High-temperature Interactions

45
HIGH-TEMPERATURE INTERACTIONS OF ALUMINA-CARBON REFRACTORIES WITH MOLTEN IRON

description

asignment for ceramics material

Transcript of High-temperature Interactions

Page 1: High-temperature Interactions

HIGH-TEMPERATURE INTERACTIONS OF

ALUMINA-CARBON REFRACTORIES WITH MOLTEN IRON

Page 2: High-temperature Interactions

Abdurrahman Alghani

13712034

SatriaRusdiputra

13712048

Tito Tamaro

13710024

TEAM

Page 3: High-temperature Interactions

Centre for Sustainable Materials Research and Technology, School of Materials Science and Engineering, University of New South

Wales, Sydney, 2052, Australia

M. Ikram-Ul-Haq, R. Khanna, P. Koshy, and V. Sahajwalla

Page 4: High-temperature Interactions

STRUKTUR PRESENTASIPENDAHULUAN DAN TEORI DASAR

LATAR BELAKANG

PROSEDUR EKSPERIMEN

HASIL EKSPERIMEN DAN DISKUSI

KESIMPULAN

Page 5: High-temperature Interactions

PENDAHULUAN DAN TEORI DASAR

Page 6: High-temperature Interactions

REFRACTORY BRICK

• Bata tahan api adalah sebuah blok bahan keramik tahan api yang digunakan dalam tungku lapisan, pembakaran, fireboxes, dan perapian.

• Sebuah batu bata tahan api dibangun terutama untuk menahan suhu tinggi, tetapi juga akan biasanya memiliki konduktivitas termal rendah untuk efisiensi energi yang lebih besar.

Page 7: High-temperature Interactions

JENIS-JENIS REFRAKTORIRefraktori dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya, pengguna akhir dan metoda pembuatannya sebagaimana diperlihatkan dibawah ini.

• Refraktori alumina tinggi• Batu bata silika• Magnesit• Refraktori Khromit• Refraktori Zirkonia• Refraktori oksida (Alumina)• Monolitik

Page 8: High-temperature Interactions

SESSILE DROP TEST• The Sessile Drop Technique adalah metode yang

digunakan untuk karakterisasi energi permukaan padat, dan dalam beberapa kasus, aspek energi permukaan cairan.

• Dasar pemikiran utama dari metode ini adalah bahwa dengan menempatkan tetesan cairan dengan energi yang dikenal permukaan, bentuk drop, khususnya sudut kontak, dan energi permukaan diketahui cairan adalah parameter yang dapat digunakan untuk menghitung permukaan energi dari sampel padat.

Page 9: High-temperature Interactions

Rangkaian sessile drop test

Page 10: High-temperature Interactions

• Wetting atau menyebarkan cairan pada permukaan padat atau material bergantung pada sifat-sifat permukaan padat dan cairan yang digunakan.

• Wettability dapat diperkirakan dengan menentukan contact angle

Young’s equation:cos θ =

Wetting contact angle (en.wikipedia.org)

surface free energy of solid interfacial tension between liquid and solid surface tension of liquid

Page 11: High-temperature Interactions

Interaksi Slag dan RefraktoriPergerakan slag menyebabkan terjadinya fenomena tegangan permukaan (wettability) antara slag dan refraktori sehingga mengakibatkan korosi lokal pada refraktori terutama di bagian yang berbatasan dengan permukaan slag.

Jansson, Sune. 2005. A Study on Molten Steel/Slag/Rafractory Reaction during Ladle Steel Refining. Royal Institut of Technology: Stockholm

Page 12: High-temperature Interactions

Pergerakan slag dan alirannya yang turbulen mempercepat terjadinya korosi

dan abrasi pada refraktori

Jansson, Sune. 2005. A Study on Molten Steel/Slag/Rafractory Reaction during Ladle Steel Refining. Royal Institut of Technology: Stockholm

Page 13: High-temperature Interactions

Scanning Electron Microscopy (SEM)

Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 – 0,2 nm. Dibawah ini diberikan perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya dengan elektron.

http://materialcerdas.wordpress.com/teori-dasar/scanning-electron-microscopy/

Gambar perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya dengan elektron.

