[Hepatitis B Karier Asimtomatik]_makalah Pleno Blok 17_ f9 Finalll
-
Upload
urutoraman-tigit -
Category
Documents
-
view
119 -
download
0
description
Transcript of [Hepatitis B Karier Asimtomatik]_makalah Pleno Blok 17_ f9 Finalll
Hepatits B Karier Asimptomatik
Zebri Yandi 102010102
Celine Martino 102011005
Adrian Jonathan Tanudarma 102011235
Grace Stepahanie Manuain 102011266
Jessyca Agustia 102011291
Heribertus Edo Tigit 102011350
Felicia Ananda Baeha Waruwu 102011410
Silvia Witarsih 102012520
Program Based Learning Blok 17: Sistem Hepatobilier
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
1 | P a g e
Pendahuluan
Hepatitis B carrier asymptomatic adalah penyakit hepatitis B persisten yang selama 6
bulan, tidak sembuh secara klinis atau laboratorium atau gambaran patologi anatomi.
Hepatitis B carrier asymptomatic merupakan masalah kesehatan besar terutama di Asia,
dimana terdapat sedikitnya 75% dari seluruhnya 300 juta individu HBsAg positif menetap di
seluruh dunia. Di Asia sebagian besar pasien mendapat infeksi pada masa perinatal.
Kebanyakan pasien ini tidak mengalami keluhan ataupun gejala sampai akhirnya terjadi
penyakit hati kronik.
Berdasarkan kasus yang di dapat, seorang laki-laki, 26 tahun datang tanpa keluhan,
membawa hasil laboratorium. Pasien gagal melamar kerja karena saat tes kesehatan
didapatkan HBsAg positif. Pada pemeriksaan fisik tidak ada kelainan. Lab: SGOT 12 u/L,
SGPT 11 u/L. Pasien ingin berobat agar dapat diterima bekerja. Menurut hasil pembelajaran
dan diskusi ditetapkan hipetesis bahwa pasien tersebut merupakan karier hepatits B dengan
tanpa keluhan, atau kadang disebut hepatitis B kronis inaktif. Pada makalah ini akan dibahas
secara terperinci mengenai penyakit Hepatitis B carrier asymptomatic beserta faktor – faktor
terkait dan bagaimana tata laksananya.1
Tinjauan Pustaka
Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik
langsung pada pasien (Auto anamnesis) atau pada orang tua atau sumber lain (Allo
anamnesis). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnesis. Tujuan anamnesis
yaitu: untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien,
membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa kondisi yang sudah dapat
ditegaskan dengan anamnesis saja, membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:
Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang
tua atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku
bangsa dan agama.
Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan.
2 | P a g e
Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat.
Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
Riwayat penyakit dalam keluarga – penting untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi.
Riwayat pribadi dan sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan
kebiasaan.
Untuk pasien hepatitis bisa ditanyakan apakah kulit, wajah, sclera pasien kuning atau
tidak, apakah pasien demam serta merasa fatique, myalgia, malaise, cephalgia, anoreksia, dan
nausea. Adakah sakit dikuadran kanan atas, disertai BB turun, warna urin pasien gelap, dan
warna tinja apakah putih seperti dempul. 2
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan. Semua dalam keadaan normal.
Pemeriksaan Penunjang
Indikator morbiditas dan mortalitas yang paling kuat untuk pemeriksaan penunjang
pada Hepatitis B adalah pemeriksaan HBV DNA (<2000 IU/mL).1
Pada hepatitis B kronik inaktif akan ditemukan:
Carrier sehat bisa mempunyai nilai SGOT dan SGPT normal
HBeAg, HBV DNA (marker infektifitas) negative
HBsAg dan Anti HBc positif
Pada hepatitis B kronik aktif bisa ditemukan:
Peningkatan ringan hingga sedang enzim aminotransferase. Kadar SGPT sering lebih
tinggi dibanding SGOT.
