Hemoroid FIX

56
LEARNING TASK HEMOROID SISTEM PENCERNAAN 1 OLEH : SGD VII NI PT INDRA SUWARI DEWI (0902105013) NI MADE JUNIARI (0902105014) NI MADE SINTHA PRATIWI (0902105027) NI MADE YUNITA SARI (0902105028) IB PUTU SURYA WEDATAMA (0902105046) NI LUH KUSMA DEWI (0902105053) I GEDE BAYU WIRANTIKA (0902105063) AYU PRAMISWARI (0902105067) MADE DENY WIDIADA (0902105080) NI WAYAN MIRA RIANTY (0902105083) NI PT DIAN SEPTIANA ANDRIANI (0902105086) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Transcript of Hemoroid FIX

Page 1: Hemoroid FIX

LEARNING TASK HEMOROID

SISTEM PENCERNAAN 1

OLEH : SGD VII

NI PT INDRA SUWARI DEWI (0902105013)

NI MADE JUNIARI (0902105014)

NI MADE SINTHA PRATIWI (0902105027)

NI MADE YUNITA SARI (0902105028)

IB PUTU SURYA WEDATAMA (0902105046)

NI LUH KUSMA DEWI (0902105053)

I GEDE BAYU WIRANTIKA (0902105063)

AYU PRAMISWARI (0902105067)

MADE DENY WIDIADA (0902105080)

NI WAYAN MIRA RIANTY (0902105083)

NI PT DIAN SEPTIANA ANDRIANI (0902105086)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2011

Page 2: Hemoroid FIX

Hemoroid

Kasus:

Ny. R 56 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri di dubur dan sering keluar darah dari

anus, klien adalah wanita dengan lima anak dan klien tidak menyukai sayur dan buah serta

lebih suka makanan cepat saji, setelah dilakukan pemeriksaan klien didiagnosis menderita

hemoroid grade 4 dan memerlukan tindakan oprasi.

1. Apa yang dimaksud dengan hemoroid?

2. Uraikan predisposisi dan penyebab hemoroid?

3. Uraikan patofisoilogi dan gejala klinik hemoroid?

4. Uraikan jenis-jenis dan derajad hemoroid?

5. Uraikan pemeriksaan diagnosa atau penunjang yang diperlukan pada klien dengan

hemoroid!

6. Jelaskan derajad hemoroid yang masih bisa ditangani dengan tindakan konservatif!

7. Jelaskan jenis hemoroid yang memerlukan tindakan operatif!

8. Apa yang dimaksud dengan hemoroidektomi? Bagaimana persiapan klien dan perawatan

post operasinya?

9. Uraikan komplikasi hemoroidektomi?

10. Bagaimana pencegahan hemoroid?

11. Uraikan pendidikan kesehatan dan discharge planning yan bisa diberikan pada pasien

hemoroid!

12. Buatlah WOC hemoroid, dx kep yang mungkin muncul, NOC dan NIC yang sesuai,

minimal 5 diagnosa!

Page 3: Hemoroid FIX

1. Apa yang dimaksud dengan hemoroid?

Jawab :

Kata “Hemoroid” berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘haem’ : darah, rhoos’ : mengalir. Jadi

semua pendarahan yang ada di anus disebut hemoroid.

Hemoroid adalah pelebaran rasa di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan

keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit,

diperlukan tindakan. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal dan

dapat dibagi menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna

merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media dan hemoroid eksterna

merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka

hemoroid eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di

sebelah dalam sfingter.

2. Uraikan predisposisi dan penyebab hemoroid!

Jawab :

Etiologi

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik.

Kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :

Hepar sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar

sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke

esopagus dan pleksus hemoroidalis .

Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga

aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal

dan lain lain.

2) Idiopatik,tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab

timbulnya hemoroid.

Faktor faktor yang mungkin berperan :

Keturunan atau heriditer

Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan

bukan hemoroidnya.

Page 4: Hemoroid FIX

Anatomi

Vena di daerah masentrorium tudak mempunyai katup. Sehingga darah mudah

kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.

Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

- Orang yang pekerjaan nya banyak berdiri atau duduk dimana gaya grapitasi

akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.Misalnya seorang ahli bedah.

- Gangguan devekasi miksi.

- Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

- Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya

hemoroid yitu :

- Adanya tomur intra abdpomen.

- Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan

hormonal.

- Mengedan sewaktu partus.

