan bagi satu atau lebih seni sejenis sebagai bahan penentuan identitas masing-masing dan luas lingkup wilayah pengaruhnya.

16. lnventarisasi adalah kegiatan pencatatan keseluruhan unsur kebudayaan yang ada di suatu wilayah, baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun yang sudah tercatat sebagai milik negara, bersifat fi sik maupun nonfi sik.

Page 95: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

83HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

17. Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyimpanan data terutama dari hasil penggalian di samping upaya-upaya lain dan kegiatan pengolahan sarana dokumentasi yang bertujuan untuk menyimpan data sebagai bahan pengkajian guna memenuhi berbagai kebutuhan di sam ping sebagai upaya pemeliharaan.

18. Penyandang Dana adalah fi gur perorangan atau institusi yang mampu ditempatkan sebagai penyandang dana/penyumbang secara tetap ataupun temporer dalam kegiatan-kegiatan kesenian di daerah.

19. Pengusaha adalah pelaku-pelaku industri yang telah memiliki komitmen untuk memajukan kesenian di daerah, atau yang harus dilibatkan sebagai “bapak angkat” bagi seniman atau organisasi kesenian.

20. Kaderisasi adalah usaha mempersiapkan kader-kader seniman untuk mempertahankan kondisi yang ada dalam jangka waktu yang tidak terbatas dengan mengupayakan peningkatannya secara vertikal dan horizontal sehingga pelestarian kesenian berjalan secara berkesinambungan.

21. Kemampuan dan Potensi Daerah adalah kondisi keuangan daerah dan sumber daya yang dimiliki daerah untuk menyelenggarakan urusan wajib pemerintahan daerah dan dalam rangka pembelanjaan untuk membiayai penerapan SPM.

22. Insan Media Massa adalah kolumnis atau jurnalis daerah provinsi atau kritikus seni, kabupaten/kota yang mampu melakukan penilaian, justifi kasi, klarifi kasi bagi terciptanya peningkatan apresiasi seni di masyarakat, sekaligus umpan balik bagi kebijakan pengelolaan kesenian provinsi, kabupaten/kota.

23. Lomba Seni adalah suatu kegiatan yang mewadahi adu prestasi secara langsung melalui keunggulan menciptakan atau kemahiran menyajikan suatu bentuk karya seni.

24. Masyarakat Pendukung adalah kelompok pencinta dan pemerhati jenis dan bentuk kesenian di daerah yang dapat dijadikan narasumber pada pengelolaan kegiatan kesenian daerah.

25. Pakar Seni adalah tenaga ahli di bidang kesenian. Termasuk dalam pakar seni adalah tenaga yang ahli menata gelar seni pertunjukan (dramaturg), dan Kurator yang melakukan pengemasan dan pemaknaan pada setiap kegiatan pameran seni rupa dan seni media. Bila tidak tersedia dapat diambil dari perguruan tinggi dan daerah lain sebagai mitra kerjasama.

26. Sarjana Seni adalah orang yang telah mengikuti pendidikan formal kesenian di perguruan tinggi, yang kemungkinan telah tersedia di daerah. Bila tidak tersedia dapat diambil dari perguruan tinggi dan daerah lain sebagai mitra kerjasama.

27. Pamong Budaya adalah petugas dalam jabatan fungsional Daerah yang berkedudukan di Provinsi, Kabupaten/Kota. Pejabat fungsional ini bertugas menjembatani hubungan teknis fungsional antara pemerintah dan masyarakat.

28. Pemberian Bantuan adalah pemberian bantuan berupa material atau fi nancial sebagai upaya memberikan dorongan atau rangsangan untuk menambah gairah berkarya kepada seniman dan/atau organisasi kesenian yang berprestasi agar lebih mampu membina dan mengembangkan kreativitas berkarya di bidang seni masing-masing.

29. Penerbitan dan Pendokumentasian adalah upaya menambah/memperluas karya dengan jalan menerbitkan naskah selain untuk disebarluaskan juga untuk didokumentasikan sebagai upaya menjaga keberadaan karya tersebut.

Page 96: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

84 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

30. Penyuluhan adalah kegiatan untuk memberikan tuntunan, petunjuk, dorongan, pengarahan dan penambahan pengetahuan untuk menjaga dan menjamin kelangsungan kehidupan suatu jenis kesenian.

31. Promosi adalah upaya menyebarluaskan seni melalui usaha/kegiatan komersial yang sehat.

32. Seniman/Budayawan adalah adalah insan yang berkiprah dan memiliki dedikasi, serta komitmen dalam memajukan kehidupan kesenian dan kebudayaan.

C. Tujuan dan Sasaran Tujuan secara umum dari Peraturan ini adalah untuk melindungi,

mengembangkan, dan memanfaatkan Kesenian Indonesia dalam rangka mewujudkan kehidupan kebudayaan yang maju, dinamis, berwawasan lingkungan, mampu menyejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban, persatuan, serta persahabatan antar-daerah.

Secara khusus peraturan ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi daerah untuk melayani masyarakat dalam kegiatan:1. melindungi jenis dan bentuk Kesenian sebagai upaya pencegahan dan

penanggulangan gejala yang menimbulkan kerusakan atau kepunahan;2. mengembangkan jenis dan bentuk Kesenian sebagai upaya penyebarluasan

dan pendalaman serta peningkatan mutu budaya bangsa; dan3. memanfaatkan jenis dan bentuk Kesenian untuk kepentingan kesejahteraan

masyarakat untuk kepentingan ritual, pendidikan, ilmu pengetahuan, pariwisata, dan ekonomi.

Sasaran dari peraturan ini adalah:1. bentuk dan jenis Kesenian yang ada, hidup, dan berkembang di daerah

provinsi, kabupaten/kota;2. acara dan peristiwa di provinsi, kabupaten/kota yang menggunakan

Kesenian sebagai bag ian yang tak terpisahkan; dan3. seniman pencipta, penyaji, peneliti, kritikus, kurator, dramaturg, dan

organisasi Kesenian serta masyarakat pelaku dan/atau penikmat Kesenian.D. Ruang Lingkup SPM ini mencakup tiga aspek penanganan Kesenian yaitu:

1. pelindungan;2. pengembangan; dan3. pemanfaatan.

Masing-masing aspek merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya penekanan pada satu dan/atau lebih aspek pada saat pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan yang menjadi bag ian dari ruang lingkup peraturan ini meliputi:1. kajian seni;2. gelar seni;3. misi kesenian;4. fasilitasi seni;5. sumber daya manusia bidang kesenian;6. tempat; dan7. organisasi.

Page 97: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

85HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

E. Standar Pelayanan Minimal Sub-Bidang Pelindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Kesenian1. Kajian Seni Kajian seni adalah meneliti penanganan kesenian untuk mengetahui apakah

pelaksanaan penanganan kesenian itu sesuai dengan tujuan pengelolaannya dan menghasilkan data serta peta situasi kesenian di daerah.

Kegiatan yang bersifat kajian adalah:1. seminar;2. sarasehan;3. diskusi;4. bengkel seni (workshop);5. penyerapan narasumber;6. studi kepustakaan;7. penggalian;8. eksperimentasi;9. rekonstruksi;10. revitalisasi;11. konservasi;12. studi banding;13. inventarisasi;14. dokumentasi; dan15. pengemasan bahan kajian

Dalam hal kegiatan eksperimentasi sebagaimana, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan, kehilangan, atau kemusnahan aspek kebudayaan harus didahului dengan penelitian.

Dalam melaksanakan kegiatan di bidang kajian seni, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sekurang-kurangnya (1) satu kali dalam (1) satu tahun berkewajiban untuk menyelenggarakan 7 (tujuh) atau 8 (delapan) kegiatan dari 15 (lima belas) kajian seni di wilayah kerjanya sampai tahun 2014.

Berdasarkan hasil kajian diperoleh data dan peta situasi kehidupan Kesenian di daerah sehingga daerah dapat mengidentifi kasi jenis-jenis kajian seni yang perlu difasilitasi.

2. Fasilitasi Seni Fasilitasi Seni adalah dukungan bagi Kesenian di daerah agar dapat hidup

lebih layak.

Jenis-jenis fasilitasi dalam pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan bidang Kesenian adalah:1. penyuluhan substansial maupun teknikal;2. pemberian bantuan;3. bimbingan organisasi;4. kaderisasi;5. promosi;6. penerbitan dan pendokumentasian; dan7. kritik seni.

Page 98: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

86 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota wajib mendorong dan memfasilitasi pakar seni untuk melaksanakan kritik seni di daerahnya, sebagai upaya meningkatkan kualitas Kesenian di daerah.

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota wajib menyediakan ruang untuk kegiatan kritik seni di media cetak dan/atau di media elektronik.

Kritik seni dapat dilakukan terhadap gelar seni maupun kemasan industry budaya dan/atau berdiri sendiri sebagai upaya menyelamatkan Kesenian dari perkembangan yang tidak diinginkan, dan mendorong perkembangan yang sehat serta berkualitas.

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota berkewajiban menyelenggarakan seluruh fasilitasi sesuai dengan kemampuan yang tersedia untuk kegiatankegiatan kesenian yang diselenggarakan masyarakat, minimal 1 (satu) atau 2 (dua) kegiatan fasilitasi seni sampai tahun 2014.

3. Gelar Seni Gelar seni adalah ajang pertanggungjawaban kegiatan kesenian dalam

peristiwa tertentu baik yang sakral (untuk kepentingan peribadatan atau upacara adat), sajian artistik (sajian yang khusus untuk dihayati secara estetis), maupun profan lainnya (sebagai kelengkapan upacara kenegaraan, resepsi, hiburan, pertunjukan, dan lain-lain).

Sebagai upaya menyemaraKkan kehidupan Kesenian di daerah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota wajib melaksanakan dan mendorong penyelenggaraan gelar seni di daerahnya.

Wujud gelar seni adalah:1. pergelaran;2. pameran;3. festival; dan4. lomba.

Untuk mendorong gelar seni secara intensif, tempat-tempat hiburan dan hotel yang ada di daerah wajib mementaskan Kesenian daerah dengan frekuensi yang memadai dan memperoleh kontribusi yang layak.

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota berkewajiban menyelenggarakan minimal 3 (tiga) dari 4 (em pat) kegiatan gelar seni sampai tahun 2014.

4. Misi Kesenian Misi kesenian adalah kegiatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih dan

atau sekelompok seniman/seniwati yang dipersiapkan untuk melaksanakan penyajian seni bagi keperluan suatu duta seni, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri untuk kepentingan penyebarluasan suatu atau beberapa bentukseni dan pengenalan suatu jatidiri.

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota wajib mengadakan misi kesenian antar-daerah sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun dalam rangka pertukaran budaya, diplomasi, dan promosi Kesenian di daerahnya keluar daerah.

Page 99: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

87HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

Materi dan penampilan penyajian dalam misi kesenian harus tidak merugikan nama baik daerah/suku bangsa/bangsa yang diwakilinya.

Kegiatan misi kesenian di dalam negeri wajib memperhatikan:1. kejelasan daerah tujuan;2. kejelasan materi misi secara kua/itatif dan kuantitatif;3. ketepatan pengemasan; dan4. kesepakatan teknis dan administrasi antara pengirim misi dengan

penerima misi. Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban memberikan bantuan dalam arti

luas guna terselenggaranya misi kesenian, baik antar daerah, maupun ke luar negeri.

5. Sumber Oaya Manusia Bidang Kesenian Dalam berbagai kegiatan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan

seni diperlukan kualifi kasi 8umber Daya Manusia (8DM) Kesenian sebagai berikut:1. sarjana seni;2. pakar seni;3. pamong budaya;4. seniman/budayawan;5. kritikus;6. insan media massa;7. pengusaha;dan8. penyandang dana.

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota berkewajiban menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan 8DM dalam pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kesenian, minimal 2 (dua) dari (8) delapan kualifi kasi SOM sampai tahun 2014, yaitu:1. seniman/budayawan; dan2. pamong budaya.

6. Tempat Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota berkewajiban menyediakan

minimal:1. Tempat untuk menggelar seni pertunjukan dan untuk pameran; dan2. Tempat memasarkan karya seni untuk mengembangkan industri budaya.

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota wajib mendorong dan membuka peluang bagi masyarakat untuk menumbuhkan industri budaya untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui Kesenian.

Industri budaya meliputi kegiatan berupa pemasaran karya seni, baik dalam bentuk penataan, penyantunan, perekaman, maupun penyajian langsung serta jasa untuk mendapatkan keuntungan.

Khusus untuk kemasan dengan media rekam, harus mempunyai akses studio rekaman yang memadai, baik yang berdomisili di daerah itu, maupun di luar daerahnya.

Page 100: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

88 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENBUDPAR NO. PM.106/HK.501/MKP/2010

Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota wajib mempunyai sarana promosi melalui media cetak dan elektronik.

Dana yang diperoleh dari hasil industri budaya, baik yang dipungut oleh daerah, maupun keuntungan pelaku industri budaya, sebagian wajib digunakan kembali untuk kepentingan kajian, fasilitasi gelar seni, dan proses kritik seni, sehingga kehidupan Kesenian dapat berkesinambungan.

7. Organisasi Pemerintah provinsi, kabupaten/kota membentuk:

1. Organisasi struktural yang menangani kesenian2. Lembaga/dewan kesenian3. Khusus pemerintahan provinsi membentuk Taman Budaya sebagai UPT

yang menangani kesenian

Provinsi, kabupaten/kota, minimal melaksanakan 1 (satu) dari 3 (tiga) cakupanOrganisasi, sampai tahun 2014.

MENTERI KEBUDAYAAN DAN

PARIWISATA,

ttd

Ir. JERO WACIK, S.E

Page 101: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR: 65/Permentan/OT.140/12/2010

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN I: PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN

MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN

KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN II: PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN

PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG

KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN III: PENJELASAN MODUL PEMBIAYAAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN

PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN IV: STANDAR PEMBIAYAAN STANDAR

PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Page 102: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Page 103: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

91HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR: 65/Permentan/OT.140/12/2010

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : 1. bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (2) huruf m dan Pasal 8 Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten /Kota, ketahanan pangan merupakan urusan wajib;

2. bahwa keberhasilan urusan wajib ketahanan pangan tercermin berdasarkan target capaian jenis pelayan dasar dan indikator Standar Pelayanan Minimal bidang ketahanan pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap;

3. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan agar pelaksanaan urusan ketahanan pangan dapat berjalan lancar dan berhasil baik, perlu menetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun

1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) juncto Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4585);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

Page 104: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

92 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4819);

8. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Pertanian;

10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan /OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

Memperhatikan : Hasil rekomendasi Sidang Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah tanggal 12 Agustus 2010;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG STANDAR PELAYAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:1. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

2. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

3. Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, yang kualitas pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh daerah provinsi dan kabupaten/kota.

4. Pelayanan Dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan.

5. Pelayanan Dasar Bidang Ketahanan Pangan adalah pelayanan dasar untuk mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Page 105: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

93HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

6. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.

7. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target jenis pelayanan bidang ketahanan pangan secara bertahap sesuai dengan indikator dan nilai yang ditetapkan.

8. Lembaga Ketahanan Pangan Provinsi adalah lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan Provinsi di bidang ketahanan pangan.

9. Lembaga Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota adalah lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota di bidang ketahanan pangan.

10. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

11. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Bupati/Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

12. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

BAB II

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BIDANG KETAHANAN PANGAN

Pasal 2

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan terdiri atas SPM Bidang Ketahanan Pangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Pasal 3

Dalam hal ketentuan SPM Bidang Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, ditentukan 4 (empat) jenis pelayanan dasar :

1. Ketersediaan dan Cadangan Pangan;2. Distribusi dan Akses Pangan;3. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan; dan4. Penanganan Kerawanan Pangan.

Pasal 4

(1) Pelayanan Dasar SPM Bidang Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalam bentuk indikator kinerja untuk target capaian Tahun 2015.

Page 106: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

94 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

Pasal 5

Penjabaran indikator kinerja Pemerintah Daerah Provinsi dalam target capaian tahun 2015:a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan: Penguatan cadangan pangan 60% pada tahun 2015.b. Distribusi dan Akses Pangan: Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah 100% pada

tahun 2015.c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan: Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan 80% pada tahun 2015.d. Penanganan Kerawanan Pangan: Penanganan daerah rawan pangan 60% pada tahun 2015.

Pasal 6

Penjabaran indikator kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota target capaian 2015;a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan:

1. Ketersediaan energi dan protein perkapita 90% pada tahun 2015;2. Penguatan cadangan pangan 60% pada tahun 2015.

b. Distribusi dan Akses Pangan:1. Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah 90%

pada tahun 2015;2. Stabilitas harga dan pasokan pangan 90% tahun 2015.

c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan:1. Pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) 90% pada tahun 2015;2. Pengawasan dan pembinaan kemanan pangan 80% pada tahun 2015.

d. Penanganan Kerawanan Pangan: Penanganan daerah rawan pangan 60% pada tahun 2015.

BAB III

PENGORGANISASIAN

Pasal 7

1. Gubernur bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan SPM Bidang Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang dilaksanakan oleh perangkat daerah provinsi.

2. Bupati/Walikota bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan SPM Bidang Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 yang dilaksanakan oleh perangkat daerah kabupaten/kota.

Pasal 8

1. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 secara operasional dikoordinasikan oleh Badan/Kantor Ketahanan Pangan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

2. Penyelenggaraan SPM Bidang Ketahanan Pangan dilaksanakan oleh perangkat daerah yang mempunyai kualifi kasi dan kompetensi di bidangnya.

Page 107: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

95HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

BAB IV

PELAKSANAAN

Pasal 9

1. SPM Bidang Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan 6 merupakan acuan dalam perencanaan program pencapaian target standar pelayanan minimal, baik oleh Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

2. Perencanaan program pencapaian target sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan secara bertahap sesuai petunjuk teknis SPM Bidang Ketahanan Pangan.

BAB VPELAPORAN

Pasal 10

1. Gubernur dan Bupati/Walikota wajib menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian pelayanan ketahanan pangan kepada Menteri Pertanian melalui Kepala Badan Ketahanan Pangan.

2. Kepala Badan Ketahanan Pangan atas nama Menteri Pertanian melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan.

BAB VIMONITORING DAN EVALUASI

Pasal 11

1. Untuk menjamin pelayanan dasar kepada masyarakat dilakukan monitoring dan evaluasi atas penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan Daerah, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Daerah.

Pasal 12

Hasil monitoring dan evaluasi penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dijadikan bahan:a. masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam pencapaian

SPM Bidang Ketahanan Pangan;b. pertimbangan dalam pembinaan dan pengawasan penerapan SPM Bidang

Ketahanan Pangan; c. pertimbangan dalam pemberian penghargaan bagi pemerintah daerah yang

berprestasi sangat baik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

d. pertimbangan dalam memberikan sanksi kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota yang tidak berhasil mencapai SPM Bidang Ketahanan Pangan dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi khusus Daerah yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 108: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

96 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

BAB VII

PENGEMBANGAN KAPASITAS

Pasal 13

1. Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan provinsi dan kabupaten/kota, dilakukan pengembangan kapasitas untuk mendukung penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan.

2. Pengembangan kapasitas untuk mendukung penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan atas nama Menteri Pertanian.

Pasal 14

1. Pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan melalui peningkatan kemampuan sistem kelembagaan, personil dan keuangan, baik oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah.

2. Peningkatan kemampuan sistem kelembagaan, personil dan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan lainnya.

BAB VIIIPENDANAAN

Pasal 15

Pendanaan untuk penyusunan, penetapan, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sistem dan/atau sub sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas guna mendukung penyelenggaraan SPM Bidang Ketahanan Pangan yang menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Pertanian.

Pasal 16

Pendanaan untuk penerapan, pencapaian kinerja/target, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan sub sistem manajemen, serta pengembangan kapasitas yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintahan daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya.

BAB IXPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 17

1. Pembinaan teknis penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan dilakukan sesuai petunjuk teknis.

Page 109: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

97HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

2. Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah di daerah, setelah dikoordinasikan dengan Kementerian Dalam Negeri

Pasal 18

1. Kepala Badan Ketahanan Pangan atas nama Menteri Pertanian dibantu Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan pemerintahan daerah.

2. Gubernur selaku wakil Pemerintah di Daerah melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi.

3. Bupati/Walikota melakukan pengawasan teknis atas penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 19

Di luar jenis pelayanan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, provinsi dan kabupaten/kota tertentu wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai kebutuhan, karakteristik, dan potensi daerah.

Pasal 20

SPM bidang ketahanan pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dan Pasal 6, diberlakukan juga untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut Pembinaan teknis yang dibuat Kementerian Pertanian dalam Pelaksanaan SPM Bidang Ketahanan Pangan Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana terlampir, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam peraturan ini, yang terdiri atas:1. Lampiran I. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan

Provinsi dan Kabupaten/Kota.2. Lampiran II. Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.3. Lampiran III. Penjelasan Modul Pembiayaan Standar Pelayanan Minimal Bidang

Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.4. Lampiran IV. Stándar Pembiayaan Stándar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan

Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Page 110: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

98 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

Pasal 22

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI PERTANIAN,

Ttd

SUSWONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 28 Desember 2010

MENTERI HUKUM DAN HAM

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

PATRIALIS AKBAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 670

Page 111: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

99HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 65/Permentan/OT.140/12/2010

TANGGAL : 22 Desember 2010

PETUNJUK TEKNIS

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Oleh karena terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagi masyarakat, melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kebupaten/Kota dalam Pasal 7 huruf m dan Pasal 8, urusan Ketahanan Pangan merupakan urusan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar dalam pemenuhan kebutuhan hidup minimal.

Dalam penyelenggaran ketahanan pangan, peran pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota dalam mewujudkan ketahanan pangan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 adalah melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan ketahanan pangan di wilayah masing-masing dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan, dilakukan dengan : (a) memberikan informasi dan pendidikan ketahanan pangan; (b) meningkatkan motivasi masyarakat; (c) membantu kelancaran penyelenggaraan ketahanan pangan; (d) meningkatkan kemandirian ketahanan pangan.

Ketahanan pangan dengan prinsip kemandirian dan berkelanjutan senantiasa harus diwujudkan dari waktu ke waktu, sebagai prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi bangsa Indonesia.

Upaya mewujudkan ketahanan pangan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor internal maupun eksternal yang terus berubah secara dinamis. Dinamika dan kompleksitas ketahanan pangan menimbulkan berbagai permasalahan dan tantangan serta potensi dan peluang yang terus berkembang yang perlu diantisipasi dan diatasi melalui kerjasama yang harmonis antar seluruh pihak terkait dalam mewujudkan ketahanan pangan.

Page 112: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

100 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

alah satu komitmen Indonesia dalam penanganan masalah ketahanan pangan adalah mendukung MDGs dalam penurunan jumlah penduduk yang menderita kelaparan separuhnya sampai tahun 2015. Hal ini merupakan dasar penentuan nilai capaian penurunan jumlah penduduk rawan pangan yang disesuaikan dengan potensi dan kemampuan baik di tingkat pusat maupun daerah, bahwa kita hanya mampu menentukan target capaian sebesar 75 persen dari target MDGs tersebut.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan yang meliputi pengkajian, perumusan kebijakan dan pengembangan ketahanan pangan, diimplementasikan dalam bentuk beberapa program aksi yang dilaksanakan di kabupaten/kota. Pengembangan ketahanan pangan yang telah dilaksanakan dalam bentuk Desa Mandiri Pangan, Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.

Penyelenggaran SPM Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting ketahanan pangan, yang dapat digunakan sebagai indikator pencapaian standar pelayanan ketahanan pangan, yaitu (a) ketersediaan pangan, yang diartikan bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya serta aman, (b) distribusi pangan, adalah pasokan pangan yang dapat menjangkau keseluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga, dan (c) konsumsi pangan, adalah setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi yang beragam, bergizi dan seimbang serta preferensinya.

Dari ke tiga aspek ketahanan pangan tersebut di atas, maka Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, terdiri dari 4 (empat) jenis pelayanan dasar : 1. Bidang ketersediaan dan cadangan pangan;2. Bidang distribusi dan akses pangan;3. Bidang penganekaragaman dan keamanan pangan;4. Bidang penanganan kerawanan pangan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud ditetapkannya petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan adalah sebagai pedoman/acuan bagi Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang ketahanan pangan.

Tujuan penetapan petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan untuk :1. Meningkatkan penanganan ketersediaan dan cadangan pangan;2. Meningkatkan distribusi dan akses pangan sampai tingkat rumah tangga;3. Meningkatkan keragaman konsumsi dan keamanan pangan terhadap

pangan lokal;4. Menangani kerawanan pangan pada masyarakat miskin.

Page 113: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

101HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PELAYANAN KETERSEDIAAN DAN CADANGAN PANGAN

A. Gambaran Umum

Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasokan pangan; (3) pengelolaan cadangan pangan.

Jumlah penduduk yang besar dan kemampuan ekonomi relatif lemah, maka kemauan untuk tetap menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan harus terus diupayakan dari produk dalam negeri. Hal yang perlu disadari adalah kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi sendiri, khususnya bahan pangan pokok juga menyangkut harkat martabat dan kelanjutan eksistensi bangsa. Sedangkan impor pangan merupakan pilihan akhir, apabila terjadi kelangkaan produksi dalam negeri.

Pengelolaan cadangan pangan harus dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002. Cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan, karena cadangan pangan merupakan sumber pasokan untuk mengisi kesenjangan antara produksi dan kebutuhan dalam negeri atau daerah dari waktu ke waktu.

Cadangan pangan terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat. Cadangan pangan pemerintah terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang mencakup pangan tertentu yang bersifat pangan pokok. Cadangan pangan pemerintah khususnya beras dikelola oleh Perum Bulog. Untuk cadangan pangan pemerintah daerah, termasuk cadangan pangan pemerintah desa, diatur pada Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa. Untuk cadangan pangan masyarakat meliputi rumah tangga, pedagang dan industri pengolahan.

Penyelenggaraan penguatan cadangan pangan pemerintah daerah dapat dilakukan melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Dengan kegiatan tersebut diharapkan masyarakat mampu memberdayakan kelembagaan lumbung pangan yang mandiri.

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal ketersediaan pangan dan cadangan pangan, dioperasionalkan melalui indikator ketersediaan energi dan protein per kapita, dan indikator penguatan cadangan pangan.

Page 114: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

102 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

B. Indikator dan Operasional

B.1. Indikator Ketersediaan Energi Dan Protein Per Kapita

1. Pengertian a. Ketersediaan Pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam

negeri dan/atau sumber lain.b. Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk

memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya.

c. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber, yaitu (1) produk dalam negeri, (2) pemasokan pangan, dan (3) pengelolaan cadangan pangan.

2. Defi nisi Operasionala. Angka Kecukupan Gizi (AKG) ditetapkan di Indonesia setiap lima tahun

sekali melalui forum Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG). Salah satu rekomendasi WKNPG ke VIII tahun 2004 menetapkan tingkat ketersediaan energi sebesar 2.200 Kkal/Kapita/Hari dan protein 57 Gram/Perkapita/Perhari.

b. Cara Perhitungan Penyediaan pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan stok,

impor dan ekspor. Rumus penyediaan pangan adalah : Ps = Pr - ΔSt + Im – Ek Dimana: Ps : Total penyediaan dalam negeri Pr : Produksi ΔSt : Stok akhir – stok awal Im : Impor Ek : Ekspor

• Ketersediaan bahan makanan per kapita dalam bentuk kandungan nilai gizinya dengan satuan kkal energi dan gram protein, menggunakan rumus:

• Ketersediaan energi (Kkal/Kapita/Hari) = Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari x Kandungan kalori x BDD

100

• Ketersediaan protein (gram/kapita/hari) = Ketersediaan Pangan/Kapita/Hari x Kandungan kalori x BDD

100

Catatan:• BDD = Bagian yang dapat dimakan (buku DKBM)• Ketersediaan pangan/kapita/hari sumbernya dari Neraca Bahan

Makanan (NBM)• Kandungan zat gizi (kalori dan protein sumbernya dari daftar komposisi

bahan makanan (DKBM)• Bagi komoditas yang data produksinya tidak tersedia (misal

komoditas sagu, jagung muda, gula merah) untuk mendapatkan angka ketersediaan menggunakan pendekatan angka konsumsi dari data Susenas BPS ditambah 10% dengan asumsi bahwa perbedaan antara angka kecukupan energi pada tingkat konsumsi dengan angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 10%.

Page 115: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

103HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

• Contoh : Dari rumus perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa tingkat ketersedian

energi dan protein pada tahun 2007 – 2008, ternyata sudah melebihi Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.

Tahun

Energi ProteinKetersediaan(Kkal/Kap/Hr)

Tingkat Ketersediaan (%)

Ketersediaan (Gram/Kap/Hr) Tingkat Ketersediaan (%)

2007 3.157 143,5 76,27 133,8

2008 3.056 138,9 81,20 142,5

3. Sumber Dataa. Data Konsumsi dari Susenas BPSb. Data produksi tanaman pangan dan hortikultura, data impor dan ekspor

dari BPSc. Data produksi perkebunan, peternakan bersumber dari instansi di lingkup

Kementerian Pertanian, serta data perikanan berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan

d. Data stok diperoleh dari Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Dewan Gula Nasional

e. Data industri bukan makanan diperoleh dari BPSf. Besaran dan angka konversi yang digunakan (seperti pakan, tercecer dan

bibit) ditetapkan oleh Tim Neraca Bahan Makanan (NBM), berdasarkan hasil kajian dan pendekatan-pendekatan ilmiah

g. Data penduduk yang digunakan adalah data penduduk pertengahan tahun, berdasarkan Survey penduduk dan Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) BPS. Publikasi Sensus Penduduk tersebut sudah mencerminkan jumlah penduduk pada posisi pertengahan tahun

h. Komposisi gizi dan bagian yang dapat dimakan (BDD) diperoleh dari buku Daftar Komposisi bahan Makanan Indonesia, Direktorat Ketahanan Pangan Masyarakat Departemen Pertanian RI dan sumber lain yang bersifat resmi.

i. Komponen penggunaan/pemakaian dalam negeri diperoleh dari hasil hitungan, yaitu berupa persentase terhadap penggunaan dalam negeri (seperti pakan dan tercecer), atau merupakan residual dari hasil hitungan.

j. Dokumen Perencanaan BAPPENAS k. MDG’S tahun 2000l. Laporan hasil identifi kasi ketersediaan dan kondisi lumbung pangan

4. Rujukan a. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010

tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan PanganTahun 2010.

5. Target Target pencapaian ketersediaan energi dan protein per kapita adalah 90%

pada tahun 2015

Page 116: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

104 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

6. Langkah Kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan membuat peta ketersediaan pangan daerah sentra produksi, dengan melakukan :• Menyusun petunjuk operasional penyusunan peta daerah sentra

produksi pangan masyarakat di tingkat kabupaten/kota;• Identifi kasi/pengumpulan data; • Koordinasi kesepakatan data;• Penyusunan dan analisis data;• Desain pemetaan ketersediaan pangan.

b. Menyusun dan membuat peta daerah sentra pengembangan produksi pangan lokal spesifi k daerah dengan melakukan :• Menyusun petunjuk operasional penyusunan peta daerah sentra

pengembangan produksi pangan lokal spesifi k daerah;• Merumuskan konversi pangan lokal setara energi dan protein (Daftar

Komposisi Bahan Makanan/DKBM);• Identifi kasi/pengumpulan data; • Koordinasi kesepakatan data;• Penyusunan dan analisis data;• Desain pemetaan ketersediaan pangan.

c. Melakukan pembinaan dan pelatihan dalam rangka peningkatan ketersediaan pangan berbahan baku lokal kepada sejumlah kelompok binaan per kabupaten/kota;

d. Melakukan pembinaan pengembangan penganekaragaman produk pangan;

e. Menyusun dan menganalisis Neraca Bahan Pangan (NBM) di tingkat kabupaten/kota setiap tahun;

f. Melakukan monitoring dan evaluasi serta membuat ketersediaan pangan dan rencana tindak lanjut setiap tahun di tingkat kabupaten/kota.

