HARIAN RAKJAT SEBAGAI ALAT KAMPANYE PKI DALAM PEMILU...
Transcript of HARIAN RAKJAT SEBAGAI ALAT KAMPANYE PKI DALAM PEMILU...
i
HARIAN RAKJAT SEBAGAI ALAT KAMPANYE PKI
DALAM PEMILU 1955
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sejarah
Oleh:
Bimo Bagas Basworo
NIM 144314006
PROGRAM STUDI SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
If you wanna make the world a better place
Take a look at yourself and then make that change!
(Man in the Mirror – Michael Jackson)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Skripsi ini saya persembahkan untuk seluruh keluarga, dosen, dan teman
saya yang selama ini tidak pernah berhenti mendukung saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Bimo Bagas Basworo, Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam Pemilu
1955. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma, 2019.
Skripsi berjudul Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam
Pemilu 1955 bertujuan untuk meneliti peranan surat kabar Harian Rakjat untuk
mengkampanyekan PKI pada pemilihan umum 1955. Penelitian ini akan
menjawab tiga pertanyaan. Pertama, peranan apa yang dimainkan oleh Harian
Rakjat pada kampanye PKI pada pemilu tersebut. Kedua, isu apa saja yang
digunakan surat kabar tersebut pada kampanye ini. Ketiga, seberapa besar peranan
Harian Rakjat bagi kesuksesan yang diraih PKI pada pemilu 1955.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yakni pengumpulan sumber,
kritik sumber, interpretasi atau analisis data, dan penulisan atau historiografi.
Sumber yang digunakan adalah arsip koran Harian Rakjat tahun 1954-1955 dan
sumber sekunder terkait. Penelitian ini menggunakan teori pers komunis yang
dikemukakan oleh Hachten.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan peranan besar Harian Rakjat pada
keberhasilan yang diraih oleh PKI pada Pemilu 1955. Surat kabar ini aktif
mendukung kampanye dan propaganda PKI melalui berbagai saluran, mulai dari
artikel, karikatur, hingga cerita bergambar. Surat kabar ini juga berperan sebagai
penyedia bahan-bahan propaganda dan latihan pemilu bagi anggota-anggota
cabang PKI diberbagai PKI.
Kata kunci: Harian Rakjat, Partai Komunis Indonesia, Pemilihan Umum
1955.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Bimo Bagas Basworo, Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam Pemilu
1955. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Department of History, Faculty of
Letters, Sanata Dharma University, 2019.
This study entitled Harian Rakjat Sebagai Alat Kampanye PKI Dalam
Pemilu 1955 is aimed to investigate the roles of a newspaper called Harian Rakjat
to campaign Indonesian Communist Party (Partai Komunis Indonesia, PKI) in
1955 election. This research will answer three questions. They are (1) “What role
does Harian Rakjat play in PKI campaign in the election?” (2) “What issue used
in the newspaper for the campaign?” and (3) “How huge is Harian Rakjat role for
the success of PKI in 1955 election?”
This research used historical method, namely source gathering, source
critics, data interpretation or analysis, and writings or historiography. The source
used for this study was Harian Rakjat newspaper archives around 1954-1955 and
related secondary source. This study used communist press theory stated by
Hatchen.
The result of this study shows the huge role of Harian Rakjat towards the
success of PKI in 1955 election. This newspaper actively supported PKI
campaigns and propagandas through many media, from articles, caricatures, until
comics. This newspaper also played a role as propaganda media provider and
election practice for members of PKI.
Keywords: Harian Rakjat, Partai Komunis Indonesia, Pemilihan Umum 1955.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada:
1. Dosen Ilmu Sejarah, Pak Rio, Pak Hery, Mas Heri, Mas Yerry, Romo
Baskara, Romo Banar, Pak Purwanta, Pak Sandiwan, dan Bu Ning, yang
telah banyak membimbing dan dan mendukung saya sejak awal masuk
kuliah hingga saat ini.
2. Kedua Orang Tua saya, dan seluruh keluarga saya yang selama ini terus
membantu, mendukung, dan memotivasi saya supaya tetap semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Mas Doni sebagai Sekretaris Prodi Sejarah yang selama ini membantu saya
mengurus administrasi kuliah
4. Teman-teman Sejarah Angkatan 2014, Fajar, Ara, Hendy, Rosma, Edut,
Tiur, Omi, Vendy, Berang, Ageng, Gustan, Gerrard, dan Katon yang tidak
pernah lelah menemani dan mendukung saya selama ini.
5. Teman-teman Jurusan Sejarah lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang selama ini telah menemani dan menghibur saya.
6. Teman-teman “De Kantiners”, Eko, Oom Irawan, Mas Deaz, Pitrus, dan
lainnya, yang telah banyak membantu saya.
7. Semua staf Mikrofilm Perpustakaan Nasional yang sudah direpotkan
dengan pesanan scan dari saya selama 2 bulan penelitian ini berlangsung.
8. Kepada teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang
telah membantu memberikan informasi dan mendukung saya selama
mengerjakan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Saya
harap semoga skripsi ini dapat mendorong munculnya penelitian-penelitian lain
yang akan melengkapi, ataupun menyanggah hasil dari penelitian ini.
Yogyakarta, 4 Desember, 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
F. Kajian Pustaka ............................................................................................. 5
G. Landasan Teori ........................................................................................... 10
H. Metode Penelitian ...................................................................................... 12
I. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12
BAB II PKI DAN HARIAN RAKJAT ................................................................. 14
A. Membangkitkan Kembali Partai ................................................................ 14
B. Sejarah Singkat Harian Rakjat .................................................................. 16
C. Njoto: Tokoh di Balik Harian Rakjat ........................................................ 22
BAB III KAMPANYE PEMILU 1955 DI HARIAN RAKJAT ............................. 26
A. Harian Rakjat dan Pemilu .......................................................................... 26
B. Masa Persiapan Kampanye ........................................................................ 27
1. Membela Kabinet, Menyerang Oposisi .................................................. 27
2. Masjumi, Darul Islam, dan Modal Asing ............................................... 28
3. Demonstrasi Masjumi dan BKOI ........................................................... 31
4. Pembentukan Panitia Pemilihan Indonesia ............................................ 35
5. Ceramah Umum dan Rapat Umum PKI ................................................. 37
C. Masa Awal Kampanye ............................................................................... 37
1. Demokrasi Rakyat .................................................................................. 39
2. Kampanye PKI ....................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Pendidikan .............................................................................................. 47
4. Pengusaha Nasional ................................................................................ 48
5. Wanita .................................................................................................... 49
6. Agama .................................................................................................... 50
7. Tanda Gambar PKI ................................................................................. 52
8. Menyerang Oposisi ................................................................................ 57
D. Masa Kampanye Pemilu Parlementer ........................................................ 60
1. Bubarnya Kabinet Ali dan Menjadi Oposisi .......................................... 60
2. Kampanye Harian Rakjat Menjelang Pemilihan Anggota Parlemen ... 69
3. Sosialisasi Menjelang Pemilihan Umum ................................................ 74
E. Kampanye Pemilihan Anggota Konstituante ............................................. 77
BAB IV HASIL PEMILU 1955 ........................................................................... 82
A. Jalannya Pemilihan Umum ........................................................................ 82
B. Pengaruh Harian Rakjat Pada Pemilihan Umum 1955 ............................. 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 94
A. Kesimpulan ................................................................................................ 94
B. Saran .......................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
LAMPIRAN ........................................................................................................ 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Perolehan Suara Pemilu Parlemen……………………......... 84
Tabel 2. Jumlah Perolehan Suara Pemilihan Parlemen dan Konstituante.. 88
Tabel 3. Perbandingan Perolehan Suara PKI Pada Pemilu Parlemen dan
Konstituante di Berbagai Daerah……………………………….
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kolom Ruangan Wanita Harian Rakjat……………………… 19
Gambar 2. Seruan Untuk Mengumpulkan Donasi Kampanye PKI di
Harian Rakjat……………………………………………........
46
Gambar 3. Pengumuman Daftar Calon PKI Dalam Harian Rakjat……… 56
Gambar 4. Karikatur Yang Menyindir Tingginya Harga Beras Masa
Pemerintahan Burhanuddin Harahap………………………….
64
Gambar 5. Kolom “Sumbangan Kepada Propaganda Masjumi”…………. 68
Gambar 6. Contoh Biografi Singkat Calon PKI yang Terbit Di Harian
Rakjat………………………………………………………….
70
Gambar 7. Contoh Iklan Kampanye PKI di Harian Rakjat Untuk Kaum
Tani……………………………………………………………
71
Gambar 8. Contoh Iklan Kampanye PKI di Harian Rakjat Untuk
Pengusaha Nasional…………………………………………...
71
Gambar 9. Iklan Kampanye PKI di Harian Rakjat………………………. 72
Gambar 10. Contoh Komik Srip Pemilu Di Harian Rakjat……………….. 75
Gambar 11. Instruksi Menjelang Pemilu dari Harian Rakjat……………… 76
Gambar 12. Contoh Kolom “Kalau saudara memilih Masjumi”…………... 79
Gambar 13. Contoh Kolom “Memilih Masjumi Berarti Memilih DI”…….. 79
Gambar 14. Contoh Iklan Kampanye Pemilu Konstituante PKI…………... 80
Gambar 15. Karikatur Harian Rakjat yang Meledek Peroplehan Suara
Masjumi – PSI…………………………………………………
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Artikel “Pers dan Pemilihan Umum” Njoto………………… 102
Lampiran 2. Foto Presidium Kongres dan Anggota CC PKI Pada
Kongres Nasional Ke-V…………………………………......
103
Lampiran 3. Manifes Pemilihan Umum PKI yang Dimuat di Harian
Rakjat………………………………………………………
104
Lampiran 4. Pengumuman Daftar Calon “PKI dan Orang Tak Berpartai”
di Harian Rakjat……………………………………………..
105
Lampiran 5. Berita Tuduhan Kecurangan Masjumi Dalam Pemilu di
Harian Rakjat…......................................................................
106
Lampiran 6. Kampanye PKI di Kolom “Ruangan Wanita” Harian
Rakjat………………………………………………………...
107
Lampiran 7. Pengumuman Rencana Acara Kampanye PKI…………........ 108
Lampiran 8. Contoh Berita Perolehan Suara Pemilu di Harian Rakjat…... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Periode 1950-an adalah masa yang penting dalam sejarah politik bangsa
Indonesia. Dinamika politik yang terjadi di masa Demokrasi Liberal itu banyak
mempengaruhi kondisi Indonesia di masa setelahnya. Sayangnya, masih sedikit
kajian mengenai periode ini. Bahkan Mc Vey menyebutnya sebagai dekade yang
hilang (diseppearing decade)1.
Pada masa ini, sistem demokrasi di Indonesia berkembang dengan pesat.
Salah satu tandanya adalah keberhasilan pemerintah menyelenggarakan pemilihan
umum (pemilu) nasional pertama di Indonesia. Pemilu ini diselenggarakan pada
tahun 1955 dalam 2 tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada 29 September 1955
yang bertujuan untuk memilih anggota Parlemen. Tahap kedua diselenggarakan
pada tanggal 15 Desember 1955 dengan agenda pemilihan anggota Konstituante.
Suksesnya penyelenggaraan pemilu ini adalah suatu prestasi yang besar bagi
pemerintah. Tingginya tensi di antara partai-partai politik pada masa ini tidak
menghalangi diselenggarakannya pesta demokrasi ini dengan aman. Selain itu,
1 Adrian Vickers. “Mengapa Tahun 1950-an Penting Bagi Kajian Indonesia”. Dalam
Henk Schulte Nordholt; Bambang Purwanto; dan Ratna Saptari (ed.). 2008. Perspektif
Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: KITLV-Jakarta dan Yayasan Obor Indonesia.
Hlm:68.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tingginya tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu ini menandakan tingginya
antusiasme dan kesadaran warga akan pentingnya kegiatan tersebut.
Hasil dari pemilu nasional pertama ini di luar dugaan banyak orang. Salah
satunya adalah prestasi gemilang yang diraih oleh Partai Komunis Indonesia
(PKI) pada ajang ini. Prestasi ini menakjubkan mengingat hasil ini diraih hanya
sekitar 7 tahun pasca peristiwa Madiun yang membuat mereka kehilangan banyak
pemimpin dan anggotanya dan sekaligus mencoreng reputasi partai.
Untuk mencapai prestasi tersebut bukanlah perkara yang mudah bagi PKI.
Mereka harus menghadapi berbagai rintangan, salah satunya adalah memperbaiki
citra partai yang rusak di mata masyarakat setelah peristiwa Madiun 1948. Partai
ini gencar berkampanye dengan menggunakan seluruh sumber daya yang mereka
punya, salah satunya adalah media massa.
Pada tahun 1953, PKI membeli surat kabar Harian Rakjat. Mereka
kemudian menempatkannya di bawah Departemen Agitasi dan Propaganda partai.
Sejak saat itu, harian tersebut menjadi corong propaganda partai, baik untuk
menyebarkan program atau pernyataan resmi partai dan organisasi sayapnya,
hingga menyerang musuh-musuh politik mereka.
Pada saat masa kampanye Pemilu 1955, Harian Rakjat juga turut aktif
dalam usaha memenangkan PKI dalam ajang tersebut. Berbagai peranan penting
dijalankan oleh surat kabar ini, membuatnya sebagai salah satu tulang punggung
partai pada masa kampanye. Melalui artikel-artikel yang dimuat, harian ini
berusaha memperbaiki citra partai di masyarakat sekaligus menyebarkan isu-isu
negatif yang menyerang musuh-musuh politiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan membahas mengenai penggunaan surat kabar Harian
Rakjat sebagai media kampanye PKI dalam pemilu nasional tahun 1955.
Penelitian ini akan membatasi pembahasan pada artikel-artikel propaganda di
surat kabar ini yang digunakan untuk menyerang musuh-musuh politik PKI dan
menarik suara masyarakat dalam pemilu 1955.
Periode penelitian mencakup tahun 1954 hingga 1955. Pada Maret 1954,
PKI mengadakan Kongres Nasional ke-V yang salah satu pokok bahasannya
adalah manifes pemilihan umum partai. Manifes ini menggambarkan garis besar
kebijakan kampanye PKI untuk menghadapi Pemilu 1955. Kongres nasional
tersebut juga menjadi tanda dimulainya masa kampanye PKI untuk pemilu 1955
yang akan datang. Tahun 1955 menjadi akhir dari periode penelitian karena pada
tahun ini diadakan pemilu nasional pertama di Indonesia. Pemilu ini diadakan
dalam dua tahap. Tahap pertama diadakan pada tanggal 29 September 1955
dengan agenda pemilihan anggota Dewan Legislatif. Pada pemilu tahap kedua
yang diadakan tanggal 15 Desember 1955 diadakan pemilihan anggota
Konstituante.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Peran apa yang dimainkan oleh Harian Rakjat dalam kampanye PKI pada
pemilu 1955?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Isu apa saja yang digunakan surat kabar ini untuk menggalang suara serta
menyerang partai lainnya?
3. Seberapa pentingnya peranan Harian Rakjat atas prestasi yang diraih oleh PKI
pada pemilihan umum tersebut?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan bagaimana Harian Rakjat sebagai alat kampanye PKI pada
Pemilu 1955.
2. Menjelaskan isu-isu yang digunakan kedua media untuk menggalang suara
partai dan menjatuhkan partai lainnya pada pemilu tersebut.
3. Menjelaskan dampak dari kampanye Harian Rakjat atas kesuksesan PKI
pada pemilu tersebut.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas pengetahuan
masyarakat mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia pada periode 1950-
an melalui sudut pandang pers. Penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong
para peneliti dan pemerhati sejarah Indonesia untuk meneliti lebih dalam sejarah
Indonesia pada periode 1950-an yang selama ini masih jarang dibahas. Di
samping itu, penelitian ini memberikan bahan refleksi pemilihan umum di masa
kontemporer, khususnya tentang penggunaan media massa oleh partai politik
untuk berpropaganda dan berkampanye.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
F. Kajian Pustaka
Buku berjudul “The Indonesian Elections of 1955” karya Herberth Feith
membahas tentang Pemilu 1955 di Indonesia.2 Buku ini menyoroti persaingan
partai-partai pada masa kampanye dan juga membahas hasil dari pemilihan umum
tersebut. Hanya saja, buku ini tidak membahas secara detail mengenai
penggunaan media massa sebagai alat kampanye partai politik pada pemilu
tersebut.
Penelitian lain terkait dengan perkembangan demokrasi dan politik di
Indonesia pada periode 1950-an dilakukan oleh Tri Basuki.3 Ia meneliti terkait
dengan dinamika politik di Yogyakarta dalam pemilu tahun 1955. Dalam
penelitian ini, ia menyoroti persaingan dan konflik antara 4 partai besar (PNI,
PKI, Masyumi, dan NU) selama pemilu tahun 1955 di Yogyakarta. Keempat
partai tersebut saling bersaing untuk mendapatkan suara dengan “menjual”
ideologi mereka. Akan tetapi dalam karayanya ini, Basuki justru kurang
menyoroti contoh-contoh konkrit terkait dengan konflik-konflik antar partai di
Yogyakarta selama masa kampanye untuk pemilu tahun 1955 tersebut. Ia lebih
menyoroti pertentangan ideologi antara keempat partai tersebut ketimbang
membahas contoh peristiwa yang konkrit.
2 Herbert Feith. 1971. The Indonesian Elections of 1955. Ithaca: Southeast Asia
Program Cornell University.
3 Tri Basuki. “Dinamika Persaingan Empat Partai Besar (PKI, PNI, Masyumi, dan
NU) Dalam Pemilihan Umum 1955 Di Yogyakarta”. Yogyakarta: Mozaik, Sejarah
Indonesia Vol 1 No. 2, 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Tsabit Azinar Ahmad menulis tentang kampanye dan pertarungan politik di
Jawa Tengah menjelang pemilu tahun 1955.4 Dalam penelitian ini ia juga
menjelaskan perang wacana antar partai melalui surat kabar menjelang pemilu
tahun 1955. Perang wacana melalui surat kabar ini dilakukan dalam rangka
persaingan antar partai untuk menyebarkan ideologinya dan meraup suara sebesar-
besarnya.
Selanjutnya adalah skripsi karya Luh Putu Ayu Riska Widarmiati yang
berjudul “Latar Belakang Suksesnya PKI Di Indonesia Tahun 1955-1962 Studi
Kasus Di Balik Keberhasilan PKI Pada Pemilu 1955”.5 Dalam skripsi ini dibahas
mengenai latar belakang dan strategi kesuksesan PKI untuk bangkit kembali pasca
peristiwa Madiun tahun 1948. Keberhasilan PKI untuk bangkit kembali pada
periode ini tercermin dalam keberhasilan mereka meraih peringkat keempat dalam
pemilu tahun 1955. Penelitian ini menyoroti langkah-langkah dan strategi PKI
untuk memperkuat kembali basis massa mereka dan meraih kemenangan.
Penelitian Barep Rifaldi Chandra Perdana yang berjudul “Strategi
Pemenangan Partai Komunis Indonesia Pada Pemilu Tahun 1955 Di
Yogyakarta”6 membahas strategi dan cara-cara yang digunakan PKI untuk
4 Tsabit Azinar Ahmad. “Kampanye Dan Pertarungan Politik Di Jawa Tengah
Menjelang Pemilihan Umum 1955”. Semarang: Paramita Vol 26 No.1, 2016. E-ISSN:
2407-5825.
5 Luh Putu Ayu Riska Widarmiati. “Latar Belakang Suksesnya PKI Di Indonesia
Tahun 1955-1962 Studi Kasus Di Balik Keberhasilan PKI Pada Pemilu 1955”. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
2006.
6 Barep Rifaldi Chandra Perdana. “Strategi Pemenangan Partai Komunis Indonesia
Pada Pemilu Tahun 1955 Di Yogyakarta”. Yogyakarta: Mozaik, Sejarah Indonesia Vol 2
No. 1, 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
membangkitkan kembali partai tersebut karena Peristiwa Madiun 1948. Sekilas
tulisan ini memang mirip dengan Luh Putu Ayu Riska Widarmiati. Akan tetapi,
setidaknya ada 2 perbedaan mendasar pada kedua tulisan tersebut. Perbedaan yang
pertama adalah scope temporal keduanya. Karya Barep fokus pada strategi PKI
untuk bangkit kembali pada pemilu tahun 1955. Karya Luh Putu Riska berokus
pada strategi-strategi politik PKI untuk membangun kembali basis massa mereka
pasca Peristiwa Madiun, dimulai dari usaha-usaha pembangunan kembali partai
tersebut hingga periode awal Demokrasi Terpimpin. Perbedaan selanjutnya adalah
scope spasial keduanya. Barep membatasi ruang lingkup tempatnya pada daerah
Yogyakarta, sedangkan penelitian Riska memiliki ruang lingkup tempat yang
lebih luas, yakni Indonesia.
Penelitian berjudul “Partai Lokal Dalam Pemilu 1955 (Gerinda Dalam
Pemilihan Umum 1955 di Yogyakarta)” karya Sawitri Tri Prabawati adalah suatu
karya yang sangat menarik.7 Dalam karyanya ini, Sawitri menuliskan sepak
terjang Partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerinda) dalam pemilu 1955. Partai
Gerinda adalah sebuah partai lokal di Yogyakarta dan sekitarnya. Partai Gerinda
ini berasal dari suatu organisasi bernama Pakempalan Kawulan Ngayogyakarta
(PKN) yang didirikan pada tahun 1930. PKN kemudian berubah nama menjadi
Perkumpulan Rakyat Jogjakarta (PRJ) pada tahun 1942. Perkumpulan ini
7 Sawitri Tri Prabawati. Partai Lokal Dalam Pemilu 1955 (Gerinda Dalam Pemilihan
Umum 1955 di Yogyakarta). http://sejarah.fib.uns.ac.id/media/3.%20Bu%20Witri-edit-
OK.pdf. Diakses pada 5 April 2017 pukul 17.17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kemudian dibubarkan pada masa penjajahan Jepang karena kebijakan Jepang yang
melarang seluruh organisasi politik kecuali yang dibentuk oleh Jepang sendiri.
Bekas anggota PKN dan PRJ yang masih setia kemudian mendirikan kembali
organisasinya dengan nama Gerakan Rakyat Indonesia (Gerinda) sebagai salah
satu partai politik lokal di Yogyakarta dan sekitarnya.
Karya lain terkait dengan periode ini adalah Partai Nasional Indonesia Pada
Pemilihan Umum Tahun 1955 Di Semarang karya Aryani Dewantarina.8 Karya
ini membahas sepak terjang PNI selama pemilu tahun 1955 di Semarang. PNI
yang berideologi Marhaenis berkeliling kota Semarang guna menyebarkan
ideologinya dan program-program mereka untuk memperoleh suara masyarakat
dalam pemilu tahun 1955.
Tulisan berjudul Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni Pertunjukan Reog
Di Ponorogo Tahun 1950-1980 karya Sururil Mukarromah dan Sinta Devi I.S.R.9
membahas penggunaan kesenian Reog Ponorogo oleh partai-partai politik untuk
menarik perhatian dan simpati masyarakat kepada mereka. Hal ini sudah
dilakukan oleh partai-partai seperti PKI, NU, dan PNI. Penggunaan kesenian
tersebut ternyata menjadi strategi efektif untuk meraih suara rakyat. Pada pemilu
tahun 1955, PKI yang “menguasai” kesenian tersebut berhasil mengumpulkan
8 Aryani Dewantarina. “Partai Nasional Indonesia Pada Pemilihan Umum Tahun
1955 Di Semarang”. Semarang: Journal of Indonesian History Vol 1 No. 2, 2012.
9 Sururil Mukarromah dan Sinta Devi I.S.R., “Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni
Pertunjukan Reog Di Ponorogo Tahun 1950-1980”. Surabaya: Verleden Vol. 1 No. 1,
2012. ISSN 2301-8127.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
suara terbanyak. Hal ini menandakan seberapa ampuhnya penggunaan kesenian
dalam meraih suara masyarakat.
Ria Sovi Revianti dan Muryadi dalam karyanya yang berjudul Partisipasi
Politik GP Anshor Cabang Sidoarjo Dalam Pemilu Tahun 1953-1955 membahas
sepak terjang GP Anshor, khususnya cabang Sidoarjo, selama pemilu tahun
1955.10 GP Anshor sebagai sebuah organisasi pemuda yang berafiliasi dengan NU
tentu memiliki peranan penting dalam keberhasilan NU pada pemilu 1955.
Mereka ikut membantu kampanye dalam rangka mencari dukungan masyarakat
untuk memenangkan pemilu 1955.
Buku karya Muhammad Zulfikar berjudul “Politik Surat Kabar Berebut
Wacana Antara Harian Rakjat Dengan Abadi 1952-1955” membahas
pertaruangan wacana antara Abadi dan Harian Rakjat. Buku ini membahas
penggunaan kedua surat kabar tersebut oleh Masjumi dan PKI untuk
berpropaganda dan saling menyerang satu dengan yang lain. Hanya saja, buku ini
berfokus pada pertarungan wacana antara kedua surat kabar itu dan kurang
membahas pada peranan kedua surat kabar tersebut pada kampanye pemilihan
umum 1955 secara keseluruhan.11
Dari karya-karya tersebut, kebanyakan menyoroti masalah dinamika politik
serta pertarungan antar partai politik selama periode 1950-an. Sedangkan
penelitian mengenai pers lebih banyak meyoroti hubungan antara pers dan
10 Muryadi dan Ria Sovi Revianti. Partisipasi Politik GP Anshor Cabang Sidoarjo
Dalam Pemilu Tahun 1953-1955. Surabaya: Verleden, Vol. 2 No. 2, 2016. ISSN 2301-
8127.
11 Muhammad Zulkifar. 2018. Politik Surat Kabar: Berebut Wacana Harian Rakjat
Dengan Abadi 1952-1955. Jakarta: Respublica Institute.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pemerintah. Karya I Wayan Artika cukup menarik karena membahas karya sastra
yang digunakan sebagai sarana penyebaran ideologi politik kelompok tertentu.
Berbeda dengan karya lainnya, penelitian ini berusaha untuk melihat bagaimana
Harian Rakjat berperan sebagai media kampanye PKI untuk memenangkan
Pemilu 1955.
G. Landasan Teori
Penelitian ini berusaha menganalisis kampanye Pemilu 1955 dari perspektif
pers. Dalam arti sempit, pers berarti media cetak.12 Menurut KBBI, media cetak
adalah sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti
surat kabar, majalah.13
Harian Rakjat adalah salah satu pers milik PKI. Sebagai organ pers milik
partai komunis, surat kabar ini mengacu pada pers di negara-negara komunis
lainnya, salah satunya adalah Uni Soviet. Menurut Hachten, pers komunis adalah
media massa yang menjadi bagian dari pemerintah atau partai politik [komunis].
Menurutnya, tujuan dari pers komunis menekankan pada penyebaran pandangan
dan kebijakan pejabat; serta memobilisasi dukungan untuk kemajuan nasional.14
Pemilu dan kampanye politik merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Menurut KBBI, kampanye dapat diartikan sebagai kegiatan yang
12 I Gusti Ngurah Putra. “Demokrasi dan Kinerja Pers Indonesia”. Yogyakarta: Jurnal
Komunikasi Vol. 3, No. 2, Juni 2004. ISSN: 2548-8643. Hlm: 131.
13 KBBI Edisi V versi luring. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses pada 15 Januari 2019.
14 Hachten dalam Zainal Abidin Achmad. 2014. Perbandingan Sistem Pers dan
Sistem Pers di Indonesia. Surabaya: Lutfansah. Hlm: 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan
kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa
pemilih dalam suatu pemungutan suara.15 Pada pasal 1 ayat 35 Undang-Undang
No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum menyebutkan bahwa Kampanye
Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu atau pihak yang lain ditunjuk oleh Peserta
Pemilu untuk meyakinkan Pemilih dengan menawarkan visi, misi, program
dan/atau citra diri Peserta Pemilu.16 Menurut Arnold Steinberg, kampanye politik
adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtiarkan orang
dicalonkan, dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi.17
Pada dasarnya kampanye dibagi menjadi tiga, yakni kampanye positif,
kampanye negatif, dan kampanye hitam. Kampanye positif adalah bentuk
kampanye yang mengedepankan kata-kata hiperbolis yang bertujuan mengenalkan
calon pemimpin atau presiden secara pribadi, baik program kerja dan visi misinya.
Sedangkan kampanye negatif adalah kampanye yang memberikan informasi-
informasi negatif mengenai kapabilitas, rekam jejak dari lawan politik
berdasarkan fakta yang relevan. Kampanye hitam adalah model kampanye yang
berisi kebohongan dan fitnah. 18
15 KBBI Daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kampanye. Diakses pada 20 Okt
2018 pukul : 14.32.
16 UU No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. https://rumahpemilu.org/wp-
content/uploads/2017/08/UU-No.7-Tahun-2017-tentang-Pemilu.pdf. Diakses pada 20 Okt
2018 pukul: 15.00.
17 Arnold Steinberg. 1981. Kampanye Politik Dalam Praktek. Penerjemah: M.
Sidarto. Jakarta: PT Intermasa. Hlm: 2.
18 Bambang Arianto. 2017. Kampanye Politik Digital, Kampanye Kreatif, Media
Sosial, Jasmev 2014, Demokrasi, Ekspektasi Politik. Tesis. Yogyakarta: S2 Politik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membagi jenis kampanye menjadi dua,
yakni kampanye positif dan kampanye negatif. Kampanye hitam akan dimasukkan
sebagai bagian dari kampanye negatif dengan pertimbangan bahwa keduanya
sama-sama bertujuan untuk menjatuhkan musuh politik.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian sejarah. Metode
penelitian sejarah dibagi ke dalam 4 tahapan, yakni (1) heuristik atau
pengumpulan sumber, (2) kritik sumber, (3) interpretasi atau analisis, dan (4)
historiografi atau penulisan sejarah. Data disajikan dalam bentuk kualitatif. Data
yang digunakan berupa arsip koran Harian Rakjat tahun 1954-1955 yang
ditemukan pada koleksi microfilm Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
disertai dengan sumber-sumber sekunder dan tersier untuk melengkapinya. Data
kualitatif tetap dibutuhkan untuk melihat jumlah oplah surat kabar ini serta jumlah
suara yang diraih oleh PKI pada Pemilu 1955.
I. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi 5 bab. Bab pertama membahas latar belakang
penelitian, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
landasan teori, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab
kedua membahas sejarah singkat PKI pasca Peristiwa Madiun 1948, sejarah
Pemerintahan Universitas Gadjah Mada.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&
act=view&typ=html&buku_id=106592&obyek_id=4. Diakses pada 8 Januari 2019.
Pukul: 16.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
singkat Harian Rakjat, dan Njoto, tokoh dibalik Harian Rakjat. Bab ketiga
membahas tentang kampanye PKI di Harian Rakjat pada periode 1954-1955. Bab
keempat membahas hasil pemilu yang diraih oleh PKI dan seberapa besarnya
peranan Harian Rakjat pada kemenangan yang diraih oleh partai ini. Bab kelima
berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PKI DAN HARIAN RAKJAT
A. Membangkitkan Kembali Partai
Kekalahan PKI di Madiun tahun 1948 telah menghancurkan partai ini. Para
pemimpinnya seperti Musso dan Amir Sjarifoeddin mati bersama dengan ribuan
anggota lainnya. Sekitar 35.000 orang juga ditangkap karena terlibat peristiwa
ini.1 Para pemimpin yang tersisa terpaksa melarikan diri dan bersembunyi dari
kejaran apparat pemerintah.
Revolusi Madiun 1948 ini tidak menyebabkan PKI dilarang oleh
pemerintah. Pada September 1949, Alimin – salah seorang tokoh senior di PKI –
berusaha membangun kembali partai dengan cara konsolidasi terbatas. Keputusan
Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk melegalkan PKI disambut
dengan pengumuman susunan sekretariat CC PKI. Di bawah pimpinan Alimin,
partai ini menjadi partai ekslusif.2
Disaat yang sama, Aidit, Lukman, Sudisman, dan Njoto juga berusaha
membangun kembali partai ini di Jakarta. Pendekatan yang digunakan oleh tokoh-
tokoh muda ini berbeda dengan Alimin. Mereka ingin membangun kembali PKI
1 M.C. Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta. Hlm: 483.
2 Fadrik Aziz Firdausi. 2017. Njoto: Biografi Pemikiran 1951-1965. Tangerang
Selatan: CV. Margin Kiri. Hlm: 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sebagai partai massa dan memposisikan diri sebagai pelantang konsepsi Jalan
Baru Musso.3
Dualisme kepemimpinan partai ini berakhir pada tahun 1951, ketika Aidit
dan tokoh-tokoh muda secara resmi mengambilalih kekuasaan politbiro dari
golongan tua. Di bawah kepemimpinan kelompok muda, PKI menggunakan
strategi bari : Front Persatuan Nasional untuk membangun partai yang berbasiskan
massa. Strategi ini berarti PKI membuka diri untuk bekerjasama dengan partai-
partai lain, terutama yang tidak secara prinsipiil atau tegas anti-komunis. PKI juga
berusaha untuk memperluas basis masa mereka ke berbagai kelompok sosial
dengan mendirikan berbagai organisasi massa, seperti SOBSI (buruh), BTI
(petani), Gerwani (wanita), Pemuda Rakjat (pemuda), dan Lekra (seniman).4
Menurut Ricklefs, strategi baru yang dijalankan oleh PKI ini menyimpang dari
teori Marxis-Leninis yang konvensional yang ia gambarkan sebagai berikut:
“…. Strategi partai ini berselubung dalam terminologi Marxis-Leninis yang
menyembunyikan penyimpangan dari teori Marxis-Leninis yang konvensional.
Di dalam uraian-uraian Aidit, orientasi politiklah yang menjadi faktor penentu
kelas sosial, bukannya kelas sosial itu sendiri yang menentukan orientasi politik.
Jadi, dia menyatakan bahwa kaum komunis dapat bekerja sama dengan kaum
borjuis kecil-kecilan dan kaum borjuis nasional melawan kelas borjuis
komprador dan kelas feodal. Akan tetapi, partai politik utama yang didukung
oleh kaum borjuis pribumi adalah Masyumi yang para pemimpinnya bersikap
anti komunis. Oleh karena itu, Masyumi, bersama-sama dengan PSI, dicap
sebagai partai kaum borjuis komprador. PNI, yang lebih bersifat birokratis
(malah dalam beberapa hal “feodal”) daripada borjuis, ternyata lebih dapat
menerima rayuan PKI dan, oleh karenanya, PMI diidentifikasikan oleh Aidit
sebagai partai kaum borjuis nasional…”5
3 Ibid., hlm: 27-29.
4 G. Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20 Jilid 2: Dari Perang Kemerdekaan
Pertama Sampai Pelita III. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hlm: 133-134.
5 M.C. Ricklefs, op. cit., hlm: 501-502.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lebih lanjut lagi Ricklefs menyebut bahwa strategi PKI ini bersifat defensif.
Usaha ini memang berhasil mempertahankan PKI selama hamper 15 tahun, tetapi
strategi ini dinilai lebih mementingkan masa depan PKI sebagai organisasi,
disbanding masa depan kelas buruh atau komunisme sebagai ideologi politik.6
Meskipun demikian, strategi yang dimainkan partai ini telah berhasil menjadikan
PKI menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.
B. Sejarah Singkat Harian Rakjat
Pada Januari 1951, Siauw Giok Tjhan – seorang jurnalis senior dan pendiri
Sunday Courier- menerbitkan majalah mingguan bernama Suara Rakjat. Pada
bulan Juli, majalah ini berubah menjadi surat kabar dengan nama Harian Rakjat.
Pada masa ini, Harian Rakjat belumlah menjadi organ propaganda dari PKI. Akan
tetapi, keterlibatan Njoto – salah satu petinggi PKI – dalam dewan redaksi koran
ini membuat berita-berita kegiatan PKI dimuat dalam koran ini.7
Harian Rakjat memiliki cakupan distribusi yang cukup luas di kota-kota
besar di Jawa dan Sumatra. Akan tetapi, luasnya distribusi koran ini tidak dapat
membuat keuntungan yang besar bagi koran tersebut. Di tengah masalah kesulitan
pendanaan, Siauw Giok Tjhan mulai berpikir untuk menjual perusahaan
penerbitan tersebut.8
6 Ibid., hlm:502.
7 Muhammad Zulkifar. 2018. Politik Surat Kabar: Berebut Wacana Harian Rakjat
Dengan Abadi 1952-1955. Jakarta: Respublica Institute. Hlm: 25-26.
8 Fadrik Aziz Firdausi, op. cit., hlm: 37-38.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Niatan Siauw Giok Tjhan untuk menjual Harian Rakjat dilihat PKI sebagai
sebuah kesempatan yang besar. PKI memang telah mengincar Harian Rakjat
untuk dijadikan media propaganda partai. Kebutuhan PKI akan media massa
sebagai alat agitasi partai tidak dapat terlepas dari strategi partai saat itu. Fadrik
Aziz Firdausi menyebutkan:
“… Pada dekade 1950an, PKI dibangun sebagai partai komunis berbasis massa.
PKI memasifkan agitasi dan propagandanya kepada kaum proletar di kota dan
kalangan petani miskin di daerah-daerah perkebunan. PKI juga membangun aliansi
lebar yang menyatukan golongan buruh, petani, borjuasi kecil, dan borjuasi
nasionalis. Dari komposisi yang demikian itu, aliansi ini jelas melebihi batas-batas
partai dan ideologinya. Karena itu, dalam mengelola massa yang nisbi heterogen itu,
diperlukan suatu media untuk diseminasi ideologi dan penerangan politik.”9
Penggunaan media cetak untuk memperkuat organisasi dan ideologi partai
ini sebenarnya sudah dimulai dengan penerbitan kembali Bintang Merah pada 15
Agustus 1950. Bintang Merah merupakan sebuah majalah politik tempat para
pimpinan PKI menuangkan gagasan ideologi mereka. Akan tetapi, Bintang Merah
merupakan sebuah jurnal politik serius.10 PKI membutuhkan media massa lainnya
untuk memperluas pengaruh mereka ke berbagai golongan. Surat kabar
merupakan media yang tepat untuk tujuan PKI tersebut.
PKI memanfaatkan kedekatan Njoto dan Siauw Giok Tjhan untuk
memperlancar proses pembelian Harian Rakjat. Pada penghujung Oktober 1953,
Harian Rakjat secara resmi diakuisisi oleh partai komunis tersebut.11 PKI
9 Ibid., hlm: 75.
10 Pembahasan mengenai Bintang Merah dapat dibaca di Rhoma Dwi Aria Yuliantri.
“Bintang Merah: Dengan Jurnal Kembali Ke Atas Panggung”. Dalam Taufik Rahzen, et.
al. 2007. Seabad Pers Kebangsaan. Jakarta: I:Boekoe. Hlm: 518-520.
11 Fadrik Aziz Firdausi, op. cit., hlm: 38.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menempatkan Harian Rakjat di bawah Departemen Agitasi dan Propaganda
partai. Pasca akuisisi ini, Njoto dipilih untuk menggantikan Siauw Giok Tjhan
untuk memimpin Harian Rakjat. Untuk menjalankan tugasnya mengelola surat
kabar ini, Njoto dibantu oleh Naibaho dan Supeno. Fungsi utama Harian Rakjat
bagi PKI adalah untuk membentuk opini publik supaya meyakini dan
mempraktikkan ide revolusi berbasiskan perjuangan kelas.12
Sebagai alat propaganda partai, Harian Rakjat mengembangkan gaya
jurnalisme yang bersifat agresif. Mereka tidak takut untuk menyerang dan
memukul langsung lawan-lawan politiknya. Rhoma menyebut gaya jurnalisme
Harian Rakjat sebagai “jurnalisme konfrontasi dengan bahasa yang meledak,
tembak langsung, jambak, sikat, dan pukul di tempat”.13 Gaya jurnalisme dan
bahasa yang digunakan oleh harian ini tidak terlepas dari target pembaca mereka.
Surat kabar tersebut menargetkan pembacanya dari berbagai golongan, termasuk
buruh dan petani yang tingkat pendidikannya cenderung rendah. Gaya bahasa
yang lugas, tidak bertele-tele, dan terkadang cenderung kasar digunakan supaya
para pembaca dapat dengan mudah memahami informasi yang hendak mereka
sampaikan.
Konten dalam surat kabar Harian Rakjat cukup beragam, meliputi berita
nasional, berita daerah, berita internasional, editorial, kolom Komentar Ketjil,
kolom Bisikan, kolom kebudayaan, HR Muda, Ruangan Wanita, dan berita
12 Kerry William Groves. 1983. Harian Rakjat, Daily Newspaper of the Communist
Party of Indonesia – Its History and Role. Tesis. Faculty of Asian Studies, Australia
National University. Hlm: 31.
13 Rhoma Dwi Aria Yuliantri. “Harian Rakjat : Di Bawah Pukulan dan Sabetan Palu
Arit”. Dalam Taufik Rahzen, et. al., op. cit., hlm: 700.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
olahraga. Berita-berita yang disampaikan kebanyakan berupa berita politik dan
berita pergerakan buruh dan tani. Harian Rakjat juga memuat berita-berita
tentang kegiatan-kegiatan PKI maupun organisasi-organisasi yang berafiliasi
dengan partai tersebut, seperti SOBSI dan Gerwani. Setiap hari Sabtu Harian
Rakjat juga memuat kolom yang berisi rangkuman kejadian selama seminggu
dalam bentuk karikatur yang dilengkapi dengan keterangan singkat di bawahnya.
Tidak jarang kolom ini juga digunakan untuk propaganda dan menyindir musuh-
musuh politik mereka.
Gambar 1. Kolom Ruangan Wanita Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 29 Desember 1954)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Sirkulasi Harian Rakjat juga terus membaik. Pada tahun 1951, tiras Harian
Rakjat sebanyak 2.000 perhari.14 Pada tahun 1954, oplah surat kabar ini
berkembang menjadi 15.000 eksemplar.15 Akan tetapi, perkembangan oplah ini
nampaknya masih jauh dari harapan. Dalam artikel berjudul “Berjuang Dalam
Pers” Njoto mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap oplah koran ini:
“….15.000! Memang angka ini boleh dibilang besar. Tetapi, besar dibandingkan
dengan mana! Dibandingkan dengan djumlah harian2lain, ja. Tetapi djika
dibandingkan dengan Rakjat jang terorganisasi, belum apa2. Ambil sadjalah Sobsi.
Anggotanja lebih dari 2.500.000. Djika tiap lima puluh anggota Sobsi berlengganan
1 lembar sadja Harian Rakjat, Harian Rakjat ini sudah harus beroplah 50.000!
Kapan angka ini akan kita tjapai? Toh kita harus mentjapainja! Belum lagi
terhitung anggota2 BTI, anggota2 Pemuda Rakjat, anggota2 organisasi2
demokratis lainnja, dan belum dihitung sama sekali orang2 jang tidak
terorganisasi.”16
Oplah Harian Rakjat sebesar 15.000 tidak menunjukkan jumlah pembaca
surat kabar tersebut. Menurut Njoto, setiap eksemplar Harian Rakjat dapat dibaca
oleh 5-7 orang17, yang berarti setidaknya ada 75.000 pembaca surat kabar ini.
Untuk meningkatkan jumlah pembaca dan oplah Harian Rakjat, surat kabar ini
juga melibatkan massa. Pada tanggal 18 Oktober 1955, dimuat artikel pengalaman
Herry – salah seorang pembaca – yang turut aktif dalam penyebaran informasi
14 Kerry William Groves, op. cit., hlm: 110.
15 Njoto. “Berjuang Dalam Pers”. Harian Rakjat 25 Februari 1954 dalam Fadrik Aziz
Firdausi, op.cit., hlm:158.
16 Ibid., hlm: 160.
17 Ibid. Hlm: 159. Menurut Kerry William Groves berdasarkan pada pernyataan
Naibaho tahun 1963 mengenai jumlah pembaca dan dibandingkan dengan perkiraan
jumlah oplah Harian Rakjat waktu itu, maka setiap koran hanya dibaca sebanyak 3 orang.
Lihat Kerry William Groves, op. cit., hlm: 117.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Harian Rakjat. Herry menuliskan pengalamannya membawa dan menitipkan
Harian Rakjat miliknya ke kantin supaya koran itu dapat dibaca oleh orang lain.18
Contoh lain juga dapat dilihat dari tulisan Husin, seorang pelanggan Harian
Rakjat di Tanah Abang, yang diterbitkan pada tanggal 20 Oktober 1955. Ia
membawa Harian Rakjat ke tetangga-tetangganya supaya mereka dapat membaca
informasi yang diberitakan harian ini. Para tetangganya tertarik karena ingin
mengikuti info mengenai hasil pemilu, akan tetapi mereka kemudian mulai
membeli Harian Rakjat, baik membelinya secara eceran maupun berlangganan.
Menariknya, Husin juga bercerita bahwa:
“Tetapi lama-kelamaan, merekaterus senang djuga membatja tulisan2 lainnja
dalam Harian Rakjat. Mereka senang, ‘tjotjok buat hati saja’, kata mereka. Saja
tidak tahu apa sebenarnja jang ditusuknja dalam pemungutan suara, sebab saja
djuga tidak mau tanja. Tetapi, rupa2nja jang satu pilih Masjumi, jang satu lagi
Partai Buruh, satu lagi PNI, dan menurut dugaan saja jang dua Palu Arit. Tetapi
semuanja setiap sore ikut membatja Harian Rakjat”.19
Pernyataan Husin tersebut mengindikasikan bahwa pembaca Harian Rakjat
tidak hanya terbatas pada kalangan anggota PKI atau simpatisan partai tersebut
saja, melainkan juga simpatisan partai lainnya.
Organisasi-organisasi yang dekat dengan PKI juga berperan penting dalam
meningkatkan pembaca Harian Rakjat. Organisasi seperti Gerwani memiliki
program untuk memberantas buta huruf di masyarakat. Harian Rakjat menjadi
salah satu bahan bacaan yang digunakan dalam program ini.20
18 Pindjamkan HR Kita Kepada Orang2 JangTidak Berlangganan. Harian Rakjat 18
Oktober 1955. Hlm: 2.
19 Tetangga Saja Djuga Langganan HR. Harian Rakjat 20 Oktober 1955. Hlm: 2.
20 Muhammad Zulfikar, op.cit., hlm: 35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
C. Njoto: Tokoh di Balik Harian Rakjat
Njoto lahir di Jember pada tanggal 17 Januari 1927. Ia adalah anak sulung
dari pasangan Rustandar Sosrohartono dan Masalmah. Ayahnya adalah seorang
pedagang batik dan jamu, tetapi ia juga aktif sebagai anggota PKI sejak tahun
1920-an. Toko miliknya –Yosobusono – di Bondowoso menjadi tempat
berkumpul bagi para aktivis pejuang kemerdekaan, termasuk yang pernah dibuang
ke Digul.21
Njoto sejak kecil telah bermimpi menjadi seorang jurnalis. Sabar
Anantaguna – salah seorang teman sekelas Njoto di MULO – mengingatnya
sebagai sesosok orang yang piawai menulis dan bergaul. Ia juga gemar bermain
musik dan menciptakan lagu.22
Ketertarikan Njoto akan ideologi komunisme dipengaruhi oleh rekan-rekan
ayahnya yang eks-digulis. Ia kemudian mengembangkan pengetahuannya
mengenai ideologi tersebut melalui buku-buku “kiri” yang ia baca, seperti karya
Karl Marx, Stalin, dan Lenin.