Factor predisposisi terjadinya Hemoroid :

a. Terlalu banyak mengedan saat buang air besar

b. Kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama

c. Mengangkat beban terlalu berat

d. Wanita hamil yang mengedan saat melahirkan

e. Diare kronik

f. Usia lanjut

g. Hubungan seks peranal

h. Hereditas/ keturunan

i. Sembelit

j. Genetik predisposisi

k. Kurang berolahraga atau imobilisasi

l. Kurang makan-makanan berseerat

3) Uraikan patofisoilogi dan gejala klinik hemoroid?

Jawab:

Page 5: Hemoroid FIX

Patofisiologi:

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena

hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan

rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi

akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun

berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema

yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.

Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.

a. Hemorrhoid interna:

Sumbatan aliran darah system porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan

terbentuk kolateral pada vena hemorroidalis superior dan medius. Selain itu Sistem

vena portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.

b. Hemorrid eksterna:

Robeknya vena hemorroidalis inferior membentuk hematoma di kulit yang berwarna

kebiruan, kenyal-keras,dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal karena ujung-

ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

Gejala Klinik:

Gejala utama berupa :

a. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.

Perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh

feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur

dengan feses.

b. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemaroid sesuai gradasinya.

Hemoroid yag membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar

menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu

defekasi dan disusul reduksi spontan saat defekasi. Pada stadium yang lebih

lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk

kembali ke dalam anus.

Gejala lain yang mengikuti :

c. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema yang

meradang.

d. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

Page 6: Hemoroid FIX

Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus

anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan

mukus.

e. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi

4) Uraikan jenis-jenis dan derajat hemoroid !

Jawab :

Hemoroid diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Hemoroid eksterna, yaitu hemoroid yang muncul di luar sfingter anal.

2. Hemoroid interna, yaitu hemoroid yang terjadi di atas sfingter anal.

(Brunner & Suddarth, 2001 : 1138)

Hemoroid Eksterna diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

Akut : pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus (hematoma)ànyeri dan gatal

Kronik : satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan

sedikit pembuluh darah

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:

1. Derajat I: perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi, bila terjadi pembesaran

hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan

anorektoskop,

2. Derajat II: menonjol melalui kanalis analis pada saat mengejan ringan, tetapi dapat

masuk kembali secara spontan, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang

atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.

3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus

dengan bantuan dorongan jari. Hemoroid menonjol saat mengejan dan harus didorong

kembali sesudahdefekasi

4.  Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk

mengalami trombosis atau infark. Hemoroid menonjol keluar dan tidak dapat

didorong masuk.

Deraja Berdarah Menonjol Reposisi

Page 7: Hemoroid FIX

t

I (+) (-) (-)

II (+) (+) Spontan

III (+) (+) Manual

IV (+) tetap Tidak

dapat

Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior vena

porta sedangkan Pleksus hemoroid eksterna mengalirkan darah ke peredaran

sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.

5) Uraikan pemeriksaan diagnosa atau penunjang yang diperlukan pada klien dengan

hemoroid!

Jawab:

Pemeriksaan penunjang pada klien hemoroid yaitu :

1. Pemeriksaan Colok Dubur

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba

sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.

Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput

lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar

yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan

karsinoma rektum.

2. Pemeriksaan Anoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop

dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.

Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat

diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai

struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan

sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih

nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus

seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi

Page 8: Hemoroid FIX

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan

oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid

merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa

terhadap adanya darah samar.

6) Jelaskan derajad hemoroid yang masih bisa ditangani dengan tindakan konservatif!

Jawab:

Terapi Konservatif diberikan pada hemoroid derajat I dan II dimana bukan ditujuan untuk

menghilangkan pleksus hemoroidalis tapi untuk menghilangkan keluhan. Terapi

konservatif ini diberikan untuk pasien dengan gejala yang minor dan memiliki kebiasaan

diet atau higiene yang tidak normal.

a. Non-farmakologis

Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki cara defekasi.

Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum,

perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management

Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan

perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Makanan

berserat akan menyebabkan gumpalan isi usus besar namun lunak sehingga

mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air

selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000

(1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa

tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat

menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.

b. Farmakologi

Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan

gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:

1. Obat yang memperbaiki defekasi

Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja

(stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain

psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang

berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk.

Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan

Page 9: Hemoroid FIX

peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah

laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).

2. Obat simptomatik

Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau

kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan

Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi

radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC,

Scheriproct.