7. SDM Aparatur Badan/Dinas/Unit yang menangani ketahanan pangan yang

berkompeten di bidangnya

B.2. Indikator Penguatan Cadangan Pangan

1. Pengertiana. Cadangan Pangan Nasional meliputi persediaan pangan diseluruh

pelosok wilayah Indonesia untuk di konsumsi masyarakat, bahan baku industri, dan untuk menghadapi keadaan darurat.

b. Cadangan Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa yang perwujudannya memerlukan inventarisasi cadangan pangan, memperkirakan kekurangan pangan dan keadaan darurat, sehingga penyelenggaraan pengadaan dan pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil dengan baik.

c. Cadangan Pangan Masyarakat adalah cadangan pangan yang dikelola masyarakat atau rumah tangga, termasuk petani, koperasi, pedagang, dan industri rumah tangga.

Page 117: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

105HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

d. Lumbung pangan masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa/kota yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan dengan sistem tunda jual, penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan bahan pangan yang dikelola secara kelompok.

2. Defi nisi Operasionala. Cadangan Pangan di tingkat pemerintah :

• Tersedianya cadangan pemerintah di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras dan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras;

• Adanya lembaga cadangan pangan pemerintah pada setiap provinsi dan kab/kota;

• Tersedianya cadangan pangan pemerintah, minimal 25 ton ekuivalen beras.

b. Cadangan Pangan di tingkat masyarakat :• Penyediaan cadangan pangan sebesar 500 kg ekuivalen beras di

tingkat rukun tetangga (RT) untuk kebutuhan minimal 3 bulan, yang bersifat pangan pokok tertentu dan sesuai dengan potensi lokal;

• Adanya lembaga cadangan pangan masyarakat minimal 1- 2 di setiap kecamatan;

• Berfungsi untuk antisipasi masalah pangan pada musim paceklik, gagal panen, bencana

alam sekala lokal dan antisipasi keterlambatan pasokan pangan dari luar.

c. Cara Perhitungan/Rumus• Rumus yang digunakan

Nilai Capaian Bidang Provinsi =Jumlah Cad.Pangan Provinsi X 100 %

200 ton

Nilai Capaian Bidang Provinsi =Jumlah Cad.Pangan Kabupaten/Kota X 100 %

200 ton

Persentasi kecamatan yang

Mempunyai cad. Pangan masy =

Jumlah kecamatan yg memp.cad.pangan X 100 %

Jumlah kecamatan

A.

Cadangan pangan masing2 desa =Jumlah cad.pangan per desa

X 100 %500 kg

B.

Rata2 cadangan pangan per

kecamatan =

(Juml.cadangan 1 + Juml.cadangan.. + Juml.cadangan(n)) x 100 %

500 kg 500 kg 500 kg

3. Sumber Data a. Data Susenas (modul) BPS.b. Data produksi dan produktivitas, serta data impor dan ekspor dari

BPS.c. Data produksi perkebunan, peternakan bersumber dari instansi di

lingkup Kementerian Pertanian, serta data perikanan berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 118: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

106 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

d. Data stok diperoleh dari Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Dewan Gula Nasional.

e. Data industri bukan makanan diperoleh dari BPS.f. Besaran dan angka konversi yang digunakan (seperti pakan dan

tercecer) ditetapkan oleh Tim Neraca Bahan Makanan (NBM), berdasarkan hasil kajian dan pendekatan-pendekatan.

g. Komponen penggunaan/pemakaian dalam negeri diperoleh dari hasil hitungan, yaitu berupa persentase terhadap penyediaan dalam negeri (seperti pakan dan tercecer), atau merupakan residual dari hasil hitungan.

h. Dokumen Perencanaan BAPPENAS. i. Laporan hasil identifi kasi ketersediaan dan kondisi lumbung pangan.j. Pemantauan perkembangan ketersediaan cadangan pangan di

masyarakat.k. Peta Kerawanan Pangan Indonesia. l. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia (Food Security and

Vulnerability Atlas-FSVA).4. Rujukan

a. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa.

d. Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 10/Kpts/OT.140/K/03/2010 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan Tahun 2010.

5. Target Target capaian penguatan cadangan pangan (cadangan pangan

pemerintah dan cadangan pangan masyarakat) sebesar 60% pada Tahun 2015.

6. Langkah Kegiatan Pemerintah Daerah Provinsi

a. Menyusun petunjuk pengembangan cadangan pangan pokok tertentu pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota;

b. Melakukan TOT dalam rangka peningkatan produksi dan produk pangan berbahan baku lokal kepada sejumlah aparat ketahanan pangan di provinsi;;

c. Menyusun sistem informasi ketersediaan pangan, dengan melakukan identifi kasi pengumpulan data dan analisis data produksi, data rencana produksi, pemasukan dan pengeluaran pangan serta data cadangan pangan provinsi;

d. Melakukan pembinaan cadangan pangan masyarakat;e. Melakukan Koordinasi pengaturan kepada lembaga cadangan pangan

pemerintah dan masyarakat terhadap kebutuhan cadangan pangan daerah..

Page 119: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

107HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Menyusun dan menyediakan petunjuk operasional pengembangan

cadangan pangan pemerintah daerah kabupaten/kota dan cadangan pangan masyarakat;

b. Melakukan identifi kasi cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat;

c. Menyusun peta kelembagaan cadangan pangan pemerintah desa dan masyarakat;

d. Melakukan pembinaan dan pengembangan penganekaragaman cadangan pemerintah desa, pangan pokok tertentu serta lumbung pangan masyarakat;

e. Melakukan monitoring dan evaluasi kelembagaan cadangan pangan dan melaporkan hasilnya.

7. SDMa. Aparatur Badan/Dinas/Unit yang menangani ketahanan pangan.b. Kelompok masyarakat pengelola cadangan pangan masyarakat.c. Bulog sebagai pengelola cadangan pangan pemerintah.

PELAYANAN DASAR DISTRIBUSI DAN AKSES PANGAN

A. Gambaran Umum

Distribusi pangan berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efi sien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah maupun kualitas secara berkelanjutan, sangat sulit diwujudkan, mengingat masih ada sebagian masyarakat yang tidak mampu mengakses pangan yang cukup, penyebab utamanya adalah kemiskinan karena sebagian besar penduduk miskin tersebut adalah petani di pedesaan yang berperan sebagai produsen dan konsumen. Sebagian besar petani bekerja pada usaha tanaman pangan khususnya padi dan jagung dengan skala usaha kecil bahkan sebagai buruh tani.

Hal ini menyebabkan petani menghadapi berbagai permasalahan, antara lain (a) rendahnya posisi tawar, terutama pada saat panen raya sehingga menjual produknya dengan harga rendah, (b) rendahnya nilai tambah produk pertanian karena terbatasnya kemampuan untuk mengolah hasilnya, (c) keterbatasan modal untuk melaksanakan kegiatan usaha, (d) keterbatasan penyediaan pangan (beras) saat paceklik karena tidak mempunyai cadangan pangan yang cukup.

Mengatasi masalah tersebut diatas, maka kegiatan distribusi pangan difokuskan pada kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-LDPM) bagi gabungan kelompok tani (Gapoktan). Pendekatan yang diterapkan adalah pemberdayaan masyarakat secara partisipatif agar kelompok masyarakat mampu mengenali dan memutuskan cara yang tepat untuk mengembangkan kegiatan produktif secara berkelanjutan dan berkembang secara swadaya.

Page 120: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

108 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

Kebijakan yang mendasari kegiatan Penguatan-LDPM adalah penguatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, khususnya untuk petani di sentra produksi pangan. Kebijakan tersebut diarahkan untuk (a) mendukung upaya petani memperoleh harga produksi yang lebih baik, (b) meningkatkan kemampuan petani memperoleh nilai tambah dari hasil produksi untuk perbaikan pendapatan, (c) memperkuat kemampuan pengelolaan cadangan pangan Gapoktan agar dapat meningkatkan akses pangan bagi anggotanya pada saat paceklik.

Pencapaian standar pelayanan minimal distribusi pangan dan akses pangan, dioperasionalkan melalui indikator ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan, dan indikator stabilisasi harga dan pasokan pangan.

B. Indikator dan Perhitungan

B.1. Indikator Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di

Daerah

1. Pengertian Informasi harga, pasokan, dan akses pangan adalah kumpulan data harga

pangan, pasokan pangan, dan akses pangan yang dipantau dan dikumpulkan secara rutin atau periodik oleh provinsi maupun kabupaten/kota untuk dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat analisis perumusan kebijakan yang terkait dengan masalah distribusi pangan.

2. Defi nisi Operasional Menyediakan data dan Informasi mencakup komoditas : gabah/beras, jagung,

kedele, daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah yang disajikan dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/tahunan.

a. Cara Perhitungan/Rumus Defi nisi Nilai capaian ketersediaan informasi (K) adalah rata-rata dari nilai

ketersediaan informasi berdasarkan komoditas (K1), nilai ketersediaan informasi berdasarkan lokasi (K2) dan nilai ketersediaan informasi berdasarkan waktu (K3)

Nilai capaian pelayanan ketersediaan informasi harga, pasokan, dan akses pangan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

• Nilai capaian ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan (K)

• Ketersediaan informasi menurut i (i = 1,2,3)

Keterangan :a) Ki = Ketersediaan informasi menurut i Dimana : i = 1 = Harga i = 2 = Pasokan i = 3 = Akses

Page 121: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

109HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

b) Realisasi (j) = banyaknya informasi yang terealisasi pengumpulannya menurut j Dimana: j = 1 = komoditas, j = 2 = lokasi j = 3 = waktuc) Target (j) = sasaran banyaknya informasi yang akan dikumpulkan menurut j Dimana j = 1 = komoditas, j = 2 = lokasi, j = 3 = waktu Target komoditas, target lokasi (kabupaten/kota, kecamatan/desa) dan target

waktu pengumpulan informasi (mingguan/bulanan) ditentukan oleh masing-masing daerah sesuai dengan sumber dana dan kemampuan SDM yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Tabel 1. Contoh nilai capaian ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses

pangan

ij

1 = Harga 2 = Pasokan 3 = Akses

T R Rj/Tj *100% T R Rj/Tj

*100% T R Rj/Tj *100%

Komoditas 6 6 100 6 5 83 6 4 67Lokasi 10 8 80 10 9 90 10 9 903. Waktu(minggu) 52 41 79 52 40 77 52 41 79Ki 86.28 83.42 78.50Nilai capaian ketersediaan informasi ( K ) 82.74

§   T= Target, R= Realisasi

3. Sumber Dataa. Data/Informasi pasokan pangan dari pedagang grosir, eceran,

penggilingan, RPH, RPA dan instansi terkait di provinsi dan kabupaten/kota.

b. Data harga dari hasil pengumpulan data/pemantauan instansi ketahanan pangan provinsi dan kabupaten/kota, BPS, Departemen Perdagangan dan instansi terkait lainnya.

4. Rujukan a. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. b. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Perberasan.c. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010

tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

5. Target Target nilai capaian pelayanan Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan

Akses Pangan di Provinsi 100 % dan di Kabupaten/Kota 90% pada Tahun 2015.

7. Langkah Kegiatan Pemerintan Daerah Provinsi

a. Menyediakan SDM provinsi yang mampu mengumpulkan data/informasi dan menganalisis harga, distribusi, dan akses pangan;

b. Menyediakan panduan (metodologi dan kuisioner) untuk melakukan pengumpulan data dan informasi harga, distribusi, dan akses pangan;

c. Melakukan pengumpulan data dan pemantauan harga, pasokan pangan, akses pangan, kendala distribusi pangan, kondisi sarana dan prasarana kelancaran distribusi pangan;

Page 122: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

110 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

d. Menyediakan informasi yang mencakup : • Kondisi harga pangan di tingkat produsen dan konsumen dimasing-

masing kabupaten/kota (harian/mingguan /bulanan);• Kondisi iklim yang dapat mengganggu kelancaran distribusi pangan

(banjir, kekeringan, daerah pasang surut, daerah kepulauan, daerah terpencil, daerah perbatasan) di kabupaten/ kota;

• Kondisi ketersediaan pangan di daerah-daerah sentra produksi pangan, distributor, RPH/RPA, penggiling yang mudah di akses oleh provinsi, kabupaten/kota jika terjadi gejolak harga dan pasokan;

• Kondisi sarana dan prasarana transportasi yang mendukung kelancaran distribusi pangan antar provinsi atau kabupaten/ kota;

• Kondisi cadangan pangan di masing-masing kabupaten/kota (daerah kepulauan, daerah pasang surut, daerah terpencil, daerah perbatasan);

• Bulan-bulan yang sering terjadi hambatan pasokan pangan, akses pangan di wilayah-wilayah (daerah terpencil, kepulauan, perbatasan dan lain-lain);

• Bulan-bulan panen produksi pangan di daerah terpencil, kepulauan, perbatasan dan lain lain;

• Kondisi jalur distribusi pangan dan daerah sentra produsen ke sentra konsumen.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Menyediakan SDM kabupaten/kota yang mampu mengumpulkan data/

informasi dan menganalisa harga, distribusi, dan akses pangan;b. Menyediakan panduan (metodologi dan kuisioner) untuk melakukan

pengumpulan data dan informasi harga, distribusi dan akses pangan;c. Melakukan pengumpulan data dan pemantauan pasokan, harga dan akses

pangan, kendala distribusi, kondisi sarana dan prasarana transportas;d. Menyediakan informasi mencakup :

• Kondisi harga di tingkat produsen dan konsumen untuk komoditas pangan (harian, mingguan, dan bulanan);

• Kondisi (kota, desa, kecamatan) yang sering mengalami kelangkaan pasokan bahan pangan (harian/mingguan/bulanan);

• Kondisi (kota, desa, kecamatan) yang masyarakatnya mempunyai keterbatasan akses pangan (rawan pangan);

• Kondisi iklim atau cuaca yang mempengaruhi transportasi bahan pangan ke kota/desa/kecamatan;

• Sentra-sentra produksi pangan yang mudah diakses oleh kabupaten/kota;

• Ketersediaan sarana dan prasarana (alat transportasi, gudang, cold storage) untuk dapat mengangkut dan menyimpan bahan pangan.

8. SDM Aparatur yang menangani ketahanan pangan.

B.2. Indikator Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan

1. PengertianMemantau dan melakukan intervensi secara cepat jika harga dan pasokan pangan di suatu wilayah tidak stabil.

2. Defi nisi Operasionala. Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah

Page 123: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

111HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

kurang dari 25 % dari kondisi normal.b. Pasokan pangan dinyatakan stabil jika penurunan pasokan pangan

di suatu wilayah berkisar antara 5 % - 40 %.c. Cara Perhitungan/Rumus dihitung dengan menggunakan tahapan

sebagai berikut:1. Stabilitas Harga (SH) dan Stabilitas Pasokan Pangan (SP)

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan: K = {

SHi = Stabilitas Harga komoditas ke i

SPi = Stabilitas Pasokan komoditas ke iI = 1,2,3...n n = jumlah komoditasdimana:Stabilitas Harga (SH) di gambarkan dengan koefi sien keragaman (CV) Stabilitas Pasokan (SP) di gambarkan dengan koefi sien keragaman (CV)

2. Stabilitas Harga dan Pasokan komoditas ke i (SKi) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: K = {

CVKRi = Koefi sien keragaman Realisasi untuk Harga dan Pasokan komoditas ke iCVKTi = Koefi sien keragaman Target untuk Harga dan Pasokan komoditas ke i

3. CVKRi dihitung dari rumus sebagai berikut :

Dimana :

SDKRi = Standar deviasi realisasi untuk Harga dan Pasokan komoditas ke i

Rata-rata realisasi Harga komoditas ke i ( )

H untuk Harga P untuk Pasokan

P untuk PasokanH untuk Harga

Page 124: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

112 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

KRi = {Realisasi Pasokan komoditas ke i (PRi)

Realisasi Harga komoditas ke i (HRi)

4. Rata-rata harga dan pasokan komoditas pangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tabel 2 Contoh Hasil Perhitungan rata-rata harga, standar deviasi dan koefi sien

keragaman yang dihitung berdasarkan data harga beras (IR-II) tahun 2008

(mingguan)

BulanBeras (IR-II)

I II III IVJan 5,313 5,399 5,430 5,430 Feb 5,560 5,560 5,560 5,550 Mar 5,380 5,300 5,300 5,300 Apr 5,280 5,300 5,240 5,136 Mei 5,204 5,233 5,260 5,302 Jun 5,320 5,320 5,320 5,343 Jul 5,375 5,375 5,360 5,300

Agu 5,300 5,300 5,300 5,355 Sep 5,425 5,405 5,400 5,400 Okt 5,330 5,312 5,330 5,356 Nov 5,260 5,260 5,387 5,360 Des 4,850 5,092 5,200 5,217

_____HRi 5,325

SDHRi 120.46 CVHRi 2.26

3. Sumber Dataa. Data/Informasi pasokan pangan dari pedagang grosir, eceran,

penggilingan, RPH, RPA dan instansi terkait di provinsi dan kabupaten/kota.

b. Data harga dari hasil pengumpulan data/pemantauan instansi ketahanan pangan provinsi dan kabupaten/kota, BPS, Departemen Perdagangan dan instansi terkait lainnya.

4. Rujukana. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan

Pangan..b. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Perberasan.c. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 1/Permentan/PP.310/1/2010

tentang Pedoman Harga Pembelian Gabah di Luar Kualitas oleh Pemerintah.

d. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

Page 125: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

113HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

5. Target Target capaian stabilitas harga dan pasokan pangan sebesar 90% pada tahun 2015

6. Langkah KegiatanPemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Mempersiapkan SDM yang mampu mengumpulkan data/informasi

harga dan pasokan pangan terutama menjelang HBKN;b. Menyediakan panduan (metodelogi dan kuisioner) untuk melakukan

pemantauan dan pengumpulan data dan informasi;c. Melakukan pemantauan ketersediaan, harga dan pasokan pangan

dipasar besar dan menengah, distributor daerah sentra produksi dan lain lain;

d. Melakukan analisis untuk merumuskan kebijaksanaan intervensi jika terjadi kelangkaan pasokan, gejolak harga, gangguan distribusi dan akses pangan;

e. Melakukan koordinasi melalui forum Dewan Ketahanan Pangan untuk : merumuskan kebijakan intervensi yang segera dilakukan dalam rangka : • Stabilisasi harga dan pasokan pangan (subsidi transportasi, OP

jika harga semakin meningkat); • Pengadaan/pembelian oleh pemerintah jika harga jatuh;• Impor dari luar wilayah jika terjadi kekurangan pasokan;• Ekspor/mengembangkan jaringan pasar jika terjadi kelebihan

pasokan;• Memberikan bantuan terhadap masyarakat kurang mampu.

7. SDM Aparatur yang menangani ketahanan pangan dan stakeholders yang terkait.

PELAYANAN PENGANEKARAGAMAN DAN KEAMANAN PANGAN

A. Gambaran Umum

Pola konsumsi pangan berfungsi untuk mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keanekaragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, disamping juga efi siensi untuk mencegah pemborosan. Pola konsumsi pangan juga mengarahkan agar pemanfaatan pangan dalam tubuh (food utility) dapat optimal, dengan peningkatan kesadaran atas pentingnya pola konsumsi beragam dengan gizi seimbang mencakup energi, protein, vitamin dan mineral serta aman.

Pola konsumsi dalam rumah tangga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi, sosial dan budaya setempat. Untuk itu penanaman kesadaran pola konsumsi yang sehat perlu dilakukan sejak dini melalui pendidikan formal dan non formal. Kesadaran yang baik akan lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi masing-masing anggota keluarga sesuai dengan tingkat usia dan aktivitasnya.

Sebagai acuan kualitatif untuk konsumsi pangan adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG), rata-rata per kapita perhari untuk energi 2.000 kilo kalori dan protein 52

Page 126: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

114 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

gram, sedangkan acuan untuk menilai tingkat keragaman konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH) dengan skor 100 sebagai pola yang ideal.

Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, Pemerintah menetapkan persyaratan mutu dan keamanan pangan produk pertanian diserahkan tanggung jawabnya kepada Kementerian Teknis termasuk Kementerian Pertanian. Untuk memantau persyaratan teknis, dan sekaligus memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan perlu ada satu instintusi resmi yang menangani keamanan pangan segar, terutama terkait dengan sertifi kasi dan pelabelan terhadap produk yang telah memenuhi persyaratan teknis.

Sehubungan hal tersebut, melalui surat edaran Menteri Pertanian kepada Gubernur, Bupati/Walikota untuk membentuk Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan yang dilakukan otoritas kompeten dalam bentuk kesisteman dalam rangka menjamin keamanan produk pertanian segar yang dihasilkan petani di masing-masing wilayah. Bentuk penjaminan keamanan pangan bagi produk pertanian segar yang dikeluarkan oleh otoritas kompeten, berupa sertifi kasi dan pelabelan.

Untuk saat ini wujud pengakuan dari pemerintah dalam pemenuhan aspek keamanan pangan bagi produk pertanian segar dikategorikan dalam 3 (tiga) tingkatan berdasarkan pemenuhan terhadap cara-cara budidaya yang benar, yaitu:• Prima tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelakasanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi.• Prima dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelakasanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik.

• Prima satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelakasanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi bermutu baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan.

Agar produk yang dihasilkan dapat diterima dipasaran baik domestik maupun internasional. Apabila hal ini tidak segera dilakukan akan berdampak ; 1) Indonesia akan kebanjiran produk buah dan sayuran segar dari luar negeri : 2) Produk pertanian Indonesia kurang laku dan tidak menjadi pilihan baik domestik mauupun internasional : 3) daya saing produk semakin rendah; dan 4) kerugian ekonomi akan semakin besar.Pelayanan penganekaragaman dan keamanan pangan, terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) dan indikator pengawasan dan pembinaan keamanan pangan.

B. Indikator dan Perhitungan Capaian

B.1. Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

1. Pengertiana. Konsumsi Pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan

oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu.

Page 127: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

115HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

b. Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah upaya memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beranekaragam dan seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif.

c. Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu.

d. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama baik secara absolut maupun dari suatu pola ketersediaan atau konsumsi pangan.

2. Defi nisi Operasionala. Penyediaan informasi penganekaragaman konsumsi pangan

masyarakat yang beragam, bergizi dan berimbang, sesuai standar kecukupan energi dan protein per kapita per hari (PPH);

b. Peningkatan KAP (Knowledge, Attitude, Practice) konsumsi pangan pada masyarakat tentang pangan lokal, teknologi pengolahan pangan, pemanfaatan lahan pekarangan dan penguatan kelembagaan

c. Cara Perhitungan/Rumus• Nilai capaian peningkatan skor Pola Pangan Harapan (PPH),

adalah komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, dimana dengan semakin tingginya skor PPH, maka konsumsi pangan semakin beragam, bergizi dan seimbang.

• Rumus :Nilai capaian peningkatan = % AKG x bobot masing-masing kelompok pangan

Skor PPH Prosentase (%) AKG =Energi masing-masing komoditas

x 100 %Angka Kecukupan Gizi

Menghitung konsumsi energi masing-masing kelompok pangan1. Penjelasan :

• Jika hasil perkalian % AKG x bobot lebih besar dari skor maksimum, maka menggunakan skor maksimum

• Jika hasil perkalian % AKG x bobot lebih kecil dari skor maksimal, maka menggunakan hasil perkalian.

2. Contoh PPH ideal yang dicapai pada tahun 2015

Tabel 3 : Skor PPH ideal 95 % pada tahun 2015

No. Kelompok Pangan Pola Pangan Harapan NasionalGram Energi (kkal) % AKG Bobot Skor PPH

1. Padi-padian 275 1.000 50.0 0.50.2. Umbi-umbian 100 120 6.0 0.503. Pangan Hewani 150 240 12.0 2.04. Minyak & Lemak 20 200 10.0 0.5

Page 128: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

116 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

5. Buah/Biji Berminyak 10 60 3.0 0.5

6. Kacang-cangan 35 100 5.0 2.07. Gula 30 100 5.0 0.58. Sayur & Buah 250 120 6.0 5.09. Lain-lain - 60 3.0 0.0

Jumlah 20 100.0 - 95.0

3. Sumber Dataa. Data primer : yang diperoleh melalui survey konsumsi pangan pada

tahun tertentu (bisa bersifat t atau t-1).b. Data Sekunder : data Susenas, Badan Pusat Statistik (data baru

tersedia hingga tingkat provinsi).4. Rujukan

a. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, Dan Gizi Pangan.

c. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

d. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

e. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

5. TargetTarget capaian Skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 90% pada tahun 2015

6. Langkah KegiatanPemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Perencanaan Kegiatan

• Menyediakan informasi kualitas pangan masyarakat, dengan mengumpulkan data Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) per kapita per hari serta pola konsumsi pangan Kabupaten/Kota.

• Menyiapkan data pendukung konsumsi pangan :1) Pengumpulan Data Pola Konsumsi Pangan (Primer dan

Sekunder);2) Penyusunan Peta Pola Konsumsi Pangan;

b. Pelaksanaan Kegiatan• Peningkatan PKS (Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap)

konsumsi pangan pada masyarakat :1) Menyusun petunjuk teknis operasional penganekaragaman

konsumsi pangan;2) Mensosialisasikan Penganekaragaman Konsumsi Pangan :

- Menyusun modul dan leafl et pola konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang;

- Pemasyarakatan makanan tradisional berbasis pangan

Page 129: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

117HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

lokal pada hotel-hotel, instansi pemerintah dan non pemerintah;

- Promosi pangan beragam bergizi seimbang melalui media cetak dan elektronik minimal 12 kali dalam setahun;

- Melakukan festival dan Lomba Makanan Tradisional minimal 2 kali dalam setahun.

3) Melakukan Pelatihan Penyusunan Analisis Situasi dan Kebutuhan Konsumsi Pangan.

• Melakukan pembinaan dan pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan :4) Pembinaan dan pengembangan pekarangan, bekerjasama

dengan penyuluh dan Tim Penggerak PKK;

5) Pembinaan dan pelatihan teknologi pengolahan pangan kepada kelompok produsen pengolahan bahan pangan lokal berbasis spesifi k daerah dan konsumen;

6) Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan melalui lomba-lomba cipta menu dan demo olahan pangan lokal;

7) Membuat gerai pengembangan pangan lokal/warung 3B-Beragam, Bergizi Seimbang;

8) Melakukan pembinaan secara intensif pada sekolah (warung sekolah);

9) Melakukan pembinaan dan pelatihan pada kelompok wanita (Dasa Wisma) tentang pangan beragam, bergizi seimbang (depot desa) berbasis makanan tradisional;

• Penyuluhan dalam rangka gerakan penganekaragaman pangan: (pendampingan dan pemantauan penganekaragaman konsumsi

pangan)• Pembinaan gerakan penganekaragam pangan;• Mensosialisasikan penganekaragaman konsumsi pangan;• Pemantauan dan pembinaan penganekaragaman

konsumsi pangan;• Evaluasi dan pelaporan;

c. Pelaporan Kegiatan (Monitoring dan Evaluasi)Melakukan monitoring, evaluasi serta melaporkan secara berkala

7. SDMa. Aparat yang menangani ketahanan pangan dan stakeholders terkait

lainnya.b. Kader Pangan Desa dan PKK.c. Perguruan Tinggi.

B.2. Indikator Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan

1. Pengertiana. Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan

untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang menganggu, merugikan, dan membahayakan manusia.

b. Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi

Page 130: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

118 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

bahan baku pengolahan panganc. Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan

ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (pewarna, pemanis, penyedap rasa dan pengawet).

d. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P) adalah institusi atau unit kerja di lingkup Kementerian Pertanian yang sesuai dengan tugas fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan Sistem Jaminan, keamanan pangan.

e. Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) adalah institusi atau unit kerja di lingkup Pemerintah Daerah yang sesuai dengan tugas fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan Sistem Jaminan Keamanan Pangan Hasil Pertanian dan telah lulus verifi kasi oleh OKKP-Pusat.

f. Inspektor/pengawas mutu hasil pertanian adalah personel yang secara resmi ditugaskan oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP).

g. untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap unit usaha atau lembaga dalam menerapkan sistem jaminan, keamanan pangan yang ditentukan.

2. Defi nisi Operasionala. Penyediaan informasi tentang keamanan pangan, khususnya pangan

segar;• Prima tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan

terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi.

• Prima dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik.

• Prima satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi bermutu baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan.

b. Koordinasi dengan instansi terkait tentang pengendalian, pengawasan dan monitoring peredaran bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk pangan;

c. Pembinaan dan pengawasan mutu dan keamanan produk pangan terhadap UMKM Pangan;

d. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan di sekolah;

e. Pembinaan dan pengawasan produk pangan segar;f. Pembinaan dan pengawasan produk pabrikan skala kecil/rumah

tangga.g. Cara Perhitungan/Rumus

Pangan aman = A x 100 %

B

Pembilang (A) :jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di pedagang pengumpul disatu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.

Page 131: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

119HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Penyebut (B) :Jumlah total sampel pangan yang diambil dipedagang pengumpul disuatu wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.Ukuran/Konstanta : Persentase (%).Contoh perhitunganJumlah total sampel pangan yang diambil dipedagang pengumpul 20 sampel. Hasil analisa residu pestisida/kontaminan tidak ditemukan atau dibawah ambang batas masksimum residu (BMR) sesuai standar yang berlaku pada bulan Januari-Desember Tahun 2008, maka :

Pangan aman = Jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi x 100%

Jumlah total sampel pangan yang diperdagang

3. Sumber DataPemantauan dan Survey Keamanan pangan Segar oleh petugas daerah

4. Rujukana. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan

Pangan.b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,

Mutu dan Gizi Pangan.c. Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 12/Kpts/

OT.140/K/03/2010 tentang Pedoman Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Penanganan Keamanan Pangan Segar Tahun 2010.

d. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor 881/Menkes/SKB/VIII/1996 711/Kpts/Tp.270/VIII/96.

