Hifdz Al-mal
Transcript of Hifdz Al-mal
5/12/2018 Hifdz Al-mal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hifdz-al-mal 1/3
Pendahuluan
Setiap keberadaan hukum tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hukum.
Harapan manusia terhadap hukum pada umumnya meliputi harapan keamana dan
ketentraman hidup tanpa batas waktu. Terwujudnya kemaslahatan umat Islam dalam
pemenuhan kebutuhan primer, sekunder, dan tersier merupakan maksud umum disyari’atkan
hukum Islam. Salah satu teori yang paling terkenal mengenai tujuan dan maksud
pensyaria’atan hukum Islam adalah Maqashid Al-Syari’ah, pertama kali dicetuskan oleh Al-
Juwaini yang kemudian dikembangkan oleh muridnya, Imam Al-Ghazali. Maqashid Al-
Syari’ah, dapat juga dikatakan sebagai sebuah doktrin yang memiliki tujuan untuk mencapai,
menjamin, serta melestarikan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Maqashid Al-syari’ah menjadi kunci keberhasilan mujtahid dalam ijtihadnya, karena
dasar tujuan hukum itulah yang menjadi acuan setiap persoalan dalam kehidupan umat
manusia. Karena pentingnya konsep Maqashid Al-Syariah, sehingga Syathibi mengatakan
bahwa mengetahui dan memahami Maqashid Al-Syari’ah secara utuh dan total merupakan
satu syarat dari dua prasyarat yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid. Oleh sebab itu, di
dalam Maqashid Al-Syari’ah terdapat tiga skala prioritas yang berbeda namun ketiganya
saling melengkapi dan berhubungan. Tiga skala prioritas tersebut adalah Al-Dharuriyyat, Al-
Hajjiyat, dan Al-Tahsiniyat. Maqashid Al-Dharuriyyat merupakan tujuan yang mutlak
adanya, apabila tidak terpenuhi akan berakibat kehidupan menjadi kacau balau. Maqashid Al-
Hajiyyat merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempermudah
mencapai kepentingan-kepentingan yang termasuk dalam kategori Al-Dharuriyyat dan
sekaligus menyingkirkan faktor-faktor yang mempersulit usaha perwujudan Al-Dharuriyyat
karena fungsinya untuk melengkapi tujuan primer. Adapun Maqashid Al-Tahsiniyat
merupakan sesuatu yang tidak terlalu dibutuhkan tetapi bersifat memperindah proses
perwujudan kepentingan Al-Dharuriyyat dan Al-Hajiyyat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai maqashid al-dharuriyyat yang merupakan
tujuan disyari’atkan hukum islam yang sifatnya primer, mencakup enam kepentingan yang
harus dilindungi, yaitu hifdz ad-din (perlindungan terhadap agama), hifdz an-nafs
(perlindungan terhadap jiwa), hifdz an-nasb (perlindungan terhadap keturunan), hifdz al-aql
(perlindungan terhadap akal), hifdz al-mal (perlindungan terhadap harta), dan perlindungan
terhadap lingkungan. Selain membahas mengenai cakupan maqashid al-dharuriyyat, makalah
1
5/12/2018 Hifdz Al-mal - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/hifdz-al-mal 2/3
ini juga membahas mengenai hukuman-hukuman yang akan diperoleh bagi orang yang
melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum Islam.
Hifdz Al-mal
Harta merupakan suatu hal yang mendapatkan perhatian dalam Islam dan salah satu
dari lima al masalih ad-daruriyyah (kemaslahatan primer), dan hifz al mal(menjaga harta)
merupakan salah satu asas dari maqasid asy-syariah (prinsip dan tujuan dasar penetapan
syariat)1. Dengan kata lain, Islam melindungi harta milik dan mengharamkan cara-cara yang
batil dalam penguasaan harta milik (Q.S Al-Baqarah 2:188). Pengertian kata batil tersebut
menurut Rasyid Rida dalam tafsir Al-Manar-nya, mengandung pengertian “tidak semestinya”
atau “tidak melalui jalan yang benar”. Kita harus menaati aturan dalam mendapatkan harta
dan membelanjakan harta di jalan Allah. Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 29:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa : 29).
Salah satu cara bathil dalam perolehan harta adalah mencuri (mengambil hak milik
orang lain tanpa izin). Di dalam Al-Qur’an, orang yang mencuri akan diganjar dengan hukum
potong tangan. Hukum potong tangan ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-
Maidah ayat 38:
Artinya: Laki-laki dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya sebagai
pembalasan terhadap apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah SWT. Dan
Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.
2