Kadar HBV DNA meningkat. HBsAg dan Anti HBc positif
3 | P a g e
HBeAg bisa positif atau negative sehingga berdasarkan status HBe, hepatitis B kronik
aktif dibedakan
o Hepatitis B kronik eAg positif. Pada jenis ini, eAg positif pertanda replikasi aktif
(infektivitas tinggi), dan serokonversi HBeAg (+) menjadi HBeAg (-) Anti HBe
positif dapat menjadi target keberhasilan terapi
o Hepatitis B kronik eAg negative. Pada jenis ini, serokonversi HBeAg (+) menjadi
HBeAg (-) Anti HBe positif tidak dapat menjadi target keberhasilan terapi
sehingga nilai kuantitatif HBV DNA harus dijadikan parameter indikasi dan
keberhasilan terapi.
Biopsi hati bila ada replikasi virus dan SGPT meninggi atau usia diatas 40 tahun
menunjukkan adanya hepatitis kronik dengan nekroinflamasi sedang-berat. 1
Diagnosis Banding
Pada hepatitis B kronik aktif bisa ditemukan:
- Peningkatan ringan hingga sedang enzim aminotransferase. Kadar SGPT sering lebih
tinggi dibanding SGOT.
- Kadar HBV DNA meningkat. HBsAg dan Anti HBc positif
- HBeAg bisa positif atau negative sehingga berdasarkan status HBe, hepatitis B kronik
aktif dibedakan.
1. Hepatitis B kronik eAg positif. Pada jenis ini, eAg positif pertanda replikasi aktif
(infektivitas tinggi), dan serokonversi HBeAg (+) menjadi HBeAg (-) Anti HBe
positif dapat menjadi target keberhasilan terapi
2. Hepatitis B kronik eAg negative. Pada jenis ini, serokonversi HBeAg (+)
menjadi HBeAg (-) Anti HBe positif tidak dapat menjadi target keberhasilan
terapi sehingga nilai kuantitatif HBV DNA harus dijadikan parameter indikasi
dan keberhasilan terapi.
- Biopsi hati bila ada replikasi virus dan SGPT meninggi atau usia diatas 40 tahun
menunjukkan adanya hepatitis kronik dengan nekroinflamasi sedang-berat.
Hepatitis B kronik, ditinjau dari:
- HBsAg positif > 6 bulan
- HBV DNA serum > 20.000 IU/mL
4 | P a g e
- Pada hepatits B kronik HBeAg negative HBV DNA lebih rendah yaitu 2000-20.000
IU/Ml
- Peningkatan SGOT/SGPT persisten atau intermiten
- Biopsi hati menunjukkan hepatitis kronik dengan nekroinflamasi sedang-berat1,3
Diagnosis Kerja
Hepatitis B carrier asymptomatic, ditinjau dari:
HBsAg positif > 6 bulan
HBeAg (-), Anti HBe (+)
HBV DNA serum < 2000 IU/mL
SGOT/SGPT persisten normal
Biopsi hati menunjukkan tidak ada tanda-tanda hepatitis kronik1
Etiologi
Penyebaran melalui darah dan serum yang terinfeksi dan juga ditemukan dalam saliva,
semen, dan sekret vagina. Transmisi terjadi melalui paparan perkutaneus (jarum yang
terkontaminasi), kontak seksual, dan infeksi maternal-neonatal. Paling sering ditemukan pada
pecandu obat dan homoseksual.1,4
Epidemiologi
Hepatitis B kronik merupakan masalah kesehatan yang besar, terutama di Asia karena di
wilayah ini terdapat sedikitnya 75% dari seluruhnya 300juta individu HBsAg positif-menetap
di seluruh dunia. Di asia, sebagian besar penderita B kronik mendapatkan infeksi pada masa
perinatal. Kebanyakan penderita ini tidak mengalami keluhan atau pun gejala sampai
akhirnya terjadi penyakit hati kronik.5,6
5 | P a g e
Patogenesis
Infeksi hepatitis B kronis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu hepatitis B carrier inaktif
dan hepatitis kronis aktif. Letak perbedaan antara keduanya adalah pada hepatitis B carrier
inaktif, karena virus tidak mengganggu sel hati. Hepatitis kronis berarti bahwa VHB berada
dalam tubuh lebih dari 6 bulan, atau HBsAg postitif lebih dari 6 bulan.
