hidro baru

54
BAB I RAKIT APUNG A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kata hidroponik (hydroponics) berasal dari kata Yunani hudor yang berarti air, dan ponos yang berarti pekerjaan, jadi arti hidroponik adalah bekerja dengan air. Teknik hidroponik telah digunakan hampir 300 tahun lalu oleh orang yang bernama John Woodward. Di tahun 1944 pemerintah AS mulai menggunakan teknik hidroponik untuk ransum pasukannya ketika berkecamuk Perang Pasifik. Bayangkan, 0,6 acre menyediakan cukup sayuran untuk 400 orang setiap harinya. Teknologi hidroponik, menawarkan cara bercocok tanam yang lebih baik dan cerdas. Teknik berkebun yang lebih mudah dan murah, bahkan di lahan sempit sekalipun. Tanaman hidroponik bersifat portabel, mudah dipindah-pindah, mudah diaplikasikan, dan hampir bebas perawatan. Kebanyakan bertani secara hidroponik sedikit menggunakan air dan produksinya lebih cepat, dengan hasil yang besar, tentunya dalam lingkungan yang bebas hama. Segalanya dikerjakan menggunakan bahan portable yang mudah dirakit.

Transcript of hidro baru

Page 1: hidro baru

BAB I RAKIT APUNG

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kata hidroponik (hydroponics) berasal dari kata Yunani hudor

yang berarti air, dan ponos yang berarti pekerjaan, jadi arti hidroponik

adalah bekerja dengan air. Teknik hidroponik telah digunakan hampir 300

tahun lalu oleh orang yang bernama John Woodward. Di tahun 1944

pemerintah AS mulai menggunakan teknik hidroponik untuk ransum

pasukannya ketika berkecamuk Perang Pasifik. Bayangkan, 0,6 acre

menyediakan cukup sayuran untuk 400 orang setiap harinya.

Teknologi hidroponik, menawarkan cara bercocok tanam yang

lebih baik dan cerdas. Teknik berkebun yang lebih mudah dan murah,

bahkan di lahan sempit sekalipun. Tanaman hidroponik bersifat portabel,

mudah dipindah-pindah, mudah diaplikasikan, dan hampir bebas

perawatan. Kebanyakan bertani secara hidroponik sedikit menggunakan

air dan produksinya lebih cepat, dengan hasil yang besar, tentunya dalam

lingkungan yang bebas hama. Segalanya dikerjakan menggunakan bahan

portable yang mudah dirakit.

Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman di

dalam larutan nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi

sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan

untukm menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat

makanan seperti dalam tanah.

Dengan mengeliminasi tanah berarti juga mengeliminasi

hama/penyakit yang ada dalam tanah dan mengurangi pengendalian tanah

secara teliti nutrisi tanaman. Dalam larutan hidroponik telah tersedia zat-

zat makanan untuk tumbuhan dengan perbandingan yang tepat, sehingga

dapat mengurangi stress pada tanaman, lebih cepat matang dan panenpun

akan lebih bagus kualitasnya.

Page 2: hidro baru

2. Tujuan

B. TINJAUAN PUSTAKA

Istilah hidroponik berasal dari istilah Yunani yaitu hidro yang berarti air

dan ponos berarti kerja. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk

menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau

bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi

unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Dilontarkan pertama kali oleh

W.A. Setchell dari University of California, sehubungan dengan keberhasilan

W.F. Gericke dari university yang sama, dalam pengembangan teknik

bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam. Berdasarkan media

tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Kultur Air. Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad

ke-15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini tanaman ditumbuhkan pada

media tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung

hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh

larutan yang mengandung nutrisi tersebut.

2. Kultur Agregat. Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi

(kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum

digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi media tanam atau

dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu

dialirkan ke tanaman melalui selang plastik.

3. Nutrient Film Technique. Pada cara ini tanaman dipelihara dalam

selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan

karat. Di dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung larutan

hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai

makanan tanaman tersebut.

(Anonim, 2010).

Bebagai macam teknik budidaya telah diterapkan di pertanian. Untuk

teknik budiday yang diterapkan pada tanamn Hortikultura relatif sama dengan

teknik budidaya tanaman pertanian lainnya. Hanya saja, komoditas

Page 3: hidro baru

hortikultura memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan perlu pembudidayaan

yang intensif, sehingga teknik budidaya yang dikembangkan bersifat spesifik

dan jarang dijumpai pada tanaman non-hortikultura. Misalnya hidroponik,

aeroponik, vertikultur, dan lain sebagainya.

Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa

cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam

tanaman (Lingga, Pinus. 1984)

Hidroponik terdapat bermacam-macam cara klasifikasi, salah satu

diantaranya berdasar media : 1) Kultur air : flood and drain, NFT, 2) Kultur

agregat : bahan anorganik -> pasir, kerikil, rock wool, bahan organik (ada yg

menolak) -> arang sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, 3) Aeroponik :

medium gas, (Indradewa, et al. 2008).

Penerapan penggunaan teknik hidroponik ini karena hasil dan kualitas

tanaman lebih tinggi, lebih terbebas dari hama dan penyakit, penggunaan air

dan pupuk lebih hemat, dapat untuk mengatasi masalah tanah, dapat untuk

mengatasi masalah keterbatasan lahan. Syarat budidaya teknik hidroponik

sendiri, antara lain: faktor tumbuh esensial seperti air, cahaya, nutrisi, CO2;

nutrisi esensial in mutlak diperlukan tanaman;  Pembagian unsure hara

berdasarkan kebutuhan seperti Makro : kandungan besar (%) – diperlukan

banyak (kg/ha) – N, P, K, Ca,       Mg, S dan  Mikro kandungan kecil (ppm) –

diperlukan sedikit (g/ha) – Fe, Mn, Zn, Cu, Co, B, Mo, Cl; budidaya tanah

misalnya dari tanah dan pupuk; dan tambahan bahan yg mengandung nutrisi.

Sumber pupuknya seperti pupuk hidroponik, bahan kimia murni (pa), atau

teknis, pupuk, dan pupuk daun ((Indradewa, et al. 2008).

