Hemoroid REVISED
-
Upload
maris-jessica -
Category
Documents
-
view
68 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Hemoroid REVISED

MEDICAL SURGICAL
Hemoroid Oleh :
Chesya Tahitu - 462011008
Fenska Narli Makualaina – 462011026
Fransita M.A Fiah – 462011032
Merlinda J. Penun – 462011035
Plorensi lende - 462011045
Thetya Cica Yudo – 4662011047
Yopi Imanuel Leo - 462011049
Christiane Noni Tribuana – 462011063
Ronald Adeputra – 462011074
Fanny J. Tomasoa – 462011080
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kristen Satya Wacana
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien merupakan
penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak
masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul
dari penyakit ini. Banyak orang awam tidak mengerti daerah anorektal (anus dan rektum)
dan penyakit-penyakit umum yang berhubungan dengannya. Anus merupakan lubang di
ujung saluran pencernaan di mana limbah berupa tinja keluar dari dalam tubuh.
Sedangkan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan di atas anus, dimana tinja
disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Sepuluh juta orang di Amerika
dilaporkan menderita hemoroid dengan prevalensi lebih dari 4 % (Probosuseno, 2009).
Penyakit hemoroid merupakan kelainan anorektal yang paling sering dijumpai,
dengan insidensi di Jakarta diperkirakan 4.4% dari jumlah penduduk. Jumlah penderita
yang tercatat diperkirakan jauh dibawah insidensi sebenarnya, karena sepertiga pasien
dengan keluhan sesuai suatu penyakit hemoroid, tidak pernah datang ke seorang dokter.
Prevalensi hemoroid sama antarawanita dan lelaki, namun lelaki akan lebih cenderung
untuk mencari pengobatan. Prevalensi hemoroid juga meningkat dengan usia, hingga usia
70 tahun di mana akan tampak sedikit penurunan insidensi.
Pada zaman moderen ini, banyak masyarakat luas yang mengalami gejala hemoroid
tetapi mereka tidak perduli dan menyadari jika gejala tersebut adalah gejala hemoroid.
Mereka membiarkan gejala tersebut berkembang dan menyadari ketika hal tersebut sudah
terlambat serta penyakit tersebut sulit untuk diatasi dan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk menyembuhkannya. Peran perawat dalam menghadapi masalah kesehatan
seperti hemoroid adalah mampu memberikan edukasi kepada klien bagaimana mencegah
dan menanganinya secara dini.
1.2 Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
Untuk mengetahui apa itu hemoroid
Untuk mengetahui klasifikasi dari hemoroid
Untuk mengetahui penyebab, gejala, cara pencegahan dan cara pengobatan

BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Hemoroid merupakan suatu jenis penyakit yang banyak juga menimpa orang-
orang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal (KELOMPOK
BLM MENULIS INI MENURUT SIAPA?). Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia
50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang
terkena. Sebenarnya yang dimaksud dengan ambeien atau wasir adalah suatu penyakit
yang terjadi pada anus di mana bibir anus akan mengalami bengkak yang kadang juga
disertai dengan pendarahan pada stadium tertentu. Ini lah yang di sebut dengan pengertian
hemoroid wasir ini. Penyakit ambeyen ini tidak hanya memberikan rasa sakit kepada pada
penderitanya, tetapi juga memberikan rasa minder dan malu karena mengidap penyakit
wasir ini.
2.2 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh
darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa
terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna. Gejala - gejala dari
hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut
serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus
membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk
membuang wasir.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III

Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi
tidak dapat di masukan lagi.
2. Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah
otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak
kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang
sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna
dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.3 Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan
tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal.
Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran
balik.Faktor resiko hemoroid :
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic

Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang
mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
mempunyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis dan atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga
perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio
hordis atau sikrosis hepatis
8. Radang
Faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang
2.4 Tanda dan Gejala
a. Perdarahan; merupakan tanda pertama hemorrhoid interna akibat trauma oleh feces
yang keras. Warna darah merah segar dan tak bercampur dengan feces, segaris atau
menetes. Akibat perdarahan yang berulang dapat menyebabkan anemia.
b. Penonjolan/prolaps akibat pembesaran hemorroid secara perlahan, pada awalnya
terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium
lanjut prolaps perlu didorong agar kembali masuk ke anus.
c. Pada tahap lanjut prolaps menetap dan tidak dapat didorong lagi ciri – ciri prolaps
menetap:
- Keluar mukus dan terdapat feces pada bagian dalam
- Terdapat iritasi kulit perianal yg menimbulkan gatal atau pruritus anus,
disebabkan oleh karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus
d. Nyeri timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udema dan radang
2.5 Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit

Berawal dari karena sering terjadi penekanan di dalam usus besar hal ini
menyebabkan terjadinya peningkatan intra abdomen dan penekanan vena hemoroid,
penekanan tersebut terjadi ketika rectum melebar lalu terisi oleh sesuatu yang keras
seperti feses keras yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi serat, hal inilah yang
dapat menjadikan sumbatan, jika sumbatan tersebut berlangsung terus menerus, dapat
menyebabkan terjadi pelebaran pada vena Hemoroid yang permanen. Dan akibat dari
pada itu terjadi thrombosis, Distensi, dan perdarahan dapat terjadi.

PATHWAY HEMOROID (BELUM MENUNJUKKAN HINGGA TIMBUL GANGGUAN PADA PEMENUHAN KDM AKIBAT
GANGGUAN FUNGSI ORGAN)
Konsumsi makanan berserat
Pola makan
Konstipasi mengejan yang lama
Obesitas
KehamilanTekananKongesti Vena PleksusHerediter
Berdiri dan duduk lama Trombosis Vena Porta
Aliran Vena Balik terganggu
HEMOROIDHemoroid Interna
Perdarahan saat BAB dan tanpa
nyeri
Anemia defisiensi besi
- Nyeri di daerah anus- Perdarahan saat BAB- BAB berledir- Pruritus Ani sampai
dermatitis, proctitis
Hemoroid Externa
Jika ada bekuan darah
Thrombosis
Bengkak, kebiruan pada anus dan jarang berdarah, sakit kecuali ada robekan vena
- Perdarahan- Anemia- Trombosis akut
pada prolaps hemoroid
Derajat I
Disertai dengan
perdarahan
Derajat II
Disertai perdarahan saat BAB dan benjolan akan masuk kembali
Derajat III
Disertai dengan benjolan yang tambah bengkak dan membesar benjolan dapat
masuk bila didorong dengan jari
Derajat IV
Benjolan semakin besar
dan tidak dapat masuk
kembali
RESTI KEKURANGA
N CAIRAN
MENEKAN UJUNG2 SARAF PERIFER
MERANGSANG PELEPASAN MEDIATOR
KIMIA (HISTAMINM BRADIKINI, SEROTONIN,
INTERLEUKIN
NYERI
PERUBAHAN DALAM POLA
ELIMINASI BAB

2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
2.7 Penatalaksanaan medis
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna
selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk
trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.
a. Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan:
Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan
menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.
Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk dengan salep,
supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring.
b. Beberapa tindakan non-operatif untuk hemorroid:
Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tehnik terbaru
untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya
Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang berukuran kecil.
c. Tindakan bedah konservatif hemorrhoid internal

Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop, dan
bagian proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil
kemudian diselipkan diatas hemorrhoid. Bagian distal jaringan pada pita karet
menjadi nekrotik setelah beberapa hari danm dilepas. Terjadi fibrosis yang
mengakibatkan mukosa anal bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun
tindakan ini memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan ini
menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid sekunder dan infeksi perianal.
d. Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara membekukan
jaringan hemorroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini
kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena
menyebabkan keluarnya rabas yang berbau angat menyengat dan luka yang
ditimbulkan lama sembuh.
e. Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini cepat dan
kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada
periode paska operatif.
f. Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus
diatasi dengan bedah lebih luas.
g. Hemorroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selma pembedahan, sfingter rektal
biasanya didilatasi secara digital dan hemorroid diangkat dengan klem dan kauter
atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang
kecil dimaukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah;
penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat diberikan diatas luka kanal.
2.8 Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi
trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.

3. Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan
keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme
adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/ terjepit)
akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan
kematian.
2.9 Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur
semalaman karena diare, gelisah, ansietas, penbatasan aktivitas/ kerja sehubungan
dengna efek proses penyakit
b. Sirkulasi
Tanda : takipnea (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri,
kemerahan, ekimosis)
c. Eliminasi
Gejala : perubahn pola defekasi, defekasi berdarah/ pus / mukosa dengan atau
tanpa keluar feses perdarahan perectal. Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi,
menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, mual muntah, penurunan BB, nyeri ulu hati. Tanda : muntah,
berat urin meningkat, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk
e. Higiene

Tanda : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
f. Nyeri / kenyaanan
Gejala : rasa ketidaknyaman, nyeri saat defekasi. Tanda : Wajah berkerut, berhati
hati pada area yang sakit, berkeringat
g. Sirkulasi
Tanda : hipotensi, takikardi, disritmia, kelemahan, warna kulit lambat
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerantanan bakteri sekunder terhadap luka
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2 dengan kebutuhan
4. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui hemoragik
5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus.
2.9.3 INTERVENSI DAN RASIONALISASI
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit .
Kriteria Hasil :
Keluhan nyeri berkurang
Pasien dapat beristirahat tidur.
Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi dan Rasionalisasi
Intervensi : mengkaji nyeri, karakteristik, intensitas dengan skala 1-10
Rasionalisasi: membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan, mengurangi
ansietas.
Intervensi : mengkaji TTV dan KU pasien
Rasionalisasi : menurunkan ansietas dapat meningkatkan relaksasi.

Intervensi : membantu melakukan rentang gerak dan dorong ambulasi
dini.
Rasionalisasi :menurunkan kekakuan otot, ambulasi mengembalikan ke
posisi normal.
Intervensi :mengkaji ulang factor yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri.
Rasionalisasi :membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
Intervensi : berikan rendam duduk dengan tepat
Rasionalisasi :meningkatkan kebersihan dan kenyamanan adanya iritasi
fiseral peri anal.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerentanan bakteri sekunder terhadap luka
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
Jaringan tampak bergranulasi
Bebas tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi : memantau TTV dan perhatikan peningkatan suhu
Rasionalisasi : suhu meningkat pada malam harii memuncak dan kembali ke normal pada
pagi hari adalah karakteristik infeksi
Intervensi : observasi adanya inflamasi.
Rasionalisasi: perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
Intervensi: observasi adanya gejala peritonitis.
Rasionalisasi : peritonitis dapat terjadi bila usus terganggu.
Intervensi: memberikan obat sesuai dengan indikasi (antibiotic)
Rasionalisasi : diberikan secara prolaktik dan untuk mengatasi infeksi.

Intervensi: melakukan irigasi luka sesuai dengan kebutuhan.
Rasionalisasi: mengatasi infeksi bila ada.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2dengan kebutuhan
Kriteria Hasil :
Menunjukkan tehnik/ perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas.
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervens: meningkatkan tirah baring/duduk dan memeberikan lingkungan yang tenang.
Rasionalisasi: meningkatkan istirahat dan ketenangan
Intervensi: mengubah posisi dengan sering.
Rasionalisasi : menurunkan resiko kerusakan jaringan.
Intervensi: meningkatkan aktivitas sesuai toleransi.
Rasionalisasi : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
Intervensi : melakukakn tugas dengan cepat dan sesuai indikasi.\
Rasionalisasi: memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
Intervensi : memberikan aktivitas hiburan yang tepat
Rasionalisasi: meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
4. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui hemoragik
Kriteria Hasil :
Mempertahankan keseimbangan cairan
Turgor kulit baik
Hidrasi adekuat dibuktikan oleh menbran mukosa lembab
Intervensi dan Rasionalisai :
Intervensi: mengawasi masukan dan haluaran

Rasionalisasi: fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
Intervensi: mengkaji TTV
Rasionalisasi: hipotensi, demam dapat menunjukan efek kehilangan cairan
Intervensi: observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa
Rasionalisasi : kehilangan cairan yang berlebihan
Intervensi : observasi perdarahan dan tes feses setiap hari
Rasionalisasi : diet tak adekuat dan penurunan absorpsi menimbulkan defisiensi dan vitamin
K, potensial resiko perdarahan.
Intervensi : mengukur BB setiap hari
Rasionalisasi : indicator cairan dan status nutrisi
Intervensi : memberikan cairan sesuai indikasi
Rasionalisasi: penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia.
5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan pola fungsi usus normal
Intervensi dan Rasionaisasi :
Intervensi : auskultasi bising usus
Rasionalisasi: kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh efek depresan, dari anestesi dan
obat-obatan. Adanya bunyi abnormal menunjukan adanya komplikasi.
Intervensi: selidi keluhan abdomen
Rasionalisasi : mungkinberhubungan dengan distensi gas
Intervensi: observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi dan jumlah
Rasionalisasi : indicator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi : catat iritasi, kemerahan, ukur daerah pruritus
Rasionalisasi : memantau proses penyembuhan
Intervensi: berikan pelindung kulit yang efektif
Rasionalisasi : mencegah trauma dan melindungi kulit
Intervensi : selidiki keluhan rasa terbakar / gatal
Rasionalisasi : memerlukan tindakan intervensi
Intervensi : berikan sprei kortikosteroid dan bedak nistatinn sessui indikasi
Rasionalisasi : membantu penyembuhan

BAB III
Tinjauan Kasus
Identitas
Inisial Nama : “S”
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat / tgl. Lahir : 4 Januari 1996
Usia : 9 tahun
Agama : Islam
Nama ayah / ibu : Mesra
Pekerjaan Ayah : Tani
Pekerjaan Ibu : Tani
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : tidak tamat SD
Alamat : Dusun 1. Talang Lubuk RT 3 Muara Telam
Suku Bangsa : Melayu
Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama ( SMRS)
Keluarga mengatakan pasien mengalami pendarahan segar saat defekasi
b. Keluhan Utama ( saat pengkajian)
Pre Operasi : Ada benjolan di anus sebesar ibu jari orang dewasa
Post Operasi : nyeri pada luka operasi
Klien datang ke RS dengan keluhan pendarahan saat defekasi selama 3 hari. Sebelumnya
keluarga mengatakan tidak ada keluhan apapun seperti nyeri yang dirasakan klien. Keluarga
mengatakan keluhan pasien hanya batuk dan pilek itu pun hanya 3 hari kemudian sembuh.
Ibu klien mengatakan terdapat benjolan pada anus sejak klien berumur 3 tahun.

1. PENGKAJIAN FISIK (DATA INI KURANG KOMPLIT)
Data klinis : BB 20 kg, TB 100 cm
Kesadaran : Composmentis
TTV:
S : 36,5 ˚C
N: 97x/menit
Data Objektif:
- Pada anus klien terdapat benjolan sebesar ibu jari orang dewasa
- Klien batuk dan pilek
- Klien tampak lemah dan meringis kesakitan
- Pada luka bekas operasi tampak kemerahan
Data Subjektif:
- Ibu pasien mengatakan bahwa klien nyeri pada luka operasi
- Klien mengatakan gatal disekitar bekas operasi
- Ayah klien mengatakan BAK di tempat tidur dengan botol aqua
- Ayah klien mengatakan membantunya dalam makan & minum
- Ayah klien mengatakan suhu klien sedikit panas
3.2 Analisa Data
Data Klien Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Ibu pasien mengatakan bahwa
klien nyeri pada luka operasi
DO : - KU / Lemah
Tampak meringis kesakitan
dan menagis
Hemoroidectomy
Terputusnya
kontunitas jaringan
Menstimulasi
reseptor nyeri
(bradikinin & Prostaglandin)
Nyeri akut

Afferent
Medula Spinalis
Thalamus
Korteks
Serebri
Afferent
Nyeri
DS : - ayah pasien mengatakan BAK
ditempat tidur dengan botol
aqua
- Makan dan minum :dibantu
keluarga
DO: KU /Lemah
N : 97 x/m
S : 36,2 C
Hemorrhoidectomy
Luka Operasi
Nyeri
Intoleransi Aktivitas
Imobilisasi
DS : -Ayah pasien mengatakan tidak
mengetahui makanan apa yang
harus diberikan
Nyeri
Kurang
Informasi
Kurang informasi mengenai
pnanggulangan hemorrhoid

Kurang
Pengetahuan
S : - ayah klien mengatakan suhu
klien sedikit panas
O : KU : sedang
N : 96 X /m
S : 37 C
Kerusakan Integritas Kulit
Port D’entry
mikroorganisme
Media
berkembang
mikroorganisme
Resiko tinggi
infeksi
Resiko infeksi
3.4 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatannya yakni :
1. Nyeri akut pada luka operasi b.d adanya jahitan pada luka operasi
2. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pasca operasi
3. kurang pengetahuan b.d kurang informasitentang makana tingi serat
4. resiko terjadinya infeksi pada luka b.d pertahanan primer tidak adekuat
3.5 Intervensi Keperawatan
Nama pasien : “S” Diagnosa Medis : Hemorrhoid
Jenis Kelamin : Laki-laki Hari /Tanggal : Selasa / 23-1
No. Kamar / Bed : 3/B1 Shift : Pagi

N
o
Dx. Kep Tujuan Intervensi Kep Rasionalisasi
1 Nyeri akut pada
luka operasi b.d
adanya jahitan
pada luka
operasi :ibu
pasien
mengatakan
bahwa klien
nyeri pada luka
operasi
DO :
- KU/ Lemah
- Tampak
meringis
kesakitan &
menagis
- TTV :
RR : 97 x/m
S: 36,5 C
Tujuan
terpenuhinya rasa
nyaman setelah
dilakukan
tindakan Kep.
Selama 30 m
dengan kriteria:
- Klien tidak
merigis kesakitan
lagi
- KKU / baik
N : Normal
S : 36,5 C
- SSkala Nyeri : 0
1. Tentukan skala nyeri
2. Beri posisi tidur yang
menyenangkan pasien
Ajarkan teknik untuk
mengurangi rasa nyeri
seperti :
Menarik nafas panjang
dll
4.Obseravasi daerah rektal
apakah ada pendarahan
- skala nyeri digunakan untuk
mengukur tingkat nyeri
seseorang
-Dapat menurunkan tegangan
abdomen & meningkatkan
rasa kontrol
-Melakukan kegiatan yang
disukai dapat mengalihkan
perhatian terhadap rasa
nyeri
-Pendarahan pada jaringan
inflamasi lokal atau
terjadinya infeksi dapat
meningkatkan rasa nyeri
2 Intoleransi
aktivitas b.d
nyeri pasca
operasi
DS :
- ayah klien
mengatakan
BAK di tempat
tidur dengan
botol aqua
- ayah klien
mengatakan
membantunya
dalam makan &
Tujuan
terpenuhinya
mobilisasi setelah
dilakukan tidakan
kep. Selama 1x24
jam. Dengan
kriteria :
- dapat BAK &
BAB sendiri
- dapat makan &
minum sendiri
- KU/Baik
1. Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan
2. Evaluasi respons klien
terhadap aktivitas
3. dorong untuk sering
mengubah posisi, bantu
klien bergerak ditempat
secara perlahan
-meminimalkan rasa nyeri
pasca operasi
-menetapkan
kemampuan/kebutuan
pemilihan intervensi
- pergerakan dapat
merangsang otot peristaltik
usus sehingga mempercepat
prosesdefekasi dan
terhindar dari konstipasi

minum
DO :
KU: Lemah
Terpasang infus
Kurang
pengertahuan
b.d kurang
informasi
tentang
makanan tinggi
serat
DS: -Kakek
klien
mengatakan
selama ini Klien
malas untuk
memakan sayur
DO:
KU /Lemah
N : 36,2 C
Tujuannya
keluarga dan klien
mengetahi
makanan yang
banyak
mengandung serat
yang baik untuk
tubuh setelah
dilakukan
tindakan kep.
Selama 30 m
dengan kriteria:
- mMampu
menyebutkan
makanna tinggi
serat yang baik
untuknya
- KU /baik
- N : DBN
S: 36,5
1.Diskusikan
pentingnhya
penatalaksanaaan diet
rendah sisa
2.Berikan penjelasan
makanan yang
dianjurkan untuk klien
kepada keluarga engenai
kekambuan embali
hemorrhoid
3.Diskusikan untuk
mencegah mengejan
saat defekasi
Pengetahuan tentang diet
berguna untuk melibatkan
pasien dalam
merencanakan diet
-Makanan yang tidak kaya
akan serat dapat
menyebabkan koonstipasi
-Menghindari pembesaran
kembali V. Hemoroidalis
4 Resiko
terjadinya
infeksi pada
luka b.d
pertahanan
primer tidak
adekuat
S :
- ayah klien
Tujuan tidak
terjadinya infeksi
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x 24 jam
dengan kriteria:
-luka mengering
Tidak terdapat
1.Observasi TTV
2.Lakukan rendam VK
pada daerah anus
1.Respon autonomik
meliputi RR, N , TD b.d
keluhan penghilang nyeri
2.Rendam VK mencegah
terjadinya infeksi pada
bekas luka operasi
3.Deteksi dini terjadinya

mengatakan
suhu klien
sedikit panas
- klien
mengatakan
gatal disekitar
bekas operasi
O :
KU/ sedang
N : 96 X /m
S : 37,6 C
- Tampak
kemerahan
tanda-tada radang
N :DBN
S: 36,5
3.Observasi balutan tiap
4 jam, periksa terhadap
pendarahan
proses defekasi

Bab IV
Kesimpulan
Hemoroid sering terjadi pada usia di atas 50 tahun hal itu dikarenakan adanya pelebaran
vena di kanal anal. Hemoroid itu sendiri terbagi atas dua bagian yaitu hemoroid internal dan
Hemoroid eksternal. Hemoroid internal terbagi menjadi beberapa derajat yakni yang
menunjukan tingkat keparahannya.
Dalam pemberian asuhan keperawatan bagi pasien Hemoroid perawat yang mana harus
memperhatikan tingkat derajat keparahannya, personal hygine, dan pola nutrisi.