Page 14: High-temperature Interactions

SEM (Cont’d)

Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Jika elektron mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan pantulan non elastis seperti pada gambar dibawah ini.

http://materialcerdas.wordpress.com/teori-dasar/scanning-electron-microscopy/

Gambar pantulan elektron

Page 15: High-temperature Interactions

SEM (Cont’d)

Aplikasi dari teknik SEM – EDS dirangkum sebagai berikut:1. Topografi: Menganalisa permukaan dan teksture (kekerasan, reflektivitas dsb)2. Morfologi: Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel3. Komposisi: Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif dan kualitatif.

Page 16: High-temperature Interactions

SEM (Cont’d)

Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:

• Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.

• Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.• Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel

dengan diarahkan oleh koil pemindai.• Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan

elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar ini:

http://materialcerdas.wordpress.com/teori-dasar/scanning-electron-microscopy/ Gambar alat uji dari SEM

Page 17: High-temperature Interactions

XRD (X-Ray Difraction)1. Prinsip Kerja XRD

Tahapan kerja XRD: Produksi, difraksi, deteksi dan interpretasi. Gambar komponen XRD:

Rahman, Reza. 2008. Proses Pengeringan….. FT UI: Depok

Page 18: High-temperature Interactions

XRD (cont’d)2. Produksi

Pada tahap ini elektron yang dipercepat menumbuk material target dan menghasilkan radiasi sinar X yang berinteraksi dengan struktur kristal material yang diuji

Rahman, Reza. 2008. Proses Pengeringan….. FT UI: Depok

Page 19: High-temperature Interactions

XRD (cont’d)3. Difraksi

Pada tahap ini radiasi sinar-X yang telah dihasilkan akan berinteraksi dengan struktur kristal material yang diuji. Pola terang dari difraksi timbul karena interferensi konstruktif sesuai hukum Bragg

Rahman, Reza. 2008. Proses Pengeringan….. FT UI: Depok

Page 20: High-temperature Interactions

4. Deteksi

Interferensi konstruktif radiasi sinar-X hasil difraksi struktur kristal material yang diuji selanjutnya akan dideteksi oleh detektor

XRD (cont’d)

Rahman, Reza. 2008. Proses Pengeringan….. FT UI: Depok

Page 21: High-temperature Interactions

XRD (cont’d)5. Interpretasi

Posisi peak diukur dari sumbu x pada grafik yaitu 2ϴ

• Menggunakan Hukum Bragg untuk mengubah 2ϴ menjadi dhkl • dhkl adalah jarak antara bidang atom {hkl}

Sumber: Materi kuliah Karakterisasi Material II, Asep Ridwan

Page 22: High-temperature Interactions

LATAR BELAKANG

Page 23: High-temperature Interactions

• Degradasi pada rerfraktori merupakan fenomena yang berkaitan dengan kerusakan secara kimia dan kerusakan secara fisik/mekanik.

• Refraktori alumina-karbon umum digunakan pada aplikasi pembuatan baja. Gambar Alumina-carbon

refractory brick

LATAR BELAKANG

M. Ikram-Ul-Haq, R. Khanna, P. Koshy, and V. Sahajwalla, 2010. High-temperature Interactions of Alumina-Carbon Refractories with Molten Iron.

University of New South Wales:Sydney

Page 24: High-temperature Interactions

LATAR BELAKANG (Cont’d)

Komposisi pada refraktori, tekstur fisiknya, ikatan kimia, karakteristik dari logam cair dan hasil reaksi yang dihasilkan akan mempengaruhi reaksi penetrasi logam cair kedalam refraktori

Besar-kecilnya interaksi antara refraktori dan logam cair dapat diketahui dari karakteristik wetting angle yang terbentuk.