Lingga (1987), menyatakan bahwa hidroponik atau istilah asingnya

Hydroponics, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara

bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam

tanaman.  Istilah ini di kalangan umum lebih populer dengan sebuan

berkebun tanpa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah

lain yang menggunkan air atau bahan porus lainnya seperti kerikil, pecahan

genteng, pasir kali, gabus putih dan lain-lain.

Page 4: hidro baru

Prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam berbagai cara.  Lewat

pemahaman dasar-dasar hidroponik, maka setiap peminat dapat memilih cara

atau menciptakan cara baru yang sesuai dengan keinginan.  Dengan demikian

metode hidroponik dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan dan ruang

yang tersedia.  Jadi tak perlu harus terpaku dengan satu cara atau meniru cara

atau bentuk hidroponik yang sudah ada ( Lingga, 1987).

Hidroponik terdapat bermacam-macam cara klasifikasi, salah satu

diantaranya berdasar media : 1) Kultur air : flood and drain, NFT, 2) Kultur

agregat : bahan anorganik seperti pasir, kerikil, rock wool, bahan organik

seperti arang sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, dan 3) Aeroponik: medium

gas, (Indradewa, et al. 2008).

Dalam sistem irigasi ini air/larutan yang diberikan tertampung dlam

wadah pot sehingga tergenang.  Ketinggian air/larutan harus di bawah akar. 

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terendamnya akar sehingga dapat

menyebabkan pembusukan.  Sistem ini biasanya digunakan pada hidroponik

yang memakai wadah akuarium (Prihmantoro, 1996)

C. METODE PRAKTIKUM

1. Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum acara I dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2010

sampai dengan tanggal 10 November 2010 betempat di Greenhouse B.

2. Alat dan Bahan

a. Kolam Nutrisi

b. Nutrisi (AB mix)

c. Bibit tanaman kangkung, bayam merah, baby cailan, daun bawang

3. Cara Kerja

Satu sterofoam untuk 3 kelompok mahasiswa. Tiap kelompok dengan

kedalaman nutrisi sama.

a. Menyiapkan bibit tanaman sayur atanam

b. Menanam bibit pada lubang

c. Memelihara tanaman (perlu penambahna nutrisi)

d. Mengamati terhadap komponen pertumbuhan

Page 5: hidro baru

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Data Rekapan Tinggi Tanaman pada Hidroponik Rakit Apung

MST

Tinggi Tanaman

Kangkung Bayam KailanDaun

Bawang1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2

0 0 7,5 1,7 8,28 5,13 6,42 3,98 2,35 3,2 0 0 0

1 5,85 9,75 4,75 12,2 5,88 11,22 5,2 3,7 3,8 5,93 5,57 5,25

2 8,63 18,75 34,5 11,33 6,66 15,45 4,35 4,65 4,38 5,33 14,2 13,5

3 20,13 52 49 11,45 6,75 20,87 3,38 5,73 5,63 5,55 14,51 17,43

4 53,77 92,5 54,25 13 7 26,87 3 6,49 6,88 9,1 20,9 18,17

5 135,5 - 61,75 - - - 4,13 6,74 - 7,63 27,43 33

∑ 223,5 181,5 171,65 56,25 31,4 80,85 20,05 24,7 23,9 33,5 82,6 87,35

Rata2 44,7 36,3 34,33 11,25 6,28 16,17 4,01 4,94 4,78 6,71 6,52 17,47

Rata2Tot

31,645 8,82 5,47 16,99

Sumber : Data Rekapan

Jenis Tanaman0

5

10

15

20

25

30

35

Chart Title

KangkungBayamKailanDaun Bawang

Axis Title

Axis Title

Page 6: hidro baru

Tabel 1.1 Data Rekapan Jumlah Daun pada Hidroponik Rakit Apung

MST

Jumlah Daun

Kangkung Bayam KailanDaun

Bawang1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2

0 0 3 0 2 3 5,75 6,75 5,75 8 0 0 0

1 2,75 4,25 5 8,5 9 6,5 5 7,75 9 10 1 0

2 4 5,25 18,75 11,5 15 6,75 7 4,25 10 8 1 0

3 25 10,5 32,67 29 23 5 6 5,5 11 11 1 1

4 79,25 11,25 82,5 38,75 18 7 - 6,1 17 10 2 2

5 80,25 - - 85,5 - 39,5 - - - 13 3 3

∑ 191,25 34,25 173,65 146,05 68 39,5 24,75 29,35 55 52 8 6

Rata2 38,25 6,85 34,73 29,21 13,6 7,9 4,75 5,87 11 10,4 1,6 1,5

Rata2Tot

27,26 8,81 9,09 1,55

Sumber : Data Rekapan

Jenis Tanaman0

5

10

15

20

25

30

KangkungBayamKailanDaun Bawang

Tabel 2.3 Panjang Akar Rakit Apung

MSTPanjang Akar (cm)

Kangkung Bayam Merah Kailan Daun Bawang

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 25 36,77 10,55 34 22,8 15,13 5,38 3,5 2,4 11 6,5 8,8 6,6∑ 104,12 24,005 19,9 15,4

x total26,03 8,0 6,63 7,7

Sumber: Laporan sementara

Page 7: hidro baru

Tabel 2.3 Berat Brangkasan Basah Rakit ApungMST Berat Brangkasan Basah (gram)

Kangkung Bayam Merah Kailan Daun Bawang

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 25 348,46 18,11 203,5 84,45 30,3 3,4 13,58 2,4 15,57 13,01 6 6,3

∑ 654,52 47,28 30,98 12,3

x 163,63 15,76 10,32 6,15

Sumber: Laporan sementara

2. Pembahasan

Floating hidroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya

tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan /menancapkan

tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan

larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar

tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Metode ini

dikembangkan pertama kali oleh Jensen (1980) di Arizona dan

Massantini (1976) di Italia.

Pada sistem ini larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun

dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara

mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu

dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi

pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa

karakteristik seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang

mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat

digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena

energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik

(mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan

larutan nutrisi saja).