Virus hepatitis B (VHB) masuk kedalam tubuh secara parenteral. Dari peredaran
darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Selanjutnya sel-
sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel Dane utuh, partikel HBsAg bentuk bulat
dan tubuler, dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. VHB merangsang respon
imun tubuh, yang pertama kali dirangsang adalah respon imun nonspesifik (innate immune
respon) karena dapat terangsang dalam waktu pendek, dalam beberapa menit sampai
beberapa jam. Proses eliminasi nonspesifik ini terjadi tanpa restriksi HLA, yaitu dengan
memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T.1
Untuk proses eradikasi VHB lebih lanjut diperlukan respon imun spesifik, yaitu
dengan mengaktivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. Aktifasi sel T CD8+ terjadi setelah
kontak reseptor sel T tersebut dengan kompleks peptide VHB-MHC kelas I yang ada pada
permukaan dinding sel hati dan pada permukaan dinding Antigen Presenting Cell (APC) dan
dibantu rangsangan sel T CD4+ yang sebelumnya sudah mengalami kontak dengan kompleks
peptida VHB-MHC kelas II pada dinding APC.1
Peptida VHB yang ditampilkan pada permukaan dinding sel hati dan menjadi antigen
sasaran respons imun adalah peptide kapsid yaitu HBcAg atau HBeAg. Sel T CD8+
selanjutnya akan mengeliminasi virus yang ada di dalam sel hati yang terinfeksi. Proses
eliminasi tersebut bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati yang akan menyebabkan
meningkatnya ALT atau mekanisme sitolitik. Disamping itu dapt juga terjadi eliminasi virus
intrasel tanpa kerusakan sel hati yang terinfeksi melalui aktivitas Interferon gamma dan
Tissue Necrotic Factor (TNF) alfa yang dihasilkan oleh sel T CD8+ (mekanisme
nonsitolitik).1
Aktivitas sel limfosit B dengan bantuan sel CD4+ akan menyebabkan produksi
antibody antara lain anti-HBs, anti-HBc dan anti-HBe. Fungsi anti-HBs adalah netralisasi
partikel VHB bebas dan mencegah masuknya virus ke dalam sel. Dengan demikian anti-HBs
akan mencegah penyebaran virus dari sel ke sel. Infeksi kronik VHB bukan disebabkan
6 | P a g e
gangguan produksi anti-HBs. Buktinya pada pasien Hepatitis B kronik ternyata dapat
ditemukan adanya anti-HBs yang tidak bisa dideteksi dengan metode pemeriksaan biasa
karena anti-HBs bersembunyi dalam kompleks dengan HBsAg.
Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi VHB dapat diakhiri,
sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi VHB yang menetap.
Proses eliminasi VHB oleh respons imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor
virus ataupun faktor pejamu.
Faktor virus, antara lain: terjadinya imunotoleransi terhadap produk produk VHB,
hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel-sel terinfeksi, terjadinya mutan
VHB yang tidak meproduksi HBeAg, integrasi genom VHB dalam genom sel hati.
Faktor pejamu, antara lain: faktor genetic, kurangnyaproduksi IFN, adanya antibody
terhadap antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respons antiidiotipe, faktor kelamin
atau hormonal.
Salah satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk VHB dalm persistensi VHB
adalah mekanisme persistensi infeksi VHB pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HBsAg
dan HBeAg positif. Diduga persistensi tersebut disebabkan adanya imunotoleransi terhadap
HBeAg yang masuk ke dalam tubuh janin mendahului invasi VHB, sedangkan persistensi
pada usia dewasa diduga disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya konsentrasi
partikel virus. Persistensi infeks VHB dapat disebabkan karena mutasi pada daerah precore
dari DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya HBeAg. Tidak adanya HBeAg pada
mutan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang terinfeksi VHB.1
Manifestasi Klinik
Pasien dengan hepatitis B carrier bisa tampak sehat asimptomatis. Pada fase replikasi,
gejala klinis dapt timbul seperti malaise, anoreksia, mual nyeri ringan di kuadran kanan atas,
dekompensasi hati. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hepatomegali, splenomegali,
eritema palmaris dan spider nevi.6
Gambaran klinis penyakit ini sangat bervariasi. Pada banyak kasus tidak didapatkan
keluhan maupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati hasilnya normal. Pada sebagian lagi
didapatkan hepatomagali atau bahkan splenomegali atau tanda-tanda penyakit hati kronis
7 | P a g e
lainnya, misalnya eritema Palmaris dan spider nevi, serta pada pemeriksaan laboratorium
sering didaptkan kenaikan konsentrasi ALT walaupun hal itu tidak selalu didapatkan. Pada
umumnya didaptkan konsentrasi bilirubin yang normal. Konsentrasi albumin serum
umumnya masih normal kecuali pada kasus-kasus yang parah.1
Secara sederhana manifestasi klinis dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Hepatitis B kronik yang masih aktif (hepatitis B kronik aktif). HBsAg positif dengan
DNA VHB lebih dari 105 kopi/ml didaptkan kenaikan ALT yang menetap atau
intermiten. Pada pasien sering didaptkan tanda-tanda penyakit hati kronik. Pada
biopsy hati didaptkan gambaran peradangan yang aktif. Menurut status HBeAg pasien
dikelompokkan menjadi hepatitis B kronik HBeAg positif dan hepatitis B kronik
HBeAg negative.
2. Carrier VHB Inaktif (Inactive HBV Carrier State). Pada kelompok ini HBsAg positif
dengan titer DNA VHB yang rendah yaitu kurang dari 105 kopi/ml. pasien
menunjukkan konsentrasi ALT normal dan tidak didapatkan keluhan. Pada
pemeriksaan histologik terdapat kelainan jaringan yang minimal. Sering sulit
membedakan Hepatitis B Kronik HBe negative dengan pasien carrier VHB inaktif
karena pemeriksaan DNA kuantitatif masih jarang dilakukan secara rutin. Dengan
demikian perlu dilakukan pemeriksaan ALT berulang kali untuk waktu yang cukup
lama.
Pemeriksaan biopsi untuk pasien hepatits B kronik sangat penting terutama untuk
pasien dengan HBeAg positif dengan konsentrasi ALT 2x nilai normal tertinggi atau lebih.
Biopsi hati diperlukan untuk menegakkan diagnosis pasti dan untuk meramalkan prognosis
serta kemungkinan keberhasilan terapi (respons histologik). Sejak lama diketahui bahwa
pasien Hepatitis B Kronik dengan peradangan hati yang aktif mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami progresi, tetapi gambaran histologik yang aktif juga dapat meramalkan respon
yang baik terhadap terapi imunomodulator atau antivirus.6
8 | P a g e
Penatalaksanaan
Pada saat ini dikenal 2 kelompok terapi untuk hepatitis B kronik, yaitu:
1. Kelompok imunomodulasi
Interferon (IFN) alfa. IFN adalah kelompok protein intaselular yang normal ada dalam
tubuh dan diproduksi oleh berbagai macam sel. IFN alfa diproduksi oloh limfosit B,
IFN beta diproduksi oleh monosit fibroepitelial, dan IFN gamma diproduksi oleh sel
limfosit T. IFN merupakan suatu pilihan untuk pasien hepatitis B kronik nonsirotik
dengan HBeAg positif dengan aktivitas penyakit ringan sampai sedang. Dosis IFN
yang dianjurkan untuk hepatitis B kronik dengan HBeAg positif adalah 5-10 MU 3
kali seminggu selama 16-24 minggu. Penelitian menunjukkan bahwa terapi IFN untuk
hepatitis B kronik HBeAg negative sebaiknya diberikan sedikitnya selama 12 bulan.
Efek samping IFN antara lain gejala seperti flu, tanda-tanda supresi sumsum tulang,
flare-up, depresi, rambut rontok, berat badan turun, gangguan fungsi tiroid. Kontra
indikasi terapi IFN adalah sirosis dekompensata, depresi atau riwayat depresi di waktu
yang lalu, dan adanya penyakit jantung berat.1
Timosin alfa 1. Dimasukkan dalam rekomendasi terapi. Bekerja dengan merangsang
fungsi sel limfosit dan menurunkan konsentrasi atau menghulangkan HBV DNA.