5. Target Target capaian Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan sebesar 80% pada tahun 2015.

6. Langkah KegiatanPemerintah Daerah Provinsia. Menyusun petunjuk operasional informasi tentang keamanan

pangan segar;b. Melakukan identifi kasi pangan pokok masyarakat;c. Melakukan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar,

dengan :• Menyusun Petunjuk Operasional pembinaan dan Pengawasan

Keamanan Pangan segar;• Koordinasi dalam Penanganan dan pengawasan Keamanan

Pangan segar; • Sosialisasi dan Apresiasi Penanganan Keamanan Pangan

Penyusunan dan Pemantapan Dokumen Sistem Keamanan (Doksiska);

• Workshop Penanganan Keamanan Pangan Segar;• Koordinasi dalam Pembinaan Keamanan Pangan; • Koordinasi dalam Sertifi kasi dan Pelabelan Pangan;• Pengawasan Penanganan Keamanan Pangan; • Evaluasi dan Pelaporan;

Page 132: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

120 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

d. Melakukan koordinasi dengan OKKPD (Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah) dan instansi terkait untuk pengendalian, pengawasan dan monitoring peredaran bahan kimia berbahaya yang disalah gunakan untuk pangan;

e. Melakukan penyuluhan keamanan pangan di sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan bagi murid sekolah dasar;

f. Melakukan pembinaan peningkatan mutu konsumsi masyarakat menuju gizi seimbang, melalui pembinaan/pelatihan keamanan pangan pada penjual jajanan anak sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan;

g. Melakukan pembinaan mutu dan keamanan produk pabrikan skala kecil/rumah tangga pada kelompok produsen;

h. Melakukan pembinaan penerapan standar Batas Minimum Residu (BMR) wilayah provinsi;

i. Pengembangan kelembagaan sertifi kasi produk pangan, dalam upaya pengembangan SI SAKTI antara lain :• Mendorong terbentuknya otoritas kompeten ditingkat provinsi,

dan kabupaten/kota; • Memberikan bimbingan dan pelatihan kelengkapan yang

diperlukan otoritas kompeten;• Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, wawasan

dan keterampilan inspektor, fasilitator, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam pengawasan keamanan pangan melalui pelatihan-pelatihan;

• Memperkuat kelembagaan otoritas kompeten dengan memberikan dokumen-dokumen yang harus dilengkapi.

j. Melakukan pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan provinsi;

k. Melakukan monitoring otoritas kompeten kabupaten/kota;l. Melakukan sertifi kasi dan pelabelan prima wilayah provinsi.Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Menyusun petunjuk teknis operasional informasi tentang keamanan

pangan;b. Melakukan koordinasi pengendalian, pengawasan dan monitoring

peredaran bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk pangan;

c. Melakukan analisis mutu, gizi dan keamanan produk pangan masyarakat;

d. Melakukan analisis mutu, gizi konsumsi masyarakat;e. Melakukan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar,

dengan :• Menyusun Petunjuk Operasional Pembinaan dan Pengawasan

Keamanan Pangan segar;• Koordinasi dalam pembinaan, penanganan dan pengawasan

keamanan pangan segar; • Sosialisasi dan Apresiasi Penanganan Keamanan Pangan

Penyusunan dan Pemantapan Dokumen Sistem Keamanan

Page 133: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

121HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

(Doksiska); • Workshop Penanganan Keamanan Pangan segar;• Koordinasi dalam Sertifi kasi dan Pelabelan Pangan; • Evaluasi dan Pelaporan.

f. Melakukan penyuluhan keamanan pangan di sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan bagi murid sekolah dasar;

g. Melakukan pembinaan/pelatihan keamanan pangan pada penjual jajanan anak sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan;

h. Pembinaan dan pelatihan keamanan produk pabrikan skala kecil/rumah tangga pada kelompok produsen;

i. Melakukan pembinaan penerapan standar Batas Minimum Residu (BMR);

j. Pengembangan kelembagaan sertifi kasi produk pangan, dalam upaya pengembangan SI SAKTI antara lain :• Mendorong terbentuknya otoritas kompeten ditingkat

kabupaten/ kota; • Memberikan bimbingan dan pelatihan kelengkapan yang

diperlukan otoritas kompeten;• Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, wawasan

dan keterampilan inspektor, fasilitator, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) keamanan pangan dalam pengawasan keamanan pangan melalui pelatihan-pelatihan;

• Memperkuat kelembagaan otoritas kompeten dengan memberikan dokumen-dokumen yang harus dilengkapi.

k. Melakukan pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan kabupaten/kota;

l. Melakukan sertifi kasi dan pelabelan prima wilayah kabupaten/kota.

7. SDMa. Aparat yang berkompeten di bidangnya;b. Inspektor pengawas keamanan pangan;c. Lembaga Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah.

PELAYANAN PENANGANAN KERAWANAN PANGAN

A. Gambaran Umum

Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia, karena pangan selain sangat dibutuhkan bagi pemenuhan kebutuhan psikologis, pangan juga dapat membentuk SDM sebagai aset bagi pembangunan bangsa dan negara. Masalah pangan akan dapat menjadi pemicu terjadinya masalah rawan pangan dan masalah gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat, atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fi siologi bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Kerawanan pangan dapat terjadi secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu (kronis), dan dapat pula terjadi akibat keadaan darurat seperti bencana alam maupun bencana sosial (transien).Kondisi rawan pangan dapat disebabkan karena : (a) tidak adanya akses secara ekonomi bagi individu/rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup;

Page 134: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

122 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

(b) tidak adanya akses secara fi sik bagi individu rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup; (c) tidak tercukupinya pangan untuk kehidupan yang produktif individu/rumah tangga; (d) tidak terpenuhinya pangan secara cukup dalam jumlah, mutu, ragam, keamanan serta keterjangkauan harga. Kerawanan pangan sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang ditentukan tingkat pendapatannya. Rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein.

Masalah rawan pangan akan terjadi sepanjang kehidupan manusia, maka perlu kiranya dicari konsep-konsep penanganannya yang efektif dan efi sien sesuai situasi dan kondisi yang ada. Salah satu konsep tersebut adalah Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu rangkaian kegiatan pengamatan situasi pangan dan gizi melalui penyediaan data/informasi, pengolahan data dan analisis serta rencana intervensi untuk penanganan masalah gangguan pangan dan gizi.

Pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) di daerah Kabupaten/Kota dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing daerah dengan mengacu pada lingkup kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Terdapat beberapa langkah kegiatan yang perlu kegiatan yang perlu dilakukan sebelum operasional dilaksanakan, yaitu advokasi dan sosialisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) kepada pemerintah daerah dan stakeholder setempat utnuk memperoleh komitmen dukungan pelaksanaannnya. Langkah selanjutnya adalah pelatihan ”petugas” atau tim unit analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) secara berjenjang dari tingkat provinsi kemudian kabupaten/Kota.

Pelayanan penanganan kerawanan pangan adalah jenis pelayanan terkait dengan :1. Pengembangan sistem isyarat dini2. Penguatan kelembagaan untuk penanganan rawan pangan;3. Pencegahan kerawanan pangan;4. Penangulangan kerawanan pangan;5. Peningkatan dan pengembangan desa mandiri pangan;

B. Indikator dan Cara Perhitungan Capaian

Indikator Penanganan Daerah Rawan Pangan

1. Pengertian a. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fi siologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat.

b. Rawan Pangan kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan, asset produktif dan kekurangan pendapatan.

c. Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan

Page 135: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

123HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau karena konfl ik sosial), maupun karena alam berupa berbagai musibah yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir bandang, tsunami).

d. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistem pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yang berjalan terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasar perencanaan, penetuan kebijakan, koordinasi program dan kegiatan penanggulangan rawan pangan dan gizi.

1. Defi nisi OperasionalPenanganan rawan pangan dilakukan pertama melalui pencegahan kerawanan pangan untuk menghindari terjadinya rawan pangan disuatu wilayah sedini mungkin dan kedua melakukan penanggulangan kerawanan pangan pada daerah yang rawan kronis melalui program-progam sehingga rawan pangan di wilayah tersebut dapat tertangani, dan penanggulangan daerah rawan transien melalui bantuan sosial a. Pencegahan rawan pangan melalui pendekatan yaitu :

• Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dengan melaksanakan 3 kegiatan sebagai berikut :1) Peramalan situasi pangan dan gizi melalui SIDI, termasuk

peramalan ketersediaan pangan dan pemantauan pertumbuhan balita dan hasil pengamatan sosial ekonomi

2) Kajian situasi pangan dan gizi secara berkala berdasarkan hasil survei khusus atau dari laporan tahunan.

3) Diseminasi hasil peramalan dan kajian situasi pangan dan gizi bagi perumus kebijakan (forum koordinasi tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi).

• Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas) disusun pada periode 3- 5 tahunan yang menngambarkan kondisi sampai tingkat kecamatan/desa sebagai acuan dalam penentuan program

• Penghitungan tingkat kerawanan dengan membandingkan jumlah penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria

prosentase angka kecukupan gizi (AKG) sebesar 2.000 Kalori yaitu:

a) Penduduk sangat rawan < 70% AKGb) Penduduk pangan resiko sedang < 70% - 89,9% AKGc) Penduduk tahan pangan > 89,9% AKG

b. Cara Perhitungan • Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)• Indikator yang digunakan dengan pendekatan SKPG :

1) Pertanian : Ketersediaan pangan2) Kesehatan : Preferensi energi3) Sosial ekonomi : kemiskinan karena sejahtera dan

prasejahtera.• Masing – masing indikator diskor, gabungan 3 indikator ini

merupakan penentu rawan pangan resiko tinggi, sedang dan

Page 136: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

124 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

rendah.• Indikator pertanian untuk peramalan daerah potensi produksi

tanaman pangan dapat dilakukan menggunakan 4 indikator, dengan rumus sebagai berikut :

PSB Pangan non padi = produksi pangan x harga pangan non padi

(Rp/Kg) / Harga beras (Rp/Kg)

• Cara menghitung rasio ketersediaan produksi :1) Ketersediaan beras adalah produksi GKG dikonversi ke

beras 85% x 63,2% x jumlah produksi GKG2) Kebutuhan beras = konsumsi rata-rata perkapita x jumlah

penduduk ½ tahunan dibagi 1.0003) Perimbangan = ketersediaan – kebutuhan beras4) Rasio = ketersediaan : kebutuhan beras.

• Indikator Kesehatan

Rumus status gizi

Prev.gizi kurang (%) = (n gizi kurang < -2 SD) x 100 % (n balita yang dikumpulkan PSG)

• Dalam laporan PSG status gizi balita biasanya dikelompokkan dalam 3 status gizi, yaitu :1) Gizi buruk : dibawah minus 3 standar deviasi (<-3

SD);2) Gizi kurang : antara minus 3 SD dan minus 2 SD

(minus 3 SD sampai minus 2 SD)3) Gizi baik : minus 2 SD keatas

• Sosialisasi ekonomi Kreteria yang digunakan untuk mengkelompokkan keluarga – keluarga kedalam status kemiskinan adalah berikut : 1) Keluarga pra-sejahtera (PS) : jika tidak memenuhi salah

satu syarat sebagai keluarga sejahtera.

2) Keluarga sejahtera-satu (KS1) : jika dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal.

• Kemudian hasil perimbangan diskor :1) Skor 1: apabila rasio > 1.14 (surplus)2) Skor 2: apabila rasio > 1.00 – 1.14 (swasembada)3) Skor 3: apabila rasio > 0.95 – 1.00 (cukup)4) Skor 4: apabila rasio lebih kecil atau sama dengan 0.95

(defi sit).Pemetaan situasi pangan suatu wilayah berdasarkan indikator pertanian pangan (padi) dilakukan dengan menjumlahkan skor dari indikator yang digunakan semakin besar jumlah skor semakin besar resiko rawan pangan suatu wilayah. Nilai Indikator tersebut diatas digunakan untuk membuat situasi

Page 137: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

125HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

pangan dan gizi, dengan tahapan sebagai berikut : 1) Menjumlahkan ke 3 nilai skor pangan, gizi, dan kemiskinan2) Jumlah ke 3 nilai indikator akan diperoleh maksimum 12

(jika nilai skor masing-masing 4) dan jumlah terendah 3 (jika skor masing-masing 1).

• Biasanya tingkat kerawanan berdasarkan jumlah tiga nilai indikator dan dapat diklasifi kasikan menjadi 3 wilayah resiko, yaitu wilayah resiko tinggi (skor 9 – 12), wilayah resiko sedang (skor 6-8) dan wilayah resijo ringan (skor 3 -5). wilayah resiko tinggi dapat terjadi pada penjumlahan apabila salah satu indikator mempunyai skor 4 walaupun penjumlahan ke tiga indikator kurang dari skor 9.

a. Pendekatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas)• Untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan adalah

berdasarkan indikator yang telah terseleksi dengan penyusunan indeks tingkat ketahanan pangan pada masing-masing indikator.

No IndiKator

I Ketersediaan Pangan 1. Rasio konsumsi normative per kapita terhadap ketersediaan bersih “padi + jagung + ubi kayu + ubi jalar”

IIAkses Terhadap

Pangan dan Penghidupan

2. Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan3. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang

memadai4. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik

III Pemanfaatan Pangan

5. Angka harapan hidup saat lahir6. Berat badan balita di bawah standar (underweight)7. Perempuan buta huruf8. Rumah tangga tanpa akses ke air bersih9. Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas

kesehatan

IV Kerentanan terhadap kerawanan pangan

10. Deforestasi hutan11. Penyimpangan curah hujan12. Bencana alam13. Persentase daerah puso

• Untuk menentukan nilai akan dilakukan dengan menghitung indeks dimana rumus indeks adalah :

Indeks =

Dimana : = nilai ke – j dari indikator ke i

“min” dan “max” = nilai minimum dan maksimum dari indikator tersebut

Page 138: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

126 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

• Selanjutnya indeks ketahanan pangan komposit diperoleh dari penjumlahan seluruh indeks indikator (9 indikator) kerentanan terhadap kerawanan pangan. Indeks komposit kerawanan pangan dihitung dengan cara sebagai berikut :

• Contoh penentuan penurunan penduduk miskin dan rawan pangan

Batasan Kategori Indikator Ketahanan Pangan\Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)

No Indikator Indikator Catatan Sumber Data

1

Konsumsi normative per kapita terhadap rasio ketersediaan bersih padi+jagung+ubi kayu+ubi jalar

> = 1.51.25 – 1.51.00 – 1.250.75 – 1.000.50 – 0.75< 0.50

Defi sit tinggiDefi sit sedangDefi sit rendahSurplus rendahSurplus sedangSurplus tinggi

Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten (data 2005 – 2007)

2Persentase penduduk di bawah garis kemiskinan

> =3.525 - < 3520 - < 2515 - < 2010 - < 150 - < 10

Data dan Informasi Kemiskinan, BPS tahun 2007 Buku 2 Kabupaten

3

Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai

>= 3025 - < 3020 - < 2515 - < 2010 - < 150 - < 10

4 Persentase penduduk tanpa akses listrik

>= 5040 - < 5030 - < 4020 - < 3010 - < 20< 10

5

Angka harapan hidup pada saat lahir

< 5858 - < 6161 - < 6464 - < 6767 - < 70>=70

6Berat badan balita di bawah standar (underweight)

>= 3020 - < 3010 - < 20<10

7 Perempuan buta huruf

>=4030 - < 4020 - < 3010 - < 205 - < 10<20

Page 139: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

127HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

8Persentase Rumah Tangga tanpa akses air bersih

>=7060 – 7050 – 6040 – 5030 – 40<30

9

Persetase penduduk yang tinggal lebih dari 5 Km dan fasilitas kesehatan

>=6050 – 6040 – 5030 – 4020 – 30<30

10 Deforestasi hutanTidak ada range, hanya menyoroti perubahan kondisi penutu-pan lahan dari hutan menjadi non hutan

D e p a r t e m e n Kehutanan, 2008

11 Fluktuasi curah hujan<8585 – 115>115

Di bawah normalNormalDi atas normal

Badan Meteorolo-gi, Klimatologi dan geofi sika 2008

12 Bencana alam

Tidak ada range, hanya menyoroti daerah dengan kejadian bencana alam dan kerusakannya dalam periode tertentu, dengan demikian menunjukkan daerah tersebut rawan terhadap bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (SATKORLAK dan SATLAK)

13 Persentase daerah puso

>= 1510 – 155 – 103 – 51 – 3<1

Dinas Pertanian atau Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH)

3. Sumber dataa. Kehutanan, 2008.b. Badan Data BKKBN.c. Dinas Kesehatan.d. BPS Kabupaten Kota. e. Dolog Kabupaten/Kota.f. Dinas Pertanian dan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPTPH).g. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (SATKORLAK dan SATLAK).h. Badan Meteorologi, Klimatologi dan geofi sika 2008.i. Data Potensi Desa;j. Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten (data 2005 – 2007).

4. Rujukana. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan

Pangan.b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010

tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

Page 140: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

128 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

c. Peraturan Menteri Pertanian/Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Nomor 43/Permentan/OT.140/7/2010 tentang Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi.

d. Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 10/Kpts/OT.140/K/03/2010 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan Tahun 2010.

5. TargetCapaian penanganan daerah rawan pangan sebesar 60% pada tahun 2015.

6. Langkah KegiatanPemerintah Daerah Provinsia. Menyusun pedoman penanganan rawan pangan di tingkat

kabupaten./kota;a. Penyediaan data dan Informasi :

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, menganalisis dan Pemetaan Situasi Pangan dan gizi kabupaten/kota;

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, mengalisis dan pemetaan Peta Ketahanan dan kerentanan Pangan (FSVA) kabupaten/kota;

b. Pengembangan sistem Kewaspadaan Pangan dan gizi:• Menyusun petunjuk pelaksanaan Sistem Kewaspadaan pangan

dan Gizi;• Sosialisasi petunjuk pelaksanaan Sistem Kewaspadaan pangan

dan gizi;• Melakukan pelatihan petugas SKPG dan FSVA kabupaten/kota• Mengaktifkan dan koordinasi dengan SKPG kabupaten/kota

yang aktif;c. Melakukan Penanggulangan kerawanan pangan

• Penyusunan petunjuk pelaksanaan penanggulangan kerawanan pangan;

• Sosialisasi petunjuk pelaksanaan penanggulangan kerawanan pangan;

• Melakukan intervensi melalui bantuan sosial pada daerah rawan pangan hasil investigasi Tim SKPG dan rawan pangan akibat bencana

• Penyediaan stok pangan melalui pengembangan lumbung pangan pemerintah provinsi

• Menggerakkan pemberdayaan masyarakat rawan pangan, melalui program desa mandiri pangan dan dipadukan dengan program lainnya di tingkat kabupaten/kota.

d. Penanggulangan Rawan Pangan Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan rawan kronis adalah melakukan investigasi dan intervensi Rawan Pangan Kronis dan transien.

• Investigasi 1) Berdasarkan pemetaan situasi pangan dan gizi yang

dilakukan oleh Tim SKPG, Kepala Daerah segera membentuk Tim Investigasi. Tim Investigasi beranggotakan minimal

Page 141: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

129HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

5 orang yang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing dari unsur-unsur instansi terkait.

2) Tim Investigasi harus segera turun ke lapangan paling lambat 1 minggu setelah suatu daerah diketahui mengalami kerawanan pangan kronis.

3) Hasil investigasi digunakan oleh Tim Investigasi untuk menyusun rekomendasi yang akan disampaikan kepada Kepala Daerah.

4) Hasil rekomendasi yang disampaikan mencakup jenis intervensi yang tepat, lokasi dan masyarakat sasaran, jangka waktu pelaksanaan intervensi dan lain-lain sesuai dengan kepentingan.

• Intervensi1) Setelah menerima hasil investigasi dari Tim Investigasi,

Kepala Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi untuk mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi.

2) Intervensi yang dilakukan mencakup tanggap darurat apabila diperlukan, intervensi jangka menengah serta intervensi jangka panjang.

3) Jenis intervensi yang tepat, jangka waktu intervensi, besaran dana yang diperlukan dan lain-lain dapat diketahui berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Investigasi.

4) Intervensi dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber dana baik berasal dari APBN, APBD, masyarakat maupun bantuan internasional untuk penanganan rawan pangan kronis ditanggulangi melalui program-program yang dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Program Desa Mandiri Pangan, Desa Siaga, PUAP, Primatani, PIDRA atau program pemberdayaan lainnya.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Penyediaan data dan Informasi :

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, menganalisis dan Pemetaan Situasi Pangan dan gizi sampai level kecamatan/desa

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, mengalisis dan pemetaan Peta Ketahanan dan kerentanan Pangan (FSVA) sampai level kecamatan/desa

b. Pengembangan sistem Kewaspadaan Pangan dan gizi:• Menyusunan pedoman Teknis Sistem Kewaspadaan pangan

dan Gizi;• Sosialisasi pedoman Teknis Sistem Kewaspadaan pangan dan

gizi;• Melakukan pelatihan petugas SKPG dan FSVA• Mengaktifkan dan koordinasi dengan SKPG kabupaten/kota

yang aktif;• Menggerakan Tim pangan kecamatan yang aktif (yang dibina/

dilatih);• Menggerakkan kelompok PKK/posyandu kecamatan yang aktif

(yang dibina/dilatih);

Page 142: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

130 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

c. Melakukan Penanggulangan kerawanan pangan• Penyusunan pedoman umum Penanggulangan Kerawanan

Pangan;• Sosialisasi pedoman umum Penanggulangan Kerawanan

Pangan;• Melakukan intervensi melalui bantuan sosial pada daerah

rawan pangan hasil investigasi Tim SKPG dan rawan pangan akibat bencana;

• Penyediaan stok pangan melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat di pedesaan

• Penanggulangan kerawanan pangan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat rawan pangan, melalui program desa mandiri pangan dan dipadukan dengan program lainnya.

d. Penanggulangan Rawan Pangan KronisKegiatan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan rawan kronis adalah melakukan investigasi dan intervensi Rawan Pangan Kronis.• Investigasi

1) Berdasarkan pemetaan situasi pangan dan gizi yang dilakukan oleh Tim SKPG, Kepala Daerah segera membentuk Tim Investigasi. Tim Investigasi beranggotakan minimal 5 orang yang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing dari unsur-unsur instansi terkait.

2) Tim Investigasi harus segera turun ke lapangan paling lambat 1 minggu setelah suatu daerah diketahui mengalami kerawanan pangan kronis.

3) Hasil investigasi digunakan oleh Tim Investigasi untuk menyusun rekomendasi yang akan disampaikan kepada Kepala Daerah.

4) Hasil rekomendasi yang disampaikan mencakup jenis intervensi yang tepat, lokasi dan masyarakat sasaran, jangka waktu pelaksanaan intervensi dan lain-lain sesuai dengan kepentingan.

• Intervensi1) Setelah menerima hasil investigasi dari Tim Investigasi,

Kepala Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi untuk mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi.

2) Intervensi yang dilakukan mencakup tanggap darurat apabila diperlukan, intervensi jangka menengah serta intervensi jangka panjang.

3) Jenis intervensi yang tepat, jangka waktu intervensi, besaran dana yang diperlukan dan lain-lain dapat diketahui berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Investigasi.

4) Intervensi dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber dana baik berasal dari APBN, APBD, masyarakat maupun bantuan internasional untuk penanganan rawan

Page 143: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

131HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

pangan kronis ditanggulangi melalui program-program yang dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Program Desa Mandiri Pangan, Desa Siaga, PUAP, Primatani, PIDRA atau program pemberdayaan lainnya.

e. Penanggulangan Rawan Pangan Transien• Investigasi

1) Setelah menerima laporan adanya kejadian bencana, maksimal 2 hari, Kepala Daerah harus sudah membentuk Tim Investigasi. Tim Investigasi beranggotakan minimal 5 orang yang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing dari unsur-unsur instansi terkait.

2) Tim Investigasi melaksanakan tugasnya dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Daerah maksimal 3 hari setelah dibentuk.

3) Hasil investigasi yang dilaporkan kepada Kepala Daerah meliputi rekomendasi adanya rawan pangan transien yang disebabkan oleh bencana, wilayah yang mengalami rawan pangan, masyarakat sasaran, jenis intervensi yang diberikan, jangka waktu dan pelaksana intervensi.

4) Setelah menerima rekomendasi dari Tim Investigasi, Kepala Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi untuk melakukan intervensi pada daerah yang diketahui mengalami rawan pangan transien.

5) Tugas Tim Investigasi berbeda dengan Satlak/Satkorlak. Namun dalam pelaksanaan tugasnya Tim Investigasi dapat berkoordinasi dengan Satlak/Satkorlak setempat.

• Intervensi Intervensi dilakukan dengan memberikan bantuan tanggap darurat, sesuai kebutuhan setempat dari hasil investigasi dan bantuan jangka pendek serta jangka panjang

7. SDMAparat yang berkompeten di bidangnya

MENTERI PERTANIAN,

Ttd

SUSWONO

Page 144: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

132 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 65/Permentan/OT.140/12/2010

TANGGAL : 22 Desember 2010

PETUNJUK TEKNIS

PERENCANAAN PEMBIAYAAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta Peraturam Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis dan Penyusunan dan Penetapan SPM, pemerintah wajib menyusun SPM berdasarkan urusan wajib yang merupakan pelayanan dasar, sebagai bagian dari pelayanan publik. Sedangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur tentang Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Analisis Kemampuan dan Potensi Daerah.

Menindaklanjuti hal tersebut di atas, Kementerian Pertanian telah menetapkan Peraturan Menteri tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan secara bertahap diperlukan panduan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan di provinsi dan kabupaten/kota untuk dijadikan acuan bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi dan kemampuan daerah.

B. Tujuan dan Sasaran

Petunjuk Teknis ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesamaan visi kepada pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan perencanaan pembiayaan penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Adapun sasaran dari Petunjuk Teknis ini adalah tersusunnya perencanaan pembiayaan SPM Bidang Ketahanan Pangan oleh pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka pencapaian secara bertahap SPM Bidang Ketahanan Pangan di daerahnya.

Page 145: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

133HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

C. Pengertian

1. Indikator kinerja SPM Bidang Ketahanan Pangan adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif di bidang ketahanan pangan yang digunakan untuk menggambarkan besaran yang hendak di penuhi dalam pencapaian SPM bidang ketahanan pangan di Provinsi dan Kabupaten/ Kota berupa masukan proses, hasil, dan/atau manfaat pelayanan.

2. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target (nilai) indikator SPM secara bertahap yang ditentukan untuk mencapai SPM daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3. Langkah kegiatan adalah tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memenuhi capaian indikator SPM sesuai situasi dan kondisi serta kemampuan keuangan pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/kota.

4. Kurun waktu adalah kurun/waktu dalam pelaksanaan kegiatan periode 1 (satu) tahun.

5. Satuan kerja/Lembaga penanggung jawab adalah lembaga di daerah yang bertanggung jawab dalam penerapan SPM. Penentuan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ini harus mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi, kualifi kasi dan kompetensi sumber daya SKPD yang bersangkutan.

6. Kemampuan dan potensi daerah adalah kondisi keuangan daerah seperti PAD, DAU, dan DAK serta sumber daya yang dimiliki daerah untuk menyelenggarakan urusan wajib pemerintahan daerah dan dalam rangka pembelanjaan untuk membiayai penerapan SPM.

7. Rencana Pencapaian SPM adalah target pencapaian SPM yang dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah yang dijabarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), RKPD, Renstra-SKPD dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.

8. Analisis kemampuan dan potensi daerah terkait data dan informasi menyangkut kapasitas dan sumber daya yang dimiliki daerah.

9. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

D. Dasar Hukum

1. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.

Page 146: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

134 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Teknis perencanaan pembiayaan pencapaian SPM bidang ketahanan pangan, meliputi:1. Rencana pencapaian SPM.2. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM dalam bentuk dokumen

perencanaan dan penganggaran.3. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM dan perencanaan pembiayaiam

pencapaian SPM bidang ketahanan pangan di Kabupaten/Kota.4. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target

tahunan SPM kepada masyarakat.

RENCANA PENCAPAIAN SPM

Dalam menentukan rencana pencapaian dan penerapan SPM, pemerintahan daerah harus mempertimbangkan:1. Kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar

Kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar dilihat dari kegiatan yang sudah dilakukan oleh daerah sampai saat ini, terkait dengan jenis-jenis pelayanan yang ada di dalam SPM Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Target pelayanan dasar yang akan dicapaiTarget pelayanan dasar yang akan dicapai mengacu pada target pencapaian yang sudah disusun oleh Kementerian Pertanian dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Lampirannya tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

3. Kemampuan, potensi, kondisi, karakteristik dan prioritas daerahRencana pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan di daerah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan secara nasional yang telah di tetapkan oleh Kementerian Pertanian dengan memperhatikan analisis kemampuan dan potensi daerah.

Analisis kemampuan daerah disusun berdasarkan data, statistik dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan baik yang bersifat khusus maupun umum. Pengertian khusus dalam hal ini adalah data, statistik dan informasi yang secara langsung terkait dengan penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota, misalnya data teknis, sarana dan prasarana fi sik, personil, alokasi anggaran untuk melaksanakan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota. Sedangkan pengertian umum dalam hal ini adalah data, statistik, dan informasi yang secara tidak langsung terkait dengan penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan, namun keberadaannya menunjang pelaksanaan SPM secara keseluruhan. Misalkan kondisi geografi s, demografi s, pendapatan daerah, sarana prasarana umum dan sosial ekonomi.

Potensi daerah yang dimaksud dalam hal ini mengandung pengertian ketersediaan sumber daya yang dimiliki baik yang telah dieksploitasi maupun yang belum dieksploitasi yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk menunjang pencapaian SPM.

Page 147: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

135HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Faktor kemampuan dan potensi daerah digunakan untuk menganalisis:a. Penentuan status awal yang terkini dari pencapaian pelayanan dasar di

daerah;b. Perbandingan antara status awal dengan target pencapaian dan batas

waktu pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah;c. Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM, analisa standar

belanja kegiatan berkaitan dengan SPM dan satuan harga kegiatan;d. Perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan

dasar yang memaksimalkan sumber daya daerah.

Analisis kemampuan dan potensi daerah digunakan untuk menyusun skala prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan pencapaian dan penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota. Penentuan prioritas program dan kegiatan dan batas waktu pencapaian SPM di daerah dilakukan dengan menggunakan format pada Tabel 1 dan 2.

PENGINTEGRASIAN RENCANA PENCAPAIAN SPM DALAM DOKUMEN

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan yang akan di tuangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam target tahunan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan. RPJMD yang memuat rencana pancapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan akan menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD, kebijakan umum APBD (KUA) dan Prioritas Planfon Anggaran (PPA). Adapun mekanisme rencana pencapaian SPM dalam RPJMD sebagai berikut:

MEKANISME PEMBELANJAAN PENERAPAN SPM DAN PERENCANAAN

PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG KETAHANAN PANGAN

Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara Kepala Daerah dan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota. Nota kesepakatan inilah yang menjadi dasar penyusunan

Page 148: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

136 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

RKA-SKPD yang menggambarkan secara rinci dan jelas program dan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota. Pengintegrasian SPM ke dalam RAPBD ini adalah, sebagai berikut:

Mekanisme perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan dilakukan untuk melihat kemampuan dan potensi daerah dalam pencapaian dan penerapan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota. Adapun tahapan mekanisme perencanaan pembiayaan SPM adalah, sebagai berikut:1. Pemerintah daerah menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing jenis

pelayanan dalam rangka pencapaian SPM dengan mengacu pada indikator kinerja dan batas waktu pencapaian SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Pemerintah daerah menetapkan batas waktu pencapaian SPM untuk daerahnya dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional, kemampuan dan potensi daerahnya masing-masing.

3. Pemerintah daerah menetapkan target tahunan pencapaian SPM mengacu pada batas waktu yang sudah ditentukan oleh masing-masing daerah

4. Pemerintah daerah membuat rincian belanja yang sudah ditetapkan oleh masing-masing daerah.

5. Pemerintah daerah dapat mengembangkan jenis kegiatan dari masing-masing jenis pelayanan yang sudah ditetapkan oelh Kementerian Pertanian sesuai kebutuhan daerahnya dalam pencapaian SPM di daerah masing-masing.

6. Pemerintah daerah menggunakan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan untuk melihat kondisi dan kemampuan keuangan daerahnya dalam mencapai SPM Bidang Ketahanan Pangan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

7. Apabila pembiayaan yang dibutuhkan dalam pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan melebihi kemampuan keuangan daerah maka pemerintah daerah dapat mengurangi kegiatan atau mencari sumber anggaran lainnya.