Tanaman ditancapkan pada lubang dalam styrofoam dengan

bantuan busa (agar tanaman tetap tegak) serta ditambahkan penyangga

tanaman dengan tali. Lapisan styrofom digunakan sebagai penjepit,

isolator panas dan untuk mempertahankan tanaman agar tetap terapung

Page 8: hidro baru

dalam larutan nutrisi. Agar pemakaian lapisan styrofoam tahan lama

biasanya dilapisi oleh plastik mulsa. Dalam gambar juga ditunjukkan

adanya bak larutan nutrisi dengan penyangganya, biasanya bak

penampung ini mempunyai kedalaman antara 10-20 cm dengan

kedalaman larutan nutrisi antara 6-10 cm. Hal ini ditujukan agar oksigen

dalam udara masih terdapat di bawah permukaan styrofoam. Untuk

otomatisasi dalam FHS tidak berbeda jauh dengan cara untuk pot culture

system.

Floating system merupakan alat yang paling sederhana karena

hanya menggunakan prinsip penggenangan. Akar tanaman diberi

genangan air dan nutrisi secara terus-menerus. Untuk kebutuhan oksigen

tanaman mendapatkannya melalui airstone yang diletakkan didalam air.

Air dan nutrisi yang diberikan akan langsung mengenai akar tanaman

secara terus-menerus sehingga tanaman dapat menyerapnya setiap saat.

Ada beberapa kelebihan dari system tersebut yaitu :

a. Tanaman mendapat suplai air dan nutrisi secara terus-menerus.

b. Lebih menghemat air dan nutrisi.

c. Mempermudah perawatan karena kita tidak perlu melakukan

penyiraman.

d. Membutuhkan biaya yang cukup murah.

Selain memiliki kekurangan system tersebut juga memiliki

kekurangan antara lain :

a. Oksigen akan susah didapatkan tanaman tanpa bantuan alat

(airstone).

b. Akar tanaman akan lebih rentan terjadi pembusukan.

Pengamatan yang dilakukan di dalam pratikum acara I adalah

tinggi tanaman dan jumlah daun dari masing-masing komoditi.

Berdasarkan tabel 1.1. Data rekapan tinggi daun diperoleh hasil bahwa

rata-rata total tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kangkung sebesar

31,645 cm. Hal tersebut terjadi karena kangkung tumbuh memanjang

akibat kelebihan sinar matahari. Pada kangkung sendiri hasil tertinggi

Page 9: hidro baru

terdapat pada ulangan 1 dengan rata-rata tinggi 44,7 cm. Pada bayam

rata-rata tertinggi terdapat pada ulangan 2 sebesar 16,17 cm. Pada kailan

rata-rata tertinggi tedapat pada ulangan 3 sebebesar 6,71 cm. Sedangkan

pada daun bawang rata-rata tertinggi terdapat pada ulangan 2 sebesar

17,47 cm.

Berdasarkan data rekapan jumlah daun pada tabel 1.2 bahwa rata-

rata jumlah daun tertinggi terdapat pada kangkung sebesar 27,26. Pada

kangkung sendiri hasil tertinggi terdapat pada ulangan 1 dengan rata-rata

tinggi 38,25 . Bada bayam rata-rata tertinggi terdapat pada ulangan 1

sebesar 68. Pada kailan rata-rata tertinggi tedapat pada ulangan 1

sebebesar 11. Sedangkan pada daun bawang rata-rata tertinggi terdapat

pada ulangan 1 sebesar 1,6.

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk

fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.

Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui akar dan daun

tanaman. Aplikasi melalui akar dapat dilakukan dengan merendam atau

mengalirkan larutan pada akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan

cara melarutkan garam-mineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air,

garam-mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-

ion oleh tanaman berlangsung secara kontinue dikarenakan akar-akar

tanaman selalu bersentuhan dengan larutan (Suwandi, 2006).

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi

merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman

hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi

dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S,

K, Ca, dan Mg) dan mikro ( B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn). Pada

umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur

electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi

larutan semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan (karena pekatnya

kandungan garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk

menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut). Larutan nutrisi dapat

Page 10: hidro baru

dibuat sendiri dengan melarutkan pupuk yang diramu khusus untuk

tanaman hidroponik atau membeli pupuk hidroponik secara komersial.

Larutan nutrisi juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai

dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan. Hal ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana

maupun otomatis pada larutan nutrisi. Selain EC dan konsentrasi larutan

nutrisi, suhu dan pH merupakan komponen yang sering dikontrol untuk

dipertahankan pada tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman. Suhu

dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang

terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman (terutama dalam

hidroponik dengan sistem yang tertutup) dapat dipertahankan. Suhu yang

terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat menyebabkan

berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk tanaman sayuran

suhu optimal antara 5-15oC dan tanaman buah antara 15-25oC. Beberapa

tanaman sayuran dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC

tertentu yang optimal.

Untuk otomatisasi, berkurangnya larutan nutrisi oleh transpirasi

dan penyerapan tanaman dapat juga dideteksi menggunakan timbangan

otomatis yang dapat diletakkan dibawah pot dan bias dihubungkan

dengan komputer. Kemudian bisa juga ditambahkan tangki larutan nutrisi

dan dihubungkan dengan pipa atau selang kecil untuk penambahan

otomatis. Konsentrasi larutan nutrisi dapat juga diukur dengan

menambahkan sensor ion, pH atau EC dalam larutan nutrisi.

Proses pengontrolan dalam hidroponik merupakan proses yang

dilakukan secara kontinyu, dalam jangka waktu yang panjang dan

memerlukan akurasi pengontrolan yang tinggi (apalagi kalau variabel

yang dikontrol cukup banyak). Untuk itu perlu dilakukan pengontrolan

otomatik agar tidak terjadi permasalahan seperti pada pengontrolan

secara manual antara lain : kelelahan, subyektifitas, kejemuan,

ketidakseragaman dan ketidaktelitian manusia. Pada kontrol otomatik ini,

tahapan kontrol seperti mengukur, membandingkan, menghitung dan

Page 11: hidro baru

mengoreksi dilakukan oleh instrumen secara berulang. Dengan kontrol

otomatik dapat dicapai tujuan kelancaran operasi, pengendalian

keamanan dan mutu produk . Secara umum pengontrolan yang dilakukan

dalam hidroponik dapat dilakukan untuk mengontrol : air (penjadwalan,

sirkulasi dan distribusi), larutan nutrisi (kandungan konsentrasi nutrisi,

pH, suhu, EC dan oksigen) dan juga faktor ekternal seperti lingkungan

dalam greenhouse

Page 12: hidro baru

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Teknik Budidaya Sayuran secara Hidroponik.http://www.aero-

kalijati.com/lifestyle/1207-teknik-bududaya-sayuran-secara-hidroponik.pdf

Discuz Archiver. 2006. Pertanian Hidroponik

http://stpmclub.dz.forumable.net/tc/archiver/?tid-364.html hidroponik

Diakses tanggal 18 Desember 2010.