3. Obat penghenti perdarahan

Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena

hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari

jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh

darah.

4. Obat penyembuh dan pencegah serangan

Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet

selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala

inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.

c. Invasif

Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan

tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif. Dilakukan jika pengobatan

farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.

Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada

derajat I dan II. Dan selebihnya adalah eksisi (Felix, 2006).

Fiksasi terdiri dari:

Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan

zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan merangsang

pembentukan jaringan parut sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena

hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5%

phenol in almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman

dan memberikan hasil baik.

Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena

hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut

(3-4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.

Page 10: Hemoroid FIX

Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek

panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk

mencegah efek samping dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat,

maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini

diperuntukkan pada derajat 1-2.

Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja

mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.

Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode ini menjadi pilihan

utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokasi arteri

hemoroidalis yang hendak dijahit.

Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang akurat

dalam menentukan area freezing.

Sedangkan eksisi dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu St. Marks Milligan –

Morgan Technique, Submucosal Haemorrhoidectomy (Parks method), dan yang terbaru

adalah Circular Stapler Anopexy (teknik Longo). Teknik Circular Stapler Anopexy atau

dikenal dengan Procedure for Prolapse and Haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan

sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong jaringan hemoroid yang

merosot ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir dinding anus. Kemudian sebuah

gelang dari bahan titanium diselipkan di jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran

anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.

7) Jelaskan jenis hemoroid yang memerlukan tindakan operatif!

Jawab:

Indikasi tindakan operatif pada pasien hemoroid adalah penderita dengan keluhan

menahun dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan berulang dan anemia yang tidak

sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus

dan nyeri hebat. Penderita hemoroid eksterna juga diberikan terapi bedah karena

hemoroid eksterna sudah tidak bisa ditangani dengan tindakan konservatif. Prinsip yang

harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada

jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm

dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus

digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis

analis akibat prolapsus mukosa. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu

Page 11: Hemoroid FIX

bedah konvensional ( menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai

alat pemotong) dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :

a. Bedah konvensional

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini

dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa

hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari

rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus

hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter

internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu

incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus

hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang

mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan

transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah

mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal

dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid

yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari

eksisi tunika mukosa rectum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil

terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan

mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan

mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan

kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan

jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi

jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem

diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak

mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan

stenosis.

b. Bedah Laser

Page 12: Hemoroid FIX

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat

pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri

sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang

minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut

terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi

akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut syaraf terbuka

akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan

pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi satu, seperti

terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan

daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan

antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa

dilakukan hanya dengan rawat jalan.

c. Bedah Stapler

Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau

Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh

dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga sering

disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999.

Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,

terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya. Pada dasarnya hemoroid

merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai

bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk

melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.

Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas

garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya

semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB,

sehingga tidak perlu dibuang semua. Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps

didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika

mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler

dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di

bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.

Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar

sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong jaringan yang

berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah

ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan

Page 13: Hemoroid FIX

sendirinya. Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak

mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan

dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit,

pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan

dinding rektum.

Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka

waktu pendek maupun jangka panjang.

Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.

PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk

memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan

mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

8) Apa yang dimaksud dengan hemoroidektomi? Bagaimana persiapan klien dan perawatan

post operasinya?

Jawab:

HEMOROIDEKTOMI

Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkata pleksus hemoroidalis dan mukosa atau

tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih.

Buang air besar dengan perdarahan berupa darah segar dan tidak bercampur dengan

feses,prolaps hemoroid disertai dengan anal discharge, pruritus ani dan dermatitis

disekitar anus (proktitis).

Indikasi operasi

Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.

Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain yang lebih

sederhana.

Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.

Kontra indikasi operasi

Hemoroid derajat I dan II

Penyakit Chron’s

Karsinoma rectum yang inoperable

Wanita hamil

Page 14: Hemoroid FIX

Hipertensi portal

Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode:

a. Metode Langen-beck(eksisi atau jahitan primer radier)

Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu

memanjang dari rectum.

b. Metode White head (eksis atau jahitan primer longitudinal)

Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol

c. Metode Morgan-Milligan

Semua primary piles diangkat

Teknik operasi (Morgan Milligan):

1. Posisi pasien littotomi atau knee-chest (menungging)

2. Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional atau lokal anestesia

3. Dilakukan praktoskopi untuk identofikasi hemorrhoid

4. Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah prosimal hingga pedikel

hemorrhoid

5. Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau pisau, pedikel hemorrhoid diligasi

dengan chromic catgut 3-0

6. Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau dijahit sebagian

7. Tindakan diulang pada bagian yang lain

8. Lubang anus dibiarkan terbuka atau ditampon dengan spongostan

A. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN

I. PERSIAPAN FISIK

Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :

a) Persiapan di unit perawatan

b) Persiapan di ruang operasi

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara

lain:

1) Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan

secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa

lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status

Page 15: Hemoroid FIX

hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,

fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat

yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan

mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki

riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan

memicu terjadinya haid lebih awal.

2) Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat

kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan

keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum

pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.

Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi

pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah

sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi

(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan

luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa

mengakibatkan kematian.

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.

Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar

elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium

serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l)

dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit

terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme

asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik

maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami

gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi

harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang

mengancam jiwa.

4) Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan

yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan

pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya

puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00

Page 16: Hemoroid FIX

WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari

aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi

feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca

pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera),

seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat

dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

5) Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi

pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat

menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses

penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi

tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien

luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan

hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali

pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih

nyaman.

Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang

akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran

jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya :

apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur

femur, hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada

lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.

6) Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang

kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada

daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk

mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya

jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri

maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7) Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.

Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk

mengobservasi balance cairan.

8) Latihan Pra Operasi

Page 17: Hemoroid FIX

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat

penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti :

nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah

operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu

beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik

ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi

umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka

pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan pasien.

Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut

ditekuk dan perut tidak boleh tegang.

Letakkan tangan diatas perut

Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi

mulut tertutup rapat.

Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara

dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.

Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.

Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang

mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami

pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar

pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak

lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien

setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.

Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :

Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan

letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.

Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)

Page 18: Hemoroid FIX

Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak

hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi

luka pada tenggorokan.

Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap

incisi.

Ulangi lagi sesuai kebutuhan.

Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan

menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan

daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat

batuk.

Latihan Gerak Sendi

Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah

operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk

mempercepat proses penyembuhan.

Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang

pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan

tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.

Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera

bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga

pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan

penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan

terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk

mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi

ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan

perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun

kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta

melakukan secara mandiri.

Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan

mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan

mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat

mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat

mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena

itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan

pembedahan/operasi.

Page 19: Hemoroid FIX

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :

1. Usia

Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai

resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah

sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena

belum matur-nya semua fungsi organ.

2. Nutrisi

Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan

dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase

penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi

nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi

tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks,

vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).

Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak,

terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan

permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka,

umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan;

pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah

mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu,

distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit

biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.

3. Penyakit Kronis

Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan

insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk

penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang

mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat

tinggi.

4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin

Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus

yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan

pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama

pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak

adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang

mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi

Page 20: Hemoroid FIX

kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat-obatan

kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.

5. Merokok

Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler,

terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan

darah sistemiknya.

6. Alkohol dan obat-obatan

Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan

masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan

meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang

seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu

dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan

NGT.

II. PERSIAPAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang antara lain :

a) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto

tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized

Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,

Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio

Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.

b) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka

leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total

(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT,

ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang

jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.

c) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan

tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya

dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa

infeksi kronis saja.

d) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)

Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien

dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10

jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan

pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

Page 21: Hemoroid FIX

III. PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI

Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan

mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah

tabel pemeriksaan ASA.

1) Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri

2) Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh

penyakit yang akan dibedah

3) Penyakit sistemik berat

4) Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu

dapat diperbaiki dengan pembedahan

5) Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan

sebagai pilihan terakhir.

IV. INFORM CONSENT

Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal

lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan

tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus

menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh

karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan

surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan

anastesi).

Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek

etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib

untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun

tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga

mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien

maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan

mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur

pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum

menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk

menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk

dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga

setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran

keluarga.

Page 22: Hemoroid FIX

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan

berbagai cara:

1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien

sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-

hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat

kamar operasi, dll.

2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi

sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.

3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang

segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga

untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain

karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti

valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan

dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas

kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih

tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan

kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan

untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan

permedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang

cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau

diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.

Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam

sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat

diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.

V. PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI

Page 23: Hemoroid FIX

Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang

perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah

dilakukan. Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah prosedur

administrasi, persiapan anastesi dan kemudian prosedur drapping.

Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu

berupa tindakan drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan

alat tenun (disebut : duk) steril dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang

dibiarkan terbuka dengan memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10%

dan alkohol 70%.

Prinsip tindakan drapping adalah:

Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur

drapping.

Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan baik

dan benar prosedur dan prinsip-prinsip drapping.

Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan tang

digunakan steril dan tidak bocor.

Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai omloop

harus berdiri di belakang instrumentator untuk mencegah kontaminasi.

Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.

Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai dan

harus di jaga kesterilannya.

Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan

kertas water prof atau plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat

tenun steril.

Teknik Drapping :

- Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus kering

- Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan memepertahankan

prinsip steril

Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril

Pegang drape sedikit mungkin

Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat tenun

steril tanpa perlindungan gaun operasi.

Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah yang

tidak steril.

Page 24: Hemoroid FIX

Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati menyentuh

lampu operasi)

Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop

bertugas menyingkirkan alat tenun tersebut.

Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum

tertutup.

Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala meja

operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.

Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut

dianggap terkontaminasi.

B. Perawatan Pasca Bedah

Bila terjadi rasa nyeri yang hebat, bisa diberikan analgetika yang berat seperti

petidin

Obat pencahar ringan diberikan selama 2-3 hari pertama pasca operasi, untuk

melunakkan faeses

Rendam duduk hangat dapat dilakukan setelah hari ke-2 (2 kali sehari),

pemeriksaan colok dubur dilakukan pada hari ke-5 atau 6 pasca operasi. Diulang

setiap minggu hingga minggu ke 3-4, untuk memastikan penyembuhan luka dan

adanya spasme sfingter ani interna

Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB (1-2 minggu setelah operasi)

Makan diet berserat dan yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan

berolahraga ringan.

9) Uraikan komplikasi hemoroidektomi?

Jawab:

Komplikasi hemoroidektomi:1. Komplikasi awal:

a. Rasa nyeri pasca operasi, berlangsung s/d 2-3 minggu. Hal ini terutama karena

insisi dan ligasi pedikel hemoroid.

b. Infeksi luka jarang terjadi; dapat timbul abses (1%), Infeksi nekrotikans berat

jarang ditemukan

c. Perdarahan pasca operasi.

d. Pembengkakan jembatan-jembatan kulit.

Page 25: Hemoroid FIX

e. Inkontinesia berat jangka pendek

2. Komplikasi lanjut terdiri dari:

a. Stenosis ani

b. Terbentuknya skin tag

c. Kekambuhan

d. Fisura Ani. (retakan pada dinding anus yang disebabkan oleh peregangan

akibat lewatnya feses yang keras ataupun trauma) *fisiologi Sylvia 2006

e. Inkontinensia ringan

f. Infark feses, akibat penggunaan narkotika pasca operasi sebagai anti nyeri.

g. Perdarahan akibat pernanahan / infeksi daerah pedikel. Biasanya sehingga

ikatan/ jahitan terlepas. Hal in dapat terjadi pada pada hari ke 7-16 pasca

operasi.Tidak ada tindakan sepesifik yang dapat dilakukan untuk mencegah

komplikasi ini. Biasanya penderita harus menjalani “operasi ulangan “ untuk

beberapa ligasi / jahitan hemostasis dengan di ruang operasi.

Komplikasi Teknik Milligan – Morgan : Striktura rektum dapat merupakan

komplikasi dari eksisi tunika mukosa rectum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik

mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan ( Buku ajar

Bedah, David C. Sabiston).

Komplikasi teknik stapler atau Procedur for Prolapse Hemorroids (PPH) atau

Hemorroid circular stapler. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan

kerusakan dinding rektum.

2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam

jangka waktu pendek maupun jangka panjang.

3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah

dilaporkan.

4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk

memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan

mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

5. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah nyeri permanen (akibat teknik yang

kurang adekuat,inkontinensia alvi sampai dengan fistula rekto vaginal atau

rektouretral bila jaringan yang dieksisi terlalu dalam.mengenai sfingter.

Page 26: Hemoroid FIX

10) Bagaimana pencegahan hemoroid?

Jawab:

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:

1. Jalankan pola hidup sehat.

2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan).

3. Makan makanan berserat (buah, sayuran, sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-

25 gram sehari.

4. Hindari terlalu banyak duduk.

5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.

6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar (seks anal).