Page 149: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

137HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Mekanisme Perencanaan Pembiayaan SPM Bidang Ketahanan Pangan

Adapun uraian kegiatan dan biaya dalam rangka penyusunan perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota, dijelaskan pada lampiran III Modul Pembiayaan SPM.

SISTEM PENYAMPAIAN INFORMASI

Rencana pencapaian target tahunan SPM Bidang Ketahanan Pangan di Kabupaten/Kota dan realisasinya merupakan bagian dari Laporan Penyelenggaran Pemerintah Daerah (LPPD), Laporan Pertanggungjawaban (LKPJ) dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) yang harus diinformasikan kepada masyarakat.

Selain itu, sesuai dengan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM Pemerintah Daerah mengakomodasi pengelolaan data informasi penerapan SPM ke dalam sistem informasi daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai acuan dalam pembangunan ketahanan pangan tidak terlepas dari fokus Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan dan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan.

Ketahanan Pangan sebagai suatu sistem yang sangat luas, menyangkut subsistem Ketersediaan, subsistem Distribusi, subsistem Penganekaragaman dan kualitas nutrisi dan konsumsi serta keamanan distribusi pangan terhadap terjadinya Kerawanan Pangan, perlu didorong dan difasilitasi oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan suatu mekanisme sistem dan informasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan.

Page 150: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

138 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian merupakan Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, yang sekretarisnya adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan, hal ini berarti koordinasi pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dititikberatkan kepada Badan/kantor Ketahanan Pangan atau Unit Pelayanan yang menangani ketahanan pangan baik di Provinsi dan Kabupaten/Kota selaku Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan/ Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan.

Mekanisme Sistem Pengelolaan Data dan Informasi SPM Bidang Ketahanan Pangan

PENUTUP

Petunjuk Teknis perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kabupaten/Kota disusun sebagai acuan daerah dalam menyusun perencanaan pembiayaan pencapaian SPM Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Perencanaan pembiayaan pencapaian SPM ini akan memudahkan daerah dalam mengalokasikan besarnya biaya yang dibutuhkan bagi pelaksanaan SPM di daerah selama 5 (lima) tahun ke depan dan mengevaluasi setiap tahunnya.

MENTERI PERTANIAN,

Ttd

SUSWONO

Page 151: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

139HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Ta

be

l 1

. P

en

en

tua

n P

rio

rita

s P

rog

ram

da

n K

eg

iata

n

Prov

insi

/Kab

/Kot

a :

Uru

san

Waj

ib :

Din

as/ B

adan

:

JEN

IS

PELA

YAN

-A

N D

ASA

R

PRO

-G

RAM

/

KEG

IATA

N

Indi

kato

r Pro

-gr

am/K

egia

tan

Ana

lisa

Peni

laia

n SP

MTo

tal

Nila

i A

nalis

a SW

OT

Rank

ing

Bata

s W

aktu

Penc

apa-

ian

SPM

di

Dae

rah

PAG

U IN

DIK

ATIF

Fakt

orKe

kuat

anFa

ktor

Ke

lem

ahan

Fakt

or

Pelu

ang

Fakt

or

Tant

anga

nA

PBD

Kab/

Kota

APB

DPr

ov.

APB

D

Out

put

Out

-co

me

12

3ds

t.1

23

dst.

12

3ds

t.1

23

dst.

Sum

ber :

Lam

pira

n III

Per

atur

an M

ente

ri D

alam

Neg

eri N

omor

79

Tahu

n 20

07

Page 152: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

140 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

Ta

be

l 2

. B

ata

s W

ak

tu P

en

ca

pa

ian

SP

M D

i D

ae

rah

Prov

insi

/Kab

/Kot

a

:U

rusa

n W

ajib

:D

inas

/ Bad

an:

JEN

IS P

ELAY

AN

AN

D

ASA

R

PRO

GRA

M/

KE

GIA

TAN

Indi

kato

r Pro

gram

/Ke

giat

an

Bata

s Wak

tu

Penc

apai

an (T

hn)

Penc

apai

an P

rogr

am/K

egia

tan(

%)

Sum

ber D

ana

Pagu

in

dika

tif (j

uta

Rp)

Sum

ber D

ana

KET

Out

put

Out

com

eN

asio

nal

Dae

rah

12

34

56

7ds

tA

PBD

Kab/

Kota

APB

DPr

ov.

Sum

ber :

Lam

pira

n II

Pera

tura

n M

ente

ri D

alam

Neg

eri N

omor

79

Tahu

n 20

07

Page 153: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

141HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 65/Permentan/OT.140/12/2010

TANGGAL : 22 Desember 2010

PENJELASAN MODUL PEMBIAYAAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

A. Acuan Perhitungan Kebutuhan Biaya Penerapan SPM

1. Modul Perhitungan Kebutuhan Biaya Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) tersebut disusun mengacu kepada :a. Peraturan Menteri Pertanian tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang menetapkan jenis pelayanan, indikator kinerja, dan target capaian tahun 2015.

b. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang memberikan rincian bagi setiap indikator kinerja, meliputi: pengertian, defi nisi operasional, cara perhitungan/rumus, sumber data, rujukan, target, langkah kegiatan dan sumber daya manusia, yang materinya disiapkan oleh Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian berdasarkan masukan dan pembahasan serta koordinasi dari seluruh stakeholder terkait dengan SPM Bidang Ketahanan Pangan.

2. Rencana Strategis provinsi dan kabupaten/kota yang memuat rencana tahunan pencapaian SPM urusan wajib ketahanan pangan.

3. Unit cost/harga satuan biaya provinsi dan kabupaten/kota sebagai acuan penyusunan RAPBD provinsi dan kabupaten/kota.

4. Provinsi dan Kabupaten/kota Dalam Angka, yang didalamnya terdapat data kependudukan dan data lainnya yang berhubungan dengan sasaran layanan ketahanan pangan.

5. Profi l ketahanan pangan yang didalamnya memuat data capaian pelayanan ketahanan pangan yang berhubungan dengan indikator SPM.

B. Prinsip-Prinsip Perhitungan Kebutuhan Biaya Yang Diuraikan/Dirinci Dalam

Modul

1. Pembiayaan mengikuti kegiatan :a. Setiap jenis pelayanan terdapat indikator-indikator.b. Setiap indikator telah ditetapkan langkah-langkah kegiatan.c. Setiap langkah kegiatan ditetapkan variabel-variabel kegiatan.d. Setiap variabel ditetapkan komponen yang mempengaruhi pembiayaan.e. Antar komponen disusun dalam formula/rumus dan dikalikan unit cost

untuk setiap variabel/komponen kegiatan. 2. Tidak menghitung biaya investasi besar, hanya menghitung investasi sarana

dan prasarana yang melekat langsung dengan keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan penerapan SPM :

Page 154: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

142 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

a. Investasi besar tidak dilakukan secara reguler.b. Investasi yang melekat langsung harus tersedia karena tanpa itu maka jenis

maupun kualitas layanan itu tidak terlaksana/tercapai dan indikator tidak tercapai.

3. Tidak menghitung kebutuhan belanja tidak langsung atau belanja ex-rutin :a. Kebutuhan belanja tidak langsung terdapat formulasi umum untuk suatu

provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana berlaku untuk urusan wajib dan urusan pilihan lain daerah tersebut.

b. Kebutuhan belanja tidak langsung tidak terkait langsung dengan ketercapaian indikator SPM.

c. Jumlah SKPD suatu daerah tidak standar baik jenis maupun jumlahnya.

4. Tidak menghitung kebutuhan belanja pangan suatu provinsi dan kabupaten/kota secara total :

a. Hanya menghitung kebutuhan biaya untuk menerapkan dan mencapai indikator SPM yang ditetapkan.

b. Kebutuhan belanja kebutuhan pangan suatu daerah bukan hanya untuk menerapkan dan mencapai SPM, tetapi juga non-SPM yang menjadi kebutuhan nyata masyarakat provinsi dan kabupaten/kota dimana masing-masing kabupaten/kota berbeda-beda.

c. Dalam total belanja daerah harus tertampung belanja penerapan SPM, tetapi tidak hanya untuk penerapan SPM.

5. Tidak menghitung kebutuhan belanja pangan per SKPD ketahanan pangan :a. Hasil hitung dari modul penghitungan kebutuhan biaya SPM adalah hasil

hitung dari kebutuhan provinsi dan kabupaten/ kota, bukan kebutuhan masing-masing SKPD Ketahanan Pangan.

b. Kebutuhan belanja masing-masing SKPD Ketahanan Pangan tergantung seberapa besar/banyak SKPD tersebut melaksanakan langkah–langkah kegiatan penerapan dan pencapaian indikator SPM, dan seberapa besar volume masing-masing komponen kegiatan.

6. Menghitung seluruh langkah kegiatan tanpa memandang sumber biaya :a. Seluruh kebutuhan biaya untuk tercapainya indikator SPM suatu daerah

harus diketahui, agar dapat ditetapkan juga berapa kebutuhan biaya yang ditanggung/dibebankan kepada setiap jenis sumber biaya, jika terdapat sumber-sumber biaya yang berbeda-beda.

b. Jika terdapat sumber biaya yang berbeda, masing-masing sumber biaya akan menyediakan biayanya mengikuti besaran biaya hasil hitung sesuai modul, sehingga sesuai kebutuhan nyata.

c. Untuk mencapai indikator yang ditetapkan/ditargetkan tidak seluruhnya dibiayai oleh pemerintah (Pusat/Kementerian Pertanian maupun provinsi dan kabupaten/kota), terdapat penduduk yang memperoleh pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat termasuk swasta, sehingga tanpa menyediakan anggaran belanja suatu daerah telah memperoleh capaian indikator pada tingkat tertentu.

d. Terdapat daerah-daerah yang seluruh target harus dicapai dengan biaya/belanja pemerintah.

7. Pembiayaan masa transisi :a. Pembiayaan atas variabel dari langkah kegiatan tertentu yang selama ini

disediakan bukan oleh kabupaten/kota masih dalam perhitungan kebutuhan biaya ini.

Page 155: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

143HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

b. Pembebanan kepada sumber/pihak–pihak selain pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, selama masa transisi, ditetapkan secara ad-hoc sementara, terpisah dari modul ini.

8. Pembiayaan kegiatan optional :a. Dalam modul terdapat jenis kegiatan: operasional pelayanan, pengumpulan

data, pelatihan tenaga, penyuluhan ketahanan pangan masyarakat, pertemuan koordinasi, dan investasi yang melekat kepada operasional pelayanan.

b. Dalam menyusun formula kebutuhan operasional pelayanan ketahanan pangan dan investasi telah diperhitungkan indeks kebutuhan alat (investasi) maupun bahan habis pakai dan indeks kemampuan menjangkau sasaran pelayanan sebagai upaya menjaga kualitas layanan.

c. Kegiatan-kegiatan lainnya ditentukan berdasarkan kondisi daerah, misalnya: berapa kali pertemuan, berapa kali pelatihan, berapa kali melakukan penyuluhan mengenai kebutuhan pangan, kegiatan ini yang dimaksudkan sebagai kegiatan optional, optional dalam hal volumenya, tetapi mutlak harus dilaksanakan meskipun hanya sekali.

9. Penghitungan kebutuhan biaya memperhatikan tingkat capaian tahun sebelumnya :a. Modul dilengkapi dengan template penghitungan biaya.b. Template merupakan pola kuantifi kasi dari rincian modul.c. Template dibuat dalam perspektif waktu tiga tahun anggaran. Tahun lalu

menunjukkan capaian yang sudah nyata, tahun ini tahun penyusunan rencana yang belum diketahui tingkat capaiannya karena masih sedang berlangsung, dan tahun depan tahun yang direncanakan yang mencerminkan cita-cita pencapaian indikator.

Dengan template ini dapat dihindarkan perencanaan yang tidak realistis, setiap perubahan capaian antar waktu untuk variabel dan komponen kegiatan tertentu harus dapat dijelaskan secara rasional atau didukung dengan data.

10. Kaitan dengan ketentuan yang mengatur tentang penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah :a. Modul maupun template disusun belum memperhatikan pola yang

ditetapkan oleh ketentuan tentang penyusunan RAPBD.b. Komponen biaya dalam modul berada pada jenis belanja gaji pegawai,

belanja barang dan jasa, dan belanja modal, sehingga ada kesesuaian dengan jenis-jenis belanja yang tercantum dalam RAPBD.

C. Hal-hal yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Kebutuhan Biaya

Perbedaan kebutuhan biaya penerapan SPM dan pencapaian indikator SPM antar provinsi dan kabupaten/kota atau antar tahun anggaran dalam satu kabupaten/kota, dipengaruhi oleh sedikitnya hal-hal berikut ini :

1. Jumlah sasaran Semakin banyak/besar sasaran semakin besar biaya total yang dibutuhkan,

meskipun biaya rata-rata per sasaran dapat lebih kecil. Termasuk didalamnya sasaran yang dicapai dengan dana masyarakat termasuk

swasta, semakin besar sasaran yang dilayani oleh masyarakat termasuk swasta maka semakin kecil dana yang dibutuhkan untuk disediakan oleh pemerintah.

2. Besar kecilnya gap Besar kecilnya gap antara capaian tahun lalu dengan cita-cita tahun depan, atau

Page 156: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

144 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

besar kecilnya delta yang ingin diwujudkan. Semakin besar delta semakin besar biaya yang dibutuhkan.

3. Ketersediaan sarana-prasarana Ketersediaan sarana prasarana/investasi yang tersedia saat ini, semakin lengkap,

maka kebutuhan biaya tahun depan semakin kecil.4. Geografi s Semakin jauh/sulit suatu daerah, termasuk jauh/sulit dari pusat kebutuhan

pangan, semakin besar biaya dibutuhkan.5. Kegiatan optional Kegiatan optional semakin banyak maka semakin membutuhkan biaya yang

besar.6. Unit cost semakin besar/tinggi unit cost yang ditetapkan untuk komponen kegiatan

tertentu semakin besar biaya dibutuhkan.

D. Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi

dan Kabupaten/Kota

Jenis Pelayanan DasarBidang Ketahanan Pangan

Indikator

SPMCapaian Keterangan

SKPDIndikator Nilai (%)

Provinsi

A Ketersediaan dan Cadangan Pangan 1. Penguatan Cadangan Pangan 60 2015 BKPD

B Distribusi dan Akses Pangan

2. Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah 100 2015 BKPD

C Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

3. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan 80 2015 BKPD

D Penanganan Kerawanan Pangan

4. Penanganan Daerah Rawan Pangan 60 2015 BKPD

Kabupaten/Kota

A. Ketersediaan dan Cadangan Pangan

1. Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita. 90 2015 BKPD

2. Penguatan Cadangan Pangan. 60 2015 BKPD

B. Distribusi dan Akses Pangan

3. Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah. 90 2015 BKPD

4. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan. 90 2015 BKPD

C. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH). 90 2015 BKPD

6. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan 80 2015 BKPD

D. Penanganan Kerawanan Pangan

7. Penanganan Daerah Rawan Pangan. 60 2015 BKPD

MENTERI PERTANIAN,

Ttd

SUSWONO

Page 157: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

145HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 65/Permentan/OT.140/12/2010

TANGGAL : 22 Desember 2010

STANDAR PEMBIAYAAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

1. Jenis Pelayanan : A. Ketersediaan dan Cadangan Pangan2. Indikator : 1. Ketersediaan Energi Dan Protein Per Kapita 3. Defi nisi Operasional : Angka kecukupan gizi (AKG) ditetapkan di

Indonesia setiap lima tahun sekali melalui forum Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG). Salah satu rekomendasi WKNPG ke VIII tahun 2004 menetapkan tingkat ketersediaan energi sebesar 2.200 Kkal/Kapita/ Hari dan protein 57 Gram/Perkapita/Perhari.

4. Target Tahun 2015 : 90 %5. Rumus : Ps = Pr - ΔSt + Im – Ek

Ketersediaan energi (Kkal/

Kapita/Hari) =

Ketersediaan Pangan/Kapita/HariX Kandungan protein x BDD

100

Ketersediaan protein (gram/

kapita/hari) =

Ketersediaan Pangan/Kapita/HariX Kandungan protein x BDD

100

Keterangan : Ps : Total penyediaan dalam negeri Pr : Produksi ΔSt : Stok akhir – stok awal Im : Impor Ek : Ekspor

Ketersediaan bahan makanan per kapita dalam bentuk kandungan nilai gizinya dengan satuan kkal energi dan gram protein

6. Langkah Kegiatan : Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan membuat peta ketersediaan pangan daerah sentra produksi, dengan melakukan :• Menyusun petunjuk operasional penyusunan peta daerah sentra produksi

pangan masyarakat di tingkat kabupaten/kota;• Identifi kasi/pengumpulan data; • Koordinasi kesepakatan data;• Penyusunan dan analisis data;• Desain pemetaan ketersediaan pangan.

Page 158: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

146 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

b. Menyusun dan membuat peta daerah sentra pengembangan produksi pangan lokal spesifi k daerah dengan melakukan :

• Menyusun petunjuk operasional penyusunan peta daerah sentra pengembangan produksi pangan lokal spesifi k daerah;

• Merumuskan konversi pangan lokal setara energi dan protein (Daftar Komposisi Bahan Makanan/DKBM);

• Identifi kasi/pengumpulan data; • Koordinasi kesepakatan data;• Penyusunan dan analisis data;• Desain pemetaan ketersediaan pangan.

c. Melakukan pembinaan dan pelatihan dalam rangka peningkatan ketersediaan pangan berbahan baku lokal kepada sejumlah kelompok binaan per kabupaten/kota;

d. Melakukan pembinaan pengembangan penganekaragaman produk pangan;e. Menyusun dan menganalisis Neraca Bahan Pangan (NBM) di tingkat kabupaten/

kota setiap tahun;f. Melakukan monitoring dan evaluasi serta membuat ketersediaan pangan

dan rencana tindak lanjut setiap tahun di tingkat kabupaten/kota.7. Rujukan :

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.b. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kebijakan

Perberasan.d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan

Pangan Pemerintah Desa.e. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang

Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan PanganTahun 2010.

8. Perhitungan Biaya

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3 4

A. Jenis Pelayanan Dasar Ketersediaan dan Cadangan Pangan

1. Indikattor Ketersediaan Energi dan Protein per kapita Kabupaten/Kota

Menyusun dan membuat peta daerah sentra pengembangan produksi pangan lokal spesifi k daerah

Pengadaan peta daerah sentra pengembangan produksi pangan lokal spesifi k daerah

A. Persiapan dan Penyusunan peta A+(B*C)

    B. Harga satuan peta  

C. Perbanyakan Peta

  Pengumpulan data A. Cakupan daerah pengumpulan data A*B*C

    B. Frekuensi pengumpulan data  

    C. Transport per petugas pengumpul data  

Analisis data A. Transport petugas A*B

Page 159: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

147HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

B. Pengolahan & analisis data

  Rumusan konversi panganC. Transport petugas

(dilakukan di dinas terkait)

 

Melakukan pembinaan dan pelatihan kepada kelompok binaan per kab/kota

Pelaksanan pembinaan dan pelatihan

A. Persiapan dan Pelaksanaan A+(B*C*D*E)

B. Frekuensi pelatihan

   C. Jumlah peserta

pelatihan per angkatan

 

    D. Jumlah angkatan  

    E. Transport per peserta pelatihan  

  Lumpsum harian peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per rangkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan  

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jml narasumber lokal per angkatan  

    D. Transport narasumber lokal per orang  

  Transport narasumber dari luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jml narasumber per angkatan  

    D. Transport narasumber pelatihan per orang  

d. Melakukan pembinaan pengembangan penganekaragaman produk pangan

Persiapan pelaksanaan pembinaan

A. Persiapan pelaksanaan pembinaan A

Pembinaan pengembangan A. Frekuensi pembinaan A*B*C

B. Transport pembinaan

C. Jumlah lokasi pembinaan

e. Menyusun & menganalisis NBM Penyusunan NBM A. Persiapan penyusunan A

Pengumpulan data A. Cakupan daerah pengumpulan data A*B*C*D

B. Frekuensi pengumpulan data

Page 160: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

148 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

C. Transport per petugas pengumpul data

D. Transport per petugas pengumpul data

Analisis data A. Transport petugas  A+B

B. Pengolahan & analisis data NBM

f. Melakukan monitoring & evaluasi

Persiapan pelaksanaan pembinaan

A. Persiapan pelaksanaan pembinaan A

Pengumpulan data A. Cakupan daerah pengumpulan data A*B*C*D

B. Frekuensi pengumpulan data

C. Transport per petugas pengumpul data

D. Transport per petugas pengumpul data

Analisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

1. Jenis Pelayanan : A. Ketersediaan dan Cadangan Pangan2. Indikator : 2. Penguatan Cadangan Pangan 3. Defi nisi Operasional :

a. Cadangan Pangan di tingkat pemerintah :• Tersedianya cadangan pemerintah di tingkat kabupaten/kota minimal

sebesar 100 ton ekuivalen beras dan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras;

• Adanya lembaga cadangan pangan pemerintah pada setiap provinsi dan kab/kota;

• Tersedianya cadangan pangan pemerintah, minimal 25 ton ekuivalen beras.

b. Cadangan Pangan di tingkat masyarakat :• Penyediaan cadangan pangan sebesar 500 kg ekuivalen beras di tingkat

rukun tetangga (RT) untuk kebutuhan minimal 3 bulan, yang bersifat pangan pokok tertentu dan sesuai dengan potensi lokal;

• Adanya lembaga cadangan pangan masyarakat minimal 1- 2 di setiap kecamatan;

• Berfungsi untuk antisipasi masalah pangan pada musim paceklik, gagal panen, bencana alam sekala lokal dan antisipasi keterlambatan pasokan pangan dari luar.

4. Target Tahun 2015 : 60 %5. Rumus :

Rumus yang digunakanNilai Capaian Bidang = Jumlah Cad.Pangan Provinsi X 100 %

Provinsi 200 ton

Nilai Capaian Bidang = Jumlah Cad.Pangan Kabupaten/Kota X 100 %

Kabupaten/Kota 100 ton

Page 161: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

149HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Persentasi kecamatan yang = Jumlah kecamatan yg memp.cad.pangan X 100 %Mempunyai cad. Pangan masy Jumlah kecamatan

A. Cadangan pangan masing2 = Jumlah cad.pangan per desa X 100 %

Desa 500 kg

B.

Rata2 cadangan

pangan per

kecamatan =

(Juml.cadangan 1 + Juml.cadangan.. + Juml.cadangan(n))

x 100 % 500 kg 500 kg 500 kg

Ukuran konstanta adalah 100 %

6. Langkah Kegiatan :Pemerintah Daerah Provinsia. Menyusun petunjuk pengembangan cadangan pangan pokok tertentu

pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota;b. Melakukan TOT dalam rangka peningkatan produksi dan produk pangan

berbahan baku lokal kepada sejumlah aparat ketahanan pangan di provinsi; c. Menyusun sistem informasi ketersediaan pangan, dengan melakukan

identifi kasi pengumpulan data dan analisis data produksi, data rencana produksi, pemasukan dan pengeluaran pangan serta data cadangan pangan provinsi;

d. Melakukan pembinaan cadangan pangan masyarakat;e. Melakukan koordinasi pengaturan kepada lembaga cadangan pangan

pemerintah dan masyarakat terhadap kebutuhan cadangan pangan daerah; Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Menyusun dan menyediakan petunjuk operasional pengembangan cadangan

pangan pemerintah daerah kabupaten/kota dan cadangan pangan masyarakat;

a. Melakukan identifi kasi cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat;

b. Menyusun peta kelembagaan cadangan pangan pemerintah desa dan masyarakat;

c. Melakukan pembinaan dan pengembangan penganekaragaman cadangan pemerintah desa, pangan pokok tertentu serta lumbung pangan masyarakat;

d. Melakukan monitoring dan evaluasi kelembagaan cadangan pangan dan melaporkan hasilnya.

7. Rujukan : a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.b. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.c. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang

Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa.

e. Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 10/Kpts/OT.140/K/03/2010 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan Tahun 2010.

Page 162: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

150 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

8. Perhitungan Biaya :

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3A. Jenis Pelayanan Dasar Ketersediaan dan Cadangan Pangan

2. Indikator Penguatan Cadangan Pangan Provinsi

1. Penyusunan petunjuk operasional pengembangan cadangan pangan

Penyusunan PetunjukOperasional A. Persiapan dan Penyusunan A

Uji Petik Pengumpulan data

A. Cakupan daerah Uji Petik pengumpulan data (A*B)+(C*D)

B. Transport Uji Petik

    C. Frekuensi Sosialisasi  

    D. Transport Sosialisasi  

b. Melakukan TOT peningkatan produksi & produk pangan berbahan baku local bagi Aparat

Persiapan pelaksanaan TOT A. Persiapan Kegiatan A

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  C. Jumlah angkatan  

  D. Transport per peserta pelatihan  

Lumpsum harian peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  C. Jumlah angkatan  

  D. Uang harian per peserta pelatihan  

  E. Lama pelatihan  

Transport Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

  D. Transport narasumber lokal per orang  

Transport Narasumber dari luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

Page 163: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

151HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Jumlah narasumber per angkatan  

  D. Transport narasumber pelatihan per orang  

Lumpsum Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

  D. Uang harian per narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Lumpsum Narasumber luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Jumlah narasumber per angkatan  

  D. Uang harian per narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Lama pelatihan  

  D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  E. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

  F. Jumlah narasumber luar per angkatan  

  G. Akomodasi pertemuan per orang  

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  C. Jumlah angkatan  

  D. Bahan pelatihan  

c. Menyusun system informasi keter-sediaan pangan

Penyusunan system informasi A. Persiapan & Penyusunan A

Uji Petik Pengumpulan data

A. Cakupan daerah Uji Petik pengumpulan data (A*B)+(C*D)

  B. Transport Uji Petik  

Page 164: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

152 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

    C. Frekuensi Sosialisasi  

  D. Transport Sosialisasi

  Analisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

d. Melakukan Pembinaan Cad.Pangan Masyarakat

Persiapan pembinaan A. Persiapan pelaksanaan pembinaan A

Pembinaan pengembangan A. Frekuensi pembinaan A*B*C

  B. Transport pembinaan

  C. Jumlah lokasi pembinaan

e. Melakukan koordi-nasi dan pengaturan kepada lembaga cadangan pangan pemerintah & masy. thp kebutuhan cad. pangan daerah

Persiapan koordinasi A. Persiapan kegiatan A + B

B. Penyediaan bahan

  Pertemuan koordinasi A. Frekuensi pertemuan/ Akomodasi per orang A*(B*C)+A*(D+E)

    B. Jumlah peserta pertemuan  

    C. Transport per peserta pertemuan  

D. Honor Narasumber & Moderator per orang

E. Transpor Narasumber & Moderator per orang

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3

A. Jenis Pelayanan Dasar Ketersediaan dan Cadangan Pangan

2. Indikator Penguatan Cadangan Pangan Kabupaten/Kota

a. Menyusunan dan menyediakan petunjuk operasional pengembangan cadangan pangan

Penyusunan PetunjukOperasional

A. Persiapan dan Penyusunan A

Uji Petik Pengumpulan data

A. Cakupan daerah Uji Petik pengumpulan data

(A*B)+(C*D)

B. Transport Uji Petik

Page 165: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

153HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    C. Frekuensi Sosialisasi  

    D. Transport Sosialisasi  

b. Melakukan identifi kasi cad. pangan pemerintah dan masyarakat

Persiapan kegiatan A. Persiapan & Penyusunan A

Identifi kasi pengumpulan data

A. Cakupan daerah identifi kasi data A*B*C

  B. Transport identifi kasi  

    C. Frekuensi identifi kasii  

  Analisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

c. Menyusun peta kelembagaan cad. Pangan pemerintah desa & masyarakatt

Pengadaan peta ketersediaan pangan daerah sentra produksi

A. Penyiapan dan Penyusunan peta

A+(B*C)

    B. Harga satuan peta  

  C. Perbanyakan Peta

 Pengumpulan data A. Cakupan daerah pengumpulan

dataA*B*C

    B. Frekuensi pengumpulan data  

   C. Transport per petugas

pengumpul data 

  Analisis data A. Transport petugas  A*B

  B. Pengolahan & analisis data

d. Melakukan pembinaan & pengembangan cad pemerintah desa, pangan pokok tertentu & lumbung pangan masyarakat

Persiapan pembinaan A. Persiapan pelaksanaan pembinaan

A

 Pembinaan dan pengembangan

A. Frekuensi pembinaan A*B*C

  B. Transport pembinaan

  C. Jumlah lokasi pembinaan

e. Monitoring dan evaluasi kelembagaan cad. Pangan

Persiapan pelaksanaan pembinaan

A. Persiapan pelaksanaan pembinaan

A

  Pengumpulan dataA. Cakupan daerah pengumpulan

dataA*B*C*D

  B. Frekuensi pengumpulan data

Page 166: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

154 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

 C. Transport per petugas

pengumpul data

 D. Transport per petugas

pengumpul data

  Analisis data A. Transport petugas  A*B

  B. Pengolahan & analisis data

1. Jenis Pelayanan : Distribusi dan Akses Pangan2. Indikator : Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga

dan Akses Pangan di Daerah3. Defi nisi Operasional :

Menyediakan data dan Informasi mencakup komoditas : gabah/beras, jagung, kedele, daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah yang disajikan dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/tahunan.

4. Target Tahun 2015 : - Provinsi 100%- Kabupaten/Kota 90 %

5. Rumus :Nilai capaian ketersediaan informasi harga, pasokan dan akses pangan (K)

Ketersediaan informasi menurut i (i = 1,2,3)

Keterangan :a) K = rata-rata dari nilai ketersediaan informasi

berdasarkan komoditas (K1), nilai ketersediaan informasi berdasarkan lokasi (K2) dan nilai ketersediaan informasi berdasarkan waktu (K3)

b) Ki = Ketersediaan informasi menurut iDimana: i = 1 = Harga, i = 2 = Pasokan,i = 3 = Akses

c) Realisasi (j) = banyaknya informasi yang terealisasi pengumpulannya menurut j Dimana: j = 1 = komoditas, j = 2 = lokasi, j = 3 = waktu

d) Target (j) = sasaran banyaknya informasi yang akan dikumpulkan menurut j Dimana j = 1 = komoditas, j = 2 = lokasi j = 3 = waktu

e) Target komoditas, target lokasi (kabupaten/kota, kecamatan/desa) dan target waktu pengumpulan informasi (mingguan/bulanan) ditentukan oleh masing-masing daerah sesuai dengan sumber dana dan kemampuan SDM yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Page 167: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

155HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

6. Langkah Kegiatan :Pemerintan Daerah Provinsia. Menyediakan SDM provinsi yang mampu mengumpulkan data/informasi

dan menganalisis harga, distribusi, dan akses pangan; b. Menyediakan panduan (metodologi dan kuisioner) untuk melakukan

pengumpulan data dan informasi harga, distribusi, dan akses pangan; c. Melakukan pengumpulan data dan pemantauan harga, pasokan pangan,

akses pangan, kendala distribusi pangan, kondisi sarana dan prasarana kelancaran distribusi pangan;

d. Menyediakan informasi yang mencakup : • Kondisi harga pangan di tingkat produsen dan konsumen dimasing-

masing kabupaten/kota (harian/mingguan /bulanan);• Kondisi iklim yang dapat mengganggu kelancaran distribusi pangan

(banjir, kekeringan, daerah pasang surut, daerah kepulauan, daerah terpencil, daerah perbatasan) di kabupaten/ kota;

• Kondisi ketersediaan pangan di daerah-daerah sentra produksi pangan, distributor, RPH/RPA, penggiling yang mudah di akses oleh provinsi, kabupaten/kota jika terjadi gejolak harga dan pasokan;

• Kondisi sarana dan prasarana transportasi yang mendukung kelancaran distribusi pangan antar provinsi atau kabupaten/ kota;

• Kondisi cadangan pangan di masing-masing kabupaten/kota (daerah kepulauan, daerah pasang surut, daerah terpencil, daerah perbatasan);

• Bulan-bulan yang sering terjadi hambatan pasokan pangan, akses pangan di wilayah-wilayah (daerah terpencil, kepulauan, perbatasan dan lain-lain);

• Bulan-bulan panen produksi pangan di daerah terpencil, kepulauan, perbatasan dan lain lain;

• Kondisi jalur distribusi pangan dan daerah sentra produsen ke sentra konsumen.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Menyediakan SDM kabupaten/kota yang mampu mengumpulkan data/

informasi dan menganalisa harga, distribusi, dan akses pangan;b. Menyediakan panduan (metodologi dan kuisioner) untuk melakukan

pengumpulan data dan informasi harga, distribusi dan akses pangan;c. Melakukan pengumpulan data dan pemantauan pasokan, harga dan akses

pangan, kendala distribusi, kondisi sarana dan prasarana transportasi;d. Menyediakan informasi mencakup :

• Kondisi harga di tingkat produsen dan konsumen untuk komoditas pangan (harian, mingguan, dan bulanan);

• Kondisi (kota, desa, kecamatan) yang sering mengalami kelangkaan pasokan bahan pangan (harian/mingguan/bulanan);

• Kondisi (kota, desa, kecamatan) yang masyarakatnya mempunyai keterbatasan akses pangan (rawan pangan);

• Kondisi iklim atau cuaca yang mempengaruhi transportasi bahan pangan ke kota/desa/kecamatan;

• Sentra-sentra produksi pangan yang mudah diakses oleh kabupaten/kota;

• Ketersediaan sarana dan prasarana (alat transportasi, gudang, cold storage) untuk dapat mengangkut dan menyimpan bahan pangan.