Jabatan Pertanian Sabah. 1998. Hidroponik

http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/artikel_pertanian/hidroponik.htm

Diakses tanggal 18 Desember 2010.

Karsono Sudibyo, dkk. 2005. Hidroponik Tanpa Tanah. AgroMedia Pustaka

Lingga, Pinus. 1984. Hidroponik Bercocok Tanam Tanam Tanpa Tanah, Penebar

Swadaya. Jakarta.

Primantoro, Heru. 1996. Hidroponik Sayuran Semusim untuk Bisnis dan Hobi.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 13: hidro baru

II. HIDROPONIK SISTEM DFT (DEEP FLOW TECHNIQUE)

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Kecenderungan konsumen dalam memilih hasil produksi tanaman

dan makanan di kota-kota besar Indonesia adalah mencari produk dengan

nilai tambah terhadap manfaat kesehatan, berpenampilan menarik, dan

dengan harga yang rasional. Produk-produk tersebut sebagian besar dapat

terpenuhi oleh produk hidroponik. Hidroponik berasal dari bahasa latin

yang terdiri atas kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti

kerja, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau

pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media

tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang

dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air.

Salah satu teknik hidroponik adalah DFT atau Deep Flow Technique.

Teknik hidroponik sistem DFT (Deep Flow Technique) merupakan teknik

hidroponik dengan menggunakan papan sterofoam yang mengapung di atas

larutan nutrisi dan larutan di resirkulasi dengan bantuan aerasi. Pada

dasarnya hidroponik sistem DFT sama dengan rakit apung tetapi

pengaplikasiannya berbeda. Perbedaaannya adalah pada teknik rakit apung,

larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik, sedangkan pada DFT larutan

nutrisi, tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flof yang berasal dari

aerator. Macam larutan nutrisi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan larutan nutrisi ini

adalah konsentrasi dan dosis yang diberikan, karena sangat menentukan

pertumbuhan tanaman.

Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media

tanah adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan

pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung

musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam,

tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang

Page 14: hidro baru

tidak terlalu luas ataupun dipergunakan sebagai bisnis dengan luasan yang

cukup, dapat mengurangi jumlah tenaga kerja, kenyamanan kerja dapat

ditingkatkan secara ergonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan.

2. Tujuan praktikum

Pratikum acara Hidroponik Sistem DFT (Deep Flow Technique) ini

dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami

sistem hidroponik DFT (Deep Flow Technique) dalam budidaya tanaman

sayur.

B. Tinjauan Pustaka

Hidroponik sistem DFT atau Deep Flow Technique adalah sistem

hidroponik yang cara penanamannya diapungkan diatas larutan nutrisi dengan

menggunakan aerator. Sebagai pengapung digunakan styrofoam. Tanaman

dapat ditempatkan dimana saja, yang penting pada saat hujan tanaman tidak

kehujanan. Kalau kehujanan larutan nutrisi akan menjadi lebih encer dari yang

seharusnya. Sebagaimana sudah diketahui bahwa untuk pertumbuhannya

tanaman memerlukan sinar matahari. Dalam satu hari tanaman minimal

membutuhkan 5 jam penyinaran tetapi dengan intensitas yang rendah. Sinar

matahari yang terik tidak baik untuk tanaman. Tanaman yang cocok ditanam

dengan teknologi ini adalah tanaman sayuran daun seperti selada, pakcoy,

caisim, bayam, kangkung dan sebagainya (Anonim, 2002).

Bercocok tanaman tanpa tanah itulah gambaran hidroponik.

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaiitu hydro yang berarti air dan Ponos

yang berarti kerja, sehingga keseluruhannya dapat diartikan sebagai kerja air.

Prinsip dasar dari hidroponk adalah menyediakan atau memberikan nutrisi

yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk larutan. Pemberiannya dilakukan

dengan menyiramkan atau meneteskannya ke tanaman. Yang pasti tidak

digunakan tanah senagai media tanam, melainkan bahan-bahan yang bersifat

porous (Marsoem, 2002).

Secara umum berhidroponik mempunyai keuntungan, diantaranya

sebagai berikut (Lingga, 2002) :

Page 15: hidro baru

1. Persediaan nutrisi bagi tanaman cukup tersediadan efisien, tanpa terhalang

tempat dan musim.

2. Tanaman bebas dari hama dan penyakit yang ada di dalam tanah.

3. Hidroponik dapat meningkatkan pendapatan keluarga, meningkatkan

pemenuhan gizi keluarga dan masyarakat, dan dalam skala besar dapat

meningkatkan skala ekspor non-migas.

4. Tanaman hidroponik mampu menghijaukan dan memperindah pekarangan

rumah, memberikan kepuasan batin apabila tanamannya berbuah, serta

menciptakan kegiatan di waktu senggang.

Dalam upaya memproduksi tanaman atau makanan secara

hidroponik, diperlukan beberapa peralatan dasar agar tanaman dapat tumbuh

dengan baik seperti daerah perakaran harus memperoleh cukup udara, air dan

unsur hara/nutrisi, sehingga dapat menghasilkan tanaman dan makanan yang

berkualitas (Falah, 2006).

Nutrisi hidroponik dibuat dengan menggabungkan hara makro dan

hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Unsur hara makro adalah unsur hara

yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang banyak, terdiri atas C, H, O, N,

P, K, Ca, Mg dan S. Apabila tanaman kekurangan unsur hara makro akan

berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur

hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman tetapi dalam

jumlah sedikit. Unsur hara mikro ini mutlak dibutuhkan oleh tanaman. Jika

kekurangan unsur hara mikro ini maka tanaman tidak akan tumbuh dengan

optimal. Jenis unsur hara mikro ini adalah Mn, Cu, Fe, Mo, Zn, B

(Wijayani et al., 1998).

