Hak Istimewa Pejabat Diplomatik
-
Upload
dennis-ismail-monoarfa -
Category
Documents
-
view
701 -
download
0
Transcript of Hak Istimewa Pejabat Diplomatik
![Page 1: Hak Istimewa Pejabat Diplomatik](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/5571fa064979599169910d62/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.
Hak dan kewenangan suatu negara membuka hubungan diplomatik merupakan
implementasi konsekuensi dari diakuinya personalitas atau kepribadian negara
sebagai subjek internasional. Hak dan kewenangan negara tersebut merupakan
sebagai bukti diakuinya asas persamaan derajat negara-negara berdaulat dalam
hubungan internasional. Diplomatik mempunyai fungsi yang penting yang diatur
dalam pasal 3 Konvensi Wina 1961 antara lain :
Mewakili negara pengirim dinegara penerima
Melindungi kepentingan negara dan warga negara pengirim di negara
penerima
Mempelajari dengan segala cara yang sah setiap kondisi dan
perkembangan keadaan yang ada di tempat bertugas dan melaporkan
kepada negara pengirim
Meningkatkan hubungan persahabatan dan mengembangkan
hubungan ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
sebagainya antar negara pengirim.
b. Rumusan Masalah
Seorang Pejabat Diplomatik mempunyai tugas dari negara yang harus di
laksanakannya dengan baik. Negara penerima megakui hak-hak pejabat
diplomatik. Apakah yang menjadi hak-hak istimewa seorang Pejabat
Diplomatik ?
1
![Page 2: Hak Istimewa Pejabat Diplomatik](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/5571fa064979599169910d62/html5/thumbnails/2.jpg)
c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah :
Untuk mengetahui hak-hak istimewa seorang pejabat Diplomatik
Sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Diplomatik
d. Metode Penulisan
Paper ini dibuat dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu berdasarkan
buku dan literatur yang ada.
2
![Page 3: Hak Istimewa Pejabat Diplomatik](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/5571fa064979599169910d62/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
HAK-HAK ISTIMEWA SEORANG PEJABAT DIPLOMATIK
Adalah kebiasaan bagi semua negara untuk mengakui beberapa hak-
hak istimewa bagi pejabat diplimatik. Hak-hak istimewa ini sebenarnya
adalah merupakan suatu kehormatan yang diberikan oleh negara penerima,
terutama bersumber pada hak-hak istimewa yang diberikan atas dasar timbal
balik oleh hukum nasional negara dimana seorang wakil diplomatik tersebut
diakrediter yang khususnya terletak pada bidang perpajakan dan bea cukai.
Boleh dikatakan bahwa secara universalnya hak-hak istimewa diplomatik ini
bersumber pada kebiasaan internasional (International Comity) dan meliputi hak-hak
istimewa.
a. Hak-hak istimewa pembebasan bea cukai
Hak-hak istimewa diplomatik dari pembebasan bea cukai ini dapat dinikmati oleh
pejabat diplomatik beserta keluarganya, pengikut-pengikutnya dan pembantu-
pembantu rumah tangganya berdasarkan daftar umumnya kebebasan bea cukai ini
meliputi barang-barnag yang diimpor untuk keperluan perwakilan serta keperluan
pribadi rumah tangga pejabat diplomatik.
Dalam hubungan ini pula bagasi seorang pejabat diplomatik bebas dari
pemeriksaan petugas-petugas duane. Perlu diperhatikan disini bahwa bukan
merupakan pelanggaran hak-hak kekebalan diplomatik, bila seorang petugas
duane merasa perlu atas pertimbangan yang serius melakukan pemeriksaan,
karena ada dugaan dimasukannya barang-barang yang dilarang oleh peraturan-
peraturan bea cukai negara setempat.
3
![Page 4: Hak Istimewa Pejabat Diplomatik](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/5571fa064979599169910d62/html5/thumbnails/4.jpg)
Hak-hak istimewa diplomatik terhadap pembebasan bea cukai ini diakui pula
dalam Konvensi Wina 1961, yaitu ditetapkannya dalam pasal 36, yang
memberikan kebebasan dari kewajiban bea cukai, baik bea masuk maupun bea
keluar dan pajak-pajak lainnya yang mempunyai hubungan dengan itu, tanpa
memasukkan biaya-biaya penyimpanan atau pajak yang ada hubungannya dengan
pelayanan, terhadap :
1. Barang-barang keperluan dinas misi perwakilan
2. Barang-barang untuk keperluan pribadi dari pejabat diplomatik atau anggota
keluarganya sebagai barang keperluan rumah tangga, termasuk barang-barang
yang dimaksudkan untuk menetap.
Menurut pasal 36 ayat 2 Konvensi Wina 1961 ditentukan bahwa bagasi pribadi
dari seorang pejabat diplomatik adalah bebas dari pemeriksaan, kecuali terdapat
dasar yang serius untuk menduga bahwa terdapat barang-barang yang tidak
termasuk bebas seperti yang dimaksud dalam ayat 1 dari pasarl 36 diatas atau
barang-barang import dan eksport yang dilarang oleh hukum atau diawasi oleh
peraturan karantina negara penerima. Hal ini diakui dalam Konvensi Wina 1961,
tetapi asal saja pemeriksaan dilakukan dengan disaksikan sendiri oleh pejabat
diplomatik yang bersangkutan. Di luar kesaksiannya, misalnya bagasi yang
dikirim terdahulu atau kemudian maupun bingkisan-bingkisan yang dialamatkan
kepada kepala perwakilan, tidak berjak diperoleh oleh duance asal alamat dan hak
milik barang-barang tersebut dapat diketahui dengan jelas.
b. Hak-hak Istimewa Pembebasan Pajak
Hak-hak istimewa ini dinikmati oleh pejabat diplomatik beserta keluargam
pengikut-pengikutnya dan pembantu-pembantu rumah tangganya berdasarkan
daftar yang diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri setempat.
Pada umumnya hak-hak istimewa dalam perpajakan ini meliputi kebebasan-
kebebasan mengenai pajak langsung antara lain :
4
![Page 5: Hak Istimewa Pejabat Diplomatik](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/5571fa064979599169910d62/html5/thumbnails/5.jpg)
– Pajak Penghasilan
– Pajak atas barang pribadi bergerak seperti kendaraan, perabot, bagasi dan
sebagainya.
Pembebasan pajak ini tidak berlaku pada pajak tidak langsung (pasal
kenaikan harga barang-barang atau pembelian barang-barang di toko-toko
umum yang pajak penjualannya telah diperhitungkan ke dalamnya. Dan
pajak atas barang-barang tidak bergerak misalnya tanah, rumah, juga
dibebaskan dari pajak apabila barang tersebut milik resmi perwakilan.
Tetapi berlainan hal, bila barang-barang tersebut milik pribadi.
Dalam pasal 34 Konvensi Wina 1961 ditetapkan bahwa, seorang wakil diplomatik
akan dibebaskan dari semua pajak pribadi baik nasional. Regional atau municipal,
kecuali :
a. Pajak tak langsung, sehingga tak berlaku pada pembelian barang di toko
umum yang pajak penjualannya telah diperhitungkan di dalamnya.
b. Pajak atas barang-barang yang bergerak yang terletak di dalam daerah negara
penerima, misalnya rumah, tanah, kecuali yang dikuasai oleh pejabat
diplomatik tersebut atas nama negara pengirim untuk keperluan dan maksud
yang resmi dari misi perwakilan.
c. Pajak pendapatan yang sumbernya adalah dari negara penerima dan pajak
kapital terhadap investasi yang dibuat dalam perdagangan di negara penerima
d. Pajak untuk jasa-jasa pelayanan yang diberikan.
e. Registrasi, pembayaran pengadilan, hipotik, pajak perangko sehubungan
dengan barang-barang tak bergerak.
Secara mendetil peraturan-peraturan pembebasan pajak serta bea cukai maupun
cara-cara prosedur untuk memperolehnya berlainan dari satu negara ke negara
lain, walaupun ada kesamaan pada prinsipnya.
5
![Page 6: Hak Istimewa Pejabat Diplomatik](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/5571fa064979599169910d62/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bahwa secara Universal hak-hak istimewa diplomatik ini bersumber pada
kebiasaan internasional. Hak istimewa diplomatik terhadap pebebasan bea cukai
diatur dalam pasal 36 Konvensi Wina 1961 dan pembebasan hak istimewa
pembebasan pajak diatur dalam pasal 34 Konvensi Wina 1961. Peraturan-peraturan
hak istimewa yang diberikan oleh negara penerima berbeda antara negara satu dengan
negara yang lainnya.
2. SARAN-SARAN
Sebaiknya setiap pejabat diplomatik yang membutuhkannya berusaha untuk
mematuhinya dengan tidak melupakan selalu bahwa hak kebebasan pajak, bea cukai
yang dimaksudkan sebenarnya bukan suatu hak yang dapat dituntut, tetapi bersumber
kepada kebiasaan international dan lebih merupakan suatu “Courtesy” dari negara
penerima.
6