HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

37
45 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis komparatif atau perbandingan puisi ”Aku” karya Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” dalam penelitian ini ditinjau dari segi struktur puisi dan struktur kalimat. Struktur puisi keduanya akan dianalisis dengan menguraikan unsur intrinsik puisi. Sedangkan analisis struktur kalimat akan dianalisis dan dibandingkan dengan menggunakan teori terjemahan. Secara rinci, analisis struktural dan analisis terjemahan kedua puisi tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 4.1. Analisis Struktural Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar dan Puisi Terjemahan ”Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais Analisis struktural berarti analisis mengenai unsur-unsur intrinsik puisi (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010 : 36) dan kontribusinya sebagai sebuah kesatuan. Oleh karena itu, untuk melakukan analisis strukural perlu dipaparkan unsur-unsur intrinsik puisi tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai unsur intrinsik puisi “Aku” karya Chairil Anwar yang dipaparkan secara bersamaan agar tidak mengurangi fungsi unsur instrinsik lainnya dalam membentuk sebuah puisi yang utuh. Sama halnya dengan puisi “Aku”, pada subbab berikutnya akan dibahas mengenai unsur intrinsik puisi terjemahan “Moi (Exaltation)”.

Transcript of HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

45

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis komparatif atau perbandingan puisi ”Aku” karya Chairil Anwar

dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” dalam penelitian ini ditinjau dari segi

struktur puisi dan struktur kalimat. Struktur puisi keduanya akan dianalisis dengan

menguraikan unsur intrinsik puisi. Sedangkan analisis struktur kalimat akan

dianalisis dan dibandingkan dengan menggunakan teori terjemahan. Secara rinci,

analisis struktural dan analisis terjemahan kedua puisi tersebut akan diuraikan

sebagai berikut.

4.1. Analisis Struktural Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar dan Puisi

Terjemahan ”Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais

Analisis struktural berarti analisis mengenai unsur-unsur intrinsik puisi

(Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010 : 36) dan kontribusinya sebagai sebuah

kesatuan. Oleh karena itu, untuk melakukan analisis strukural perlu dipaparkan

unsur-unsur intrinsik puisi tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai unsur

intrinsik puisi “Aku” karya Chairil Anwar yang dipaparkan secara bersamaan agar

tidak mengurangi fungsi unsur instrinsik lainnya dalam membentuk sebuah puisi

yang utuh. Sama halnya dengan puisi “Aku”, pada subbab berikutnya akan

dibahas mengenai unsur intrinsik puisi terjemahan “Moi (Exaltation)”.

Page 2: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

46

4.1.1. Struktur Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar

Aku Kalau sampai waktuku `Ku mau tak seorang `kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943

(Aku ini Binatang Jalang, Ed. Pamusuk Erneste)

Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair besar

bernama Chairil Anwar. Puisi ini mengalami beberapa perubahan judul dan

pemilihan kata (diksi). Zainal Hakim (1996) dalam bukunya yang bejudul Edisi

Kritis Puisi Chairil Anwar memberikan informasi yang cukup lengkap

mengenai perbedaan teks puisi “Aku” dalam beberapa media cetak. Misalnya

yang tertera pada kumpulan puisi Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang

Putus (KT)(Hakim, 1996:25), puisi di atas berjudul Semangat dengan bunyi

`kutahu tak seorangpun `kan merayu pada larik kedua.

Namun, peneliti mengambil naskah puisi pada kumpulan puisi Chairil

Anwar dengan judul Aku ini Binatang Jalang oleh editor Pamusuk Eneste. Hal

ini didasarkan pada penilaian yang dilakukan oleh Rahmat Djoko Pradopo (2009:

Page 3: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

47

171) bahwa judul “Aku” lebih tepat untuk menyatakan sikap kepribadian dari

pada judul Semangat. Selain itu, kata kutahu dalam larik kedua versi KT

memberikan efek pesimisme dan melankolik yang justru berlawanan dengan judul

Semangat, berbeda dengan kata kumau yang menunjukkan sikap tidak bersedih

dan penuh semangat. Oleh karena itu, judul “Aku” secara strukural sangat tepat

karena terdapat kesesuaian dengan seluruh larik sajak, kesuaian semangat, sikap

dan suasananya.

Judul puisi di atas berupa kata ganti orang pertama tunggal : “Aku”.

Dengan judul tersebut, pembaca dapat mengetahui persoalan apa yang hendak

disampaikan oleh penyair. Kata aku sekilas menunjukkan seorang sosok dengan

segala sifat dan sikapnya terhadap persoalan. Kata aku menunjukkan seseorang

yang memanggil bahkan membicarakan dirinya sendiri. Dengan demikian, puisi di

atas tidak membicarakan hal-hal di luar aku, sehingga menunjukkan efek

indiviualis, eksis dan ekspresif.

Hal tersebut terbukti dengan pilihan-pilihan kata (diksi) pada puisi di

atas. Diksi yang merupakan kata kunci puisi di atas adalah meradang menerjang

dan kata aku yang diulang-ulang. Hampir pada setiap baris terdapat kata aku atau

ku. Kata aku diulangi beberapa kali untuk mempertajam ketegasan dan

semangat puisi tersebut.

Selain itu, gaya berpuisi dalam puisi “Aku” berbeda dengan puisi-puisi

sebelum zamannya. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang dekat

dengan kehidupan sehari-hari. Penyampaian yang cenderung bebas atau terkenal

dengan istilah ceplas ceplos juga mewarnai bentuk puisi tersebut. Namun,

Page 4: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

48

perbedaan-perbedaan tersebut justru memberi warna baru di dunia perpuisian

sehingga penyairnya disebut-sebut sebagai pelopor pada zamannya dan diminati

banyak orang pada zaman setelahnya. Berikut ini adalah uraiannya.

Penyair menulis kalau sampai waktuku, `ku mau tak seorang `kan

merayu di awal puisinya. Penyair menggunakan kata-kata yang ambigu atau bisa

ditafsirkan dalam beberapa arti. Hal ini disebabkan karena terjadi penyimpangan

arti (distorting) (Pradopo, 2009:173). Kalau sampai waktuku, si “Aku ” dengan

sengaja ingin menyampaikan bahwa jika tiba masanya, entah masa berpisah atau

pergi, atau bahkan meninggal dunia. `Ku mau tak seorang kan merayu, ia tak

ingin ada seorangpun yang merayunya, membujuknya, atau meratapinya.

Pada larik pertama terdapat penyimpangan struktur sintaksis yakni untuk

inversi dari subjek predikat menjadi predikat subjek. Larik kalau sampai

waktuku seharusnya kalau waktuku sampai. Penyimpangan struktur sintaksis

ini dimaksudkan agar bunyi rima yang dihasilkan sama dengan bunyi rima pada

larik-larik berikutnya. Sedangkan pada larik kedua, penyimpangan tata bahasa

yang terjadi adalah pemendekan kata, yakni kata `kumau seharusnya aku mau

dan ̀kan merayu seharusnya akan merayu. Akan tetapi karena pengaruh bahasa

lisan, maka munculah bunyi larik tersebut. Penggunaan strukur bahasa lisan ini

menimbulkan kesan realistis dan tidak formal sehingga seolah penyair langsung

berbicara dengan pembaca.

Larik berikutnya berbunyi, tidak juga kau, tak perlu sedu sedan itu.

Larik yang padat makna ini ingin menegaskan pada “kau” secara langsung bahwa

Page 5: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

49

termasuk “kau” pun yang entah siapa, tidak usah bersedih dengan keadaan atau

kepergian “Aku”.