Page 16: hidro baru

C. Metode Praktikum

1. Waktu dan tempat praktikum

Praktikum acara ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 13 Oktober

2010 dan bertempat di Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Kolam nutrisi

b. Nutrisi (AB Mix)

c. Bibit tanaman kangkung (Ipomoea reptans), bayam merah (Amaratus sp.),

kailan (Brassica alboglabra)

3. Cara Kerja

a. Satu sterofoam untuk 3 kelompok mahasiswa. Tiap kelompok dengan

kedalaman nutrisi yang sama

b. Menyiapkan bibit tanaman sayur

c. Menanam bibit pada lubang tanam

d. Memelihara tanaman (perlu penambahan nutrisi)

e. Mengamati terhadap komponen pertumbuhan

Page 17: hidro baru

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Tabel 2.1 Tinggi Tanaman DFT

MST Tinggi Tanaman (cm)

Kangkung Bayam Merah Kailan

Ulangan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

0 3,5 5.2 7.03 5,75 6,6 1,3 3,575

2,5 1,33 1,63 6,83 3,5

1 8,2 15.2 4.18 8,38 7,75 4,13 5,55 5,5 1,65 4 10,4 4,47

2 10,25 18.3 16.73 15,48 10,63 13 8,3 8,3 2,13 5,13 11,98 5,33

3 35,97 38.5 42 89,63 20 41,6 13,5 15,75 5,48 6,13 13,9 7,38

4 93,63 63.6 52.7 178,33 38,5 79,5 14,5 24 5,98 6,38 18,05 12,75

5 - - 68.5 - - 82,5 - - - - - 15,13

∑ 151,55 140,8 191,14 297,57 83,48 222,03 45,42

56,05 16,57 23,27 61,1 48,5

x 30,31 28,16 38,288 59,51 16,69 44,4 9,08 11,21 3,31 4,6 12,2 9,7

x total 156,268 20,34 29,81

Page 18: hidro baru

Sumber: Laporan sementara

Page 19: hidro baru

Tabel 2.2 Jumlah Daun DFT

MST Jumlah Daun

Kangkung Bayam Merah Kailan

Ulangan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

0 4 2 2 2 7 5 2 5 7 8 3 4

1 9 7 7 8 9 18 3 11 8 8 5 5

2 16 10 13 82 7 33 9 14 10 10 9 6

3 51 33 23 65 32 83 16 25 13 12 13 7

4 72 60 32 94 59 86 24 31 14 15 12 8

5 - - 47 - - - 29 - - - - 10

∑ 152 112 124 251 114 225

83 86 52 53 42 40

x 30,4

22,4

24,8

50,2 22,8

45 16,6

17,2 10,4

10,6 8,4 8

x total 127,8 101,6 37,4

Sumber: Laporan sementara

Tabel 2.3 Panjang Akar DFT

MST

Panjang Akar (cm)

Kangkung Bayam Merah Kailan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

5 54,98

42,5 42,8 50,63

30 28 31,88

12,88

15,77

15,38

18,52

11,5

∑ 193,91 102,76 61,17

x total 48,47 25,69 15,29

Sumber: Laporan sementara

Page 20: hidro baru

Tabel 2.3 Berat Brangkasan Basah DFT

Berat Brangkasan Basah (gram)

Kangkung Bayam Merah Kailan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

170,23 97,32

59,7 184,07

58,15

271,7 110,64

35,75

9,77

54,32

15,08 4,62

∑ 511,32 476,24 83,79

x 127,83 119,06 20,94

Sumber: Laporan sementara

2. Pembahasan

DFT (Deep Flow Technique) merupakan salah satu jenis metode

tanam hidroponik dengan kelebihan yaitu tanpa menggunakan media tanah

sebagai tempat tanaman untuk tumbuh dan berbuah. Metode ini menggunakan

bak nutrient yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga tanaman mendapat

asupan nutrisi atau zat hara layaknya ketika ditanam di tanah. Sistem DFT

hampir sama seperti rakit apung, perbedaannya pada DFT ini menggunakan

aerator, alat ini dipakai dalam mencukupi oksigen untuk pertukaran udara

dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan mengganggu penyerapan

air dan nutrisi oleh akar dan respirasi.

Berdasarkan pada hasil pengamatan, maka dapat diketahui bahwa

pertumbuhan kangkung pada sistem DFT ini sangat baik, terbukti dari rata-rata

total tinggi tanaman kangkung mencapai 156,268 cm; rata-rata total jumlah

daun sebanyak 127,8. Rata-rata total panjang akar kangkung adalah 48,47 cm,

dan berat brangkasan basahnya 127,83 gram. Pertumbuhan tanaman bayam

merah juga baik, rata-rata total tinggi tanaman bayam merah adalah 20,34 cm;

rata-rata total jumlah daun sebanyak 101,6. Rata-rata total panjang akar bayam

merah adalah 25,69 cm, dan berat brangkasan basahnya 119,06 gram.

Pertumbuhan kailan pada sistem DFT ini baik, rata-rata total tinggi tanaman

kailan adalah 29,81 cm; rata-rata total jumlah daun sebanyak 37,4. Rata-rata

Page 21: hidro baru

total panjang akar kailan adalah 15,29 cm, dan berat brangkasan basahnya

20,94 gram.

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi

merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman

hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan

suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S, K, Ca,

dan Mg) dan mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn). Pada praktikum

hidroponik sistem DFT ini menggunakan larutan nutrisi AB Mix. Kualitas

larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC)

larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik

yang dihantarkan (karena pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion

mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan nutrisi

tersebut). Besarnya EC pada bak DFT ini adalah 2,61. Untuk pertumbuhan

tanaman kangkung dan bayam merah, besar EC ini sudah cukup. Tapi untuk

pertumbuhan kailan dirasa belum cukup, karena pada kailan membutuhkan

nutrisi yang lebih banyak untuk membentuk batangnya (batang kailan besar

dan panjang). Larutan nutrisi juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai

dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan. Hal ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana maupun

otomatis pada larutan nutrisi.

Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan

komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu

untuk optimalisasi tanaman. Besarnya pH pada bak DFT ini adalah 2,5.