Dosis timosin adalah 1,6 mg , 2x/minggu.1
Vaksinasi terapi. Salah satu langkah maju dalam bidang vaksinasi hepatitis B adalah
kemungkinan penggunaan vaksin hepatitis B untuk pengobatan infeksi VHB. Prinsip
dasar vaksinasi terapi adalah fakta bahwa pengidap VHB tidak memberikan respon
terhadap vaksin hepatitis B konvensional yang mengandung HBsAg karena individu-
individu tersebut mengalami imunotoleransi terhadap HBsAg. Suatu vaksin terpai
yang efektif adalah suatu vaksin yang kuat yang dapat mengatasi imunotoleransi
tersebut. Salah satu dasar vaksinasi terapi untuk hepatitis B adalh penggunaan vaksin
yang menyertakan epitop yang mampu merangsang sel T sitotoksik yang bersifat
Human Leucocyte Antigen (HLA)-restricted, diharapkan sel T sitotoksik tersebut
mampu menghancurkan sel-sel hati yang terinfeksi VHB. Salah satu strategi adalah
penggunaan vaksin yang mengandung protein pre-S.
Strategi kedua adalah menyertakan antigen kapsid yang spesifik untuk sel limfosit T
sitotoksik (CTL), strategi ketiga adalah vaksin DNA.1
2. Kelompok terapi antivirus
9 | P a g e
Lamivudin. Bekerja menghambat enzim reverse transcriptase yang berfungsi dalam
transkripsi balik dari RNA menjadi DNA yang terjadi dalam replikasi VHB.
Lamivudin menghambat produksi VHB baru dan mencegah terjadinya infeksi
hepatosit sehat yang belum terinfeksi, tetapi tidak mempengaruhi sel-sel yang telah
terinfeksi karena pada sel-sel yang telah terinfeksi DNA VHB ada dalam keadaan
convalent closed circular (cccDNA). Karena itu setelah obat dihentikan, titer DNA
VHB akan kembali lagi seperti semula karena sel-sel yang terinfeksi akhirnya
memproduksi virus baru lagi. Kalau diberikan dalam dosis 1x100 mg tiap hari
(minimal 12 bulan), lamivudin akan menurunkan konsentrasi DNA VHB sebesar 95%
atau lebih dalam waktu 1 minggu. Khasiat lamivudin semakin meningkat bila
diberikan dalam waktu yang lebih panjang karena itu strategi pengobatan yang tepat
adalah pengobatan jangka panjang. Keuntungan utama dari lamivudin adalah
keamanan, toleransi pasien serta harganya relative murah. Kerugiannya adalah
seringnya timbul kekebalan. Bila terjadi kekebalan terhadap lamivudin, analog
nukleosid yang lain masih bisa dipakai.1
Adevofir Dipivoksil. Adefovir dipivoksil adalah suatu nukleosid oral yang
menghambat enzim reverse transcriptase. Mekanisme khasiat adefovir hampir sama
dengan lamivudin. Penelitian menunjukkan bahwa pemakaian adefovir dengan dosis
10 atau 30 mg tiap hari selama 48 minggu menunjukkan perbaikan. Juga terjadi
penurunan konsentrasi DNA VHB, penurunan konsentrasi ALT sera serokonversi
HBeAg. Walaupun adefovir dapt juga dipakai untuk terapi tunggal primer, namun
karena alasan ekonomik dan efek samping adefovir, maka pada saat ini adefovir baru
dipakai pada kasus-kasus yang kebal terhadap lamivudin. Dosis yang dianjurkan
adalah 10 mg tiap hari. Sampai sekarang kekebalan terhadap adefovir belum pernah
dilaporkan. Salah satu hambatan utama dalam pemakaian adevofir adalah toksisitas
pada ginjal yang sering dijumpai pada dosis 30 mg atau lebih. Keuntungan
penggunaan adefovir adalah jarangnya terjadi kekebalan.
Dengan demikian obat ini merupakan obat yang ideal untuk terapi hepatitis B kronik
dengan penyakit hati yang parah. Kerugiannya adalah harga yang lebih mahal dan
masih kurangnya data mengenai khasiat dan keamanan dalam jangka yang sangat
panjang.1
Entecavir. Mempunyai efek antiviral yang kuat karena menghambar replikasi HBV
pada 3 fase yang berbada. Dosisnya 0,5-1 mg per hari. Entecavir tidak disarankan
10 | P a g e
untuk diberikan pada hepatitis B yang resisten terhadap entecavir. Entecavir dapat
diberikan pada keadaan hepatitis B kronik dan sirosis.7
Telbivudin. Efektif melawan replikasi VHB. Dosis 1x600 mg per hari. Telbivudin
tidak disarankan untuk diberikan bila sudah resisten terhadap lamivudin , telbivudin,
entecavir.7
Tenovir. Dosis 1 x 300 mg perhari. Tidak disarankan untuk diberikan pada hepatitis B
yang resisten tenovir, dan hepatitis B dengan gangguan ginjal. Dapat diberikan pada
keadaan hepatitis B kronik dan sirosis.7
Kelompok antivirus ini terutama diindikasikan pada kondisi dekompensasi hepar, atau
jika pasien tidak bisa diberi interferon. Kombinasi interferon alfa dan antiviral oral tidak lagi
direkomendasikan
Komplikasi
Hepatitis B carrier asymptomatic dapat berkembang menjadi hepatitis B kronik aktif,
jika berkembang menjadi hepatitis B kronik aktif dapat menimbulkan sirosis hati. Maka dari
itu perlu dipantau HBeAg dan HBV-DNA untuk mengetahui status serta setiap 3 bulan
pantau kadar SGPT pasien. 1
Preventif
Imunisasi pasif
Hepatitis B immune globulin (HBIg) yang dibuat dari plasma manusia yang
mengandung anti HBs titer tinggi, dapat memberi proteksi cepat untuk jangka 3-6
bulan. HBIg diberikan dalam 48 jam setelah terpapar. Bila diberikan lebih dari 48
jam, efikasinya akan menurun. Dosisnya 0,06 mL/kg, secara IM, di deltoid atau
gluteus. Bila diberikan bersama vaksin hepatitis B, lokasi penyuntikan harus terpisah.
Pemberian HBIg bersama vaksin hepatitis B memberi proteksi yang lebih baik.8
Imunisasi aktif
Vaksin hepatitis B menggunakan HBsAg dengan teknologi rekombinan ragi. Untuk
vaksinasi dewasa diberikan 3 dosis pada bulan 0,1,dan 6. Bila respon antibodi
11 | P a g e
terbentuk, maka perlindungan akan terjadi selama minimal 20 tahun. Booster hanya
diperlukan pada pasien imunokompromais dengan titer anti HBs < 10mU/mL.8
Prognosis
Infeksi hepatitis B yang didapat pada masa perinatal biasanya asimptomatik dan pada
90% kasus menjadi kronik. Sebaliknya infeksi hepatitis B yang didapat dimasa dewasa hanya
5% menjadi kronik, sedangkan 95% sembuh sempurna yang ditandai dengan menghilangnya
HBsAg dan terbentuknya Anti HBs. Pada hepatitis B kronik prognosis untuk hilangnya virus
amat sukar.1
Perkembangan hepatitis B kronik menjadi sirosis hepatis terjadi rata-rata 2-5%
pertahun pada eAg (+) dan 8-10% pada eAg(-). Sirosis lebih banyak terjadi pada HBV DNA
yang tinggi. Gagal hati terjadi pada 3,3% sirosis setiap tahunnya. Angka kematian hepatitis B
kronik tanpa sirosis ada 0-2%, bila ada sirosis 14-20%, dan sirosis dekompensasi meningkat
menjadi 70-80% dalam 5 tahun.1
Penutup
Pasien tersebut menderita penyakit Hepatitis karier B. Hepatitis karies B adalah
penyakit yang dapat tertular secara parenteral dan dengan cairan dalam tubuh. Penderita
karier ini tidak diterima di tempat kerja dikarenakan seorang karier dapat menyebarkan
penyakit ini ke orang disekitar melalui cairan tubuhnya. Maka pasien tersebut harus diberikan
penatalaksanaan yang baik dan benar agar dapat disembuhkan dari hepatitis B karier nya dan
tidak semakin memburuk.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo A, Setiyohadi B. Ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing;
2009.h.653-9.
12 | P a g e
2. Turner R, Blackwood R. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher; 2002.h.16-7.
3. Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. Konsensus tatalaksana hepatitis B di Indonesia.
Jakarta: FKUI; 2012. h.3-7.
4. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis.Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga;
2007. h.243.
5. Soemoharjo S. Hepatitis virus b. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2008. h.44-57.
6. Robbins, Cotran. Dasar patologis penyakit. Jakarta: EGC; 2009.h.1331-3.
7. Mansjoer A, Suprohaita. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Media
Aesculapius; 2000.h.129.
8. Ganong WF, Stephen J. Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran
klinis.Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2011.h. 408.
13 | P a g e