Hemostasis Baru
-
Upload
bloodsphere -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
description
Transcript of Hemostasis Baru
Hemostasis
Kemampuan untuk mengontrol perdarahan adalah prinsip operasi dan setiap dokter
bedah harus menguasainya. Ini penting bila terjadi perdarahan seorang dokter bedah harus
tenang dan kontrol perdarahan tanpa menyebabkan kerusakan lebih jauh. Galen (13 BC-200
AD) mengajarkan beberapa metode untuk kontrol perdarahan yang masih dipakai sampai
sekarang.
1. Komplikasi sistemik seperti syok, gangguan pembekuan, anemia atau kegagalan
penyembuhan luka.
2. Genangan darah pada lapangan operasi menghalangi pandangan
3. Genangan darah pada luka menjadi media untuk bakteri merusak bekuan dan sel
darah merah untuk terjadi perdarahan sekunder.
Tipe Perdarahan
Berdasarkan sumbernya:
1. Perdarahan arteri adalah deras, merah terang, berdenyut dan bertekanan tinggi
2. Perdarahan vena adalah merah gelap, terus-menerus, tekanan rendah, tidak berdenyut,
dan sulit dikendalikan dibandingkan dengan perdarahan arteri
3. Perdarahan kapiler adalah merembes secara perlahan dan terus-menerus dari
permukaan jaringan. Ini bisa dikontrol dengan penekanan.
Berdasarkan waktu perdarahan
1. Perdarahan primer muncul pada waktu operasi atau terkena trauma. Perdarahan dapat
berlebihan jika terdapat gangguan pembekuan darah, misalnya pada penyakit hati,
jaundis obstruktif, malnutrisi, hemofilia atau jika ada penyakit arteri yang mencegah
konstriksi pembuluh darah seperti aterosklerosis.
2. Reaksi perdarahan terjadi dalam jangka waktu 24 jam setelah pembedahan.
Perdarahan ini biasanya muncul dari pembuluh darah kecil dari permukaan jaringan
atau dari laserasi minor kapsul pada garis persambungan anastomosis. Reaksi
perdarahan biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan arteri atau vena yang
menyebabkan terlepasnya bekuan darah. Hal ini dapat menyebabkan nyeri, atau
regangan yang berlebihan. Reaksi perdarahan dapat muncul setelah operasi
laparoskopi, ketika pembuluh darah kecil tertekan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen, mulai berdarah ketika pneumoperitonium di kempeskan.
3. Perdarahan sekunder biasanya muncul 7 – 10 hari setalah operasi. Ini biasanya karena
infeksi oleh organisme seperti Streptococcus β – haemolytic dapat menyebabkan
larutnya bekuan darah. Contoh perdarahan sekunder termasuk perdarahan dari tonsil
setelah tonsilektomi, perdarahan dari area infeksi setelah operasi bilier atau
perdarahan dari infeksi graft vaskuler. Tipe perdarahan ini dapat sekunder akbat
autodigesti bekuan darah setelah pembedahan pankreas.
Perdarahan Sewaktu Operasi
Selama operasi terjadi perdarahan yang tidak terhindarkan. Kehilangan darah cenderung lebih
banyak pada prosedur pembedahan yang lebih panjang mauoun lebih rumit seperti reseksi
hati, reseksi esophageal, dan operasi sendi besar. Setiap dokter bedah harus memiliki
keterampilan yang terutama untuk meminimalisir kehilangan darah, dan kedua untuk kontrol
perdarahan selama operasi.
Pencegahan
1. Beberapa penyakit seperti jaundice obstruktif, malnutris, penyakit kronik hati dan
pasien hemophilia itu meningkatkan potensi perdarahan. Pada situasi ini, perdarahan
dan pembekuan seharusnya dikembalikan ke normal. Pada jaundice obstruktif dan
penyakit kronik hati, pemberian intramuscular 10 mg vitamin K mengembalikan
waktu protombin ke normal. Pada kasus operasi kegawatdaruratan, transfusi fresh
frozen plasma biasanya menggantikan kekurangan faktor pembekuan.
2. Jika pasien menggunakan antikoagulan atau heparin, obat – obat ini seharusnya
dihentikan sebelum operasi dan faktor koagulasi seharusnya dikembalikan ke normal.
Aspirin dan obat antiplatelet lain, idealnya dihentikan setidaknya 7 – 10 hari sebelum
operasi.
3. Protokol pelayanan tranfusi darah seharusnya melakukan pemeriksaan yang bertujuan
untuk menentukan apakah sampel darah akan digolongkan dan disimpan (“Grouped
and saved”), atau apakah darah perlu di-cross matched. Kecocokan cross matched
darah seharusnya diperiksa sebelum operasi.
4. Teknik anestesi hipotensi mungkin membantu mengurangi kehilangan darah.
5. Selama operasi kepala dan leher, menaikkan kepala dan leher 15 – 200 mengurangi
perdarahan vena dan kehilangan darah.
6. Selama pengangkatan flap pada operasi thyroid atau payudara mengurangi kehilangan
darah dengan infiltrasi cairan salin atau normal saline dicampur adrenaline
(1:200.000). Cairan meningkatkan tekanan jaringan, meningkatkan transparansi
jaringan dan membuka bidang diseksi. Adrenaline menyebabkan vasokontriksi lokal
dan mengurangi kehilangan darah selama operasi.
7. Lakukan ulasan anatomi sebelum melakukan pembedahan besar. Hal ini membantu
mengidentifikasi pembuluh darah utama sebelum terjadi cedera pembuluh darah.
8. Jika akan melakukan pembedahan pembuluh darah atau organ utama, pengendalian
aliran pembuluh darah seringkali membantu mengurangi perdarahan. Jepitan yang
tidak menghancurkan pembuluh darah dapat dilakukan melintasi pedikel dari sebuah
organ atau pedikel tersebut dapat dilingkari dengan pita sebelum diseksi.
9. Jika operasi pada pembuluh besar tumor, seperti karsinoma sel renal, embolisasi
preoperatif pada pembuluh darah penyalur (feeding vascular) dapat mengurangi
perdarahan intraoperatif, pembedahan dapat dilakukan dalam jangka waktu 48-72 jam
pasca embolisasi. Setelah 48 jam, terdapat pembentukan pembuluh darah baru yang
dapat mempersulit pembedahan.
10. Metode tourniquet biasa digunakan untuk mengurangi kehilangan darah ketika
operasi tungkai. Metode ini merupakan dikontraindikasikan pada iskemi kronik,
gangren, selulitis dan fraktur tulang. Sebelum melakukan tourniquet, darah
dikosongkan dari tungkai dengan ditinggikan selama 2 – 3 menit. Pneumatic
tourniquet untuk tungkai bagian proksimal diberikan di atas lapisan orthopaedic wool.
Verban Esmarch dapat dipakaikan pada tungkai sebelum penggunaan tourniquet
untuk memperoleh pengosongan darah yang lebih menyeluruh dari tungkai. Cara ini
dikontraindikasikan pada selulitis. Tourniquet dibalutkan pada sekeliling lengan atas
atau paha atas di atas lapisan tipis orthopaedic wool dan dikembangkan hingga
mencapai tekanan 70 – 100 mmHg di atas tekanan darah sistolik (200 mmHg untuk
lengan dan sekitar 300 mmHg untuk tungkai). Tourniquet harus dilepas selama 10
menit setelah 2 jam sebelum diulang kembali.
Pengendalian Perdarahan
1. Hemostasis dengan tekanan:
a. Oklusi langsung lubang pada pembuluh darah dengan ujung jari (Gambar 11.1)
Jika tekanan diberikan oleh ujung jari di atas robekan kecil pada pembuluh darah
selama 15-20 detik maka bekuan darah kecil akan terbentuk di atas dinding pembuluh
darah yang terbelah dan mencegah perdarahan lebih lanjut. Permukaan halus dari jari
yang terbungkus sarung tangan yang lembab memiliki kemungkinan kecil untuk
melepaskan bekuan darah ketika jari diangkat. Jika kassa diberikan pada luka
perdarahan, maka bekuan darah akan memiliki kemungkinan untuk terlepas karena
dapat menempel pada kassa.
b. Penekananan melawan tulang yang mendasari (Gambar 11.2):
Jika luka robek pada kulit terjadi di atas tulang, tangan ahli bedah dapat diletakkan
pada permukaan eksternal tepi luka untuk menekan pembuluh darah yang robek
melawan tulang yang keras yang mendasarinya. Melepaskan tekanan secara parsial
atau serial dapat membantu mengidentifikasi tepi robekan pembuluh darah besar
untuk dapat dikendalikan dengan forsep arteri.
c. Penekananan dengan pisau atau ujung instrument (Gambar 11.3):
Ujung dari pisau dapat digunakan untuk segera menekan secara cepat bagian
pembuluh darah yang terbuka ketika mulai mengeluarkan darah saat diinsisi dengan
pisau. Ujung dari mata pisau dapat secara cepat diarahkan untuk menutup pembuluh
darah yang dipotong dan untuk menghentikan perdarahan hingga asisten operator
dapat meraih lokasi titik perdarahan dengan forsep dan melakukan kauterisasi atau
ligasi. Ujung dari kanula suction juga dapat digunakan dengan cara yang sama oleh
asisten operator untuk menekan dan menahan secara sementara titik perdarahan
tersebut.
d. Busa (Sponges)
Busa dapat secara langsung diletakkan pada permukaan yang mengalami perdarahan
dengan menggunakan tangan dan jari untuk menahan perdarahan. Jika perdarahan
terjadi pada rongga yang dalam atau sempit dimana tangan tidak dapat diletakkan,
maka busa yang dipegang dengan instrument berujung panjang dapat mencapai titik
perdarahan tersebut hingga tim bedah siap untuk melakukan penjepitan, ligasi atau
kauterisasi titik perdarahan tersebut.
e. Penekanan manual
Penekanan manual oleh bantalan atau retractor metal di atas bantalan merupakan
metode pengendalian perdarahan yang bermakna. Hal tersebut merupakan metode
pilihan untuk mengendalikan rembesan yang merata. Bantalan yang digunakan harus
dilembabkan dengan salin cairan dingin dibandingkan cairan salin hangat. Bantalan
yang kering harus dihindari karena dapat menyebabkan desikasi jaringan cenderung
melekat pada bekuan darah yang baru terbentuk. Bantalan harus segera diberikan
ketika terdapat perdarahan terutama pada rongga yang dalam atau area yang tidak
dapat diakses. Penekanan manual harus diberikan di atas bantalan selama 10-15 menit
dengan pengawasan ketat menurut jam di ruang operasi. Maneuver ini mengendalikan
perdarahan secara cepat sehingga operator memiliki waktu untuk mempersiapkan
tindakan berikutnya. Dengan bantalan saja sudah cukup untuk mengendalikan
perdarahan pada situasi klinis tertentu, seperti cedera hepar luas. Juga dapat
memberikan kesempatan bagi ahli anestesi untuk melakukan stabilisasi pasien.
Penekanan manual sesekali dilakukan selama pembedahan laparoskopik
menggunakan instrument atraumatik atau jaringan yang berada di atas lokasi
perdarahan.
2. Ligasi dan jahitan merupakan cara utama untuk mengendalikan perdarahan dari pembuluh
darah besar (Gambar 11.4 dan 11.5). Jepitan dan ikatan sederhana adalah metode yang
umum digunakan untuk mengamankan hemostasis.
Materi yang dapat diserap maupun yang tidak dapat diserap dapat digunakan untuk
mengoklusi pembuluh darah yang terpecah. Materi yang tidak dapat diserap jaringan
adalah materi yang tetap berada dalam jaringan setelah lebih dari 60 hari. Materi ini
meliputi silk, kapas, penjepit metal, atau stapler pembuluh darah. Materi yang dapat
diserap memiliki beberapa kekurangan berupa kekuatan regangan yang lebih rendah dan
reaktivitas jaringan yang lebih besar. Akan tetapi, di negara Eropa dimana silk tidak lagi
tersedia, umumnya Polyglactin 710 digunakan untuk ligasi pembuluh darah. Di negara
Asia terutama India, operator lebih memilih untuk menggunakan ikatan bebas silk untuk
tujuan ini. Silk memiliki kualitas penanganan terbaik dan akurasi pengaturan ikatan. Akan
tetapi, karena terdiri dari beberapa jalinan dengan luas permukaan yang besar, silk
menghasilkan lebih banyak fibrosis dibandingkan jahitan dengan benang monofilament.
Selama mengikat pembuluh darah, tangan operator tidak boleh menghalangi pandangan
asisten operator dan ujung instrumen penjepit pembuluh darah harus tetap terlihat setiap
saat oleh asisten operator. Teknik ikatan dengan dua tangan atau teknik ikatan pada
penjepit dapat digunakan untuk mengikat pembuluh darah yang dijepit. Teknik ikatan
pada penjepit digunakan untuk mengikat pembuluh darah besar dalam rongga yang
dalam. Pembuluh darah dengan diameter 2-5 mm dapat dioklusi dengan jepitan atau
ikatan sederhana. Apabila menggunakan penjepit kita harus memastikan bahwa penjepit
meliputi seluruh permukaan pembuluh darah. Penjepit harus membuat sudut 90° terhadap
aksis panjang dari pembuluh darah yang terputus kemudian ujung yang terputus
diletakkan 3-4 mm dari jepitan atau ikatan untuk mencegah terlepasnya jepitan atau
ikatan. Jepitan dan ikatan harus tidak terlalu kencang karena dapat melemahkan dinding
pembuluh darah melalui efek kawat pemotong keju (cheese-wire cutting effect) terutama
pada kondisi pembuluh darah arteri yang kaku dan nonelastik akibat aterosklerosis pada
pasien dengan usia tua.
3. Jahitan pembuluh darah yang letaknya di dalam jaringan (Gambar 11.6):
Beberapa pembuluh darah setelah terputus akan tertarik ke dalam jaringan sehingga tidak
dapat dijepit dengan mudah. Pada kondisi demikian, dapat dilakukan jahitan angka
delapan atau jahitan dengan berbagai penjuru arah untuk menghasilkan pengerutan pada
permukaan yang robek di sepanjang pembuluh darah.
4. Sistem dengan energi:
Alat-alat berikut ini dapat digunakan untuk koagulasi termal dan penutupan pembuluh
darah:
Elektrokoagulasi
Penutup ultrasonik
Penutup ligasi
Fotokoagulasi
Elektrokoagulasi aman untuk menutup pembuluh darah dengan diameter hingga 2 mm
(Gambar 11.7). Penutupan ultrasonik digunakan untuk menutup pembuluh darah dengan
diameter hingga 5 mm.
Penutupan ultrasonik menggunakan energi suara yang tidak terdengar telinga manusia,
yaitu dengan frekuensi lebih dari 20,000 siklus per detik yang menyebabkan lebih sedikit
pemanasan jaringan dengan penetrasi rendah. Alat ini menghasilkan gelombang dengan
frekuensi antara 20-60 kHz yang dihasilkan oleh transduser piezoelektrik. Alat ini dapat
memotong, menghasilkan koagulasi atau memisahkan jaringan dengan kekuatan densitas
tinggi sekitar 100 W/detik dan meliputi pembuluh darah kecil. Penutup ligasi digunakan
untuk menutup pembuluh darah dengan diameter hingga 7 mm dan memberikan lingkar
umpan balik yang memastikan penutupan lumen seluruhnya sebelum menghentikan aliran
arus listrik. Fotokoagulasi menggunakan pancaran kuat dari cahaya untuk menghasilkan
denaturasi dan presipitasi protein yang menghasilkan koagulasi.
5. Transfiksasi dan ikatan ganda:
Jika ujung arteri terus berdenyut setelah ikatan sederhana, hal ini menandakan bahwa
ikatan tidak aman dan dapat terlepas akibat kekuatan yang dihantarkan pulsasi. Ujung
yang demikian harus diamankan dengan jahitan transfiksi, dimana Vicryl 2-0 atau 3-0
pada badan lengkung jarum dilewatkan melalui dinding ujung arteri dan diikat di satu sisi
kemudian mengitari ujung tersebut dan diikat dengan kuat pada sisi yang lain.
Transfiksasi mencegah pergeseran ikatan. Transfiksasi dan ikatan ganda umumnya
diperlukan untuk pembuluh darah dengan diameter lebih dari 5 mm seperti arteri femoral,
arteri splenika atau arteri renalis. Operator yang berpengalaman akan sering
menggunakan jahitan transfiksi pada arteri besar sebagai pengaman sebelum pemisahan
selama prosedur elektif.
6. Menjahit ujung pembuluh darah: Menjahit ujung arteri proksimal sesekali masih
dilakukan, menggunakan Prolene untuk mencegah perdarahan.
7. Pengikat pembuluh darah (vascular stapler): Pengikat pembuluh darah (vascular stapler)
dapat digunakan sebagai cara yang sederhana dan aman dalam memisahkan pembuluh
darah selama pembedahan laparoskopik. Dapat juga digunakan pada daerah yang tidak
dapat dijangkau selama pembedahan terbuka. Instrument tersebut menembakkan tiga
deret vascular staples melintasi arteri kemudian memotong diantara dua buah deret
staples. Vascular catridges dapat berwarna putih atau abu-abu. Cara ini sangat cepat dan
efektif tetapi sangat mahal.
Hal yang harus dilakukan setelah mengendalikan perdarahan:
1. Jangan segera menutup area pembedahan, tunggu hingga pasien sabil sehingga kita dapat
mengidentifikasi daerah perdarahan lain yang mungkin belum bermanifestasi sebelumnya
akibat hipotensi.
2. Bersihkan dan bilas darah dari rongga tubuh dengan cairan salin. Darah yang tertinggal
dalam rongga tubuh dapat menjadi nidus untuk proliferasi bakteri dan pasien dapat
mengalami ikterus post-operatif akibat absopsi produk pemecahan hemoglobin.
3. Sebelum menutup area pembedahan, selalu pastikan tidak terdapat kerusakan struktur
penting lainnya akibat tindakan yang dilakukan, misalnya kerusakan duktus biliaris akibat
tindakan pengendalian perdarahan dari arteri sistikus.
Hemostasis dengan Obat
Vasokonstriktor seperti epinefrin dan norepinefrin cukup berharga dalam mengurangi
kehilangan darah. Epinefrin dan norepinefrin dapat langsung diinjeksikan pada kulit dan
jaringan subkutan sebelum membuat insisi. Injeksi dilakukan minimal 5-10 menit sebelum
mulai pembedahan karena konstriksi otot polos pada dinding pembuluh darah memerlukan
waktu 6 menit untuk terjadi. Larutan epinefrin dalam cairan salin dengan konsentrasi 1 :
200,000 dapat diberikan sebanyak 40-50 ml pada orang dewasa dengan berat badan rata-rata
70 kg. Kewaspadaan harus dilakukan apabila melakukan injeksi regional pada atau dekat
dengan pedikel flaps. Saran dari ahli anestesi harus dipertimbangkan sebelum dilakukan
injeksi epinefrin. Pada operasi dengan durasi panjang, vasokonstriktor dapat diinjeksikan
kembali setelah selang waktu 90 menit.