Menurut Savvas dan Manos (1999), suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol

dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi

tanaman (terutama dalam hidroponik dengan sistem yang tertutup) dapat

dipertahankan. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi

dapat menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk

tanaman sayuran suhu optimal antara 5-15oC dan tanaman buah antara

15-25oC.

Page 22: hidro baru

Berdasarkan pada hasil pengamatan, pertumbuhan tanaman dengan

sistem DFT ini lebih baik daripada pertumbuhan tanaman di bak rakit apung,

padahal dari segi nutrisi, suhu, cahaya dan kelembabannya sama. Keduanya

berada dalam rumah kaca dengan kondisi iklim mikro yang sama. Hal ini

berkaitan dengan adanya aerator pada sistem DFT. Aerator berfungsi dalam

penyediaan oksigen untuk pertukaran udara bagi akar tanaman, karena

kekurangan oksigen akan mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar

dan respirasi. Selain untuk menyediakan oksigen, aerator ini juga berfungsi

mengaduk-aduk nutrisi sehingga tidak terjadi penggumpalan nutrisi pada bak

DFT. Pada sistem rakit apung, tidak adanya aerator akan mengakibatkan nutrisi

menggumpal dan kebutuhan oksigen bagi akar tanaman tidak tercukupi. Oleh

karena itu, pertumbuhan tanaman pada sistem rakit apung lebih jelek daripada

sistem DFT.

Organisme pengganggu tanaman seperti hama pada hidroponik

sistem DFT ini sangat sedikit, hanya beberapa tanaman saja yang terkena

serangan hama ulat, sedangkan tidak ada tanaman yang terserang penyakit

tanaman. Hal ini akan menghemat biaya karena pemakaian pestisida yang

relatif sedikit.

Tanaman yang ditanam secara hidroponik mempunyai banyak

kelebihan dibandingkan dengan bertani secara konvensional. Kelebihan utama

ialah pemenuhan unsur hara sepenuhnya pada tanaman menggunakan larutan.

Tumbuhan dapat ditanam dengan kepadatan tinggi, penggunaan larutan yang

lebih murah karena larutan tidak terserap ke dalam tanah, tanaman lebih cepat

matang tanpa kerusakan akibat gangguan cuaca, penggunaan insektisida dan

pestisida yang relatif sedikit sehingga mengurangi biaya (Haryvedca, 2010).

Page 23: hidro baru

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan pada praktikum acara II Hidroponik sistem DFT, maka

dapat diambil kesimpulan yaitu:

a. Sistem DFT hampir sama seperti rakit apung, perbedaannya pada DFT

ini menggunakan aerator, alat ini dipakai dalam mencukupi oksigen

untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran, kekurangan oksigen

akan mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar dan respirasi.

Aerator ini juga berfungsi mengaduk-aduk nutrisi sehingga tidak terjadi

penggumpalan nutrisi pada bak DFT.

b. Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi

merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman

hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi

dan suhu. Hidroponik sistem DFT ini menggunakan larutan nutrisi AB

Mix.

c. Kualitas larutan nutrisi diketahui dengan mengukur electrical

conductivity (EC) larutan tersebut. Besarnya EC pada bak DFT ini

adalah 2,61

d. pH merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan

pada tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman. Besarnya pH pada bak

DFT ini adalah 2,5.

e. Pertumbuhan tanaman dengan sistem DFT ini lebih baik daripada

pertumbuhan tanaman di bak rakit apung. Pada sistem rakit apung, tidak

adanya aerator akan mengakibatkan nutrisi menggumpal dan kebutuhan

oksigen bagi akar tanaman tidak tercukupi.

f. Organisme pengganggu tanaman seperti hama pada hidroponik sistem

DFT ini sangat sedikit, hanya beberapa tanaman saja yang terkena

serangan hama ulat, sedangkan tidak ada tanaman yang terserang

penyakit tanaman. Hal ini akan menghemat biaya karena pemakaian

pestisida yang relatif sedikit.

Page 24: hidro baru

2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara II Hidroponik

sistem DFT adalah lebih baik menggunakan larutan nutrisi yang baru agar

pertumbuhan tanaman lebih maksimal, karena pada praktikum kali ini hanya

menggunakan larutan nutrisi bekas saja.

Page 25: hidro baru

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Hidroponik Rakit Apung Untuk Skala Rumah Tangga. http:// www.ferti-mix.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2010.

Setiawan. 2010. Pembuatan Nutrisi Hidroponik. http://badrussetiawan1.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 18 Desember 2010.

Falah. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik. (http://inovasi-online.co.id/products/agli/hiryo.html). Diakses 8 Oktober 2008.

Lingga, P. 2002. Hidroponik: Bertanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsoem, S. 2002. Tantangan dan Prospek Pengembangan Usaha Hidroponik. dalam: Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan Agribisnis Perkotaan. Creata-IPB. Bogor.

Savvas, D, and Manos, G. 1999. Automated Composition Control Of Nutrient Solution In Closed Soilless Culture Systems. J.Agric.Eng.Res. 73 : 29-33.

Sutiyoso, Yos. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suwandi, A. 2006. Pengaruh Penggunaan Kompos Kambing sebagai Tambahan Larutan Anorganik dalam Sistem Hidroponik Rakit Apung pada Budidaya Selada (Lactuca sativa L.) Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Djuanda. Bogor.

Wijayani, A., D. Muljanto dan Soenoeadji, 1998. Pemberian Nitrogen pada Berbagai Macam Media Tumbuh Hidroponik: Pengaruhnya Terhadap Kuantitas dan Kualitas Buah Paprika (Capsicum annuum var. Grossum). Ilmu Pertanian 6 (2) : 8-13

Page 26: hidro baru

ACARA IV

VERTIKUKLTUR

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris

(vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan

secara vertikal atau bertingkat. Sistem vertikultur merupakan solusi atau

jawaban bagi yang berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki

ruang atau lahan sangat terbatas. Cara bercocok tanam secara vertikultur

ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah.

Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1

meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan

sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Banyak sedikitnya tanaman

yang akan dibudidayakan bergantung pada model wadah yang kita

gunakan. Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti

cabai, tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas.