Page 168: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

156 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

7. Rujukan : a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.b. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Perberasan.d. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang

Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

8. Perhitungan Biaya :

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3

B. Jenis Pelayanan Distribusi dan Akses Pangan

3. Indikator Ketersediaan Informasi, Pasokan, Harga dan Akses Pangan Provinsi

a. Menyediakan SDM yang mampu mengumpulkan data & analisis harga,distribusi & akses pangan

Persiapan pelaksanaan pelathan A. Persiapan Kegiatan A

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan  

Lumpsum/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

  D. Uang harian per peserta pelatihan  

  E. Lama pelatihan  

  Transport Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Transport narasumber lokal per orang  

  Transport Narasumber dari luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

Page 169: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

157HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    D. Transport narasumber pelatihan per org  

  Lumpsum Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Uang harian per narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Lumpsum Narasumber luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Jumlah narasumber per angkatan  

  D. Uang harian per narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Lama pelatihan  

  D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  E. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

  F. Jumlah narasumber luar per angkatan  

  G. Akomodasi pertemuan per orang  

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  C. Jumlah angkatan  

  D. Bahan pelatihan  

b. Menyediakan panduan untuk pengumpulan data & inforrmasi harga, distribusi & akses pangan

Penyusunan PetunjukOperasional A. Persiapan dan Penyusunan A

Uji Petik Pengumpulan data

A. Cakupan daerah Uji Petik pengumpulan data (A*B)+(C*D)

B. Transport Uji Petik

  C. Frekuensi Sosialisasi  

  D. Transport Sosialisasi  

c. Melakukan pengumpul-an data & pemantauan

Persiapan kegiatan A. Persiapan & Penyusunan A

Identifi kasi pengumpulan data

A. Cakupan daerah identifi kasi data A*B*C

Page 170: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

158 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

B. Transport identifi kasi  

  C. Frekuensi identifi kasii  

Analisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

d. Menyediakan informmasi ketersediaan

Pengumpulan bahan A. Persiapan Pengumpulan Bahan A+(B*C)

B. Frekuensi pengumpulan data

  C. Transport per petugas pengumpul data  

Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)  A+B

B. Persiapan Penyusunan Konsep Informasi

Iklan media cetak A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

  B. Jumlah media cetak  

  C. Harga iklan  

Iklan media elektronik A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

  B. Jumlah media cetak  

  C. Harga iklan  

Iklan media internet (website) A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

  B. Jumlah media cetak  

  C. Harga iklan  

Langkah Kegiatan Variabel Rumus

1 2 4

B. Jenis Pelayanan Distribusi dan Akses Pangan

3. Indikator Ketersediaan Informasi, Pasokan, Harga dan Akses Pangan Kabupaten/Kota

a. Menyediakan SDM yang mampu mengumpulkan data dan analisis harga, distribusi & akses pang

Persiapan pelaksanaan pelathan A. Persiapan Kegiatan A

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan  

Lumpsum/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

Page 171: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

159HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

  D. Uang harian per peserta pelatihan  

  E. Lama pelatihan  

  Transport Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Transport narasumber lokal per orang  

  Transport Narasumber dari luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

    D. Transport narasumber pelatihan per orang  

  Lumpsum Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Uang harian per narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Lumpsum Narasumber luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Jumlah narasumber per angkatan  

  D. Uang harian per narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

  B. Jumlah angkatan  

  C. Lama pelatihan  

  D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  E. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

  F. Jumlah narasumber luar per angkatan  

  G. Akomodasi pertemuan per orang  

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  C. Jumlah angkatan  

Page 172: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

160 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

  D. Bahan pelatihan  

b. Menyediakan panduan untuk pengumpulan data & inforrmasi harga, distribusi & akses pang.

Penyusunan PetunjukOperasional A. Persiapan dan Penyusunan A

Uji Petik Pengumpulan data

A. Cakupan daerah Uji Petik pengumpulan data (A*B)+(C*D)

B. Transport Uji Petik

  C. Frekuensi Sosialisasi  

  D. Transport Sosialisasi  

c. Melakukan pengumpulan data dan pemantauan

Persiapan kegiatan A. Persiapan & Penyusunan A

Identifi kasi pengumpulan data

A. Cakupan daerah identifi kasi data A*B*C

B. Transport identifi kasi  

  C. Frekuensi identifi kasii  

Analisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

d. Menyediakan informmasi ketersediaan

Pengumpulan bahan A. Persiapan Pengumpulan Bahan A+(B*C)

B. Frekuensi pengumpulan data

  C. Transport per petugas pengumpul data  

Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)  A+B

B. Persiapan Penyusunan Konsep Informasi

Iklan media cetak A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

  B. Jumlah media cetak  

  C. Harga iklan  

Iklan media elektronik A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

  B. Jumlah media cetak  

  C. Harga iklan  

Iklan media internet (website) A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

  B. Jumlah media cetak  

  C. Harga iklan  

Page 173: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

161HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

1. Jenis Pelayanan : B. Distribusi dan Akses Pangan2. Indikator : 4. Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan 3. Defi nisi Operasional :

a) Harga dinyatakan stabil jika gejolak harga pangan di suatu wilayah kurang dari 25 % dari kondisi normal.

b) Pasokan pangan dinyatakan stabil jika penurunan pasokan pangan di suatu wilayah berkisar antara 5 % - 40 %.

4. Target Tahun 2015 : 90%5. Rumus :

a) Stabilitas Harga (SH) dan Stabilitas Pasokan Pangan (SP) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan: K = {

SHi = Stabilitas Harga komoditas ke iSPi = Stabilitas Pasokan komoditas ke iI = 1,2,3...n n = jumlah komoditas

dimana:Stabilitas Harga (SH) di gambarkan dengan koefi sien keragaman (CV) Stabilitas Pasokan (SP) di gambarkan dengan koefi sien keragaman (CV)

b) Stabilitas Harga dan Pasokan komoditas ke i (Ski) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: K = {

CVKRi = Koefi sien keragaman Realisasi untuk Harga dan Pasokan komoditas ke i

CVKTi = Koefi sien keragaman Target untuk Harga dan Pasokan komoditas ke i

c) CVKRi dihitung dari rumus sebagai berikut :

Dimana : SDKRi = Standar deviasi realisasi untuk Harga dan Pasokan komoditas ke i

H untuk Harga P untuk Pasokan

H untuk Harga P untuk Pasokan

Page 174: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

162 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

KRi = {Realisasi Pasokan komoditas ke i (PRi)

Realisasi Harga komoditas ke i (HRi)

= {Realisasi Pasokan komoditas ke i (PRi)

Realisasi Harga komoditas ke i (HRi)

Rata-rata realisasi Harga komoditas ke i ( )

d) Rata-rata harga dan pasokan komoditas pangan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tabel 2 Contoh Hasil Perhitungan rata-rata harga, standar deviasi dan koefi sien

keragaman yang dihitung berdasarkan data harga beras (IR-II) tahun 2008

(mingguan)

Beras (IR-II)

I II III IV

Jan 5,313 5,399 5,430 5,430

Feb 5,560 5,560 5,560 5,550

Mar 5,380 5,300 5,300 5,300

Apr 5,280 5,300 5,240 5,136

Mei 5,204 5,233 5,260 5,302

Jun 5,320 5,320 5,320 5,343

Jul 5,375 5,375 5,360 5,300

Agu 5,300 5,300 5,300 5,355

Sep 5,425 5,405 5,400 5,400

Okt 5,330 5,312 5,330 5,356

Nov 5,260 5,260 5,387 5,360

Des 4,850 5,092 5,200 5,217

_____HRi 5,325

SDHRi 120.46

CVHRi 2.266. Langkah Kegiatan :

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Mempersiapkan SDM yang mampu mengumpulkan data/informasi harga

dan pasokan pangan terutama menjelang HBKN;b. Menyediakan panduan (metodelogi dan kuisioner) untuk melakukan

Page 175: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

163HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

pemantauan dan pengumpulan data dan informasi;c. Melakukan pemantauan ketersediaan, harga dan pasokan pangan dipasar

besar dan menengah, distributor daerah sentra produksi dan lain lain;d. Melakukan analisis untuk merumuskan kebijaksanaan intervensi jika

terjadi kelangkaan pasokan, gejolak harga, gangguan distribusi dan akses pangan;

e. Melakukan koordinasi melalui forum Dewan Ketahanan Pangan untuk : merumuskan kebijakan intervensi yang segera dilakukan dalam rangka : • Stabilisasi harga dan pasokan pangan (subsidi transportasi, OP jika

harga semakin meningkat); • Pengadaan/pembelian oleh pemerintah jika harga jatuh;• Impor dari luar wilayah jika terjadi kekurangan pasokan;• Ekspor/mengembangkan jaringan pasar jika terjadi kelebihan pasokan;• Memberikan bantuan terhadap masyarakat kurang mampu.

7. Rujukan : a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.b. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Perberasan.d. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 1/Permentan/PP.310/1/2010 tentang

Pedoman Harga Pembelian Gabah di Luar Kualitas oleh Pemerintah.e. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010

tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

8. Perhitungan Biaya :

Langkah Kegiatan Variabel KomponenRumus

1 2 3 4

B. Jenis Pelayanan Distribusi dan Akses Pangan

4. Indikator Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan Kabupaten/Kota

a. Menyediakan SDM yang mampu mengumpulkan data dan analisis harga, distribusi & akses pangan

Persiapan pelaksanaan pelathan

A. Persiapan Kegiatan

A

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

   B. Jumlah peserta pelatihan

per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

   D. Transport per peserta

pelatihan  

Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

Page 176: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

164 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

  D. Uang harian per peserta pelatihan  

  E. Lama pelatihan  

 Transport Narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

   C. Jumlah narasumber lokal

per angkatan  

   D. Transport narasumber lokal

per orang  

 Transport Narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

   C. Jumlah narasumber per

angkatan  

   D. Transport narasumber

pelatihan per orang  

 Lumpsum Narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

   C. Jumlah narasumber lokal

per angkatan  

   D. Uang harian per

narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Lumpsum Narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Jumlah narasumber per angkatan  

  D. Uang harian per narasumber  

  E. Lama pelatihan  

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

  B. Jumlah angkatan pelatihan  

  C. Lama pelatihan  

  D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

  E. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

  F. Jumlah narasumber luar per angkatan  

  G. Akomodasi pertemuan per orang  

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

Page 177: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

165HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

  C. Jumlah angkatan  

  D. Bahan pelatihan  

b. Menyediakan panduan untuk pengumpulan data & inforrmasi distribusi & akses pangan.

Penyusunan PetunjukOperasional

A. Persiapan dan Penyusunan

A

Uji Petik Pengumpulan data

A. Cakupan daerah Uji Petik pengumpulan data (A*B)+(C*D)

B. Transport Uji Petik

 C. Frekuensi Sosialisasi  

 D. Transport Sosialisasi  

c. Melakukan pemantauan ketersediaan, harga & pasokan di pasar

Pengumpulan data A. Persiapan Pengumpulan & Pemantauan A+(B*C*D)

B. Cakupan daerah pengumpulan data

    C. Frekuensi pengumpulan data  

    D. Transport per petugas pengumpul data  

 

Analisis data Transport petugas (dilakukan dg instansi terkait)

A+B 

B. Persiapan Penyusunan Konsep

d. Melakukan analisis perumusan kebijakan intervensi

Pengumpulan data A. Persiapan dan Penyusunan A+(B*C*D) +E

B. Cakupan daerah pengumpulan data

    C. Frekuensi pengumpulan data  

    D. Transport per petugas pengumpul data  

E. Honor Tim

  Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)

 A+B+C

B. Penyusunan Konsep analisis data

C. Perumusan kebijakan

e. Melakukan koordinasi perumsan kebijakan intervensi

Persiapan koordinasi A. Persiapan kegiatan

A + B

Page 178: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

166 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

B. Penyediaan bahan

Pertemuan koordinasi A. Frekuensi pertemuan/ Akomodasi per orang A*(B*C)+A*(D+E)

  

B. Jumlah peserta pertemuan  

  

C. Transport per peserta pertemuan  

D. Honor Narasumber & Moderator per orang

  E. Transpor Narasumber & Moderator per orang

1. Jenis Pelayanan : C. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan 2. Indikator : 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 3. Defi nisi Operasional :

a) Penyediaan informasi penganekaraga-man konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi dan berimbang, sesuai standar kecukupan energi dan protein per kapita per hari (PPH);

b) Peningkatan KAP (Knowledge, Attitude, Practice) konsumsi pangan pada masyarakat tentang pangan lokal, teknologi pengolahan pangan, pemanfaatan lahan pekarangan dan penguatan kelembagaan.

4. Target Tahun 2015 : 90 %5. Rumus :

Nilai capaian peningkatan = % AKG x bobot masing-masing kelompok pangan Skor PPH

Prosentase (%) AKG = Energi masing-masing komoditas x 100 %

Angka Kecukupan Gizi

Menghitung konsumsi energi masing-masing kelompok panganKeterangan :• Jika hasil perkalian % AKG x bobot lebih besar dari skor maksimum, maka

menggunakan skor maksimum• Jika hasil perkalian % AKG x bobot lebih kecil dari skor maksimal, maka

menggunakan hasil perkalian.6. Langkah Kegiatan :

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Perencanaan Kegiatan:

• Menyediakan informasi kualitas pangan masyarakat, dengan mengumpulkan data Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP) per kapita per hari serta pola konsumsi pangan Kabupaten/Kota.

• Menyiapkan data pendukung konsumsi pangan :a) Pengumpulan Data Pola Konsumsi Pangan (Primer dan

Sekunder);b) Penyusunan Peta Pola Konsumsi Pangan.

b. Pelaksanaan Kegiatan :1) Peningkatan PKS (Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap) konsumsi

pangan pada masyarakat :

Page 179: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

167HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

a) Menyusun petunjuk teknis operasional penganekaragaman konsumsi pangan;

b) Mensosialisasikan Penganekaragaman Konsumsi Pangan:• Menyusun modul dan leafl et pola konsumsi pangan

beragam dan bergizi seimbang;• Pemasyarakatan makanan tradisional berbasis pangan

lokal pada hotel-hotel, instansi pemerintah dan non pemerintah;

• Promosi pangan beragam bergizi seimbang melalui media cetak dan elektronik minimal 12 kali dalam setahun;

• Melakukan festival dan Lomba Makanan Tradisional minimal 2 kali dalam setahun.

c) Melakukan Pelatihan Penyusunan Analisis Situasi dan Kebutuhan Konsumsi Pangan.

2) Melakukan pembinaan dan pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan :a) Pembinaan dan pengembangan pekarangan, bekerjasama

dengan penyuluh dan Tim Penggerak PKK;b) Pembinaan dan pelatihan teknologi pengolahan pangan

kepada kelompok produsen pengolahan bahan pangan lokal berbasis spesifi k daerah dan konsumen;

c) Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan melalui lomba-lomba cipta menu dan demo olahan pangan lokal;

d) Membuat gerai pengembangan pangan lokal/warung 3B-Beragam, Bergizi Seimbang;

e) Melakukan pembinaan secara intensif pada sekolah (warung sekolah);

f ) Melakukan pembinaan dan pelatihan pada kelompok wanita (Dasa Wisma) tentang pangan beragam, bergizi seimbang (depot desa) berbasis makanan tradisional.

3) Penyuluhan dalam rangka gerakan penganekaragaman pangan:(pendampingan dan pemantauan penganekaragaman konsumsi pangan)• Pembinaan gerakan penganekaragam pangan;• Mensosialisasikan penganekaragaman konsumsi pangan;• Pemantauan dan pembinaan penganekaragaman

konsumsi pangan;• Evaluasi dan pelaporan.

c. Pelaporan Kegiatan (Monitoring dan Evaluasi)Melakukan monitoring, evaluasi serta melaporkan secara berkala

7. Rujukan : a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.b. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Dan Gizi Pangan.

Page 180: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

168 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

d. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

e. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

f. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

8. Perhitungan Biaya :

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3

C. Jenis Pelayanan Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

5. Indikator Skor pola pangan harapan (PPH) Kabupaten/Kota

a. Menyusun petunjuk operasional penganekaragaman konsumsi pangan

Pengumpulan data A. Persiapan dan Penyusunan Peta A+(B*C*D)

B. Cakupan daerah pengumpulan data

    C. Frekuensi pengumpulan data  

    D. Transport per petugas pengumpul data  

  Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)  A+B

B. Penyusunan Konsep untuk analisis

b. Menyediakan informasi mutu pangan masyarakat

Pengumpulan bahan

A. Persiapan dan penyusunan bahan informasi A+(B*C)

B. Frekuensi pengumpulan data

    C. Transport per petugas pengumpul data  

  Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di instansi/dinas terkait)  A*B

B. Pengolahan & analisis

  Iklan media cetak A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

  Iklan media elektronik A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

Page 181: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

169HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

  Iklan media internet (website) A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

c. Melakukan pembinaan penganekaragaman pangan

Pembinaan A. Persiapan kegiatan pembinaan A+(B*C*D*E)

Transport peserta B. Frekuensi pelatihan

    C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    D. Jumlah angkatan  

    E. Transport per peserta pelatihan  

  Lumpsum/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan  

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Transport narasumber lokal per orang  

 Transport Narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

    D. Transport narasumber pelatihan per orang  

  Lumpsum narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Uang harian per narasumber  

    E. Lama pelatihan  

Page 182: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

170 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

  Lumpsum narasumber luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

    D. Uang harian per narasumber  

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Lama pelatihan  

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan  

    G. Akomodasi pertemuan per satu orang  

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

d. Pembinaan pekarangan

Pembinaan Pekarangan

E. Persiapan Kegiatan pembinaan pekarangan A+(B*C*D*E)

Transport peserta F. Frekuensi pelatihan

    G. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    H. Jumlah angkatan  

    I. Transport per peserta pelatihan  

  Lumpsum/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan  

    E. Lama pelatihan  

  Transport Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

Page 183: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

171HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Transport narasumber lokal per orang  

 Transport Narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

    D. Transport narasumber pelatihan per orang  

  Lumpsum Narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Uang harian per narasumber  

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum Narasumber luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

    D. Uang harian per narasumber  

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Lama pelatihan  

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan  

    G. Akomodasi pertemuan per satu orang  

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

Page 184: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

172 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

e. Pembinaan dan pengembangan pangan lokal

Pembinaan dan Pengembangan

A. Persiapan kegiatan pembinaan dan pengembangan A+(B*C*D*E)

Transport peserta B. Frekuensi pelatihan

    C. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    D. Jumlah angkatan  

    E. Transport per peserta pelatihan  

  Lumpsum/uang harian peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan  

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Transport narasumber lokal per orang  

 Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

    D. Transport narasumber pelatihan per orang  

  Lumpsum narasumber lokal A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    D. Uang harian per narasumber  

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum narasumber luar A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Jumlah narasumber per angkatan  

Page 185: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

173HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    D. Uang harian per narasumber  

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan  

    C. Lama pelatihan  

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan  

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan  

    G. Akomodasi pertemuan per satu orang  

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan  

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

f. Penyusunan peta pola konsumsi pangan

Penyusunan dan Pengadaan peta pola konsumsi pangan

A. Persiapan penyusunan peta pola konsumsi pangan. A+(B*C)

B. Jumlah peta

    C. Harga satuan peta  

  Pengumpulan data A. Cakupan daerah pengumpulan data A*B*C

    B. Frekuensi pengumpulan data  

    C. Transport per petugas pengumpul data  

  Analisis data Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)  

g. Sosialisasi Situasi dan Pola Konsumsi Pangan

Transport peserta A. Persiapan Sosialisasi A+(B*C*D)

B. Frekuensi sosialisasi

    C. Jumlah peserta sosialisasi  

    D. Transport per peserta sosialisasi  

  Lumpsum/uang harian peserta A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah peserta sosialisasi  

Page 186: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

174 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

    C. Transport per peserta sosialisasi  

    D. Lama sosialisasi  

  Transport narasumber lokal A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah narasumber sosialisasi  

    C. Transport per narasumber sosialisasi  

 Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah narasumber sosialisasi  

    C. Transport per narasumber sosialisasi  

  Lumpsum narasumber lokal A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah narasumber sosialisasi  

    C. Transport per narasumber sosialisasi  

    D. Lama sosialisasi  

  Lumpsum narasumber luar A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah narasumber sosialisasi  

    C. Transport per narasumber sosialisasi  

    D. Lama sosialisasi  

  Akomodasi sosialisasi A. Frekuensi sosialisasi A*B*(C+D+E)*F

    B. Lama sosialisasi  

    C. Jumlah peserta sosialisasi  

    D. Jumlah Narasumber lokal  

    E. Jumlah narasumber luar  

    F. Akomodasi sosialisasi per satu orang  

  Bahan sosialisasi A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah peserta sosialisasi  

    C. Bahan sosialisasi  

Page 187: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

175HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

1. Jenis Pelayanan : C. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan2. Indikator : 6. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan3. Defi nisi Operasional :

a. Penyediaan informasi tentang keamanan pangan, khususnya pangan segar;• Prima tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi.

• Prima dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik.

• Prima satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi bermutu baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan.

b. Koordinasi dengan instansi terkait tentang pengendalian, pengawasan dan monitoring peredaran bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk pangan;

c. Pembinaan dan pengawasan mutu dan keamanan produk pangan terhadap UMKM Pangan;

d. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan di sekolah;

e. Pembinaan dan pengawasan produk pangan segar;f. Pembinaan dan pengawasan produk pabrikan skala kecil/rumah tangga.

2. Target Tahun 2015 : 80 %3. Rumus :

Pangan aman = A x 100 % B

Pembilang (A) : jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di pedagang pengumpul disatu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.

Penyebut (B) : Jumlah total sampel pangan yang diambil dipedagang pengumpul disuatu wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.

Ukuran/Konstanta : Persentase (%) 4. Langkah Kegiatan :

Pemerintah Daerah Provinsia. Menyusun petunjuk operasional informasi tentang keamanan pangan

segar;b. Melakukan identifi kasi pangan pokok masyarakat;c. Melakukan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar, dengan :

• Menyusun Petunjuk Operasional pembinaan dan Pengawasan Keamanan Pangan segar;

• Koordinasi dalam Penanganan dan pengawasan Keamanan Pangan segar;

• Sosialisasi dan Apresiasi Penanganan Keamanan Pangan Penyusunan dan Pemantapan Dokumen Sistem Keamanan (Doksiska);

• Workshop Penanganan Keamanan Pangan Segar;• Koordinasi dalam Pembinaan Keamanan Pangan;

Page 188: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

176 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

• Koordinasi dalam Sertifi kasi dan Pelabelan Pangan;• Pengawasan Penanganan Keamanan Pangan; • Evaluasi dan Pelaporan;

d. Melakukan koordinasi dengan OKKPD (Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah) dan instansi terkait untuk pengendalian, pengawasan dan monitoring peredaran bahan kimia berbahaya yang disalah gunakan untuk pangan;

e. Melakukan penyuluhan keamanan pangan di sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan bagi murid sekolah dasar;

f. Melakukan pembinaan peningkatan mutu konsumsi masyarakat menuju gizi seimbang, melalui pembinaan/pelatihan keamanan pangan pada penjual jajanan anak sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan;

g. Melakukan pembinaan mutu dan keamanan produk pabrikan skala kecil/rumah tangga pada kelompok produsen;

h. Melakukan pembinaan penerapan standar Batas Minimum Residu (BMR) wilayah provinsi;

i. Pengembangan kelembagaan sertifi kasi produk pangan, dalam upaya pengembangan SI SAKTI antara lain :• Mendorong terbentuknya otoritas kompeten ditingkat provinsi, dan

kabupaten/kota; • Memberikan bimbingan dan pelatihan kelengkapan yang diperlukan

otoritas kompeten;• Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, wawasan dan

keterampilan inspektor, fasilitator, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam pengawasan keamanan pangan melalui pelatihan-pelatihan;

• Memperkuat kelembagaan otoritas kompeten dengan memberikan dokumen-dokumen yang harus dilengkapi.

j. Melakukan pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan provinsi;

k. Melakukan monitoring otoritas kompeten kabupaten/kota;l. Melakukan sertifi kasi dan pelabelan prima wilayah provinsi.Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Menyusun petunjuk teknis operasional informasi tentang keamanan

pangan;b. Melakukan koordinasi pengendalian, pengawasan dan monitoring

peredaran bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk pangan;c. Melakukan analisis mutu, gizi dan keamanan produk pangan masyarakat;d. Melakukan analisis mutu, gizi konsumsi masyarakat;e. Melakukan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar, dengan

:• Menyusun Petunjuk Operasional Pembinaan dan Pengawasan

Keamanan Pangan segar;• Koordinasi dalam pembinaan, penanganan dan pengawasan

keamanan pangan segar;

Page 189: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

177HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

• Sosialisasi dan Apresiasi Penanganan Keamanan Pangan Penyusunan dan Pemantapan Dokumen Sistem Keamanan (Doksiska);

• Workshop Penanganan Keamanan Pangan segar;• Koordinasi dalam Sertifi kasi dan Pelabelan Pangan; • Evaluasi dan Pelaporan.

f. Melakukan penyuluhan keamanan pangan di sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan bagi murid sekolah dasar;

g. Melakukan pembinaan/pelatihan keamanan pangan pada penjual jajanan anak sekolah dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap keamanan pangan;

h. Pembinaan dan pelatihan keamanan produk pabrikan skala kecil/rumah tangga pada kelompok produsen;

i. Melakukan pembinaan penerapan standar Batas Minimum Residu (BMR);j. Pengembangan kelembagaan sertifi kasi produk pangan, dalam upaya

pengembangan SI SAKTI antara lain :• Mendorong terbentuknya otoritas kompeten ditingkat kabupaten/

kota; • Memberikan bimbingan dan pelatihan kelengkapan yang diperlukan

otoritas kompeten;• Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, wawasan dan

keterampilan inspektor, fasilitator, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) keamanan pangan dalam pengawasan keamanan pangan melalui pelatihan-pelatihan;

• Memperkuat kelembagaan otoritas kompeten dengan memberikan dokumen-dokumen yang harus dilengkapi.

k. Melakukan pembinaan sistem manajemen laboratorium uji mutu dan keamanan pangan kabupaten/kota;

l. Melakukan sertifi kasi dan pelabelan prima wilayah kabupaten/kota.5. Rujukan :

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.b. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan.d. Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 12/Kpts/

OT.140/K/03/2010 tentang Pedoman Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Penanganan Keamanan Pangan Segar Tahun 2010.

Page 190: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

178 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

6. Perhitungan Biaya :

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus1 2 4C. Jenis Pelayanan Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

6. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Provinsi

a. Penyusunan petunjuk operasional keamanan pangan

Pengumpulan data A. Persiapan penyusunan petunjuk

A+(B*C*D)

B. Cakupan daerah pengumpulan data

    C. Frekuensi peng-umpulan data

 

    D. Transport per petugas pengumpul data

 

  Analisis data Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)

 

b. Melakukan identifi kasi pangan pokok masyarakat

Persiapan kegiatan A. Persiapan & Penyusunan

A

Identifi kasi pengumpulan data

A. Cakupan daerah identifi kasi data

A*B*C

B. Transport identifi kasi 

 C. Frekuensi identifi kasii

 Analisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

c. Melakukan pembinaan & pengawasan keamanan pangan

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan

 

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

Page 191: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

179HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    C. umlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Transport narasumber lokal per orang

 

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Transport narasumber pelatihan per orang

 

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Lama pelatihan  

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

    G. Akomodasi pertemuan per satu orang

 

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

Page 192: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

180 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

d. Melakukan koordinasi dengan OKKPD & Instansi terkait

Persiapan koordinasi A. Persiapan kegiatan A + B

B. Penyediaan bahan

Pertemuan koordinasi A. Frekuensi pertemuan/ Akomodasi per orang

A*(B*C)+A*(D+E)

 B. Jumlah peserta

pertemuan  

 C. Transport per peserta

pertemuan  D. Honor Narasumber &

Moderator per orangE. Transpor Narasumber &

Moderator per orange. Penyuluhan

Keamanan PanganTransport peserta A. Frekuensi Penyuluhan/

sosialisasiA*B*C

    B. Jumlah peserta sosialisasi

 

    C. Transport per peserta sosialisasi

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah peserta sosialisasi

 

    C. Transport per peserta sosialisasi

 

    D. Lama sosialisasi  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

    D. Lama sosialisasi  

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

Page 193: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

181HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

    D. Lama sosialisasi  

  Akomodasi sosialisasi A. Frekuensi sosialisasi A*B*(C+D+E)*F

    B. Lama sosialisasi  

    C. Jumlah peserta sosialisasi

 

    D. Jumlah narasumber lokal

 

    E. Jumlah narasumber luar  

    F. Akomodasi sosialisasi per satu orang

 

  Bahan sosialisasi A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah peserta sosialisasi

 

    C. Bahan sosialisasi  

f. Pembinaan keamanan pangan pada tukang jajan jalanan

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan

 

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Transport narasumber lokal per orang

 

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Transport narasumber pelatihan per orang

 

Page 194: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

182 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Lama pelatihan  

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

    G. Akomodasi pertemuan per satu orang

 

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

g. Pembinaan keamanan pangan pada kelompok produsen

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

Page 195: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

183HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan

 

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Transport narasumber lokal per orang

 

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Transport narasumber pelatih

 

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Lama pelatihan  

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

    G. Akomodasi pertemuan/orang

 

Page 196: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

184 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

h. Melakukan pembinaan penerapan standar BMR wil. Prov

Persiapan pembinaan A. Persiapan pelaksanaan pembinaan

A

Pembinaan dan pengembangan

A. Frekuensi pembinaan A*B*C

B. Transport pembinaan

C. Jumlah lokasi pembinaan

i. Melakukan pembina-an system manajemen laboratorium uji mutu & keamanan pangan

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  C. Jumlah angkatan  

  D. Transport per peserta pelatihan

 

Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  C. Jumlah angkatan  

  D. Uang harian per peserta pelatihan

 

  E. Lama pelatihan  

Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

  D. Transport narasumber lokal per orang

 

Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Jumlah narasumber per angkatan

 

  D. Transport narasumber pelatih

 

Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

Page 197: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

185HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

  C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

  D. Uang harian per narasumber

 

  E. Lama pelatihan  

Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Jumlah narasumber per angkatan

 

  D. Uang harian per narasumber

 

  E. Lama pelatihan  

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Lama pelatihan  

  D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

  F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

  G. Akomodasi pertemuan/orang

 

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  C. Jumlah angkatan  

  D. Bahan pelatihan  

j. Melakukan monitoring otoritas kompeten

Persiapan pelaksanaan pembinaan

A. Persiapan pelaksanaan pembinaan

A

Pengumpulan dataA. Cakupan daerah

pengumpulan data A*B*C*DB. Frekuensi pengumpulan

dataC. Transport per petugas

pengumpul dataD. Transport per petugas

pengumpul dataAnalisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

k. Melakukan sertifi kasi dan pelabelan

Sertifi kasi dan pelabelan A. Jumlah sertifi kasi & pelabelan

A*B*C

B. Frekuensi Sertikat & pelabelan

C. Uji sertifi kasi & pelabelan

Page 198: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

186 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3 4C. Jenis Pelayanan Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

6. Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Kabupaten/Kota

a. Penyusunan petunjuk teknis operasional informasi keamanan pangan

Pengumpulan data A. Persiapan penyusunan petunjuk

A+(B*C*D)

B. Cakupan daerah pengumpulan data

    C. Frekuensi peng-umpulan data

 

    D. Transport per petugas pengumpul data

 

  Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)

 A * B

B. Penyusunan hasil analisis

b. Melakukan koordinasi pengendalian, pengawasan & monitoring peredaran bahan kimia berbahaya

Persiapan koordinasi A. Persiapan kegiatan A + B

B. Penyediaan bahan

Pertemuan koordinasi A. Frekuensi pertemuan/ Akomodasi per orang

A*(B*C)+A*(D+E)

 B. Jumlah peserta

pertemuan  

 C. Transport per peserta

pertemuan  D. Honor Narasumber &

Moderator per orangE. Transpor Narasumber

& Moderator per orangc. Melakukan analisis

mutu, gizi, keamanan produk & konsumsi pangan

Persiapan kegiatan A. Persiapan analisis A

Uji petik identifi kasi pengumpulan data

A. Cakupan daerah uji petik identifi kasi

A*B*C

B. Transport uji petik 

 C. Frekuensi uji

petikidentifi kasii  Analisis data A. Transport petugas  A*B

B. Pengolahan & analisis data

Page 199: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

187HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

d. Melakukan pembinaan & pengawasan keamanan pangan

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan

 

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Transport narasumber lokal per orang

 

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Transport narasumber pelatihan per orang

 

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

Page 200: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

188 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Lama pelatihan      D. Jumlah peserta

pelatihan per angkatan 

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

    G. Akomodasi pertemuan per satu orang

 

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

e. Penyuluhan Keamanan Pangan

Transport peserta A. Frekuensi Penyuluhan/ sosialisasi

A*B*C

    B. Jumlah peserta sosialisasi

 

    C. Transport per peserta sosialisasi

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah peserta sosialisasi

 

    C. Transport per peserta sosialisasi

 

    D. Lama sosialisasi  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

    D. Lama sosialisasi  

Page 201: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

189HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi sosialisasi A*B*C*D

    B. Jumlah narasumber sosialisasi

 

    C. Transport per narasumber sosialisasi

 

    D. Lama sosialisasi  

  Akomodasi sosialisasi A. Frekuensi sosialisasi A*B*(C+D+E)*F

    B. Lama sosialisasi  

    C. Jumlah peserta sosialisasi

 

    D. Jumlah narasumber lokal

 

    E. Jumlah narasumber luar  

    F. Akomodasi sosialisasi per satu orang

 

  Bahan sosialisasi A. Frekuensi sosialisasi A*B*C

    B. Jumlah peserta sosialisasi

 

    C. Bahan sosialisasi  

f. Pembinaan/pelatihan keamanan pangan pada tukang jajan jalanan

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan

 

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Transport narasumber lokal per orang

 

Page 202: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

190 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Transport narasumber pelatihan per orang

 

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Lama pelatihan  

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

    G. Akomodasi pertemuan per satu orang

 

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

g. Pembinaan & pelatihan keamanan pangan produk pabrikan skala kecil/RT

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

Page 203: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

191HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

    C. Jumlah angkatan  

    D. Transport per peserta pelatihan

 

  Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Uang harian per peserta pelatihan

 

    E. Lama pelatihan  

  Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Transport narasumber lokal per orang

 

  Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Transport narasumber pelatih

 

  Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Jumlah narasumber per angkatan

 

    D. Uang harian per narasumber

 

    E. Lama pelatihan  

  Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

    B. Jumlah angkatan pelatihan

 

    C. Lama pelatihan  

Page 204: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

192 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

    D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

    F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

    G. Akomodasi pertemuan/orang

 

  Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

    B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

    C. Jumlah angkatan  

    D. Bahan pelatihan  

h. Melakukan pembinaan penerapan standar BMR

Persiapan pembinaan A. Persiapan pelaksanaan pembinaan

A

Pembinaan dan pengembangan

A. Frekuensi pembinaan A*B*C

B. Transport pembinaan

C. Jumlah lokasi pembinaan

i. Melakukan pembinaan system manajemen laboratorium uji mutu & keamanan pangan

Transport peserta A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  C. Jumlah angkatan  

  D. Transport per peserta pelatihan

 

Lumpsum/uang harian peserta

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  C. Jumlah angkatan  

  D. Uang harian per peserta pelatihan

 

  E. Lama pelatihan  

Transport narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

  D. Transport narasumber lokal per orang

 

Transport narasumber dari luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

Page 205: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

193HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

  C. Jumlah narasumber per angkatan

 

  D. Transport narasumber pelatih

 

Lumpsum narasumber lokal

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

  D. Uang harian per narasumber

 

  E. Lama pelatihan  

Lumpsum narasumber luar

A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D*E

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Jumlah narasumber per angkatan

 

  D. Uang harian per narasumber

 

  E. Lama pelatihan  

Akomodasi pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*(D+E+F)*G

  B. Jumlah angkatan pelatihan

 

  C. Lama pelatihan  

  D. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  E. Jumlah narasumber lokal per angkatan

 

  F. Jumlah narasumber luar per angkatan

 

  G. Akomodasi pertemuan/orang

 

Bahan pelatihan A. Frekuensi pelatihan A*B*C*D

  B. Jumlah peserta pelatihan per angkatan

 

  C. Jumlah angkatan  

  D. Bahan pelatihan  

j. Melakukan sertifi kasi dan pelabelan

Sertifi kasi dan pelabelan A. Jumlah sertifi kasi & pelabelan

A*B*C

B. Frekuensi Sertikat & pelabelan

C. Uji sertifi kasi & pelabelan

Page 206: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

194 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

1. Jenis Pelayanan : D. Penanganan kerawanan pangan2. Indikator : 7. Penanganan daerah rawan Pangan3. Defi nisi Operasional :

Penanganan rawan pangan dilakukan pertama melalui pencegahan kerawanan pangan untuk menghindari terjadinya rawan pangan disuatu wilayah sedini mungkin dan kedua melakukan penanggulangan kerawanan pangan pada daerah yang rawan kronis melalui program-progam sehingga rawan pangan di wilayah tersebut dapat tertangani, dan penanggulangan daerah rawan transien melalui bantuan sosial. a. Pencegahan rawan pangan melalui pendekatan yaitu :

a) Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dengan melaksanakan 3 kegiatan sebagai berikut :• Peramalan situasi pangan dan gizi melalui SIDI, termasuk

peramalan ketersediaan pangan dan pemantauan pertumbuhan balita dan hasil pengamatan sosial ekonomi;

• Kajian situasi pangan dan gizi secara berkala berdasarkan hasil survei khusus atau dari laporan tahunan;

• Diseminasi hasil peramalan dan kajian situasi pangan dan gizi bagi perumus kebijakan (forum koordinasi tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi).

b) Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas) disusun pada periode 3-5 tahunan yang mengambarkan kondisi sampai tingkat kecamatan/desa sebagai acuan dalam penentuan program.

c) Penghitungan tingkat kerawanan dengan membandingkan jumlah penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria prosentase angka kecukupan gizi (AKG) sebesar 2.000 Kalori yaitu:• Penduduk sangat rawan < 70% AKG• Penduduk pangan resiko sedang < 70% - 89,9% AKG• Penduduk tahan pangan > 89,9% AKG

4. Target Tahun 2015 :Capaian penanganan daerah rawan pangan sebesar 60% pada tahun 2015

5. Rumus :a. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

• Indikator yang digunakan dengan pendekatan SKPG :1. Pertanian : Ketersediaan pangan2. Kesehatan : Preferensi energi3. Sosial ekonomi : kemiskinan karena sejahtera dan

prasejahtera.• Masing – masing indikator diskor, gabungan 3 indikator ini

merupakan penentu rawan pangan resiko tinggi, sedang dan rendah.

• Indikator pertanian untuk peramalan daerah potensi produksi tanaman pangan dapat dilakukan menggunakan 4 indikator, dengan rumus sebagai berikut : PSB Pangan non padi = produksi pangan x harga pangan non padi (Rp/Kg) / Harga beras (Rp/Kg)

Page 207: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

195HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

• Cara menghitung rasio ketersediaan produksi :1. Ketersediaan beras adalah produksi GKG dikonversi ke beras

85% x 63,2% x jumlah produksi GKG;2. Kebutuhan beras = konsumsi rata-rata perkapita x jumlah

penduduk ½ tahunan dibagi 1.000;3. Perimbangan = ketersediaan – kebutuhan beras;4. Rasio = ketersediaan : kebutuhan beras.

• Indikator KesehatanRumus status giziPrev.gizi kurang (%) = (n gizi kurang < -2 SD) x 100 % (n balita yang dikumpulkan PSG)

• Dalam laporan PSG status gizi balita biasanya dikelompokkan dalam 3 status gizi, yaitu :1. Gizi buruk : dibawah minus 3 standar

deviasi (<-3 SD);2. Gizi kurang : antara minus 3 SD dan

minus 2 SD (minus 3 SD sampai minus 2 SD)3. Gizi baik : minus 2 SD keatas

• Sosialisasi ekonomi Kreteria yang digunakan untuk mengkelompokkan keluarga – keluarga kedalam status kemiskinan adalah berikut : 1. Keluarga pra-sejahtera (PS) : jika tidak

meme-nuhi salah satu syarat sebagai keluarga sejahtera.2. Keluarga sejahtera-satu (KS1) : jika dapat

meme-nuhi kebutuhan dasarnya secara minimal. • Kemudian hasil perimbangan diskor :

1. Skor 1 : apabila rasio > 1.14 (surplus)2. Skor 2 : apabila rasio > 1.00 – 1.14 (swasembada)3. Skor 3 : apabila rasio > 0.95 – 1.00 (cukup)4. Skor 4 : apabila rasio lebih kecil atau sama dengan 0.95

(defi sit).Pemetaan situasi pangan suatu wilayah berdasarkan indikator pertanian pangan (padi) dilakukan dengan menjumlahkan skor dari indikator yang digunakan semakin besar jumlah skor semakin besar resiko rawan pangan suatu wilayah. Nilai Indikator tersebut diatas digunakan untuk membuat situasi pangan dan gizi, dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menjumlahkan ke 3 nilai skor pangan, gizi, dan kemiskinan2. Jumlah ke 3 nilai indicator akan diperoleh maksimum 12 (jika

nilai skor masing-masing 4) dan jumlah terendah 3 (jika skor masing-masing 1).

• Biasanya tingkat kerawanan berdasarkan jumlah tiga nilai indikator dan dapat diklasifi kasikan menjadi 3 wilayah resiko, yaitu wilayah resiko tinggi (skor 9 – 12), wilayah resiko sedang (skor 6-8) dan wilayah resiko ringan (skor 3 -5). wilayah resiko tinggi dapat terjadi pada penjumlahan apabila salah satu indikator mempunyai skor 4 walaupun penjumlahan ke tiga indikator kurang dari skor 9.

Page 208: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

196 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

b. Pendekatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas)• Untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan adalah

berdasarkan indikator yang telah terseleksi dengan penyusunan indeks tingkat ketahanan pangan pada masing-masing indikator.

No IndiKator

I Ketersediaan Pangan 1. Rasio konsumsi normative per kapita terhadap ketersediaan bersih “padi + jagung + ubi kayu + ubi jalar”

II Akses Terhadap Pangan dan Penghidupan

2. Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan3. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang

memadai4. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik

III Pemanfaatan Pangan 5. Angka harapan hidup saat lahir6. Berat badan balita di bawah standar (underweight)7. Perempuan buta huruf8. Rumah tangga tanpa akses ke air bersih9. Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas

kesehatan IV Kerentanan terhadap

kerawanan pangan10. Deforestasi hutan11. Penyimpangan curah hujan12. Bencana alam13. Persentase daerah puso

• Untuk menentukan nilai akan dilakukan dengan menghitung indeks dimana rumus indeks adalah :

Indeks =

Dimana :

= nilai ke – j dari indikator ke i

“min” dan “max” = nilai minimum dan maksimum dari indikator tersebut

• Selanjutnya indeks ketahanan pangan komposit diperoleh dari penjumlahan seluruh indeks indikator (9 indikator) kerentanan terhadap kerawanan pangan. Indeks komposit kerawanan pangan dihitung dengan cara sebagai berikut :

• Contoh penentuan penurunan penduduk miskin dan rawan pangan

Batasan Kategori Indikator Ketahanan PanganFood Security and Vulnerability Atlas (FSVA)

Page 209: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

197HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

No Indikator Indikator Catatan Sumber Data

1 Konsumsi normative per kapita terhadap rasio ketersediaan bersih padi+jagung+ubi kayu+ubi jalar

> = 1.51.25 – 1.51.00 – 1.250.75 – 1.000.50 – 0.75

< 0.50

Defi sit tinggiDefi sit sedangDefi sit rendah Surplus rendahSurplus sedangSurplus tinggi

Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten (data 2005 – 2007)

2 Persentase penduduk di bawah garis kemiskinan

> =3.525 - < 3520 - < 2515 - < 2010 - < 150 - < 10

Data dan In-formasi Ke-miskinan, BPS tahun 2007 Buku 2 Kabu-paten

3 Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai

>= 3025 - < 3020 - < 2515 - < 2010 - < 150 - < 10

4 Persentase penduduk tanpa akses listrik

>= 5040 - < 5030 - < 4020 - < 3010 - < 20< 10

5 Angka harapan hidup pada saat lahir

< 5858 - < 6161 - < 6464 - < 6767 - < 70>=70

6 Berat badan balita di bawah standar (underweight)

>= 3020 - < 3010 - < 20<10

7 Perempuan buta huruf >=4030 - < 4020 - < 3010 - < 205 - < 10<20

8 Persentase Rumah Tangga tanpa akses air bersih

>=7060 – 7050 – 6040 – 5030 – 40<30

9 Persetase penduduk yang tinggal lebih dari 5 Km dan fasilitas kesehatan

>=6050 – 6040 – 5030 – 4020 – 30<30

10 Deforestasi hutan Tidak ada range, hanya menyoroti perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi non hutan

Departemen Kehutanan, 2008

Page 210: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

198 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

11 Fluktuasi curah hujan <8585 – 115>115

Di bawah normalNormalDi atas normal

Badan Meteorologi, Klimatologi dan geofi sika 2008

12 Bencana alam Tidak ada range, hanya menyoroti daerah dengan kejadian bencana alam dan kerusakannya dalam periode tertentu, dengan demikian menunjukkan daerah tersebut rawan terhadap bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (SATKORLAK dan SATLAK)

13 Persentase daerah puso >= 1510 – 155 – 103 – 51 – 3<1

Dinas Pertanian atau Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH)

6. Langkah Kegiatan :Pemerintah Daerah Provinsia. Menyusun pedoman penanganan rawan pangan di tingkat kabupaten/

kotab. Penyediaan data dan Informasi :

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, menganalisis dan Pemetaan Situasi Pangan dan gizi kabupaten/kota;

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, menganalisis dan pemetaan Peta Ketahanan dan kerentanan Pangan (FSVA) kabupaten/kota.

c. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan gizi:• Menyusun petunjuk pelaksanaan Sistem Kewaspadaan pangan dan

Gizi;• Sosialisasi petunjuk pelaksanaan Sistem Kewaspadaan pangan dan

gizi;• Melakukan pelatihan petugas SKPG dan FSVA kabupaten/kota;• Mengaktifkan dan koordinasi dengan SKPG kabupaten/kota yang

aktif.d. Melakukan Penanggulangan kerawanan pangan

• Penyusunan petunjuk pelaksanaan penanggulangan kerawanan pangan;

• Sosialisasi petunjuk pelaksanaan penanggulangan kerawanan pangan;

• Melakukan intervensi melalui bantuan sosial pada daerah rawan pangan hasil investigasi Tim SKPG dan rawan pangan akibat bencana;

• Penyediaan stok pangan melalui pengembangan lumbung pangan pemerintah provinsi;

• Menggerakkan pemberdayaan masyarakat rawan pangan, melalui program desa mandiri pangan dan dipadukan dengan program lainnya di tingkat kabupaten/kota.

e. Penanggulangan Rawan PanganKegiatan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan rawan kronis adalah melakukan investigasi dan intervensi Rawan Pangan Kronis dan transien.

Page 211: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

199HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

a) Investigasi • Berdasarkan pemetaan situasi pangan dan gizi yang

dilakukan oleh Tim SKPG, Kepala Daerah segera membentuk Tim Investigasi. Tim Investigasi beranggotakan minimal 5 orang yang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing dari unsur-unsur instansi terkait.

• Tim Investigasi harus segera turun ke lapangan paling lambat 1 minggu setelah suatu daerah diketahui mengalami kerawanan pangan kronis.

• Hasil investigasi digunakan oleh Tim Investigasi untuk menyusun rekomendasi yang akan disampaikan kepada Kepala Daerah.

• Hasil rekomendasi yang disampaikan mencakup jenis intervensi yang tepat, lokasi dan masyarakat sasaran, jangka waktu pelaksanaan intervensi dan lain-lain sesuai dengan kepentingan.

b) Intervensi• Setelah menerima hasil investigasi dari Tim Investigasi,

Kepala Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi untuk mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi.

• Intervensi yang dilakukan mencakup tanggap darurat apabila diperlukan, intervensi jangka menengah serta intervensi jangka panjang.

• Jenis intervensi yang tepat, jangka waktu intervensi, besaran dana yang diperlukan dan lain-lain dapat diketahui berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Investigasi.

• Intervensi dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber dana baik berasal dari APBN, APBD, masyarakat maupun bantuan internasional untuk penanganan rawan pangan kronis ditanggulangi melalui program-program yang dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Program Desa Mandiri Pangan, Desa Siaga, PUAP, Primatani, PIDRA atau program pemberdayaan lainnya.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaa. Penyediaan data dan Informasi :

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, menganalisis dan Pemetaan Situasi Pangan dan gizi sampai level kecamatan/desa;

• Melakukan pengumpulan data, mengolah, mengalisis dan pemetaan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) sampai level kecamatan/desa.

b. Pengembangan sistem Kewaspadaan Pangan dan gizi:• Menyusunan pedoman Teknis Sistem Kewaspadaan pangan dan

Gizi;• Sosialisasi pedoman Teknis Sistem Kewaspadaan pangan dan gizi;• Melakukan pelatihan petugas SKPG dan FSVA;• Mengaktifkan dan koordinasi dengan SKPG kabupaten/kota yang

aktif;• Menggerakan Tim pangan kecamatan yang aktif (yang dibina/

dilatih);

Page 212: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

200 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

• Menggerakkan kelompok PKK/posyandu kecamatan yang aktif (yang dibina/dilatih).

c. Melakukan Penanggulangan Kerawanan Pangan• Penyusunan pedoman umum Penanggulangan Kerawanan

Pangan;• Sosialisasi pedoman umum Penanggulangan Kerawanan Pangan;• Melakukan intervensi melalui bantuan sosial pada daerah rawan

pangan hasil investigasi Tim SKPG dan rawan pangan akibat bencana;

• Penyediaan stok pangan melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat di pedesaan;

• Penanggulangan kerawanan pangan dengan Melakukan pemberdayaan masyarakat rawan pangan, melalui program desa mandiri pangan dan dipadukan dengan program lainnya.

d. Penanggulangan Rawan Pangan KronisKegiatan yang dilakukan dalam rangka penanggulangan rawan kronis adalah melakukan investigasi dan intervensi Rawan Pangan Kronis.a) Investigasi

• Berdasarkan pemetaan situasi pangan dan gizi yang dilakukan oleh Tim SKPG, Kepala Daerah segera membentuk Tim Investigasi. Tim Investigasi beranggotakan minimal 5 orang yang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing dari unsur-unsur instansi terkait.

• Tim Investigasi harus segera turun ke lapangan paling lambat 1 minggu setelah suatu daerah diketahui mengalami kerawanan pangan kronis.

• Hasil investigasi digunakan oleh Tim Investigasi untuk menyusun rekomendasi yang akan disampaikan kepada Kepala Daerah.

• Hasil rekomendasi yang disampaikan mencakup jenis intervensi yang tepat, lokasi dan masyarakat sasaran, jangka waktu pelaksanaan intervensi dan lain-lain sesuai dengan kepentingan.

b) Intervensi• Setelah menerima hasil investigasi dari Tim Investigasi,

Kepala Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi untuk mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi.

• Intervensi yang dilakukan mencakup tanggap darurat apabila diperlukan, intervensi jangka menengah serta intervensi jangka panjang.

• Jenis intervensi yang tepat, jangka waktu intervensi, besaran dana yang diperlukan dan lain-lain dapat diketahui berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Investigasi.

• Intervensi dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber dana baik berasal dari APBN, APBD, masyarakat maupun bantuan internasional untuk penanganan rawan pangan kronis ditanggulangi melalui program-program yang dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Program Desa Mandiri Pangan, Desa Siaga, PUAP, Primatani, PIDRA atau program pemberdayaan lainnya.

Page 213: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

201HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

e. Penanggulangan Rawan Pangan Transiena) Investigasi

• Setelah menerima laporan adanya kejadian bencana, maksimal 2 hari, Kepala Daerah harus sudah membentuk Tim Investigasi. Tim Investigasi beranggotakan minimal 5 orang yang mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing dari unsur-unsur instansi terkait.

• Tim Investigasi melaksanakan tugasnya dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Daerah maksimal 3 hari setelah dibentuk.

• Hasil investigasi yang dilaporkan kepada Kepala Daerah meliputi rekomendasi adanya rawan pangan transien yang disebabkan oleh bencana, wilayah yang mengalami rawan pangan, masyarakat sasaran, jenis intervensi yang diberikan, jangka waktu dan pelaksana intervensi.

• Setelah menerima rekomendasi dari Tim Investigasi, Kepala Daerah memerintahkan Pokja Pangan dan Gizi untuk melakukan intervensi pada daerah yang diketahui mengalami rawan pangan transien.

• Tugas Tim Investigasi berbeda dengan Satlak/Satkorlak. Namun dalam pelaksanaan tugasnya Tim Investigasi dapat berkoordinasi dengan Satlak/Satkorlak setempat.

b) Intervensi Intervensi dilakukan dengan memberikan bantuan tanggap darurat, sesuai kebutuhan setempat dari hasil investigasi dan bantuan jangka pendek serta jangka panjang

7. Rujukan :a. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/2/2010

tentang Pedoman Umum Program Pembangunan Ketahanan Pangan Lingkup Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010.

c. Peraturan Menteri Pertanian/Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Nomor 43/Permentan/OT.140/7/2010 tentang Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi.

d. Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor 10/Kpts/OT.140/K/03/2010 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Kerawanan Pangan Tahun 2010.

8. Perhitungan Biaya :

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3 4

D. Jenis Pelayanan Penangan Kerawanan Pangan

7. Indikator Penanganan Daerah Rawan Pangan Provinsi

Page 214: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

202 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

a. Menyusun pedoman penangan rawan pangan di tk. Kab/kota

Persiapan dan penyusunan pedoman

A. Persiapan penyusunan pedoman

(A+B)+(C*D*E)+F

B. Honor Tim

    C. Transport per petugas  

  D. Lumpsum petugas  A * B

E. Akomodasi & konsumsi

F. Pengolahan dan penyusunan

b. Penyediaan informasi

Pengumpulan bahan A. Persiapan dan Penyusunan bahan informasi

A+(B*C)

B. Frekuensi pengumpulan data

    C. Transport per petugas pengumpul data

 

  Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)

 

B. Pengolahan & penyusunan data

  Iklan media cetak A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

  Iklan media elektronik A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

  Iklan media internet (website)

A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

c. Pengembangan sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Pengumpulan data A. Persiapan dan penyusunan bahan pengembangan SKPG

A+(B*C*D)

B. Cakupan daerah pengumpulan data

    C. Frekuensi pengumpulan data

 

    D. Transport per petugas pengumpul data

 

 Analisis data A. Transport petugas

(dilakukan di dinas terkait)

 A*B

Page 215: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

203HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

B. Pengolahan & penyusunan

d. Melakukan penanggulangan kerawanan pangan

Penanggulangan kerawanan pangan

A. Persiapan A+(B*C*D)

B. Jumlah lokasi penanggulangan

    C. Jumlah petugas  

    D. Transport petugas  

  Lumpsum/uang harian petugas

A. Jumlah lokasi penanggulangan

A*B*C*D

    B. Jumlah petugas  

    C. Transport petugas  

    D. Lama bertugas  

  Bahan/bantuan penanggulangan

A. Jumlah lokasi penanggulangan

A*B*C

    B. Jumlah orang rawan pangan  

    C. Bahan/bantuan  

Langkah Kegiatan Variabel Komponen Rumus

1 2 3 4

D. Jenis Pelayanan Penangan Kerawanan Pangan

7. Indikator Penanganan Daerah Rawan Pangan Kabupaten/Kota

a. Penyediaan data dan informasi Pengumpulan bahan A. Persiapan dan Penyusunan

data & informasi A+(B*C)

B. Frekuensi pengumpulan data

    C. Transport per petugas pengumpul data  

  Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)  A*B

B. Pengolahan & penyusunan data & informasi

  Iklan media cetak A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

  Iklan media elektronik A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

Page 216: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

204 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PERMENTAN NO. 65/PERMENTAN/0T.140/12/2010

    C. Harga iklan  

  Iklan media internet (website) A. Frekuensi iklan ditayangkan A*B*C

    B. Jumlah media cetak  

    C. Harga iklan  

b. Pengembangan sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Pengumpulan dataA. Persiapan dan penyusunan

bahan pengembangan SKPG

A+(B*C*D)

B. Cakupan daerah pengumpulan data

    C. Frekuensi pengumpulan data  

    D. Transport per petugas pengumpul data  

  Analisis data A. Transport petugas (dilakukan di dinas terkait)  A*B

B. Pengolahan & penyusunan

c. Melakukan penanggulangan kerawanan pangan

Penanggulangan kerawanan pangan A. Persiapan A+(B*C*D)

B. Jumlah lokasi penanggulangan

    C. Jumlah petugas  

    D. Transport petugas  

  Lumpsum/uang harian petugas

A. Jumlah lokasi penanggulangan A*B*C*D

    B. Jumlah petugas  

    C. Transport petugas  

    D. Lama bertugas  

  Bahan/bantuan penanggulangan

A. Jumlah lokasi penanggulangan A*B*C

    B. Jumlah orang rawan pangan  

    C. Bahan/bantuan  

MENTERI PERTANIAN,

Ttd.

SUSWONO

Page 217: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

205HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG KETAHANAN PANGAN

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

LAMPIRAN

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Page 218: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

206 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Page 219: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

207HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

JENIS PELAYANAN, JUMLAH INDIKATOR, DAN TAHUN PENETAPANSPM KABUPATEN/KOTA UNTUK 13 BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN

NO SPM DI BIDANG URUSAN PEMERINTAHANJENIS

PELAYANANJUMLAH

INDIKATORTAHUN

PENETAPAN

1 Pemerintahan Dalam Negeri 3 6 2008

2 Kesehatan 4 18 2008

3 Sosial 4 7 2008

4 Lingkungan Hidup 4 4 2010

5 Perumahan Rakyat 2 3 2008

6 Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan

5 8 2009

7 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 3 9 2010

8 Pendidikan 2 27 2010

9 Ketenagakerjaan 5 8 2010

10 Kominfo 1 2 2010

11 Pekerjaan Umum & Penataan Ruang 8 23 2010

12 Kesenian 2 7 2010

13 Ketahanan Pangan 4 7 2010

TOTAL 47 129

JENIS PELAYANAN, JUMLAH INDIKATOR, DAN TAHUN PENETAPANSPM PROVINSI UNTUK 6 BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN

NO SPM DI BIDANG URUSAN PEMERINTAHANJENIS

PELAYANANJUMLAH

INDIKATORTAHUN

PENETAPAN

1 Ketenagakerjaan 5 8 2010

2 Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan

5 8 2009

3 Perumahan Rakyat 2 3 2008

4 Lingkungan Hidup 3 3 2010

5 Ketahanan Pangan 4 7 2010

6 Sosial 4 7 2008

TOTAL 23 36

Page 220: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

208 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

DA

LA

M N

EG

ER

I N

O.6

2 T

AH

UN

20

08

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G P

EM

ER

INT

AH

AN

DA

LA

M N

EG

ER

I D

I K

AB

UP

AT

EN

/KO

TA

Ta

rge

t S

tan

da

r P

ela

ya

na

n M

inim

al

Bid

an

g P

em

eri

nta

ha

n D

ala

m N

eg

eri

di

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

12

34

56

7I.

Pela

yana

n D

okum

en

Kepe

ndud

ukan

1.

Caku

pan

pene

rbita

n Ka

rtu

Tand

a Pe

ndud

uk

(KTP

)10

0%20

11D

inas

Kep

endu

duka

n

2.

Caku

pan

pene

rbita

n ak

ta k

elah

iran

100%

2011

Din

as K

epen

dudu

kan

II.Pe

mel

ihar

a ke

tent

ram

an

dan

Kete

rtib

an M

asya

raka

t3.

Ca

kupa

n Pe

tuga

s Pe

rlind

unga

n M

asya

raka

t (L

inm

as) d

i Kab

upat

en/ K

ota

50%

2015

Din

as T

rant

ib

4.

Ting

kat P

enye

lesa

ian

pela

ngga

ran

K3

(ket

ertib

an, k

eten

tram

an, k

eind

ahan

) di

Kabu

pate

n/ko

ta

70%

2010

Din

as T

rant

ib

III.

Pena

ngul

angg

an B

enca

na

Keba

kara

n5.

Ca

kupa

n pe

laya

nan

benc

ana

keba

kara

n ka

bupa

ten/

kota

25%

2015

Din

as P

emad

am

Keba

kara

n6.

Ti

ngka

t wak

tu ta

ngga

p (re

spon

se ti

me

rate

) dae

rah

laya

nan

Wila

yah

Man

ajem

en

keba

kara

n (W

MK)

75%

2015

Din

as P

emad

am

Keba

kara

n

Page 221: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

209HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

KE

SE

HA

TA

N R

I N

O.7

41

/ME

NK

ES

/PE

R/V

II/2

00

8

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G K

ES

EH

AT

AN

DI

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A

Ind

ika

tor

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

Ke

seh

ata

n d

i K

ab

up

ate

n/K

ota

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

12

34

56

7I.

Pela

yana

n Ke

seha

tan

Das

ar1.

Ca

kupa

n Ku

njun

gan

Ibu

Ham

il K4

.95

%20

15D

inke

s Ka

b/Ko

ta2.

Ca

kupa

n Ib

u H

amil

deng

an K

ompl

ikas

i yan

g di

tang

ani.

80%

2015

Din

kes

Kab/

Kota

3.

Caku

pan

Pert

olon

gan

pers

alin

an o

leh

bida

n at

au te

naga

kes

ehat

an y

ang

mem

iliki

ko

mpe

tens

i keb

idan

an.

90%

2015

Din

kes

Kab/

Kota

4.

Caku

pan

pela

yana

n Ib

u N

ifas.

90%

2015

Din

kes

Kab/

Kota

5.

Caku

pan

neon

atal

den

gan

kom

plik

asi y

ang

dita

ngan

i.80

%20

10D

inke

s Ka

b/Ko

ta

6.

Caku

pan

kunj

unga

n ba

yi90

%20

10D

inke

s Ka

b/Ko

ta7.

Ca

kupa

n D

esa/

kelu

raha

n U

nive

rsal

Chi

ld

Imm

uniz

atio

n10

0%20

10D

inke

s Ka

b/Ko

ta

8.

Caku

pan

pela

yana

n an

ak b

alita

90%

2010

Din

kes

Kab/

Kota

9.

Caku

pan

pem

beria

n m

akan

an p

enda

mpi

ng

ASI

pad

a an

ak u

sia

6-24

bul

an k

elua

rga

mis

kin.

100%

2010

Din

kes

Kab/

Kota

10. C

akup

an B

alita

giz

i bur

uk m

enda

pat

pera

wat

an.

100%

2010

Din

kes

Kab/

Kota

11. C

akup

an p

enja

ringa

n ke

seha

tan

sisw

a SD

da

n se

tingk

at.

100%

2010

Din

kes

Kab/

Kota

Page 222: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

210 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

12. C

akup

an p

eser

ta K

B A

ktif

70%

2010

Din

kes

Kab/

Kota

13. C

akup

an p

enem

uan

dan

pena

ngan

an

pend

erita

pen

yaki

t.10

0%20

10D

inke

s Ka

b/Ko

ta

14. C

akup

an p

elay

anan

kes

ehat

an d

asar

m

asya

raka

t mis

kin.

100%

2015

Din

kes

Kab/

Kota

IIPe

laya

nan

Kese

hata

n Ru

juka

n15

. Cak

upan

pel

ayan

an k

eseh

atan

ruju

kan

pasi

en m

asya

raka

t mis

kin.

100%

2015

Din

kes

Kab/

Kota

16. C

akup

an p

elay

anan

gaw

at d

arur

at le

vel 1

yg

har

us d

iber

ikan

sar

ana

kese

hata

n (R

S) d

i Ka

b/Ko

ta.

100%

2015

Din

kes

Kab/

Kota

IIIPe

nyel

idik

an e

pide

mio

logi

da

n Pe

nang

gula

ngan

KLB

17

. Cak

upan

Des

a/Ke

lura

han

men

gala

mi K

LB

yang

dila

kuka

n pe

nyel

idik

an e

pide

mio

logi

<2

4 ja

m.

100%

2015

Din

kes

Kab/

Kota

IVPr

omos

i kes

ehat

an d

an

pem

berd

ayaa

n m

asya

raka

t18

. Cak

upan

Des

a Si

aga

Akt

if80

%20

15D

inke

s Ka

b/Ko

ta

Page 223: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

211HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

SO

SIA

L N

O.1

29

/ H

UK

/ 2

00

8

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

(S

PM

) B

IDA

NG

SO

SIA

L D

AE

RA

H P

RO

VIN

SI

DA

N D

AE

RA

H K

AB

UP

AT

EN

/KO

TA

Ind

ika

tor

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

So

sia

l D

ae

rah

Pro

vin

si

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

& S

ub

Ke

gia

tan

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

1P

ela

ksa

na

an

pro

gra

m/k

eg

iata

n b

ida

ng

sosi

al

a. p

embe

rian

bant

uan

sosi

al b

agi

Peny

anda

ng M

asal

ah K

esej

ahte

raan

So

sial

ska

la p

rovi

nsi.

b. p

enye

leng

gara

an p

elay

anan

dan

re

habi

litas

i sos

ial d

alam

pan

ti so

sial

sk

ala

prov

insi

.

Pers

enta

se (%

) PM

KS s

kala

pro

vins

i ya

ng m

empe

role

h ba

ntua

n so

sial

unt

uk

pem

enuh

an k

ebut

uhan

das

ar.

Pers

enta

se (%

) Pan

ti So

sial

ska

la p

rovi

nsi

yang

mel

aksa

naka

n st

anda

r ope

rasi

onal

pe

laya

nan

kese

jaht

eraa

n so

sial

.

80 %

60%

2008

- 20

15

2008

-201

5

Din

as/In

stan

si s

osia

l

Din

as/In

stan

si s

osia

l

2Pe

nyed

iaan

sar

ana

dan

pras

aran

a so

sial

c. p

enye

diaa

n sa

rana

pra

sara

na p

anti

sosi

al s

kala

pro

vins

i;

d. p

enye

diaa

n sa

rana

pra

sara

na

pela

yana

n lu

ar p

anti

skal

a pr

ovin

si

Pers

enta

se (%

) pan

ti so

sial

ska

la p

rovi

nsi

yang

men

yedi

akan

sar

ana

pras

aran

a pe

laya

nan

kese

jaht

eraa

n so

sial

.Pe

rsen

tase

(%) O

rgan

isas

i Sos

ial/

Yaya

san/

LSM

yan

gM

enye

diak

an s

aran

a pr

asar

ana

pela

yana

n ke

seja

hter

aan

sosi

al lu

ar

pant

i.

80%

60%

2008

- 20

15

2008

- 20

15

Din

as/In

stan

si s

osia

l

Din

as/In

stan

si s

osia

l

Page 224: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

212 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

& S

ub

Ke

gia

tan

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

3Pe

nang

gula

ngan

kor

ban

benc

ana

c. b

antu

an s

osia

l bag

i kor

ban

benc

ana

skal

a pr

ovin

si.

d. e

vaku

asi k

orba

n be

ncan

a sk

ala

prov

insi

.

Pers

enta

se (%

) kab

upat

en/k

ota

yang

m

enga

lam

i ben

cana

mem

berik

an

bant

uan

sosi

al b

agi k

orba

n be

ncan

a sk

ala

prov

insi

.Pe

rsen

tase

(%) k

abup

aten

/kot

a ya

ng

men

ggun

akan

sar

ana

pras

aran

a ta

ngga

p da

rura

t len

gkap

unt

uk e

vaku

asi

korb

an b

enca

na s

kala

pro

vins

i.

80%

60%

2008

– 2

015

2008

- 20

15

Din

as/In

stan

si s

osia

l

Din

as/In

stan

si s

osia

l

4P

ela

ksa

na

an

da

n

pe

ng

em

ba

ng

an

ja

min

an

sosi

al

bagi

pen

yand

ang

caca

t fi s

ik d

an m

enta

l, se

rta

lanj

ut u

sia

tidak

pot

ensi

al- p

enye

leng

araa

n ja

min

an s

osia

l ska

la

prov

insi

.

Pers

enta

se (%

) kab

upat

en/k

ota

yang

m

enye

leng

gara

kan

jam

inan

soc

ial b

agi

peny

anda

ng c

acat

fi si

k da

n m

enta

l, se

rta

lanj

ut u

sia

tidak

pot

ensi

al.

40%

2008

- 20

15D

inas

/Inst

ansi

sos

ial

Page 225: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

213HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Ind

ika

tor

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

So

sia

l D

ae

rah

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

& S

ub

Ke

gia

tan

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

1Pe

laks

anaa

n pr

ogra

m/k

egia

tan

bida

ng

sosi

ala.

Pem

beria

n ba

ntua

n so

sial

bag

i Pe

nyan

dang

Mas

alah

Kes

ejah

tera

an

Sosi

al s

kala

Kab

upat

en/K

ota

b. P

elak

sana

an k

egia

tan

pem

berd

ayaa

n so

sial

ska

la K

abup

aten

/Kot

a

Pers

enta

se (%

) PM

KS s

kala

kab

/kot

a ya

ng m

empe

role

h ba

ntua

n so

sial

unt

uk

pem

enuh

an k

ebut

uhan

das

ar.

Pers

enta

se (%

) PM

KS s

kala

kab

/kot

a ya

ng m

ener

ima

prog

ram

pem

berd

ayaa

n so

sial

mel

alui

Kel

ompo

k U

saha

Ber

sam

a (K

UBE

) ata

u ke

lom

pok

sosi

al e

kono

mi

seje

nis

lain

nya

80%

80%

2008

- 20

15

2008

- 20

15

Din

as/In

stan

si S

osia

l

Din

as/In

stan

si S

osia

l

2Pe

nyed

iaan

sar

ana

dan

pras

aran

a so

sial

a. P

enye

diaa

n sa

rana

pra

sara

na p

anti

sosi

al s

kala

kab

upat

en/k

ota

b. P

enye

diaa

n sa

rana

pra

sara

na

pela

yana

n lu

ar p

anti

skal

a ka

bupa

ten/

kota

Pres

enta

se (%

) pan

ti so

sial

ska

la

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

men

yedi

akan

sa

rana

pra

sara

na p

elay

anan

ke

seja

hter

aan

sosi

al.

Pres

enta

se (%

) wah

ana

kese

jaht

eraa

n so

sial

ber

basi

s m

asya

raka

t (W

KBSM

) yan

g m

enye

diak

an s

aran

a pr

asar

ana

pela

yana

n ke

seja

hter

aan

sosi

al.

80%

60%

2008

- 20

15

2008

- 20

15

Din

as/In

stan

si S

osia

l

Din

as/In

stan

si S

osia

l

Page 226: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

214 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

& S

ub

Ke

gia

tan

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

3Pe

nang

gula

ngan

korb

an b

enca

naa.

Ban

tuan

sos

ial b

agi k

orba

n be

ncan

a sk

ala

Kabu

pate

n/Ko

ta

b. E

valu

asi k

orba

n be

ncan

a sk

ala

Kabu

pate

n/ko

ta

Pres

enta

se (%

) kor

ban

benc

ana

skal

aka

bupa

ten/

kota

yan

g m

ener

ima

bant

uan

sosi

al s

elam

a m

asa

tang

gal

daru

rat

Pres

enta

se (%

) kor

ban

benc

ana

skal

aka

bupa

ten/

kota

yan

g di

evak

uasi

den

gan

men

ggun

akan

sar

ana

pras

aran

a ta

ngga

p da

rura

t len

gkap

80%

80%

2008

– 2

015

2008

- 20

15

Din

as/In

stan

si S

osia

l

Din

as/In

stan

si S

osia

l

4Pe

laks

anaa

n da

n pe

ngem

bang

anja

min

an s

osia

l bag

i pen

yand

ang

caca

t fi s

ik d

an m

enta

l, se

rta

lanj

ut u

sia

tidak

po

tens

ial

- Pen

yele

ngga

raan

jam

inan

sos

ial s

kala

Kabu

pate

n/Ko

ta

Pres

enta

se (%

) pen

yand

ang

caca

t fi s

ikda

n m

enta

l, se

rta

lanj

ut u

sia

tidak

po

tens

ial y

ang

tela

h m

ener

ima

jam

inan

sosi

al

40%

2008

- 20

15D

inas

/Inst

ansi

Sos

ial

Page 227: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

215HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

NE

GA

RA

LIN

GK

UN

GA

N H

IDU

P N

O.1

9 T

AH

UN

20

08

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G L

ING

KU

NG

AN

HID

UP

DA

ER

AH

PR

OV

INS

I D

AN

DA

ER

AH

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

A.

Pe

lay

an

an

Bid

an

g L

ing

ku

ng

an

Hid

up

ole

h P

rov

insi

a.

Pe

lay

an

an

In

form

asi

Sta

tus

Mu

tu A

ir

1.Pr

osen

tase

jum

lah

sum

ber a

ir ya

ng

dipa

ntau

kua

litas

nya,

dite

tapk

an s

tatu

s m

utu

airn

ya d

an d

iinfo

rmas

ikan

sta

tus

mut

u ai

rnya

.

100

2013

b.

Pe

lay

an

an

In

form

asi

Sta

tus

Mu

tu U

da

ra A

mb

ien

1.Pr

osen

tase

jum

lah

kabu

pate

n/ko

ta y

ang

dipa

ntau

kua

litas

uda

ra a

mbi

enny

a da

n in

form

asik

an m

utu

udar

a am

bien

nya

100

2013

c. P

ela

ya

na

n T

ind

ak

La

nju

t P

en

ga

du

an

ma

sya

rak

at

ak

iba

t a

da

ny

a d

ug

aa

n p

en

cem

ara

n d

an

/ata

u p

eru

sak

an

lin

gk

un

ga

n h

idu

p

1.Pr

osen

tase

jum

lah

peng

adua

n m

asya

raka

t ak

ibat

ada

nya

duga

an p

ence

mar

an d

an/

atau

per

usak

an li

ngku

ngan

hid

up y

ang

ditin

dakl

anju

ti

100

2013

B.

Pe

lay

an

an

Bid

an

g L

ing

ku

ng

an

Hid

up

ole

h K

ab

up

ate

n/K

ota

a.

Pe

lay

an

an

Pe

nce

ga

ha

n P

en

cem

ara

n A

ir

1.Pr

osen

tase

jum

lah

usah

a da

n/at

au

kegi

atan

yan

g m

enta

ati p

ersy

arat

an

adm

inis

tras

i dan

tekn

is p

ence

gaha

n pe

ncem

aran

air.

100

2013

Page 228: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

216 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

b.

Pe

lay

an

an

Pe

nce

ga

ha

n P

en

cem

ara

n U

da

ra d

ari

Su

mb

er

Tid

ak

be

rge

rak

1.Pr

osen

tase

jum

lah

usah

a da

n/at

au

kegi

atan

sum

ber y

ang

tidak

ber

gera

k ya

ng

mem

enuh

i per

syar

atan

adm

inis

tras

i dan

te

knis

pen

cega

han

penc

emar

an u

dara

100

2013

c. P

ela

ya

na

n I

nfo

rma

si S

tatu

s K

eru

sak

an

La

ha

n d

an

/ata

u T

an

ah

un

tuk

Pro

du

ksi

Bio

ma

ssa

1.Pr

osen

tase

luas

an la

han

dan

atau

tana

h un

tuk

prod

uksi

bio

mas

sa y

ang

tela

h di

teta

pkan

dan

diin

form

asik

an s

tatu

s ke

rusa

kann

ya

100

2013

d.

Pe

lay

an

an

Tin

da

k L

an

jut

Pe

ng

ad

ua

n M

asy

ara

ka

t a

kib

at

ad

an

ya

du

ga

an

pe

nce

ma

ran

da

n/a

tau

pe

rusa

ka

n l

ing

ku

ng

an

hid

up

1.Pr

osen

tase

jum

lah

peng

adua

n m

asya

raka

t ak

ibat

ada

nya

duga

an p

ence

mar

an d

an/

atau

per

usak

an li

ngku

ngan

hid

up y

ang

ditin

dakl

anju

ti.

9020

13

Page 229: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

217HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

NE

GA

RA

PE

RU

MA

HA

N R

AK

YA

T N

O.2

2/P

ER

ME

N/M

/20

08

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G P

ER

UM

AH

AN

RA

KY

AT

DA

ER

AH

PR

OV

INS

I D

AN

DA

ER

AH

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A

A.

Jen

is P

ela

ya

na

n D

asa

r, In

dik

ato

r, N

ila

i da

n W

ak

tu P

en

ca

pa

ian

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l Bid

an

g P

eru

ma

ha

n R

ak

ya

t D

ae

rah

Pro

vin

si

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sk

ala

Pro

vin

si

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n (

Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

I.Ru

mah

Lay

ak H

uni d

an Te

rjang

kau

Caku

pan

kete

rsed

iaan

rum

ah la

yak

huni

100%

2009

- 20

25D

inas

Per

umah

an a

tau

Din

as

yang

men

anga

ni b

idan

g pe

rum

ahan

Sesu

ai ta

ta ru

ang

dan

periz

inan

Caku

pan

laya

nan

rum

ah la

yak

huni

yan

g te

rjang

kau

70%

2009

- 20

25D

inas

per

umah

an a

tau

Din

as

yang

men

anga

ni b

idan

g pe

rum

ahan

Terc

apai

nya

fasi

litas

i ke

terja

ngka

uan

men

ghun

i rum

ah

laya

k hu

ni o

leh

Pem

erin

tah

Dae

rah

Prov

insi

II.Li

ngku

ngan

yan

g se

hat d

an A

man

ya

ng d

iduk

ung

deng

an p

rasa

rana

, sa

rana

dan

util

itas

umum

Caku

pan

Ling

kung

an y

ang

seha

t dan

am

an y

ang

didu

kung

den

gan

PSU

100%

2009

- 20

25D

inas

Per

umah

an a

tau

dina

s ya

ng m

enan

gani

bid

ang

peru

mah

an

Sesu

ai ta

ta ru

ang

dan

periz

inan

Page 230: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

218 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

B.

Jen

is P

ela

ya

na

n D

asa

r, I

nd

ika

tor,

Nil

ai

da

n W

ak

tu P

en

ca

pa

ian

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

Pe

rum

ah

an

Ra

ky

at

Da

era

h

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sk

ala

Ka

b./

Ko

ta

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

I.Ru

mah

Lay

ak H

uni d

an

Terja

ngka

uCa

kupa

n ke

ters

edia

an ru

mah

laya

k hu

ni10

0%20

09 -

2025

Din

as p

erum

ahan

ata

u D

inas

ya

ng m

enan

gani

bid

ang

peru

mah

an

Sesu

ai ta

ta ru

ang

dan

periz

inan

Caku

pan

laya

nan

rum

ah la

yak

huni

yan

g te

rjang

kau

70%

2009

- 20

25D

inas

per

umah

an a

tau

Din

as

yang

men

anga

ni b

idan

g pe

rum

ahan

Terc

apai

nya

fasi

litas

i ke

terja

ngka

uan

men

ghun

i rum

ah

laya

k hu

ni o

leh

Pem

erin

tah

Dae

rah

Kabu

pate

n/Ko

ta

IILi

ngku

ngan

yan

g se

hat d

an

aman

yan

g di

duku

ng d

enga

n pr

asar

ana,

sar

ana

dan

utili

tas

umum

(PSU

)

Caku

pan

lingk

unga

n ya

ng s

ehat

dan

am

an y

ang

didu

kung

den

gan

PSU

100%

2009

- 20

25D

inas

per

umah

an a

tau

Din

as

yang

men

anga

ni b

idan

g pe

rum

ahan

Sesu

ai ta

ta ru

ang

dan

periz

inan

Page 231: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

219HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

NE

GA

RA

PE

MB

ER

DA

YA

AN

PE

RE

MP

UA

N D

AN

PE

RL

IND

UN

GA

N A

NA

K N

O.0

1 T

AH

UN

20

10

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G L

AY

AN

AN

TE

RP

AD

U B

AG

I P

ER

EM

PU

AN

DA

N A

NA

K K

OR

BA

N K

EK

ER

AS

AN

Ma

trik

s S

tan

da

r P

ela

ya

na

n M

inim

al

(SP

M)

Bid

an

g L

ay

an

an

Te

rpa

du

Ba

gi

Pe

rem

pu

an

da

n A

na

k K

orb

an

Ke

ke

rasa

n

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

IPe

nang

anan

pen

gadu

an/ l

apor

an

korb

an k

eker

asan

terh

adap

per

empu

an

dan

anak

1.

Caku

pan

pere

mpu

an d

an

anak

kor

ban

keke

rasa

n ya

ng

men

dapa

tkan

pen

anga

nan

peng

adua

n ol

eh p

etug

as te

rlatih

di

dala

m u

nit p

elay

anan

terp

adu.

100%

2014

Bada

n/U

nit P

P

IIPe

laya

nan

kese

hata

n ba

gi p

erem

puan

da

n an

ak k

orba

n ke

kera

san

2.

Caku

pan

pere

mpu

an d

an

anak

kor

ban

keke

rasa

n ya

ng

men

dapa

tkan

laya

nan

kese

hata

n ol

eh te

naga

kes

ehat

an te

rlatih

di

Pusk

esm

as m

ampu

tata

laks

ana

KTP/

A d

an P

PT/P

KT d

i RS

100%

dar

i sa

sara

n pr

ogra

m

2014

Din

as K

eseh

atan

IIIRe

habi

litas

i sos

ial b

agi p

erem

puan

dan

an

ak k

orba

n ke

kera

san

3.

Caku

pan

laya

nan

Reha

bilit

asi

sosi

al y

ang

dibe

rikan

ole

h pe

tuga

s re

habi

litas

i sos

ial t

erla

tih b

agi

pere

mpu

an d

an a

nak

korb

an

keke

rasa

n di

dal

am u

nit p

elay

anan

te

rpad

u4.

Ca

kupa

n la

yana

n bi

mbi

ngan

ro

hani

yan

g di

berik

an o

leh

petu

gas

bim

bing

an ro

hani

terla

tih b

agi

pere

mpu

an d

an a

nak

korb

an

keke

rasa

n di

dal

a un

it pe

laya

nan

terp

adu

75%

75%

2014

2014

Inst

ansi

Sos

ial

Kant

or A

gam

a

Page 232: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

220 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

IVPe

nega

kan

dan

bant

uan

huku

m b

agi

pere

mpu

an d

an a

nak

korb

an k

eker

asan

5.

Ca

kupa

n pe

nega

kan

huku

m

dari

tingk

at p

enyi

dika

n sa

mpa

i de

ngan

put

usan

pen

gadi

lan

atas

ka

sus-

kasu

s ke

kera

san

terh

adap

pe

rem

puan

dan

ana

k.6.

Ca

kupa

n pe

rem

puan

dan

an

ak k

orba

n ke

kera

san

yang

m

enda

patk

an la

yana

n ba

ntua

n hu

kum

.

80%

50%

2014

2014

Polri

Kej

aksa

an P

enga

dila

n

Bada

n/U

nit P

P

VPe

mul

anga

n da

n re

inte

gras

i sos

ial b

agi

pere

mpu

an d

an a

nak

korb

an k

eker

asan

7.

Ca

kupa

n la

yana

n pe

mul

anga

n ba

gi p

erem

paua

n da

n an

ak k

orba

n ke

kera

san

8.

Caku

pan

laya

nan

rein

tegr

asi s

osia

l ba

gi p

erem

puan

dan

ana

k ko

rban

ke

kera

san

50%

100%

2014

2014

Kem

enlu

Kem

enak

ertr

ans

BNP2

TKI

Inst

ansi

Sos

ial

Page 233: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

221HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP

DA

RI

LA

MP

IRA

N

PE

RA

TU

RA

N

KE

PA

LA

B

AD

AN

K

OO

RD

INA

SI

KE

LU

AR

GA

B

ER

EN

CA

NA

N

AS

ION

AL

N

O.5

5/H

K-0

10

/B5

/20

10

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G K

EL

UA

RG

A B

ER

EN

CA

NA

DA

N K

EL

UA

RG

A S

EJA

HT

ER

A D

I K

AB

UP

AT

EN

/KO

TA

Ind

ika

tor

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

Ke

lua

rga

Be

ren

ca

na

da

n K

elu

arg

a S

eja

hte

ra d

i K

ab

up

ate

n/K

ota

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n (

Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

A.

Kom

unik

asi I

nfor

mas

i dan

Edu

kasi

Ke

luar

ga B

eren

cana

dan

Kelu

arga

Sej

ahte

ra (K

IE K

B da

n KS

)

Caku

pan

Pasa

ngan

Usi

a Su

bur y

ang

iste

rinya

dib

awah

usi

a 20

tahu

n 3,

5 %

.10

020

14SK

PD-K

B

Caku

pan

sasa

ran

Pasa

ngan

Usi

a Su

bur

men

jadi

Pes

erta

KB

aktif

65%

100

2014

SKPD

-KB

Caku

pan

Pasa

ngan

Usi

a Su

bur y

ang

ingi

n be

r-KB

tida

k te

rpen

uhi (

Unm

et N

eed)

5%

100

2014

SKPD

-KB

Caku

pan

Ang

gota

Bin

a Ke

luar

ga B

alita

(B

KB) b

er-K

B 70

%10

020

14SK

PD-K

B

Caku

pan

PUS

Pese

rta

KB A

nggo

ta U

saha

Pe

ning

kata

n Pe

ndap

atan

Kel

uarg

a Se

jaht

era

(UPP

KS) y

ang

ber-

KB 8

7%

100

2014

SKPD

-KB

Ratio

Pet

ugas

Lap

anga

n Ke

luar

ga

Bere

ncan

a/Pe

nyul

uh K

elua

rga

Bere

ncan

a (P

LKB/

PKB)

1 P

etug

as d

i set

iap

2 (d

ua )

Des

a/Ke

lura

han

100

2014

SKPD

-KB

Ratio

Pem

bant

u Pe

mbi

na K

elua

rga

Bere

ncan

a (P

PKBD

) 1 (s

atu

) pet

ugas

di

setia

p D

esa/

Kelu

raha

n

100

2014

SKD

-KB

B.Pe

nyed

iaan

Ala

t dan

Oba

t Kon

tras

epsi

.Ca

kupa

n pe

nyed

iaan

ala

t dan

obat

Kon

tras

epsi

unt

uk m

emen

uhi

perm

inta

an m

asya

raka

t 30%

set

iap

tahu

n

100

2014

SKPD

-KB

CPe

nyed

iaan

Info

rmas

i Dat

a M

ikro

Caku

pan

peny

edia

an in

form

asi d

ata

mik

ro

kelu

arga

di s

etia

p D

esa/

Kelu

raha

n 10

0%

setia

p ta

hun

100

2014

SKPD

-KB

Page 234: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

222 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

DIK

UT

IP D

AR

I PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI P

EN

DID

IKA

N N

AS

ION

AL

NO

.15

TA

HU

N 2

01

0 T

EN

TA

NG

ST

AN

DA

R P

EL

AY

AN

AN

MIN

IMA

L P

EN

DID

IKA

N

DA

SA

R D

I K

AB

UP

AT

EN

/KO

TA

No

.

Jen

is

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l

Ba

tas

Wa

ktu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Jaw

ab

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

A.

Pe

lay

an

an

Pe

nd

idik

an

Da

sar

ole

h K

ab

up

ate

n/K

ota

1Te

rsed

ia s

atua

n pe

ndid

ikan

dal

am ja

rak

yang

terja

ngka

u de

ngan

ber

jala

n ka

ki y

aitu

m

aksi

mal

3 k

m u

ntuk

SD

/MI d

an 6

km

unt

uk S

MPT

/MTs

dar

i Kel

ompo

k Pe

rmuk

iman

Pe

rman

en d

i dae

rah

terp

enci

l

100

2014

2Ju

mla

h Pe

sert

a D

idik

dal

am s

etia

p ro

mbo

ngan

bel

ajar

unt

uk S

D/M

I tid

ak m

eleb

ihi 3

2 or

ang,

dan

unt

uk S

MP/

MTs

tida

k m

eleb

ihi 3

6 or

ang.

Unt

uk s

etia

p ro

mbo

ngan

bel

ajar

te

rsed

ia 1

(sat

u) ru

ang

kela

s ya

ng d

ileng

kapi

den

gan

mej

a da

n ku

rsi y

ang

cuku

p un

tuk

pese

rta

didi

k da

n gu

ru, s

erta

pap

an tu

lis

100

2014

3D

i set

iap

SMP

dan

MTs

ters

edia

ruan

g la

bora

toriu

m IP

A y

ang

dile

ngka

pi d

enga

n m

eja

dan

kurs

i yan

g cu

kup

untu

k 36

pes

erta

did

ik d

an m

inim

al s

atu

set p

eral

atan

pra

ktek

IPA

un

tuk

dem

onst

rasi

dan

eks

perim

en p

eser

ta d

idik

100

2014

4D

i set

iap

SD/M

I dan

SM

TP/M

Ts te

rsed

ia s

atu

ruan

g gu

ru y

ang

dile

ngka

pi d

enga

n m

eja

dan

kurs

i unt

uk s

etia

p or

ang

guru

, kep

ala

seko

lah

dan

sta

kepe

ndid

ikan

lain

nya,

dan

di

setia

p SM

P/M

Ts te

rsed

ia ru

ang

kepa

la s

ekol

ah y

ang

terp

isah

dar

i rua

ng g

uru.

100

2014

5D

i set

iap

SD/M

I ter

sedi

a 1

(sat

u) o

rang

gur

u un

tuk

setia

p 32

pes

erta

did

ik d

an 6

(ena

m)

oran

g gu

ru u

ntuk

set

iap

satu

an p

endi

dika

n, d

an u

ntuk

dae

rah

khus

us 4

(em

pat)

ora

ng

guru

set

iap

satu

an p

endi

dika

n

100

2014

6D

i set

iap

SMP/

MTs

ters

edia

1 (s

atu)

ora

ng g

uru

untu

k se

tiap

mat

a pe

laja

ran,

dan

unt

uk

daer

ah k

husu

s te

rsed

ia s

atu

oran

g gu

ru u

ntuk

set

iap

rum

pun

mat

a pe

laja

ran

100

2014

7D

i set

iap

SD/M

I ter

sedi

a 2

(dua

) ora

ng g

uru

yang

mem

enuh

i kua

lifi k

asi a

kade

mik

S1

atau

D-IV

dan

2 (d

ua) o

rang

gur

u ya

ng te

lah

mem

iliki

ser

tifi k

at p

endi

dik

100

2014

8D

i set

iap

SMP/

MTs

ters

edia

gur

u de

ngan

kua

lifi k

asi a

kade

mik

S-1

ata

u D

-IV s

eban

yak

70 %

dan

sep

aruh

dia

ntar

anya

(35

% d

ari k

esel

uruh

an g

uru)

tela

h m

emili

ki s

ertifi

kat

pe

ndid

ik, u

ntuk

dae

rah

khus

us m

asin

g-m

asin

g se

bany

ak 4

0 %

dan

20

%)

100

2014

Page 235: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

223HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

No

.

Jen

is

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l

Ba

tas

Wa

ktu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Jaw

ab

Ke

tera

ng

an

9D

i set

iap

SMP/

MTs

ters

edia

gur

u de

ngan

kua

lifi k

asi a

kade

mik

S-1

ata

u D

-IV d

an te

lah

mem

iliki

ser

tifi k

at p

endu

duk

mas

ing-

mas

ing

satu

ora

ng u

ntuk

mas

ing-

mas

ing

satu

or

ang

untu

k m

ata

pela

jara

n M

atem

atik

a, IP

A, B

ahas

a In

done

sia,

dan

Bah

asa

Ingg

ris.

100

2014

10D

i set

iap

Kabu

pate

n/Ko

ta s

emua

kep

ala

SD/M

I ber

kual

ifi ka

si a

kade

mik

S-1

ata

u D

-IV

dan

tela

h m

emili

ki s

ertifi

kat

pen

didi

k10

020

14

11D

i set

iap

kabu

pate

n/ko

ta s

emua

kep

ala

SMP/

MTs

ber

kual

ifi ka

si a

kade

mik

S-1

ata

u D

-IV

dan

tela

h m

emili

ki s

ertifi

kat

pen

didi

k.10

020

14

12D

i set

iap

kabu

pate

n/ko

ta s

emua

pen

gaw

as s

ekol

ah d

an m

adra

sah

mem

iliki

kua

lifi k

asi

akad

emik

S-1

ata

u D

-IV d

an te

lah

mem

iliki

ser

tifi k

at p

endi

dik

100

2014

13Pe

mer

inta

h ka

bupa

ten/

kota

mem

iliki

renc

ana

dan

mel

aksa

naka

n ke

giat

an u

ntuk

m

emba

ntu

satu

an p

endi

dika

n da

lam

men

gem

bang

kan

kurik

ulum

dan

pro

ses

pem

bela

jara

n ya

ng e

fekt

if, d

an

100

2014

14Ku

njun

gan

peng

awas

ke

satu

an p

endi

dika

n di

laku

kan

satu

kal

i set

iap

bula

n da

n se

tiap

kunj

unga

n di

laku

kan

sela

ma

3 ja

m u

ntuk

mel

akuk

an s

uper

visi

dan

pem

bina

an.

100

2014

BP

ela

ya

na

n P

en

dik

an

Da

sar

ole

h S

atu

an

Pe

nd

idik

an

1Se

tiap

SD/M

I men

yedi

akan

buk

u te

ks y

ang

suda

h di

teta

pkan

kel

ayak

anny

a ol

eh

Pem

erin

tah

men

caku

p m

ata

pela

jara

n Ba

hasa

Indo

nesi

a, M

atem

atik

a, IP

A, d

an IP

S de

ngan

per

band

inga

n sa

tu s

et u

ntuk

set

iap

pese

rta

didi

k

100

2014

2Se

tiap

SMP/

MTs

men

yedi

akan

buk

u te

ks y

ang

suda

h di

teta

pkan

kel

ayak

anny

a ol

eh

pem

erin

tah

men

caku

p se

mua

mat

a pe

laja

ran

deng

an p

erba

ndin

gan

satu

set

unt

uk

setia

p pe

sert

a di

dik

100

2014

3Se

tiap

SD/M

I men

yedi

akan

sat

u se

t per

aga

IPA

dan

bah

an y

ang

terd

iri d

ari m

odel

ke

rang

ka m

anus

ia, m

odel

tubu

h m

anus

ia, b

ola

duni

a (g

lobe

), co

ntoh

per

alat

an o

ptik

, kit

IPA

unt

uk e

kspe

rimen

das

ar, d

an p

oste

r/ca

rta

IPA

.

100

2014

4Se

tiap

SD/M

I mem

iliki

100

judu

l bu

peng

ayaa

n da

n 10

buk

u re

fere

nsi,

dan

setia

p SM

P/M

Ts m

emili

ki 2

00 ju

dul b

uku

peng

ayaa

n da

n 20

buk

u re

fere

nsi

100

2014

5Se

tiap

guru

teta

p be

kerja

37,

5 ja

m p

er m

ingg

u di

sat

uan

pend

idik

an te

rmas

uk

mer

enca

naka

n pe

mbe

laja

ran,

mel

aksa

naka

n pe

mbe

laja

ran,

men

ilai h

asil

pem

bela

jara

n,

mem

bim

bing

ata

u m

elat

ih p

eser

ta d

idik

, dan

mel

aksa

naka

n tu

gas

tam

baha

n

100

2014

Page 236: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

224 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

.

Jen

is

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l

Ba

tas

Wa

ktu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Jaw

ab

Ke

tera

ng

an

6

Satu

an p

endi

dika

n m

enye

leng

gara

kan

pros

es p

embe

laja

ran

sela

ma

34 m

ingg

u pe

r ta

hun

deng

an k

egia

tan

tata

p m

uka

seba

gai b

erik

ut :

a. K

elas

I –

II : 1

8 ja

m p

er m

ingg

u

b. K

elas

III :

24

jam

per

min

ggu

c. K

elas

a IV

– V

I : 2

7 ja

m p

er m

ingg

u

d. K

elas

VII

– IX

: 27

jam

per

min

ggu

100

2014

7Sa

tuan

pen

didi

kan

men

erap

kan

kurik

ulum

ting

kat s

atua

n pe

ndid

ikan

(KTS

P) s

esua

i ke

tent

uan

yang

ber

laku

10

020

14

8Se

tiap

guru

men

erap

kan

renc

ana

pela

ksan

aan

pem

bela

jara

n (R

PP) y

ang

disu

sun

berd

asar

kan

sila

bus

untu

k se

tiap

mat

a pe

laja

ran

yang

dia

mpu

nya

100

2014

9Se

tiap

guru

men

gem

bang

kan

dan

men

erap

kan

prog

ram

pen

ilaia

n un

tuk

mem

bant

u m

enin

gkat

kan

kem

ampu

an b

elaj

ar p

eser

ta d

idik

10

020

14

10Ke

pala

sek

olah

mel

akuk

an s

uper

visi

kel

as d

an m

embe

rikan

um

pan

balik

kep

ada

guru

du

a ka

li da

lam

set

iap

sem

este

r 10

020

14

11Se

tiap

guru

men

yam

paik

an la

pora

n ha

sil e

valu

asi m

ata

pela

jara

n se

rta

hasi

l pen

ilaia

n se

tiap

pese

rta

didi

k ke

pada

kep

ala

seko

lah

pada

akh

ir se

met

er d

alam

ben

tuk

lapo

ran

hasi

l pre

stas

i bel

ajar

pes

erta

did

ik

100

2014

12

Kepa

la s

ekol

ah a

tau

mad

rasa

h m

enya

mpa

ikan

lapo

ran

hasi

l ula

ngan

akh

ir se

mes

ter

(UA

S) d

an U

lang

an K

enai

kan

Kela

s (U

KK) s

erta

Ujia

n A

khir

(US/

UN

) kep

ada

oran

g tu

a pe

sert

a di

dik

dan

men

yam

paik

an re

kapi

tula

siny

a ke

pada

din

as P

endi

dika

n Ka

bupa

ten/

Kota

ata

u Ka

ntor

Kem

ente

rian

Agam

a di

Kab

upat

en/K

ota

pada

set

iap

akhi

r sem

este

r, da

n

100

2014

13Se

tiap

satu

an p

endi

dika

n m

ener

apka

n pr

insi

p-pr

insi

p m

anaj

emen

ber

basi

s se

kola

h (M

BS).

100

2014

Sum

ber:

Bab

II Pe

rmen

dikn

as N

o.15

Tah

un 2

010

Page 237: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

225HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

TE

NA

GA

KE

RJA

DA

N T

RA

NS

MIG

RA

SI

NO

.PE

R.0

4/M

EN

/IV

/20

11

TE

NT

AN

G P

ER

UB

AH

AN

AT

AS

LA

MP

IRA

N P

ER

AT

UR

AN

ME

NT

ER

I T

EN

AG

A K

ER

JA D

AN

TR

AM

IGR

AS

I N

O.P

ER

.15

/ME

N/X

/20

10

TE

NT

AN

G

ST

AN

DA

R P

EL

AY

AN

AN

MIN

IMA

L B

IDA

NG

KE

TE

NA

GA

KE

RJA

AN

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

Ke

ten

ag

ak

erj

aa

n

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

(Ta

hu

n)

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

b

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

12

34

56

71

Pela

yana

n Pe

latih

an K

erja

1.

Besa

ran

tena

ga k

erja

yan

g m

enda

patk

an p

elat

ihan

be

rbas

is k

ompe

tens

i

75%

2016

Din

as/U

nit

Kete

naga

kerja

an P

rov,

Ka

b/Ko

ta2.

Be

sara

n te

naga

ker

ja y

ang

men

dapa

tkan

pel

atih

an

berb

asis

mas

yara

kat

60%

2016

Din

as/U

nit

Kete

naga

kerja

an P

rov,

Ka

b/Ko

ta3.

Be

sara

n te

naga

ker

ja y

ang

men

dapa

tkan

pel

atih

an

kew

iraus

ahaa

n

60%

2016

Din

as/U

nit

Kete

naga

kerja

an P

rov,

Ka

b/Ko

ta2

Pela

yana

n Pe

nem

pata

nTe

naga

Ker

ja

Besa

ran

penc

ari k

erja

yan

g te

rdaf

tar y

ang

dite

mpa

tkan

70%

2016

Din

as/U

nit K

eten

aga

kerja

an P

rov,

Kab

/Kot

a

3Pe

laya

nan

Peny

eles

aian

Pers

elis

ihan

H

ubun

gan

Indu

stria

l

Besa

ran

Kasu

s ya

ng

dise

lesa

ikan

den

gan

Perja

njia

n Be

rsam

a (P

B)

50%

2016

Din

as/U

nit

Kete

naga

kerja

an P

rov,

Ka

b/Ko

ta

4Pe

laya

nan

Kepe

sert

aan

Jam

sost

ek

Besa

ran

peke

rja/b

uruh

yan

g m

enja

di p

eser

ta p

rogr

am

Jam

sost

ek

50%

2016

Din

as/U

nit

Kete

naga

kerja

an P

rov,

Ka

b/Ko

ta5

Pela

yana

n Pe

ngaw

asan

Kete

naga

kerja

an

1.

Besa

ran

Pem

erik

saan

Pe

rusa

haan

45%

2016

Din

as/U

nit

Kete

naga

kerja

an P

rov,

Ka

b/Ko

ta

2.

Besa

ran

Peng

ujia

n Pe

rala

tan

di P

erus

ahaa

n

50%

2016

Din

as/U

nit

Kete

naga

kerja

an P

rov,

Ka

b/Ko

ta

Page 238: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

226 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

KO

MU

NIK

AS

I D

AN

IN

FO

RM

AT

IKA

NO

.22

/PE

R/M

.KO

MIN

FO

/12

/20

10

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G K

OM

UN

IKA

SI

DA

N I

NF

OR

MA

TIK

A D

I K

AB

UP

AT

EN

/KO

TA

TA

RG

ET

DA

N P

AN

DU

AN

OP

ER

AS

ION

AL

SP

M B

IDA

NG

KO

MU

NIK

AS

I D

AN

IN

FO

RM

AT

IKA

DI

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

12

34

56

71

Pela

ksan

aan

Dis

emin

asi

Info

rmas

i Nas

iona

lPe

laks

anaa

n D

isem

inas

i dan

Pen

dist

ribus

ian

Info

rmas

i Nas

iona

lM

elal

ui:

a. M

edia

mas

sa s

eper

ti m

ajal

ah, r

adio

, dan

te

levi

si;

b. M

edia

bar

u se

pert

i web

site

(med

ia o

nlin

e);

c. M

edia

trad

isio

nal s

eper

ti pe

rtun

juka

n ra

kyat

;d.

Med

ia in

terp

erso

nal s

eper

ti sa

rase

han,

ce

ram

ah/d

isku

si, d

an lo

kaka

rya;

dan

/ata

ue.

Med

ia lu

ar ru

ang

sepe

rti m

edia

bul

etin

, le

afl e

t, bo

okle

t, br

osur

, spa

nduk

, dan

ba

liho.

12 k

ali/t

ahun

Setia

p ha

ri

12 k

ali/t

ahun

12 k

ali/

tahu

n se

tiap

keca

mat

an12

kal

i/tah

un

2014

2014

2014

2014

2014

SKPD

yan

g m

enan

gani

uru

san

bida

ng k

omun

ikas

i dan

in

form

atik

a

2Pe

ngem

bang

an d

an

Pem

berd

ayaa

n Ke

lom

pok

Info

rmas

i Mas

yara

kat

Caku

pan

peng

emba

ngan

dan

pe

mbe

rday

aan

Kelo

mpo

k In

form

asi

Mas

yara

kat d

i Tin

gkat

Kec

amat

an

50%

2014

SKPD

yan

g m

enan

gani

uru

san

bida

ng k

omun

ikas

i dan

in

form

atik

a

Page 239: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

227HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

PE

KE

RJA

AN

UM

UM

NO

.14

/P

RT

/M/2

01

0 T

EN

TA

NG

ST

AN

DA

R P

EL

AY

AN

AN

MIN

IMA

L

BID

AN

G P

EK

ER

JAA

N U

MU

M D

AN

PE

NA

TA

AN

RU

AN

G

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l (S

PM

) B

ida

ng

Pe

ke

rja

an

Um

um

da

n P

en

ata

an

Ru

an

g

No

Jen

is P

ela

ya

na

n D

asa

rS

tan

da

r P

ela

ya

na

n M

inim

al

Ba

tas

Wa

ktu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

b

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

12

34

56

7

ISu

mbe

r Day

a A

irPr

iorit

as u

tam

a pe

nyed

iaan

Air

untu

k Ke

butu

han

Mas

yara

kat

Ters

edia

nya

air b

aku

untu

k m

emen

uhi

kebu

tuha

n po

kok

min

imal

seh

ari h

ari.

100%

2014

Berd

asar

kan

atas

targ

et m

inim

al

kebu

tuha

n ai

r ber

sih

di ti

ap

kabu

pate

n/ko

taTe

rsed

iany

a ai

r irig

asi u

ntuk

per

tani

an

raky

at p

ada

sist

em ir

igas

i yan

g su

dah

ada.

70%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi

Peke

rjaan

Um

umII

Jala

nJa

ringa

nA

kses

ibili

tas

Ters

edia

nya

jala

n ya

ng m

engh

ubun

gkan

pu

sat-

pusa

t keg

iata

n da

lam

wila

yah

kabu

pate

n/ko

ta.

100%

2014

Dila

ksan

akan

ole

h pe

mer

inta

h da

erah

kab

upat

en/k

ota

Mob

ilita

sTe

rsed

iany

a ja

lan

yang

mem

udah

kan

mas

yara

kat p

er in

divi

du m

elak

ukan

pe

rjala

nan.

100%

2014

DIla

ksan

akan

ole

h pe

mer

inta

h da

erah

kab

upat

en/k

ota

Kese

lam

atan

Ters

edia

nya

jala

n ya

ng m

enja

min

pen

ggun

a ja

lan

berk

enda

ra d

enga

n se

lam

at.

60%

2014

DIla

ksan

akan

ole

h pe

mer

inta

h da

erah

kab

upat

en/k

ota

Ruas

Kond

isi j

alan

Ters

edia

nya

jala

n ya

ng m

enja

min

ke

ndar

aan

dapa

t ber

jala

n de

ngan

sel

amat

da

n ny

aman

.

60%

2014

DIla

ksan

akan

ole

h pe

mer

inta

h da

erah

kab

upat

en/k

ota

Kece

pata

nTe

rsed

iany

a ja

lan

yang

men

jam

in

perja

lana

n da

pat d

ilaku

kan

sesu

ai d

enga

n ke

cepa

tan

renc

ana

60%

2014

DIla

ksan

akan

ole

h pe

mer

inta

h da

erah

kab

upat

en/k

ota

Page 240: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

228 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

Jen

is P

ela

ya

na

n D

asa

rS

tan

da

r P

ela

ya

na

n M

inim

al

Ba

tas

Wa

ktu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

b

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

IIIA

ir M

inum

Clus

ter P

elay

anan

Ters

edia

nya

akse

s ai

r min

um y

ang

aman

m

elal

ui S

iste

m P

enye

diaa

n A

ir M

inum

de

ngan

jarin

gan

perp

ipaa

n da

n bu

kan

jarin

gan

perp

ipaa

n te

rlind

ungi

den

gan

kebu

tuha

n po

kok

min

imal

60

liter

/ora

ng/

hari

40%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi

Peke

rjaan

Um

umSa

ngat

Bu

ruk

Buru

k50

%

Seda

ng70

%

Baik

80%

Sang

at b

aik

100%

IVPe

nyeh

atan

Ling

kung

anPe

rmuk

iman

(San

itasi

Ling

kung

anda

nPe

rsam

paha

n

Air

Lim

bah

Perm

ukim

anTe

rsed

iany

a si

stem

air

limba

h se

tem

pat

yang

mem

adai

60%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi

Peke

rjaan

Um

umTe

rsed

iany

a si

stem

air

limba

h sk

ala

kom

unita

s/ka

was

an/k

ota

5%20

14D

inas

yan

g m

embi

dang

i Pe

kerja

an U

mum

Peng

elol

aan

sam

pah

Ters

edia

nya

fasi

litas

pen

gura

ngan

sam

pah

di p

erko

taan

.20

%20

14D

inas

yan

g m

embi

dang

i Pe

kerja

an U

mum

Ters

edia

nya

sist

em p

enan

gana

n sa

mpa

h di

pe

rkot

aan.

70%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi

Peke

rjaan

Um

umD

rain

ase

Ters

edia

nya

sist

em ja

ringa

n dr

aina

se s

kala

ka

was

an d

an s

kala

kot

a se

hing

ga ti

dak

terja

di g

enan

gan

(lebi

h da

ri 30

cm

, sel

ama

2 ja

m) d

an ti

dak

lebi

h da

ri 2

kali

seta

hun

50%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi

Peke

rjaan

Um

um

VPe

nang

anan

Per

muk

iman

Kum

uh

Perk

otaa

nBe

rkur

angn

ya lu

asan

per

muk

iman

kum

uh

di k

awas

an p

erko

taan

10%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi

Peke

rjaan

Um

umVI

Pena

taan

Bang

unan

dan

Ling

kung

an

Izin

Men

dirik

an B

angu

nan

(IMB)

Terla

yani

nya

mas

yara

kat d

alam

pen

guru

san

IMB

di k

abup

aten

/kot

a.10

0%20

14D

inas

yan

g m

embi

dang

i Pe

rijin

an (I

MB)

Har

ga S

tand

ar B

angu

nan

Ged

ung

Neg

ara

(HSB

GN

)

Ters

edia

nya

pedo

man

Har

ga S

tand

ar

Bang

unan

Ged

ung

Neg

ara

di k

abup

aten

/ko

ta.

100%

2014

Din

as y

ang

mem

bida

ngi

Peke

rjaan

Um

um

Page 241: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

229HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

No

Jen

is P

ela

ya

na

n D

asa

rS

tan

da

r P

ela

ya

na

n M

inim

al

Ba

tas

Wa

ktu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/

Le

mb

ag

a

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

b

Ke

tera

ng

an

Ind

ika

tor

Nil

ai

VII

Jasa

Kons

truk

siIz

in U

saha

Jasa

Kon

stru

ksi

(IUJK

)Pe

nerb

itan

IUJK

dal

am w

aktu

10

(sep

uluh

) ha

ri ke

rja s

etel

ah p

ersy

arat

an le

ngka

p.10

0%20

14U

nit y

ang

mel

akuk

an

Pem

bina

an Ja

sSi

stem

Info

rmas

i Jas

a Ko

nstr

uksi

Ters

edia

nya

Sist

em In

form

asi J

asa

Kons

truk

si s

etia

p ta

hun

100%

2014

Uni

t yan

g m

elak

ukan

Pe

mbi

naan

Jasa

Kons

truk

siVI

IIPe

nata

anRu

ang

Info

rmas

i Pen

ataa

n Ru

ang

Ters

edia

nya

info

rmas

i men

gena

i Ren

cana

Ta

ta R

uang

(RTR

) wila

yah

kabu

pate

n/ko

ta

bese

rta

renc

ana

rinci

nya

mel

alui

pet

a an

alog

dan

pet

a di

gita

l.

100%

2014

(k

abup

aten

/ko

ta d

anke

cam

atan

)

Din

as/S

KPD

yan

g m

embi

dang

iPe

nata

an R

uang

90%

2014

(kel

urah

an)

Pelib

atan

Per

an

Mas

yara

kat D

alam

Pro

ses

Peny

usun

an R

TR

Terla

ksan

anya

pen

jarin

gan

aspi

rasi

m

asya

raka

t mel

alui

foru

m k

onsu

ltasi

pub

lik

yang

mem

enuh

i sya

rat i

nklu

sif d

alam

pr

oses

pen

yusu

nan

RTR

dan

prog

ram

pem

anfa

atan

ruan

g, y

ang

dila

kuka

n m

inim

al 2

(dua

) kal

i set

iap

disu

sunn

ya R

TR d

an p

rogr

am p

eman

faat

an

ruan

g.

100%

2014

Din

as/S

KPD

yan

g m

embi

dang

iPe

nata

an R

uang

Izin

Pem

anfa

atan

Rua

ngTe

rlaya

niny

a m

asya

raka

t dal

am p

engu

rusa

n iz

in p

eman

faat

an ru

ang

sesu

ai d

enga

n Pe

ratu

ran

Dae

rah

tent

ang

RTR

wila

yah

kabu

pate

n/ko

ta b

eser

ta re

ncan

a rin

ciny

a

100%

2014

(k

abup

aten

/kot

a)D

inas

yan

g m

embi

dang

i Pe

rizin

an

Pela

yana

n Pe

ngad

uan

Pela

ngga

ran

Tata

Ruan

g

Terla

ksan

akan

nya

tinda

kan

awal

te

rhad

ap p

enga

duan

mas

yara

kat t

enta

ng

pela

ngga

ran

di b

idan

g pe

nata

an ru

ang,

da

lam

wak

tu 5

(lim

a) h

ari k

erja

.

100%

2014

(Kab

upat

en/

Kota

,dan

ke

cam

atan

)

Din

as/S

KPD

yan

g m

embi

dang

i

Pena

taan

Rua

ng

Peny

edia

an R

uang

Terb

uka

Hija

u (R

TH)

Publ

ik

Ters

edia

nya

luas

an R

TH p

ublik

seb

esar

20%

da

ri lu

as w

ilaya

h ko

ta/k

awas

an p

erko

taan

.25

%20

14D

inas

/SKP

D y

ang

mem

bida

ngi

Pena

taan

Rua

ng

Page 242: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

230 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

KE

BU

DA

YA

AN

DA

N P

AR

IWlS

AT

A N

O.P

M.1

06

/HK

.50

1/M

KP

/20

10

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G K

ES

EN

IAN

Ind

ika

tor

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

Ke

sen

ian

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

12

34

56

71

Pelin

dung

an,

Peng

emba

ngan

, dan

Pem

anfa

atan

Bid

ang

Kese

nian

Caku

pan

Kajia

n Se

ni 5

0%10

020

14SK

PDKe

giat

an y

ang

bers

ifat k

ajia

n ad

alah

:1.

sem

inar

,2.

sar

aseh

an;

3. d

isku

si*;

4. b

engk

el s

eni (

wor

ksho

p )*

;5.

pen

yera

pan

nara

sum

ber;

6. s

tudi

kep

usta

kaan

;7.

pen

ggal

ian;

8. e

kspe

rimen

tasi

;9.

reko

nstr

uksi

;10

. rev

italis

asi;

11. k

onse

rvas

i;12

. stu

di b

andi

ng;

13. i

nven

taris

asi*

;14

. dok

umen

tasi

*; d

an15

. pen

gem

asan

bah

an k

ajia

n.Pr

ovin

si, k

abup

aten

lkot

a, m

inim

al

mel

aksa

naka

n 50

% d

ari s

elur

uh k

egia

tan

yang

men

jadi

cak

upan

Kaj

ian

Seni

, sam

pai

tahu

n 20

14.

Page 243: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

231HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

Caku

pan

Fasi

litas

i Sen

i 30%

100

2014

SKPD

Jeni

s-je

nis

fasi

litas

i dal

am p

elin

dung

an,

peng

emba

ngan

, dan

pem

anfa

atan

bid

ang

kese

nian

ada

lah:

1. p

enyu

luha

n su

bsta

nsia

l mau

pun

tekn

ikal

;2.

pem

beria

n ba

ntua

n;3.

bim

bing

an o

rgan

isas

i;4.

kad

eris

asi;

5. p

rom

osi;

6. p

ener

bita

n da

n pe

ndok

umen

tasi

an; d

an7.

krit

ik s

eni.

Prov

insi

, kab

upat

enlk

ota,

min

imal

m

elak

sana

kan

30%

dar

i sel

uruh

keg

iata

n ya

ng m

enja

di c

akup

an F

asili

tasi

Sen

i, sa

mpa

i ta

hun

2014

.Ca

kupa

n G

elar

Sen

i 75%

100

2014

SKPD

Wuj

ud g

elar

sen

i ant

ara

lain

:1.

per

gela

ran;

2. p

amer

an;

3. fe

stiv

al; d

an4.

lom

ba.

Prov

insi

, kab

upat

enlk

ota,

min

imal

m

elak

sana

kan

75%

dar

i sel

uruh

keg

iata

n ya

ng m

enja

di c

akup

an G

elar

Sen

i, sa

mpa

i ta

hun

2014

Mis

i Kes

enia

n 10

0%10

020

14SK

PDPe

mer

inta

h pr

ovin

si d

an k

abup

aten

/ko

ta w

ajib

men

gada

kan

mis

i kes

enia

n an

tard

aera

hse

kura

ngku

rang

nya

satu

kal

i dal

am s

etah

un

dala

m ra

ngka

per

tuka

ran

buda

ya, d

iplo

mas

i, da

n pr

omos

i kes

enia

n di

dae

rahn

ya k

elua

r dae

rah.

Pro

vins

i, ka

bupa

ten/

kota

, mel

aksa

naka

n 10

0%

caku

pan

Mis

i Kes

enia

n, s

ampa

i tah

un 2

014.

i

Page 244: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

232 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

2Sa

rana

dan

Pras

aran

aCa

kupa

n Su

mbe

r Day

a M

anus

ia K

esen

ian

25%

100

2014

SKPD

Dal

am b

erba

gai k

egia

tan

pelin

dung

an,

peng

emba

ngan

, dan

pem

anfa

atan

sen

idi

perlu

kan

kual

ifi k

asi S

umbe

r Day

a M

anus

ia

(SD

M) K

esen

ian

seba

gai b

erik

ut:

1. s

arja

na s

eni;

2. p

akar

sen

i;3.

pam

ong

buda

ya*;

4. s

enim

an/b

uday

awan

*;5.

krit

ikus

;6.

insa

n m

edia

mas

sa;

7. p

engu

saha

;dan

8. p

enya

ndan

g da

na.

Prov

insi

, kab

upat

en/k

ota,

men

yedi

akan

m

inim

al 2

5% d

ari c

akup

an S

umbe

r Day

aM

anus

ia K

esen

ian,

sam

pai t

ahun

201

4.Ca

kupa

n Te

mpa

t 100

%10

020

14SK

PDPe

mer

inta

h pr

ovin

si d

an k

abup

aten

/kot

a be

rkew

ajib

an m

enye

diak

an m

inim

al:

1. Te

mpa

t unt

uk m

engg

elar

sen

i per

tunj

ukan

da

n un

tuk

pam

eran

; dan

2. Te

mpa

t mem

asar

kan

kary

a se

ni u

ntuk

m

enge

mba

ngka

n in

dust

ri bu

daya

.Pr

ovin

si, k

abup

aten

/kot

a, m

enye

diak

an

min

imal

sat

u te

mpa

t yan

g m

udah

dic

apai

ol

eh m

asya

raka

t, da

pat b

erup

a ge

dung

ke

seni

an a

tau

fasi

litas

-fasi

litas

lain

yan

g m

emun

gkin

kan

dan

satu

bua

h te

mpa

t unt

uk

mem

asar

kan

kary

a se

ni, s

ampa

i tah

un 2

014.

Page 245: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

233HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

MATRIKS KUMPULAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

Caku

pan

Org

anis

asi 3

4%10

020

14SK

PDPe

mer

inta

h pr

ovin

si, k

abup

aten

/kot

a m

embe

ntuk

:1.

Org

anis

asi s

truk

tura

l yan

g m

enan

gani

ke

seni

an2.

Lem

baga

/dew

an k

esen

ian

3. K

husu

s pe

mer

inta

han

prov

insi

mem

bent

uk

Tam

an B

uday

a se

baga

i UPT

yan

g m

enan

gani

ke

seni

an.

Prov

insi

, kab

upat

en/k

ota,

min

imal

m

elak

sana

kan

34%

dar

i kup

an O

rgan

isas

i, sa

mpa

i tah

un 2

014.

Page 246: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

234 HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

LAMPIRAN

DIK

UT

IP D

AR

I L

AM

PIR

AN

PE

RA

TU

RA

N M

EN

TE

RI

PE

RT

AN

IAN

NO

.65

/PE

RM

EN

TA

N/O

T.1

40

/12

/20

10

TE

NT

AN

G S

TA

ND

AR

PE

LA

YA

NA

N M

INIM

AL

BID

AN

G K

ET

AH

AN

AN

PA

NG

AN

PR

OV

INS

I D

AN

KA

BU

PA

TE

N/K

OT

A

Ind

ika

tor

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

l B

ida

ng

Ke

tah

an

an

Pa

ng

an

Pro

vin

si d

an

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta

No

.Je

nis

Pe

lay

an

an

Da

sar

Sta

nd

ar

Pe

lay

an

an

Min

ima

lB

ata

s W

ak

tu

Pe

nc

ap

aia

n

Sa

tua

n K

erj

a/L

em

ba

ga

Pe

na

ng

gu

ng

Ja

wa

bK

ete

ran

ga

nIn

dik

ato

rN

ila

i

Prov

insi

AKe

ters

edia

an d

an C

adan

gan

Pang

an1.

Pen

guat

an C

adan

gan

Pang

an60

2015

BKPD

BD

istr

ibus

i dan

Aks

es P

anga

n2.

Ket

erse

diaa

n In

form

asi

Paso

kan,

Har

ga d

an A

kses

Pan

gan

di

Dae

rah

100

2015

BKPD

CPe

ngan

ekar

agam

an d

an K

eam

anan

Pa

ngan

3. P

enga

was

an d

an P

embi

naan

Ke

aman

an P

anga

n80

2015

BKPD

DPe

nang

anan

Ker

awan

an P

anga

n4.

Pen

anga

nan

Dae

rah

Raw

anPa

ngan

6020

15BK

PD

Kabu

pate

n/Ko

ta

A.

Kete

rsed

iaan

dan

Cada

ngan

Pan

gan

1. K

eter

sedi

aan

Ener

gi d

an P

rote

in

Per K

apita

.90

2015

BKPD

2. P

engu

atan

Cad

anga

n Pa

ngan

.60

2015

BKPD

B.D

istr

ibus

i dan

Aks

esPa

ngan

3. K

eter

sedi

aan

Info

rmas

i Pas

okan

, H

arga

dan

Aks

es P

anga

n di

Dae

rah.

9020

15BK

PD

4. S

tabi

litas

Har

ga d

an P

asok

anPa

ngan

.90

2015

BKPD

C.Pe

ngan

ekar

agam

an d

anKe

aman

an P

anga

n5.

Sko

r Pol

a Pa

ngan

Har

apan

(PPH

).90

2015

BKPD

6. P

enga

was

an d

an P

embi

naan

Keam

anan

Pan

gan

8020

15BK

PD

D.

Pena

ngan

an K

eraw

anan

Pang

an7.

Pen

anga

nan

Dae

rah

Raw

anPa

ngan

.60

2015

BKPD

Page 247: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

235HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Page 248: HIMPUNAN PRODUK HUKUM STANDAR PELAYANAN MINIMAL … · 2016. 7. 13. · HIMPUNAN PRODUK HUKUM ix STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) MATRIKS STATUS PERATURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL