Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

23
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA) PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 2014 2014 HASIL DISKUSI HASIL DISKUSI HASIL DISKUSI TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING” TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING” TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING” Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPA Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPA Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPA Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Oleh : Oleh : Oleh : Muhammad Yasin Shodiq Muhammad Yasin Shodiq Wahyu Efendy Wahyu Efendy Rustam Rustam Abdul Jamil Abdul Jamil Muhammad Yasin Shodiq Wahyu Efendy Rustam Abdul Jamil NIM : 0402513157 NIM : 0402513157 NIM : 0402513154 NIM : 0402513154 NIM : 0402513148 NIM : 0402513148 NIM : 0402513121 NIM : 0402513121 NIM : 0402513157 NIM : 0402513154 NIM : 0402513148 NIM : 0402513121

Transcript of Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

Page 1: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (FISIKA)

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGUNIVERSITAS NEGERI SEMARANGUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

201420142014

HASIL DISKUSI HASIL DISKUSI HASIL DISKUSI

TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING” TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING” TOPIK “PROBLEM SOLVING LEARNING”

Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu TugasDisusun Untuk Melengkapi Salah Satu TugasDisusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPAMata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPAMata Kuliah : Inovasi Pembelajaran IPA

Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.

Dosen Pengampu : Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si.

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.

Oleh :Oleh :Oleh :

Muhammad Yasin ShodiqMuhammad Yasin Shodiq

Wahyu EfendyWahyu Efendy

RustamRustam

Abdul JamilAbdul Jamil

Muhammad Yasin Shodiq

Wahyu Efendy

Rustam

Abdul Jamil

NIM : 0402513157NIM : 0402513157

NIM : 0402513154NIM : 0402513154

NIM : 0402513148NIM : 0402513148

NIM : 0402513121NIM : 0402513121

NIM : 0402513157

NIM : 0402513154

NIM : 0402513148

NIM : 0402513121

Page 2: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 1

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

HASIL TANYA JAWAB KELOMPOK 2

DISKUSI “PROBLEM SOLVING LEARNING”

Program Studi Pendidikan IPA (Fisika) Kemenag PPS Unnes

Hari/Tanggal : Senin, 19 Mei 2014

Pukul : 16.00 – 18.00

1. Roy Izen Mustakim

Berikan contoh penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika !

Jawaban :

Contoh penerapan problem solving learning dalam pembelajaran fisika dapat kita

lihat pada beberapa abstrak atau jurnal sebagai berikut di bawah. Saat diskusi

pemateri menjelaskan secara singkat abstrak jurnal berkaitan penerapan problem

solving learning dalam pembelajaran fisika.

Berikut ini adalah daftar judul abstrak jurnal berkaitan penerapan problem solving

learning dalam pembelajaran fisika. File sudah di share pada dan pada Group

Facebook kelas PPS Unnes Fisika Kemenag.

a. Jurnal Kependidikan Volume 40, Nomor 2, November 2010, hal. 215-230.

Problem Solving Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan

Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis. Ikhwanuddin, Amat Jaedun, Dan

Didik Purwantoro

b. Lasma Juita Sianturi, Implementation Of Learning Problem Solving Model

Understanding The Concept Of Physics and Critical Thinking Skills Students.

Graduate Program, State University of Medan 2013.

c. Unnes Journal of Biology Education. Model Pembelajaran Problem Solving

Dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tia

Ristiasari, Bambang Priyono, Sri Sukaesih. Jurusan Biologi, FMIPA

Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

d. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 152-160 Juli 2012.

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving Untuk

Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Dan Pemahaman Konsep

Page 3: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 2

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

Mahasiswa. P.S. Mariati. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Indonesia.

e. Sihana, S830908140. ”The Physics Learning by Using the Problem Solving.

Method and the Problem Posing Method Viewed from the Mathematics

Ability. and Creativity of Students” (A case Study on the Magnetic Field

Subject Matter of. Grade XII, Acceleration Programe of State Senior

Secondary School 1 of Surakarta in the Academic Year of 2009/2010).

Semua file diatas dapat didownload pada

https://app.box.com/s/n84n4sbd293tnvinwbsd

2. Taqi’udin Zarkasi

Teori belajar yang manakah yang melandasi pada problem solving learning?

Jawaban :

Landasan Filosofis Proses Psikologis Pembelajaran Problem Solving

Pembelajaran problem solving banyak diilhami oleh filsafat yang

dikembangkan oleh konstruktivisme Piaget. Pandangan filsafat pengetahuan tentang

hakekat konstruktivisme mempelajari tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah

sekedar menghapal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. Pandangan

piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk

Page 4: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 3

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

anak dalam, sangat berpengaruh terhadap model yang yang pembelajaran peneliti

kembangkan model pembelajaran yakni masalah pemecahan.

Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah

untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka model

pembelajaran problem solving merupakan model yang memungkinkan proses sangat

result untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia

akan selalu dihadapkan pada masalah. Mulai dari masalah yang sederhana sampai

yang kompleks ke masalah, mulai dari masalah pribadi sampaikepada masalah

keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah

dunia.

Problem solving diharapkan dapat memberikan latihan kemampuan setiap

individu proses untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.dilihat dari

aspek psikologis belajar bersandarkan pada aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini

belajar adalah proses pada hakekatnya proses mental dan proses berpikir dengan

memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap ekor secara optimal. Belajar lebih

dari sekadar menghafal proses menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana

pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui ketrampilan berpikir.

Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna apabila

proses dicari ditemukan oleh peserta didik sendiri bukan hasil pemberian orang lain

termasuk guru. Setiap individu berusaha harus mampu mengembangkan proses

pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur kognitifnya. Skema

ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui proses proses asimilasi

akomodasi proses, dengan demikian tugas guru adalah memotivasi peserta untuk

didik mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi proses

akomodasi tersebut, peaget (sanjaya, 2007:194).

Pandangan ini banyak didasarkan teori piaget pada. Piaget mengemukakan

bahwa siswa dalam, segala usia secara aktif terlibat dalam, proses perolehan informasi

proses membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bersifat statis tetapi

tidak terus berevolusi. Pengetahuan tumbuh berkembang pada saat proses pembelajar

pengalaman menghadapi baru. Pengalaman baru ini memaksa mereka untuk

membangun proses memodifikasi pengetahuan awal mereka. Setiap pengetahuan

interaksi suatu mengandalkan dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek,

Page 5: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 4

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

tidak seorang anak dapat mengkontruksi pengetahuannya. Seperti halnya piaget,

Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan pada saat terjadi intelektual individu

berhadapan dengan pengalaman baru proses menantang ketika mereka berusaha

untuk memecahkan masalah yang yang dimunculkan. Untuk memperoleh

pemahaman ekor pengetahuan baru mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang

telah dimiliki. Melalui tantangan proses bantuan dari guru atau teman sejawat yang

lebih mampu, mengantarkan siswa ke zona pengembangan terdekat mereka dimana

pembelajaran baru terjadi.

3. Mamik Islamiyati Nurul Hidayah

Bagaimana cara menerapkan problem solving (langkah-langkah) dalam

pembelajaran fisika

Jawaban :

Secara umum langkah-langkah Sistematis Problem Solving

a. Tetapkan Tujuan, merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk fokus

menyelesaikan suatu masalah tertentu. Tujuan yang bias akan menyebabkan

proses pemecahan masalah tidak akan fokus dan tujuan tidak tercapai dengan

baik.

b. Tulis / petakan permasalahan yg ada, langkah ini bisa jadi merupakan langkah

paling penting dalam problem solving. Tanpa pemahaman yang baik atas masalah,

solusi tidak akan pernah benar. Agar pemetaan masalah dapat sesuai dengan

kondisi yang ada, diperlukan pengamatan, data dan informasi yang akurat serta

keterlibatan pihak-pihak yang berada di dalam atau yang berdekatan dengan

sistem termasuk motif masing-masing pihak. Pemetaan masalah ala SWOT

mungkin bisa membantu, hanya saja dalam SWOT tidak dikaji hal-hal lain yang

mungkin berperan lebih besar dari kelebihan-kelemahan-kesempatan-ancaman.

Petakan masalah sejelas-mungkin, sederhana dan runtut berdasarkan kronologis.

Sangat baik memetakan dalam bentuk visual warna dan gambar yang memperjelas

diferensiasi dan rangkaian kejadian seperti pada metode MIND MAPPING.

c. Cari akar permasalahan yang mungkin, suatu masalah sering disebabkan oleh

masalah lainnya sehingga atas suatu masalah terlihat banyak masalah yang

Page 6: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 5

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

menjadi penyebabnya. Padahal sebenarnya hanya ada sedikit akar permasalahan

untuk kasus masalah yang kompleks sekalipun dan bahkan sering ditemui masalah

yg kompleks dengan satu akar permasalahan yg justru sangat sederhana. Telah

dikembangkan metode untuk menemukan akar permasalahan (RCA / Root Cause

Analysis) diantaranya 5 Why Analysis dan Fishbone. Akar penyebab masalah

yang tepat biasanya apabila secara rasional tidak terjadi hubungan sebab-akibat

yang tidak logis dengan beberapa masalah yang ada.

d. Kembangkan hipotesis, tahap ini pada dasarnya merangkum antara masalah

hingga akar masalah yang paling mungkin. Hipotesis bisa lebih dari satu jika

masalahnya kompleks. Hipotesis umumnya akan berupa pernyataan yang

menggambarkan hubungan antara dua variabel dalam konteks pemecahan

masalah.

e. Tetapkan analisis dan informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis,

hipotesis harus dapat diuji dengan cara / metode tertentu. Pengujian ini penting

untuk memastikan atau verifikasi hipotesis. Dalam kajian ilmiah, bila hipotesis

terverifikasi benar maka akan menjadi teori. Dalam konteks pemecahan masalah,

maka bila hipotesis terverifikasi maka dapat dikatakan akar penyebab masalah

telah dipastikan valid.

f. Kembangkan berbagai alternatif solusi, pada tahap ini dituntut kreatifitas tinggi

dalam mengembangkan solusi yang mungkin. Sangat baik memunculkan semua

solusi tanpa terkecuali. Sebagai pedoman, lihatlah sistem hingga subsistem yang

ada dan pahami motif pelaku yang terlibat. Disarankan mengurai solusi dalam

bentuk pohon solusi agar memudahkan untuk mengembangkan sebanyak

mungkin solusi berdasarkan masing-masing cabang dan ranting pohon solusi.

Sebaiknya alternatif solusi yang didapat disusun dalam suatu checklist. Untuk

mendapatkan lebih banyak solusi, sebaiknya dilakukan brainstorming, bertanya

kepada orang yang berpengalaman dengan masalah sejenis, membaca literatur,

dan lain-lain.

g. Seleksi alternatif solusi, tahap ini pada dasarnya mengevaluasi tiap solusi yang

telah ada. Jika solusi yang tersedia cukup banyak, maka dapat dilakukan dalam

beberapa tahap seleksi. Dimana pada tahap awal seleksi dengan

mempertimbangkan aspek yang dianggap prioritas utama bagi organisasi seperti

Page 7: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 6

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

peraturan, norma dan etika, serta hal-hal prinsip lainnya. Setelah itu seleksi

berikutnya dengan mengevaluasi solusi dengan pertimbangan yang tingkat

prioritasnya lebih rendah seperti biaya yang diperlukan, waktu yang dibutuhkan,

tingkat kesulitan solusi, dan tingkat dampaknya. Kadang-kadang diperlukan

penggabungan solusi hasil seleksi untuk memecahkan masalah atau terdapat satu

solusi jitu yang dapat memecahkan beberapa masalah berbeda yang terjadi secara

bersamaan.

h. Susun prioritas tindakan, untuk menentukan prioritas tindakan atas beberapa

solusi pilihan, dapat dilakukan dengan cara pemetaan 4 kuadrant hubungan antara

penting-genting dan dampak-tingkat kesulitan. Tentu saja prioritas pertama

tindakan akan dimulai dari tindakan solusi yang penting-genting-dampak tinggi-

mudah.

i. Kembangkan rencana implementasi, dalam mengembangkan rencana

implementasi perlu dipertimbangkan momentum waktu. Rencana ini sebaiknya

dalam bentuk program kerja yang baik dan sistematis agar terkendali. Ada kalanya

dalam suatu waktu tertentu terjadi beberapa masalah berbeda. Rencana

implementasi juga harus dapat melihat efektifitas tindakan dengan menemukan

suatu langkah yang dapat menyelesaikan beberapa masalah sekaligus (strategi

jitu).

Beberapa referensi lain menjeaskan bahwa langkah-langkah penggunaan metode

problem solving ini sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari

siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya,

dan berdiskusi.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu

saja didasarkan pada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut sehingga batul-betul yakin

bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir

tentang jawaban dari masalah tadi.

Page 8: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 7

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

John Dewey mengemukakan bahwa keaktifan siswa di sekolah harus bermakna.

Artinya, keaktifan yang disesuaikan dengan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam

masyarakat.Untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey mengemukakan sebagai

berikut.

1. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan

dipecahkan kepada siswa.

2. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebt dirumuskan oleh guru

bersama siswa.

3. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan

dalam pecahan persoalan.

4. Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan

cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang

diharapkan atau tidak.

Secara ringkas langkah-langkah pelaksanaan metode pemecahan masalah sebagai

berikut :

1. Persiapan

a. Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru.

b. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu

memecahkan persoalan.

c. Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya.

d. Persoalan yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsan siswa berpikir.

e. Persoalan harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Pelaksanaan

a. Guru menjelaskan secara umum tentang masalah ynag dipecahkan.

b. Guru meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang

dilaksanakan.

c. Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok.

d. Siswa dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak.

e. Kalau pemecahannya tidak ditemukan siswa, hal tersebut didiskusikan.

f. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.

Page 9: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 8

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

g. Data diusahakan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk analisis

sehingga dijadikan fakta.

h. Membuat kesimpulan.

4. Amru Hidayah

Jelaskan perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving Learning !

Jawaban :

Perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving Learning dapat kita tinjau

dari beberapa aspek. Salah satu aspek yang essensial adalah kita dapat

membedakannya dari kelebihan dan kelemahannya serta karakteristiknya.

1. Karakteristik Metode Pembelajaran Problem Solving

Metode pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi

secara ilmiah.terdapat 3 ciri utama dari metode problem solving.

a) Metode problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran.

Artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang

harus dilakukan siswa.

b) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini

menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.

c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

secara ilmiah

Hakikat masalah dalam metode problem solving adalah kesenjangan antara situasi

nyata dan kondisi yang diharapkan.oleh karena itu maka materi pelajaran atau

topic tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan

tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang

berlaku.berikut ini criteria pemilihan bahan pelajaran dalam metode pembelajaran

problem solving:

a) Bahan pelajaran harus mengandunng ilmu dan konflik

b) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa

c) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan

orang banyak

Page 10: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 9

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

d) Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau

kompetensi.

e) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa.

2. Kelebihan Metode Problem Solving

Kelebihan dari metode problem solving sebagai berikut:

a) Metode ini membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan

kehidupan .

b) Dapat membiasakan para siswa menghadapi permasalahan di dalam

kehidupan.

c) Merangsang pengembangan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh

d) Melatih siswa untuk mengidentifikasikan dan melakukan penyelidikan

e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalm dunia nyata.

3. Kelemahan Metode Problem Solving

a) Manakala siswa tidak memiliki minat dan tidak memiliki keercayaan bahwa

masalah yang di pelajari sulit dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan

untuk mencoba

b) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima

informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan

permasalahan sendiri atau kelompok kadang memerlukan berbagai sumber

belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa

c) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan

waktu yang cukup banyak.

4. Karakteristik Pembelajaran Based Learning

Ciri-ciri dari pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah sebagai berikut:

a) Menggunakan masalah sebagai fakta serta alternative solusi yang dapat

dilakukan.

b) Memfokuskan pada interdisiplin keilmuan.

c) Menggunakan penyelidikan secara otentik.

d) Hasil solusi akhir dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam PBL, siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka

jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. PBL membentuk

Page 11: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 10

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir

yang akan mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor

yang memandu siswa menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih

cakap dalam menjalani proses belajar PBL, tutor akan berkurang keaktifannya.

5. Kelebihan Metode Problem Based Learning

Kelebihan yang paling menonjol dalam penerapan metode Pembelajaran Berbasis

Masalah antara lain:

a) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah-

masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan

cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu, kita diharapkan dapat

membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kita pakai dalam

pembelajaran.

b) Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills).

c) Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan

(discovery), bertanya (questioning), mengungkapkan (articulating),

menjelaskan atau mendeskripsikan (describing) mempertimbangkan atau

membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decision-

making). Dengan demikian, peserta didik menerapkan suatu proses kerja

melalui suatu situasi bermasalah, siang mengandung masalah.

6. Kelemahan Metode Problem Based Lerning

a) Pembelajaran model PBL memnbutuhksn waktu yang lama.

b) Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan

belajar terutama membuat soal.

5. Ihda Sofia R.H

Jelaskan perbedaan Creative problem solving learning dengan problem solving

learning?

Jawaban :

Creative Problem Solving learning adalah model pembelajaran yang

melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah,

yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu

Page 12: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 11

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk

memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal

tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir

(Pepkin, 2004:1).

Teknik CPS Shallcross (dalam Munandar, 1995: 206) pada dasarnya sama

dengan tahap CPS yang didefinisikan oleh Osborn-Parnes hanya saja dimulai dari

ungkapan masalah secara samar. Teknik CPS Shallcross dapat di jabarkan sebagai

berikut.

1. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu) Tahap

pertama didahului dengan ungkapan pikiran dan perasaan mengenai masalah

yang dirasakan sebagai mengganggu (mess) tetapi masih samar-samar (fuzzy

problem).

2. Fact-finding (menemukan fakta)

Tahap mendaftar semua fakta yang diketahui mengenai masalah yang ingin di

pecahkan dan menemukan data baru yang diperlukan. Tahap ini didahului oleh

keadaan “kacau“ dan masalahnya masih samar-samar (mess and fuzzy problem).

3. Problem-finding (menemukan masalah)

Pada tahap menemukan masalah, diupayakan merumuskan masalah dengan

menanyakan: “Dengan cara apa saya …”. Pernyataan ini mengundang

memberikan gagasan. Pemikiran diharapkan dapat mengembangkan masalahnya

dengan menemukan sub-masalah: masalah dapat dirumuskan kembali

(redefinition) atau dipersempit.

4. Idea-finding (menemukan ide gagasan)

Pada tahap menemukan idea tau gagasan diupayakan mengembangkan

pemecahan masalah sebanyak mungkin.

5. Solution-finding (menemukan solusi)

Pada tahap penemuan solusi, gagasan yang dihasilkan pada tahap sebelumnya

diseleksi berdasarkan criteria evaluasi yang bersangkut paut dengan masalahnya,

misalnya berdasarkan waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan untuk

melakukan gagasan tersebut.

6. Acceptance-finding (menemukan penerimaan)

Page 13: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 12

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

Pada tahap terakhir, menemukan penerimaan atau tahap pelaksanaan disusun

rencana tindakan agar mereka yang mengambil keputusan (kepala sekolah, orang

tua, majikan, dan lainnya) dapat menerima gagasan tersebut dan

melaksanakannya.

Problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan

untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan

tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan

keputusan untuk mencapai sasaran. Terkait dengan pengertian problem solving dan

apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka mempunyai pengertian sebagai proses

pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah,

dimana problem yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat sendiri oleh pendidik

dan ada kalanya fakta nyata yang ada dilingkungan kemudian dipecahkan dalam

pembelajaran dikelas, dengan berbagai cara dan teknik.

Penyelesaian masalah menurut J. Dewey ini dilakukan dalam enam tahap,

yaitu :

1. Merumuskan masalah. Mampu mengetahui dan merumuskan masalah dengan

jelas.

2. Menelaah masalah. Mampu menggunakan pengetahuan untuk memperinci,

menganalisis masalah dari berbagai sudut.

3. Merumuskan hipotesis. Mampu berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,

sebab-akibat, dan alternative penyelesaian.

4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.

Diperlukan kecakapan mencari dan menyusun data seraya menyajikannya dalam

bentuk diagram, gambar dan table.

5. Pembuktian hipotesis. Diperlukan kecakapan menelaah dan membahas data,

kecakapan menghubung-hubungkan serta menghitung, ketrampilan mengambil

keputusan dan kesimpulan.

6. Menentukan pilihan. Diperlukan kecakapan membuat alternatif penyelesaian serta

menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap

pilihan.

Bila kita bandingkan antara langkah-langkah Creative Problem Solving

dengan langkah pemecahan masalah J. Dewey maka akan kita dapatkan bahwa tidak

Page 14: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 13

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

ada perbedaan yang cukup signifikan di antara kedua langkah tersebut. Hanya saja

tujuan utama dari CPS adalah membantu siswa untuk mengembangkan:

1. kesadaran akan pentingnya usaha kreatif dalam belajar, pekerjaan, mencari ilmu

pengetahuan dan seni, dan kehidupan pribadi;

2. motivasi untuk menggunakan potensi kreatif;

3. percaya diri dalam kemampuan kreatif;

4. meningkatkan kesensitifan terhadap masalah dilingkungan sekitar (suatu sikap

“merasa tidak puas yang membangun”)

5. terbuka terhadap ide-ide orang lain;

6. rasa penasaran yang lebih besar-kesadaran terhadap banyak tantangan dan

kesempatan dalam kehidupan.

6. Pak Arif Ismanto

Bagaimana karakteristik problem solving learning?

Jawaban :

Menurut Taplin (dalam Sumardyono, 2007: 8) dalam problem solving terdapat

beberapa karakteristik, yaitu :

1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa

2. Adanya dialog matematis dan konsesus antar siswa

3. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa

mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkontruksi penyelesaian

4. Guru menerima jawaban ya atau tidak bukan untuk mengevaluasi.

5. Guru membimbing, melatih, dan menanyakan pertanyaan tentang wawasan dan

berbagi proses pemecahan masalah.

6. Sebaiknya guru mengetahui kapan ikut campur dan kapan mundur membiarkan

siswa munggunakan caranya sendiri.

7. Problem solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan

konsep, sebuah proses sentral dalam matematika.

Pentingnya problem solving dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran.

Page 15: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 14

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

7. Wasis Suharto

Apakah try out persipan ujian Nasional merupakan modifikasi problem solving

learning?

Jawaban :

Tidak ada kaitan antara Problem Solving Learning (PSL) dengan try out ujian nasional.

Problem Solving Learning (PSL) merupakan tahapan dalam proses pembelajaran

sedangkan Tes tryout itu dapat didefinisikan sebagai wahana latihan ujian siswa, baik

itu untuk menghadapi ujian semester maupun ujian nasional. Sebenarnya tes tryout itu

sudah merupakan suatu kegiatan rutin yang dilaksanakan baik itu oleh kelas 7, 8, 9,

10, 11 maupun 12, bukan hanya terfokus kepada ujian nasional saja. Akan tetapi untuk

saat ini tes tryout itu lebih ditekankan untuk menghadapi ujian nasional.

8. Ari Rahmat

Siapa yang mengajukan permasalahan dalam problem solving?

Jawaban :

Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan.

Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan diajarkan

dan siswa diminta untuk memeacahkan persoalan itu. Hal ini dapat dilakukan baik

dalam kelompok ataupun pribadi. Guru sebaiknya minta agar siswa mengungkapkan

bagaimana cara mereka memecahkan persoalan tersebut dan bukan hanya melihat

hasil akhirnya (Suparno, 2013:104).

9. Rifai

Hambatan apa dalam memecahkan masalah problem solving learning?

Jawab :

Hambatan dalam memecahkan masalah pada pembelajaran problem solving learning

yaitu :

1. Adanya siswa yang memiliki karakteristik cenderung pasif dalam pembelajaran di

kelas sehingga merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan

pembelajaran problem solving yang dilakukan,

Page 16: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 15

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

2. Kurang tersedianya sarana pendukung dalam proses pemecahan masalah, seperti

fasilitas laboratorium, pemanfaatan sarana teknologi, buku perpustakaan atau

sumber belajar yang relevan,

3. Keterbatasan jam pelajaran yang tersedia dalam proses problem solvng learning

karena adanya tahap-tahap (sintak) yang melibatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran seperti mengungkapkan ide, melakukan penyelidikan, hingga

menyimpulkan strategi atau solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang

berikan.

10. Yuniar Fahmi L

Parameter keberhasilan PSL?

Jawab :

Parameter keberhasilan PSL terletak pada 3 ranah yaitu kognitif

(penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan siakap dan nilai), serta bidang

psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Zaenal Arifin (2009:

20) berpendapat bahwa untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik dapat

digunakan tes hasil belajar, yang digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) tes formatif,

yaitu penilaian yang yang digunakan untuk mengukur suatu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap

peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut, dan (2) tes sumatif, yaitu tes yang

diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan pokok-pokok

yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran yang

tujuannnya untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar peserta didik

dalam sautu periode belajar tertentu.

Aspek kognitif adalah keterampilan yang ditandai dengan kreativitas,

kelincahan berpikir, dan memecahkan masalah. Problem solving learning yang

menekankan pada kemampauan siswa dalam pemecahan masalah, sehingga

parameter atau tolak ukur dari pembelajaran problem soving yaitu kemampuan

kognitif siswa yang didapat dilakukan dengan tes, baik berbentuk tulis maupun lisan.

Aspek kognitif menuut Bloom memiliki enam taraf berpikir yang meliputi

pengetahuan (taraf yang paling rendah) sampai dengan evaluasi (taraf yang paling

Page 17: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 16

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

tinggi). Hal yang sama dikemukakan oleh Alex Shiran (2008: 17) bahwa pembagian

aspek kognitif meliputi enam tingkatan pikiran yang digambarkan pada bagan berikut

ini:

Gambar Tingkatan pada ranah kognitif

Parameter keberhasilan pada ranah afektif dalam problem solving learning

dari hasil pengukuran pada aspek afektif yang dapat dilakukan melalui instrumen non

test, diantaranya diantaranya adalah: (1) observasi (observation) yaitu suatu proses

pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai

berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan

untuk mencapai tujuan tertentu, (2) wawancara (interview) merupakan salah satu

bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya

jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik, (3) skala

sikap (attitude scale) yaitu bentuk penilaian non tes yang dilakukan dnegan cara

peserta didik memilih pernyataan-pernyaat positif dan negatif, (4) dafar cek (check

list) adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, (5)

skala penilaian (rating scale) adalah daftar cek penilaian non tes yang penilainya

hanay dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam

skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-

tingkatan yang telah ditentukan, (6) angket (quetioner) adalah alat untuk

Page 18: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 17

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

mengumpulkan dan mencatat data atau infoermasi, pendapat, dan paham dalam

hubungan kausal, (7) studi kasus (case study) adalah studi yang mendalam dan

komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekoalh yang memiliki kasus tertentu,

(8) catatan insidental (anecdotal records) adalah catatan-catatan singkat tentang

peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan, (9)

sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai batas

tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan

teman sebayanya serta hubungan di antara mereka, dan (10) inventori kepribadian

adalah alat penilaian non tes yang hampir serupa dengan tes kepribadian, bedanya

pada inventori jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah, melainkan

jawaban peserta didik dikatakan benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.

Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahan-perubahannya, bila

seseorang telah menguasai aspek kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar aspek

afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti:

atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan lain-lain. Hasil

belajar aspek afektif dapat digambarkan sebagi berikut ini:

Gambar Komponen pada ranah afektif

Aspek psikomotor adalah aspek yang menyangkut tentang keterampilan

atau sering disebut dengan keahlian (skill). Dalam aspek ini Bloom tidak merinci

secara jelas seperti aspek kognitif dan afektif. Lebih lanjut Simpson dalam Nasution

Page 19: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 18

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

(2001: 57) mengemukakan bahwa ada lima aspek dalam pengembangan

keterampilan, mulai dari aspek yang sederhana sampai kepada aspek yang rumit,

yaitu: persepsi, kesediaan bertindak, menirukan dan mencoba, serta gerak mekanik

dan gerak kompleks. Aspek keterampilan dapat diukur menggunakan tes perbuatan.

Penilaian aspek psikomotorik dalam pembelajaran problem solving dapat dilakukan

pada saat melakukan ekperimen atau demonstrasi dalam proses menemukan strategi

pemecahan masalah.

10. Maksum

Problem solving apa yang tepat di daerah yang keterbatasan fasilitas.

Jawab

Pembelajaran problem solving didukung dengan adanya fasilitas yang

memadai (hardware) dalam proses belajar mengajar sebagai upaya untuk

menemukan strategi pemecahan masalah yang tepat. Namun, bukan berarti

pebelajaran problem solving tidak dapat diterapkan pada sekolah yang menim

fasilitas, pembelajaran problem solving dapat diterapkan dengan menggunakan

dukungan atau penggunaan variasi metode seperti metode diskusi atau cooperative

learning, yang intinya dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran

dikelas. Dalam melakukan percobaan atau demonstrasi sebagai salah satu strategi

pemecahan masalah dapat dilakukan melalui kreativitas dan inovasi dari pendidik

atau peserta didik dengan membuat sebuah media percobaan atau demonstrasi dari

benda atau bahan yang mudah terjangkau baik dari ketersediaannya maupun dari

biaya. Penggunaan media pembelajaran yang sederhana seperti media visual (chart)

dapat dijadikan sarana untuk mendukung pembelajaran problem solving.

11. Khoiriyah

Karakteristik masalah yang di angkat dalam PSL?

Jawab :

Karakteristik masalah yang diangkat dalam PSL yaitu masalah yang

kontekstual, dihadapkan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari

Page 20: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 19

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi

itu. Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan

dalam pembelajaran Problem Solving Learning (PSL) memenuhi kriteria sebagai

berikut.

a. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa

dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

b. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan

masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

c. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami

siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa.

d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan

dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh

materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber

yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan

pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah

bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat

masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi

belajar siswa.

Suatu masalah dapat dikatakan masalah yang baik dan sebagai

karakteristik masalah dalam PSL , apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Jelas, dalam arti bersih dari pada kesalahan-kesalahan bahasa maupun isi

pengertian yang berbeda. Istilah yang dipergunakan tidak memiliki dua

pengertian yang dapat ditafsirkan berbeda-beda.

b. Kesulitannya dapat diatasi. Maksudnya ialah bahwa pokok persoalan yang akan

dipecahkan tidak merupakan pokok berganda/kompleks.

c. Bernilai bagi murid. Hasil ataupun proses yang diamati murid harus bermanfaat

dan menguntungkan pengalaman murid atau memperkaya pengalaman murid.

Page 21: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 20

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

d. Sesuai dengan taraf perkembangan psikologi murid. Masalah yang dipecahkan

tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sulit. Jadi harus sesuai dengan

kapasitas pola pikir murid.

e. Praktis, dalam arti mungkin dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Atau,

problema itu diambil dari praktek kehidupan sehari-hari, dari lingkungan sekitar

dimana murid itu berada (Jusuf Djajadisastra, 1982: 20-21).

Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek

silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih

siswa berfikir kritis dan metode ini melatih siswa memecahkan dilema (Omi

Kartawidjaya, 1988: 42). Sehingga dengan menerapkan metode problem solving ini

siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara memecahkan masalah yang akan

dihadapi pada kehidupan nyata/ di luar lingkungan sekolah.

Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode

problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki

permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi

juga di ambil dari sumber-sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa

kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114).

Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah

yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang

penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata.

13. M. Syaiful Jazil

Dengan metode PSL Siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah, apakah

PSL ini dilanjut atau dihentikan ?

Jawaban :

Terkait dengan PSL yang mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah maka tetap dicoba menerapkan metode PSL, dengan catatan inovasi dalam

pelaksanaan PSL serta diikuti trik-trik yang memuat materi pembelajaran dengan

bobot kesukaran yang tinggi dengan metode penyajian perlahan disertai penalaran

tidak hanya dengan visualisasi tetapi juga dibantu dengan pendekatan penerapan atau

aplikasi dari sebuah kasus kesukaran yang dialami oleh peserta didik. Diharapkan

Page 22: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 21

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

dengan membawa suasana belajar yang lebih enjoy dan terkesan penuh penekanan,

tiap tingkatan materi dengan bobot kesukaran yang tinggi akan lebih terasa mudah di

terima peserta didik. Hal ini memang menuntut pemateri yang tidak hanya menguasai

topik bahasan tetapi metode penyampaian yang sangat inovatif diharapkan

memberikan suasana yang nyaman dalam proses belajar mengajar.

14. Abdul Karim

Pada topik apa PSL yang cocok untuk kelas IX ?

Jawaban :

Pada dasarnya semua topik mempunyai peluang yang sama dan

memungkinkan untuk menerapkan metode PSL ini, terutama hal-hal yang berkaitan

dengan dengan kegiatan diskusi, praktek dan outdoor ini sangat dirasa cocok untuk

menerapkan PSL. Dengan PSL ini siswa akan terbiasa mendesain sendiri setiap

problem yang dihadapi dan menggunakan tahapan – tahapan yang sistematis dengan

mengoptimalkan pemikiran mereka yang mengedepankan pada pola pikir yang kreatif

dan inovatif dalam menyelesaikan masalahnya. Contoh misal topik listrik dinamis

yang meliputi pembelajaran hambatan, voltage dan kuat arus.

Siswa dihadapkan pada sebuah kasus pemecahan masalah yang dalam

kehidupan sehari-hari mereka sudah melihat listrik dengan berbagai fungsinya dan

lebih tertantang memahami segala hal tentang listrik dimulai dari hambatan listrik,

kuat arus listrik, tegangan listrik, bagaiman menggunakan AVO meternya sampai

dengan menghitung biaya pemakaian listrik yang digabungkan dengan berapa daya

yang dikeluarkan selama pemakaian. Ini sangat menantang minat dan motivasi siswa

untuk lebih serius karena mereka sudah akrab dengan listrik, tinggal pendalaman

penalaran yang diarahkan oleh guru diharapkan mampu menyederhanakan masalah

yang semula dirasa rumit menjadi sangat sederhana.

Page 23: Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning

UNNES 22

Hasil Diskusi Presentasi Kelompok “Problem Solving Learning”

15. Bambang S

Apakah ada Strategi untuk siswa dalam memecahkan masalah dengan metode PSL?

Jawaban :

Strategi yang tepat untuk siswa dalam memecahkan masalah dengan metode ini

adalah dengan memulai dari metode pembelajaran kreatif sehingga menarik

keaktifan peserta didik. Teknik pembelajaran yang didukung dengan media atau alat

yang digunakan dimana ini merupakan hardwarenya. Kemudian infrastruktur, skill

dalam contens dan memposisikan siswa sebaagai user adalah strategi yang

tepatmembawa peserta didik tampil lebih aktif dan kreatif serta bertindak cepat tepat

dalam penyelesaian masalah.