Sedangkan tanaman ginseng, kangkung dan seledri bisa di bagian tengah

atau bawah.

Vertikultur dapat berproduksi maksimal sepanjang nutrisi tersedia.

Dengan mempertimbangkan hal itu maka paling penting adalah memilih

media tanam yang porous serta menjaga nutrisi terus tersedia sepanjang

pertumbuhan tanaman.

2. Tujuan praktikum

Pratikum acara IV Vertikultur ini dilakukan dengan tujuan agar

mahasiswa mampu dan terampil dalam membudidayakan tanaman secara

vertikultur.

3. Waktu dan tempat praktikum

Praktikum acara IV Vertikultur dilaksanakan pada hari Rabu tanggal

23 November 2010 pukul 15.00-17.00 bertempat di Rumah Kaca Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 27: hidro baru

B. Tinjauan Pustaka

Pemanenan sayuran dengan sistem vertikultur biasanya dilakukan

dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, slada, kangkung dan

sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan

lebih menghemat apabila kita potong daunnya. Dengan cara tersebut tanaman

sayuran bisa bertahan lebih lama dan kita bisa panen berulang-ulang

(Rahayuhidayati, 2010).

Tanaman dengan sistem vertikultur juga memerlukan perawatan

seperti halnya makhluk hidup yang lain. Selain penyiraman dilakukan setiap

hari juga perlu pemupukan. Untuk pemupukan sebaiknya pupuk yang

digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang

atau pupuk bokashi yang menggunakan teknologi mikroorganisme 4 (EM4)

atau simbal. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami,

sampah organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang

dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat

dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk. Pupuk

Bokashi sangat benguna sebagai sumber pupuk organik yang siap pakai dalam

waktu singkat. Bahan-bahannya juga mudah didapat dan sekaligus baik untuk

kebersihan lingkungan karena memanfaatkan limbah pertanian atau limbah

rumah tangga, seperti jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam,

dan serbuk gergaji (Anonim, 2008).

Bebagai macam teknik budidaya telah diterapkan di pertanian. Untuk

teknik budidaya yang diterapkan pada tanamn Hortikultura relatif sama

dengan teknik budidaya tanaman pertanian lainnya. Hanya saja, komoditas

hortikultura memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan perlu pembudidayaan

yang intensif, sehingga teknik budidaya yang dikembangkan bersifat spesifik

dan jarang dijumpai pada tanaman non-hortikultura. Misalnya hidroponik,

aeroponik, vertikultur, dan lain sebagainya. Hidroponik adalah istilah yang

digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa

menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman (Lingga, 1984).

Page 28: hidro baru

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di

tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan

pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan

memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi

adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B dan

Vitamin C. Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia.

Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya

sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di

tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat

diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian

pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.

Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai

dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan

pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak

mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat

kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara

pH 6 sampai pH 7 (Haryanto, 2003).

Page 29: hidro baru

C. Bahan, Alat, dan Cara Kerja

1. Bahan

a. Media tanam berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1

b. Nutrisi

c. Bibit kangkung (Ipomoea sp.)

d. Bibit sawi (Brassica juncea)

Page 30: hidro baru

2. Alat

a. Bangunan vertikultur

3. Cara Kerja

a. Mempersiapkan bangunan vertikultur

b. Mengisi kolom dengan campuran media

c. Mempersiapkan nutrisi

d. Menanam bibit

e. Memelihara tanaman yang dibudidayakan

f. Mengamati pertumbuhan tanaman

D. Hasil pengamatan dan pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kangkung pada Vertikultur

Tanaman Tinggi Tanaman (cm)Minggu I Minggu II Minggu III

1 6 7 172 3,5 4 -3 6,5 3,5 -4 5 6 11,55 5 5,3 186 2,3 4,5 -7 4,5 5 -8 5 6,1 -9 6,5 7 1010 4 6 -11 5 7 -12 7,3 3 -

Rata-rata 5,05 5,35 4,7Sumber : Laporan sementara

Page 31: hidro baru

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Jumlah Daun Kangkung pada Vertikultur

Tanaman Jumlah DaunMinggu I Minggu II Minggu III

1 - 4 72 - 2 -3 - 4 -4 - 3 65 - - 76 - - -7 - - -8 - - -9 - 4 710 - - -11 - 2 -12 - 3 -

Rata-rata - 1,8 2,25Sumber : Laporan sementara

Page 32: hidro baru

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Sawi pada Vertikultur

Tanaman Tinggi tanaman (cm)Minggu I Minggu II Minggu III

1 4,8 5 52 6,9 7,4 93 6,5 7 94 6 5 55 5 5,2 -6 5,3 6,5 -7 5,4 5,6 68 7 4,5 4,59 5 6 1010 6,8 7,5 7,511 5,5 6 -12 6,9 7,1 -13 5,3 5,3 914 6 6,3 815 4 5 -16 5 5,9 6,517 4 4,5 518 5 5,3 619 5,4 6 7,520 7 8,7 1221 4,5 4,5 522 5,5 6,5 723 5 6,5 724 6 7 7

Rata-rata 5,57 5,76 5,16Sumber : Laporan sementara

Page 33: hidro baru

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Jumlah Daun Sawi pada Vertikultur

Tanaman Jumlah daunMinggu II Minggu III

1 4 62 6 73 5 54 4 -5 4 -6 4 57 4 58 3 49 4 710 5 511 - -12 - -13 4 614 5 615 3 -16 4 417 4 518 4 519 4 420 4 621 5 522 5 523 5 624 4 5

Rata-rata 3,7 2,375Sumber : Laporan sementara

2. Pembahasan

Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara

vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik

budidaya ini tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan

pada rumah yang tidak memiliki halaman sekalipun. Pemanfaatan teknik

vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan

tempat secara efisien. Bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya tidak

berbeda dengan bercocok tanam di kebun maupun di ladang. Mungkin

sekilas bercocok tanam secara vertikultur terlihat rumit, tetapi sebenarnya

sangat sederhana. Tingkat kesulitannya tergantung dari model yang

Page 34: hidro baru

digunakan. Model yang sederhana, mudah diikuti dan dipraktekan. Bahkan

bahan-bahan yang digunakan mudah ditemukan sehingga dapat diterapkan

oleh siapa saja.