Menurut Peter Edman, Njoto telah aktif dalam gerakan komunis sejak usia
14 tahun, ia turut andil dalam berbagai kegiatan bawah tanah di Jawa Timur
selama masa pendudukan Jepang.23 Njoto juga turut serta dalam usaha perlucutan
senjata Jepang di Surabaya, Jember, dan Bangil. Ia juga terpilih menjadi anggota
21 Arif Zulkifli, dkk. 2010. Njoto Peniup Saksofon di Tengah Prahara. Jakarta:
Tempo dan Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm: 10.
22 Ibid., Hlm: 7-8.
23 Peter Edman dalam Julius Pour. 2011. Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan,
& Petualang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hlm: 443-444.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada umur 16 tahun.24 Pada tahun 1948,
Njoto bergabung dalam Komisi Penterjemah PKI; di sini ia bertemu dengan Aidit
dan Lukman.25
Njoto memulai karirnya dalam dunia jurnalistik dengan menulis di dalam
majalah teori Bintang Merah pada tahun 1947. Ia kemudian bergabung dalam
redaksi harian Suara Ibu Kota yang dipimpin oleh Siauw Giok Tjhan.26 Di sinilah
kedekatan antara Njoto dan Siauw mulai dijalin. Pasca peristiwa Madiun 1948,
Njoto bersama dengan Aidit, Lukman, dan Peris Pardede membangkitkan kembali
Bintang Merah yang terbit perdana pada tanggal 15 Agustus 1950. Ia juga
bergabung ke dalam majalah mingguan Sunday Courier yang diterbitkan oleh
Siauw Giok Tjhan.27 Ketika Siauw Giok Tjhan menerbitkan majalah mingguan
Suara Rakjat yang kemudian berganti menjadi surat kabar Harian Rakjat, ia ikut
mengajak Njoto sebagai salah satu pembantunya untuk mengurus penerbitan ini.
Karena keterlibatan Njoto inilah berita-berita tentang PKI dapat masuk ke dalam
Harian Rakjat.28
Pada tahun 1953, Harian Rakjat dibeli oleh PKI. Njoto ditunjuk oleh partai
untuk menggantikan posisi Siauw Giok Tjhan dalam surat kabar ini. Ia kemudian
menjadi otak dari propaganda PKI dalam Harian Rakjat.
24 Arif Zulkifi, dkk., op. cit., hlm: 13. Menurut Joesoef Isak, Njoto harus memalsukan
umurnya lebih tua 2 tahun supaya dapat menjadi anggota KNIP.
25 Ibid., hlm: 15
26 Fadrik Aziz Firdausi, op. cit., hlm: 23.
27 Ibid., hlm: 28-29.
28 Ibid., hlm: 37.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dalam mengelola Harian Rakjat ataupun penerbitan PKI lainnya, Njoto
dipengaruhi pemikiran dari Lenin tentang peranan pers. Lenin menyebutkan
bahwa pers berperan sebagai propagandis kolektif (collective propagandist),
agitator kolektif (collective agitator), dan organisator kolektif (collective
organizer). Menurut Groves, dengan mengadopsi tugas ini, pers bertugas untuk
membantu perjuangan kelas untuk mendirikan negara sosialis.29 Pengaruh ide
Lenin pada konsep pers Njoto ini dapat dilihat dari kutipan tulisan Njoto berikut:
“Akhir2 ini sadja tidak sedikit pengalaman jang kita dapat, jaitu: bahwa sesuatu
aksi massa, baik demonstrasi, atau pemogokan, atau kongres, atau lain2nja,
berlangsung dengan efektif dan mentjapai sukses, djika ia dibantu oleh kampanje
jang di baik didalam pers. Sebaiknja aksi2 massa jang dilakukan tidak dengan
bantuan kampanje didalam pers, mengalami kegagalan, atau tidak mentjapai
tudjuannja dengan sepenuhnja.
Harian Rakjat adalah suatu harian jang tidak mempunjai tudjuan lain ketjuali
mengabdi kepada Rakjat dan perdjuangannja. Sedang pers kaum reaksi, dari hari
kesehari semakin banjak melakukan pemalsuan2, pemutarbalikan2, dan
kebohongan2, pers Rakjat bertambah setia melakukan tugasnja: memberikan
informasi jang benar, menelandjangi kepalsuan musuh2 Rakjat, membela segala
sesuatu jang benar dan adil, memberi didikan politik kepada massa, dan memobilisasi
massa agat massa lebih teguh membela hak2 dan kepentingan2nja.”30
Njoto juga memiliki pandangannya tersendiri mengenai objektivitas surat
kabar. Menurut Njoto, objektif bukan berarti netral. Objektivitas pers harus
memihak kepada kelas yang menindas atau pada kelas yang tertindas.
Objektivitas ini hadir setelah jurnalis memilih di pihak mana dia berdiri, sehingga
objektivitas dipraktikkan di dalam suatu sudut pandang pemberitaan tertentu,
dalam keberpihakan.
29 Kerry William Groves., op. cit., hlm: 29-30.
30 Njoto, op.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Pemikiran Njoto inilah yang mempengaruhi kebijakan pemberitaan surat
kabar Harian Rakjat. Njoto menempatkan Harian Rakjat sebagai surat kabar yang
membela rakyat atau kaum proletar, sehingga surat kabar ini banyak
memberitakan gerakan-gerakan buruh maupun tani dan kelompok-kelompok kecil
lainnya. Pemberitaan di Harian Rakjat juga membela kaum proletar dan anti
terhadap kaum kapitalis, imperialis, fasis, dan antek-anteknya yang mereka
anggap anti terhadap perjuangan rakyat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KAMPANYE PEMILU 1955 DI HARIAN RAKJAT
A. Harian Rakjat dan Pemilu
Sebagai surat kabar milik partai, Harian Rakjat memiliki peranan besar
dalam propaganda PKI. PKI aktif menggunakan media ini sebagai saluran agitasi,
seperti menyebarkan program-program partai ataupun menyerang partai lawan.
Saat kampanye untuk pemilihan umum tahun 1955, Harian Rakjat memegang
peranan besar dalam kampanye partai ini. Mengenai peranan pers dalam
kampanye, pada tanggal 12 september 1955 Harian Rakjat memuat pendapat
Njoto mengenai pers dan pemilihan umum sebagai berikut:
“Per-tama2 harus diingat, bahwa pekerdjaan agitasi dengan menggunakan pers
tidak akan mentjapai hasil jang baik, selama soal ini hanja mendjadi soal agen2
harian Rakjat, soal Comite2 Partai dan soal kader2 tertentu dari gerakan
revolusioner. Pekerdjaan ini hanja bisa berhasil baik, djika bukan hanja agen2 dan
Comite2 dan sipolan dan sianu, tetapi semua anggota gerakan progresif ikut serta…
…Disamping itu, pers harus digunakan setjaralebih efektif untuk membongkar
kepalsuan2, kongkalikong, suap2an, dsb. jang dilakukan oleh partai2 reaksioner.
Didalam keadaan mendesak seperti sekarang ini, mereka tidak mungkin mentjapai
kemenangan sonder memakai djalan2 illegal. Waktu tinggal singkat sadja, tetapi
laporkanlah pengalaman2mu kepada redaksi harianmu. Kebohongan2 apa jang
diomongkosongkan oleh pemimpin2 Masjumi-PSI didalam pidato2 mereka,
ketjurangan2 apa jang terdjadi, suap2an jang bagaimana jang dilakukan, semua ini
harus dilaporkan setjara kongkrit. Djangan ada satupun pengalaman jang disimpan
buat diri sendiri. Hal ini berlaku sampai hari2 sesudah pemungutan suara, jaitu di-
saat2 penghitungan suara. Untuk ini semua alat pengiriman meti digunakan: kawat
pers, telpon interlokal, kurir, surat expres, dsb.
Gunakanlah Harian Rakjat se-maximal2nja didalam semua pekerdjaan: untuk
rapat2, tjeramah2, untuk andjangsana, untuk latihan2 mentjoblos Palu-Arit, untuk
pertjakapan2, pendeknja untuk memenangkan demokrasi dalam pemilihan umum.
Pekerdjaan ini bisa dan pasti membawa hasil jang besar. Tergantung sekarang dari
kita sekalian.”1
1 Pers dan Pemilihan Umum. Harian Rakjat 12 September 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dari artikel tersebut, Harian Rakjat dalam kaitannya dengan kampanye
pemilu 1955, tidak hanya berfungsi sebagai alat propaganda saja. Surat kabar ini
juga menjalankan fungsi sebagai sarana komunikasi antara partai dengan para
kader dan simpatisan, di mana PKI menggunakannya sebagai media untuk
menyuarakan instruksi bagi para anggota-anggotanya. Harian Rakjat juga
menjadi sarana penyebaran isu yang harus disebarkan oleh para kader dan
simpatisan PKI kepada orang-orang di sekitarnya. Di samping itu, Harian Rakjat
juga menjadi sarana bagi anggota partai ini untuk menyuarakan kecurangan-
kecurangan partai lainnya pada pemilihan umum ini.
B. Masa Persiapan Kampanye
Bulan Januari 1954 hingga 15 Maret 1954 merupakan masa persiapan
kampanye pemilihan umum bagi PKI. Pada masa ini, belum banyak artikel-artikel
kampanye yang dimuat dalam Harian Rakjat. Pemberitaan di surat kabar ini
masih banyak berkutat seputar pemberitaan-pemberitaan berbagai peristiwa yang
terjadi di Indonesia maupun di dunia internasional.
1. Membela Kabinet, Menyerang Oposisi
Pada masa ini, Harian Rakjat sudah mulai menyerang Masjumi dan PSI.
Pada waktu itu, PKI mengambil kebijakan untuk mendukung pemerintahan Ali
Sastroamidjojo yang juga didukung oleh PNI, NU, PSII dan berbagai partai
lainnya. Sedangkan pada waktu itu, Masjumi dan PSI menjadi oposisi pemerintah.
Pada tanggal 2 Januari 1954, Harian Rakjat menerbitkan artikel liputan dari
kegiatan rapat umum PNI di Solo. Pada artikel ini, Harian Rakjat mengutip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pernyataan-pernyataan dari Sidik Djojosukarto – ketua PNI – yang menyebut
bahwa oposisi terus berusaha menjatuhkan kebinet, baik dengan mengajukan mosi
di parlemen maupun melakukan politik pecah belah. Harian Rakjat juga
menanggapi pernyataan ini lewat kolom editorialnya. Melalui artikel tersebut,
mereka menyatakan:
“Penegasan dari Sidik akan watak jang sesungguhnja dari oposisi sekarang ini
adalah suatu hal jang menggembirakan dan patut dihargai. Tetapi penegasan sadja
barulah setengah pekerdjaan, jang setengah lainnja jalah tindakan tegas dan berani
untuk menggagalkan usaha djahat dari mereka jang hendak mendjatuhkan
pemerintahan Ali ini dan menggantikannja dengan suatu kabinet jang terang2an akan
mengabdi pada kepentingan2 asing seperti jang telah kita kenal di zaman
pemerintahan Masjumi-PSI pada waktu jang lewat.”2
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Harian Rakjat menyetujui
pernyataan Sidik mengenai sikap dari pihak oposisi yang hanya mencari-cari cara
untuk menjatuhkan kabinet Ali Sastroamidjojo. Mereka juga menuduh oposisi
sebagai kaki tangan dari modal asing.
2. Masjumi, Darul Islam, dan Modal Asing
Pada masa persiapan kampanye ini, Harian Rakjat banyak menyoroti soal
pemberontakan Darul Islam (DI). Pada tanggal 5 Januari 1954, Harian Rakjat
memuat artikel yang meliput tuntutan dari 4 pemuka Aceh yang menyatakan
adanya kaki tangan Daud Beureueh di pemerintahan. Pada artikel tersebut,
dituliskan:
“…bahwa orang2 jang turut dalam gerakan pengatjauan di Atjeh masih
menduduki djabatan2 di Atjeh. Mereka itu bukan sadja menghambat usaha2
Pemerintah untuk memulihkan tetapi djuga terus mendjadi kaki-tangan kaum
pengatjau dengan memberikan keterangan2 dan pengundjukan2 jang menjebabkan
2 Editorial: Bahajanja Oposisi Sekarang. Harian Rakjat 2 Januari 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
tidak sedikit orang2 jg. menjokong pemerintah ditjulik atau rumahnja dibakar oleh
anggota2 gerombolan Daud Beureueh…
…Selandjutnja diterangkannja bahwa merekapun akan meminta perhatian
Pemerintah, bahwa sampai sekarang masih banjak rakjat Atjeh jang tidak bersalah
belum dibebaskan dari tahanan. Sementara itu orang2 jang benar2 mendjadi kaki-
tangan Daud Beurueuh telah dibebaskan kembali dari tahanannja, jaitu disebabkan
karena orang2 itu mendapat pertolongan dari komplotan Daud Beureueh jang sampai
sekarang masih menduduki djabatan2 penting didalam pemeritnahan.”3
Artikel tersebut dapat dilihat sebagai pembenaran akan tuduhan PKI
mengenai Masjumi sebagai pendukung gerakan Darul Islam dan Daud Beureueh.
Artikel itu juga menuduh orang-orang Masjumi yang duduk di pemerintahan telah
menggunakan kekuasaan mereka untuk membantu Darul Islam dan menghalang-
halangi usaha pemerintah untuk memberantas gerombolan tersebut.
Harian Rakjat juga memuat berita-berita yang mengkaitkan anggota-
anggota Masjumi dengan DI secara langsung. Pada tanggal 11 Februari 1954,
surat kabar ini memberitakan penangkapan beberapa tokoh Masjumi oleh tentara.
Dalam pemberitaan tersebut disebutkan:
“EMPAT pemimpin Masjumi, Tjisaat, Sukabumi, diantaranja ketua Masjumi
daerah tersebut, Satia, ditangkap pihak tentara, karena telah melakukan pemerasan
kepada penduduk untuk perbekalan gerombolan terlarang TII.”4
Surat kabar ini juga memberitakan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh DI.
Pada tanggal 13 Maret 1954, Harian Rakjat memuat laporan tentang pembakaran
Masdjid oleh “gerombolan” di Garut. Dalam berita tersebut disebutkan:
“Menurut berita dari Garut. setelah gerombolan bersendjata jang terdiri atas l.k.
200 orang pada t.g. 9 Mrt. Telah melakukan pengatjauan didesa Panjindangan
(ketjamatan Tjisompet, distrik Pameungpeuk) 36 Buah rumah dan 2 mesdjid telah
dibakar sampai habis dan seorang pembunuh dibunuh oleh gerombolan itu…”5
Melalui pemberitaan-pemberitaan soal kekejaman DI, Harian Rakjat ingin
membangkitkan amarah dan antipati rakyat Indonesia terhadap gerakan tersebut,
3 Banjak kaki tangan Daud Beurueuh jang masih duduk dalam pemerintahan. Harian
Rakjat 5 Januari 1954. Hlm: 2.
4 Harian Rakjat 11 Februari 1954. Hlm: 2.
5 Harian Rakjat 13 Maret 1954. Hlm: 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Peberitaan mengenai pembakaran masjid di atas adalah salah satu bentuk upaya
surat kabar ini untuk membangkitkan amarah umat Islam Indonesia,. Selain itu,
pemberitaan ini juga ingin memperlihatkan kepada masyarakat bahwa DI
bukanlah pembela umat Islam seperti yang mereka (DI) propagandakan .
Harian Rakjat juga menuduh bahwa gerakan Darul Islam juga mendapat
dukungan dari pihak asing. Pada awal Januari 1954, muncul berita penangkapan
beberapa orang asing di Indonesia. Mereka diduga ditangkap karena memiliki
hubungan dengan gerombolan bersenjata. Harian Rakjat tidak ketinggalan
menyoroti peristiwa ini dan menjadikannya sebagai bahan propaganda untuk
menyerang pihak oposisi. Dalam kolom editorialnya, menyatakan:
“Penangkapan thd. orang2 Belanda itu sudah tentu akan menimbulkan reaksi
jang hebat dikalangan kaum modal besar asing dan dikalangan golongan2 jang
melihat keselamatannja dalam kemenangan Smit, Bosch, dan gerombolan teror
Darul Islam.”6
Dengan mengutip laporan Merdeka, Harian Rakjat juga menuduh Belanda
memiliki hubungan langsung dengan kejadian ini. Salah satu warga asing yang
ditangkap – Smith – dilaporkan sering menggunakan mobil dengan plat CD
(Corps Diplomatik) yang dimiliki oleh kedutaan Belanda. Selain itu, ia juga sering
menggunakan seragam tentara Belanda, sehingga bisa melewati pos-pos
penyelidikan tentara Indonesia.7
Dengan mengkaitkan Masjumi dengan gerakan Darul Islam, Harian Rakjat
ingin membentuk opini masyarakat bahwa Masjumi melakukan segala cara untuk
mendapatkan kekuasaan,sekalipun dengan cara-cara yang melanggar hukum dan
6 Harian Rakjat 8 Januari 1954. Hlm: 1.
7 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menyengsarakan rakyat. Selain itu, mereka juga ingin masyarakat menganggap
Masjumi anti-Pancasila, anti-persatuan, dan anti-demokrasi karena mendukung
gerakan yang bercita-cita untuk mendirikan negara Islam di Indonesia ini. Berita
mengenai dukungan modal asing pada gerakan Darul Islam secara tidak langsung
ingin memperlihatkan bahwa segala upaya yang dilakukan oleh Masjumi, baik
secara legal maupun tidak legal, dilakukan demi membela kepentingan modal
asing.
3. Demonstrasi Masjumi dan BKOI
Pada Februari 1954, Masjumi mengadakan demonstrasi terkait pembentukan
Panitia Pemilihan Jakarta. Harian Rakjat dalam artikel berjudul “NU, PSII,
PERTI, dan 6 partai lainnja menentang demonstrasi Masjumi” yang terbit tanggal
12 Februari 1954, memuat pernyataan partai-partai dan organisasi-organisasi
massa pro-pemerintah yang menolak rencana Masjumi tersebut karena dianggap
sebagai usaha partai tersebut untuk menguasai seluruh Panitia Pemilihan Jakarta.
Menariknya, meskipun PNI dan PKI termasuk di dalam partai-partai yang
menolak rencana demonstrasi Masjumi, akan tetapi judul artikel tersebut
menyoroti NU, PSII dan PERTI yang notabene merupakan partai-partai Islam.
Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa Masjumi
bukanlah satu-satunya partai yang mewakili umat Islam di Indonesia, seperti yang
dipropagandakan selama ini oleh mereka. Harian Rakjat ingin memperlihatkan
bahwa partai-partai Islam lainnya mengambil posisi yang sama seperti PKI dan
PNI, yaitu menentang rencana Masjumi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tidak hanya sampai disitu saja, Harian Rakjat juga memuat pernyataan
bersama partai-partai dan organisasi-organisasi massa yang menentang rencana
demonstrasi Masjumi tersebut. Dalam pernyataan tersebut, mereka mengatakan
bahwa:
“Untuk melantjarkan nafsu dan kemarahan mereka – golongan jang selalu tidak
puas ini – maka mereka akan menempuh semua djalan baik jang sjah maupun tidak
sjah, djudjur ataupun tidak djudjur benar ataupun salah asal sadja menguntungkan
diri dan golongannja. Pengalaman menudjukkan kepada kita, bagaimana golongan ini
jang dengan tidak segan2 dan tidak malu2 menggunakan ‘kenduri’ utk mengambil
suatu resolusi mendjatuhkan kabinet,; menggunakan langgar dan mesdjid sebagai
mimbar propaganda politiknja jg merugikan Rakjat dan demokrasi; mempergunakan
nama Rakjat dan umat Muslimin / Muslimat untuk mempertahankan dan mentjahari
kedudukannja dsb.
Bagi golongan ini perkataan ‘demokratis’ hanja harus berarti semua tempat,
kedudukan dan kekuasaan ditangan mereka sendiri!
Adil bagi mereka berarti bahwa golongan lain – meskipun merupakan majoriteit –
harus tunduk kepada kehendak mereka sendiri !”8
Pasca demonstrasi Masjumi dilakukan, Harian Rakjat kembali
menyampaikan pendapatnya. Dalam editorial bertajuk “Menghilangkan Dongeng
Tentang Masjumi”, Harian Rakjat meledek Masjumi yang hanya bisa
mengerahkan 20.000 orang dalam demonstrasi yang mereka lakukan, walaupun
sudah mendatangkan anggota-anggotanya dari wilayah lain. Selain itu, mereka
juga meledek Masjumi dan PSI yang menurut mereka masih seumur jagung
dibandingkan dengan partai-partai lain seperti PNI, NU, dan PSII yang sudah
berumur belasan hingga puluhan tahun dan memiliki riwayat anti-kolonial.9
Harian Rakjat juga menuduh bahwa demonstrasi ini didukung oleh kaum
modal asing. Mereka menyebut bahwa ada perusahaan-perusahaan asing yang
8 Harian Rakjat 13 Februari 1954. Hlm: 1. Hal lain yang menarik dari artikel ini
adalah PKI menuduh Masjumi menggunakan rumah ibadah sebagai tempat propaganda
mereka.
9 Harian Rakjat 15 Februari 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menyuruh buruh-buruhnya untuk ikut serta dalam aksi unjuk rasa tersebut, dan
upah mereka tetap dibayar meskipun mereka tidak bekerja.
Untuk menentang politik Masjumi ini, partai-partai pro-pemerintah
mengadakan demonstrasi tandingan pada tanggal 20 Februari 1954. Tak pelak
demonstrasi ini mendapatkan perhatian besar dari Harian Rakjat. Selain menjadi
headline berita di surat kabar ini tanggal 22 Februari 1954, pada hari yang sama
surat kabar ini juga memuat editorial yang berisi tanggapan tentang aksi tersebut
sekaligus mengejek Masjumi dan demo yang mereka lakukan sebelumnya. Pada
pernyataannya, mereka mengatakan:
“Demonstrasi jang pertama, jang hanja dipersiapkan dalam waktu kurang dari
seminggu, telah mendemonstrasikan kekuatan tenaga2 demokratis diibukota. Satu
dari tiap2 empat penduduk dewasa Djakarta turut didalam demonstrasi itu. Sungguh
djawaban jang berat bagi Masjumi, jang minggu jang lalu dengan pengaruhnja jang
kuranglebih 2% tjoba2 mau mempengaruhi suasana politik diibukota.”10
Pada tanggal 28 Februari 1954, Badan Kontak Organisasi Islam (BKOI)
melakukan aksi di Jakarta. Aksi ini dilakukan untuk menuntuk kejaksaan untuk
menuntut Hadi – anggota PNI – yang di dalam pidatonya di Sumatera Tengah
dianggap telah menghina agama Islam. Akan tetapi, demo ini berakhir dengan
kericuhan, karena peserta aksi melakukan perusakan dan mengeroyok seorang
perwira tentara bernama Kapten Suparta hingga Tewas.
Aksi tersebut menjadi sorotan Harian Rakjat yang menggunakannya sebagai
alat untuk menyerang Masjumi. Pada pemberitaannya, mereka menceritakan
betapa hebat dan biadabnya para demonstran ketika melakukan tindakan anarkis
tersebut. Tidak hanya itu, surat kabar ini juga menuduh ada anggota-anggota DI
10 Harian Rakjat 22 Februari 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang menyusup di aksi ini, dan kericuhan serta pengeroyokan tersebut adalah
tantangan mereka kepada tentara.11
Melalui kolom editorialnya, Harian Rakjat menuduh hasutan berbisa dari
para petinggi Masjumi yang menyebabkan terjadinya kericuhan tersebut. Pada
artikel tersebut, mereka menyatakan:
“Dengan menggunakan alasan ‘agama’ itu. Rapat kemarin dikundjungi oleh massa
jang lumajan djuga djumlahnja….
…Tiap2 rapat politik adalah baik, djika ia membitjarakan politik jang zakelijk.