Larik berikutnya, penyair ingin menegaskan mengapa si “Aku” tak ingin

seorangpun bersedih karenanya. Adalah karena Aku ini binatang jalang, dari

kumpulannya terbuang. Pada larik ini penyair melakukan penggantian arti

(displacing) (Pradopo, 2009: 173), yakni aku sebagai manusia disebut sebagai

binatang jalang. Susunan kata yang mengandung majas metafora dan hiperbola

ini menunjukkan pengakuan yang tegas dan apa adanya dari si “Aku” bahwa ia

serupa binatang jalang, binatang liar dari sebuah kumpulan binatang yang

terbuang, yang tersisihkan. Sedangkan karakter seekor binatang liar adalah selalu

bebas, tidak ingin diperbudak, dan tidak menghamba. Ia hidup merdeka, berbuat

sesuai kehendaknya, pikiran dan keinginannya. Ia tidak perduli dan tidak ingin

ada yang perduli padanya.

Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang

begitu larik-larik berikutnya. Larik-larik ini ingin memperjelas kejalangan si

“Aku” bahwa jikapun peluru mengenainya, ia akan tetap berbuat sekehendaknya,

berjuang melakukan hal yang diinginkannya. Penyair ingin mempertajam imaji

rasa (sentuhan) pada larik ini sehingga menggunakan majas pleonasme, yakni

penegasan yang mempergunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi

karena maknanya sudah tersirat pada kata sebelumnya. Seperti pada kata

menembus kulitku, sudah tentu anggota badan yang terkena peluru pasti

menembus kulit.

Page 6: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

50

Kejalangan lain ditunjukkan juga pada larik Luka dan bisa kubawa

berlari, berlari hingga hilang pedih peri. Si “Aku” yang jalang lebih berani dan

percaya diri dengan kata-katanya bahwa luka dan racun yang dirasakannya akan ia

bawa berlari sampai tak terasa rasa pedih dan peri. Luka dan bisa merupakan

majas metafora, yang bisa berarti penderitaan dan kesengsaraan. Pengulangan

kata berlari menunjukkan keseriusan dan ketegasannya akan sikapnya.

Di akhir puisi ini, si “Aku” menegaskan kebebasan, keinginan dan

ketidaperduliannya dengan larik Dan aku lebih tidak perduli, aku mau hidup

seribu tahun lagi. Si “Aku ” yang jalang justru sangat berani dan percaya diri

akan sikapnya untuk benar-benar tidak perduli dengan apa yang menghalanginya

sekalipun itu maut. Itulah mengapa cita-citanya adalah hidup seribu tahun lagi.

Klimaks yang tepat dan mengena serta sangat menunjukkan eksistensi si “Aku ”

dan perumpaannya sebagai binatang jalang.

Berdasarkan kata-kata yang dipilih penyair di atas menunjukkan bahwa

penyair hanya ingin menunjukkan Aku dan sikapnya yang tegas dan bergelora.

Penyair tidak terkesan menggurui atau menasehati pembaca dalam menyampaikan

pesan atau amanat yang ingin disampaikannya. Penyair menyampaikannya dengan

penuh ketegasan dan semangat.

Adapun dari segi tipografi, puisi “Aku ” ini terdiri dari 13 larik yang

terbagi menjadi tujuh bait yang tidak merata jumlah lariknya. Bait 1 dan 5 terdiri

dari 3 larik, bait 2, 6 dan 7 terdiri dari 1 larik dan bait 3 dan 4 terdiri dari 2 larik.

Pola rimanyapun berbeda-beda. Bait 1 dan 5 mempunyai pola rima yang sama

dengan bunyi yang berbeda, yakni a-a-a. Pada bait 1 bunyinya u, sedangkan pada

Page 7: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

51

bait 5 bunyinya i. Bait 3 berpola a-a dengan bunyi ang. Bait lain yang hanya

terdiri dari 1 baris mempunyai bunyi rima yang sama, yakni i. Adapun bait 4

mempunyai bunyi rima yang berbeda, yakni u dan ang. Untuk lebih memperjelas

uraian di atas, perhatikan gambaran puisi “Aku” berikut ini.

Kalau sampai waktuku `Kumau tak seorang `kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

Ritme yang berarti pengulangan bunyi untuk menimbulkan efek tertentu

tergambar pada bunyi akhir setiap larik. Bunyi u yang berulang-ulang pada akhir

bait pertama dan kedua menimbulkan efek tegas. Begitu pula bunyi ang pada

rima bait kedua menimbulkan efek liar. Sedangkan bunyi yang berulang-ulang

pada akhir bait kelima sampai ketujuh menimbulkan efek keseriusan dan

keinginan yang kuat.

Adapun imaji yang tergambar pada puisi “Aku” di atas, adalah imaji

pendengaran (auditory imagery), imaji rasa dan imaji perasaan. Pada bait pertama

dan kedua penyair menggunakan imaji pendengaran, yakni pada kata merayu dan

Page 8: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

52

sedu sedan. Sedangkan imaji rasa terdapat pada bait keempat dan kelima, yakni

pada kata menembus kulitku, luka dan bisa, pedih peri. Sedangkan imaji

perasaan terdapat pada bait ketiga, keenam dan ketujuh, yakni pada kata jalang,

meradang menerjang, tidak perduli dan mau hidup.

Penjelasan panjang di atas menunjukkan perasaan penyair bahwa ia

sedang bersemangat, bergelora, liar, mempunyai keseriusan akan keinginan

kuat. Walaupun banyak rintangan yang menghadang ia tidak perduli karena ia

mempunyai cita-cita dan keinginan yang kuat. Jika dilihat dari aspek historis,

puisi “Aku” ini ditulis pada bulan Maret 1943. Tahun 1943 adalah tahun

penjajahan Jepang yang sangat menekan bangsa Indonesia dari segala bidang.

Puisi yang berlatar penjajahan dan penindasan ini semakin memperkuat makna

semangat yang telah dibahas sebelumnya, yakni semangat memperjuangkan

kemerdekaan, semangat melepaskan diri dari penjajahan.

Seolah penyair ingin berkata bahwa jika waktu meninggalnya telah tiba,

ia tidak ingin ada seorangpun yang meratapinya sekalipun orang-orang yang dekat

dengannya. Ia tidak ingin mereka bersedih karena ia adalah seorang pejuang dari

sekelompok manusia yang terjajah. Ia menegaskan bahwa biarpun para penjajah

menghalanginya bahkan melukainya, ia akan tetap berjuang. Ia akan tetap

berjuang walaupun ia masih terluka bahkan sampai ia tak merasakan kembali rasa

perih lukanya. Iapun semakin tidak perduli dengan sekitarnya, yang ia inginkan

adalah hidup dengan kemerdekaan.

Secara tidak langsung, amanat yang ingin disampaikan penyair kepada

pembaca adalah setiap manusia harus mempunyai semangat yang tinggi, prinsip

Page 9: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

53

yang kuat dan cita-cita yang tinggi. Kedua hal tersebut dapat membuat seseorang

bertanggung jawab terhadap sikapnya dan tidak lemah dalam melewati semua

rintangan dan halangan yang dihadapi. Oleh karena itu, tema puisi ini adalah

semangat berjuang yang tinggi. Untuk lebih mempermudah memahami struktur

puisi “Aku” dengan cara memahami unsur-unsur instrinsiknya, berikut ini tabel

4.1 mengenai unsur-unsur intrinsik puisi “Aku” yang dibuat peneliti berdasarkan

uraian di atas. Tabel 4.1 di bawah ini merangkum 12 unsur intrinsik puisi ”Aku”

karya Chairil Anwar.