Vertikultur memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari

sistem pertanian vertikultur yaitu :

a. Efisiensi dalam penggunaan lahan.

b. Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida.

c. Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam

wadah tertentu.

d. Mudah dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman.

Sementara kelemahan sistem budidaya vertikultur antara lain :

a. Investasi awal cukup tinggi

b. Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa

peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman.

Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem budidaya

vertikultur sangat banyak, misalnya tanaman sayur semusim (seperti sawi,

selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lain), tanaman bunga

(seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu dan lain-lain) dan

tanaman obat-obatan yang sekulen.

Pada praktikum vertikultur kali ini bahan yang digunakan yaitu

bibit kangkung (Ipomoea sp.) sebanyak 12 dan bibit sawi (Brassica

juncea) sebanyak 24. Bibit sawi dan kangkung ini ditanam pada bangunan

vertikultur (pipa kayu) dengan menggunakan media tanam berupa larutan

nutrisi (sistem hidroponik). Pengamatan dilakukan tiap minggu dengan

variabel pengamatan yang dilakukan yaitu tinggi tanaman dan jumlah

daun. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tanaman kangkung pada minggu

kedua mengalami pertumbuhan, hanya satu tanaman saja yang tidak

mengalami pertumbuhan, dan dua tanaman mengalami penurunan. Dua

tanaman yang mengalami terjadinya penurunan karena pada tanaman

tersebut akarnya mengalami pertumbuhan memanjang dan pemanjangan

akar ini menyebabkan tinggi tanaman (batang) mengalami penurunan.

Page 35: hidro baru

Sedangkan pada minggu ketiga sebagian mengalami kematian akibat

kurangnya unsure hara yang diserap.

Budidaya tanaman kangkung dan sawi secara keseluruhan dari

hasil praktikum ini, tanaman kangkung lebih berhasil tumbuh dari pada

tanaman sawi, Perbandingan tinggi tanaman dari kedua tanaman dengan

umur yang sama memiliki perbedaan yaitu tanaman kangkung tingginya

lebih panjang dibandingkan dengan panjang tanaman sawi. Perbedaan di

atas disebabkan oleh daya tumbuh antara tanaman kangkung dan tanaman

sawi berbeda, karena memang kedua tanaman tersebut hubungan

kekerabatannya tidak sama. Penyebab utama terjadinya perbedaan dalam

pertumbuhan tanaman sayuran ini adalah karena tanaman kangkung

termasuk tanaman yang dapat menyerap unsur hara yang banyak.

Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang

sangat terbatas, tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan

tumbuhan atau tanaman karena kondisi udara pada skala mikro ini yang

akan berkontak langsung dengan tanaman. Keadaan unsur-unsur iklim ini

akan mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang berlangsung pada

tubuh tanaman kangkung dan tanaman sawi, mempengaruhi keadaan iklim

mikro di sekitarnya. Keberadaan bangunan fisik buatan manusia dan

benda-benda alami pada suatu lingkungan juga mempunyai pengaruh

terhadap iklim mikro setempat, misalnya terhadap suhu udara, intensitas

dan lama penyinaran yang diterima oleh suatu permukaan dan kelembaban

udara. Keragaman dari unsur-unsur iklim ini disebabkan karena perbedaan

kemampuan dari benda-benda tersebut dalam menyerap radiasi matahari,

menyiram air dan keragaman rupa fisiknya .

Pengetahuan tentang sifat-sifat benda atau bahan sehubungan

dengan kemampuannya untuk menyerap, memantulkan atau meneruskan

radiasi matahari serta kemampuannya dalam menyerap dan menahan air,

sering dimanfaatkan menusia dalam usahanya untukmemodifikasi iklim

mikro. Modifikasi iklim mikro sering dilakukan dengan tujuan untuk

menciptakan lingkungan yang lebih optimal untuk pertumbuhan dan

Page 36: hidro baru

perkembangan tanaman. Pendekatan lain untuk memodifikasi iklim mikro

yang dilakukan manusia diantaranya adalah dengan merubah kelembaban

udara dan temperatur. Kelembaban nisbi udara pada hakekatnya adalah

nilai perbandingan antara uap air yang terkandung dan gaya kandung

maksimum uap air di udara pada suatu suhu dan tekanan tertentu, yang

dinyatakan dalam persen.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman

sayuran kangkung dan sawi dengan media hidroponik ini diantaranya,

yaitu secara internal pertumbuhan tanaman di tentukan oleh faktor genetik,

fisik, kandungan bahan kimiawi pada tanaman, varietas, fisiologis dan

daya adaptasi, kesemuanya itu mempengaruhi dalam proses pertumbuhan

dan pembelahan sel tanaman sayuran itu sendiri. Selain faktor internal

yang banyak diketahui yaitu faktor eksternal yaitu meliputi lingkungan,

media, sistem, pupuk, mesin, suhu, kelembapan, pemeliharaan dan

ketelitian dalam menghitung dan merawat. Dengan kenyataan yang ada

semua faktor yang disebutkan di atas sangat mempengaruhi dalam

pertumbuhan tanaman dengan sistem hidroponik pada rumah kaca. Untuk

mengatasi permasalahan yang ada maka perlu ada upaya memperbaiki

perlakuan dan menggunakan bahan yang sama untuk mendapatkan hasil

yang baik. Dari semua kelemahan dan kendala serta perolehan hasil yang

ada maka untuk memperbaiki dan memperoleh hasil yang lebih baik perlu

menggunakan tanaman yang satu jenis agar memperoleh hasil yang

optimal dan karena hasil yang diperoleh tanaman kangkung baik maka

tanaman kangkung tersebut cocok dibudidayakan dengan cara hidroponik

system NFT.

Page 37: hidro baru

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Budidaya Tanaman Secara Vertikultur. http://cerianet-agricultur.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 Desember 2010.

Haryanto, Eko, 2003. Sawi dan Salada. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 8-15.

Rahayuhidayati. 2010. Budidaya Tanaman Secara Vertikultur. http://blogs.unpad.ac.id . Diakses pada tanggal 17 Desember 2010.

Lingga, Pinus. 1984. Hidroponik Bercocok Tanam Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta

Page 38: hidro baru