HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah · domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini...
Transcript of HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Geografis Wilayah · domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini...
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Geografis Wilayah
Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang
berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek.
Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada 6o18'10"-6
o47'10" Lintang Selatan
dan 106o23'45"-107
o13'30" Bujur Timur. Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan,
salah satunya ialah Kecamatan Ciampea. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea
hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 146.608 jiwa yang terdiri atas 75.527 laki-
laki dan 71.081 perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih
53,6 km2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah
Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini
mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar 20-30oC dan
curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor, 2010). Penelitian mengambil sampel
di tiga peternakan di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm
dan UD. Berkah. Desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke
dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa
Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Bojongjengkol. Lokasi Desa Tegalwaru dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea
(http://maps.google.com, 5 Agustus 2011)
16
Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas
wilayah 338.843 ha dan ketinggian 200 m di atas permukaan laut (dpl) serta curah
hujan tinggi yaitu sekitar 21-23 m3. Desa Tegalwaru pada tahun 2010 memiliki
jumlah penduduk 12.327 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tegalwaru pada
umumnya hanya tamat sekolah dasar atau sederajat, yaitu sebesar 1.135 orang atau
9,21% dari jumlah penduduk, namun masih ada sejumlah masyarakat yang mampu
meneruskan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi setingkat program doktor
(S3) yaitu sekitar 27 orang atau 0,22% dari jumlah penduduk. Penduduk yang
memiliki mata pencaharian bertani (termasuk didalamnay beternak) di Kecamatan
Ciampea yaitu berjumlah 971 jiwa atau 7,88% dari jumlah penduduk
(Haerudin, 2010).
Kondisi Umum Peternakan
Mitra Tani Farm
Mitra Tani Farm atau lebih dikenal MT Farm merupakan sebuah usaha
berbasis peternakan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya
domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini dikelola oleh beberapa alumni Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bidang usaha dari MT Farm mencakup
penggemukkan, pembibitan, aqiqah dan cattering. Usaha MT Farm dibina dan
dibimbing oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Luas lahan dan kandang sebesar
1 Ha. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem koloni yang dapat
menampung 10-15 ekor domba tiap kandang dan total keseluruhan kapasitas
kandang hingga 300 ekor ternak domba. Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali
sehari berupa konsentrat dan ampas tahu. Kondisi kandang dapat dilihat pada
Gambar 4.
Jumlah ampas tahu yang diberikan tidak ditimbang, tetapi ditaksir sebanyak
kebutuhan ternak, sedangkan pemberian konsentrat dengan ditakar sebesar satu
ember untuk 1-2 kandang. Pakan berupa ampas tahu diberikan pada siang dan sore
hari, sedangkan konsentrat diberikan pada pagi hari. Domba dipelihara dengan
sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang
dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak
oleh domba dan jatuh ke penampungan. MT Farm berlokasi di Jalan Baru No.39
RT.04 RW.05 Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
17
Gambar 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm
UD Berkah
Usaha Dagang Berkah disingkat UD. Berkah merupakan usaha berbasis
peternakan komersial perorangan yang menangani budidaya dan penjualan ternak
khususnya sapi, domba dan kambing. Peternakan ini didirikan pada tahun 2005.
Bidang usaha dari UD. Berkah mencakup penggemukkan, pembibitan dan aqiqah.
Ternak domba dan kambing dalam jumlah sedikit, hanya untuk aqiqah dan jasa
cattering, sebagian pembibitan. Pada Hari Raya Idul Qurban, jumlah ternak ditambah
untuk keperluan penggemukkan dan penjualan. Kandang penggemukkan domba
menerapkan sistem individu yang dapat menampung hingga 75 ekor ternak domba,
sedangkan kandang pembibitan menerapkan sistem koloni hingga 45 ekor ternak
domba. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 5.
18
Gambar 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD Berkah
Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah
hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan
hijauan yang diberikan berupa rumput lapang dan daun. Waktu pemberian pada pagi,
siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat
pemberian pakan hijauan domba tidak perlu diberikan air minum terpisah. Domba
dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap genteng.
Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar
kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. UD. Berkah beralamat
di Gang Barokah Jalan Manunggal Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten
Bogor.
Sumber Rezeki Farm
Peternakan Sumber Rezeki (SR) Farm dibentuk melalui program
pemberdayaan Direktorat Jenderal Peternakan bernama Sarjana Masuk Desa atau
lebih dikenal dengan sebutan SMD. SR Farm mulai beroperasi Februari 2011,
walaupun telah disahkan berdiri sejak Desember 2010. SR Farm khusus menangani
budidaya dan penjualan ternak domba. Berawal dari 68 ekor domba yang terdiri atas
33 ekor Domba Garut dan 35 Domba Ekor Tipis (lokal), SR Farm dapat bertahan
19
hingga saat ini. Peternakan ini memiliki kandang yang dapat menampung ternak
domba hingga 100 ekor. Kandang domba SR Farm menerapkan sistem koloni
dengan kapasitas 5-7 ekor per kandang. Kondisi kandang dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba Sumber Rezeki Farm
Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah
hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan
hijauan yang diberikan berupa rumput lapang. Waktu pemberian pada pagi, siang dan
sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan
hijauan domba tidak diberikan air minum. Domba dipelihara dengan sistem intensif
di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah
kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan
jatuh ke penampungan. SR Farm bertempat tidak jauh dari MT Farm, yaitu Desa
Tegalwaru RT.03 RW.05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Domba
Ukuran-ukuran permukaan tubuh memiliki kegunaan untuk menaksir bobot
badan dan memberikan gambaran bentuk (shape) tubuh hewan sebagai ciri khas
20
suatu bangsa (Doho, 1994). Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk yang telah
dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 3.
Domba Ekor Gemuk
Tabel 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda
Umur Bobot Badan (kg)
I0 18,74±6,05 (n=52)
I1 17,94±5,71 (n=30)
Rataan Umum 18,45±5,91
Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor)
Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk pada umur I0 maupun I1 tidak
berbeda nyata (P>0,05). Domba Ekor Gemuk mempunyai rataan umum bobot badan
sebesar 18,45 kg/ekor dengan kisaran antara 17,94-18,74 kg/ekor. Data
memperlihatkan terjadinya penurunan rataan bobot badan pada Domba Ekor Gemuk.
Perbedaan bobot badan ini mungkin disebabkan oleh kondisi tubuh saat ternak
ditimbang. Perbedaan kondisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan,
sebagaimana dinyatakan oleh Judge et al. (1989) bahwa komposisi tubuh antara lain
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan. Diperkirakan pada laju pertumbuhan yang
berbeda, pertumbuhan tulang karkas tidak berbeda, sedangkan pertumbuhan daging
dan lemak karkas berbeda (Rianto et al., 2006). Natasasmita (1979) menambahkan
bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan
pertumbuhan ternak, sehingga harus mengandung gizi dan selalu tersedia. Pakan
yang diberikan pada umumnya berupa hijauan; tetapi pada saat ketersediaan hijauan
berkurang, maka perlu diberikan penambahan pakan penguat seperti konsentrat.
Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang
proporsional dari bobot badan, karena bobot badan merupakan fungsi dari volume
tubuh. Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh ternak dapat
dideskripsikan dengan menggunakan ukuran permukaan tubuh dan penilaian visual
pada ternak. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Gemuk (DEG) pada umur
berbeda disajikan pada Tabel 4.
21
Tabel 4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur
yang Berbeda
Peubah I0 (n=52) I1 (n=30) Rataan Umum (n=82)
---------------------------------- cm -------------------------------
Lingkar Dada 58,17±4,86 60,33±5,83 58,96±5,3
Panjang Badan 48,85±4,68 48,9±4,77 48,87±4,68
Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor)
Rataan lingkar dada DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata
(P>0,05). Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum lingkar dada sebesar
58,96 cm/ekor dengan kisaran antara 58,17-60,33 cm/ekor. Hal yang sama juga
terjadi pada rataan panjang badan DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata
(P>0,05). Banyak faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh diantaranya pakan dan
jenis kelamin. Pakan yang diberikan pada penelitian ini adalah ad libitum
disesuaikan dengan takaran tempat pakan yang ada, sementara itu kandang berbentuk
koloni, sehingga memungkinkan sebagian domba tidak mendapatkan pakan seuai
kebutuhannya.
Ukuran tubuh bertambah seiring dengan bertambahnya umur, namun
demikian ukuran tubuh ternak juga dipengaruhi kandungan gizi dan jenis kelamin.
Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum panjang badan sebesar 48,87
cm/ekor dengan kisaran antara 48,85-48,9 cm/ekor. Hasil ini menandakan bahwa
panjang badan Domba Ekor Gemuk umur I0 hingga umur I1 tidak berbeda nyata
(P>0,05). Menurut Aberle et al. (2001), ukuran tubuh seperti lingkar dada dan
panjang badan mengalami pertumbuhan. Pada waktu kecepatan pertumbuhan
mendekati konstan, slope kurva pertumbuhan hampir tidak berubah. Dalam hal ini,
pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti, sedangkan
penggemukkan (fattening) mulai dipercepat. Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang
badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan
yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Rataan bobot badan Domba Ekor Tipis yang
telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 5.
22
Domba Ekor Tipis
Tabel 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda
Umur Bobot Badan (kg)
I0 15,32±5,44 (n=113)A
I1 23,91±6,56 (n=21)B
Rataan Umum 16,67±6,42
Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)
Berbeda dengan Domba Ekor Gemuk, pada Domba Ekor Tipis bobot badan
umur I0 dan I1 berbeda sangat nyata (masak dini). Hal tersebut ditunjukkan oleh
bobot badan Domba Ekor Tipis umur I1 yang nyata lebih tinggi dibandingkan Domba
Ekor Tipis umur I0 (P<0,01). Domba Ekor Tipis umur I0 memiliki rataan bobot badan
15,32 kg/ekor sedangkan pada umur I1, rataan bobot badan Domba Ekor Tipis
mencapai 23,91 kg/ekor. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan bobot badan pada domba. Meningkatnya umur berkorelasi dengan
meningkatnya bobot badan, namun pertumbuhan akan terhenti pada umur tertentu
sehingga bobot badan tidak akan meningkat kembali.
Hasil ini sesuai dengan apa yang dikatakan Tillman et al. (1984) bahwa
pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal sampai pubertas
dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai. Bobot
badan yang berbeda disebabkan domba mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsumsi pakan. Makanan adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Bobot badan juga dipengaruhi
oleh manajemen dan lingkungan pemeliharaan serta pemberian pakan yang
diberikan, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Aberle et al. (2001) dan Williams
(1982).
Tampak bahwa kelompok Domba Ekor Tipis memiliki bobot badan yang
lebih besar dibandingkan Domba Ekor Gemuk, sehingga dapat dikatakan bangsa
domba dapat mempengaruhi ukuran bobot badan. Panjang badan dan lingkar dada
Domba Ekor Tipis (DET) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 6.
23
Tabel 6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada Umur
yang Berbeda
Peubah I0 (n=113) I1 (n=21) Rataan Umum (n=134)
----------------------------- cm --------------------------
Lingkar Dada 56,15±6,89A 65,62±6,69
B 57,64±7,66
Panjang Badan 46,65±4,92A 51,71±4,75
B 47,44±5,21
Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda
pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)
Perbedaan umur berpengaruh nyata terhadap rataan lingkar dada dan panjang
badan Domba Ekor Tipis (P<0,01). Rataan lingkar dada DET pada umur I1 sangat
nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hal demikian terjadi pula pada rataan
panjang badan DET pada umur I0 maupun I1. Rataan panjang badan DET pada umur
I1 nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hasil ini memiliki arti lingkar dada
dan panjang badan dapat dijadikan kriteria dalam menentukan bobot badan DET
pada umur I0 dan I1. Penelitian sebelumnya menyatakan lingkar dada dan panjang
badan mempunyai korelasi yang erat dengan bobot badan domba, sehingga erat
hubungannya dengan pertumbuhan. Diwyanto (1982) dan Amri (1992)
menambahkan semakin cepat laju pertumbuhan, menyebabkan ukuran tubuh linear
seperti lingkar dada dan panjang badan meningkat. Hal ini pula yang mendasari
konsep pertumbuhan yaitu ke arah samping (Manggung, 1979).
Ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan masih dapat mengalami
pertumbuhan selama belum mendekati pertumbuhan konstan. Pertumbuhan
merupakan terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum
mencapai dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaan
pertumbuhan dari masing-masing bagian tubuh dari suatu organisme. Selain umur,
lingkar dada dan panjang badan merupakan karakter tubuh yang dapat dipengaruhi
oleh genetik ternak. Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan
dan lingkar dada merupakan karakter kuantitatif (Salamena, 2006). Selanjutnya
Noor (2004) menyatakan karakter atau sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak gen
yang aksinya bersifat aditif, sehingga terdapat kemungkinan bobot badan
dipengaruhi oleh gen dari ukuran tubuh lain seperti panjang badan dan lingkar dada.
24
Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan
Persamaan Regresi Linear
Pada umumnya, bobot badan domba akan mencerminkan bobot karkas yang
dihasilkan dan menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan
pakan serta nilai jual domba. Metode pengukuran bobot badan dapat dilakukan
dengan pendugaan yang umumnya dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak,
misalnya melalui lingkar dada dan panjang badan.
Domba Ekor Gemuk
Tabel 7 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran
tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I0.
Tabel 7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I0
Ukuran Persamaan R2
Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 1,152x-48,29
y = 0,984x-29,35
0,857
0,578
0,926**
0,761** Panjang Badan – Bobot Badan
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 7 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,152x-48,29 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,926 dan koefisien determinasi 0,857. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 1,152 satuan dan sekitar 85,7% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 14,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 7). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I0.
25
Gambar 7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I0
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 0,984x-29,35 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,761 dan koefisien determinasi 0,578. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
badan (y) sebesar 0,984 satuan dan sekitar 57,8% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 42,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 8). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I0. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Gemuk umur I0 yang diukur
tertera pada Tabel 7.
y = 1.152x - 48.29
R² = 0.857
8
13
18
23
28
33
50 55 60 65 70
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
26
Gambar 8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I0
Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau
perkembangan yang berbeda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, namun
dapat berkorelasi satu sama lain. Doho (1994) mengemukakan bahwa korelasi yang
erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya
proses pertumbuhan yang terjadi pada hewan tersebut, karena untuk menjaga
keseimbangan biologis, maka setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan
diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh. Tabel 8 memperlihatkan
pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG)
umur I1.
Tabel 8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I1
Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,916x-37,35 0,875 0,935**
Panjang Badan – Bobot Badan y = 1,051x-33,47 0,772 0,879**
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
y = 0.984x - 29.35
R² = 0.578
8
13
18
23
28
33
40 45 50 55 60
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
27
Tabel 8 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,916x-37,35 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,935 dan koefisien determinasi 0,875. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,916 satuan dan sekitar 87,5% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 12,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 9). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1.
Gambar 9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I1
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 1,051x-33,47 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,879 dan koefisien determinasi 0,772. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
y = 0.916x - 37.35
R² = 0.875
9
14
19
24
29
50 55 60 65 70 75
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
28
badan (y) sebesar 1,051 satuan dan sekitar 77,2% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 22,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 10). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Gemuk umur I1 yang diukur
tertera pada Tabel 8.
Gambar 10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I1
Nilai korelasi ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk umur I1 pada umumnya
lebih tinggi dari I0, dengan kata lain Domba Ekor Gemuk umur I1 umumnya
memiliki hubungan yang lebih erat pada masing-masing ukuran tubuh dibandingkan
Domba Ekor Gemuk umur I0. Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 hingga +1.
Nilai -1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna namun bersifat terbalik atau
berlawanan (negatif) antara masing-masing variabel, sedangkan hubungan +1
y = 1.051x - 33.47
R² = 0.772
9
14
19
24
29
41 46 51 56 61
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
29
menyatakan adanya hubungan sempurna positif antara masing-masing variabel.
Koefisien korelasi bernilai sempurna positif mempunyai makna jika nilai X naik,
maka Y juga naik, sedangkan koefisien korelasi bernilai sempurna negatif jika nilai
X naik, maka Y akan turun atau sebaliknya. Hal serupa juga dinyatakan oleh
Nurhayati (2004) bahwa terdapat korelasi positif antara bobot badan dan panjang
badan.
Domba Ekor Tipis
Tabel 9 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran
tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I0.
Tabel 9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I0
Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,748x-26,72 0,901 0,949**
Panjang Badan – Bobot Badan y = 0,838x-23,81 0,575 0,759**
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 9 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,748x-26,72 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,949 dan koefisien determinasi 0,901. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,748 satuan dan sekitar 90,1% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 9,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 11). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I0.
30
Gambar 11 Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis Umur I0
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 0,838x-23,81 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,759 dan koefisien determinasi 0,575. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
badan (y) sebesar 0,838 satuan dan sekitar 57,5% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 42,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 12). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I0. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Tipis umur I0 yang diukur
tertera pada Tabel 9.
y = 0.748x - 26.72
R² = 0.901
6
11
16
21
26
31
36
41 46 51 56 61 66 71 76
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
31
Gambar 12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis Umur I0
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan nilai ukuran tubuh
ternak ialah bangsa ternak, kemampuan individu ternak saat tumbuh dan manajemen
pemeliharaan termasuk di dalamnya pemberian dan konsumsi pakan. Tumbuh
kembang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pakan dan manajemen
(Aberle et al., 2001). Selanjutnya dinyatakan Cole (1982), laju pertumbuhan setelah
lepas sapih ditentukan oleh potensi pertumbuhan dari masing-masing individu
ternak. Potensi pertumbuhan dalam periode lepas sapih juga dipengaruhi oleh faktor
bangsa. Perbedaan bangsa memberikan keragaman dalam kecepatan pertumbuhan
dan komposisi tubuh. Ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan
berkembang dalam suatu sifat yang khas, yang mencerminkan kekhasan bangsanya
(Aberle et al., 2001). Tabel 10 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui
parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I1.
y = 0.838x - 23.81
R² = 0.575
5
10
15
20
25
30
35
37 42 47 52 57 62
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
32
Tabel 10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I1
Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,904x-35,45 0,852 0,923**
Panjang Badan – Bobot Badan y = 1,040x-29,89 0,566 0,753**
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 10 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,904x-35,45 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,923 dan koefisien determinasi 0,852. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,904 satuan dan sekitar 85,2% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 14,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 13). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1.
Gambar 13. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis Umur I1
y = 0.904x - 35.45
R² = 0.852
9
14
19
24
29
34
39
48 53 58 63 68 73
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
33
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 1,040x-29,89 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,753 dan koefisien determinasi 0,566. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
badan (y) sebesar 1,040 satuan dan sekitar 56,6% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 43,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 14). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Tipis umur I1 yang diukur
tertera pada Tabel 10.
Gambar 14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis umur I1
Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada dan panjang badan
mempunyai pengaruh besar terhadap bobot badan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
y = 1.040x - 29.89
R² = 0.566
9
14
19
24
29
34
39
41 46 51 56 61
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
34
korelasi positif ditemukan antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan yang
mengindikasikan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan
pertumbuhan pada ternak. Darmadi (2004) menambahkan bahwa pada umumnya
lingkar dada lebih mempengaruhi bobot badan dibandingkan panjang badan yang
mempengaruhinya.
Uji Keakuratan
Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus
pendugaan terhadap ukuran tubuh domba yang sebenarnya. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan ukuran bobot hidup dan lingkar dada yang dimasukkan ke
dalam pengolahan data persamaan tersebut. Pengujian keakuratan disajikan pada
Tabel 11 dan 12.
Tabel 11. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar
Dada
Bangsa
Domba Umur
Ukuran Sebenarnya BB Dugaan
(kg/ekor)
Ketelitian
(%) LD (cm) BB (kg/ekor)
DEG
I0
60 26,5 20,83 78,6 %
61 25,5 21,98 86,2%
64 29 25,44 87,7%
61 26 21,98 84,5%
62 23,5 23,13 98,4%
Rataan 87,1%
I1
72 31,75 28,6 90,1%
64 26 21,27 81,8%
56 17,2 13,95 81,1%
56 16,8 13,95 83%
59 16,8 16,69 99,3%
Rataan 72,1%
DET
I0
56 15,3 15,17 99,2%
55 14,95 14,42 96,5%
44 6,9 6,19 89,7%
48 9,4 9,18 97,7%
51 11,8 11,43 96,9%
Rataan 96%
I1
58 18,85 16,98 90,1%
49 10,75 8,85 82,3%
71 31 28,73 92,7%
74 38 31,45 82,8%
63 25 21,5 86%
Rataan 71,3% Keterangan : LD = Lingkar Dada; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga
menggunakan persamaan regresi
35
Tabel 12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Panjang
Badan
Bangsa
Domba Umur
Ukuran Sebenarnya BB Dugaan
(kg/ekor)
Ketelitian
(%) PB (cm) BB (kg/ekor)
DEG
I0
44,5 26,5 14,44 54,5 %
42,5 13 12,47 95,9%
49 25,5 18,87 74%
53 30 22,8 76%
51 26 20,83 80,1%
Rataan 76,1%
I1
52,5 27,5 21,71 78,9%
56,5 28,5 25,91 90,9%
47 23,5 15,93 67,8%
42 13,5 10,67 79%
43 12,1 11,72 96,9%
Rataan 82,7%
DET
I0
53 20,95 20,6 98,3%
45 13,9 13,9 100%
49 17,9 17,25 96,4%
41 10,8 10,55 97,7%
43 12,4 12,22 98,6%
Rataan 98,2%
I1
42 17 13,79 81,1%
48 20,1 20,03 99,7%
53,5 31 25,75 83,1%
57 34 29,39 86,4%
60 38 32,51 85,6%
Rataan 87,2% Keterangan : PB = Panjang Badan; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga
menggunakan persamaan regresi
Berdasarkan Tabel 11 dan 12, diperoleh persentase ketelitian pengujian
rumus relatif cukup tinggi karena lebih dari 70%, sehingga persamaan ini cukup
akurat untuk digunakan sebagai penduga bobot badan DEG dan DET pada masing-
masing umur di kecamatan tersebut. Rumus penduga melalui persamaan regresi ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan kepemilikan alat ukur yang
kurang memadai agar memudahkan dalam menentukan bobot hidup dan menseleksi
domba tanpa harus menimbang satu persatu. Masyarakat cukup hanya menggunakan
pita atau tongkat ukur yang ada di pasaran untuk menduga bobot badan ternak domba
di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea.