hemofilia laporan'

download hemofilia laporan'

of 14

Transcript of hemofilia laporan'

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    1/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Darah merupakan cairan ekstraseluler yang terletak dalam saluran

    yakni pembuluh darah, yang terdiri atas pembuluh darah dan sel darah. Darah

    memiliki beberapa fungsi antara lain berperan dalam mempertahankan

    keseimbangan asam dan basa, juga sebagai transportasi bahan-bahan yang

    diberikan melalui cairan yang lewat aliran darah serta sebagai hemostasis

    yang terletak pada plasma darah. (http://www.hemofilia.or.id)Proses hemostasis ini merupakan upaya untuk mempertahankan

    hilangnya darah akibat kerusakan pembuluh darah atau pecah. Proses

    homeostasis melalui berbagai tahap, yakni tahap vascular, koagulasi, serta

    pembersihan dan rekonstruksi. Bahan yang turut serta dalam mekanisme

    pembekuan factor pembekuan dan diberi nama dengan angka romawi I

    sampai XIII, kecuali V. factor-faktor tersebut ialah faktor I (fibrinogen), II

    (protrombin), III (tromboplastin), IV (kalsium dalam bentuk ion), V

    (proaseleran, factor labil), VII (prokonverin, faktor stabil), VIII (AHG =

    Antihemophilic Globulin), IX (PTC = Plasma Thromboplastin Antecedent),

    XII (hageman), dan XIII (faktor stabilitas febrin).

    Mekanisme pembekuan dibagi menjadi dalam 3 tahap dasar yaitu :

    Pembentukan tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut

    tromboplastogenesis, dimulai dengan trombosit, terutama faktor trombosit III

    dan faktor pembekuan lain dengan pembentukan kolagen. Faktor pembekuan

    tersebut adalah faktor IV, V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian faktor III dan VII.

    Hemostatis yang baik berlangsung dalam batas waktu tertentu sehingga tidak

    hanya terbentuk tromboplastin, trombin dan fibrin saja yang penting, tetapi

    juga lama pembentukan masing-masing zat.

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    2/14

    B. RUMUSAN MASALAH

    1. Apa yang dimaksud dengan Hemofilia ?

    2. Apa etiologi dari Hemofilia dan bagaimana patogenesisnya ?

    3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis hemofilia ?

    4. Sebutkan manifestasi klinis dari Hemofilia ?

    5. Jelaskan pemeriksaan fisik dan diagnose Hemofilia ?

    6. Bagaimana prognosis dan komplikasi dari Hemofilia ?

    7. Bagaimana tata laksana dan pencegahan Hemofilia ?

    C. TUJUAN1. Mahasiswa mamapu mengetahui pengertian Hemofilia

    2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari Hemofilia dan bagaimana

    patogenesisnya

    3. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari Hemofilia

    4. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnose Hemofilia

    5. Mahasiswa mampu mengetahui prognosis dan komplikasi dari Hemofilia

    6.

    Mahasiswa mampu mengetahui tata laksana dan pencegahan Hemofilia

    D. MANFAAT

    1. Mampu mengetahui pengertian Hemofilia

    2. Mampu mengetahui etiologi dari Hemofilia dan bagaimana

    patogenesisnya

    3. Mampu mengetahui manifestasi klinis dari Hemofilia

    4. Mampu mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnose Hemofilia

    5. Mampu mengetahui prognosis dan komplikasi dari Hemofilia

    6. Mampu mengetahui mengetahui tata laksana dan pencegahan Hemofilia

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    3/14

    BAB II

    STUDI PUSTAKA

    A. Pengertian

    Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu

    haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang.

    Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan

    dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan

    (www.hemofilia.or.id).

    Hemofilia merupakan penyakit pembekuan darah kongenital yang disebabkankarena kekurangan faktor pembekuan darah, yaitu faktor VIII dan faktor IX

    yang bersifat herediter secara sex-linked recessive pada kromosom X (X h).

    Factor tersebut merupakan protein plasma yang merupakan komponen yang

    sangat dibutuhkan oleh pembekuan darah khususnya dalam pembentukan

    bekuan fibrin pada daerah trauma (Dorland, 2006).

    B. Etiologi

    1. Faktor congenital

    Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor

    pembekuan darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan

    pada kulit atau perdarahan spontan atau perdarahan yang berlebihan

    setelah suatu trauma.

    2. Faktor didapat

    Biasanya disebabkan oleh defisiensi factor II (protrombin) yang terdapat

    pada keadaan berikut:

    Neonatus , terutama yang kurang bulan karena fungsi hati belum

    sempurna sehingga pembekuan faktor darah khususnya faktor II

    mengalami gangguan.

    Defisiensi vitamin K , hal ini dapat terjadi pada penderita ikterus

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    4/14

    obstruktif, fistula biliaris, absorbsi vitamin K dari usus yang tidak

    sempurna atau karena gangguan pertumbuhan bakteri usus. Beberapa

    penyakit seperti sirosis hati, uremia, sindrom nefrotik dan lain-lain

    Terdapatnya zat antikoagulansia (dikumarol, heparin) yang bersifat

    antagonistik terhadap protrombin

    Disseminated intravascular coagulation (DIC). (IKA 1 FKUI, 2005)

    C. Pathogenesis

    Penderita hemofilia memiliki dua dari tiga faktor yang dibutuhkan

    untuk proses pembekuan darah yaitu pengaruh vaskuler dan trombosit

    (platelet) yang dapat memperpanjang periode perdarahan, tetapi tidak pada

    tingkat yang lebih cepat. Defisiensi faktor VIII dan IX dapat menyebabkan

    perdarahan yang lama karena stabilisasi fibrin yang tidak memadai. Masa

    perdarahan yang memanjang, dengan adanya defisiensi faktor VIII,

    merupakan petunjuk terhadap penyakit von willebrand. Perdarahan pada

    jaringan dapat terjadi dimana saja, tetapi perdahan pada sendi dan otot

    merupakan tipe yang paling sering terjadi pada perdarahan internal.(Sutejo, 2007).

    Bagaimana ganguan pembekuan darah itu dapat terjadi?

    Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang

    dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan

    darah yang terjadi antara orang normal dan penderita hemofilia. Dimana

    keadaan ini menunjukkan pembuluh darah yang terluka di dalam darah

    tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan dalam

    menghentikan perdarahan.(Robbins,2002)

    Prinsip Dasar Dari Suatu Keturunan

    Setiap sel di dalam tubuh memiliki struktur - struktur yang di sebut kromosom

    (chromosomes). Didalam ilmu kimia, sebuah rantai kromosom yang panjang

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    5/14

    disebut DNA. DNA ini disusun kedalam ratusan unit yang di sebut gen yang

    dapat menentukan beberapa hal, seperti warna mata seseorang.

    Setiap sel terdiri dari 46 kromosom yang disusun dalam 23 pasang. Salah satu

    pasangnya dikenal sebagai kromosom seks, atau kromosom yang menentukan

    jenis kelamin manusia. Wanita memiliki dua kromosom X dalam satu pasang,

    dan pria memiliki satu kromosom X, dan satu kromosom Y dalam satu

    pasang. (Price,2002)

    D. Klasifikasi

    Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :

    1. Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama:

    a. Hemofilia klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling

    banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah

    b. Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor

    8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada

    proses pembekuan darah.

    2. Hemofilia B yang dikenal juga dengan nama:a. Christmas disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada

    seorang bernama Steven Christmas asal Kanada

    b. Hemofilia kekurangan Faktor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9

    (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada

    proses pembekuan darah.

    Tingkatan Hemofilia :

    1). Penderita hemofilia parah / berat yang hanya memiliki kadar faktor

    VIII atau faktor IX < 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat

    mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang

    perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas, frekuensi

    hemofilia 70%,

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    6/14

    2). Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan

    dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat

    aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang

    berlebihan.Aktivitas FVIII/IX antara 1-5% , frekuensi hemofilia 30

    3). Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan.

    Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu,

    seperti operasi, cabut gigi atau mengalami luka yang serius serta

    terjatuh, aktivitas FVIII/FIX >5%, dimana frekuensi hemofilia 15

    (Sudoyo,2007)

    E. Manifestasi Klinis

    Perdarahan merupakan gejala dan tanda yang khas yang sering

    dijumpai. Perdarahan dapat timbul secara spontan atau karena trauma ringan.

    Manifestasi klinis tergantung beratnaya hemofilia. Tanda perdarahan meliputi

    hematrosis, hematom subkutan/intramuscular, perdarahan mukosa mulut,

    perdarahan intracranial,epistaksis dan hematuria.

    Hemarthrosis sering ditemukan pada lokasi seperti sendi lutut,pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan. Dimana send engsel lebih sering

    mengalami hematrosis dibandingkan sendi peluru karena ketidakmampuannya

    menahan gerakan berputar dan menyudut pada gerakan volunteer maupun

    involunter, sedangkan sendi peluru lebih mapu menahan beban tersebut

    karena fungsinya

    1. Masa bayi (untuk diagnosis)

    Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi, ekimosis subkutan diatas

    tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan), hematoma besar setelah

    infeksi, perdarahan dari mukosa oral, perdarahan jaringan lunak

    2. Episode perdarahan (selama rentang hidup)

    Gejala awal, yaitu nyeri setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    7/14

    mobilitas, sekuela jangka panjang, perdarahan berkepanjangan dalam otot

    dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.

    F. Pemeriksaan Fisik dan Diagnosa

    1. Uji skrining untuk koagulasi darah

    a.Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3

    darah)

    b.Masa protombin (PT) (normal memerlukan waktu 11-13 detik)

    c.Masa tromboplastin parsial (APTT) (meningkat, mengukur

    keadekuatan faktor koagulasi intrinsik)

    d.Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan

    diagnosis)

    e.Masa pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik)

    2. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan

    untuk pemeriksaan patologi dan kultur.

    3. Uji fungsi faal hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi

    adanya penyakit hati (misalnya, serum glutamic-piruvic transaminase[SPGT], serum glutamic-oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase

    alkali, bilirubin). (Betz & Sowden, 2002)

    Seorang anak laki-laki diduga menderita hemofilia apabila terdapat riwayat

    perdarahan berulang (hemarthrosis,hematom) atau riwayat perdarahan

    memanjang seterlah trauma atau tindakan tertentu.

    Diagnosis definitive ditentukan dengan berkurangnya aktivitas FVIII/FIX

    yang nilai normal aktivitas FVIII/IX adalah 0,5-1,5U/ml atau 50-150%

    Diagnosis antenatal dilakukan pada ibu hamil untuk memeriksa kadar

    antigen FVIII dalam janin pada trimester ke-2 dapat menentukan status

    hemofilia pada janin

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    8/14

    DB(Diagnosa Banding) )

    1. Hemofilia A dan B dengan defisiensi faktor XI dan XII

    2. Hemofilia A dengan penyakit von Willebrand, inhibitor FVIII yang didapat

    dan kombinasi defisiensi FVIII dan V congenital

    3. Hemofilia B dengan penyakit hati, pemakaian warfarin,defisiensi vit K

    4. Hemofilia dengan penyakit DIC, Von willebrand

    G. Prognosis dan Komplikasi

    Prognosis : Prognosis baik apabila tidak terjadi trauma pada penderita

    hemofilia karena hal ini menyebabkan terjadinya perdarahan yang bersifat

    meluas, apabila terjadi trauma seperti akan dilakukan tindakan medis seperti

    sirkumsisi harus diberikan dan dikontrol kadar FVIII/IX terlebih dahulu

    diusahakan jangan dibawah 10

    Komplikasi : Timbulnya inhibitor, Kerusakan sendi akibat perdarahan

    berulang, Infeksi yang ditularkan oleh darah (Setyabudi,2007)

    H.

    Tata Laksana dan Pencegahan1. Penatalaksanaan Medis

    Pengobatan yang diberikan untuk mengganti factor VIII atau faktot IX

    yang tidak ada pada hemofilia A diberikan infus kriopresipitas yang

    mengandung 8 sampai 100 unit faktor VIII setiap kantongnya. Karena

    waktu paruh faktor VIII adalah 12 jam sampai pendarahan berhenti dan

    keadaan menjadi stabil. Pada defisiensi faktor IX memiliki waktu paruh

    24 jam, maka diberikan terapi pengganti dengan menggunakan plasma

    atau konsentrat factor IX yang diberikan setiap hari sampai perdarahan

    berhenti. Penghambat antibody yang ditunjukkan untuk melawan faktor

    pembekuan tertentu timbul pada 5% sampai 10% penderita defisiensi

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    9/14

    faktor VIII dan lebih jarang pada faktor IX infase selanjutnya dari faktor

    tersebut membentuk anti bodi lebih banyak.

    2. Agen-agen imunosupresif, plasma resesif untuk membuang inhibitor dan

    kompleks protombin yang memotong faktor VIII dan faktor IX yang

    terdapat dalam plasma beku segar. Produk sintetik yang baru yaitu:

    DDAVP (1-deamino 8-Dargirin vasopressin) sudah tersedia untuk

    menangani penderita hemofilia sedang. Pemberiannya secara intravena

    (IV), dapat merangsang aktivitas faktor VIII sebanyak tiga kali sampai

    enam kali lipat. Karena DDAVP merupakan produk sintetik maka resiko

    transmisi virus yang merugikan dapat terhindari.

    3. Immobilisasi sendi dan udara dingin (seperti kantong es yang mengelilingi

    sendi) bisa memberi pertolongan. Jika terjadi nyeri maka sangat penting

    untuk mengakspirasi darah dan sendi. Ketika perdarahan berhenti dan

    kemerahan mu;ai menghilang klien harus aktif dalam melakukan gerakan

    tanpa berat badan untuk mencegah komplikasi seperti deformitas dan

    atrofi otot.

    4.

    Kriopresipitas : fresh frozen plasma 8-100 unit antihemophilic globulinFaktor VIII : 2332 asam amino

    AHF : fresh frozen plasma (Sulistia,2007)

    Pencegahan :

    1. Melakukan konseling pra-nikah untuk mengetahui apakah pasangan

    mengalami hemophilia / carrier

    2. Menghindari terjadinya trauma supaya tidak terjadi perdarahan

    3. Jangan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengencerkan darah

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    10/14

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Dari hasil scenario di dapatkan data berupa :

    Anton 3th datang ke dokter dengan keluhan memar memar (kebiru-biruan)

    setelah jatuh dari tangga 2 minggu yang lalu dan terjadi hemathrosis. Ibunya

    mengeluh sendi anaknya bertambah bengkak dan memarnya bertambah luas.

    Pernah terjadi memar seperti ini hilangnya 2 minggu, riwayat mimisan tidak

    ada. Kakak kandung laki-lakinya meninggal pada usia 5 th dan sebelumnya

    mengalami hal yang sama, meninggal pada usia yang masih muda. Hasil

    laboratorium menunjukkan Hb 10 mg/dL, AL 6000/L, AT 257000/L, PT

    normal/APTT memanjang. Rumple leede (- ). Ibunya menanyakan : Kenapa

    kedua anak lelaki saya mengal ami penyakit yang serupa,Dok?

    Analisis data :

    1) Anton memar-memar setelah jatuh dari tangga ini merupakan tanda

    terjadinya perdarahan saat darah keluar ke ruang ekstraseluler, dan terjadihemarthrosis artinya perdarahan pada sendi, dimana disini sering terjadi

    pada sendi besar karena sendi lebih aktif mengalami pergerakan dan

    merupakan penopang berat badan tubuh sehingga lebih rentan terkena

    tekanan

    2) Memar bertambah luas dan bertambah bengkak karena terjadi gangguan

    pada faktor koagulasi terutama faktor VIII dan XI dimana faktor ini

    berfungsi untuk membentuk fibrin untuk membentuk sumbatan dan

    penyanggah trombosit yang telah terbentuk supaya perdarahan tidak

    bertambah luas. Kehilangan faktor ini dapat menyebabkan perdarahan

    sukar dihentikan dan area perdarahan bertambah luas ditengah arus darah

    yang mengalir

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    11/14

    3) Pernah terjadi memar yang sama namun 2 minggu hilang dan tidak ada

    riwayat mimisan ini memperkuat dugaan bahwa Anton mengalami

    gangguan pada faktor koagulasi bukan kerusakan pada pembuluh

    darahnya

    4) Kakak kandung dan paman Anton mengalami keluhan yang serupa dan

    meninggal diusia muda hal ini menandakan bahwa ada faktor keturunan

    atau herediter yang terkait dengan penyakit ini dimana dugaan bahwa ibu

    Anton adalah carrier pada penyakit ini apabila memiliki lebih dari satu

    anak yang mengalami keluhan serupa atau memiliki satu atau lebih

    saudara yang mendapat gejala yang serupa

    5) Hasil lab menunjukkan bahwa Hb 10mg/dL menurun,normal(11,2-

    16,5mg/dL)karena terjadi perdarahan, AL 6000/L normal (4000-1200)

    menunjukkan tidak ada tanda infeksi serta bukan luka terbuka, AT

    257000/L normal menandakan kelainan/gangguan yang terjadi bukan

    pada trombositnya,PT(Protombin Time)normal/APTT (Activated partial

    Tromboplastin Time) memanjang hal ini menggambarkan bahwa APTT

    untuk melihat jalur intrinsik salah satunya faktor VIII dan IX mengalamipemanjangan dan jalur ektrinsiknya normal

    6) Ibunya menanyakan kenapa kedua anaknya mengalami penyakit yang

    sama karena peyakit ini akan diturunkan dari ibu yang carrier dengan ayah

    yang normal atau positif terkena penyakit ini

    7) Dan dari hasil analisis di atas didapatkan bahwa penyakit yang terjadi

    pada Anton merupakan penyakit Hemofilia yang merupakan kelainan

    perdarahan herediter yang disebabkan karena kekurangan faktor koagulasi

    darah secra sex-linked recessive pada kromosom X (X h) dan termasuk

    pada hemofilia ringan karena timbul dengan trauma yang cukup kuat dan

    masa perdarahan hilang dalam waktu yang tidak begitu lama

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    12/14

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Hemofilia merupakan penyakit pembekuan darah kongenital yang

    disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan darah, yaitu faktor

    VIII dan faktor IX yang bersifat herediter secara sex-linked recessive

    pada kromosom X (X h)

    2. Etiologi hemophilia dapat berasal dari kongentinal dan didapat seperti

    defisiensi vit K

    3. Patogenesis dari hemophilia berupa gangguan faktor koagulasi VIII

    dan IX

    4. Manifestasi klinis dari hemophilia meliputi hematrosis, hematom

    sukutan/intramuscular

    5. Klasifiksasi dari hemophilia meliputi hemophilia A (hemophilia klasik

    karena gangguan faktor koagulasi VIII) dan hemophilia B (hemophilia

    christmas karena gangguan faktor IX6. Derajat hemophilia dibagi menjadi hemophilia berat, sedang, dan

    ringan berdasarkan besar dan beratnya trauma dan aktivitas faktor

    VIII/IX dimana pada berat 5

    7. Pemeriksaan diagnostic pada hemophilia Biopsi hati, Uji fungsi faal

    hati , uji skrening meliputi penghitungan PT, APTT, nilai trombosit

    8. Diagnosa banding hemophilia DIC, defisiensi XI XII, von Willebrand

    9. Prognosis dari penyakit hemophilia baik apabila tidak terjadi trauma

    dan komplikasinya meliputi timbulnya inhibitor, kerusakan sendi

    10. Tatalaksana dari hemophilia meliputi pemberian kryopresipitat,

    tranfusi darah, desmospresin, terapi gen, dan antifibrinolitik

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    13/14

    B. SARAN

    1. Sebaiknya sebelum menikah melakukan konseling pra nikah dengan

    tujuan untuk menghindari berpasangan dengan carrier hemophilia dan

    positif hemophilia

    2. Melakukan test saat memasuki kehamilan trimester ke-2 untuk melihat

    keadaan janin apakah dia positif homofilia

    3. Pada penderita yang positif hemophilia sebaiknya menghindari trauma

    yang dapat menimbulkan perdarahan

    4. Apabila seorang muslim laki-laki ingin melakukan sirkumsisisebaiknya dikontrol kadar faktor koagulasi VIII/IX agar tidak terjadi

    perdarahan yang banyak dan lama

  • 7/31/2019 hemofilia laporan'

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    Dorland. 2002. Kamus Kedokteran , edisi 26, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

    EGC, Pp 523,638,1119.

    http://www.hemofilia.or.id ( diakses tanggal 02 Desember 2009 )

    http://www.fk-ui.ac.id ( diakses tanggal 02 Desember 2009 )

    Price, Sylvia Anderson.2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit .

    (Edisi VI). Jakarta: EGC.Pp. 340-84

    Robbins.2002. Buku Ajar Patologi Anatomi. Jakarta : EGC. Pp. 862-89

    Sedoyo, dkk.Nyeri. 2007. In BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam.Edisi II Jilid II .Jakarta:

    Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedoteran Universitas

    Indonesia,; 759-69

    Sulistia,dkk.2007. Farmakologi dan Terapi . Jakarta: Departemen Farmakologi dan

    Terapeutik FK-UI,Pp.210-99

    Sutejo, AY.2007.Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan

    Laboratorium.Yogyakarta:Amara Books

    Setyabudi, Rahajuningsih D. et al.2007.Hemostasis dan Trombosis.Jakarta:Balai

    Penerbit FK UI