Tetapi hasutan2 jang kita dengar kemarin seperti djuga hasutan2 jang sudah lumrah
di-hambur-hamburkan oleh Isa Anshary dan gembong2 Masjumi lainnja begitu tidak
zakelijk, begitu tidak kenal batas, begitu tidak sopan, sampai2 perkataan2 penghinaan
seperti ‘babi’ dll. dipakai.
Apa akibatnja?
Massa jang fanatik jang dibakar2 sentimennja itu me-luap2 semangatnja, sehingga
mereka menimbulkan keonaran, melakukan kekatjauan dengan menjerbu rumah,
membakar barang2nja , dan mengerojok serta menganiaja perwira TNI, sehingga
seorang perwira, jaitu kapten Suparta, meninggal dunia.”12
Harian Rakjat kembali memanaskan situasi dengan menuduh bahwa
kericuhan yang terjadi ketika demo BKOI tersebut sudah direncanakan. Di dalam
sebuah artikel berjudul “Terror di djalan Banteng sudah diatur lebih dulu?”
mereka menyebut:
“Antara lain telah menarik perhatian bahwa batu2 jang dipakai untuk
melempari rumah dan merusak djendela dsbnja adalah sematjam batu2 besar jang
tidak terdapat disekitar rumah tsb, malahan djuga tidak ada dalam kota Djakarta.
Batu2 ini diduga telah dengan sengadja dibawa dari luarkota, dgn. mengendarai
truck2 dan kendaraan2 lainnja jang sedjak pagi itu memasuki kota Djakarta dari
ber-bagai2 arah. Djuga dugaan bahwa dalam demonstrasi tsb. ikut orang2 Darul
Islam dikuatkan oleh berbagai kalangan.”13
Harian Rakjat, melalui kolom editorialnya juga menuduh Masjumi dan PSI
sebagai pihak dibalik rencana kericuhan tersebut. Menurut pendapat mereka,
11 Harian Rakjat 1 Maret 1954.
12 Ibid.
13 Harian Rakjat 4 Maret 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kedua partai tersebut saling bekerjasama untuk menjatuhkan pemerintahan Ali
yang mereka sebut-sebut didukung oleh rakyat, dan ingin mendirikan
pemerintahan seperti pemerintah Sukiman atau Sjahrir yang disebut sebagai
pemerintah pro-asing. Menurut pendapatnya, kerusuhan tersebut hanyalah cara
oposisi untuk mengukur kekuatan pemerintah, karena untuk membuat kudeta baru
terlalu besar resikonya.14
Harian Rakjat juga memuat pernyataan CC PKI mengenai kerusuhan demo
BKOI-Masjumi tersebut. Dalam pernyataannya, PKI menuduh Masjumi ingin
“lempar batu sembunyi tangan” karena para pimpinannya seperti Isa Anshary,
Natsir, dan Sukiman tidak hadir dalam unjuk rasa tersebut. Selain itu, PKI juga
memprotes kebijakan pemerintah yang melarang diadakannya demonstrasi.
Menurut mereka, larangan untuk mengadakan aksi unjuk rasa cukup ditujukan
kepada Masjumi-PSI. Mereka juga menuntut supaya Masjumi bertanggung jawab
atas kerusuhan tersebut.15
4. Pembentukan Panitia Pemilihan Indonesia
Pada masa ini, mulai dimbentuk panitia-panitia pemilihan pusat dan daerah.
Anggota panitia pemilihan umum ini berasal dari partai-partai dan anggota-
anggota organisasi massa. Tentu saja partai-partai saling berebut kursi
keanggotaan panitia pemilihan ini.
14 Ibid.
15 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
PKI juga aktif untuk menuntut bagian dalam panitia pemilihan ini. Mereka
juga aktif menggunakan Harian Rakjat untuk menyuarakan tuntutan mereka ini.
Pada tanggal 21 Januari 1954, mereka memuat pernyataan dari Provinsi Comite
PKI Jawa Timur yang mengkritik pembentukan panitia pemilihan diberbagai
daerah di Jawa Timur yang dianggap tidak demokratis. Selanjutnya mereka
menyarankan:
“Putusan penindjauan kembali Panitia Pemilihan Kabupaten Kediri jang kemudian
diikuti dengan pemilihan oleh wakil2 Partai2 dan organisasi2 massa dengan dasar
pembagian menurur aliran2 Agama, Nasionalis dan Sosialis masing2 dua tempat.
Adalah suatu tindakan jang bidjaksana dan perlu digunakan sebagai teladan dalam
pembentukan Badan2 Penjelenggara Pemilihan dilain2 daerah.”16
Ketua CC PKI, D.N. Aidit, juga memprotes susunan panitia pemilihan
diberbagai daerah. Dalam pernyataannya yang dikutip oleh Harian Rakjat, Aidit
menyebut bahwa diberbagai tempat, pembentukan panitia pemilihan dilakukan
secara serampangan karena adanya “korupsi politik” berbagai pihak. Dalam
pernyataan ini, salah satu contoh yang ia ambil adalah Panitia Pemilihan Jawa
Barat, yang menurutnya tidak adil jika Masjumi yang terlibat dalam DI memiliki
wakil di panitia pemilihan ini sedangkan PKI yang terang-terangan melawan
gerombolan tersebut tidak memiliki wakil sama sekali.17
Melalui Harian Rakjat, PKI sering menyampaikan protes terkait dengan
pembentukan panitia pemilihan umum. Jika tidak ada wakil PKI ataupun
organisasi-organisasi massa maka mereka akan menyebutnya sebagai tidak
demokratis atau tidak mencerminkan aliran-aliran yang ada di dalam masyarakat.
16 Harian Rakjat 21 Januari 1954. Hlm: 2.
17 Harian Rakjat 8 Februari 1954. Hlm:1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Meskipun sebenarnya sudah ada wakil sosialis lainnya, seperti PSI, mereka akan
tetap memprotesnya. Harian Rakjat selalu menyebut jika PKI pantas mendapat
tempat di setiap Panitia Pemilihan karena mereka merasa sebagai partai golongan
sosialis terbesar di Indonesia.
5. Ceramah Umum dan Rapat Umum PKI
Pada masa persiapan ini. PKI sudah mulai aktif melakukan kampanye-
kampanye kecil di berbagai daerah. Cabang-cabang partai di tingkat lokal sudah
mulai aktif mengadakan ceramah-ceramah umum dan rapat umum di wilayahnya
masing-masing. Pada acara-acara ini dibahas soal rencana program PKI.
Harian Rakjat tidak ketinggalan untuk memuat liputan acara-acara tersebut.
Biasanya surat kabar ini memuat liputan kecil acara-acara ceramah umum PKI di
tingkatan lokal ini di dalam kolom kecil di Berita Daerah. Dari pemberitaan-
pemberitaan di surat kabar ini, dapat dilihat bahwa kampanye PKI dilakukan di
wilayah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Wilayah yang paling sering
mengadakan kampanye adalah Jawa – terutama Jawa Tengah dan Jawa TImur -,
Sumatera, dan Kalimantan.
C. Masa Awal Kampanye
Pada tanggal 16-20 Maret 1954, PKI mengadakan Kongres Nasional V di
Jakarta. Harian Rakjat turut meramaikan suasana menjelang diadakannya kongres
ini. Sejak 8 Maret 1954, setiap harinya surat kabar ini memuat seruan-seruan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
berbunyi “Hidup Kongres Nasional ke-V Partai Komunis Indonesia”. Koran ini
juga aktif mengabarkan liputan kegiatan PKI tersebut.
Selama kongres nasional itu, dibahas berbagai macam persoalan,
diantaranya adalah manifes pemilihan umum PKI. Dalam manifes ini dibahas
mengenai isu dan strategi kampanye PKI untuk menghadapi pemilihan umum
mendatang.
Dalam manifes pemilu ini, PKI memaparkan pandangan mereka mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia. Menurut mereka, perjanjian
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang disetujui oleh pemerintah Masjumi – PSI
tidak membawa kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Dalam pandangan mereka,
KMB justru memberikan kemerdekaan bagi bangsa asing untuk menjajah,
menindas, dan mengeruk kekayaan bangsa Indonesia. Dalam manifes ini PKI juga
mengkritik pemerintahan Ali Sastroamidjojo yang dianggap masih menindas
kaum buruh dan tani. Menurut mereka, hal ini terjadi karena tidak ada wakil
buruh yang duduk di dalam pemerintahan ini. Dalam pandangan PKI, untuk
menyelesaikan masalah tersebut perlu dibentuk suatu pemerintahan Demokrasi
Rakyat di Indonesia.
Kongres Nasional ke-V PKI ini menjadi awal dari masa kampanye PKI
untuk pemilihan umum 1955. Pasca kongres ini, PKI mulai membangun jaringan
panitia kampanye dan semakin aktif mengadakan kampanye-kampanye di
lapangan. Tidak hanya itu, PKI juga semakin aktif mempropagandakan ideologi
dan rencana program kerja partai untuk menarik suara dalam pemilu tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1. Demokrasi Rakyat
Membentuk pemerintahan Demokrasi Rakyat atau Diktator Rakyat adalah
tujuan utama dari PKI. Menurut mereka, bentuk pemerintahan ini yang ideal bagi
rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan. Dalam manifes pemilihan umum
yang dimuat oleh Harian Rakjat, PKI menjabarkan bentuk pemerintahan ini
sebagai berikut:
“Diktatur Rakjat berarti kekuasaan kaum buruh, kaum tani, kaum inteligensia,
kaum pengusaha ketjil dan pengusaha nasional, pendeknja kekuasaan semua tenaga
nasional jang demokratis, terhadap kaum komprador, kaum tuan-tanah, dan
golongan2 penghisap lainnja. Sonder diktatur Rakjat tidak mungkin mentjapai
Indonesia jang merdeka penuh dan demokratis…
…Pimpinan klas buruh berarti bahwa ideologi jang mendjadi pedoman negara
haruslah ideologi klas buruh, dan bahwa pimpinan pemerintah ada ditangan siapa
sadja, dari golongan manapun asalnja, tetapi jang menganut ideologi klas buruh dan
jang sanggup djudjur dan setia akan mendjalankannja. Ini perlu sekali, sebab klas
buruh adalah satu2nja klas jang anti segala penindasan, anti segala penghisapan dan
satu2nja klas jang sudah terlatih dalam disiplin, dan oleh sebab itu ideologi klas
buruh adalah satu2nja ideologi jang konsekwen. Ideologi klas buruh bukan untuk
mendapatkan ke-enakan atau keuntungan buat beberapa orang sadja, ideologi klas
buruh bukan untuk mendapat lisensi, prioritet, fasilitet, atau keuntungan2 lain jang
mengutamakan diri sendiri atau klas sendiri.
…Ideologi klas buruh adalah ideologi pembebasan semua klas dari penindasan
kaum kapitalis dan tuantanah…”18
Dari pernyataan di atas, pemerintahan Diktator Rakyat atau Demokrasi
Rakyat yang dimaksud oleh PKI adalah pemerintahan yang pro terhadap
kelompok “tenaga nasional yang demokratis” dan anti terhadap golongan
penghisap. Pemerintahan ini harus didirikan berlandaskan ideologi kelas buruh.
Hanya saja, tidak dijelaskan lebih rinci mengenai bentuk pemerintahan dan
ideologi tersebut.
Dalam pandangan PKI, Demokrasi Rakyat tidak dapat dibentuk oleh para
buruh dan tani saja. Pemerintahan ini hanya dapat didirikan dengan kerja sama
18 Harian Rakjat 22 Maret 1954. Hlm: 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
semua golongan nasional, mulai dari buruh, tani, pedagang kecil, pengusaha
nasional, hingga akademisi. Untuk itu PKI menyerukan supaya semua golongan
ini bersatu melawan modal asing dan kolaboratornya.
Untuk mencapai tujuan itu, mereka juga mengajak partai-partai lain bekerja
sama dengan mereka. Mereka mencanangkan front demokrasi, atau persatuan
partai-partai demokratis untuk melawan para kolaborator dan modal asing. Partai-
partai yang masuk ke dalam golongan demokratis ini adalah partai-partai yang
pro-pemerintahan Ali, seperti PNI, NU, dan PSII. Sedangkan tujuan dari koalisi
ini adalah mengalahkan partai kolaborator, yakni Masjumi dan PSI. Persoalan ini
juga dibahas dalam manifes pemilihan umum PKI.
Menanggapi Manifes Pemilihan Umum PKI, Harian Rakjat menyatakan:
“…. Jang sangat menarik dari manifes itu jalah sembojannja jang mengandjurkan
supaja Rakjat memilih tidak hanja PKI, tetapi djuga partai2 demokratis lainnja.
Dengan sembojan ini, PKI membuktikan ke-sungguh2annja bahwa diatas
segala2nja usahanja sekarang ditudjukan untuk terbentuknja suatu pemerintah front
persatuan, dengan mengisolasi PSI- Masjumi.
Bahwa PSI-Masjumi itu tidak mungkin diberi tempat didalam front nasional, ini
bukan hanja pendapat kita. “Sulindo” kemarin djuga membuktikan kepararelan PSI-
Masjumi dengan modal asing. Dan ini bukan hanja pendapat “Sulindo”, pendapat ini
pendapat seluruh Rakjat, karena pendapat ini hanja mengkonstatir kenjataan jang
paling kongkrit.”19
Dari pernyataan tersebut Harian Rakjat mengajak rakyat Indonesia untuk
memenangkan partai-partai yang mereka sebut sebagai “Blok Demokratis”, yakni
partai-partai yang saat itu mendukung pemerintahan Ali Sastroamidjojo, mulai
dari PNI, NU, SKI, PSII, dan partai-partai lainnya. Menurut mereka, partai-partai
Blok Demokratis ini merupakan partai-partai yang mendukung dan
19 Harian Rakjat 23 Maret 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
memperjuangkan terbentuknya pemerintahan demokrasi rakyat yang juga
memperjuangkan kepentuingan rakyat. Sedangkan, partai-partai lainnya, seperti
Masjumi dan PSI dianggap sebagai partai yang memperjuangkan kepentingan
kelompok mereka sendiri dan juga modal asing yang akan menyengsarakan
rakyat.
Manifes Pemilu PKI ini dilanjutkan dengan seruan Aidit supaya partai-partai
demokratis di Indonesia bekerjasama untuk mengalahkan Masjumi dan PSI.
Melalui artikel yang terbit di Harian Rakjat tanggal 19 Mei 1954, Aidit
menyampaikan seruan sebagai berikut:
“…Kepada partai2 demokratis jg tidak ragu2 tentang perlunja mengalahkan
Masjumi-PSI dalam pemilihan umum jang akan datang PKI aktif mengadjak untuk
mengadakan stembusaccoord ataupun persetudjuan tidak saling menjerang didalam
kampanje pemilihan umum.
Blok jang dibikin atas dasar stambusaccoord ataupun atas dasar persetudjuan tidak
saling menjerang didalam kampanje dapat diadakan dipusat maupun di daerah2.
Tentang ketentuan2 mengenai stambusaccoord dan persetudjuan tidak saling
menjerang didalam kampanje dapat dirundingkan dan diputuskan antara partai2 jang
bersangkutan.”20
Pembagian antara partai-partai demokratis dan non-demokratis oleh PKI ini
merupakan isu utama dalam kampanye PKI untuk pemilu tahun 1955. Isu ini juga
menegaskan pendekatan PKI yang lebih terbuka bekerja sama dengan partai-
partai yang tidak secara tegas menolak PKI dan ajaran komunisme. Partai-partai
seperti PNI dan NU dimasukkan oleh PKI ke golongan blok demokratis karena
mereka masih mau terbuka bekerja sama dengan PKI. Sedangkan Masjumi dan
PSI dimasukkan ke dalam golongan non-demokratis karena secara terang-
terangan menolak bekerjasama dengan partai ini.
20 Harian Rakjat 19 Mei 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Lalu, apa untungnya PKI juga mendukung dan meminta rakyat untuk
memilih partai lainnya asalkan bukan Masjumi dan PSI? PKI menggaungkan
seruan ini karena mereka sadar bahwa mereka tidak mampu mengalhkan kedua
partai itu sendirian. Mereka butuh untuk bekerjasama dengan partai lain untuk
mengalahkan Masjumi dan PSI. Dengan seruan ini PKI juga ingin menampilkan
citra bahwa mereka adalah partai yang sungguh-sungguh membela kepentingan
rakyat, bahwa mereka adalah partai yang rela mengorbankan kepentingan
kelompok mereka dan bekerjasama dengan partai lain untuk memperjuangkan
kepentingan rakyat. Tidak seperti Masjumi dan PSI yang mereka gambarkan
sebagai partai yang mementingkan kelompok mereka sendiri, bahkan rela
bekerjasama dengan pihak asing meskipun menyengsarakan rakyat.
Akan tetapi, PKI tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan
Masjumi. Dalam liputannya mengenai perjalanan Aidit di Sumatera, Harian
Rakjat menulis sebagai berikut:
“…Di-tiap2 rapat Aidit menanamkan kejakinan dan menjerukan kepada semua
golongan jang tjinta tanahair, bahwa pada saat sekarang tidak ada jang lebih penting
dari pada persatuan…
…Mereka, anggota2 Masjumi, tidak terbikin dari batu, oleh karena itu mereka bisa
berubah. Dan seandainja mereka terbikin dari batu, mereka djuga bisa berubah,
sebagaimana batu bisa berubah karena tetesan air jang terusmenerus…
…Menundjukkan perkataan kepada anggota2 Masjumi, Aidit berkata: kalau sdr2
belum mau bersatu sekarang, berbitjaralah dulu tentang persatuan dan hentikan
pembitjaraan tentang permusuhan dan pertentangan antara orang2 Islam, Nasionalis,
Komunis, Kristen, dsb…”21
Melalui pernyataan tersebut, PKI ingin menyampaikan bahwa mereka tidak
menganggap Masjumi adalah musuh mereka. Pernyataan ini justru menyampaikan
pesan bahwa PKI terus berusaha supaya Masjumi ikut “memperjuangkan
21 D.N. Aidit: Anggota-anggota Masjumi tidak dibikin dari batu. Harian Rakjat 11
Januari 1955. Hlm:1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
persatuan”. Hanya saja, statement ini menempatkan Masjumi sebagai pihak yang
menyebarkan permusuhan dan mengancam persatuan.
2. Kampanye PKI
Pasca kongres nasional Maret 1954, PKI mulai menggencarkan
kampanyenya di daerah-daerah. Kali ini, para pimpinan PKI sendiri, mulai dari
Aidit, Lukman, Njoto, Sakirman, dan Sudisman juga turut ikut turun
mengkampanyekan partai tersebut. Mereka ikut melakukan ceramah umum di
daerah-daerah. Dalam mengabarkan berita kegiatan kampanye PKI, Harian
Rakjat banyak menyoroti jumlah peserta dan suasana selama kegiatan tersebut.
Contoh dari pemberitaan kampanye PKI adalah sebagai berikut:
“Tjeramah di Solo dilangsungkan di gedung Sin Min dan dibuka tepat pada djam
19.00. 10.000 orang berdjedjal-djedjal didalam gedung, dihalaman, dan didjalan raja
di depan gedung tersebut. Menurut taksiran jang berada di gedung 1500 orang,
dihalaman 3000 orang dan didjalan raja 5500 orang. Tampak wakil2 pemerintah,
partai, partai, organisasi massa, parapeladjar dan pengusaha nasional. Seperempat
dari ruangan gedung diisi penuh oleh kaum wanita.”22
“Sebagai penutup perdjalanan kelilingnja di Djawa Tengah, wakil Sekdjen CC
PKI, M.H.Lukman telah berbitjara dalam rapat umum di Purwokerto pada tanggal 1
Maret sore hari. Rapat umum PKI ini di Purwokerto adalah jang pertama kali dan
jang terbesar diantara rapat2 jang pernah diadakan oleh partai2 lain. Tidak kurang
dari 150 ribu orang dari kota Purwokerto dan sekitarnja menghadiri rapat umum
ini.”23
Dengan menonjolkan jumlah hadirin pada kegiatan kampanye PKI, Harian
Rakjat hendak memperlihatkan bahwa PKI adalah sebuah partai besar yang
memiliki anggota dan simpatisan dalam jumlah yang banyak di berbagai daerah di
22 Rakjat Solo menjambut Aidit dan Aarons dengan Hangat. Harian Rakjat 27 Maret
1954. Hlm: 1.
23 M.H.Lukman: Pembatasan kampanje pem.umum berarti bantuan bagi Masjumi—
PSI. Harian Rakjat 3 Maret 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Indonesia. Kalimat yang mengatakan bahwa para hadirin yang datang pada
kampanye tersebut tidak hanya berasal dari daerah itu saja, tetapi juga berasal dari
daerah-daerah sekitarnya ataupun para penonton berjejal-jejal hingga di luar
gedung ingin menyampaikan pesan bahwa para hadirin sangat antusias dan
semangat menyambut kampanye PKI ini. Dengan menyebutkan latar belakang
kelompok para peserta kampanye ingin meyatakan bahwa PKI mendapat
dukungan dari berbagai elemen masyarakat.
Dalam kampanye di lapangan, PKI juga mempopulerkan konsep kampanye
yang mereka sebut sebagai pesta Rakyat. Pesta Rakyat merupakan serangkaian
acara kampanje PKI yang tidak hanya berisikan ceramah atau rapat umum saja,
melainkan juga acara-acara lain seperti berbagai macam lomba. Harian Rakjat
juga meliput maupun mengumumkan pesta rakyat yang akan maupun sudah
diselenggarakan oleh PKI, seperti berikut:
“Sebagai penutup pecan tjeramah pemilihan umum, Sekretariat Comite PKI kota
Surabaja akan mengadakan pesta rakjat berturut-turut dari tgl. 30 Des. sampai 2
Djanuari. Diadakan perlombaan2 djua-djuli palu arit, dagelan, pentjak, sepakbola,
volley-ball, dan tjatur. Pesta akan diachiri dengan rapat raksasa, dimana akan bitjara
Njoto, wakil Sekretaris Djendral II PKI dari Djakarta.”24
Pesta Rakjat kembali digelar oleh PKI untuk menyambut ulang tahun ke-35
partai tersebut pada Mei 1955. Partai ini menyelenggarakan Pesta Rakjat selama
seminggu penuh. Harian Rakjat melaporkan kegiatan ini sebagai berikut:
“Untuk menjambut ulang tahun ke-35 PKI di Djakartatelah diadakan program satu
minggu. Sedjak tanggal 22 Mei banjak gapura2 jang sudah berdiri dibikin oleh
penduduk kampong setjara kolektif. Pada malam hari sedjak hari itu di-kampung2
kaum buruh banjak dipasang lampion2, dan pemasangan gapura dan lampion jang
paling meriah jalah di Tandjung Priok, Sawah Besar, Utan Kaju, dan tempat2
dipinggir kota.
24Pesta Rakjat oleh P.K.I. Harian Rakjat 21 Desember 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Kabarnja di-tempat2 lain gapura2 masih banjak jang sedang dibikin. Atjara2 lain
dari perajaan jalah resepsi2 dan rapat2 umum, perlombaan olahraga, gerak djalan,
pesta air di Priok, dan Kali Tjiliwung, exposisi oleh kaum buruh, wanita, pemuda,
dll., malam kesenian dan banjak lagi. Ulang tahun ke-35 PKI, telah membikin meriah
suasana lebaran jang djuga djatuh pada tgl. 23 Mei…”25
Melalui pemberitaan ini, Harian Rakjat ingin menunjukkan antusiasme
masyarakat menyambut perayaan ulang tahun ke-35 PKI tersebut. Bahkan
disebut bahwa rakyat secara kolektif mendirikan gapura-gapura. Dengan hal
tersebut, Harian Rakjat ingin menyampaikan pesan bahwa PKI diterima dan
dicintai oleh warga masyarakat, meskipun patut dipertanyakan kebenaran cerita
tersebut.
Selain mengadakan pesta rakyat, PKI juga mengadakan pameran hasil karya
maupun dokumentasi kegiatan PKI dan berbagai organisasi sayapnya, seperti
SBKA, Pemuda Rakjat, dan Gerwani. Pameran ini diadakan juga dalam rangka
peringatan ulang tahun ke-35 PKI. Dalam sambutannya pada pembukaan
pameran, Aidit menyebutkan bahwa pameran ini diadakan untuk memperlihatkan
perjuangan PKI selama 35 tahun.26
Selain kampanye-kempanye besar seperti di atas, cabang-cabang PKI di
daerah-daerah juga masih melakukan kampanye kecil di daerahnya masing-
masing. Harian Rakjat tetap aktif memberitakan kegiatan-kegiatan ini, salah satu
contoh pemberitaan tersebut adalah sebagai berikut:
“Selama 2 bulan ini komite PKI Langkat menjelenggarakan pekan manifes
pemilihan umum PKI di desa2, perkebunan2, kota2 ketjamatan sebanjak 52 kali.
25 Ulangtahun ke-35 PKI di Djakarta dgn pesta rakjat dan resepsi. Harian Rakjat 26
Mei 1955. Hlm: 1.
26 Harian Rakjat 27 Mei 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Rakjat dimana2 menjambut hangat tjeramah2 tsb. dengan kesenian2 daerah
hingga merupakan pekan Pesta Rakjat.”27
Melalui pemberitaan-pemberitaan di Harian Rakjat, dapat dilihat bahwa
kegiatan kampanye PKI di lapangan begitu beragam bentuknya. PKI secara
kreatif mengadakan berbagai macam acara dalam kampanyenya untuk menarik
perhatian warga. Kegiatan maupun acara-acara hiburan seperti perlombaan
ataupun panggung kesenian mampu menambah warna dalam kegiatan kampanye
partai ini sehingga tidak monoton atau membosankan.
Gambar 2. Seruan Untuk Mengumpulkan Donasi Kampanye PKI di Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 3 Januari 1955)
Untuk mendanai kampanyenya, PKI mengajak masyarakat untuk
berkontribusi menyumbangkan uangnya. PKI juga menggunakan Harian Rakjat
untuk menyebarkan ajakan ini. Harian Rakjat menerbitkan seruan berbunyi “PKI
Menang, Rakjat Menang! Sokonglah PKI dengan Wang!” untuk berusaha
mengumpulkan dana kampanye. Melalui Harian Rakjat juga PKI melaporkan
jumlah donasi kampanye yang mereka terima.
27 Harian Rakjat 28 Septermber 1954. Hlm: 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3. Pendidikan
Isu pendidikan cukup banyak dibahas oleh PKI pada kampanyenya. PKI
aktif mengadakan kampanye-kampanye langsung dihadapan para pelajar untuk
menarik suara para pelajar dan akademisi Indonesia. Permasalahan utama yang
menjadi sorotan utama dari PKI adalah pelajar dan politik. Dalam kampanye-
kampanyenya, PKI mendorong para pemuda dan pelajar untuk ikut aktif
berpolitik. Dalam pidatonya dihadapan para pelajar yang dikutip oleh oleh surat
kabar Harian Rakjat, Aidit menyebut:
“…’Pemuda dan peladjar harus berpolitik’, demikian Aidit, ‘tetapi dengan ini
tidak berartibahwa saudara2 mesti masuk salah satu partai’. Sekurang2nja
membatja dan mempertimbangkan isi dari rupa2 koran, dan ini menurut Aidit
sudah berarti berpolitik…
…Turuttjampurnja pemuda, peladjar, dan mahasiswa dalam politik adalah
penting, kata Aidit selandjutnja, karena baik burunja haridepan jang akan
mendjadi milik para pemuda sekarang adalah tergantung pada perdjuangan
politik sekarang. Demikian pula, ilmu jang didapat haruslah diperuntukkan bagi
kemanusiaan dan tidak untuk keperluan pendjajahan atau peperangan…
…Tudjuan umum dari para pemuda, peladjar dan mahasiswa jg. sama dengan
tudjuan umum daripada perdjuangan Rakjat: persatuan nasional, kemerdekaan
nasional, demokrasi dan perdamaian dunia…”28
Pada pidato yang sama, Aidit juga menjelaskan majunya bidang pendidikan
di negeri-negeri sosialis lainnya, terutama di Soviet. Aidit menggambarkan
bagaimana Soviet memajukan pendidikan dengan membangun sarana-sarana
pendidikan dan memudahkan akses masyarakat ke sarana-sarana tersebut dengan
menggratiskan sekolah-sekolah. Gambaran tersebut menjadi contoh kebijakan
yang akan diterapkan PKI bila mereka memenangkan pemilu.
Di samping itu, PKI juga berusaha mengkorelasikan isu pendidikan dengan
masalah imperialisme dan kapitalisme. Dalam pidatonya dihadapan Ikatan
28 Harian Rakjat 29 September 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI), Sakirman mengatakan bahwa keuntungan yang
dikeruk Belanda dari Indonesia jauh lebih besar dari jumlah anggaran pendidikan
Indonesia setiap tahunnya. Menurutnya, dengan jumlah keuntungan yang
didapatkan Belanda tersebut, dapat digunakan untuk membangun 500 sekolah
lengkap dengan alatnya. Dengan demikian, ia mengajak seluruh rakyat Indonesia,
termasuk para pelajar untuk melenyapkan kaum imperialis dan membatalkan
perjanjian-perjanjian yang merugikan Indonesia.29 Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa Sakirman berusaha menghubungkan isu pendidikan ke
dalam isu imperialisme dan kapitalisme yang dijadikan musuh oleh PKI.
4. Pengusaha Nasional
Dalam kampanyenya, PKI berusaha untuk merangkul para pengusaha
nasional Indonesia. Hal ini sejalan dengan rencana PKI untuk memperluas basis
dukungannya dengan merangkul semua kelompok di Indonesia.Untuk itu, PKI
juga melakukan pidato pemaparan program dihadapan para pengusaha nasional.
Usaha PKI untuk merangkul kelompok ini tidaklah mudah. Mereka harus
menjawab isu yang mengatakan bahwa PKI anti-pengusaha. Pada 9 September
1954, Harian Rakjat memuat liputan pidato kampanye Aidit dihadapan para
pengusaha nasional. Dalam pidatonya ini, Aidit berusaha untuk menjawab isu
tersebut. Dalam pidato tersebut ia menyatakan:
“…Untuk membangun ekonomi nasional setjara demikian itu, tidaklah mungkin,
ketjuali dengan melikwidasi ekonomi djadjahan, memindahkan seluruh kekuasaan
29 Harian Rakjat 12 Oktober 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
modal monopoli asing kepada negara dan kepada industrialis2 dan pedagang2
bangsa sendiri. Untuk melikwidasi ekonomi djadjahan itu, untuk mengalahkan
kekuasaan modal monopoli asing itu, tidaklah mungkin ketjuali dengan kemenangan
perdjuangan seluruh Rakjat, termasuk para industrialis dan pedagang2 bangsa kita
jang kini tetap dirugikan modal monopoli asing jang masih meradjalela ditanah air
kita ini, terutama modal monopoli Belanda. Inilah keterangannja, kenapa tidak
mungkin dipisahkan perdjuangan kaum industrialis dan pedagang2 bangsa kita
dengan perdjuangan politik untuk membebaskan diri sama sekali dari kekuasaan
modal monopoli asing itu…
Dalam pemerintahan Demokrasi Rakjat, kita hendak membangun, untuk itu
memerlukan tenaga2 kaum industrialis dan pedagang2 jang berpengalaman. Karena
itu tidaklah benar fitnah orang jang mengatakan kalau Pemerintahan Rakjat berdiri,
kaum komunis katanja akan membasmi pengusaha2 Nasional kita…
…Bantuan jang kini njata perlunja, tidak tjukup umpamanja hanja dikasih lisensi
sadja, tetapi bersama dengan itu harus djuga diberikan crediet oleh Bank Nasional
kita… baginja perlu crediet jang murah dan mudah didapatnja, djangan disamakan
dengan sjarat2 jang dikehendaki sebagai pengusaha2 asing…. Disamping itu perlu
fasilitet2 lainnja, umpamanja tidak diberati dengan pembajaran dimuka 100% bagi
para importeurs kita, pemberian devisen dan kemungkinan2 penutupan contract
setjara istimewa untuk memungkinkanja bertanding dengan modal2 besar asing,
keringanan dalam sjarat2 lainnja, keringanan beban padjak, bantuan perumahan,
kantor, dan lain2….”30
Dalam pidato tersebut, Aidit berusaha membalikkan isu “PKI anti-
pengusaha”. Aidit berusaha untuk memperlihatkan bahwa pengusaha nasional
memiliki tempat yang penting dalam rencana PKI, terutama dalam sektor
ekonomi. Tidak hanya itu, ia juga menjanjikan berbagai program kerja mereka
yang menguntungkan para pengusaha nasional.
5. Wanita
Kaum wanita menjadi salah satu kelompok yang aktif disasar oleh PKI.
Besarnya perhatian PKI terhadap perempuan terlihat dari pemberitaan-
pemberitaan Harian Rakjat. Surat kabar milik partai komunis ini aktif
30 D.N. Aidit: “Membangun Ekonomi Nasional Tidak Mungkin, Ketjuali dengan
melikwidasi ekonomi djadjahan”. Harian Rakjat 9 September 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
memberitakan dan mendukung gerakan wanita di Indonesia. Tidak hanya itu,
mereka juga menyediakan kolo kusus wanita.
Kolom “Ruangan Wanita” Harian Rakjat juga menjadi wadah kampanye
PKI. Pada tanggal 12 Mei 1954, Kolom ini memuat artikel bertajuk “Wanita dan
Pemilihan Umum”. Dalam artikel tersebut disebutkan:
“Seluruh kaum wanita seharusnya (…) bahwa pemilihan umum itu betul2 akan
menentukan nasibnja, jaitu TERUS MENDERITA SEPERTI SEKARANG ATAU
BAHAGIA. Sebab sudah djelas, kalau dalam pemilihan umum nanti, terpilih orang2
jang tidak memperhatikan terhadap kepentingan wanita, umpamanja P.P. 19 jang
tidak ada keadilan bagi wanita didalamnja, pertjeraian sewenang2, Undang2
Perkawinan jg. bisa mendjamin keadilan djuga bagi wanita, djaminan sosial bagi
buruh wanita, tani dan anak2, sudah barang tentu nasib wanita akan lebih sengsara.
Djuga deradjat wanita akan makin merosot…”31
Dengan artikel itu, Harian Rakjat ingin menumbuhkan kesadaran politik
bagi perempuan Indonesia. Mereka berusaha untuk memperlihatkan arti penting
pemilihan umum bagi kaum wanita, yakni sebagai kesempatan bagi mereka untuk
memperjuangkan hak-haknya. Dari artikel ini juga dapat dilihat bahwa isu utama
bagi perempuan adalah undang-undang perkawinan dan jaminan sosial.
6. Agama
Salah satu bentuk serangan yang diterima PKI dari lawan-lawan politiknya
adalah isu bahwa PKI anti-Tuhan atau atheis. Serangan ini paling banyak
dilancarkan oleh Masjumi untuk mencegah masyarakat mendukung PKI. Salah
satu contoh serangan ini adalah pernyataan Jusuf Wibisono yang dikutip oleh
surat kabar Abadi sebagai berikut:
31 Wanita dan Pemilihan Umum. Harian Rakjat 12 Mei 1954. Hlm: 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
“…Akan tetapi, tjita2 mulia itu oleh kaum komunis hendak diwudjudkan melalui
revolusi komunis dan diktatur jang tidak kenal perikemanusiaan, melalui adjaran anti-
ke Tuhanan…”32
Guna menyabut hari raya Idul Fitri tahun 1954, Harian Rakjat memuat
Editorial berjudul “Idulfitri dan Soal Kemerdekaan Beragama” pada tangggal 1
Juni 1954. Melalui kolom editorial ini, redaksi Harian Rakjat berusaha meng-
counter wacana negatif tersebut seperti berikut:
“Untuk kepentingan persatuanlah, maka kesempatan ini kita gunakan untuk
mendjelaskan serba sedikit tentang satu soal, jang selama masih sadja merintangi
atau sedikit merintangi persatuan antara kaum agama, kaum komunis dan kaum
nasionalis. Jaitu : soal kemerdekaan beragama.
Kita menganggap perlu menyinggung soal ini, karena kaum reaksi, terutama
pemimpin2 Masjumi, dan pemuka2 Katolik, terlalu sering menggunakan soal
kemerdekaan beragama itu untuk mempertahankan tidak adanja kemerdekaan
beragama! Bagaimana ini mungkin?...
….Andjing menggonggong kafilah lalu, kata pepatah. Biarlah pemimpin2
Masjumi dan pemuka2 Katolik itu ramai2 tentang ‘komunisme musuh agama’, tetapi
soal agama di-negeri2 Sosialis dan negeri2 Demokrasi Rakjat adalah suatu kenjataan,
dan karena ia suatu kenjataan, tidak mungkin ia dihapus ataupun dihapus oleh
pernjataan2, apalagi oleh fitnahan2….
….Mereka mendjadi saksi bahwa kemerdekaan beragama terdjamin benar di-
negeri2 itu. Bahkan, diantara pengundjung2 itu ada jang mengatakan bahwa dibawah
Demokrasi Rakjat atau Sosialisme itu agama ‘berkembang’. Seorang diantara mereka
malahan lebih djauh lagi : ‘adjaran2 agama terlaksana dalam bentuk Republik
Rakjat’...”33
Pernyataan Harian Rakjat tersebut berusaha menunjukkan bahwa
komunisme tidak anti-agama. Menurut pendapat mereka, negara-negara sosialis
justru menjamin kemerdekaan beragama dan hal tersebut adalah suatu kenyataan
yang tidak bisa dibantah. Mereka menggunakan pernyataan orang-orang yang
mengunjungi negara sosialis untuk membenarkan pendapat mereka tersebut.
Pada 22 Januari 1955, Harian Rakjat memuat Headline berjudul “Presiden
Sukarno: Islam dgn toleransi dan Komuni dgn adjaran Stalin mentjiptakan front
3232 Tjita2nja memang mulia, tapi tjara2nja tidak. Abadi 15 Februari 1955. Hlm: 1.
33 Editorial: Idulfitri dan Kemerdakaan Beragaa. Harian Rakjat 1 Juni 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
persatuan nasional”. Berita ini merupakan liputan dari acara penutupan
Konferensi PPI antar Indonesia, di mana Soekarno menyampaikan pidato. Dalam
pidato tersebut, Soekarno mengatakan pentingnya terbentuk front persatuan
nasional oleh orang-orang Islam yang toleran dengan kaum sosialis dan komunis.
Menjadikan berita ini sebagai headline, Harian Rakjat ingin menunjukkan bahwa
ide PKI mengenai kerjasama kelompok Agama, Nasionalis, dan Komunis
mendapat dukungan dari presiden, sekaligus menyindir lawan-lawan politik
mereka yang mengkritisi ide tersebut.
7. Tanda Gambar PKI
Pengenalan tanda gambar atau logo partai adalah salah satu hal yang penting
dalam kampanye pemilu tahun 1955. Untuk pemilu 1955 ini, PKI mendaftarkan
tanda gambar Palu-Arit disertai dengan jargon PKI dan orang tak berpartai.
Jargon ini dipilih karena kebijakan PKI yang juga menerima orang-orang diluar
partai mereka untuk ikut sebagai calon anggota legislatif dan konstituante PKI
asalkan mereka setuju dengan program partai.
Menilik editorial bertajuk “Tjalon2 PKI dan Orang Takberpartai” yang terbit
di Harian Rakjat tanggal 21 Desember 1954, pemilihan tanda gambar tersebut
setidaknya memiliki dua arti khusus, yakni:
“…Wakil2 terbaik dari dunia intelektuil kita misalnja, seperti ir.
Purbodiningrat, dr. Tjokronegoro, Affandi, Basuki Reksobowo, dll., jang
kesemuanja tidak berpartai, akan tidak mungkin turut tjampur dalam kemudi
Republik kita, sekiranja PKI tidak membuka kesempatan untuk ikutsertanja
orang2 takberpartai didalam daftarnja…
…Arti chusus selandjutnja dari daftar PKI dan orang takberpartai ini jalah,
bahwa PKI ternjata ber-sungguh2 di dalam usahanja menggalang usatu
Pemerintah Rakjat, jang bukan setjara tidak langsung, tetapi setjara langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mewakili, memperhatikan, membela, dan sudah tentu djuga memenuhi
kepentingan2 berbagai golongan jang hidup didalam masjarakat kita…”34
Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa daftar calon PKI dan
Orang Tak berpartai dibuat untuk menampilkan citra bahwa PKI membuka
kesempatan bagi masyarakat yang tidak berpartai untuk ikut mencalonkan diri
dalam pemilu dan ikut secara langsung dalam kegiatan pengelolaan negara. Akan
tetapi, orang-orang yang tidak berpartai yang ikut dalam daftar ini harus memiliki
persamaan visi dengan PKI. Maka dari itu, kebanyakan dari mereka merupakan
anggota-anggota organisasi yang memiliki kedekatan secara ideologi dengan
partai ini, seperti SOBSI dan Gerwani. Selain itu, daftar calon ini juga dibuat
untuk mencitrakan PKI sebagai partai yang mewakili semua golongan masyarakat
Indonesia.
Strategi PKI ini banyak diprotes oleh berbagai pihak. Dengan kebijakan
tersebut, PKI dianggap menciderai kebebasan orang-orang tak berpartai dan
“mendefaktokan” orang-orang tak berpartai ke dalam satu golongan.35 Protes ini
tidak hanya berasal dari pihak lawan saja, tetapi juga berasal dari kawan politik
PKI, yakni NU. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, diadakan pertemuan
segitiga antara PKI – NU – dan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI). Sebuah mosi
diajukan oleh salah satu anggota parlemen, Ameltz, sebagai salah satu bentuk
protes terkait dengan permasalahan ini.
34 Editorial: Tjalon2 PKI dan Orang Takberpartai. Harian Rakjat 21 Desember 1954.
Hlm: 1.
35 D.N. Aidit: Nama daftar “PKI dan orang tak berpartai” adalah demokratis dan
menurut undang-undang. Harian Rakjat 12 Juni 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dalam pembelaannya terhadap serangan-serangan dari partai lainnya, PKI
berdalih bahwa slogan “PKI dan Orang Tak Berpartai” tidak melanggar aturan
dan demokratis. Aidit menyebut bahwa “Dalam keterangan mengenai daftar-
kumpulan tidak ada keterangan mengenai larangan anggota2 partai mengadjukan
satu daftar-kumpulan ber-sama2 dengan orang2 tak berpartai. Oleh karena itu,
djelas sekali bahwa undang2 memungkinkan adanja daftar-kumpulan daripada
anggota2 suatu Partai dengan dengan orang2 tak berpartai, djadi djuga
memungkinkan daftar kumpulan, ‘PKI dan orang tak berpartai’.”36 Selain itu,
Aidit juga menyebut bahwa tanda gambar tersebut juga tidak memperkosa
kebebasan orang-orang tak berpartai, karena menurutnya mereka tidak hanya
melihat dan memilih dari tanda gambar partai tertentu melainkan juga melihat
program dan calon-calon dari partai tersebut. Aidit berpendapat bahwa banyak
partai lain yang melakukan hal seperti itu, contoh saja PNI dengan slogan “Front
Marhaenis” ataupun Murba dengan slogan “Murba pembela demokrasi”.37
Harian Rakjat juga ikut membela kebijakan PKI ini. Dalam kolom
editorialnya, mereka menyatakan bahwa penolakan tersebut hanyalah akal-akalan
PSI-Masjumi yang bertujuan untuk menghalang-halangi pengesahan daftar calon
PKI. Menurut pendapatnya, secara formil kebijakan ini tidak melanggar aturan
apapun. Mereka justru mengajukan tantangan: “kalau mau mengalahkan kaum
Komunis, tjobalah menghadapi pemilihan umum j.a.d. menjusun daftar tjalon
36 Ibid.
37 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
jang lebih baik dan lebih representatif daripada daftar PKI dan orang takberpartai
ini.”38
Pertemuan segitiga antara PPI – PKI – NU menghasilkan kesepakatan
bahwa PKI tidak lagi menggunakan daftar nama PKI dan Orang Tak Berpartai.
Pada editorial bertajuk Toleransi NU-PKI, Harian Rakjat menyebutkan bahwa
mereka bersedia menerima tuntutan NU demi memelihara kerjasama antara
partai-partai demokratis. Akan tetapi, selanjutnya mereka menyatakan:
“Putusan ini sedikitpun tidak merubah daftar tjalon2 PKI dan orang takberpartai,
sebagaimana ditegaskan didalam komunike bersama PPI-NU-PKI. Putusan ini djuga
tidak mengenai (…) propaganda PKI seperti poster2, spanduk2, papan2, dll., karena
sebagaimana ditegaskan didalam komunike itu jang diubah hanja namadaftar didalam
surat2 resmi.”39
Pernyataan ini kemudian memancing keributan baru. Surat kabar Abadi
milik Masjumi dalam tajuk rencananya menyerang PKI sebagai berikut:
“Oleh karena itu, berhubung dengan adanja sekarang interpretasi sendiri dari fihak
PKI jang pada hakekatnja dapat diartikan sebagai tindakan – untuk memakai kata2
sangat lunak – membohongi N.U., maka dengan sendirinja mendjadi pertanjaan,
bagaimanakan sikap NU. selandjutnja dalam hal ini. Hal inilah jang dinanti2kan oleh
masjarakat ramai.
Dalam pada itu, setelah adanja kedjadian ini, maka kiranja N.U. akan lebih insjaf
lagi, bagaimana sebenarnja tabiat dan sifat PKI jang sebetul2nja. Dengan tindakannja
sekarang terhadap hasil keputusan pertemuan segi-tiga itu PKI telah menundjukkan
bulunja jang asli. Buat kita, bulu itu sudah lama kita kenal. Tetapi bagaimana buat
N.U. sekarang…….?”40
Melalui pernyataan partai yang dimuat di dalam Harian Rakjat tanggal 3
Februari 1955, PKI akhirnya menyetujui saran dari PPI untuk tidak menggunakan
frasa dan orang tak berpartai dalam semua bentuk, mulai dari surat resmi hingga
spanduk. PKI menyebut bahwa tindakan ini dilakukan untuk memelihara
38 Harian Rakjat 21 Desember 1954. Loc. Cit.
39 Editorial:Toleransi NU-PKI. Harian Rakjat 25 Januari 1955. Hlm: 1.
40 Tadjuk Rentjana: PKI Tundjukkan bulunja. Abadi 25 Januari 1955. Hlm: 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
persatuan dan menyelamatkan pemilihan umum. Akan tetapi, PKI meminta partai
lain juga melakukan hal yang sama dengan mereka.41
Sebagai media partai, Harian Rakjat turut aktif menyebarluaskan daftar
calon-calon yang dajukan PKI. Contohnya pada tanggal 20 Desember 1954,
Harian Rakjat memuat daftar calon PKI dan Orang Tak Berpartai”untuk beberapa
daerah pemilihan, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta Raya, dan
Sumatera. Bahkan untuk sosialisasi ini memakan tempat hampir 1 halaman penuh.
Gambar 3. Pengumuman Daftar Calon PKI di dalam Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 20 Desember 1954.)
41 PKI melaksanakan putusan Panitya Pemilihan Indonesia (PPI). Harian Rakjat 3
Februari 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
8. Menyerang Oposisi
Memasuki masa kampanye, PKI mulai banyak menyerang pihak oposisi.
Pada dasarnya, isu yang digunakan untuk menyerang musuh mereka masih sama
dengan masa sebelumnya. Hanya saja, kasus yang digunakan berbeda.
Isu keterkaitan antara Masjumi dan Darul Islam masih terus digaungkan
oleh surat kabar ini. Pada tanggal 17 Oktober 1954, Harian Rakjat memuat
pemberitaan sidang kabinet yang membahas mosi terkait dengan tindakan
pemerintah terhadap pemberontakan di Aceh. Dalam liputan tersebut
disampaikan:
“…bahwa pemberontakan itu sengadja direntjanakan untuk menggulingkan
Pemerintah Republik, bahwa kaum pemberontak adalah kaum tuantanah jang
bersekongkol dengan modal onderneming asing…
…Z.A.Achmad dari Masjumi, jg terang2ang membela kaum pemberontak anti-
Republik dengan menjatakan se-olah2 pemberontakan itu memang timbul karena
“tidak ada otonomi” dan se-olah2 kaum pemberontak itu adalah pahlawan2
kemerdekaan. Dengan uraian Z.H. Achmad ini Masjumi tidak lagi ber-sembunji2,
tetapi terang-terangan menjatukan dirinja dengan pemberontakan anti-Republik di
Atjeh.”42
Isu mengenai modal asing juga masih menjadi salah satu amunisi Harian
Rakjat untuk menyerang Masjumi dan PSI. Pada tanggal 13 Desember 1954,
Harian Rakjat memuat artikel berjudul “Masjumi pemelihara dan pelindung
modal Asing”. Di dalam artikel tersebut, surat kabar ini menyatakan:
“…Mr. Moh. Rum mengatakan, bahwa sepandjang djalan jang dilaluinja dari
Medan menudju Serbolawan banjak dilihatnja perkebunan2 bangsa asing. Kata Rum
selandjutnja, modal asing ini harus kita pelihara se-baik2nja dan harus kita
lindungi…”43
42 Harian Rakjat 17 Oktober 1954. Hlm: 1.
43 Harian Rakjat 13 Desember 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sebelumnya, pada tanggal 13 Mei 1954, Harian Rakjat juga menuduh Jusuf
Wibisono – salah seorang tokoh Masjumi – telah menunjukkan kesetiaannya
terhadap penjajah. Dengan mengutip wawancara Jusuf Wibisono dengan Antara
mereka menyatakan:
“Jusuf Wibisono tidak setudju dengan pembatalan uni setjara satufihak
(unilateral), karena ini, menurut pemuka Masjumi itu ‘akan mengakibatkan tidak
adanja simpatinja dunia luaran terhadap Indonesia’…
…maka itu dalam keterangannja jang diberikan kepada Antara ituia menegaskan
betul2 supaja ‘kepentingan2 materiil dari fihak Nederland di Indonesia didjamin…”44
Isu modal asing kembali gencar ketika muncul rencana pemerintah
menasionalisasi tambang minyak yang dimiliki oleh N.V. Bataafsche Petroleum
Maatschappij (BPM). Harian Rakjat menuduh SKBM – yang merupakan salah
satu anggota dari Kongres Buruh Seluruh Indonesia (KBSI yang didirikan PSI –
sebagai alat bayaran kaum modal asing. Dalam editorialnya yang berjudul
“Tambangminjak”, surat kabar tersebut menyatakan tanggapannya sebagai
berikut:
“Djelaslah, bahwa dalam kebentjian mereka terhadap Perbumi dan SOBSI,, baik
KBSI maupun SBII berdiri difihak BPM, untuk, kalaupun tambang2 minjak itu tidak
bisa dikembalikan kepada BPM, se-kurang2nja bisa mempertahankan status jang
tidak berketentuan sekarang ini, hal mana memungkinkan dan memudahkan korupsi
dan sabotase.”
Pernyataan Harian Rakjat di atas menuduh bahwa tindakan kedua serikat
buruh yang dimiliki PSI dan Masjumi menentang nasionalisasi tambang minyak
karena mereka mengambil keuntungan dari korupsi di tambang tersebut. Harian
Rakjat juga ingin memperlihatkan bahwa kedua organisasi buruh ini membenci
44 Harian Rakjat 13 Mei 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Perbumi dan SOBSI yang didukung oleh PKI karena telah membela kepentingan
nasional.
Harian Rakjat juga turut menyebarkan pernyataan Aidit kepada Antara
terkait dengan tanggapannya atas pernyataan Sumitro (PSI) yang mengatakan
bahwa PSI mendapatkan tantangan dari PKI dalam usahanya menyokong buruh
dan pegawai kecil. Aidit menyebutkan bahwa hal tersebut hanyalah khayalan
Sumitro saja karena PSI tidak pernah menyokong gerakan buruh. Ia juga
menyebut bahwa isu perjuangan buruh yang dilontarkan oleh PSI hanyalah topeng
yang digunakan mereka untuk kepentingan politik reaksionernya saja.45
Untuk menyerang Masjumi dan PSI, Harian Rakjat sering menuduh kedua
partai tersebut membuat ricuh kampanye-kampanye PKI. Dalam pemberitaan-
pemberitaan kampanye PKI di Harian Rakjat, sering muncul isu-isu provokasi
ataupun pengacauan dari pihak luar. Mereka menuding kaum reaksi atau oposisi
sebagai dalang dibalik provokasi tersebut. Menurut mereka, Masjumi dan PSI
merasa takut pada PKI dan berusaha menghalang-halangi kampanye partai ini.
Salah satu kasus pengacauan kampanye PKI terbesar terjadi ketika Aidit
melakukan kampanye di Malang pada 28 Maret 1954. Pada saat itu Hasan Aidit
dan anak buahnya memprovokasi rapat umum ini yang berjumlah kurang lebih
100 orang. Mereka berteriak-teriak memprovokasi massa dan pada selesainya
rapat, Hasan Aidid naik ke panggung dan berbicara tanpa seizin panitia.46
45 Harian Rakjat 20 Mei 1955. Hlm: 1.
46 Harian Rakjat 30 Maret 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Harian Rakjat sebagai media partai turut menanggapi kasus ini. Dalam
kolom editorialnya, surat kabar ini menyatakan:
“PKI bukan partai sematjam Masjumi. Ini terang benderang seperti siang. PKI
bukanlah partai jang suka meng-hasut2, mem-bakar2, me-ngobar2kan nafsu, dan
fanatisme…
PKI bukan partai jang tidak bisa mengatur anggota2 ataupun massanja jang ber-
djuta2 itu… PKI djuga bisa mengadjak massa maju, tetapi djuga bisa mengadjak
massa mundur. Tidak seperti Masjumi jang sekali membakar anggota2 dan
pengikut2nja terus tidak tahu lagi dimana mesti berhenti dan tidak bisa
mengendalikannja, dan kalau orang2 jang dibakarnja itu bertindak mengatjau terus
pura2 tjutjitangan…”47
Sebagai reaksi atas kericuhan ini, Aidit mengeluarkan pernyataan yang
dimuat dalam surat kabar Harian Rakjat. Dalam pernyataan tersebut, Aidit
menyatakan bahwa kampanye tidak dapat tidak membahas kebijakan partai politik
lain, hanya saja harus berdasarkan pada fakta bukan hanya caci maki saja. Selain
itu, ia menginstruksikan supaya para anggota PKI tidak mengacau kampanye
partai lainnya.48
D. Masa Kampanye Pemilu Parlementer
1. Bubarnya Kabinet Ali dan Menjadi Oposisi
Pada akhir bulan Juli 1955, kabinet Ali mengundurkan diri dari jabatannya.
Pengunduran diri ini disebabkan oleh karena terjadinya intrik di Angkatan Darat,
di mana Kolonel Zulkifli Lubis yang menentang pengangkatan Kolonel Bambang
Utoyo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Pertentangan di dalam tubuh
Angkatan Darat ini membuat serangan kepada pemerintah semakin gencar.
47 Ibid.
48 Harian Rakjat 2 April 1954. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Dalam kolom editorialnya pada tanggal 25 Juli 1955, Harian Rakjat
menerima pengunduran diri Kabinet Ali ini. Menurut mereka, Kabinet Ali
mengundurkan diri karena tidak mau melanggar asas demokrasi parlementer.
Lebih lanjut lagi, surat kabar ini sepakat dengan pernyataan Mr. Sartono jika
pembentukan kabinet yang baru harus diserahkan kepada partai pendukung
pemerintah. Merekapun mengajak rakyat untuk menggagalkan semua usaha untuk
menggagalkan asas tersebut.49 Dengan kata lain, mereka menentang jika pihak
oposisi masuk ke dalam pemerintahan yang baru.
Harian Rakjat juga menyerang oposisi dan Moh. Hatta dengan menuduh
mereka ingin membentuk kabinet presidensil. Menurut mereka, tindakan tersebut
melanggar UUDS 1950 yang saat itu berlaku. Dalam editorialnya pada tanggal 26
Juli 1955, surat kabar tersebut menyebut bahwa usaha oposisi untuk
membubarkan parlemen dan membentuk kabinet presidensil karena mereka
merasa bahwa parlemen tidak lagi menguntungkan. Harian Rakjat menyebut
tindakan oposisi ini sebagai tindakan yang anti-demokrasi dan harus dilawan oleh
rakyat.
Ketika Hatta mengumumkan Kabinet baru yang dipimpin oleh Burhanuddin
Harahap, Harian Rakjat dengan mengutip pernyataan Dr. Diapari dari SKI
menyebut kabinet ini sebagai “kabinet asal jadi”. Mereka juga menyebut kabinet
ini sebagai kabinet berkualitas rendah jika ditilik dari tokoh-tokoh yang menjabat.
Selain itu mereka juga menyebut bahwa dimasukkannya persoalan pemilihan
umum, Irian, dan kerjasama Asia – Afrika ke dalam program kabinet adalah
49 Harian Rakjat 25 Juli 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
bentuk kemenangan blok demokratis, hingga Masjumipun harus mengakuinya dan
memasukkannya ke dalam program kabinet mereka.50
Pada masa pemerintahan Burhanuddin Harahap, PKI mengambil posisi
sebagai oposisi dari pemerintahan ini. Mereka sering melancarkan berbagai
serangan kepada pemerintah dengan berbagai cara, termasuk dengan
menggunakan Harian Rakjat. Surat kabar milik partai komunis ini berkali-kali
mengkritisi dan menyerang pemerintah. Mereka menyebut bahwa kelompok
modal asing senang dengan terbentuknya kabinet ini. Pada tanggal 3 September
1955, Harian Rakjat menyebut bahwa kebijakan ekonomi kabinet Burhanuddin
Harahap:
“…djelas bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan modal dan perusahaan asing
dengan mengikat dan melumpuhkan golongan ekonomis rendah dengan peraturan
yang baru ini.”51
Pada tanggal 27 Agustus 1955, Harian Rakjat dengan mengutip pendapat-
pendapat surat kabar luar negeri mengenai Kabinet Burhanuddin Harahap
menyatakan:
“Koran2 kolonialis jang lain, jaitu koran Inggeris ‘The Economist’ mejatakan
kegembiraannja bahwa didalam kabinet jang baru ini’tidak duduk golongan
progresif’, sedang harian Belanda ‘Trouw’ gembira bahwa kabinet ini terdiri dari
‘partai2 konservatif’ dan dalam partai2 konservatif ini dimasukkannja Masjumi, PSI,
‘PIR’ Hazairin, dan Fraksi Demokrat.”52
Artikel tersebut ingin menunjukkan betapa gembiranya para modal asing
atas terbentuknya kabinet Burhanuddin Harahap. Mereka bergembira karena
kabinet ini diisi oleh golongan konservatif yang dianggap dapat diajak
bekerjasama.
50 Harian Rakjat 12 Agustus 1955. Hlm: 1.
51 Harian Rakjat 3 September 1955. Hlm: 1.
52 Harian Rakjat 27 Agustus 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Harian Rakjat juga menyerang kebijakan impor baru yang diterapkan oleh
Sumitro. Mereka memuat pernyataan I.R. Sakirman yang menyebut bahwa
kebijakan tersebut mempermudah importir asing dan memberatkan importir
nasional. Ia juga berpendapat bahwa kebijakan ini tidak hanya menguntungkan
modal asing, tetapi juga menguntungkan bagi kaum koruptor dan komprador.53
Dalam Editorial bertajuk “Pembenaran”, Harian Rakjat mendukung
pendapat Sakirman tersebut. Menurut mereka, kebijakan ini membuktikan
peringatan yang telah diberikan oleh surat kabar ini sebelumnya. Menurut koran
komunis tersebut, mereka telah memperingatkan bahwa kebijakan ekonomi yang
akan diterapkan oleh kabinet Burhanuddin Harahap akan mendorong korupsi yang
lebih besar karena sumber korupsi, yakni modal asing, justru diberi keleluasaan.
Selain itu mereka juga menuduh kabinet ini secara diam-diam “menggunting
uang” rakyat dengan kebijakan devaluasi mata uang yang mereka terapkan.
Mereka juga berpendapat bahwa tindakan ini memperlihatkan kepada rakyat
watak mereka dan akan membantu blok demokratis dalam pemilihan umum yang
akan datang.54
Masih dalam bidang ekonomi, Harian Rakjat juga menyoroti tingginya
harga-harga barang kebutuhan hidup. Pada tanggal 10 September 1955, surat
kabar ini memuat pernyataan CC PKI mengenai harga barang kebutuhan pokok.
Dalam pernyataan tersebut mereka menyatakan bahwa tingginya harga kebutuhan
pokok telah membuat rakyat menderita. Mereka mengajak masyarakat melakukan
53 Harian Rakjat 5 September 1955. Hlm: 1.
54 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
gerakan untuk mendesak pemerintah supaya menurunkan harga sebelum
pemilihan umum diadakan. Menurut mereka, hal ini penting untuk menjamin
ketenangan hati masyarakat saat hari pemungutan suara.55
Gambar 4. Karikatur yang Menyindir Tingginya Harga Beras Pada Masa
Pemerintahan Burhanuddin Harahap
(Sumber: Harian Rakjat 27 Agustus 1955)
Melalui Editorialnya pada tanggal 27 Agustus 1955, Harian Rakjat juga
membahas krisis ekonomi yang terjadi di masa kabinet ini. Mereka memaparkan
bagaimana kabinet Ali berhasil meningkatkan produksi beras pada tahun 1954,
sedangkan kabinet Burhanuddin berencana mengimpor 100.000 ton beras untuk
mengatasi krisis ekonomi. Selain itu, ia juga menyerang Sumitro yang mereka
anggap tidak mengetahui cara untuk mengatasi krisis tersebut. Mereka
55 Harian Rakjat 10 September 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
berpendapat bahwa kebijakan devaluasi yang akan diterapkan oleh Sumitro hanya
akan menambah beban masyarakat.56
Harian Rakjat juga menyerang kebijakan anti-korupsi yang dilakukan oleh
kabinet Burhanuddin Harahap. Permasalahan diawali dengan penangkapan Mr.
Djody Gondokusumo – mantan menteri kehakiman Kabinet Ali – karena alasan
korupsi. Pada tanggal 22 Agustus 1955, Harian Rakjat memuat pernyataan Ir.
Sakirman mengenai kasus tersebut yang menyatakan bahwa ia mencurigai
penangkapan Djody. Menurutnya, kecurigaan ini muncul bukan karena PKI
mendukung korupsi, akan tetapi ia berpendapat bahwa selama Djody menjabat
sebagai menteri kehakiman ia bertindak benar dengan memberantas “agen-agen
reaksioner” di dalam kejaksaan agung. Ia juga memprotes Jaksa Agung yang
mengeluarkan perintah penahanan bukan sebagai Jaksa Agung biasa (sipil)
melainkan sebagai Jaksa Agung Tentara. Selain itu, ia juga berpendapat supaya
pemerintah fokus memberantas akar korupsi, yakni modal asing yang memiliki
kekuasaan dan uang untuk menyuap para pejabat di negeri ini.57
Harian Rakjat juga menanggapi penahanan Djody tersebut melalui kolom
editorialnya pada tanggal 23 Agustus 1955. Dalam artikel tersebut, mereka
menyebut bahwa kebijakan pemberantasan korupsi yang diterapkan oleh kabinet
ini tidak bisa dipercaya, karena:
“Pertama, menteri2 didalam kabinet Burhanuddin ini sendiri ada jang namanja
tersangkut dengan berbagai skandal (a.l. Sumitro dan Djanu Ismadi), jang sampai
sekarang belum diusut, apa lagi diadili. Bagaimana kabinet jang dirinja mengandung
elemen2 jang se-kurang2nja di-ragu2kan kebersihannja mau mengadakan
56 Harian Rakjat 27 Agustus 1955. Hlm: 1.
57 Harian Rakjat 22 Agustus 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pembersihan korupsi? Kedua, tidak bisa dihilangkan kesan ja, bahkan kesimpulan –
sebagaimana pernah ditulis oleh ‘Merdeka’ – bahwa tindakan2 penangkapan
sekarang ini bersifat politik. Perkataan ‘tak pandang bulu’ boleh diobral se-
banjak2nja, tetapi kenjataanja, tindakan2 itu sekarang tertudju kepada pemimpin2
didalam Pemerintah Ali-Arifin, sehingga sukar diartikan lain ketjuali bahwa
tindakan2 itu – sebagaimana diinginkan ‘Manchester Guardian’ – ditudjukan untuk
meniadakan hasil2 positif kabinet Ali-Arifin”58
Harian Rakjat juga menuduh Kabinet Buerhanuddin ingin menunda
pelaksanaan pemilihan umum. Pada tanggal 23 Agustus 1955, Harian Rakjat
menyerang pernyataan Burhanuddin Harahap dalam waawancaranya dengan
Antara. Dalam wawancara tersebut, ia mengatakan bahwa pemilihan umum
diadakan tepat pada waktunya tergantung pada selesai atau tidaknya persiapan.
Menurut Harian Rakjat, pernyataan Burhanuddin ini memperlihatkan bahwa
pemerintah mempersiapkan tameng untuk menyembunyikan rencana oenundaan
tersebut.59
Pada tanggal 26 Agustus 1955, surat kabar ini memuat pernyataan Sakirman
di hadapan parlemen yang menaggapi persoalan tersebut. Dalam keterangan
tersebut, ia mengatakan:
“Tetapi sekalipun demikijan, kenjataan menundjukkan adanja bahaja jang sangat
besar bagi pelaksanaan pemungutan suara 29 Septermber itu. Dan bahaja ini djustru
datangnja dari pemerintah sendiri. Jaitu pemerintah BH jang pada hakekatnja
berkedudukan sebagai kabinet demisioner karena belum mendapat votum dari
parlemen, dank arena baru akan memberikan keterangannja sesudah parlemen
sekarang demisioner.”60
Pada akhirnya, semua pihak menyetujui jika pemungutan suara tetap
diadakan pada tanggal 29 September 1955. Dalam pidato M.H. Lukman yang
58 Harian Rakjat 23 Agustus 1955. Hlm: 1.
59 Ibid.
60 Harian Rakjat 26 Agustus 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dikutip oleh Harian Rakjat tanggal 9 September 1955, disebutkan bahwa gagalnya
percobaan penundaan pemilihan umum merupakan awal dari kemenangan blok
demokrasi.61
Isu Darul Islam juga masih menjadi salah satu alat propaganda PKI untuk
menyerang Masjumi dan kabinet Burhanuddin. Pada tanggal tanggal 13 Agustus
1955, Harian Rakjat dalam artikel berjudul “Sesudah Kabinet BH Dilantik: D.I.
Dimintakan Amnesti Umum” menyebutkan:
“Berdirinja kabinet Burhanuddin Harahap ternjata disambut kontan oleh salah satu
organisasi onderbouw Masjumi, jaitu organisasi bekas pedjuang Islam, jang menuntut
supaja diberikan amnesti atau pengampunan umum, kepada apa jang disebutnja
‘perdjuangan2 kemerdekaan’, tetapi jang terang benar tidak mungkin diartikan lain
selain orang2 jang kini mendjadi musuh negara, jaitu gerombolan teroris DI-TII.”62
Selain itu, mereka juga masih memberitakan keterlibatan anggota-anggota
Masjumi di dalam DI. Seperti artikel pada tanggal 26 Agustus 1955 yang membahas
persidangan salah satu anggota Majelis Syuro Masjumi Jawa Barat, Kiai Achmad
Rivai. Ia disidang atas tuduhan menjadi Jaksa Tinggi DI yang memerintahkan
pembunuhan orang-orang.63
Menjelang pemilihan umum, Harian Rakjat semakin menggencarkan
serangan kepada lawan politiknya, terutama Masjumi. Mereka bahkan membuat
satu kolom khusus untuk kebutuhan ini. Kolom tersebut terbit pada akhir Agustus
hingga awal September 1955. Pada awalnya, mereka menamai kolom itu dengan
“Sumbangan Kepada Propaganda Masjumi”. Ketika kolom ini muncul pertama
kali pada tanggal 31 Agustus 1955, Harian Rakjat mengatakan:
“Sedjak 27 Djuni j.l. setiap hari suratkabar Masjumi ‘Abadi’ ‘Memperkenalkan
Tokoh2 Masjumi Dalam pemilihan umum’, dimulai dari Mohammad Natsir, Dr. H.
Sukiman Wirjosendjojo, Mr. R.H. Kasman Singodimedjo, Mr. Mohd. Roem,
Sjafruddin Prawiranegara, dll. Sajang bahwa jang ‘diperkenalkan’ oleh ‘Abadi’ itu
singkat2 sekali. Untuk menambah bahan2 tentang tokoh2 Masjumi itu sebagai
61 Harian Rakjat 9 September 1955. Hlm: 1.
62 Harian Rakjat 13 Agustus 1955. Hlm: 1.
63 Harian Rakjat 26 Agustus 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
sumbangan terhadap propaganda Masjumi, ber-turut2 kita muat fakta2 mengenai
tokoh2 Masjumi itu…”64
Perkataan tersebut menjelaskan bahwa kolom tersebut merupakan bentuk
kontra wacana dari kampanye Masjumi di harian Abadi. Kolom bernada satir
tersebut membahas kejelekan-kejelekan dari para pimpinan Masjumi. Isu yang
digunakan pada kolom ini sebenarnya masih sama, yakni pro-asing, pro-
pemberontak, anti-demokrasi, anti-buruh, dan sebagainya.
Gambar 5. Kolom “Sumbangan Kepada Propaganda Masjumi”
(Sumber: Harian Rakjat 31 Agustus 1955)
64 Harian Rakjat 31 Agustus 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Mendekati hari pemungutan surara, mulai bermunculan kolom-kolom lain
yang menyerang Masjumi dan PSI. Salah satunya adalah kolom “Varia Masjumi”
dan PSI yang dimuat pada tanggal 28 September 1955. Kolom tersebut berisi
cerita-cerita ringan bernada satir mengenai PSI dan Masjumi, seperti cerita Sutan
Sjahrir yang ditanyai mengenai mengapa PSI tidak menyanyikan lagu Indonesia
Raya di dalam rapat-rapat dan ceramah umumnnya, ataupun cerita mengenai
latihan mencoblos yang dilakukan oleh Masjumi diberbagai tempat di mana
banyak orang yang berpartisipasi justru mencoblos “Palu Arit” (PKI) atau
“Banteng” (PNI).65
2. Kampanye Harian Rakjat Menjelang Pemilihan Anggota Parlemen
Mendekati hari pemilihan anggota parlemen, PKI menggalakkan
kampanyenya di Harian Rakjat. Berita-berita mengenai kampanye PKI di daerah-
daerah masih terus bermunculan di surat kabar ini. Pada tanggal 2 September
1955, Harian Rakjat memuat instruksi Njono – ketua SOBSI dan juga salah satu
calon dari PKI – supaya mengencarkan latihan-latihan pemungutan suara
diberbagai daerah untuk menghadapi pemilihan umum yang akan datang.66
Memasuki bulan September, Harian Rakjat mulai memuat kolom khusus
yang berisi biografi-biografi singkat para calon yang diajukan oleh partai ini
secara berkala. Penerbitan biografi singkat ini dibagi berdasarkan latar belakang
dari para calon, mulai dari para pimpinan PKI, pimpinan cabang-cabang partai,
65 Harian Rakjat 28 September 1955. Hlm: 1.
66 Harian Rakjat 2 September 1955. Hlm: 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
para pemimpin buruh, tani, wanita, agama, dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh
Harian Rakjat tidak hanya karena PKI menerima pencalonan dari orang-orang
yang bukan anggota partai, melainkan juga ingin memperlihatkan bahwa daftar
calon yang mereka buat ini benar-benar merepresentasikan seluruh kelompok
yang ada di dalam masyarakat Indonesia, tidak hanya mewakili golongan-
golongan tertentu saja.