Tabel 4.1 Unsur Intrinsik Puisi “Aku” karya Chairil Anwar

No Unsur Intrinsik Keterangan 1 Tema Ketegasan dan semangat berjuang yang tinggi 2 Judul Aku (versi Aku ini Binatang Jalang, ed. Pamusuk

Eneste) 3 Diksi Diksi kunci : meradang menerjang 4 Imaji Pendengaran, rasa dan perasaan 5 Majas Metafora pada larik aku ini binatang jalang dan

luka dan bisa, sedangkan pleonasme terdapat pada larik biar peluru menembus kulitku

6 Rima Pola rima berbeda pada setiap bait, a-a-a, a, b-b, a-b, c-c-c, c, c

7 Ritme Bunyi berulang yang berurutan pada rima: u-u-u-u menimbulkan efek tegas, ang-ang menimbulkan efek liar dan i-i-i-i-i menimbulkan efek serius dan keinginan yang kuat.

8 Aspek tata bahasa Penyimpangan struktur sintaksis pada larik pertama dan kesebelas dan pemendekan kata pada larik kedua.

9 Tipografi Terdiri dari 7 bait dengan jumlah larik yang berbeda. Bait 1 dan 5 terdiri dari 3 larik, bait 2, 6 dan 7 terdiri dari 1 larik, bait 3 dan 4 terdiri dari 2 larik.

10 Nada Penuh ketegasan dan semangat yang tinggi 11 Perasaan Penyair bersemangat, bergelora, serius dan

mempunyai keinginan kuat. 12 Amanat Hendaknya setiap manusia mempunyai prinsip hidup,

semangat dan cita-cita yang tinggi supaya bertanggung jawab terhadap sikapnya dan tidak lemah dalam melewati rintangan dan halangan.

Page 10: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

54

4.1.2. Struktur Puisi Terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles

Damais

Moi (Exaltation) Lorsque mon heure sera venue Je veux que personne ne me regrette Pas même toi Bien inutiles seraient de tels sanglots Me voici, animal traqué De son troupeau rejeté Qu`une balle me transperce, je n`en ai cure Sans répit, exaspéré, je me débattrai Blessure et poison dans ma course emportant Dans ma course emportant Jusqu`à ce qu`aient disparu peine et tourment Et tout me sera encore plus indifférent Car je veux vivre mille années encore Mars 1943

(Cent deux poèmes Indonésiens, 1965:91)

Puisi di atas adalah puisi terjemahan dari puisi “Aku” karya Chairil

Anwar yang diterjemahkan oleh Louis-Charles Damais. Ia adalah seorang

profesor bahasa berkebangsaan Prancis dan pernah bertempat tinggal di Indonesia

dan menulis beberapa buku tentang bahasa khususnya terjemahan dan buku

lainnya. Louis juga membuat LIF (Lycée International Français) atau Sekolah

Internasional Prancis di Jakarta.

Judul puisi terjemahan di atas adalah “Moi (Exaltation)” yang berarti

“Aku” (Semangat). Dengan judul tersebut, pembaca dapat menangkap sekilas

persoalan apa yang hendak disampaikan penyair. Moi merupakan kata ganti orang

pertama tunggal yang berfungsi sebagai penegas atau disebut pronom tonique.

Page 11: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

55

Sedangkan exaltation merupakan kata benda feminin. Penerjemah sengaja

mencantumkan kedua kata tersebut karena telah terjadi perbedaan judul puisi

tersebut. Pada kumpulan puisi Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang

Putus (Hakim, 1996 : 25), puisi tersebut berjudul Semangat, sedangkan pada

beberapa kumpulan puisi lain seperti Deru Campur Debu dan Aku ini Binatang

Jalang, puisi tersebut berjudul “Aku”.

Pada dasarnya, penerjemah memilih kata-kata yang hampir sama dengan

kata-kata yang muncul di permukaan puisi tersebut sehingga dari segi makna puisi

terjemahan tersebut sama dengan puisi aslinya. Pada larik pertama, penerjemah

memilih susunan kata lorsque mon heure sera venue. Pada larik ini tidak terdapat

penyimpangan struktur sintaksis, dalam artian struktur sintaksis larik pertama ini

merupakan struktur kalimat formal dengan pola konjungsi+subjek+predikat.

Penerjemah menggunakan kata heure sebagai pengganti kata waktu yang

bermakna waktu yang pasti dan venue dari kata venir sebagai pengganti kata

sampai atau tiba. Merayu diganti secara harfiah menjadi regrette. Keambiguan

yang ditimbulkan dari maknanya puisi “Aku” pun masih bisa dialihbahasakan

dengan keambiguannya dalam puisi terjemahannya.

Begitu pula dengan larik berikutnya, penerjemah merangkai larik dengan

susunan kata pas même toi, bien inutiles seraient de tels sanglots! Sebagai

pengganti tidak juga kau, tak perlu sedu sedan itu. Larik kedua yang padat

makna ini ingin menegaskan kepada “toi” secara langsung bahwa termasuk

“ toi” pun yang entah siapa, tidak usah bersedih dengan keadaan atau kepergian

“moi”. Makna ini secara sempurna dipindahkan ke dalam TSa dengan padanan

Page 12: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

56

yang pas. Walaupun jika diterjemahkan secara harfiah susunan terjemahannya

adalah tidak juga kau, benar-benar tidak kesedihan yang tak terperi itu. Dari

terjemahan tersebut menunjukkan majas hiperbola atau berlebihan karena

menggunakan kata bien inutiles yang berarti benar-benar tidak berguna.

Pada larik berikutnya, penerjemah menerapkan sifat jalang dengan

sebutan binatang buruan atau liar. Sedangkan karakter seekor binatang liar adalah

selalu bebas, tidak ingin diperbudak, dan tidak menghamba. Ia hidup merdeka,

berbuat sesuai kehendaknya, pikiran dan keinginannya. Ia tidak perduli dan tidak

ingin ada yang perduli padanya. Larik penegasan eksistensi si “Moi” ini dengan

indah diterjemahkan menjadi Me voici, animal traqué de son troupeau rejeté.

Penerjemah menggunakan susunan kata Me voici sebagai konsekuensi dari sebuah

pengakuan yang tegas sehingga tidak menggunakan padanan C`est moi yang biasa

diucapkan dalam percakapan sehari-hari.

Animal traqué sebagai pengganti susunan kata binatang jalang. Traqué

yang berarti diburu atau dikepung sangatlah cocok digunakan dalam padanan

animal traqué, kecocokan ini diperjelas dalam larik-larik berikutnya. De son

troupeau rejeté sudah secara eksplisit bermakna kumpulan yang terbuang.

Frase animal traqué mengandung majas metafora karena sesungguhnya me atau

moi tidak benar-benar binatang buruan, tetapi hanya perumpamaan yang ingin

menunjukkan sifat dari perumpamaan tersebut.

Selanjutnya, penerjemah menerjemahkan larik berikutnya menjadi

Qu`une balle me transperce, je n`en ai cure Sans répit, exaspéré, je me

débattrai. Secara harfiah larik tersebut bermakna walaupun peluru

Page 13: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

57

menembusku, aku tidak perduli, tak henti-hentinya, aku akan lebih

melawan. Makna dalam puisi Aku tersebut senada dengan makna dalam puisi

terjemahannya. Larik-larik ini juga menunjukkan bahwa sesuatu yang ingin

dikenai peluru sudah tentu sebuah buruan atau seekor buruan. Makna tersebut

memperkuat kecocokan penggunaan padanan kata animal traqué. Pada larik sans

répit, exaspéré, je me débattrai terjadi penyimpangan struktur sintaksis yakni

mendahulukan frase keterangan sebelum frase utamanya. Seharusnya larik

tersebut berbunyi je me débattrai sans répit et exaspéré.

Pada puisi terjemahan, penerjemah menyusun untaian makna berikutnya

dengan larik Blessure et poison dans ma course emportant, dans ma course,

jusqu‘à ce qu`aient disparu peine et tourment. Penerjemah menggunakan kata

ma course emportant sebagai terjemahan dari ku bawa berlari dan

menyesuaikan pola larik hingga hilang pedih peri dalam susunan jusqu‘à ce

qu`aient disparu peine et tourment. Dans ma course emportant mempunyai

makna dalam lariku yang sambil membawa sesuatu, yakni luka dan bisa.

Blessure et poison mengandung majas metafora implisit karena bisa saja arti

sebenarnya adalah penderitaan dan kesengsaraan. Hal ini mengacu pada makna

dalam puisi aslinya. Selain itu, pada larik jusqu‘à ce qu`aient disparu peine et

tourment terdapat penyimpangan struktur sintaksis, seharusnya jusqu‘à peine et

tourment aient disparu. Penyimpangan struktur sintaksis ini terjadi karena

penerjemah ingin menghasilkan rima dengan bunyi yang sama dengan larik

sebelumnya.

Page 14: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

58

Penerjemah menggunakan susunan kata Et tout me sera encore plus

indifférent, car je veux vivre mille années encore. Susunan kata di atas telah

mewakili makna yang sama dengan makna pada puisi “Aku”. Pada puisi

terjemahan dimunculkan kembali dengan penambahan konjungsi car yang berarti

karena, menunjukkan hubungan sebab akibat, yakni si “Moi” tidak perduli dengan

apapun yang menghalanginya karena ia ingin hidup seribu tahun lagi.

Jika dilihat dari tipografinya, puisi terjemahan yang berjudul “Moi

(Exaltation)” ini terdiri dari 7 bait. Bait pertama terdiri dari 3 larik, bait kedua

terdiri dari 1 larik, bait ketiga dan keempat terdiri dari 2 larik, bait kelima terdiri

dari 3 larik, bait keenam dan ketujuh terdiri dari 1 larik. Adapun pola rima yang

dihasilkan dari untaian kata penuh makna ini tidak semuanya sama. Hanya pada

bait ketiga dan kelima yang mempunyai pola rima dengan bunyi yang berbeda.

Pada bait ketiga bunyi rima yang sama, yakni [e], sedangkan pada bait kelima

bunyi rima ketiga lariknya adalah sengau [ã]. Bait-bait lainnya mempunyai bunyi

rima yang berbeda-beda pada setiap lariknya sehingga ritme pada puisi

terjemahan inipun tidak terlalu terlihat. Berikut ini adalah bait-bait yang

mempunyai pola rima dengan bunyi yang sama.

Me voici, animal traqué De son troupeau rejeté Blessure et poison dans ma course emportant Dans ma course emportant Jusqu`à ce qu`aient disparu peine et tourment

Imaji yang terdapat dalam puisi terjemahan berjudul Moi (Excaltation)

ini adalah imaji pendengaran, perasaan dan rasa (sentuhan). Imaji pendengaran

Page 15: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

59

terdapat pada pada bait pertama dan kedua seperti pada kata regrette dan sanglot.

Imaji perasaan terdapat pada bait ketiga, keenam dan ketujuh, yakni pada kata

traqué, débattrai, indifférent dan veux vivre. Adapun imaji rasa terdapat pada bait

keempat dan kelima, yaitu pada kata transperce, blessure et poison dan peine et

tourment.

Uraian di atas menunjukkan bahwa penyair seolah sedang

mengumumkan kepada orang lain tentang ketegasan dirinya, semangat perjuangan

dan cita-citanya yang tinggi. Ia tidak sedang menggurui atau menasehati siapapun.

Namun secara tidak langsung, ia menyampaikan sebuah pesan bahwa setiap orang

haruslah mempunyai prinsip yang dapat membuat dirinya teguh pendirian dan

bertanggung jawab teradap sikapnya. Selain itu, semangat yang membara dan

cita-cita yang tinggi dapat membuat seseorang mampu menghalau segala

rintangan. Berikut ini adalah tabel 4.2 hasil uraian analisis struktur puisi

terjemahan “Moi (Exaltation)” yang diuraikan beradasarkan unsur-unsur

intrinsiknya.

Tabel 4.2 Unsur Intrinsik Puisi Terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles

Damais

No Unsur Intrinsik Keterangan 1 Tema Ketegasan dan Semangat yang menggelora 2 Judul “Moi (Exaltation)” atau Aku (Semangat) 3 Diksi Diksi kunci : je me débattrai 4 Imaji Imaji pendengaran, perasaan dan rasa 5 Majas Metafora pada larik Me voice, animal traqué dan

blessure et poison. Hiperbola pada larik bien inutiles de tels sanglots !

6 Rima Tidak semua bait mempunyai pola rima yang sama. Pola rima hanya pada bait ketiga dan kelima, yakni a-a dan a-a-a dengan bunyi yang berbeda. Bait ketiga bunyi rimanya [e], sedangkan bait kelima bunyi

Page 16: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

60

rimanya [ã]. 7 Ritme Tidak terdapat banyak pengulangan bunyi yang sama,

kecuali pada bait ketiga dan kelima, yakni pengulangan bunyi [e] yang menimbulkan efek ketegasan dan bunyi [ã] yang menimbulkan efek keseriusan.

8 Aspek tata bahasa Terdapat penyimpangan struktur sintaksis pada larik kedelapan dan kesebelas.

9 Tipografi Terdiri dari 7 bait dengan jumlah larik yang berbeda. Bait 1 dan 5 terdiri dari 3 larik, bait 2, 6 dan 7 terdiri dari 1 larik, bait 3 dan 4 terdiri dari 2 larik.

10 Nada Tegas dan penuh semangat, tetapi tidak menggurui 11 Perasaan Penyair bersemangat, serius dan mempunyai cita-cita

yang kuat. 12 Amanat Hendaknya setiap manusia mempunyai prinsip hidup,

semangat dan cita-cita yang tinggi supaya mampu bertanggung jawab terhadap sikapnya dan tidak lemah dalam melewati rintangan dan halangan.

4.1.3. Perbandingan Struktur Puisi “Aku” karya Chairil An war dan Puisi

Terjemahan “Moi (Exaltation)”oleh Louis-Charles Damais

Setelah peneliti melakukan analisis struktural terhadap puisi “Aku” dan

puisi terjemahan “Moi (Exaltation)”, selanjutnya peneliti membandingkan struktur

kedua puisi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

persamaan dan perbedaan struktur kedua puisi tersebut. Berikut ini adalah tabel

4.3 yang menunjukkan hasil perbandingan struktur puisi “Aku” karya Chairil

Anwar dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais yang

diuraikan berdasarkan unsur-unsur intrinsik kedua puisi tersebut.

Page 17: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

61

Tabel 4.3 Perbandingan Unsur Intrinsik Puisi “Aku” Karya Chai ril Anwar dan Puisi

Terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais

No Unsur Intrinsik

Puisi “Aku” Puisi Terjemahan “Moi (Exaltation)”

Keterangan

1 Tema Ketegasan, semangat berjuang yang tinggi dan keinginan yang kuat

Ketegasan, Semangat yang menggelora dan cita-cita yang tinggi

Sama

2 Judul Aku (versi Aku ini Binatang Jalang, ed. Pamusuk Eneste)

“Moi (Exaltation)” atau Aku (Semangat)

Beda

3 Diksi Diksi kunci : meradang menerjang

Diksi kunci : je me débattrai

Sama

4 Imaji Pendengaran, rasa dan perasaan

Pendengaran, perasaan dan rasa

Sama

5 Majas Metafora pada larik aku ini binatang jalang dan luka dan bisa, sedangkan pleonasme terdapat pada larik biar peluru menembus kulitku

Metafora pada larik Me voice, animal traqué dan blessure et poison. Hiperbola pada larik bien inutiles de tels sanglots !

Beda

6 Rima Pola rima berbeda pada setiap bait, a-a-a, a, b-b, a-b, c-c-c, c, c

Tidak semua bait mempunyai pola rima yang sama. Pola rima hanya pada bait ketiga dan kelima, yakni a-a dan a-a-a dengan bunyi yang berbeda.

Beda

7 Ritme Bunyi berulang yang berurutan pada rima: u-u-u-u menimbulkan efek tegas, ang-ang menimbulkan efek liar dan i-i-i-i-i menimbulkan efek serius dan keinginan yang kuat.

Tidak terdapat banyak pengulangan bunyi yang sama, kecuali pada bait ketiga dan kelima, yakni pengulangan bunyi [e] yang menimbulkan efek ketegasan dan bunyi [ã] yang menimbulkan efek keseriusan.

Beda

8 Aspek tata bahasa

Penyimpangan struktur sintaksis

Penyimpangan struktur sintaksis pada

Beda

Page 18: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

62

pada larik pertama dan kesebelas dan pemendekan kata pada larik kedua.

larik kedelapan dan kesebelas.

9 Tipografi Terdiri dari 7 bait dengan jumlah larik yang berbeda. Bait 1 dan 5 terdiri dari 3 larik, bait 2, 6 dan 7 terdiri dari 1 larik, bait 3 dan 4 terdiri dari 2 larik.

Terdiri dari 7 bait dengan jumlah larik yang berbeda. Bait 1 dan 5 terdiri dari 3 larik, bait 2, 6 dan 7 terdiri dari 1 larik, bait 3 dan 4 terdiri dari 2 larik.

Sama

10 Nada Penuh ketegasan, semangat yang tinggi dan tidak menggurui

Tegas dan penuh semangat, tetapi tidak menggurui

Sama

11 Perasaan Penyair bersemangat, bergelora, serius dan mempunyai keinginan kuat.

Penyair bersemangat, serius dan mempunyai cita-cita yang kuat.

Sama

12 Amanat Hendaknya setiap manusia mempunyai prinsip hidup, semangat dan cita-cita yang tinggi supaya bertanggung jawab terhadap sikapnya dan tidak lemah dalam melewati rintangan dan halangan.

Hendaknya setiap manusia mempunyai prinsip hidup, semangat dan cita-cita yang tinggi supaya mampu bertanggung jawab terhadap sikapnya dan tidak lemah dalam melewati rintangan dan halangan.

Sama

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dengan membandingkan puisi

”Aku” dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” yang diuraikan berdasarkan

unsur-unsur instrinsiknya dapat dilihat persamaan dan perbedaan di antara

keduanya. Persamaan dan perbedaan tersebut menunjukkan sejauh mana

hubungan antara keduanya. Secara rinci, persamaan dan perbedaaan unsur

intrinsik kedua puisi tersebut akan dijelaskan berikut ini.

Page 19: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

63

4.1.3.1. Persamaan Struktur Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar dan Puisi

Terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais

Pada tabel 4.3 terlihat beberapa persamaan struktur puisi “Aku” dan puisi

terjemahan “Moi (Exaltation)” yang diuraikan berdasarkan unsur-unsur

intrinsiknya. Persamaan tersebut terletak pada unsur-unsur tertentu saja, berikut

ini adalah uraiannya.

1. Tema

Puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)”

oleh Louis-Charles Damais mempunyai tema yang sama, yakni ketegasan

seorang pribadi terhadap prinsip, semangat berjuang yang menggelora dan

cita-cita yang tinggi.

2. Diksi kunci

Diksi kunci puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi

(Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais adalah kata meradang

menerjang atau je me débattrai yang berarti aku berjuang. Dari kata

tersebut tergambar ketegasan, semangat dan keinginan yang kuat.

Persamaan diksi kunci ini terjadi karena persamaan tema kedua puisi

tersebut.

3. Imaji

Imaji yang merupakan gambaran yang ingin disampaikan penyair sehingga

dapat ditangkap indera pembaca mengharuskan penerjemah untuk

mengikuti aturan tersebut walaupun dalam bahasa yang berbeda. Oleh

karena itu, wajib apabila terdapat persamaan antara imaji dalam puisi

Page 20: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

64

“Aku” karya Chairil Anwar dengan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)”

oleh Louis-Charles Damais. Imaji tersebut adalah imaji pendengaran,

rasa (sentuhan) dan perasaan.

4. Tipografi

Tipografi puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi

(Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais mempunyai kesamaan, yakni

terdiri dari 7 bait. Bait pertama dan kelima terdiri dari 3 larik, bait kedua,

keenam dan ketujuh terdiri dari 1 larik, dan bait ketiga dan keempat terdiri

dari 2 larik.

5. Nada

Nada dalam puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi

(Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais adalah nada ketegasan dan

semangat yang tinggi. Persamaan ini disebabkan oleh persamaan diksi

kunci sehingga mempenagruhi diksi-diksi lainnya.

6. Perasaan

Oleh karena diksi kunci dan nada yang sama di antara puisi “Aku” karya

Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles

Damais, maka dapat disimpulkan terdapat persamaan perasaan penyair

dari kedua puisi tersebut. Perasaan penyair yang tergambar adalah bahwa

aku sedang bergelora, penuh semangat, penuh ketegasan dan

mempunyai keinginan yang kuat.

Page 21: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

65

7. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair kepada

pembaca dengan memberikan gambaran-gambaran pada setiap unsur

puisinya. Berdasarkan persamaan unsur-unsur puisi “Aku” karya Chairil

Anwar dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles

sebelumnya menunjukkan persamaan amanat pada kedua puisi tersebut,

yakni hendaknya setiap manusia mempunyai prinsip hidup, semangat dan

cita-cita yang tinggi supaya mampu bertanggung jawab terhadap sikapnya

dan tidak lemah dalam melewati rintangan dan halangan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 persamaan unsur

intrinsik antara puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi

(Exaltation)” oleh Louis-Charles. Ketujuh unsur tersebut adalah unsur tema, diksi

kunci, imaji, tipografi, nada, perasaan, dan amanat. Dari ketujuh persamaan unsur

intrinsik tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan-persamaan tersebut terjadi

pada esensi atau intisari makna kedua puisi tersebut. Oleh karena itu, dapat pula

disebutkan bahwa persamaan kedua puisi tersebut adalah persamaan makna dan

tipografi .

4.1.3.2. Perbedaan Struktur Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar dan Puisi

Terjemahan Moi oleh Louis-Charles Damais

Berikut ini perbedaan puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan puisi

terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais yang diuraikan

berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya.

Page 22: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

66

1. Judul

Judul merupakan kepala puisi. Perbedaan judul dari puisi “Aku” karya

Chairil Anwar dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-

Charles tidak menyebabkan perbedaan isi. Penerjemah memilih judul

“Moi (Exaltation)” yang berarti “Aku” (Semangat). Pemilihan judul puisi

terjemahan yang berbeda dikarenakan terdapat perbedaan judul puisi

dalam bahasa sumbernya pada beberapa media cetak.

Pada kumpulan puisi Chairil Anwar yang berjudul Kerikil Tajam dan

Yang Terampas dan Yang Putus, judul puisi tersebut adalah Semangat

(Hakim, 1996 :25). Sedangkan pada beberapa media cetak lainnya seperti

kumpulan puisi dengan judul “Aku” ini Binatang Jalang dan majalah

Kompas NO.4 Th.III (1953) hlm.24, puisi tersebut berjudul “Aku”

(Hakim, 1996 :102).

2. Majas

Majas pada “Aku” karya Chairil Anwar berbeda dengan majas yang

tergambar pada puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles.

Pada puisi “Aku” terdapat terdapat majas metafora dan pleonasme.

Sedangkan pada puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” terdapat majas

metafora dan hiperbola. Perbedaan ini dikarenakan penyesuaian dengan

tata bahasa masing-masing.

Page 23: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

67

3. Rima

Sama halnya dengan majas, pola rima pada puisi “Aku” karya Chairil

Anwar berbeda dengan pola rima pada puisi terjemahan “Moi

(Exaltation)” oleh Louis-Charles. Perbedaan ini disebabkan bunyi akhir

dari setiap kata tidak dapat dipaksakan untuk membentuk sebuah larik

tepat makna terutama dalam bahasa yang berbeda. Jikapun dipaksakan

maka hasilnya tidak alamiah dan terkesan dipaksakan. Oleh karena itu,

perbedaan pola rima adalah hal yang wajar bagi puisi dalam bahasa yang

berbeda.

4. Ritme

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ritme merupakan

pengulangan bunyi yang sama sehingga menimbulkan efek tertentu. Sudah

pasti, dalam bahasa yang berbeda akan menghasilkan bunyi yang berbeda.

Hampir pada setiap bait dalam puisi “Aku” memiliki pola rima sehingga

akan terjadi ritme mulai dari bait pertama sampai akhir. Sedangkan pada

puisi terjemahan “Moi (Exaltation)”, pola rima hanya terdapat pada bait

ketiga dan kelima sehingga ritme yang dihasilkannyapun tidak banyak.

5. Aspek tata bahasa

Tata bahasa yang berbeda antara bahasa Indonesia dan bahasa Prancis

menyebabkan perbedaan penyimpangan tata bahasa yang terjadi dalam

puisi “Aku” karya Chairil Anwar dan pada puisi terjemahan “Moi

(Exaltation)” oleh Louis-Charles. Penyimpangan yang terjadi pada puisi

“Aku” adalah penyimpangan struktur sintaksis dan pemendekan kata,

Page 24: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

68

sedangkan pada puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” hanya terjadi

penyimpangan struktur sintaksis.

Uraian di atas memaparkan perbedaan yang terdapat pada struktur puisi

“Aku” karya Chairil Anwar dan pada puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh

Louis-Charles yang diuraikan berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya. Perbedaan

tersebut terletak pada unsur judul, majas, rima, ritme dan aspek tata bahasa.

Berdasarkan perbedaan struktur berdasarkan kelima unsur tersebut, dapat

disimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi terletak pada gaya. Perbedaan-

perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan tata bahasa.

4.2. Analisis Terjemahan

Bab II sebelumnya menyebutkan bahwa keberhasilan sebuah puisi

terjemahan terletak pada makna dan keindahan puisi yang dapat dimunculkan

kembali dalam bahasa sasaran dengan menggunakan padanan yang tepat.

Kesepadanan (equivalence) diukur dari kesepadanan secara menyeluruh, artinya

perubahan atau pergeseran yang bersifat lokal, yakni pada kata, frasa dan kalimat

harus dilihat dari fungsinya yang lebih tinggi. Selama perubahan-perubahan

tersebut tidak merubah fungsi teks, maka teks dalam bahasa sasaran tersebut

sepadan dengan teks aslinya. Berikut ini adalah uraian rinci mengenai perubahan

atau pergeseran bentuk dan makna setiap larik puisi “Aku” karya Chairil Anwar

dan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais. Puisi “Aku” merupakan teks

sumber (TSu) dan puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” merupakan teks sasaran

(TSa).

Page 25: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

69

Aku Kalau sampai waktuku `Ku mau tak seorang `kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943 (Aku ini Binatang Jalang, Ed. Pamusuk Erneste)

Moi (Exaltation) Lorsque mon heure sera venue Je veux que personne ne me regrette Pas même toi Bien inutiles seraient de tels sanglots Me voici, animal traqué De son troupeau rejeté Qu`une balle me transperce, je n`en ai cure Sans répit, exaspéré, je me débattrai Blessure et poison dans ma course emportant Dans ma course emportant Jusqu`à ce qu`aient disparu peine et tourment Et tout me sera encore plus indifférent Car je veux vivre mille années encore Mars 1943 (Cent Deux Poèmes Indonésiens, 1965 :91)

4.2.1. Larik ke-1

TSu : Kalau sampai waktuku TSa : Lorsque mon heure sera venue Teknik yang digunakan dalam menerjemahkan larik ini adalah teknik

penambahan (addition) kata dalam struktur, yakni kata sera, yang tidak ada dalam

TSu. Adapula perubahan susunan larik, yakni pola P-S (Predikat-Subjek) dalam

TSu pada susunan sampai waktuku menjadi S-P (Subjek-Predikat) dalam TSa

pada susunan kata mon heure sera venue. Perubahan susunan juga terjadi pada

kata ganti kepunyaan.

Page 26: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

70

Dalam TSu, kata ganti kepunyaan –ku dalam kata waktuku ditempatkan

sesudah kata benda “waktu”. Sedangkan dalam TSa, ditempatkan sebelum kata

benda (maskulin) heure menjadi mon heure. Kata ganti kepunyaan –ku berjenis

kata benda sedangkan mon berjenis kata sifat yang menunjukkan kepunyaan

terhadap kata benda maskulin (adjective possessive). Pergeseran jenis kata ini

disebut transposisi.

4.2.2. Larik ke-2

TSu : `Ku mau tak seorang `kan merayu TSa : Je veux que personne ne me regrette Larik di atas dalam TSu termasuk jenis kalimat majemuk karena terdiri

dari lebih satu pola, yakni `Ku mau sebagai induk kalimat dan tak seorang `kan

merayu sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk ini tetap dipertahankan dalam

TSa dengan Je veux sebagai induk kalimat atau proposition principale dan que

personne ne me regrette sebagai anak kalimat atau proposition subordonnée.

Teknik penerjemahan ini termasuk terjemahan harfiah yang dimodifikasi

(modified literal translation) (Larson dalam Suryawinata dan Hariyanto, 2007 :

40) atau menerjemahkan kata per-kata tetapi dimodifikasi untuk membentuk

padanan yang sesuai dalam TSa. Modifikasi yang dilakukan adalah penambahan

(addition) kata que yang berarti ”bahwa” dan me yang berarti ”aku” sebagai

objek. Kedua kata ini secara implisit terkandung dalam TSu. Jika kedua kata ini

tidak ditimbulkan pada TSa maka struktur kalimatnya akan rancu. Oleh karena itu,

penerjemah melakukan penambahan (addition).

Page 27: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

71

4.2.3. Larik ke-3

TSu : Tidak juga kau TSa: Pas même toi Larik tidak juga kau dalam TSu diterjemahkan ke dalam TSa menjadi pas

même toi yang tetap mempertahankan iramanya dengan penekanan di akhir larik.

Walupun demikian, maknanya tetap sesuai dan berterima dalam TSa. Terjemahan

jenis ini termasuk terjemahan irama. Pada larik ini, tidak terjadi perubahan bentuk

ataupun makna.

4.2.4. Larik ke-4

TSu : Tak perlu sedu sedan itu TSa : Bien inutiles seraient de tels sanglots Susunan kata dalam puisi bisa saja bebas sesuai dengan kehendak

penyairnya. Biasanya susunanya tidak seperti susunan bahasa yang dipakai sehari-

hari. Dalam TSu, larik ”Tak perlu sedu sedan itu” yang bermakna jangan bersedih

tersebut diterjemahkan ke dalam TSa dengan Bien inutiles seraient de tels

sanglots. Makna kata bien yang berarti sangat, amat atau benar-benar. Adapun

secara harfiah, larik TSa tersebut bermakna “Sangat tidak berguna kesedihan-

kesedihan itu. Dalam terjemahan tersebut terjadi teknik perluasan makna dari

makna tidak perlu menjadi sangat tidak berguna. Selain itu, terjadi perubahan

bentuk tunggal menjadi jamak, yang terdapat pada kata sedu sedan dengan bentuk

tunggal menjadi sanglots dengan bentuk jamak bertanda penambahan s di akhir

kata benda sanglot.

4.2.5. Larik ke-5

TSu : Aku ini binatang jalang

Page 28: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

72

TSa : Me voici, animal traqué Teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan larik ini

adalah terjemahan irama dan perluasan makna. Disebut terjemahan irama karena

penerjemah menekankan pada iramanya sehingga penjedaan dan penekanan

dalam larik TSa pada kata ”ini” dan ”jalang” persis sama dengan larik TSu pada

kata voici dan traqué. Adapun disebut perluasan makna adalah karena dari segi

makna, kata jalang diartikan sebagai traqué. Traqué merupakan participe passé

dari infinitif traquer yang tergolong kata sifat bermakna buruan. Sedangkan jalang

adalah hanya salah satu sifat dari binatang buruan.

4.2.6. Larik ke-6

TSu : Dari kumpulannya terbuang TSa : De son troupeau rejeté Untuk menerjemahkan larik TSu di atas, penerjemah menggunakan

teknik pengubahan susunan dan transposisi. Pengubahan susunan terjadi pada kata

ganti nya yang terletak setelah kata benda kumpulan menjadi son yang terletak

sebelum kata benda troupeau. Adapun transposisi terjadi pada perubahan jenis

kata, yakni kata –nya yang tergolong kata benda menjadi son yang tergolong kata

sifat kepunyaan (adjective possessive).

4.2.7. Larik ke-7

TSu : Biar peluru menembus kulitku TSa : Qu`une balle me transperce, je n`en ai cure Terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara larik TSu dan larik TSa

di atas dari segi bentuknya. Penerjemah memilih untuk membagi satu larik

menjadi dua bagian yang terpisah oleh koma. Selain itu, terjadi penghapusan

Page 29: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

73

makna (deleting) yang terkandung dalam susunan kata menembus kulitku. Pada

susunan tersebut mengandung majas pleonasme, yakni penegasan yang

mempergunakan kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena

maknanya sudah tersirat pada kata sebelumnya. Penerjemah memilih untuk

memperjelas makna kata “biar” dalam TSu dengan susunana kata Je n`en ai cure

yang berarti “aku tidak perduli”. Dalam hal ini penerjemah menggunakan padanan

deskriptif.

4.2.8. Larik ke-8

TSu : Aku tetap meradang menerjang TSa : Sans répit, exaspéré, je me débattrai Pola S-P (Subjek-Predikat) adalah pola pada larik TSu di atas, dengan

subjek ”aku” dan predikatnya ”tetap meradang menerjang”. Pola ini tidak

dipertahankan dalam TSa, sehingga yang terjadi adalah perubahan susunan dan

jenis kata. Larik TSa diawali oleh kata keterangan sans répit, exaspéré yang

tergolong kata benda dan participe passé untuk memperjelas makna tetap yang

berjenis adverbia frekuentatif.

Sans répit, exaspéré bermakna tanpa berhenti dan dengan penuh

kekesalan yang sangat. Perubahan ini terjadi agar makna dalam TSu bisa muncul

dalam TSa dengan alami. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

penerjemah menggunakan padanan deskriptif untuk memunculkan kembali makna

TSa ke dalam TSa dengan padanan yang berterima.

4.2.9. Larik ke-9

TSu : Luka dan bisa kubawa berlarI TSa : Blessure et poison dans ma course emportant

Page 30: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

74

Larik TSu termasuk ke dalam kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat 1

adalah luka kubawa berlari dan kalimat 2 adalah bisa kubawa berlari. Adapun pola

lariknya adalah pola kalimat pasif S-O-P, yakni luka dan bisa berfungsi sebagai

subjek yang dikenai, ku berfungsi sebagai objek pelaku dan bawa berlari

berfungsi sebagai predikat. Kemudian diterjemahkan ke dalam TSa dengan jenis

kalimat yang sama tetapi dengan pola kalimat yang berbeda. Perbedaan tersebut

hanya terdapat pada predikatnya, yakni pada susunan kata kubawa berlari dengan

dans ma course emportant. Larik TSu adalah kalimat berpredikat kata kerja

sedangkan larik TSa adalah kalimat berpredikat frasa preposisional. Perubahan ini

adalah perubahan bentuk kata sehingga disebut teknik transposisi.

4.2.10. Larik ke-10

TSu : Berlari TSa : Dans ma course Kata berlari dalam TSu tergolong kata kerja yang berarti melakukan lari.

Namun diterjemahkan ke dalam TSa menjadi dans ma course yang bermakna

dalam lariku dengan dans tergolong kata keterangan, ma tergolong adjectif

possessif untuk kata kerja maskulin dan course adalah kata benda maskulin.

Selain itu fungsinyapun berubah dari predikat menjadi kata keterangan.

Pergeseran bentuk dan fungsi ini disebut transposisi.

4.2.11. Larik ke-11

TSu : Hingga hilang pedih peri TSa : Jusqu`à ce qu`aient disparu peine et tourment Pada larik TSa di atas, terjadi penambahan kata ce `qu`aient yang

sebenarnya tidak ada padanannya pada larik TSu. Namun hal ini justru

Page 31: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

75

dimaksudkan agar makna tersampaikan pada TSa dengan tata bahasa yang benar.

Oleh karena itu penambahan (addition) menjadi wajib dalam TSa.

4.2.12. Larik ke-12

TSu : Dan aku akan lebih tidak perduli TSa : Et tout me sera encore plus indifférent Jika dilihat dari maknanya, larik TSu secara ekplisit mengungkapkan

bahwa si aku akan lebih tidak perduli terhadap segala rintangan yang dihadapinya.

Aku berfungsi sebagai subjek yang melakukan kegiatan, yakni lebih tidak perduli.

Lain halnya dalam larik TSa, me yang berarti aku berfungsi sebagai objek.

Sehingga jika diartikan secara harfiah, makna larik TSa adalah ”dan semuanya

membuatku lebih tidak perduli”. Pergeseran yang terjadi adalah pergeseran bentuk

dan fungsi atau disebut sebagai transposisi. Transposisi dari fungsi kata aku

sebagai subjek menjadi objek.

4.2.13. Larik ke-13

TSu : Aku mau hidup seribu tahun lagi TSa : Car je eux vivre milles années encore Larik TSu di atas merupakan kalimat tunggal yang berpola S-P-O-K

(Subjek-Predikat-Objek-Keterangan waktu) dengan aku sebagai subjek, mau

sebagai predikat, hidup sebagai objek, seribu tahun lagi sebagai kata keterangan

jumlah. Namun dalam larik TSa, penerjemah menambah kata car yang artinya

karena menunjukkan hubungan sebab.

Jenis kalimat ini menjadi anak kalimat dari kalimat majemuk dengan

induk kalimat pada larik sebelumnya, yaitu et tout me sera encore plus indifférent.

Page 32: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

76

Sehingga pola kalimatnya adalah prep.-S-P-O-K dengan preposisi car, subjek je,

predikat veux, objek vivre dan keteranganjumlah mille années encore. Dari uraian

di atas, dapat dilihat bahwa teknik yang digunakan adalah penambahan (addition)

kata tertentu untuk mempertajam makna dan transposisi, yakni pergeseran bentuk

atau jenis kalimat dari kalimat tunggal menjadi anak kalimat.

4.2.14. Hasil Analisis Terjemahan

Analisis terjemahan ketiga belas larik/ baris puisi di atas menunjukkan

adanya beberapa perubahan atau pergeseran yang terjadi dari TSu kedalam TSa.

Perubahan-perubahan tersebut dikarenakan perbedaan tata bahasa yang dimiliki

oleh bahasa Indonesia dan bahasa Prancis. Oleh karena itu, hal ini menjadi wajar

agar mendapatkan padanan yang tepat dan alami dalam BSa. Berikut ini adalah

tabel 4.4 dan tabel 4.5 mengenai perubahan atau pergeseran bentuk (struktural)

dan makna (semantis) yang terjadi dalam penerjemahan puisi “Aku” karya Chairil

Anwar ke dalam puisi terjemahan “Moi (Exaltation)” oleh Louis-Charles Damais.

Tabel 4.4 memaparkan teknik struktural yang terdapat pada

penerjemahan puisi “Aku” karya Chairil Anwar. Teknik struktural

mengindikasikan perubahan bentuk kata atau kalimat pada larik-larik puisi

tersebut. Tabel 4.4 di bawah ini menunjukkan beberapa perubahan bentuk, yakni

penambahan kata sebanyak 4 kali dan transposisi atau pergeseran jenis kata dan

kalimat sebanyak 7 kali.

Page 33: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

77

Tabel 4.4 Teknik Struktural pada Penerjemahan Puisi “Aku” kar ya Chairil Anwar

Larik

ke- Teknik Struktural

Penambahan Pengurangan Transposisi 1 ���� ���� 2 ���� 3 4 ���� 5 6 ���� 7 8 ���� 9 ���� 10 ���� 11 ���� 12 ���� 13 ���� 4 - 7

Tabel 4.5 menunjukkan teknik semantis yang terdapat pada

penerjemahan puisi “Aku” karya Chairil Anwar. Teknik semantis

mengindikasikan perubahan makna. Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini,

perubahan makna yang terjadi, yakni padanan deskripsif sebanyak 2 kali,

penghapusan makna sebanyak 2 kali dan perluasan makna sebanyak 1 kali.

Tabel 4.5 Teknik Semantis pada Penerjemahan Puisi “Aku” karya Chairil Anwar

Larik

ke-

Teknik Semantis

Mod

ulas

i

Pem

ungu

tan

Pad

anan

B

uday

a

Pad

anan

D

eskr

iptif

Sin

onim

Ter

jem

ahan

re

smi

Pen

yusu

tan

Per

luas

asan

Pen

amba

han

Pen

ghap

usan

Pem

adan

an

berk

onte

ks

Pem

adan

an

Ber

cata

tan

1 2 3 4 ���� 5 ����

Page 34: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

78

6 7 ���� ���� 8 ���� 9 10 11 12 13 - - - 2 - - 2 1 - -

4.3. La Fiche Pédagogique Materi Analisis Puisi Terjemahan

Manfaat analisis puisi terjemahan dalam pembelajaran bahasa Prancis

telah dijelaskan di Bab II, yakni dapat dijadikan salah satu materi dalam

pembelajaran mata kuliah Traduction atau Terjemahan. Mata kuliah Traduction

biasanya dikontrak mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis pada tahun

ketiga atau keempat. Secara konkrit, peneliti mengusulkan la fiche pédagogique

atau rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dosen berikut ini.

FICHE PÉDAGOGIQUE

NIVEAU B1 – FICHE DE PROFESSEUR

«Découvrir les techniques de traduction dans le poème de traduction»

Niveau des apprenants

B1

Type de public

Étudiants suivant le cours de

Traduction au semestre 7

Objectifs du cours

» Identifier des changements de mots

ou des phrases de poème originale au

poème de traduction.

» Faire l`analyse de traduction par les

techniques structurale et sémantiques.

Matériel

» feuille photocopiée le poème : le

poème « Aku » de Chairil Anwar et le

poème de traduction « Moi

(Exaltation) » par Louis-Charles

Damais

Page 35: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

79

» Découvrir les sens de poème. » feuille de carte de donnée

Durée de la séquence

2 fois 45 minutes de travail en classe

Méthode de travail

Travail collectif

Déroulement

Introduction

Le professeur pose des questions aux étudiants sur Chairil Anwar, telles que : les

ouvres, la biographie ; son avis sur lui, etc.

Le professeur pose des questions aux étudiants sur des théories de traduction de

poème.

Mise en route

Le professeur demande aux étudiants de se regrouper par quatre.

Le professeur leur distribue les feuilles photocopiées de poème « Aku » de Chairil

Anwar et le poème de traduction « Moi (Exaltation) » par Louis-Charles Damais.

Parcours

Étape 1

Le professeur explique sur la théorie de traduction de poème.

Étape 2

Le professeur demande aux groupes de lire le poème « Aku » de Chairil Anwar et

le poème de traduction « Moi (Exaltation) » par Louis-Charles Damais dans leurs

feuilles photocopiées. Il leur demande aussi d`analyser des changements de mots

ou des phrases de deux poèmes : changement du structure et de sens.

Exemple d`activité :

Les étudiants observent le poème et le poème de traduction.

Page 36: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

80

Étape 3

1. Expliquer la façon de remplir la carte de donnée :

2. Les étudiants remplissent la carte de donnée en citant du poème pour justifier

leur identification sur des changements de mots ou des phrases.

3. Les étudiants analysent les sens de deux poèmes.

Exemple d`activité :

Les étudiants remplissent le tableau respect aux éléments décrits dans le deux

poème:

Table 4.6 Les techniques structurales dans la traduction de poème “Aku” de Chairil

Anwar

Ver Les techniques structurales Addition Substruction Transposition

1ère 2em 3em 4em 5em 6em 7em 8em 9em 10em 11em 12em 13em

Étape 4

Le professeur demande à un groupe de présenter leurs analyses devant la classe.

Étape 5

Le professeur demande aux autres groupes de commenter la présentation de

groupe devant la classe et de leur poser des questions.

Page 37: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_prs_0708030_chapter4(1).pdf · Puisi di atas merupakan puisi terkemuka karya seorang penyair

81

Étape 6

Le professeur aide à répondre aux questions des étudiants pour résoudre leurs

difficultés pendant le processus d’analyse.

Étape 7

Le professeur conclut le sujet abordé lors de la séance.

Évaluation

Une tâche d’analyser de technique structurale de traduction est du poème « Aku »

de Chairil Anwar au poème de traduction « Moi (Exaltation) » par Louis-Charles

Damais.

Prolongements

Travailler d`analyser de technique sémantique de traduction du poème « Aku » de Chairil Anwar au poème de traduction « Moi (Exaltation) » par Louis-Charles Damais.