Centre for Sustainable Materials Research and Technology, School of Materials Science and Engineering, University of New South Wales, Sydney, 2052, Australia

Page 25: High-temperature Interactions

LATAR BELAKANG (Cont’d)

Fokus penelitian: tentang wettability, penetrasi logam cair, karbon pickup dan reaksi antarmuka. Percobaan yang dilakukan juga membandingkan antara grafit alam dan grafit sintetis sebagai bahan karbonnya untuk menentukan pengaruh dari ash impurities.

Page 26: High-temperature Interactions

TUJUAN PENELITIAN

• Menentukan sifat wetability dari synthetic alumina graphite terhadap molten iron

• Menentukan sifat wetability dari natural alumina graphite terhadap molten iron

• Menentukan pengaruh karbon pada synthetic dan natural alumina graphite

• Menentukan perilaku molten iron pada natural dan synthetic alumina graphite

Page 27: High-temperature Interactions

PROSEDUR EKSPERIMEN

Page 28: High-temperature Interactions

PROSEDUR EKSPERIMEN

Prosedur pembuatan sampelnya:

• Serbuk alumina dan grafit dicampur dengan resin 5 wt% dan ball mill selama 48 jam

• Setelah homogen, di kompresi dengan beban 5 ton untuk menghasilkan sampel berbentuk silinder (diameter 25 mm dan tebal 3-4 mm)

• Sampel kemudian di sintering pada temperature 1550⁰C selama 48 jam untuk membuat resin menjadi cure dan mengurangi kadar air pada sampel (Pada lingkungan apa ya?)

Page 29: High-temperature Interactions

3. Percobaan

a.Percobaan 1: Mengamati Wetting Angle• Interaksi antara besi cair dan refraktori diamati

menggunakan horizontal-tube furnace menggunakan pendekatan sessile drop.

• Sebelum percobaan, furnace tube ditiup menggunakan gas argon dengan laju 1 L/min

• Interaksi antara besi cair dan refraktori diamati dari karakteristik wetting angle yang dihasilkan

PROSEDUR EKSPERIMEN (Cont’d)

Page 30: High-temperature Interactions

• Skema percabaan nya dapat dilihat pada gambar dibawah

PROSEDUR EKSPERIMEN (Cont’d)

Centre for Sustainable Materials Research and Technology, School of Materials Science and Engineering, University of New South Wales, Sydney, 2052, Australia

Page 31: High-temperature Interactions

b) Percobaan 2: memahami efek dari heat treatment pada sampel

alumina-SG dan alumina-NG tanpa kehadiran besi

• Sampel dengan komposisi AN1 dan AS1 dipanaskan pada 1550⁰C selama 30 menit di dalam horizontal tube furnace, dengan dialiri gas argon (1L/min).

PROSEDUR EKSPERIMEN (Cont’d)

Page 32: High-temperature Interactions

PROSEDUR EKSPERIMEN (Cont’d)

4. Karakterisasi• Setelah proses heat treatment didapatkan

hasil dengna mikroskop optik bahwa alumina-SG memiliki lebih bayak porositas dibandingakan alumina-NG seperti diperlihatkan pada gambar dibawah:

 

Page 33: High-temperature Interactions

• Energy dispersive spectroscopy (EDS) digunakan untuk mengidentifikasi unsur di dalam sampel

• Karbon pickup oleh logam cair diukur menggunakan LECO CS-244 karbon/sulfur analyser

PROSEDUR EKSPERIMEN (Cont’d)

Page 34: High-temperature Interactions

HASIL EKSPERIMEN DAN DISKUSI

Page 35: High-temperature Interactions

HASIL EKSPERIMEN DAN DISKUSI

1. Penetrasi Logam• Penetrasi logam ke dalam substrat refraktori:

Tabel Kedalaman penetrasi besi di dalam substrat alumina-SG dan alumina-NG

Page 36: High-temperature Interactions

Gambar 8. Optical microscopy images (a) alumina-SG substrates (b) alumina-NG substrates (Alumina, Graphite)

Centre for Sustainable Materials Research and Technology, School of Materials Science and Engineering, University of New South Wales, Sydney, 2052, Australia

Page 37: High-temperature Interactions

Penetrasi Logam (cont’d)

• Fenomena pada antarmuka besi cair dengan refraktori alumina-karbon dipengaruhi oleh tingkat karbon dalam subtrat refraktorinya.

• Penetrasi logam diamati untuk mengubah sifat dari refraktori terutama dalam hal bahan kimia dan carbon pick-upnya.

• Kedalaman penetrasi logam pada dinding refraktori juga dipengaruhi oleh komposisi kimia dari refraktorinya, yang kemudian akan mempengaruhi interaksi dengan besi cair.M. Ikram-Ul-Haq, R. Khanna, P. Koshy, and V. Sahajwalla, “High-temperature Interactions of

Alumina-Carbon Refractories with Molten Iron”, University of New South Wales, 2010

Page 38: High-temperature Interactions

Penetrasi logam ke dalam (a) AS1 refractory refractory (Alumina, Carbon and bright areas under metal droplet show penetrated iron), (b) AS2 refractory (Alumina, carbon and bright areas under metal droplet show penetrated iron), (c) AS3 refractory (Alumina, Carbon and bright areas under metal droplet show penetrated iron).

Page 39: High-temperature Interactions

Penetrasi logam ke dalam (a) AN1 refractory (Aalumina, Ccarbon and bright areas under metal droplet show penetrated iron), (b) AN2 refractory (Aalumina, Ccarbon and bright areas under metal droplet show penetrated iron), (c) AN3 refractory (Aalumina, Ccarbon and bright areas under metal droplet show penetrated iron).

Page 40: High-temperature Interactions

2. Carbon Pick-up

Gambar 15. Karbon pick-up pada 1550°C oleh besi dengan (a) substrat alumina-SG (b) substrat

alumina-NG

Page 41: High-temperature Interactions

Gambar Analisis EDS sepanjang penetrasi logam pada sampel AS1 (biru, ungu, merah, dan hijau menunjukkan Al, Fe, C, dan O

Ketika besi telah terpenetrasi, konsentrasi C/O menurun. Menunjukkan karbon telah terambil oleh besi.

Page 42: High-temperature Interactions

3. WETTABILITY

Gambar 17. Dynamic contact angles pada 1550°C dan gambar tetesan besi cair dalam waktu berbeda untuk substrat alumina-SG dan substrat

alumina-NG

Page 43: High-temperature Interactions

3. WETTABILITY (Cont’d)

Penurunan sudut kontak sebanding dengan penetrasi logam ke dalam substrat refraktori. Tingkat penetrasi bervariasi, tergantung pada perbedaan rasio alumina-karbon dari refraktori dan carbon pick-up oleh besi cair.

M. Ikram-Ul-Haq, R. Khanna, P. Koshy, and V. Sahajwalla, “High-temperature Interactions of Alumina-Carbon Refractories with Molten Iron”, University of New South Wales, 2010

Page 44: High-temperature Interactions

KESIMPULAN

Page 45: High-temperature Interactions

Substrat alumina-synthetic graphite menunjukkan perilaku non-wetting dengan besi cair.

Substrat alumina-natural graphite juga menunjukkan perilaku non-wetting dengan besi cair.

Karbon yang terambil oleh logam meningkat seiring bertambahnya jumlah karbon di dalam refraktori untuk natural graphite dan synthetic graphite.

Besi cair penetrasi secara meluas ke dalam substrat alumina-SG dan penetrasi pada AS1 lebih besar dibandingkan pada AS2 dan AS3.

M. Ikram-Ul-Haq, R. Khanna, P. Koshy, and V. Sahajwalla, “High-temperature Interactions of Alumina-Carbon Refractories with Molten Iron”, University of

New South Wales, 2010