Gambar 6. Contoh Biografi Singkat Calon PKI Yang Terbit Di Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 22 Septerber 1955)
Pada bulan September, Harian Rakjat juga aktif memuat iklan-iklan
kampanye PKI. Poster kampanye ini biasa muncul pada halaman kedua. iklan ini
bergambarkan tangan yang mencoblos tanda gambar “Palu Arit” pada kertas suara
dilengkapi dengan seruan di bagian bawahnya. Hal yang menarik dari iklan ini
adalah bagaiamana bunyi seruan kampanye tersebut berubah setiap harinya. Pada
awalnya, seruan tersebut menyasar kelompok tertentu seperti buruh, tani, wanita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
atau pengusaha, dilengkapi dengan keuntungan yang setiap kelompok tersebut
dapatkan bila memilih PKI.
Gambar 7. Contoh Poster Kampanye PKI Di Harian Rakjat
Untuk Kaum Tani
(Sumber: Harian Rakjat 9 September 1955)
Gambar 8. Contoh Poster Kampanye PKI Di Harian Rakjat
Untuk Pengusaha Nasional
(Sumber: Harian Rakjat 13 Septermber 1955)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pada perkembangannya, seruan iklan ini lebih bersifat umum, tidak
menyasar kelompok khusus. Contohnya adalah “Mentjoblos Palu Arit berarti
pendemokrasian pemerintahan daerah dan desa”67 atau “Mentjoblos Palu Arit
berarti menempuh djalan kemadjuan bagi Indonesia”68. Pada tanggal 28
September 1955, Harian Rakjat kembali memuat sebuah iklan kampanye yang
isinya merupakan rangkuman seruan-seruan tersebut. Iklan ini memakan lebih
dari setengah halaman pertama surat kabar tersebut.
Gambar 9. Iklan Kampaye PKI di Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 28 September 1955)
67 Harian Rakjat 16 September 1955. Hlm: 2.
68 Harian Rakjat 17 September 1955. Hlm; 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Mendekati tanggal 29 September 1955, Harian Rakjat rajin memuat
testimoni-testimoni mengenai PKI dari berbagai orang. Salah satunya adalah Kjai
Achmad Dasuki, salah satu anggota dan calon yang diajukan oleh PKI. Dalam
pernyataannya, ia mengatakan:
“Setelah saja mempeladjari teori komunisme jang dibentangkan oleh kawan Karl
Marx maka saja dapat mengakui bahwa kawan Marx adalah satu2nja sardjana besar
jang dapat mengupas segala sesuatu keadaan dengan petundjuk2nja jang terang dan
djelas, jang seolah-olah ia dapat mengupas petundjuk Qur’an dan Hadis setjara
mendetail, sedang kawan Lenin sebagai pelaksana Marx dan dapat menjesuaikan
dengan keadaan waktu dan tempatnja…”69
Pernyataan Kjai Achmad Dasuki tersebut dimuat dengan maksud
menghilangkan stigma bahwa komunisme dan agama saling bertentangan. Harian
Rakjat ingin menunjukkan bahwa Islam dan Komunisme sejalan dan dapat
bekerja sama.
Selain Achmad Dasuki, tokoh yang dimuat testimoninya adalah Nj. Amir
Sjarifuddin.70 Di dalam testimoni tersebut ia menyatakan bahwa ia mau
dicalonkan oleh PKI bukan karena suaminya, Mr. Amir Sjarifuddin adalah PKI.
Akan tetapi, ia mau dicalonkan karena menurutnya PKI karena suka dengan
programnya, dan menurutnya PKI benar-benar teguh dan konsekuen dalam
membela buruh, tani, terutama perempuan.
69 Harian Rakjat 12 September 1955. Hlm: 1.
70 Harian Rakjat 28 September 1955. Hlm: 2. Ny. Amir Sjarifuddin adalah istri dari
almarhum Amir Sjarifuddin, mantan Perdana Menteri Indonesia dan juga salah satu
pemimpin sayap kiri Indonesia pada masa penjajahan Jepang yang mati karena terlibat
pada peristiwa Madiun 1948.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3. Sosialisasi Menjelang Pemilihan Umum
Pada masa ini, Harian Rakjat tidak hanya fokus mengkampanyekan PKI
saja. Mereka juga aktif memberikan informasi mengenai apa yang harus
dilakukan pada hari pemungutan suara. Informasi ini tidak hanya disajikan dalam
bentuk teks, melainkan juga dalam bentuk visual.
Pada tanggal 30 Agustus 1955, Harian Rakjat mulai menerbitkan komik
strip berseri tentang pemilihan umum. Komik ini menceritakan seorang tokoh
bernama Achmad, seorang kader PKI di desa, dan Aminah, seorang anggota
Gerwani. Di dalam komik ini diceritakan mengenai apa saja yang harus dilakukan
oleh para kader PKI dan organisasi lainnya untuk menghadapi pemilihan umum,
mulai dari mengecek warga yang belum mendapatkan surat undangan dari panitia
pemilihan, mengadakan latihan mencoblos, mengorganisir massa untuk menuju
Tempat Pemungutan Suara (TPS), langkah-langkah yang harus dilakukan, hingga
prosedur penghitungan suara di TPS.Pada tanggal 25 September 1955, koran ini
kembali menerbitkan seluruh edisi komik ini hingga memakan 3 halaman
sekaligus. Tindakan Harian Rakjat yang progresif dan kreatif ini berguna untuk
memudahkan penyampaian pesan kepada masyarakat yang tingkat buta hurufnya
masih tinggi pada saat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 10. Contoh Komik Strip Pemilu Di Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 31 Agustus 1955)
Hal yang menarik dari komik tersebut adalah perhatian Harian Rakjat
terhadap perempuan dan anak. Pada kolom keenam komik ini menceritakan
tentang Aminah dan anggota Gerwani yang meyelenggarakan penitipan anak,
bantuan minuman dan pengobatan. Hal tersebut menandakan bahwa Harian
Rakjat memperhatikan kebutuhan para ibu pada saat hari pemungutan suara.
Pada tanggal 28 September 1955, Harian Rakjat memuat satu kolom berisi
instruksi kepada masyarakat mengenai apa yang harus mereka lakukan pada hari
pemungutan suara. Instruksi ini hanya berisikan hal-hal yang remeh temeh, mulai
dari bangun, membuat makanan dan minuman untuk keluarga, membersihkan
rumah, membagi tugas dengan para pemuda untuk menjaga keamanan, hingga
menuju ke TPS untuk mencoblos dan menyaksikan penghitungan suara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 11. Instruksi Menjelang Pemiliu Dari Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 28 September 1955)
Harian Rakjat juga menggunakan kolom “Ruangan Wanita” untuk
mengajak perempuan turut aktif ikut serta dalam pemilihan umum yang akan
datang. Pada tanggal 28 September 1955, di dalam kolom ini dimuat ssebuah
artikel berjudul “Bersatu menudju kekotak suara untuk memenangkan Palu-Arit
dan golongan demokratis lainnja” yang ditulis oleh Ny. Kartinah. Artikel ini
menyatakan:
“Pada hakekatnja perdjuangan tersebut tidak bisa dilepaskan dari perdjuangan
antara dua kekuatan. Antara kekuatan demokratis dan kekuatan anti-demokratis.
Antara kekuatan jang pro-hak wanita dan anti-hak wanita, antara kekuatan jang pro-
dimadu dan anti-dimadu”71
71 Harian Rakjat 28 September 1955. Hlm: 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lebih lanjut lagi, Kartinah menyarankan supaya wanita menyambut hari
pemungutan suara dengan gembira, karena wanita dapat ikut menjadi hakim
rakyat. Ia juga memberikan saran-saran apa saja yang butuh dilakukan dan
diketahui pada untuk menyambut hari pemilihan.
E. Kampanye Pemilihan Anggota Konstituante
Jangka waktu untuk kampanye pemilihan anggota Konstituante tidak terlalu
panjang. Bulan Oktober 1955 dapat dikatakan sebagai masa jeda kampanye di
Harian Rakjat. Pada masa ini, surat kabar tersebut lebih berfokus pada berita
perkembangan penghitungan suara dari berbagai daerah di Indonesia. Di samping
itu, mereka juga banyak mengabarkan kecurangan-kecurangan yang terjadi selama
pemilihan umum berlangsung.
Salah satu kolom baru yang muncul pasca pemungutan suara tanggal 29
September 1955 adalah kolom Varia Pemilihan Umum. Kolom ini membahas
serba-serbi dan peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi seputar pemilihan umum
yang telah berlangsung. Cerita yang dimuat banyak berisikan tentang bagaimana
seseorang secara antusias memilih PKI, seperti kisah mengenai satu orang tua
dengan penglihatan dan tenaga yang sudah kurang meminta tolong kepada
petugas untuk dicobloskan “Palu Arit”.72 Di samping itu, mereka juga
menggunakan kolom ini untuk menjelek-jelekkan musuh politik mereka, seperti
72 Harian Rakjat 19 November 1955. Hlm: 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kisah tentang sorang nenek yang marah-marah karena disebut sebagai kafir oleh
anggota Masjumi setelah mencoblos PKI.73
Kampanye PKI di Harian Rakjat baru mulai aktif kembali pada bulan
November 1955, dan pada bulan Desember, usaha tersebut semakin gencar
dilakukan. Secara garis besar isu yang digunakan pada masa kampanye ini masih
sama dengan masa sebelumnya, seperti isu modal asing dan Darul Islam. Akan
tetapi, isu yang menjadi fokus utama pada masa ini adalah isu Negara Islam dan
Darul Islam. Seperti yang dinyatakan oleh Aidit dalam pidatonya di sidang pleno
CC PKI dan dimuat oleh Harian Rakjat pada tanggal 10 November 1955,
disebutkan bahwa:
“Sedjak sekarang sudah dapat kita bajangkan, bahwa kampanye pemilihan untuk
Konstituante akan banjak dipersoalkan orang apakah Konstituante nanti akan
melahirkan ‘Negara Pantjasila’ atau ‘Negara Islam’…”74
Pernyataan tersebut menggambarkan garis besar kebijakan kampanye PKI
dalam berbagai bidang, termasuk Harian Rakjat. Surat kabar ini membuat sebuah
kolom baru pada akhir November 1955 yang bernama “Kalau saudara memilih
Masjumi…..”. Kolom ini berisikan sindiran, yang memperlihatkan kejelekan-
kejelekan para pimpinan Masjumi. Pada bulan Desember, kolom ini berubah
menjadi “Memilih Masjumi berarti memilih DI”. Isi kolom ini membahas tentang
hubungan Masjumi dan Darul Islam untuk mengatakan bahwa kalau masyarakat
memilih Masjumi, secara tidak langsung ia memilih Darul Islam yang bertujuan
untuk mendirikan Negara Islam di Indonesia.
73 Harian Rakjat 31 Oktober 1955. Hlm: 2.
74 Harian Rakjat 10 November 1955. Hlm: 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 12. Contoh Kolom “Kalau saudara memilih Masjumi….”
(Sumber: Harian Rakjat 24 November 1955)
Gambar 13. Contoh Kolom “Memilih Masjumi berarti Memilih DI”
(Sumber: Harian Rakjat 8 Desember 1955)
Untuk kepentingan kampanye, Harian Rakjat juga memuat iklan kampanye
PKI. Berbeda dengan iklan sebelumnya, kali ini hanya berbentuk logo “Palu Arit”
disertai dengan janji-janji PKI. Seruan-seruan pada poster kebanyakan bertema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
mempertahankan Indonesia, seperti “Memilih Palu-Arit berarti menjelamatkan
Republik Proklamasi”75 atau “Memilih Palu-Arit berarti menjelamatkan bendera
kebangsaan Merah-Putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raja”76. Seruan-seruan
tersebut bertujuan untuk memperlihatkan posisi PKI yang tetap setia pada
Republik Indonesia dan Pancasila.
Gambar 14. Contoh Iklan Kampanye Konstituante PKI
(Sumber: Harian Rakjat 19 November 1955)
Untuk memperjelas posisi tersebut, Departemen Agitasi dan Propaganda
(Depagitprop) PKI menyampaikan pernyataan yang dimuat dalam Harian Rakjat
tanggal 2 Desember 1955. Dalam pernyataan tersebut, mereka menyatakan bahwa
PKI tidak memiliki tujuan untuk membentuk negara komunis di Indonesia.
Mereka secara tegas menyatakan bahwa PKI tetap ingin mempertahankan
Republik Proklamasi 1945 (Republik Indonesia).77
75 Harian Rakjat 19 November 1955. Hlm: 1.
76 Harian Rakjat 9 Desember 1955. Hlm: 1.
77 Harian Rakjat 2 Desember 1955. Hlm: 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Harian Rakjat juga masih aktif memberikan himbauan-himbauan maupun
informasi-informasi terkait dengan pemilihan umum. Salah satunya adalah
himbauan supaya warga mengecek daftar pemilih. Mereka juga menghimbau
rakyat akan adanya potensi provokasi yang menimbulkan rasa apati atau
masyarakat akan pemilihan anggota Konstituante. Hanya saja, surat kabar ini
tidak lagi menerbitkan komik pemilihan umum. Nampaknya mereka percaya
bahwa warga telah memahami proses pemungutan suara dalam pemilu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PEMILU 1955
A. Jalannya Pemilihan Umum
“Pagi ini saya keluar rumah, persis saat dibukanya pemungutan suara.
Surabaya sudah dililit kesenyapan yang larut dan aneh yang amat mewarnai hari
pemilihan.
Berjalan di Tunjungan, hanya kami yang melenggang di jalan besar yang
biasanya bising dan hiruk pikuk oleh lalu-lintas pada jam delapan. Hari ini tidak
ada becak, tiada mobil, tiada orang-orang yang beraktivitas. Toko-toko tutup dan
ditinggalkan pemiliknya.”1
Seperti itu gambaran yang disampaikan oleh Boyd R. Compton mengenai
keadaan kota Surabaya pada hari pemungutan suara tanggal 29 September 1955.
Kota Surabaya yang biasanya ramai berubah menjadi sepi. Begitupula di Tempat
Pemungutan Suara (TPS), orang-orang berbaris tertib dalam diam. “Sebuah
kerumunan Indonesia yang tak lazim” menurut Compton.2 Nampaknya ada
kecemasan yang melanda masyarakat akan terjadinya kerusuhan pada hari itu.
Dari cerita Compton mengunjungi beberapa TPS di berbagai tempat,
nampaknya ada kesenjangan antara tps di perkotaan dan di desa-desa. Jika
jalannya pemungutan suara di TPS di perkotaan berjalan dengan cepat dan lancar.
Sedangkan di pedesaan, pemungutan suara berjalan lebih lambat. Di desa,
1 Boyd R. Compton. 1992. Kemelut Demokrasi Liberal Surat-surat Rahasia Boyd R.
Compton. Penj: Hamid Basyaib. Jakarta: LP3ES. Hlm: 257.
2 Ibid., hlm: 257-258.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
masyarakat harus berulang kali kembali ke bilik suara karena warga yang tegang
berkali-kali salah melipat kertas suara.3
Ada beberapa hal yang dipuji oleh Compton mengenai pemilihan umum ini.
Pertama adalah ketertiban, keamanan, dan kelancaran pemungutan suara. Kedua
adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat, terutama di daerah Surabaya yang
tingkat partisipasinya mencapai lebih dari 90%. Ketiga adalah sistem kontrol
sosial yang berlaku sehingga kerahasiaan dalam pemungutan suara tetap
terjamin.4
Hal senada juga disampaikan oleh Herberth Feith. Ia menyebut bahwa
berbagai rumor dan kecemasan sudah menyeber di Jawa sejak beberapa hari
sebelum hari pemungutan suara. Akan tetapi, menurutnya kecemasan tersebut
langsung pudar setelah mereka memberikan suaranya, diganti dengan rasa senang
dan bangga karena telah berpartisipasi dalam peristiwa penting tersebut.5
Feith menyebut sekitar 91,5% masyarakat ikut serta dalam pemilihan umum
ini. Ia berpendapat bahwa tingginya partisipasi warga tidak terlepas dari berbagai
rumor dan ketakutan masyarakat. Ada rumor yang beredar di masyarakat bahwa
orang yang tidak ikut memilih akan dijatuhi sangsi atau hukuman. Warga juga
takut akan kemarahan dari para petinggi partai jika mereka tidak ikut memilih.6
3 Ibid., hlm: 257-256.
4 Ibid. Terkait dengan sistem kontrol sosial, Compton membahasnya dalam konteks
suatu kasus yang dilihatnya ketika seorang Ketua Panitia di sebuah TPS mencegah
anggota panitia lainnya yang ingin membantu seorang wanita untuk melipat kertas suara.
5 Herbert Feith, op.cit., hlm: 48-49.
6 Ibid., hlm: 51.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Hasil dari pemungutan suara untuk pemilihan parlemen ini mengejutkan
banyak orang. Memang banyak yang sudah menduga jika PNI, Masjumi, N.U.,
dan PKI akan menjadi empat besar pemenang pemilu tersebut. Akan tetapi,
mereka tidak menduga persaingan diantara keempatnya akan sebegitu ketatnya.7
PNI dan Masjumi yang diprediksi akan memenangkan pemilihan ini dengan telak
ternyata perolehan suaranya dapat ditempel oleh N.U. dan PKI, sedangkan partai-
partai lainnya tertingal jauh dari keempat partai tersebut.
Tabel 1. Perolehan Suara Pemilihan Parlemen
(Sumber: Herbert Feith. The Indonesia Election of 1955.)
No. Partai Jumlah Suara Persentase Jumlah
Kursi
1. Partai Nasionalis
Indonesia (PNI)
8.434.653 22,3% 57
2. Masjumi 7.903.886 20,9% 57
3. Nahdlatul Ulama (N.U.) 6.955.141 18,4% 45
4. Partai Komunis Indonesia 6.176.914 16,4% 39
5. Partai Sarekat Islam
Indonesia (P.S.I.I.)
1.091.160 2,9% 8
6. Parkindo 1.003.325 2,6% 8
7. Partai Katolik 770.740 2,0% 6
8. Partai Sosialis Indonesia
(PSI)
753.191 2,0% 5
9. I.P.K.I. 541.306 1,4% 4
10. Perti 483.000 1,3% 4
11. P.R.N. 242.125 0,6% 2
12. Partai Buruh 224.167 0,6% 2
13. G.P.P.S. 219.000 0,6% 2
7 Ibid., hlm: 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
14. P.R.I. 206.000 0,5% 2
15. P.P.P.R.I. 200.419 0,5% 2
16. Partai Murba 199.588 0,5% 2
17. Baperki 178.887 0,5% 1
18. P.I.R. – Wongsonegoro 178.481 0,5% 1
19. Gerinda 154.792 0,4% 1
20. Permai 149.287 0,4% 1
21. Partai Persatuan Dayak 146.054 0,4% 1
22. P.I.R. Hazairin 114.644 0,3% 1
23. P.P.T.I. 85.131 0,2% 1
24. A.K..U.I. 81.454 0,2% 1
25. P.R.D. 77.919 0,2% 1
26. P.R.I.M. 72.523 0,2% 1
27. Acoma 64.514 0,2% 1
28. R. Soedjono
Prawirosoedarso dan
rekan-rekan
53.305 0,1% 1
29. Partai, organisasi, dan
kandidat individu lainnya
1.022.433 2,7% 0
Total 37.785.299 100% 257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar 15. Karikatur Harian Rakjat yang Meledek Perolehan Suara Masjumi-PSI
(Sumber: Harian Rakjat 8 Oktober 1955)
Harian Rakjat menyambut hasil Pemilu ini dengan gembira. Dalam
pemberitaannya mengenai penghitungan suara, mereka banyak menonjolkan
kemenangan PKI dan partai-partai front demokrasi lainnya atas lawan politiknya,
yakni Masjumi dan PSI. Dengan judul-judul berita seperti “Kombinasi PKI-PNI
tetap mengalahkan kombinasi Masjumi – PSI”8 atau “Di Sumatera Blok
Demokratis tetap unggul”9 bertebaran di surat kabar ini untuk menunjukkan
kesuksesan mereka mengalahkan partai reaksioner tersebut. Berita-berita ini ramai
menghiasi Harian Rakjat hingga pertengahan bulan Oktober 1955.
Harian Rakjat banyak menyuarakan kecurigaannya atas kecurangan-
kecurangan yang terjadi di berbagai daerah. Dalam kolom editorialnya pada
tanggal 4 Oktober 1955, surat kabar ini memprotes bilik suara di TPS-TPS tidak
8 Harian Rakjat 4 Oktober 1955. Hlm: 2.
9 Harian Rakjat 5 Okober 1955. Hlm: 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
cukup untuk menjaga kerahasiaan pemilih. Mereka menganjurkan supaya
dipasang tirai di depan bilik TPS untuk menjamin kerahasiaan pemilih. Mereka
juga menuduh adanya pejabat-pejabat yang marah-marah dan melakukan
intimidasi karena di TPS-nya banyak yang memilih PNI atau PKI.10
Harian Rakjat juga menuduh Masjumi mencuri suara. Pada tanggal 12
Oktober 1955, surat kabar ini menerbitkan artikel berjudul “Dari mana Masjumi
sunglap suara 1.000.000?”. Pada artikel tersebut, mereka menyebutkan:
“Seperti diketahui menurut Masjumi angka jang mereka tjapai [di Jawa Tengah
(penulis)] adalah lebih dari 1,7 djuta suara. Banjak orang merasa heran dari mana
Masjumi menjunglap suara sedjuta itu, sebab menurut perhitungan, Masjumi tidak
akan mendapat lebih dari sedjuta.”11
Tidak banyak gambaran terkait dengan pelaksanaan pemilihan anggota
Konstituante tanggal 15 Desember 1955. Feith hanya menyebut bahwa perbedaan
mencolok diantara keduanya adalah suasana. Pada pemilihan Konstituante,
suasana lebih cair, tidak ada rumor-rumor maupun intimidasi yang mencemaskan
warga. Selain itu ia juga menyebut bahwa tingkat kecurangan dan pemilihan ulang
lebih kecil daripada pemilihan yang pertama. Terakhir, ia juga menyebut bahwa
tingkat partisipasi warga pada pemilihan kedua ini 89,33%, atau turun sekitar 2,
10 Harian Rakjat. 4 Oktober 1955. Hlm: 1.
11 Harian Rakjat 12 Oktober 1955. Hlm: 1. Kecurigaan tentang perolehan suara
Masjumi di Jawa Tengah tidak hanya berasal dari PKI dan Harian Rakjat saja. Menurut
Boys R. Compton, PNI juga mencurigai perolehan suara ini karena menurut pendapat
mereka, suara Masjumi harusnya di bawah 500.000. Akan tetapi, hasil tersebut bukanlah
hasil yang resmi yang dikeluarkan oleh panitia pemilihan. Lihat Boyd R. Compton. Op.
Cit. Hlm: 270-271.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
21%. Menurut Feith, ada sebagian orang yang ikut dalam pemilihan pertama,
tetapi tidak mengikuti lagi pemilihan yang kedua ini.12
Tabel 2. Perbandingan Suara Pemilu Parlemen dan Pemilu Konstituante
(Sumber: Herbert Feith. The Indonesian Election of 1955)
No. Partai Suara
Parlemen
Suara
Konstituante
Perbedaan
1. Partai Nasionalis
Indonesia (PNI)
8.434.653 9.070.218 +635.000
2. Masjumi 7.903.886 7.786.619 -114.267
3. Nahdlatul Ulama (N.U.) 6.955.000 6.989.333 +34.192
4. Partai Komunis
Indonesia (PKI)
6.176.914 6.232.512 +55.000
5. Partai Sarekat Islam
Indonesia (P.S.I.I.)
1.091.160 1.059.922 -31.238
6. Parkindo 1.003.325 988.810 -14.515
7. Partai Katolik 770.740 748.591 -22.149
8. Partai Sosialis Indonesia
(PSI)
753.191 695.932 -57.259
9. I.P.K.I. 539.824 544.803 +4.979
10. Perti 483.014 465.359 -17.655
11. G.P.S.S. 219.985 152.892 -67.093
12. P.R.N. 242.145 220.625 -21.473
13. P.P.P.R.I. 200.419 179.346 -21.073
14. Partai Murba 199.588 248.633 +49.045
15. Partai Buruh 224.000 332.047 +107.880
16. P.R.I. 206.261 134.011 -72.250
17. P.I.R. Wongsonegoro 178.481 162.420 -16.601
18. P.I.R. Hazairin 114.644 101.509 -13.135
12 Herbert Feith. Op. Cit . Hlm: 54-55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
19. Permai 149.287 164.286 +15.099
20. Baperki 178.481 160.456 -18.431
21. Gerinda 154.792 157.976 +3.184
22. Partai Persatuan Dayak 146.054 157.976 +23.168
23. P.R.I.M. 72.532 143.907 +71.375
24. A.K.U.I. 81.454 84.862 +3.408
25. Acoma 64.514 55.844 -8.670
26. P.P.T.I. 85.131 74.913 -10.218
27. P.R.D. 77.919 39.278 -38.641
28. R. Soedjono
Prawirosoedarso dan
rekan-rekan
53.305 38.356 -14.949
Sama seperti pemilihan sebelumnya, Harian Rakjat menyambut hasil ini
sebagai kemenangan PKI dan front demokrasinya atas Masjumi dan PSI. Mereka
turut aktif memantau penghitungan suara di seluruh daerah pemilihan. Sejak 16
Desember 1955 hingga akhir bulan tersebut, surat kabar ini dipenuhi dengan
informasi-informasi seputar penghitungan suara. Mereka juga banyak
mengabarkan dugaan mereka atas kecurangan-kecurangan Masjumi pada
pemilihan Konstituante ini.
Melihat dari hasil-hasil tersebut, PKI meraih kesuksesan yang besar dalam
Pemilu 1955 ini. Keberhasilan mereka mengumpulkan lebih dari 6 juta suara atau
lebih dari 16,4% suara merupakan suatu prestasi yang luar biasa, mengingat
betapa sempitnya waktu yang mereka punya untuk membangun kembali dan
memperbaiki citra partai di mata masyarakat. Lumbung suara terbesar dari PKI
adalah di Jawa Tengah dan di Jawa Timur, khususnya di daerah Madiun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Surakarta dan, Semarang. Jawa Tengah dan Jawa Timur menyumbang sekitar
74,89% dari total suara yang diraih PKI pada pemilihan umum parlementer.
Menurut Compton, strategi PKI yang selalu mengumandangkan persatuan
nasional dan perdamaian lebih dapat diterima oleh masyarakat ketimbang isu anti-
komunis yang di gaungkan oleh Masjumi dan front anti-komunisnya karena
rakyat merasa sudah lelah berkonflik.13 Dengan kata lain, strategi front demokrasi
yang digunakan PKI dalam kampanye kali ini berhasil memperbaiki citra partai di
masyarakat.
Tabel 3. Perbandingan Suara yang Diraih Oleh PKI DI Berbagai Daerah
Pada Pemilu Parlemen dan Pemilu Konstituante
(Sumber: Herbert Feith. The Indonesian Election of 1955)
No. Daerah Pamilihan
Parlemen
Pemilihan
Konstituante
Selisih
1. Jawa Timur 2.299.000 2.266.801 -31.801
2. Jawa Tengah 2.236.108 2.305.041 -21.067
3. Jawa Barat 755.643 827.858 +72.212
4. Jakarta Raya 96.363 89.612 -6.751
5. Sumatra Selatan 176.900 168.095 -8.805
6. Sumatra Tengah 90.513 98.583 +8.070
7. Sumatra Utara 258.875 277.546 +18.671
8. Kalimantan Barat 8.526 8.680 +154
9. Kalimantan Selatan 17.210 20.092 +2.882
10. Kalimantan Timur 8.209 8.762 +553
11. Sulawesi Utara 33.204 37.541 +4.337
13 Boyd R. Compton. Op. Cit. Hlm: 282.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
12. Sulawesi Selatan 17.831 23.402 +5.511
13. Maluku 4.792 4.934 +142
14. Nusa Tenggara Timur 5.008 6.626 +1.618
15. Nusa Tenggara Barat 66.067 78.363 +12.296
Hasil Pemilu Konstituante menunjukkan suatu fenomena yang menarik.
Suara yang diraih oleh PKI di Jawa Tengah dan Jawa Timur berkurang sebanyak
1,4% dan 0,9%. Akan tetapi, penurunan suara tersebut tidak sebesar dibanding
kenaikan perolehan suara yang mereka raih di Jawa Barat yang sebesar 9,5%.
Berkurangnya suara PKI di Jawa Tengah dan Jawa Timur bisa disebabkan oleh
berkurangnya partisipasi masyarakat pada Pemilu Konstituante. Di samping itu,
penurunan suara ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya kepercayaan
masyarakat atas komitmen PKI untuk tidak mendirikan negara Komunis di
Indonesia. Kenaikan suara yang mereka peroleh di Jawa Barat bisa disebabkan
oleh keberhasilan kampanye negative mereka terhadap Masjumi yang
mengkaitkannya dengan Darul Islam (DI). Masyarakat Jawa Barat yang terkena
dampak langsung dari pemberontakan DI nampaknya sudah letih dengan konflik
yang terjadi di daerah tersebut. Kampanye Harian Rakjat yang terus menerus
menyerang Masjumi dan DI berhasil mempengaruhi masyarakat Jawa Barat,
dilihat dari adanya kenaikan suara yang diperoleh PKI maupun PNI dan NU di
wilayah ini, sedangkan suara yang diperoleh Masjumi justru mengalami
penurunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
B. Pengaruh Harian Rakjat Pada Pemilihan Umum 1955
Untuk mengukur dengan pasti seberapa besar pengaruh pemberitaan dan
kampanye PKI di Harian Rakjat sangatlah sulit. Seperti yang sudah dibahas di
bab sebelumnya, Njoto menyebut bahwa sirkulasi Harian Rakjat sebesar 15.000
eksemplar per harinya. Akan tetapi, Groves mengatakan bahwa oplah surat kabar
ini melonjak menjadi 58.000 eksemplar pada Maret 1956.14 Artinya ada kenaikan
oplah harian sebesar hampir 4 kali lipat hanya dalam jangka waktu sekitar 2
tahun. Jika jumlah kenaikan oplah setiap tahunnya sama besarnya, maka
diperkirakan oplah surat kabar ini berada dikisaran 36.500 eksemplar, jumlah
yang masih sangat kecil ketimbang seluruh jumlah masyarakat Indonesia.
Angka di atas bukan berarti bahwa Harian Rakjat hanya dibaca oleh 36.500
orang saja. Masih ada kebiasaan langganan atau membaca kolektif, di mana satu
koran dibaca oleh beberapa orang. Njoto menyebutkan bahwa setiap eksemplar
Harian Rakjat setidaknya dibaca oleh 5 atau 7 orang.15 Itu berarti bahwa Harian
Rakjat setidaknya dibaca oleh sekitar 180.000 orang. Jika dibandingkan dengan
jumlah suara yang didapatkan oleh PKI pada pemilihan anggota Konstituante,
maka jumlah pembaca hanyalah sekitar 2,9% saja.
Meskipun jumlah pembaca cukup kecil, akan tetapi Harian Rakjat memiliki
peranan yang vital dalam kampanye PKI pada pemilihan umum ini. Groves
menyebut bahwa mayoritas pembaca Harian Rakjat adalah anggota partai dan
14 Kerry William Groves. Op. Cit. Hlm: 110.
15 Harian Rakjat 25 Februari 1954. Hlm: 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
kandidat anggotanya16. Jika melihat bahwa cabang-cabang PKI sangat aktif
mengadakan kampanye dan ceramah umum di daerahnya masing-masing, maka
dapat diduga bahwa isu-isu yang ada di Harian Rakjat menjadi salah satu bahan
propaganda pada acara-acara tersebut. Hal ini sejalan dengan instruksi Njoto pada
artikel “Pers dan Pemilihan Umum” yakni:
“Gunakanlah Harian Rakjat se-maxsimal2nja didalam semua pekerdjaan:
untuk rapat2, tjeramah2, untuk andjangsana, untuk latihan2 mencoblos Palu-Arit,
untuk pertjakapan2, pendeknja untuk memenangkan demokrasi dalam pemilihan
umum.”17
Peranan penting Harian Rakjat pada kampanye PKI juga dibahas oleh
Groves. Menurutnya, PKI pada pemilihan umum ini berhasil merebut 30% suara
dari tentara yang membuat para pimpinan tentara melarang anggotanya untuk
membaca surat kabar tersebut.18 Jika hal ini benar, maka Harian Rakjat punya
peranan yang vital dalam kesuksesan tersebut.
16 Kerry William Groves. Op. Cit. Hlm: 113.
17 Harian Rakjat 12 September 1955. Hlm: 1.
18 Kerry William Groves. Op. Cit. Hlm: 113-114.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Periode 1950-an dalam sejarah Indonesia dikenal sebagai masa demokrasi
liberal. Pada masa ini, pemerintah fokus menerapkan sistem demokrasi di
Indonesia. Untuk menjamin terbentuknya pemerintahan yang demokratis,
pemerintah berusaha untuk mengadakan pemilihan umum nasional pertama di
Indonesia. Meskipun pada awalnya banyak ketidakpastian yang meliputi, titik
terang mulai muncul ketika undang-undang pemilu pertama disahkan oleh
parlemen pada awal 1953.
Pada saat yang sama, PKI di bawah kepemimpinan Aidit berusaha untuk
bangkit kembali. Menurut konsepsi Aidit, ia ingin membangun kembali PKI
sebagai partai berbasis massa. Ide Aidit nampaknya muncul karena ia menyadari
jalan termudah bagi PKI untuk kembali mendekat pada kekuasaan adalah dengan
memanfaatkan sistem yang berlaku saat itu. Meski pelaksanaan pemilihan umum
pada waktu itu masih hanya sekedar isu, PKI melihatnya sebagai sebuah
kesempatan untuk meraih kekuasaan. Di dalam sistem pemilihan umum, semakin
banyak suara masyarakat yang diraih oleh sebuah partai, maka semakin besar pula
kekuasaan yang didapatkan. Oleh karena itu, PKI berusaha menyebarkan
pengaruhnya ke berbagai kelompok untuk meraih suara sebanyak-banyaknya.
Untuk membangun partai berbasiskan massa, PKI membutuhkan media
yang dapat menjangkau banyak kelompok untuk menyebarkan ide dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menyatukan pandangan. Media yang dapat memenuhi tugas tersebut adalah surat
kabar. Hanya saja, pada saat itu PKI tidak memiliki surat kabar. Mereka hanya
memiliki Bintang Merah yang merupakan sebuah jurnal teori partai tersebut.
Kebutuhan PKI untuk memiliki surat kabar semakin mendesak setelah undang-
undang pemilihan umum pertama disahkan oleh parlemen awal 1953. Beruntung,
di saat yang bersamaan, Siaw Giok Tjhan berniat menjual Harian Rakjat. PKI
kemudian memanfaatkan posisi Njoto di Harian Rakjat dan kedekatannya dengan
Siaw untuk membeli surat kabar tersebut pada Oktober 1953.
Sejak dibeli oleh PKI, Harian Rakjat menjadi senjata utama partai tersebut
untuk menyebarkan ide dan menyerang musuh-musuh politiknya. Ketika PKI
memulai kampanye untuk pemilihan umum pada tahun 1954, surat kabar ini turut
aktif membantu usaha tersebut. Harian Rakjat aktif mengkampanyekan PKI
dalam berbagai bentuk, mulai dari rubrik, karikatur, slogan, hingga iklan. Selain
itu, mereka juga aktif mensosialisasikan berbagai hal terkait dengan pemilihan
umum.
Isu utama yang digunakan oleh Harian Rakjat untuk berkampanye sejalan
dengan manifes pemilihan umum PKI yang dibahas pada Kongres Nasional V
PKI Maret 1954. Demokrasi Rakjat, Front Demokrasi, dan Persatuan Nasional
menjadi tema utama kampanye tersebut. Kampanye di Harian Rakjat juga tidak
lepas dari kampanye negatif maupun kampanye hitam. Mereka banyak menyerang
Masjumi dan PSI melalui berbagai isu, baik yang berdasarkan fakta maupun yang
hanya sekedar gossip belaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Menilik pemberitaan-pemberitaan yang terkait dengan kampanye di Harian
Rakjat, surat kabar ini ingin mempolarisasi politik Indonesia melalui isu Front
Demokrasi. Front Demokrasi adalah partai-partai yang mau bekerja sama dengan
PKI, seperti PNI dan NU. Partai-partai yang tergabung di dalam front tersebut
digambarkan sebagai pihak yang “baik”, seperti pro-demokrasi, pro-rakyat, anti-
imperialisme dan sebagainya. Sedangkan partai-partai yang enggan bekerjasama
dengan mereka, seperti Masjumi dan PSI, digambarkan sebagai partai yang
“buruk”, seperti anti-demokrasi, anti-rakyat, pro-modal asing, dan sebagainya.
Polarisasi ini menggambarkan pengaruh pandangan komunis dan Perang Dingin
dalam kampanye Pemilu 1955.
Terlepas dari sedikitnya oplah harian dan jumlah pembaca bila dibandingkan
dengan jumlah pemilih PKI pada Pemilu 1955, Harian Rakjat tetap memegang
peranan penting pada prestasi yang diraih oleh PKI pada pemilu tersebut. Surat
kabar ini berperan sebagai panduan untuk propaganda dan kampanye bagi
anggota-anggota PKI dan organisasi-organisasi sayapnya.
B. Saran
Pemilihan Umum tahun 1955 menandakan awal dari perkembangan
demokrasi di Indonesia. Penyelenggaraan pemilu ini merupakan bukti bahwa
Pemerintah Indonesia tetap berusaha untuk membangun pemerintahan yang
demokratis meskipun ada banyak rintangan yang harus diatasi, seperti
pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah. Pemilu ini semakin istimewa
karena tingginya antusiasme dan partisipasi dari masyarakat dan partai politik
untuk menyukseskan kegiatan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Sayangnya, masih sedikit perhatian peneliti mengenai peristiwa ini. Padahal
banyak hal penting yang dapat dipelajari dari pemilu tersebut, salah satunya
adalah pemanfaatan media massa untuk kegiatan kampanye partai politik.
Penelitian ini bertujuan untuk menyumbangkan informasi mengenai hal tersebut.
Di samping itu, penelitian ini diharapkan untuk memicu munculnya penelitian-
penelitian lain, seperti kampanye Pemilu 1955 di surat kabar milik partai politik
lain; tanggapan surat kabar lain atas kampanye PKI di Harian Rakjat; ataupun
mengkomparasikannya dengan penggunaan pers untuk kampanye di era
kontemporer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Surat Kabar
Abadi 25 Januari 1955.
Abadi 15 Februari 1955.
Harian Rakjat 2 Januari 1954.
Harian Rakjat 5 Januari 1954.
Harian Rakjat 8 Januari 1954.
Harian Rakjat 21 Januari 1954.
Harian Rakjat 8 Februari 1954.
Harian Rakjat 11 Februari 1954.
Harian Rakjat 13 Februari 1954.
Harian Rakjat 15 Februari 1954.
Harian Rakjat 22 Februari 1954.
Harian Rakjat 25 Februari 1954.
Harian Rakjat 1 Maret 1954.
Harian Rakjat 4 Maret 1954.
Harian Rakjat 13 Maret 1954.
Harian Rakjat 22 Maret 1954.
Harian Rakjat 23 Maret 1954.
Harian Rakjat 27 Maret 1954.
Harian Rakjat 30 Maret 1954.
Harian Rakjat 2 April 1954.
Harian Rakjat 12 Mei 1954.
Harian Rakjat 13 Mei 1954.
Harian Rakjat 19 Mei 1954.
Harian Rakjat 1 Juni 1954.
Harian Rakjat 12 Juni 1954.
Harian Rakjat 9 September 1954.
Harian Rakjat 28 Septermber 1954.
Harian Rakjat 29 September 1954.
Harian Rakjat 12 Oktober 1954.
Harian Rakjat 17 Oktober 1954.
Harian Rakjat 13 Desember 1954.
Harian Rakjat 21 Desember 1954.
Harian Rakjat 11 Januari 1955.
Harian Rakjat 25 Januari 1955.
Harian Rakjat 3 Februari 1955.
Harian Rakjat 3 Maret 1955.
Harian Rakjat 20 Mei 1955.
Harian Rakjat 26 Mei 1955.
Harian Rakjat 27 Mei 1955.
Harian Rakjat 25 Juli 1955.
Harian Rakjat 12 Agustus 1955.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Harian Rakjat 13 Agustus 1955.
Harian Rakjat 22 Agustus 1955.
Harian Rakjat 23 Agustus 1955.
Harian Rakjat 26 Agustus 1955.
Harian Rakjat 27 Agustus 1955.
Harian Rakjat 31 Agustus 1955.
Harian Rakjat 2 September 1955.
Harian Rakjat 3 September 1955.
Harian Rakjat 5 September 1955.
Harian Rakjat 9 September 1955.
Harian Rakjat 10 September 1955.
Harian Rakjat 12 September 1955.
Harian Rakjat 16 September 1955.
Harian Rakjat 17 September 1955.
Harian Rakjat 28 September 1955.
Harian Rakjat 4 Oktober 1955.
Harian Rakjat 5 Oktober 1955.
Harian Rakjat 12 Oktober 1955.
Harian Rakjat 18 Oktober 1955.
Harian Rakjat 20 Oktober 1955.
Harian Rakjat 31 Oktober 1955.
Harian Rakjat 10 November 1955.
Harian Rakjat 19 November 1955.
Harian Rakjat 2 Desember 1955.
Harian Rakjat 9 Desember 1955.
Buku
Arif Zulkifli, et. al. 2010. Njoto Peniup Saksofon di Tengah Prahara. Jakarta:
Tempo dan Kepustakaan Populer Gramedia.
Compton, Boyd R. 1992. Kemelut Demokrasi Liberal Surat-surat Rahasia Boyd
R. Compton. Penj: Hamid Basyaib. Jakarta: LP3ES.
Fadrik Aziz Firdausi. 2017. Njoto: Biografi Pemikiran 1951-1965. Tangerang
Selatan: CV. Margin Kiri.
Feith, Herbert. 1971. The Indonesian Elections of 1955. Ithaca: Southeast Asia
Program Cornell University.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad Ke-20 Jilid 2: Dari Perang Kemerdekaan
Pertama Sampai Pelita III. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Muhammad Zulkifar. 2018. Politik Surat Kabar: Berebut Wacana Harian Rakjat
Dengan Abadi 1952-1955. Jakarta: Respublica Institute.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Nordholt, Henk Schulte; Bambang Purwanto; dan Ratna Saptari (ed.). 2008.
Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: KITLV-Jakarta dan
Yayasan Obor Indonesia.
Pour, Julius. 2011. Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, & Petualang.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Ricklefs, M.C. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta.
Steinberg, Arnold. 1981. Kampanye Politik Dalam Praktek. Penerjemah: M.
Sidarto. Jakarta: PT Intermasa.
Taufik Rahzen, et. al. 2007. Seabad Pers Kebangsaan. Jakarta: I:Boekoe.
Zainal Abidin Achmad. 2014. Perbandingan Sistem Pers dan Sistem Pers di
Indonesia. Surabaya: Lutfansah.
Skripsi dan Tesis
Bambang Arianto. “Kampanye Politik Digital, Kampanye Kreatif, Media Sosial,
Jasmev 2014, Demokrasi, Ekspektasi Politik”. Tesis. Yogyakarta: S2 Politik
dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, 2017.
Groves, Kerry William. “Harian Rakjat, Daily Newspaper of the Communist
Party of Indonesia – Its History and Role”. Tesis. Faculty of Asian Studies,
Australia National University. 1983
Luh Putu Ayu Riska Widarmiati. “Latar Belakang Suksesnya PKI Di Indonesia
Tahun 1955-1962 Studi Kasus Di Balik Keberhasilan PKI Pada Pemilu 1955.”
Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma, 2006.
Jurnal
Aryani Dewantarina. “Partai Nasional Indonesia Pada Pemilihan Umum Tahun
1955 Di Semarang”. Semarang: Journal of Indonesian History Vol 1 No. 2,
2012.
Barep Rifaldi Chandra Perdana. “Strategi Pemenangan Partai Komunis Indonesia
Pada Pemilu Tahun 1955 Di Yogyakarta”. Yogyakarta: Mozaik, Sejarah
Indonesia Vol 2 No. 1, 2016.
Muryadi dan Ria Sovi Revianti. “Partisipasi Politik GP Anshor Cabang Sidoarjo
Dalam Pemilu Tahun 1953-1955”. Surabaya: Verleden, Vol. 2 No. 2, 2016.
ISSN 2301-8127.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Sawitri Tri Prabawati. “Partai Lokal Dalam Pemilu 1955 (Gerinda Dalam
Pemilihan Umum 1955 di Yogyakarta)”.
http://sejarah.fib.uns.ac.id/media/3.%20Bu%20Witri-edit-OK.pdf. Diunduh
pada 5 April 2017 pukul 17.17.
Sururil Mukarromah dan Sinta Devi I.S.R., “Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni
Pertunjukan Reog Di Ponorogo Tahun 1950-1980”. Surabaya: Verleden Vol. 1
No. 1, 2012. ISSN 2301-8127.
Tri Basuki. “Dinamika Persaingan Empat Partai Besar (PKI, PNI, Masyumi, dan
NU) Dalam Pemilihan Umum 1955 Di Yogyakarta”. Yogyakarta: Mozaik,
Sejarah Indonesia Vol 1 No. 2, 2016.
Tsabit Azinar Ahmad. “Kampanye Dan Pertarungan Politik Di Jawa Tengah
Menjelang Pemilihan Umum 1955”. Semarang: Paramita Vol 26 No.1, 2016.
E-ISSN: 2407-5825.
Online
KBBI Daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kampanye. Diakses pada 20 Okt
2018 pukul : 14.32.
UU No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum. https://rumahpemilu.org/wp-
content/uploads/2017/08/UU-No.7-Tahun-2017-tentang-Pemilu.pdf. Diakses
pada 20 Okt 2018 pukul: 15.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Lampiran 1. Artikel “Pers dan Pemilihan Umum” Njoto
(Sumber: Harian Rakjat 12 September 1955)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 2. Foto Presidium Kongres dan Anggota CC PKI
Pada Kongres Nasional Ke-V.
(Sumber: Harian Rakjat 19 Maret 1954)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 3. Manifes Pemilihan Umum PKI yang Dimuat di Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 22 Maret 1953)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 4. Pengumuman Daftar Calon “PKI dan Orang Tak Berpartai” di Harian
Rakjat
(Sumber; Harian Rakjat 23 Februari 1955)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 5. Berita Tuduhan Kecurangan Masjumi Dalam Pemilu di Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 12 Oktober 1955)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 6. Kampanye PKI di Kolom “Ruangan Wanita” Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 2 November 1955)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 7. Pengumuman Rencana Acara Kampanye PKI
(Sumber: Harian Rakjat `10 September 1955)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 8. Contoh Berita Perolehan Suara Pemilu di Harian Rakjat
(Sumber: Harian Rakjat 2 Oktober 1955)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI