hasil logam berat

16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan parameter Lingkungan. Hasil pengukuran parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian yaitu Pulau Lae-lae, Pulau Bonebatang dan Pulau Badi dapat dilihat pada pembahasan di bawah ini: 1. Salinitas. Salinitas adalah ukuran bagi jumlah berbagai zat padat yang larut dalam suatu satuan volume air dan dinyatakan dalam Permil. Salinitas didefinisikan juga sebagai jumlah seluruh zat yang larut dalam satu kilogram air laut dengan anggapan bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua bromide dan iodida diganti dengan klorida dan semua zat organik mengalami oksidasi sempurna dimana sebarannya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai, rendahnya salinitas dalam air laut menyebabkan besarnya akumulasi logam berat pada perairan (Hutagalung, 1994). Hasil pengukuran salinitas pada perairan P. Laelae didapatkan dengan kisaran antara 34-35 ppt dan nilai rata-rata sebesar 34.3±0,58 ppt, P.Bonebatang salinitas berkisar antara 33-34 ppt dengan nilai rata sebesar 33.7±0,58 ppt dan P. Badi berkisar antara 33-36 ppt dengan nilai rata-rata sebesar 34.3 ±1,53 ppt. (Gambar 3). Nilai salinitas yang didapatkan bahwa perairan masih mendukung untuk kehidupan Caulerpa racemosa. Yang mana untuk kehidupan C. racemosa membutuhkan salinitas berkisar antara rata-rata. 22

Transcript of hasil logam berat

Page 1: hasil logam berat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan parameter Lingkungan.

Hasil pengukuran parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian yaitu Pulau Lae-lae, Pulau

Bonebatang dan Pulau Badi dapat dilihat pada pembahasan di bawah ini:

1. Salinitas.

Salinitas adalah ukuran bagi jumlah berbagai zat padat yang larut dalam suatu satuan

volume air dan dinyatakan dalam Permil. Salinitas didefinisikan juga sebagai jumlah seluruh zat

yang larut dalam satu kilogram air laut dengan anggapan bahwa seluruh karbonat telah diubah

menjadi oksida, semua bromide dan iodida diganti dengan klorida dan semua zat organik

mengalami oksidasi sempurna dimana sebarannya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola

sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai, rendahnya salinitas dalam air laut

menyebabkan besarnya akumulasi logam berat pada perairan (Hutagalung, 1994).

Hasil pengukuran salinitas pada perairan P. Laelae didapatkan dengan kisaran antara 34-35

ppt dan nilai rata-rata sebesar 34.3±0,58 ppt, P.Bonebatang salinitas berkisar antara 33-34 ppt

dengan nilai rata sebesar 33.7±0,58 ppt dan P. Badi berkisar antara 33-36 ppt dengan nilai rata-

rata sebesar 34.3 ±1,53 ppt. (Gambar 3). Nilai salinitas yang didapatkan bahwa perairan masih

mendukung untuk kehidupan Caulerpa racemosa. Yang mana untuk kehidupan C. racemosa

membutuhkan salinitas berkisar antara rata-rata.

Gambar 3. Nilai rata-rata salinitas pada setiap stasiun penelitian.

2. Suhu.

Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting dalam lingkungan perairan.

Perubahan suhu perairan akan mempengaruhi proses fisika, kimia perairan, demikian pula bagi

22

Page 2: hasil logam berat

biota perairan. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan

respirasi biota air dan selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen (Effendi, 2003). Hutagalung

(1991), mengatakan bahwa kenaikan suhu tidak hanya akan meningkatkan metabolisme biota

perairan, namun juga dapat meningkatkan toksisitas logam berat diperairan.

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat penting dalam mempengaruhi

aktivitas organisme. Nilai rata-rata suhu pada Pulau Lae-lae 290C, nilai rata-rata suhu pada Pulau

Bonebatang sebesar 28,60C dan nilai rata-rata suhu Pulau Badi sebesar 28,20C menunjukan

bahwa tidak jauh berbeda dengan stasiun yang lain.

Nilai rata-rata suhu pada stasiun penelitian menunjukkan bahwa suhu suatu perairan

menunjukkan homogen suhu permukaan perairan Indonesia umumnya berkisar antara 28-310C

(Nontji, 2005).

Gambar 4. Nilai rata-rata suhu perairan lokasi penelitian.

3. Derajat Keasaman (pH).

Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan

menunjukkan kondisi air. Dengan mengetahui nilai pH perairan kita dapat mengontrol tipe dan laju

kecepatan reaksi beberapa bahan dalam perairan. Nilai pH suatu perairan memiliki ciri yang

khusus, adanya keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan yang diukur adalah

konsentrasi ion hidrogen. Dengan adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat

menaikkan pH, sementara adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat dapat menaikkan kebasaan

air (Novotny dan Olem, 1994).

Nilai rata-rata keasaman (pH) air pada Pulau Lae-lae diperoleh sebesar 7,16, nilai rata-

rata pada Pulau Bonebatang diperoleh sebesar 7,15 dan nilai rata-rata keasaman (pH) air laut

23

Page 3: hasil logam berat

pada Pulau Badi nilai rata-rata sebesar 7,20 hal ini menunjukan bahwa nilai pH pada perairan

lokasi penelitian cendrung merata dan tergolong basah (pH > 7).

Gambar 5. Nialai rata-rata pH Air Laut pada lokasi Penelitian.

4. Kecepatan Arus.

Arus merupakan salah satu parameter perairan laut yang memegang peranan penting

terhadap keberadaan palutan di laut. Arus laut sebagia media penyebaran dan pengenceran

bahan-bahan palutan yang masuk ke lingkungan air .

Nilai kecepatan arus yang didapatkan pada lokasi penelitian dengan menggunakan

layang-layang arus pada Pulau lae-lae dengan kisaran nilai rata-rata sebesar 0.115 m/detik, nilai

kecepatan arus pada Pulau Bonebatang berkisar antara rata-rata sebesar 0.075, dan nilai rata-rata

kecepatan arus yang diperoleh pada Pulau Badi dengan nilai rata-rata sebesar 0.092 m/dtk.

24

Page 4: hasil logam berat

Gambar 6. Nilai Rata-rata kecepatan arus pada stasiun penelitian.

Menurut Mason (1981) dalam Mariska (2007), mengelompokkan perairan berarus sangat

cepat (>1m/dtk), cepat (0,5-1m/detik), sedangkan (0,25-0,m/dtk), lambat, (0,1-0,2 m/detik), dan

sangat lambat (<0,1m/dtk).

5. Kecerahan .

Nilai rata-rata kecerahan pada Pulau Lae-lae diperoleh nilai sebesar 93,3%, nilai rata-rata

kecerahan pada Pulau Bonebatang sebesar 100%, dan nilai rata-rata kecerahan pada Pulau Badi

sebesar 100%, hal ini menunjukkan bahwa pada Pulau Lae-lae tingkat kecerahannya rendah di

bandingkan dengan Pulau Bonebatang hal ini disebabkan karena Pulau Lae-lae masih dekat

dengan kota Makassar.

Gambar 5. Nilai Rata-rata kecerahan pada lokasi penelitian.

6. Kekeruhan pada lokasi penelitian.

Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya di dalam air yang disebabkan oleh

adanya partikel koloid dan suspensi dari suatu polutan yang terkandung dalam air (Lantang,

1999).

Nilai rata-rata kekeruhan pada Pulau Lae-lae diperoleh nilai sebesar 1.51 NTU, pada

Pulau Bonebatang didapatkan nilai rata-rata kekeruhan sebesar 0.22 NTU, dan pada Pulau

Badi diperoleh nilai rata-rata kekeruhan sebesar 0.38 NTU, nilai rata-rata kekeruhan yang

sangat tinggi didapatkan pada Pada Pulau Lae-lae diakibatkan karena pulau lae-lae masih

dekat dengan daratan kota Makassar/pantai losari dan pulau Lae-lae adalah jalur masuknya

kapal tengker kapal nelayan.

25

Page 5: hasil logam berat

Gambar 6. Nilai rata-rata kekeruhan lokasi penelitian.

7. DOM.

DOM merupakan salah satu bentuk bahan organik yang akhir dari proses

mineralisasi menghasilkan unsur hara dan karbon yang dibutuhkan oleh organisme

produser di perairan. Pada umumnya kandungan DOM yang tinggi ditemukan pada

perairan dengan tipe tanah gambut seperti pada perairan rawa banjiran. DOM terlepas

dari tanah gambut yang telah terbuka atau tercuci dari dekomposisi daun-daunan

tumbuhan pada rawa banjiran ataupun pinggiran sungai (Fatah, 2010)

Menurut Duursma (1963), DOM perairan berasal dari berbagai sumber, seperti

metabolisme sel terluar alge terutama phytoplankton, zat buangan zooplankton dan organisme

besar lainnya, zat buangan tumbuhan, penguraian organisme tumbuhan dan daratan.

Nilai rata-rata DOM pada Pulau lae-lae diproleh sebesar 35,03 mg/l, pada Pulau

Bonebatang diiperoleh nilai rata-rata sebesar 35,90 dan pada Pulau Bonebatang nilai rata-

rata DOM sebesar 4.03 kondiis tersebut menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata nilai DOM

pada setiap lokasi penelitian.

26

Page 6: hasil logam berat

Gambar 7. Nilai rata-rata DOM pada lokasi penelitian.

B. Kandungan logam berat pada Caulerpa recemosa, Sedimen dan kandungan logam

berat di Air.

1. Pb pada Caulerpa racemosa.

Nilai rata-rata kandungan logam berat untuk dikonsumsi oleh masyarakat sesuai standar

baku mutu logam berat >0.33 ppm.

Nilai rata-rata kandungan logam berat Pb pada C.recemosa di Pulau Lae-lae sebesar dengan nilai

rata-rata sebesar 33.98 mg/kg, pada Pulau Bonebatang diperoleh nilai rata-rata sebesar 35.94

mg/kg dan pada Pulau Badi diperoleh nilai rata-rata kandungan logam berat Pb sebesar 38.47

kg/mg, nilai konsentrasi logam berat tertinggi diperoleh pada pulau lae-lae diakibatkan oleh faktor

lingkungan yakni suhu yang rendah pada Pulau badi dengan nilai rata-rata sebesar 28,2oc

Suhu yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi logam berat ke partikel untuk

mengendap di dasar laut. Sementara saat suhu air laut naik senyawa logam berat akan melarut di

air laut karena penurunan adsorpsi, logam kelarutan yang kecil akan ditemukan pada permukaan

air laut selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan mengendap hingga ke dasar laut

(Palar,

2004).

27

Page 7: hasil logam berat

Gambar 8. Nilai Rata-rata kandungan logam berat Pb pada Caulerpa recemosa..

2. Kandungan logam berat timbal Pb pada Sedimen dilokasi penelitian.

Nilai Gambar 10. nilai rata-rata kandungan logam berat Pb sedimen pada lokasi

penelitian.

Pada saat pembuangan limbah industri maupun aktifitas pembuangan minyak kapal masuk

ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Nilai rata-rata

kandungan logam berat pada sedimen pada Pulau Lae-lae sebesar 17.33 mg/kg, nilai rata-rata

kandungan logam berat pada sedimen di Pulau Bonebatang sebesar 18.32kg/mg, dan nilai rata-

rata kandungan logam berat pada sedimen di Pulau Badi sebesar 16.58mg/kg.

Tingginya kandungan Pb pada sedimen dibanding air disebabkan karena sifat Pb yang

memiliki daya larut yang rendah sehingga logam cendrung akan mengendap pada dasar perairan.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Moore (1991) dalam Efendi (2003) bahwa kelarutan timbal

cukup rendah sehingga kadar timbal di dalam air sedikit.

Febries dan Warner 1994) menyatakan bahwa jikat tidak melebihi standar baku mutu

sedimen 0,33 ppm artinya masih aman jika sudah melewati batas standar baku mutu pada

sedimen 0>33 ppm tercemar.

3. Konstrasi logam Pb pada Air Laut.

28

Page 8: hasil logam berat

Nilai rata-rata kandungan logam berat Pb air laut pada Pulau Lae-lae sebesar 0,31 mg/L,

nilai kandungan logam berat pada air di Pulau Bonebatang diperoleh sebesar 0,23 mg/L, dan nilai

kandungan logam berat pada air di Pulau Badi sebesar 0,25 mg/L.

Gambar 10. Nilai kandungan konsentrasi logam berat Pb air laut pada perairan lokasi penelitian.

Rendahnya kadar kandungan logam berat pada air disebabkan karena sifat Pb yang

memiliki daya larut yang rendah sehingga logam cendrung akan mengendap pada dasar perairan

Moore (1991) dalam Efendi (2003).

4. Faktor Biokonsentrasi Bioconcentration factor ( BCF).

Untuk mengetahui Bioconcentration factor (BCF) dihitung menggunakan rumus (Van Esch,

1977 dalam Pratono, 1985) sebagai berikut:

BCF= cPb Tumbuhan

C Pb air Laut

Keterangan :

BCF = Faktor biokonsentrasi

C Pb Tumbuhan = Konsentrasi logam di Tumbuhan (mg/kg)

C Pb Air = Konsentrasi logam di air (mg/kg.

29

Page 9: hasil logam berat

Tabel 2. Faktor

Biokonsentrasi Bioconcentration factor ( BCF).

5. Karakteristik dan ciri Lingkungan Lokasi Penelitian.

Hasil analisis Prencipel Component Analisis (PCA) untuk mengetahui keterkaitan antara

logam berat dengan gradient lingkungan.

Gambar 11. Keterkaitan antara logam dengan gradient lingkungan.

30

Pulau Air Caulerpa BCF

Laelae 1 0.315 12.01 38.13

Laelae 2 0.315 12.01 38.13

Laelae 3 0.315 12.01 38.13

0.00

Bonebatang1 0.315 12.01 38.13

Bonebatang 2 0.315 12.01 38.13

Bonebatang 3 0.315 12.01 38.13

0.00

Badi 1 0.315 12.01 38.13

Badi 2 0.315 12.01 38.13

Badi 3 0.315 12.01 38.13

0.00

Page 10: hasil logam berat

Terdapat tiga kelompok dengan parameter penciri yang berbeda dari hasil analisis

Prencipel Component Analisis (PCA) pada gambar 11 kelompok I terdiri dari Pulau Lae-lae dengan

parameter penciri salinitas, arus, Pb air, kekeruhan dan suhu. Kelompok II Pulau Bonebatang

terdiri dari bahan organik terlarut (DOM), Pb sedimen dan kecerahan. Kelompok III terdiri dari pH,

oksigen terlarut, dan Pb, C.recemosa.

Kelompok I Pulau Lae-lae Salinitas adalah gambaran jumlah garam-garam dala suatu

perairan. Sebaran salinitas di air laut dipengaruhi oleh seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah

hujan, dan aliran sungai (Nontji, 1987) nilai rata-rata salinitas pada lokasi penelitian sebesar 33.7-

34.3o/oo.. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, niali salinitas tertinggi yang merupakan

faktor penciri pada Pulau Lae-lae yaitu nilai rata-rata salinitas sebesar 34.4o/oo.

Arus merupakan sangat penting untuk mengetahui proses transportasi dan pengadukan

dan zat-zat yang terkandung dalam perairan seperti makronutrien, material tersuspensi dan bahan-

bahan pencemar seperti logam berat, pola arus perairan akan mengencerkan atau memindahkan

zat-zat pencemar yang ikut bersama pergerakan air baik zat-zat tersebut dalam bentuk larutan atau

terserap pada sebuah partikel atau mengalami proses penenceran oleh pola arus pasang surut

(Haliana, 2007).

Nilai rata-rata kandungan Pb air pada Pulau Lae-lae sebesar 0.302 - 0.330 mg/l yang

menjadi penciri pada Pulau Lae-lae sebesar 0.302. Rendahnya kadar kandungan logam berat pada

air disebabkan karena sifat Pb yang memiliki daya larut yang rendah sehingga logam cendrung

akan mengendap pada dasar perairan Moore (1991) dalam Efendi (2003).

Kekeruhan yang terukur memperlihatkan nilai rata-rata sebesar 0,22 NTU- 1,51 NTU,

yang menjadi penciri kekeruhan yaitu pada Pulau Lea- Lae dengan nilai kekeruhan sebesar 1,51

NTU kekeruhan pada Pulau Lae-lae disebkan karen faktor arus yang dimana kekuatan arus pada

Pulau Lea- lae tergolong cepat yang membuat daerah tersebut keruh.

Nilai rata-rata kekuatan arus sebesar 0.075- 0.115 m/s yang menjadi faktor penciri

terdapat pada Pulau Lae-lae dengan nilai rata-rata kecepatan arus sebesar 0.115 m/s.

31

Page 11: hasil logam berat

Nilai rata-rata suhu yang didapatkan berkisar antara rata-rata 28,20C – 290C yang menjadi

penciri pada Pulau Lae – lae 290C kisar suhu pada daerah penelitian masih berada pada kisaran

alami sehingga dapat mendukung kehidupan biaota di laut supriharyono (2000) suhu yang baik

adalah kisaran antara 25-290C sedangkan batas minimum dan maksimum suhu berkisar anatara

16- 170C dan sekitar 360C ( Kinsman, 1964 dalam Supriharyono (2000).

Pada kelompok II Pulau Bonebatang,. Kelompok II Pulau Bonebatang yang menjadi

parameter penciri terdiri dari bahan organik terlarut (DOM), Pb sedimen dan kecerahan.

Kandungan logam berat pada sedimen dengan nilai rata- rata berkisar antara 16- 58 mg/kg – 18,

32 mg/kg yang menjadi penciri berada pada Pulau Bone Batang yaitu 18,32mg/kg.

Nilai kandungan Bahan Organik Terlarut (DOM) yang di dapatkan pada lokasi penelitian

berkisar rata – rata sebesar 34,03 mg/l – 35 mg/l yang menjadi penciri terdapat pada Pulau

Bonebatang dengan nilai rata-rata sebesar 35,90 mg/l. Menurut Duursma (1963), terutama

phytoplankton, zat buangan zooplankton dan organism besar lainnya.

Nilai rata-rata kandungan logam berat Pb pada sedimen di lokasi penelitian didapatkan

dengan nilai rata-rata sebesar 16.6mg/kg – 18.3mg/l dan yang menjadi penciri terdapat pada Pulau

Bonebatang dengan nilai sebesar 18,32mg/kg. Tingginya kandungan Pb pada sedimen dibanding

air disebabkan karena sifat Pb yang memiliki daya larut yang rendah sehingga logam cendrung

akan mengendap pada dasar perairan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Moore (1991) dalam

Efendi (2003) bahwa kelarutan timbal cukup rendah sehingga kadar timbal di dalam air sedikit.

Febries dan Warner 1994) menyatakan bahwa jikat tidak melebihi standar baku mutu

sedimen 0,33 ppm artinya masih aman jika sudah melewati batas standar baku mutu pada

sedimen 0>33 ppm tercemar.

Nilai pH pada lokasi penelitian mengambarkan nilai penciri pada lokasi pulau badi

penelitian yakni dengan nilai rata-rata sebesar 7,16 - 7,20 yang menjadi ciri pembeda pH pada

pulau badi dengan nilai rata-rata sebesar 7,20 nilai tersebut menandakan bahwa nilai pH air laut

pada lokasi penelitian menunjukkan normal.

Menurut palar (2004), menyatakan bahwa pada lingkungan perairan, bentuk logam antara

lain ion-ion bebas, pasangan ion organik dan ion kompleks, kenaikan pH menurunkan kelarutan

logam berat dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi

32

Page 12: hasil logam berat

hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada air, hingga mengendap membentuk

lumpur.

Pada kelompok III Pulau Badi yang menjadi penciri yakni pH oksigen terlarut (DO) dan Pb

Caulerpa Recemosa, nilai rata- rata Derajat Keasaman (pH) sebesar 7,15 – 7,20 yang menjadi

penciri berada pada Pulau Badi dengan nilai rata – rata sebesar 7,20 nilai tersebut menandakan

bahwa daerah penelitian masih tergolong normal.

Setiap organisme mempunyai toleransi yang berbeda terhadpmaksimal serta optimal dan

berbagai indeks keadaan lingkungan. Nilai pH air yang tercemar beragam tergantung dari jenis

pencemarannya.

33