7. Minum air yang cukup.

8. Jangan menahan kencing dan berak.

9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan.

10. Jangan mengejan berlebihan.

11. Duduk berendam pada air hangat.

12. Minum obat sesuai anjuran dokter.

13. Lakukan defekasi yang sehat.

11) Uraikan pendidikan kesehatan dan discharge planning yan bisa diberikan pada pasien

hemoroid!

Jawab:

Pendidikan kesehatan dan dischard planning .

1. Menjaga Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan

selama defekasi.

2. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan

menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.

3. Beritahukan klien Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam

duduk dengan salep, supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch

hazel) dan tirah baring.

4. Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah operasi

(untuk pasien pasca operasi)

5. Makan diet berserat yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan

berolah raga ringan.

Page 27: Hemoroid FIX

6. Pelembek feses mungkin dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari hingga

penyembuhan sempurna.

7. Laporkan gejala-gejala : perdarahan rektal, nyeri terus menerus waktu defikasi,

drainasse yang supuratif.

8. Dietetik dan kebiasaan defekasi “ yang sehat”.

a. Mengingat bahwa hemorroid terjadi karena kebanyakan mengedan secara

kronik, maka upaya utama adalah mencegah konstipasi & diare. Hal ini dapat

dicapai dengan memakan makanan yang berserat dan bercairan tinggi, kalau

perlu dengan suplemen a.l. psyllium. Psyllium bekerja sama dengan air

mengencerkan feses dan menurunkan konstipasi. Apabila masih diperlukan,

dapat ditambahkan dengan pelunak feses. Bagi banyak orang, psyllium juga

berfungsi mencegah diare.

b. Banyak orang yang biasa berlama-lama defekasi sambil duduk membaca koran,

merupakan kebiasaan yang buruk karena turut menjadi penyebab hemoroid.

Motto: “ Anda tidak defekasi di perpustakaan karena itu jangan membaca di

toilet”

12) Buatlah WOC hemoroid, dx kep yang mungkin muncul, NOC dan NIC yang sesuai,

minimal 5 diagnosa!

Jawab:

Page 28: Hemoroid FIX

Mengedan, konstipasi, kehamilan, sering mengangkat beban

Peningkatan tekanan intra abdominal

Ditransmisi ke daerah anorektal

Elevasi tekanan yang terjadi berulang-ulang

Vena hemoroidalis prolaps

Kongesti vena hemoroidalis

Pelebaran vena hemoroidalis

Hemoroid Interna

Feses keras

Membentur dan bergesekan dengan vena hemoroid superior dan media

HEMOROID

Terjadi pada vena hemoroidalis inferiorTerjadi pada vena hemoroidalis superior dan media

Hemoroid Eksterna

Terjadi terus-menerus

Gesekan dengan feses

Vena hemoroidalis inferior robek

Post Op Pre Op

Tindakan invasive pembedahan hemoroidektomi

Page 29: Hemoroid FIX

Trauma

Jika berat

Konsentrasi plasma darah

Defisit Volume Cairan

Inadekuat pertahanan

primer

Resiko

Jaringan radang makin membesar

Muncul menonjol keluar anus

hematoma

Membesar dan membiru di pinggir anus

Konstipasi

Mengiritasi ujung-

ujung saraf gatal

Mengiritasi ujung-ujung saraf nyeri

Kerusakan Integritas Kulit

Nyeri Akut

Perdarahan masif

Termoregulasi terganggu

Merangsang pusat termoregulator di Hipotalamus

Hipertermi

Nyeri saat defekasi

Pasien tegang saat defekasi, enggan

defekasi

Peningkatan pajanan terhadap patogen

Resiko

Klien mengeluh nyeri pada luka post op,

pasien memposisikan diri untuk

menghindari nyeri

Ansietas

Pasien gelisah, cemasNyeri

Akut

Pertumbuhan keloid pada bekas insisi

Penyempitan rongga rektum

Feses sulit keluar

Pasien tegang saat defekasi, enggan defekasi

Konstipasi

Thrombosis dalam hemoroid

Inflamasi Thrombosis dalam hemoroid

Perdarahan

Page 30: Hemoroid FIX

Diagnosa Keperawatan

PRE OPERASI

1) Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf nyeri oleh hematoma ditandai dengan klien mengeluh nyeri, klien tampak meringis, klien tampak gelisah, klien tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.

2) PK: Perdarahan.3) Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah

ditandai dengan klien tampak pucat, turgor kulit klien menurun, kulit klien tampak kering.

4) Hipertermi berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah ditandai dengan klien mengeluh panas, suhu tubuh klien meningkat, klien tampak pucat, klien tampak menggigil.

5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf gatal oleh hematoma ditandai dengan klien mengeluh gatal, klien tampak menggaruk-garuk pantatnya.

POST OPERASI

1) Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan hemoroidektomi ditandai dengan klien megeluh nyeri pada luka post op, klien tampak meringis, klien tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.

2) Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pajanan patogen.3) Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan ditandai dengan klien tampak

gelisah, klien selalu bertanya-tanya tentang kesembuhannya.

Diagnosa Keperawatan, NOC dan NIC (Pre Operasi) :

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf nyeri oleh hematoma

ditandai dengan klien mengeluh nyeri, klien tampak meringis , klien tampak gelisah,

klien tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.

Tujuan:

Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien dapat berkurang

dengan kriteria hasil :

Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan

Mengenali gejala-gejala nyeri

Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya

Secara subjektif, klien menyatakan penurunan rasa nyeri

Wajah klien tampak relaks

Page 31: Hemoroid FIX

Intervensi :

1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya

Rasional : Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan

pengkajian.

2. Berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada suara

– suara bising dan meningkatkan istirahat/relaksasi.

3. Berikan bantalan flotasi di bawah bokong pada saat duduk

Rasional : Membantu menurunkan nyeri akibat penekanan saat duduk.

4. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri

Rasional : Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang

selanjutnya akan menurunkan nyeri di lokasi yang paling dirasakan.

5. Berikan rendaman duduk tiga atau empat kali sehari

Rasional : Menghilangkan rasa sakit dan nyeri dengan merelakskan spasme sfingter

6. Berikan posisi yang nyaman pada klien sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

7. Berikan analgetik, seperti asetaminofen

Rasional : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat serta

meningkatkan kenyamanan dan istirahat

2. PK : PerdarahanTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, perawat dapat

meminimalkan komplikasi yang terjadi dengan kriteria hasil:

Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal

Klien tidak mengalami episode perdarahan

Tanda-tanda vital berada dalam batas normal

TD: 100 – 120 mm Hg

Nadi: 60-100x/menit

RR: 14 – 25 x/mnt

Suhu: 36 - 370C ± 0,50C

Intervensi :1. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi

Page 32: Hemoroid FIX

Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada klien sehingga

dapat menentukan intervensi selanjutnya

2. Monitor tanda vital

Rasional : Untuk mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi perdarahan.

3. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan

Rasional : Banyak komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat

membantu menentukan intervensi selanjutnya

4. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika

diperlukan

Rasional : Keadaan fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi yang

diberikan pada klien sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal

5. Awasi jika terjadi anemia

Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya

6. Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan :

pemberian transfusi, medikasi

Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi dan

untuk menghentikan perdarahan

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan konsentrasi plasma darah ditandai

dengan klien tampak pucat, turgor kulit klien menurun, kulit klien tampak kering.

Tujuan:

Setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan defisit volume cairan dapat

diatasi dengan kriteria hasil :

a. Fluid balance

TD dalam batas normal (90/60 – 140/80)

Nadi dalam batas normal

Masukkan dan haluaran cairan harian seimbang

BB klien stabil

Turgor kulit elastis

Hematokrit dalam batas normal

Membran mukosa lembab

b. Gastrointestinal function

Warna feses normal

Page 33: Hemoroid FIX

Darah dalam feses tidak ada

Intervensi:

A. Fluid Management

1. Monitoring BB klien

Rasional : kekurangan volume cairan menunjukkan tanda berupa penurunan

berat badan.

2. Catat intake dan output cairan

Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan

keefektifan dari terapi yang diberikan

3. Monitoring status hidrasi (membrane mukosa, nadi, orthostatic dan penurunan

hematokrit )

Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi

4. Berikan terapi cairan melalui IV sesuai indikasi

Rasional : tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan

5. Tingkatkan intake cairan per oral

Rasional : mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi

B. Gastrointestinal Function

1. Observasi adanya darah pada feses

Rasional : perdarahan berlebih memicu kekurangan volume cairan semakin berat.

2. Dokumentasikan warna, jumlah, dan karakteristik feses

Rasional : perubahan warna, jumlah dan karakteristik feses menunjukkan status

cairan dalam saluran cerna.

3. Penggunaan koagulan sesuai indikasi

Rasional : penggunaan koagulan yang efektif dapat menghentikan perdarahan.

Diagnosa Keperawatan, NOC dan NIC ( Post Operatif) :

1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasive pembedahan hemoroidektomi

ditandai dengan klien megeluh nyeri pada luka post op, klien tampak meringis, klien

tampak memposisikan diri untuk menghindari nyeri.

Tujuan:

Page 34: Hemoroid FIX

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan pasien mengatakan

nyeri berkurang, dan tidak terlihat respon nyeri secara verbal pada klien, dengan kriteria

hasil:

Klien tidak tampak meringis

Pasien tidak terlihat kesakitan yang ditandai pasien dalam posisi yang nyaman

Pasien mengatakan nyerinya berkurang menjadi 2 dengan skala nyeri 1 – 5

Intervensi:

Manajemen Nyeri

1. Kaji dan catat kondisi keluhan nyeri klien ( dengan pola P,Q,R,S,T), yaitu dengan

memperhatikan lokasi, intensitas, frekuensi, dan waktu.

Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan komplikasi.

2. Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri dan kepercayaan tentang nyeri.

Rasional: Memudahkan dalam melakukan intervensi, karena kultur atau budaya klien

dapat mempengaruhi persepsi tentang nyeri.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung.

Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.

4. Kontrol dan kurangi kebisingan

Rasional: Suasana yang tenang dapat mengurangi stimulus nyeri.

5. Ajarkan pasien teknik distraksi

Rasional: Untuk memanajemen atau mengalihkan rasa nyeri pada klien.

6. Kaji riwayat adanya alergi obat

Rasional: Mengetahui apakah ada alergi terhadap obat analgesik.

7. Pastikan pasien menerima analgesic.

Rasional: Memastikan klien menerima obat pereda rasa nyeri

2. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive (post hemoroidektomi) dan

peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen.

Tujuan :

Setelah diberikan askep selama 3 X 24 jam tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil :

Keadaan temperatur normal

tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor,lubor,tumor, dolor,fungsiolaesa)

Page 35: Hemoroid FIX

Intervensi:

1. Pantau suhu dengan teliti dan tanda-tanda infeksi lainnya

Rasional : Mendeteksi kemungkinan infeksi

2. Kaji keadaan luka dan lakukan perawatan luka

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi

3. Tempatkan pasien dalam ruangan khusus

Rasional : Meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi

4. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik

mencuci tangan dengan baik

Rasional : meminimalkan pajanan pada organisme infektif

5. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive

Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi

6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi

3. Ansietas berhubungan dengan krisis pasca pembedahan di tandai dengan pasien

tampak gelisah, pasien selalu bertanya-tanya tentang kesembuhannya.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam,di harapkan klien tidak

mengalami ansietas dengan criteria hasil:

Monitor insentitas kecemasan

Menggunakan strategi koping efektif

Melaporkan penurunan durasidari episode cemas

Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

Mempertahankan penampilan peran

Mempertahankan hubungan sosial

Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan

Intervensi:

1. Kaji tingkat kecemasan dan diskusikan penyebab bila mungkin.

Rasional: Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu

untuk menghadapinya dengan lebih realistis.

2. Dorong pasien untuk mengugkapkan perasaan ,ketakutan ,presepsi dan berikan

umpan balik.

Page 36: Hemoroid FIX

Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien mengidentifikasi

masalah yang menyebabkan stress.

3. Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis,tindakan prognosis

Rasional: keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa

control dan membantu menurunkan ansietas.

4. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

Rasional: membantu untuk menurunkan kecemasan pada pasien.

5. Berikan lingkungan tenang dan istirahat

Rasional: membantu menurunkan ansietas

6. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, prilaku perhatian.

Rasional: tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stress berkurang.

7. Berikan obat sesuai indikasi

Rasional: dapat digunakan untuk menurunkan ansietas.

Page 37: Hemoroid FIX

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Hemoroid. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/hemoroid.html. (diakses :

7 April 2011).

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://ilmukedokteran.blog.ca/2010/12/07/askep-hemoroid-10134695/

http://www.gocb.co.cc/2011/03/askep-hemoroid.html

Johnson, M., 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,

Philadelphia.

McCloskey,J.C. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC), second edition, Mosby,

Philadelphia.

NANDA, 2009. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2007 – 2008, NANDA

International, Philadelphia.

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC